i

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL DALAM SUJUD, DIA MENYENTUHKU KARYA FAHRI F. FATHONI DAN PENERAPANNYA PADA PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMK PATRIOT PITURUH

SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Novita Anggraini NIM 122110084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017

i ii

iii

iv

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO “Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong”. (QS An-Nahl: 22)

“Dan Tuhanmu berfirman: “ Berdoalah kepada-ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah- Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS Al-Mu’min: 60)

PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang sudah membantu dan memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan. 2. Fahri F. Fathoni melalui karyanya skripsi ini tercipta.

v

vi

PRAKATA

Alhamdulillah wa syukurillah. “Nilai Moral Dalam Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni dan Penerapannya pada Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMK Patriot Pituruh” dapat terselesaikan. Tiada kata yang kecuali puji syukur bagi Allah Swt yang telah memberikan petunjuk, kemudahan, dan pertolongan pada peneliti. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, peneliti perlu menyampaikan untaian kata terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. H. Khabib Sholeh, M. Pd. Selaku pembimbing I dan Suci Rizkiana, M. Pd. Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan penuh kesabaran dan penuh ketelitian. 5. Semua dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat. 6. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu Bapak Rohmat, Ibu Sri Wahyuni, Kakak Wahyu Nugroho, Kakak Untung Setyawan dan Calon Suami Adi Nur Cahyo.

vi

vii

viii

ABSTRAK

Novita Anggraini. “Nilai Moral Dalam Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni dan Penerapannya pada Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMK Patriot Pituruh”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: unsur intrinsik, nilai-nilai moral, dan skenario pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. Objek penelitian ini adalah nilai-nilai moral dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa isi keseluruhan teks Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi yang menggabungkan data dan sumber data yang telah ada. Penyajian hasil analisis data menggunakan teknik informal yang menggunakan kata-kata biasa dan dipahami oleh pembaca. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni meliputi: Tema novel ini adalah kisah anak yang dititipkan dipanti asuhan yang kemudian diangkat oleh orang tua yang tidak memiliki anak. Tokoh utama Layla Qonita memiliki sifat sabar dalam menghadapi hidup yang begitu berat. Alur yang digunakan dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku adalah alur maju. Latar dalam novel ini terdiri dari latar tempat yang berisi dimana saja kejadian itu berada, latar waktu berisi kapan kejadian terjadi, dan latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial dalam masyarakat. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona ketiga “dia” mahatahu, dan gaya bahasa berisi cara pengarang untuk mendapatkan ciri khasnya. Nilai-nilai moral dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni meliputi empat aspek. Hubungan manusia dengan Allah, hubungan ini berdasarkan pada perilaku atau cara seseorang berhubungan dengan Allah, misalnya: shalat, doa, dan bersyukur. Hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan ini erat kaitannya dengan perilaku seseorang, misalnya: sabar dan pemaaf. Hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan ini erat kaitannya antara manusia dengan manusia, misalnya: tolong menolong, dan saling menghormati dan menghargai. Hubungan manusia dengan alam, perilaku manusia untuk mengagumi keindahan dan keagungan ciptaan Allah. Penerapan pada pembelajaran berisi langkah- langkah yang meliputi: menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku, menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku. Kegiatan refleksi, yaitu guru memberikan penguatan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa, dan pemberian tugas struktur.

Kata kunci: unsur intrinsik, nilai-nilai moral, dan penerapan pada pembelajaran apresiasi sastra di SMK.

viii

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN ...... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ...... v PRAKATA ...... vi ABSTRAK ...... viii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR LAMPIRAN ...... xii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Penegasan Istilah ...... 5 C. Identifikasi Masalah ...... 6 D. Batasan Masalah ...... 7 E. Rumusan Masalah ...... 7 F. Tujuan ...... 8 G. Manfaat Penelitian ...... 8 H. Sistematika Skripsi...... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ...... 12 A. Tinjauan Pustaka ...... 12 B. Kajian Teoretis ...... 14

BAB III METODE PENELITIAN...... 35 A. Fokus Penelitian ...... 35 B. Data dan Sumber Data ...... 35 C. Instrumen Penelitian ...... 36 D. Uji Validitas Data ...... 37 E. Teknik Analisis Data ...... 38 F. Penelitian Penyajian Hasil Analisis ...... 38 G. Penegasan Penyajian Hasil Analisis Data ...... 35

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ...... 40 A. Penyajian Data ...... 40 1. Unsur Intrinsik Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni ...... 40 2. Nilai-Nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni...... 42

ix

x

3. Penerapan Pembelajaran Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni...... 43 B. Pembahasan Data ...... 49 1. Unsur Intrinsik Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni ...... 49 2. Nilai-Nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni...... 74 3. Penerapan Pembelajaran Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni...... 85

BAB V PENUTUP ...... 99 A. Simpulan ...... 99 B. Saran ...... 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sajian Data Unsur Instrinsik Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri. Fathoni ...... 41

Tabel 2. Nilai-Nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni ...... 42

xi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Sinopsis Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni

Lampiran 2:Biografi Pengarang

Lampiran 3:Silabus

Lampiran 4:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 5:Kartu Bimbingan Skripsi

xii

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Sastra berasal dari bahasa kesusastraan yang artinya segala sesuatu

yang kaitan dengan keindahan. Sastra sendiri merupakan tulisan atau

karangan yang mengandung nilai-nilai keindahan. Karya sastra berupa fiksi

menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya

dengan Tuhan. Karya sastra berupa fiksi merupakan hasil dialog

komplementasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan.

Walau berupa khayalan,tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja

lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens,

perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan,perenungan yang

dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan

karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi

kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan

sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan

sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan.

Oleh karena itu,bagaimanapun fiksi merupakan sebuah cerita dan

karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada

1 2

pembaca di samping dengan adanya tujuan estetik. Betapapun syaratnya pengalaman dan permasalahan kehidupaan yang ditawarkan sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap menggunakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tak langsung dapat pelajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Hal itu disebabkan cerita fiksi tersebut akan mendorong pembaca untuk merenungkan masalah hidup dan kehidupan. Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau kesastraan pada umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai

“memanusiakan manusia”.

Kehadiran karya sastra sebagai hasil cipta sastrawan tidak saja lahir dari fenomena-fenomena kehidupan nyata, tetapi datang dari kesadaran bahwa karya sastra sebagai suatu yang imajinatif dan fiktif. Di samping itu juga adanya pengembangan ekspresi sehingga tercipta karya sastra. Seorang sastrawan dalam menciptakan keindahan juga berkeinginan untuk menyampaikan pikiran, pendapat, dan saran terhadap sesuatu. Apa yang akan disampaikan pengarang itu merupakan nilai yang dapat kita ambil dari karya sastra tersebut.

Karya sastra merupakan karya imajinatif yang digunakan pengarang dalam bentuk tulisan yang mempunyai nilai estetika. Karya imajinatif tersebut terlahir dari kreasi dan juga daya khayal pengarang. Karya sastra merupakan penjabaran kehidupan dan pengalaman (Nurgiyantoro,2010:3).

3

Karya sastra sebagai karya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia.

Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan karya sastra itu dapat memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia pada umumnya yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan,moral, sosial, dan religius.

Hal itu terjadi karena karya sastra bersifat multidimensi yang di dalamnya terdapat dimensi kehidupan, contohnya saja jenis karya sastra berupa novel.

Pada saat ini, perkembangan novel di Indonesia sedang mengalami kemajuan.

Hal ini ditunjukkan dengan munculnya beraneka macam novel-novel sastra yang mengangkat cerita-cerita yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini (Nurgiyantoro, 2012: 17).

Novel berfungsi sebagai manifestasi pengolahan jiwa pengarang terhadap peristiwa yang ditemui dan dihayati dalam mayarakat akan selalu memberikan sumbangan yang tidak ternilai harganya. Pengarang juga dapat memberikan pemikiran baru pada berbagai aspek kehidupan yang menyebabkan timbulnya sebuah sikap dalam menilai suatu permasalahan.

Moral dalam novel sangat penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan moral merupakan akhlak yang sangat pribadi bagi seseorang. Diantaranya yaitu akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan. Karena akan mempengaruhi segala perilaku dan sikap atau orang-orang itu dalam kehidupan sehari-hari.

4

Moral yang terdapat dalam novel di atas sangat penting dan perlu dilakukan bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan tentang pesan moral yang sering terjadi munculnya norma-norma baru kehidupan dalam masyarakat. Seseorang akan dikatakan mempunyai moral yang baik jika dapat ditunjukkan dengan tingkah laku dan perbuatan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

Novel tersebut dapat dijadikan sebagai media alternatif materi pembelajaran sastra di sekolah. Khususnya dalam apresiasi novel karena novel ini mengandung nilai moral yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, dan alam. Beberapa nilai keteladanan yang terdapat dalam novel dapat dijadikan panutan atau masukan bagi pembacanya, khususnya dalam pembelajaran.

Nilai moral yang terdapat dalam novel dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Guru bahasa dan sastra Indonesia sebagai tenaga pendidik dapat dijadikan pengarah untuk mengajarkan nilai moral melalui karya sastra. Oleh karena itu, tugas guru tidak sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk dan membimbing peserta didiknya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan beretika. Melalui novel guru dapat mengajarkan sastra dengan memilih novel yang mengandung nilai moral yang hasilnya dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki kepribadian yang baik.

5

Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku di dalam pembelajaran sastra

di SMK, diharapkan dapat menambah khasanah tentang nilai moral. Selain

itu, pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku di SMK juga dapat

menambah dan meningkatkan apresiasi sastra.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik menganalisis

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni berkaitan

dengan moral. Hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMK hasil

analisis novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni

diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembelajaran di SMK.

B. Penegasan Istilah

Proposal skripsi ini berjudul “Nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni dan Skenario Pembelajaran di SMK.

Berdasarkan judul proposal skripsi di atas maka peneliti menegaskan

beberapa istilah, yaitu:

1. Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam

jangka yang lebih panjang). Terjadi konflik-konflik di dalam novel yang

akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para

pelakunya.

2. Moral adalah adat istiadat, sopan santun, dan perilaku yang telah di miliki

oleh setiap manusia dalam meyakini tentang benar dan salah, baik dan

buruk yang mendasari tindakan atau pemikiran seseorang.

6

3. Nilai adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam sebuah novel.

Penulis dalam penelitian ini menganalisis tentang suatu novel atas unsur-

unsur intrinsiknya, sedangkan unsur intrinsik yang akan diurai atau

dibedah disini dibatasi pada pesan-pesan pokok yang bernilai moral.

4. Dalam Sujud, Dia Menyentuhku adalah novel karya Fahri F. Fathoni yang

diterbitkan oleh Penerbit DIVA Press(Anggota IKAPI), Yogyakarta,

cetakan pertama, Oktober tahun 2015 dengan tebal buku 252 halaman.

5. Skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang agar peristiwa

terjadi sesuai dengan yang diinginkan.

6. Pembelajaran adalah proses atau cara yang telah direncanakan sebelum

melakukan belajar untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan penjelasan dari istilah-istilah tersebut, maka dapat

diketahui maksud dan tujuan dari penelitian yang berjudul “Nilai Moral

dalam Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni dan

Skenario Pembelajaran di SMK” adalah sebagai referensi pembelajaran untuk

mengetahui moral yang dimiliki oleh tokoh Layla dan dapat dijadikan sebagai

bahan pembelajaran di SMK.

C. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah akan dibahas beberapa masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Tokoh utama selalu menunjukkan pesan moral yang terdapat di dalam

novel.

7

2. Tokoh utama sebagai media atau bahan pembelajaran untuk memancing

minat siswa dalam pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran sastra, banyak siswa kurang berminat untuk

mengikutinya. Dengan hal tersebut, peneliti akan menggunakan media

sastra seperti novel Dalam Sujud,Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni

sebagai bahan pembelajaran di SMK.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, batasan

masalah dalam menganalisis novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni terfokus pada tokoh dalam novel dengan menggunakan nilai

moral dan bagaimana skenario pembelajaran di SMK.

Aktifitas dalam penelitian ini meliputi: membaca, menulis, atau mencatat, menganalisis nilai moral dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni. Dengan membaca, menulis, atau mencatat peneliti akan mengetahui seberapa besar peningkatan dan keinginan siswa dalam pembelajaran novel.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian itu, peneliti merumuskan masalah-masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni?

8

2. Bagaimanakah nilai moral dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni?

3. Bagaimanakah penerapan pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni di SMK?

F. Tujuan

Tujuan penelitian merupakan salah satu faktor yang mendasari

peneliti untuk melakukan penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian

proposal ini adalah mendeskripsi:

1. unsur-unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni,

2. nilai moral dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni, dan

3. penerapan pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni di SMK.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni dibagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritetis dan

praktis.

1. Segi Teoretis

Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. menambah khazanah penelitian sastra,

9

b. sebagai acuan untuk memberi gambaran tentang cara menganalisis

karya sastra dengan tinjauan moral,

c. menyumbangkan pemikiran dan penelitian ilmiah mengenai sastra,

d. menambah wawasan pembaca dalam memahami makna karya,

khususnya isi novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni dan unsur nilai moral dalam karya sastra yang

membangunnya.

2. Segi Praktis

Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk peserta

didik, guru, sekolah dan peneliti selanjutnya.

a. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam

mengatasi kesulitan dan meneladani perilaku positif novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku.

b. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada para

pendidik dalam memilih bahan ajar dan memberikan alternatif strategi

pembelajaran sastra yang efektif untuk menumbuhkan rasa cinta

peserta didik pada karya sastra, khususnya novel.

c. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan

dalam mempersiapkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

sekolah.

10

d. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

mengembangkan penelitian berikutnya yang sejenis dengan penelitian

ini untuk lebih kritis lagi.

H. Sistematika Skripsi

Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran skripsi yang

disusun. Skripsi yang berjudul “Nilai Moral Novel Dalam Novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni dan Skenario Pembelajaran

di SMK. Skripsi terdiri atas lima bab, pada bagian awal terdiri atas sampul,

halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, moto dan

persembahan, prakata, daftar isi, dan abstrak.

Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, penegasan istilah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika hasil

penelitian.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis yang berisikan

teori-teori yang disajikan pedoman dalam melakukan pembahasan data hasil

penelitian

Bab III Metode penelitian berisi objek penelitian, fokus penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV penyajian dan pembahasan data. Penyajian data berisi data-

data tentang nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F.

11

Fathoni yang berupa kutipan-kutipan. Pembahasan data merupakan bentuk kajian terhadap data-data yang telah disajikan.

Bab V penutup, berisi simpulan dan saran. Selanjutnya, disertakan daftar pustaka, pada bagian akhir skripsi terdapat lampiran-lampiran yang mendukung penelitian, meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), kartu pencatat data, kartu bimbingan skripsi, surat keputusan penetapan dosen pembimbing skripsi, sinopsis novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku, dan biografi pengarang.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Pada bagian ini dibahas mengenai tinjauan pustaka dan kajian teoretis.

Tinjauan pustaka berisi uraian tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Kajian teoretis berisi uraian dan pendapat pakar yang memiliki kesesuaian dengan penelitian ini guna membantu proses pemahaman dan penjelasan tentang nilai moral dan skenario pembelajarannya.

A. Tinjauan Pustaka

Beberapa kajian tentang moral tersebut berbentuk skripsi antara yang

dilakukan oleh Ahmad Syaeful(2015), Basuseno Sugeng(2015), dan Cahyo

Adi Nugroho(2015).

Syaeful (2015) menulis penelitian berjudul “Nilai Pendidikan Moral

Pada Film Alangkah Lucunya Negeri IniKarya Musfar Yasin Dan Skenario

Pembelajarannya Dalam Pembelajaran Drama Di Kelas XI SMA”. Simpulan

yang disajikan pada penelitian ini antara lain pendeskripsian nilai pendidikan

moral yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan

moral yang berhubungan manusia dengan dirinya sendiri, nilai pendidikan

moral yang berhubungan antara manusia dengan manusia, dan nilai

pendidikan moral yang berhubungan antara manusia dengan alam.

Persamaannya dalam penelitian ini sama-sama mengkaji nilai moral adalah

12 13

sama-sama meneliti nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan

Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam. Perbedaannya, terletak pada objek penelitian yang mana Syaeful berobjek pada film dan penelitian saya pada novel.

Sugeng (2015) menulis penelitian berjudul “Analisis Nilai Moral

Pada Novel BUMI BIDADARI Karya Taufiqurrahman Al-Azizy Dan

Skenario Pembelajarannya Di Kelas XII SMA”.Simpulan yang disajikan dalam penelitian ini antara lain pendeskripsian nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan dirinya sendiri, nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan manusia, dan nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan alam. Persamaan penelitian Sugeng dan penelitian ini adalah sama-sama meneliti nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam. sama-sama mengkaji nilai moral. Perbedaannya terletak pada objek penelitian dimana penelitian Sugeng dan penelitian ini menggunakan novel yang berbeda.

