Format Sisfo
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL BAHASA RUPA Vol. 1 No 1 - Oktober 2017 p-ISSN 2581-0502 (Print), e-ISSN 2580-9997 (Online) Available Online at : http://jurnal.stiki-indonesia.ac.id/index.php/jurnalbahasarupa MENGUAK MITOS: DISKURSUS GAYA GAMBAR AMERIKA, JEPANG, EROPA, GAYA GAMBAR INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Michael Sega Gumelar Digital Communication Study Programme, Surya University Research Divison, An1mage [email protected] Received : Juli 2017 Accepted : Agustus 2017 Published : Oktober 2017 Abstrak Generasi muda yang memiliki keterampilan menggambar dan atau generasi muda yang suka dengan gambar di Indonesia sampai laporan penelitian ini ditulis sedikit banyak memiliki mitos adanya gaya gambar Amerika (U.S.A), gaya gambar Jepang, gaya gambar Eropa, dan juga akhirnya menganggap adanya gaya gambar Indonesia. Budaya melihat tayangan TV atau tayangan audio-visual lainnya melalui internet membuat generasi muda di Indonesia. Tentu saja budaya melihat tayangan audio-visual ini sedikit banyak mengurangi budaya membaca pada referensi-referensi buku-buku dalam format yang sudah dicetak dan atau buku dalam media elektronik (e-Book). Di laporan penelitian ini mengungkap apakah benar ada gaya gambar Amerika, gaya gambar Jepang, gaya gambar Eropa, dan gaya gambar Indonesia. Kata Kunci: mitos, gaya, gambar, Amerika, Jepang, Indonesia Abstract The Indonesian young generation who has the skills to draw and or who love drawing in Indonesia when this study was written more or less have believe in the myth of the existence of the American drawing style (U.S.A), Japanese drawing style, European drawing style, and eventually come into conclusion there must be an Indonesian drawing style. The watching TV culture or watching other audio-visual footage via the internet reducing significantly on reading books in printed format or in electronic media (e-Books) in Indonesia young generations. In this study reveals are there really exist drawing in American, Japanese, European, and Indonesian style. Keywords: myth, style, drawing, America, Japan, Indonesia 1. PENDAHULUAN beberapa bahasa lainnya yang mirip di Menggambar adalah salah satu keterampilan nusantara, Indonesia saat ini. dalam berkreativitas yang dimiliki mahluk cerdas bernama manusia. Kegiatan membuat Definisi gambar adalah wujud tiruan dari segala gambar disebut dengan menggambar, hal sesuatu di alam ini tetapi juga mencakup tersebut muncul dari kata 'gambar'. Gambar berbagai ide, solusi, dan imajinasi yang tidak ada dapat disebut citra, citra berasal dari kata di alam nyata sehingga dapat dibuat dengan '' bahasa Gujarat. Kata gambar sendiri menggunakan satu alat tertentu untuk berasal dari bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan membuat coretan (outline) pada media tradisional dan atau media baru [1]. Jurnal Bahasa Rupa | 25 Kemampuan atau keterampilan menggambar Amerika Serikat dengan berbagai aliran gaya dimiliki oleh setiap orang dengan tingkatan yang gambar beragam yang ada. berbeda, kualitas dan kuantitas yang berbeda, semakin sering seseorang menggambar secara Sewaktu dominasi informasi berupa komik, dan kuantitas, maka cenderung semakin meningkat berbagai buku yang memiliki ilustrasi yang kualitasnya, hal ini mendasari mengapa tidak diimpor dan atau komik terjemahan dari Jepang ada orang yang tidak dapat menggambar, oleh penerbit di Indonesia, bermunculan banyak semua orang pasti dapat menggambar [1]. generasi muda yang goresan gaya gambarnya cenderung bergaya gambar ala komik-komik Namun walaupun seseorang sering terbitan dari Jepang dengan berbagai aliran gaya menggambar dengan pertumbuhan kualitas gambar beragam yang ada. yang semakin baik. Ada kecenderungan seseorang memilih gaya dalam menggambar [2]. Gambar-gambar dari Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang ini menjadi populer karena budaya Penulis mengamati, pada awalnya seseorang membaca generasi muda sangat tinggi di masa memilih gaya gambar karena elemen: pertumbuhan mereka di masanya, dan 1. Lingkungan: adanya dominasi membaca manga (bahasa Jepang untuk komik) informasi gaya gambar tertentu dalam menjadi melekat dalam memori generasi muda lingkungan relatif kecil dan atau relatif tersebut. besar di suatu area. 2. Subjektif: karena suka membaca dan Generasi muda yang lingkungannya didominasi atau tertarik dengan gaya gambar dengan berbagai informasi gaya gambar dari tertentu dari sekian banyak pilihan Amerika di masanya karena impor dan atau gaya gambar yang ada. terjemahan oleh berbagai penerbit yang ada di 3. Keterampilan: karena memilih gaya waktu itu, maka dari sekian daya gambar gambar yang sesuai dengan tersebut seorang pembaca akan memilih satu kemampuannya dan atau semakin gaya gambar yang disukainya secara subjektif. meningkat kualitasnya seiring seringnya menggambar