JOGED Volume 16 No 2 Oktober 2020 ISSN: 1858-3989 p. 115-130

MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

Dwi Risnawati Ayuningsih Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Email: [email protected]

RINGKASAN

Tari Rawayan merupakan tari karya Gugum Gumbira Tirasondjaja yang diciptakan tahun 1986 sebagai hadiah dalam acara memperingati hari ulang tahun Ibu Negara Republik Indonesia yaitu Raden Ayu Siti Hartinah atau yang akrab disapa ibu Tien Soeharto di gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Tari Rawayan merupakan suatu tarian yang berisi wejangan kepada seluruh masyarakat khususnya pada masa pemerintahan bapak Soeharto dan ibu Tien bahwa dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung ini, bapak Soeharto dan ibu Tien harus ingat dan hati-hati dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia. Nilai-nilai tradisi tersebut adalah nilai-nilai kehati-hatian dalam bertindak akan segala sesuatu. Penelitian ini memfokuskan pada makna simbolis yang terkandung dalam tari Rawayan. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan hermeneutika dengan teori intensional Weber. Pendekatan hermeneutika membantu peneliti dalam memahami sisi historis dan humanistik dari latar belakang penciptaan tari Rawayan dan sosok Gugum Gumbira dalam menciptakan tari Rawayan. Teori intensional mengungkapkan bahwa makna hadir berdasarkan niat dan tujuan dari sang pencipta tari. Teori tersebut membantu memahami makna tersirat pada tari Rawayan yang terkandung dari berbagai aspek pendukung tari yaitu gerak tari, rias busana, serta iringan tari. Ketiga aspek pendukung tari tersebut menuju pada satu makna yang sama yaitu makna kehati-hatian dalam menjalani kehidupan.

Kata Kunci: Gugum Gumbira, Tari Rawayan, Makna simbolis.

ABSTRACT Rawayan dance is a Jaipongan dance by Gugum Gumbira Tirasondjaja which was created in 1986 as a gift to commemorate the birthday of the First Lady of the Republic of Indonesia, Raden Ayu Siti Hartinah or familiarly known as Tien Soeharto's in Sasono Langen Budoyo building Beautiful Indonesia Miniature Park Jakarta. Rawayan dance is a dance that contains advice to the entire community, especially during the reign of Mr. Soeharto and Mrs. Tien that in this ongoing development period, Mr. Soeharto and Mrs. Tien must remember and be careful in maintaining the traditional values of the Indonesian people.These traditional values are the values of prudence in acting on everything. This study focuses on the symbolic meaning contained in Rawayan dance, to answer the problems of the research, a hermeneutic approach is used with the intentional theory put forward by Max Weber. The hermeneutic approach helps researchers to understand the historical and humanistic side of the background of the creation of Rawayan dance and Gugum Gumbira's own figure in creating Rawayan dance. Intentional theory reveals that meaning is present based on the intention and purpose of the creator of dance. The theory helps researchers to understand the implicit meal found in Rawayan dance. The symbolic meaning contained in Rawayan dance can be

115

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

seen from many aspects of dance support namely dance moves, dressing, and dance accompaniment. Of the three aspects of supporting the dance, headed on one and the same meaning is the meaning of caution in living life.

Key Words: Gugum Gumbira, Rawayan dance, symbolic meaning.

I. PENDAHULUAN

Tari Rawayan merupakan sebuah tarian tersebut berada di Kecamatan Leuwidamar, bergenre tari Jaipongan yang diciptakan oleh Kabupaten Lebak, Desa Kanekes, Kampung Gugum Gumbira pada tahun 1986 sebagai Gajeboh, Banten, Jawa Barat. hadiah ulang tahun ibu Tien Soeharto di Hasil wawancara peneliti dengan Gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Gugum Gumbira, bahwasanya dalam Indonesia Indah Jakarta dan ditarikan oleh penciptaan tari Rawayan Gugum Gumbira tujuh orang penari putri. Pada bagian tata rias tidak diberikan tema khusus untuk pembuatan busana tari Rawayan, di bagian rias kepala karya tari tersebut, namun karena Negara menggunakan konde (sanggul), hiasan sanggul Republik Indonesia saat itu dipimpin oleh berbentuk daun awi (daun bambu), dan ronce bapak Presiden Soeharto dan ibu Tien yang (rangkaian bunga melati). Pada bagian busana, dikenal sebagai bapak dan ibu pembangunan, tari Rawayan menggunakan rompi, baju Gugum Gumbira membuat karya yang sarat lengan panjang berbahan ketat, sinjang dodot akan kehati-hatian. Gugum Gumbira yang dimodifikasi menjadi rok, dan celana menjelaskan bahwa orang-orang yang panjang berbahan ketat. Busana tersebut mengerti tradisi sangat hati-hati dalam didominasi dengan warna biru tua dan biru membangun sesuatu entah itu sesuatu yang muda. Laras yang mengiringi tari tampak seperti contohnya sebuah bangunan Rawayan adalah laras saléndro dengan atau sesuatu yang tidak tampak seperti Gending Sekar Ageung dalam lagu Tablo Naik contohnya karakter atau sebuah pemikiran, Gendu. 1 Kata Rawayan merupakan bahasa begitu juga yang Gugum Gumbira harapkan Sunda yang memiliki arti jembatan gantung dari pemahamannya mengenai kehati-hatian yang terbuat dari bambu. Jembatan gantung