Nugroho (2015) menulis penelitian berjudul “Analisis Nilai-Nilai

Moral Karena Anak Kandung KaryaM. Enri dan Skenario Pembelajaran di

Kelas XI SMA”. Simpulan yang disajikan dalam penelitian ini antara lain pendeskripsian nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA.

Persamaan penelitian Sugeng dan penelitian ini adalah sama-sama meneliti

14

nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan

manusia dengan manusia, hubungan manusia diri sendiri, dan hubungan

manusia dengan alam. sama-sama mengkaji nilai moral. Perbedaannya

terletak pada objek penelitian dimana penelitian Nugroho dan penelitian ini

menggunakan novel yang berbeda.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis ini peneliti menjelaskan tentang: (1)hakikat moral

yang meliputi: a)jenis moral, dan b) wujud pesan moral, (2)unsur intrinsik

dalam novel yang meliputi: tema, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar,

sudut pandang dan gaya bahasa, (3) dan penerapan pembelajaran di SMK.

1. Hakikat Moral

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan

pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya.Karya sastra fiksi

senantiasa memberikan pesan-pesan moral yang berhubungan dengan

sifat-sifat luhur kemanusiaan.Nurgiyantoro (2010: 321-322) “sifat-sifat

luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat universal, yang

artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenaran oleh

manusia”.Penuturan Nurgiyantoro tersebut menyatakan bahwa pesan

moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

pengarang tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itu yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca yang menyangkut nilai baik

15

buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan.

Menurut Bertens (dalam Zuriah, 2015: 17), “Bahwa etika adalah ilmunya sedangkan moral ada di dalam ilmu tersebut yang mengandung nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang”. Bertens dalam hal moral menyatakan bahwa moral ada di dalam ilmu etika, antara etika dan moral saling berkaitan.

Moral adalah adat istiadat,sopan santun,dan perilaku yang telah dimiliki oleh setiap manusia dalam meyakini tentang benar dan salah,baik dan buruk yang mendasari tindakan atau pemikiran seseorang. Jadi,moral sangat berhubungan dengan benar dan salah,baik buruk diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan keterangan oleh kedua pakar tersebut, moral adalah ilmu etika yang mengandung nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang, yang menjadi pegangan moral dalam sebuah karya sastra adalah pengarang. a. Jenis Moral

Menurut Nurgiyantoro (2010: 323) jenis ajaran moral itu sendiri

dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat tak terbatas,

serta mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan.Ajaran moral

tersebut mencakup permasalahan yang terdapat di sekitar kehidupan

manusia, bersifat tak terbatas dimaksudkan bahwa moral tidak hanya

16

terdapat pada baik dan buruk seseorang, dan moral biasanya terdapat pada persoalan-persoalan hidup seseorang dimana dia berada.

Menurut Wantah (2005) menyatakan bahwa jenis ajaran moral itu sendiri sesuatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk.Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2010) aspek nilai moral dapat dikelompokkanmenjadi empat, yaitu hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam:

1) Hubungan Manusia dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan yang

menghubungkan perasaan manusia dengan Allah berupa wujud

keterikatan batin manusia dengan Allah untuk melaksanakan

perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut menjadi

pegangan dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari sebagai

ketentraman dan kebahagiaan sehingga dalam tingkah laku selalu

berpedoman pada keyakinan terhadap Allah yang dipegang.

Hubungan manusia dengan Allah dapat terlihat melalui beberapa

tindakan antara lain: tindakan dan perilaku yang menunjukkan

shalat fardu, tindakan dan perilaku yang menunjukkan bersyukur,

dan tindakan dan perilaku yang menunjukkan bersabar.

17

2) Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri

Manusia belajar mengenal kehidupan melalui pengalaman

yang telah dialaminya. Pengalaman hidup tersebut dijadikan

pemikiran untuk bersikap, bertindak dan menempatkan diri dalam

kaitannya hidup dengan masyarakat.

3) Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia

Semua yang ada pada diri manusia bukan seutuhnya milik

pribadi, tapi semua yang dimiliki terdapat milik orang lain. Maka

dari itu, Allah memberikan pajak (sedekah) bagi setiap manusia,

hal itu ditunjukkan sebagai salah satu wujud rasa syukur terhadap

Allah dan bagi sesama manusia. Karena pada dasarnya manusia

tidak hidup sendiri, manusia membutuhkan manusia lain untuk

membantu dan saling bantu.

4) Hubungan Manusia dengan Alam

Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna diantara

ciptaan Allah yang lainnya.Karena itu manusia diberi akal dan

pikiran, maka dari itu Allah menjadikan manusia sebagai kholifah

di bumi. Karena, manusia dianggap mampu mengemban amanat

ini, amanat tersebut antara lain untuk menjaga alam yang telah

Allah ciptakan.

Berdasarkan keterangan oleh kedua pakar tersebut, bahwa jenis ajaran moral yang mencakup persoalan kehidupan mengenai perilaku

18

yang baik dan benar dan tidak ada hubungannya dengan kemampuan

yang dimiliki oleh setiap manusia. b. Wujud Pesan Moral

Setiap karya fiksi masing-masing mengandung dan menawarkan

pesan moral. Kenny (dalam Adiansyah, 2013: 23) menyatakan bahwa

“moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran

yang dihubungkan dengan ajaran moral tertentu yang diambil dan

ditafsirkan lewat cerita yang dibaca oleh pembaca”. Dalam hal ini

Kenny menjelaskan bahwa karya sastra memberikan ajaran moral

melalui cerita yang terkandung di dalamnya.Moral dapat mencakup

seluruh persoalan hidup dan kehidupan, persoalan tersebut menyangkut

harkat dan martabat manusia.

Menurut Atkinson moral dalam perwujudannya dapat berupa

peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji maupun

mulia.Hakikat Nilai dan Moral serta sosialisasinya dalam kehidupan

masyarakat. Tersedia: http// buddybubhu. Blogspot. Com/2010/09/

hakikat-nilai-dan-moral.

Berdasarkan kedua pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa

wujud moral kepada manusia dapat diberikan melalui cerita yang

mencakup persoalan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup

harkat dan martabat manusia baik yang terpuji maupun yang mulia.

19

2. Unsur Intrinsik dalam Novel

Menurut Nurhayati (2013: 9) unsur pembangun prosa fiksi meliputi

tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan bahasa.Unsur

pembangun tersebut untuk mengetahi kebenaran dalam fiksi yang

merupakan kebenaran yang di yakini pengarang.Karena fiksi hanya sebuah

rekaan atau cerita khayalan.Cerita yang disajikan tidak sungguh-sungguh

terjadi.Namun demikian rekaan tersebut tetap bertumpu pada jalan cerita

kemanusiaan yang di dalamnya kehidupan yang diidealkan pengarang.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Nurgiyantoro (2010:

37) hubungan antar unsur intrinsik bisa melalui bagaimana tema,

peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya

bahasa. Hubungan antar unsur jika digabungkan secara bersama akan

membentuk sebuah hubungan kemaknaan yang terpadu. Kemaknaan

tersebut misalnya, bagaimana hubungan peristiwa satu dengan lain, plot

yang tidak selalu kronologis (kesatuan waktu), kaitan tokoh dengan

penokohan, dengan latar, dan lain-lain.

Dari penjelasan kedua pakar tersebut,akan dijabarakan unsur-unsur

intrinsik pembangun karya fiksi prosa, yang memuat meliputi:

a. Tema

Stanton (2012: 36-37), “Tema merupakan aspek cerita yang

sejajar dengan “makna”. Makna dalam tema bisa berupa maksud,

pengaruh, hubungan dan cara dalam pengalaman manusia; sesuatu yang

menjadikan suatu pengalaman begitu diingat”. Tema merupakan makna

20

yang dikandung oleh sebuah cerita dan merupakan gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang menjadi dasar cerita.

Pendapat lain Nurgiyantoro (2010: 25), “Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita dan selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan”. Tema merupakan suatu gagasan sentral (pusat) dari sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam tulisan atau karya fiksi.Pengertian tema menurut Nurgiyantoro sejalan dengan pendapat

Nurhayati (2013: 9-10) “Tema dalam prosa senantiasa berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan pola tingkah laku berhubungan dengan permasalahanmanusia”. Misalnya cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan, dan sebagainya. Oleh karena itu, tema dari suatu novel biasanya berisi pandangan atau perasaan tertentu mengenai kehidupan manusia itu sendiri.

Berlandaskan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita.Tema menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita.

Ketiga pendapat para tokoh tersebut mengandung pengertian yang pada intinya sama, hanya berbeda cara pengungkapannya sehingga semuanya dapat dijadikan rujukan dalam penelitian ini.

21

b. Alur atau Plot

Menurut Nurgiyantoro (2010: 93-94), cerita dan plot merupakan

dua unsur yang erat kaitannya, yang berisi urutan kejadian dan tiap

kejadian itu dihubungkan berdasarkan hubungan sebab akibat peristiwa

yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain dan

apabila dihilangkan dapat merusak jalan cerita.

Alur atau plot adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk

cerita yang menunjukkan adanya hubungan kualitas (Nurhayati, 2013:

11-12). Alur sering juga disebut sebagai kerangka cerita, jalinan cerita

yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab

dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak

peristiwa selanjutnya.

Tahapan-tahapan alur menurut Waluyo (dalam Nurhayati 2013:

13) terbagi menjadi tujuh tahapan yang meliputi : (1) Exposition, yaitu

paparan awal cerita, (2) Inciting moment, yaitu peristiwa mulai adanya

problem-problem yang ditampilkan oleh pengarang untuk

dikembangkan atau ditingkatkan, (3) Rising action, yaitu penanjakan

konflik, (4) Complication, yaitu konflik yang semakin ruwet, (5)

Klimaks, yaitu puncak dari seluruh cerita dan semua kisah atau

peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan saat klimaks

cerita tersebut, (6) Falling action, yaitu konflik yang dibangun cerita itu

menurun karena telah mencapai klimaks, (7) Denounement, yaitu

penyelesaian.

22

Di bawah ini adalah penjelasan mengenai tahapan-tahapan alur menurut Waluyo (dalam Nurhayati 2013:13) terbagi menjadi tujuh tahapan yang meliputi Exposition, Inciting moment, Rising action,

Complication, Klimaks, Fallingaction, dan Denounement:

1) Exposition yaitu paparan awal cerita. Penjelasan awal mengenai

rencana sebelum cerita itu berjalan.

2) Inciting moment yaitu peristiwa mulai adanya problem-problem

yang ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan atau

ditingkatkan. Peristiwa yang ada dalam cerita dan menimbulkan

masalah-masalah yang ditampilkan pengarang melalui tokoh utama

yang kemudian peristiwa itu dikembangkan agar menjadi lebih

menarik untuk dibaca.

3) Rising action yaitu penanjakan konflik. Konflik yang telah

dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin dikembangkan dan

dikembangkan kadar tingkatannya.

4) Complication yaitu konflik yang semakin ruwet. Konflik yang

terjadi dalam cerita tersebut semakin memperkeruh suasana.

5) Klimaks yaitu puncak dari seluruh cerita dan semua kisah atau

6) peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan saat

klimaks cerita tersebut. Puncak seluruh cerita dari awal sampai

akhir dan termasuk semua peristiwa sebelumnya yang terjadi dalam

cerita itu dipertahankan kemudian ditonjolkan pada puncak cerita

tersebut.

23

7) Falling action yaitu konflik yang dibangun cerita itu menurun

karena telah mencapai klimaks. Konflik yang sudah dilakukan

didalam cerita itu akan menurun karena sudah mencapai puncak

dari cerita tersebut.

8) Denounement yaitu penyelesaian. Pada bagian akhir sebuah cerita

berisi penyelesaian, yang menampilkan adegan tertentu sebagai

puncaknya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa alur

adalah urutan kejadian peristiwa yang ada di dalam cerita dan di

hubungkan dengan sebab akibat dari terjadinya peristiwa.Dan tahapan-

tahapan alur tersebut yang ada di dalam cerita sudah pengarang

kembangkan agar dapat mencapai puncak dari cerita tersebut. c. Tokoh dan Penokohan

Stanton (2012: 33) menyatakan bahwa karakter atau tokoh

biasanya dipakai dalam dua konteks.Konteks pertama, karakter merujuk

pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada

orang yang bertanya.Konteks kedua, merujuk pada percampuran dari

berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari

individu-individu tersebut seperti yang tampak implisit.Konteks dalam

tokoh merupakan bagian yang mendukung dan menambah kejelasan

dalam suatu tokoh.

Menurut Wibowo (dalam Nurhayati, 2013: 16), tokoh dan

penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa.Tokoh

24

digunakan untuk menunjuk pada orang atau pelaku cerita.Penokohan

dipakai untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.Tokoh dapat dikatakan sebagai rupa,

wujud, dan keadaan, hal tersebut bisa berupa jenis kelamin, keadaan

badan (cacat/ tidak), perawakan seseorang.Penokohan merupakan citra

tokoh atau watak dalam karya sastra.

Berdasarkan kedua pendapat pakar tersebut, istilah tokoh dan

penokohan merupakan unsur yang penting dalam prosa.Dimana istilah

tokoh menunjuk pada pelaku cerita dan penokohan dipakai untuk

menggambarkan seseorang dengan jelas.Kedua istilah tersebut

disesuaikan berdasarkan kontek. d. Latar

Kenney (1966:40) menyebutkan tiga fungsi latar antara lain: (1)

Membaca keseluruhan dari cerita, (2) Sebagai atmosfer atau kreasi yang

lebih memberi kesan tidak hanya sekadar memberi tekanan pada

sesuatu, (3) Sebagai unsur yang dominan yang mendukung plot dan

perwatakan, dapat pada hal waktu dan tempat.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 216-217), latar atau setting

disebut sebagai landasan tumpu atau pijakan cerita secara konkret dan

jelas, menyaran pada tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan untuk

memberikan kesan realistis kepada pembaca.Latar merupakan

hubungan keseluruhan dari setiap kejadian dalam satu perkara yang

25

meliputi aspek tempat, sosial dan waktu.Latar tempat mengacu pada

lokasi terjadinya peristiwa ,latar waktu menyaran pada kapan terjadinya

peristiwa, latar sosial menggambarkan hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat.

Dari ketiga pakar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa latar

adalah tempat peristiwa kejadian yang menjadi landasan pijakan cerita

secara jelas dan unsur latar dapat dibedakan atas tiga unsur pokok yang

meliputi, (a) latar tempat, (b) latar waktu, (c) latar sosial. e. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan: siapa yang

menceritakan, atau: dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu

dilihat (Nurgiyantoro, 2010: 246). Sudut pandang dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu: (1) sudut pandang persona ketiga (Dia), (2) Sudut

pandang persona pertama (Aku), (3) sudut pandang campuran. Dari

ketiga sudut pandang tersebut dapat diketahui dari posisi mana suatu

karya sastra diceritakan, apakah melalui sudut pandang aku yang

menyebutkan pengarang sebagai tokohnya dan sudut pandang dia

pengarang menceritakan tokoh-tokoh dengan menyebut nama, dan

sudut pandang campuran pengarang berganti-ganti dari tekhnik satu ke

tekhnik yang lain dalam sebuah karyanya.

Menurut Abrams (dalam Nurhayati 2013: 19-), sudut pandang

adalah sarana untuk menyajikan tokoh,tindakan,latar,dan berbagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada

26

pembaca. Sudut pandang merupakan cara bagaimana penulis cerita

menempatkan dirinya pada cerita atau dari sudut mana penulis cerita

memandang cerita yang dibuatnya.Pengarang dalam menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang ada dalam sudut pandang

sesuai dengan urutan jalan ceritanya.

Dengan demikian, bahwa sudut pandang adalah sebagai sarana

untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.Sudut

pandang digunakan pengarang untuk penempatan posisi pengarang

pada cerita yang ditulisnya. f. Gaya Bahasa

Stanton (2012: 61) “Menyatakan gaya bahasa sebagai cara

pengarang menggunakan bahasa”. Gaya bahasa merupakancara yang

digunakan oleh pengarang dalam memaparkan gagasannya sesuai

dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai. Cara pengarang dalam

memberikan gagasan tidak pernah sama dengan pengarang lainnya.

Pendapat lain dari Nurgiyantoro (2010: 272), bahasa dalam

sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis, bahasa merupakan

sarana pengungkapan sastra. Cat dalam artian ini adalah ciri dari

pengarang agar berbeda dengan yang lain.Gaya bahasa mungkin

dicirikan sebagai bahasa yang bersifat konotatif atau mempunyai makna

berkaitan. Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa tersendiri atau

stile, stile tersebut digunakan dalam setiap karya-karyanya.

