Bambang Sugiyanto POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH DI KAWASAN Balai Arkeologi Kalimantan Selatan KARST, KABUPATEN BALANGAN Jalan Gotong Royong II RT 03/06, 70711, Kalimantan Selatan; email: [email protected] THE POTENCY OF PREHISTORIC ARCHAEOLOGY IN Diterima 10 Agustus 2017 THE KARST AREA OF BALANGAN REGENCY Direvisi 5 September 2017 Disetujui 25 Oktober 2017

Abstrak. Kabupaten Balangan mempunyai wilayah karst yang cukup potensial. Kawasan karst di Kabupaten Balangan berada pada bagian barat Pegunungan Meratus, berbatasan langsung dengan kawasan karst Kabupaten Tabalong di utara dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah di selatan. Kawasan karst ini mempunyai indikasi hunian prasejarah, seperti situs Gua Babi dan Gua Tengkorak di Tabalong, serta Gua Pendalaman di Hulu Sungai Selatan. Letaknya yang berada di antara Tabalong dan Hulu Sungai Selatan ini yang mendasari munculnya permasalahan, yaitu bagaimanakah potensi arkeologi prasejarah di kawasan karst Kabupaten Balangan? Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan penalaran induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan survei dan ekskavasi pada beberapa gua serta ceruk payung yang ada pada kawasan karst tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi gua-gua yang ada di wilayah Kabupaten Balangan. Hasil penelitian diharapkan menjadi pengetahuan dan informasi tentang budaya prasejarah pada kawasan karst Balangan.

Kata kunci: arkeologi, prasejarah, potensi gua, Balangan

Abstract. Balangan Regency has quite potential of karst areas. The karst is located in the western part of Meratus Mountains, directly adjacent to the karst area of in the north, and Hulu Sungai Tengah Regency in the south. Those areas have indication of prehistoric settlements, such as Babi cave and Tengkorak cave in Tabalong, and Pendalaman cave in Hulu Sungai Selatan. The karst location between Tabalong and Hulu Sungai Selatan underlies the emergence of the problem, i.e. how is the prehistoric archaeology potency in the karst area of Balangan Regency? The research conducts by descriptive method with inductive reasoning. The data are collected by survey and excavation on some caves and niches in the areas. The purpose of this research is to recognize the potency of existing caves in Balangan Regency. The expexted results of this study are to gain some knowledge and information about prehistoric culture in Balangan karst areas.

Keywords: archeology, prehistory, potential cave, Balangan

PENDAHULUAN dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Balangan beribukota Paringin, Paser (Kalimantan Timur) dan Kotabaru. merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kabupaten Balangan mempunyai luas wilayah Hulu Sungai Utara. Kabupaten Balangan terletak 1.878,3 km² atau 5% dari luas wilayah Provinsi pada koordinat 2°01’ 37’’ sampai dengan 2°35’ Kalimantan Selatan. Kabupaten Balangan terbagi 58’’ Lintang Selatan, dan 114° 50’ 24’’ sampai dalam delapan wilayah kecamatan, yaitu dengan 115° 50’ 24’’ Bujur Timur. Kabupaten Lampihong, Batu Mandi, Awayan, Paringin, Juai, Balangan berbatasan langsung dengan Paringin Selatan, Halong, dan Tebing Tinggi. Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser Kecamatan Halong merupakan wilayah yang (Kalimantan Timur) di sebelah utara, di sebelah terluas diantara delapan kecamatan di Kabupaten selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Balangan, dengan luas mencapai 659,84 km² atau Sungai Tengah, di sebelah barat berbatasan sebesar 35,13%, sementara kecamatan terkecil

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 15 wilayahnya adalah Kecamatan Paringin Selatan ditemukan banyak situs gua hunian prasejarah. dengan luas 86,80 km² atau sebesar 4,62 % dari Gerakan sempalan migrasi besar ini menurut luas Kabupaten Balangan (BPS Balangan 2014:1). Harry Widianto, melalui laut Jawa dan terus Potensi arkeologi prasejarah banyak bergerak ke utara melalui kawasan karst yang ada ditemukan di hulu sungai dan daerah pegunungan di sekitar Pegunungan Meratus. Secara karst. Kedua tempat itu merupakan ekosistem geomorfologi, wilayah Kecamatan Halong dan awal manusia prasejarah sejak Kala Plestosen, Tebing Tinggi mempunyai deretan gugus gunung ribuan tahun yang lalu. Berdasarkan hasil dan bukit karst yang sama dengan kawasan karst penelitian diketahui bahwa bukti-bukti temuan di Tabalong. Secara umum, kawasan karst prasejarah di Kalimantan Selatan, antara lain Tabalong dan Balangan masih termasuk dalam ditemukan di lembah Sungai Riam Kanan, yang kawasan karst yang ada di bagian barat sekarang sudah menjadi waduk pembangkit Pegunungan Meratus. Keletakan ini sangat tenaga listrik. Beberapa alat batu dari masa menarik untuk diteliti apakah ada hubungannya paleolitik berupa kapak perimbas penetak dari dengan budaya prasejarah yang berkembang di situs ini sekarang disimpan di Museum Negeri Tabalong? Pertanyaan ini muncul karena kawasan Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Situs prasejarah karst di Kabupaten Balangan ini masih berada lain ditemukan di Bukit Batu Buli di Kabupaten pada areal yang sama dengan kawasan karst Tabalong, berupa gua hunian dan gua Tabalong. Jika pada kawasan karst di Kabupaten penguburan dari masa prasejarah sekitar 6.000 Tabalong terdapat dua situs hunian prasejarah tahun lalu (Widianto dkk. 1997: 45). Bukti (Gua Babi dan Gua Tengkorak), apakah pada penguburan yang ditemukan di Gua Tengkorak kawasan karst Balangan juga ada situs-situs menjadi bukti manusia prasejarah pertama yang arkeologi prasejarah yang sama? Pertanyaan ini ditemukan di Kalimantan Selatan. Menurut Harry menjadi dasar perencanaan penelitian arkeologi Widianto, morfologi tulang dari individu yang yang ingin mengetahui potensi gua-gua dan ceruk dikuburkan di Gua Tengkorak mengarah pada ras payung yang ada pada kawasan karst di Halong manusia Australomelanesoid. Selanjutnya, dan Tebing Tinggi. Oleh karena itu, permasalahan dikatakan bahwa kelompok manusia Australo- utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah melanesoid yang tinggal dan mengembangkan potensi arkeologi pada kawasan karst di budaya prasejarah di Gua Babi dan Gua Kabupaten Balangan? Tengkorak di Tabalong ini merupakan hasil bagian Potensi arkeologi yang dimaksud adalah dari gerak migrasi besar manusia prasejarah kandungan situs-situs arkeologi terutama daratan Asia ke kepulauan Nusantara. Migrasi arkeologi prasejarah yang ada pada kawasan besar dari Asia tersebut melewati Semenanjung karst Kabupaten Balangan. Situs arkeologi Malaysia, Sumatra, Jawa, terus ke Nusa Tenggara, prasejarah yang berada pada kawasan karst pada tetapi ada satu cabang migrasi yang mengarah umumnya ditemukan pada gua-gua dan ceruk ke Kalimantan dari Jawa (Widianto dan Handini payung (rock-shelter). Apakah semua gua-gua 2003: 60). dan ceruk payung yang ada pada kawasan karst Teori di atas tampaknya menjadi dasar untuk Balangan itu merupakan situs arkeologi? Tidak mengetahui bagaimana potensi gua-gua pada semua gua-gua dan ceruk payung merupakan kawasan karst Balangan pada masa lalu. Jika situs arkeologi atau tempat hunian manusia hipotesis yang dikemukakan Harry Widianto prasejarah masa lalu. Pada umumnya pemilihan tentang budaya prasejarah yang berkembang di gua-gua sebagai tempat hunian dipengaruhi oleh Tabalong benar merupakan “sempalan” dari banyak pertimbangan, seperti kondisi morfologi gerakan migrasi besar pada masa lalu. Tentunya gua, kedekatan dengan sumber air, dan lokasinya pada kawasan karst di sekitar Pegunungan yang berada pada daerah yang subur serta kaya Meratus, terutama yang bagian barat akan akan sumber bahan makanan. Oleh karena itu,

