KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN
TESIS
OLEH
SUCI ANANDA PUTERI TARIGAN 187020010/ AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020
Universitas Sumatera Utara
KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
SUCI ANANDA PUTERI TARIGAN 187020010/ AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2020
(Suci Ananda Puteri Tarigan)
Universitas Sumatera Utara
JUDUL TESIS : KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN NAMA MAHASISWA : SUCI ANANDA PUTERI TARIGAN NOMOR POKOK : 187020010 PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA
Universitas Sumatera Utara
Telah Di Uji Pada : 28 September 2020
Panitia Penguji Tesis
Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM
Anggota Komisi Penguji : 1. Amy Marisa, ST, M.Sc, Ph.D
2. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, PhD, IPM
3. Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD, IPM
4. Dr. Imam Faisal Pane, ST, MT, IPM
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Salah satu sektor yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan perekonomian adalah pariwisata. Di zaman modern ini, pariwisata telah banyak diterapkan dan berkembang. Keberhasilan Pariwisata heritage, membutuhkan kontribusi dari wisatawan dan masyarakat setempat pada lokasi wisata. Untuk mendukung keberhasilan pariwisata heritage, maka dibutuhkan sense of place pada wisatawan dan masyarakat setempat. Salah satu tujuan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pariwisata heritage dengan menerapkan sense of place adalah Istana Maimun, Medan. Istana Maimun merupakan kawasan heritage yang berada di kota Medan yang memiliki daya tarik tersendiri. Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah elemen-elemen sense of place yaitu makna simbolis dan persepsi. Dengan melakukan pengkajian terhadap makna simbolis dan persepsi, maka pariwisata heritage pada kawasan Istana Maimun akan meningkat. Meningkatnya pariwisata heritage pada kawasan Istana Maimun, maka kualitas dan perekonomian masyarakat setempat akan mengalami peningkatan pula. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan observasi, survey lapangan, penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap responden. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi stakeholders dan menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa. Kata kunci : sense of place, wisata heritage, istana maimun
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
One sector that contributes to improving the economy is tourism. In these modern times, tourism has been widely applied and developed. The success of tourism heritage requires contributions from tourists and local communities at tourist sites. To support the success of tourism heritage, it takes the sense of place on tourists and local people. One of the potential tourism destinations to be developed into heritage tourism by applying the sense of place is Maimun Palace, Medan. Istana Maimun is a heritage area in the city of Medan that has its own charm. The condition of Istana Maimun is now growing the sense of place on tourists and local people. As for the study in this research are elements of sense of place namely symbolic meaning, perception and attachment. By reviewing the elements, the tourism heritage of the Maimun Palace area will increase. The increasing tourism of heritage in the area of Maimun Palace, the quality and economy of the local people will increase also. The methods used for this study are qualitative and quantitative methods by conducting observations, field surveys, dissemination of questionnaires and interviews to respondents. The results of this research is expected to be used as an evaluation for stakeholders and a reference for other researchers to conduct similar research. Keyword : sense of place, heritage tourism, maimun palace
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan mengucapkan, puji dan syukur penulis panjatkan atas rahmat, hidayah dan karunia Allah SWT dan sholawat serta salam kepada Rasullullah Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini yang berjudul “Kajian
Sense of Place Terhadap Kawasan Istana Maimun, Medan” dengan baik. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam bidang kekhususan Manajemen Pembangunan Kota, Magister Teknik Arsitektur
Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa telah mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM, selaku Ketua Program Studi Magister
Teknik Arsitektur sekaligus Dosen Pembimbing I dan Amy Marisa, ST, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing II, atas segala bimbingan, kesempatan dan ide serta masukan-masukan dalam penyusunan dan pembuatan tesis ini. Serta ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan civitas akademika di lingkungan Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang telah berkenan memberikan pembekalan berbagai disiplin ilmu arsitektur, khususnya bidang Manajemen Pembangunan Kota.
Penghormatan yang setinggi-tingginya dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada ayahanda Ir. Ahmad Effendi Tarigan, ibunda Aisyah Sofyan, dan
iii
Universitas Sumatera Utara
kedua adik saya Devi Anisa Puteri Tarigan dan John Rohim Putera Tarigan serta segenap keluarga penulis yang telah memberikan motivasi, bantuan material maupun non material, serta kasih sayang dan dukungan kepada penulis. Terima kasih kepada seluruh teman–teman di Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara khususnya jurusan Manajemen Pembangunan Kota, dan seluruh kerabat yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas segala do’a, bantuan dan motivasi yang telah kalian berikan.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan proposal penelitian ini. Penulis berharap proposal penelitian ini dapat diterima dan menjadi landasan peneliti dalam melakukan penelitian tesis.
Medan, September 2020 Penulis,
Suci Ananda Puteri Tarigan Nim 187020010/AR
iv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Suci Ananda Puteri Tarigan
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 Februari 1995
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Puri, Medan Area No. 199 Medan
Riwayat Pendidikan
2000-2006 : Sekolah Dasar Kartini Medan
2006-2009 : SMP Swasta Al-Ulum Medan
2009-2012 : SMA Swasta Al-Ulum Medan
2012-2017 : Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara
Pengalaman Pekerjaan
2018 : Freelance Ilustrator
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………. i
ABSTRACT………………………………………………………….... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………... iii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………... iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… x
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………… 5
1.4 Batasan Masalah……………………………………. 5
1.5 Manfaat Penelitian………………………………….. 5
1.6 Kerangka Berfikir…………………………………... 6
1.7 Sistematika Penulisan……………………………..... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………... 9
2.1 PenelitianTerdahulu………………………………… 9
2.2 Sense of Place……………………………………….. 12
2.2.1 Persepsi……………………………………... 18
2.2.2 Makna Simbolis…………………..………... 20
vi
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pariwisata Heritage……………...... ………………... 22
2.3.1 Pariwisata Heritage Tangible.………………. 24
2.3.2 Pariwisata Heritage Itangible.………………. 24
2.4 Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage………. 25
2.4.1 Persepsi terhadap Pariwisata Heritage………... 26
2.4.2 Makna Simbolis pada Pariwisata Heritage….... 27
2.5 Kesimpulan…………………………………………. 27
BAB III METODOLOGI………………………………………. 29
3.1 Jenis Penelitian……………………………………… 29
3.2 Variabel dan Indikator Penelitian………………...... 29
3.3 Populasi dan Sampel………………………………... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………. 34
3.4.1 Data Primer………………………………… 34
3.4.2 Data Sekunder………………………………. 41
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas……………………….. 41
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Masyarakat 41
Lokal……………………………………......
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Wisatawan...... 43
3.6 Metode Analisa Data……………………………...... 44
BAB IV KAWASAN PENELITIAN……………………………... 47
4.1 Kawasan Kota Medan………………………………. 47
4.2 Lokasi Penelitian…………………………………… 49
vii
Universitas Sumatera Utara
4.3 Istana Maimun……………………………………… 50
4.3.1 Sejarah Istana Maimun……………………… 50
4.3.2 Arsitektur Istana Maimun…………………... 51
4.3.3 Kondisi Istana Maimun Sekarang…………... 52
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………….. 58
5.1 Kajian Elemen Sense of Place terhadap Pariwisata
Heritage pada Kawasan Istana Maimun……………. 58
5.2 Kajian Elemen Persepsi terhadap Pariwisata Heritage
pada Kawasan Istana Maimun……………. 58
5.2.1 Sikap………………………………………… 58
5.2.2 Pengalaman…………………………………. 66
5.3 Kajian Elemen Makna Simbolis terhadap Pariwisata 73
Heritage pada Kawasan Istana Maimun…………….
5.3.1 Sejarah………………………...... 73
5.3.2 Kondisi Fisik…………………………...... 76
5.3.3 Identitas…………………………...... 82
5.4 Penemuan Penelitian………………………………... 86
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………….. 80
6.1 Kesimpulan………………..……………………….. 89
6.2 Saran………………..………………..…………….. 89
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 90
LAMPIRAN…………………………………………………………... 95
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka Berfikir……………………………………………….. 6
2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Pariwisata Heritage………………... 22
2.2 Proses Kajian Teori Sense of Place pada Kawasan Pariwisata
Heritage…………………………………………………………. 25
3.1 Lokasi Penelitian………………………………………………... 26
3.2 Kerangka Metode Analisa……………………………………….. 38
4.1 Lokasi Penelitian………………………………………………... 48
4.2 Perkembangan Istana Maimun dari Tahun ke Tahun…………… 49
4.3 Pintu Gerbang Masuk Kawasan Istana Maimun ……………….. 50
4.4 Area Parkir Pengunjung Istana Maimun ……………………….. 52
4.5 Deretan Pertokoan Istana Maimun ……………………………… 52
4.6 Area Halaman Kawasan Istana Maimun ……………………...... 52
4.6 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun……………………… 51
4.7 Tampak Istana Maimun…………………………………………. 52
4.8 Area Lobby Istana Maimun …………………………………….. 53
4.9 Ruang Balairung………………………………………………… 54
4.10 Area Pertokoan Souvenir dan Singgasana………………………. 54
4.11 Perabotan dan Peninggalan Sultan Terdahulu ………………….. 53
5.1 Peta Analisa Sikap pada Kawasan Istana Maimun…………………. 62
5.2 Peta Analisa Sikap pada Interior Istana Maimun …………………... 64
ix
Universitas Sumatera Utara
5.3 Peta Analisa Pengalaman pada Area Luar Istana Maimun…………. 68
5.4 Peta Analisa Pengalaman pada Interior Istana Maimun……………. 70
5.5 Peta Peletakan Prasasti Elemen Sejarah pada Kawasan Istana
Maimun……………..………..………..………..………..……...... 74
5.6 Peta Peletakan Elemen Sejarah pada Interior Istana Maimun……..... 74
5.7 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Kawasan Istana
Maimun…………..………..………..………..………..……...... 78
5.8 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Interior Istana
Maimun……..………..………..………..……...... 83
5.9 Desain Gerigi pada Balkon Teras Istana Maimun……………….. 83
5.10 Desain Pintu Istana Maimun…………………………………….. 83
5.11 Tampak Istana Maimun …………………………………………. 84
5.12 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun ……………………… 84
5.12 Atap Istana Maimun ….…………………..…………………...... 84
5.13 Tiang-Tiang Penopang ………………………………………….. 84
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tingkatan Sense of Place………………………………………. 11
2.2 Elemen-Elemen Pembentuk Sense of Place……………………. 13
2.3 Elemen-Elemen Pembentuk Makna Simbolis…………………. 15
2.4 Elemen-Elemen Pembentuk Persepsi………………………….. 17
2.5 Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage…...... ……………. 23
3.1 Variabel dan Indikator Penelitian……………………………… 27
3.2 Karakteristik Sampel………………...... 31
3.3 Metode pengumpulan data primer …………………………….. 32
3.4 Rentang Skala ………………………………………………….. 34
3.5 Data Yang diperlukan dalam Observasi Lapangan…………….. 35
3.6 Pertanyaan pada Kuesioner Online……………………………. 37
3.7 Uji Validitas Sense of Place terhadap Masyarakat Lokal……… 42
3.8 Item-Total Statistics……..…………..…………..……………… 43
3.9 Reliability Statistics……..…………..…………..……………… 43
3.10 Rangkuman Uji Validitas Sense of Place pada Wisatawan……... 43
3.11 Item-Total Statistics……..…………..…………..……………... 44
3.12 Reliability Statistics……..…………..…………..……………… 44
3.13 Skala Penilaian Sense of Place……..…………..………………. 45
5.1 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sikap……………….. 65
xi
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Pengalaman………… 71
5.3 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sejarah……………… 75
5.4 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Kondisi Fisik……….. 79
5.5 Perpaduan Arsitektur yang Terdapat di Istana Maimun……….. 83
5.6 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Identitas…………….. 85
5.7 Nilai rata-rata total aspek Sense of Place pada kawasan Istana 87 Maimun……………….…………….…………….…………….
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka Berfikir……………………………………………….. 6
2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Pariwisata Heritage………………... 22
2.2 Proses Kajian Teori Sense of Place pada Kawasan Pariwisata
Heritage…………………………………………………………. 25
3.1 Lokasi Penelitian………………………………………………... 26
3.2 Kerangka Metode Analisa……………………………………….. 38
4.1 Lokasi Penelitian………………………………………………... 48
4.2 Perkembangan Istana Maimun dari Tahun ke Tahun…………… 49
4.3 Pintu Gerbang Masuk Kawasan Istana Maimun ……………….. 50
4.4 Area Parkir Pengunjung Istana Maimun ……………………….. 52
4.5 Deretan Pertokoan Istana Maimun ……………………………… 52
4.6 Area Halaman Kawasan Istana Maimun ……………………...... 52
4.6 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun……………………… 51
4.7 Tampak Istana Maimun…………………………………………. 52
4.8 Area Lobby Istana Maimun …………………………………….. 53
4.9 Ruang Balairung………………………………………………… 54
4.10 Area Pertokoan Souvenir dan Singgasana………………………. 54
4.11 Perabotan dan Peninggalan Sultan Terdahulu ………………….. 53
5.1 Peta Analisa Sikap pada Kawasan Istana Maimun…………………. 62
5.2 Peta Analisa Sikap pada Interior Istana Maimun …………………... 64
xiii
Universitas Sumatera Utara
5.3 Peta Analisa Pengalaman pada Area Luar Istana Maimun…………. 68
5.4 Peta Analisa Pengalaman pada Interior Istana Maimun……………. 70
5.5 Peta Peletakan Prasasti Elemen Sejarah pada Kawasan Istana
Maimun……………..………..………..………..………..……...... 74
5.6 Peta Peletakan Elemen Sejarah pada Interior Istana Maimun……..... 74
5.7 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Kawasan Istana
Maimun…………..………..………..………..………..……...... 78
5.8 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Interior Istana
Maimun……..………..………..………..……...... 83
5.9 Desain Gerigi pada Balkon Teras Istana Maimun……………….. 83
5.10 Desain Pintu Istana Maimun…………………………………….. 83
5.11 Tampak Istana Maimun …………………………………………. 84
5.12 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun ……………………… 84
5.12 Atap Istana Maimun ….…………………..…………………...... 84
5.13 Tiang-Tiang Penopang ………………………………………….. 84
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tingkatan Sense of Place………………………………………. 11
2.2 Elemen-Elemen Pembentuk Sense of Place……………………. 13
2.3 Elemen-Elemen Pembentuk Makna Simbolis…………………. 15
2.4 Elemen-Elemen Pembentuk Persepsi………………………….. 17
2.5 Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage…...... ……………. 23
3.1 Variabel dan Indikator Penelitian……………………………… 27
3.2 Karakteristik Sampel………………...... 31
3.3 Metode pengumpulan data primer …………………………….. 32
3.4 Rentang Skala ………………………………………………….. 34
3.5 Data Yang diperlukan dalam Observasi Lapangan…………….. 35
3.6 Pertanyaan pada Kuesioner Online……………………………. 37
3.7 Uji Validitas Sense of Place terhadap Masyarakat Lokal……… 42
3.8 Item-Total Statistics……..…………..…………..……………… 43
3.9 Reliability Statistics……..…………..…………..……………… 43
3.10 Rangkuman Uji Validitas Sense of Place pada Wisatawan……... 43
3.11 Item-Total Statistics……..…………..…………..……………... 44
3.12 Reliability Statistics……..…………..…………..……………… 44
3.13 Skala Penilaian Sense of Place……..…………..………………. 45
5.1 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sikap……………….. 65
5.2 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Pengalaman………… 71
xv
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sejarah……………… 75
5.4 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Kondisi Fisik……….. 79
5.5 Perpaduan Arsitektur yang Terdapat di Istana Maimun……….. 83
5.6 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Identitas…………….. 85
5.7 Nilai rata-rata total aspek Sense of Place pada kawasan Istana
Maimun……………….…………….…………….……………. 87
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara memiliki sekitar 600-an bangunan bersejarah yang berusia lebih dari 100 tahun yang merupakan saksi kemakmuran dan kejayaan kota Medan tempo dulu. Adapun bangunan-bangunan yang merupakan peninggalan kolonial Belanda tersebut memiliki keterkaitan dengan aktivitas perkebunan tembakau Deli yang produknya sangat terkenal di dunia pada masanya
(Asmyta, 2012). Hal tersebut, menjadikan kota Medan memiliki potensi dalam meningkatkan perekonomian melalui pariwisata heritage. Salah satu destinasi wisata heritage di kota Medan yang berpotensi adalah kawasan Istana Maimun. Kawasan istana
Maimun merupakan area pariwisata yang dikenal sebagai landmark kota Medan.
Adapun kawasan istana Maimun terbentuk selama periode kolonial Belanda
(Ginting,2016). Awalnya, bangunan-bangunan (istana Maimun, Kolam Srideli dan
Masjid raya Al-Mashun) yang terdapat di kawasan istana Maimun merupakan satu bagian yang tak terpisahkan (Takari,2010). Namun seiring berjalannya waktu, tata letak ketiga bangunan tersebut menjadi terpisah akibat terdapat bangunan-bangunan lain disekitaran kawasan tersebut. hal tersebut meyebabkan berkurangnya keindahan dari ketiga bangunan tersebut, terutama istana Maimun. Ketiga bangunan tersebut merupakan saksi kemakmuran dan kesejahteraan kesultanan Deli dalam menumbuhkan perekonomian kota pada masanya (Ginting, 2016). Hal ini menjadikan ketiga bangunan
1
Universitas Sumatera Utara 2
tersebut sangat penting bagi kota Medan, karena mengandung cerita sejarah perkembangan pemerintahan kolonial dan Malaysia.
Kondisi Istana Maimun dan sekitarnya sekarang tidak lagi mencerminkan kemegahan dan kemakmuran kesultanan Deli. Kurangnya perhatian dan pemeliharaan terhadap Istana Maimun dan sekitarnya memudarkan keindahan istana Maimun. Hal ini dapat berdampak kepada berkurangnya minat pengunjung untuk menjadikan istana
Maimun dan sekitarnya sebagai destinasi wisata. Menurut Ginting (2014), bahwasanya eksistensi bangunan bersejarah sangatlah penting untuk menampilkan gambaran akan aktivitas manusia pada masa lampau dan mampu memberikan atmosfir sejarah dan menimbulkan rasa terikat terhadap bangunan tersebut. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan perhatian untuk pemeliharaan bangunan Istana Maimun agar eksistensinya sebagai salah satu destinasi wisata bangunan bersejarah tetap terjaga.
Adapun bangunan-bangunan bersejarah berkontribusi besar terhadap peran pariwisata, khususnya bangunan yang telah menjadi identitas suatu kota
(Mahasti,2012). Bagi Kota Medan sendiri, bangunan Istana Maimun telah menjadi salah satu identitas kota yang penting untuk dilestarikan. Agar intensitas pengunjung yang berkunjung ke kawasan istana Maimun tidak mengalami penurunan dan sekaligus meningkatkan aspek pariwisata bagi kota Medan, maka pelestarian pada bangunan- bangunan tersebut sangat penting untuk dilakukan. Adapun pelestarian bangunan- bangunan yang terdapat pada kawasan istana Maimun dapat didukung apabila pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan tersebut memiliki sense of place. Hal ini
Universitas Sumatera Utara 3
didukung oleh pendapat Azhari dan Mohamed (2012) bahwasanya sense of place mendorong nilai sejarah yang sangat bernilai tinggi. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut dapat menjadi pengingat bagi pengujung yang datang, bahwasanya bangunan- bangunan tersebut merupakan saksi atas kemakmuran kota Medan di masa lampau.
Selain menjadi pengingat, bangunan-bangunan tersebut juga mampu memberikan perasaan terikat bagi pengunjung, seakan-akan mereka kembali ke masa lampau. Maka dari itu, sense of place pada kawasan istana Maimun sangat dibutuhkan, agar pengunjung maupun masyarakat sekitar dapat lebih merasa terikat terhadap kawasan tersebut.