27

Berlandaskan keterangan kedua pakar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa Pengarang mempergunakan media bahasa untuk

menyampaikan ide atau gagasan yang dikemas di dalam sebuah cerita.

Bahasa yang digunakan tidak hanya berupa bahasa yang dipakai sehari-

hari, tetapi juga bahasa tertentu yang menimbulkan efek tertentu pula.

3. Penerapan Pembelajaran Sastra

a. Pengertian Penerapan

Penerapan adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang agar

peristiwa terjadi sesuai dengan yang diinginkan. Sagala dalam (Rosiani,

2014: 34) pembelajaran sebagai suatu proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau siswa.Menurut Hamalik (dalam

Sutejo, 2015: 30) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran sastra (novel) di sekolah, khususnya di kelas XII

SMK dapat dikatakan sama dengan jenis prosa lainnya, seperti cerpen

dan roman. Pembelajaran tersbut hendaknya melibatkan keaktifan siswa

dalam memahami novel tersebut secara sungguh-sungguh.

Pembelajaran sastra (novel) berkaitan dengan strategi belajar dan

strategi mengajar. Strategi belajar menitik beratkan pada cara guru

menyampaikan bahan atau materi pelajaran, sedangkan belajar

28

menonjolkan keaktifan siswa untuk memahami bahan atau materi

pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Rahmanto mengatakan pembelajaran sastra berfungsi untuk

membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan kemampuan

berbudaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang

pembentukan watak (Rosiani, 2014: 35-36).

Dalam nilai pembelajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat

diungkapkan sehubungan dengan watak ini yaitu pengajaran sastra

hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam dan dapat

memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas

kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian,

pengimajian, dan penciptaan. b. Tujuan Pembelajaran Sastra

Tujuan pengajaran sastra yang ingin dicapai menurut Rahmanto

(dalamRosiani, 2014: 36) harus merupakan pemaduan penafsiran dan

pengalaman yang lengkap seperti yang terungkap dalam bahasa karya

sastra itu. Untuk mendiskusikan hikmah karya sastra agaknya belum

memungkinkan sebelum pengalaman yang tertuang dalam bahasa karya

sastra itu dipahami. c. Materi / bahan Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra harus sesuai dengan materi atau bahan

pembelajaran sastra yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan

dan kemampuan siswa. Guru hendaknya dapat memilih materi atau

29

bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Pembelajaran sastra meliputi nilai-nilai moral.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

berdasarkan standar isi (SI) yang ditetapkan Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP), pembelajaran mengenai nilai moral pada novel

dapat diajarkan di SMK kelas XII semester 1. Kesesuaian ini dapat

dilihat pada standar kompetensi dan kmpetensi dasar yang ada, yakni

standar kompetensi “Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara

tingkat Unggul” dan kompetensi dasar nomor 3.1 (Menyimak untuk

memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah

sederhana).

Agar dapat memilih bahan pelajaran sastra dengan tepat,

beberapa aspek perlu dikembangkan. Aspek yang penting jika ingin

memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu: aspek bahasa, aspek

kematangan jiwa, dan aspek latar belakang kebudayaan siswa. d. Metode Pembelajaran

Metode menurut David (dalam Rosiani, 2014: 42) ialah cara

untuk mencapai sesuatu. Untuk melaksanakan suatu strategi, digunakan

seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian yang

demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam

strategi pembelajaran. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru

dan siswa, media pendidikan,materi pengajaran, organisasi, waktu

30

tersedia, kondisi kelas, dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi pembelajaran.

Metode yang sesuai dengan pembelajaran sastra (novel) di kelas

XII SMK dapat dilakukan dengan metode ceramah, metode diskusi, dan metode pemberian tugas.

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah relatif besar. Melalui

ceramah, dapat dicapai bebrapa tujuan dan guru dapat mendorong

timbulnya bagi pendengarnya.

2) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta

atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau

saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah

sehingga didapatkan kesempatan diantara mereka. Pembelajaran

yang menggunakan metode diskusi merupakan pembalajaran yang

bersifat interkatif.

3) Metode pemberian tugas belajar

Metode pemberian tugas diberikan oleh guru agar siswanya

belajar di rumah. Tugas yang diberikan dapat berupa membaca

penggalan novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhkuyang akan dibahas

pada pertemuan yang akan datang.

31

e. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dalam

pembelajaran sastra (novel) di SMK yaitu model pembelajaran

kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievment Division).

1) Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Majid(dalam Rosiani, 2014: 43),kooperatif adalah

model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang

anggotanya terdiri dari 4 hingga 6 siswa, dengan struktur kelompok

yang bersifat heterogen.

2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievment Division)

Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan

atau teman. Model pembelajaran kooperatif Tipe STAD ini,

bertujuan agar siswa:siswa belajar dalam tim, belajar untuk

memahami secara individu, untuk mengetahui kemajuan individu.

Model pembelajaran kooperatif Tipe STAD memiliki lima

langkah pembelajaran:presentasi kelas(materi pertama kali

diperkenalkan dalam STAD adalah presentasi),belajar dalam

tim(siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana mereka

mengerjakan tugas yang diberikan),kuis(setelah pembelajaran

32

selesai, dilanjutkan dengan tes individu),skor kemajuan

individu(didapatkan dari hasil tes dicatat oleh guru untuk

dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya),rekognisi

tim(penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim sehingga dapat

memotivasi mereka).

3) STAD untuk Pembelajaran Moral

Model adalah gaya atau strategi yang akan digunakan oleh

guru dalam proses pembelajaran. Dalam penerapannya gaya atau

strategi dilakukan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan secara

efektif dan efisien. Dengan menggunakan model, kegiatan

pembelajaran dapat disusun secara optimal khususnya dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia mengenai sastra.

Dalam pembelajaran menggunakan model STAD ada

beberapa langkah yaitu:

a) Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, guru dan siswa melakukan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

(1) guru memberikan waktu kepada siswa untuk membaca

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhkukarya Fahri F.

Fathoni,

33

(2) guru mempersiapkan perangkat mengajar yang akan

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. b) Kegiatan belajar mengajar

Dalam kegiatan pembelajaran guru melakukan kegiatan

sebagai berikut:

(1) guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang

terdiri dari 4-5 siswa,

(2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni,

(3) menjelaskan nilai-nilai moral dan tokoh Layla yang dapat

diteladani oleh siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran guru melakukan kegiatan

sebagai berikut:

(1) membaca novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni,

(2) menjawab pertanyaan tentang nilai moral dan tokoh Layla

yang dapat diteladani oleh siswa. c) Menutup kegiatan belajar mengajar

Dalam tahap ini, guru menyimpulkan materi yang telah

disampaikan agar siswa mengetahui dan menerima materi

dengan baik.

34

f. Evaluasi

Pada pelaksanaan terakhir diadakan evaluasi. Dalam pengajaran

sastra, evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1) evaluasi yang menyangkut tingkah laku dan sikap siswa;

2) evaluasi tentang pengetahuan yang bersifat apresiatif.

Hasil evaluasi dari siswa, kemudian diorientasikan dengan

tujuan yang telah direncanakan. Kegiatan belajar mengajar itu akan

berhasil dengan baik apabila hasil evaluasi dari siswa diorientasikan

dengan tujuan yang sesuai, sebaliknya dengan kegiatan belajar belum

berhasil apabila hasil evaluasi dari siswa dengan tujuan tidak

menunjukkan kesesuaian.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

35

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode yang dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian yang terdiri dari fokus penelitian, data dan sumber data, instrument penelitian, uji validitas data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.

Rincian dari metode penelitian dijabarkan sebagai berikut:

A. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam

penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian dan

penetapan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori

yang telah ada (Sugiyono, 2010:288). Penelitian ini difokuskan pada nilai

moral Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni yang

membahas identifikasi moral dalam kehidupan sehari-hari dengan begitu

banyak permasalahan kehidupan.

B. Data dan Sumber Data

Data (Alwi, 2005:239) berupa keterangan yang benar dan nyata, atau

bahan yang dapat dijadikan dasar kajian. Pada penelitian ini menggunakan

data kualitatif yang tidak berbentuk angka namun diperoleh dari pengamatan

dan bahan tertulis.

Menurut Lofland dan Loflanda (dalam Moleong, 2013: 157) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,

35 36

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dan

sumber dalam penelitian ini isi dari keseluruhan teks Novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. Menurut Sugiyono (2010: 308-309)

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua

macam: (1) primer, (2) sekunder. Data dan sumber data primer dan sekunder

dalam penelitian ini antara lain:

1. Primer

Data dan sumber data primer adalah sumber utama penelitian yang

diproses langsung dari sumbernya tanpa lewat perantara. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah teks novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni yang diterbitkan oleh DIVA Press,

cetakan pertama Oktober 2015, tebal halaman 252. Data tersebut berupa

kutipan-kutipan, baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.

2. Sekunder

Data dan sumber data sekunder merupakan sumber kedua pada

penelitian ini. Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah sumber

selain sumber data primer atau acuan yang bersumber dari permasalahan

yang menjadi objek penelitian. Adapun sumber data sekunder adalah

buku-buku sastra dan moral.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti sendiri (Sugiyono, 2010: 305). Oleh karena itu,

37

peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti

kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nota pencatat

data beserta alat tulisnya. Dalam kegiatan pengamatan, tidak dapat berdiri

sendiri, artinya tidak dapat dilakukan tanpa mencatat datanya. Kertas pencatat

ini, peneliti gunakan untuk mencatat data berupa kutipan-kutipan yang

berhubungan dengan fokus penelitian unsur-unsur nilai moral dalam novel

Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

D. Uji Validitas Data

Sugiyono (2010: 330) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Guna

menjamin keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini, validitas data

yang digunakan adalah teknik triangulasi. Sumber data penelitian ini

menggunakan triangulasi teori. Penelitian menggunakan triangulasi tersebut

karena jenis triangulasi inilah yang cocok digunakan dalam penelitian ini.

Triangulasi teori digunakan dengan cara rujuk silang antar teori satu dengan

yang lain untuk mendapatkan teori yang benar-benar terpercaya agar dapat

digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu: (1) teori nilai moral, (2)

pengkajian prosa fiksi, (3) penerapan pembelajaran di SMK.

Selanjutny triangulasi yang berikutnya yaitu triangulasi sumber data.

Sumber data ini yaitu: sumber keseluruhan teks novel Dalam Sujud, Dia

38

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. Sumber data yang dimaksud segala

sesuatu yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Dengan

cara mencari pembaca lain untuk membaca novel tersebut dan apakah sama

dengan peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilih- milihnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain ( Moleong, 2013: 248).

Dalam teknik ini, penulis mengkaji isi novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni dengan menggunakan nilai moral

Langkah-langkah dalam menganalisis novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut:

a. menganalisis data berdasarkan nilai moral,

b. menganalisis data dari segi pembelajaran, sesuai atau tidak sebagai bahan

ajar di SMK,

c. membuat simpulan.

F. Penelitian Penyajian Hasil Analisis Data

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Teknik

penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini digunakan teknik penyajian

informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata

39

biasa walaupun dengan terminology yang teknis sifatnya. Penyajian hasil analisis data yang berupa analisis nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni disajikan dalam bentuk kata-kata secara rinci.

40

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Pada bab ini akan peneliti uraikan tentang penyajian dan pembahasan data yang meliputi struktur sastra novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni, nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni, dan skenario pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni di kelas XII SMK.

A. Penyajian Data

Penyajian data yang terdapat dalam penelitian ini merupakan

gambaran tentang masalah-masalah yang akan dibahas dalam pembahasan

data. Adapun data penelitian yang akan penulis uraikan berupa struktur sastra

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni, nilai-nilai

moral pada novel Dalam Sujud, Dia Meyentuhku karya Fahri F. Fathoni, dan

skenario pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni di kelas XII SMK.

1. Unsur Intrinsik Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni

Data penelitian unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku berupa kutipan-kutipan cerita yang menunjukkan tema, alur

atau plot, tokoh dan penokohan latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.

Agar efektif, data tidak disajikan berupa kutipan cerita, tetapi berupa

nomor halaman sumber kutipan dalam novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. Kutipan dipaparkan pada sub bab

40

41

pembahasan data. Pada tabel di bawah ini, disajikan data unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku.

Tabel 1 Sajian Data Unsur Intrinsik Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni Struktur No Karya Penyajian Data Dalam Halaman Sastra 1. Tema Kisah Layla Qonita yang 49, 95, 195 tinggal dipanti asuhan yang kemudian di angkat oleh orang tua baru yang tidak memiliki anak 2. Alur Alur maju, kejadian 24, 25, 51, 54, 59, 68, peristiwa yang dialami oleh 79, 120, 125, 168, 186, tokoh utama 219, 250 3. Tokoh dan a. Tokoh utama, yaitu Islami, 16, 28, 29, 48, 64, 80, Penokohan ramah, baik dan pemaaf 108, 139

b. Tokoh tambahan: baik, cerdas, Islami, dan suka 15, 19, 20 menghina

c. Tokoh tambahan bawahan: galak dan jahat 67, 68 4. Latar a. Latar tempat: Panti asuhan, 15, 53, 62, 76, 100, rumah Bu Farah dan Pak 106, 130, 146, 209 Timo, rumah Paman Hardi, rumah Mbok Ijah, rumah Pak Kiai dan Bu Nyai, masjid, makam tua, rumah Pak Heru, rumah Pak Syamsul dan Umak Salamah b. pagi, siang, sore dan malam 12, 16, 21, 26, 29, hari 39, 47, 66, 83 c. Latar sosial, yaitu berasal 76 dari keluarga sederhana 5. Sudut Orang ketiga “Ia” 15, 119 pandang 6. Gaya Penggunaan majas: 15, 20, 36, 48, 64 Bahasa Perbandingan, Sinisme, Metonimia, Ironi, Metafora

42

2. Nilai-nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri

F. Fathoni terdiri dari empat aspek, yaitu hubungan manusia dengan Allah,

hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama

manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Lebih lengkapnya nilai-

nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Nilai-Nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni Nilai-nilai Moral Aspek yang Dituju Halaman Hubungan Tindakan dan perilaku 16, 19, 28, 29, 47, 64, 66 Manusia dengan yang menunjukkan Allah shalat Fardu Tindakan dan perilaku 16, 120, 124-125, 156 yang menunjukkan berdoa Tindakan dan perilaku 42, 60, 77, 104, 212, 219 yang menunjukkan bersyukur Tindakan dan perilaku 24, 165 yang menunjukkan bersabar Hubungan Sabar 24, 165 Manusia dengan Pemaaf 48 Diri Sendiri Hubungan Saling Menghormati 135-136 Manusia dengan dan Menghargai Sesama Manusia Tolong menolong 219

Hubungan Mengagumi keindahan 64, 120, 202 Manusia dengan dan keagungan ciptaan Alam Allah

43

3. Penerapan Pembelajaran Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni di Kelas XII SMK

Penerapan pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni di kelas XII SMK berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan diawali dengan membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), yang terdapat dalam silabus sebagai berikut ini.

a. Standar Kompetensi

Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Unggul

b. Kompetensi Dasar

3.1 Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan

teks ilmiah sederhana

c. Indikator

Indikator yang akan dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran

unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni adalah sebagai berikut ini.

1) Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

2) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah.

3) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri.

44

4) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia.

5) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan alam. d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan

pembelajaran unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut ini.

1) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

2) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan

Allah.

3) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan

diri sendiri.

4) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan

sesama manusia.

45

5) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan

alam. e. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan

pembelajaran unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut ini.

1) Materi pokok dalam pembelajaran ini adalah novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

2) Sub materi dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut ini.

a) Unsur-unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni.

b) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan Allah.

c) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan diri sendiri.

d) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Meyentuhku karya

Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan sesama manusia.

e) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan alam.

46

f. Kegiatan Pembelajaran

1) Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang akan ditempuh dalam

pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut ini.

a) Guru memotivasi siswa.

b) Guru menunjukkan materi pembelajaran kepada siswa.

c) Guru menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

2) Inti

Kegiatan inti yang akan ditempuh dalam pelaksanaan

pembelajaran unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut ini.

a) Siswa mengkaji unsur-unsur intrinsik novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

b) Siswa mengkaji nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah.

c) Siswa mengkaji nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri.

47

d) Siswa mengkaji nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia.

e) Siswa mengkaji nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan alam.

3) Penutup

Kegiatan penutup yang akan ditempuh dalam pelaksanaan

pembelajaran unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut ini.

a) Refleksi: Guru memeberikan penguatan terhadap kegiatan

yang dilakukan siswa.

b) Tugas Terstruktur: Carilah nilai-nilai moral! g. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar

mengajar sastra, guru menggunakan metode sebagai berikut ini.