16 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan untuk mengetahui potensi arkeologi pada mengetahui karakter hunian prasejarah yang kawasan karst Kabupaten Balangan perlu sesungguhnya. dilakukan kegiatan inventarisasi gua-gua yang ada di dalamnya. Kegiatan inventarisasi ini merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian awal tentang potensi arkeologi yang ada pada kawasan karst Kabupaten Balangan, Kawasan karst di Kabupaten Balangan, sekaligus menghasilkan potensi gua-gua alam secara umum hanya terdapat di dua wilayah yang bisa dikembangkan sebagai wisata alam kecamatan, yaitu Kecamatan Halong dan Tebing minat khusus. Tinggi. Berdasarkan informasi yang berhasil Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan di Sekretariat Daerah Kabupaten memberikan informasi yang jelas terkait Balangan, kawasan karst di Kecamatan Halong keberadaan situs gua-gua hunian dan gua-gua mempunyai luas yang lebih besar daripada alam yang ada di kawasan karst di Kabupaten kawasan karst yang ada di Kecamatan Tebing Balangan. Data ini dapat menjadi bahan Tinggi. Secara morfologi, kawasan karst di pertimbangan penting dalam perencanaan Kecamatan Halong dan Tebing Tinggi ini termasuk pengelolaan sumber daya budaya dan sumber dalam jajaran kawasan karst di sekitar daya wisata di Kabupaten Balangan pada masa Pegunungan Meratus bagian barat (Gambar 1). yang akan datang. Kawasan karst ini membujur utara selatan dari wilayah Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu METODE Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, dan Banjar di selatan. Dalam menjelaskan dan menjawab Hasil penelitian Balai Arkeologi Kalimantan permasalahan yang diajukan di atas, penulis Selatan tahun 1996-1999 di kawasan karst di mempergunakan metode penelitian deskriptif Kecamatan Muara Uya (Tabalong) memper- dengan pengamatan langsung di lapangan. lihatkan adanya situs gua hunian prasejarah yang Metode pengumpulan datanya dilakukan dengan berkembang pesat di Gua Babi, yang dikem- survei dan ekskavasi. Survei dilakukan pada bangkan oleh manusia Australomelanesoid yang beberapa gua dan ceruk payung yang ada di ditemukan di Gua Tengkorak (Widianto dkk. 1997: kawasan karst di Kabupaten Balangan, terutama 38; Widianto dan Handini 2003: 61). Kedua gua wilayah Kecamatan Halong dan Tebing Tinggi prasejarah tersebut berada pada satu gugus bukit (Gambar 1). Pengamatan yang dilakukan antara karst yang sama, hanya letaknya yang berbeda, lain meliputi bentuk morfologi gua atau ceruk, yaitu Bukit Batu Buli, Desa Randu. Sampai ukuran, lokasi, lingkungan dan vegetasinya, serta dengan tulisan ini dibuat, belum ditemukan lagi sumber air terdekat. Untuk lokasi gua dapat situs gua hunian prasejarah di kawasan karst di dihimpun datanya melalui wawancara dengan para bagian barat Pegunungan Meratus. Indikasi situs tetua adat atau pencari sarang burung yang biasa gua hunian memang ada pada gua-gua di bermain atau berjalan di kawasan karst tersebut. kawasan karst di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Sementara untuk mengetahui potensi arkeologi yang berada di bagian selatan Kabupaten yang ada di dalam gua-gua dapat dilakukan Tabalong (Wasita dkk. 2004: 8-16). Indikasi hunian dengan membedah tanah (penggalian/ekskavasi) prasejarah ini perlu diperhatikan lebih lanjut, untuk mendapatkan data arkeologi yang masih dengan penelitian arkeologi yang lebih in-situ (ada di tempat aslinya). Ekskavasi ini mendalam. dilakukan pada situs gua-gua terpilih yang Sementara itu, di bagian yang lebih dekat dianggap mempunyai potensi arkeologi dengan kawasan karst Tabalong, yaitu kawasan prasejarah terbaik, sebagai upaya untuk karst di Balangan dicurigai mempunyai potensi

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 17 Sumber: Dok. BPS Balangan Gambar 1 Wilayah Kabupaten Balangan, dengan Bagian Kecamatan Halong (warna hijau) dan Kecamatan Tebing Tinggi (warna hijau muda) situs prasejarah yang cukup baik. Lokasi yang besar terdiri dari gugusan bukit karst yang berdiri berdekatan menjadi faktor pendukung utama dari sendiri, dengan jumlah sekitar 24 bukit. Sekian dugaan tentang adanya sisa kehidupan manusia banyak bukit karst tersebut tidak dapat dikunjungi prasejarah pada kawasan karst. Berdasarkan hal semua, karena beberapa faktor. Pertama, waktu ini, maka penelitian eksplorasi dan inventarisasi kegiatan penelitian yang terbatas, dan kedua, gua-gua pada kawasan karst di Kabupaten wilayah bukit dan gunung karst di Kecamatan Balangan dilakukan secara bertahap dan Halong sebagian besar masih dikeramatkan oleh berkelanjutan. masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Oleh sebab itu, akses masuknya juga tidak mudah. Kegiatan Kecamatan Halong penelitian survei yang memerlukan tenaga pemandu dari lingkungan setempat sering kali Kecamatan Halong merupakan wilayah terkendala pada status dan pelaksanaan upacara kecamatan terluas di Kabupaten Balangan, adat. Gua-gua yang disurvei di Kecamatan Halong dengan jumlah penduduk yang masih jarang. akan diuraikan sebagai berikut. Sebagian besar kawasan karst di Kabupaten Balangan berada di kecamatan ini, sebagian kecil Gua Pakasayan lainnya ada di Kecamatan Tebing Tinggi. Hasil Gua Pekasayan merupakan salah satu dari informasi penduduk menyebutkan bahwa empat situs gua yang disurvei di Gunung Batu kawasan karst di Kecamatan Halong sebagian Batulis1, gunung karst yang sangat dikeramatkan