Sebuah tempat (place) tidak hanya mengenai membiasakan diri, tapi juga tentang menciptakan dan menumbuhkan hubungan yang kuat terhadapat tempat tersebut dan secara perlahan merasakan tempat tersebut menjadi bagian dari kita dan membentuk identitas individu (Shukran, 2014). Menurut Shuwen dan Lewis (2016) bahwa sense of place memainkan peran penting dalam pariwisata dan bisnis. Dalam hal ini baik penduduk lokal maupun orang luar, dapat berkontribusi untuk melestarikan budaya di tempat tersebut. Oleh karena itu, menumbuhkan sense of place pada suatu tempat dapat membantu mensejahterakan dan memakmurkan perekonomian masyarakat. Ketika pengunjung tempat pariwisata dapat merasakan sense of place pada tempat tersebut, maka tempat tesebut berpotensi untuk meningkatkan perekonomian dan pariwisata tempat tersebut. Salah satu pariwisata yang berpotensi meningkatkan pariwisata dan perekonomian daerah adalah pariwisata heritage.
Universitas Sumatera Utara 4
Perubahan yang terjadi pada istana Maimun dan sekitarnya tidak hanya terdapat bangunan-bangunan namun kondisi fisik istana Maimun sendiri yang menjadi kurang terawat. Mengingat Istana Maimun merupakan salah satu objek wisata di kota Medan, yang juga akan menjadi destinasi para wisatawan untuk berkunjung dan berpotensi untuk memajukan pariwisata heritage. Berdasarkan hal tersebut sudah sepatutnya istana
Maimun mendapatkan perhatian lebih, baik untuk kondisi fisik istana Maiuon sendiri, lingkungan sekitarnya dan individu yang terkait dengan istana Maimun. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan dan meningkatkan elemen-elemen yang menjadi faktor terbentuknya sense of place pada kawasan istana Maimun. Dengan terciptanya sense of place di kawasan Istana Maimun, diharapkan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung dan istana Maimun menjadi lebih dikenal sehingga menjadikan kawasan Istana Maimun sebagai wisata heritage dapat berkembang dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Dengan meningkatnya pendapatan asli daerah, maka kehidupan masyarakat sekitar menjadi makmur dan sejahtera.
Berdasarkan paparan isu-isu dan potensi yang ada di kawasan istana Maimun tersebut menjadi alasan mengapa penelitian Kajian Sense of place terhadap wisata Heritage pada kawasan Istana Maimun ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan mengkaji sense of place di kawasan istana Maimun sehingga mampu memecahkan masalah pada istana
Maimun.
Universitas Sumatera Utara 5
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu : elemen-elemen apa saja yang membentuk sense of place pada pariwisata heritage di kawasan Istana Maimun
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang akan dijawab, maka tujuan penelitian adalah: menemukan elemen-elemen sense of place yang ada pada kawasan istana
Maimun.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bahan dan rekomendasi untuk pemerintah Kota Medan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat kebijakan tentang pelestarian kawasan
pariwisata heritage di kota Medan khususnya istana Maimun.
2. Sebagai kajian pengembangan kawasan pariwisata heritage di kota Medan
sebagai parameter pembangunan.
3. Sebagai bahan referensi untuk dunia pendidikan
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, batasan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu kawasan Istana Maimun yang merupakan lokasi penelitian dan variabel penelitian yaitu sense of place dan pariwisata heritage.
Universitas Sumatera Utara 6
1.6 Kerangka Berpikir
Proses penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan berpikir. Tahapan-tahapan berpikir penelitian ini dirangkum dalam kerangka berfikir yang dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
1. Kontribusi bangunan bersejarah terhadap pariwisata 2. Istana Maimun sebagai bukti kemamkuran kesultanan Deli 3. Sense of place untuk meningkatkan nilai sejarah suatu tempat 4. Dalam rangka untuk meningkatkan PAD
1. Eksistensi bangunan bersejarah sangatlah penting untuk menampilkan gambaran akan aktivitas manusia pada masa lampau dan mampu memberikan atmosfir sejarah serta mampu menimbulkan rasa keterikatan terhadap bangunan tersebut (Ginting, 2016). 2. Adapun bangunan-bangunan bersejarah berkontribusi besar terhadap pariwisata, khususnya bangunan yang telah menjadi identitas suatu kota (Mahasti, 2012). 3. Istana Maimun, Kolam Srideli dan Mesjid Raya merupakan saksi kemakmuran dan kesejahteraan kesultanan Deli dalam menumbuhkan perekonomian kota pada masanya (Ginting,2016). 4. Sense of place memainkan peran penting dalam pariwisata dan bisnis. Dalam hal ini baik penduduk lokal maupun orang luar, dapat berkontribusi untuk melestarikan budaya di tempat tersebut (Shuwen dan Lewis, 2016).
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir Universitas Sumatera Utara 7
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian yang menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka
Bab ini merupakan bagian yang mengemukakan dasar teori sense of place dan elemen- elemen yang membentuknya serta pariwisata heritage.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini merupakan bagian yang menjelaskan metode yang digunakan dalam proses penelitian tersebut. Bab ini berisi uraian tentang penentuan jenis penelitian, metode penentuan kawasan penelitian, metode penentuan variabel penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisa data.
BAB IV Deskripsi Kawasan Penelitian
Merupakan bagian yang menjelaskan kawasan penelitian yang digunakan peneliti. Bab ini terdiri dari sub-bab yang berisi penjelasan tentang kawasan Kota Medan, penjelasana tentang kawasan Istana Maimun.
Universitas Sumatera Utara 8
BAB V Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil dan pembahasan yang terdiri dari kajian elemen-elemen sense of place yang terbentuk di kawasan Istana Maimun dan keterkaitannya untuk meningkatkan pariwisata di Kota Medan.
BAB VI Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan pada tahap-tahap sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu akan menjadi acuan dan referensi bagi peneliti dalam melakukan kajian dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang terkait dengan sense of place terhadap suatu kawasan terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Bazher, dkk (2017), yang melakukan kajian mengenai teori sense of place dengan studi kasus kawasan konservasi, yaitu Kampung Arab Pasar Kliwon. Upaya konservasi dengan menerapkan konsep sense of place pada lokasi kajian dilakukan untuk tujuan mempertahankan dan mengembangkan living heritage fisik maupun non-fisik. Adapun pengaplikasian konsep sense of place pada penelitian ini memberikan pengaruh terhadap keberadaan bangunan heritage yang terdapat di lokasi kajian yaitu tetap dipertahankannya kegiatan eksisting namun juga menambahkan kegiatan baru, pembentukan suasana ruang, dan tampilan bangunan. Selain itu penambahan elemen fisik dilakukan dengan tujuan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan baru yang mampu beradaptasi terhadap image (kesan, pesan dan peran), yang ingin dicapai melalui tindakan konservasi pada lokasi kajian. Adapun pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep sense of place pada suatu kawasan adalah dengan tetap mempertahankan dan menambahkan kegiatan dan elemen fisik yang telah ada yang dapat beradaptasi terhadap image yang ingin dicapai pada tempat tersebut (Tabel 2.1).
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Wardhani (2019) mengenai keterkaitan sense of place terhadap faktor fisik dan sosial pada Pasar Barang Antik Triwindu, 9
Universitas Sumatera Utara 10
Surakarta. Adapun temuan dari penelitian ini adalah terdapat faktor-faktor fisik yang membentuk sense of place pada Pasar Triwindu, yaitu gaya arsitektur dan keunikan yang terdapat pada kawasan dan pengelompokan area pada bagian interior. Sedangkan untuk faktor-faktor sosial yang terdapat pada lokasi kajian adalah history memory, aktivitas, promosi, karakter pedagang dan pengunjung. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hubungan yang terbentuk antara manusia terhadap kondisi fisik tempat sangat berpengaruh dalam terbentuknya sense of place (Tabel 2.1).
Penelitian lain yang dijadikan acuan pada penelitian ini membahas mengenai pelestarian Istana Maimun yang dilakukan oleh Ginting (2016), pada penelitian tersebut menemukan bahwasanya pelestarian kawasan heritage sangat erat kaitannya dengan identitas tempat. Identitas suatu tempat dapat mempengaruhi makna tempat dan kualitas hidup masyarakat, sehingga memberikan keunikan dan daya tarik bagi wisatawan. Hal tersebut menjadikan tindakan pelestarian terhadap kawasan heritage perlu dilakukan perencanaan yang dapat menyesuaikan terhadap identitas yang dimiliki kawasan tersebut. Temuan pada penelitian ini bertujuan untuk mendukung identitas tempat dengan melakukan perencanaan dalam proses pelestarian kawasan Istana Maimun.
Adapun pelestarian kawasan Istana Maimun harus memenuhi empat unsur, yaitu : bangunan peninggalan, sejarah yang dimiliki tempat tersebut, nostalgia dan fasilitas pendukung (Tabel 2.1).
Universitas Sumatera Utara 11
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut akan menjadi bahan acuan bagi peneliti untuk memperkaya bahan kajian terhadap penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut dirangkum pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan
Bazher, Penerapan Teori Sense of Mempertahankan dan Handayani & Place sebagai Upaya menambahkan kegiatan dan Iswati (2017). Konservasi Kawasan : elemen fisik yang telah ada Studi Kasus pada Kampung yang dapat beradaptasi terhadap Arab Pasar Kliwon. image yang ingin dicapai pada tempat.
Wardhani, Sense of Place Pasar Barang Hubungan yang terjalin antara Kusumowidagdo, Antik Triwindu : Eksplorasi manusia terhadap kondisi fisik Kaihatu & Faktor Fisik dan Sosial pada tempat sangat berpengaruh Rahadiyanti Kompleks Arsitektur terhadap terbentuknya sense of (2019). Komersial di Surakarta place pada suatu kawasan.
Ginting & Maimoon Palace Heritage Pelestarian kawasan Istana District in Medan, Indonesia : Maimun harus memenuhi Rahman (2016) What we preserve and why we empat unsur, yaitu : bangunan preserve ? bersejarah, sejarah, nostalgia dan fasilitas pendukung.
Universitas Sumatera Utara 12
2.2 Sense of Place
Sense of place adalah sebuah persepsi yang bersifat subjektif terhadap suatu kondisi lingkungan dan memiliki keterikatan terhadap suatu tempat yang dapat dirasakan oleh invidu. Berdasarkan hal tersebut, konsep sense of place sendiri menyangkut psikologi dan konsep fisik suatu tempat (Hashemnezhad,2013). Agar konsep sense of place pada suatu tempat dapat terwujud, individu harus mampu menerima makna terkandung yang dimiliki pada lingkungan tempatnya berada. Sense of place dapat pula diartikan sebagai kumpulan makna simbolis, keterikatan dan kepuasan terhadap keadaan spasial yang dipegang oleh seorang individu ataupun kelompok (Stedman, 2001). Individu yang berada di dalam suatu tempat, memiliki berbagai macam interpretasi yang berbeda terhadap kondisi lingkungan dimana individu tersebut berada. Adapun tempat tersebut akan memiliki sense of place jika terdapat elemen-elemen yang dapat diterima oleh individu terhadap tempat tersebut. elemen-elemen tersebut adalah makna simbolis, keterikatan dan kepuasaan.
Terbentuknya sense of place pada suatu tempat melibatkan makna-makna simbolis yang terdapat pada tempat tersebut. Menurut Roztamzadeh (2012) bahwasanya sense of place adalah makna simbolis yang terbentuk dari kondisi lingkungan pada suatu tempat, sehingga hal tersebut dapat diterima oleh satu individu ke individu lain dan dari waktu ke waktu. Dalam memahami sebuah makna simbolis yang terkandung pada suatu tempat, seorang individu lantas tidak langsung dapat menginterpretasikan makna tersebut, seperti yang dikatakan oleh Stedman (2001) bahwasanya seorang individu tidak secara langsung dapat menerima perasaan terikat terhadap suatu tempat, kecuali
Universitas Sumatera Utara 13
tempat tersebut mampu memberikan ingatan yang bersifat personal kepada individu, sehingga individu tersebut dapat merasakan keterikatan terhadap tempat tersebut. Hal tersebut dapat membentuk sense of place pada tempat tersebut. Berdasarkan hal tersebut, sense of place pada suatu tempat tidak dapat terbentuk dengan sendirinya, sehingga harus melibatkan individu dan kondisi lingkungan pada suatu tempat. Agar sense of place pada suatu tempat dapat terbentuk, maka dibutuhkan pengalaman yang sangat berkesan terhadap suatu tempat. Pengalaman-pengamalan yang berkesan dapat terbentuk jika pada suatu tempat memiliki elemen-elemen yang dapat diterima individu sebagai pengalaman yang berkesan. Adapun elemen-elemen yang dapat membentuk pengalaman yang berkesan bagi individu adalah ritual, simbol-simbol, dan mitos-mitos, yang terdapat pada suatu tempat (Roztamzadeh, 2012). Ketika pengalaman individu dan elemen pembentuk pengalaman berkesan seperti, ritual, simbol-simbol dan mitos- mitos yang dapat diterima oleh individu, maka akan terbentuklah perasaan terikat antara individu dengan tempat tersebut. Hal tersebut selaras dengan yang disampaikan oleh
Najafi dan Kamal (2011) bahwasanya konsep sense of place biasa digunakan untuk mempelajari ikatan antara manusia terhadap suatu tempat dan makna dari suatu tempat.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka sense of place didefinisikan sebagai suatu kesan yang mencakup keseluruhan cara-cara umum individu dalam menerima perasaan terhadap suatu tempat, baik itu dengan ikatan emosi yang dirasakan individu, konsep yang ditetapkan pada suatu tempat dan nilai-nilai yang terkandung pada tempat tersebut.
Sense of place mencakup nilai-nilai spesifik yang dimiliki pada suatu tempat dan ikatan pribadi yang dibentuk individu dengan lingkungannya, termasuk aspek biofisik,
Universitas Sumatera Utara 14
sosial-budaya, psikologis, dan politik-ekonomi dari lingkungan seorang individu berada. (Ardoin,2012). Sense of place selalu memiliki keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya (lanskap) sehingga tidak hanya aspek visual (tangible), namun aspek-aspek yang bersifat nonvisual (intangible) dari suatu tempat juga mempengaruhi dalam terbentuknya sense of place. Selain itu Ardoin (2012) juga berpendapat bahwasanya
Sense of place yang terdapat disuatu tempat dapat terus meningkat akibat adanya keterlibatan koneksi antar individu terhadap tempat tersebut berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah dialami individu tersebut.
Adapun koneksi yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap suatu tempat dapat terus meningkat dan berkembang dari waktu ke waktu akibat adanya perasaan terikat dengan tempat tersebut. Hal ini berarti adanya ikatan koneksi antara individu dengan suatu tempat dan ikatan tersebut menjadi terus berkembang akibat adanya keterlibatan individu terhadap tempat tersebut berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya. Namun, menurut Gooch (2012) terbentuknya sense of place tak hanya mampu dirasakan oleh individu yang memiliki keterikatan pada lingkungan biofisik mereka, tetapi juga meluas kepada ikatan emosional terhadap komunitas sosial. Ikatan emosional yang terbentuk oleh koneksi individu terhadap komunitas sosial dapat dibangun melalui keakraban dan interaksi sosial. Perasaan keterikatan yang dimiliki oleh seorang individu dapat terus berkembang menjadi keterikatan antara satu individu dengan individu lain yang menciptakan keterikatan komunitas. Hal tersebut sangat baik untuk terciptanya sense of place pada suatu tempat dengan melibatkan hubungan keterikatan komunitas terhadap suatu tempat, sehingga terbentuklah perasaan memiliki
Universitas Sumatera Utara 15
sense of belonging terhadap tempat tersebut yang bermanfaat untuk perkembangan dan pemeliharaan lingkungan tempat tersebut berada (Gooch,2012).
Koneksi yang terjadi antara individu terhadap suatu tempat dapat menciptakan sebuah sikap, sehingga Jogersen (2001) berpendapat bahwasanya sense of place adalah struktur psikososial kompleks yang mengatur emosi dan perilaku individu dalam memiliki komitmen pada tempat tersebut. Hal tersebut dapat memberikan kontribusi positif antara individu terhadap lingkungan sekitar sehingga terbentuklah sense of belonging terhadap tempat tersebut.
Terbentuknya rasa sense of belonging terhadap suatu tempat sangat positif untuk perkembangan lingkungan suatu tempat. Seperti halnya yang dikatakan oleh
Gooch (2012) apabila suatu tempat telah memiliki sense of place maka seiring berjalannya waktu, sense of belonging akan tercipta pula di tempat tersebut sehingga mampu menciptakan rasa peduli dan semangat suka rela untuk berkontribusi terhadap tempat tersebut dalam jangka waktu yang Panjang. Perasaan keterikatan yang dirasakan oleh individu dapat terus berkembang sehingga menciptakan sebuah sikap akibat telah adanya perasaan sense of belonging terhadap tempat tersebut. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwasanya terciptanya sense of place pada suatu tempat terhadap seorang bahkan sekelompok individu, memiliki tahapan-tahapan yang seiring berjalannya waktu terus meningkat. Seperti pendapat Shamai (1991) Terdapat tingkatan yang berbeda pada seorang individu dalam menerima sense of place pada suatu tempat yaitu: tidak memiliki sense of place pada tempat, pengetahuan terhadap keberadaan suatu tempat,
Universitas Sumatera Utara 16
adanya sense of belonging terhadap tempat, adanya rasa keterikatan terhadap tempat, memahami tujuan yang terdapat pada tempat, adanya rasa keterlibatan terhadap suatu tempat dan adanya rasa ingin berkontribusi terhadap suatu tempat.
Tingkatan-tingkatan yang dipaparkan oleh Shamai (1991) tersebut menjelaskan bahwasanya setiap individu yang berada di suatu tempat akan menerima ikatan yang berbeda-beda berdasarkan persepsi yang mereka tangkap. Selain itu peran individu terhadap suatu tempat juga sangat berperan penting untuk mewujudkan sense of place ditempat tersebut. Perasaan yang diterima dan pengalaman individu juga mempengaruhi terbentuknya sense of place pada suatu tempat. Sama halnya seperti yang dikatakan oleh
Hazemnezhad (2013) bahwasanya faktor-faktor kognitif termasuk kedalam makna- makna yang diterima oleh individu sehingga membentuk persepsi. Setiap individu akan memiliki persepsi yang berbeda tergantung dari pengalaman yang pernah dialaminya, motivasi dan latar belakang intelektual individu tersebut sehingga dapat terbentuk sense of place. Selain itu Najafi dan Kamal (2011) berpendapat bahwa konsep sense of place dapat mempermudah untuk mengetahui keterikatan suatu tempat dan perilaku individu terhadap keberadaan suatu tempat. Keberadaan sense of place pada suatu tempat sangat penting untuk proses pemeliharaan kualitas lingkungan dan integritas manusia yang berada di lingkungan suatu tempat. Hal tersebut berarti sense of place yang terbentuk di suatu tempat mampu mendorong seorang individu ataupun sekelompok individu untuk berkontribusi terhadap lingkungan sekitar dan memiliki kesadaran untuk memelihara lingkungan sekitarnya. Adapun hal tersebut menjadikan lingkungan suatu tempat dan sekelompok individu disekitar tempat tersebut juga menjadi berkualitas. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara 17
kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait sense of place maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang mempengaruhi terbentuknya sense of place di suatu tempat (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Elemen-Elemen Pembentuk Sense of Place
Elemen-Elemen No. Referensi Pembentuk Sense of Kesimpulan Place
1. Shamai (1991) 1. Persepsi Adapun elemen-elemen pembentuk Sense of 2. Keterikatan Place adalah :
3. Stedman (2001) 1. Makna simbolis 1. Persepsi Individu 2. kepuasan yang berada di Istana maimun. 4. Jogersen (2001) 1. Keterikatan 2. Makna simbolis yang 2. Perilaku terdapat pada suatu tempat 3. Komitmen
5. Najafi dan Kamal 1. Persepsi (2011) 2. Perilaku
6. Ardoin (2012) 1. Persepsi
2. Sosial-budaya
3. Politik-ekonomi
4. lanskap
Universitas Sumatera Utara 18
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Elemen-Elemen No. Referensi Pembentuk Sense of Kesimpulan Place
Adapun elemen-elemen 7. Rostamzadeh, dkk 1. Makna simbolis pembentuk Sense of (2012) Place adalah : 2. Persepsi 1. Persepsi 2. Makna Simbolis 3. lanskap
8. Hashemnezad 1. Persepsi (2013) 2. Keterikatan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada Tabel 2.1, elemen-elemen yang berperan dalam terbentuknya sense of place pada suatu tempat, yaitu : makna simbolis dan persepsi.
