4. ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian 4.1.1. Profil Persebaya adalah suatu klub sepak bola profesional yang berbasis di Surabaya. Klub dengan julukan Bajol Ijo atau Green Force ini didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya. Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ , BIVB (sekarang ), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub dan dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya. Pada musim 2009/2010 merupakan awal mula dualisme Persebaya Surabaya. Persebaya Surabaya (PT Persebaya Indonesia) mengalami degradasi ke Divisi Utama akibat dipaksa melakukan pertandingan ulang sebanyak 3 kali melawan Persik 37 Universitas Kristen Petra

Kediri dengan tempat yang berbeda yaitu di Kediri, Yogyakarta, dan Palembang. Pada pertandingan ulang ketiga pihak Persebaya menolak melakukan pertandingan ulang, pihak manajemen tidak terima dan tidak mau ikut Divisi Utama kemudian mengikuti liga ilegal "Liga Primer Indonesia" dari sebelumnya bernama Persebaya Surabaya (PT Surabaya Indonesia) diubah menjadi Persebaya 1927 (PT Persebaya Indonesia). Kemudian Divisi Utama musim selanjutnya, Persikubar Kutai Barat diambil oleh Wisnu Wardhana dan diubah nama menjadi Persebaya Surabaya (kini Bhayangkara FC) untuk bisa mengikuti Liga Indonesia, kemudian berhasil promosi kembali ke Liga Super Indonesia pada musim 2014. Pada musim tersebut sayangnya liga diberhentikan setelah tidak diakui oleh Pemerintah dan kemudian Indonesia di Banned oleh FIFA. Sempat dibekukan oleh PSSI dan berubah nama menjadi Persebaya 1927 akibat dualisme internal yang terjadi di kubu Persebaya pada tahun 2009, akhirnya klub yang bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo (dahulu Gelora 10 November) ini kembali disahkan oleh PSSI. Adalah Edy Rahmayadi ketua umum PSSI terpilih yang mengesahkan kembali Persebaya menjadi anggota PSSI lewat kongres tahunan PSSI di Bandung, 8 Januari 2017. Setelah kembali menjadi anggota PSSI dan dapat mengikuti kompetisi kembali, manajemen Persebaya langsung melakukan pembenahan internal. Melalui RUPS pada 7 Februari 2017, kini 70% saham Persebaya Surabaya dimiliki oleh Jawa Pos Group melalui anak perusahaannya yaitu PT. Jawa Pos Sportainment. Sedangkan 30% sisanya dimiliki oleh 20 klub anggota Persebaya yang tergabung dalam Koperasi Surya Abadi Persebaya (KSAP).

38 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.1. Logo Persebaya Surabaya Sumber: www.emosijiwaku.com, 2017

4.1.2. Profil Bonekmania Persebaya memiliki pendukung fanatik yang menamakan dirinya Bonekmania. Suporter setia tim berjuluk Bajol Ijo ini dikenal dengan kreatifitas dan loyalitasnya dalam mendukung tim Persebaya ketika bertanding. Membicarakan Persebaya juga berarti tentang masyarakat Surabaya yang tegas dalam bersikap dan tidak ragu melawan kewenang-wenangan. Sikap itulah yang selalu dibawa Bonek, untuk menunjukan jati diri Persebaya dan Surabaya. Istilah nama Bonek berawal dari para pendukung Persebaya yang berasal dari masyarakat bawah sering nekat melakukan “away suporters” dengan dana yang sangat minim. Akan tetapi kondisi itu tidak dipedulikan masyarakat kalangan bawah yang berpartisipasi melakukan “away suporters” ke markas lawan. Nama Bonek berasal dari mulut ke mulut masyarakat Surabaya sendiri. Istilah itu baru ada pada kisaran tahun 1988/1989. Menurut Capo Ipul, “Bonek itu cuma ‘Bondho’ (modal) ‘Nekat’, jadi yang penting kita bermodal nekat itu sudah cukup. Kalau mau dukung tim kesayangan, apapun akan dilakukan.” Kini

39 Universitas Kristen Petra

Bonekmania telah menjadi bagian sejarah dari kota Surabaya, Persebaya Surabaya dan juga Indonesia.

Gambar 4.2. Logo Bonekmania Sumber : www.emosijiwaku.com, 2017

Gambar 4.3. Bonekmania, pendukung fanatik Persebaya Sumber : www.emosijiwaku.com, 2017

Tahun 1990-an dan 2000-an pendukung Persebaya Surabaya bernama Bonek atau Bondho Nekat (modal nekat) dianggap ancaman sekaligus bahan lawakan. Dikatakan ancaman karena Bonek dianggap sebagai suporter sepakbola yang akrab dengan kerusuhan, terutama ketika mengikuti pertandingan tandang Persebaya. Jika ada jadwal tandang Persebaya dan diikuti para Bonek, kebanyakan warung-warung merasa terancam karena aksi-aksi penjarahan yang dilakukan mereka. Belum lagi kejadian konfrontasi antara Bonek dengan suporter-suporter kesebelasan lain yang daerahnya terlewati. Atau gesekan bisa tercipta dengan suporter yang menjadi tuan rumah pertandingan. Di sisi lain, Bonek yang nekat, sesuai kepanjangan nama mereka yaitu Bondho 40 Universitas Kristen Petra

Nekat, menempuh ratusan kilometer dengan uang seadanya, dan membawa gitar mini ukulele sebagai hiburan atau alat pencari uang di jalanan, menjadi bahan ejekan oleh suporter kesebelasan sepakbola Indonesia lainnya. Tapi di balik itu, Bonek menjadi salah satu kelompok suporter yang diwaspadai hampir seluruh suporter sepakbola di Indonesia atas aksi-aksi kenekatannya. Dan juga, Bonek menjadi salah satu simbol perlawanan dan kepahlawanan Surabaya saat ini. Pada 8 Januari lalu, status Persebaya resmi dipulihkan Federasi Sepakbola Indonesia (PSSI) setelah sekitar empat tahun vakum karena tidak diakui pada Kongres Luar Biasa (KLB) 2013. Dan Bonek adalah pemegang peran dalam pengembalian status dan hak Persebaya yang sesungguhnya karena sebelumnya diambil alih PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB). Menurut Capo Ipul, “Surabaya ini kota Pahlawan, harus berani membela kebenaran”. Sudah sekitar empat tahun Bonek melakukan berbagai aksi perjuangannya. Dalam kurun waktu itu juga ragam aksi dilakukan Bonek agar Persebaya yang asli dipulihkan statusnya di kompetisi resmi sepakbola Indonesia. Dengan memasuki era baru Bonek, kini Bonek dikenal dengan dua kelompok besar yakni Bonek tribun utara (Green Nord) dan juga Bonek tribun selatan (Bonek Kidul). Diyakini Rizal selaku Bonek senior di tribun selatan, Bonek itu semua sama, sama-sama mendukung Persebaya, hanya saja bentuk dukungan yang berbeda-beda.

4.1.2.1. Budaya Tret Tet Tet Mungkin jaman sekarang Tret Tet Tet bagi suporter sepakbola pada umumnya lebih dikenal dengan istilah laga tandang, bertandang atau away days. Tapi bagi kalangan pendukung Persebaya, istilah ikonik melancong ke kandang lawan adalah Tret Tet Tet. Bahkan sampai sekarang pun 41 Universitas Kristen Petra

beberapa kelompok pendukung Persebaya atau media- media Surabaya masih memakai istilah Tret Tet Tet ketika kesebelasannya bertandang ke kandang lawan. Dahlan Iskan selaku Pimpinan Redaksi Jawa Pos itu lah yang pertama kali menciptakan istilah tersebut pada tahun 1987. Bagi pendukung Persebaya, hadir memberi dukungan di kandang lawan sudah menjadi tradisi sejak kompetisi perserikatan. Di mana pun Persebaya bertanding, selalu diikuti para pendukungnya. Dukungan semakin deras ketika Persebaya bangkit pada kompetisi Perserikatan 1986/1987 hingga menjadi juara kedua. Pada laga puncak itulah nama Tret Tet Tet semakin sah menjadi ikon dari pendukung Persebaya yang menyaksikan pertandingan di luar Kota Surabaya. Saat itulah Jawa Pos membuka pendaftaran bertema Tret Tet Tet yang menjadi fenomena di kalangan pendukung Persebaya. Pendaftaran dibuka dengan berbagai harga bermacam-macam, dimulai 15.000 sampai 125.000. Berbagai macam harga itu memiliki paket mendapatkan tiket pertandingan, slayer, makan dan baju berwarna hijau bertulis Green Force yang bergambar wajah memakai ikat kepala bertulis "Persebaya". Tahun-tahun itu belum ada suporter yang memakai seragam secara massal. Persebaya menjadi pionir suporter yang memakai seragam secara massal, dan melakukan Tret Tet Tet 135 bus berangkat dari Surabaya ke Senayan, di lain sisi suporter lain belum ada yang seperti itu. Bisa disebut suporter modern diawali dari Surabaya.

4.1.2.2. Aksi Estafetan Kata "Nekat" menjadi bagian sejarah dari singkatan nama Bonek itu sendiri. Salah satu kenekatan Bonek dalam 42 Universitas Kristen Petra

melakukan Tret Tet Tet paling mencolok yaitu tentu saja proses perjalanan tandang bernama "estafetan". Berbeda dengan kelompok pendukung sepakbola lainnya yang kebanyakan membeli tiket transportasi resmi ketika bertandang. Lumrahnya, membeli tiket resmi kereta api, pesawat atau mengangkut kelompok pendukungnya dengan menyewa bus. Tapi bagi istilah estafetan, tidak ada sewa menyewa maupun membeli tiket transportasi pada umumnya. Kenekatan Bonek melakukan Tret Tet Tet dengan uang yang minim membuat mereka melakukan perjalanan dengan cara lain di istilah estafetan ini. Bonek penikmat jalur estafetan rela berkali-kali naik turun di setiap tanah berbeda demi mendapatkan angkutan yang setidaknya melewati jalur ke kota tujuannya. Bonek estafetan pun tidak pilih-pilih kendaraan berskala besar untuk mengangkut mereka. Umumnya mereka menumpang truk atau mobil bak terbuka, bahkan truk gandeng dan bekas pengangkut hewan ternak pun siap mereka tumpangi. Mau tidak mau, Bonek estafetan harus sanggup melakukan demi sampai di kandang lawan tempat Persebaya bertanding. Ketika Tret Tet Tet, Bonek dengan dana minim yang ingin pergi itu tinggal memilih, apakah harus estafet melalui mobil bak terbuka berisiko kelelahan atau menjadi penumpang gelap di kereta api sehingga harus sembunyi-sembunyi dari kejaran petugas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa cap buruk Bonek berawal melalui aksi nekat mereka melakukan estafetan ketika Tret Tet Tet. Namun di sisi lainnya, Bonek menganggap ada pemaknaan kebersamaan dan kekeluargaan ketika melakukan estafet.

4.1.2.3. Upaya Bonek untuk Mengubah Stigma Negatif 43 Universitas Kristen Petra

Awal 2000-an adalah waktu Bonek mulai identik dengan nama pendukung Persebaya. Penggunaan nama Bonek itu sendiri tidak lepas dari pembicaraan masyarakat dan media-media di Surabaya seperti Jawa Pos yang berperan penting memperkenalkannya. Istilah nama Bonek tidak lepas dari catatan kenekatan-kenekatan pendukung Persebaya ketika melakukan Tret Tet Tet setiap pertandingan tandang. Bondho Nekat (Bonek) terkadang terlalu nekat sampai berbuah catatan kriminal, seperti perkelahian, perusakan, pelecehan, sampai berbagai bentuk penjarahan. Tindakan-tindakan itu pun melahirkan stigma negatif di mata masyarakat Indonesia karena aksi-aksi kriminalnya tidak kalah deras diberitakan media nasional. Ditambah lagi dengan pemberitaan-pemberitaan tentang beberapa kecelakaan lalu lintas ketika Bonek melakukan Tret Tet Tet dengan kenekatannya yang sampai harus naik di atap maupun pembatas gerbong kereta, atau sambung menyambung truk atau mobil bak terbuka antar kota. Memang selama tujuh tahun ini menjadi momentum Bonek untuk mengisinya oleh beberapa hal positif, termasuk mengubah perilaku di hadapan masyarakat yang menghasilkan beberapa hal penting. Artinya citra Bonek sudah terbentuk soal itu karena perubahan yang dilakukan cukup luar biasa. Perubahan positif banyak dilakukan Bonek sehingga citra buruk semakin terkikis. Salah satu indikasinya adalah perjuangannya mengembalikan hak Persebaya yang asli dari pembekuan PSSI. "Ketika kami berkonflik tujuh tahun dengan PSSI, berjuang mengembalikan Persebaya itu praktis mengumpulkan massa tidak hanya ratusan, bisa sampai puluhan ribu. Itu praktis tidak membuat hal-hal yang 44 Universitas Kristen Petra

merugikan masyarakat. Artinya memang pernah kami lakukan, niatan itu ada dan kami yakin lambat laun akan terkikis citra negatif yang dilekatkan media massa ke Bonek itu. Walaupun aktivitas Bonek menyangkut sepakbola itu hal-hal positifnya banyak. Ya, macam-macam kegiatan aktivitas sosial karena walau bagaimanapun Bonek bagian dari masyarakat itu sendiri," papar Andie Peci selaku salah satu koordinator Bonek. “Bonek tidak munafik, Bonek memang ada yang kriminal, ada juga yang copet, tawuran, dan lain sebagainya, tetapi itu dulu, sekarang Bonek sudah jauh lebih dewasa, kami juga sudah menghimbau Bonek-Bonek muda untuk tidak anarkis.” ungkap Capo Ipul saat diwawancara peneliti di warkop Pitulikur.