1 Mitos yang sering dihubungkan dengan Gunung Batu Batulis adalah “Legenda Si Jarang”.

18 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan oleh masyarakat setempat. Gua Pakasayan sampai gua yang lembab dan hampir selalu berada di dasar Gunung Batu Batulis, sebagai basah ini dinamakan Gua Kandang Kerbau (Tim gua sungai yang kondisinya selalu basah. Menurut Penelitian 2015: 11). penduduk setempat, gua ini dianggap sebagai tempat mandi dan cuci rambut. Kata “pakasayan” Gua Bantai dalam bahasa lokal berarti mandi mencuci rambut Gua Bantai berada pada Gunung Rameo, dan kepala (Tim Penelitian 2013: 35-36; Tim mempunyai dua mulut (pintu masuk) yang Penelitian 2015: 9). menghadap ke arah barat dan utara. Mulut gua utama ada di arah utara, dengan lorong panjang Gua Batu Batulis lebih dari 400 meter. Pada mulut gua ini terdapat Gua Batu Tulis merupakan gua utama yang “sesajian” dari penduduk setempat, tanda gua ini ada di Gunung Batu Batulis, yang sering dikeramatkan dan sering dihubungkan dengan dikeramatkan oleh masyarakat. Gua Batu Batulis legenda “si jarang”. Di dalamnya terdapat ruang mempunyai dua pintu masuk di arah utara dan yang besar mirip “kubah” dengan langit-langit gua selatan. Pintu masuk arah utara bercabang dua, yang tinggi. Kondisi secara umum, lembab, cabang yang ke kanan tembus ke sisi yang lain gelap, dan tidak ditemukan temuan permukaan dengan lorong yang tidak terlalu panjang. Cabang apapun di dalamnya (Tim Penelitian 2015: 11-12). yang ke kiri mempunyai lorong gua yang panjang berliku sampai pada kubah gua yang Liang Hajang dikeramatkan sebagai “tempat tinggal Tuan Liang Hajang berada pada Gunung Liang Kodok”2. Sebagian besar tanah permukaan di Hajang dekat perkampungan dan Sungai Haliang. Gua Batu Batulis basah dan lembab, hanya di Mulut gua menghadap ke arah barat pada lereng bagian mulut gua yang agak kering. Pengamatan gunung dengan ketinggian 130 m dpl. Akses terhadap kondisi Mulut dan lorong gua tidak mencapai Liang Hajang cukup sulit karena harus ditemukan temuan permukaan apapun (Tim mendaki lereng gunung yang labil dan curam. Penelitian 2013: 34-35; Tim Penelitian 2015: 10). Kondisi Liang Hajang secara umum kering, dengan permukaan tanah tidak rata, dan cukup Ceruk Batu Batulis terang. Tidak ada temuan permukaan di dalamnya Ceruk Batu Batulis terletak di sebelah kanan (Tim Penelitian 2015: 12-13). bawah tidak jauh dari Gua Batu Batulis. Mulut ceruk menghadap ke arah selatan. Ceruk Batu Batulis Gua Kelelawar tidak terlalu dalam dan kondisinya kering. Gua Kelelawar berada pada Gunung Liang Pengamatan pada permukaan tanahnya, tidak Bejalin, merupakan salah satu gua yang masih menemukan temuan apapun (Tim Penelitian 2015: dikeramatkan oleh penduduk Desa Liu. Gua 10). Kelelawar ini berada di lereng gunung yang cukup tinggi 84 m dpl, dengan arah hadap mulut gua ke Gua Kandang Kerbau arah timur. Mulut gua mempunyai ukuran lebar 8 Gua Kandang Kerbau merupakan gua yang m, tinggi 3 m, dan panjang lorong lebih dari 76 selalu dialiri air. Gua ini mempunyai dua mulut, m. Tidak ada temuan permukaan di dalamnya. pertama merupakan dataran rendah dan kedua Sungai terdekat adalah Sungai Gelumbang ruangan yang sangat lembab karena ada mata sekitar 500 m sebelah timur gua (Tim Penelitian air di dalamnya. Tidak jelas bagaimana kisahnya 2015: 13).

2 Tuan Kodok adalah tokoh keramat yang diyakini oleh masyarakat setempat pernah tinggal di dalam Gua Batu Batulis pada masa lalu.

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 19 Gua Belawan sekitar 50 m. Intensitas sinar matahari cukup Gua Belawan merupakan satu dari empat situs bagus, walaupun tidak dapat menjangkau bagian gua dan ceruk payung yang berhasil disurvei pada dalam gua. Tidak ada temuan permukaan pada Gunung Belawan. Secara morfologi Gua Belawan lantai gua, yang menunjukkan bahwa gua ini bukan merupakan gua sungai yang panjang dengan situs hunian manusia masa lalu (Tim Penelitian lorong-lorong yang berkelok-kelok, sampai ke 2015: 16-17). sisi Gunung Belawan yang lainnya. Menurut informasi, pada bagian dalam Gua Belawan Kecamatan Tebing Tinggi terdapat sumber air bersih yang menjadi habitat ikan lokal. Kondisinya yang seringkali basah Sesuai dengan namanya, Kecamatan Tebing karena dilalui aliran air merupakan tempat yang Tinggi merupakan wilayah pegunungan karst yang tidak sesuai untuk hunian manusia (Tim Penelitian berada pada ketinggian 65 m dpl. Gunung- 2013: 31-33; Tim Penelitian 2015: 14-15). gunung karst tersebut tersebar pada tiga desa, yaitu: Desa Gunung Batu, Desa Sungsum, dan Gua Sidabong Desa Auh. Secara morfologi, bukit karst itu antara Gua Sidabong merupakan salah satu situs lain: Gunung Batu Sungsum yang memanjang gua yang potensial untuk diteliti lebih lanjut karena sampai di wilayah Desa Auh, Gunung Pagat, di dalamnya ditemukan banyak indikasi hunian Gunung Tanghi, Gunung Alupun, Gunung Aung- manusia masa lalu. Indikasi tersebut terlihat pada aung, dan Gunung Hantanung. bekas galian guano (kotoran kelelawar) yang dilakukan oleh penduduk di dalam gua ini. Gua Berangin Singkapan bekas galian tersebut masih Gua Berangin merupakan satu dari sembilan memperlihatkan sisa-sisa makanan dan serpihan gua dan ceruk yang berhasil dikunjungi di Gunung alat batu (Tim Penelitian 2015: 15). Batu Sungsum. Gua Berangin merupakan gua yang paling sering dikunjungi penduduk karena Ceruk Beringin sudah menjadi objek wisata lokal. Fasilitas wisata Ceruk Beringin merupakan ceruk kecil yang di sini masih terlihat, seperti kamar mandi, kamar berada di lereng yang tidak jauh dari lokasi Gua ganti pakaian, pondok penjaga, jalan setapak, Belawan sekitar 300 m. Kondisi ceruk kering dan dan jembatan kayu. Sayang kondisinya sangat memenuhi syarat layak huni, hanya sayangnya tidak terawat dan sangat memprihatinkan. Gua tidak ada temuan permukaan yang menandai situs Berangin ini merupakan jalan untuk dapat mendaki ini pernah dihuni manusia masa lalu (Tim sampai di puncak Gunung Batu Sungsum. Kondisi Penelitian 2015: 15-16). gua sebagian besar lembab, dengan beberapa teras gua kondisinya kering. Pada bagian ini Liang Karewo terdapat temuan permukaan berupa satu fragmen Liang Karewo atau Gua Hadangan (Gua gerabah (Tim Peneliti 2013: 16; Tim Penelitian Kerbau), gua alam yang cukup menarik untuk 2015: 20). dikembangkan sebagai tempat wisata. Liang ini dinamakan “karewo/kerbau” karena di bagian Ceruk Kaluhur dalam ruangan gua terdapat batu yang bentuknya Ceruk Kaluhur merupakan ceruk panjang yang menyerupai “tanduk kerbau”. Batu ini berada di dekat Gua Berangin. Ceruk Kaluhur dikeramatkan oleh masyarakat sekitar gua, berada di lereng Gunung Batu Sungsum bagian bahkan diberi ikatan kain dengan warna hitam, bawah pada sisi utara, yang langsung merah, dan kuning. Secara umum, Liang Karewo berhadapan dengan jalan desa. Kondisi ceruk ini mempunyai mulut (pintu masuk) gua yang sangat layak huni, dengan lahan yang dipenuhi cukup besar, ukuran lebar 7 m dengan tinggi 3 dengan semak belukar. Memang tidak ada m. Sementara lorong gua mempunyai panjang temuan permukaan saat pengamatan langsung,

