URGENSI SISTEM SIARAN TELEVISI BERJARINGAN*

Ade Armando**

Abstract The existence of TV broadcasting system using networking is a consequence of responsibility of broadcasting media which uses the spectrum of radio frequency. It further reveals that in the system, its main institution disseminates its broadcasting to several or many regions through its local institution, regularly, in a specific schedule. This system is developed from a democratic broadcasting principle in order to encourage participation and empowerment of local television and to guarantee the variety of its content, while simultaneously protect the rights of public to have access to the content. Keywords: broadcasting system, television networking, law on broadcasting, local television, broadcasting system

Abstrak Sistem siaran televisi berjaringan sesungguhnya merupakan bentuk tanggungjawab dari media penyiaran yang telah menggunakan spektrum frekuensi radio. Sistem siaran televisi berjaringan merupakan sistem siaran di mana lembaga penyiaran induk yang memancarluaskan siarannya ke beberapa atau banyak wilayah siar melalui lembaga penyiaran lokal secara tetap pada jam siaran tertentu. Sistem siaran televisi berjaringan berangkat dari pemikiran sistem penyiaran yang demokratis dalam rangka mendorong partisipasi dan pemberdayaan lembaga penyiaran lokal, keberagaman isi siaran, dan perlindungan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh materi siaran. Kata Kunci: sistem siaran, televisi berjaringan, UU penyiaran, lembaga penyiaran lokal, sistem penyiaran

A. Latar Belakang ada semacam koresponden tak berkantor. Salah satu keluhan yang sering terdengar Koresponden atau kontributor ini bertugas mengenai pertelevisian Indonesia adalah melaporkan berita yang terjadi di kotanya penyajian gambaran tentang daerah di luar masing-masing untuk dikirim ke . Jakarta yang terkesan melulu negatif. Berita Pola tersebut, pada gilirannya, melahirkan negatif tentang Jakarta juga banyak namun gelombang berita negatif dari daerah. Para itu bisa diimbangi oleh gambaran cerah kontributor ini memahami bahwa ada risiko mengenainya di beragam program siaran yang besar untuk mengirimkan berita positif karena tersaji sepanjang hari. Informasi tentang luar tahu bahwa redaksi di Jakarta akan lebih Jakarta lazimnya hanya tersaji secara singkat, menyukai berita negatif. Berita positif sering secara parsial, sebagai rangkaian berita di dianggap hanya relevan untuk masyarakat program berita. Itu pun umumnya hanya setempat sementara berita sensasional mudah menyangkut hal-hal negatif dan sensasional menarik perhatian banyak penonton, terlepas seperti pembunuhan, tawuran, skandal, dari daerah asal dan tempat tinggal. kekerasan, demonstrasi, darah, bencana alam, Dalam beberapa tahun terakhir, memang dan semacamnya. ada sedikit perubahan. Sejumlah stasiun, di Televisi besar di Jakarta pada dasarnya beberapa daerah mulai memperkenalkan siaran tak terlalu perduli dengan perkembangan di lokal. Sebagai contoh, SCTV memiliki siaran luar daerahnya. Mereka berkantor di Jakarta, berita khusus Surabaya yang hanya dapat mengambil keputusan di Jakarta, sementara ditangkap di Surabaya. Namun ini tak berarti di setiap daerah di luar Jakarta, lazimnya yang SCTV memiliki stasiun lokal di Surabaya.

* Tulisan ini pernah di presentasikan dalam diskusi terbatas di P3DI Setjen DPR RI dengan Topik Penataan Penyiaran di Indonesia, tanggal 31 Januari 2013. ** Pakar Komunikasi UI dan Anggota Tim Pakar Pendamping Penggantian UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran di Komisi I DPR RI.

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 1 Yang dilakukan SCTV adalah mendirikan biro yaitu izin penyelenggaraan penyiaran dilarang khusus Surabaya yang mengirimkan berita- dipindahtangankan kepada pihak lain. berita Surabaya dalam jumlah cukup banyak Norma hukumnya telah memberikan aturan untuk mengisi siaran berita sekitar 30 menit. dengan baik, namun implementasinya yang masih Siaran tersebut tetap dikirimkan untuk diedit dilanggar oleh pengelola media. Konsolidasi dalam dan dikemas di Jakarta. Pada gilirannya, Jakarta bisnis penyiaran telah menyebabkan konsentrasi akan mengirimkan siaran ke Surabaya yang kepemilikan media penyiaran di tangan beberapa berbeda dari siaran ke daerah-daerah lainnya, pihak saja. Tentu saja, konsolidasi yang diikuti khusus pada jam tertentu itu. oleh pemidahtanganan izin siaran ini melanggar Pola terakhir ini memang terkesan lebih ketentuan UU Penyiaran.1 akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat Konsolidasi yang melahirkan variasi pola- lokal. Namun pada dasarnya metode semacam ini pola kepemilikan diikuti pula oleh suatu sistem tak akan dapat memenuhi kebutuhan tuntutan pengendalian dan kontrol yang ketat baik dari demokatisasi penyiaran yang mendasar. Dengan sisi pemilik modal maupun manajemen. Ada pola itu, tetap tak akan ada stasiun-stasiun setidaknya tiga macam model pengendalian dan afiliasi yang tumbuh di berbagai daerah. Yang control yang dilakukan oleh pemilik modal dan diperoleh hanyalah mungkin maksimal satu jam manajemen yaitu menempatkan orang-orang siaran berita lokal. Gagasan tentang masyarakat “kunci”, internal merger, dan pembatasan saham.2 lokal sebagai pemegang kedaulatan frekuensi siaran tidak berlaku. Segenap keuntungan yang B. Permasalahan diperoleh dari pengelolaan frekuensi siaran tetap Persoalan imej Indonesia yang negatif terpusat di Jakarta. sebagaimana dideskripsikan pada latar belakang Sebenarnya Undang-Undang Nomor hanya salah satu dari rangkaian kerugian yang 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU diakibatkan sistem siaran sentralistis. Untuk Penyiaran), ketentuan mengenai penyiaran memperjelas dampak buruk yang diakibatkan berjaringan telah disebutkan yaitu Pasal 6 ayat sistem siaran televisi terpusat yang ada saat ini, (3), dalam sistem penyiaran nasional terdapat kita bisa melihat dimensi politik, sosial-budaya lembaga penyiaran dan pola jaringan yang dan ekonomi dari sistem tersebut. Sehingga adil dan terpadu yang dikembangkan dengan permasalahan yang di ajukan dalam tulisan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. ini yaitu “mengapa sistem siaran televisi Ketentuan ini tentunya berdampak pada berjaringan harus kembali dimasukkan ke persoalan pemusatan kepemilikan. Pada Pasal dalam perubahan UU Penyiaran?” 18 ayat (1) disebutkan, pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta C. Kerangka Pemikiran oleh satu orang atau satu badan hukum, baik Pada awal berjalannya era Reformasi di di satu wilayah siaran maupun di beberapa tanah air, media massa sangat menikmati wilayah siaran, dibatasi. Selanjutnya pada euforia kebebasan tanpa batas yang justru ayat (2), kepemilikan silang antara Lembaga Penyiaran Swasta yang menyelenggarakan 1 Puji Riyanto (dkk), Kepemilikan dan Intevensi Siaran Perampasan Hak Publik, Dominasi dan Bahaya Media jasa penyiaran radio dan Lembaga Penyiaran di Tangan Segelintir Orang, Penerbit Yayasan Tifa dan Swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran PR2Media, Jakarta, 2014, hal. 12 televisi, antara Lembaga Penyiaran Swasta 2 Badan hukum anggota televisi nasional berjaringan dan perusahaan media cetak, serta antara umumnya dunamai dengan melekatkan atribut grop yang menjadi afiliasinya. Sebagai contoh PT Surya Citra Pesona Lembaga Penyiaran Swasta dan lembaga Media merupakan nama badan hukum jaringan SCTV di penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya, baik Batam dan stasiunnya bernama SCTV Pekanbaru. PT langsung maupun tidak langsung, dibatasi. Indosiar Semarang Televisi merupakan badan hukum Hal lainnya terkait dengan Pasal 34 ayat (1), jaringan Indosiar di Semarang dan stasiunnya bernama SCTV Semarang. Ibid., hal. 36.