1 Iyus Rusliana, Gugum Gumbira Dari ChaCha Ke Jaipongan, Bandung: Sunan Ambu Press – STSI Bandung, 2007, 82.

116

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

yang ditujukan untuk bapak dan ibu membuat karya-karya tari untuk penyambutan pembangunan.2 dan perayaan hari-hari besar kenegaraan yang Pada tari Rawayan, peneliti tertarik ditarikan oleh penari secara kelompok kecil dengan bentuk visual tari Rawayan yang maupun secara kelompok besar atau kolosal. meliputi aspek gerak dan rias busana, selain itu Pada proses penciptaan tari Rawayan peneliti telah menguasai tari Rawayan dalam seluruh aspeknya diawasi oleh para istri sehingga tertarik untuk meneliti latar belakang dari Kabinet Pemerintahan Soeharto yang penciptaan, makna, dan pesan yang ingin beretnis Sunda. Mereka bersama-sama ikut disampaikan oleh Gugum Gumbira dalam tari berpartisipasi untuk mensukseskan penciptaan Rawayan tersebut. tari Rawayan tersebut. Para istri tersebut memberikan masukan dan pesan bahwasanya karya tari Jaipongan ini akan dipentaskan di II. PEMBAHASAN depan tamu kenegaraan, maka dari itu seluruh A. Latar Belakang Penciptaan Tari unsur koreografi tari Rawayan dibuat sebaik Rawayan mungkin dengan tetap menghargai seorang ibu Latar Belakang Gugum Gumbira Tien Soeharto yang berlatar belakang seorang diminta untuk membuat karya tari sebagai bangsawan dari Mangkunegaran. hadiah ulang tahun ibu Tien Soeharto Secara kebetulan, Gugum Gumbira dikarenakan Gugum Gumbira memiliki bertemu dengan seorang anggota Suku Baduy hubungan erat dengan Keluarga Cendana. Hal Luar yang datang ke kediamannya, sayangnya tersebut dikarenakan para putri dari bapak Gugum Gumbira tidak menjelaskan lebih Soeharto dan ibu Tien belajar tari Jaipongan lanjut mengenai siapa nama orang tersebut, dengan Gugum Gumbira, yang membuat putri apakah dia masyarakat biasa atau memiliki dari bapak Soeharto dan ibu Tien berniat untuk kedudukan di Suku Baduy Luar, dan apa dibuatkan tari Jaipongan sebagai hadiah ulang tujuannya datang ke kediaman Gugum. Orang tahun untuk sang ibunda. Dipilihnya tari dari masyarakat Suku Baduy Luar tersebut Jaipongan dan seorang Gugum Gumbira juga merceritakan tentang bagaimana nilai-nilai dikarenakan tari Jaipongan sedang ramai kehidupan tradisional masyarakat Suku Baduy dibicarakan sebagai genre baru tari Sunda dan masih dipertahankan hingga saat ini. Cerita pengalaman seorang Gugum Gumbira dalam tersebut dijadikan inspirasi oleh Gugum

Gumbira untuk menciptakan sebuah nama 2 Wawancara dengan Gugum Gumbira, pencipta tari Rawayan, tanggal 13 Januari 2019. karya tari yang akan dipersembahkan sebagai Diizkan untuk dikutip.

117

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

hadiah ulang tahun ibu Tien yaitu Tari Tema dari tari Rawayan ini adalah Rawayan. Gugum Gumbira mengatakan, kehati-hatian yang meliputi segala aspek beliau ingin menyampaikan kepada bapak kehidupan yang dijalani seorang manusia. Soeharto dan ibu Tien bahwa dalam masa Tema tersebut ditafsirkan berdasarkan pembangunan yang sedang berlangsung ini, wawancara peneliti dengan Gugum Gumbira bapak Soeharto dan ibu Tien harus ingat dan yang ingin menyampaikan kepada bapak hati-hati dalam mempertahankan nilai-nilai Soeharto dan ibu Tien bahwa dalam masa tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia. Nilai- pembangunan yang sedang berlangsung, bapak nilai tradisi tersebut adalah nilai-nilai kehati- Soeharto dan ibu Tien harus ingat dan hati-hati hatian dalam bertindak akan segala sesuatu. dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi yang Gugum Gumbira sangat detail dalam dimiliki bangsa Indonesia. Nilai-nilai tradisi proses penciptaan tari Rawayan, segala hal tersebut adalah nilai-nilai kehati-hatian dalam sekecil apapun sangat dipertimbangkan, mulai bersikap, berbicara, dan bertindak akan segala dari aspek gerak, aspek rias busana, suasana sesuatu. dari iringan musik, pemilihan gending, dan 2. Judul Tari Rawayan syair lagu di dalam tari Rawayan yang dibuat oleh Gugum Gumbira bersama tim penata rias dan busana serta penata iringan tari Rawayan menggunakan makna simbolis yang membantu agar pesan yang ingin disampaikan tercapai, meskipun secara tersirat (implisit). Gugum

Gumbira bersikeras untuk membuat karya tari yang tetap bergenre tari Jaipongan namun berbeda dari tari Jaipongan lainnya dan memiliki makna yang dalam namun dapat Gambar 1: Rawayan yang Menghubungkan Kampung Gajeboh dan Kampung Cicakal dipahami, tidak hanya oleh kalangan Muara. masyarakat yang mengenal dunia tari namun Sumber: Dokumentasi Dwi Risnawati Ayuningsih, tanggal 30 Maret 2019. juga dipahami oleh kalangan masyarakat awam yang tidak mengenal dunia tari. Judul pada karya tari Rawayan ini diambil dari kata rawayan yang berasal dari B. Bentuk Penyajian Tari Rawayan bahasa Sunda yang memiliki arti jembatan 1. Tema Tari Rawayan gantung yang terbuat dari bambu. Jembatan

