Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan*
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
URGENSI SISTEM SIARAN TELEVISI BERJARINGAN* Ade Armando** Abstract The existence of TV broadcasting system using networking is a consequence of responsibility of broadcasting media which uses the spectrum of radio frequency. It further reveals that in the system, its main institution disseminates its broadcasting to several or many regions through its local institution, regularly, in a specific schedule. This system is developed from a democratic broadcasting principle in order to encourage participation and empowerment of local television and to guarantee the variety of its content, while simultaneously protect the rights of public to have access to the content. Keywords: broadcasting system, television networking, law on broadcasting, local television, broadcasting system Abstrak Sistem siaran televisi berjaringan sesungguhnya merupakan bentuk tanggungjawab dari media penyiaran yang telah menggunakan spektrum frekuensi radio. Sistem siaran televisi berjaringan merupakan sistem siaran di mana lembaga penyiaran induk yang memancarluaskan siarannya ke beberapa atau banyak wilayah siar melalui lembaga penyiaran lokal secara tetap pada jam siaran tertentu. Sistem siaran televisi berjaringan berangkat dari pemikiran sistem penyiaran yang demokratis dalam rangka mendorong partisipasi dan pemberdayaan lembaga penyiaran lokal, keberagaman isi siaran, dan perlindungan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh materi siaran. Kata Kunci: sistem siaran, televisi berjaringan, UU penyiaran, lembaga penyiaran lokal, sistem penyiaran A. Latar Belakang ada semacam koresponden tak berkantor. Salah satu keluhan yang sering terdengar Koresponden atau kontributor ini bertugas mengenai pertelevisian Indonesia adalah melaporkan berita yang terjadi di kotanya penyajian gambaran tentang daerah di luar masing-masing untuk dikirim ke Jakarta. Jakarta yang terkesan melulu negatif. Berita Pola tersebut, pada gilirannya, melahirkan negatif tentang Jakarta juga banyak namun gelombang berita negatif dari daerah. Para itu bisa diimbangi oleh gambaran cerah kontributor ini memahami bahwa ada risiko mengenainya di beragam program siaran yang besar untuk mengirimkan berita positif karena tersaji sepanjang hari. Informasi tentang luar tahu bahwa redaksi di Jakarta akan lebih Jakarta lazimnya hanya tersaji secara singkat, menyukai berita negatif. Berita positif sering secara parsial, sebagai rangkaian berita di dianggap hanya relevan untuk masyarakat program berita. Itu pun umumnya hanya setempat sementara berita sensasional mudah menyangkut hal-hal negatif dan sensasional menarik perhatian banyak penonton, terlepas seperti pembunuhan, tawuran, skandal, dari daerah asal dan tempat tinggal. kekerasan, demonstrasi, darah, bencana alam, Dalam beberapa tahun terakhir, memang dan semacamnya. ada sedikit perubahan. Sejumlah stasiun, di Televisi besar di Jakarta pada dasarnya beberapa daerah mulai memperkenalkan siaran tak terlalu perduli dengan perkembangan di lokal. Sebagai contoh, SCTV memiliki siaran luar daerahnya. Mereka berkantor di Jakarta, berita khusus Surabaya yang hanya dapat mengambil keputusan di Jakarta, sementara ditangkap di Surabaya. Namun ini tak berarti di setiap daerah di luar Jakarta, lazimnya yang SCTV memiliki stasiun lokal di Surabaya. * Tulisan ini pernah di presentasikan dalam diskusi terbatas di P3DI Setjen DPR RI dengan Topik Penataan Penyiaran di Indonesia, tanggal 31 Januari 2013. ** Pakar Komunikasi UI dan Anggota Tim Pakar Pendamping Penggantian UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran di Komisi I DPR RI. Ade Armando: Urgensi Sistem Siaran Televisi Berjaringan 1 Yang dilakukan SCTV adalah mendirikan biro yaitu izin penyelenggaraan penyiaran dilarang khusus Surabaya yang mengirimkan berita- dipindahtangankan kepada pihak lain. berita Surabaya dalam jumlah cukup banyak Norma hukumnya telah memberikan aturan untuk mengisi siaran berita sekitar 30 menit. dengan baik, namun implementasinya yang masih Siaran tersebut tetap dikirimkan untuk diedit dilanggar oleh pengelola media. Konsolidasi dalam dan dikemas di Jakarta. Pada gilirannya, Jakarta bisnis penyiaran telah menyebabkan konsentrasi akan mengirimkan siaran ke Surabaya yang kepemilikan media penyiaran di tangan beberapa berbeda dari siaran ke daerah-daerah lainnya, pihak saja. Tentu saja, konsolidasi yang diikuti khusus pada jam tertentu itu. oleh pemidahtanganan izin siaran ini melanggar Pola terakhir ini memang terkesan lebih ketentuan UU Penyiaran.1 akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat Konsolidasi yang melahirkan variasi pola- lokal. Namun pada dasarnya metode semacam ini pola kepemilikan diikuti pula oleh suatu sistem tak akan dapat memenuhi kebutuhan tuntutan pengendalian dan kontrol yang ketat baik dari demokatisasi penyiaran yang