20 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan tetapi mengingat kondisinya yang kering dan Gua Sugi layak huni, maka diputuskan untuk mengujinya Gua Sugi berada di lereng Gunung Batu dengan membuka tespit di ceruk tersebut (Tim Sungsum pada sisi barat. Nama “Sugi” diberikan Penelitian 2015: 22). sebagai penghargaan untuk salah satu pemandu yang bernama “Sugianor”, karena tidak ada yang Gua Landak tahu nama gua yang ditemukan ini. Gua Sugi Gua Landak berada pada lereng Gunung berada di lereng yang cukup curam, dengan Batu Sungsum yang menghadap ke arah timur. kondisi permukaan dipenuhi dengan sampah Lebar mulut gua 25 m dengan tinggi langit-langit dedaunan yang cukup tebal. Tidak ada temuan sekitar 7 m. Bagian dalam gua cukup kering permukaan pada ruangan yang dipenuhi dengan lorong berukuran lebar 3 m yang panjang dedaunan (Tim Penelitian 2015: 25). dan tembus ke balik gunung (pada mulut Gua Naga). Tidak ada temuan permukaan di dalamnya Gua Pagat (Tim Penelitian 2015: 22-23). Gua Pagat berada pada lereng Gunung Pagat, merupakan salah satu gua yang masih Ceruk Landak 1 bisa dilihat bentuknya. Sebagian besar Gunung Ceruk Landak 1 merupakan ceruk kecil yang Pagat ini sudah ditambang oleh masyarakat ada tepat di bawah Gua Landak 1 (sisi selatan setempat. Kegiatan penambangan batu kapur ini bawah). Ukurannya yang kecil memang masih dilakukan secara intensif, bahkan suara dentuman memungkinkan untuk tempat beraktivitas dengan batu kapur yang dijatuhkan dari atas atau yang jumlah yang terbatas. Sayangnya pada ceruk ini dinaikan ke dalam truk terdengar sampai di jarak tidak ditemukan artefaktual lain selain cangkang yang cukup jauh. Morfologi Gua Pagat kerang (Tim Penelitian 2015: 23). sebenarnya sangat ideal untuk situs hunian, lokasinya yang berada di kereng bawah, dekat Ceruk Landak 2 dengan sungai, kondisinya yang kering dan Ceruk Landak 2 mempunyai ukuran lebih terang, sangat memungkinkan untuk dipilih jadi kecil dari Ceruk Landak 1. Ceruk Landak 2 tempat tinggal (Tim Penelitian 2015: 25). berjarak sekitar 100 m dari Gua Landak 1 pada lereng yang cukup tinggi dan curam. Tidak ada Gua Kurang Tahu temuan permukaan di dalamnya (Tim Penelitian Gua Kurang Tahu berada pada lereng karst 2015: 24). Gunung Tanghi yang cukup tinggi dan sulit mendakinya. Sayangnya kondisi mulut gua ini Ceruk Landak 3 tidak dapat dimasuki lagi, karena sudah tertutup Ceruk Landak 3 tepat berada di bawah Ceruk batuan yang runtuh. Tidak ada temuan permukaan Lamdak 2 pada sisi jalan setapak pendakian yang di sekitar mulut gua yang tertutup ini (Tim Penelitian dilakukan oleh tim peneliti. Tidak ada temuan 2015: 26). permukaan di dalamnya (Tim Penelitian 2015: 24). Gua Alupun Gua Naga Gua Alupun merupakan dua gua yang berada Gua Naga merupakan tembusan dari lorong di Gunung Alupun dengan lokasi yang bertingkat. Gua Landak 1. Disebut Gua Naga karena ada Gua Alupun 1 berada di bawah Gua Alupun 2 gambar naga pada bagian dinding mulut gua ini. dengan jarak sekitar 5 m. Mulut Gua Alupun 1 Gua Naga ini merupakan salah satu gua yang cukup besar, dan lorong guanya pendek dan secara intensif pernah ditambang oleh panjang. Di dalamnya cenderung basah dan masyarakat pada beberapa waktu yang lalu (Tim gelap. Sementara di Gua Alupun 2 yang berada Penelitian 2015: 25). di atasnya, mempunyai mulut gua yang sempit,

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 21 dengan ruangan dalam yang cukup besar. Gua Berangin di Gunung Batu Sungsum Ruangan di dalam Gua Alupun 2 ini digunakan Kotak uji di buka di teras Gua Berangin, yang oleh kawanan kelelawar sebagai rumah (sarang) kondisinya cukup kering. Kotak uji dibuat dengan nya, sehingga tercium bau kotoran kelelawar yang ukuran 50 cm x 100 cm dengan teknik penggalian cukup menyengat (Tim Penelitian 2015: 27). menggunakan spit dengan interval 10 cm. Hasil penggalian sampai kedalaman 50 cm (5 spit), Gua Aung-aung tidak ditemukan artefaktual baik berbahan batu Gua Aung-aung merupakan salah satu gua atau tulang dan gerabah (Tim Penelitian 2015: 35). yang ada di Gunung Aung-aung dengan ruangan yang cukup besar tetapi pendek. Akses menuju Ceruk Kaluhur ke Gua Aung-aung cukup mudah, hanya melewati Kotak uji di Ceruk Kaluhur dibuka dengan rawa-rawa yang airnya jernih dengan kedalaman ukuran 100 cm x 100 cm, berada di bagian kanan setinggi lutut. Kemudian mendaki sedikit sudah teras Ceruk Kaluhur (menjauhi sungai), dengan sampai di ruangan gua, yang cukup kering dan menggunakan metode penggalian yang sama nyaman untuk tempat istirahat. Tidak ada temuan dengan yang dilakukan di Gua Berangin. Kotak permukaan di dalam gua ini (Tim Penelitian 2015: uji di Ceruk Kaluhur digali sampai kedalaman 70 28). cm (spit 7), yang juga tidak menemukan artefaktual apapun. Lapisan tanah yang ada Gua Berangin di Gunung Hantanung (stratigrafinya) menunjukkan proses pembentukan Gua Berangin ini merupakan gua yang berada lahan yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut pada Gunung Hantanung (berbeda dengan Gua sungai terdekat (Tim Penelitian 2015: 33-34). Berangin pertama yang berada di Gunung Batu Sungsum). Gua ini mempunyai lorong panjang Gua Debu dan bermuara pada beberapa mulut gua lainnya. Gua Debu adalah gua kecil yang ditemukan Letaknya cukup tinggi, dengan jalan mendaki pada lereng yang cukup tinggi, di atas Gua yang sangat terjal serta licin. Kondisi dalam gua Berangin. Kondisi gua yang kecil tetapi kering dan terang, karena banyaknya sinar mempunyai permukaan tanah relatif rata, kering, matahari yang bisa masuk ke dalam lorong-lorong dan terlihat banyak temuan permukaan ini menjadi gua. Disebut gua berangin karena di dalamnya dasar pengujian lebih lanjut (Gambar 2). Dua tidak terasa pengap dan panas, tetapi semilir kotak uji dengan ukuran 100 cm x 100 cm angin terasa sekali karena banyaknya muara gua langsung dibuka di bagian mulut Gua Debu. Hasil yang saling berhubungan. Sayangnya tidak ada tespit ini sangat menggembirakan, karena temuan permukaan di dalamnya (Tim Penelitian 2015: 30).

Tes Pit (Kotak Uji)

Untuk lebih mengetahui tentang potensi hunian dari semua gua dan ceruk yang sudah dikunjungi baik di wilayah Kecamatan Halong maupun Tebing Tinggi, maka dilakukan tespit (kotak uji) pada beberapa gua yang dianggap terbaik berdasarkan pengamatan survei sebelumnya. Gua dan ceruk yang akan di tespit itu adalah: Sumber: Dok. Balai Arkeologi Kalimantan Selatan Gambar 2 Profil Gua Debu Tampak Depan dengan Permukaan Tanah yang Relatif Kering dan Rata