118

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

yang dimaksud dalam judul karya tari memiliki tiga frase gerak spesifik yaitu Rawayan merupakan jembatan gantung yang Lengkah Maung, Bata Murag, dan Teundeut terdapat di Kampung Gajeboh, Desa Kanekes, Jagat yang tidak ditemukan di tari Jaipongan Kabupaten Lebak, Banten, Jawa Barat. lain dan juga tidak tampak unsur 3G (Geol, Korelasi antara judul tari dengan tema tari Gitek, Goyang) pada gerak tarinya. Rawayan adalah disaat menyeberangi Peniadaan unsur gerak 3G (Geol, rawayan, kita harus berhati-hati dalam Gitek, Goyang) yang menjadi ciri khas tari melangkah. Hal tersebut dianalogikan dengan Jaipongan dilakukan sebagai wujud situasi yang terjadi pada masa pembangunan menghargai latar belakang ibu Tien Soeharto yang dipimpin bapak Soeharto dan ibu Tien. sebagai perempuan Jawa yang masih memiliki Gugum Gumbira ingin menyampaikan kepada keturunan darah Mangkunegaran, karena unsur bapak Soeharto dan ibu Tien bahwa dalam 3G (Geol, Gitek, Goyang) di daerah Jawa masa pembangunan yang sedang berlangsung Tengah dianggap sebagai hal yang mengarah ini, bapak Soeharto dan ibu Tien harus ingat ke pada sesuatu yang dalam bahasa Jawa dan hati-hati dalam mempertahankan nilai- disebut saru dan memiliki arti tidak senonoh. nilai tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia Unsur 3G (Geol, Gitek, Goyang) tersebut juga agar tercapai kestabilan yang merupakan ditiadakan mengingat tari Rawayan ini persyaratan agar pembangunan dapat dipentaskan di hadapan para pemimpin negara berlangsung dengan baik.3 dan dihadiri oleh para tamu-tamu undangan kenegaraan dalam acara memperingati hari 3. Aspek Gerak Tari Rawayan ulang tahun Ibu Negara Republik Indonesia. Gerak pada tari Rawayan terinspirasi Hal tersebut menjadikan tari Rawayan sebagai oleh gerak-gerak Ketuk Tilu dan Pencak Silat. pelopor pembaharuan tari Jaipongan dan Pada aspek gerak tari Rawayan memiliki mengubah citra tari Jaipongan yang terkesan tipikal gerak yang khas dalam menggerakkan erotis menjadi tari yang patut disejajarkan setiap frase dan motifnya. Setiap desain-desain dengan genre tari Sunda sebelumnya yang gerak yang terdapat pada tari Rawayan bergenre tari klasik. berjangkauan luas, lebar, panjang dan tinggi Tari Rawayan memiliki gerak spesifik dengan ritme lambat namun dapat berubah yang hanya ada pada tari Rawayan, gerakan menjadi tiba-tiba cepat. Tari Rawayan tersebut adalah frase gerak Lengkah Maung,

Bata Murag, dan Teundeut Jagat. Lengkah 3 Wawancara dengan narasumber Gugum Gumbira, pencipta tari Rawayan, tanggal 13 Januari Maung merupakan bahasa Sunda yang berarti 2019. Diizkan untuk dikutip.

119

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

langkah harimau. Masyarakat Sunda Pada saat melakukan frase gerak menggunakan harimau sebagai simbol dalam Lengkah Maung, keseimbangan kaki penari berbagai hal seperti penggunaan nama daerah harus dijaga dengan baik, karena bila tidak (Cimacan), simbol Komando Daerah Militer menjaga keseimbangan dalam melakukan (Kodam) Siliwangi, hingga julukan klub sepak geraknya penari akan mudah terjatuh. Hal bola kebanggaan warga Bandung (Persib) tersebut Gugum Gumbira analogikan dengan yang dijuluki Maung Bandung. Simbol maung kehidupan manusia, saat menjalani kehidupan, digunakan masyarakat Sunda sebagai pedoman manusia harus berhati-hati dalam mengambil hidup bahwa sifat-sifat harimau seperti langkah, tindakan, keputusan, dan sebagainya pemberani, tegas, namun sangat menyayangi agar tidak terjadi hal-hal yang buruk keluarga sebagai lelaku yang harus dijalani menimpanya. dalam kehidupan nyata.4 Bata Murag merupakan bahasa Sunda Bila dilihat dari gerakan dan pemilihan yang berarti bata atau sejenis batu untuk nama gerak dapat dikatakan bahwa Gugum membangun bangunan yang jatuh. Gugum Gumbira terinspirasi dari cara berjalan Gumbira menganalogikan bata yang jatuh harimau sang raja hutan yang tangguh dan tersebut dengan suatu kejadian yang percaya diri namun tetap berhati-hati menjaga menakutkan atau mengerikan yang dapat langkahnya bila mana terjadi serangan. Gugum terjadi di dalam kehidupan manusia. Kejadian Gumbira menganalogikan sifat binatang tersebut dapat berupa kehilangan dengan harimau dengan sifat seorang raja atau contoh kehilangan orang yang dicintai, pemimpin, penguasa, panutan yang pemberani, kehilangan harta benda, kehilangan derajat dan tegas, namun sangat menyayangi keluarga. martabat, dan jenis kehilangan yang lainnya.

Gambar 2: Tari Rawayan Pada Gambar 3: Tari Motif Gerak Rawayan pada Lengkah Maung Kanan dalam Frase Motif Gerak Malik Lengkah Maung. Lengah Dalam Sumber: Frase Bata Murag. gproject.asia tahun 2017. Sumber: gproject.asia tahun 2017.