1) Metode ceramah.

2) Metode diskusi.

3) Metode pemberian tugas. h. Waktu Pembelajaran

Waktu pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni adalah dua kali pertemuan. (2 x 45 menit) x 2

pertemuan = 180 menit.

48

i. Sumber atau Media Belajar

Sumber atau media belajar dalam pembelajaran apresiasi

sastra, khususnya novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri

F. Fathoni, adalah: buku pelajaran Bahasa Indonesia yang diwajibkan,

buku pelengkap, hasil kerja sastra, laptop, LCD Pojector. j. Penilaian

Penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran sastra dapat

dilakukan sebagai berikut ini.

1) Teknik penilaian : tes.

2) Bentuk tes : tes esai.

3) Soal :

a) Buatlah sinopsis novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni!

b) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah!

c) Sebutkan nilai-nilai moral novelDalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri!

d) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia!

49

e) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Alam!

B. Pembahasan Data

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas unsur intrinsik sastra

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni, nilai-nilai

moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni, dan

skenario pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhkui karya Fahri F.

Fathoni di kelas XII SMK.

1. Unsur Intrinsik Sastra Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni.

Struktur karya sastra dalam penelitian ini dibahas tentang tema,

alur atau plot, tokoh penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.

a. Tema

Tema adalah gagasan dan makna yang terkandung oleh sebuah

cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi

masalah-masalah di dalam cerita yang dapat membantu menentukan

tema.

Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni

menggambarkan tentang seorang gadis yang bernama Layla Qonita

yang tinggal di panti asuhan yang kemudian diadopsi oleh kedua

orang tua yang tidak memiliki anak. tetapi, Layla sendiri malah

mengalami nasib yang tidak ia duga, Layla akan dijadikan pelacur.

50

Namun berkat pertolongan dari seorang pembantu ia selamat dan kemudian tinggal bersama pembantu tersebut dan sampai akhirnya

Layla diadopsi oleh seorang Kiai. Layla pun bahagia dan dijodohkan dengan seorang dokter yang bernama Sayful, tetapi setelah mereka menikah rumah tangga mereka hanya berjalan beberapa hari saja karena Layla tidak mencintai Sayful melainkan mencintai Mustofa.

Pada akhirnya mereka berpisah dan Layla menikah lagi dengan

Mustofa dan mereka hidup bahagia.

Tema utama dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku adalah tentang seorang gadis yang bernama Layla Qonita yang hidup dipanti yang kemudian menemukan kebahagiaan dengan hidup bersama Mustofa . Kisah tersebut sebagai tema utama novel ini dapat dilihat dari kebanyakan hal yang mengandung masalah batin yang tersebar pada keseluruhan bab.

Tema novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni adalah kisah seorang gadis yang tinggal dipanti asuhan yang kemudian diadopsi oleh orang tua yang tidak memiliki anak.

Hal itu terbukti pada kutipan di bawah ini.

“Perkenalkan Bu, saya Bu Farah dan ini suami saya Pak Timo. Rumah kami berada persis di depan pasar Legi, Solo. Kedatangan kami ke sini ingin mengadopsi putrid ibu yang ada di panti ini. Kami mencari yang sudah cukup dewasa, Bu. Mau kami jodohkan dengan keponaka di Jakarta,” jelas Bu Farah. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 40)

51

“Besok kamu akan diadopsi. Umurmu kan sudah cukup untuk menikah. Pasangan ini akan menjodohkanmu dengan keponakan mereka. Ibu lihat di berkas-berkasnya, anaknya baik, La” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 42)

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Layla Qonita akan diadopsi oleh orang tua yang tidak memiliki anak dan akan dijodohkan dengan keponakannya dijadikan sebagai tema novel

Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

Adapun beberapa sub tema yang berdasarkan permasalah dalam novel ini yang berkaitan dengan cerita yang mendukung tema.

Masalah yang terdapat dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku antara lain:

1) Masalah Kecintaan Terhadap Orang Tua

Setiap anak pastilah memiliki kecintaan kepada orang

tuanya. Begitu pula dengan tokoh utama dalam novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku, tokoh dalam novel ini memiliki

kecintaan dengan ayahnya. Hal itu terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua dan suamimu kelak. Sayangi mereka, bahagiakan mereka, insya allah, ibu juga bahagia.” Pelukan dilepas. Mereka saling memandang. “Baik Bu, saya berjanji akan membahagiakan Bu Farah dan Pak Timo.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 50)

52

Dari kutipan di atas terlihat bahwa perasaan Layla

terhadap Bu Fatimah yang sangat besar dibandingkan dengan

anak-anak sebayanya. Layla sangat mencintai bu Fatimah dan

Pak Timo, karena tak ingin melihat mereka bersedih.

2) Masalah Perjodohan Layla dengan Sayful

Percakapan antara Pak Kiai, Bu Nyai dan Layla terjadi

pada malam hari di ruang tamu setelah shalat isya’, mereka

membahas masa depannya Layla. Karena pak kiai ingin malihat

layla sesegera mungkin menikah.

“Tidak berselang lama, TV dimatikan. Pak Kiai dan Bu Nyai membenahi duduknya. Layla seketika memerhatikan. Suasana menjadi tegang. Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Nduk, boleh Abah tanya sesuatu tentang kamu?”

“Tentang apa, Bah?” Layla balik bertanya.

“Ini tentang masa depanmu, Nduk,” ujar Bu Nyai.

Pak Kiai menghela napas, lalu bersiap menjelaskan sesuatu.

“Nduk, kamu ini sudah besar. Sepantasnya wanita seperti kamu ini sudah mencari pendamping hidup. Tidak baik menunda-nunda pernikahan. Boleh bersenang-senang, tetapi juga harus memikirkan masa depan. Sekarang Abah mau bertanya, apakah kamu sudah memiliki calon pilihan?” tanya Pak Kiai dengan ekspresi santai namun bernada serius.

Layla menundukkan kepala. Tubuhnya seperti mewlayang, dan ia pun mencoba mengatur napasnya yang sedikit tidak teratur. Tubuhnya mendadak dingin. “Kalau kamu belum mempunyai calon, kebetulan di Desa Sekarsuli ada seorang pemuda, dia seorang dokter, agamanya baik, namanya Sayful Amir. Dia mempunyai adik yang kamu kenal, Azizah Zahra. Abah bermaksud untuk menjodohkanmu dengan dia. Bagaimana, Nduk?” lanjutnya. (Dalam Sujud, DiaMenyentuhku: 125)

53

3) Masalah Bukan Atas Nama cinta, tetapi Atas Nama harta

Ternyata Pak Kiai sengaja menjodohkan Layla dengan

Sayful karena Pak Kiai memiliki niat untuk menguasai hartanya

Pak Heru, ayah dari Sayful yaitu sebuah masjid. Setelah Layla

mengetahui hal tersebut Layla segera mengatakan hal itu kepada

Azizah.

“Zah, aku ingin berbicara penting sama kamu, boleh?” Mimik Layla mulai serius. “Tentang apa?” Mimik Azizah juga serius. Jidatnya mengkerut. “Ini tentang mas Sayful dengan aku Zah.” Wajah Layla murung. “Ada apa dengan kalian berdua?” Azizah semakin penasaran. “Sebenarnya Abah menjodohkan aku dengan masmu itu ada maksudnya, zah.” “Maksud? Yang dimaksud apa ya, kok aku kurang begitu paham.” Azizah bertanya-tanya. “Zah…..,kamu harus percaya kepadaku. Aku dan masmu itu dijodohkan bukan karena cinta, tetapi karena harta. Abah menjodohkanku dengan mas Sayful hanya agar bisa menguasai Masjid Al-Fath.” Layla mengeluarkan air mata. Azizah sedikit terkejut. Ia masih belum percaya apa yang dikatakan Layla. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 161)

Berdasarkan uraian di atas, terlihat masalah yang di alami oleh

Layla. Mulai dari awal ia diangkat anak oleh Pak Timo dan Bu Farah yang katanya akan dijodohkan dengan keponakannya namun ternyata malah akan dijual ke luar negri dan sampai akhirnya ia

54

diangkat anak oleh Pak Kiai dan Bu Nyai dan juga akan dijodohkan

dengan seorang dokter tetapi perjodohan itu karena harta.

Selayaknya wanita ingin dicintai sepenuhnya oleh suami bukan

karena memiliki wanita dengan cara kekayaan. Wanita pada

dasarnya memang matrei tapi matrei itu karena keluarga yang akan

dibina dengan suami. b. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah

cerita. Alur yang terdapat dalam novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah alur maju.

Alur maju adalah alur yang berisis peristiwa-peristiwa

tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti

peristiwa kedua, dan seterusnya. Cerita umum dimulai dari tahap

awal, tengah hingga tahap akhir. Novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni menceritakan tokoh utama

tentang kehidupan dari dimulainya cerita sampai akhir cerita. Di

bawah ini disajikan tahap-tahap alur atau plot.

1) Awal atau Penyituasian

Pada tahap awal ini berisi perkenalan mengenai

informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan

diceritakan. Pada tahap ini juga dipergunakan untuk

memperkenalkan tokoh cerita, latar tempat dan waktu kejadian.

Berikut ini dicontohkan tahap awal dari novel Dalam Sujud, Dia

55

Menyentuhku yang berkaitan dengan unsur pelataran dan perkenalan tokoh.

“Anak ibu yang jelita, maafkan Ibu. Ibu sungguh berdosa. Ibu yang telah menjadikan kamu ada dengan benih cinta terlarang. Kamu lahir karena Ibu sering melacurkan diri. Apalah daya, bapakmu telah berselingkuh dan pergi meninggalkan harta, sebab itulah Ibu melacurkan diri. Ibu tidak tega membiarkanmu hidup menanggung malu karena mempunyai Ibu seorang pelacur.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 9-10)

“Ya Allah akan hamba jaga amanah ini sebaik mungkin. Berikan kekuatan untuk terus menegakkan agama-Mu sehingga kelak anak-anak yang hamba asuh bisa tumbuh menjadi insan yang taat kepada-Mu. Mohon berikan ampunan untuk orang tua yang sudah membuang bayi ini. Semoga ia tetap di jalan-Mu. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 14)

Dua puluh tahun berlalu. Bayi yang dulu ditemukan Bu

Fatimah di gubuk tua sekarang sudah merasakan angin kedewasaan. Parasnya menawan, hatinya sungguh lembut seperti kulitnya, hidungnya mancung, senyumnya bak bulan sabit bersinar di tengah kegelapan malam, rambut hitamnya terurai selengan.

Layla. Itulah nama panggilannya dipanti. Bu Fatimah memberinya nama Layla Qonita. Dia aktif di kegiatan organisasi panti, termasuk mencari donatur maupun menjadi panitia lomba cerdas cermat yang diadakan setiap Ramadan. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 15)

56

Berdasarkan kutipan di atas, bagian awal novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku menceritakan tentang asal usul Layla

Qonita yang dilahirkan oleh seorang pelacur dan kemudian

Layla dititipkan di panti asuhan, serta menceritakan sosok tokoh

utama Layla Qonita.

2) Tengah

Pada tahap tengah ini menampilkan pertentangan atau

konflik. Pada tahap ini berisikan pemunculan konflik,

peningkatan konflik, dan klimaks. Berikut ini bagian-bagian

yang ada di bagian pada tahap tengah.

3) Pemunculan Konflik

Pada bagian ini merupakan tahap awal memunculkan

konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan

dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

Dalam tahap ini menceritakan bagaimana perjuangan orang tua

dalam menjaga anak. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Sementara ini pengadopsian memang sengaja saya berhentikan dulu.” “Kenapa, Bu?” “Akhir-akhir ini di berita banyak disebutkan, anak panti diadopsi bukan untuk dijadikan anak asuh, tetapi malah untuk dijual di luar negeri, bahkan dijadikan PSK.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 17)

Dari kutipan di atas menceritakan bahwa Bu Fatimah

adalah sosok ibu yang baik karena selalu berhati-hati dalam

57

menerima orang tua baru bagi anak-anak didiknya untuk diadopsi. Bu Fatimah tak ingin anak adopsi tersebut menderita karena salah dalam mengambil keputusan adopsi. a) Peningkatan Konflik

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap

sebelumnya semakin dikembangkan dan dikembangkan

kadar tingkatannya. Keadaan ini melukiskan tentang

kebimbangan hati Layla yang akan menerima perjodohan

dengan Sayful atau tetap mempertahankan hubungannya

dengan Mustofa. Hal itu terlihat pada kutipan berikut ini.

“Ya Allah, aku harus bagaimana? Mustofa, pemuda sederhana tetapi mempunyai cinta yang tulus, atau Sayful, seorang dokter berkehidupan mapan, namun sama sekali belum kukenal, gumamnya dalam hati. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 125-126) b) Klimaks

Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-

tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita

terjadinya konflik utama. Pada tahap ini Layla yang teringat

akan janjinya ke Bu Fatimah jika ia akan membahagiakan

orang tua Layla yang baru. Hal tersebut terdapat pada

kutipan di bawah ini.

“Bu Fatimah, Layla segera menikah, Bu. Layla dulu sudah berjanji akan membahagiakan orang tua Layla yang baru. Kini janji itu Layla tepati. Aku ingin sekali Ibu dan Niza

58

menyaksikan pernikahanku, tetapi rasanya tidak pantas ibu duduk di pernikahan itu, karena sebetulnya Layla tidak bahagia dengan pernikahan ini. Layla hanya ingin Abah dan Ummi bahagia saja.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 157)

Dari kutipan di atas menceritakan tentang kesedihan

hati Layla akan pernikahan itu, tetapi ia teringat akan

janjinya kepada Bu Fatimah untuk membahagiakan orang

tuanya yang baru. c) Akhir atau penyelesaian

Pada bagian akhir sebuah cerita berisi peleraian,

yang menampilkan adegan tertentu sebagai klimaksnya.

Pada bagian akhir novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

menceritakan titik balik dari nasib Layla yang dulu,

sekarang menjadi lebih baik. Hal ini terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Mas aku mencintaimu.” “Aku juga mencintaimu, Layla.” “Sedalam apakah cintamu kepadaku?” “Sedalam hati ini mencintaimu.” Mustofa seraya mencium tangan Layla. “Kita shalat zhuhur dulu, mas.” “Iya, mari kita shalat, mengagungkan nama-Nya. Dialah yang membuat cinta ini bersatu kembali. Mari kita bersujud. Bersujud di negeri yang kita miliki berdua, dan kamu adalah bidadari pemilik negeri itu.”

59

“Negeriku adalah negerimu, negeri kita berdua. Hiasi negeri kita dengan kebahagiaan, cinta, dan tanpa prahara. Agar kita bahagi.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 251)

Dari kutipan di atas, menceritakan tentang

kebahagiaan yang akhirnya didapatkan oleh Layla. Meski

sekarang ia sudah tidak tinggal dengan Niza lagi tapi

sekarang ia sudah menikah dengan seseorang yang layak

untuk menjadi imam dalam keluarganya. c. Tokoh dan Penokohan

Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni

memiliki banyak tokoh sehingga peneliti membagi tokoh menjadi

dua macam, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penggunaan

pembagian tokoh ini dilihat dari segi peranan atau pentingnya tokoh

dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan

ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian

besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya

dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun

dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Pembagian tokoh

bertujuan untuk memudahkan dan membedakan mana tokoh yang

perlu mendapat perhatian khusus serta didasarkan pada seberapa

jauh keterlibatan tokoh dalam cerita.

60

Tokoh utama yang terdapat dalam jalinan cerita novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku. Tokoh Utama dalam novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fari F. Fathoni adalah Layla Qonita. Tokoh tambahan dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri

F. Fathoni terbagi menjadi dua, yaitu tokoh tambahan andalan dan tokoh tambahan bawahan. Adapun tokoh-tokoh itu antara lain: (a) tokoh tambahan andalan antara lain: Niza, Rosi, Bu Fatimah, Bu

Khalsum, Mbok Ijah, Husna, Azizah, Sayful, Mustofa, (b) tokoh tambahan bawahan antara lain: Pak Kiai, Bu Nyai, Pak Timo, Bu

Farah, Paman Hardi, Pak Rahman, Pak Samsyul, dan Umak

Salamah. a) Tokoh Utama

Tokoh utama dalam novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah Layla Qonita.

Tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab

dan tokoh ini merupakan penggerak konflik cerita. Hal itu

terbuki pada kutipan di bawah ini.

