Volume 16, Nomor 1, Juni 2007 ISSN 0215-191X

ZZOOOO IINNDDOONNEESSIIAA Jurnal Fauna Tropika

THE HERPETOFAUNA OF THE GOLD MINING PROJECT AREA IN NORTH SUMATRA: SPECIES RICHNESS BEFORE EXPLOITATION ACTIVITIES. Hellen Kurniati...... 1

ENDOPARASIT PADA FESES BABI KUTIL (Sus verrucosus) DI KEBUN BINATANG SURABAYA. Kartika Dewi & R.T.P Nugraha ...... 13

ARTHROPODA GUA DI NUSAKAMBANGAN CILACAP, JAWA TENGAH Cahyo Rahmadi ...... 21

CATATAN KOLEKSI LARVA NYAMUK (DIPTERA: CULICIDAE) PADA RUAS BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE- PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL. GN. HALIMUN. Awit Suwito ...... 31

SUGAR ANALYSIS OF THE DIGESTIVE TRACT OF Tabanus rubidus (DIPTERA: TABANIDAE). Sri Hartini, Janita Aziz & Chairul ...... 49

Zoo Volume 16 (1) 1-50 2007 ISSN 0215-191X

Ketua Redaksi

Dr. Dede Irving Hartoto (Limnologi)

Anggota Redaksi

Dr. Hagi Yulia Sugeha (Oseanologi) Dr. Rosichon Ubaidillah (Entomologi) Dr. Dewi Malia Prawiradilaga (Ornitologi) Ir. Ike Rachmatika MSc. (Ikhtiologi)

Sekretaris Redaksi & Produksi

Rochmanah S.Kom Yulia Aris Kartika S.Kom

Mitra Bestari

drh. L.E Setyorini Ir. Endang Purwaningsih Garth Taylor BSc Dr. Sri Hartini Dr. Hari Sutrisno Dr. Sampurno Kadarsan

Alamat Redaksi Zoo Indonesia Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI Gd. Widyasatwaloka Jl. Raya Bogor-Jakarta KM. 46 Cibinong 16911

Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 [email protected]

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) adalah suatu organisasi profesi dengan anggota terdiri dari peneliti, pengajar, pemerhati dan simpatisan kehidupan fauna tropika, khususnya fauna Indonesia. Kegiatan utama MZI adalah pemasyarakatan tentang ilmu kehidupan fauna tropika Indonesia, dalam segala aspeknya, baik dalam bentuk publikasi ilmiah, publikasi popular, pendidikan, penelitian, pameran ataupun pemantauan.

Zoo Indonesia adalah sebuah jurnal ilmiah di bidang fauna tropika yang diterbitkan oleh organisasi profesi keilmiahan Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) sejak tahun 1983. Terbit satu tahun satu volume dengan dua nomor (Nopember & Juni). Memuat tulisan hasil penelitian dan tinjauan ilmiah yang berhubungan dengan aspek fauna, khususnya wilayah Indonesia dan Asia. Publikasi ilmiah lain adalah Monograph Zoo Indonesia - Seri Publikasi Ilmiah, terbit tidak menentu.

KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE- PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN

Awit Suwito

Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Cibinong e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Suwito, A. 2007. Keanekaragaman jenis nyamuk (Diptera: Culicidae) yang dikoleksi dari tunggul bambu Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango dan Taman Nasional Gn. Halimun. Zoo Indonesia. Vol. 16 (1): 31-47. Untuk pertama kali di Indonesia tercatat sembilan jenis nyamuk yang diperoleh dari tunggul bambu, yaitu Aedes (Stegomyia) albolineatus. Orthopodomyia albipes, Heizmannia (Heizmannia) communis, Uranotaenia (Pseudoficalbia) bimaculata, Tripteroides (Rachionotomya) aranoides, Toxorhynchites kempi, Aedes (Finlaya) sp., Tripteroides (Tripteroides) sp. and Armigeres (Leicester) sp. Kunci untuk jenis ditampilkan. Uraian singkat untuk masing-masing jenis, bionomik, epidiomologi dan penyebaran jenis yang diketahui didiskusikan.

Kata kunci: nyamuk, larva, tunggul bamboo, Indonesia.

ABSTRACT

Suwito, A. 2007. Mosquitoes (Diptera: Culicidae) diversity collected from bamboo stumps at Gn. Gede-Pangrango National Park and Gn. Halimun National Park. Zoo Indonesia. Vol. 16 (1): 31-47. Nine species of the mosquitoes were recorded for the first time from bamboo stumpt in Indonesia, ie. Aedes (Stegomyia) albolineatus. Orthopodomyia albipes, Heizmannia (Heizmannia) communis, Uranotaenia (Pseudoficalbia) bimaculata, Tripteroides (Rachionotomya) aranoides, Toxorhynchites kempi, Aedes (Finlaya) sp., Tripteroides (Tripteroides) sp. and Armigeres (Leicester) sp. Key species was presented. Brief description of each species, bionomic, epidemiology and distribution of the known species were discussed.

Keywords: mosquitoes, larva, bamboo stumpt, Indonesia.