22 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan ditemukan banyak peralatan batu masa umum memperlihatkan bahwa potensi hunian prasejarah, fragmen gerabah, dan fragmen tulang prasejarah pada kawasan karst di wilayah (Tim Penelitian 2015: 36-39). Balangan cukup baik. Data ekskavasi yang paling menjanjikan berasal dari situs Gua Debu dan Gua Gua Sidabong Sidabong. Gua Debu yang berada pada Gunung Salah satu situs gua yang cukup potensial Batu Sungsum merupakan gua kecil yang jelas di wilayah Kecamatan Halong. Kotak uji dibuka pernah digunakan oleh manusia prasejarah pada dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Penggalian masa lalu, dengan bukti temuan artefaktual alat hanya dilakukan sampai kedalaman 20 cm (2 batu dari berbagai macam jenis dan ukuran. Daftar spit) dengan artefaktual berupa fragmen kerang, temuan artefaktual Gua Debu dapat dilihat pada fragmen tulang, fragmen kaca, hematit, dan tabel 1 dan tabel 2. serpih (Tim Penelitian 2015: 33). Sementara hasil ekskavasi pada Gua Sidabong secara kuantitas memang belum Gua Batu Batulis menjelaskan intensitas pemanfaatannya pada Sama seperti Gua Sidabong, Gua Batu masa lalu. Temuan serpih batu, fragmen kerang, Batulis juga di uji coba gali dengan pembukaan fragmen tulang menjadi bukti pernah adanya kotak uji berukuran 100 cm x 100 cm. Hasil hunian manusia pada masa lalu. Data yang paling temuannya hanya berupa sembilan fragmen mendukung muncul dari bekas galian masyarakat gerabah dengan rincian dari spit (1) empat pada bagian Gua Sidabong yang agak masuk ke fragmen, dan spit (2) lima fragmen gerabah (Tim dalam. Pada bekas galian kotoran kelelawar Penelitian 2015: 31-32). (guano) tersebut memperlihatkan adanya sisa-sisa makanan dan alat-alat batu prasejarah yang pernah Artefaktual Hasil Ekskavasi digunakan di dalam gua ini ribuan tahun yang lalu. Pada satu sisi, kondisi Gua Sidabong memang Hasil ekskavasi (penggalian) yang dilakukan berubah karena ada penggalian kotoran kelelawar pada situs Gua Sidabong, Gua Batu Batulis, Gua yang pernah dilakukan oleh sebagian masyarakat Debu, Gua Berangin, dan Ceruk Kaluhur secara sebagai akibat dari adanya keperluan untuk

Tabel 1 Daftar Temuan TP 1 Gua Debu

No. Spit Alat Batu Gerabah Gerabah Tulang Kerang Gigi Keterangan Polos Hias Binatang 1. 1 34 12 14 33 17 - Kondisi tanah masih teraduk dengan sampah makanan resen

2. 2 90 76 67 120 106 2 Kondisi tanah masih sama dengan spit (1)

3. 3 105 23 23 171 24 5 Kondisi tanah masih sama dengan spit (2)

4. 4 113 1 7 40 4 2 Ada temuan mata panah 5. 5 166 4 22 164 7 - Sudah sampai di batuan gua 473 112 133 528 158 7 Sumber: Tim Penelitian 2015

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 23 Tabel 2 Daftar Temuan TP 2 Gua Debu

Alat Gerabah Gerabah Tulang No. Spit Kerang Gigi Keterangan Batu Polos Hias Binatang 1. 1 25 12 14 36 15 1 Kondisi tanah lebih basah daripada TP 1 2. 2 87 34 32 64 52 1 Kondisi tanah sama dengan spit (1) 3. 3 180 20 2 60 15 1 Kondisi tanah sama dengan spit (2) 292 66 48 160 82 3 Sumber: Tim Penelitian 2015 membuat tanaman perkebunan mereka jadi subur. atau yang mempunyai punggung tinggi dengan Di sisi yang lain, singkapan tanah hasil penggalian kulit batu (korteks) yang masih tersisa. tersebut menjadi dasar dan bukti kuat bahwa Gua Secara umum semua jenis alat batu adalah Sidabong ini pernah dimanfaatkan oleh manusia hasil dari penyerpihan batuan dengan meng- prasejarah pada masa lalu (Tim Peneliti 2013: 15). gunakan batu pemukul (hammer) tertentu. Hasil penyerpihan tersebut bisa diklasifikasikan dalam Analisis Artefaktual dan Konstekstual beberapa jenis alat batu yang akan diuraikan berikut ini (Tim Penelitian 2015: 54-62). Analisis artefaktual dan analisis kontekstual a. Serpih, yaitu semua bentuk serpihan batu dilakukan terhadap semua jenis temuan artefak hasil dari proses penyerpihan batuan. dan ekofak yang ditemukan selama kegiatan Pada umumnya serpih ini berbentuk penelitian, baik dari survei maupun penggalian segitiga atau membulat, dan mempunyai (ekskavasi). “tajaman” alami sebagai hasil langsung dari proses penyerpihan. Alat Batu b. Serpih tipe bilah, yaitu serpih yang Alat batu yang ditemukan selama penggalian cenderung berbentuk memanjang (segi (ekskavasi) pada beberapa gua di Kecamatan empat panjang). Tebing Tinggi dan Halong, cukup banyak c. Serut, pada dasarnya adalah “serpih” jumlahnya. Jumlah alat batu secara keseluruhan yang fungsi utama digunakan untuk 765, yang terdiri dari serpih, serpih tipe bilah, bor, menyerut (menajamkan) alat kayu lainnya batu inti, dan mata panah. Alat batu yang ada pada seperti ujung tombak atau ujung mata umumnya ditemukan di Gua Debu dan Gua panah. Serut sesuai dengan bentuk Sidabong. tajaman yang ada, seperti : serut cekung, Secara morfologi, bentuk dan jenis alat batu serut cembung, serut berpunggung tersebut merupakan hasil teknologi penyerpihan tinggi, dan lainnya. pre-neolitik. Teknologi penyerpihan pre-neolitik d. Gurdi (bor), yaitu jenis serpih yang menekankan pada upaya pembuatan alat serpih mempunyai ujung meruncing (pointed), dengan berbagai variasi tipologinya (Simanjuntak yang cenderung difungsikan sebagai dkk. 2004: 4). Seringkali serpih hasil penyerpihan penusuk atau pembuat lubang. ini masih dikerjakan lagi (dipangkas di sekeliling e. Mata panah, yaitu jenis serpih yang alat) yang disebut dengan “serpih dipangkas”. dipangkas secara cermat dan teliti, Serpih dipangkas ini mempunyai bentuk yang sehingga membentuk “tajaman mata cukup bervariasi, ada yang membulat, persegi, panah” yang runcing dan tajam.

24 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan Keberadaan artefak ini menimbulkan satu menggunakan roda putar lambat atau tatap kerancuan karena yang berkembang pelandas dalam berbagai bentuk dan jenis. Pada sekarang pada mayoritas suku Dayak umumnya gerabah berupa wadah makanan, Kalimantan adalah sumpit, dan bukan seperti mangkuk, piring, periuk, belanga, dan panah. Apakah benar senjata jenis panah tungku masak. Gerabah menjadi ciri dari pernah digunakan dan akhirnya kehidupan neolitik sebagai kelanjutan dari digantikan oleh sumpit pada masa-masa periode pre-neolitik. Pada awal neolitik, yang selanjutnya sampai sekarang? kehidupan masih berpusat di gua-gua dan ceruk, Pertanyaan ini merupakan persoalan yang kemudian secara perlahan beralih ke yang sulit dijawab dan dijelaskan, karena bentang alam terbuka seperti dataran dan lereng keterbatasan data pendukung dan data perbukitan. hasil penelitian arkeologi selama ini Pada masa neolitik, kehidupan manusia (Gambar 3). prasejarah sudah lebih maju jika dibandingkan f. Batu inti, sebenarnya merupakan “sisa” dengan kehidupan pada masa berburu dan dari kegiatan penyerpihan batuan, yang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok biasanya tidak dipergunakan sebagai tanam, manusia meskipun masih tinggal di dalam alat. Batu inti ini merupakan “indikasi” gua tetapi sudah mempunyai kemampuan dalam penting dari kegiatan penyerpihan batuan pengenalan tumbuh-tumbuhan yang bisa ditanam yang pernah dilakukan pada situs dan menghasilkan bahan makanan yang lebih prasejarah, selain “tatal batu” (chunk) bisa diandalkan, yaitu tanaman padi. Padi ini bisa sebagai hasil penyerpihan batuan yang ditanam dan nantinya akan menghasilkan beras dianggap salah atau gagal. yang dapat digunakan untuk memenuhi keperluan hidup kelompok tersebut dalam jangka waktu Gerabah yang lebih lama. Permasalahan yang muncul Gerabah merupakan artefak dari masa pada masa bercocok tanam ini adalah keperluan prasejarah yang dapat dipergunakan sebagai akan wadah-wadah makanan yang sudah jadi. penanda zaman, dengan kriteria kemajuan Kalau pada masa berburu, tidak memerlukan teknologi suatu kelompok masyarakat. Gerabah wadah makanan karena pada umumnya hasil merupakan penyebutan untuk barang-barang buruan dibakar dan langsung dapat dinikmati yang dibuat dari adonan tanah liat yang dicampur bersama-sama tanpa hadirnya wadah makanan. dengan temper tertentu, yang dibentuk dengan Tetapi untuk beras, perlu wadah tertentu mulai dari