“Layla. Itulah nama panggilannya di panti. Bu Fatimah memberinya nama Layla Qonita. Dia aktif di kegiatan organisasi panti, termasuk mencari donatur maupun menjadi panitia lomba cerdas cermat yang diadakan setiap Ramadan. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku:15)

“Minggu siang itu, Layla dan Husna membantu Mbok Ijah mencuci baju orderannya di sumur belakang. Mereka tidak

61

peduli kulit terbakar terik matahari, semua demi uang untuk mencari sesuap nasi. Terkadang Layla tersanjung melihat Mbok Ijah mengarungi hidup tanpa mengeluh walau umurnya sudah tidak muda lagi. Mbok Ijah tetap bersyukur walau diberi pekerjaan sebagai buruh cuci. Yang di pikirannya, mencari rezeki Allah itu harus dengan ikhlas dan halal. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 92) Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Layla sebagai tokoh utama novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku sebagai penggerak masalah-masalah yang ada di dalam novel ini. Layla juga memiliki watak dan perawakan yang baik. Bukti yang lain Layla sebagai tokoh utama novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku tampak pada kutipan di bawah ini.

“Mereka membentuk lingkaran. Lingkaran pertama yang dibimbing Azizah kebanyakan pemudi yang berumur tujuh belas sampai dua puluh tahun. Adapun Layla di lingkaran kedua, membimbing anak-anak di bawah umur tujuh belas tahun, termasuk Husna. “Mengajinya sampai mana?”tanya Layla ramah. Para murid sibuk mencari halaman. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 108)

“Sampai iqra’ lima, halaman sebelas, Mbak!” ujar salah satu anak berjilbab kuning

“Ayo kita mulai dari Husna dulu.” Layla menepuk paha Husna yang duduk di sampingnya. Husna langsung memulai dengan semangat.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 109)

62

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sosok

Layla sebagai tokoh utama selalu menuruti apa yang

diperintahkan Pak Kiai. Hal ini juga merupakan kesempatan

untuk ia bisa lebih paham lagi dalam mengaji. b) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni tebagi menjadi dua, yaitu

tokoh tambahan andalan dan tokoh tambahan bawahan. Adapun

tokoh-tokoh ini atara lain:

1) Tokoh Tambahan Andalan

Disebut tokoh tambahan andalan karena walaupun

tokoh ini hanya seorang tokoh tambahan akan tetapi tokoh

ini memperkuat alur cerita dalam novel ini. Tokoh ini

kadang memunculkan konflik. Tokoh tambahan andalan

antara lain: Niza, Rosi, Bu Fatimah, Bu Khalsum, Mbok

Ijah, Husna, Azizah, Sayful, Mustofa.

Di dalam cerita novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku terdapat tokoh tambahan andalan yang

bernama Niza. Hal itu terbukti pada kutipan di bawah ini.

“Niza gadis berlesung pipit ini memiliki wajah sedikit bundar. Niza senantiasa menemani Layla, dalam keadaan sedih, sepi maupun senang. Mereka selalu bersama. Anak-anak panti hafal betul, kalau ada Layla pasti ada Niza di sampingnya. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 15)

63

“Niza sangat senang memiliki sahabat seperti Layla. Ia selalu mengingatkan Niza ketika ia lupa. Dan Layla pun juga selalu ada disaat Niza sedang takut. Karena mereka adalah sahabat sejati”. “Sudahlah, Niz kamu jangan khawatir semuanya akan baik-baik saja. Bu Fatimah tidak akan memberikan anak asuhnya kepada orang yang tidak tahu perikemanusiaan.” Layla membasuh air mata Niza dengan ibu jarinya. “Aku takut La!” “Tidak usah takut. Ada Allah di hati kita, menjaga dimana pun kita berada.” Melihat senyum tulus Layla, Niza merasa sedikit lega. “Terima kasih La, kamu memang sahabat terbaikku. Walaupun aku sering ketakutan, pemarah, dan pelupa, kamu selalu menenangkan dan mengingatkanku.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku:18-19)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Niza adalah sahabat dari Layla saat berada dipanti, Niza memiliki hati yang baik. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa tokoh ini adalah tokoh tambahan andalan, karena sering terlihat di alur cerita dan menimbulkan masalah-maslah kehidupan yang dihadapi oleh tokoh utama. Sehingga kedua tokoh ini memperkuat alur cerita. Tokoh tambahan andalan juga tampak pada novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku, tokoh ini adalah Pak Samsyul dan Umak Salamah. Hal itu terbukti pada kutipan di bawah ini.

“Di tengah mereka bersantai, Niza dan Layla turun dari tangga. Mereka sudah membersihkan diri. Langkah

64

mereka sedikit ragu. Layla sedikit takut, hatinya berdebar. Ia takut tidak diterima dan Niza dimarahi oleh Pak Samsyul. “Ayah, Umak…”Perkataan Niza terputus. “Eh…., kamu udah balik. Bagaimana perjalanannya, baik-baik saja kan?” “Alhamdulillah Mak baik.” “Syukur kalau begitu,”imbuh Pak Samsyul. “Ayah, Umak perkenalkan ini Layla.” Layla langsung meraih tangan mereka. Dengan sopan Layla mencium tangan mereka dengan pipi. “Layla ini sahabat Niza saat di panti dulu,”susul Niza. “Oh mari silahkan duduk.” Umak Salamah bergeser. Niza dan Layla duduk berdampingan. “Kemarin Ayah dan Umak pernah bilang mau mencarikan teman untuk Niza. Sekarang Ayah dan Umak tidak perlu pusing-pusing mencarinya lagi, Niza sudah ketemu sahabat Niza. Apakah Ayah dan Umak setuju kalau Layla ini diangkat sebagai anak Ayah dan Umak, sekaligus kakak bagi Niza?” “Pak Samsul dan Umak Salamah saling bertatapan. Mereka sedikit terkejut. Tak lama, dari wajah mereka terpancar senyum. “Kalau bagimu itu bahagia, Umak dan Ayah tidak melarangnya,”jawab ringan Umak Salamah. “Terima kasih.”Niza langsung memeluk Layla. Air mata mereka pun keluar dari mata mereka. Pelukan itu lepas. Layla beranjak memeluk Umak Salamah. “Terima kasih Mak,”ucapnya di sela tangis haru. “Iya sama-sama. Jaga adikmu baik-baik.”Umak Salamah mengusap air mata Layla. Layla menganggukkan kepala. Layla lalu beranjak mencium dan memeluk Pak Samsyul. Setelah itu, duduk di tempat semula. “Layla, kamarmu di sebelah ruang tamu ini. Nanti biar Niza membantumu untuk bersih-bersih, soalnya tidak dipakai kamarnya.” “Iya, Umak terima kasih.” “Same-same.”Umak Salamah tersenyum. “Kalau begitu, ayo kita bersih-bersih,”ajak Niza. “Ayo…”Layla penuh semangat. Pak Samsyul dan Umak Salamah tersenyum kagum.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Pak

Samsyul dan Umak Salamah adalah orang tua yang baik

65

dan akan mengubah nasib Layla menjadi lebih baik lagi seperti Niza. Oleh sebab itu, tokoh Pak Samsyul dan Umak

Salamah disebut sebagai tokoh tambahan andalan. Tidak hanya Pak Samsyul dan Umak Salamah, tokoh tambahan andalan yang lain juga ditampilkan pada novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku. Tokoh itu adalah Bu Khalsum, Bu

Fatimah, Mbok Ijah. Hal itu terbukti pada kutipan di bawah ini.

“Maafkan ibu Nak…Ibu harus berbuat seperti ini. Ini semata-mata demi kamu.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku:11) “Langkahnya terhenti saat mendengar tangisan seorang bayi. Ia terus mencari sumber suara itu. Ternyata suara itu bersumber dari gubuk tua yang ada di samping ia berdiri. Di depan pintu gubuk itu terdpat kardus. Tanpa berpikir panjang Bu Fatimah mendekati kardus itu. Dan benar ia melihat bayi perempuan yang sedang menangis karena kelaparan. Bu Fatimah langsung berjongkok, bayi itu ia ambil dan coba menenangkannya. Dalam sekejap bayi itu diam di pelukan hangatnya. Sekilas Bu Fatimah melihat secarik kertas di dalam kardus, diambil dan dibukanya. Setelah selesai membaca ia tertegun. “Apakah ini anak pelacur atau anak orang yang tak mampu? Mengapa tidak dibawa ke panti langsung? Kasihan kan bayi ini ditinggal di sini,”gumamnya sambil mengerutkan kening. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 13-14)

“Hening menyerang. Mbok Ijah menatap kosong. Ia tidak menyangka Pak Kiai mempunyai jiwa yang dermawan dan bijaksana. Tetapi di sisi lain ia tidak mau kehilangan Layla. Selama ini ia anggap seperti anak sendiri. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 95)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Bu

Khalsum dan Bu Fatimah adalah ibu Layla. Tetapi yang

66

Layla tidak mengetahui siapa ibu kandungnya karena sejak

kecil ia hidup di panti diasuh oleh Bu Fatimah. Mbok Ijah

sudah Layla anggap seperti ibunya sendiri karena semenjak

ia kabur dari rumah Paman Hardi ia tinggal di rumah Mbok

Ijah bersama Husna.

Bu Khalsum, Bu Fatimah, dan Mbok Ijah disebut

tokoh tambahan andalan. Karena tokoh ini yang

menunculkan konflik batin yang dihadapi oleh tokoh utama.

2) Tokoh Tambahan Bawahan

Disebut tokoh tambahan bawahan karena tokoh-

tokoh ini hanya sebagai pemanis atau pelengkap dalam

cerita. tokoh tambahan bawahan andalan antara lain: Pak

Kiai, Bu Nyai, Pak Samsyul, Umak Salamah, Pak Timo, Bu

Farah, Paman Hardi, Pak Rahman.

Tokoh Pak Kiai, Bu Nyai, Pak Samsyul merupakan

tokoh tambahan bawahan. Hal itu terbukti pada kutipan di

bawah ini.

“Selesai makan Pak Kiai, Bu Nyai, dan Layla duduk santai di ruang keluarga sambil menonton acara ceramah petang yang dibawakan ustadz muda terkenal. Mereka menonton sambil berbincang ringan. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku:104)

“Bu Nyai atau Nyai Fadilah muncul di balik dinding tebal bercat putih. Ia melangkah tenang. Ia langsung duduk berdampingan dengan Layla. Ia usah bahu gadis itu dengan hangat. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 140)

67

“Pak Samsyul dan Umak Salamah saling bertatapan, lalu tersenyum. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 218)

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh

Pak Kiai, Bu Nyai, dan Pak Samsyul mempunyai peranan untuk menghidupkan suasana yang ada di anggap orang tua baru bagi Layla. Tokoh ini di dalam novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku, dibandingkan dengan tokoh tambahan andalan berbeda, karena tidak sering ditampilkan dalam cerita, namun tokoh ini tidak mempengaruhi alur cerita.

Jadi, tokoh ini adalah tokoh tambahan bawahan. Tokoh tambahan bawahan juga ditampilkan dalam novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku, tokoh ini adalah Pak Timo, Bu

Farah, dan Paman Hardi. Hal itu terbukti pada kutipan di bawah ini.

“Di ruang makan itu mereka berselimut kehangatan kesempurnaan keluarga terpancar di wajah-wajah mereka. Hidangan mewah membuat Layla semakin semringah untuk makan. Pak Timo dan Bu Farah tersenyum melihat anak barunya itu. Jalinan batin seakan sudah menyatu di ruang makan itu. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 46)

“Hahaha…! “Paman Hardi tertawa menakutkan. Layla terkejut. “Saudari Layla Qonita, kamu itu sama buruknya dengan perempuan murahan.” “Maksud Paman apa?”Kejut Layla. “Kamu ini akan dijual ke luar negeri. Kamu akan menjadi pelacur dan budak disana. Hahaha…!”Suara Paman Hardi keras.

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 67)

68

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pak

Timo, Bu Farah, dan Paman Hardi adalah orang-orang yang

membuat Layla menderita. Dalam cerita tokoh ini tidak

sering muncul di alur cerita, jadi tokoh ini adalah tokoh

tambahan bawahan. Tokoh tambahan bawahan juga terlihat

pada novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku, tokoh ini

adalah Pak Rahman. Hal itu terbukti pada kutipan di bawah

ini.

“Dari pintu mobil berdiri seorang yang memakai baju hitam, berkumis tipis. Dialah Pak Rahman. Senyumnya yang sangat ramah itu membuat suasana menjadi hangat. Walaupun uban sudah hampir memenuhi kepalanya, semangatnya masih muda. Pak Rahman memang pria tua yang bertanggung jawab. Ia mencari nafkah demi sesuap nasi untuk istri dan dua anaknya. Istrinya bekerja sebagai tukang jahit di rumah, cukup untuk menutupi kekurangan kebutuhan. Kini anaknya sudah bergelar sarjana sains dan anak keduanya baru akan lulus sekolah SMA tahun ini. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 192)

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh

ini adalah tokoh tambahan bawahan, karena kemunculannya

tidak setiap. Tokoh bawahan ini hanya muncul sekilas saja,

tidak lama dalam kemunculannya. d. Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa

alam cerita. Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu,

dan latar sosial.

69

1. Latar Tempat

Latar tempat yang terdapat dalam novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni sebagai berikut ini.

a) Di Panti Asuhan

“Layla. Itulah nama panggilannya di panti. bu Fatimah memberiny nama Layla Qonita. Dia aktif di kegiatan organisasi panti, termasuk mencari donatur maupun menjadi panitia lomba cerdas cermat yang diadakan setiap Ramadan. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 15) b) Di rumah Bu Farah dan Pak Timo

“Selamat datang La, ini rumah baru kamu.” Bu Farah merangkul Layla setelah semuanya turun dari mobil. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 53) c) Di rumah Paman Hardi

“Paman Hardi mempersilahkan Layla masuk kembali. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 62) d) Di rumah Mbok Ijah

“Ayo Non masuk. Maaf rumah Mbok jelek.” Mbok Ijah membuka pintu. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 76) e) Di rumah Pak Kiai dan Bu Nyai

“Walaikumsalam. Eh sudah datang. Mari silahkan masuk, Pak Kiai sedang nonton TV. Ayo monggo-monggo.” Bu Nyai masuk disusul Layla, Husna dan Mbok Ijah. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 100) f) Di Masjid

“Masjid yang mereka tuju sangat besar dan megah. Tiang- tiangnya besar dan kubahnya berwarna hijau, menambah kesan gagah pada masjid itu. Masjid yang di bangun diatas

70

tanah wakaf seorang penduduk Sekarsuli itu juga menjadi pembatas antara Desa Nagasari dan Sekarsuli. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 106) g) Di Makam Tua

“Sedari tadi Layla melihat bangunan joglo tua itu dengan cermat. Baru pertama ini ia menginjakkan kaki ke sebuah makam tua. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 130) h) Di rumah Pak Heru “Di teras rumah itu, Pak Heru dan Bu Susi juga ikut menikmati suasana senja cantik. Suasana itu seakan membawa mereka pada saat-saat mereka menjadi pengantin baru. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku:146) i) Di rumah Pak Samsyul

“Pak Samsyul dan Umak Salamah pun tidak ada di ruang tamu atau ruang bersantai. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 209) 2. Latar Waktu Latar waktu yang terdapat dalam novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni sebagai berikut ini.

a) Pagi Hari Pagi itu sangat cerah setelah semalam hujan deras. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 12) b) Siang Hari

Layla sedari tadi bermunajat begitu khusyuk di waktu zhuhur. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 16)

Siang itu setelah mengembalikan mukena di kamar, Layla dan Niza langsung menghadap Bu Fatimah. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 21)

71

Jam menunjukkan pukul 13.00. Dua gadis berjilbab keluar dari gerbang panti yang terletak di pinggir pertigaan yang menghubungkan jalan Solo-Jogja. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 22) c) Sore Hari pukul 16.00 Jam menunjukkan pukul 16.00. mentari mulai condong ke barat. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 26) d) Malam Hari Setelah shalat maghrib, seperti biasa penghuni panti berkumpul membentuk lingkaran. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 47) Setelah mengambil air wudhu, Layla beranjak dan menunaikan ibadah shalat maghrib. (Dalam Sujud,Dia Menyentuhku: 66) Adzan maghrib berkumandang di setiap menara masjid. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 83) 3. Latar Sosial

Keadaan sosial keluarga Pak Samsyul dan Umak

Salamah adalah keluarga yang sederhana. Hal itu terbukti dari

kutipan cerita di bawah ini.

“Ketika berpapasan dengan tetangga Mbok Ijah, mereka melempar senyum. “Mbok Ijah ramah sekali dengan tetangga.”puji Layla

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 76) e. Sudut pandang

Sudut pandang merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh

Stanton digolongkan sebagai sarana cerita, literary device. Walau

72

demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak

penting.

Sudut pandang yang ada pada cerita novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku merupakan sudut pandang persona ke tiga, karena

pengarang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh

cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka

nama tokoh-tokoh lain, khususnya yang utama, kerap terus menerus

disebut, dan sebagai variasi yang dipergunakan kata ganti. Hal

tersebut terdapat pada kutipan dibawah ini.