4.1.3. Profil Informan Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara sebagai sumber data utama kepada Koordinator Bonek tribun utara maupun selatan, dan anggota Bonek tribun utara maupun selatan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada pengamat Bonek untuk memperkuat jawaban dari informan yang lain.

a) Capo Ipul selaku Koordinator Bonek Green Nord

Gambar 4.4. Syaiful Antoni saat memberikan komando Sumber: Arsip pribadi, 2017

45 Universitas Kristen Petra

Pria yang bernama asli Syaiful Antoni ini menjadi salah satu Bonek yang berjuang mati-matian saat Persebaya disandera mafia bola. Bertempat tinggal di dekat area Gelora 10 November sejak kecil, membuat pria yang akrab disapa Capo Ipul ini sangat mencintai Persebaya Surabaya, dan fanatismenya dibuktikan hingga sekarang. Kata Capo berasal dari bahasa Italia yang memiliki arti dirigen. Capo Ipul merupakan dirijen suporter Tribun Utara atau Bonek biasa menamainya Green Nord. Sehari-hari pria berumur 35 tahun ini bekerja sebagai karyawan di Terminal Purabaya Surabaya dan sekarang sedang mencoba bisnis jual beli handphone. Namun uniknya, pekerjaan tersebut seolah menjadi opsi kedua untuk Capo Ipul. Bila ada undangan dari kelompok Bonek, dia selalu hadir dan bila Persebaya sedang bertanding, counter handphone miliknya pun ditutup. Sebagai dirigen Green Nord, pria yang memiliki ciri khas selalu memakai topi snackback ini sangat disegani oleh Bonek- Bonek yang lain. Pria tamatan SMK ini juga peka terhadap media sosial, salah satu bukti adalah Capo Ipul sering melakukan live Instagram hanya untuk sekedar menyapa para Bonek, berbagi informasi dan juga mengedukasi para Bonek agar menjadi suporter yang baik. Capo Ipul sangat terbuka terhadap Bonek-Bonek yang lain, menurut dia siapa pun berhak berbicara dan siapa pun berhak untuk sharing, karena Bonek tidak terstruktur, Bonek itu luas. Sebagai tandanya, Capo Ipul memiliki tato tulisan kuno ditangannya yang memiliki arti “bodoh”. Menurut Capo Ipul itu untuk mengingatkan agar tidak menjadi seseorang yang sok pintar, karena manusia tidak ada yang sempurna.

46 Universitas Kristen Petra

b) Andi Peci selaku Koordinator Bonek Green Nord

Gambar 4.5. Andi Peci bersama Bonek yang lain Sumber : Arsip pribadi, 2017 Meskipun dimata teman-teman Bonek yang lain ia dikatakan “Bonek Anyaran” atau yang memiliki arti Bonek Baru, itu sama sekali tidak menurunkan semangat Andi Peci untuk mendukung Persebaya. Baru mendukung Persebaya sejak 2007, namun perjuangannya yang tanpa lelah memperjuangkan Persebaya kembali ke Liga Indonesia dan keluar dari masalah internal dualisme, membuatnya kini disegani dan dikenal Bonek. Memiliki ciri khas menggunakan topi peci, pria bernama asli Andi Kristiatono ini sangat dikenal dengan ketegasannya untuk menggerakkan massa Bonek dan juga pandai “lobbying” dengan aparat keamanan. Sebagai contoh, pada tanggal 22 Mei 2017, Andi Peci mengerahkan massa Bonek ke depan gedung Graha Pena untuk menuntut pemecatan pelatih Persebaya. Saling melengkapi dengan Capo Ipul, Andi Peci lebih banyak bergerak dibelakang layar. Pria tamatan salah satu SMA negeri di Surabaya ini banyak mengurusi pembuatan surat formal ke manajemen Persebaya atau aparat keamanan dan juga sebagai penanggung jawab bila Bonek melakukan aksi massal. Uniknya Andi Peci sangat membatasi dirinya di social media ataupun di media massa. Berbeda dengan Capo Ipul, Andi Peci hanya

47 Universitas Kristen Petra

berkomentar lewat Twitter untuk himbauan terhadap Bonek ataupun kritikan terhadap Persebaya.

c) Khoirul Anam selaku anggota Bonek Green Nord

Gambar 4.6. Khoirul Bonek Kapasari Sumber : Arsip pribadi, 2017 Berawal dari lokasi rumah yang selalu dilewati para Bonek saat berangkat menuju Stadion Gelora 10 November, dia mulai mencintai Persebaya. Khoirul Anam atau yang akrab disapa Irul, memulai debutnya datang ke stadion saat dia duduk dibangku SMP. Bertempat tinggal di jalan Kapasari Surabaya, membuat dirinya hanya tinggal berjalan kaki ke Stadion 10 November. Irul mengaku saat pertama kalinya ia menonton di stadion, ia sempat menonton dengan memanjat pagar pembatas. Dengan kecintaannya mendukung Persebaya, kini Irul tidak pernah absen menonton laga “home” Persebaya dan juga mendidik teman-teman yang lain untuk membeli tiket. Dia tidak ingin Bonek yang sekarang sama dengan Bonek-Bonek di masa ia dahulu. Di mana pada jamannya ia merasa Bonek terlalu mengabaikan tiket. Pria 22 tahun lulusan salah satu SMA swasta di Surabaya ini sehari-harinya bekerja sebagai wiraswasta, ia selalu menyempatkan datang di pertemuan-pertemuan Bonek. Karena baginya di kesempatan-kesempatan itulah ia dapat mengenal teman-teman baru ataupun senior-senior Bonek. Sebagai bukti bentuk kecintaannya terhadap sepak bola dan juga Persebaya, Irul pernah

48 Universitas Kristen Petra

mengikuti Liga Internal Persebaya, untuk diseleksi masuk ke tim utama. Sayangnya saat itu ia gagal, namun ia tetap mendukung Persebaya dan mengoleksi jersey Persebaya dari periode 1999. Identitasnya sebagai Bonek Green Nord sudah terlihat saat ia menonton Persebaya. Duduk di sektor utara stadion, mengikuti arahan dirijen dan bernyanyi bersama. Di luar itu Khoirul juga sering mengikuti kegiatan kopi darat dari Bonek Green Nord. d) Ciz selaku Bonek tribun netral

Gambar 4.7. Christian si Bonek Tionghoa Sumber : Arsip pribadi, 2017 Christian atau yang lebih akrab disapa Ciz, hidup besar di perumahan dekat dengan stadion Gelora 10 November. Walaupun kini ia sudah pindah ke Sidoarjo, namun ia tetap menyatakan dirinya sebagai Bonek. Ciz merupakan keturunan etnis Tionghoa, yang notabene tidak familiar dengan datang ke stadion sepak bola. Ciz sempat dilarang orang tuanya untuk menyaksikan langsung pertandingan Persebaya di stadion, dikarenakan pada era 90’an dan 2000’an awal image Bonek yang sering beritakan buruk dan keliaran Bonek yang berulang kali menjadi headline. Pria 22 tahun ini mendukung Persebaya sejak ia duduk dibangku SMP, saat itu ia juga turut serta dalam budaya estafet, menumpang bak belakang pick up. Pria yang pernah mengambil studi di salah satu Universitas di kota ini, menemukan

49 Universitas Kristen Petra

rasa persaudaraan dan loyalitas di dalam kelompok Bonek. Dia bahkan sering mengajak teman-teman Tionghoa yang lain untuk tidak takut datang ke stadion. Ia bahkan pernah mengumpulkan teman-teman Bonek Makassar untuk sekedar bersosialisasi dan melakukan kegiatan nonton bersama pertandingan Persebaya. Termasuk Bonek netral dikarenakan ia tidak memilih salah satu kelompok pada Bonek Green Nord ataupun Bonek Tribun Selatan. Biasanya Bonek netral memilih duduk di tribun barat ataupun timur atau bahkan tribun VIP. e) Gerson selaku pengamat Bonek

Gambar 4.8. Gerson Simolang pemerhati sejarah Persebaya Sumber : Arsip pribadi, 2017 Sering disapa dengan panggilan Cak Gerson, teman-teman Bonek sudah menganggap dia sebagai kakak sendiri. Memiliki ciri khas tutur kata yang halus dan tertata, seringkali dipercaya teman- teman Bonek untuk berbicara di depan media. Berlatar belakang lulusan Universitas Gajah Mada Jogjakarta, kini ia bekerja sebagai pegawai keuangan di Universitas Katholik Widya Mandala, tidak membuat Gerson absen menonton pertandingan Persebaya. Setiap pertandingan kandang Persebaya, ia selalu hadir. Pria 38 tahun yang memiliki nama lengkap Gerson Simolang ini merupakan koordinator pecinta sepak bola Belanda di Surabaya, ia juga merupakan pendiri dari Warta Prestasi. Terkenal sebagai pemerhati sejarah Persebaya, Gerson sangat lancar ketika bercerita mengenai sejarah Persebaya dan Bonekmania, itu 50 Universitas Kristen Petra

membuat Gerson bersikap netral terhadap semua kelompok dan sering untuk dimintai pendapat oleh teman-teman Bonek yang lain. Tak jarang Gerson menerima undangan-undangan dari berbagai kalangan Bonek saat mereka mengadakan diskusi atau kegiatan- kegiatan yang lain. Karena sikapnya yang ramah dan lembut, membuat Bonek- Bonek merasa dekat dengan Gerson. Tak jarang ia menjadi penyambung antara aspirasi Bonek muda dan Bonek senior. f) Rizal selaku koordinator Bonek Tribun Kidul

Gambar 4.9. Rizal sedang memimpin teman-temannya Sumber : Arsip pribadi, 2017 Diakui keseniorannya, para Bonek sering memanggilnya dengan sebutan ‘Mbah Rizal’. Mendukung Persebaya sejak tahun 1990 membuatnya sangat mengerti perubahan-perubahan Persebaya ataupun Bonek. Menamai tribun kelompoknya dengan nama Tribun Kidul yang memiliki arti Tribun Selatan karena Rizal dan kawan-kawan memang ingin menggunakan bahasa Surabaya. Menurut Rizal, teman-teman Bonek Tribun Kidul hanya ingin mendukung Persebaya layaknya Ultras/Tiffosi/Hooligans di Eropa. Tak jarang pula Rizal maju untuk memimpin teman-teman Bonek Kidul untuk menyatukan yel-yel. Berbeda dengan Capo Ipul dan kawan-kawan, Rizal dengan tribun selatannya memiliki cara mendukung yang berbeda. Rizal tidak terlalu suka mem “blow up” bentuk dukungannya di media

51 Universitas Kristen Petra

ataupun social media. Rizal beranggapan jika politisi, polisi dan media adalah musuh para suporter sepakbola, dikarenakan mereka menganggap sepak bola di Indonesia ini tidak diperlakukan dengan baik seperti negara-negara Eropa. Jangankan dibandingkan dengan Eropa dengan Malaysia pun mungkin kalah. Menurut mereka sepak bola di Indonesia hanya dijadikan untuk panggung politik dan mencari uang. Selain loyalitasnya dalam mendukung Persebaya, pria 40 tahun yang hanya tamatan SMP ini juga menyalurkan darah seninya ke dalam kelompok Bonek. Tak jarang dia menciptakan lagu dukungan untuk Persebaya. Setelah ide lagu dibuatnya, lagu itu akan di berikan kepada dirijen. g) Firman selaku anggota Bonek Tribun Kidul

Gambar 4.10. Firman Bonek Tribun Kidul Sumber : Arsip pribadi, 2017 Layaknya Bonek-Bonek lainnya, Firman hanya berfokus pada mendukung Persebaya. Tidak ada alasan spesifik mengapa dia memilih Tribun Kidul. Namun ia menjelaskan, selain karena kecocokan karakter dengan anggota yang lain, Firman juga menjelaskan bahwa rata-rata anggota Tribun Kidul merupakan Bonek-Bonek yang bertempat tinggal disekitaran Gunung Sari dan Ketintang Surabaya.

52 Universitas Kristen Petra

Mendukung Persebaya sejak duduk dibangku SMA, membuat pria 23 tahun yang menempuh pendidikan di UNESA Surabaya ini sering merasakan susah dan senang bersama Bonek- Bonek yang lain. Firman pernah merasakan makan satu piring untuk sepuluh orang Bonek, dan menurutnya itulah loyalitas Bonek. Pria yang bertempat tinggal di jalan Pradah Indah Surabaya ini, sehari-hari hanya sebagai pemilik warkop (warung kopi). Hasil keuntungannya tersebut biasanya akan dibelikan tiket pertandingan ataupun kebutuhan untuk “away” bila Persebaya ada partai tandang.

4.2. Setting Penelitian Pada penelitian ini, peneliti mengambil tiga tempat yaitu Stadion Gelora Bung Tomo ,Warung Kopi (Warkop) Pitu Likur (27), dan rumah Rizal selaku koordinator Bonek Tribun Kidul. Stadion Gelora Bung Tomo dipilih karena home base dari Persebaya Surabaya, di mana dari situ terlihat bagaimana sang koordinator ataupun dirijen mengomando anggota suporter yang lain. Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) berlokasi di kawasan Benowo, Surabaya Barat. Stadion ini diresmikan oleh walikota Surabaya kala itu pada 6 Agustus 2010. Stadion GBT memiliki kapasitas hingga lima puluh ribu penonton dan menghabiskan dana pembangunan sebanyak lima ratus miliar rupiah. Keberadaan GBT dimaksudkan untuk mengatasi krisis sarana dan fasilitas olahraga yang ada di kota Surabaya, setelah Stadion Gelora 10 November Tambaksari sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan. (www.tribunjatim.com)

53 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.11 Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya Sumber : www.tribunjatim.com, 2017 Megahnya Stadion GBT tidak didukung dengan akses jalan menuju tempat tersebut. Ruas jalan menuju GBT sangat sempit, hanya tiga meter. Tidak jarang para Bonek memilih untuk berjalan kaki saat menuju ke sana, dikarenakan terjadi kemacetan yang mengekor. Diluar masalah akses, stadion utama yang berdiri di atas lahan seluas 100 hektar ini memenuhi standar internasional. Dilengkapi dengan fasilitas hotel untuk para atlet dan tamu, di sini pun terdapat track jogging. Di sampingnya berdiri gedung serbaguna “indoor” dan lintasan atletik.