2 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 mendorong terjadinya krisis kinerja media. Dalam sistem demokrasi, regulasi terhadap Keberpihakan media memang sangat riskan media pada dasarnya dipilih menjadi dua bagian terutama bila dikaitkan dengan dampak yang besar, yakni media yang tidak menggunaka akan terjadi pada diri khalayaknya. Menurut ranah publik (public domain) dan medua McLeod yang mengkritik media yang tidak yang menggunakan ranah publik. Regulasi memberikan informasi politik yang dibutuhkan media yang menggunakan public domain oleh khalayak. Namun di lain sisi, Chaffe juga sangat berbeda dengan media yang tidak mengakui peranan media dalam membuat menggunakan public domain, maka regulasinya khalayak lebih terlibat dengan masalah-masalah sangat ketat. Ini karena ketika seseorang atau politik. Sedangkan McLeod sendiri memberikan suatu badan telah diberi frekuensi, sebenarnya penjelasan mengenai efek media khususnya ia telah diberi hak monopoli oleh negara untuk proses mediasi antara individu dengan media, menggunakan frekuensi tersebut dalam kurun bahwa masih ditemukannya argumentasi yang waktu tertentu. Dengan demikian, berlaku berbeda-beda dari para peneliti mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan di substansi mediasi tersebut. Terdapat sejumlah bidang penyiaran. Dalam kaitannya ini, regulasi argumentasi berbeda mengenai isu, proses terhadap radio dan televisi berlangsung sangat penafsiran berita sampai proses terbentuknya ketat (highly regulated).6 pemahaman atas suatu isu.3 Regulasi yang ideal harus mencakup tiga Kenyataan ini menjadi penting untuk prinsip yaitu pertama, memastikan bebasnya dipahami, mengingat potensi yang dimiliki gangguan interferensi antarfrekuensi, kedua, media dalam rangka pembentukan pendapat memastikan terjadinya pluralitas politik dan umum. Bahwa media dengan mekanisme budaya dalam isi siaran, dan ketiga, menyediakan yang dimilikinya, mempunyai kemampuan masyarakat apa yang mereka butuhkan dalam untuk membentuk pendapat umum. Salah dunia penyiaran yang menganut sistem “pasar satu arah teori dalam hal ini adalah masalah bebas terbatas”.7 penentuan agenda (agenda setting) yaitu isu Dalam konteks Indonesia, jika sistem yang dijadikan prioritas politik pada suatu penyiaran yang diinginkan adalah sistem ketika. Menurut McComb, inti dari model penyiaran demokratis, maka harus ada jaminan ini yaitu agenda yang dibuat media akan pula terhadap freedom of expression, freedom of speech, menjadi agenda masyarakat, sehingga menjadi dan freedom of the press. Dalam perspektif perhatian dari pihak penguasa.4 Agenda atau yang lebih umum, ketiga jaminan tersebut apa yang ditonjolkan media ditentukan oleh dibutuhkan sebagai hak dasar sosial dan politik faktor visibility dari pokok berita, relevansi warga negara. Tanpa adanya jaminan tersebut, dengan kebutuhan khalayak dan nilai tak akan ada demokrasi. Lebih dari itu, agar objek yang bersangkutan. Agenda publik demokrasi berjalan secara baik, jaminan tergantung pada familiarity, personal salience dan tersebut memerlukan jaminan tambahan favorability. Sedangkan agenda kebijakan (policy secara setara, yakni jaminan terhadap hak agenda) tergantung pada potensi dukungan, ekonomi, hak sosial, dan hak budaya. Bila kemungkinan tindak lanjut dan kebebasan tidak, demokrasi akan lenyap dalam dekapan bertindak.5 kapital dan lahirlah otoritarianisme kapital. Dari perspektif komunikasi dan media. 3 Jack McLeod and Steven Chaffee, Future of Political Communication Research Journal Political Communication, Vol. 6 Amir Effendy Siregar, Melawan dan Mencegah Monopoli 18 No. 2/2001, Sage Publications, Beverly Hills,2001, p.25. serta Membangun Keanekaragaman, Jurnal Sosial 4 McCombs, Setting the Agenda Setting Research: An Demokrasi, Volume 3 Nomor 1 (Juli-September) 2008, Assessment of the Priority Ideas and Problems dalam GC hal. 40. Wilhoit, Mass Communication Review Yearbook, Volume 2, 7 Dominick, Joseph R., Fritz Messere dan Barry L Sherman, Sage Publications, Beverly Hills,1981, p.33. Broadcasting, Cable, the internet, and Beyond 5th edition, 5 Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi, Penerbit Rajawali Pers, Boston, McGraw Hill, 2004, hal. 230. Jakarta, 2003, hal 42.

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 3 Jaminan terhadap kebebasan dan kemerdekaan yang diizinkan melakukan siaran nasional berekspresi, berbicara, dan pers memerlukan secara langsung adalah TVRI. jaminan lain, yaitu adanya keanekaragaman 3. Siaran sebuah stasiun televisi swasta (diversity) isi dan kepemilikan media. Bila yang dapat menjangkau daerah di luar wilayah memunculkan otoritarianisme baru oleh modal jangkauan siarannya hanya dengan dan segelintir orang, yang pada gilirannya akan perantaraan stasiun televisi yang berada memasung demokrasi.8 di wilayah tersebut. Sebagai contoh: agar Penyiaran berjaringan didefinisikan Head siaran stasiun televisi RCTI yang berada dan Sterling sebagaimana dikutip Morissan di Jakarta dapat ditangkap siarannya di sebagai dua atau lebih stasiun yang saling Bandung, di kota tersebut harus ada stasiun berhubungan melalui relai (kawat, kabel, televisi yang berfungsi sebagai anggota gelombang mikro terrestrial, satelit) yang jaringan televisi RCTI. memungkinkan terjadinya penyiaran program 4. Stasiun televisi swasta yang hendak melakukan secara serentak. Jadi stasiun jaringan adalah siaran nasional dapat melakukannya dengan sejumlah stasiun penyiaran yang saling perantaraan rangkaian stasiun-stasiun televisi berhubungan untuk dapat menyiarkan program yang terjalin dalam sebuah jaringan stasiun secara serentak. Selanjutnya Wilis dan Alridge televisi. Dengan demikian, agar siarannya (1992) terdapat ketentuan beberapa jenis dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, jaringan, namun semuanya memiliki satu RCTI harus memiliki jaringan stasiun televisi kesamaan yaitu jaringan menyiarkan program RCTI di seluruh wilayah Indonesia tersebut secara serentak kepada stasiun afiliasinya. Jadi 5. Sejalan dengan itu, tak ada lagi izin siaran jika stasiun televisi lokal melakukan siaran nasional. Yang ada izin penyelenggaraan tunda yaitu dengan merekam terlebih dahulu penyiaran yang hanya berlaku di wilayah baru kemudian menyiarkannya tidak dapat jangkauan siaran yang sudah ditetapkan. dikategorikan sebagai stasiun dengan sistem Dengan demikian, sebuah jaringan jaringan.9 televisi nasional harus memiliki izin Sistem penyiaran berjaringan di Indonesia penyelenggaraan penyiaran di setiap daerah diselenggarakan melalui sistem televisi yang dimasuki siarannya.10 berjaringan dan sistem radio berjaringan. Sistem televisi berjaringan perlu memperhatikan ciri- D. Pembahasan ciri sebagai berikut: 1. Dimensi Politik 1. Setiap stasiun televisi swasta memiliki Pada tradisi demokrasi, media massa jangkauan siaran terbatas sesuai dengan kerap disebut sebagai ‘the fourth estate of wilayah jangkauan siaran yang ditetapkan. democracy’, atau pilar keempat demokrasi. Jadi, sebuah stasiun televisi di Jakarta, Disebut keempat karena pada dasarnya sistem jangkauan siarannya adalah Jakarta dan demokrasi sebenarnya mengenal keseimbangan sekitarnya. tiga pilar yang diteorikan akan menjamin 2. Tidak ada lagi stasiun televisi swasta nasional prinsip ‘check and balance’: eksekutif, legislatif yang siarannya dapat menjangkau seluruh dan yudikatif. Persoalannya, bagaimana bila wilayah Indonesia secara langsung dengan sang pemerintah berkuasa, DPR dan lembaga menggunakan stasiun relai/transmitter saja. kehakiman secara kolektif menyalahgunakan Satu-satunya lembaga penyiaran televisi kekuasaan sebagaimana terjadi di era Orde Baru. Media massa lah yang diharapkan turun 8 Amir Effendy Siregar dalam Iwan Awaluddin Yusuf (et. al), Pengantar Buku Pelarangan Buku di Indonesia: Sebuah tangan mewakili masyarakat untuk memberi Paradoks Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi, Jogjakarta: 10 Ade Armando, “Mengapa Sistem TV Berjaringan Harus PR2Media dan FES, 2010, hal xiii-xiv. Dijalankan”, http://adearmando.wordpress.com/2010/ 9 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Jakarta: Prenada 01/29/mengapa-sistem-tv-berjaringan-harus-dijalankan/ Media, 2008, hal 104-110. diakses tanggal 4-3-2013.