2.2.1 Persepsi
Menurut Casakin dan Hernadez (2015), munculnya persepsi pada diri seorang individu dipengaruhi oleh faktor keyakinan, sikap, dan pengalaman yang pernah terjadi pada individu tersebut, sehingga dapat mewakili apa yang dirasakan oleh individu. Apa yang dirasakan oleh individu merupakan hal penting untuk terbentuknya persepsi terhadap tempat tersebut. Karakter yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat merupakan elemen yang berperan penting untuk terbentuknya persepsi pada diri individu. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Rollero dan Piccoli (2010) bahwa Persepsi individu terhadap suatu tempat tidak hanya berdasarkan keterikatan dan keunikan yang
Universitas Sumatera Utara 19
dimiliki oleh tempat tersebut, melainkan karakter individu juga berpengaruh terhadap terciptanya persepsi pada tempat tersebut. Berdasarkan hal tersebut elemen-elemen yang berperan penting dalam terbentuknya persepsi pada diri individu adalah keunikan tempat dan karakter individu. Karakter individu yang berbeda-beda dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda.
Karakter yang dimiliki setiap individu dapat terbentuk karena pengalaman yang pernah dialami oleh individu tersebut. Menurut Scannell dan Gifford (2010), persepsi pada setiap individu terhadap suatu tempat akan memiliki makna yang berbeda dikarenakan pengalaman yang dialami oleh individu seperti peristiwa sejarah ataupun pengaruh agama, sehingga makna yang dimiliki tersebut dapat ditransmisikan ke generasi berikutnya. Pengalaman yang dimiliki oleh setiap individu akan berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi terhadap suatu tempat. Makna-makna persepsi yang bervariasi juga berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah terjadi pada individu tersebut. Selain itu cara individu dalam merespon suatu situasi pada suatu tempat juga berpengaruh untuk terbentuknya persepsi yang beragam. Seperti yang diutarakan oleh
Felonneau (2004) bahwasanya persepsi terhadap suatu tempat bervariasi antara satu individu ke individu lain, tergantung pada sikap individu tersebut terhadap suatu lingkungan dan integrasinya terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait persepsi yang terbentuk pada individu terhadap suatu tempat, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi seperti pada Tabel 2.4.
Universitas Sumatera Utara 20
Tabel 2.4 Elemen-Elemen Pembentuk Persepsi
Elemen-Elemen No. Referensi Kesimpulan Pembentuk Persepsi
Scannell dan 1. Pengalaman Adapun elemen- Gifford (2010) elemen pembentuk Persepsi adalah : 1. Pengalaman Casakin dan 2. 2. Keyakinan Fernandez (2015) 1. Pengalaman yang 3. Sikap didapatkan individu terhadap Felonneau (2004) Sikap 3. suatu tempat 2. Sikap individu Rollero dan Piccoli 4. Karakter individu terhadap tempat (2010)
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada Tabel 2.3, terdapat elemen- elemen yang berperan dalam terbentuknya Persepsi pada suatu tempat, yaitu : sikap dan pengalaman.
2.2.2 Makna Simbolis
Makna simbolis adalah sebuah makna yang dimiliki pada suatu tempat yang berkontribusi terhadap sekelompok individu (komunitas) sehingga memberikan identitas pada kelompok tersebut (Monnet, 2011). Berdasarkan hal tersebut, makna simbolis tidak terlepas dari peranan sekelompok individu (komunitas) pada tempat tersebut. Makna simbolis yang terbentuk pada suatu tempat dapat memberikan identitas bagi sekelompok individu. Hal tersebut mampu membangkitkan respon emosional bagi sekelompok individu. Menurut Azaryahu dan Kellerman (1999) Makna simbolis yang terdapat pada suatu tempat tidak terlepas dari sejarah yang dimiliki pada suatu tempat, sehingga mampu membangkitkan respon emosional dan pengalaman yang berkesan
Universitas Sumatera Utara 21
untuk individu. Respon emosional yang terbentuk pada diri individu ataupun sekelompok individu berasal dari elemen makna simbolis pada suatu tempat yang memberi kesan mendalam bagi individu. Adapun salah satu elemen yang mampu memberikan respon emosional salah satunya adalah sejarah.
Sejarah yang dimiliki oleh suatu tempat merupakan hal yang sangat penting dan berkesan sehingga mampu menciptakan rasa kagum dan hormat pada diri individu.
Sejarah merupakan elemen yang berkaitan erat dengan kondisi fisik suatu tempat.
Stedman (2003) berpendapat bahwasanya elemen penting yang membentuk makna simbolis adalah kondisi fisik suatu tempat.
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait makna simbolis pada suatu tempat, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya makna simbolis di suatu tempat pada (Tabel 2.3 ).
Tabel 2.3 Elemen-Elemen Pembentuk Makna Simbolis
No. Referensi Elemen-Elemen Kesimpulan Pembentuk Makna Simbolis
1. Azaryahu dan Sejarah Adapun elemen-elemen Kellerman pembentuk Makna Simbolis (1999) adalah : 1. Sejarah yang dimiliki 2. Stedman (2003) Kondisi Fisik suatu tempat 2. Kondisi Fisik suatu 3. Identitas Tempat Monnet (2011) tempat 3. Identitas suatu tempat
Universitas Sumatera Utara 22
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada tabel 2.3, terdapat elemen-elemen yang berperan dalam terbentuknya makna simbolis pada suatu tempat, yaitu: sejarah, identitas tempat dan kondisi fisik.
2.3. Pariwisata Heritage
Pariwisata adalah fenomena sosial, budaya dan ekonomi yang mensyaratkan perpindahan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan biasanya untuk keperluan pribadi atau bisnis (United Nations world tourism Organization, 2008). Adapun pelaku pariwisata disebut dengan pengunjung. Kegiatan pengunjung ketika mengunjungi lokasi wisata dapat berdampak akan meningkatnya perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata tersebut. Selain memiliki implikasi pada ekonomi, pariwisata juga memiliki implikasi terhadap lingkungan dan bangunan, serta masyarakat sekitar lokasi wisata tersebut. Karena dampak yang dihasilkannya tersebut, masyarakat sekitar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.
Heritage merupakan sesuatu yang mendeskripsikan psikologi, adat istiadat, atau cita-cita masyarakat, dan diturunkan dari generasi sebelumnya dalam bentuk nyata atau tidak berwujud (Edson, 2004). Berdasarkan hal tersebut, heritage juga dapat disebut dengan warisan. Menurut Knudsen dan Charles (2008) Warisan adalah seperangkat gagasan, simbol, dan peristiwa yang membangun dan memperkuat kohesi sosial dan identitas, baik secara nyata ataupun tidak nyata, dari sekelompok individu.
Warisan dapat merujuk pada karakter manusiawi, alami, dan historis dari unsur-unsur material dan simbolis kehidupan serta produktivitas intrinsik dari tindakan sosial
Universitas Sumatera Utara 23
(Edson, 2004). Keberhasilan pariwisata heritage sebagian dipengaruhi oleh persepsi wisatawan tentang identitas tempat. Hal tersebut akan membantu meningkatkan daya tarik dan kepuasan bagi wisatawan dan pengunjung, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar kawasan heritage (Ginting, 2016). Menurut Knudsen
(2008) pariwisata heritage terjadi dalam suatu bentang alam yang dapat berkembang menjadi lanskap pariwisata yang berkaitan dengan semua bentang alam dengan berbagai tingkatan produk budaya tertentu berdasarkan budaya yang dimiliki suatu tempat. Oleh karena itu, wisata budaya dapat dilihat sebagai wisata warisan yang terkait dengan artefak masa lalu dan wisata seni yang terkait dengan produksi budaya kontemporer (Richards, 2001). Namun, menurut Murjana (2011), pariwisata heritage merupakan sebuah metode untuk memberdayakan dan memanfaatkan peninggalan- peninggalan sejarah baik yang bersifat tangible maupun intangible termasuk masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan hal tersebut, bahwasanya pariwisata warisan digolongkan menjadi dua yaitu berwujud (tangible) dan tidak berwujud
(intangible) (Timothy dan Boyd, 2003). Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait Pariwisata heritage, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat aspek-aspek yang membentuk pariwisata heritage seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Aspek Pembentuk Pariwisata Heritage
Aspek Pembentuk No. Referensi Kesimpulan Pariwisata Heritage
1. Tangible Timothy dan Berdasarkan kajian yang 1. 2. Intangible Boyd (2003) telah dilakukan, terdapat
teori-teori yang
Universitas Sumatera Utara 24
Tabel 2.6 (Lanjutan) Aspek Pembentuk No. Referensi Kesimpulan Pariwisata Heritage mengkategorikan heritage 1. Tangible menjadi dua aspek, yaitu : 2. Intangible 2. Murjana (2011) 1. Tangible (berwujud) 2. Intangible (tidak berwujud
Berdasarkan kajian literatur yang telah diuraikan (Tabel 2.6), aspek pembentuk pariwisata heritage yaitu : tangible dan intangible.
2.3.1 Pariwisata Heritage Tangible (Berwujud)
Warisan tangible digolongkan lagi menjadi warisan tidak bergerak (immovable heritage) dan warisan bergerak (movable heritage). Adapun warisan tidak bergerak merupakan tempat atau objek yang berada di luar ruangan (tempat terbuka) seperti : situs-situs bersejarah, bentang alam dan bangunan bersejarah (Tabel2.1). Sedangkan warisan bergerak merupakan objek-objek yang berada didalam ruangan (Tabel 2.1), seperti : dokumen, foto, karya seni, arsip, bahkan bisa berupa audio visual seperti kaset, video dan film (Galla,2001).
2.3.2 Pariwisata Heritage Intangible (Tidak Berwujud)
Warisan yang bersifat intangible sering dikaitkan dengan budaya. Adapun, budaya merupakan elemen penting dalam pariwisata heritage yaitu dapat bertindak dalam hal meningkatkan jumlah kunjungan wisata pada suatu tempat (Jansen-Verbeke,
2005). Adapun elemen yang membentuk budaya, yaitu seni termasuk kedalam warisan intangible. Seni yang termasuk kedalam warisan intangible adalah musik, tarian, sastra, bela diri, bahasa, cara hidup, tradisi, teater dan cerita-cerita rakyat (Timothy dan
Universitas Sumatera Utara 25
Boyd,2003). Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, pariwisata heritage dikategorikan menjadi tangible dan intangible. Untuk pariwisata heritage tangible dikategorikan menjadi immovable heritage dan movable heritage. Sedangkan untuk pariwisata heritage intangible, budaya menjadi elemen pembentukya (Gambar 2.1).
1. situs-situs bersejarah, Immovable 2. bentang alam Heritage 3. bangunan bersejarah Tangibl
e 1. dokumen, 2. foto, Pariwisata Movable 3. karya seni, Heritage Heritage 4. arsip, 5. audio visual
Intangible Budaya 1. musik 2. tarian, 3. sastra, 4. bela diri, 5. bahasa, 6. cara hidup, 7. tradisi, 8. teater 9. cerita-cerita rakyat
Gambar 2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Pariwisata Heritage
2.4 Sense of Place Pariwisata Heritage
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu sense of place dan pariwisata heritage. Variabel penelitian yaitu sense of place memiliki beberapa indikator pembentuk, yaitu Persepsi, Makna Simbolis dan Keterikatan. Sedangkan pariwisata heritage dikategorikan menjadi tangible (berwujud) dan intangible (tidak berwujud). Berdasarkan hal tersebut, untuk mempermudah dalam proses penelitian,
Universitas Sumatera Utara 26
maka harus diketahui keterkaitan sense of place terhadap pariwisata heritage dengan cara mengaitkan indikator pembentuk sense of place dan aspek-aspek pembentuk pariwisata heritage.
2.4.1 Persepsi Individu terhadap Pariwisata Heritage
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan, terdapat elemen-elemen pembentuk persepsi individu, yaitu sikap dan pengalaman. Pada aspek pembentuk pariwisata heritage yaitu tangible, dikategorikan menjadi heritage immovable (warisan yang tidak dapat dipindahkan) dan heritage movable (warisan yang dapat dipindahkan). Untuk mengetahui bagaimana persepsi individu terhadap pariwisata heritage, maka akan dikaitkan antar kedua aspek tersebut (Tabel 2.7).
Tabel 2.7 Persepsi Individu terhadap Pariwisata Heritage Variabel Indikator Pariwisata Heritage Sense of Place Tangible Intangible
Immovable Movable Budaya Sikap dan Sikap dan Sikap dan pengalaman Pengalaman Pengalaman yang diberikan yang dirasakan yang dirasakan 1. Sikap Persepsi individu individu individu 2. Pengalaman terhadap terhadap warisan terhadap budaya warisan yang yang dapat yang dimiliki tidak dapat dipindahkan pada suatu dipindahkan tempat.
Universitas Sumatera Utara 27
2.4.2 Makna Simbolis terhadap Pariwisata Heritage
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan, terdapat elemen-elemen pembentuk
Makna simbolis, yaitu sejarah, identitas tempat dan kondisi fisik tempat. Pada aspek pembentuk pariwisata heritage yaitu tangible, dikategorikan menjadi heritage immovable (warisan yang tidak dapat dipindahkan) dan heritage movable (warisan yang dapat dipindahkan). Untuk mengetahui bagaimana persepsi individu terhadap pariwisata heritage, maka akan dikaitkan antar kedua aspek tersebut (Tabel 2.8).
Tabel 2.8 Makna Simbolis terhadap Pariwisata Heritage
Variabel Pariwisata Heritage Sense of Indikator Place Tangible Intangible Immovable Movable Budaya Sejarah, identitas Sejarah, Pengaruh sejarah, 1. Sejarah dan kondisi fisik identitas identitas dan Makna 2. Identitas yang dimiliki dan kondisi kondisi fisik Simbolis 3. Kondisi warisan tidak dapat fisik yang suatu tempat Fisik dipindahkan. dimiliki terhadap individu warisan dapat dipindahkan.
2.5 Kesimpulan
Pada Sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literatur yang menghubungkan antara landasan teori sense of place dan Wisata Heritage. Melalui kajian literatur sebelumnya telah ditemukan faktor-faktor yang membentuk sense of place dan faktor-
Universitas Sumatera Utara 28
faktor keberhasilan wisata heritage. Adapun proses kajian teori yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Sense of Place pada Kawasan Pariwisata Heritage
Sense of Place Wisata Heritage
Persepsi Tangible
Makna Intangible Simbolis
Teori Sense of Place pada Kawasan Pariwisata Heritage
Kajian Sense of Place Terhadap Pariwisata Heritage
Gambar 2.2 Kerangka Teori Sense of place pada Pariwisata Heritage
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian mengenai sense of place terhadap kawasan wisata heritage Istana
Maimun Medan ini mengikuti metode penelitian sejenis oleh Lissimia (2014) yang berjudul Sense of Place pada Tempat Favorit. Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan metode campuran (mix method),
Menurut Cresswell (2010), Metode campuran merupakan kombinasi dari penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Sugioyono (2011), berpendapat bahwa metode campuran merupakan penggabungan dua metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan untuk memperoleh data yang bersifat objektif, valid, reliable dan komprehensif. Adapun pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian campuran. Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan menyebarkan kuesioner secara online dan melakukan observasi serta wawancara.
3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
Dalam menentukan variabel, peneliti terlebih dahulu melakukan kajian literatur yang berkaitan dengan sense of place dan pariwisata heritage. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan, terdapat dua indikator yang membentuk sense of place yaitu, persepsi dan makna simbolis Indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan kesimpulan dari indikator yang didapat melalui kajian literatur tentang
29
Universitas Sumatera Utara 30
sense of place dan wisata heritage. Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian Variabel Sense Indikator Paramater of Place 1. Sikap ataupun respon yang diberikan individu terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan 2. Sikap ataupun respon yang diberikan individu Sikap terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan. 3. Sikap ataupun respon yang diberikan individu terhadap budaya yang terdapat pada suatu tempat. Persepsi 1. Pengalaman yang dirasakan individu terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan 2. Pengalaman yang dirasakan individu terhadap Pengalaman warisan yang dapat dipindahkan 3. Pengalaman yang dirasakan individu terhadap budaya yang dimiliki pada suatu tempat.
1. Sejarah pada warisan yang tidak dapat dipindahkan Makna Sejarah 2. Sejarah yang dimilki pada warisan yang dapat Simbolis dipindahkan 3. Pengaruh sejarah pada suatu tempat.
Universitas Sumatera Utara 31
Tabel 3.1 (Lanjutan). Variabel Sense of Indikator Paramater Place 1. Identitas dimiliki pada warisan yang dapat dipindahkan 2. Identitas dimiliki pada warisan yang tidak Identitas dapat dipindahkan 3. Pengaruh identitas suatu tempat terhadap individu
1. Kondisi fisik yang dimiliki warisan tidak dapat dipindahkan. Kondisi 2. Kondisi fisik yang dimiliki warisan dapat
Fisik dipindahkan. 3. Pengaruh kondisi fisik suatu tempat terhadap individu
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam proses pengumpulan data, peneliti membutuhkan subjek atau sumber data yang akan diteliti atau yang disebut dengan populasi. Dalam penelitian, populasi tidak hanya mencakup manusia saja, namun termasuk juga benda-benda yang terdapat di lokasi kajian maupun mahluk hidup lainnya (Nisfiannoor,2009). Populasi yang akan dilakukan penelitian bersifat beragam dengan keunikan karakteristik yang dimilikinya sehingga menjadi pembeda dari kelompok subjek lainnya atau disebut dengan sampel.
Karakteristik yang dimaksud tidak hanya mencakup ciri lokasi namun terdiri dari karakteristik-karakteristik yang dimiliki individu (Azwar, 2010). Karakteristik responden merupakan pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan Istana maimun.
31
Universitas Sumatera Utara 32
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Adapun teknik purposive sampling ini adalah teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuia dengan tujuan ataupu masalah yang terdapat pada penelitian tersebut, sehingga sampel yang ditentukan dapat mewakili karakteristik yang telah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan populasi penelitian berdasarkan data yang didapatkan mengenai jumlah angka rata-rata kunjungan ke Istana Maimun per bulan. Data yang bersumber dari Kepala Bidang SDM Yayasan Sultan Ma’moen Al
Rasyid, Tengku Dicky mengatakan bahwa jumlah rata-rata tingkat kunjungan ke Istana
Maimun sekitar 5000 orang per bulan. Berdasarkan data tersebut, peneliti menentukan jumlah populasi penelitian adalah 5000 jiwa. Untuk mempermudah peneliti dalam menentukan sumber data yang akan diteliti, maka peneliti akan menentukan sampel dari keseluruhan populasi. Dalam penentuan pengambilan sampel, peneliti menggunakan rumus slovin, yaitu :
2 n = N ( 1 + N 푒 ) ...... …………………..(3.1)
Keterangan : n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh Populasi
E = Toleransi Error
Untuk menentukan jumlah sampel penelitian berdasarkan data jumlah populasi yaitu 5000 jiwa dengan taraf keyakinan sebesar 90 % yang artinya hanya 10 % kesalahan
Universitas Sumatera Utara 33
yang akan terjadi (error) sehingga taraf signifikansi adalah 0.1. berdasarkan data tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah :
n = N ( 1 + N푒2)
5000 = (1 + 5000 x 0.12)
5000 = (5001 x 0.01) = 100
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, maka sampel yang akan diambil dalam meneliti sense of place pada kawasan Istana Maimun adalah 100 responden.
Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, dilakukan pengkategorian responden. Peneliti membagi responden menjadi dua kategori, yaitu pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan Istana Maimun. Adapun untuk pengunjung Istana Maimun ditentukan 50 orang responden dan untuk masyarakat sekitar berjumlah 50 orang responden. Untuk memperoleh data yang diperlukan dari para responden, peneliti akan membagikan kuesioner kepada 100 orang responden tersebut. Selain itu peneliti juga mengambil sampel kepada 7 orang informan kunci yang merupakan pihak-pihak terkait dengan Istana Maimun.
Tabel 3.2 Karakteristik Sampel No. Karakteristik Sampel Jumlah Responden
Budayawan 2 1. Akademisi 2 2. Dinas Pariwisata 1 3. Pihak Pengelola Istana Maimun 1 4. Asosiasi Travel 1 5.
33
Universitas Sumatera Utara 34
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan metode campuran
(mix method). Adapun strategi dalam pengumpulan data pada metode campuran adalah dengan mengkombinasikan data yang ditemukan dari metode kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan hal tersebut terdapat jenis-jenis data yang akan dikumpulkan oleh peneliti, yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Dalam proses pengumpulan data, terdapat data-data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Dengan kata lain, dalam proses pengumpulan data primer, peneliti menerima langsung data tersebut dari sumber data terkait (Sugiyono, 2015).
Adapun untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data, maka berikut metode pengumpulan data primer pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Metode pengumpulan data primer Metode Variabel Indikator Parameter K W O Adanya rasa bangga terhadap kemegahan Istana Maimun Adanya rasa bangga terhadap benda-benda Sikap peninggalan di Istana Maimun. Adanya rasa bangga terhadap pertunjukkan seni dan budaya di Istana Maimun Adanya pengalaman kembali ke masa lampau Persepsi ketika memasuki kawasan Istana Maimun. Adanya pengalaman kembali ke masa lampau terhadap keberadaan benda-benda Pengalaman peninggalan di Istana Maimun Adanya pengalaman kembali ke masa lampau terhadap kebudayaan Melayu yang dimiliki di Istana Maimun.
Universitas Sumatera Utara 35
Tabel 3.3 (Lanjutan) Metode Variabel Indikator Parameter K W O Adanya kemudahan memperoleh informasi mengenai sejarah gambaran kehidupan dan kejayaan kesultanan Deli di masa lampau.
Adanya rasa bangga terhadap benda-benda peninggalan di Istana Maimun. Sejarah Adanya kemudahan memperoleh informasi mengenai sejarah benda-benda peninggalan kesultanan Deli yang dapat memperkuat aspek sejarah yang dimiliki Istana Maimun. Adanya kemudahan memperoleh informasi terhadap sejarah mengenai budaya dan legenda Makna yang terdapat di Istana Maimun sehingga menarik untuk dipromosikan. Simbolis Kondisi Adanya daya tarik terhadap keberagaman gaya Fisik arsitetur pada Istana Maimun . Adanya perawatan terhadap benda-benda peninggalan kesultanan Deli yang terdapat di Istana Maimun. Adanya presentasi budaya melayu secara visual terhadap keberadaan Istana Maimun. Adanya identitas pada Istana Maimun, karena
keunikan arsitektur bangunan yang Identitas dimilikinya. Adanya identitas pada istana Maimun karena benda-benda peninggalan di Istana Maimun. K : Kuesioner W : Wawancara O : Observasi a. Observasi
Observasi dilakukan peneliti untuk memperoleh data dengan cara turun langsung
ke lokasi kajian. Data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa data fisik kawasan
yang diambil seperti foto-foto yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
tentang sense of place yang tercipta pada kawasan Istana Maimun. Namun,
karena adanya larangan untuk keluar rumah dari pemerintah, peneliti tidak dapat 35
Universitas Sumatera Utara 36
leluasa melakukan observasi. Berdasarkan hal tersebut, untuk memperoleh data
dengan metode observasi, maka peneliti menerapkan observasi unobtrusive.
Jenis observasi unobtrusive atau yang lebih dikenal sebagai unobtrusive
measures-unobtrusive methods non reactive methods, yang merupakan
observasi yang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat seperti melakukan
observasi pada naskah, tulisan, rekaman audio visual, video, rekaman politik dan
demografi (Babbie, 1998). Maka dari itu, data-data berupa dokumentasi
gambaran lokasi kajian akan diperoleh dari google earth, buku, majalah, artikel
bahkan video youtube.Selain itu peneliti juga kan melakukan observasi langsung
dengan menggunakan foto dan video. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam
melakukan observasi dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.3 Data yang diperlukan dalam observasi lapangan
Variabel Indikator Data yang diperlukan 1. Dokumentasi atau rekaman mengenai keberagaman aktivitas yang dilakukan pengunjung dan masyarakat sekitar terhadap lingkungan sekitar Istana Maimun 2. Dokumentasi atau rekaman mengenai keberagaman Sikap aktivitas yang dilakukan pengunjung dan masyarakat sekitar terhadap Interior Istana Maimun 3. Dokumentasi atau rekaman mengenai keberagaman aktivitas kebudayaan yang dilakukan pengunjung dan Persepsi masyarakat sekitar terhadap Istana Maimun 1. Dokumentasi pengalaman yang diperoleh pengunjung karena keterlibatan masyarakat sekitar kawasan Istana Maimun. Pengalaman 2. Dokumentasi yang diperoleh pengunjung terhadap keadaan interior Istana Maimun. 3. Dokumentasi pengalaman yang diperoleh pengunjung terhadap kebudayaan yang dimiliki Istana Maimun.
Universitas Sumatera Utara 37
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Variabel Indikator Data yang diperlukan 1. Dokumentasi kondisi fisik eksterior kawasan Istana Maimun. Kondisi 2. Dokumentasi kondisi fisik interior kawasan Istana
Fisik Maimun. 3. Dokumentasi pengaplikasian budaya terhadap kondisi fisik interior ataupun eksterior kawasan Istana Maimun. 1. Dokumentasi dan rekaman mengenai keunikan dan kekhasan eksterior yang menjadi identitas kawasan Istana Maimun. 2. Dokumentasi dan rekaman mengenai keunikan dan kekhasan yan terdapat pada bagian Interior Istana Maimun Identitas yang dapat dijadikan identitas kawasan Istana Maimun. 3. Dokumentasi dan rekaman mengenai keunikan dan kekhasan yang terdapat pada kawasan Istana Maimun yang dapat dijadikan identitas kebudayaan bagi kawasan Istana Maimun.
b. Kuesioner
Penyebaran Kuesioner dilakukan untuk mengumpulkan data terkait gambaran
pemikiran masyarakat terhadap pengembangan wisata heritage kawasan Istana
Maimun Medan yang diukur dengan sense of place yang muncul pada kawasan
tersebut. Kuesioner disebarkan secara online dan berisi beberapa pertanyaan
yang disusun dengan menggunakan mix method, yaitu gabungan metode
kualitatif dan metode kuantitatif. kuesioner online akan disebarkan dengan
teknik snowball-nonrandom-sampling melalui grup whatsapp dan grup line.
Adapun kuesioner online dapat diakses melalui google form yang tersedia.
Kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kuantitatif.
37
Universitas Sumatera Utara 38
Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini merupakan pertanyaan yang dengan
menggunakan skala likert untuk menemukan sense of place pada kawasan Istana
Maimun. Adapun metode pengukuran dengan menggunakan skala likert adalah
dengan menghadapkan responden dengan sebuah pertanyaan dan selanjutnya
responden diminta untuk menjawab dengan memilih lima pilihan yang telah
disediakan. Adapun pilihan yang dipilih oleh responden memiliki nilai yang
berbeda. Dalam penelitian ini, rentang skala yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.4. Adapun pertanyaan yang akan diajukan pada kuesioner online dapat
dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.4 Rentang Skala
Rentang Skala Skor Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2 Netral (N) 3 Setuju (S) 4 Sangat Setuju (SS) 5
Tabel 3.5 Pertanyaan pada Kuesioner Online
No. Pertanyaan STS TS N S SS
a. Persepsi
1. Apakah kemegahan Istana Maimun memberikan 1 2 3 4 5 perasaan bangga ? 2. Apakah Benda-benda peninggalan kesultanan Deli 1 2 3 4 5 yang terdapat di Istana Maimun memberikan perasaan bangga ?
Universitas Sumatera Utara 39
Tabel 3.5 (Lanjutan)
No. Pertanyaan STS TS N S SS
3. Apakah pertunjukkan seni budaya Melayu yang 1 2 3 4 5 dipertunjukkan di Istana Maimun memberikan perasaan bangga ? 4. Apakah ketika memasuki kawasan Istana Maimun 1 2 3 4 5 mampu memberikan pengalaman kembali ke masa lampau ? 5. Apakah benda-benda peninggalan yang terdapat di 1 2 3 4 5 Istana Maimun dapat memberikan pengalaman dan memori tentang kesultanan Deli di masa lampau ? 6. Apakah kebudayaan Melayu yang masih diterapkan 1 2 3 4 5 seperti tarian melayu dan pertunjukkan musik diadakan di Istana Maimun dapat memberikan pengalaman kembali ke masa lampau ? b. Makna Simbolis
1. Apakah informasi mengenai sejarah Istana Maimun 1 2 3 4 5 yang diterima dapat memberikan gambaran tentang kehidupan dan kejayaan kesultanan Deli di masa lampau ? 2. Apakah informasi mengenai benda-benda peninggalan 1 2 3 4 5 kesultanan Deli dapat memperkuat sejarah yang dimiliki Istana Maimun ? 3. Apakah informasi terhadap sejarah mengenai budaya 1 2 3 4 5 dan legenda yang terdapat di istana maimun menarik untuk dipromosikan ?
c. Wawancara
Hal yang pertama kali akan dilakukan peneliti dalam proses pengumpulan data
adalah dengan melakukan wawancara. Dikarenakan kondisi yang tidak
39
Universitas Sumatera Utara 40
memungkinkan dikarenakan adanya larangan untuk keluar rumah akibat
COVID-19, maka kegiatan wawancara dilakukan secara daring. Adapun
kegiatan wawancara dilakukan secara daring dengan 7 (tujuh) orang informan
kunci (stakeholders). Adapun yang dimaksud dengan informan kunci adalah
pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dan pengetahuan mengenai kawasan
Istana Maimun. Pihak-pihak yang terkait tersebut adalah : budayawan,
akademisi, anggota komunitas, dinas pariwisata kota Medan, dan sebagainya.
Dalam melakukan wawancara dengan informan kunci, peneliti telah menyusun
daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak terkait (Tabel 3.6).
Tabel 3.6 Daftar pertanyaan wawancara
Variabel Indikator Pertanyaan Langkah apa yang seharusnya dilakukan Sikap untuk melestarikan peninggalan bersejarah yang ada di Istana Maimun ? Persepsi Langkah apa yang seharusnya dilakukan Pengalaman untuk melestarikan peninggalan bersejarah yang ada di Istana Maimun ? Menurut Bapak/Ibu hal apa saja yang menjadi Sejarah daya tarik dari Istana Maimun ?
Apakah menurut Bapak/Ibu penting untuk Makna Kondisi menjaga kelestarian dan pemeliharaan Simbolis Fisik peninggalan sejarah yang ada di Istana Maimun ini? Apakah menurut Bapak/Ibu keberadaan Identitas Istana Maimun dapat menjadi identitas bagi Kota Medan?
Universitas Sumatera Utara 41
3.4.2 Data Sekunder
Dalam proses pengumpulan data sekunder pada penelitian ini, dilakukan secara tidak langsung. Adapun data yang dikumpulkan berasal dari data yang sudah ada. Data- data yang dikumpulkan tersebut akan mempermudah peneliti untuk menyajikan fakta mengenai kawasan kajian yaitu kawasan Istana Maimun. Adapun data-data tersebut berupa Peta lokasi kajian, data demografi dan data jumlah pengunjung.
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam proses pengumpulan data secara kuantitatif peneliti melakukan penyebaran kuesioner secara online sebagai instrument peneliltian. Agar data yang diperoleh bersifat valid dan berkualitas, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap responden. Adapun uji instrument penelitian dilakukan menggunakan aplikasi SPSS. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 40 orang sampel untuk diuji yang kemudian dibagi lagi menjadi 20 orang sampel berdasarkan kategori responden yaitu masyarakat lokal dan wisatawan.
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Masyarakat Lokal
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 20 responden dengan kategori masyarakat lokal pada signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan hal tersebut diperoleh r tabel sebesar 0.444, sehingga apabila r hasil analisis kurang dari r tabel, maka item-item tersebut tidak valid. Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap 15 item, diperoleh r hasil analisis dengan jumlah lebih besar dari r tabel, sehingga item
41
Universitas Sumatera Utara 42
instrument penelitian tersebut bersifat valid. Adapun rangkuman hasiluji validitas dapat dilihat pada (Tabel 3.7).
Tabel 3.7 Rangkuman Uji Validitas Sense of Place terhadap Masyarakat Lokal
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi 1 0,636 ≥ 0.444 VALID
2 0,636 ≥ 0.444 VALID
3 0,611 ≥ 0.444 VALID
4 0,781 ≥ 0.444 VALID
5 0,690 ≥ 0.444 VALID
6 0,751 ≥ 0.444 VALID
7 0,690 ≥ 0.444 VALID
8 0,722 ≥ 0.444 VALID
9 0,684 ≥ 0.444 VALID
10 0,501 ≥ 0.444 VALID
11 0,521 ≥ 0.444 VALID
12 0,657 ≥ 0.444 VALID
13 0,686 ≥ 0.444 VALID
14 0,489 ≥ 0.444 VALID
15 0,690 ≥ 0.444 VALID
Universitas Sumatera Utara 43
Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0.903, adapun nilai rkritis pada signifikansi 5% dengan r tabel sebesar 0.444, maka dapat dsimpulkan bahwa item-item instrument penelitian bersifat reliable (Tabel 3.8).
Tabel 3.8 Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of items
.903 15
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Wisatawan
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 20 responden dengan kategori wistawan, dengan r tabel pada signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan hal tersebut diperoleh r tabel sebesar 0.444, sehingga apabila r hasil analisis kurang dari r tabel, maka item-item tersebut tidak valid. Berdasarkan uji valditas yang dilakukan terhadap
15 item, diperoleh r hasil analisis dengan jumlah lebih besar dari r tabel, sehingga item instrument penelitian tersebut bersifat valid. Adapun rangkuman hasil uji validitas dapat dilihat pada (Tabel 3.9).
Tabel 3.9 Rangkuman Uji Validitas Sense of Place terhadap Wisatawan
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
1 0,950 ≥ 0.444 VALID
2 0,770 ≥ 0.444 VALID
3 0,598 ≥ 0.444 VALID
4 0,801 ≥ 0.444 VALID
43
Universitas Sumatera Utara 44
Tabel 3.9 (Lanjutan)
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi
5 0,707 ≥ 0.444 VALID
6 0,800 ≥ 0.444 VALID
7 0,754 ≥ 0.444 VALID
8 0,899 ≥ 0.444 VALID
9 0,551 ≥ 0.444 VALID
10 0,501 ≥ 0.444 VALID
11 0,517 ≥ 0.444 VALID
12 0,753 ≥ 0.444 VALID
Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0.941, adapun nilai rkritis pada signifikansi 5% dengan r tabel sebesar 0.444, maka dapat disimpulkan bahwa item-item instrument penelitian bersifat reliable (Tabel 3.10)
Tabel 3.10 Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of items
.941 15
3.6 Metode Analisa Data
Metode analisa pada penelitian ini menggunakan metode campuran dengan menggabungkan metode pengumpulan data secara kualititatif dan kuantitatif. Adapun
Universitas Sumatera Utara 45
data yang diperoleh secara kuantitatif merupakan data dari hasil penyebaran kuesioner secara online. Data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner online melalui google form kepada 100 responden yang kemudian data hasil penyebaran kuesioner akan diakumulasikan dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan tujuan memperoleh data hasil nilai rata-rata yang objektif. Adapun agar dapat dilakukan pengukuran terhadap hasil nilai rata-rata dari instrument penelitian, maka diperlukan parameter untuk mengukurnya. Adapun dalam penelitian ini, yang dilakukan pengukuran adalah variabel penelitian,yaitu sense of place. Adapun untuk mengukur sense of place pada lokasi kajian berdasarkan data yang diperoleh, digunakan skala penilaian untuk mengidentifikasi sense of place pada lokasi kajian. Adapun perhitungan terhadap sense of place (Tabel 3.13) pada berdasarkan distribusi normal yang diperoleh dari nili rata- rata dan standar deviasi (Marisa & Yusof, 2020).
Tabel 3.14 Skala Penilaian Sense of Place Sense of Place Nilai Total Rata-Rata Sense of Place sangat rendah 1 ≤ x < 1.8 Sense of Place rendah 1.8 ≤ x < 2.6 Sense of Place sedang 2.6 ≤ x < 3.4 Sense of Place tinggi 3.4 ≤ x < 4.2 Sense of Place sangat tinggi 4.2 ≤ x ≤ 5
Data yang diperoleh secara kualitatif adalah data yang berasal dari studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara terhadap 7 orang informan kunci. Kedua metode tersebut kemudian dihubungkan satu sama lain. Dimana data kuantitatif berupa data hasil penyebaran kuisioner dihubungkan dengan data hasil observasi dan wawancara sehingga akan memperkuat hasil analisis (Ginting & Veronica, 2016). Adapun setelah
45
Universitas Sumatera Utara 46
data-data tersebut telah terkumpul, selanjutnya data-data tersebut diolah dan dianalisa.
Hasil analisa bertujuan untuk memperoleh tujuan penelitian, yaitu mengkaji dan menemukan elemen-elemen yang membentuk sense of place kawasan Istana Maimun
Medan yang merupakan pariwisata heritage di kota Medan. Adapun rangkuman proses penelitian ini dirangkum menjadi kerangka metode analisa (Gambar 3.2).
Sense of Place pada
Kawasan Pariwisata Heritage
Sense of Place Wisata Heritage
Persepsi Tangible
Makna Intangible Simbolis
Metodologi Penelitian
Observasi Kuesioner Wawancara
Data
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 3.2 Kerangka Metode Analisa
Universitas Sumatera Utara 47
BAB IV
KAWASAN PENELITIAN
4.1 Kawasan Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara dengan luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota
Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur.
Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian
2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara adminsitratif, batas wilayah kota
Medan, yaitu : (1) sebelah utara berbatasan dengan Selat Melaka ; (2) sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang ; (3) sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang ; (4) sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
Letak geografis kota Medan yang berbatasan dengan Selat Malaka, menjadikan kota
Medan menjadi kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia dan berpotensi menjadi pintu gerbang kegiatan barang dan jasa secara ekspor-impor.
