P����������� K������ A������ MATRA P������� K��������� S������ PEMBARUAN Yusuf Asyahri 1 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Antasari

www.matrapembaruan.com Syafril 2 2 ASMI Citra Nusantara Banjarmasin

e-ISSN: 2549-5283 Dikirim: 14 Februari 2018; Direvisi: 7 Maret 2018; Disetujui: 30 p-ISSN: 2549-5151 Maret 2018 Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38

Abstact DOI: 10.21787/mp.2.1.2018.27-38 Economic disparity between regions is a common aspect in the economic activities of a region. This inequality is basically caused by differences in natural resource content and differences in demographic Keywords: Economic Potential, conditions in each region. The inequality is then the reason for the birth of Economic Gap, Economic Sector, Regional Regulation of No. 9 of 2000 on South Kalimantan Mainstay Area Spatial Planning. Therefore, this study is an economic study to see and compare the economic potentials of the mainstay of South Kalimantan Kata Kunci: Potensi Ekonomi, Province as well as whether or not the Regulation No. 9 of 2000 is correct. Kesenjangan Ekonomi, Sektor Ekonomi, Research Methods are quantitative descriptive. Data collection techniques Kawasan Andalan used literature study and analytical techniques using LQ, Regional Typology, Williamson Index and Theil Entropy. The result of the analysis shows that the inappropriate area becomes the mainstay area with regional typology analysis only Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Selatan (HSS), , and Balangan Regency. Because these areas are included in *Korespondensi Quadrant III. Economic disparities in the areas of Kandangan and Mainstay Phone : +62 81348228235 area can not be determined as a reliable area. Therefore, the division of the Email : [email protected] Mainstay Area as in the Regulation of Kalimantan Seelatan No 9 of 2000 on South Kalimantan Spatial Plan needs to be reviewed.

Intisari Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demogr yang terdapat pada masing-masing wilayah. Ketimpangan tersebut yang kemudian menjadi alasan lahirnya Peraturan Daerah Kalimantan Selatana�i No 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, Penelitian ini merupakan kajian ekonomi untuk melihat dan membandingkan berbagai potensi ekonomi kawasan andalan Provinsi Kalimantan Selatan serta tepat atau tidaknya Perda No 9 tahun 2000 tersebut. Metode Penelitian BADAN PENELITIAN DAN bersifaf deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan PENGEMBANGAN (BPP) studi kepustakaan dan teknik analisis menggunakan LQ, Tipologi Daerah, KEMENTERIAN DALAM Indeks Williamson dan Entropi Theil. Hasil analisis menunjukkan Kawasan NEGERI yang tidak layak menjadi kawasan andalan dengan analisis tipologi daerah hanya Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Selatan (HSS), Jl. Kramat Raya No 132, Jakarta Pusat Kabupaten Banjar, serta Kabupaten Balangan. Disebabkan daerah-daerah 10450 tersebut masuk dalam kuadran III. Kesenjangan ekonomi daerah-daerah Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya belum bisa ditentukan © Yusuf Asyahri, Syafril sebagai kawasan andalan. Untuk itu pembagian Kawasan Andalan sebagaimana dalam Perda Kalimantan Seelatan No 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan Selatan perlu ditinjau ulang. This work is licensed under the Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike 4.0 International License. 27 subsektor tanaman bahan makanan. Analisis LQ dan SSA yang dilakukannya menunjukkan tanaman padi I. Pendahuluan dan jagung menjadi komoditas unggulan. Sementara Penetapan kawasan andalan Provinsi sarana prasarana pendukung kegiatan agroindustri Kalimantan Selatan dipandang sebagai kawasan sangat kurang. Rumusan strategi dalam penelitian prioritas pemerataan pembangunan dan dapat ini yaitu peningkatan infrastruktur atau sarana mendorong potensi ekonomi serta mengurangi prasarana yang dapat memperlancar konektivitas ketimpangan regional antardaerah untuk antar wilayah di Kawasan Andalan Kandangan dan mewujudkan pemerataan yang berkesinambungan. pemerintah sebagai aktor utama pengembangan Pemerintah Kalimantan Selatan membentuk agroindustri. Selain Siska, Penelitian Sutikno kawasan andalan yang dilandasakan sebagai dan Maryunani (2007) menjelaskan: bahwa pengembangan dan pemerataan pembangunan. dampak kebijakan Pemerintah Kabupaten Kota Ketiga kawasan andalan tersebut adalah 1) Malang yang mengacu pada konsep pembangunan Kawasan Andalan Kandangan meliputi wilayah daerah dengan melihat potensi ekonominya, Kawasan Banua Anam karena Kabupaten Balangan sehingga memiberikan prioritas untuk dijadikan merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten pusat pengembangan. Dengan adanya kebijakan Hulu Sungai Utara sehingga Banua Anam terdiri pembangunan daerah diharapkan kegiatan ekonomi dari Kabupaten Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Kabupaten Malang tidak terkonsentrasikan pada Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tabalong satu titik pengembangan. dan Kabupaten Tapin. 2) Kawasan Andalan Hasil penelitian Syahza dan Suarman (2013) Banjarmasin meliputi wilayah Banjarbakula terdiri dari Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito menyimpulkan, salah satu strategi pengembangan Kuala, Kota , Kabupaten Banjar dan desa tertinggal di kabupaten Bengkalis, adalah Kabupaten Tanah Laut. Dan 3) Kawasan Andalan dengan pembangunan sektor pertanian berbasis Batulicin meliputi Wilayah Kabupaten Kota Baru agribisnis, karena sebagian besar penduduknya dan Kabupaten Tanah Bumbu. merupakan petani dan nelayan. Dalam upaya Keunggulan komparatif dalam pengembangan memacu pembangunan dari sisi aspek ekonomi daerah yang kemudian menjadi Kawasan Andalan dan sosial di daerah tertinggal, maka program pada dasarnya untuk mengurangi kesenjangan pembangunan perdesaan harus memprioritaskan antardaerah melalui pengembangan kegiatan tiga aspek utama, yaitu peningkatan ekonomi rakyat ekonomi yang diandalkan sebagai motor penggerak (untuk mengentaskan kemiskinan), peningkatan wilayah. Kawasan Andalan diharapkan menjadi kualitas sumberdaya manusia (untuk mengentaskan pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kebodohan), serta pembangunan infrastruktur. kawasan sekitarnya. Ketimpangan ekonomi antar Selain itu, hasil penelitian Yasa (2010), wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam mengungkapkan pola pertumbuhan ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah. Permasalahan Kabupaten Klungkung periode 2008-2010, yang tersebut yang menjadi alasan lahirnya Perda No berada pada zona daerah makmur relatif menurun. No 9 Tahun 2000 mengenai Rencana Tata Ruang Sektor ekonomi potensial yang dikembangkan di Wilayah Kalimantan Selatan. Ketimpangan ini daerah tersebut yaitu sektor bangunan dan jasa. pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan Dari sektor-sektor tersebut muncul beberapa kandungan sumber daya alam dan perbedaan sub sektor yang potensial, yaitu sub sektor jasa swasta. Pasalnya, peluang/kesempatan kerja yang masing wilayah (Sjafrizal, 2008, p. 14) diciptakan sektor bangunan rata-rata hanya 3,01% kondisiPenelitian demografi ini difokuskan yang terdapat pada pengembangan pada masing- dan sektor jasa rata-rata 5,96%, masih sangat masing-masing kawasan serta perlu atau tidaknya minim bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dilakukan revisi terhadap Perda No 9 Tahun 2000. Kabupaten Klungkung. Peninjauan kembali Perda dimaksudkan untuk Beberapa penelitian terdahulu hanya berkaitan mengurangi adanya kesenjangan antardaerah dengan potensi ekonomi serta pengembangan dengan pemerataan pembangunan, yang daerah. Terdapat perbedaan yang membuat didasarkan pada keadaan ekonomi di setiap daerah penelitian ini menarik untuk dikaji. Penelitian di dalam Kawasan Andalan tersebut. Penelitian ini tidak hanya menyinggung potensi ekonomi mengenai pengembangan daerah atau potensi dengan membandingkan daerah-daerah yang ekonomi daerah sejatinya sudah pernah dilakukan. ada di Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Di antaranya oleh Siska,et.al (2015), Sutikno Selatan, tetapi juga mengaitkan dengan Perda dan Maryunani (2007), Syahza dan Suarman No 9 Tahun 2000 mengenai Rencana Tata Ruang (2013), Erawati dan Yasa (2012). Siska,et.al Wilayah, yang dimaksudkan untuk mengurangi (2015) menganalisis entropi yang menunjukkan kesenjangan ekonomi daerah-daerah Kawasan perkembangan ekonomi Kawasan Andalan Andalan. Oleh karena itu di bagian pembahasan Kandangan didominasi oleh sektor pertanian, yaitu akan melihat kesenjangan ekonomi yang dianalisi

Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38 28 dari metode Tipologi Klassen (Daerah), kemudian Sebaliknya bila nilai indeks entropi Theil semakin Analisis Indeks Williamson dan Entropi Theil, menjauh dari nol maka terjadi ketimpangan yang serta akan menjelaskan analisis ketepatan dalam besar (Kuncoro, 2004). pemilihan pusat pertumbuhan dan ketepatan dalam menentukan kawasan andalan sebagaimana Perda III. Hasil dan Pembahasan No 9 Tahun 2000 mengenai Rencana Tata Ruang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu Wilayah Kalimantan Selatan. proses pengembangan wilayah. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Kawasan Andalan II. Metode memperlihatkan gejala transisi atau peralihan Metode penelitian ini menggunakan metode dari masyarakat ekonomi yang berbasis pertanian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. menuju masyarakat ekonomi dengan tingkat Penelitian ini dilakukan di Kawasan Andalan produktivitas tinggi dan produktif tidak hanya Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi tersebut pada pertanian. Itu terjadi di sekitar kota sampai ke dipilih dikarenakan kawasan tersebut merupakan daerah pedalaman (Adisasmita, 2005). Hal tersebut kawasan yang ditetapkan dalam Perda No 9 Tahun tergambar dari beberapa daerah Kawasan Andalan 2000 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah yang mengalami pergeseran struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Pengumpulan data yang dihadapi. Pergeseran tersebut bisa dilihat melalui studi kepustakaan atau data sekunder yang dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ang diambil dari instansi pemerintah yaitu BPS Provinsi dihasilkan di Kawasan Andalan dari tahun ke tahun. Kalimantan Selatan, kemudian dianalisis dengan Location Quotient/LQ. Metode ini digunakan untuk Tabel 5 mengetahui keunggulan komparatif ( PDRB Kabupaten/Kota Dirinci Menurut Pembagian Kawasan comparative Andalan atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013 (dalam advantage) yang dimiliki suatu sektor ekonomi Jutaan Rupiah) disuatu wilayah. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ > 1, berarti merupakan sektor Kawasan Andalan unggulan dan berpotensi untuk ekspor, sedangkan Tahun Banua Anam Banjarbakula Kapet LQ < 1, berarti bukan sektor unggulan (Tarigan, 2006). 2009 8.128.767,97 12.735.788,00 7.661.638,69 Teknik selanjutnya adalah dengan analisis tipologi daerah, berdasarkan teori Klassen. Klassen 2010 8.564.375,75 13.439.401,78 8.165.893,31 membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan 2011 9.090.548,58 14.288.402,08 8.718.580,89 perkapita daerah, rata-rata pendapatan perkapita 2012 9.603.727,40 15.175.509,56 9.279.145,32 daerah sebagai sumbu vertikal dan horizontal. Kemudian daerah yang diamati dapat dibagi menjadi 2013 10.130.402,47 16.084.615,41 9.820.135,06 tumbuh (high growth and high income), daerah Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan (diolah) Tahun 2009- majuempat tetapi klasifikasi, tertekan yaitu (high daerah income cepat but maju low dan growth cepat), 2013 daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth PDRB merupakan nilai tambah yang dasar and low income) (Sjafrizal, 2008, p. 20). Kemudian pengukurannya bermuara dari berbagai aktivitas penghitungan menggunakan indeks ketimpangan ekonomi suatu wilayah. Data PDRB dapat Williamson untuk mengukur ketimpangan antar menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam wilayah dalam pengembangan daerah Kawasan pengelolaan sumber daya yang dimilikinya, sehingga Andalan. Nilai berkisar antara 0 (nol) sampai 1 besaran PDRB yang diciptakan oleh masing-masing (satu). Semakin besar nilai indeks (mendekati satu), daerah tergantung sejauh mana daerah tersebut maka ketimpangan antar daerah kawasan andalan mampu memberdayakan potensi sumber daya yang terjadi semakin besar (Sjafrizal, 2008). dan faktor produksi yang dimilikinya (PDRB Kota Selanjutnya dengan indeks entropi Theil untuk Banjarmasin, 2011). memungkinkan peneliti dapat membandingkan Tabel 5 menunjukkan PDRB terbesar selama waktu tertentu dan menyediakan secara adalah Kawasan Andalan Banjarbakula. Hal ini membuktikan PDRB Kawasan Banjarbakula Bila nilai indeks entropi Theil mendekati nol maka penyumbang terbesar PDRB bagi Provinsi rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil. dapat dikatakan distribusi pendapatan sempurna. Kalimantan Selatan.