Sumber: Dok. Bambang Sugiyanto Sumber: Dok. Bambang Sugiyanto Gambar 3 Mata Panah dari Gua Debu Gambar 4 Fragmen Gerabah Berhias dari Gua Debu

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 25 proses pertama pengolahannya sampai menjadi digambarkan bahwa gerabah yang digunakan makanan siap saji. oleh masyarakat penghuni Gua Debu, pada Kemunculan gerabah juga menjadi “penanda” umumnya merupakan wadah makanan dengan meningkatnya kemampuan manusia dalam dominasi jenis gerabah polos. Selain wadah membuat dan mengorganisir “api” sebagai bahan makanan, ada satu temuan fragmen gerabah lain pembuat gerabah yang paling penting. Dalam yang sangat menarik, yaitu dua fragmen gerabah proses pembakarannya, terdapat satu hal penting, yang mempunyai relief tokoh manusia. Fragmen yaitu bagaimana menjaga api pembakaran pertama merupakan bagian yang mempunyai gerabah yang tetap stabil, sehingga dapat relief manusia dari kepala sampai leher, menghasilkan gerabah-gerabah yang berkualitas sementara fragmen kedua merupakan bagian baik. Pada awalnya, gerabah-gerabah ini hanya yang ada gambaran kaki mulai dari lutut sampai dibuat untuk keperluan praktis semata, yaitu ke telapak kaki (Tim Penelitian 2015: 64) (Gambar memenuhi keperluan hidup akan wadah makanan 5). dan wadah pengolahan makanan. Kemudian Melihat model penggambaran relief manusia fungsi gerabah berubah sedikit dengan tersebut, jelas menunjukkan penggambaran munculnya fungsi sosiologi dan fungsi ideologi. “relief” yang biasa ditemukan pada peninggalan Fungsi sosiologi berhubungan dengan status pengaruh agama Buddha. Apakah fragmen ini sosial pembuat atau pengguna gerabah, memang berasal dari masa pengaruh Buddha di sementara fungsi ideologi berhubungan dengan ? Atau merupakan benda tinggalan dari keperluan yang erat kaitannya dengan para pengunjung gua yang pernah datang ke situs pelaksanaan upacara pemujaan atau keagamaan. ini beberapa waktu yang lalu? Kondisi tanah pada Oleh karena itu, gerabah yang sederhana dan Gua Debu, terutama pada kotak TP 1 memang polos merupakan bentuk gerabah yang pertama terlihat sudah teraduk. Ada semacam cekungan dibuat oleh manusia. Gerabah jenis ini hanya di dalam tanah yang seolah-olah bagian tersebut digunakan untuk kepentingan praktis, yaitu untuk pernah digali untuk keperluan tertentu. Kehadiran wadah makanan sehari-hari. Kemudian secara fragmen gerabah dengan relief manusia ini perlahan mulai muncul gerabah yang punya fungsi menjadi penting untuk mengetahui perkem- sosiologi dan ideologi. Kedua tipe gerabah ini bangan pemanfaatan Gua Debu pada masa lalu, mempunyai gaya yang hampir sama, yaitu apakah berkelanjutan sesuai dengan kehadiran mempunyai tambahan unsur-unsur baru berupa unsur prasejarah dan sejarah? hiasan atau ukiran terutama pada bagian badan dan tepiannya. Semakin baik dan raya hiasan yang dibuat semakin mahal harga barterannya, dan semakin tinggi status sosial yang memilikinya. Sedang untuk fungsi ideologi biasanya hiasan yang dibuat lebih menonjolkan pada jenis ukiran atau gambaran binatang tertentu yang sangat dikeramatkan, seperti: gambar naga, ikan, atau macan. Artefak gerabah yang ditemukan pada kawasan karst di Kabupaten Balangan, hanya ditemukan pada situs Gua Debu, Kecamatan Tebing Tinggi. Pada ruangan gua yang kecil tersebut, ditemukan cukup banyak fragmen Sumber: Dok. Bambang Sugiyanto (pecahan) gerabah baik yang polos maupun Gambar 5 Dua Fragmen Gerabar Berelief Manusia Bagian Kepala dan Bagian Kaki berhias. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat

26 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan Pada masa kebudayaan Hindu-Buddha perlakuan sebelumnya, sehingga menjadi pisau terdapat tradisi pembuatan “cap” dari gerabah batu, jarum (lancipan), dan perhiasan tubuh. yang ber”relief” Buddha baik dalam posisi berdiri Perhiasan ini biasanya berupa untaian kalung atau atau duduk (Djafar 2010: 89-91). Pada umumnya hiasan lainnya yang juga bisa dibuat dari tradisi itu lazim dilakukan dalam perziarahan di rangkaian gigi binatang, terutama dari jenis taring tempat-tempat suci agama Buddha. Mengenai (canine). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa temuan cap dari gerabah yang ditemukan di tulang dan gigi di Gua Debu dan Gua Sidabong Batujaya, terdapat dua pendapat yang berbeda. belum dimanfaatkan lebih lanjut oleh manusia Pendapat pertama dari Ferdinandus, yang penghuninya pada masa lalu. menafsirkannya sebagai penggambaran dari keajaiban Sravasti, yang berkembang pada Cangkang Kerang agama Buddha Hinayana (Ferdinandus 1998: Cangkang kerang juga merupakan sampah 187). Pendapat kedua dari Hariani Santiko, yang makanan pada awalnya, kemudian berubah menyatakan bahwa penggambaran itu lebih mirip menjadi perhiasan dan perlengkapan kehidupan dengan tokoh Tara seperti yang ditemukan pada sehari-hari dengan sedikit perlakuan khusus. Candi Borobudur. Pengamatan yang lebih lanjut, Cangkang kerang terutama dari laut yang Santiko berkesimpulan bahwa itu adalah ajaran mempunyai bentuk dan warna yang indah telah Buddha Mahayana (Santiko 2003: 41-48). dibentuk khusus sehingga menjadi untaian kalung Bagaimana dengan fragmen “cap atau meterai” yang berharga pada masa itu. Cangkang kerang Buddha yang ditemukan di dalam Gua Debu, laut yang termasuk dalam kelas Bivalva, apakah benar merupakan fragmen cap gerabah mempunyai bentuk cangkang setangkung yang yang sama seperti diuraikan di atas, atau keras dan tebal. Cangkang kerang ini mempunyai merupakan fragmen gerabah lainnya. sisi tajam yang dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memotong (beliung kerang). Hasil penelitian Tulang dan Gigi Binatang pada kawasan karst di wilayah Kabupaten Ekskavasi yang dilakukan pada situs Gua Balangan, menunjukkan bahwa pemanfaatan Debu dan Gua Sidabong memperlihatkan bahwa cangkang kerang baru pada taraf pemenuhan kedua situs gua tersebut pernah dimanfaatkan keperluan hidup sebagai bahan makanan alternatif manusia prasejarah sebagai tempat tinggal pada (subsistensi) pada masa lalu. masa lalu. Bukti keberadaan manusia prasejarah di Gua Debu sangat jelas, artefak batu yang ada Hasil analisis di atas, memperlihatkan bahwa dengan “mata panah” sebagai salah satu artefak artefaktual yang ditemukan pada beberapa gua terbaiknya merupakan bukti valid tentang di Kabupaten Balangan jelas merupakan hasil berkembangnya teknologi batu di ruangan Gua karya manusia prasejarah. Artefak serupa juga Debu. Selain membuat alat batu, manusia ditemukan pada gua-gua yang berada pada prasejarah juga melakukan proses pengolahan kawasan karst di bagian barat Pegunungan makanan dan pembuangan sampah di dalam Meratus dari Tabalong sampai Hulu Sungai gua. Sampah makanan yang paling utama berasal Selatan. Bukti artefaktual seperti alat batu dan dari hasil buruan yang berupa tulang-tulang gerabah merupakan hasil karya manusia binatang, duri ikan, dan cangkang kerang (Tim prasejarah, Australomelanesid yang di kuburkan Penelitian 2015: 66-67). pada situs Gua Tengkorak. Manusia Australo- Tulang dan gigi binatang ini sebenarnya melanesid ini berkembang pesat pada kawasan merupakan sampah sisa makanan yang karst bagian barat Pegunungan Meratus, dengan dikonsumsi dan kemudian dibuang atau dijadikan pola kehidupan utama berburu binatang dan bahan bakar untuk pembuatan api unggun. meramu bahan makanan lain yang bisa di Beberapa tulang tertentu ternyata bisa dapatkan dari hutan-hutan kecil di sekitar lokasi dimanfaatkan sebagai alat dengan sedikit tempat tinggal mereka. Pada masa ini,