Gambar 4.12 Tampak Luar Stadion GBT Sumber : www.tribunjatim.com, 2017 Sementara setting penelitian kedua adalah di warung kopi Pitu Likur (warkop 27). Di warkop inilah para anggota tribun Green Nord berkumpul dan berinteraksi dengan sesama Bonek. Berlokasi di Jalan Bagong Tambangan no. 32 Surabaya, warkop ini selalu dipenuhi para Bonek Green Nord terutama di malam hari. Tidak sulit untuk menemukan 54 Universitas Kristen Petra

warkop 27, keadaan warkop yang selalu ramai dan buka 24 jam, serta dipasang banner Bonek, sudah menjadi ciri khas warkop ini.

Gambar 4.13 Suasana Warkop Pitulikur (27) Sumber : Olahan peneliti, 2017 Penelitian lebih banyak dilakukan di meja bagian paling luar, agar tidak terlalu bising dengan pengunjung-pengunjung yang lain. Warkop Pitulikur (27) cukup nyaman sebagai tempat untuk ngobrol, sambil ditemani secangkir kopi dan gorengan, Capo Ipul, Andi Peci, dan teman- teman yang lain menjelaskan mulai dari sejarah Persebaya, Bonek, hingga citra Bonek di masyarakat. Setting penelitian ketiga adalah di rumah Rizal / Mbah Rizal, di mana merupakan tempat Rizal dan teman – teman Bonek tribun selatan yang ingin berbincang di luar kegiatan di lapangan. Rumah Rizal terletak di jalan Gunungsari Indah Blok K-2. Di depan tampak seperti toko, namun ternyata toko tersebut menyambung dengan rumah di belakangnya. Di toko itulah biasanya para Bonek Tribun Kidul berbincang dan juga di situlah peneliti mewawancarai Rizal. 4.3. Temuan Data Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua cara yakni observasi dan wawancara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Pertama-tama, semua data dikumpulkan dan dicatat agar tidak membatasi kemungkinan- kemungkinan yang bisa saja ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan dokumentasi baik dari internet dan juga rekaman arsip pribadi dari beberapa rekan Bonekmania, baik rekaman video maupun 55 Universitas Kristen Petra

catatan-catatan yang menyangkut Bonek. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada narasumber, observasi langsung di beberapa tempat yang menjadi setting penelitian yakni di Stadion Gelora Bung Tomo, Warkop Pitulikur, dan juga rumah dari salah satu Bonek. Setelah itu peneliti mereduksi data sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sehingga data yang diambil hanyalah data yang sesuai fokus penelitian. Demikian temuan data berdasarkan kategori yang ada.

4.3.1. Kecintaan terhadap Persebaya dan Keinginan Memperbaiki Citra Tujuan teman-teman Bonek baik yang tribun utara ataupun tribun selatan adalah hidup mati mendukung Persebaya dan juga membawa citra baik Bonek dan Persebaya di kancah nasional ataupun Internasional. Hasil wawancara peneliti dengan Rizal sebagai salah satu koordinator kelompok suporter Bonek Tribun Selatan : “Kami ini sebagai suporter tujuannya hanya mendukung tim kesayangan. Hidup kami untuk Persebaya. Kalau di Eropa ada Ultras, Tiffosi, Hooligans, nang Suroboyo yo onok Bonek (di Surabaya adanya Bonek). Sekarang momentum yang tepat untuk bangkit dan membawa image yang lebih baik” (wawancara dengan Rizal, koordinator tribun selatan, 29 Agustus 2017). Sejak kecil Rizal mengaku telah suka dengan Persebaya Surabaya. Darah sepak bola mengalir deras dari ayahnya, sang ayah sering mengajak Rizal kecil untuk datang ke stadion. Selain karena faktor ayah, Rizal juga mengaku jika faktor wilayah di mana mereka tinggal juga mempengaruhi secara tidak langsung. Sederet sejarah buruk yang ditorehkan oleh Bonek tak membuat Rizal menjadi ragu untuk menjadi bagian dari Bonek. Persebaya merupakan tim sepak bola asal Surabaya, dan ini menjadikan Persebaya sebagai tim kebanggaan Surabaya. Selain motivasi tersebut, Rizal juga memiliki tujuan yang ingin dicapai sebagai 56 Universitas Kristen Petra

Bonek yakni mengiringi Persebaya hingga kancah nasional atau bahkan Asia dengan cara-cara yang lebih dewasa. Motivasi mendukung yang kuat juga ditunjukkan oleh koordinator Green Nord. Saiful Antoni atau yang akrab disapa Ipul mengatakan bahwa hidupnya didedikasikan untuk Persebaya. “Mati urip dukung Persebaya (hidup mati dukung Persebaya). Bonek itu besar, Bonek diluar negri pun ada, dan loyalitas kami tidak perlu diragukan.” (wawancara dengan Ipul, koordinator tribun utara, 25 Mei 2017). Motivasi Saiful Antoni sebagai suporter juga berawal dari ia kecil. Bertempat tinggal di wilayah rumah mes Persebaya menjadikan Saiful Antoni menjadi suporter yang akrab dengan kegiatan-kegiatan tim dan pemain Persebaya. Tak jarang pula ia berkunjung ke tempat mes Persebaya dan ngobrol serta bertukar pikiran dengan pemain-pemain besar pada jaman itu seperti Bejo Sugiantoro, Mat Halil, Anang Ma’aruf, dan juga Uston Nawawi. Saiful juga menyaksikan tumbuh dan berkembangnya rising kebanggaan para Bonek yakni Andik Vermansyah. Saiful meyakini banyak cara untuk mendukung Persebaya, tanpa harus anarkis, ia memiliki tujuan untuk menunjukkan ke semua penjuru dunia kalau Bonek itu ada dimana-mana dan cinta damai. Bonek tidak hanya di Surabaya saja. Ia meyakini ini momentum yang tepat untuk merubah citra Bonek yang dulu sempat negatif di mata masyarakat.

Gambar 4.14 Kedekatan Ipul dengan Andik Vermansyah 57 Universitas Kristen Petra

Sumber : www.instagram.com/capoipul, 2017 Mendedikasikan hidup untuk Persebaya, hampir dilakukan semua anggota Bonek. Persebaya selayaknya sejarah dalam hidup mereka, ini diperkuat dengan pernyataan dari Andi Peci. “Persebaya itu sejarah Surabaya dan bahkan Indonesia, itu tidak dapat dipungkiri. Maka dari itu kita harus bisa menjadi suporter yang lebih baik,baik, dan lebih baik lagi.” (wawancara dengan Andi Peci, koordinator tribun utara, 26 Juni 2017). Andi Peci, nama yang melejit saat Persebaya terpuruk dalam hukuman PSSI. Setelah era Bonek senior seperti Hamim Gimbal dan Okto kini munculah Andi Peci dan Ipul. Andi Peci sangat ngotot mengajak teman-teman Bonek untuk memperjuangkan hak Persebaya. Andi Peci tidak pernah rela ada tim Surabaya lain selain Persebaya, ia meyakini jika motivasi dirinya dan teman-teman Bonek yang lain menjadi Bonek adalah karena tim Persebaya merupakan bagian sejarah besar kota Surabaya. Andi dan kawan-kawan memilih tidak datang ke stadion ketika terjadi dualisme, karena mereka hanya mendukung satu Persebaya, yang kala itu berubah nama menjadi Persebaya 1927. Setelah kembali diakui oleh FIFA dan PSSI, Andi Peci dan teman- teman Bonek kembali memperjuangkan nama Persebaya Surabaya yang sah. Namun di luar perjuangan-perjuangan tersebut Andi Peci masih memiliki tujuan untuk menjadi suporter yang lebih baik lagi. Ia berharap seiring bangkitnya Persebaya dengan menjuarai Indonesia dan kembali berkompetisi di Indonesia, para Bonek juga move on dari tingah laku jaman dulu. Ia ingin semuanya berinstrospeksi diri untuk menjadi lebih baik.

58 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.15 Demo yang dilakukan Bonekmania saat terjadi dualisme Persebaya Sumber : www.tribunjatim.com, 2017 Selain mendukung Persebaya, Bonekmania juga ingin menjadi suporter yang lebih baik lagi dalam rangka menjaga nama baik Bonek dan tim kesayangan mereka Persebaya Surabaya. Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan dari Gerson selaku pengamat Bonek. “Teman-teman sudah jauh berubah sekarang dibandingkan dulu. Sekarang mereka jauh lebih dewasa. Dari teman-teman senior juga banyak menasehati yang junior, mereka manut sama cacak-cacaknya (mereka nurut dengan kakak-kakaknya). Hanya tinggal segelintir orang saja yang mengatasnamakan Bonek yang melakukan tindakan-tindakan negatif.” (wawancara dengan Gerson, pengamat Bonek, 11 April 2017). Gerson menjadi salah satu Bonek yang membuktikan jika Bonek ada dimana-mana. Gerson berdomisili tinggal di Gresik namun bekerja di Surabaya. Gerson juga selalu menyempatkan diri untuk menonton ke stadion. Motivasi Gerson menjadi Bonek adalah karena ia sejak kecil mengikuti rekam jejak tim Persebaya dan dekat dengan teman-teman Bonek. Kini pria yang memiliki tutur kata yang lembut ini sangat dihargai oleh teman-teman Bonek. Gerson banyak memberikan masukan kepada teman-teman Bonek. Ia pun dipercaya oleh Bonek-Bonek senior untuk berbicara mewakili nama Bonek bila diwawancara media. Dari motivasi 59 Universitas Kristen Petra

tersebut, Gerson juga memiliki tujuan yakni selalu mendukung Persebaya dalam keadaan apa pun, karena sejatinya itulah makna fans menurut Gerson. Dalam rangka memperbaiki citra, Bonek pun juga menaruh banyak harapan pada pihak yang membeli Persebaya. Mereka berharap nama Bonek tidak lagi digambarkan negatif di media. “Ya ini harapan teman-teman setelah Persebaya dibeli oleh Azrul. Selama ini kami hampir selalu negatif diberitakan di media, padahal kejadiannya tidak sebesar yang diberitakan di media. Saya tidak mengelak Bonek ada maling, Bonek ada yang nyopet, kami tidak munafik, tapi kami selalu belajar menjadi lebih, lebih, dan lebih baik lagi. Kami ingin menunjukan bahwa bonek itu besar dan loyal, tidak kalah seperti Hooligans-nya Inggris” (wawancara dengan Ipul, koordinator tribun utara, 25 Mei 2017).

Gambar 4.16 Azrul Ananda bersama ketua PSSI dan para Bonek Sumber : www.jawapos.com, 2017 Per tanggal 7 Februari 2017, Azrul Ananda telah resmi menjadi menjadi direktur utama Persebaya Surabaya. Banyak beban yang dipikul oleh Azrul ketika membeli saham Persebaya Surabaya, mulai dari membayar seluruh hutang-hutang yang dimiliki PT Persebaya Indonesia dan juga membawa Persebaya kembali berprestasi seperti sedia kala bersamaan dengan Bonek. Azrul ingin mewujudkan Persebaya menjadi tim profesional yang memiliki basis fans yang profesional pula. Tidak dapat dipungkiri adanya harapan besar Bonek terhadap Azrul Ananda, selain untuk

60 Universitas Kristen Petra

membawa Persebaya berprestasi, Bonek juga berharap citra Bonek kembali postif. Di manamelihat kisah masa lalu, Bonek selalu diberitakan negatif oleh kebanyakan media, dan kini Persebaya dibeli oleh bos media, ini tentunya membuat Bonek berharap sangat besar padanya. Bonekmania sadar betul jika mereka merupakan suporter tertua dan terbesar di Indonesia. Walaupun mayoritas mereka adalah masyarakat menengah ke bawah, tetapi keberagaman dan persaudaraan mereka sangatlah kental. Dan tidak jarang pula seorang anggota mendeklarasikan bahwa dirinya Bonek karena termotivasi oleh kebesaran Persebaya Surabaya dan Bonek itu sendiri. “Saya tinggal tidak jauh dari stadion Tambaksari (Gelora 10 November). Rumah saya selalu dilewatin Bonek kalau Persebaya sedang bertanding. Saat saya kecil saya tau nama besar Persebaya dan saya menonton lewat TV. Tetapi saya heran kenapa orang-orang ini rela berjalan kaki dari rumahnya atau menumpang pick up untuk datang ke stadion. Saat SMP, saya diajak teman untuk menonton di stadion, dari situ saya kagum terhadap Persebaya dan Bonek.” (wawancara dengan Khoirul, anggota Bonek Green Nord, 15 Agustus 2017).