PENDAHULUAN tipe habitat. Edwards (dalam Brug 1934) menganjurkan untuk memeriksa Habitat perindukan nyamuk betina genangan air pada tempat-tempat sangat bervariasi, mulai dari tempat yang spesifik, seperti ketiak daun, yang semi-akuatik sampai ke sistem ruas bambu, atau tumbuhan kantung perairan yang luas. Mattingly (1971) semar, karena dari tempat-tempat ini membagi sistem perairan ini menjadi biasanya diperoleh jenis nyamuk yang dua kelompok besar, yaitu perairan jarang dijumpai atau belum yang mengalir dan tergenang. teridentifikasi. Kadang-kadang, Berdasarkan tempat penampungan bentuk larva mudah dijumpai, tetapi airnya, habitat air tergenang sulit untuk mendapatkan bentuk dikelompokkan lagi menjadi beberapa dewasanya. Hal ini berkaitan erat

31 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47 dengan habituasi nyamuk yang Pupa dipisahkan ke dalam cangkir bersifat anthrofilik atau tidak. plastik berisi air jernih dan ditutup dengan kain kasa, sedangkan bentuk Nyamuk anthrofilik atau zoofilik larva dipelihara dalam cawan plastik dewasa dapat dikoleksi pada saat berikut airnya bambu sebagai sumber mereka menghisap darah, tetapi pakan. .sahkan dan dipelihara sampai nyamuk penghisap cairan tumbuhan bentuk dewasa dalam suhu kamar. hanya dapat diperoleh dengan cara Pada sebagian larva dan pupa memelihara stadium larvanya atau dibuatkan slidenya untuk identifikasi. secara kebetulan tertangkap dalam jaring serangga. Mengingat hal Beberapa singkatan yang digunakan tersebut, dalam studi ini dipilih habitat untuk organ tubuh nyamuk, R2+3 yang paling ideal sebagai tempat (radius) venasi jari sayap, mCu-mCuA perindukan nyamuk, yaitu hutan (midle Cubitus Anal), MP (mental bambu. Pada hutan bambu, plate) keping mentum pada larva, CS permukaan tanahnya relatif terlindung (comb scale) sisik sisir pada larva. dari sengatan cahaya matahari secara Diskripsi morfologi jenis menggunakan langsung, sehingga mempunyai terminologi morfologi dari Belkin kelembaban yang tinggi, bersuhu (1962). sejuk, relatif gelap dan banyak tersedia tempat penampungan air. Kondisi seperti ini sangat cocok untuk HASIL & PEMBAHASAN habitat berbagai jenis nyamuk. Bentuk nyamuk dewasa hasil Pada tulisan ini dilaporkan tentang peliharaan memiliki kondisi yang lebih jenis-jenis nyamuk yang terdapat pada baik daripada hasil tangkapan di alam, ruas dan tunggul bambu sebagai karena sisik dan bulu kasarnya masih tempat perindukannya di hutan bambu utuh. Kedua karakter penting ini Bodogol Taman Nasional Gunung sangat dibutuhkan dalam proses Pangrango (TNGP) dan Cikaniki identifikasi. Dari identifikasi nyamuk Taman Nasional Gunung Halimun hasil rearing dan sweeping serta slide (TNGH). Kedua lokasi ini mempunyai larva dari hutan bambu Bodogol dan ketinggian yang relatif sama (850 - Cikaniki diperoleh 12 jenis dari tujuh 900 m dpl), topografinya berupa marga (Tabel 1). perbukitan yang ditutupi hutan primer dan sekunder. Pada beberapa tempat 1. Aedes (Stegomyia) albolineatus di antaranya, biasanya di pinggiran (Theobald), 1904 (Gambar sungai, terdapat rumpun-rumpun 1,2a) bambu. Tujuan dari studi ini untuk Scutomyia albolineatus Theobald, mengungkap diversitas nyamuk dan 1904, Entomologist 37: 77. distribusi mereka, khususnya di Pulau Aedes albolineatus, 72 : 282.-87 : Jawa. 20.—97 : 180.

Deskripsi: Sisir pada larva terdiri atas MATERI & METODE sebaris gigi, panjang seta 5-P hampir sama dengan 7-P. Ketotaksi Nyamuk dewasa dikoleksi dengan umumnya bercabang banyak dan menggunakan jaring serangga (sweep integumen thoraks dan abdomen net), sedangkan stadium larvanya ditutupi dentikula yang jelas (Gambar dikoleksi satu per satu dari tempat 1). Bentuk dewasa mudah dikenali perindukannya yang berupa ruas atau dengan adanya garis putih tebal di tunggul bambu. Jika dalam ruas tengah skutum, palpi tanpa sisik putih, bambu terdapat air di dalamnya, maka daerah subspirakular dan airnya dihisap dengan selang plastik postspirakular tanpa sisik.Pangkal dan ditampung dalam cawan plastik. tarsus kaki belakang bergelang putih.

32 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Tabel 1. Komposisi jenis nyamuk yang dijumpai di kedua lokasi. No Jenis Bodogol Cikaniki (GPNP) (GHNP) 1 Aedes (Stegomyia) albolineatus 2♀* 2♂ 1♀ (11 larva) 2 Aedes (Finlaya) albolateralis - 2♂ 1♀* 3 Aedes (Finlaya) formosensis 1♀* - 4 Aedes (Finlaya) albotaeniatus 5♀ - 5 Aedes (Finlaya) sp. 1 larva - 6 Armigeres (Leicesteria) sp. 5♂ 5♀ - (5 larva) 7 Heizmannia (Heizmannia) communis 4♂ - (12 larva) 8 Orthopodomyia albipes 2♂ - (17 larva) 9 Uranotaenia (Pseudoficalbia) 1♂ 1♀ - bimaculata (9 larva) 10 Toxorhynchites kempi 2♂(1 larva) - 11 Tripteroides(Rachionotomyia) aranoides - 10♂8♀ (16 larva) 12 Tripteroides (Tripteroides) sp. - 2♂1♀ (2 larva) *) nyamuk dewasa diperoleh di lapangan.