4 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 tekanan agar itu tak terjadi. Dengan kata lain dengan kepentingan di daerah mereka di layar agar prinsip transparansi dan akuntabilitas televisi. penyelanggaraan kekuasaan dapat terjaga, Masalahnya, seluruh berita televisi nasional demokrasi membutuhkan media massa yang (RCTI dan sembilan lainnya) dipancarkan dari beroperasi secara profesional dan benar. Jakarta. Sebagaimana telah dijelaskan, apa yang Peran politik media massa yang lain adalah disebut sebagai berita ‘daerah’ adalah berita memediasi komunikasi politik yang diperlukan yang dikirim oleh para wartawan kontributor di dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai daerah ke Jakarta. Yang menentukan sistem demokrasi. Komunikasi ini diperlukan berita mana yang akan dipancarkan ke seluruh mengingat adanya keyakinan bahwa kebijakan Indonesia adalah redaksi di Jakarta. Akibatnya, politik yang ideal seharusnya melibatkan Agenda setting (penetapan agenda) tentang apa beragam aspirasi masyarakat yang rasional. yang disebut sebagai berita atau bukan berita Kendatipun pemerintah misalnya melibatkan ditentukan dari Jakarta. para ahli dan profesional dalam perumusan Berita-berita daerah itu hanya memperoleh kebijakan, seharusnya mereka tetap membuka kesempatan mengudara dalam waktu sempit. diri terhadap berbagai cara pandang, termasuk Dalam sebuah program berita berdurasi satu yang berbentuk kritik dan ketidaksetujuan. jam, kurang lebih ada sekitar 15-20 berita yang Media massa dibutuhkan dalam demokrasi. bisa ditampilkan. Masing-masing berita hanya Namun justru kondisi itu yang tak akan bisa berusia 2-3 menit, sementara sumber berita dijalankan dalam sistem siaran televisi yang datang dari belasan kontributor di berbagai terpusat seperti saat ini. Tentu saja adalah daerah, plus dari Jakarta. Konsekuensinya gegabah untuk mengatakan stasiun televisi peluang sebuah berita daerah bisa terpilih hadir komersial tak memiliki peran apa-apa dalam sebenarnya relatif terbatas. demokratisasi di indonesia. Untuk membantah Para pengelola negara di berbagai daerah skeptisisme itu, kita dengan mudah merujuk juga tak bisa dimintai pertanggungjawabannya pada bagaimana laporan tentang protes dan di depan publik melalui televisi. Televisi kritik terhadap pemerintah Orde Baru pada nasional tak akan tertarik untuk menayangkan tahun 1998 berperan besar dalam menciptakan acara setengah jam berisikan perdebatan antara delegitimasi mereka yang berkuasa yang walikota Sumatera Selatan (Sumsel), LSM di berujung pada jatuhnya Soeharto. Demikian sana plus anggota DPRD Sumsel karena tak pula, tradisi talkshow televisi saat ini tentu memiliki nilai jual bagi penonton Indonesia. berperan besar dalam menjadikan Presiden, Bila saat ini, penonton bisa menyaksikan kabinet, DPR, lembaga kehakiman, kejaksaaan, berbagai debat politik dalam pemilihan kepala kepolisian, militer di Indonesia merasa tak bisa daerah di televisi nasional yang dipancarkan ke menjalankan kekuasaan dengan sewenang- seluruh Indonesia, itu dilakukan dalam konteks wenang. Itu tak semua tak bisa dan tidak perlu komersial. KPU mengucurkan uang ke televisi dibantah. di Jakarta karena di daerah masing-masing tak Hanya saja, demokratisasi seharusnya ada stasiun televisi lokal yang cukup atraktif. tak hanya berjalan di Jakarta. Demokrasi Dalam kondisi seperti itu, sulit untuk harus berkembang di seluruh Indonesia membayangkan media televisi bisa menjadi sementara sistem pertelevisian yang ada tidak kekuatan penting dalam demokratisasi di seluruh memungkinkan masyarakat di daerah di luar Indonesia. Karena tak dapat menyajikan berita Jakarta menjadikan televisi sebagai sarana politik lokal, televisi tak dapat dimanfaatkan peningkatan kualitas demokrasi di daerahnya sebagai media yang dibutuhkan dalam masing-masing. Penonton di setiap daerah pembangunan demokrasi di Indonesia. Stasiun di luar Jakarta tidak bisa melihat dirinya dan televisi tak dapat memberikan pada khalayak tidak bisa memperoleh informasi yang relevan informasi memadai tentang lingkungannya.

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 5 Stasiun televisi tak dapat menjadi sarana 2. Dimensi Sosial-Budaya komunikasi politik yang menghubungkan Indonesia adalah sebuah negara dengan pemerintah di sebuah daerah dengan para kebudayaan yang sangat kaya. Data menunjukkan pemangku kepentingan di daerahnya itu. Stasiun ada 370 kelompok etnik di Indonesia dan lebih televisi tak dapat berfungsi menjadi sarana dari 60 bahasa induk. Ratusan kelompok itu kontrol sosial yang dapat memaksa pemerintah di memiliki keragaman adat, kesenian, kreasi daerah takut menyalahgunakan kekuasaannya. kebudayaan, norma dan nilai. Ironisnya, kekayaan Tentu saja tetap ada media lain yang bisa itu sama sekali tidak tampil di layar televisi swasta menjalankan peran ‘watchdog of the government’di Indonesia. seluruh Indonesia: media cetak, stasiun radio Ini bisa dimulai dengan wujud kebudayaan atau media online. Namun stasiun televisi yang yang paling gampang dinikmati: kesenian. sebenarnya memiliki daya pengaruh paling Di masa TVRI dulu, beragam kesenian, tari- besar dibandingkan semua media justru tak tarian, musik, teater, komedi lokal berkembang bisa diharapkan berperan dalam demokratisasi melalui program-program seperti “Aneka Ria di seluruh Indonesia. Nusantara”. Di masa dominasi televisi nasional Bila yang diterapkan adalah sistem siaran komersial sekarang ini, kekayaan terebut tak televisi berjaringan, seluruh stasiun televisi akan mendapat tempat. Kadang, secara sepintas, nasional harus memiliki stasiun televisi di setiap kesenian itu akan muncul dalam beragam Variety daerah yang harus menyajikan muatan lokal. Show, terutama dalam format yang dipadukan Di setiap daerah, stasiun televisi komersial itu dengan budaya pop kontemporer. Namun pada harus memiliki stasiun lokal yang menggarap dasarnya program-program yang secara sungguh- berita-berita lokal dan program lokal lainnya. sungguh melestarikan dan bahkan sekadar Konsekuensinya, berita politik lokal, debat mengapresiasi kesenian tradisional tak tersedia. politik lokal, komunikasi politik lokal akan Sistem siaran pertelevisian Indonesia ini dapat tersaji di stasiun-stasiun jaringan tersebut. memang tak dapat mendukung kebhinekaan Tentu saja media komunikasi politik semacam yang seenaknya merupakan kekayaan yang ini tak hanya bermanfaat bagi pemenuhan fungsi tak tertandingi. Penyeragaman menjadi kata kontrol media terhadap pemerintah. Bila saat kunci. Kadang efek keterpusatan siaran ini bisa ini ada kekhawatiran bahwa konflik horizontal menggelikan. Sebagai contoh suara Azan yang semakin banyak berlangsung di berbagai daerah disiarkan stasiun televisi berdasarkan Waktu yang terjadi akibat percepatan demokratisasi di Indonesia Bagian Barat. Kalau di Jakarta Maghrib Indonesia, media televisi dapat menjadi sarana ya seluruh Indonesia harus mendengarkan azan komunikasi yang ideal untuk mempertemukan Maghrib. Di bulan Ramadhan, waktu berbuka berbagai pihak yang berseberangan. Bahwa dan waktu sahur ditentukan Jakarta. Dalam yang tampil di berita televisi nasional saat siaran terpusat ini, Indonesia Tengah dan ini umumnya hanyalah kepingan-kepingan Indonesia Timur menjadi pinggiran. informasi yang terfokus pada aksi kekerasan yang Ketidaksensitifan agama juga berlangsung. menyertai konflik itu terjadi karena terbatasnya Daerah-daerah yang didominasi oleh kaum non- waktu yang bisa dialokasikan kepada berita- muslim, seperti Bali, harus turut mendengarkan berita konflik tersebut. Bila persoalan-persoalan azan. Kuliah-kuliah Subuh disiarkan ke seluruh lokal itu dapat diliput secara mendalam dan Indonesia tanpa mempedulikan latar belakang televisi dapat menghadirkan pihak-pihak yang agama setempat. Di masa Ramadhan, seluruh terkait secara berimbang, resolusi konflik dapat Indonesia harus merasakan suasana ramadhan, dilakukan secara lebih baik. Masyarakat tidak dengan segenap acara siraman rohani Islam akan melihat hanya adegan kekerasan yang sepanjang hari. Ketika Lebaran, begitu juga. sensasional, tapi juga konteks, persepektf, dan Natal tentu juga dirayakan, namun akibat bias penyelesaian konflik. Jakarta, perayaan ini jauh lebih sepi di stasiun