“Layla. Itulah nama panggilannya di panti. bu Fatimah memberinya nama Layla Qonita. Dia aktif di kegiatan organisasi panti, termasuk mencari donatur maupun menjadi panitia lomba cerdas cermat yang diadakan setiap Ramadan. Layla tidak sendiri. Ia ditemani sahabat karibnya, Niza

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 15)

“Tiba di tempat indah itu, Layla langsung duduk dengan nyaman. Ia sapu pemandangan persawahan yang menguning itu dengan mata beningnya.

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 119) f. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang menguraikan

cerita yang dibuatnya, atau cara bagaimana pengarang

mengungkapkan isi pemikiran lewat bahasa-bahasa yang khas dalam

uraian cerita sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu.

Pada novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku pengarang

menggunakan gaya bahasa yang berbeda dengan gaya-gaya

73

pengarang lainnya. Pada novel ini gaya bahasa yang sering dipergunakan adalah gaya bahasa dengan menggunakan majas perbandingan, sinisme, metonimia, ironi, dan metafora. Hal tersebut dapat dilihat melalui kutipan dibawah ini.

“Parasnya menawan, hatinya sungguh lembut seperti kulitnya, hidungnya mancung, senyumnya bak bulan sabit bersinar di tengah kegelapan malam, sementara rambut hitamnya terurai selengan. (Perbandingan) (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 15)

“Ih kakak ini selalu mengobral cinta dimana-mana, di mushala,ruang makan, bahkan di kamar mandi. Apa tidak malu dituduh pasangan lesbi?”(Sinisme) (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 20)

“Bu Fatimah sering memanjakan kalian. Akibatnya kalian lupa daratan! Lupa terhadap siapa dan dimana kalian tinggal. (Metonimia) (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 36)

“Aduh mau berpisa aja bermesraan dulu.”Sindir Rosi. (Ironi) (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 48)

“Layla mendekat ke jendela, hidungnya serasa disapu oleh angin segar. (Metafora) (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 64)

Novel tersebut mengandung gaya bahasa yang pengarang berikan sebagai ciri khasnya dengan menggunakan majas perbandingan, sinisme, metonimia, ironi, metafora.

Perbandingan dipergunakan untuk menyatakan perbandingan untuk meninggalkan kesan dan juga pengaruh tertentu.

Sinisme dipergunakan untuk menyindir secara langsung kepada orang lain dengan kata yang cenderung negatif. Metonimia dipergunakan menggantikan nama benda. Pengungkapan

74

penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merk ciri khas.

Ironi dipergunakan untuk menyindir yang ditujukan kepada

seseorang. Dan metafora dipergunakan untuk mengungkapkan

ungkapan secara langsung

2. Nilai-nilai Moral Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku Karya Fahri F. Fathoni

Berdasarkan penyajian data di atas, pembahasan nilai moral d

khususnya nilai Islam dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni sebagai berikut:

a. Aspek Nilai Moral

Pembahasan nilai moral khususnya nilai Islam peneliti

fokuskan pada empat aspek yang meliputi hubungan manusia dengan

Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia

dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam.

1) Hubungan Manusia dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan yang

menghubungkan perasaan manusia dengan Allah berupa wujud

keterikatan batin manusia dengan Allah untuk melaksanakan

perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut menjadi

pegangan dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari sebagai

ketentraman dan kebahagiaan sehingga dalam tingkah laku

selalu berpedoman pada keyakinan terhadap Allah yang

75

dipegang. Hubungan manusia dengan Allah dapat terlihat melalui beberapa tindakan antara lain: a) Tindakan dan perilaku yang menunjukkan shalat fardu.

Perilaku yang menunjukkan shalat fardu ditunjukkan dalam

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku dapat dilihat dari

kutipan di bawah ini.

“Layla sendari tadi bermunajat begitu khusyuk di waktu zhuhur. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 16) “Setelah shalat isya’ Layla dan Niza keluar dari mushala disusul oleh anak panti yang lain. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 19) “Setelah keduanya mengambil air wudhu, mereka mengambil mukena di tas masing-masing. Yang bertindak sebagai imam adalah Layla. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 28) “Setelah shalat isya’, Layla dan Niza masih menggunakan baju yang tadi sore dipakai. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 29) “Setelah shalat maghrib seperti biasa penghuni panti berkumpul membentuk lingkaran. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 47) “Maaf…Non Layla mau shalat menyembah matahari?” kata Mbok Ijah yang tidak sengaja melihat Layla shalat menghadap timur. “Astaghfirullah….Di sana timur ya Mbok?”Layla terkejut dan langsung membalikkan badan. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 64) “Setelah mengambil air wudhu, Layla beranjak ke kamar dan menunaikan ibadah shalat maghrib.

76

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 66)

Dari kutipan di atas terlihat perilaku yang

ditunjukkan oleh Layla sesuai dengan perintah Allah untuk

mendirikan shalat wajib. Dimana salat wajib lima waktu

merupakan perintah yang wajib dan harus dikerjakan oleh

semua umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan. b) Tindakan dan Perilaku yang Menunjukkan Berdoa.

Perilaku yang menunjukkan sikap Berdoa

ditunjukkan dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“ Ia berdoa untuk kesejahteraan seluruh penghuni panti. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 16) “Ya Allah, berikan kesabaran dan ketabahan untuk Mustofa. Dia memang pemuda yang sederhana dan apa adanya. Semoga suamiku besok memiliki sifat seperti Mustofa, shalih dan apa adanya. Amin, gumam Layla dalam hati. “(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 120). (Ya Allah, ini bid’ah. Kenapa menolak bala dan menjalin kerukunan harus memakai perayaan yang justru menghambur-hamburkan uang? Lantas, berdoa di makam nenek moyang, bukankah itu biasanya cenderung mengarah kepada syirik? Bisa-bisa yang semestinya kita mendoakan almarhum supaya diberi rahmat dan ampunan di sisi Alla, justru terbalik, kita meminta sesuatu kepada si mati: seperti meminta sukses ujian sekolah, karir yang lancar, atau mungkin memohon supaya dagangan laris. Kalau niatnya adalah untuk menghargai nenek moyang yang telah berjasa

77

besar atas kedua desa ini, seharusnya akan lebih tepat jika bentuk balas budi itu diwujudkan dengan perbuatan nyata, seperti menjaga dan mengharumkan kehormatan desa. Apakah Abah dan Umi tak menyadari ini ya? Ya Allah, bukalah petunjuk bagi mereka yang tidak mengerti tentang bid’ah ini. Kalau bid’ah ini terus- menerus dilakukan maka islam akan hancur, gumam Layla dalam hati. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 124-125) “Ya Allah, aku harus bagaimana? Mengapa batin ini terasa pengap?” bibir Layla bergetar. Air matanya jatuh membasahi pipi. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 156)

Dari kutipan di atas terlihat perilaku yang

ditunjukkan oleh Layla adalah keadaan berdoa, doa

merupakan curhatan hati manusia kepada Allah. c) Tindakan dan Perilaku yang Menunjukkan Bersyukur

Perilaku yang menunjukkan sikap Bersyukur

ditunjukkan dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Alhamdulillah, terus kenapa Ibu sedih? Bukannya ini kabar gembira?” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 42) “Alhamdulillah, saya mempunyai keluarga besar yang cukup hangat seperti ini. Kalau cerita kepada sahabat saya di panti Niza pasti dia akan merasa iri.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 60) “Alhamdulillah. Oh ya Mbok, maaf itu foto suami Mbok?” isyarat kepala Layla menunjuk ke arah foto. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 77)

78

“Alhamdulillah bisa Bah, memang ada apa?” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 104) “Alhamdulillah.” Layla sedikit tersenyum (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 212) “Alhamdulillah baik. Aku sekarang di Palembang ikut temanku sepanti dulu.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 219)

Dari kutipan di atas terlihat perilaku yang

ditunjukkan oleh Layla adalah keadaan bersyukur.

Bersyukur merupakan ucapan terima kasih kepada Allah

atas pemberian yang sudah diberikan. d) Tindakan dan Perilaku yang Menunujukkan Sabar.

Perilaku yang menunjukkan sikap sabar

ditunjukkan dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Sementara itu, di timur Desa Jonggrangan Layla berjuang mencari donatur. Sejak tadi ia ditolak, entah dengan alasan belum gajian, motif penipuan, bahkan dituduh mengumpulkan dana untu teroris. Layla selalu menanggapi dengan sabar. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 24) “Mbok percaya kamu La. Memang kita bingung kalau ditanya memilih membahagiakan orang tua dengan mengorbankan cinta, atau hidup dengan cinta pilihan sendiri tapi tidak direstui. Semua ini ada hikmahnya. Percayalah Allah punya rencana besar untukmu. Kamu yang sabar.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 165)

79

Dari kutipan di atas perilaku yang ditunjukkan

pada tokoh Layla adalah perilaku sabar. Perilaku sabar

adalah perilaku menerima cabaan atau ujian yang Allah

berikan kepada manusia.

2) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Manusia belajar mengenal kehidupan melalui

pengalaman yang telah dialaminya. Pengalaman hidup tersebut

dijadikan pemikiran untuk bersikap, bertindak dan

menempatkan diri dalam kaitannya hidup dengan masyarakat.

Pengalaman-pengalaman kehidupan yang dialami manusia

antara lain;

a) Sabar

Nilai ibadah terhadap Allah Swt. Tewujud dalam

sikap sabar yang ada pada diri manusia masing-masing.

Perilaku sabar dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

sesuai dengan kutipan berikut ini.

“Sementara itu, di timur Desa Jonggrangan Layla berjuang mencari donatur. Sejak tadi ia ditolak, entah dengan alasan belum gajian, motif penipuan, bahkan dituduh mengumpulkan dana untu teroris. Layla selalu menanggapi dengan sabar. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 24) “Mbok percaya kamu La. Memang kita bingung kalau ditanya memilih membahagiakan orang tua dengan mengorbankan cinta, atau hidup dengan cinta pilihan sendiri tapi tidak direstui. Semua ini ada hikmahnya.

80

Percayalah Allah punya rencana besar untukmu. Kamu yang sabar.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 165)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa

sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Layla adalah

bersabar menghadapi ujian yang Allah berikan. b) Pemaaf

Pemaaf adalah sikap pribadi manusia untuk

memaafkan kesalahan seseorang. Perilaku pemaaf dalam

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku dapat dilihat dari

tingkah laku dan perbuatan Layla sesuai dengan kutipan

berikut ini:

“Oh iya, aku minta maaf kalau sekiranya ada salah.” Nada Rosi sedikit meredam. “Kalau minta maaf aku maafkan, tetapi sifatmu itu mbok diubah. Hargailah orang lain maka kamu akan dihargai.” Layla langsung pergi, dan segera disusul Niza. (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 48)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat

perilaku Layla yang pemaaf. Sikap seseorang untuk

memberi maaf kepada orang lain. Sikap ini ada di dalam

diri setiap manusia.

81

3) Hubungan Manusia dengan Manusia

Semua yang ada pada diri manusia bukan seutuhnya

milik pribadi, tapi semua yang dimiliki terdapat milik orang lain.

Maka dari itu, Allah memberikan pajak (sedekah) bagi setiap

manusia, hal itu ditunjukkan sebagai salah satu wujud rasa

syukur terhadap Allah dan bagi sesama manusia. Karena pada

dasarnya manusia tidak hidup sendiri, manusia membutuhkan

manusia lain untuk membantu dan saling bantu. Sikap-sikap

untuk menjaga hubungan manusia dengan manusia antara lain.

a) Saling Menghormati dan Menghargai

Saling menghormati dan mengahargai sesama

manusia adalah untuk menjaga hubungan baik dengan

manusia, baik sesama muslim atau non muslim. Dalam

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku sikap saling

menghormati dan menghargai terlihat ada kutipan di bawah

ini.

“Mustofa bolehkah aku berbicara serius kepadamu?” Nada Layla begitu berat seolah ada perekat di bibirnya. “Tentang apa?” Mimik Mustofa tiba-tiba serius. “Bismillah…… aku harus menyampaikan ini. Kalau kabar perjodohan ini tidak aku sampaikan kepada Mustofa, aku pasti akan menyakiti hatinya. Dari pada hatinya yang terluka mending aku yang terluka pahit, katanya dalam hati. Layla meneteskan air mata. “Kenapa kamu malah menangis? Cerita dong kenapa. Apakah ada masalah?” Mustofa sedikit cemas melihat Layla tiba-tiba menangis.

82

Layla menyapu air mata dengan kedua telapak tangan. Ia mengumpulkan tenaga untuk mengutarakan semua ini. “Se…..se…sebetulnya aku sudah dijodohkan sama Abah.” Air mata Layla jatuh dan semakin menjadi. “Sore itu kamu mengatakan cinta kepadaku, aku menerimamu. Tetapi malamnya Abah dan Umi menjodohkanku Mustofa. Aku harus bagaimana? Aku tidak mau Abah dan Umi kecewa karena aku menolak perjodohan ini. Aku takut menjadi anak durhaka, anak yang tidak mau menurut perkataan orang tua. Apabila menurut kata hati, aku hanya ingin bersamamu Fa. Namun sekali lagi, aku takut dicap sebagai anak durhaka.” Layla menundukkan kepala. Air matanya terus mengalir. Mustofa kaget. Hatinya seperti tidak mau menerima semua ini. Ia akui hatinya rapuh bila sudah berurusan dengan cinta. Tetapi Mstofa mencoba untuk tegar. “Siapa laki-laki yang ingin menjadi suamimu itu?” Nadanya datar. Mustofa sedikit murung. “Sayful, kakaknya Azizah.”Layla masih tertunduk. “Kamu dijodohkan sama Sayful?!” secepat mungkin Mustofa berusaha mengendalikan diri. Setelah terdiam sejenak, ia melanjutkan dengan nada datar,”Dia laki- laki baik, mapan, dan sopan. Sepantasnya kamu mendapatkannya. Terimalah perjodohan itu. Abah dan Umi telah memilihkan yang terbaik untukmu. Mereka tahu yang terbaik untukmu. Buatlah mereka bahagia, walaupun sebetulnya pahit.”

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 135-136)

Dari kutipan di atas perbuatan yang Layla contohkan merupakan perbuatan saling menghormati dan menghargai. Layla mencintai Mustofa, namun Layla harus bisa memutuskan mana yang akan dipilihnya Abah dan

Uminya atau cintanya pada Mustofa. Karena Layla tidak

83

ingin menjadi anak durhaka maka, ia harus menuruti apa

kemauan orang tua barunya itu. b) Tolong Menolong

Tolong menolong adalah saling membantu bagi

yang membutuhkan pertolongan. Setiap manusia khususnya

kaum Muslimin hendaknya saling membantu. Perilaku

tolong menolong di dalam novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku dapat dilihat melalui perbuatan Layla sesuai

dengan kutipan berikut ini.

“Assalamu’alaikum.”Suara di ujung telepon. “Wa’alaikumsalam,”Jawab Niza. “Bisa bicara dengan Dokter Sayful?” Lanjut Niza. “Iya saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?” Niza memberikan ponselnya ke Layla. Layla menerima dan mengarahkan ke telinganya. “Masih ingat dengan saya Mas Sayful?” “Em…...,” Sayful berfikir sejenak, “Layla? Subhanallah…. Aku tidak menyangka. Kamu sekarang ada dimana, apakah kamu baik-baik saja?” Alhamdulillah, baik. Aku sekarang di Palembang. Ikut temanku sepanti dulu.” “Oh…syukur kalau begitu. Oh ya, ada keperluan apa?” “Begini Mas. Mas dulu tahu sendiri aku mencintai Mustofa?” Layla berhenti sejenak. “Layla minta tolong untuk menyampaikan sesuatu kepada Mustofa, boleh?” “Kalau bisa, Insya Allah aku bisa bantu sampaikan.”

84

“Begini Mas. Setelah dirasa hari demi hari hati ini selalu memikirkan Mustofa, aku takut nanti apabila dipendam akan meledak dan mengakibatkan aku sengsara. Jalan satu- satunya adalah menikah. Aku minta tolong kepada Mas Sayful untuk menyampaikan kepada Mustofa. Apabila dia masih mencintai aku, maka maukah dia menikah denganku? Kalau dia mau, maka datanglah ke Palembang untuk melamarku. Aku minta tolong untuk menyampaikan ini kepadanya. Nanti alamat aku SMS saja.” “Iya, nati akan aku sampaikan kepada Mustofa.” “Terima kasih, Mas, sebelumnya. Salam untuk Azizah dan para warga di sana. Assalamu’alaikum…” “Wa’alaikumsalam.” (Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 219-220)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa

sikap Sayful adalah membantu Layla dalam masalah

cintanya. Sayful yang merasa mampu dalam hal tersebut

dengan ikhlas membantu Layla.