Wilayah tempat tinggal Khoirul mejadi salah satu faktor yang menjadikannya sangat mencintai tim Persebaya Surabaya dan memotivasi dirinya untuk menjadi salah satu bagian dari Bonek. Menjadi salah seorang saksi kejayaan dan kebrutalan Bonek di masa lalu tidak mengurangi rasa bangga Khoirul terhadap Persebaya. Suara Bonek yang menggelegar di Stadion Gelora 10 November kala itu menjadi memori manis terakhir Khoirul sebelum Persebaya tersandung kasus dualisme. Berbulan – bulan tanpa laga resmi menjadi kerinduan dan dilema tersendiri untuk Khoirul dan teman-teman Bonek yang lain. Namun kini Persebaya 61 Universitas Kristen Petra

telah kembali, tujuan yang dulu sempat layu, kini membara lagi, karena Khoirul memiliki tujuan untuk selalu mendukung Persebaya Surabaya. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya etnis keturunan Tionghoa yang membaur bersama anggota Bonek yang lain. “Saya keturunan Cina dan saya dukung Persebaya. Saya kagum akan nama besar Persebaya dan legenda-legendanya. Teman-teman tidak ada yang masalah dengan itu, mereka terbuka dengan keberagaman, dan saya menemukan persaudaraan dan loyalitas disini. Saya berharap Bonek dapat memperbaiki citra mereka di masyarakat” (wawancara dengan Ciz, anggota Bonek, 12 Agustus 2017). Dikatakan Ciz, periode tahun 90-an dan 2000 awal, image Bonek memang buruk, terlebih di mata warga keturunan Tionghoa. Hampir setiap kali Persebaya berlaga, warga etnis keturunan di Surabaya selalu menutup toko usaha mereka lebih cepat, karena mereka beranggapan jika Bonek dapat sewaktu-waktu membuat kerusuhan. Maka dari itu juga banyak warga keturunan yang melarang anak-anak mereka untuk dekat dengan dunia sepak bola. Namun Ciz merasakan hal berbeda, ia menemukan nilai persaudaraan yang sangat kental dalam Bonek. Diluar itu Ciz berharap Bonek selalu bebenah diri, karena tidak semua orang bisa menemukan hal postif dalam diri Bonek, jadi Bonek lah yang harus memulainya dengan tindakan yang positif.

4.3.2. Musyawarah dalam Bonek Komunikasi kelompok Bonek cukup baik. Walaupun frekuensi pertemuan para Bonek tidak setiap hari, tetapi dengan adanya budaya “arek Suroboyo” yang saling menghargai turut serta menjadi unsur pendukung dalam interaksi tersebut. Tidak semua anggota Bonek saling mengenal, namun kebebasan berpendapat yang diusung Bonek membuat posisi mereka “equal” 62 Universitas Kristen Petra

atau sama. Tidak ada yang paling benar dan juga tidak ada yang paling salah. Pernyataan ini didukung dengan adanya hasil wawancara peneliti dengan para anggota Bonek. “Tidak ada yang perlu ditakuti, dan tidak ada yang perlu disegani, semua sama. Ketika teman-teman ingin mengemukakan pendapat itu bebas, kami semua mendengarkan.” (wawancara dengan Ipul, koordinator Bonek Green Nord, 25 Mei 2017). Koordinator tidak pernah merasa bahwa mereka lah yang memiliki kuasa dan mereka juga tidak merasa menjadi pemimpin, namun koordinator selalu menanamkan pikiran jika mereka hanya dipercaya anggota Bonek yang lain. Koordinator selalu bermusyawarah dalam penyelesaian masalah ataupun pengambilan keputusan seperti pengarangan lagu, aransemen lagu, kegiatan sosial dan lain sebagainya. Namun terkadang para Bonek hanya pasrah terhadap satu suara, kalaupun ada yang bersuara itu kebanyakan para Bonek senior. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya pengakuan kebebasan dari anggota Bonek. Bonek diberi ruang yang cukup untuk bersuara.

“Kami diberi kebebasan dalam mengemukakan pendapat, hanya saja tidak semua teman-teman berani berpendapat. Mereka lebih memilih “manut” ngikut mungkin ini yang tidak diketahui orang banyak.” (wawancara dengan Khoirul, anggota Bonek Green Nord, 15 Agustus 2017). Adanya kebebasan tersebut menjadikan tidak adanya gap atau jarak antar Bonek. Mereka saling bertukar pikiran dan berbagi kisah. Ada yang bercerita tentang pekerjaan, kehidupan dan bahkan keluarga. Tidak jarang mereka juga bertukar pendapat mengenai sepak bola. “Komunikasi di dalam teman-teman Bonek terjadi sangat baik. Mereka saling membutuhkan satu dengan lain. Bila ada 63 Universitas Kristen Petra

masalah teman-teman langsung bermusyawarah, bila ada keluh kesah teman-teman juga langsung menceritakan.” (wawancara dengan Gerson, pengamat Bonek, 11 April 2017). Dalam kelompok yang sangat terbuka, selalu ada sisi positif dan negatif. Salah satu yang menjadi masalah adalah jika ada anggota kelompok yang tidak berani bersuara. Terkadang ada yang tidak suka dengan pendapat salah satu anggota, tapi memendam, ini yang sering kali menimbulkan percikan-percikan emosi suatu saat nanti. “Komunikasi berjalan baik, kami ini terbuka. Cuma yang saya sayangkan, terkadang Bonek-Bonek muda itu takut untuk berbicara, mereka lebih banyak manut (menurut).”(wawancara dengan Andi Peci, koordinator tribun utara, 26 Juni 2017). Persaudaaran dan kekeluargaan antar Bonek makin terasa dengan adanya anggota minoritas yang menjadi bagian dari Bonek. Sangat asing tentunya ketika melihat seseorang yang berbeda masuk dalam suatu kelompok, tetapi di lain sisi teman-teman Bonek justru sangat respect dengan apa yang dilakukan oleh Ciz. Karena Ciz tidak memandang rendah Bonek maka teman-teman Bonek dua kali lebih respect terhadap Ciz dan teman-teman Tionghoa yang lain. Ini sekaligus menampik citra Bonek yang buruk di mata warga Tionghoa Surabaya. Pernyataan ini dikatakan oleh salah satu etnis Tionghoa yang menjadi Bonek. “Secara keseluruhan teman-teman berinteraksi secara baik, persaudaraan dan kekeluargaan itu ada. Hanya saja, dari teman-teman Bonek Tionghoa yang masih kurang berinteraksi ke teman-teman Bonek yang lain.”(wawancara dengan Ciz, anggota Bonek, 12 Agustus 2017). Sudah bukan menjadi suatu rahasia bila sejarah kelam Persebaya membuat banyak warga Tionghoa takut. Image anarkis dan rasis pun beredar sangat kencang periode 2003-2004.

64 Universitas Kristen Petra

“Interaksi baik sekali. Kami semua itu sedulur (bersaudara).” (wawancara dengan Firman, koordinator tribun selatan, 29 Agustus 2017). “Ya ini lah kebesaran Bonek, kami tidak terstruktur, kami bebas, kami berawal dari kelompok-kelompok kecil. Tetapi saat kita menjadi satu interaksi itu berjalan dengan baik.”(wawancara dengan Rizal, koordinator tribun selatan, 29 Agustus 2017). Menurut hasil observasi peneliti di stadion Gelora Bung Tomo ataupun di Warkop Pitulikur pada tanggal 25 Mei dan 26 Mei 2017 , peneliti melihat rasa persaudaraan yang sangat besar, dengan salam sapaan “Salam Satu Nyali !” yang disapa pun akan menjawab dengan berkata “Wani” . Sapaan sederhana tersebut semakin memperjelas identitas Bonek yang memiliki kepanjangan Bondo Nekat, nekat identik dengan nyali, dan bila memiliki nyali maka akan berani melakukan apa pun. Salam satu nyali menjadi penyemangat Bonek dalam segala hal, jawaban “wani” menunjukan jika Bonek memiliki nyali yang sangat berani. Dalam upaya memperbaiki citra, nyali tersebut diarahkan ke hal-hal yang positif. Bisa sebagai penyemangat saat berada di dalam stadion dan juga menjadi simbol persaudaraan. Di stadion mereka bernyanyi bersama, mengikuti arahan dirijen mereka. Siapa pun dapat menjadi front man saat melakukan yel-yel, tetap teman-teman Bonek selalu percaya terhadap senior-senior mereka. Begitu juga hasil observasi yang peneliti temukan saat berada di Warkop Pitulikur, di mana teman-teman Bonek melakukan “kopi darat” yakni berkumpul dan melakukan obrolan santai. Mereka datang ke warkop dengan busana berwarna hijau ataupun topi yang bertuliskan Bonek ataupun 1927. Lalu mereka membeli kopi dan sedikit camilan untuk menemani mereka berbincang ringan ataupun bermusyawarah.

4.3.3. Agenda Kopi Darat Bonek 65 Universitas Kristen Petra

Interaksi sosial kelompok yang dilakukan kelompok Bonek baik dari kelompok tribun utara maupun selatan sangat beraneka ragam. Mulai dari kegiatan kopi darat sampai kegiatan sosial. Yang bisa dipastikan rutin dalam tiap minggunya adalah kopi darat. Frekuensi pertemuan para Bonek tidak dapat dipastikan, ada yang setiap hari datang ke warkop, ada yang datang saat ada nonton bareng saja, ada juga yang datang saat ada kopi darat saja. “Kegiatan ada macem-macem si, tetapi yang paling sering diagendakan itu kopi darat dan rapat besar perwakilan seluruh Bonek Indonesia. Ini semua untuk menjaga silaturahmi.”(wawancara dengan Andi Peci, koordinator Bonek Green Nord, 29 Mei 2017). Menurut hasil wawancara dengan Andi Peci, ia tidak setiap hari bertemu dengan teman-teman Bonek di warkop, bila ada waktu sepulang kerja sering kali diusahakan untuk mampir sejenak. Andi Peci mengaku berusaha untuk tidak absen saat pagelaran kopi darat, karena menurutnya dari sana dapat berembuk untuk kegiatan-kegiatan mendukung Persebaya dan juga tingkah laku Bonek di masyarakat. Pernyataan di atas diperkuat dengan adanya pernyataan dari anggota Bonek bahwa kegiatan kopi darat itu cukup penting. “Bonek itu dulur (saudara) sehidup semati. Suasana dalam kelompok ini sangat hangat, dapat dilihat dari kegiatan kami yaitu kopi darat” (wawancara dengan Firman, anggota Bonek tribun selatan, 28 Agustus 2017). Kehangatan tersebut sangat tercermin ketika ada anggota baru yang sedang mengikuti kegiatan kopi darat lalu diperkenalkan dengan anggota yang lain. Mereka membuka pintu sebesar besarnya untuk keluarga baru. Persaudaraan tersebut semakin dikuatkan dengan adanya penerimaan dengan kelompok Bonek beda tribun. Saat peneliti menanyakan bagaimana hubungan dengan teman-teman Bonek beda tribun, dan mereka pun 66 Universitas Kristen Petra

menanggapinya dengan santai dan menganggap bentuk dukungan yang berbeda itu bukan masalah, yang terpenting adalah tetap saling menghargai “Temen-temen tribun Kidul mungkin tidak seaktif Green Nord, palingan ya cuma kopdar (kopi darat). Tetapi sekalinya kumpul, pasti pada ramai.”(wawancara dengan Rizal, koordinator tribun selatan, 29 Agustus 2017). Diantara banyak kegiatan yang dilakukan Bonek, agenda kegiatan kopi darat memang yang paling rutin dan hampir tidak pernah sepi. Paling tidak kegiatan kopi darat tersebut ada satu kali dalam seminggu. “Setau saya yang paling rutin itu kopi darat. Di sanalah momen kita mengenal satu sama lain.”(wawancara dengan Ciz, anggota Bonek, 12 Agustus 2017). Tak hanya dalam dunia sepak bola, Bonekmania juga menunjukkan kepeduliannya terhadap warga sekitar dengan adanya kegiatan sosial. Tak jarang pula mereka melakukan syukuran di dalam panti ataupun tempat ibadah. Terbaru mereka sedang menggalakkan dalam membantu korban bencana alam dan juga kebersihan kampung. “Teman-teman sedang berupaya untuk melakukan berbagai kegiatan sosial. Sudah sering sebelumnya, hanya saja ini mau dikembangkan lagi sama teman-teman agar berskala besar.” (wawancara dengan Gerson, pengamat Bonek, 11 April 2017). Salah satu kegiatan yang juga mengundang massa besar adalah nonton bareng atau yang biasa disebut nobar. Tak jarang partai-partai big match liga Eropa menjadi favorit teman-teman Bonek untuk ditonton. “Yang pernah saya ikuti itu kopi darat dan juga nonton bersama, ini biasanya partai-partai big match liga Eropa atau saat timnas bermain.” (wawancara dengan Khoirul, anggota Bonek Green Nord, 15 Agustus 2017). 67 Universitas Kristen Petra

“Sejauh ini yang rutin dan berskala besar ya kopi darat di warkop pitulikur. Kegiatan ini sudah berjalan dengan sendirinya” (wawancara dengan Ipul, koordinator Bonek Green Nord, 25 Mei 2017). Menurut hasil observasi peneliti pada tanggal 12 Juni 2017 di Warkop Pitulikur, dalam keadaan kopi darat suasana kelompok Bonek sangat kondusif. Perbincangan yang dilakukan seputar sepak bola dan juga kehidupan. Tidak jarang mereka berdiskusi ataupun curhat ke cacak-cacaknya / kakak-kakaknya, sambil diselingi candaan-candaan arek Suroboyo. Situasi saat kopi darat atau nonton bersama terjadi begitu santai, diawali dengan memesan kopi atau minuman yang lalu diselingi pula dengan beberapa camilan. Kopi dan camilan seolah menjadi sahabat ketika mereka melakukan obrolan-obrolan kecil. Apa jadwal tim Persebaya selanjutnya, proses transfer pemain dan juga kegiatan Bonek menjadi topik yang sangat hangat dan paling sering dibicarakan. Terbaru, Bonek sedang melakukan penggalangan dana bertajuk “koin untuk Andik”.