Pengembangan Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Yusuf Asyahri, Syafril 29 Pertambangan dan Tabel 6 1,76 0,28 1,36 Penggalian Pertumbuhan Ekonomi Dalam Kawasan Andalan Industri Pengo- Provinsi Kalimantan Selatan (%) Tahun 2009-2013 0,38 1,50 0,69 lahan Listrik, Gas dan Air 0,44 1,80 0,36 Kawasan Andalan 2009 2010 2011 2012 2013 Bersih

Kandangan dan Konstruksi 0,57 1,42 0,88 5,70 5,36 6,14 5,65 5,48 sekitarnya Perdag.,Hotel & Banjarmasin dan 0,61 1,38 0,92 9,06 8,66 9,91 9,76 9,47 Restoran sekitarnya Pengangkutan & Batulicin dan seki- 0,39 1,31 1,09 5,54 6,58 6,77 6,43 5,83 Komunikasi tarnya Keu.,Real Estate & 0,74 1,61 0,30 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan (diolah) Tahun 2009- Jasa Perusahaan 2013 Jasa-Jasa 1,27 1,20 0,43 Merujuk tabel 6 Kawasan Andalan Banjarmasin dan sekitarnya memiliki pertumbuhan ekonomi Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel (diolah) Tahun tertinggi berkisar 8,66%-9,91%, Kawasan Andalan 2009-2013 Batulicin dan sekitarnya pertumbuhan ekonominya Tabel 7 menunjukkan jumlah LQ Kawasan lebih baik dari Kawasan Andalan Kandangan dan Andalan terhadap Provinsi Kalimantan Selatan. sekitarnya yaitu berkisar 5,54%-6,77%, sedangkan Perhitungan LQ tersebut menunjukkan sektor untuk kawasan andalan Kandangan dan sekitarnya pertambangan dan penggalian di Kawasan Banua merupakan kawasan yang memiliki pertumbuhan Anam memiliki sektor potensial dan unggulan ekonomi terkecil yaitu berkisar 5,36%-6,14%. terhadap Provinsi Kalimantan Selatan. Pengolahan Dilihat pertumbuhan ekonomi tertinggi yang sektor pertambangan dan penggalian di Kawasan dicapai dari 3 (tiga) Kawasan Andalan di Provinsi Banua Anam sesuai dengan daerah-daerah dalam Kalimantan Selatan terjadi pada 2011, pertumbuhan Kawasan Banua Anam tersebut karena Kabupaten ekonomi Kawasan Banjarmasin pada tahun 2011 Balangan dan Kabupaten Tabalong merupakan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dari penghasil terbesar sektor pertambangan dan Kawasan Banua Anam dan Kawasan Ekonomi penggalian sehingga LQ pada sektor ini sangat Terpadu (Kapet) . unggulan jika di bandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan. A. Analisis Location Quotient (LQ) Sektor potensial yang dapat dikembangkan di Location Quotient merupakan perbandingan Kawasan Banua Anam selain sektor pertambangan relatif sumbangan sebuah sektor di suatu daerah dan penggalian adalah sektor pertanian jika terhadap sumbangan sebuah sektor di daerah dibandingkan terhadap Provinsi Kalimantan referensi, sehingga dengan analisis ini dapat dilihat Selatan. Hal ini sesuai dengan daerah Kawasan keunggulan komparatif daerah tersebut (Kuncoro, Banua Anam lebih bersifat agraris dengan empat 2004). Analisis menggunakan Location Quotient daerahnya yaitu Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu juga digunakan Penelitian yang dilakukan oleh Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah Sutrisno (2012), di mana dalam penelitiannya ia dan Kabupaten Hulu Sungai Utara yang memiliki membandingkan Kawasan Barlingmascakeb yang penyumbang terbesarnya pada sektor pertanian. terdiri dari berbagai daerah yaitu Kabupaten Sektor jasa-jasa lainnya menjadi sektor yang Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan potensial untuk dikembangkan, dari sektor tersebut Kebumen. Dalam penelitiannya setiap kabupaten menunjukkan Kawasan Banua Anam tidak terpaku memiliki keunggulannya masing-masing, sehingga pada dua sektor tersebut baik sektor pertambangan ananlisis LQ merupakan cara terbaik untuk dan penggalian maupun sektor pertanian. membandingkan keunggulan daerah di kawasan Perbaikan-perbaikan sektor lapangan usaha yang andalan. harus di dorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kawasan Banua Anam adalah sektor Tabel 7 industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air Rata-Rata Location Quotient (LQ) Kawasan Andalan Tahun 2009-2013 bersih, sektor konstruksi; sektor perdagangan,.hotel dan restoran ; pengangkutan dan komunikasi serta BANUA BANJAR LAPANGAN USAHA BATULICIN sektor keuangan.,real estate dan jasa perusahaan ANAM BAKULA yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah Pertanian 1,12 0,75 1,23 masing-masing Kawasan Banua Anam karena hasil rata-rata LQ nya masih di bawah dari Provinsi

Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38 30 Kalimantan Selatan. Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya menunjukkan dari hasil perhitungan LQ tersebut Kawasan Banjarbakula berdasarkan tabel 7 terlihat jelas sektor pertambangan merupakan menunjukkan delapan sektor potensial yang dapat sektor yang unggul untuk dikembangkan di dikembangkan dalam Kawasan Banjarbakula. Sektor Kawasan Kapet. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki yang sangat potensial ini adalah pada listrik, gas dan sektor pertambangan yang besar sehingga sangat air bersih, karena daerah-daerah dalam Kawasan mempengaruhi sektor pertambangan menjadi Banjarbakula memiliki pertumbuhan penduduk unggulan di Kawasan Batulicin dan sekitarnya. Di sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan samping sektor pertambangan dan penggalian, perumahan secara tidak langsung akan menambah sektor yang mempunyai potensial di Kawasan aliran listrik dan air bersih. Andalan Batulicin dan sekitarnya adalah sektor Sektor pertambangan di Kawasan Banjarbakula pertanian karena sektor ini sesuai dengan bukan sektor yang potensial, karena daerah-daerah kawasannya di kenal sebagai sektor pertanian yang Kawasan Banjarbakula tidak memiliki potensi di hasilkan dari komoditi kelapa sawit dan hasil pertambangannya ada di Kota Banjarmasin dan perikanan lautnya. Kabupaten Barito Kuala sehingga sektor ini tidak bisa Sektor-sektor yang harus di dorong di Kawasan menjadi sektor yang dapat di kembangkan dalam Kapet ini adalah sektor keuangan, real estate dan kawasan ini, sedangkan sektor pertanian dari hasil jasa perusahaan, karena hasil perhitungan LQ nya LQ pada tabel 8 (delapan) menunjukkan daerah- masih rendah jika di bandingkan dengan kawasan daerah Kawasan Banjarbakula tidak mempunyai andalan lainnya dan terhadap Provinsi Kalimantan potensi terhadap Provinsi Kalimantan Selatan, Selatan. Jika di cermati dari hasil tabel 8 dapat di khususnya Kota Banjarmasin dan Banjarbaru tidak lihat dari rata-rata perhitungan LQ yang di dasarkan memiliki sektor pertanian yang potensial karena atas kawasan andalan tersebut Provinsi Kalimantan terjadinya pergeseran-pergeseran lahan pertanian Selatan hanya memiliki dua sektor unggulan yaitu menjadi lahan-lahan perumahan. sektor pertambangan dan pertanian, di samping itu Tabel 8 Skema Tipologi Daerah Dalam Kawasan Andalan Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009-2013