seseorang Gaya gambar yang disukai dari berbagai dalam kuantitas tertentu yang penerbit yang berasal dari Amerika tersebut memengaruhi kualitas dan pilihan gaya muncul dan dikenal adalah penerbit dari DC dan gambar seseorang secara cepat atau Marvel. Sehingga terkadang menyebut gaya lambat. gambar Amerika dengan sebutan gaya gambar DC dan atau gaya gambar Marvel. Ketiga elemen tersebut dapat muncul secara bersamaan atau secara bertahap pada Seperti kata pepatah “monkey see monkey do” seseorang tergantung kondisi, situasi, dan dimana manusia mengamati spesies monyet, waktu tertentu. monyet cenderung menirukan apa yang mereka lihat, kemudian mereka melakukannya. Sewaktu dominasi informasi berupa komik, dan Ternyata pepatah tersebut juga sepertinya berbagai buku yang memiliki ilustrasi yang berlaku pada spesies manusia. diimpor dan atau komik terjemahan dari Eropa oleh penerbit di Indonesia bermunculan, banyak Adanya dominasi informasi yang diimpor dari generasi muda yang goresan gaya gambarnya negara tertentu di masa tertentu yang telah cenderung bergaya gambar ala komik-komik dibaca oleh generasi-generasi muda tersebut, terbitan dari Eropa dengan berbagai aliran gaya secara sadar dan atau tidak sadar membentuk gambar beragam yang ada. memori yang melekat kepada mereka karena sebagai pembacanya [2]. Sewaktu dominasi informasi berupa komik, dan berbagai buku yang memiliki ilustrasi yang Dominasi informasi yang terjadi tersebut yang diimpor dan atau komik terjemahan dari awalnya mereka hanya sebagai pembaca, Amerika Serikat (U.S.A) oleh penerbit di kemudian beranjak ke tahap berikutnya yaitu Indonesia, bermunculan banyak generasi muda tahap meniru untuk memulai berkreasi. yang goresan gaya gambarnya cenderung bergaya gambar ala komik-komik terbitan dari Jurnal Bahasa Rupa | 26 Tolok ukur telah dibuat oleh generasi-generasi paradoks sebab manga adalah komik dari Asia, tersebut secara subjektif dan bahkan kolektif karena kebingungannya Zorapple karena mereka telah menjadi budak informasi menambahkan selain manga dalam tanda hegemoni atau hegemony information slaves kurung. disingkat hegeformaslaves [3]. Menjadi seorang hegeformaslaves bisa memicu beberapa orang Perlu diperhatikan adalah judul artikel dalam dalam meningkatkan kemampuan blog-nya adalah “Sedikit Pengetahuan Komik menggambarnya karena kuantitas atau jumlah dari Otak Saya” [4]. Zoroapple adalah seorang menggambarnya semakin banyak. hegeformaslave. Seorang Hegeformaslave tentu saja tidak sadar telah memiliki kesadaran palsu Seiring dengan meningkatnya kemampuan (False Consciousness) [5], dimana sebagai menggambar, usia generasi muda tersebut seorang hegeformslaves dia merasa benar, dan mulai beranjak dewasa, dan kualitas itulah budayanya. keterampilan menggambar juga meningkat karena menjadi seorang hegeformaslaves. Ciri Telah jelas tercermin bahwa memori yang gaya gambarnya semakin berkarakter secara dialaminya sebagai generasi baru sampai individu lalu menyebar secara kolektif melalui beranjak dewasa sebagai acuan pengetahuan, komunitas di suatu area, dalam hal ini area pengetahuan sebagai pembaca komik tentunya. tersebut adalah Indonesia. Hal ini muncul karena ada adagium “pengalaman adalah guru terbaik”, padahal hal Generasi dewasa tersebut tentu memiliki tersebut sangat subjektif, karena itulah pengetahuan dan atau memerlukan ilmu Zoroapple “merasa” tidak perlu membaca dan pengetahuan sesuai keperluan dan minat mencari referensi selain dari dirinya, dari mereka sendiri. Pengetahuan dan ilmu pengalamannya. pengetahuan digunakan agar mereka dapat memperoleh biaya hidup guna menghidupi Seorang blogger bernama Fikriamahira juga dirinya sendiri dan atau keluarganya. memberikan pendapatnya sebagai seorang hegeformaslave dengan judul “Komik Juga Mereka ada yang bekerja dan atau Punya Gaya”. Di sana tertulis ada komik gaya berwirausaha di berbagai media penerbitan, Amerika, Manga, gaya Eropa, dan Manhwa [6]. seperti media cetak, media TV, media internet, Secara sadar dan tidak sadar terjadi dan media terbit lainnya bila ada. Pada saat kebingungan ada kata manga yang artinya mereka telah memiliki “modal” pengetahuan komik, dan juga manhwa yang artinya juga yang didapat sebagai hegeformaslaves komik tetapi dalam bahasa Korea. implikasinya secara cepat atau lambat mulai terlihat. Kalau penulis jelaskan dengan mengulang menggunakan logika arti bahasa menjadi begini, Implikasi ini memunculkan mitos gaya gambar ada komik: gaya Amerika, komik, gaya Eropa, yaitu adanya gaya gambar Amerika, gaya dan komik. Suatu kebingungan yang luar biasa gambar Eropa, gaya gambar Jepang, gaya bukan. gambar China/Hong Kong, gaya gambar Korea, gaya gambar negara-negara lainnya, dan Penulis mengutip artikel berjudul “Jenis Komik implikasinya mulai menanyakan gaya gambar dan Style/Aliran Gambar” dari Tamsir Studio Indonesia. juga menjelaskan