Kunci penentu marga:

DEWASA 1 Skutelum membulat, tidak membentuk lobus Toxorhynchites Skutelum membentuk tiga lobus 2 2 Vena R2 lebih pendek dari pada R2+3, vena anal berakhir sebelum atau pada pertemuan mCu-CuA Uranotaenia Vena R2 sama panjang atau lebih panjang dari R2+3, vena anal berakhir di bawah pertemuan mCu-CuA 3 3 Pangkal koksa belakang berdampingan dengan sisi dorsal 4 mesomeron Pangkal koksa belakang sejajar atau lebih tinggi dari sisi dorsal 5 mesomeron 4 Tarsomer 1 pada kaki depan dan tengah lebih panjang dari pada gabungan tarsomer 2-5, seta post spirakular Orthopodomyia tidak ada Tarsomer 1 pada kaki depan dan tengah lebih pendek atau sama panjang dari pada gabungan tarsomer 2-5, Aedes seta post spirakular ada 5 (3) Paratergite gundul dan halus Tripteroides Paratergite dengan sekelompok rambut bulu kasar 6 6 Seta mesopostnotal tidak ada dan seta Armigeres mesokatepisternal bagian atas ada Seta mesopostnotal ada, seta mesokatepisternal bagian Heizmannia atas tidak ada LARVA 1 Terdapat seta 13-P dan sepasang seta 4-X Tripteroides Seta 13-P tidak ada dan seta 4-X biasanya lebih dari 5 2

33 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

pasang 2 Keping sisir selalu ada, hypostomal suture pendek, tidak mencapai tentorial pit atau tidak ada Uranotaenia Keping sisir tidak ada atau kurang berkembang, hypostomal suture berkembang 3 3 Mulut sikat dengan 10 kelompok rambut, non pectinate, sisir dan pekten tidak ada Toxorhynchites Mulut sikat dengan sejumlah rambut, sisir selalu ada, pekten ada atau tidak ada 4 4 Pelana berkembang sempurna, membentuk gelang mengelilingi ruas X, seta 12-I ada Orthopodomyia Pelana tidak sempurna dan seta 12-I ada atau tidak ada 5 5 Pekten tidak ada, sifon sangat pendek Armigeres Pekten ada, sifon relatif panjang 6 6 Sisik sisir hanya berbentuk duri Aedes Sisik sisir tersusun atas dua tipe gigi: berbentuk duri dengan duri sekunder dan sisik Heizmannia

Gambar 1. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Ae. albolineatus. MP: keping dagu (mentum), CS: sisi k sisir, PT: gigi pekten, S: sifon.

2. Aedes (Finlaya) albolateralis Aedes albolateralis, 41 : 222.-59 : 7.— (Theobald), 1908 (Gambar 2b) 61 : C2—67 : 20.—79 : 119.—82 : 204.

Stegomyia albolateralis Theobald, Deskripsi: Dua pertiga bagian depan 1908, Rec. Indian Mus. 2: 289. skutum dan femur kaki belakang Aedes niveus, 23: 318.—60: 671.— nyamuk dewasa bersisik putih, bagian 75 : 1548. apikal gelap tanpa membentuk cincin

34 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47 yang sempurna, semua tarsi tanpa Aedes formosaensis Yamada, gelang putih. Edwards 1922, Indian J. med. Res. Bionomik: Larva dikoleksi pada ruas 10: 262 bambu di hutan Cikaniki, dan biasanya Finlaya khasiana Barraud 1923, Bull. larva dijumpai pada lubang pohon dan ent. Res. 13: 407; Edwards 1932, in tunggul bambu (Barraud 1934), pot Wytsman, Genera . fasc. 194: bambu, bambu tumbang, atau pecah 151. (MacDonald 1960). Menurut MacDonald (1960) nyamuk ini Deskripsi: Bentuk nyamuk dewasa cenderung menyerang orang di kanopi mirip dengan Ae. (Finlaya) hutan pada ketinggian 75 kaki dan chrysolineatus. Pada bagian tengah jarang yang menyerang di lantai hutan. probosis formosensis memiliki Status vektor: Belum diketahui. sekelompok sisik putih di bagian Penyebaran: Jawa, Sumaterra dan ventral sampai laterodorsal tanpa daerah Asia lainnya: Filipina, Malaya, membentuk gelang yang sempurna, Assam, Bengal, Himalaya, Ceylon, sedangkan pada chrysolineatus Yunnan. bagian ini berbentuk gelang. Spesimen yang diperikasa: 2♂1♀*. Bionomik: Nyamuk dewasa di Cikaniki (TNGH) alt.950 m dpl, peroleh di sekitar rumpun bambu pada 644’91.1’’ S, 106 32’25.8”, 27-iv- saat menyerang orang. Tempat 2001, col. A. Suwito (MZB). perindukan yang pernah dilaporkan adalah tunggul bambu (Barraud, 1934), ketiak daun Colocasia dan tanaman 3. Aedes (Finlaya) formosensis lain. Yamada, 1921 Status vektor: Belum diketahui. Penyebaran: Asia Tenggara Aedes formosensis Yamada 1921, (, Indonesia terutama di Annot. Zool. Jap. 10:67 Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Aedes (Finlaya) pallirostris Kecil) dan daerah Asia lainnya (, Edwards 1922, Indian J. Med. Res. Yunnan, ). 10: 270 (0; Barraud 1934, Fauna Brit. Spesimen yang diperiksa: 1♀. India 5: 190 Knight 1947 (1948), Ann. Bodogol (TNGGP) alt. 850 m dpl, 8-vii- Ent. Soc. Amer. 40: 640 (?). NEW 2000, col. A. Suwito & E.Cholik (MZB).