mendasar. Dengan sisi pemilik modal maupun manajemen. Ada pola itu, tetap tak akan ada stasiun-stasiun setidaknya tiga macam model pengendalian dan afiliasi yang tumbuh di berbagai daerah. Yang control yang dilakukan oleh pemilik modal dan diperoleh hanyalah mungkin maksimal satu jam manajemen yaitu menempatkan orang-orang siaran berita lokal. Gagasan tentang masyarakat “kunci”, internal merger, dan pembatasan saham.2 lokal sebagai pemegang kedaulatan frekuensi siaran tidak berlaku. Segenap keuntungan yang B. Permasalahan diperoleh dari pengelolaan frekuensi siaran tetap Persoalan imej Indonesia yang negatif terpusat di Jakarta. sebagaimana dideskripsikan pada latar belakang Sebenarnya Undang-Undang Nomor hanya salah satu dari rangkaian kerugian yang 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU diakibatkan sistem siaran sentralistis. Untuk Penyiaran), ketentuan mengenai penyiaran memperjelas dampak buruk yang diakibatkan berjaringan telah disebutkan yaitu Pasal 6 ayat sistem siaran televisi terpusat yang ada saat ini, (3), dalam sistem penyiaran nasional terdapat kita bisa melihat dimensi politik, sosial-budaya lembaga penyiaran dan pola jaringan yang dan ekonomi dari sistem tersebut. Sehingga adil dan terpadu yang dikembangkan dengan permasalahan yang di ajukan dalam tulisan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. ini yaitu “mengapa sistem siaran televisi Ketentuan ini tentunya berdampak pada berjaringan harus kembali dimasukkan ke persoalan pemusatan kepemilikan. Pada Pasal dalam perubahan UU Penyiaran?” 18 ayat (1) disebutkan, pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta C. Kerangka Pemikiran oleh satu orang atau satu badan hukum, baik Pada awal berjalannya era Reformasi di di satu wilayah siaran maupun di beberapa tanah air, media massa sangat menikmati wilayah siaran, dibatasi. Selanjutnya pada euforia kebebasan tanpa batas yang justru ayat (2), kepemilikan silang antara Lembaga Penyiaran Swasta yang menyelenggarakan 1 Puji Riyanto (dkk), Kepemilikan dan Intevensi Siaran Perampasan Hak Publik, Dominasi dan Bahaya Media jasa penyiaran radio dan Lembaga Penyiaran di Tangan Segelintir Orang, Penerbit Yayasan Tifa dan Swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran PR2Media, Jakarta, 2014, hal. 12 televisi, antara Lembaga Penyiaran Swasta 2 Badan hukum anggota televisi nasional berjaringan dan perusahaan media cetak, serta antara umumnya dunamai dengan melekatkan atribut grop yang menjadi afiliasinya. Sebagai contoh PT Surya Citra Pesona Lembaga Penyiaran Swasta dan lembaga Media merupakan nama badan hukum jaringan SCTV di penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya, baik Batam dan stasiunnya bernama SCTV Pekanbaru. PT langsung maupun tidak langsung, dibatasi. Indosiar Semarang Televisi merupakan badan hukum Hal lainnya terkait dengan Pasal 34 ayat (1), jaringan Indosiar di Semarang dan stasiunnya bernama SCTV Semarang. Ibid., hal. 36. 2 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014 mendorong terjadinya krisis kinerja media. Dalam sistem demokrasi, regulasi terhadap Keberpihakan media memang sangat riskan media pada dasarnya dipilih menjadi dua bagian terutama bila dikaitkan dengan dampak yang besar, yakni media yang tidak menggunaka akan terjadi pada diri khalayaknya. Menurut ranah publik (public domain) dan medua McLeod yang mengkritik media yang tidak yang menggunakan ranah publik. Regulasi memberikan informasi politik yang dibutuhkan media yang menggunakan public domain oleh khalayak. Namun di lain sisi, Chaffe juga sangat berbeda dengan media yang tidak mengakui peranan media dalam membuat menggunakan public domain, maka regulasinya khalayak lebih terlibat dengan masalah-masalah sangat ketat. Ini karena ketika seseorang atau politik. Sedangkan McLeod sendiri memberikan suatu badan telah diberi frekuensi, sebenarnya penjelasan mengenai efek media khususnya ia telah diberi hak monopoli oleh negara untuk proses mediasi antara individu dengan media, menggunakan frekuensi tersebut dalam kurun bahwa masih ditemukannya argumentasi yang waktu tertentu. Dengan demikian, berlaku berbeda-beda dari para peneliti mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan di substansi mediasi tersebut. Terdapat sejumlah bidang penyiaran. Dalam kaitannya ini, regulasi argumentasi berbeda mengenai isu, proses terhadap radio dan televisi berlangsung sangat penafsiran berita sampai proses terbentuknya ketat (highly regulated).6 pemahaman atas suatu isu.3 Regulasi yang ideal harus mencakup tiga Kenyataan ini menjadi penting untuk prinsip yaitu pertama, memastikan bebasnya dipahami, mengingat potensi yang dimiliki gangguan interferensi antarfrekuensi, kedua, media dalam rangka pembentukan pendapat memastikan terjadinya pluralitas politik dan umum. Bahwa media dengan mekanisme budaya dalam isi siaran, dan ketiga, menyediakan yang dimilikinya, mempunyai kemampuan masyarakat apa