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 27 pembagian pekerjaan tampaknya sudah situs-situs gua hunian prasejarah lainnya selain dijalankan, kegiatan perburuan binatang yang Gua Debu dan Gua Sidabong. Selain sumber mempunyai risiko berat dilakukan oleh kelompok daya budaya, keberadaan gua-gua di Kecamatan laki-laki. Sementara pekerjaan meramu bahan Halong dan Tebing Tinggi juga merupakan makanan lain dari hutan sekitar seperti buah- sumber daya alam yang potensial untuk buahan, biji-bijian, dan daun-daunan serta dikembangkan sebagai objek wisata alam minat beberapa jenis kerang dan ikan dilakukan oleh khusus, seperti penelusuran gua dan panjat kaum perempuan. tebing. Lokasi kawasan karst dengan gua-gua Selain pembagian kerja menurut jenis yang ada di dalamnya tidak terlalu jauh dari kelamin, manusia Australomelanesid juga sudah permukiman penduduk, sehingga pengem- melakukan pembagian ruangan sesuai dengan bangan wisata tersebut dapat dilakukan dengan jenis kegiatan yang dilakukan di dalam gua. melibatkan masyarakat setempat. Gua-gua di Pembuatan alat batu (penyerpihan) biasanya Halong dan Tebing Tinggi mempunyai panorama dilakukan pada bagian teras gua yang khusus dan keindahan yang unik, yang menarik mempunyai kualitas sinar paling bagus. bagi pecinta kegiatan penelusuran gua Penyerpihan batuan ini memerlukan penyinaran (speleologi), dan sekaligus sebagai laboratorium yang cukup, karena merupakan pekerjaan yang alam yang besar bagi kalangan ahli biologi dan rumit dan perlu keahlian serta ketrampilan yang lingkungan untuk mempelajari keanekaragaman tinggi. Mereka mencari bahan batuan untuk satwa, baik yang ada di luar gua atau pun di dalam pembuatan alat dari sungai-sungai yang ada di gua. sekitar tempat tinggal, membawanya sampai di dalam gua. Kemudian menyerpihnya dengan PENUTUP menggunakan batuan pukul (hammer) lain yang lebih kecil. Hasil penyerpihan ini berupa alat-alat Berdasarkan pembahasan dan uraian di batu yang mereka gunakan untuk memenuhi bagian sebelumnya, diketahui bahwa kawasan keperluan hidupnya, termasuk untuk keperluan karst Kabupaten Balangan, terutama yang berada berburu binatang. di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi dan Halong Artefak batu yang ditemukan pada Gua Debu mempunyai potensi situs arkeologi prasejarah dan Gua Sidabong, secara morfologis yang cukup baik. Bukti tersebut muncul pada menunjukkan ciri teknologi pre-neolitik sampai penemuan Gua Debu (Kecamatan Tebing Tinggi) neolitik. Meskipun ciri artefak yang utama, beliung dan Gua Sidabong (Kecamatan Halong). Gua persegi belum ditemukan, tetapi ciri-ciri morfologi Debu yang berada di gunung karst di wilayah alat-alat batu yang ada menunjukkan kecende- Desa Sungsum, sebenarnya merupakan ceruk rungan ke arah teknologi neolitik. Kenyataan ini kecil yang ruangannya tidak terlalu luas. Unsur di dukung oleh berkembangnya kemampuan pendukung dipilihnya Gua Debu sebagai tempat membuat wadah gerabah, yang merupakan salah tinggal, adalah letaknya yang cukup tinggi tetapi satu ciri dari teknologi neolitik di Indonesia. Bukti mudah diakses sehingga aman dari gangguan perkakas batu yang ditemukan pada situs Gua binatang atau pun musuh. Kondisi mulut gua yang Debu dan Gua Sidabong, memberi gambaran cukup lebar dan selalu terang merupakan nilai yang jelas bahwa kawasan karst di Kabupaten tambah dalam pemilihan lokasi tempat tinggal di Balangan mempunyai potensi hunian prasejarah situs ini. yang cukup bagus. Potensi sumber daya gua- Manusia penghuni Gua Debu dapat gua dan ceruk payung yang ada dalam kawasan mengawasi pergerakan binatang buruan atau pun karst di Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan lainnya dari depan mulut gua. Keperluan bahan Halong, belum semuanya diketahui dengan jelas. baku pembuatan alat batu banyak terdapat pada Artinya, masih ada harapan untuk menemukan sungai yang mengalir di depan Gunung Sungsum.

