Bab I Pendahuluan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga yang paling digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan dari berbagai negara. Pada sepakbola itu terdapat nilai nilai penting yang tidak bisa diacuhkan agar menjadi suatu sarana olahraga yang menyehatkan, menghibur dan mendidik. Di Indonesia, sepakbola menjadi olahraga nomor satu yang paling digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Liga Indonesia bergulir sejak tahun 1931 dengan nama Perserikatan, dengan juara pertama kali VIJ Jakarta yang mengalahkan VVB Solo di Stadion Sriwedari Solo. Pada tahun 1979 diperkenalkan sebuah kompetisi baru yaitu Galatama (Indonesia dikabarkan menjadi pioner kompetisi semi-professional dan professional di Asia selain Liga Hong Kong), yang diprakarsai oleh Acub Zaenal, juara Galatama pertama kali adalah Warna Agung (Wikipedia). Galatama dan Perserikatan akhirnya dilebur menjadi satu dengan nama Liga Indonesia pada tahun 1994. Sebelum dilebur, Persib Bandung menjadi juara Perserikatan (mengalahkan PSM Ujungpandang 2-0, di Jakarta) untuk terakhir kalinya, sedangkan juara Galatama yang terakhir adalah Pelita Jaya setelah mengalahkan Gelora Dewata 1-0. Liga Indonesia diharapkan menjadi embrio baru sepakbola profesional di Indonesia. Pada kompetisi Liga Indonesia yang pertama kali, Persib Bandung menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor 1-0. Tercatat dua kali Liga Indonesia harus terhenti di tengah jalan yaitu pada tahun 1998 (Politik) dan 2006 (Gempa Bantul). Liga Indonesia juga sering berubah format kompetisi. Sekarang format kompetisi di Indonesia berubah kembali, masih dengan semangat menciptakan profesionalisme sepakbola, Liga Super Indonesia digulirkan sejak tahun 2008. Untuk pertama kalinya, Persipura Jayapura menjadi juara Liga Super Indonesia dengan format satu wilayah dan kompetisi penuh. Namun kendala masih saja ada untuk menciptakan profesionalisme industri sepakbola, salah satunya adalah masih bergantungnya pendanaan klub-klub Liga Super dari dana rakyat yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Setelah itu kompetisi kembali berganti nama menjadi Liga Indonesia 1 yang menjalin sponsor utama dengan Badan Transportasi Swasta, Gojek. Kompetisi yang masih belia ini dibawahi oleh PSSI yang diketuai oleh Edy Rahmadi sejak tahun 2016. Terbagi menjadi tiga kasta, yaitu Liga 1 yang merupakan kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 2 dan Liga 3. Hingga tahun 2018 ini jumlah klub yang terdaftar resmi di PSSI dan mengikuti Liga Indonesia berjumlah 88 klub dari berbagai daerah. Besarnya sepakbola di Indonesia tidak diimbangi dengan rivalitas yang sehat. Dilansir dalam tempo.co, dalam data Litbang Save Our Soccer (SOS) tercatat bahwa terdapat 57 suporter Indonesia yang meninggal dalam pertandingan sepakbola di Indonesia sejak tahun 1995 sampai Timnas Senior melawan Fiji pada 2 September 2017. Hal tersebut terjadi karena adanya kekerasan oleh pendukung fanatik sepakbola atau yang biasa disebut hooliganism. Fanatisme yang berujung dengan kekerasan, bahkan tidak jarang mengakibatkan kerusuhan diantara dua suporter sepakbola yang sedang bertanding, banyak terjadi di Indonesia. Diantaranya yang cukup mengerikan hingga mengakibatkan korban jiwa adalah kerusuhan yang terjadi antara Suporter Arema dan Persela pada Indonesia Super League tahun 2010, PSIR dan Persis Solo, Bonek dengan Aremania yang cukup akrab dengan bentrokan, serta Jakmania dengan Bobotoh yang juga kerap melakukan kerusuhan. Namun, masih terdapat satu klub sepakbola daerah yang menarik perhatian karena prestasinya dan kedewasaannya dalam lapangan dan di luar lapangan sehingga sering menjadi percontohan untuk klub sepak bola daerah lainnya. Perserikatan Sepakbola Sleman atau yang biasa disebut PSS. PSS berbasis di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan berdiri pada tahun 1976. PSS memiliki basis suporter terbesar dan tersebar di seluruh Indonesia yang disebut Brigata Curva Sud atau biasa disebut BCS. Bahkan, Copa90, sebuah situs yang berfokus pada suporter sepakbola di dunia dan memiliki jutaan subscriber di saluran Youtube, menganugerahi BCS sebagai suporter sepakbola yang terbaik di Asia. BCS dianggap sebagai suporter militan yang paling fanatik dan disegani oleh seluruh suporter di daerah lain Indonesia maupun di luar negeri (Copa90, “These Asian Ultras Will Blow Your Mind”) karena selalu memenuhi stadion pada tiap akhir pekan dan menciptakan koreografi yang mengagumkan. 