4 www.berdikarionline.com diakses pada tanggal 11 Mei 2019 pada pukul 20.42 WIB.

120

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

Pada saat melakukan frase gerak Bata

Murag, keseimbangan kaki dan keluwesan torso penari harus dilakukan dengan baik, karena bila tidak memiliki keseimbangan dan keluwesan dalam bergerak penari akan mudah terjatuh dan terkilir. Hal tersebut Gugum

Gumbira analogikan dengan kehidupan manusia, yang harus siap dalam segala kondisi Gambar 4: Tari Rawayan pada Motif Gerak disaat menjalani kehidupan dan memiliki hati Teundeut Jagat dalam Frase Teundeut Jagat. Sumber: gproject.asia tahun 2017. yang lapang saat tertimpa musibah. Manusia harus berhati-hati dalam mengambil langkah, Pada saat melakukan frase gerak tindakan, keputusan, dan sebagainya agar tidak Teundeut Jagat, dibutuhkan keluwesan pada terjadi hal-hal yang buruk menimpanya, bagian torso, jangkauan tangan yang luas, dan namun bila hal buruk itu terjadi maka kita keseimbangan yang baik, karena bila tidak harus sabar menjalaninya dan berdoa agar kita memiliki keluwesan, jangkauan tangan yang dapat bangkit dari keterpurukan tersebut. luas dan keseimbangan dalam bergerak penari Teundeut Jagat merupakan bahasa akan mudah terjatuh, terkilir, dan gerakan Sunda yang berarti menekan semesta. Gugum tersebut tampak tidak tuntas digerakkan. Hal Gumbira menganalogikan menekan semesta tersebut Gugum Gumbira analogikan dengan dengan membuat suatu keputusan dengan kehidupan manusia, yang harus memiliki sikap segala pertimbangan untuk sebuah kebaikan. yang luwes dalam segala keadaan namun tetap Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya mempunyai satu tujuan dan meyakini tujuan pasti selalu dihadapkan dengan berbagai tersebut adalah yang terbaik. pilihan. Terkadang manusia menjadi bimbang untuk mengambil keputusan mana yang paling 4. Aspek Penari dalam Tari Rawayan baik. Manusia memerlukan tekad dan Hasil wawancara peneliti dengan Mira keyakinan yang kuat untuk percaya Tejaningrum selaku putri dari Gugum mengambil sebuah keputusan. Kebulatan tekad Gumbira dan salah satu penari pertama yang dan keyakinan bahwa keputusan yang dipilih menarikan tari Rawayan mengatakan bahwa itu tepat akan membawa kita pada kebaikan itu tari Rawayan pertama kali ditarikan oleh tujuh sendiri. orang penari perempuan. Tujuh penari perempuan tersebut bernama Mira, Nani, Nina,

121

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

Cica, Yayah, Ine, dan Iin. Tari Rawayan wanda, wirahma, sari, dan alus. Bisa, adalah ditarikan oleh penari berjenis kelamin tingkat kepiawaian penguasaan gerak atau perempuan karena menurut Gugum Gumbira koreografi. Wanda, adalah tingkat kepiawaian perempuan memiliki sifat lembut namun penyelarasan postur tubuh, rias, dan busana terlihat kokoh dan kuat yang berbeda dengan dengan tarian yang dibawakan. Wirahma, laki-laki.5 adalah tingkat kepiawaian penguasaan irama Sebagian besar karya-karya tari tari dan keselarasan dengan iringan tari. Sari, Jaipongan Gugum Gumbira ditarikan oleh adalah tingkat kepiawaian penguasaan isi penari perempuan. Gugum Gumbira tarian atau penjiwaan. Alus, adalah tingkat terinspirasi oleh penari perempuan pada kepiawaian penguasaan menyatukan kekuatan kesenian Ketuk Tilu dan Kliningan Bajidoran unsur bisa, wanda, wirahma, dan sari. Pada yang disebut . Gugum Gumbira tahap pemilihan penari yang menarikan tari memandang ronggeng bukan hanya sebatas Rawayan, Gugum Gumbira memilih penari sosok perempuan pemuas hasrat bajidor yang memiliki kriteria alus. Penari yang (penari laki-laki yang ada di kesenian menarikan tari Rawayan harus berkriteria alus Kliningan Bajidoran) tetapi juga sosok karena dalam tari Rawayan Gugum Gumbira perempuan yang memiliki rasa juang dan rasa memberikan makna yang dalam. Gugum kepercayaan diri yang tinggi dalam Gumbira ingin penarinya piawai mempertahankan hidup demi keluarganya. menyelaraskan unsur gerak, iringan tari, rias Pada koreografi tari Rawayan memiliki busana, dan penjiwaan pada tari Rawayan. banyak motif langkah beritme lambat dengan pengaturan tenaga yang halus namun terlihat 5. Aspek Iringan Tari Rawayan kokoh dan kuat. Rasa halus namun kokoh Hasil wawancara dengan Ismet tersebutlah yang merupakan sebuah keindahan Ruchimat selaku arranger iringan tari yang hanya dimiliki oleh perempuan menurut Rawayan disimpulkan bahwa pada awalnya di Gugum Gumbira.6 tahun 1986 kreator iringan tari Rawayan Kriteria kepenarian yang menjadi tolak adalah bapak Meman dan kawan-kawan. Ismet ukur kemampuan penari Sunda yaitu bisa, mengaransemen iringan tari Rawayan pada tahun 2013. Alasan Padepokan Jugala

5Wawancara dengan Mira Tejaningrum, putri mengaransemen iringan tari Rawayan adalah dari Gugum Gumbira dan penari tari Rawayan, tanggal 13 April, 2019. Diizinkan untuk dikutip. sebagai wujud pembaharuan. Tidak ada hal 6 Wawancara dengan Gugum Gumbira, pencipta tari Rawayan, tanggal 12 Januari 2019. yang diubah dalam aransemen yang dilakukan Diizinkan untuk dikutip.