Gambar 4.17 Pemberitaan Andik Vermansyah Sumber : www.tribunnews.com, 2017 Andik Vermansyah merupakan pemain sepak bola hasil binaan akademi Persebaya. Mengawali karir di tim senior Persebaya pada tahun 2008, Andik tidak bermain di klub lain di Indonesia. Terakhir ia bermain di klub Malaysia yakni Selangor FA. Kini Andik telah kembali Indonesia, kotrak Andik dengan Selangor telah habis dan Andik mengikrarkan janji “bila bermain

68 Universitas Kristen Petra

di Indonesia, hanya akan bermain untuk Persebaya”. Bonek melihat ini sebagai bentuk loyalitas pemain terhadap klub kesayangannya. Menurut Bonek pemain seperti ini lah yang harusnya berada di tim Persebaya, di mana loyalitas seorang pemain tidak dapat dibeli oleh uang. Seperti yang diketahui jika Andik merupakan salah satu pemain rising star Indonesia, tawaran untuk bermain di klub Indonesia atau pun di luar negeri banyak berdatangan. Namun Andik bersama sang agen menahan sementara semua penawaran dan menunggu keputusan Persebaya. Bonek pun mulai menyuarakan aspirasi mereka, baik Green Nord atau pun Tribun Kidul mendesak manajemen untuk segera mengkontrak Andik. Di sisi lain, manajemen Persebaya masih merasa nilai kontrak Andik sebesar dua miliar rupiah tersebut masih terlalu mahal untuk tim yang baru saja naik kasta. Di sini mulai ada pergerakan dari masing – masing koordinator untuk inisiatif melakukan penggalangan dana bertajuk “koin untuk Andik”. Tanpa ada unsur paksaan, ini sebagai simbol sekelompok fans yang menginginkan pemain idola mereka berada di tim yang mereka bela. Ini bukan kasus baru di dunia sepak bola, kejadian serupa pernah terjadi di Italia. Tifosi (kelompok suporter) AC mendesak manajemen klub untuk tidak menjual pemain idola mereka yakni Ricardo Kaka.

4.3.4. Kebersamaan Kelompok Kebersamaan kelompok yang terjadi di dalam kelompok Bonek cukup kondusif. Keterbukaan antar anggota seolah menjadi budaya di kelompok ini. Candaan-candaan khas Surabaya yang selalu hadir di tengah obrolan para Bonek membuat suasana menjadi sangat nyaman. Seperti halnya yang peneliti temukan di lapangan. Teman-teman Bonek berkeluh kesah soal harga tiket dan juga kehidupan mereka.

69 Universitas Kristen Petra

“Baik karena Bonek itu dibangun dengan kekeluargaan. Jangankan antar Bonek, sama manajemen Persebaya pun kami juga terbuka”(wawancara dengan Ipul, koordinator tribun utara, 25 Mei 2017).

Gambar 4.18 Contoh (1) isi Insta Story Syaiful Antoni Sumber : www.instagram.com/capoipul, 2017

Gambar 4.19 Contoh (2) isi Insta Story Syaiful Antoni Sumber : www.instagram.com/capoipul, 2017

70 Universitas Kristen Petra

Bagi Ipul banyak cara membuat suasana kelompok tetap kondusif, salah satunya dengan keterbukaan tersebut. Menurutnya Bonek sangat terbuka ke sesama anggota dan juga ke manajemen. Sebagai contoh terbuka ke sesama anggota adalah bagaimana mereka sangat apa adanya terkait kondisi kehidupan, ekonomi, dan juga pandangan mereka masing-masing sebagai suporter. Dan contoh terbuka ke manajemen Persebaya, Ipul mengatakan pada saat awal pagelaran Liga 2 Indonesia, Bonek merasa harga tiket stadion terlalu mahal untuk dijangkau teman-teman Bonek. Pada saat itu juga teman-teman Bonek mediasi dengan manajemen Persebaya untuk menemukan titik tengah. Ipul mengaku Bonek itu tidak munafik, Bonek itu apa adanya, Ipul juga tidak menampik bila masa lalu Bonek itu terbilang kelam,namun dilain sisi Ipul juga mengakui perjuangan dan semangat teman-teman yang luar biasa. “Bonek itu sudah layaknya keluarga kedua. Walaupun banyak perbedaan, kami tidak akan saling menjatuhkan antar Bonek. Saling menghormati adalah kunci dari suasana kelompok ini” (wawancara dengan Rizal, koordinator tribun selatan, 29 Agustus 2017). Menurut Rizal, Bonek itu memang besar, namun di dalamnya terdapat berbagai macam Bonek. Sebagai contoh dulu ada Bonek yang digawangi oleh Hamim Gimbal dan kawan- kawan, lalu kini ada Bonek Green Nord, ada Bonek Sud atau Tribun Selatan, belum lagi Bonek-Bonek yang mengatas namakan daerah-daerah seperti Bonek Pasuruan, Bonek , dan lain sebagainya. Banyak warna dalam diri Bonek tetapi semuanya menghindari gesekan satu sama lain, semua ingat kalau mereka sama-sama mendukung tim yang sama. “Kekeluargaan sekali, sampai-sampai itu yang ingin ditiru kelompok suporter lain dari Bonek.” (wawancara dengan Gerson, pengamat Bonek, 11 April 2017). 71 Universitas Kristen Petra

Menurut Gerson, banyak teman-teman suporter di Indonesia menanyakan bagaimana Bonek bisa sebesar ini dan bagaimana menyatukan massa sebesar Bonek. Namun teman- teman Bonek selalu menjawab tidak tahu, karena memang tidak ada satu pun yang bisa menjawab. Karena pada kenyataannya kebesaran Bonek tidak dibuat, melainkan terjadi begitu saja, secara organisasi, Bonek juga tidak memiliki struktur yang jelas layaknya suporter-suporter lain di Indonesia. Fanatisme teman-teman Bonek dan arek-arek Suroboyo memang apa adanya. Pernyataan ini didukung dengan adanya pernyataan dari teman-teman anggota yang lain. “Dulu Bonek mungkin sempat gonjang ganjing saat dualisme Persebaya jadi ada gesekan. Tetapi karena pada dasarnya Bonek itu terbuka, jadi masalah itu diselesaikan bersama-sama .” (wawancara dengan Khoirul, anggota Bonek Green Nord, 15 Agustus 2017). “Dari dulu Bonek itu kuat karena keterbukaan dengan dulur-dulurnya (saudara-saudaranya). Suasana terbuka tersebut yang membuat Bonek sebesar sekarang”(wawancara dengan Ciz, anggota Bonek, 12 Agustus 2017). Khoirul sempat memberikan contoh bagaimana sekelompok Bonek menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Contoh nyata ketika ada Bonek yang tertimpa masalah ketika berangkat away, terjadi kecelakaan jatuh dari kereta. Menurut Irul semua elemen Bonek membantu untuk menyelesaikan hal tersebut, tidak semata – mata lepas tangan walaupun tidak kenal. Mereka mengurus pengobatannya bila masih bisa diselamatkan dan juga mengurus kepulangan dan pemakaman bila Bonek tersebut telah meninggal. “Gampangnya (mudahnya) gambaran suasana Bonek itu kalau ada politik, ada udang di balik batu, brarti bukan dulur

72 Universitas Kristen Petra

(saudara). Bonek itu kekeluargaan.” (wawancara dengan Andi Peci, koordinator Bonek Green Nord, 29 Mei 2017). Menurut Andi Peci, teman-teman Bonek sangat menggaris bawahi adanya politisasi dalam kubu Bonek. Bonek cukup trauma dengan kasus dualisme yang pernah ada. Jadi keterbukaan menjadi harga mati sebagai keluarga.

Gambar 4.20 Andi Peci secara terbuka mengultimatum Bhayangkara FC Sumber : www.instagram.com/capoipul, 2017 Gambar di atas menunjukan bahwa salah satu koordinator Bonek yaitu Andi Peci telah mengultimatum secara terbuka salah satu klub Liga 1, Bhayangkara FC. Bhayangkara FC merupakan tim evolusi dari tim Persebaya yang terlibat dualisme. Andi Peci mengultimatum melalui surat resmi ataupun media sosial Twitter perihal id TMS (Transfer Matching System) milik Persebaya yang dipinjam Bhayangkara FC dikarenakan mereka merupakan tim yang baru terbentuk dan belum memiliki TMS. TMS ini berguna sebagai alat untuk memantau transfer internasional, dan pendaftaran pemain profesional antar asosiasi dari dua negara yang berbeda. “Bonek itu dulur (saudara) sehidup semati, kelompok ini sangat hangat.” (wawancara dengan Firman, anggota Bonek tribun selatan, 28 Agustus 2017).

73 Universitas Kristen Petra

4.3.5. Kekompakan Bonek Menurut tanggapan para Bonek, arti sebuah kelompok Bonekmania adalah keluarga dan saudara. Di mana mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda namun disatukan oleh satu tim yakni Persebaya. Secara materi, mayoritas Bonek adalah masyarakat menengah kebawah, namun mereka rela memberikan segalanya untuk keluarga Bonekmania dan juga Persebaya Surabaya. Ketika dikehidupan asli mereka hanya pengangguran ataupun pekerja serabutan, namun di dalam kelompok ini mereka merasa memiliki arti dan diangkat oleh persaudaraan. “Setia dan loyal itu Bonek. Saya menemukan arti persaudaraan itu didalam Bonek.” (wawancara dengan Ciz, anggota Bonek, 12 Agustus 2017). “Sudah biasa kami itu tidak makan bersama, kelaparan, kehausan, satu piring bertiga, satu piring berlima. Pada intinya teman-teman Bonek tidak akan membiarkan saudaranya susah sendirian. Terkadang saat pertandingan, masih banyak adik-adik Bonek yang datang dari luar kota dan sampai di stadion mereka sudah kehabisan ongkos. Melihat seperti itu teman-teman pasti tidak tega, dan langsung berusaha mencarikan tiket. Kebersamaan nomor satu.” (wawancara dengan Rizal, koordinator Bonek tribun selatan, 29 Agustus 2017). Rizal mengaku melihat nilai kekompakkan dari sisi yang berbeda, menurutnya jika kompak dalam menyanyikan Mars Bonek atau lagu-lagu penyemangat yang lain, itu sudah biasa, hampir semua kelompok suporter bisa melakukan hal tersebut. Namun disini Rizal menggaris bawahi arti kekompakkan yang sebenarnya, di mana teman-teman sehidup semati bersama, susah senang bersama. Mulai dari budaya tret tet tet hingga estafetan semua dipikirkan dan dijalankan secara bersama-sama. Dinyatakan Rizal, dikala Persebaya berada di atas, mereka pun berpesta, tetapi 74 Universitas Kristen Petra

dikala Persebaya terpuruk dan dihina, terjadi pertumpahan darah pun Bonek siap melawan. Maka dari itu Bonek memiliki salam Satoe Nyali, Wani!

Gambar 4.21 Contoh info untuk para aggota Bonek Sumber : www.instagram.com/bonekkutaselatan.bali, 2017 “Kompak dalam mendukung Persebaya itu pasti. Tetapi di luar itu bisa diperdebatkan.”(wawancara dengan Ipul, koordinator tribun utara, 25 Mei 2017). “Secara garis besar ya kompak. Tetapi masih ada 1 atau 2 orang oknum yang tidak bertanggung jawab yang membuat Bonek jadi negatif” (wawancara dengan Andi Peci, koordinator Bonek Green Nord, 29 Mei 2017). “Kompak karena teman-teman itu mengusung nilai-nilai persaudaraan” (wawancara dengan Gerson, pengamat Bonek, 11 April 2017). Dikatakan Ipul, bahwa Bonek ini berawal dari kampung ke kampung, golongan ke golongan, dan kelompok ke kelompok. Ipul tidak ingin Bonek terlalu memaksakan untuk datang ke stadion 75 Universitas Kristen Petra

atau pun mengikuti away day untuk mendukung Persebaya. Ipul meyakini bahwa banyak cara mendukung Persebaya, tidak harus datang ke stadion, Bonek bisa mendukung dari rumah dan tidak bersikap negatif apa pun ketika Persebaya bertanding atau pun mengalami kekalahan, itu sudah merupakan sebuah bentuk dukungan. “Saya ini sudah sering mengingatkan teman-teman, rek.. wes ojo mekso, lek memang ora nduwe duit yowis, banyak cara untuk mendukung Persebaya. Timbangane mekso trus malah susah, mending nonton o nang omah sambil ngopi karo kumpul anak bojo lak luwih enak rek.” Ipul memberikan contoh semisal seorang Bonek telah berkeluarga dan kondisi keuangan keluarga tersebut biasa-biasa saja. Penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari dan membeli susu anak, namun Bonek tersebut memaksakan diri untuk mengikuti away day dengan menggunakan uang penghasilan tersebut. Dinyatakan Ipul bahwa itu adalah tindakan bodoh, mendukung Persebaya tidak harus mengorbankan keluarga. Lalu ia memberikan contoh lain ketika Bonek-Bonek yang masih sekolah lalu meninggalkan sekolah mereka untuk mendukung Persebaya, Ipul mengatakan itu tindakan yang jauh lebih bodoh lagi karena Bonek-Bonek muda yang sedang menempuh pendidikan ini adalah harapan Bonek-Bonek senior agar kedepannya Bonek itu dapat berpikir kritis terhadap sepak bola, bukan hanya sekedar berani untuk bertengkar. Selain itu, tindakan seperti itu akan justru menimbulkan citra yang buruk dari orang tua. Orang tua akan semakin menganggap Bonek itu liar, kampungan dan lain sebagainya. Jadi Ipul tidak ingin Bonek muda menyalahartikan identitas sebagai Bonek. Bonek itu adalah pendukung setia Persebaya, dan banyak cara untuk mendukung Persebaya.