PDRB Perkapita (y) Pendapatan Per kapita Pendapatan Per kapita < Rp 8.859.470,00 >Rp 8.859.470,00 Laju Pertumbuhan (y1 < y) (y1>y) PDRB (r)

Pendapatan Per Kapita Tinggi dan Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Rendah dan Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Ekonomi Tinggi (Kuadran I) (Kuadran II) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabalong (5,90%;14.635,77) Kabupaten HST (Rp 4.700,56 ; 5,87%) >5,76 % Kabupaten Balangan Kota Banjarmasin (Rp 8.224,58 ; 6,73%) (r1 > r) (5,76%; Rp 13.853,93) Kabupaten Tanah Laut (Rp 8.108,32 ; 6,04%) Kabupaten Kotabaru (6,28 ; Rp 17.767,85) Kota Banjarbaru (Rp 5.011,52 ; 6,04%) Kabupaten Tanah Bumbu (6,15% ; Rp 12.574,22) Kabupaten Tapin (Rp 6.394,95 ; 5,81%)

Pendapatan Per Kapita Rendah dan Pertumbuhan Ekonomi Rendah Pertumbuhan Ekonomi (Kuadran III) Pendapatan Per Kapita Tinggi dan Pertumbuhan < 5,76 % Kabupaten HSU (Rp 4.307,22 ; 5,12%) Ekonomi Rendah (r1 < r) Kabupaten HSS (Rp 5.352,95 ; 5,01%). (Kuadran IV) Kabupaten Barito Kuala (Rp 7.354,59 ; 4,51%). Kabupaten Banjar (Rp 6.866,623 ; 5,65%)

Sumber : Data diolah Tahun 2009-2013

Catatan : • PDRB Per Kapita rata-rata di ambil dari angka PDRB Per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Rp 8.859.470,00. • Pertumbuhan ekonomi rata-rata di ambil dari angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 5,76 persen.

Pengembangan Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Yusuf Asyahri, Syafril 31 pergeseran sektor unggulan yang terjadi di Provinsi per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan Kalimantan Selatan awalnya sektor pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini bisa dilihat menjadi sektor unggulan membuat kebijakan Kabupaten Kotabaru pendapatan per kapita Rp pemerintah daerah harus mendorong sektor 17.767.850; Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,28% tersebut dengan meningkatkan potensi-potensi > Rp 8.816.030 ; 5,58% di Provinsi Kalimantan kawasan andalan tersebut. Selatan. Kabupaten Tanah Bumbu Pendapatan per kapita dan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar B. Analisis Tipologi Klassen (Daerah) Rp 12.574.220 ; 6,15% > Rp 8.816.030 ; 5,58% di Menurut Kuncoro (2004), Kriteria yang Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tabalong dengan pendapatan per kapita dan rata-rata tersebut adalah: pertumbuhan ekonominya sebesar Rp 14.635.770; 1.digunakan Daerah cepat untuk maju mengklasifikasikan dan cepat tumbuh daerahadalah 5,90 > dari Propinsi Kalimantan Selatan, sedangkan berdasarkandaerah yang empat memiliki klasifikasi tingkat pertumbuhan untuk Kabupaten Balangan sebesar 5,76%; Rp ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih 13.853.930,00. tinggi dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Kota Banjarmasin, Kabupaten Tapin, Selatan. Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut dan 2. Daerah maju tapi tertekan adalah daerah yang Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah berada memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya Banjarmasin dasarnya memiliki pendapatan per lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi kapitadalam klasifikasidan pertumbuhan daerah berkembang ekonomi yangcepat. tinggi Kota Kalimantan Selatan. dibandingkan dengan daerah-daerah yang masuk 3. Daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi Rentannya sektor penyangga perekonomian tingkat pendapatan per kapita lebih rendah Kotadalam Banjarmasin klasifikasi daerahterhadap berkembang krisis moneter cepat. dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan mengakibatkan peningkatan terhadap PDRB Selatan. mengalami pertumbuhan yang lambat, disamping 4. Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang itu penduduk Kota Banjarmasin yang terpadat memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan dibandingkan dengan daerah-daerah yang berada pendapatan per kapita yang lebih rendah dalam Kawasan Andalan tersebut menyebabkan dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan pendapatan per kapita Kota Banjarmasin tidak Selatan. bisa melampaui rata-rata pendapatan per kapita Provinsi Kalimantan Selatan, sehingga pemerintah Propinsi beserta pemerintah daerah dalam lingkup Kawasan Andalan Banjarmasin dan sekitarnya membentuk Kawasan dengan konsep Banjarbakula yang bertujuan mengurangi kepadatan penduduk serta kesenjangan daerah dalam kawasan tersebut. Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten

yang relatif tertinggal. Hal ini berkaitan dengan rendahnyaHulu Sungai pendapatan Utara berada per kapita di klasifikasidan pertumbuhan daerah ekonomi dibandingkan dengan daerah-daerah Gambar 2. Tipologi Daerah Kawasan Andalan Provinsi lain yang berada di Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan menunjukkan ketidakmampuan ketiga daerah tersebut mendorong pertumbuhan Keterangan : • Kuadran I (daerah cepat maju dan cepat tumbuh) ekonominya untuk melebihi dari Propinsi • Kuadran II (daerah berkembang cepat) Kalimantan Selatan sehingga penetapan kebijakan • Kuadran III (daerah relatif tertinggal) • Kuadran IV (daerah maju tapi tertekan) yang dilakukan pemerintah menjadika dua daerah tersebut menjadi kawasan andalan kurang tepat Tabel 8 menunjukkan pola dan struktur karena masuk dalam kriteria daerah relatif daerah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, tertinggal. Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah Kawasan C. Analisis Indeks Williamson dan Entropi Andalan yang termasuk dalam kategori daerah Theil cepat maju dan cepat tumbuh karena lima daerah Proses akumulasi dan mobilisasi sumber- tersebut pertumbuhan ekonomi dan pendapatan sumber berupa akumulasi modal, keterampilan

Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38 32 Gambar 3. Sumber: Grafik diolah Berdasarkan Perhitungan Indeks Williamson Grafik Indeks Williamson Kawasan Andalan, 2009-2013 tenaga kerja, dan sumber daya alam yang dimiliki regional bruto (PDRB) per kapita dalam Kawasan suatu daerah merupakan pemicu laju pertumbuhan Banua Anam di Provinsi Kalimantan Selatan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya menunjukkan secara rata-rata tingkat PDRB per hetergonitas dan beragam karakteristik suatun kapita dalam Kawasan Banua Anam relatif tidak wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya merata. ketimpangan antardaerah dan antarsektor ekonomi Kawasan Banjarbakula menunjukkan angka suatu daerah (Restiatun, 2009, p. 86). indeks ketimpangan PDRB dalam kawasan tersebut Menuru Hatono (2008, p. 22) perbedaan tingkat di Propinsi Kalimantan Selatan selama periode kemajuan ekonomi antardaerah yang berlebihan 2009-2013, yaitu rata-rata sebesar 0,14. Gambar 3 akan menyebabkan pengaruh yang merugikan menunjukkan ketimpangan Kawasan Banjarbakula (backwash effects) mendomisasi pengaruh mengalami peningkatan yang ditunjukkan pada yang menguntungkan (spread effects) terhadap tahun 2009 ketimpangan Kawasan Banjarbakula pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan sebesar 0,10 meningkat pada tahun 2013 sebesar proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang 0,16 tetapi untuk rata-rata Indeks Williamson mempunyai kekautan di pasar secara normal akan angka ini lebih rendah ketimpangannya jika cenderung meningkat bukan menurun, sehingga dibandingkan dengan Propinsi Kalimantan Selatan mengakibatkan ketimpangan antar daerah. yaitu sebesar 0,44. Dapat disimpulkan bahwa dalam Ketimpangan dalam Kawasan Banua Anam Kawasan Banjarbakula distribusi PDRB per kapita yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan dari lebih merata bila dibandingkan dengan Propinsi tahun 2009-2013 mengalami penurunan. Hal ini Kalimantyan Selatan. dibuktikan dengan nilai Indeks Williamson pada Perhitungan nilai Indeks Ketimpangan tahun 2009 yaitu sebesar 0,55 turun menjadi Williamson 2009-2103 mengalami peningkatan 0,51 pada tahun 2013. Tingginya nilai indeks meskipun masih dibawah Provinsi Kalimantan ketimpangan dalam distribusi produk domestik Selatan.. Peningkatan tersebut tidak terlalu

signifikan sehingga secara rata-rata tingkat PDRB

Gambar 4. Sumber: Grafik diolah berdasarkan perhitungan Indeks Entropi Theil Grafik Entropi Theil Kawasan Andalan, 2009-2013

Pengembangan Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Yusuf Asyahri, Syafril 33 per kapita Kawasan Banjarbakula relatif lebih dibandingkan dengan dua Kawasan Banjarbakula merata distribusi PDRB per kapita. dan Kawasan Kapet. Hal ini di karenakan Kawasan Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya Andalan Kandangan dan sekitarnya hanya menunjukkan nilai ketimpangan Indeks Williamson Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong sebesar 0,16 yaitu nilainya masih dibawah dengan penyumbang sektor pertambangan dan penggalian Provinsi Kalimantan Selatan sehingga dalam khususnya pada komoditi batubara yang dihasilkan kawasan ini pemertaan distribusi PDRB per kapita oleh dua daerah tersebut. lebih merata jika dibandingkan dengan Provinsi Hasil analisis entropi theil periode tahun 2009- Kalimantan Selatan. Secara keseluruhan jika dilihat 2013 untuk Kawasan Banua Anam menunjukkan dari nilai Indeks Williamson Kawasan Banua Anam memiliki ketimpangan yang lebih tinggi 0,12 bahkan tahun 2013 turun sebesar 0,10. Hasil mengalami fluktuasi, untuk tahun 2009 sebesar Tabel 9. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi, Location Quotient (LQ) ,Tipologi Klassen, Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Daerah-Daerah Yang Berada Dalam Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009-2013

Rata-Rata Location Quotient (LQ) Sektor Lapangan Usaha IW IE Daerah/ PR (%) TD Kawasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BA BA BA 5,67 1,12 1,76 0,38 0,44 0,57 0,61 0,39 0,74 1,27

TB 5,90 0,48 1,79 0,30 0,34 0,54 0,53 0,42 0,72 0,59 I

BG 5,76 0,83 1,69 0,07 0,50 0,57 0,36 0,70 0,33 0,40 I

HSU 5,12 1,26 0,00 2,44 2,38 1,94 2,04 2,07 1,32 1,62 III 0,52 0,11 HST 5,87 1,50 0,01 2,16 1,28 1,30 1,50 1,95 1,94 1,69 II

HSS 5,01 1,44 0,09 1,67 1,44 1,37 1,92 1,62 1,30 1,60 III

TPN 5,81 1,55 0,55 1,26 1,74 1,46 0,90 0,56 1,20 1,17 II

BL 9,37 0,75 0,28 1,50 1,80 1,42 1,38 1,31 1,61 1,20 BL BL

BJR 5,65 1,50 2,75 0,42 0,69 0,77 1,07 0,46 0,62 0,91 III

TL 6,04 1,73 1,39 1,32 0,16 0,29 1,09 0,16 0,54 0,75 II

BL 4,51 2,03 0,00 1,53 0,19 1,28 0,71 0,13 0,54 0,81 III 0,14 0,03

BJB 6,04 0,29 1,16 0,87 1,95 2,02 1,10 0,66 0,65 1,75 II

BJM 6,73 0,06 0,00 1,06 1,73 1,17 0,92 2,16 1,72 1,10 II

Kapet 6,23 1,23 1,36 0,69 0,36 0,88 0,92 1,09 0,30 0,43 KT KT

Tanbu 6,15 0,56 1,44 1,02 1,30 1,03 0,71 1,37 1,06 0,92 I 0,16 0,01 KB 6,28 1,29 0,71 0,99 0,80 0,98 1,19 0,76 0,96 1,05 I