6 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 televisi nasional. Akibatnya bahkan di wilayah- anak muda seperti Prambors di daerah-daerah, wilayah yang masyarakat Kristennya dominan, umumnya didominasi oleh siaran produksi perayaan Natal di televisi tidak berlangsung lokal, dan bukan yang datang dari Jakarta. dalam kadar proporsional. Lebih jauh dari itu, dalam sistem Dengan kata lain, sistem siaran televisi yang pertelevisian yang sentralistis, tak ada hak berlaku saat ini mengingkari keberagaman yang masyarakat di setiap daerah di luar Jakarta sebenarnya merupakan kekayaan Indonesia. untuk mengendalikan isi siaran yang beredar Bukan saja budaya yang dipancarkan melulu di daerahnya. Bila masyarakat merasa bahwa diisi oleh standar Jakarta, peluang bagi budaya ada isi siaran dari televisi Jakarta yang tidak non-Jakarta untuk dapat hadir di wilayahnya serasi dengan budaya daerah, mereka tidak masing-masing pun tak ada. Yang terjadi adalah bisa melakukan apa-apa karena kantor stasiun homogenisasi dan penyeragaman budaya dalam televisi itu ada di Jakarta. Kalau mereka protes, makna sesungguhnya, tanpa memberi tempat mereka harus berkirim surat ke Jakarta. Yang bagi keragaman budaya untuk hidup. ada di daerah luar Jakarta, hanyalah stasiun- Sebagai pembanding, seandainya sistem stasiun relai/transmisi yang diisi oleh para siaran televisi berjaringan yang diterapkan, teknisi yang tak mengerti dan tak memiliki stasiun televisi anggota jaringan di setiap daerah otoritas dalam hal isi siaran. akan memiliki peluang untuk menampilkan Dengan sistem siaran jaringan, di setiap kebudayaan lokal. Tentu saja tak ada jaminan daerah terdapat stasiun televisi anggota jaringan bahwa akan ada seniman lokal yang sanggup yang dapat ditemui langsung oleh masyarakat. memanfaatkan peluang itu, atau tak ada Idealnya, saat memperoleh izin siaran di daerah jaminan bahwa pemirsa lokal tidak lebih tersebut pun, stasiun tersebut sudah harus memilih untuk menyaksikan program hiburan menyatakan komitmen untuk memperhatikan Jakarta. Namun, yang terpenting, dalam sistem kepentingan nilai-nilai masyarakat setempat. berjaringan, peluang untuk menawarkan 3. Dimensi Ekonomi tayangan alternatif yang diproduksi seniman Secara umum memang terlihat pertumbuhan lokal tersedia. Peluang ini yang tidak sanggup belanja iklan dalam sepuluh tahun terakhir. diberikan sistem televisi sentralistis. Bila pada 1999, angka belanja iklan total itu Pengalaman sistem radio berjaringan baru berkisar Rp4,7 triliun, pada lima tahun menunjukkan bahwa di banyak daerah, para berikutnya, itu sudah mencapai lebih dari Rp25 pendengar radio memiliki standard selera triliun; dan pada 2009 itu sudah mencapai lebih yang berbeda dengan standard Jakarta. dari Rp53 triliun. TABEL. 1 PERBANDINGAN BELANJA IKLAN UNTUK BERAGAM MEDIA, 1990-2009 (RP. 000.000) 1999 2004 2009 Media % % % Total 4.668 100 25.230 100 53.058 100 Televisi 2.820 60.4 15.469 61.3 29.951 56.4 Suratkabar 990 21.2 7.226 28.6 19.692 37.1 Majalah 133 2.8 848 3.4 1.332 2.5 Tabloid 68 1.5 350 1.4 587 1.1 Radio 156 3.3 612 2.4 587 1.1 Outdoor 300 6.4 725 2.9 910 1.7 Sumber: Data 1999 diperoleh dari Media Scene, 1998-99; Data 2004 dan 2009 diperoleh dari Media Scene Vol. 20 (2008/2009) Umumnya stasiun-stasiun radio anggota Namun pengamatan lebih jauh jaringan menawarkan komposisi isi yang tidak memperlihatkan bahwa bagian terbesar dari didominasi siaran dari stasiun induk jaringan di belanja iklan itu selalu diserap oleh stasiun televisi. Jakarta. Bahkan isi siaran jaringan stasiun radio Persentasenya selalu berada di kisaran 60%.

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 7 Adalah benar bahwa presentase uang iklan yang JOGJA TV Rp. 10,8 miliar dibelanjakan pada televisi mengalami penurunan BANDUNG TV Rp. 9,4 miliar serius pada 2009 dibandingkan 2004, yaitu dari 61% CAKRA TV Rp. 6,7 miliar menjadi 56%. Namun demikian dilihat dari nilai Sumber: Media Scene Vol. 20 (2008/9) nominalnya, penurunan itu hanya menunjukkan Data itu menunjukkan bisnis pertelevisian berkurangnya kecepatan pertumbuhan. Secara sebenarnya memang sangat menguntungkan dan nominal kenaikan belanja iklan pada televisi tetap menggiurkan bagi para pemodal besar. Namun, meningkat hampir 100% dalam lima tahun itu: data itu juga menunjukkan bahwa pemasukan dari Rp15,4 triliun menjadi hampir Rp30 triliun. triliunan rupiah itu hanya dinikmati mereka Selain besarnya jumlah iklan yang terserap, yang masuk dalam kategori 10 besar yang semua penting juga mencatat siapa-saja yang dapat berada di Jakarta. Empat stasiun televisi terbesar menikmati aliran tersebut. Untuk itu ada memperoleh pemasukan lebih dari Rp3 triliun per bauknya kita membandingkan apa yang tahun! Di sisi lain, stasiun iklan dengan raupan terjadi di televisi dengan media lain. Sebagai iklan terkecil di antara stasiun televisi nasional contoh adalah surat kabar. Belanja iklan yang (Metro) TV memperoleh pemasukan iklan disalurkan pada surat kabar pada 2009 mencapai sepuluh kali lipat pemasukan iklan stasiun televisi hampir Rp20 triliun. Angka ini sebenarnya lokal terbesar (JakTV). Di tabel juga terlihat, merupakan peningkatan signifikan dari lima dua stasiun televisi lokal yang memperoleh kue tahun sebelumnya yang baru mencapai Rp7,2 iklan lebih dari Rp100 miliar pertahun juga ada di triliun. Namun, seperti telah diungkapkan Jakarta: JakTV dan O Channel. sebelumnya jumlah pemain yang bertarung Dalam hal ini, penggunaan JakTV dan dalam pasar surat kabar bisa mencapai 500 O Channel sebagai wakil stasiun-stasiun judul yang tersebar di banyak kota. Jadi kalau televisi lokal lainnya bahkan bisa menyesatkan. dipukul rata, pemasukan iklan per surat kabar Umumnya stasiun televisi lokal yang jumlahnya pada 2009 adalah sekitar Rp40 miliar. puluhan saat ini memperoleh pemasukan iklan Tabel berikut menunjukkan perolehan jauh-jauh lebih rendah dari itu. JTV yang kuat di iklan kesepuluh stasiun tersebut dibandingkan Jawa Timur memperoleh memperoleh pemasukan dengan stasiun-stasiun televisi dengan iklan hanya kurang dari Rp50 miliar per tahun. jangkauan siaran lokal, pada 2008: Apalagi yang lainnya. Menikmati pemasukan satu TABEL. 2 miliar satu tahun pun sudah merupakan prestasi PEMASUKAN IKLAN PER STASIUN membanggakan bagi stasiun-stasiun televisi lokal. TELEVISI (2008) Jadi, antara Jakarta dengan luar Jakarta terdapat Total Rp. 26,2 Triliun jurang yang sangat lebar. Dengan demikian dapat SCTV Rp. 3,8 triliun dikatakan, dengan sistem yang tersentralisasi RCTI Rp. 3,6 triliun sekarang ini, segenap keuntungan ekonomi hanya TRANS TV Rp. 3,3 triliun TPI Rp. 3 triliun terserap di Jakarta. GLOBAL Rp. 2,6 triliun Sebagian pihak berargumentasi bahwa TRANS7 Rp. 2,5 triliun sebenarnya tak ada yang tak adil dengan kondisi INDOSIAR Rp. 2.4 triliun itu, karena ketimpangan ini terjadi semata- ANTV Rp. 1,8 triliun mata karena ketidaksiapan stasiun televisi lokal TVONE Rp. 1,5 triliun bersaing dengan stasiun televisi nasional di METRO Rp. 1,2 triliun Jakarta. Dalih semacam ini sebenarnya keliru. JAKTV Rp. 197,6 miliar O CHANNEL Rp. 109, 5 miliar Penjelasan utamanya adalah pada jangkauan TVRI Rp. 105, 8 miliar siaran. Sementara sepuluh stasiun nasional di SPACE TOON Rp. 63,1 miliar Jakarta dapat menjangkau penduduk di wilayah JTV Rp. 49,3 miliar yang sangat luas, stasiun televisi lokal hanya BALI TV Rp. 39,5 miliar memiliki jangkauan siaran terbatas.