76 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.22 Contoh keluhan keluarga Bonek Sumber : www.instagram.com/capoipul, 2017

Gambar di atas merupakan salah satu contoh yang membuktikan bahwa ada Bonek yang menyalahkan arti dari loyalitas dalam mendukung. Ipul selaku salah satu koordinator telah sering kali menasehati bahwa mendukung tim itu ada banyak cara, tapi tetap saja masih ada yang tidak mendengarkan itu. Akibatnya adalah seperti gambar 4.22, di mana ada salah satu orang tua Bonek yang menganggap anaknya menjadi liar setelah mengikuti Bonek. Dengan begitu ketika teman-teman yang lain susah payah untuk memperbaiki citra di mata masyarakat, usaha tersebut akan terkikis kembali dengan kejadian-kejadian kecil seperti contoh ini. Sejatinya menurut Ipul, Bonek itu bukan untuk diikuti tetapi Bonek itu ada di dalam diri masing-masing anggota karena kecintaannya terhadap Persebaya.

4.3.6. Perbedaan Cara Pandang Bonek

77 Universitas Kristen Petra

Pada dasarnya Bonek itu berasal dari kelompok-kelompok kecil, dan mereka tidak terstruktur. Pergerakan-pergerakan yang dilakukan Bonek itu secara bebas. Karena bebas tersebut tak jarang mereka berbeda pendapat. “Perbedaan pendapat pasti ada yaa, kebanyakan teman- teman berbeda cara pandang saja mengenai bagaimana mendukung Persebaya, maka dari itu Bonek kan banyak tidak hanya Green Nord saja” (wawancara dengan Gerson, pengamat Bonek, 11 April 2017). Tidak hanya perbedaan pendapat, tetapi Bonek juga ada masalah terhadap ketertiban dan kedisiplinan. Berulang kali dihimbau oleh koordinator namun tetap saja ada segelintir orang yang tidak mematuhinya. “Bonek itu liar, jadi masalah utama itu biasanya adalah ketertiban dan kedisiplinan. Saya juga belum disiplin-disiplin banget, tapi saya juga terus mencoba agar dapat memberi contoh untuk teman-teman dam merubah stigma negatif dari masyarakat”(wawancara dengan Andi Peci, koordinator Bonek Green Nord, 29 Mei 2017). Selain masalah kedisiplinan, masalah dari individu masing- masing juga dapat menimbulkan masalah baru dalam diri kelompok Bonek. Semisal ada kelompok yang memendam perasaan kesal lalu dilampiaskan ke teman-teman anggota yang tidak tahu apa-apa, itu akan menimbulkan konflik baru. “Tidak munafik lah..pasti ada masalah. Kayak teman- teman kalau memendam rasa kesal itu pasti akan menjadi masalah. Kebanyakan ada pada perbedaan pola pikir”(wawancara dengan Ipul, koordinator tribun utara, 25 Mei 2017). Disampaikan Ipul, komunikasi tak jarang juga menjadi masalah dalam diri Bonek. Banyak kasus di mana Bonek salah mengartikan informasi dan himbauan, lalu memenggal informasi sehingga terjadi pergeseran makna. Mendapati informasi yang 78 Universitas Kristen Petra

setengah-setengah juga menimbulkan pola pikir yang berbeda-beda dalam internal Bonek. Karena komunikasi yang belum sepenuhnya sempurna, mengakibatkan timbulnya berbagai masalah seperti saling iri, tersinggung dengan perkataan teman, dan lain sebagainya. Ipul mengatakan cara yang tepat dalam mengatasi hal- hal seperti ini adalah para Bonek harus meredam emosi sumbu pendeknya untuk mendengarkan, mengerti dan memahami penjelasan orang lain. Karena menurut Ipul, Bonek sekarang berbeda dengan Bonek terdahulu. Sekarang semua orang ingin menunjukkan diri dan semua orang ingin berbicara sehingga banyak sekali orang-orang yang mengatasnamakan Bonek-Bonek wilayah tertentu yang justru sering kali memulai atau menimbulkan pertikaian. “Cara mendukung yang paling terasa. Bonek ini kan ribuan yaa, jadi pinginnya juga macam-macam, dasarnya cuma satu mendukung Persebaya, tapi caranya kan ada banyak” (wawancara dengan Firman, anggota Bonek tribun selatan, 28 Agustus 2017). “Bonek itu bebas. Karena bebas sampai-sampai terkadang kelewat batas, apalagi orang – orang yang tidak bertanggung jawab dan mengatas namakan Bonek dan berbuat rusuh seenaknya.” (wawancara dengan Rizal, koordinator Bonek tribun selatan, 28 Agustus 2017).

4.4. Analisis dan Intrepertasi 4.4.1. Kecintaan terhadap Persebaya dan Keinginan Memperbaiki Citra Kefanatikan tidak mengenal usia, baik yang masih muda, tua, ataupun sakit-sakitan, sekelompok fans atau suporter akan berusaha untuk berpartisipasi (Jacobson, 2003, p.2). Kefanatikan memungkinkan individu untuk menjadi bagian dari permainan tanpa memerlukan keahlian khusus. Selain itu, kefanatikan 79 Universitas Kristen Petra

menawarkan manfaat sosial seperti perasaan persahabatan, solidaritas, dan kebanggaan yang bisa meningkatkan harga diri (Jacobson, 2003). Rasa bangga, fanatik, persahabatan, rasa solidaritas dan ditambah lagi dengan faktor sejarah dan juga kedekatan wilayah itulah yang mendasari tujuan dari kelompok Bonekmania untuk mendukung tim mereka yakni Persebaya Surabaya. Mengutip percakapan Syaiful Antoni dan juga Andi Peci, bahwa mereka mengatakan jika hidup Bonek itu untuk Persebaya, dan mereka siap mengantarkan Bonek sampai ke level Internasional. Pernyataan tersebut menjadi sinyal yang sangat kuat loyalitas Bonek terhadap Persebaya Surabaya. Melihat hasil temuan data, mendukung Persebaya menjadi harga mati tujuan untuk sebagian besar Bonek, dan dibalik tujuan tersebut terdapat berbagai macam motivasi mendukung, seperti kedekatan wilayah, kebanggaan, kekeluargaan dan lain-lain. Citra negatif yang diberikan masyarakat pada Bonek dari era kejayaan 2003/2004 hingga era keterpurukan Persebaya sudah sangat melekat. Dalam Soemirat dan Ardianto (2007, p. 114) disebutkan bahwa setiap kelompok pasti mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Kala itu Bonek diberitakan menjadi kelompok yang anarkis, citra yang sejatinya tidak dapat diterima oleh para Bonek. Namun Bonek tidak menyangkal keadaan masa lalu tersebut, kini mereka berbenah diri seiring kembalinya Persebaya ke kompetisi utama. Mengutip ucapan salah satu koordinator Bonek Tribun Selatan, Rizal mengatakan bahwa hidup mereka untuk Persebaya dan kini menjadi momentum untuk mereka, di mana Persebaya bangkit dan mereka pun bangkit untuk mendukung dengan cara yang lebih baik lagi untuk memperbaiki citra mereka yang sempat negatif. Hasil temuan data yang peneliti dapatkan di lapangan, Bonek memiliki tujuan ekstra dalam mendukung Persebaya, yakni 80 Universitas Kristen Petra

memperbaiki citra Bonek. Kisah masa lalu, Bonek sering kali membuat Persebaya mendapat dampak negatif. Sebagai contoh, bila Bonek melakukan tindakan anarkis, Persebaya akan mendapat sanksi denda dari Komisi Disiplin PSSI. Selain merugikan nama kelompok, tindakan tersebut juga membawa dampak negatif untuk tim yang dibela. Tak ingin terus memberikan dampak yang buruk untuk tim Persebaya, para koordinator Bonek mulai memberikan edukasi untuk para anggotanya. Dengan tujuan untuk memperbaiki citra Bonek, koordinator melakukan komunikasi terhadap anggotanya, di mana koordinator memberikan edukasi kepada teman-teman yang lain. Edukasi diberikan pada saat berkumpul dan agenda kopi darat. Koordinator memulai dengan memberikan pengertian apa dampak negatif yang akan diterima Persebaya jika Bonek melakukan tindakan-tindakan anarkis. Berdasarkan temuan data di lapangan, pemberian edukasi ini tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar, dikarenakan latar belakang anggota Bonek banyak yang tidak mengenyam bangku sekolah, itu mengakibatkan terkadang mereka hanya berfikir seenaknya sendiri. Letak kesulitan yang peneliti temukan dalam proses komunikasi antara koordinator dan anggota dalam rangka memperbaiki citra, di mana sebagian kelompok sudah dapat berfikir maju ke depan dan ingin membangun citra yang baru demi masa depan tim yang dibela, dan sebagian kecil kelompok yang lain masih menyalahartikan arti fanatisme dari sebuah kelompok suporter. Contoh kecil adalah pada saat Persebaya Surabaya bertandang ke kandang lawan. Suporter yang dewasa akan secara bijak berfikir apakah kondisi ekonomi mereka memadai untuk berangkat atau tidak. Di luar sana para koordinator juga sudah memberikan himbauan untuk tidak memaksakan berangkat, karena loyalitas tidak diukur dari segi itu saja.

81 Universitas Kristen Petra

Namun, suporter yang masih berfikir jangka pendek pun masih ada, mereka memaksakan diri untuk berangkat, lalu mereka tidak bisa kembali ke kota asal karena kekurangan biaya. Dan karena tindakan segelintir orang tersebut, nama yang tercemar adalah Bonek secara keseluruhan. Begitu juga dengan kasus tawuran, para koordinator telah menghimbau agar Bonek tidak terpancing emosi oleh suporter lawan, namun terkadang sekelompok kecil masih terjadi tawuran antar suporter, dan yang masuk dalam media adalah Bonek secara keseluruhan.

4.4.2. Musyawarah dalam Bonek Menurut Richard West dan Lynn Turner dalam bukunya Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (2007, p.5) , komunikasi adalah proses sosial di manaindividu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Indikator yang paling umum untuk mengklarifikasikan komunikasi berdasarkan konteks maupun tingkatnya adalah jumlah yang terlibat dalam komunikasi yang sedang berlangsung, di mana salah satunya adalah komunikasi kelompok yang diteliti oleh peneliti. Proses komunikasi kelompok menurut Shannon dan Weaver (Mulyana, 2007, p.137) yang mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan signal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Sasaran (destination) adalah orang yang menjadi tujuan pesan itu. Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan (baik gangguan 82 Universitas Kristen Petra

psikologis maupun gangguan fisik). Gangguan-gangguan yang sering terjadi lebih kepada gangguan psikologis yang dirasakan oleh penerima pesan, antara lain pada saat koordinator memberikan pesan atau arahan atau himbauan, ada anggota yang melamun ataupun tidak memperhatikan sehingga tidak mengerti apa yang koordinator bicarakan. Media atau saluran yang lebih sering digunakan yaitu tatap muka serta chat whatsapp. Dalam hal memperbaiki citra, komunikasi dari koordinator ke anggotanya berguna untuk mengarahkan para anggota untuk bertindak positif. Seperti contoh yang peneliti temui di lapangan yakni para koordinator mengarahkan para anggotanya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan tidak mengganggu masyarakat. Bonek penyuka seni biasanya diarahkan untuk menciptakan lagu untuk pertandingan atau bisa juga seni mural untuk menghiasi jalanan kota Surabaya. Seni mural ini juga pernah menjadi cara Bonek dalam memperjuangkan nama Persebaya, di mana banyak sekali jalanan- jalanan di Surabaya dihiasi dengan gambar-gambar mengenai sejarah Persebaya. Tindakan-tindakan tersebut sangat positif, dan juga bisa menunjukkan kalau anggota Bonek juga beraneka ragam, tidak hanya sekedar teriak-teriak dan berdemo. Untuk anggota Bonek yang di luar seni, koordinator biasanya mengarahkan mereka dalam kegiatan sosial. Kegiatan – kegiatan tersebut dapat berupa pembersihan kampung-kampung, menjual merchandise Bonek atau juga membantu dalam menolong korban bencana alam. Koordinator berusaha mengubah attidutes dari Bonekmania yang dikenal sebagai suporter yang anarkis menjadi suporter yang tertib dan kreatif. Dari sebelumnya Bonekmania yang memiliki tujuan masing-masing, mulai dari hanya menonton sepak bola, mencari hiburan, mendukung, sampai yang fanatik, dapat disatukan oleh para koordinator menjadi