(a) (b) (c)

35 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j) (j1) Gambar 2 Morfologi nyamuk dewasa yang diperoleh di Cikaniki dan Bodogol: (a). Ae. a b c albolineatus, (b). Ae. albolateralis, (c). Ae. albotaeniatus, (d). Ae.(Finlaya) sp., (e). Armigeres (Leicesteria ) sp., (f). He. communis, (g). Tr. aranoides, (h). Tripteroides sp., (i). Tx. kempi dan (j & j1). Uranotaenia bimaculata (tanda panah menunjukkan bercak hitam).

36 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

4. Aedes (Finlaya) albotaeniatus bentuk yang keduanya berpekten (Leicester in Theobald), 1904 (berbulu halus), barisan anterior (Gambar 2c) polimorf dengan gerigi samping yang tak beraturan, sedangkan barisan Entom. xxxvii, p. 111 (♂ &♀ ) posterior dengan duri tunggal (Danielsia). TYPE-Loc.: Kuala (Gambar 3). Lumpur, Malay Penin., from Bionomik: Larva diperoleh pada ruas bamboos (Leicester). TYPE : ♂&♀ bambu di hutan Bodogol. in Brit. Mus. Status vektor: Belum diketahui. Finlaya lepchana Barraud, 1923, Penyebaran: Indonesia: (Jawa). Ind. Journ. Med. Res. xi, p. 217 (a). Spesimen yang diperiksa: 1 larva. TYPE : d in Brit. Mus. Bodogol (TNGGP) alt. 850 m dpl, 8-vii- 2000, col. A. Suwito & E.Cholik (MZB). Deskripsi: Pada bagian tengah Catatan : Morfologi larva ini sangat mirip dengan probosis nyamuk dewasa terdapat jenis dari kelompok kochii, anak-marga gelang putih, skutum bersisik putih, 4 Finlaya. ruas tarsi pertama kaki belakang bergelang putih pada bagian pangkalnya . 6. Armigeres (Leicesteria) sp. Bionomik: Larva diperoleh pada ruas (Gambar 2e, 4) bambu. Status vektor: Belum diketahui. L. longipalpis Leic. Entom. xxxvii, p. Penyebaran: Asia Tenggara ( Malay 211. Genotype. Peninsula, Indonesia terutama di Chcetomyia Leicester, 1908. Cul. Sumatera) dan India Malaya, p. 100. Genotype. L. flora Spesimen yang diperiksa: 5♀. Leic. Bodogol (TNGGP) alt. 850 m dpl, 8-vii- Brevirhynchus Theobald, " 1908. 2000, col. A. Suwito & E.Cholik (MZB) Rec. Ind. Mus. ii, p. 293. Genotype, B. magnus Theo. Leicesteriotnyia Brunetti. 1912, Rec. 5. Aedes (Finlaya) sp. (Gambar Ind. Mus. iv, p. 452, nom. nov. for 2d,3) Chcetotnyia.

Finlaya Theobald, 1903: 281. Type- Deskripsi: Sifon larva pendek, tanpa species: Culex kochi Donitz, gigi pekten, ruas anal tanpa keping 1901; New Guinea. ventral, pelana berkembang tidak sempurna, ruas abdomen 1-IV atauII- Deskripsi: Ketotaksi larva mirip IV tanpa spikula, sisik sisir sederhana dengan Ae. albolineatus, seta pada (10-11 buah) (Gambar 4). Bentuk thoraks, abdomen dan sebagian seta nyamuk dewasa berukuran besar kepala berbentuk stelat (bintang). Seta dengan warna coklat dan bercak sisik 4,5-C panjang dan bercabang dua; putih pada bagian dada samping. seta 7-C tunggal, tebal dan panjang; Panjang palpus betina sekitar 1/4 seta 1-A tunggal, sederhana. Sifon panjang probosis, sebaliknya palpi panjang (sekitar 5 kali panjang nyamuk jantan lebih panjang dari pangkalnya) dan berbulu halus, gigi probosis; klipeus dengan sekelompok pekten sederhana tanpa gigi samping, sisik putih. Bagian atas postspirakular sekitar pangkal berambut halus; dilengkapi dengan sekumpululan sisik pinggiran ruas anal berspikula (berduri hitam dan sisik putih dibagian panjang) dan ujung bagian dorsal bawahnya. Mesonotum ditutupi sisik terdapat satu duri yang tebal, seta warna coklat yang sempit. ventral brush terdiri 6 pasang seta bercabang dua; sisik sisir terdapat dua

37 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Gambar 3. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Ae. (Finlaya) sp. MP: keping dagu (mentum), CS: sisik sisir, PT: gigi pekten, S: sifon.

Bagian dalam tori ditutupi oleh sisik pohon, kulit kelapa, ketiak daun palm putih dan hitam. Bagian atas anterior Areca yang jatuh (Delfinado 1966). pronotal lobe bersisik hitam dan putih Status vektor: Belum diketahui. di bagian bawahnya, posterior Penyebaran: Asia Tenggara (Filipina, pronotum bagian depan bersisik hitam Malaysia, , Serawak dan dan bagian belakang bersisik putih. Indonesia terutama di Sumatera, Dada samping dengan bercak sisik Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Kep. pucat, propleural koksa depan Sunda Kecil, dan Irian Jaya (Papua) mempunyai sekumpulan sisik hitam, dan daerah Asia lainnya (India, Assam, postnotum tanpa seta. Klasper jantan , New Guinea) . membulat dengan lima duri tumpul di Spesimen yang diperiksa: 5♂5♀ (5 bagian ujung (apeks). Femur kaki larva). Bodogol (TNGGP) alt. 850 m belakang bersisik putih dengan garis dpl, 8-vii-2000, col. A. Suwito & hitam pada bagian dorsal dan E.Cholik (MZB). ujungnya. Bionomik: Nyamuk betina dan jantan Catatan: ditangkap pada siang hari pada saat Morfologi Armigeres sp. dewasa mirip mengerubuti orang di sekitar hutan dengan Ar. digitatus, terdapat sedikit bambu. Stadium larva diperoleh dalam perbedaan pada bentuk genitalnya. Ujung klasper pada digitatus memiliki lima duri ruas bambu yang berair di Bodogol. panjang tajam dan enam duri tajam pada Tempat lain yang biasa dijadikan basal lobe, sedangkan pada jenis ini tempat perindukan adalah lubang mempunyai bentuk duri pendek tumpul dengan jumlah 5-6 duri pada ujungnya, dan 2 –3 duri pada basal lobe.