Medan adalah kota multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang beragam, yaitu : Melayu, Karo etnis Jawa, Batak,
Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Namun, menurut sejarah kota Medan sempat mengalami masa kejayaan pada masa Kesultan Deli akibat perdagangan
Tembakau Deli yang sangat terkenal hingga seluruh dunia. Adapun salah satu bukti
47
Universitas Sumatera Utara 48
kejayaan kesultanan Deli yang memepengaruhi kota Medan adalah keberadaan istana
Maimun. Istana Maimun merupakan bukti atas berjayanya kesultanan Deli karena perkebunan Tembakau Deli yang berhasil memasuki pasar dunia (Sinar, 1991).
4.2 Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kajian sense of place terhadap kawasan wisata heritage
Istana Maimun, berlokasi di kota Medan, Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan
Aur, Kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Bangunan Istana
Maimun memiliki luas tanah 2.772 푚2. Adapun yang menjadi kawasan kajian dalam penelitian ini adalah kawasan wisata heritage Istana Maimun dan sekitarnya (Gambar
4.1).
PETA SUMATERA UTARA Sumber : Wikipedia
PETA KOTA MEDAN Sumber : Wikipedia
SITEPLAN ISTANA Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara 49
4.3 Istana Maimun
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan peninggalan masa kolonial
Belanda dan juga menjadi bukti makmur dan sejahteranya kesultanan Deli pada masanya. Hal tersebut menjadikan Istana Maimun sebagai landmark bagi kota Medan.
Adapun berdirinya Istana Maimun tidak terlepas dari peran sejarah yang dimilikinya.
4.3.1 Sejarah Istana Maimun
Istana Maimun merupakan kediaman resmi Sultan Deli yaitu Sultan Makmun
Perkasa Alam yang didirikan mulai pada 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei
1891 dengan luas kawasan sebesar 2.772 푚2. Setiap tahunnya kawasan Istana Maimun mengalami perkembangan yang ditandai dengan semakin bertambahnya bangunan- bangunan di sekitarnya (Gambar 4.2).
1611-1887 1888-1920 1921-1964
1965-1975 1976-1984 1985-1995 Gambar 4.2 Perkembangan Istana Maimun dari Tahun ke Tahun Sumber : Badan Warisan Sumatera
49
Universitas Sumatera Utara 50
Sebelumnya, kediaman Sultan Deli merupakan Istana Kampong Bahari yang berlokasi di Belawan tepatnya di Pekan Labuhan. Perpindahan kediaman Sultan Deli dari Labuhan ke kota Medan disebabkan karena tingginya penjualan tembakau khas
Deli hingga pasar internasional dan pindahnya kantor residen Sumatera Timur di kota
Medan. Selain itu, hal tersebut dipandang Sultan Deli pada masa itu, yaitu Sultan
Makmun Perkasa Alam sebagai kesempatan memperkuat kedudukan politiknya. Pada tahun 1888, hasil panen tembakau Deli mencapai 125.000 pak dan menjadikan Deli sebagai salah satu produsen terbesar di dunia dan Amsterdam. Kesuksesan kegiatan perdagangan tembakau Deli hingga mencapai pasar dunia, terutama eropa, mengakibatkan tingginya pendatang dari Eropa.
4.3.2 Arsitektur Istana Maimun
Tingginya kedatangan pendatang Eropa ke kota Medan pada saat itu adalah untuk menetap agar mempermudah kegiatan perdagangan. Hal tersebut juga mempengaruhi gaya arsitektur bangunan yang terdapat di kota Medan pada masa itu, sehingga kota Medan dijuluki Parijs van Soematera, karena penampakan kota Medan yang terlihat seperti kota Paris. Pengaruh budaya eropa juga mempengaruhi gaya arsitektur pada bangunan Istana Maimun.
Istana Maimun mengadaptasi berbagai gaya arsitektur seperti : Melayu tradisional, Islam (timur tengah) dan Eropa. Adapun arsitek yang mendesain Istana
Maimun merupakan arsitek asal Belanda yaitu Theodoor van Erp. Bangunan Istana
Maimun menghadap ke utara dan memiliki 30 ruangan serta terdiri dari 2 lantai yang
Universitas Sumatera Utara 51
memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan Istana yang didominasi oleh warna kuning dan hijau, penggunaan atap limas serta bentuk denah bangunan yang memanjang ke depan merupakan adaptasi dari budaya Melayu tradisonal. Kemudian, adaptasi pengaplikasian gaya asritektur
Islam (timur tengah) dapat dilihat pada penggunaan lengkungan-lengkungan (arcade) pada beberapa sisi bangunan. Selain itu penggunaan kubah Istana yang dihiasi dengan ornamen islam berupa bulan dan sabit. Sedangkan pengaruh arsitektur Eropa dapat dilihat bentukan jendela dan pintu yang bergaya arsitektur Eropa.
4.3.3 Kondisi Istana Maimun Sekarang
Kondisi Istana Maimun ketika dilakukan observasi adalah :
a. Kondisi Fisik Eksterior Istana Maimun
Kondisi fisik eksterior Istana Maimun sekarang, terlihat kurang baik secara
visual dan estetik. Ketika memasuki kawasan Istana Maimun, terdapat pintu
gerbang yang terlihat kurang menarik secara visual (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Pintu Gerbang Masuk Kawasan Istana Maimun 51 Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara 52
Hal yang sama terlihat pula pada area parkir pengunjung. Area parkir di Istana Maimun tidak terorganisir dengan baik sehingga terlihat tidak rapi dan kurang layak (Gambar
4.4).
Gambar 4.4 Area Parkir Pengunjung Istana Maimun
Setelah melewati area tersebut, terlihat barisan pertokoan yang secara visual
terlihat tidak rapi dan membaur dengan gaya arsitektur Istana Maimun (Gambar
4.5).
Gambar 4.5 Deretan Pertokoan Istana Maimun Halaman Istana Maimun secara visual terlihat baik dan lumayan tertata. Pada
halaman, terdapat beberapa tempat sampah, sehingga area lapangan rumput di
depan Istana Maimun tersebut terlihat bersih dan asri (Gambar 4.6). Area
tersebut biasa dijadikan area duduk dan berfoto bagi pengunjung.
Universitas Sumatera Utara 53
Gambar 4.6 Area Halaman Kawasan Istana Maimun
Pada lapangan rumput yang terdapat di Istana Maimun, terdapat spot foto bagi
pengunjung yang bertuliskan Istana Maimun (Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Tulisan Istana Maimun
b. Kondisi Fisik Interior Istana Maimun
Kondisi fisik interior Istana Maimun sekarang, secara visual terlihat baik dan
terjaga. Walaupun area yang dapat dinikmati pengunjung terbatas. Memasuki
area dalam, pengunjung akan memasuki lobby istana (Gambar 4.8). Adapun
disisi kanan lobby, terdapat toko-toko souvenir dan jasa sewa baju adat khas
melayu. Sedangkan disisi kiri ruangan terdapat beberapa perabot peninggalan
kesultanan Deli terdahulu
53
Universitas Sumatera Utara 54
Gambar 4.8 Area Lobby Istana Maimun
Setelah dari ruangan lobby,Sumber pengunjung : Dokumentasi akan Pribadi memasu ki ruangan Balairung
(Gambar 4.9). Ruangan ini sangat luas dan biasa dijadikan spot foto bagi pengunjung. Terdapat perabot-perabot peninggalan kesultanan Deli dan lukisan-lukisan (Gambar 4.9).
Gambar 4.9 Ruang Balairung
Pada sudut kanan dan kiri ruangan, terdapat toko-toko souvenir dan jasa penyewaan baju adat khas Melayu (Gambar 4.10). Area yang menjadi pusat perhatian pengunjung adalah area singgasana yang didominasi warna kuning
Universitas Sumatera Utara 55
keemasan. Area ini tidak dapat diduduki oleh pengunjung, namun menjadi spot foto yang menarik perhatian pengunjung (Gambar 4.10).
Gambar 4.10 Area Pertokoan Souvenir dan Singgasana
Sumber : Dokumentasi Pribadi Setelah melewati ruang Balairung, terdapat ruangan yang berisikan perabot berupa lemari, kursi singgasana, lukisan dan pajangan peninggalan- peninggalan berupa perhiasan dan alat musik. Walaupun terlihat tidak semegah ruang Balairung, ruangan ini menarik pengunjung untuk berfoto sambil duduk di singgasana dengan menggunakan pakaian adat khas Melayu (Gambar 4.11).
Gambar 4.11 Perabotan dan Peninggalan Sultan Terdahulu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
55
Universitas Sumatera Utara 56
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kajian Elemen-Elemen Sense of Place terhadap Wisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun
Setelah dilakukan kajian literatur mengenai sense of place terhadap wisata heritage pada kawasan Istana Maimun, maka terdapat elemen-elemen yang membentuk sense of place di lokasi kajian, yaitu kawasan Istana Maimun. berdasarkan hasil kajian literatur yang telah dilakukan, sense of place terhadap kawasan Istana Maimun terbentuk oleh dua aspek yaitu Persepsi dan Makna
Simbolis. Adapun kedua aspek ini, yaitu persepsi dan makna simbolis terbentuk karena adanya elemen-elemen yang mendukungnya. Elemen-elemen tersebut yang akan dianalisa pada lokasi kajian, yaitu kawasan Istana Maimun, Medan.
5.2 Kajian Persepsi terhadap Wisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terhadap aspek persepsi, terdapat elemen-elemen pendukung yang membentuk persepsi pada kawasan kajian yaitu Istana Maimun. Adapun elemen pendukung tersebut adalah sikap dan pengalaman, sehingga ketika proses pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara serta penyebaran kuesioner, akan dibatasi berdasarkan aspek sikap dan pengalaman pada lokasi kajian, yaitu kawasan Istana Maimun.
5.2.1 Sikap
Kawasan Istana Maimun merupakan bangunan peninggalan kesultanan
Deli yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Nilai sejarah yang dimilikinya mejadikan Istana Maimun memiliki arti tersendiri bagi masyarakat sekitar Istana
56
Universitas Sumatera Utara 57
Maimun maupun wisatawan yang mengunjunginya. Keberadaan Istana Maimun yang memiliki arti bagi masyarakat sekitar dan wisatawan akan membentuk sebuah sikap. Adapun elemen sikap yang terbentuk dari penunjung, merupakan respon mereka dalam menyikapi keberadaaan Istana Maimun. Sikap merupakan suatu perasaan yang timbul dalam diri individu terhadap suatu objek (Gerungan, 2004).
Perasaan yang timbul dalam diri pengunjung Istana Maimun menjadi parameter untuk mengukur elemen sikap wisatawan terhadap lokasi kajian. Selain itu, sikap merupakan proses seorang individu untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek
(Sarlito dan Eko, 2009). Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti ke lokasi kajian pada masa pandemi Covid-19 (pada tanggal 31 Mei 2020), diketahui bahwa
Istana Maimun tetap ramai pengunjung. Walaupun pada saat itu, bagian dalam Istana
Maimun belum buka, namun pengunjung terlihat menikmati area luar Istana
Maimun terutama halamannya. Halaman Istana yang luas dimanfaatkan oleh pihak pengelola Istana Maimun dengan menyediakan atraksi yang dapat dinikmati di halaman Istana, yaitu penyewaan kuda. Ketika Istana Maimun telah dibuka kembali
(9 Juli 2020), pihak pengelola memberlakukan beberapa peraturan sebelum memasuki Istana Maimun. Pengunjung yang akan memasuki Istana Maimun, diwajibkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu ditempat yang telah disediakan.
Selain itu, pengunjung juga diwajibkan memakai masker wajah dan akan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh. Setelah membeli tiket masuk Istana Maimun. Pengunjung bebas menikmati atraksi yang disediakan dan melihat benda-benda peninggalan kesultanan Deli. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di lokasi kajian, ketika sebelum dan sesudah new normal, terlihat bahwasanya sikap yang diberikan terhadap Istana Maimun merupakan sikap adaptif. Adapun adaptif 57
Universitas Sumatera Utara 58
merupakan efektivitas individu untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam rangka untuk memenuhi standar yang bersifat pribadi dan tanggung jawab sosial sesuai ekspektasi usia dan budaya yang dimiliki komunitas (Grossman, 1983). Pengunjung dan pihak pengelola Istana Maimun, keduanya menunjukkan sikap yang adaptif terhadap situasi pandemi covid-19. Sikap yang diberikan pihak pengelola dengan menerapkan protokol kesehatan merupakan sikap yang adaptif demi menjaga dan memelihara keberadaan Istana Maimun. Sikap pengunjung yang mengikuti segala protokol kesehatan yang diberikan adalah sikap yang adaptif pula demi diri mereka sendiri dan terpeliharanya kawasan Istana Maimun dari virus. Adapun secara tidak sadar pihak pengunjung dan pengelola Istana Maimun ikut berkontribusi dalam pemeliharaan Istana Maimun. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan Gambar
5.1), sikap adaptif tersebut merupakan cerminan dari rasa hormat dan bangganya mereka (pengunjung dan pihak pengelola), terhadap keberadaan Istana Maimun.
Rasa hormat dan bangga dalam diri mereka (pengunjung dan pihak pengelola) yang menimbulkan inisiatif dalam diri, sehingga berusaha untuk menetapkan peraturan demi terjaanya Istana Maimun, maupun turut mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola Istana Maimun.
Universitas Sumatera Utara 59
Pihak pengelola Istana Maimun juga menunjukkan sikap yang adaptif dalam menghadapi masa pandemi. Ketersediaan objek wisata di halaman istana Maimun yaitu persewaan kuda. Dengan atraksi ini, pengunjung bisa berjalan-jalan di sekitar pelataran istana Maimun sambil menikmati suasana.
Sikap adaptif pengunjung dan pengelola terlihat ketika normal baru telah diterapkan. Berdasarkan observasi yang dilakukan Dengan diberlakukannya normal baru, bagian sebelum diberlakukan new normal, Istana dalam Istana Maimun telah dibuka untuk Maimun masih ramai dikunjungi umum. Namun sikap tertib pengunjung untuk pengunjung. Sikap adaptif pengunjung mengikuti aturan dapat menjadi aspek penting terlihat dari ketertarikan mereka untuk tetap bagi keselamatan pengunjung dan menjaga menikmati keberadaan Istana Maimun yang Istana Maimun. Hal ini menunjukkan bahwa tetap menikmati area luar Istana Maimun pengunjung dan pengelola bekerja sama dengan berfoto. Mengingat bagian dalam untuk melindungi lingkungan Istana Maimun Istana Maimun belum dibuka, menunjukkan dari virus. bahwa, Istana Maimun masih diminati oleh pengunjung dari berbagai kalangan.
Pengunjung menikmati suasana Istana Maimun dengan duduk-duduk di halaman Istana Maimun. Sikap pengunjung tersebut menunjukkan bahwa suasana Istana Maimun dapat menimbulkan keakraban dan keterikatan dengan Istana Maimun.
Gambar 5.1 Peta Analisa Sikap pada Kawasan Istana Maimun
59
Universitas Sumatera Utara 60
Sikap adaptif diterapkan juga oleh pengunjung dan pengelola di area dalam Istana
Maimun. Peraturan-peraturan yang berlaku didalam Istana Maimun dimaksudkan agar terjaganya keamanan pengunjung dan benda-benda peninggalan yang diperlihatkan. Adapun peraturan yang diberlakukan tersebut adalah untuk tetap mengunakan masker didalam ruangan dan larangan untuk memasuki area ruangan di Istana dan duduk di tempat duduk yang merupakan peninggalan kesultanan Deli terdahulu. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan (Gambar 5.2), pengunjung terlihat berusaha untuk mematuhi segala peraturan yang ada. Pengunjung terlihat berusaha untuk tetap menggunakan masker untuk didalam ruangan dan tidak menduduki tempat duduk yang merupakan peningalan kesultanan Deli. Sikap pengunjung yang adaptif terhadap peraturan yang ada secara tidak disadari adalah bentuk kontribusi mereka dalam melestarikan Istana Maimun. Sikap adaptif yang diberikan pengunjung dan pengelola demi terjaganya Istana Maimun merupakan elemen persepsi yang membentuk sense of place pada kawasan Istana Maimun. Hal tersebut menjadikan elemen sikap akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya penilaian terhadap sense of place yang ada di Istana Maimun.
60
Universitas Sumatera Utara 61
Area ini merupakan area yang dilarang untuk dimasuki. Larangan tersebut merupakan peraturan yang dibuat oleh pihak pengeloal Istana Maimun demi kenyamanan penghuni Istana yang merupakan keturunan kesultanan Deli dan juga kenyamanan pengunjung.
Terdapat tulisan dilarang duduk pada Pengunjung yang memasuki sofa yang merupakan peninggalan ruangan Balairung berusaha untuk kesultanan Deli. Larangan untuk mematuhi peraturan untuk menduduki merupakan peraturan menggunakan masker walaupun yang diberlakukan oleh pihak berada didalam ruangan demi pengelola Istana Maimun demi keamanan diri dan terjaganya Istana terjaganya benda peninggalan Maimun dari virus. tersebut
Pada area tersebut, pengunjung tidak dapat dengan bebas untuk duduk dikarenakan terdapat larangan untuk mendudukinya. Peraturan tersebut diberlakukan demi terjaganya benda-benda peninggalan kesultanan Deli.
Gambar 5.2 Peta Analisa Sikap pada Interior Istana Maimun
61
Universitas Sumatera Utara 62
Berdasarkan analisa terhadap elemen sikap yang telah dilakukan, diketahui bahwa penunjung dan pengelola bersikap adaptif terhadap keberadaan Isatana
Maimun dan keadaan new normal. Sikap adaptif pengelola dalam mengahadapi keadaan new normal adalah dengan memberlakukan protokol kesehatan dan peraturan-peraturan demi terjaganya benda peninggalan yang ada. Adapun sikap adaptif pengunjung adalah dengan mengikuti segala peraturan yang ada dan tetap menikmati keindahan Istana Maimun ketika sebelum new normal diberlakukan.
Elemen persepsi yaitu sikap dijadikan parameter mengetahui skala sense of place yang terdapat di istana Maimun. Selain itu, elemen sikap juga dijadikan parameter pertanyaan untuk penyebaran kuesioner terhadap 50 orang masyarakat lokal dan 50 orang wisatawan. Adapun hasil nilai rata-rata kuesioner terkeit tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sikap Nilai Rata-Rata Elemen Pertanyaan Persepsi Masyarakat Wisatawan Lokal Apakah kemegahan Istana Maimun 4.86 4.20 memberikan perasaan kagum dan bangga ? Apakah Benda-benda peninggalan 3.54 3.76 Sikap kesultanan Deli yang terdapat di Istana Maimun memberikan perasaan kagum dan
bangga ? Apakah pertunjukkan seni budaya Melayu 3.94 4.10 yang dipertunjukkan di Istana Maimun memberikan perasaan kagum dan bangga ? Nilai Rata-Rata Total 3.99 4.11
Berdasarkan hasil yang bersumber dari penyebaran kuesioner, nilai rata- rata masyarakat lokal terhadap elemen sikap yang terdapat di Istana Maimun adalah
62
Universitas Sumatera Utara 63
sebesar 4.11. Hasil tersebut menunjukkan sense of place yang dimiliki masyarakat lokal berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x ≤ 4.2 (sense of place tinggi). Sedangkan hasil nilai rata-rata wisatawan memperoleh nilai total rata-rata sebesar 4.02. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki wisatawan berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x ≤ 4.2 (sense of place tinggi). Dari kedua hasil total nilai rata-rata terhadap masyarakat lokal dan wisatawan dapat disimpulkan bahwa masyarakat lokal memiliki sense of place yang tinggi daripada wisatawan. Adapun pengaruh tingginya sense of place yang dimiliki masyarakat lokal juga dipengaruhi oleh adanya perasaan bangga terhadap istana
Maimun. Rasa bangga yang tinggi dalam diri masyarakat lokal terhadap keberadaan
Istana Maimun dapat diwakilkan dan diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap narasumber :
“ ……bagaimanapun Istana Maimun merupakan kebanggaan bagi kota Medan karena sejarah panjang yang dimilikinya.”
