Keser Bojong...
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
37 Keser bojong: Idealisasi Pencitraan Jaipongan Karya Gugum Gumbira Edi Mulyana dan Lalan Ramlan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung Jalan Buah Batu No. 212 Bandung ABSTRACT Gugum Gumbira’s Jaipongan as a dance genre has been more than ten repertoires, among oth- ers, are: Keser Bojong, Rendeng Bojong, Toka-Toka, Iring-Iring Daun Puring, Setra Sari, Senggot, Sonteng, Ringkang Gumiwang, Pencug Bojong, Rawayan, Kawung Anten, etc. However, among those works, Gugum Gumbira states his Keser Bojong’s dance repertoire as having the most ideal image. The question is, what aspects build that ideal image? Clearly, this is related to various value dimensions attributed to that dance repertoire. To discuss this issue, the writers use Richard E. Palmer’s Hermeneutics as interpretation system to reveal the “hidden” meaning beyond the texts (1969: 16-31). The scope of discussion covers dimension of concept and dance construction as well as other artistic devices. Keywords: Jaipongan, Keser Bojong, Image, Gugum Gumbira. Pendahuluan Jaipongan yang diciptakan oleh Gu- gus memberikan identitas jati diri yang gum Gumbira merupakan hasil upaya baru setelah dua generasi pendahulunya, kreatif yang dilandasi oleh pemahaman- yaitu; genre tari Keurseus yang diciptakan nya terhadap berbagai tatanan nilai ke- oleh Rd. Sambas Wirakusumah dan genre arifan lokal tradisi masyarakat Sunda, tari ‘Kreasi Baru’ yang diciptakan oleh dan dengan mencoba mengadaptasi atau R. Tjetje Somantri. Maka dari itu penting memanfaatkan seni impor Barat. Hasilnya untuk segera dieksplanasi, aspek apa saja sudah barang tentu memiliki tatanan ni- yang telah membangun sebuah konstruksi lai estetika tari yang khas miliknya, bah- tari yang sedemikian bernilai dan bermar- kan telah menjadi identitas baru bagi ma- tabat. syarakat Sunda saat ini. Itu berarti bahwa Mencermati kemunculan dan perkem- melalui Jaipongan, Gugum Gumbira telah bangan Jaipongan yang begitu populer di mampu membangun dinamika kehidup- lingkungan kehidupan masyarakat Sunda an seni pertunjukan tari Sunda, sekali- pada khususnya, bahkan hingga sekarang Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 1, Januari - Maret 2012: 37- 51 38 sudah menjadi milik masyarakat Indo- Jugala Record, yang memproduksi berbagai nesia, jelas menyiratkan berbagai aspek kaset Jaipongan, Cianjuran, Kiliningan, dan penting yang terkandung di dalamnya, sebagainya. meliputi; ide/gagasan, nilai filosofis, histo- Berdasarkan uraian tersebut terlihat ris, estetika tari, musik, tata busana mau- jelas, bahwa Gugum Gumbira merupakan pun artistik lainnya. figur sentral dalam pewacanaan Jaipongan. Kehadiran Jaipongan dalam perkem- Namun demikian pertanyaan yang tetap bangan tari Sunda sebenarnya bukan menarik untuk dijelaskan di sini adalah hanya karya Gugum Gumbira saja, kare- mengapa Keser bojong memiliki tempat na ada pula beberapa repertoar tari yang khusus dalam pencitraan ideal di antara dibuat oleh beberapa seniman kreatif lain- repertoar tari Jaipongan lainnya. Ada be- nya, seperti misalnya; Asep Safa’at pendiri berapa alasan yang penting dipertimbang- Grup ‘Sari Panggugah’ dengan karyanya kan