122

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

oleh Ismet, Ismet hanya menambah kualitas bergenre , namun Meman dan Gugum iringan tanpa mengubah struktur dan pola Gumbira memakai Gending Sekar Ageung musik iringan tari Rawayan terdahulu. Pada untuk memberikan suasana keagungan pada penjelasannya Ismet menambahkan, iringan tari Rawayan ini. Alasan pemilihan Gending musik tari Rawayan memiliki banyak Sekar Ageung karena gending tersebut keunikan yang tidak dimiliki oleh iringan tari memiliki suasana yang agung dan hikmat. Jaipongan lain. Suasana tersebut dibangun sebagai wujud Keunikan yang dimiliki adalah iringan penghormatan kepada bapak Soeharto dan ibu tari Rawayan merupakan pelopor tepak Tien sebagai sosok pemimpin Negara kendang progresif karena cara memainkan Republik Indonesia beserta tamu-tamu kendangnya tidak verbal mengikuti gerak undangan kenegaraan, dengan harapan dapat tarinya atau bersifat kontras dengan gerak menjadi hadiah yang pantas dan dapat penari, pemain alat musiknya mengerti estetika menyenangkan hati serta sebagai sambutan musik karena memiliki latar belakang yang hangat bagi bapak Soeharto, ibu Tien, akademis, rumpaka (lirik lagu) yang dan masyarakat lain yang menonton. 8 mengiringi tari Rawayan diambil dari rumpaka Rumpaka (lirik lagu) yang mengiri tari pupuh (lirik puisi) dari pupuh Asmarandana Rawayan diambil dari rumpaka pupuh (lirik yang menceritakan tentang pepeling puisi) dari pupuh Asmarandana dan rumpaka (pengingat), serta iringan tarinya Tablo Naik Gendu yang dibuat sendiri oleh menggunakan Gending Sekar Ageung dengan Gugum Gumbira bersama Meman dan kawan- lagu Tablo Naik Gendu. Baik iringan maupun kawan. 9 Isi rumpaka tersebut menceritakan gerak tari Rawayan merupakan master piece tentang pepeling (pengingat) bagi manusia dari Padepokan Jugala.7 Bentuk gending yang hidup di dunia. yang mengiringi tari Rawayan adalah Gending Arti syair lagu tari Rawayan ini Sekar Ageung. Gending Sekar Ageung dapat mengingatkan kita sebagai manusia bahwa juga disebut lagu ageung atau lagu besar yang hidup di dunia ini hanya sementara, kita pun gendingnya relatif panjang dan suasana yang tidak memiliki kekuasaan, dan bila kita dimunculkan oleh suaranya adalah keteguhan menyimpang penyesalanlah yang akan kita hati dan kasmaran. Biasanya Gending Sekar

Ageung digunakan untuk mengiringi tarian 8 Wawancara dengan Gugum Gumbira, pencipta tari Rawayan, tanggal 13 Januari 2019. Diizkan untuk dikutip. 7 Wawancara dengan Ismet Ruchimat 9Wawancara dengan Asep Saepudin, dosen ,arranger tari Rawayan pada tahun 2013, tanggal 2 Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta, tanggal 24 April April 2019. Diizinkan untuk dikutip. 2019. Diizinkan untuk dikutip.

123

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

dapatkan. Jika kita sayang pada diri kita (daun bambu) berwarna perak, serta ronce sendiri, sudah tentu kita tidak punya sifat (rangkaian bunga melati). Penggunaan hiasan dengki yang ada di dalam hidup. Dunia ini sanggul berbentuk daun bambu menegaskan memiliki banyak kebahagiaan, maka dari itu bahwa tanaman bambu dalam setiap bagian kita sesama manusia harus saling membantu memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Pada dalam segala hal dan menghindari bagian tunas mudanya dapat dijadikan pertengkaran. Manusia diungkapkan sebagai makanan, batangnya dapat digunakan sebagai kupu-kupu yang bisa terbang dengan wadah memasak dan juga dapat digunakan sendirinya, dengan percaya diri membawa sebagai pengganti kayu dalam membuat sarana berita kepada seluruh dunia tentang arti rumah tangga, daunnya dapat berguna sebagai kehidupan. Lewat rumpaka tersebut Gugum alat pembungkus makanan, dan akarnya dapat Gumbira ingin menyampaikan kepada bapak menjadi berbagai kerajinan. Gugum Gumbira Soeharto dan ibu Tien bahwa dalam masa menganalogikan sifat manusia harus berguna pembangunan yang sedang berlangsung, bapak bagi banyak orang sama seperti tanaman Soeharto dan ibu Tien harus ingat dan hati-hati bambu yang dalam setiap bagiannya dapat dalam bersikap dan bertindak akan segala berguna dan memiliki manfaat. sesuatu, agar tidak terjadi pertengkaran dan Pada psikologi warna, perak perpecahan. menandakan waktu untuk refleksi dan perubahan arah sebagaimana karakteristiknya 6. Aspek Rias dan Busana Tari Rawayan yang memberikan pantulan sinar jauh ke Pada tari Rawayan penari depan. Warna perak bersifat menenangkan dan menggunakan rias korektif. Rias korektif yaitu memurnikan, maka dari itu warna perak tata rias wajah yang menggunakan bahan- membantu proses pembersihan dan pelepasan bahan kosmetik dengan polesan yang tidak dari masalahyang terkait dengan mental, fisik, berlebihan serta bentuk alis hanya dipertebal dan emosional, dengan karakteristiknya yang sesuai dengan bentuk wajahnya, dalam arti reflektif (cermin), fleksibel, dan sensitif, warna kalau untuk wanita akan terlihat lebih cantik perak dipercaya sebagai cermin menuju jiwa, dan mempertegas bentuk garis pada bagian sehingga membantu kita melihat diri sendiri wajah. 10 Pada bagian kepala, dipakai konde dari mata orang lain. 11 Bunga melati yang (sanggul), hiasan sanggul berbentuk daun awi digunakan pada tari Rawayan merupakan