38 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Gambar 4. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Armigeres sp. MP: keping dagu (mentum), CS: sisik sisir, PT: gigi pekten, S: sifon.

7. Heizmannia (Heizmannia) yang lebar, anterior pronotal lobe communis (Leicester, 1908) bagian depan bersisik putih sedang (Gambar 2f, 5) bagian belakang bersisik hitam, posterior pronotum bersisik hitam. Dendromyia communis Leicester Klipeus tanpa sisik, pedisel bagian 1908, Cul. Malaya, 254 (♂, ♀). dalam bersisik kecil hitam dan berambut. Deskripsi : Kepala larva lebih lebar Bionomik: Semua bentuk dewasa dari pada panjangnya, antena panjang, diperoleh dari hasil rearing. Mattingly seta 1-A kecil, seta 4-C dan 7-C (1970) melaporkan bahwa nyamuk bercabang banyak, seta 6-C terletak di betina menyerang orang di hutan pada depan seta 4-C (Gambar 5). Nyamuk siang hari. Larva diperoleh dari ruas dewasa berukuran kecil dan berwarna bambu yang berair di Bodogol. gelap, mirip dengan jenis Sabethine Tempat lain yang digunakan sebagai dari Neotropika dan Haemagogus. tempat perindukan adalah lubang Baik jantan maupun betina pohon, buah kelapa yang pecah dan mempunyai palpi pendek, sisik pada tempat penampungan air lainnya. skutum gelap dan lebar yang Sebagian besar sebaran dari jenis ini memantulkan warna perunggu kusam, diduga hanya terbatas di kawasan sisik plumae R2 lebar. Pada hutan dan beberapa jenis diantaranya postnotum terdapat sekelompok menyerang manusia. (Mattingly 1970; rambut, skutum ditutupi sisik hitam Delfinado 1966).

39 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Gambar 5. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Heizmannia communis. MP: keping dagu (mentum), CCS: sisik sisir di barisan tengah; LCS: sisik sisir di bagian samping; PT: gigi pekten, S: sifon.

Status vektor: Belum diketahui. dari subgenus Mattinglyia: yaitu H. Penyebaran: Asia Tenggara (Filipina, (Mattinglyia) achaetae. Empat jenis Taiwan, dan Indonesia terutama di pertama dilaporkan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku ) Sumatera, Kalimantan dan Maluku, dan daerah Asia lainnya (Himalaya sedangkan jenis terakhir hanya Barat, India Barat Daya, Ceylon, dan ditemukan di Sulawesi (O’Connor & Korea). Sopa 1981). Penemuan jenis ini di Spesimen yang diperiksa: 4♀(12 Kawasan Bodogol merupakan catatan larva). Bodogol (TNGGP) alt. 850 m baru untuk sebaran nyamuk dpl, 8-vii-2000, col. A. Suwito & Heizmannia di Pulau Jawa. E.Cholik (MZB). Catatan: Bentuk dewasa berukuran kecil dan 8. Orthopodomyia albipes berwarna gelap, mirip dengan jenis Leicester, 1904 (Gambar 6) dari kelompok Sabethine, tetapi tanpa seta spirakular, sedangkan ciri lain Orthopodomyia albipes Leicester, yang membedakannya dari 1904:237-239. *TYPE: lectotype with Haemagogus adalah terdapatnya genitalia slide sekelompok sisik pada alula sayap, anopheloides by Edwards (1913:239) bulu kasar pada mesepimeral dan anopheloides by Barraud (1927:527, bagian postnotum memiliki 528, 529) sekelompok seta. Orthopodomyia albipes of Theobald (1907:527-530) Di Indonesia terdapat lima jenis Orthopodomyia anopheloides form Heizmannia dari subgenus albipes of Barraud (1927:527, 528, 529 Heizmannia, yaitu H. (Heizmannia) Finlaya albipes of Giles (1904:366). aureq, H. (Heizmannia) communis dan H. (Heizmannia) indica serta satu jenis

40 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Deskripsi: Sifon pada larva cabang, pektenate. Ruas VIII Orthophodomyia mempunyai abdomen dengan keping sklerotis kesamaan dengan Armigeres dalam yang besar, tetapi tidak membentuk hal tidak memiliki gigi pekten, gelang. Sisik sisir (ACS) anterior perbedaannya sifon pada berbentuk seperti sisik posteriornya Orthopodomyia lebih panjang (sekitar dengan duri yang kuat pada bagian 2,5 kali panjang lebarnya), sedangkan ujungnya (Gambar 6). Ciri nyamuk pada Armigeres ukurannya sangat dewasa mempunyai ruas tarsomer I pendek. Seta 4-10-C tidak sama lebih panjang dari pada gabungan perkembangannya; 8-C bercabang ruas II sampai V, tarsomer IV dua dekat ujungnya; 9-10-C berukuran lebih pendek dan lebar dari bercabang dua sederhana, 13-C tarsomer V (Zavortink 1971). cukup berkembang dengan enam

Gambar 6. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Orthopodomyia albipes. MP: keping dagu (mentum), ACS: sisik sisir barisan depan, PCS: sisik sisir barisan belakang, PT: gigi pekten, S: sifon.