4) Hubungan Manusia dengan Alam

Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna

diantara ciptaan Allah yang lainnya. Karena itu manusia diberi

akal dan pikiran, maka dari itu Allah menjadikan manusia

sebagai kholifah di bumi. Oleh karena itu, manusia dianggap

mampu mengemban amanat ini, amanat tersebut antara lain

untuk menjaga alam yang telah Allah ciptakan. Dalam novel

Dalam Sujud, Dia Menyentuhku digambarkan keindahan

ciptaan Allah terlihat pada kutipan di bawah ini.

85

“Pemandangan persawahan segera disapu oleh matanya.

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 64)

“Padi laksana rumput emas bergoyang, mendendangkan sabda alam.

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 120)

“Pemandangan yang elok seolah menyambut dengan ramah. Sungai Musi yang luas mengalir dengan tenang. Dari tepi sungai terdapat perahu kecil berjajar rapi. Di atas perahu itu terdapat papan nama yang menarik. Sesekali ada orang keluar dari perahu itu dengan mengusap perut.

(Dalam Sujud, Dia Menyentuhku: 202)

Dari kutipan di atas terlihat keindahan sawah dan

sungai musi yang sangat enak untuk dipandang. Alam

menyuguhkan segala keindahannya dan dapat manusia

rasakan, walau suasana manusia tidak tentu adanya.

3. Penerapan Pembelajaran Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni di Kelas XII SMK

Penerapan pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni di Kelas XII SMK berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diawali dengan membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang terdapat dalam silabus sebagai

berikut ini.

a. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi dalam pembelajaran sastra khususnya

pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

86

Fathoni adalah Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara

tingkat Unggul. b. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang dikembangkan dalam standar

kompetensi dalam pembelajaran sastra khususnya novel Dalam

Sujud, Dia ,Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah menganalisis

insur-unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni. c. Indikator

Indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar dalam

pembelajaran sastra khususnya pembelajaran novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai berikut ini.

1) Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

2) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menynentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah.

3) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri.

4) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia.

87

5) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan alam.. d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari indikator

dalam pembelajaran sastra khususnya pembelajaran novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni adalah sebagai

berikut ini.

1) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

2) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Doa Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah.

3) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri.

4) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia.

5) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan alam.

88

6) Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. e. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang dikembangkan dari tujuan

pembelajaran dalam pembelajaran sastra khususnya pembelajaran

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fahoni terdiri

dari materi pokok dan sub materi yang di jelaskan sebagai berikut

ini.

1) Materi pokok dalam pembelajaran ini adalah novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

2) Sub materi dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut ini.

a) Unsur-unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni, meliputi: tema, alur, tokoh dan

penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.

b) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan Allah,

meliputi: Berdoa, bersyukur, dan sabar.

c) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan diri

sendiri, meliputi: sabar dan pemaaf.

d) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan sesama

89

manusia, meliputi: tolong menolong, memaafkan, saling

menghormati dan menghargai.

e) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan alam. f. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dari materi

pembelajaran dalam pembelajaran sastra khususnya pembelajaran

novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni yang

terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup yang dijelaskan sebagai

berikut ini.

1) Pendahuluan

a) Guru memotivasi siswa.

b) Guru menunjukkan materi pembelajaran kepada siswa.

c) Guru menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

2) Inti

a) Siswa menganalisis unsur-unsur intrinsik Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni, meliputi: tema, alur

atau plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan

gaya bahasa.

b) Siswa menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah, meliputi: Berdoa, bersyukur, dan sabar.

90

c) Siawa menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri, meliputi: sabar dan pemaaf.

d) Siswa menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia, meliputi: tolong menolong,

memaafkan, saling menghormati dan menghargai.

e) Siswa menganalisis nilai-nilai moral novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan alam.

3) Penutup

a) Refleksi: Guru memberikan penguatan terhadap kegiatan

yang dilakukan siswa.

b) Tugas Terstruktur: Carilah nilai-nilai moral novel Dalam

Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni! g. Metode Pembelajaran

Metode untuk novel yang dikembangkan dari kegiatan

pembelajaran sastra khususnya pembelajaran novel Dalam Sujud,

Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni mengutamakan apresiasi

karya sastra sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru

harus memiliki metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar

yang disajikan. Dalam proses belajar mengajar sastra, guru

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas.

91

h. Waktu Pembelajaran

Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sastra khususnya

pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni dapat diatur sesuai dengan keleluasan, dan kedalaman

materi. Seorang guru harus bisa mengatur dan menggunakan waktu

yang tepat dengan keleluasan dan kedalaman materi. Materi yang

panjang dan memerlukan pendalaman diberi waktu yang lebih lama.

Dalam pengajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni, waktu yang digunakan adalah dua kali

pertemuan, satu jam pelajaran 45 menit, satu kali pertemuan

memerlukan waktu 180 menit. i. Sumber atau Media Belajar

Sumber atau media belajar dalam pembelajaran apresiasi

sastra, khususnya novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri

F. Fathoni yaitu:

1) Buku pelajaran bahasa Indonesia yang diwajibkan.

Buku Bahasa Indonesia SMA yang terkait dengan unsur-

unsur ekstrinsik novel, khususnya tentang nilai-nilai moral

tokoh dapat digunakan sebagai sumber belajar. Namun buku

yang dipilih harus disesuaikan dengan kriteria pemilihan bahan

pelajaran. Penggunaan kosa kata tata bahasa, urutan

penyampaian bahan, dan evaluasi harus memenuhi standar

bahan pembelajaran.

92

2) Buku pelengkap

Buku pelengkap sebagai buku acuan materi harus

mendukung dari segi isi dan manfaat dari buku tersebut. Isi buku

tersebut benar-benar harus mendukung materi yang sedang

dipelajari.

3) Hasil kerja sastra

Novel sebagai hasil karya sastra sangat baik sebagai

sumber belajar apresiasi sastra. Siswa dapat secara langsung

mengidentifikasikan novel secara keseluruhan, baik unsur

intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Novel yang dianalisis

diutamakan novel yang mempunyai kadar estetik, artinya novel

tersebut adalah novel sastra.

4) Laptop digunakan untuk menerangkan materi dengan program

power point yang ditampilkan lewat LCD Projector. j. Penilaian

Penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran sastra

khususnya novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.

Fathoni dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Teknik penilaian dalam pembelajaran ini menggunakan tenik

tes.

2) Bentuk tes dalam pembelajaran ini menggunakan tes tertulis

dengan tes esai.

93

3) Soal:

a) Buatlah sinopsis novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni!

b) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan Allah!

c) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan diri sendiri!

d) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan sesama manusia!

e) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia

Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia

dengan alam!

4) Kunci Jawaban

a) Sinopsis Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni.

Ini adalah tentang seorang gadis yang bernama

Layla Qonita yang tinggal di panti asuhan yang kemudian

diadopsi oleh kedua orang tua yang tidak memiliki anak.

Namun, Layla sendiri malah mengalami nasib yang tidak

ia duga, Layla akan dijadikan pelacur. Tetapi berkat

pertolongan dari seorang pembantu ia selamat dan

94

kemudian tinggal bersama pembantu tersebut dan sampai

akhirnya Layla diadopsi oleh seorang Kiai. Layla pun

bahagia dan dijodohkan dengan seorang dokter yang

bernama Sayful, namun setelah mereka menikah rumah

tangga mereka hanya berjalan beberapa hari saja karena

Layla tidak mencintai Sayful melainkan mencintai

Mustofa. Dan pada akhirnya mereka berpisah dan Layla

menikah lagi dengan Mustofa dan mereka hidup bahagia. b) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan Allah,

meliputi: Berdoa, bersyukur, dan sabar. c) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan diri

sendiri, meliputi: sabar dan pemaaf. d) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan sesama

manusia, meliputi: tolong menolong, memaafkan, dan

saling menghormati dan menghargai. e) Nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan alam,

meliputi: mengagumi keindahan dan keagungan ciptaan

Allah.

95

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukkan penulis yang berkaitan dengan hasil penelitian.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan terhadap novel

Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni sebagaimana telah

disajikan pada bab IV, dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah

dan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

karya Fahri F. Fathoni meliputi lima unsur, yaitu tema, alur latar ,sudut

pandang, dan gaya bahasa.

2. Nilai-nilai moral, nilai moral meliputi empat aspek, misalnya: Hubungan

Manusia dengan Tuhan, Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri,

Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia, dan Hubungan Manusia

dengan Alam. Hubungan manusia dengan tuhan terlihat pada tokoh

utama yang sedang melakukan shalat kemudian berdoa. Kutipan yang

menunjukkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri mempunyai dua

sifat yang dimiliki oleh tokoh utama yaitu sifat sabar dan pemaaf, sifat

sabar pada tokoh utama terlihat pada tokoh utama yang sabar dalam

menerima segala tuduhan yang ditujukan kepada dirinya, sedangkan sifat

pemaaf terlihat pada tokoh utama yang bisa memaafkan kesalahan orang

99 96

lain. Kutipan yang menunjukkan hubungan manusia dengan sesama

manusia mempunyai dua sifat yang dimiliki oleh tokoh utama yaitu

saling menghormati dan menghargai dan tolong menolong, sifat saling

menghormati dan menghargai terlihat pada tokoh utama yang sedanag

mengalami masalah dengan tokoh tambahan andalan kemudian tokoh

tambahan andalan tersebut mencoba menghormati dan menghargai

keputusan yang akan diambil oleh tokoh utama, sedangkan sifat tolong

menolong terlihat pada tokoh utama yang meminta tolong kepada tokoh

tambahan andalan untuk menyampaikan pesan dan kemudian tokoh

tambahan andalan tersebut menolongnya menyampaikan pesan itu.

Kutipan yang menunjukkan hubungan manusia dengan alam terlihat pada

tokoh utama yang mengagumi keindahan dan keagungan ciptaan tuhan

yaitu pada saat tokoh utama sedang duduk menghadap ke jendela sambil

memandangi area persawahan yang begitu indah dan sambil memuji

tuhan betapa maha kayanya tuhan itu.

3. Penerapan pembelajaran novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya

Fahri F. Fathoni di kelas XII SMK berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Langkah-langkah dalam mengajarkan nilai

moral di dalam kelas meliputi: kegiatan inti; meliputi: siswa menganalisis

unsur-unsur intrinsik novel; siswa menganalisis nilai-nilai moral;

refleksi, yaitu guru memberikan penguatan terhadap kegiatan yang

dilakukan siswa dan pemberian tugas struktur.

97

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran kepada guru Bahasa

Indonesia, peneliti selanjutnya, dan pembaca.

1. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan

pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya di kelas XII

SMK, mengingat novel ini mengandung aspek-aspek yang berkaitan

dengan pendidikan nilai-nilai moral.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi yang melakukan penelitian sejenis yaitu penelitian desktriptif

kualitatif khususnya nilai-nilai moral dalam sebuah novel dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai alternatif referensi. Hasil

penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan sehingga

memberi kontribusi membantu memahami, menganalisis dan

mengembangkan hasil penelitian mengenai nilai-nilai moral dari novel-

novel lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dunia

pendidikan.

3. Bagi para pembaca pada umumnya

Penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai media yang

menggugah pembaca pada umumnya untuk lebih tertarik pada kegiatan

membaca khususnya membaca novel. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat memperbaiki segala perilaku dan tindakan yang tidak

sesuai dengan ajaran agama Islam. Setelah membaca karya ilmiah ini

98

diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku menjadi lebih baik, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umunya.

99

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Adi, Nugroho Cahyo. September. 2015. “Analisis Nilai-Nilai Moral Karena Anak Kandung Karya M. Enri dan Skenario Pembelajaran di Kelas XII SMA”. Jurnal Surya Bahtera.

Buddy. 2010.”Hakikat Nilai dan Moral serta Sosialisasinya dalam Kehidupan Masyarakat. (http//buddybubhu.Blogspot.Com/2010/09/hakikat-nilai- dan-moral)

Larasati, Gilang. Diunduh 22 April 2016. “Pengaruh Persepsi Tentang Pembelajaran Sastra Terhadap Kemampuan Apresiasi Sastra Siswa Kelas XI SMK NEGERI SE-KABUPATEN KEBUMEN”. PDF: UNY (http://eprints.uny.ac.id/29893/)

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mangunwijaya, Y.B. 1988. Sastra dan Religiositas. Yogyakarta: KANISIUS

Nurhayati. 2013. Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia. Surakarta: Cakrawala Media

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Syaeful, Ahmad. 2015. “Nilai Pendidikan Moral Pada Film Novel Alangkah Lucunya Negeri Ini Karya Musfar Yasin dan Skenario Pembelajarannya Dalam Pembelajaran Drama di Kelas XI SMA”: Jurnal Surya Bahtera: Vol 03= 1-8.

Sugeng, Basuseno. September 2015. “Analisis Nilai Moral Pada Novel BUMI BIDADARI Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Jurnal Surya Bahtera: Vol 03= 16-22

100

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Waluyo, Herman. J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press.

.2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA

Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wahyuli, Endah Bekti. Diunduh 22April 2016. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team–Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Pada Peseserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) di SMK 45 WONOSARI”: PDF. UNY (http://www.google.com/url?url=http://eprints.uny.ac.id/1697/1/ISI.pdf& rct=j&q=&esrc=s&sa=U&ved=0ahUKEwjMuuQ_J7NAhWHvo8KHc30 A6MQFggXMAA&sig2=ZevBV2y6HbJ1czW8clzuaw&usg=AFQjCNE ryDaWJ4iQHe0Ia-NDGKcmd9l5xA)

Zuriah, Nurul. 2015. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

101 LAMPIRAN 1

SINOPSIS

Ada seorang Ibu yang bernama Bu Khalsum. Malam itu ia terus menerus menangis karena penyesalannya. Bu Khalsum bekerja sebagai wanita penghibur dan malam itu ia baru saja melahirkan seorang anak perempuan. Malam itu juga ia pergi meninggalakan kampungnya karena ia merasa tidak sanggup untuk membesarkan anaknya sendiri dan Bu

Khalsum juga malu jika tetangganya mengetahui bahwa ia baru saja melahirkan. Sebelum pergi meninggalkan kampungnya Bu Khalsum memasukkan anaknya ke dalam kardus dan setelah itu ia membuat surat.

Malam itu ia langsung pergi dan meletakkan anaknya di depan panti asuhan. Kemudian ia pergi meninggalkan anaknya dengan perasaan sedih. Setelah itu Bu Khalsum menuju rel kereta api untuk bunuh diri.

Tidak lama kemudian Bu Khalsum tertabrak kereta api yang saat itu juga melintas di hadapannya.

Pagi itu seorang ibu pemilik panti pulang dari pasar. Kemudian ia melihat ada sebuah kardus,ia langsung mendekat untuk melihatnya.

Begitu dilihat ternyata seorang bayi yang baru saja dilahirkan.Kemudian

Bu Fatimah menggendongnya sambil membaca isi suratnya.Setelah membaca suratnya Bu Fatimah langsung mendoakan Ibu yang sudah membuang anaknya tersebut. Kemudian Bu Fatimah memberikan sebuah nama kepada bayi tersebut dan bayi itu bernama Layla Qonita. Layla tumbuh menjadi gadis yang cantik dan juga sopan.Ia mempunyai teman yang bernama Niza. Niza adalah sahabat baiknya Layla.

102

Suatu ketika di dalam panti mereka bertemu dengan Rosi.Rosi adalah gadis yang tidak pernah suka dengan Layla dan Niza karena mereka kemana-mana selalu bersama.Bahkan Rosi pernah mengatakan jika Layla dan Niza lesbi.Tapi Layla tidak pernah marah dan malah Niza yang marah karena tidak terima dengan perkataannya.

Saat keuangan dipanti sudah mulai menipis karena belum ada donatur

Layla dan Niza di panggil Bu Fatimah setelah sholat dzuhur.Setelah menghadap mereka disuruh untuk mencari donatur yang bersedia menyumbang untuk panti.Saat itu juga mereka segera pamit untuk melaksanakan perintah dari Bu Fatimah. Ketika di tengah perjalanan mereka berpisah dan akan bertemu di sebuah masjid kemudian sholat.

Layla mendatangi sebuah rumah yang ia pikir pemilik rumah akan menyumbangkan uangnya. Namun ketika Layla sudah mengucapkan salam dan pemilik rumah keluar, ia malah mengganggu Layla dan meminta Layla untuk menjadi pacarnya. Saat itu juga Layla langsung pergi. Berbeda dengan Niza,ia malah di tuduh melakukan penipuan ketika meminta sumbangan untuk panti.

Kemudian di tengah perjalanan mereka bertemu.Dan Niza bingung ketika melihat Layla berlari dengan nafas tersendal-sendal. Setelah itu Niza bertanya dan Layla pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah Layla menceritakan semuanya kemudian mereka pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat ashar.Selesai sholatmereka pulang.