5.2.2 Pengalaman Pengalaman merupakan suatu yang pernah dialami dan dirasakan oleh individu yang sudah lama maupun baru saja terjadi (Mapp, 2008). Berdasarkan hal tersebut, setiap individu akan menerima pengalaman yang berbeda terhadap suatu tempat. Pengalaman yang diterima oleh wisatawan akan berbeda dengan pengalaman yang diterima oleh masyarakat lokal yang berkunjung ke Istana
Maimun. Menurut Castello (2010), individu akan merasakan pengalaman dengan lebih baik tergantung kepada kualitas yang dimiliki ruang ataupun lingkungan dimana individu tersebut berada. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan mengkaji elemen pengalaman yang membentuk persepsi pada diri pengunjung.
63
Universitas Sumatera Utara 64
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada saat sebelum diberlakukannya new normal dan setelah new normal (Gambar 5.3), pemanfaatan area halaman istana Maimun terdapat perbedaan. Ketika dilakukan observasi sebelum new normal di kawasan istana Maimun (31 Mei 2020), pengunjung yang mendatangi istana Maimun terlihat ramai, mengingat pada masa itu bagian dalam
Istana Maimun belum dibuka. Walaupun demikian, pengunjung masih bisa menikmati area luar Istana Maimun seperti area halaman Istana Maimun. Area halaman istana dimanfaatkan pengunjung sebagai area duduk-duduk dan untuk berfoto. Selain itu, pihak pengelola istana Maimun juga menyediakan atraksi berupa penyewaan kuda di area halaman istana. Selain itu, pengunjung yang penasaran akan legenda Mariam Puntung dapat merasakan pengalaman mendengar suara
Mariam yan konon katanya dapat didengar dengan cara mendekatkan telinga ke
Mariam Puntung. Layaknya istana pada umumnya yang memiliki halaman yang luas sekaligus memperkuat kemegahan yang dimiliki istana tersebut, begitu pula halaman istana Maimun yang sangat luas namun minim akan elemen-elemen estetika yang fungsional yang seharusnya dapat memperkuat kemegahan yang dimilikinya. Mengenai potensi akan keberadaan halaman istana Maimun ini diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap narasumber :
“…….Istana Maimun memiliki halaman yang sangat luas dan ideal untuk sebuah Istana. Namun sangat disayangkan area halaman Istana Maimun kurang ditata dan terlalu bebas untuk dimasuki oleh orang-orang sehingga mengurangi kewibawaan istana Maimun.”
Universitas Sumatera Utara 65
Terdapat panggung yang menjadi area favorit bagi pengunjung untuk berfoto ataupun sekedar duduk-duduk sembari menikmati suasana. Adapun panggung tersebut terletak ditengah-tengah halaman Istana Maimun.
Terdapat spot foto dengan tulisan “Istana Maimoon” yang Pengunjung dapat memperoleh menjadikan Istana Maimun pengalaman unik yaitu sebagai latar belakangnya. Area ini mendengarkan suara Mariam menjadi spot favorit bagi dengan cara mendekatkan telinga pengunjung untuk mengabadikan ke Mariam Puntung. Hal tersebut momen ketika berada di Istana merupakan dapat menarik Maimun. pengunjung yang penasaran untuk menncoba atraksi tersebut,
Area halaman Istana Maimun ketika sebelum diberlakukan new normal, terdapat atraksi penyewaan kuda. Pengunjung dapat tetap menikmati Istana Maimun walaupun berada di area luar Istana Maimun.
Gambar 5.3 Peta Analisa Pengalaman pada Area Luar Istana Maimun
65
Universitas Sumatera Utara 66
Selain halaman istana, bagian interior Istana Maimun berpotensi memberikan pengalaman kembali ke masa lampau bagi pengunjung. berdasarkan observasi yang telah dilakukan ketika masa newe normal, interior Istana Maimun dapat memberikan pengalaman kembali ke masa lampau melalui atraksi, keunikan gaya arsitekturnya dan benda-benda peninggalannya. Atraksi yang terdapat di
Isatan Maimun mampu memperkuat persepsi pengunjung untuk merasakan kembali ke masa lampau. Berdasarkan observasi yang dilakukan (Gambar 5.4), atraksi tersebut adalah live music Melayu dan penyewaan baju adat Melayu. Ketika pengunjung memasuki terasa Istana Maimun, pengunjung akan disambut dengan pertunjukkan live music Melayu. Permainan musik tersebut akan masih terdengar hingga pengunjung memasuki lobby dan balairung istana. Selain dapat menikmati alunan music melayu, pengunjung yang telah memasuki bagian dalam istana dapat sembari menikmati keindahan arsitektur interior Istana Maimun. Keunikan perpaduan gaya arsitektur interior dapat dilihat dari pola-pola yang digunakan pada langit-langit bangunan, lantai dan dinding. Selain itu, keberadaan benda-benda peninggalan juga mencerminkan perpaduan gaya arsitektur Melayu dan Eropa.
Namun, keberadaan benda-benda peninggalan yang ditampilkan sangatlah minim, sehingga mempengaruhi persepsi pengalaman yang akan diterima oleh pengunjung.
Selain itu, atraksi yang menarik minat pengunjung adalah penyewaan baju adat
Melayu. Penyewaan baju adat Melayu dapat memberikan pengalaman kembali ke masa lampau bagi pengunjung.
66
Universitas Sumatera Utara 67
Pengalaman yang dirasakan pengunjung sebelum memasuki area interior Istana Maimun adalah pertunjukkan live music Melayu.
Untuk memperoleh pengalaman kembali ke masa lampau, pengunjung dapat menyewa pakaian adat Melayu. Pengunjung dapat berfoto di beberepa ruangan yang dilengkapi benda-benda peninggalan kesultanan Deli. Salah benda peninggalan kesultanan Deli yang berkontribusi untuk memberikan pengalaman ke masa lampau bagi pengunjung.
Keunikan percampuran gaya arsitektur pada interior Istana Mainun dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung sehingga dapat merasakan pengalaman kembali ke masa lampau.
Gambar 5.4 Peta Analisa Pengalaman pada Interior Istana Maimun
67
Universitas Sumatera Utara 68
Berdasarkan analisa terhadap elemen pengalaman, diketahui bahwa pengalaman yang dapat diterima pengunjung terhadap keberadaan Istana Maimun adalah pengalaman kembali ke masa lampau. Istana Maimunmerupakan bangunan peningalan kesultanan Deli yang merupakan saksi akan kemakmuran kesultanan
Deli pasa masa lampau. hal tersebut tentu akan mempengaruhi pengalaman yang diterima oleh pengunjung yaitu pengalaman kembali ke masa lampau. adapun elemen pengalaman menjadi parameter untuk mengetahui skala sense of place.
Adapun untuk memperoleh skala sense of place pada lokasi kajian, maka dilakukan penyebaran kuesiner terhadap 100 orang responden, yaitu 50 masyarakat lokal dan
50 wisatawan. Adapun hasil nilai rata-rata kuesioner terkait pengalaman dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Pengalaman
Nilai Rata-Rata Elemen Pertanyaan Persepsi Masyarakat Wisatawan Lokal Pengalaman Apakah ketika memasuki kawasan Istana 4.11 3.92 Maimun dapat memberikan pengalaman kembali ke masa lampau ? Apakah benda-benda peninggalan yang 3.62 3.92 terdapat di Istana Maimun dapat memberikan pengalaman dan memori tentang kesultanan Deli di masa lampau ? Apakah kebudayaan Melayu yang masih 3.74 4.12 diterapkan seperti tarian melayu dan pertunjukkan musik diadakan di Istana Maimun dapat memberikan pengalaman kembali ke masa lampau ? Nilai Rata-Rata Total 3.99 3.82
68
Universitas Sumatera Utara 69
Nilai rata-rata yang diperoleh terhadap keberadaan benda-benda peninggalan kesultanan Deli memperoleh nilai yang paling rendah berdasarkan penilaian masyarakat lokal yaitu 3.62 dan 3.92 oleh wisatawan (Tabel 5.2). Hal tersebut dikarenakan benda-benda peninggalan yang diperlihatkan di Istana
Maimun sangat minim, sehingga mengurangi nilai sejarah yang dimilikinya.
Keberadaan istana Maimun yang merupakan bangunan heritage diharapkan mampu memberikan pengalaman seakan-akan kembali ke masa lampau. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs. Muchlis
Nasution, M.Si
“ Benda-benda peninggalan yang terdapat di Istana Maimun sekarang sudah berkurang, hal tersebut justru membuat kesan masa lampaunya berkurang. Padahal tujuan orang-orang untuk berkunjung adalah untuk merasakan pengalaman kembali ke masa lampau.”
Dari hasil yang bersumber dari penyebaran kuesioner, nilai rata-rata masyarakat lokal terkait elemen pengalaman (Tabel 5.2) yang terdapat di Istana
Maimun adalah sebesar 3.99. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki masyarakat lokal berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x
≤ 4.2 (sense of place tinggi). Sedangkan hasil nilai rata-rata wisatawan memperoleh nilai total rata-rata sebesar 3.82 yang berarti sense of place yang dimiliki wisatawan berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x ≤ 4.2 (sense of place tinggi). Berdasarkan hasil nilai rata-rata terkait pengalaman, maka diketahui bahwa sense of place berdasarkan elemen persepsi yaitu pengalaman adalah sense of place tinggi.
69
Universitas Sumatera Utara 70
5.3 Kajian Makna Simbolis terhadap Wisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan terhadap aspek makna simbolis, terdapat elemen-elemen pendukung yang membentuk makna simbolis pada kawasan kajian yaitu Istana Maimun. Adapun elemen pendukung tersebut adalah sejarah, kondisi fisik tempat dan identitas.
5.3.1 Sejarah
Nilai sejarah yang dimiliki istana Maimun memiliki pengaruh yang besar terhadap terbentuk makna simbolis yang terdapat di Istana Maimun. Menurut
Azaryahu dan Kellerman (1999) Makna simbolis yang terdapat pada suatu tempat tidak terlepas dari sejarah yang dimiliki pada suatu tempat, sehingga mampu membangkitkan respon emosional dan pengalaman yang berkesan untuk individu.
Istana Maimun merupakan saksi kejayaan kesultanan Deli pada masa lampau. informasi mengenai sejarah kejayaan kesultanan yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap penunjung. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kawasan Istana Maimun (Gambar 5.5), informasi mengenai sejarah Istana Maimun tidak terlalu menonjol dan terkesan kurang menarik. Sebagai contoh, terdapat prasasti yang terdapat di area halaman Istana Maimun, namun peletakannya sangat tidak strategis. Prasasti tersebut menginformasikan mengenai keberadaan peninggalan Mariam Puntung.
Universitas Sumatera Utara 71
Legenda Mariam Puntung yang menarik minat pengunjung uuntuk mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Mariam Puntung.
Peletakan prasasti yang berisikan informasi mengenai legenda Mariam Puntung yang sangat tidak strategis dan tidak menonjol bahkan terabaikan. Gambar 5.5 Peta Peletakan Prasasti Elemen Sejarah pada Kawasan Istana Maimun
Selain itu, terdapat LCD yang menginformasikan tentang sejarah kesultanan
Deli di dalam Istana Maimun. Peletakkan LCD tersebut yang kurang strategis dan tidak menonjol mengakibatkan tidak banyak pengunjung yang mengetahui keberadaan LCD tersebut. Walaupun begitu, pihak pengelola Istana Maimun berusaha untuk tetap memberikan informasi mengenai benda-benda peninggalan kesultanan Deli meskipun kurang maksimal (Gambar 5.6).
Beberapa benda-benda peninggalan kesultanan yang dipajangkan terdapat informasi mengenai sejarah benda tersebut.
Peletakan LCD yang menginformasikan sejarah mengenai kesultanan Deli yang tidak strategis. Peletakan LCD ini berada di ruang makan istana. Adapun posisi ruang makan tersebut merupakan ruangan paling terakhir yang biasa untuk dikunjungi pengunjung sehingga informasi mengenai sejarah Istana Maimun tidak dapat didapatkan oleh pengunjung yang tidak mendatangi ruangan ini. Gambar 5.6 Peta Peletakan Elemen Sejarah pada Interior Istana Maimun 71
Universitas Sumatera Utara 72
Berdasarkan analisa terhadap elemen sejarah, diketahui bahwa elemen sejarah yang dapat ditemukan adalah berupa infirmasi mengenai sejarah yang terdapat di Istana Maimun. Namun, elemen sejarah tersebut peletakannya sangatlah tidak strategis sehingga terabaikan oleh pengunjung. Adapun dalam proses pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner, elemen sejarah menjadi parameter untuk mengetahui skala sense of place yang terdapat di Istana Maimun.
Adapun hasil nilai rata-rata kuesioner terkait sejarah dapat dilihat padaTabel 5.3.
Tabel 5.3 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sejarah
Elemen Nilai Rata-Rata Makna Pertanyaan Masyarakat Wisatawan Simbolis Lokal Apakah informasi mengenai sejarah Istana 4.14 4.12 Maimun yang diterima dapat memberikan gambaran tentang kehidupan dan kejayaan kesultanan Deli di masa lampau ? Apakah informasi mengenai benda-benda 3.92 4.02 Sejarah peninggalan kesultanan Deli dapat
memperkuat sejarah yang dimiliki Istana Maimun ? Apakah informasi terhadap sejarah mengenai 3.78 3.82 budaya dan legenda yang terdapat di istana maimun menarik untuk dipromosikan ? Nilai Rata-Rata Total 3.95 3.99
Berdasarkan hasil nilai rata-rata terkait elemen sejarah yaitu sejarah kejayaan kesultanan Deli di Masa Lampau, memperoleh nilai yang cukup tinggi. Masyarakat lokal memperoleh nilai rata 4.14 sedangkan wisatawan 4.12. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasa ketertarikan pengunjung terhadap sejarah kejayaan kesultanan Deli di masa lampau cukup tinggi. Hal tersebut menjadikan elemen
Universitas Sumatera Utara 73
sejarah sangat penting bagi terbentuknya sense of place di Istana Maimun. Selain itu elemen sejarah yang terdapat di Istana Maimun dapat menjadi aspek daya tarik bagi pengunjung untuk berkunjung. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Solahuddin Nasution selaku ketua DPD ASITA
Sumatera Utara :
“Istana Maimun memang tidak bisa dipungkiri sebagai warisan budaya peninggalan sejarah masa lampau yang monumental yang ada di kota Medan. Istana ini menjadi salah satu daya tarik atau objek wisata di kota Medan, tapi jangan bandingkan dengan istana-istana yang ada di luar negeri. Daya tarik istana Maimoon, terletak pada latar belakang sejarahnya (historical background), ornamen dan gaya arsitekturnya.”
Dari hasil yang bersumber dari penyebaran kuesioner, nilai rata-rata masyarakat lokal terkait elemen sejarah (Tabel 5.3) yang terdapat di Istana Maimun adalah sebesar 3.95. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang diperoleh masyarakat lokal berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x ≤ 4.2
(sense of place tinggi). Sedangkan hasil nilai rata-rata wisatawan memperoleh nilai total rata-rata sebesar 3.99. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki wisatawan berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x ≤ 4.2
(sense of place tinggi). Berdasarkan hasil nilai rata-rata terkait pengalaman, maka diketahui bahwa sense of place berdasarkan elemen smakna simbolis yaitu sejarah adalah sense of place tinggi.
5.3.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik kawasan Istana Maimun akan mempengaruhi persepsi ataupun ikatan yang timbul oleh pengunjung. Kondisi fisik suatu tempat merupakan hal yang sangat mempengaruhi makna simbolis suatu tempat. Stedman (2003)
73
Universitas Sumatera Utara 74
berpendapat bahwasanya elemen penting yang membentuk makna simbolis adalah kondisi fisik suatu tempat. Adapun kondisi fisik yang dikaji adalah area eksterior istana Maimun dan interior istana Maimun. Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan (Gambar 5.7), di area eksterior kawasan istana Maimun terlihat kurang baik secara visual. Sebagai contoh, kondisi fisik pintu gerbang masuk Istana
Maimun secara visual tidak terawat. Kemudian, area pos penjaga secara visual terlihat kurang layak. Setelah itu, pada area parkir Istana Maimun yang secara visual tidak tertata dengan baik. Area parkir tidak terdapat batasan area parkir kendaran roda dua dan roda empat. Setelah melewati area parkir, terlihat deretan pertokoan yang secara visual tidak membaur dengan gaya arsitektur Istana Maimun. Menuju bangunan Istana Maimun, terdapat lapangan rumput yang secara visual lumayan tertata rapi dan terdapat beberapa tempat sampah. Walaupun begitu, kondisi fisik lapangan rumput tersebut terkesan kurang estetik karena tidak dilakukan penataan lansekap pada area lapangan rumput tersebut. Namun, area lapangan rumput tersebutmerupakan salahs atu area favorit pengunjung untuk berfoto bahkan duduk- duduk sembari menikmati suasana Istana Maimun. Pemanfaatan area luar yaitu lapangan rumput tersebut sangatlah tidak maksimal, walaupun area tersebut sering dimanfaatkan oleh pengunjung sebagai area duduk-duduk dan berfoto.
Universitas Sumatera Utara 75
Kondisi fisik pintu gerbang dan pos jaga yang secara visual terlihat tidak terawat dan tidak mencerminkan pintu gerbang masuk sebuah istana. Selain itu, kondisi ini juga memberikan kesan yang kurang megah.
Kondisi fisik area parkir Istana Maimun yang tidak teratur dan Pemanfaatan ruang yang kurang secara visual tidak memenuhi efisien pada area luar Istana standar area parkir yang baik. Maimun menunjukkan kurang dilakukannya penataan lansekap pada kawasan Istana Maimun . selain itu, terlihat pula peletakan tempat sampah yan menunjukkan bahwa Istana Maimun menjaga kebersihan lingkungannya
Terlihat deretan pertokoan yang secara arsitektural tidak berbaur dengan arsitektur Istana Maimun. selain itu,deretan pertokoan tersebut secara visual terlihat kurang tertata.
Gambar 5.7 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Kawasan Istana 75 Maimun
Universitas Sumatera Utara 76
Tabel 5.4 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Kondisi Fisik
Elemen Nilai Rata-Rata Makna Pertanyaan Masyarakat Wisatawan Simbolis Lokal Apakah gaya arsitektur bangunan Istana 4.42 4.52 merupakan daya tarik utama untuk mengunjungi Istana Maimun ? Kondisi Apakah benda-benda peninggalan 3.66 3.84 Fisik kesultanan Deli yang terdapat di Istana Maimun masih terjaga dengan baik ? Apakah secara visual Istana Maimun 3.66 3.68 berhasil mempresentasikan budaya Melayu ? Nilai Rata-Rata Total 3.91 4.01
Pada bagian interior, secara visual terlihat baik namun kurang maksimal.
Contohnya adalah bagian interior istana Maimun sangat minim sekali pajangan benda-benda peninggalan (Gambar 5.8). Hal tersebut mempengaruhi hasil nilai rata-rata terkait elemen kondisi fisik yaitu kondisi fisik benda-benda peninggalan di
Istana Maimun memperoleh nilai yang cukup rendah. Masyarakat lokal memperoleh nilai rata 3.66 sedangkan wisatawan 3.84 (Tabel 5.4). Adapun terkait alasan sedikitnya pajangan benda-benda peninggalan tersebut, telah disampaikan pada hasil wawancara yang telah dilakukan Narasumber :
“ …… adapun sedikitnya peletakan benda-benda peninggalan di area balairung Istana dikarenakan Istana Maimun rutin melakukan pengajian dan terkadang jika ada anggota yang meninggal ataupun acara kesultanan, ruangan tersebut difungsikan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Belum lagi sebelum pandemic covid- 19, pengunjung yang merupakan anak sekolahan yang cenderung banyak, akan kesusahan jika ruangan tersebut terlalu banyak pajangan ataupun showcase benda-benda peninggalan. Dulu sempat saya adakan showcase di tengah ruangan balairung tersebut, namun ketika ada kegiatan yang tidak terduga, akan sangat menghambat pergerakan dan sulit untuk disusun kembali.”