dalam topik pewacanaan ini, yaitu: yang cukup populer di masyarakat, yai- Pertama, bahwa Gugum Gumbira adalah tu; tari Adu manis. Begitu pula Tati Saleh seniman tari yang pertama atau meng- pendiri Tati Saleh Grup, dengan karyanya awali penciptaan tari Jaipongan. Kedua, yang sempat populer yaitu Lindeuk Japati. bahwa Keser bojong adalah karya perdana Adapun Gugum Gumbira sebagai pendiri Gugum Gumbira dari genre tari Jaipongan. Padepokan Jugala, hampir semua karya Ketiga, bahwa repertoar tari Keser bojong yang diciptakannya langsung populer di ini di Padepokan Jugala milik Gugum masyarakat, seperti misalnya; Keser bojong, Gumbira ditempatkan sebagai materi ba- Rendeng bojong, Toka-Toka, Iring-iring Daun sic dalam proses pelatihan, penguasaan, Puring, Setra Sari, Senggot, Sonteng, Ring- dan sekaligus pencitraan Jaipongan. Basic kang Gumiwang, Pencug Bojong, Rawayan, dimaksudkan bukan pola dasar, tetapi Kawung Anten, dan sebagainya. merupakan repertoar tari yang akan mem- Hal itu dimungkinkan karena ia ber- bekali para siswa calon penari terhadap hasil mencetak penari-penari handal yang penguasaan berbagai aspek teknik dan es- jumlahnya luar biasa banyak, misalnya; tetika tari Jaipongan nya itu sendiri. Angkatan pertama, Dedi, Dasep, Pepen, Mencermati keterangan tersebut, Tati Saleh, Eli Somali, dan Yeti Mamat. maka tulisan ini difokuskan pada dua hal Angkatan kedua; Aca, Tandi, Asep, Cepi, penting yang menjadi pembahasan, yaitu Agah, Aa, Nani, Mira, Nina, dan seba- pada; dimensi konsep dan dimensi kon- gainya. Angkatan ketiga; Awan, Atang, struksi tari dengan berbagai aspek artistik Dodi, Boy, Nanang, Ria, Nuni, Ega dan se- yang melengkapinya. Untuk kepentingan bagainya. Rata-rata mereka juga aktif se- tersebut, maka pembahasan dalam tulisan bagai pelatih di berbagai sanggar tari yang ini digunakan pendekatan metodologi didirikan oleh Padepokan Jugala yang ber- transformasi nilai. Dengan demikian di- lokasi hampir di seluruh Jawa Barat dan harapkan, pada sisi konsep mendapatkan Jakarta. Maka bisa dibayangkan, semarak- sebuah eksplanasi mengenai gambaran nya kehadiran Jaipongan sangat didomina- berbagai nilai, seperti; ide, filosofis, latar si oleh karya-karya yang diproduksi oleh sejarah, kehidupan sosial-budaya, dan Padepokan Jugala di bawah Pimpinan Gu- sebagainya. Adapun pada sisi konstruksi gum Gumbira. Bahkan juga diperkuat oleh tari, mendapatkan sebuah eksplanasi me- Mulyana & Ramlan: Keser Bojong 39 ngenai berbagai nilai kinestetika tari, se- Ia belajar aliran Cikalong dan Cimande dari perti; struktur koreografi, struktur musik Bah Saleh, Ki Bacih, dan Ki Sanhudi. Pro- iringan tari, tata rias dan busana tari, dan ses pembelajaran yang diterimanya tidak sebagainya. saja sebatas fisik, tetapi sampai pada un- sur-unsur di luar fisik, (dalam dunia per- silatan sering disebut ‘kebatinan’). Selain Dimensi Konsep dan Konstruksi Tari ayahnya sendiri, Ki Bacih dan Ki Sanhudi Jaipongan inilah yang banyak mewarnai prinsip ber- Mengenal Sosok Gugum Gumbira keseniannya. Bahkan pendalamannya ter- hadap Penca/maenpo, menggiring Gugum Membahas Jaipongan tak lepas dari pada penemuan bagian padungdung ken- nama Gugum Gumbira, karena Ia yang dor yang menjadi landasan inspiratif