10 Indah Nuraini, Tata Rias dan Busana 11http://informasitips.com/arti-warna-silver- Wayang Orang Gaya Surakarta, Yogyakarta: Badan perak diakses pada tanggal 12 Mei 2019 pada pukul Penerbit ISI Yogyakarta, 2011, 45. 10.40 WIB.

124

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

ronce (rangkaian bunga melati) yang disusun pohon bambu yang kokoh namun memiliki memanjang dari konde (sanggul) hingga unsur elastisitas. Dari wawancara dengan bagian bawah dada. Letak ronce bunga melati Miya Rumiyana Soelandjana sebagai penata tersebut berada di bagian sisi kiri kepala rias busana tari Rawayan, didapatkan data penari. Bunga melati merupakan simbol bahwa Gugum Gumbira tidak mengaitkan wanita yang menjunjung tradisi, penggunaan kaos dan celana panjang berbahan menggambarkan kesucian, keanggunan, ketat ini kepada unsur keagamaan atau unsur kesederhanaan, dan ketulusan. lainnya. Gugum Gumbira hanya ingin melihat Pada bagian busana, tari Rawayan penarinya bergerak dengan bebas dan leluasa didominasi dengan warna biru tua dan biru tanpa harus memikirkan bentuk busana yang muda. Bagian badan memakai baju kaos rumit.13 lengan panjang berbahan ketat berwarna biru Pada psikologi warna biru umumnya muda. Pada bagian luarnya diberi rompi memberikan efek menenangkan dan diyakini berbahan satin berwarna biru tua berkancing mampu mengatasi kecemasan serta belakang, bagian depan rompi diberi draperi. merangsang pemikiran yang jernih. 14 Gugum Bagian kaki mengenakan celana panjang Gumbira menjelaskan bahwa pada kostum tari berbahan ketat berwarna biru muda. Pada Rawayan didominasi oleh warna biru karena bagian luarnya memakai sinjang dodot yang Gugum Gumbira ingin warna biru itu dimodifikasi menjadi rok berbahan satin yang memberikan aura kelembutan, ketenangan, dirempel pada bagian bawahnya dengan warna kedamaian, keikhlasan yang mengingatkan biru tua. Pengganti selendang sekaligus ikat kita untuk bersikap lembut, tenang, damai, dan pinggang berwarna biru tua dan diberi renda ikhlas dalam menghadapi kehidupan. berwarna perak. Aksesoris yang melengkapi tampilan visualnya yaitu gelang tangan berwarna perak, anting yang berwarna biru, dan kalung rantai berwarna perak.12

Gugum Gumbira menjelaskan bahwa penggunaan kaos dan celana panjang berbahan ketat pada tari Rawayan berfungsi untuk mempermudah penari dalam bergerak, seperti 13 Wawancara dengan Miya Rumiyana Soelandjana, perancang rias busana tari Rawayan, 12Wawancara dengan Miya Rumiyana tanggal 6 Mei 2019. Diizinkan untuk dikutip. Soelandjana, perancang rias busana tari Rawayan, 14https://goodminds.id/arti-warna/ diakses pada tanggal 6 Mei 2019. Diizinkan untuk dikutip. tanggal 12 Mei 2019 pada pukul 11.28 WIB.

125

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

membuktikan bahwa tari Rawayan memiliki

sejarah yang sangat berharga bagi Gugum

Gumbira, Padepokan Jugala, serta pihak-pihak

yang terlibat dalam penciptaan tari Rawayan

sehingga dapat dilihat tidak terdapat

pembaharuan yang terjadi pada tari Rawayan

sejak pertama kali dipentaskan hingga saat ini

karena Gugum Gumbira ingin menjaga

Gambar 5: Mayarakat Suku Baduy Luar orisinalitas tari Rawayan. (Berbaju Hitam Dengan Ikat Kepala Berwarna Biru). III. PENUTUP Sumber: http://www.mongabay.co.id/2018/04/25/begini -meriahnya-serba-baduy-ritual-syukur- Tari Rawayan merupakan sebuah tari masyarakat-baduy/ diakses pada tanggal 13 Jaipongan karya Gugum Gumbira yang syarat Mei 2019 pada pukul 17.57 WIB. akan makna simbolis yang terkandung di Penggunaan warna biru juga dipilih dalamnya. Makna yang terkandung tersebut, karena warna biru merupakan warna kain khas menggambarkan bagaimana cara menyikapi Suku Baduy Luar. Laki-laki Suku Baduy Luar kehidupan yang hanya penuh dengan menggunakan kain bermotif khas mereka kefanaan. Setiap manusia yang hidup di dunia sebagai ikat kepala, sedangkan kaum ini seperti layaknya wayang yang dimainkan perempuan menggunakan kain bermotif khas oleh sang dalang atau Tuhan Yang Maha Esa. mereka pada sinjang (rok). Warna biru sendiri Manusia tidak memiliki daya upaya atau menurut suku Baduy seperti warna langit, kekuatan yang mampu menandingi kuasa-Nya. memiliki arti keteguhan, ketenangan, Hendaknya setiap manusia yang hidup di kemenangan, dan kesucian. Gugum Gumbira dunia harus berhati-hati dalam melangkah dan berharap dengan tari Rawayan yang rias bertindak, bila tidak nafsulah yang akan busananya warna biru dapat menyampaikan membuat diri menyesal. makna untuk bersama-sama hidup menuju titik Tari Rawayan memiliki keterkaitan yang lebih baik dan menjadi pribadi yang khusus dengan masyarakat Suku Baduy Luar. tangguh. Kata Rawayan dalam bahasa Sunda memiliki Busana tari Rawayan tidak banyak arti jembatan yang terbuat dari bambu. berubah dari tahun petama kali dipentaskan di Rawayan terdapat di Kampung Gajeboh, Desa tahun 1986 hingga saat ini. Hal tersebut Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, Jawa