76
Universitas Sumatera Utara 77
Selain minimnya pajangan benda-benda peninggalan kesultanan di bagian interior istana Maimun, berdasarkan observasi yang telah dilakukan area Balairung yang cenderung luas tersebut dimanfaatkan untuk menjadi area kios souvenir dan penyewaan baju adat khas Melayu. Area tersebut secara visual terlihat kurang cocok karena mengurangi keindahan dan kemegahan Istana Maimun. Hal berkaitan dengan peletakan kios souvenir di bagian interior istana diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Solahuddin Nasution selaku ketua
DPD ASITA Sumatera Utara :
“terlalu banyak tempat berjualan souvenir di sekitar lingkungan istana, bahkan sampai ke dalam istana sehingga mengurangi nilai-nilai sakralitas yang seharusnya ditampilkan.”
Dari hasil yang bersumber dari penyebaran kuesioner, nilai rata-rata masyarakat lokal terkait elemen kondisi fisik (Tabel 5.4) yang terdapat di Istana
Maimun adalah sebesar 3.91. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki masyarakat lokal berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x
≤ 4.2 (sense of place sangat tinggi). Sedangkan hasil nilai rata-rata wisatawan memperoleh nilai total rata-rata sebesar 4.02. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki wisatawan berdasarkan skala penilaian sense of place adalah
3.4 ≤ x ≤ 4.2 (sense of place tinggi). Berdasarkan hasil nilai rata-rata, maka diketahui bahwa sense of place berdasarkan elemen makna simbolis yaitu kondisi fisik adalah sense of place tinggi.
77
Universitas Sumatera Utara 78
Deretan kios souvenir yang tidak tertata secara visual terlihat mengganggu pemandangan dan sakralitas Istana Maimun.
Terdapat area penyimpanan benda- Pada area lobby Istana Maimun, benda yang tidak dipajang yang tidak terlihat ada susunan perabot yang ditata dengan baik sehingga mengurangi merupakan benda peninggalan Istana estetika Istana Maimun. Maimun. namun, pada sisi kanan ruangan tersebut terlihat ada kios souvenir dan penyewaan pakaian adat yang secara visual terlihat tidak cocok.
Pajangan benda-benda peninggalan yang sangat minim pada Istana Maimun mengurangi kesan masa lampau yang seharusnya dapat tercemin pada Istana Maimun.
Gambar 5.8 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Interior Istana Maimun
78
Universitas Sumatera Utara 79
5.3.3 Identitas
Makna simbolis adalah sebuah makna yang dimiliki pada suatu tempat yang berkontribusi terhadap sekelompok individu (komunitas) sehingga memberikan identitas pada kelompok tersebut (Monnet, 2011). Berdasarkan hal tersebut, elemen yang membentuk makna simbolis adalah identitas yang dimiliki tempat tersebut. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di istana Maimun, nilai sejarah dan kemegahan yang dimilikinya serta nilai budaya yang tercermin pada Istana Maimun, menjadikan kawasan ini memiliki keunikan tersendiri.
Adapun keunikan yang berpotensi menjadikan identitas Istana Maimun adalah budaya Melayu dan percampuran gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan
Istana Maimun. Budaya Melayu yang dapat ditemukan pada Istana Maimun adalah dari benda-benda peninggalan, atraksi (live music Melayu dan penyewaan pakaian adat) dan terdapat pula pengaplikasiannya pada arsitektur bangunannya.
Berdasarkan hal tersebut, percampuran gaya arsitektur pada bangunan Istana
Maimun, memainkan peran yang penting sebagai daya tarik dan identitas Istana
Maimun.Gaya arsitektur yang diaplikasikan pada bangunan Istana Maimun merupakan perpaduan beberapa unsur budaya yaitu Melayu (Gambar 5.8-5.12,),
Eropa (5.10-5.12), Timur tengah (5.13-5.15). Perpaduan unsur–unsur budaya tersebut menjadikan interior Istana Maimun menjadi unik dan berkarakter (Tabel
5.5).
79
Universitas Sumatera Utara 80
Tabel 5.5 Perpaduan Arsitektur yang Terdapat di Istana Maimun
Aplikasi pada Gaya Arsitektur Keterangan Bangunan
Bangunan Istana Maimun didominasi oleh warna hijau dan kuning yang merupakan adaptasi budaya Melayu. Adapun warna kuning merupakan symbol kejayaan dan Gambar 5.8 Dominasi Warna Kuning budi pekerti luhur yang dan Hijau di Istana Maimun merupakan ciri Sumber : Dokumentasi Pribadi kehidupan kerajaan Melayu. Sedangkan hijau Melayu merupakan julukan lain dari Istana Maimun yaitu Tradisional Istana Putri Hijau yang berasal dari legenda yang dimiliki Istana Maimun.
Desain gerigi yang dapat terlihat di balkon teras Istana Maimun merupakan adapatasi dari arsitektur Melayu.
Gambar 5.9 Desain Gerigi pada Balkon Teras Istana Maimun
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara 81
Tabel 5.5 (Lanjutan)
Gaya Arsitektur Aplikasi pada Keterangan Bangunan
Pintu-pintu yang terdapat di istana Maimun didesain memiliki duadaun pintu yang terbuka kearah luar dan memanjang keatas. Selain itu juga terdapat ventilasi berbentuk Gambar 5.10 Desain Pintu Istana sisir pada pintu yang Maimun
merupakan ciri khas Sumber : Dokumentasi Pribadi arsitektur Melayu.
Tampak bangunan Istana Maimun yang Eropa secara visual terlihat simetris terlihat mirip dan dipengaruhi oleh gaya arsitektur zaman Gambar 5.11 Tampak Istana Maimun Renaissance, yaitu Sumber : merdeka.com gaya arsitektur Palladio.
Perabotan-perabotan yang terdapat di Istana Maimun seperti kursi, lampu dan lemari merupakan adaptasi gaya arsitektur Eropa Gambar 5.12 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun
Sumber : Dokumentasi Pribadi
81
Universitas Sumatera Utara 82
Tabel 5.5 (Lanjutan)
Gaya Arsitektur Aplikasi pada Keterangan Bangunan
Atap Bangunan Istana Maimun yang berbentuk kubah merupakan adaptasi dan karakteristik arsitektur Islam.
Gambar 5.13 Atap Istana Maimun
Tiang-tiang penopang khas Maroko yang Islam (Mughal dan terdapat di Istana Moor) Maimun yang secara visual memperkuat nuansa arsitektur Gambar 5.14 Tiang-Tiang Penopang islam pada bangunan.
Lengkungan- lengkungan yang terdapat di bangunan Istana merupakan adaptasi dari arsitektur Moor. Gambar 5.15 Lengkungan yang terdapat di Istana Maimun
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil nilai rata-rata terkait elemen identitas yaitu terbentuknya identitas karena keunikan memperoleh nilai yang tinggi. Masyarakat lokal memperoleh nilai rata 4.32 sedangkan wisatawan 4.02 (Tabel 5.6). Keunikan yang
Universitas Sumatera Utara 83
terdapat di Istana Maimun dapat dijadikan identitas bagi keberadaan Istana
Maimun. Hal berkaitan dengan identitas yang terdapat di istana Maimun diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan kepada narasumber :
“Keberadaan istana Maimun sebagai peninggalan kesultanan Deli bisa menjadi ikon atau identitas kota Medan mengingat latara belakang budaya bahwa kota Medan dikenal sebagai tanah Melayu. Selain itu, di Medan juga tidak ada istana lain atau objek wisata yang lebih monumental secara fisik yang bisa mengalahkan istana Maimun. Jadi, kehadiran istana Maimun memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu, istana Maimun adalah istana Maimun adalah istana peninggalan sejarah yang terbesar yang ada di Sumatera Utara sekarang ini.”
Tabel 5.6 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Identitas
Elemen Nilai Rata-Rata Makna Pertanyaan Masyarakat Wisatawan Simbolis Lokal Apakah keberadaan Istana Maimun dapat 4.32 4.02 menjadi Identitas karena keunikan yang dimilikinya yaitu dari segi arsitektur bangunannya dan sejarah yang dimilikinya Apakah benda-benda peninggalan di istana 3.82 4.10 Identitas Maimun dapat memperkuat kekhasan
budaya Melayu yang dimilikinya ? Apakah pertunjukkan music dan tarian yang 4.26 4.22 ditampilkan di Istana Maimun dapat memperkuat kekhasan budaya Melayu yang dimilikinya ? Nilai Rata-Rata Total 4.13 4.11
Dari hasil yang bersumber dari penyebaran kuesioner, nilai rata-rata masyarakat lokal terkait elemen identitas (Tabel 5.5) yang terdapat di Istana
Maimun adalah sebesar 4.13. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki masyarakat lokal berdasarkan skala penilaian sense of place adalah 3.4 ≤ x
≤ 4.2 (sense of place sangat tinggi). Sedangkan hasil nilai rata-rata wisatawan
83
Universitas Sumatera Utara 84
memperoleh nilai total rata-rata sebesar 4.11. Berdasarkan hasil tersebut maka sense of place yang dimiliki wisatawan berdasarkan skala penilaian sense of place adalah
3.4 ≤ x ≤ 4.2 (sense of place tinggi). Dari kedua hasil total nilai rata-rata terhadap masyarakat lokal dan wisatawan dapat disimpulkan bahwa wisatawan memiliki sense of place yang tinggi daripada masyarakat lokal terhadap keberadaan Istana
Maimun.
5.4 Penemuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan terhadap sense of place pada kawasan Istana Maimun, diketahui bahwa Istana Maimun memiliki sense of place yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dari hasil nilai rata-rata penyebaran kuesioner
(Tabel 5.7) terhadap 50 orang masyarakat lokal dan 50 orang wisatawan. Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut diperoleh nilai rata-rata yang termasuk kategori 3.4
≤ x ≤ 4.2 atau sense of place tinggi.
Tabel 5.7 Nilai rata-rata total aspek sense of place pada kawasan Istana Maimun.
Nilai Rata-Rata Elemen Indikator Skala Penilaian Persepsi Masyarakat Wisatawan Lokal
3.99 4.11 Persepsi Sikap Sense of Place Tinggi
3.82 Pengalaman 3.99 Sense of Place Tinggi
3.99 Sejarah 3.95 Sense of Place Tinggi Makna Simbolis 4.01 Kondisi Fisik 3.91 Sense of Place Tinggi
Universitas Sumatera Utara 85
4.11 Identitas 4.13 Sense of Place Tinggi
Adapun penemuan dalam penelitian ini berdasarkan analisa dan nilai rata- rata penyebaran kuesioner adalah semua elemen-elemen sense of place pada kawasan Istana Maimun adalah tinggi sehingga elemen-elemen tersebut merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan sense of place yang dimiliki Istana
Maimun. Walaupun begitu, berdasarkan observasi dan analisa yang telah dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa terdapat elemen yang paling berkontribusi dalam meningkatkan pariwisisata heritage di Istana Maimun. Adapun elemen-elemen tersebut adalah elemen persepsi yaitu pengalaman dan elemen makna simbolis yaitu identitas. Istana maimun merupakan bangunan bersejarah yang memiliki latar belakang sejarah yang sangat menarik. Hal tersebut mempengaruhi persepsi yang diterima oleh penunjung terhadap elemen pengalaman yaitu memberikan pengalaman kembali ke masa lampau. berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa Istana Maimun berhasil memberikan pengalaman kembali ke masa lampau kepada pengunjung. Sedangkan elemen makna simbolis yaitu identitas, memiliki keterkaitan dengan keunikan yang dimiliki suatu tempat, dalam penelitian adalah Istana Maimun. Keunikan Istana Maimun terletak pada arsitektur bangunan Istana Maimun. Bangunan Istana Maimun mengadaptasi beberapa gaya arsitektur, yaitu arsitektur Melayu tradisional, arsitektur Mughal (Islam) dan arsitektur Eropa.
Adapun elemen yang memiliki tingkat kontribusi rendah dalam hal meningkatkan pariwisata heritage di Istana Maimun berdasarkan observasi dan
85
Universitas Sumatera Utara 86
analisa yang telah dilakukan adalah elemen makna simbolis yaitu sejarah. Analisa yang dilakukan terhadap elemen sejarah pada Istana Maimun berkaitan dengan informasi mengenai sejarah Istana Maimun. Berdasarkan observasi dan analisa yang telah dilakukan, ditemukan bahwa Istana Maimun kurang maksimal dalam memberikan informasi mengenai sejarah Istana Maimun.
Universitas Sumatera Utara 87
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan peninggalan yang berpotensi untuk meningkatkan pariwisata heritage di kota Medan. Adapun untuk meningkatkan pariwisata heritage pada Istana Maimun, maka dilakukan kajian sense of place pada kawasan Istana Maimun. Istana Maimun memiliki elemen-elemen sense of place yaitu persepsi dan makna simbolis. Elemen persepsi yang ditemukan pada Istana Maimun adalah sikap dan pengalaman. Adapun elemen makna simbolis yang ditemukan pada kawasan Istana Maimun adalah sejarah, kondisi fisik dan identitas. Elemen-elemen tersebut dapat terlihat pada respon pengunjung terhadap keunikan yang dimiliki Istana
Maimun. berdasarkan respon tersebut dapat diketahui bahwa Istana Maimun termasuk kedalam kategori sense of place tinggi.
Adapun elemen sense of place yang memiliki tingkat kontribusi yang tinggi berdasarkan pengamatan dan analisa yang telah dilakukan adalah elemen persepsi yaitu pengalaman dan elemen makna simbolis yaitu identitas. Elemen pengalaman yang terdapat di Istana Maimun berhasil memberikan pengalaman kembali ke masa lampau terhadap pengunjung. Latar belakang sejarah istana Maimun dan keunikan arsitekturnya mampu memberikan kesan kembali ke masa lampau kepada pengunjung.
Selain itu, atraksi budaya yang terdapat di Istana Maimun dapat memperkuat kesan kembali ke masa lampau.Sedangkan pada elemen identitas yang terdapat di Istana
87
Universitas Sumatera Utara 88
Maimun dapat dinilai dari keunikan yang menjadidaya tarik utama Istana Maimun, yaitu penerapan arsitektur bangunannya. Percampuran gaya arsitektur pada bangunan
Istana Maimun,dapat menggambarkan kemakmuran kesultanan Deli pada masa lampau. Selain itu, keberadaan benda-benda peninggalan yang terdapat di Istana
Maimun berkontribusi untuk memperkuat identitas Istana Maimun.
Adapun berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap potensi elemen sejarah pada kawasan Istana Maimun kurang maksimal ditonjolkan. Kurang maksimalnya Informasi maupun edukasi mengenai sejarah dan budaya di kawasan
Istana Maimun menjadikan elemen sejarah memiliki kontribusi rendah dalam peningkatan pariwisata heritage di Istana Maimun. Pihak Istana Maimun kurang maksimal dalam hal pemberian informasi atau edukasi mengenai sejarah di kawasan
Istana Maimun. Apabila pemberian informasi atau edukasi mengenai sejarah Istana
Maimun dikembangkan, maka akan meningkatkan minat dan pengetahuan dalam diri pengunjung terhadap Istana Maimun. Dengan meningkatnya minat dan pengetahuan pengunjung terhadap sejarah Istana Maimun, maka akan terbentuk rasa hormat, bangga dan kagum pada diri pengunjung.
6.2 Saran
Elemen sejarah perlu dimaksimalkan dikarenakan potensi apabila elemen sejarah telah maksimal akan semakin menarik perhatian pengunjung dan memberi edukasi bagi pengunjung mengenai sejarah Istana Maimun.
Elemen kondisi fisik perlu dimaksimalkan agar lingkungan Istana Maimun dapat tertata dan mencerminkan sebuah Istana yang memiliki wibawa. Seperti area luar (eketerior)
Universitas Sumatera Utara 89
Istana Maimun untuk dilakukan penataan lansekap sehinga eksterior Istana Maimun menjadi fungsional dan terlihat estetik.
Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dan menjadi referensi bagi pihak pengelola
Istana Maimun dan stakeholder untuk meningkatkan pariwisata heritage di kota Medan.
Kajian literatur pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji sense of place dan pariwisata heritage.
Universitas Sumatera Utara 90
DAFTAR PUSTAKA
A Gerungan, (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama
A Marisa., N A Yusof. (2020). Identifying attributes for measuring design professionals’ work quality in project delivery process. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
Ardoin, N.M., J.S. Schuh, and R.K. Gould. (2012). Exploring the dimensions of place: a confirmatory factor analysis of data from three ecoregional sites. Environmental Education Research 18(5): 583–607
Asmyta Surbakti.(2012). Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan: Sebuah Kajian Budaya. Denpasar
Azaryahu, M., & Kellerman,A.(1999). Symbolic places of national history and revival: a study in Zionist mythical geography. Royal Geographical Society,24, 109-123.
Azhari, Mohamed. (2012). Public perception: heritage building conservation in Kuala Lumpur. Procedia-Journal of Social and Behaviour Sciences, 50, 271- 279
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bell, M. (1999). Volunteering: underpinning social action in civil society for the new millennium. In Civil society at the millennium [contributors, Marcus AkuhataBrown, et al]; published in cooperation with CIVICUS. Kumarian Press, Inc., Connecticut, USA. pp.27-41.
Bowlby, J. (1988). A Secure Base, Routledge, London.
Carmona, M., & Tiesdale, S. (2007). Urban dessign reader. London: Architectural Pres.
Castello L 2006 City & Time And Places: Bridging The Concept Of Place To Urban Conservation Planning City & Time vol 2 (Centre for Advanced Studies in Integrated Conservation) p 59- 69
Chiara Rollero, Norma De Piccoli. (2010). Place attachment, identification and environment perception: An empirical study. Journal of Environmental Psychology 30.198–20
90
Universitas Sumatera Utara 91
Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar
Edson, G. (2004). Heritage: Pride or passion, product or service? International Journal of Heritage Studies 10 (4), 333–348.
Farnum, J., Hall, T., & Kruger, L. E. (2005). Sense of place in natural resource recreation and tourism: An evaluation and assessment of research findings. Portland: USDA Pacific Northwest Research Station
Fauziah, A & Kurniawati, W. (2013). Kajian Sebaran Ruang Aktifitas Berdasarkan Sense of Place (Rasa pada Tempat) Pengguna di Pecinan Semarang. Jurnal Ruang- Vol. 1 No. 1
Félonneau, M. (2004). Love and loathing of the city: Urbanophilia and urbanophobia, topological identity and perceived incivilities. Journal of Environmental Psyechology, 2, 43–52.
Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young People in Heritage Conservation. Brisbane: Hall and Jones Advertising
Ghony, M.D. dan Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Ginting, N. (2016). How Self-Efficacy Enhance Heritage Tourism in Medan Historical Corridor,Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences 234 . 193-200
Ginting, N., & Veronica, S. (2016). Pariwisata Berbasis Masyarakat Pasar Buah Berastagi. Prosiding Temu Ilmiah Iplbi 2016, C 035- C 042.
Giuliani, M. V. (2003). Theory of attachment and place attachment. In M. Bonnes, T. Lee, and M. Bonaiuto (Eds.), Psychological theories for environmental issues (pp. 137-170). Aldershot: Ashgate.
Gooch, M. (2002). A sense of place: ecological identity as a driver for catchment volunteering. Australian Journal on Volunteering 8(2): 23–32.