8 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 TABEL. 3 puluhan stasiun transmisi di seluruh Indonesia, DAYA JANGKAU SIARAN 10 STASIUN dari Nangroe Aceh Darussalam sampai Papua. TELEVISI NASIONAL DI JAKARTA (2008) Sebagai contoh RCTI memiliki 48 transmisi, Jumlah Transmitter Jumlah total SCTV 46 transmisi, dan Indosiar 34 transmisi. (2008) potensi penonton Potensi penonton yang sangat luas ini RCTI 48 120,6 juta SCTV 46 119,1 juta sangat mempengaruhi kesehatan bisnis Indosiar 34 118,4 juta stasiun televisi nasional karena dengan begitu TPI 28 90,6 juta program-program yang mereka sajikan pun ANTV 21 81,5 juta Metro 53 70 juta tentu sangat menarik di mata para pengiklan Trans 33 100,7 juta yang sedang berusaha memasarkan produk ke Trans 7 26 101,1 juta seluruh Indonesia. Kendati harga tarif iklan Tv One 26 96,2 juta Global 39 113,8 juta yang ditetapkan bisa sangat mahal (misalnya Catatan: Estimasi Penduduk Indonesia: 227, 8 juta Rp20 juta per 30 detik iklan di jam-jam tayang Sumber: Media Scene Vol. 20 (2008/9) utama), itu tidak terasa terlalu mahal mengingat Tabel di atas menunjukkan betapa luas daya jangkaunya yang sangat luas. daya jangkau siaran televisi nasional di Jakarta. Untuk memahami ketidakseimbangan Hampir semua stasiun-stasiun televisi swasta kompetisi ini lebih jauh, kita bisa membaca nasional itu dapat menjangkau sekitar 100 juta data dalam tabel berikut yang menyajikan penonton potensial di seluruh Indonesia. Yang jumlah penonton untuk program-program daya jangkaunya terluas adalah RCTI (120 terpopuler di masing-masing stasiun. Data juta), SCTV (119 juta), dan Indosiar (118 juta). tersebut diperoleh dari perusahaan penelitian Ini bisa berlangsung karena stasiun-stasiun AGB Nielsen yang dijadikan rujukan utama televisi nasional di Jakarta tersebut membangun data media di seluruh industri pertelevisian TABEL. 4 PROGRAM TELEVISI DENGAN JUMLAH PENONTON TERBANYAK (1 NOVEMBER – 30 NOVEMBER 2008) DI SEMBILAN KOTA (Jabodatabek, Bandung, Semarang, Surabaya dan sekitar, Medan, Makasar, Yogyakarta dan sekitar, Denpasar, Palembang) Stasiun Televisi Nama program Jumlah Penonton RCTI SEKAR 2.109 juta TPI AKAL BULUS JURAGAN SAPI 1,911 juta SCTV CINTA FITRI SEASON 3 2,887 juta ANTV DJARUM ISL: PERSIB VS AREMA 1,714 juta INDOSIAR MUSLIMAH 2,244 juta TRANS TV TERMEHEK-MEHEK 2,952 juta TRANS7 LIGA ITALIA: MILAN VS CHIEVO 1,239 juta TV ONE JIHAD, MILIK SIAPA? 1,760 juta GLOBAL NICKELODEON INDONESIA KIDS 1,324 juta METRO KICK ANDY 447 ribu JAK TV (JAKARTA) WHY WHY LOVE 54 ribu O CHANNEL (JAKARTA) CHEATING FATE 78 ribu BANDUNG TV (BANDUNG) PERSIB ON BANDUNG TV 35 ribu CAKRA TV (SEMARANG) EKBIS 10 ribu JTV (SURABAYA) GRAND FINAL DUTA PENARI JAWA 85 ribu JOGJA TV (JOGJA) KLINONG KLINONG CAMPUR SARI 35 ribu BALI TV (BALI) TELEKUIS KLIP BALI 12 ribu SPACETOON (JAKARTA+ SURABAYA+ SAINT SEIYA 189 ribu BANDUNG+MEDAN) TVRI WACANA PENYIARAN 206 ribu SRIWIJAYA TV (PALEMBANG) USAHA KITO 4 ribu SURABAYA TV (SURABAYA) VH1 ALL ACCESS 24 ribu Sumber: Media Scene Vol. 20 (2008/9)