126

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

Barat. Korelasi antara judul tari dengan tema hanya melihat sisi teks suatu karya tari tari Rawayan adalah disaat menyebrangi melainkan melihat juga sisi konteks dari karya rawayan, kita harus berhati-hati dalam tari tersebut. melangkah. Hal tersebut Gugum Gumbira Tari Rawayan pantas dijadikan panutan analogikan dengan situasi yang terjadi pada sikap yang baik bagi masyarakat yang beretnis masa pembangunan yang diusung bapak Sunda sendiri maupun masyarakat di luar etnis Soeharto dan ibu Tien. Ia ingin menyampaikan Sunda, karena tari Rawayan merupakan bahwa dalam masa pembangunan yang sedang sebuah tarian yang memvisualisasikan citra berlangsung ini, bapak Soeharto dan ibu Tien perempuan khususnya perempuan khususnya harus ingat dan hati-hati dalam perempuan Sunda yang pemberani, tangguh, mempertahankan nilai-nilai tradisi yang tegas, percaya diri, bertanggungjawab, dimiliki bangsa Indonesia agar tercapainya memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi dan kestabilan yang merupakan persyaratan agar memiliki rasa mengayomi atau kekeluargaan. pembangunan dapat berlangsung dengan baik. Tari Rawayan dapat dijadikan simbol Hal tersebut bukan hanya wejangan untuk perempuan Sunda yang memiliki dua sisi yang bapak Soeharto dan ibu Tien Soeharto berbeda namun saling berhubungan yaitu sisi melainkan untuk seluruh manusia yang hidup lemah lembut dan sisi tangguh yang di bumi ini. diperlukan dalam menjalani kehidupan. Tari Tari Rawayan merupakan sebuah tarian Rawayan menyimbolkan perempuan Sunda yang tampaknya sederhana namun di balik yang sederhana, cantik apa adanya tidak cantik kesederhanaannya memiliki nilai yang sangat dari sesuatu yang membalut dirinya seperti tinggi. Nilai tinggi yang dimiliki tari Rawayan emas dan permata namun karena kecantikan bukan hanya karena tarian ini tercipta atas yang terpancar dari hatinya, mandiri, dapat permintaan Ibu Negara Republik Indonesia menjadi tulang punggung keluarga, dan pada saat itu yaitu Ibu Tien Soeharto, dihormati di lingkungan sekitarnya. melainkan nilai yang tinggi tersebut muncul Tari Rawayan dapat menjadi tontonan dari makna dan simbol yang Gugum Gumbira serta tuntunan dan diminati sebagai tuangkan pada tari Rawayan tersebut. Tema pembelajaran pelestarian kesenian khususnya tari Rawayan yang mencerminkan kehati- pada bidang seni tari oleh masyarakat hatian yang meliputi segala aspek kehidupan khususnya masyarakat Jawa Barat dan yang dijalani manusia merupakan ilmu yang masyarakat di luar Jawa Barat. Gugum sangat berguna bagi penikmat seni yang tidak

127

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

Gumbira sebagai pencipta tari Rawayan E. Palmer, Richard. 1969. Hermeneutics: bersama tim Padepokan Jugala semestinya Interpretation Theory in lebih genjar membuat workshop tari Rawayan Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer. Terj. Musnur dan karena tari Rawayan ini selain memiliki nilai Damanhuri Muhammed. 2005. yang baik dalam unsur visualnya, tari Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Rawayan juga memiliki nilai yang baik dalam Pustaka Pelajar. konteks makna dan simbol yang terkandung Ekadjati, Edi S. 1984. Masyarakat Sunda dalam setiap aspek yang dimilikinya. Tari dan Kebudayaannya. Jakarta: Rawayan dapat menjadi pengingat Girimukti Pasaka. bahwasanya dalam memimpin negara yang Ekadjati, Edi S. 2009. Kebudayaan Sunda besar ini dibutuhkan pribadi-pribadi yang Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: PT Dunia Pustaka. senantiasa berhati-hati bertindak dan berucap agar terjalinnya keharmonisan yang Fay, Brian. 1998. Contemporary Philosophy of Social Science. Terj. merupakan tujuan dan cita-cita seluruh M. Muhith. 2002. Filsafat Ilmu masyarakat suatu negara. Sosial Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari DAFTAR SUMBER ACUAN Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher A. Sumber Tercetak bekerjasama dengan Jurusan Seni Tari Press FSP, ISI Yogyakarta. Aziz, Herdiani, Rusliana dkk. Ed. Endang Caturwati dan Lalan Ramlan. 2007. Hadi, Y. Sumandiyo. 2014. Koreografi Gugum Gumbira dari ChaCha ke (Bentuk – Teknik – Isi). Yogyakarta: Jaipongan. Bandung: Sunan Ambu Cipta Media. Press - STSI Bandung. Hadi, Y. Sumandiyo. 2017. Koreografi Artha, Arwan Tuti. 2007. Bu Tien Wangsit Ruang Prosenium. Yogyakarta: Keprabon Soeharto. Yogyakarta: Cipta Media. Galangpress. Hellwig, Jean. 1993. Performance in Java Caturawati, Herdiani, Sudjana dkk. Ed. F.X and Bali: Studies of Narrative, Widaryanato dan Endang Caturwati. Theater, Music, and Dance. Ed. 2003. Lokalitas, Gender, dan Seni Bernard Arps. London: University Pertunjukan di Jawa Barat. of London, School of Oriental and Yogyakarta: Aksara Indonesia. African Studies.