Kalsel 5,76 1,03 1,14 0,86 0,87 0,96 0,97 0,93 0,88 0,97 0,44 0,09

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel (diolah) Tahun 2009-2013

Keterangan : BA (Kawasan Banua Anam), BL (Kawasan Banjarbakula), Kapet (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu), TB(Tabalong), BG(Balangan), HSU(Hulu Sungai Utara), HST (Hulu Sungai Tengah), HSS (Hulu Sungai Selatan), TPN (Tapin), BJR( Kab.Banjar), TL (Tanah Laut), BJB (Banjarbaru), BJM (Banjarmasin), Tanbu (Tanah Bumbu), KB (Kotabaru), PE (pertumbuhan ekonomi), LQ : (1) Sektor Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri pengolahan, (4) Listrik, gas dan air bersih (5) Konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan,real estate dan jasa perusahaan dan (9) Jasa-jasa, TD : (Tipologi Daerah) = Kuadran I (daerah cepat maju dan cepat tumbuh), Kuadran II (daerah berkembang cepat), Kuadran III (daerah relatif tertinggal), dan Kuadran IV (daerah maju tapi tertekan), IW (Indeks Williamson), serta IE (Indeks Entropi Theil).

Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38 34 tersebut menunjukkan ketimpangan terjadi dalam penggalian sebagai penyumbang PDRB nya jika Kawasan Banua Anam tidak selalu serius bahkan dibandingkan dengan Kawasan Banua Anam lainnya hasil tersebut menunjukkan indeks entropi theil yang memiliki lebih dari satu sektor potensial dan mendekati nol sehingga dari pemertaan di Kawasan unggulan untuk di kembangkan di kawasan ini. tersebut cukup baik. Tipologi daerah sebagai salah satu penentuan Kawasan Banjarbakula hasil dari indeks entropi penetapan Kawasan Banua Anam menunjukkan theil dilihat rata-rata indeks tersebut mendekati nol hanya Kabupaten Balangan dan Kabupaten dimana tahun 2009-2013 rata-rata indeks entropi Tabalong yang tepat sebagai kawasan andalan yang theil sebesar 0,03, sehingga pemertaan yang dilihat di tetapkan berdasarkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah No 9 tahun 2000 karena dua Kabupaten Kawasan Banjarbakula mengalami penurunan, tersebut masuk dalam kuadran I yaitu daerah yang dimanasangat merata. tahun Grafik2009 indeks3 menunjukkan entropi theilketimpangan sebesar cepat maju dan cepat tumbuh jika dibandingkan 0,04 turun hingga 0,02 untuk 2013. dengan daerah-daerah lain di dalam Kawasan Banua Hasil indeks entropi theil Kawasan Andalan Anam. Kabupaten Tapin dan Kabupaten HST maju Batulicin dan sekitarnya mengalami pemertaan dalam kuadran II yang berarti daerah berkembang cepat dengan pertumbuhan ekonominya tinggi dan rata-rata indeks ketimpangan entropi theil sebesar pendapatan per kapitanya rendah jika dibandingkan 0,007194.yang sangat Meskipun baik. Pembuktian dari tahun grafik 3ke menunjukkan tahun tren dengan Provinsi Kalimantan Selatan, sedangkan ketimpangan indeks entropi theil mengalami Kabupaten HSS dan Kabupaten HSU dengan melihat peningkatan sehingga pemerataan tersebut sangat Tipologi daerahnya masuk dalam kuadran III baik. yang berarti masuk daerah yang relatif tertinggal di buktikannya pertumbuhan ekonominya juga D. Ketepatan Dalam Pemilihan Pusat paling rendah jika dibandingkan dengan daerah- Pertumbuhan dan Ketepatan Dalam daerah Kawasan Banua Anam lainnya dan Provinsi Kalimantan Selatan. Menentukan Kawasan Andalan. Penentuan kawasan andalan yang ada Tabel 9 menunjukkan penentuan pusat di daerah-daerah dalam Kawasan Andalan pertumbuhan di Kawasan Andalan Kandangan Kandangan dan sekitarnya jika dilihat dari hasil dan sekitarnya membandingkan Pertumbuhan LQ nya menunjukkan Kabupaten Tapin, Kabupaten ekonomi, LQ dan Tipologi Daerah serta hasil- Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai hasil tersebut daerah yang tepat sebagai pusat Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah tepat pertumbuhan di Kawasan tersebut adalah menentukan daerah-daerah ini menjadi kawasan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penetapan itu andalan karena sektor-sektor ekonominya yang di dasarkan karena hasil LQ Kabupaten HST ada di dasarkan lapangan usaha memiliki Location 8(delapan) sektor potensial untuk dikembangkan Quotient (LQ) nya lebih dari lima yang hasil LQ nya dan letak yang strategis berada di tengah-tengah > 1, hanya Kabupaten Balangan dan Kabupaten dengan daerah-daerah yang lainnya. Terlihat dari Tabalong yang kurang tepat dalam penentuan pertumbuhan ekonominya mencapai 5,87 persen kawasan andalan jika di dasarkan pada Perda meskipun masih di bawah dengan Kabupaten Rencana Tata Ruang Wilayah No 9 Tahun 2000 Tabalong. Perbandingan perhitungan tabel 13, dengan penentuan analisis LQ karena hanya sektor Kabupaten HST di pertumbuhan ekonominya lebih pertambangan dan penggalian yang hanya memiliki baik dibandingkan dengan Kabupaten HSS maupun sektor yang potensial dan unggulan di daerah Kabupaten HSU. Hasil Tipologi daerah masuk dalam tersebut. kuadran II yaitu daerah berkembang cepat, sehingga Penentuan pusat pertumbuhan Kawasan Kabupaten HST lebih layak sebagai pusat Kawasan Andalan Banjarmasin dan sekitarnya, di mana Kota Andalan Kandangan dan sekitarnya. Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan sudah Penetapan Kawasan Banua Anam dengan tepat dengan melihat hasil rata pertumbuhan melihat hasil-hasil pada tabel rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,73 persen lebih tinggi jika di ekonominya menunjukkan sudah layak dan bandingkan dengan daerah-daerah yang ada dalam sesuai dengan Perda No 9 tahun 2000, tetapi Kawasan Banjarbakula maupun kawasan andalan jika di lihat dari Hasil LQ nya dapat disimpulkan lainnya serta perhitungan rata-rata LQ mempunyai kebijakan penetapan Kawasan Banua Anam yang tujuh sektor potensial dan unggulan sebagai kurang tepat adalah Kabupaten Balangan dan penyumbang PDRB di Kota Banjarmasin. Kabupaten Tabalong karena hanya memiliki satu Kesesuaian penetapan pusat pertumbuhan sektor potensial atau sektor unggulan yang ada Kawasan Banjarbakula di Kota Banjarmasin dengan di daerah tersebut. Jika melihat hasil LQ tersebut di tunjukkannya memiliki pelabuhan-pelabuhan terlihat kontribusi terbesar dua daerah tersebut nusantara yang bisa memuat barang maupun hanya dihasilkan pada sektor pertambangan dan penumpang dan pelabuhan di Kota Banjarmasin