Bionomik: Larva albipes biasanya Status vektor: Tidak diketahui, dijumpai pada ruas bambu dengan kemungkinan tidak berperan sebagai celah sempit sampai lubang besar vektor suatu penyakit. atau pecah (Zavortink 1968). Nyamuk Penyebaran: Asia Tenggara dewasa tidak berhasil diperoleh (Malaysia, Filipina, Thailand, dan selama di lapangan, mungkin tidak Indonesia terutama dijumpai di menyerang manusia. Hanya 2 jenis Or. Sumatera, Jawa, Kalimantan dan albipes dan Or. andamanensis yang Sulawesi) dan daerah Asia lainnya diketahui menyerang manusia (Kepulauan Andaman, Ceylon, China, (Zavortink 1971) dan tiga jenis yang India, dan Jepang). menghisap darah burung, yaitu Or. Spesimen yang diperiksa: 2♂(17 alba, Or. kummi dan Or. Signifera. larva). Bodogol (TNGGP) alt. 850 m

41 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47 dpl, 8-vii-2000, col. A. Suwito & Nyamuk dewasa berukuran kecil E.Cholik (MZB). berwarna gelap, palpus sangat pendek, integumen skutum coklat dan Catatan: di bagian depan pangkal sayap Ketotaksi larva sangat bervariasi, seta 1-M, terdapat bercak bulat besar berwarna T, III, IV and 13-T, II-V sering berkembang hitam tanpa sisik. seperti pada kelompok anopheloides. Larva Bionomik: Bentuk dewasa diperoleh albipes dibedakan dari wilsoni terutama dari bentuk sisik sisir dan sifon. Sisik sisir dari hasil rearing larva. Nyamuk betina anterior dan posterior wilsoni berduri apikal dari jenis Ur.(P.) bimaculata diduga dua kali lebih panjang dari lebar bagian tidak menggigit manusia (Delfinado pangkalnya, serta sifon lebih panjang dan 1966). Jenis lain yang diketahui pipih dari pada albipes. Jenis ini dibedakan menyerang manusia adalah Ur. bicolor dari anopheloides atau andamananses, dan Ur. gouldi yang menyerang karena sisik sisir barisan belakangnya tidak manusia pada sore hari (Peyton 1977). memiliki 3-5 duri apikal yang besar. Nyamuk betina lebih menyukai ruas

bambu dengan celah sempit sebagai Nyamuk Orthopodomyia yang terdapat tempat perindukannya. Tempat lain di Indonesia ada tiga jenis, yaitu: Or. yang pernah dijadikan tempat andamanensis, Or. anopheloides dan perindukan adalah bambu pecah, Or. papuensis. Ketiganya termasuk ketiak pelepah daun Pandanus, grup albipes subgrup anopheloides. lubang pohon. Jenis papuensis endemik untuk wilayahi Irian Jaya, sedangkan untuk Status vektor: Belum diketahui. jenis anopheloides mempunyai Penyebaran: Malaysia, Filipina, sebaran di Sumatera, Jawa dan Thailand, Indonesia: terdapat 11 jenis Kalimantan. dari sugenus Pseudoficalbia yang

tersebar di Sumatera, Kalimantan,

Jawa, Irian Jaya, dan satu jenis 9. Uranotaenia (Pseudoficalbia) masing-masing di Kep. Sunda kecil, bimaculata Leicester 1908 Sulawesi dan Maluku. (Gambar 2j, 7) Spesimen yang diperiksa:

1♂1♀(larva 3). Bodogol (TNGGP) alt. Uranotaenia bi-maculata Leicester 850 m dpl, 8-vii-2000, col. A. Suwito & 1908: 226 (♂, ♀). E.Cholik (MZB). Uranotaenia bimaculata Leicester,

Edwards 1921: 283 Catatan: Uranotaenia (Pseudoficalbia) Nyamuk dewasa mirip dengan Ur.(P.) bimaculata Leicester, Peyton 1972: novobscura karena terdapat bercak hitam 36. di depan pangkal sayap. Perbedaannya pada Ur. bimaculata terdapatnya sisik putih Deskripsi: Larva mempunyai ciri khas pada bagian anterior pronotal lobe, karena tidak memiliki maxilary suture, sedangkan pada Ur. novobscura bagian ini ruas abdomen VIII dengan keping tanpa sisik. Larva Ur. bimaculata memiliki pelana yang panjang (4 kali lebarnya) dan sklerit tempat menempelnya sebaris berkembang tidak sempurna, sebaliknya sisik sisir. Pelana pada ruas X tidak pelana pada novobscura lebih pendek sempurna; gigi pekten dan pangkal (sekitar 2 kali) dan berkembang sempurna. seta 1-S tidak mencapai setengah Ur. bimaculata merupakan catatan baru panjang sifon; seta 6-M kecil, tunggal untuk Uranotaenia yang ada di Indonesia, atau bercabang, sifon panjang (4 kali sehingga perlu dipelajari lebih lanjut. panjang lebarnya) (Gambar 7).

42 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Gambar 7. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Uranotaenia bimaculata. MP: keping dagu (mentum), CS: sisik sisir, PT: gigi pekten, S: sifon.