Groat, Linda., & Wang, David, 2002, Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc, New York.
Grossman HJ (1983) Classification in mental retardation. American Association on Mental Deficiency, Washington, DC
Universitas Sumatera Utara 92
Hall,C. M. and H. Zeppel (1990). History, Architecture, Environment: Cultural Heritage and Tourism : Journal of Travel Research 1990 29: 54.
Hashemnezhad, H, Yasdanfar, Abbas, S, Heidari, Akbar, A, Nazgol, B. (2013). Comparison the Concepts of Sense of Place and Attachment to Place in Architectural Studies. Australian Journal of Basic and Applied Sciences
H.Casakin,B.Hernández,C.Ruiz. (2015). Place attachment and place identity in Israeli cities: The influence of city size .Cities 42. 224–230.
Jafari, Jafar.(1977).Editor's Page. Annals of Tourism Research..)
Jansen-Verbeke, M., Vandenbroucke, S., & Tielen, S. (2005). Tourism in Brussels, capital of the ’New Europe’. The International Journal of Tourism Research, 7(2), 109-122.
Jérôme Monnet. (2011). The symbolism of place: a geography of relationships between space, power and identity. European journal of geography,562.
Jin Huh & Muzaffer Uysal. (2004). Satisfaction with Cultural/ Heritage Sites. Journal of Quality Assurance in Hospitality & Tourism, 4:3-4, 177-194.
Jorgensen, B.S., and R.C. Stedman. (2001). Sense of place as an attitude: Lakeshore owners’ attitudes toward their properties. Journal of Environmental Psychology 21: 233– 248.
Jorgensen, B.S., and R.C. Stedman. (2001). A comparative analysis of predictors of sense of place dimensions: Attachment to, dependence on, and identification with lakeshore properties. Journal of Environmental Management 79. 316–32.
Knudsen, Daniel C., & Greer, Charles E. (2008). Heritage tourism, heritage landscapes and wilderness preservation: the case of National Park Thy. Journal of Heritage Tourism, 3(1), 18-35.
Kozark, M. & Rimmington, M. (2000). Tourist Satisfaction with Mallorca, Spain, as an Off-season Holiday Destination. Journal of Travel Research, 38(3): 260-269.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
L Sinar. (1991). Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu, 1991. 54
Universitas Sumatera Utara 93
Mapp,T. 2008. Understanding phenomenology : the lived experience. Bristish Journal of MOdwifery, May 2008, vol16, no.5
M. Najafi dan M.Kamal Bin Mohd.Shariff. (2011). The Concept of Place and Sense of Place in Architectural Studies. International Journal of Human Social Sciences, vol 6, no.3, pp.187-193
Murjana, I Gusti Wayan. (2011). Simpul-simpul Ekonomi Penunjang Pelestarian Pusaka Kota Denpasar Pada Kawasan Zona Z. .BAPPEDA Kota Denpasar. Pelawa Sari Denpasar. pp 71-82.
Nisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Peterson, G. G., & Saarinen, T. F. (1986). Local Symbols and Sense of Place. The Journal of Geography, 85(164-168).
Qazimi, Shukran. 2014. “Sense of Place and Place Identity.” European Journal of Sosial Sciences Education and Research 1 (1): 306–10.
Richards, G. (2001). Cultural attractions and European Tourism. CABI Publishing. Oxon, United Kingdom.
Roztamzadeh, M.R.N., C.B, Anantharaman, Yoon kin Tong. (2012). Sense of Place on Expatriate Mental Health in Malaysia . International Journal of Social Science and Humanity
Sani RM, Mahasti P. 2012. Regeneratig regional identity for sustainable tourism development case study: Eslami Islan, Iran. Procedia- Social and Behavioral Science 35(2012): 523-530.
Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika
Scannell, L., & Gifford, R. (2010). Defining place attachment: A tripartite organizing framework. Journal of Environmental Psychology, 30, 1–10.
S. Shamai. (1991).Sense of place: An empiric measurement. Geoforum, vol. 22, no. 3, pp. 347-358, 1991.
Shuwen Liu & Lewis T. O. Cheung (2016): Sense of place and tourism business development, Tourism Geographies, DOI: 10.1080/14616688.2016.1149513
Universitas Sumatera Utara 94
Stedman, R. (2002). Toward a social psychology of place: Predicting behaviour from place-based cognitions, attitude, and identity. Environment and Behaviour, 34, 561–581.
Stedman, C.R. (2003). Is It Really Just a Social Construction?The contribution of the physical environment to sense of place.Society and Natural Resources, 16, 671-685. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Takari, M., B.S. Zaidan dan M. Fadlin Dja’far. (2012)Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya, Terbitan Pertama. USU Press : Medan.
Timothy, D. J., & Boyd, S. W. (2003). Heritage Tourism. Harlow: Prentice Hall. Ujang, Norsidah. 2010. “Place Attachment and Continuity of Urban Place Identity.” ProcediaSocial and Behavioral Sciences. Vol.49, pp.156-167
United Nations world tourism Organization. (2008). Tourism satellite account: Recommended methodologi- cal framework.
Warpani, Suwardjoko P. (2007). Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung : Penerbit ITB.
Williams, S. (2003). Contemporary Human Geography Series. Tourism Geography, Routledge.
Universitas Sumatera Utara 95
LAMPIRAN 1- KUESIONER ONLINE (WISATAWAN) KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE
PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN MEDAN
Kuesioner ini disebarkan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang berjudul “ Kajian Sense of Place Terhadap Pariwisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun Medan” dengan tujuan untuk menyelesaikan tesis pada Maister Teknik Arsitektur, bidang studi Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Terimakasih atas Partisipasinya
Email address*
______
No hp
______
1. Nama anda
______
2. Umur anda
< 10 tahun
11 - 20 tahun
21 - 40 tahun
> 40 tahun
3. Alamat Tinggal/Domisili*
Universitas Sumatera Utara 96
Kota Medan
Other
4. Pendidikan terkahir*
SD SARJANA (S1) DOKTOR (S3)
SMP DIPLOMA
SMA MASTER (S2)
5. Status Pekerjaan*
Pelajar/Mahasiswa
Pegawai Negeri/Bumn
Pegawai Swasta
Karyawan/Buruh
TNI/PORLI Pengusaha
Ibu Rumah Tangga
6. Berapa kali anda sudah mengunjungi Istana Maimun Medan
?
Belum Pernah
1 Kali
2 kali
> 2 kali
7. Apa tujuan anda mengunjungi Istana Maimun Medan ?
Melakukan penelitian terkait dengan bangunan
Universitas Sumatera Utara 97
Sekedar Menikmati fasilitas, duduk dan melihat-lihat
Memburu Souvenir dan jajanan khas Melayu
Mengenang sejarah Istana Maimun
Mengenang sejarah Kejayaan Kesultanan Deli
Other ______
8. Berapa lama anda berada pada kawasan Istana Maimun Medan ?
< 1 Jam 1 - 2 jam
< 2 jam
2. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Responden dapat memberikan jawaban dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Hanya satu jawaban saja yang dimungkinkan untuk setiap pertanyaan. Pada masing-masing pertanyaan terdapat lima alternatif jawaban yang mengacu pada teknik skala Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Netral (N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Data responden dan semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya,oleh sebab itu dimohon untuk mengisi kuesioner dengan sebenarnya dan seobjektif mungkin.
No. Pertanyaan STS TS N S SS
Universitas Sumatera Utara 98
a. Persepsi
1. Apakah kemegahan Istana Maimun 1 2 3 4 5 memberikan perasaan bangga ? 2. Apakah Benda-benda peninggalan kesultanan 1 2 3 4 5 Deli yang terdapat di Istana Maimun memberikan perasaan bangga ? 3. Apakah pertunjukkan seni budaya Melayu 1 2 3 4 5 yang dipertunjukkan di Istana Maimun memberikan perasaan bangga ? 4. Apakah ketika memasuki kawasan Istana 1 2 3 4 5 Maimun mampu memberikan pengalaman kembali ke masa lampau ? 5. Apakah benda-benda peninggalan yang 1 2 3 4 5 terdapat di Istana Maimun dapat memberikan pengalaman dan memori tentang kesultanan Deli di masa lampau ? 6. Apakah kebudayaan Melayu yang masih 1 2 3 4 5 diterapkan seperti tarian melayu dan pertunjukkan musik diadakan di Istana Maimun dapat memberikan pengalaman kembali ke masa lampau ? b. Makna Simbolis
1. Apakah informasi mengenai sejarah Istana 1 2 3 4 5 Maimun yang diterima dapat memberikan gambaran tentang kehidupan dan kejayaan kesultanan Deli di masa lampau ? 2. Apakah informasi mengenai benda-benda 1 2 3 4 5 peninggalan kesultanan Deli dapat memperkuat sejarah yang dimiliki Istana Maimun ? 3. Apakah informasi terhadap sejarah mengenai 1 2 3 4 5 budaya dan legenda yang terdapat di istana maimun menarik untuk dipromosikan ? 4. Apakah gaya arsitektur bangunan Istana 1 2 3 4 5 merupakan daya tarik utama untuk mengunjungi Istana Maimun ?
Universitas Sumatera Utara 99
5. Apakah benda-benda peninggalan kesultanan 1 2 3 4 5 Deli yang terdapat di Istana Maimun masih terjaga dengan baik ? 6. Apakah secara visual Istana Maimun berhasil 1 2 3 4 5 mempresentasikan budaya Melayu ? 7. Apakah keberadaan Istana Maimun dapat 1 2 4 5 menjadi Identitas karena keunikan yang dimilikinya yaitu dari segi arsitektur bangunannya dan sejarah yang dimilikinya 8. Apakah benda-benda peninggalan di istana 1 2 3 4 5 Maimun dapat memperkuat kekhasan budaya Melayu yang dimilikinya ? 9. Apakah pertunjukkan music dan tarian yang 1 2 3 4 5 ditampilkan di Istana Maimun dapat memperkuat kekhasan budaya Melayu yang dimilikinya ?
LAMPIRAN-3 RESPONDEN (MASYARAKAT LOKAL)
No. Nama Responden No. Telp/Email/ sosial media
1. Aisyah Sofyan 081263031805
2. Devi Anisa Puteri Tarigan 085261956973
3. John Rohim Putera Tarigan 081263199228
4. Ahmad Effendy Tarigan 081361675725
5. Aprilia Suci Anita Putri 085275341337
6. Anhanifatiah Rahmi Putri 081990501608
7. Muhammad Adil 083169671813
8. Muhammad Ichsan Achdi 087888451124
9. Rita Syahputri 082274941703
10 Yeni Chairiah 081366078998
Universitas Sumatera Utara 100
11. Friza Kinanti Rambe 081260358888
12. Syahidullah Habibie 082168968187
13. Agustina Simbolon 082277528882
14. Muhammad Ichsan 085230071729
15. Lailatul Fitri 089636720835
16. Ayu Mulyani 082364447028
17. Reihana 089531407474
18. Ramadhani Raz 0812622497490
19. Miftahurrahmi 085833979336
20. Syafiqah Ramadhani 08972705901
21. Habibie Lubis 081321199040
22. Nizar Simatupang 081376519077
23. Muhammad Hafiz Maulana 087738165436
24. Desi Qomariah 081534407749
25. Nel Susanti Lombu 085362904149
26. Rindia Ali Santi 083197126485
27. Silvia Arisda 081216026456
28. Chintya D Hasibuan 085275150494
29. Renia Syah Sinaga 08566584010
30. Siti RAhma Aritonang 082132941497
31. Yaumil Hafsah 081360827091
32. Ari Cakra 088260287806
Universitas Sumatera Utara 101
33. Sharfina Chaniago 085206455475
34. Defi Charunnisa 085297220880
35. Desi Khairunnisa 082165105857
36. Lia Armaya 082272063855
37. Abdul Aziz Baharuddin 082280320310
38. Ainil Marwiyah 081232489275
39. Okta Ulfani 082304114044
40. Khairina Qisthia 081361011397
41. Yusfirza Syafrina 081360578979
42. Sabila Zathisa 085372973667
43. Fuji 089528270600
44. Banu Priya 081260726772
45. Olyvia Putri Wardhani 085297202164
46. Aisyah Zulfan 085760520872
47. Novy Soraya 087867978630
48. Sofia Fazila 085358331589
49. Yuyun Arnaz 082167865559
50. Anif Abdillah 081397886411
LAMPIRAN-4 RESPONDEN (WISATAWAN)
No. Nama Responden No. Telp/Email/ sosial media
1. Try Ulfa Utami 081361995523
Universitas Sumatera Utara 102
2. Ade Permata Rizki 081361988894
3. Ira Francisca Marbun 081264311696
4. Jodhy Karta Yudha 081313217342
5. Selly Veronica 082167766693
6. Brema Tarigan 082166842134
7. Eduardo Gabe 085261586159
8. Rejeki Bastanta 082166131542
9. Ananda Surya Mulyadi 081995248989
10. Muhammad Shiddiq 08129345720
11. Ulia Safitri 085277623303
12. Wahyu Prasetyo 082215231710
13. Chairul Muslim 081277951146
14. Endri Mutia Zuhra 089660360717
15. Mizratul Aini 085365966014
16. Diyo Akmal 081360393695
17. Ananda Zulfan 081227978945
18. Nanda Fitria 083811427237
19. Rahmad Juliardi 082166155640
20. Muhammad Iqbal Bancin 085837941636
21. Meinita Tarigan 085603000094
22. Febriyanti Sinaga 085362111292
23. Rianly Catra Nugraha 082384107106
Universitas Sumatera Utara 103
24. Muhammad Reza Fahlevi 082273894592
25. Ribka Sianipar 085761422640
26. Veby Aulia Aziz 081266587607
27. Hartanto Pramudyo 081617672042
28. Nurul Husna 0895601623657
29. Nindya Yunita 081376824693
30. Rizky Wibawa 081260656295
31. Ade Rizki Fitra 085211871437
32. Fitri Atmanegara Sinaga 085270962959
33. Nur Amirah 082282673719
34. Rizky Franchitika 085761562213
35 Hasnety Sofyan 081397066906
36. Rizka Fadhilla 081269189168
37. Corrie EZ 0895326353382
38. Fitri Marlina 08994947904
39. Anna Claudia 081375828920
40. Nanda Fitria 083811427237
41. Tengku Haniza 085761131264
42. Edi Syahwaner 081219192779
43. Tursina Dahliani 081370982717
44. Yolanda Renata 08197276818
45. Ronaldo lubis 082299450702
Universitas Sumatera Utara 104
46. Dameria Berutu 081362626712
47. Rayaken Ginting 081263333896
48. Sri Nilawati 085664184984
49. Sorta Ida Sianipar 082168281205
50. Sri Wardani 081396976877
LAMPIRAN-5 INFORMAN KUNCI
No. Karakteristik Sampel Nama Nomor Telepon
1. Budayawan Dra.Misnah Shalihat 08126565384 M.Hum
Tengku Moharsyah 08128663866 Nazmi 2. Akademisi Asmyta Surbakti 085761921263
3. Kabid Pemasaran Muchlis Nasution 08126376711 Dinas Pariwisata Sumut 4. Kabid SDM Yayasan Tengku Muhammad 0 Sultan Ma’moen Al Dicky Rasyid 5. Ketua DPD Asita Solahuddin Nasution 085277722278 Sumut 6. Tokoh Masyarakat Brigjen (Purn) 0811643695 Mochammad Ali Imran Siregar, MM
Universitas Sumatera Utara 105
LAMPIRAN-7 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Variabel Indikator Pertanyaan Persepsi Sikap Sikap seperti apakah yang telah dilakukan dalam rangka pelestarian Istana Maimun sehingga dapat meningkatkan pariwisata heritage di kawasan Istana Maimun ?
Sikap seperti apa yang telah dilakukan dalam rangka menjaga peninggalan sejarah di Istana Maimun ? Sikap seperti apakah yang telah dilakukan untuk mempertahankan budaya yang dimiliki di Istana
Maimun ? Pengalaman Pengalaman seperti apa yang akan diperoleh pengunjung ketika memasuki kawasan Istana Maimun ? Pengalaman seperti apa yang akan diperoleh pengunjung ketika memasuki bagian dalam Istana Maimun ? Pengalaman yang berkaitan dengan budaya seperti apa yang akan dijumpai pengunjung ketika memasuki Istana Maimun ? Makna Sejarah Apakah sejarah yang dimiliki Istana Simbolis Maimun berpengaruh terhadap area luar (eksterior) Istana Maimun ? Apakah sejarah yang dimiliki Istana Maimun berpengaruh terhadap interior Istana Maimun ? Apakah sejarah kebudayaan mengenai Istana Maimun merupakan daya tarik bagi pengunjung dan seberapa besar pengaruhnya ? Kondisi Fisik Bagaimana kondisi fisik eksterior kawasan Tempat Istana Maimun dan pengaruhnya terhadap pengunjung maupun masyarakat sekitar ?
Universitas Sumatera Utara 106
Variabel Indikator Pertanyaan Bagaimana kondisi fisik interior Istana Maimun dan pengaruhnya terhadap pengunjung maupun masyarakat sekitar ? Apakah kondisi fisik Istana Maimun yang sekarang mempengaruhi kebudayaan yang dimiliki Istana Maimun ? Identitas Apakah keberadaan Istana Maimun dapat menjadi identitas bagi kota Medan ? Apakah bagian Interior Istana Maimun dapat memperkuat identitas Istana Maimun itu sendiri ? Apakah bagian kebudayaan yang dimiliki Istana Maimun dapat memperkuat identitas Istana Maimun itu sendiri ?
LAMPIRAN-8 UJI VALIDITAS (MASYARAKAT LOKAL)
Dari hasil analisis diperoleh nilai skor item dan skor jumlah. nilai yang diperoleh dari skor item dan skor jumlah dibandingkan dengan r tabel. R tabel dicari pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n =20, maka diperoleh r tabel sebesar
0.444. jika r hasil analisis kurang dari (<) r tabel, maka kesimpulannya adalah item- item tersebut tidak valid.
Tabel Rangkuman Uji Validitas Sense of Place terhadap Masyarakat Lokal
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi 1 0,636 ≥ 0.444 VALID 2 0,636 ≥ 0.444 VALID
3 0,611 ≥ 0.444 VALID
4 0,781 ≥ 0.444 VALID
5 0,690 ≥ 0.444 VALID
Universitas Sumatera Utara 107
6 0,751 ≥ 0.444 VALID
7 0,690 ≥ 0.444 VALID
8 0,722 ≥ 0.444 VALID
9 0,684 ≥ 0.444 VALID
10 0,501 ≥ 0.444 VALID
11 0,521 ≥ 0.444 VALID
12 0,657 ≥ 0.444 VALID
13 0,686 ≥ 0.444 VALID
14 0,489 ≥ 0.444 VALID
15 0,690 ≥ 0.444 VALID
LAMPIRAN-9 UJI VALIDITAS (WISATAWAN).
Tabel Rangkuman Uji Validitas Sense of Place terhadap Wisatawan.
No. Butir R Hitung Keterangan Interpretasi 1 0,950 ≥ 0.444 VALID 2 0,770 ≥ 0.444 VALID
3 0,598 ≥ 0.444 VALID
4 0,801 ≥ 0.444 VALID
5 0,707 ≥ 0.444 VALID
6 0,800 ≥ 0.444 VALID
7 0,754 ≥ 0.444 VALID
8 0,899 ≥ 0.444 VALID
9 0,551 ≥ 0.444 VALID
Universitas Sumatera Utara 108
10 0,501 ≥ 0.444 VALID
11 0,517 ≥ 0.444 VALID
12 0,753 ≥ 0.444 VALID
13 0,848 ≥ 0.444 VALID
14 0,774 ≥ 0.444 VALID
15 0,790 ≥ 0.444 VALID
Universitas Sumatera Utara