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 9 dan periklanan. Penting dicatat, data tersebut Bahkan ketika stasiun televisi lokal hanya didasarkan pada hasil penelitian mereka menetapkan tarif iklan rendah, itu belum tentu di sembilan kota besar. Dengan kata lain, jumlah menarik hati para pengiklan besar. Masalahnya, penonton yang tertera di situ sebenarnya bukan bagi banyak pengiklan raksasa, beriklan di angka total penonton di seluruh Indonesia. televisi lokal tetap terlihat tidak efisien dan Namun karena memang selama ini hanya data tidak efektif. Dalam tabel berikut, tersaji data AGB Nielsen yang digunakan, hasil penelitian mengenai perbandingan apa yang disebut mereka tetap merupakan rujukan bagi sebagai tingkat efisiensi beriklan (CPM) untuk perusahaan-perusahaan periklanan yang paling menjangkau khalayak di jam utama siaran berkepentingan dengan data jangkauan siaran (prime time, antara 20.00 – 21.59). program dan media. Dengan cara menghitung sederhana, Tabel itu menunjukkan betapa jomplangnya diketahui bahwa pengiklan diperkirakan hanya jumlah penonton stasiun televisi nasional dan mengeluarkan uang Rp9.290 untuk mencapai lokal. Acara unggulan di RCTI pada 2008, 1.000 penonton di jam utama RCTI dan misalnya, adalah sinetron ‘Sekar’, yang jumlah Rp6.480 untuk mencapai 1.000 penonton di penontonnya di sembilan kota besar yang diteliti program unggulan SCTV. Di pihak lain, untuk mencapai sekitar 2,1 juta orang. Ini baru di mencapai 1.000 penonton program O Channel, sembilan kota! Bila digabungkan dengan daerah- uang yang harus dikeluarkan adalah Rp104.000 daerah lainnya, jumlahnya akan berlipat. (Media Scene 2009). Sekarang bandingkan dengan stasiun TABEL. 5 televisi lokal terbesar, JTV di Surabaya. COST EFFICIENCY: COST PER THOUSAND Program unggulannya pada 2007, Grand Final 30” SPOT, 2008 Penari Duta, ‘hanya’ ditonton 85 ribu orang. UNTUK JAM SIARAN 20.00 – 21.59 Atau di Jakarta, O Channel. Program dengan DI 9 KOTA penonton terbanyaknya pada 2007 adalah ((Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya dan sekitar, Medan, Makasar, Yogyakarta dan film ‘Cheating Fate’, yang disaksikan 78 ribu sekitar, Denpasar, Palembang) penonton saja. Yang dikutip tersebut hanyalah RCTI 9,29 program-program unggulan mereka. Jumlah SCTV 6,48 penonton untuk program-program lainnya TPI 14,49 akan jauh lebih rendah lagi. ANTV 19,97 INDOSIAR 12,44 Implikasinya sangat serius. Dengan jumlah TRANS TV 10,33 penonton yang terbatas, tak mudah bagi TRANS7 31,12 stasiun televisi lokal untuk bersaing dengan TV ONE 20,75 GLOBAL 17,91 stasiun televisi berjangkauan siaran nasional METRO 40,17 dalam menarik hati para pengiklan. Tarif iklan JAK TV (JAKARTA) 91,44 yang mereka tetapkan tentu tak bisa sebanding O CHANNEL (JAKARTA) 104,27 BANDUNG TV (BANDUNG) 40,49 dengan tarif iklan di televisi besar Jakarta. Pada CAKRA TV (SEMARANG) 144.46 gilirannya, karena tarifnya rendah, pemasukan JTV (SURABAYA) 30,52 iklan stasiun-stasiun televisi lokal pun tak JOGJA TV (JOGJA) 34,97 BALI TV (BALI) 122,78 besar. Bagi sebuah stasiun televisi lokal, sebuah SPACETOON (JAKARTA+ 40,44 program yang bisa mendatangkan pemasukan SURABAYA+BANDUNG+MEDAN) iklan Rp1-2 juta saja sudah tergolong program TVRI 36,47 yang membawa keuntungan yang lumayan. SRIWIJAYA TV (PALEMBANG) 186,91 SURABAYA TV (SURABAYA) 55,07 Padahal stasiun tersebut harus membiayai CPM adalah: biaya iklan yang dikeluarkan untuk mencapai sekitar 20 jam siaran, yang banyak di antaranya 1.000 individu melalui sarana media tertentu. Sumber: Media jumlah penontonnya terlalu kecil untuk bisa Scene Vol. 20 (2008/9) menarik pengiklan.

10 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 Dengan demikian, bagi para pengiklan, akan merangsang tumbuhnya rumah produksi besarnya tarif iklan yang ditetapkan stasiun dan biro iklan lokal. Lembaga pendidikan pun televisi nasional nampak layak dibayar karena akan menangguk rezeki. Mahasiswa yang belajar pertimbangan efisiensi. Seandainya sebuah disiplin ilmu komunikasi dan penyiaran di stasiun televisi lokal menetapkan tarif iklan perguruan tinggi luar Jakarta akan memperoleh Rp200 ribu per 30 detik, tawaran itu bisa peluang bekerja cukup luas di pertelevisian di nampak tidak menarik bila penontonnya hanya daerahnya, tanpa harus pindah ke Jakarta bila sekitar 20 ribu orang. Sebaliknya, tarif iklan ingin bekerja di dunia pertelevisian. Iklan di setinggi Rp20 juta per 30 detik bisa nampak televisi pun akan mendorong penjualan produk- cukup pantas dibayar kalau penontonnya produk lokal, sehingga turut mendukung mencapai 5 juta orang. penyehatan ekonomi lokal. Tentu saja ini juga bergantung pada Karena itu, sistem penyiaran sentralistis keluasan khalayak yang ingin dicapai. yang merupakan pangkal masalah itu harus Misalnya, kalau Anda adalah produsen barang dirombak agar tercipta keadilan. Stasiun- yang tak ingin menjangkau khalayak nasional, stasiun televisi nasional itu seharusnya hanya beriklan di RCTI akan terlihat tak relevan. boleh diizinkan untuk memanfaatkan sumber Buat apa membuat iklan yang dapat disaksikan daya alam bernama frekuensi siaran bila itu jutaan orang di seluruh Indonesia, bila Anda diselenggarakan dengan cara yang membawa hanya ingin menawarkan produk Anda pada manfaat ekonomi bagi publik pemilik frekuensi. penduduk kelas menengah di Jakarta dan Orang sering lupa, yang terjadi saat ini Bandung, misalnya? Tapi, sebaliknya kalau adalah eksploitasi yang menghisap tanpa ada tujuan Anda adalah bersaing di pasar kota- timbal balik yang mensejahterakan. Stasiun- kota besar Indonesia, sulit untuk mengabaikan stasiun televisi nasional itu dapat menjadi televisi nasional. raksasa karena puluhan juta rakyat Indonesia. Kembali harus ditekankan bahwa Sebaliknya, puluhan juta rakyat Indonesia ketidakberimbangan persaingan ini bisa terjadi itu tak memperoleh apa-apa, selain hiburan karena faktor pemanfaatan frekuensi siaran populer. yang tidak adil. Stasiun-stasiun televisi nasional Sederhananya begini: Trans TV dapat tersebut dapat mencapai skala ekonomi raksasa menjangkau jutaan penonton di Bandung karena diberi hak untuk menjangkau puluhan dengan menggunakan frekuensi siaran di juta penonton Indonesia dengan memanfaatkan Bandung, jutaan penonton di Medan dengan frekuensi siaran di berbagai wilayah. menggunakan frekuensi siaran Medan, dan Hak ini tak dimiliki stasiun-stasiun lokal. seterusnya. Tanpa menggunakan frekuensi siaran Karena jangkauan siaran stasiun-stasiun di luar Jakarta, jumlah penonton Trans TV tidak televisi lokal tersebut terbatas, mereka tak akan mencapai 100 juta dan dengan sendirinya dapat bersaing dengan stasiun-stasiun televisi pemasukan iklannya tidak akan mencapai nasional. Karena mereka tak sanggup bersaing, Rp3,3 triliun per tahun. Pertanyaannya: adakah mereka akan mengalami kematian perlahan. kemudian manfaat ekonomi yang dibawa Trans Kalaupun bertahan, mereka berjalan tertatih- TV ke daerah-daerah yang frekuensi siarannya tatih. digunakan tersebut? Jawabannya: tentu saja, Padahal kehadiran stasiun televisi tidak! lokal memiki efek berantai bagi masyarakat 4. Televisi Berjaringan sebagai Jawaban setempat. Pertama-tama, kehadiran stasiun Setiap daerah memerlukan kehadiran lokal tentu membuka lapangan pekerjaan, stasiun televisi di daerah masing-masing dari para manajer sampai wartawan, presenter, yang dapat melayani kebutuhan informasi penulis naskah, pengarah kamera, sampai tim masyarakat setempat dan dapat memberikan pascaproduksi. Di luar itu, kehadirannya juga sumbangan yang berarti baik secara politik,