83 Universitas Kristen Petra

Bonekmania dengan tujuan yang sama untuk mendukung Persebaya dan memperbaiki citra. Menurut peneliti, komunikasi kelompok yang dilakukan para koordinator cukup besar dampaknya bagi Bonekmania, faktor budaya “arek Suroboyo” menjadi salah satu faktor kuat mengapa para Bonek mau mendengarkan koordinatornya. Namun, tak dapat dipungkiri jika masih ada segelintir orang yang belum berubah, karena setiap keputusan akan selalu ada pro dan kontra, apalagi untuk kelompok sebesar Bonek dan tidak memiliki ketua, itu membuat setiap orang dapat berbicara dan memiliki kedudukan yang sama. Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (2003, p.75) ada tiga macam pengaruh kelompok yaitu konformitas, fasilitas sosial, dan polarisasi. Konformitas yaitu perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Begitu juga yang peneliti lihat dalam kelompok Bonek. Bila sejumlah koordinator mengatakan atau melukan sesuatu ada kecenderungan para anggotanya untuk melakukan hal yang sama, disini peneliti melihat tidak banyak anggota Bonek yang berpendapat, terutama Bonek-Bonek muda. Bonek-Bonek muda ini masih “sungkan” atau seperti merasa tidak enak bila berbeda pendapat dengan senior-seniornya, padahal para koordinator telah memberikan ruang sebesar-besarnya untuk para Bonek menyuarakan aspirasi. Yang kedua, fasilitas sosial adalah peningkatan prestasi individu karena disaksikan kelompok. Dalam hal ini peneliti lebih melihat kepada tekad dan semangat para Bonek lebih membara bila mereka bersama-sama. Apalagi jika Bonek melakukan “away” ke kandang lawan, semangat kelompok ini luar biasa dan menjadi 84 Universitas Kristen Petra

sorotan semua kelompok suporter di Indonesia maupun mancanegara. Itu semua terbukti dalam buku “Indonesian Way of Life”yang ditulis oleh salah satu suporter sepak bola asal Inggris yang pernah menonton pertandingan Persebaya yakni Anthony Sutton. Sutton membuat sub bab sendiri dalam bukunya mengenai Bonek dan Persebaya. Ia menyoroti bagaimana Bonek memperjuangkan Persebaya, perjuangan yang membuat tim ini tetap hidup. Sutton membandingkan dengan para fans di Inggris, di mana suara dari fans tidak begitu berpengaruh dalam keputusan manajemen, bagi fans Liga Inggris, menjadi sosok fans yang berpengaruh itu hanya mimpi. Sutton membandingkan kasus perjuangan Bonek dengan fans Arsenal, yang mana suara fans Arsenal tidak berpengaruh terhadap keputusan para pemegang saham dan manajemen. Yang ketiga, polarisasi, yang terjadi dalam komunikasi kelompok adalah bahwa sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Menurut peneliti, polarisasi ini sangat berlaku di kelompok Bonek karena hampir semua Bonek memiliki tujuan yang sama yaitu mendukung Persebaya, sisanya tinggal dukungan seperti apa yang dipilih oleh teman-teman Bonek. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (meskipun tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi di antara-antara anggota-anggotanya. Seperti halnya teman-teman Bonek, mereka merupakan kelompok yang tidak formal, tidak memiliki struktur dan bergerak secara bebas. Namun, teman-teman Bonek baik Green Nord ataupun Tribun Kidul memiliki tujuan kelompok masing-masing dan melibatkan interaksi dengan para anggotanya. Ada dua tanda kelompok secara psikologis, yang pertama adalah anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Dalam hal ini teman- 85 Universitas Kristen Petra

teman Bonek merasa sangat terikat dan bersaudara dengan anggota Bonek yang lain. Kenal tidak kenal mereka merasa satu nasib dan satu tujuan. Perasaan itu tidak akan muncul pada Bonek-Bonek yang tidak masuk dalam anggota, sebagai contoh orang yang mengaku Bonek tetapi hanya menonton pertandingan melalui televisi dan tidak ikut memperjuangkan apapun, tidak akan merasa dekat dan senasib dengan mereka yang memang mendukung dengan hati. Tanda psikologis yang kedua adalah nasib anggota-anggota saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain. Antar Bonek saling menggantungkan nasib mereka kepada teman-teman Bonek yang lain dan juga koordinator mereka. Sebagai contoh, bila ada penggalangan dana ataupun keberangkatan menjelang “away” ke luar kota, teman - teman Bonek tidak akan bergerak sebelum ada informasi dari koordinator. Mereka akan saling membantu untuk berangkat bersama-sama.

4.4.3. Agenda Kopi Darat Bonek Menurut Effendy (2003, p.75) jika kita ingin membahas kelompok, kita harus memahami bukan saja individu-individunya sendiri, tetapi juga proses saling pengaruh mempengaruhi dan ini membawa kita kepada masalah interaksi sosial. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, yang mengandung pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Interaksi yang terjadi di dalam kelompok suporter Bonek berlangsung mulai dari adaptasi sejak mereka bergabung dengan kelompok ini. Terutama bagi mereka yang masih tergolong anggota baru yang masih junior dan belum mengenal siapapun di dalam kelompok ini meskipun sudah ada beberapa anggota yang 86 Universitas Kristen Petra

sudah mengenal. Adaptasi yang dilakukan pada awalnya mungkin cukup sulit karena masih ada perasaan canggung, sungkan, dan minder (tidak percaya diri) yang sering dirasakan oleh anggota waktu pertama kali masuk ke dalam kelompok suporter, dan mereka lebih banyak bersikap diam. Namun para kooordinator selalu mengajak berbicara terlebih dahulu dan mengenalkan dengan para anggota yang lain. Dari situ para anggota yang masih baru akan mengikuti dan menyesuaikan cara bergaul kelompok ini, bagaimana dan apa saja yang sering dijadikan bahan obrolan. Selain itu juga mengikuti acara kopi darat dengan semua anggota, kumpul bersama, dan dari sana mulai ditekankan bahwa kelompok ini adalah kebersamaan bukan individu-individu. Kelompok suporter Bonek ini kurang lebih telah bersama- sama mengalami suka dan duka bersama selama bertahun-tahun dari berbagai generasi (turun temurun). Mereka pun selalu melakukan komunikasi dan interaksi sosial satu sama lain. Banyak juga dari anggota Bonek yang menjadi akrab karena tempat tinggal yang berdekatan, karena salah satu unsur pengikat kehidupan berkelompok dapat berupa locality yaitu adanya daerah atau tempat tinggal tertentu (Effendy, 1981, p.56). Komunikasi kelompok lebih cenderung terjadi secara langsung dalam pertemuan tatap muka (Goldberg dan Larson, 1985, p.15) dan kelompok Bonek ini telah memenuhi syarat tersebut, di mana kelompok Bonek banyak sekali memiliki agenda tatap muka. Pada saat agenda kopi darat, di sanalah waktu mereka untuk mengenal satu sama lain. Mereka saling berbagi cerita pengalaman, bercanda, bercerita mengenai keluarga ataupun pekerjaan. Ternyata juga banyak anggota Bonek yang mendapat pekerjaan, berawal dari obrolan kopi darat ini. Kopi darat menjadi agenda yang sangat tepat untuk mengenalkan anggota-anggota baru, mereka dikenalkan dengan dengan suasana bahwa kelompok ini tidak hanya sekedar sepak bola melainkan keluarga. Keluarga 87 Universitas Kristen Petra

yang tentu didalamnya terdapat berbagai karakter, ada yang ramai, ada yang pendiam, ada yang memiliki sifat terbuka, dan juga ada yang tertutup. Karena sangat banyak karakter dalam anggota Bonek, mereka lebih condong untuk bertukar cerita dalam kelompok-kelompok kecil. Berlokasi di Warkop Pitulikur Surabaya, meja-meja di warkop tersebut dipenuhi Bonek saat kopi darat, ada yang satu meja berisi lima orang, ada yang cuma tiga orang, dan ada juga yang sepuluh orang. Namun di sini para koordinator selalu akrab dengan semua lapisan, dia mencoba mengobrol dari meja ke meja sehingga tidak ada yang merasa diacuhkan. Pada saat gathering atau persiapan menjelang pertandingan, interaksi yang dilakukan adalah dari koordinator ke anggotanya. Jika di Green Nord ada Ipul dan juga Andi Peci, bila di selatan ada Rizal. Dalam kelompok Bonek Green Nord, Ipul lebih sering berinteraksi dengan para anggota Bonek. Ipul dan Andi Peci membagi tugas mereka, Ipul lebih ke penggerak massa, dan berkoordinasi dengan para anggota, sedangkan Andi Peci lebih ke kepengurusan ijin. Sedangkan di kubu Selatan pergerakkan Bonek Selatan lebih liar, tidak ada yang terlihat lebih menonjol.

Gambar 4.23 Contoh Himbauan Ipul 88 Universitas Kristen Petra

Sumber : www.instagram.com/capoipul, 2017

Gambar 4.24 Contoh himbauan dari koordinator lain Sumber : www.instagram.com/bajolijo.id, 2017 Gambar-gambar di atas merupakan contoh bagaimana para koordinator melakukan himbauannya melalui media sosial. Himbauan ini diberikan pada saat sebelum pertandingan baik itu kandang ataupun tandang dengan harapan para Bonek mengerti dan memahami keadaan yang terjadi pada saat itu. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan menjelang pertandingan baik Bonek Green Nord ataupun Tribun Selatan adalah berkoordinasi mengenai atribut apa yang boleh dan tidak boleh, properti yang dibawa ke dalam stadion, dan juga himbauan untuk tidak melakukan nyanyian rasis ke pemain lawan. Mengenai keberangkatan, dalam partai home, koordinator membebaskan pergerakan para Bonek, karena menurut para koordinator, itulah ciri khas, bergerak secara liar dan tidak dapat diprediksi oleh aparat keamanan. Untuk partai away, Bonek Green Nord lebih terorganisir dibanding Bonek Tribun Selatan. Bonek Green Nord selalu memikirkan transportasi teman-teman anggotanya. Tak lupa dalam partai yang lokasinya jauh, koordinator selalu berpesan

89 Universitas Kristen Petra

untuk menjaga nama baik Bonek. Terkadang juga koordinator memberikan contoh masalah yang diakibatkan para Bonek jika mereka tidak mendengar himbauan koordinatornya. Tidak jarang juga para koordinator mengevaluasi para teman-teman Bonek. Bukan bermaksud marah, tetapi koordinator membuka pikiran teman-teman Bonek agar berfikir panjang saat bertindak, karena begitu salah seorang berbuat kesalahan maka nama Bonek yang akan menjadi jelek dan koordinator pula yang akan dicari oleh media ataupun kepolisian. Koordinator pun juga terus berusaha untuk mengedukasi Bonek-Bonek muda untuk melihat akibat dari perbuatan mereka. Contoh terbaru adalah saat teman-teman sedang melakukan away fans ke kota Bandung, dalam lanjutan semi final Liga 2 Indonesia antara Persebaya melawan Martapura FC. Sebelum para Bonek berangkat, Ipul selaku koordinator telah memberikan pesan yang membakar semangat Bonek yaitu “Ayo kita kosongkan Surabaya, dan kita hijaukan Bandung!”. Kata-kata tersebut sangat terngiang di telinga para teman-teman Bonek untuk mendukung Persebaya di kota Bandung. Namun, selalu terjadi masalah dengan Bonek-Bonek yang tidak bertanggungjawab. Saat di Bandung ada segelintir Bonek yang mengganggu beberapa pemain Persebaya dengan alasan tidak ada biaya hidup di Bandung, dan minta ditanggung, dan mereka setiap hari datang di kawasan menginap para pemain. Dan saat itu juga Ipul memberikan statement bahwa itu tindakan yang memalukan dan tidak mencerminkan seorang Bonek. Ipul mengatakan, jika kalian Bonek dan kalian tidak memiliki biaya, silahkan kalian mendukung bonek dari rumah, menyaksikan pertandingan melalui televisi, banyak cara untuk mendukung Persebaya. Inilah salah satu contoh masalah besar teman-teman Bonek, yaitu mengedukasi anggota. Komunikasi antara koordinator dan anggota berjalan dengan baik ketika berada di area stadion. Teman-teman Bonek 90 Universitas Kristen Petra

dihadapkan pada situasi no ticket, no game, di mana tidak ada lagi Bonek yang tidak membeli tiket pertandingan dan menonton dari pagar pembatas. Suasana tampak sangat kekeluargaan ketika stadion diwarnai Bonek perempuan atau yang biasa dipanggil Bonita dan juga anak-anak. Mereka ingin menghapus stigma masyarakat kalau Bonek itu menyeramkan. Ketika di dalam stadion, baik Bonek Green Nord ataupun Bonek Tribun Selatan semua melihat instruksi front man mereka yakni sang dirijen. Dirijen inilah yang akan mengkomando ribuan Bonek untuk bernyanyi mendukung Persebaya. Kegiatan-kegiatan dan semua cerita di atas dapat dikaitkan dengan teori yang ada (Santoso, 2004, p.10-11) yakni kehidupan berkelompok itu bukan hanya ditentukan oleh adanya interest/kepentingan tetapi karena adanya life basic condition of a common life (syarat-syarat dasar adanya kehidupan bersama). The basic condition of a common life pengikat kehidupan berkelompok mereka dapat berupa locality yaitu adanya daerah/tempat tinggal tertentu dan community sentiment yaitu suatu perasaan tentang pemilikan bersama dalam kehidupan. Inilah mungkin jawaban yang tepat bila ditanya kebesaran Bonekmania. Ribuan orang dapat berkumpul, tidak terstruktur, namun dengan kompak mendukung Persebaya, Bonek memiliki pengikat antara satu sama lain yakni wilayah tempat tinggal, mereka semua dipersatukan karena mereka berasal atau bertempat tinggal di kota Surabaya. Tetapi di luar kota dan di luar negeri juga ada pendukung Persebaya dan mereka menyebut dirinya Bonek dari daerah masing-masing, contoh : Bonek Pasuruan, Bonek Bali, dan lain sebagainya. Ini bisa saja terjadi karena mereka memiliki perasaan atau community sentiment terhadap tim Persebaya dalam kehidupan mereka. Interaksi sosial yang dikemukakan S.S. Sargent dan juga H.Bonner (Santoso, 2006, p.11) memandang bahwa tingkah laku 91 Universitas Kristen Petra

sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur kelompok, seperti tingkah laku pimpinan atau tingkah laku individu yang berfugsi sebagai anggota kelompok. Dalam hal ini kelompok Bonekmania belum memiliki struktur yang jelas mereka bergerak secara bebas, maka dari itu banyak tindakan-tindakan individu yang tidak bertanggung jawab diluar arahan sang koordinator. Menurut Floyd Ruch (Santosa, 1992, p.53-54) ada 6 prinsip yang dapat menimbulkan kerjasama yang efektif dalam kelompok : 1. Suasana kelompok Yang dimaksud di sini adalah setiap anggota kelompok merasa senang dan nyaman untuk berada dalam kelompok tersebut. Dalam hal ini bukan menjadi masalah yang berarti dalam kelompok Bonek. Semua yang datang dan bergabung dalam kelompok Bonekmania sudah pada dasarnya mereka mencintai Persebaya dan kelompok suporter ini. Untuk tempat berkumpul, terbilang nyaman karena cukup besar dan para Bonek juga tidak terlalu mempermasalahkan soal tempat, bagi mereka yang terpenting adalah berkumpul. 2. Kepemimpinan bergilir Ini memiliki maksud adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompok. Inilah yang menjadi masalah teman-teman Bonekmania, karena kelompok ini tidak memiliki struktur yang jelas. Sampai detik ini pun belum jelas arahnya karena satu sisi mereka ingin lebih terstruktur secara organisasi tetapi mereka tetap tidak ingin ada ketua, jadi belum jelas. Bonekmania menganggap dengan pergerakan yang begitu bebas, mereka tidak dapat terdeteksi. Mengenai koordinator, mereka tidak mau disebut pemimpin, mereka hanya mengkoordinir pergerakan teman-teman Bonek, dan menurut mereka semua anggota dapat maju menjadi koordinator. Pernyataan 92 Universitas Kristen Petra

ini berlaku dalam Bonek Green Nord maupun Bonek Tribun Selatan. Siapapun bisa menjadi koordinator, siapapun bisa maju untuk menjadi dirijen, tinggal dilihat bagaimana tanggapan teman-teman Bonek yang lain. 3. Perumusan Tujuan Tujuan ini merupakan tujuan bersama yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing. Dalam hal ini kelompok Bonek selalu menyatukan tujuan, ini bukan menjadi sesuatu yang berat di dalam kelompok Bonek, karena dasar tujuan setiap Bonek hampir sama yakni mendukung Persebaya, tinggal bagaimana koordinator meluruskan dan menyatukan cara mendukung. 4. Fleksibilitas Segala sesuatu yang menyangkut kelompok seperti suasana, tujuan, kegiatan, struktur dapat mengikuti perubahan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami dalam kelompok. Dalam hal ini kelompok Bonek sangat fleksibel sebagai contoh, sebelum adanya dualisme internal Persebaya, dulu Bonek memiliki koordinator bernama Hamim Gimbal dan juga Okto Tyson, mereka sudah layaknya icon dalam tubuh Bonek. Namun pada saat dualisme mereka memilih untuk mendukung Persebaya yang tidak diakui oleh Bonek mayoritas, maka dari itu kebanyakan teman-teman Bonek mem-blacklist mereka. Dari situ munculah Ipul dan juga Andi Peci. Contoh kasus kedua adalah pada saat Persebaya di banned oleh FIFA, seketika tujuan kelompok yang semula mendukung Persebaya kini berubah menjadi memperjuangkan hak-hak Persebaya dan mengembalikan Persebaya diakui kembali oleh PSSI maupun FIFA. 5. Mufakat 93 Universitas Kristen Petra

Dengan mufakat, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak. Kelompok Bonek selalu mengambil keputusan dengan musyawarah agar mencapai mufakat. Biasanya teman-teman Bonek melakukan pengambilan suara terbanyak. 6. Kesadaran Kelompok Adanya peranan, fungsi dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok maka dalam diri tiap-tiap anggota akan timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya. Dalam hal ini belum semua Bonek memiliki kesadaran kelompok. Ada yang sudah itu seperti menahan ego-ego individu untuk kepentingan kelompok, susah senang bersama saat away day. Namun ada juga yang belum sadar seperti membuat onar saat berada di kandang lawan, melakukan tidakan-tindakan tidak bertanggung jawab dan membawa-bawa nama Bonek.

4.4.4. Keterbukaan Bonek Suasana kelompok erat kaitannya dengan perasaan senang dan nyaman yang dirasakan para anggotanya. Menurut Floyd Ruch dalam Santosa, (1992, p.53-54), suasana kelompok erat kaitannya dengan fungsi-fungsi yang berjalan atau yang akan dijalankan dalam kelompok tersebut. Fungsi-fungsi tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri. Berikut adalah fungsi-fungsi tersebut: 1) Fungsi hubungan sosial, yakni bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya. Kelompok Bonekmania sangat bisa dalam memelihara hubungan dengan para anggotanya, entah itu anggota lama ataupun anggota baru, semua saling bercanda, bercerita, berhubungan satu dengan yang lain. 94 Universitas Kristen Petra

2) Fungsi pendidikan, yakni bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan yang bermanfaat bagi kelompoknya. Poin ini juga mudah ditemukan pada saat kelompok Bonek berkumpul, mereka saling bertukar pikiran. Tak jarang sang koordinator memberikan edukasi-edukasi kecil mengenai suporter yang baik. Sebagai contoh, Syaiful Antoni sering kali menggunakan akun Instagram dan melakukan live untuk mengedukasi para Bonek. 3) Fungsi persuasi, yakni bagaimana seorang anggota kelompok mempersuasi anggota kelompok lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tindakan persuasi ini secara tidak langsung banyak dilakukan oleh para koordinator. Seperti halnya Andi Peci dalam menggerakan massa Bonek, ia selalu mempersuasi Bonek untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal. 4) Fungsi pemecahan masalah, yakni pemecahan masalah berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuat keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Contoh nyata tindakan ini adalah saat Persebaya tidak diakui PSSI, dari situ munculah Andi Peci yang menjadi solusi dan mengarahkan masa depan Bonek. 5) Fungsi terapi, yakni objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Dalam kelompok Bonekmania, mereka sebagai pribadi harus aktif dalam mengakrabkan diri, jika mereka aktif mereka akan sangat terbuka dan memperoleh banyak manfaat. Namun bila mereka pasif, mereka akan 95 Universitas Kristen Petra

tertinggal dan tenggelam dalam ribuan Bonek yang lain. Sebagai contoh kasus adalah di manaada Bonek-Bonek yang dulu memilih meninggalkan Persebaya dan memilih diam saat era dualisme. Lalu kini orang – orang tersebut muncul lagi dan tentu saja respon dari Bonek-Bonek muda tidak begitu baik. Saat ini bila mereka semua tidak aktif dan mendekatkan diri dengan anggota-anggota baru, lama-lama mereka akan tenggelam dengan sendirinya dan tidak dianggap sebagai Bonek lagi. Era Bonek dan Persebaya kini telah berubah, dan mereka harus sadar akan itu, untuk menciptakan suasana yang kondusif. Menurut peneliti, suasana kelompok Bonekmania sudah sangat baik. Rasa kekeluargaan dan persaudaraan menjadi jembatan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat antar Bonek dan ini akan sangat mudah untuk mendapat apresiasi dari orang luar sehingga bagus untuk citra Bonek , namun yang perlu digaris bawahi adalah ketika Bonek merasa dikhianati, rasa persaudaraan itu akan hilang dengan sendirinya dan seketika menjadi musuh abadi.

4.4.5. Kekompakan Bonek Menurut Forsyth (1999) kohesivitas adalah kesatuan yang terjalin dalam kelompok di mana setiap individu menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan di dalamnya terdapat rasa kebersamaan yang sangat tinggi. Kohesivitas merupakan konsep yang multidimensi dengan indikator yang bervariasi. Forsyth (1999) dalam bukunya An Introduction of Group Dynamic, menjelaskan bahwa ada empat aspek komponen kohesivitas kelompok. 1. Kekuatan sosial (Binding Force) Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan 96 Universitas Kristen Petra

yang menjadikan anggota kelompoknya selalu berhubungan. Kumpulan dari dorongan tersebut yang membuat Bonek bersatu. Sebagai contoh nyatanya adalah di mana seorang Bonek (individu) pasti akan mati-matian untuk membela kelompok Bonek dan ingin selalu bersama-sama dengan kelompok Bonek. Pengaruh angggota kelompok juga merupakan salah satu faktor yang membuat seorang Bonek tetap ingin menjadi Bonekmania. 2. Kesatuan dalam kelompok Perasaan saling memiliki anggota terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok itu adalah sebuah keluarga, tim, dan komunitasnya serta memiliki rasa kebersamaan. Mengutip hasil wawancara dengan salah satu anggota Bonek, yakni Ciz, ia mengatakan bahwa dalam Bonek kita akan menemukan arti persaudaraan. Ini cukup menggambarkan bagaimana kehangatan yang terjadi oleh anggota Bonek, dan ini dapat memberikan mereka citra yang baik. 3. Daya tarik Daya tarik merupakan properti kelompok yang berasal dari jumlah dan kekuatan sikap positif antara anggota kelompok. Individu akan lebih tertarik melihat segala sesuatu dari segi kelompok daripada melihat dari sisi sebagai anggota secara spesifik. Inilah poin yang masih digali terus oleh para Bonek. Tidak ada yang meragukan kebesaraan Bonekmania, tetapi belum semua orang langsung berani untuk dekat dan bersosialisasi ketika mendengar nama Bonek. Sebagai contoh kasus, baru-baru ini Persebaya telah membeli pemain asal bernama Feri Pahabol, ia melakukan debutnya di Persebaya pada ajang Piala Presiden 2018. Saat di wawancara oleh media, ia mengatakan bahwa dia nervous karena dia takut 97 Universitas Kristen Petra

dengan Bonek (dalam konteks bercanda). Ini membuktikan sebenarnya daya tarik Bonek itu ada dan memang sebesar nama mereka, cuma saja catatan untuk mereka adalah membuat kelompok ini tampak lebih ramah lagi. 4. Kerja sama kelompok Sebuah proses dinamis yang direfleksikan dengan kecenderungan suatu kelompok untuk tetap terikat bersama dan mempertahankan kesatuan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Ini telah dibuktikan Bonek ketika Persebaya sempat absen di kompetisi nasional karena kasus dualisme. Bonek secara bersama-sama berjuang untuk memperjuangkan hak-hak Persebaya. Kejadian tersebut tidak akan terlupakan dari sejarah sepak bola Indonesia. Menurut peneliti, kohesivitas kelompok Bonek sudah sangat baik, di mana para anggota mati-matian dalam mewujudkan tujuan kelompok dan juga dalam mendukung tim kesayangan mereka. Sering kali pula mereka mengenyampingkan urusan pribadi untuk urusan kelompok, jadi loyalitas dan kekeluargaan Bonekmania tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja memang ada catatan-catatan yang masih perlu diperhatikan oleh Bonek. Mereka tetap harus mengedukasi sesama anggota untuk menjunjung tinggi loyalitas dan kefanatikan yang sehat, bukan dengan menghalalkan segala cara. Seperti contoh kasus terbaru adalah Bonekmania sangat ingin Persebaya mengembalikan pemain kesayangan mereka yakni Andik Vermansyah, namun belakangan kesepakatan tidak terjadi antara manajemen Persebaya dan juga Andik. Manajemen Persebaya tahu bagaimana Bonek sangat mendesak manajemen untuk membeli Andik, akhirnya manajemen membuat statement secara terbuka bahwa mereka tidak dapat mengembalikan Andik ke Persebaya karena tidak terjadi kesepakatan harga. Setelah kejadian tersebut, tindakan yang 98 Universitas Kristen Petra

diambil Bonek adalah diam, tidak terprovokasi ataupun memprovokasi, namun mereka menyampaikan salam semangat untuk Andik agar sukses di klub lain, walaupun sebenarnya mereka kecewa. Sikap-sikap dewasa seperti inilah yang tidak ditemukan dalam Bonek masa lampau, dan ini sangat membuat masyarakat respect terhadap Bonek.

4.4.6. Perbedaan Cara Pandang Bonek Peneliti tidak hanya melihat komunikasi kelompok yang terjadi, melainkan juga ingin melihat perilaku komunikasi pada setiap individu saat berinteraksi. Goldberg (1975, p.5) mengemukakan bahwa komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian, penerapan yang menitikberatkan, tidak hanya pada proses kelompok secara umum, tetapi juga pada perilaku komunikasi individu-individu pada tatap muka kelompok diskusi kecil. Kelompok Bonekmania ini sering berkumpul bersama dengan para anggotanya. Dalam obrolan tatap muka ini sering sekali membahas permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh Bonekmania. Mulai dari harga tiket, keberangatan away day, dan juga mengenai citra Bonek. Mengutip hasil wawancara peneliti dengan Gerson selaku pemerhati Bonek, ia mengatakan dengan kelompok sebesar Bonek sudah pasti ada perbedaan, terutama cara pandang dalam mendukung Persebaya. Hasil pengamatan peneliti di lapangan, perilaku komunikasi antar individu dalam diskusi, tidak semua individu memperlihatkan perilaku setuju, ada yang masi bingung, dan ada juga perilaku tidak setuju. Dan inilah salah satu faktor mengapa Bonek terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan bebas. Menurut peneliti akan ada positif dan negatif terhadap citra Bonek. Di mana menjadi positif ketika kelompok-kelompok ini memanfaatkan keberagaman mereka, dan menimbulkan image kalau siapa pun bisa menjadi Bonek, siapa pun bisa mendukung 99 Universitas Kristen Petra

Persebaya, dan siapa pun biasa memperjuangkan Persebaya. Namun ini bisa menjadi negatif bila kelompok – kelompok yang paling kecil tersebut berbuat tingkah laku seenaknya, karena tindakan tidak bertanggung jawab tersebut akan dianggap sebagai tindakan Bonek secara keseluruhan dan citra negatif tersebut akan ditanggung oleh Bonek secara keseluruhan.

100 Universitas Kristen Petra