2 Hal yang membuat BCS menarik adalah BCS terbentuk dari kurang lebih 125 komunitas umum di Indonesia dan tidak memiliki Ketua Umum, tidak seperti basis suporter yang lain, seuai dengan motto “together no leader”, yang menjunjung tinggi kesetaraan anggota. Suporter BCS juga memiliki badan usaha sendiri, yaitu Curvasud Shop yang menjual aksesoris dan perlengkapan suporter. Badan usaha ini untuk menghidupi seluruh komunitas yang terdapat dalam Brigata Curva Sud dan sebagian juga didonasikan untuk kepentingan klub PSS Sleman. BCS Sleman dikenal sebagai suporter besar di Indonesia, yang selalu menunjukkan kekompakannya dalam memberikan dukungan. Mengadopsi dari kultur suporter sepakbola ultras Italia, BCS selalu tampil kasual, gelap dan total saat mendukung PSS Sleman berlaga. Suara dukungan mereka selalu menggelegar di dalam stadion selama pertandingan berlangsung. Tentunya kekompakan yang terbentuk tersebut tidak lepas dari peran orang yang memimpin mereka di tribun lapangan saat mendukung PSS bertanding, yang sering disebut dengan “dirigen”. Tidak sembarang orang yang mampu menjadi dirigen, yang harus mengkoordinasi ribuan suporter agar menjadi satu suara. Hanya orang tertentu dengan kemampuan kepemimpinan yang baik yang terpilih. Batak Jore, adalah yang diberi amanat menjadi dirijen tribun BCS dan beliau mampu mengoordinir ribuan suporter BCS dalam satu komando. Pada survey yang diadakan oleh situs sepakbola terkemuka dunia, Copa90 di tahun 2017, BCS menempati urutan suporter terbaik se-Asia. BCS mengungguli komunitas suporter Urawa Boys (Jepang), Frente Tricolor (Korea Selatan), Boys of Straits (Malaysia), dan Bangal Brigade (India). Brigata Curva Sud unggul dalam hal kreatifitas, koreografi, jumlah massa dan tingkat kerusuhan antar suporter paling rendah di Indonesia. (idntimes.com, “Mendunia, Pendukung PSS Sleman”) 1.2 Fokus Permasalahan Penulis memilih tugas karya akhir dalam bentuk film dokumenter ini karena maraknya kerusuhan antar suporter sepak bola di Indonesia, yang tidak jarang memakan korban. Hal tersebut tentu saja dapat menciptakan kondisi persaingan yang tidak sehat dan menurunkan citra sepak bola Indonesia. 3 ‘Voice of the Leader’ dipilih penulis sebagai judul karya akhir karena menurut penulis judul tersebut menggambarkan bagaimana suara dari seorang dirijen tribun adalah suara yang paling dihormati oleh ribuan suporter yang datang ke stadion dan mereka tunduk dalam euforia satu suara saat bernyanyi mendukung PSS Sleman. Dalam film dokumenter ‘Voice of the Leader’ ini, penulis memfokuskan kepada peran penting sosok pemimpin tribun suporter sepak bola yang disebut sebagai “dirigen” dalam mengatur ribuan pendukung tim bola PSS Sleman. 1.3 Tujuan Berdasarkan fokus permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka tujuan karya akhir ini adalah untuk mengetahui peran dirigen Brigata Curva Sud dalam mengatur tingkah laku suporter di dalam tribun sehingga dapat menciptakan suasana yang kompetitif tanpa perlu bertindak anarkis. 1.4 Manfaat Pembuatan film dokumenter ini memilki beberapa manfaat yang terbagi ke dalam beberapa aspek, yaitu: 1.4.1 Aspek Teoritis Film Dokumenter ini diharapkan mampu menjadi pembelajaran bagi para pembuat film yang lain dalam melakukan proses produksi film dokumenter serta memberikan ilmu yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi khususnya efek media massa, serta diharapkan film dokumenter ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Aspek Praktis Film dokumenter ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sosok seorang dirigen tribun dalam memimpin para pendukung sepak bola dan juga peran pentingnya dalam mengontrol sikap dan perilaku para pendukung sepak bola dalam satu tribun agar tidak bertindak anarkis. 4 1.5 Skema Rancangan Proyek Peran penting seorang dirigen suporter sepak bola Membuat film dokumenter suporter sepak bola yang berfokus pada seorang dirigen Brigata Curva Sud Pra Produksi Produksi Pasca Produksi Merumuskan ide, riset, Pengambilan gambar dan Editing membuat timeline audio produksi Film Dokumenter ‘Voice of the Leader’ Gambar 1. 1 Skema Rancangan Proyek Sumber: Olahan Penulis, 2018 1.6 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan produksi film ‘Voice of the Leader’ ini akan mengambil lokasi di Sleman. Untuk pelaksanaan karya akhir ini diperkirakan mulai dari bulan Februari 2018 hingga bulan September 2018. Berikut tabel perkiraan waktu tersebut: 5 Tabel 1. 1 Perencanaan Waktu Pengerjaan Film Dokumenter ‘Voice of the Leader’ NO Tahapan kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem Novem Bab I – Bab III ber - ber Oktober 1 Mencari data dan riset 2 Menyusun Proposal 3 Seminar Proposal 4 Produksi 5 Tahap Pasca Produksi (editing) 6 Analisis data 7 Sidang karya akhir Sumber: Olahan Penulis, 2018 6 .