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 11 sosial-budaya dan ekonomi. Kebutuhan ini masuk pun akan berlimpah. Dengan demikian, jelas tak dapat dipenuhi oleh stasiun televisi berlaku hukum pancing: hanya bila Anda lokal independen yang harus bersaing dengan menggunakan umpan yang enak dan mahal, stasiun-stasiun televisi yang memiliki daya Anda bisa menangkap ikan yang gemuk. Dalam jangkau siaran nasional. Sistem siaran televisi bisnis televisi, hanya bila Anda menyajikan berjaringan menawarkan jalan keluar yang program yang atraktif -yang sayangnya lazimnya saling menguntungkan. berharga mahal- Anda dapat memperoleh Dalam sistem siaran televisi berjaringan, pemasukan iklan yang besar. stasiun-stasiun televisi lokal tak perlu menjadi Stasiun-stasiun televisi lokal mengalami stasiun-stasiun independen yang membiayai masalah itu setiap hari. Karena tidak memiliki diri sendiri. Sebagaimana di banyak negara dana besar, mereka tidak bisa memproduksi atau maju, stasiun-stasiun televisi lokal berposisi membeli program berbiaya tinggi sepanjang sebagai stasiun televisi afiliasi jaringan nasional. hari. Karena tidak bisa menyajikan muatan Stasiun-stasiun tersebut bisa saja dimiliki menarik, iklan yang masuk pun sedikit. pengusaha lokal namun juga bisa juga dimiliki Dalam sistem televisi berjaringan, masalah oleh perusahaan pemilik stasiun induk jaringan. itu tak perlu terjadi. Bila stasiun televisi lokal Yang terpenting, dengan menjadi afiliasi berposisi sebagai anggota jaringan, mereka dari sebuah jaringan televisi, stasiun televisi akan membawa program-program unggulan lokal itu akan membawa program siaran yang dari jaringan. Jumlah jam siaran jaringan bisa didistribusikan oleh stasiun induk jaringan. disepakati bersama, bisa 80-90 persen dari total Bahkan hampir bisa dipastikan, mayoritas jam siaran. Selanjutnya, stasiun lokal tinggal program yang disiarkannya tidak berasal dari mengisi ‘sisa’ jam siaran dengan program- stasiun televisi lokal itu, melainkan datang dari program lokal yang cukup berkualitas karena induk jaringan. Hanya sekian puluh persen yang dapat dibayai dengan cukup. Pemasukan iklan diproduksi sendiri oleh stasiun lokal tersebut. pun bisa terjamin. Mereka bisa menikmati Dengan cara ini, stasiun televisi lokal dapat sebagian dari pemasukan iklan yang diperoleh tumbuh sehat. Dalam bisnis pertelevisian, biaya induk jaringan. Mereka juga bisa memperoleh terbesar dikeluarkan untuk memproduksi atau pemasukan dari iklan lokal. membeli program siaran. Pengeluaran untuk Halnya stasiun induk jaringan, mereka juga program ini bisa mencapai 60-70 persen total akan memperoleh keuntungan dalam jangka pengeluaran stasiun. Bila stasiun bersiaran panjang, terutama kalau mereka juga memiliki selama 20 jam setiap hari, maka stasiun harus sepenuhnya atau setidaknya sebagian saham memiliki program 20 jam per hari. Membeli stasiun televisi lokal yang menjadi bagian dari program dapat memakan biaya tidak sedikit. jaringan tersebut. Bila stasiun-stasiun televisi Harga sinetron di jam unggulan di stasiun lokal itu tumbuh yang berjalan seiring dengan televisi nasional bisa mencapai Rp200 juta kondisi ekonomi lokal di setiap daerah, jaringan per jam. Tentu saja, stasiun televisi bisa saja tersebut akan memperoleh keuntungan bersama. menyajikan program dengan biaya Rp4-5 juta Namun, sebagaimana digambarkan per jam, tapi kualitasnya pun akan sebanding sebelumnya, sistem siaran berjaringan yang dengan harga rendah itu . lebih adil ini terus menerus terhambat Celakanya, pemasukan iklan akan berjalan pelaksanaannya karena selalu ada pihak yang seiring pula dengan daya tarik program. Ada sebenarnya diuntungkan oleh ketidakadilan semacam siklus yang tak terpatahkan: bila ingin ini. Masalahnya, pengembangan sistem siaran menampilkan tayangan menarik, stasiun harus berjaringan ini memang akan mengubah mengeluarkan dana besar untuk memproduksi secara total struktur industri media televisi di atau membelinya; tapi bila tayangan itu Indonesia. Stasiun-stasiun televisi nasional menarik banyak penonton, jumlah iklan yang di Jakarta adalah pihak yang paling terkena

12 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 dampaknya. Sistem sentralistis yang berlangsung Mungkin karena kesadaran akan rangkaian selama ini sangat menguntungkan mereka secara kesulitan yang mungkin dihadapi oleh pelaku ekonomi, karena belanja iklan yang berjumlah industri, UU Penyiaran 2002 sebenarnya lebih dari dua puluh lima triliun rupiah tersebut memberi tenggang waktu lima tahun bagi dapat dikuasai sepenuhnya di Jakarta. Dengan stasiun televisi untuk melakukan penyesuaian. sistem desentralistis ini, stasiun-stasiun Jakarta Para pembuat UU nampaknya percaya bahwa harus mendirikan stasiun televisi di setiap memang diperlukan proses bertahap sebelum daerah atau mencari mitra stasiun televisi lokal stasiun-stasiun televisi swasta dapat bermigrasi yang bersedia menjadi bagian dari jaringan. Di ke sistem baru ini. Dalam waktu yang cukup sisi lain, segenap keuntungan yang diperoleh lama tersebut, stasiun-stasiun televisi komersial dari pemasukan iklan pun harus dibagi dengan diharapkan dapat membangun sistem jaringan daerah. yang diamanatkan UU secara perlahan-lahan. Karena potensi kesulitan yang dihadapi Namun amanat ini terus menerus ditolak itu, banyak pihak terus berusaha membangun industri penyiaran. Sejak kelahiran UU ketidakpercayaan akan penerapan sistem siaran Penyiaran 2002, secara kolektif, stasiun-stasiun berjaringan. Salah satu cara adalah dengan tersebut berupaya agar UU tersebut tidak dapat penggambaran berlebihan tentang beban bagi dijalankan. Selain berbagai kesulitan yang tadi stasiun televisi nasional itu. Sebagai contoh, digambarkan, mereka misalnya berkampanye seringkali juru bicara industri menyatakan dengan menuduh UU tersebut sebagai bahwa untuk mendirikan stasiun televisi anggota ancaman terhadap kebebasan berekspresi jaringan di setiap daerah diperlukan dana dan akan mematikan industri pertelevisian. pendirian stasiun sampai puluhan miliar rupiah. Untuk memperjuangkan resistensi itu, industri Semacam ‘propaganda’ lain yang sering televisi bahkan mengajukan permohonan agar ditiupkan adalah bahwa sistem televisi berjaringan Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan UU ini akan menghentikan stasiun televisi di Jakarta tersebut. Namun, bahkan ketika MK menolak bersiaran ke daerah-daerah di luar Jakarta. permintaan tersebut, stasiun-stasiun televisi Masyarakat ditakut-takuti bahwa dengan sistem komersial tetap menolak untuk menjalankan stasiun berjaringan, masyarakat luar Jakarta hanya kewajiban untuk menghentikan siaran nasional akan menyaksikan siaran yang disiarkan stasiun dan kewajiban mengembangkan jaringan televisi lokal. Sangat mungkin hantu semacam stasiun televisi di berbagai kota. ini nampak dengan sengaja dikembangkan untuk Celakanya, pemerintah sendiri nampak memobiliasi penolakan kolektif masyarakat luas mudah sekali disetir oleh kepentingan industri terhadap sistem siaran televisi berjaringan. Bisa pertelevisian tersebut. Sejak 2005, pemerintah dikatakan, gambaran itu menyesatkan. Dalam mengeluarkan berbagai ketetapan peraturan sistem berjaringan siaran dari Jakarta memang pemerintah tentang lembaga penyiaran swasta tak bisa dipancarkan langsung dari Jakarta untuk yang tak mewajibkan berlangsungnya perubahan ditangkap warga di luar Jakarta, melainkan harus mendasar tersebut. Pemerintah seperti melalui perantaraan stasiun televisi yang berdiri membiarkan saja perkembangan tersebut. Ketika di daerah tersebut yang berposisi sebagai stasiun pada 2007 disadari bahwa sebenarnya amanat afiliasi. Namun itu tak berarti siaran dari Jakarta UU tersebut sudah harus diterapkan, pemerintah tidak boleh menjangkau penonton di seluruh kembali mengeluarkan keputusan yang Indonesia. menyatakan menunda kewajiban pelaksanaan sistem televisi bejaringan sampai Desember E. Penutup 2009. Akhirnya, di akhir 2009, Menkominfo Memang sulit membantah bahwa Tifatul Sembiring menyatakan, amanat itu penerapan sistem televisi bukan sesuatu yang harus segera dijalankan. Masalahnya, kerangka mudah untuk diterapkan dengan segera. waktunya juga tak ditetapkan secara tegas.