Dillistone, F.W. 1986. The Power of Irdawati, 2013. Spektrum Tari Toga: Dari Symbols. Terj. A. Widyamartaya. Legenda ke Notasi Laban. 2002. Daya Kekuatan Simbol. Yogyakarta: Media Kreativa. Yogyakarta: Kanisius.

128

JOGED MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA ISSN: 1858-3989

Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Knapp, Retnowati Abdulgani. 2007. Bacaan dan Sastra Indonesia dan Soeharto the Life and Legacy of Daerah. Indonesian’s Second President. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Saepudin, Asep. 2013. Garap Tepak Kendang Jaipongan Dalam Lubis, Nina Herlina. 1998. Kehidupan Karawitan Sunda. Yogyakarta: BP Kaum Menak Priangan 1800-1942. ISI Yogyakarta. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda. Saepudin, Asep. 2015. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Lubis, Nina Herlina. 2016. Sejarah Kota Jaipongan. Yogyakarta: BP ISI Bandung. Bandung: Pemerintah Yogyakarta. Kota Bandung. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran Narawati, Tati. 2003. Wajah Tari Sunda Sebuah Mozaik Penelitian Seni dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Universitas Pendidikan Indonesia. Sobur, Alex. 2015. Analisis Teks Media Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias dan Busana Suatu Pengantar untuk Analisis Wayang Orang Gaya Surakarta. Wacana, Analisis Semiotik, dan Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Analisis Framing. Bandung: PT Yogyakarta. Remaja Rosdakarya.

Ramlan, Lalan. 2013. “Jaipongan: Genre Suganda, Her. 2007. Jendela Bandung: Tari Generasi Ketiga dalam Pengalaman Bersama Kompas. Perkembangan Seni Pertunjukan Jakarta: Kompas. Tari Sunda”. Jurnal Resital, Vol. 14 ,No. 1, Juni, Yogyakarta, 41. Sumardjo, Jakob. 2011. Pola Rasionalitas Budaya. Bandung: Kelir. Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Sumardjo, Jakob. 2014. Estetika Paradoks. Pustaka Pelajar. Bandung: Kelir.

Robinson, Richard. 1986. Indonesian : The Sumaryono. 2014. Karawitan Tari Suatu Rise of Capital. Terj. Harsutejo. Analisis Tata Hubungan. 2012. Soeharto & Bangkitnya Yogyakarta: Cipta Media. Kapitalisme Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu. Sumaryono. 2017. Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika Media Kreatifa. Paradigma, Teori, dan Metode Intepretasi Tanda dari Semiotika Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik Sebuah Struktural Hingga Dekonstruksi. Metode Filsafat. Yogyakarta: Bandung: CV Pustaka Setia. Kanisius.

S. Kosoh, Suwarno K, Syafei. 1979. B. Narasumber: Sejarah Daerah Jawa Barat.

129

JOGED ISSN: 1858-3989 MAKNA SIMBOLIS TARI RAWAYAN KARYA GUGUM GUMBIRA

Nama : Gugum Gumbira Jawa Barat yang dipublish oleh Aki Umur : 74 Tahun Anom. Diakses pada tanggal 20 Mei 2019. Nama : Mira Tejaningrum Umur : 50 Tahun D. Webtografi Nama : Diah Agustini https://budaya-indonesia.org/Tari- Umur : 46 Tahun Jaipongan-Rawayan Nama : Ismet Ruchimat Umur : 51 Tahun repository.upi.edu/20264/.

Nama : Miya Rumiyana Soelandjana Umur : 74 Tahun

Nama : Asep Saepudin Umur : 42 Tahun

Nama : Dira Umur : 30 Tahun

C. Diskografi https://doksen.isbi.ac.id/index.php/v ideo/video-fsp/video-tari/video/tari- rawayan. Video tari Rawayan yang merupakan video Ujian Tugas Akhir Gel 1. Fakultas Seni Pertunjukan Prodi Seni Tari ISBI Bandung Tahun 2017 oleh Mella Restuaffina. Diakses pada tanggal 20 Mei 2019.

https://www.google.com/url?sa+t&s ource+web&rct+j&url+%23&ved=0 ahUKEwjx36KXrqjiAhUN4o8KHS p3Db8Qxa8BCCgwAQ&usg. Video tari Rawayan yang merupakan video Ujian Tugas Akhir Prodi Seni Tari SMKN 10 Bandung Tahun 2015 oleh Elma Merdiana. Diakses pada tanggal 20 Mei 2019.

https://www.google.com/url?sa=t&s ource=web&rct=j&url=%23&ved=0 ahUKWwjJq8ru8LTjAhU07nMBHe WiB9QQxa8BCDkwCQ&usg. Video tari Rawayan yang merupakan video Pasanggiri Jaipongan Jugala Raya 2013 se-

130