Pengembangan Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Yusuf Asyahri, Syafril 35 menjadi pusat pelayanan angkutan laut terbesar Andalan Batulicin dan sekitarnya dengan pusat di kota ini maupun Provinsi Kalimantan Selatan pertumbuhannya adalah Kabupaten Tanah Bumbu serta mempunyai angkutan darat yang melayani ke dengan melihat pertumbuhan ekonominya daerah-daerah lain. Pusat grosir yang ada di pasar dan hasil LQ nya sudah tepat dengan Perda sudimampir maupun ujung murung membuktikan Rencana Tata Ruang WilayaH No. 9 tahun 2000. Kota Banjarmasin menjadi pusat perdagangan Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Bumbu barang yang ditunjukkan daerah-daerah lain di mencapai 6 persen dan sektor-sektor potensial luar Kota Banjarmasin berbelanja yang akan di jual atau unggulan di Kabupaten Tanah Bumbu yang kembali ke daerah-daerah asalnya. di dasarkan perhitungan LQ memiliki 6 (enam) Tipologi daerah menunjukkan Kota sektor-sektor lapangan usaha yang potensial Banjarmasin kurang tepat karena pendapatan per dan dapat dikembangkan diantaranya (1) sektor kapitanya masih di bawah Provinsi Kalimantan pertambangan dan penggalian, (2) sektor industri Selatan yang di dorong pertumbuhan penduduk pengolahan,(3) sektor listrik, gas dan air bersih, (4) yang tinggi dengan dibarengi dengan peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran, (5) sektor PDRB nya sehingga mempengaruhi PDRB per kapita pengangkutan dan komunikasi, serta (6) sektor yang menjadikan Kota Banjarmasin masuk dalam keuangan, real estate dan jasa perusahaan jika kuadran II yaitu daerah yang berkembang cepat. dibandingkan dengan Kabupaten Kotabaru yang Kurangnya kontrol pemerintah daerah dengan hanya memiliki tiga sektor potensial dan unggulan. melihat pertumbuhan penduduk Kota Banjarmasin Menurut Kuncoro (2015) Keterkaitan yang semakin padat akan mempengaruhi perekonomian pusat pertumbuhan di Kawasan perhitungan PDRB per kapita. Andalan sekitar sebagai salah satu kriteria Berdasarkan Perda Rencana Tata Ruang penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Wilayah No 9 Tahun 2000 mengenai penetapan Adanya spesialisasi komoditas sesuai dengan kawasan andalan Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten sektor unggulan yang dimiliki daerah sehingga Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kota Banjarmasin akan mempercepat pertumbuhan di daerah. dan Kota Banjarbaru dengan melihat pertumbuhan Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya ekonomi dan hasil rata-rata LQ nya menunjukkan dengan pusat pertumbuhan adalah Kabupaten hanya daerah Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru Tanah Bumbu dari hasil Tipologi Daerah dengan dan Kabupaten Tanah Laut yang layak menjadi membandingkan Pendapatan per kapita dan laju Kawasan Andalan Banjarbakula. Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan ekonomi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Selatan, maka keberadaan Tanah Bumbu sebagai Kabupaten Tanah Laut di atas 6 (enam) persen dan pusat pertumbuhan menunjukkan ketetapatan memiliki lebih dari tiga sektor yang potensial dan dalam pemilihannya. Keberadaaan Kabupaten unggulan dengan melihat hasil LQ nya setiap daerah Tanah Bumbu sebagai daerah cepat maju dan cepat Kawasan Banjarbakula. tumbuh menunjukkan pendapatan per kapita dan Penetapan Kawasan Banjarbakula yang di laju pertumbuhan ekonominya di atas dari Provinsi dasarkan pada Tipologi masing-masing daerah Kalimantan Selatan. dalam Kawasan Banjarbakula kurang tepat Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya dalam penentuan sebagai kawasan andalan. Hal dengan melihat pertumbuhan ekonominya ini di tunjukkan dengan Kota Banjarmasin, Kota Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut masuk penetapan kawasan andalan tersebut yang di dalam Kuadran II daerah yang berkembang cepat dasarkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah No sehingga menjadikan daerah ini kurang tepat 9 Tahun 2000 sudah tepat karena masing-masing sebagai kawasan andalan jika di lihat dari hasil daerah tersebut memiliki pertumbuhan ekonominya Tipologi Daerahnya, sedangkan Kabupaten Banjar di atas 6 persen jika di bandingkan dengan daerah- dan Kabupaten Barito Kuala masuk kuadran III daerah dalam kawasan andalan lainnya yang daerah yang relatif tertinggal. Kesalahan sistem memiliki pertumbuhan ekonomi di atas Provinsi penentuan pusat Kabupaten Barito Kuala di Handil Kalimantan Selatan. Hal ini juga sesuai dengan dua Bakti membuktikan daerah ini tertinggal karena daerah tersebut menjadi kawasan pengembangan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapitanya ekonomi terpadu karena memiliki pertumbuhan masih di bawah dari Provinsi Kalimantan Selatan ekonomi yang tinggi. yang di buktikan juga dari pertumbuhan ekonomi Perhitungan LQ menunjukkan hanya Kabupaten Barito Kuala memiliki pertumbuhan Kabupaten Tanah Bumbu yang tepat dalam ekonominya hanya 4 persen lebih rendah jika penentuan kawasan andalan, karena memiliki 6 dibandingkan dengan daerah-daerah lain dalam sektor yang potensial sebagai penyumbang PDRB- Kawasan Banjarbakula. nya jika di bandingkan dengan Kabupaten Kotabaru Penentuan pusat pertumbuhan Kawasan yang hanya memiliki 3 sektor potensial dengan di

Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38 36 dasarkan pada perhitungan rata-rata LQ nya, di komunikasi. mana sektor-sektor potensial Kabupaten Kotabaru Hasil dari tipologi klassen daerah-daerah yang adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor tepat sebagai kawasan andalan dengan mengacu perdagangan,hotel dan restoran, dan sektor jasa- pada Perda No 9 tahun 2000 mengenai Rencana jasa. Tata Ruang Wilayah adalah Kabupaten Tanah Penetuan penetapan kawasan andalan dengan Bumbu, Tabalong, Balangan dan Kotabaru karena menggunakan hasil Tipologi Daerah menunjukkan masuk dalam kategori kuadran I (daerah cepat dua daerah tersebut masuk dalam kriteria kawasan maju dan cepat tumbuh), serta Kabupaten HST, Kota andalan karena daerahnya cepat maju dan cepat Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah tumbuh yang dilihat dari hasil pertumbuhan Laut dan Kab. Tapin masuk dalam kuadran II (daerah ekonomi dan PDRB per kapitanya lebih tinggi jika berkembang cepat). hanya Kabupaten HSU, HSS, di bandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Banjar serta Kabupaten Balangan yang Penetapan kawasan andalan dengan tidak tepat sebagai kawasan andalan jika dilihat menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi dari Perda No. 9 tahun 2000 karena masuk dalam Theil menunjukkan daerah-daerah yang berada kawasan kuadran III yaitu daerah relatif tertinggal. dalam Kawasan Banua Anam tersebut menunjukkan Dilihat dari kesenjangan ekonomi daerah- ketimpangan yang tinggi jika di bandingkan dengan daerah yang masuk dalam Kawasan Andalan daerah-daerah yang berada dalam kawasan andalan Banjarmasin dan Kawasan Batulicin telah sesuai lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel 5. sebagai kawasan andalan, sedangkan daerah- 11 menunjukkan Kawasan Banua Anam memiliki daerah Kawasan Andalan Kandangan dan ketimpangan Indeks Williamson rata-rata sebesar sekitarnya belum bisa ditentukan sebagai kawasan 0,52 dan Indeks Entropi Theil sebesar 0,11 atau andalan karena indeks ketimpangannya lebih besar lebih besar jika dibandingkan dengan ketimpangan daripada Provinsi Kalimantan Selatan, sehingga kawasan andalan lainnya di Provinsi Kalimantan tidak tepat sebagai kawasan andalan dalam Perda Selatan, bahkan kawasan ini memiliki ketimpangan No 9 tahun 2000 mengenai Rencana Tata Ruang di atas Provinsi Kalsel, sehingga dapat di simpulkan Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk itu, dengan dua Indeks tersebut daerah-daerah yang Keberadaan Perda tersebut perlu ditinjau ulang, berada dalam Kawasan Banua Anam tidak tepat agar penetapan Kawasan Andalan tidak didasarkan sebagai kawasan andalan. pada keuntungan semata yang justru menimbulkan Penetapan Kawasan Banjarbakula dan kesenjangan yang nyata. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) dengan melihat hasil ketimpangan regional Ucapan Terima Kasih menggunakan Indeks Williamson dan Entropi Theil Penulis mengucapkan terima kasih kepada menunjukkan daerah-daerah tersebut yang masuk semua yang terlibat dalam penelitian ini, kepada dalam Kawasan Banjarbakula maupun Kawasan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, dan Kapet sudah sesuai dengan Perda Rencana Tata kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Ruang Wilayah No 9 Tahun 2000. Perhitungan hasil Antasari, Banjarmasin dan ASMI Citra Nusantara rata-rata dua indeks tersebut memperlihatkan Banjarmasin. ketimpangan yang terjadi masih di bawah dari Provinsi Kalimantan Selatan Banua Anam tidak memenuhi syarat dalam penetapan kawasan V. Daftar Pustaka andalan dengan melihat besarnya ketimpangan Adisasmita, R. (2005). Pembangunan Ekonomi tersebut dibandingkan dengan Kalimantan Selatan. Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Aswandi, H. M., & Kuncoro, M. (2015). Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris IV. Kesimpulan di Kalimantan Selatan 1993-1999. Journal Hasil rata-rata perhitungan LQ menunjukkan of Indonesian Economy and Business, 17(1). Kawasan Andalan Kandangan sektor potensial https://doi.org/10.22146/jieb.6703 adalah sektor pertanian; pertambangan dan Erawati, N. K., & Yasa, I. N. M. (2012). Analisis Pola penggalian serta sektor jasa-jasa lainnya. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial Andalan Banjarmasin dan sekitarnya sektor Kabupaten Klungkung. E-Jurnal Ekonomi Dan potensial adalah; industri pengolahan; listrik, gas Bisnis Universitas Udayana, 1(1). Retrieved dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan from https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/ restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, article/view/3207 & jasa perusahaan serta jasa-jasa lainnya. real estate Hartono, B. (2008). Analisis Ketimpangan Sedangkan Kawasan Batulicin dan sekitarnya sektor Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa potensial adalah sektor pertanian; pertambangan Tengah. Universitas Dipenogoro. Retrieved dan penggalian; serta sektor pengangkutan dan from http://eprints.undip.ac.id/16862/1/

Pengembangan Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan Yusuf Asyahri, Syafril 37 BUDIANTORO__HARTONO.pdf Sutikno, & Maryunani. (2007). Analisis Daya Saing Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan dan Potensi Daerah. Journal of Indonesian Daerah. Jakarta: Erlangga. Applied Economics, 1(1), 1–17. Retrieved from Restiatun. (2009). Identifikasi Sektor Unggulan http://jiae.ub.ac.id/index.php/jiae/article/ dan Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di download/160/129. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Sutrisno, A. (2012). Analisis Ketimpangan Ekonomi & Studi Pembangunan, 10(1), 77–98. Pendapatan dan Pengembamgangan Sektor Retrieved from http://journal.umy.ac.id/index. unggulan Di Kabupaten Dalam Kawasan php/esp/article/view/1279/1333 Barlingmascakep Tahun 207-2010. Economics Siska, D., Hadi, S., Firdaus, M., & Said, S. (2015). Development Analysis Journal, 1(1). https:// Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah doi.org/10.15294/EDAJ.V1I1.465 Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Syahza, A., & Suarman, D. (2013). Strategi Kandangan Kalimantan Selatan. Jurnal Bina Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya Praja, 7(2), 99–110. https://doi.org/10.21787/ Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan. JBP.07.2015.99-110 Jurnal Ekonomi Pembangunan, 14(1), 126–139. Sjafrizal. (2008). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Retrieved from http://journals.ums.ac.id/ Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. index.php/JEP/article/viewFile/166/153

Matra Pembaruan 2 (1) (2018): 27-38 38