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 13 Karena itu dalam pandangan saya, adalah dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar- keniscayaan untuk mengembalikan kewajiban besarnya untuk kemakmuran rakyat secara adil untuk menjalankan sistem siaran jaringan dalam dan merata sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 perubahan UU Penyiaran kali ini. Pada konteks Agustus 1945. ini, nantinya Pemerintah adalah pelaksana Ketegasan pengaturan tentang sistem dan hanya tunduk kepada UU Penyiaran dan siaran berjaringan perlu diwujudkan dalam bukan tunduk kepada kepentingan pengusaha aturan penyiaran sebagai pengganti dari UU media penyiaran. Pemerintah sebagai pelaksana Penyiaran yang telah ada selama ini. ketegasan UU harus dapat memahami filosofi pengaturan pengaturan tersebut yaitu: penyiaran di tanah air, bahwa sistem siaran –– Sistem siaran jaringan merupakan sistem televisi berjaringan adalah merupakan siaran di mana lembaga penyiaran induk pemikiran sistem penyiaran yang demokratis yang memancarluaskan siarannya ke yang mendorong partisipasi dan pemberdayaan beberapa atau banyak wilayah siar melalui lokal dan keberagaman isi siaran. Namun lembaga penyiaran lokal secara tetap pada sebaliknya, jika Pemerintah tunduk kepada jam siaran tertentu. pengusaha media penyiaran, maka Pemerintah –– Sistem siaran jaringan didasari kesepakatan menganut pemikiran sistem penyiaran yang resmi antara lembaga penyiaran induk neoliberal yang menyerahkan pada mekanisme dengan lembaga penyiaran lokal yang pasar. dilakukan di hadapan pejabat yang Apabila UU Penyiaran sudah mengatur berwenang sesuai ketentuan peraturan pelaksanaan sistem siaran televisi berjaringan, perundang-undangan. maka semua pihak wajib tunduk dan –– Batasan wilayah siar mempertimbangkan melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan luas geografis, jumlah penduduk, daya yang pada hakekatnya dimaksudkan untuk dukung ekonomi, dan kesamaan budaya. mencegah terjadinya praktek monopoli isi –– Izin Penyelenggaraan Penyiaran yang dan kepemilikan media penyiaran. Sebagai diberikan pada LPS berlaku hanya pada perbandingan praktek monopoli isi dan wilayah siar di mana Izin Penyelenggaraan kepemilikan media penyiaran dapat dilihat dari Penyiaran diberikan. 3 pendekatan faham yaitu: –– LPS memancarluaskan siaran ke lebih dari –– Otoritarian/fasis: monopoli isi dan kepemilikan satu wilayah siar wajib melalui sistem siaran dibolehkan selama bisa dikendalikan oleh jaringan. Pemerintah. –– Pelanggaran terhadap ketentuan ini –– Libertarian/Neoliberal: monopoli isi dan dikenakan sanksi administratif berupa kepemilikan adalah sebuah keharusan teguran tertulis, pembekuan kegiatan untuk mendorong akumulasi capital. siaran untuk waktu tertentu, penolakan –– Demokratis: monopoli isi dan kepemilikan perpanjangan Izin Penyelenggaraan tidak dibolehkan karena anti keberagaman Penyiaran, dan/atau pencabutan Izin dan kebebasan bereskpresi.11 Penyelenggaraan Penyiaran. Sistem siaran televisi berjaringan –– Lembaga penyiaran lokal yang menjadi sesungguhnya merupakan bentuk tanggungjawab bagian dari sistem siaran jaringan wajib dari media penyiaran yang telah menggunakan berbadan hukum dan berlokasi di daerah spektrum frekuensi radio. Bahwa aturan tentang wilayah siar. penyiaran perlu menegaskan pandangan filosofis –– Untuk itu setiap lembaga penyiaran lokal dari spektrum frekuensi radio adalah milik publik wajib membuat dan menyajikan muatan dan merupakan sumber daya alam terbatas siaran lokal paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari keseluruhan jam siaran 11 Masduki, Regulasi Penyiaran Dari Otorite ke Liberal, LKIS setiap hari. Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007, hal. 218

14 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 –– Namun demikian sistem siaran jaringan surat ke Jakarta. Di daerah masing-masing, yang berlaku secara bertahap dengan ada hanyalah stasiun relai/transmisi yang dijaga mempertimbangkan kesiapan pengembangan oleh segelintir teknisi. Dengan sistem siaran Lembaga Penyiaran lokal. jaringan, di setiap daerah terdapat stasiun Sistem televisi berjaringan menawarkan televisi anggota jaringan yang dapat ditemui jalan keluar yang saling menguntungkan. langsung oleh masyarakat. Saat memperoleh Idealnya, stasiun-stasiun televisi lokal tersebut izin siaran di daerah tersebut pun, stasiun tak perlu menjadi stasiun-stasiun independen tersebut sudah harus menyatakan komitmen yang membiayai diri sendiri. Sebagaimana di akan memperhatikan kepentingan nilai-nilai banyak negara maju, stasiun-stasiun televisi masyarakat setempat. lokal berposisi sebagai stasiun televisi afiliasi jaringan nasional. Dengan demikian, mayoritas program yang disiarkannya tidak berasal dari DAFTAR PUSTAKA stasiun televisi lokal itu, melainkan datang dari induk jaringan. Hanya sekian puluh persen yang diproduksi sendiri oleh stasiun lokal tersebut. Dengan cara ini, stasiun televisi lokal dapat Amir Effendy Siregar, Melawan dan Mencegah tumbuh sehat. Mereka membawa program- Monopoli serta Membangun Keanekaragaman, program unggulan dari jaringan. Mereka bisa Jurnal Sosial Demokrasi, Volume 3 Nomor mengisi jam-jam siaran lokal dengan program 1 (Juli-September) 2008. yang cukup berkualitas karena dapat dibayai ------, dalam Iwan Awaluddin Yusuf dengan cukup. Mereka bisa memperoleh (et.al), Pengantar Buku Pelarangan Buku sebagian dari pemasukan iklan yang diperoleh di Indonesia: Sebuah Paradoks Demokrasi induk jaringan. Mereka juga bisa memperoleh dan Kebebasan Berekspresi, Jogjakarta: pemasukan dari iklan lokal. PR2Media dan FES, 2010. Halnya stasiun induk jaringan juga akan Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi, Penerbit memperoleh keuntungan dalam jangka Rajawali Pers, Jakarta, 2003. panjang, terutama kalau mereka juga memiliki setidaknya sebagian saham stasiun televisi lokal Dominick, Joseph R., Fritz Messere dan Barry L yang menjadi bagian dari jaringan tersebut. Sherman, Broadcasting, Cable, the internet, th Bila stasiun-stasiun televisi lokal itu tumbuh and Beyond 5 edition, Boston, McGraw yang berjalan seiring dengan kondisi ekonomi Hill, 2004 lokal di setiap daerah, jaringan tersebut akan Jack McLeod and Steven Chaffee, Future of memperoleh keuntungan bersama. Political Communication Research Journal Sistem siaran televisi berjaringan juga Political Communication, Vol. 18 No. 2/2001, memberikan perlindungan terhadap hak Sage Publications, Beverly Hills,2001. masyarakat setempat untuk melakukan Masduki, Regulasi Penyiaran Dari Otorite ke Liberal, pengawasan terhadap materi siaran yang LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007. diterimanya. Dalam sistem pertelevisian yang sentralistisi, tak ada hak masyarakat di setiap McCombs, Setting the Agenda Setting Research: daerah di luar Jakarta untuk mengendalikan An Assessment of the Priority Ideas and isi siaran yang beredar di daerahnya. Bila Problems dalam GC Wilhoit, Mass masyarakat merasa bahwa ada isi siaran dari Communication Review Yearbook, Volume 2, televisi Jakarta yang tidak serasi dengan budaya Sage Publications, Beverly Hills,1981. daerah, mereka tidak bisa melakukan apa-apa Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Jakarta: karena kantor stasiun televisi itu ada di Jakarta. Prenada Media, 2008. Kalau mereka protes, mereka harus berkirim

Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 15 Puji Riyanto (dkk), Kepemilikan dan Intevensi Laman Siaran Perampasan Hak Publik, Dominasi Ade Armando, “Mengapa Sistem TV Berjaringan dan Bahaya Media di Tangan Segelintir Harus Dijalankan”, http://adearmando. Orang, Penerbit Yayasan Tifa dan wordpress.com/2010/01/29/mengapa- PR2Media, Jakarta, 2014. sistem-tv-berjaringan-harus-dijalankan/ diakses tanggal 4-3-2013.

16 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014