10. Toxorhynchites kempi Nyamuk dari genus Toxorhynchites (Edwards, 1921) (Gambar 2i & 8) mudah dikenali karena mempunyai ukuran tubuh paling besar. Nyamuk Megarhinus (Toxorhynchites) kempi. betina mempunyai probosis panjang TYPE-Loc.: Telewadi, Castle Rock, dan setengah dari apikal melengkung North Kanara dist., 3-10. x. 1916 (S. ke bawah. Pinggiran sayap posterior Kemp). TYPE : 1♂ & 1 co-type ♀ in melekuk kedalam tepat di ujung urat Brit. Mus., Bull. Ent. Res. xii, p. 72 sayap Cu2. Bionomik: Larva dikoleksi di hutan Borel 1930:119 (M*, F*, L*) bambu Bodogol. Nyamuk jantan dan Barraud 1934: 18 (M*, F*, P*, L*) betina dewasa diketahui hanya Tsukamoto et al. 1985:157 (distr.). menghisap cairan tumbuhan. Pada umumnya larva nyamuk ini bersifat Deskripsi: Larva berukuran paling predator bagi larva nyamuk lainnya besar dibandingkan dengan larva dari yang kebetulan berada dalam satu jenis lain, tubuh berwarna coklat tua tempat perindukan. yang dengan seta yang kasar, sikat Status vektor: Diduga bukan vektor, mulut terdiri atas 11 kelompok karena nyamuk dari kelompok ini (Gambar 7). Tergit ditutupi sisik yang diketahui tidak menghisap darah. memantulkan warna ungu tembaga, Penyebaran: India, China, Indonesia: ruas ke-5 tarsi kaki belakang berwarna Jawa putih, ruas pertama kaki belakang Spesimen yang diperiksa: 2♂(1 nyamuk jantan dilengkapi dengan bulu larva). Bodogol (TNGGP) alt. 850 m kasar yang lebar . dpl, 8-vii-2000, col. A. Suwito & E.Cholik (MZB).

43 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Gambar 8. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Toxorhynchite kempi. MB: Mulut sikat, MP: keping dagu /mentum, S: sifon.

11. Tripteroides (Rachionotomyia) Palpus pendek, sekitar 1/5 panjang aranoides (Theobald, probosis, berwarna gelap; setengah 1901)(Gambar 9, 2g) bagian depan klipeus bersisik putih lebar; tori bagian dalam bersisik pucat Wyeomyia aranoides Theobald kecil. 1901: 274. Bionomik: Semua bentuk dewasa Skeiromyia fusca Leicester 1908: diperoleh dari hasil rearing, sehingga 248. tidak diketahui secara pasti kebiasaan Squamomyia inornata Theobald makannya. Kemungkinan nyamuk 1910b: 28. dewasa bukan penghisap darah. Rachionotomyia aranoides' of Menurut MacDonald dan Traubi Edwards 1913: 241. (1960) jenis yang termasuk kompleks Tripteroides (Tripteroides) aranoides Tr. aranoides jarang menyerang orang. of Edwards 1932: 78. Tempat peridukan utamanya adalah Tripteroides (Rachionotomyia) bambu (berlubang, bercelah atau aranoides of Stone 1963: 121. pecah), tetapi dapat pula Tripteroides Tripteroides) memanfaatkan lubang pohon, batang szechwanensis Hsu 1964: 278. tumbang, ketiak daun, kantung semar, Tripteroides (Rachisoura) genangan air tanah atau tempat szechwanensis of Knight and Stone penampungan air seperti batok kelapa 1977: 320. (Mattingly 1981). Status vektor: belum diketahui, Deskripsi: Larva memiliki sisik sisir kemungkinan bukan vektor suatu yang besar, sederhana atau berambut penyakit. di sekitar pangkalnya, pinggiran Penyebaran: Asia Tenggara pelana berduri (Gambar 9). Sisik pada (Thailand, Malaysia Barat, Kamboja, oksiput memantulkan warna biru tua, , Filipina, dan Indonesia skutum ditutupi sisik sempit seperti terutama dijumpai di Jawa, Kep. rambut berwarna coklat kehijauan. Sunda Kecil dan Sumatera) dan Pronotum posterior bersisik putih daerah Asia lainnya (Taiwan, Cina, keperakan, tergit bersisik coklat gelap, dan India). sedangkan sternit bersisik putih.

44 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Gambar 9. Bagian kepala dan ujung abdomen larva Tripterpoides aranoides . FF: bentuk penyaring makanan, MP: keping dagu (mentum), CS: sisik sisir, PAL: palatum, PT: gigi pekten, S: sifon.

Spesimen yang diperiksa: Deskripsi: Jenis ini mirip dengan Tr. 10♂8♀(16 larva). Cikaniki (TNGH) aranoides, karena memiliki sisik alt.950 m dpl, 644’91.1’’ S, 106 oksiput yang memantulkan warna biru 32’25.8”, 27-iv-2001, col. A. Suwito terang. Pronotal lobe anterior dan (MZB). posterir bersisik lebar keperakan, masing-masing bagian anterodorsal Catatan: femur memiliki 2 bercak putih yang Larva yang diperoleh dari Cikaniki memiliki jelas, tarsal tanpa gelang pucat. Sisi sikat mulut bertipe penyaring makanan, tergit ruas II-V mempunyai bercak terutama lamela di bagian anterior terdiri atas dua bentuk: berpekten dan berbentuk putih yang melengkung di bagian bulat pada ujungnya. Tipe sikat mulut ini posterior tanpa membentuk gelang. mirip dengan Heizmannia macdonaldi, Bagian apeks sternit II-VI berpita sedangkan diskripsi He. aranoides dari putih. Skutum ditutupi sisik coklat Mattingly (1981) tidak disebutkan adanya gelap yang sempit mirip dengan tipe ini. Walaupun demikian, ada kemiripan rambut, masing-masing lobus dari bulu palatalnya yang berbentuk skutelum ditutupi sisik coklat gelap menjari pada bagian ujungnya. Apakah yang lebar dan memantulkan warna adanya dua bentuk sikat mulut ini berhubungan dengan faktor lingkungan metalik kekuning-kuningan. atau perbedaan geografis perlu ditelusuri Bionomik: Morfologi dewasa sangat lebih mendalam. mirip dengan Tripteroides (Tripteroides) similsi. Nyamuk dewasa diperoleh dari hasil rearing dan 12. Tripteroides (Tripteroides) sp. kemungkinan seperti aranoides bukan (Gambar 2h) nyamuk penghisap darah. Larva hanya dijumpai di hutan bambu Tripteroides Giles, 1904: 369. Type- Cikaniki. Tempat perindukan biasanya species: Runchomyia philippinensis pada bambu, bambu tumbang atau Giles, Philippines.