mun- menciptakannya. Sejalan dengan hal itu, culnya kebebasan atau fleksibilitas irama R.M. Soedarsono mengatakan dalam bu- dalam Jaipongan, sehingga membuka ru- kunya berjudul Seni Pertunjukan Indonesia ang atau peluang bagi penari untuk bebas di Era Globalisasi, bahwa kehadiran Jaipong- bergerak menampilkan jurus-jurus dengan an di arena tari di Jawa Barat tak bisa di- irama tidak terikat. pisahkan dari penciptanya, yaitu Gugum Petualangannya dalam proses berke- Gumbira (....:...). Bahkan Euis Komariah, senian terjadi terutama pada masa setelah istri Gugum Gumbira yang dinikahinya berkeluarga, Ia mempelajari berbagai je- pada tanggal 18 April 1968, dan dari perni- nis kesenian seperti: Ketuk Tilu dari Ki kahannya tersebut dikaruniai empat orang Sanhudi, Ibu Jubaedah, dan Bapak Akil. anak, menegaskan, bahwa “Jaipongan yang Secara koreografis, tarian pada kesenian dikenal dewasa ini merupakan hasil jerih Ketuk Tilu masih menggunakan struktur payahnya, bukan saja secara moral tetapi koreografi yang terdiri dari ragam gerak material pun ia korbankan untuk mencip- bukaan, pencugan, nibakeun, dan beberapa takan Jaipongan” (wawancara: Euis Koma- gerak mincig. Keberadaannya seperti itu riah, Bandung, 21 Januari 2009). memberikan inspirasi terhadapnya dalam Gugum Gumbira yang dilahirkan di persoalan struktur tarian, oleh karenanya Bandung pada tanggal, 4 April 1945 dari kesenian tradisional Ketuk Tilu pada gilir- seorang ayah bernama H. Suhari Miharta annya menjadi dasar struktur koreografi dan ibunya bernama Hj. Oyoh, merupakan penciptaan tari Jaipongan. anak pertama dari lima bersaudara, yaitu: Selanjutnya adalah kesenian Topeng Gugus Gusnadi, Gagar Garwati, Dedi Banjet, Ia pelajari dari Bapak Epeng, Ali Kusnadi, dan Gagan Suhanda. Pekerjaan Saban, dan Bah Pendul. Khususnya dalam ayahnya waktu itu adalah juru tulis di penampilan penari perempuan, pada u- kantor Kelurahan Bojong Loa, Kecamatan mumnya menggunakan ragam hias yang Kopo, Kotamadya Bandung, dan juga se- cukup menarik mulai dari bagian rambut bagai guru Penca di daerah tersebut. menggunakan hiasan kembang, busana- Dalam meniti karir berkeseniannya, nya menggunakan kabaya yang dihiasi Gugum memulainya dengan belajar ber- dengan Toka-Toka atau tola, kewer, dan ba- bagai jurus penca dari berbagai ‘aliran’, gian bawahnya menggunakan sinjang. Di seperti; Cikalong, Cimande, dan Sabandar. sisi lain, kesenian ini diiringi oleh seper- Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 1, Januari - Maret 2012: 37- 51 40 angkat waditra Ketuk Tilu, namun ada pula aktif dalam peristiwa Bajidoran), yakni me- yang menggunakan gamelan lengkap ber- minta lagu, menari, dan memberi uang laras salendro. Adapun gerak tarinya yang jaban (saweran; memberikan uang kepada cenderung erotis, (terkenal dengan istilah sinden atau pangrawit). eplok cendol atau ‘goyang Karawang’ yang Ketertarikan Gugum pada kesenian disajikan oleh kembang topeng atau penari ini, karena terdapatnya kesamaan bentuk primadona), memberikan penebalan ter- sajian dengan beberapa jenis kesenian hadap munculnya nuansa erotis dalam yang telah dipelajari sebelumnya, teru- Jaipongan. Bahkan Gugum menegaskan, tama pada; Ketuk Tilu, Penca, dan Topeng bahwa “...dalam mempelajari gerak-gerak