Sesampainya dipanti mereka menghadap Bu Fatimah untuk meminta

103

maaf karena mereka belum mendapatkan donatur yang bersedia menyumbangkan uangnya,namun karena Bu Fatimah baik mereka diberikan uang untuk membeli soto di pinggir jalan langganan mereka.

Setelah sampai di warung makan mereka segera memesan soto dan kemudian makan. Ketika mereka selesai makan mereka menuju kasir untuk membayarnya tiba-tiba mereka melihat ada seorang ibu yang kebingungan mencari suaminya karena di tinggal suaminya pulang.

Suaminya memang sudah pikun,namun karena mereka gadis yang baik jadi mereka menemani ibu itu untuk menunggu suaminya.

Pagi itu, Bu Fatimah sedang sedih karena aka nada sepasang orang tua yang hendak mengadopsi Layla.Ketika Bu Fatimah sedang duduk di ruang tamu Layla di panggil untuk menghadapnya.Dengan perasaan penasaran akhirnya Layla datang menemui Bu Fatimah. Bu Fatimah akhirnya mengatakan jika ada sepasang suami istri yang akan mengadopsi Layla besok pagi. Di satu sisi Layla bahagia karena akan mendapatkan orang tua angkat dan pasti mereka baik namun di sisi lain ia sedih karena harus meninggalkan Bu Fatimah dan teman-temannya.

Malam itu adalah malam terakhir Layla dipanti. Mereka dikumpulkan oleh Bu Fatimah karena Layla akan meminta maaf dan berpamitan untuk meninggalkan panti.

Ketika mereka sudah kumpul untuk menyaksikan Layla pergi, tiba-tiba datanglah mobil yang di dalamnya sepasang suami istri yang akan membawa Layla. Orang tua itu bernama Pak Timo dan Bu Sarah.Setelah

104

mereka turun dari dalam mobil dan masuk ke panti untuk menjemput

Layla semua penghuni panti menangis karena merasa kehilangan salah satu keluarganya. Layla, Pak Timo, dan Bu Sarah langsung masuk mobil dan meninggalkan panti. Jarak panti menuju rumah orang tua angkat

Layla tidak jauh, setelah mereka sampai di rumah, Laya langsung di tunjukkan kamar tidurnya dan meminta pembantunya untuk menyiapkan makan siang.Orang tua angkat Layla sangat baik dan Layla merasa bahagia.

Siang itu, Pak Timo dan Bu Sarah akan pergi kondangan dan Layla di suruh ikut yang nanti akan ditinggal di rumah Pamannya yaitu Paman

Hardi. Setelah sampai di rumah Paman Layla langsung di suruh masuk dan di persilahkan duduk.Tidak lama kemudian mereka pergi.Paman

Hardi sangat baik kepada Layla. Saat Layla akan sholat tiba-tiba seorang pembantu masuk ke kamar Layla untuk memberikan makan siang, setelah itu Layla di ingatkan jika hendak sholat untuk menghadap ke kiblat. Hari sudah sore tapi Pak Timo dan Bu Sarah pun belum juga pulang untuk menjemputnya.Akhirnya Layla tidur di rumah Paman

Hardi.

Ketika hari sudah pagi, tiba-tiba Layla di paksa untuk ikut masuk ke dalam mobil oleh Paman Hardi.Layla langsung kaget kenapa Pamannya bisa setega itu. Setelah Layla berteriak meminta tolong dan bertanya kenapa ia di masukkan ke dalam mobil, Pamannya pun menjawab dengan suara keras jika ia akan di bawa keluar negeri untuk di jadikan PSK.

105

Layla tidak menyangka ternyata keluarga barunya tidak sebaik yang ia kira. Setelah itu Mbok Ijah pembantu Paman Hardi datang untuk menyelamatkan Layla.Setelah mereka selamat mereka langsung pergi.

Ketika mereka sudah sampai di kampung Mbok Ijah, Layla langsung merasa lega.Setelah mereka sampai di rumah Mbok Ijah, mereka langsung masuk dan Layla dikenalkan dengan anak Mbok Ijah yang bernama Husna.Tidak lama mereka langsung akrab seperti kakak adik.Ketika mereka selesai sholat mereka jalan-jalan menuju tempat favorit Husna. Di tempat itu anginnya sangat sejuk dan di sana mereka bertemu dengan Mustofa. Mustofa adalah pemuda tampan, baik, dan juga pintar dalam agama.Dia biasa mencari udang untuk di goreng kemudian di jual jika ada yang memesan.Husna langsung memesan dan meminta udangnya untuk di antar ke rumahnya setelah sholat isya dan Mustofa bersedia.Namun sebelum mereka pergi, Husna memperkenalkan Layla dengan Mustofa, setelah berkenalan mereka langsung pergi.

Malam itu Mustofa benar datang ke rumah Husna mengantarkan udang.

Tetapi ketika Mustofa mengetuk pintu dan mengucapkan salam ternyata yang menjawab salamnya adalah Layla. Setelah Mustofa menyerahkan pesanan Husna Mustofa langsung pergi.Tidak lama kemudian Layla masuk dengan membawa udangnya.Selesai makan Layla mencuci piring dan membantu Husna belajar.Setiap hari Layla membantu Mbok Ijah bersih-bersih rumah. Mbok Ijah setelah pergi dari rumah Paman Hardi ia bekerja sebagai tukang cuci. Suatu ketika Bu Nyai datang ke rumah

106

Mbok Ijah dengan tujuan ingin mengangkat Layla untuk menjadi anaknya dan menjadi guru ngaji di masjid bersama Azizah.Dan Layla langsung bersedia.Setelah itu Layla tinggal di rumah Bu Nyai dan Pak

Kiai.Pak Kiai dan Bu Nyai berniat ingin menjodohkan Layla dengan seorang dokter yang bernama Sayful kakak kandung dari Azizah.

Perjodohan itu di lakukan dengan tujuan agar masjid milik orang tua

Sayful menjadi miliknya.Namun Pak Heru dan istrinya belum mengetahui niat Pak Kiai tersebut.Suatu ketika Layla tidak sengaja mendengar pembicaraan Pak Kiai dan Bu Nyai tentang niat mereka melakukan perjodohan itu.Setelah selesai mendengar pembicaraan tersebut Layla langsung pergi ke rumah Azizah untuk memberitahukan niat orang tua angkatnya itu.Namun Azizah tidak percaya justru Azizah pikir Layla hanya mengarang cerita saja. Tetapi Layla tidak menyerah akhirnya ia pergi ke rumah Mbok Ijah untuk memberitahukan hal tersebut. Mbok Ijah langsung percaya dan sempat kaget mendengar hal tersebut.Suatu ketika Pak Kiai mengadakan acara menyembah makam tua dimana acara tersebut di yakini warga sekitar agar kampung mereka dan kampung milik Sayful tetap damai. Namun Layla tidak mengikuti acara tersebut ia anggap itu sebagai bid’ah. Layla sudah mengingatkan orang tua angkatnya agar tidak melakukan acara tersebut namun usaha

Layla sia-sia.

Hari ini Layla akhirnya menikah dengan Sayful pemuda yang tidak ia cintai. Ketika mereka sudah resmi menjadi suami istri, malamnya Sayful

107

hendak menyentuh Layla tetapi Layla menolaknya dan Sayful pun sadar jika Layla tidak mencintainya melainkan mencintai Mustofa. Malam itu sebelum Sayful menjatuhkan talak Layla menceritakan niat Pak Kiai dan

Bu Nyai yang sebenarnya, dan Sayful merasa kaget dan akhirnya Sayful menjatuhkan talak kepada Layla dan Layla di suruh pergi dari rumahnya untuk mencari pemuda yang di cintainya. Setelah Layla pergi, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Niza. Niza sudah menjadi anak dari orang tua yang kaya.Niza pun berhenti dan menyuruh Layla untuk masuk ke dalam mobilnya. Layla tidak menyangka akan hal itu. Di dalam perjalanan Layla menceritakan tentang awal ia di adopsi oleh orang tua angkat yang pertama sampai dengan yang terakhir. Niza akhirnya ikut merasa sedih, akhirnya mereka menuju rumah Niza.Layla menginap di rumah Niza. Pagi itu Pak Syamsul dan Umak Salamah sedang duduk sambil membaca koran tiba-tiba Niza dan Layla datang. Niza mengingatkan orang tua angkatnya tentang mereka yang akan mencarikan kakak untuk Niza. Namun karena Niza dan Layla sudah berteman lama, akhirnya Niza meminta izin kepada orang tua angkatnya jika Layla saja yang menjadi kakaknya.Pak Syamsul dan Umak Salamah pun mengizinkannya asal itu bisa membuat Niza bahagia.

Layla bercerita kepada Niza tentang perasaannya ke Mustofa.Setelah itu

Niza memberikan hpnya agar Layla menelfon Sayful untuk menyampaikan pesannya. Layla menitip pesan untuk Mustofa jika ia masih mencintainya Mustofa di suruh datang ke Palembang untuk

108

menikahinya. Dan Sayful menyanggupinya.Ketika Sayful datang ke rumah Mustofa untuk menyampaikan tersebut, Mustofa sedang merawat bapaknya yang sedang sakit. Begitu mendengar hal tersebut Mustofa langsung meminta doa restu dari bapaknya untuk pergi ke Palembang menikahi Layla. Bapaknya pun dengan cepat memberikan doa restu. Dan tidak lupa Sayful mencarikan perawat untuk menjaga bapaknya Mustofa.

Pagi-pagi sekali mereka berangkat menuju Palembang menggunakan bus.Sesampainya di Palembang mereka segera menuju rumah Layla.

Setelah mereka membicarakan niat mereka kepada Pak Syamsul dan

Umak Salamah, akhirnya mereka memberikan doa restu kepada Layla.

Dan akhirnya hari bahagia itu datang dimana Mustofa dan Layla menikah.Malamnya sebelum mereka melakukan

109

LAMPIRAN 2

BIOGRAFI PENGARANG

Fahri F. Fathoni, lahir 17 Januari 1994 di Klaten. Di kota yang terletak di antara kota Solo dan Jogja itu, ia menyelesaikan pendidikan di SDN 3

Klepu, SMPN 4 Delanggu, dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Di bangku SMA, dia mengikuti beberapa organisasi, antara lain OSIS,

Jurnalistik, dan PKS(Patroli Keamanan Sekolah). Pada tahun 2010, Fahri meraih juara 3 lomba cerpen se-Kabupaten Klaten yang diadakan oleh

PD IPM(Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dan juara 3 lomba PKS tingkat

SMP se-Kabupaten Klaten.

110

LAMPIRAN 3

SILABUS

Nama Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XII Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Unggul

Kompetensi Materi Kegiatan Alokasi Sumber/ Indikator Penilaian Dasar Pembelajaran Pembelajaran Waktu Bahan/Alat   3.1 Apresiasi karya Siswa diajak Mampu - Pustaka rujukan: sastra pada mengidentifikasi Tes lisan 6 x 45 Menyima mengenal Tes tulis menit puisi, prosa, isi-isi puisi, prosa, ∙ Bahasa Indonesia k untuk pengertian, sejarah (3 cerpen, dan cerpen, dan Tataran Unggul memaha novel perkembangan puisi, novel Bentuk pertemuan) untuk SMK dan mi secara  Apresiasi film dan unsur-unsur  Mampu instrumen: MAK Kelas XII kreatif dan drama lainnya menuliskan Daftar karya Ahmad teks seni  Menyimak kembali unsur- pertanyaan rekaman drama Siswa diajak unsur intrinsik Iskak dan berbahasa lisan untuk  Mengenal iklan mencermati isi puisi puisi dan cerpen Yustinah terbitan dan teks memahami dan poster  Mampu Erlangga 2008 ilmiah Siswa diajak memahami puisi dan halaman 1-42 sederhana mengidentifikasi dan penilaian unsur- unsurnya memahami isi dan mengenai drama ∙ Kamus Besar dan film unsur-unsur intrinsik Bahasa Indonesia  Mampu Daftar prosa (cerpen dan terbitan Balai menuliskan permasalahan/ kembali unsur- kasus-kasus

111

novel) unsur dan kriteria pembuatan Pustaka 2003 penilaian drama simpulan Siswa memahami ∙ Pedoman Umum  Mampu informasi lisan unsur-unsur membuat resensi Ejaan yang yang tidak pembentuk film film Disempurnakan bersifat  Mampu dan Pedoman Siswa memahami mengidentifikasi perintah Umum ciri-ciri bahasa dalam ciri-ciri iklan dan Soal Uji Pembentukan film dan drama poster  Mampu menulis Mandiri dan Istilah terbitan Siswa memahami iklan dan poster Uji Kelompok Yrama Widya unsur-unsur secara sederhana untuk lebih Bandung 1991 pembentuk drama memahami - Material: VCD dan materi Siswa memahami kaset kriteria penilaian Soal Uji Media - Media cetak dan drama untuk elektronik (iklan dan menganalisis poster) Siswa berlatih film mengerjakan Uji - Website internet Mandiri hal 30 (buku Soal untuk Bahasa Indonesia menguji - Model peraga Tataran Unggul, kompetensi - Lingkungan terdekat Erlangga) mendengarkan siswa Daftar

112

Siswa berlatih pertanyaan mengidentifikasi dalam Uji unsur-unsur drama Keterampilan Berbahasa Siswa memahami untuk unsur-unsur iklan memperkaya dan poster kemampuan Siswa mengevaluasi siswa terhadap dan membuat penyerapan simpulan mengenai materi ajar penilaian karya seni

113

LAMPIRAN 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMK Patriot Pituruh Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII (dua belas)/1 (satu) Program : Semua program keahlian Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Unggul

B. Kompetensi Dasar 3.1 Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana

C. Indikator  Mampu menyampaikan isi cerita dari intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.  Mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa) novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.  Mampu menemukan nilai-nilai moral yang ada dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. D. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. 2) Siswa dapat menemukan unsur-unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa) novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F.Fathoni. 3) Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai moral yang ada dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

114

E. Materi Pembelajaran 1) Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. 2) Unsur intrinsik novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni 3) Nilai-nilai moral dan yang ada dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

F. Metode Pembelajaran 1) Kegiatan awal : ceramah dan diskusi 2) Kegiatan akhir : penugasan G. Kegiatan Pembelajaran

PERTEMUAN 1

1) Kegiatan awal a) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa. b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas. c) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator perencanaan yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berakhir. d) Guru bertanya kepada siswa mengenai kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas. 2) Kegiatan inti a) Eksplorasi:  Siswa membaca novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni  Guru membagi kelompok antara 4-6 orang secara heterogen b) Elaborasi: Siswa berdiskusi untuk:

 Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.  Menganalisis nilai-nilai moral pada dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni  Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompoknya.

115

 Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi. c) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, siswa:

 Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui.  Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. 3) Kegiatan penutup Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran mengenai nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.

PERTEMUAN 2

1) Kegiatan Awal a) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa. b) Guru mengkondisikan agar peserta didik siap belajar. c) Guru membimbing siswa untuk membuat kelompok kecil maksimal 6 orang. d) Guru menunjuk 1 orang dari setiap kelompok untuk perwakilan bicara di depan kelas.

2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi  Peserta didik dibantu oleh guru mengulas materi pelajaran yang telah lalu.  Guru memberikan pengantar materi tentang pengertian moral.  Peserta didik mendiskusikan aspek moral yang ada dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni.  Guru memberi skor secara individu dan kelompok selama pelajaran berlangsung. b) Elaborasi  Peserta didik memaparkan hasil diskusi melalui perwakilan di depan kelas.  Kelompok paling mengerti dan bisa diberikan penghargaan sebagai motivasi.

116

c) Konfirmasi  Peserta didik diberikan soal tes untuk mempertanggungjawabkan hasil belajarnya. 3) Peserta didik dan guru menyusun kesimpulan tentang nilai moral dalam novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni. 4) Penutup a) Guru memberikan penjelasan nilai peserta didik. b) Guru dan peserta didik mengadakan refleksi. c) Guru menginformasikan pertemuan berikutnya. d) Guru mengakhiri pertemuan dengan berdoa.

H. Sumber Belajar

1. Novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku

2. Buku-buku sastra yang sesuai

3. Buku paket bahasa Indonesia

I. Penilaian

1. Prosedur Penilaian

a) Penilaian proses belajar

b) Penilaian hasil belajar

2. Alat penilaian: soal uraian

f) Buatlah sinopsis novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni g) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan Allah. h) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan diri sendiri.

117

i) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan sesama manusia. j) Sebutkan nilai-nilai moral novel Dalam Sujud, Dia Menyentuhku karya Fahri F. Fathoni hubungan manusia dengan alam.

Purworejo, 2016

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Novita Anggraini

NIP. NIM. 122110084

118