45 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47 ruas bambu yang berlubang (Barraud and Burma. Diptera, Culicidae. 1934; MacDonald & Traub 1960). Tribes Megarhinini and Culicini. Status vektor: belum diketahui, Vol. 5, 463 pp., 106 figs., 7 pls. kemungkinan bukan vektor suatu Basio, R.B. 1971. The fauna penyakit. of the Philippines Penyebaran: India, Malaya, (Diptera:Culicidae). National Indonesia : Sumatera, Jawa. Museum of the Philippines. Monograph No. 4. Belkin, J.N. 1962. The mosquitoes of KESIMPULAN the South Pacific. Univ.Calif.Press, Barkeley, 2 Hasil koleksi larva nyamuk pada Vols., 608 and 412 pp. tunggul bambu dan ruas bambu di Brug, S.L. 1932. Notes on Dutch East Cikaniki dan Bodogol menunjukkan Indian mosquitoes. hasil yang menarik, yaitu jenis Aedes Bull.Ent.Res.23:73-83 (Stegomyia) albolineatus, Delfinado, M.D. 1966. The culicine Orthopodomyia albipes, Heizmannia mosquitoes of the Philippines, (Heizmannia) communis, Uranotaenia tribe Culicini (Diptera:Culicidae). (Pseudoficalbia) bimaculata Mem.Amer.Ent. Inst. 7, 252 pp. Tripteroides (Rachionotomya) MacDonald, W.W. 1960. Malaysian aranoides, Toxorhynchites kemp,i Parasites, XXXVIII. On the Aedes (Finlaya) sp., Tripteroides systematics and ecology of (Tripteroides) sp. and Armigeres Armigeres, subgenus (Leicester) sp. Jenis-jenis ini diduga Leicesteria (Diptera, Culicidae). sebagai jenis yang umum ditemukan Stud. Inst. Med. Res. Malaya di hutan sekunder atau primer dan No. 29: 110-153. jarang dijumpai di sekitar pemukiman. MacDonald, W.W dan R. TRAUB, Hasil tangkapan ini menjadi lebih 1960. Malaysian Parasites, menarik, karena ditemukan jenis XXXVII. An introduction to Heizmannia communis and ecology of mosquitoes of the Uranotaenia bimaculata yang lowland dipterocarp forest of merupakan catatan baru untuk Selangor, Malaya. Stud. Inst. sebaran jenis nyamuk di Pulau Jawa Med. Res. Malaya No. 29: 79- dan Indonesia. 109 Mattingly, 1970. Contribution to the mosquito fauna of Southeast UCAPAN TERIMA KASIH Asia, VI. The genus Disampaikan ucapan terima kasih Heizmannia Ludlow in sebesar-besarnya kepada Southeast Asia. Contrib. Ent. Dr.Soemartono Adisoemarto, Dr. Inst. Amer. 5: 1-104. Yayuk Suhardjono, Dr. Mulyadi dan Mattingly, P.F., 1971. Contribution to Drs. Moh. Amir M.Sc. yang telah the mosquito fauna of membaca dan memberikan masukan Southeast Asia, XII. Illustrated pada tulisan ini. Serta kepada CI dan keys to the genera of JICA yang memungkinkan kami mosquitoes (Diptera, Culicidae). mendapatkan kesempatan untuk Contrib. Ent. Inst. Amer. 7: 1-84. mengkoleksi spesimen di Bodogol (TN Mattingly, P.F. 1981. Medical Gn. Gede –Pangrango) dan Cikaniki Entomology Studies. XIV. The (TN. Gn. Halimun). subgenera Rachionotomyia, Tricholeptomyia and Tripteroides (Mabini group). DAFTAR PUSTAKA Contrib. Ent. Inst. Amer. 12: 1- 147. Barraud, P.J. 1934. The fauna of O’Connor, C.T. dan T. SOPA, 1981. A British India, including Ceylon checklist of the mosquitoes of

46 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

Indonesia. U.S. Naval Medical Research Unit No.2, Jakarta, 26 pp. Peyton, E.L. 1977. Medical Entomology Studies. X. A revision of the subgenus Pseudoficalbia of the genus Uranotaenia in Southeast Asia (Diptera:Culicidae). Contrib. Ent. Inst. Amer. 14: 1-273. Zavortink, T.J. 1968. Mosquito studies (Diptera, Culicidae). VIII. A prodrome of the genus Orthopodomyia. Contrib. Ent. Inst. Amer. 5: 1- 221.

47 KEANEKARAGAMAN JENIS NYAMUK (Diptera: Culicidae) YANG DIKOLEKSI DARI TUNGGUL BAMBU DI TAMAN NASIONAL GN. GEDE-PANGRANGO DAN TAMAN NASIONAL GN. HALIMUN: ZOO INDONESIA VOL. 16 (1): 31 - 47

48