28 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan Secara umum, untuk pemilihan Gua Debu teknologi maupun jenisnya. Untuk subsistensi sebagai hunian memang didukung oleh faktor makanan pun, mempunyai kemiripan, yaitu kedekatan sumber bahan batuan alat, sumber air, fragmen tulang binatang dan cangkang kerang. dan sumber makanan alternatif lainya. Oleh karena Artinya, kedua kelompok manusia prasejarah itu, dalam satu waktu tertentu, situs Gua Debu telah yang tinggal di situs Gua Debu dan Gua Sidabong digunakan sebagai tempat tinggal atau hunian mempunyai teknik pengenalan sumber bahan manusia prasejarah pada masa lalu. Siapa makanan yang nyaris sama, dan teknik manusia prasejarah itu, belum ada indikasi lain pembuatan alat batu yang sama, termasuk pada dalam penelitian yang sudah dilakukan selama bahan batuannya. Hal ini dapat dimaklumi karena ini, sehingga keberadaannya masih menjadi jarak kedua situs yang tidak terlalu jauh dan masih misteri. termasuk dalam wilayah operasional mereka Sementara situs gua yang potensial lainnya dalam berkelana mencari binatang buruan. adalah Gua Sidabong, yang berada di wilayah Kemungkinan besar, kedua kelompok manusia Kecamatan Halong. Secara umum, wilayah ini hidup pada masa yang sama. Untuk Kecamatan Halong mempunyai kawasan karst mengetahui kronologi pastinya kapan penghunian yang lebih luas jika dibandingkan dengan tersebut berlangsung diperlukan serangkaian kawasan karst yang ada di Kecamatan Tebing penelitian laboratoris yang teliti terutama terhadap Tinggi. Kawasan karst di Kecamatan Halong oleh sisa arang atau sisa-sisa pembakaran yang ada masyarakat setempat dijadikan “tempat keramat” pada kedua situs tersebut. yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang Potensi arkeologi prasejarah yang sudah dan sembarang waktu. Kondisi ini secara umum terbuka ini menjadi pedoman untuk melakukan menguntungkan bagi kelestarian dan pelestarian penelitian lanjutan tentang kebudayaan prasejarah kawasan karst yang ada, tetapi secara khusus yang pernah berkembang pada kawasan karst sedikit menghambat kegiatan penelitian yang Balangan pada masa lalu. Sementara hasil dilaksanakan, karena memerlukan negosiasi dan penelitian tentang inventarisasi gua-gua alam waktu yang khusus untuk dapat melakukan lainnya dapat dikembangkan menjadi objek penelitian di dalamnya. Kondisi hutan yang ada wisata alam dan minat khusus, karena mempunyai pun lebih natural dan asli jika dibandingkan nilai keindahan alam yang mempesona. dengan yang ada di Kecamatan Tebing Tinggi, Pengembangan wisata alam khusus penelusuran sehingga keberadaan pemandu sangatlah gua-gua ini sangat menjanjikan, dengan penting dalam penelusuran kawasan karst di pembangunan sarana dan prasarana wisata yang Kecamatan Halong. sesuai dan baik. Salah satu situs yang mempunyai potensi arkeologi adalah Gua Sidabong, yang berada di REKOMENDASI Gunung Sidabong. Hasil penggalian di Gua Sidabong memperlihatkan temuan seperti Rekomendasi yang diberikan pada fragmen kerang, fragmen tulang, fragmen kaca, pemerintah daerah Kabupaten Balangan adalah hematit, dan serpih. Jenis temuan yang mirip sebagai berikut. dengan yang ditemukan pada Gua Debu 1. Gua Debu yang berada pada kawasan (Kecamatan Tebing Tinggi), dengan jumlah yang karst di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi sedikit berbeda. Hal ini bisa terjadi karena Gua merupakan satu situs prasejarah yang Sidabong hanya di ekskavasi dengan sistem spit potensial. Situs Gua Debu merupakan sampai kedalaman sekitar 20 cm saja, sementara situs gua hunian dari masa preneolitik di Gua Debu sampai pada kedalaman 50 cm. dengan ciri khas budaya berupa alat batu Secara kualitas, artefak yang ditemukan pada seperti serpih, serut, bilah, dan batu inti. kedua situs mempunyai kemiripan baik dari segi

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 29 Tampaknya hunian atau pemanfaatan Gua untuk mengetahui fungsinya pada masa Debu berlangsung sampai pada masa lalu; sejarah, dengan indikasi temuan fragmen 3. Selain kedua situs gua di atas, gua-gua gerabah yang berelief tokoh manusia, lainnya yang sudah disurvei pada yang dikenal pada masa pengaruh kawasan karst Kabupaten Balangan agama Buddha. Oleh karena itu, situs Gua merupakan gua-gua alam yang sebagian Debu masih menyimpan misteri sejarah besar mempunyai panorama keindahan budaya yang perlu diteliti lebih lanjut; yang unik dan menarik. Hal inilah yang 2. Gua Sidabong pada kawasan karst di bisa dikembangkan oleh pemerintah wilayah Kecamatan Halong, merupakan daerah Kabupaten Balangan sebagai situs gua yang sangat mencurigakan. destinasi wisata baru, yaitu objek wisata Secara umum, hasil penggalian penja- alam penelusuran gua-gua (speleologi); jagan memang tidak menemukan banyak dan artefak batu, tetapi dari singkapan tanah 4. Kawasan karst di wilayah Kecamatan akibat penggalian liar memperlihatkan Halong belum semuanya dapat beberapa alat batu di dalamnya. Oleh dikunjungi dan disurvei, sehingga karena itu, situs ini perlu diteliti lebih lanjut kegiatan inventarisasi lanjutan di wilayah ini masih sangat diperlukan.

30 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan Tabel 3 Daftar Gua-gua yang sudah diteliti 2015-2016

No. Nama Lokasi artefaktual Keterangan 1. Gua Pakasayan Halong Tidak ada Gua yang dikeramatkan sebagai tempat mandi dan cuci rambut 2. Gua Batu Batulis Halong Tidak ada Tespit yang dilakukan menunjukkan indikasi hunian temuan prasejarah yang cukup potensial permukaan 3. Ceruk Batu Batulis Halong Tidak ada Ceruk alam yang kondisinya kering 4. Gua Kandang Kerbau Halong Tidak ada Gua yang sangat lembab karena ada mata air di dalamnya 5. Gua Bantai Halong Tidak ada Gua yang ada tempat sesaji di bagian dalamnya, dihubungkan dengan legenda Si Jarang 6. Liang Hajang Halong Tidak ada Gua yang kering dan terdapat pada lereng yang cukup tinggi 7. Gua Kelelawar Halong Tidak ada Gua yang cukup tinggi dan menjadi sarang kelelawar 8. Gua Belawan Halong Tidak ada Gua dengan lorong berkelok-kelok, dan mempunyai sumber air jernih di dalamnya 9. Gua Sidabong Halong Alat batu, Situs hunian prasejarah yang sudah terganggu oleh fragmen tulang aktivitas penambangan kotoran kelelawar (guano) binatang 10. Ceruk Beringin Halong Tidak ada Ceruk kecil 11. Liang Karewo Halong Tidak ada Gua yang cukup besar, di dalamnya terdapat sebuah batu yang bentuknya mirip tanduk kerbau yang dikeramatkan oleh penduduk. 12. Gua Berangin Tebing Tinggi Fragmen Temuan fragmen gerabah di sini mungkin berasal dari gerabah Gua Debu yang ada di atasnya 13. Ceruk Kaluhur Tebing Tinggi Tidak ada Ceruk panjang yang nyaman 14. Gua Landak Tebing Tinggi Tidak ada Gua dengan lorong panjang dan tembus ke Gua Naga 15. Ceruk Landak 1 Tebing Tinggi Tidak ada Ceruk kecil yang kering 16. Ceruk Landak 2 Tebing Tinggi Tidak ada Ceruk kecil yang berada pada lereng yang cukup tinggi 17. Ceruk Landak 3 Tebing Tinggi Tidak ada Ceruk kecil yang lembab dan gelap 18. Gua Naga Tebing Tinggi Tidak ada Pada teras gua permukaan tanahnya penuh sisa-sisa pertambangan batu kapur 19. Gua Sugi Tebing Tinggi Tidak ada Ceruk kecil yang datar dan kering 20. Gua Pagat Tebing Tinggi Tidak ada Gua yang cukup luas dengan kondisi kering, tetapi sudah rusak akibat pertambangan batu kapur 21. Gua Kurang Tahu Tebing Tinggi Tidak ada Gua dengan kondisi yang lembab 22. Gua Alupun Tebing Tinggi Tidak ada Dua buah gua yang letaknya berurutan. Keduanya menjadi sarang kelelawar 23. Gua Aung-aung Tebing Tinggi Tidak ada Gua yang cukup kering dan nyaman 24. Gua Berangin (G. Hantanung) Tebing Tinggi Tidak ada Gua yang bagus dengan lorong dan muara gua yang cukup banyak. Sayang jalan mencapai gua sangat terjal

25. Gua Debu Tebing Tinggi Alat batu, Situs hunian prasejarah yang potensial di Tebing Tinggi fragmen tulang

Potensi Arkeologi di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan-Bambang Sugiyanto (15-32) 31 DAFTAR PUSTAKA

BPS Balangan. 2014. Kabupaten Balangan Dalam bekerjasama dengan Sekretariat Daerah Angka. Balangan: Paringin: BPS Kabupaten Kabupaten Balangan. Balangan. -——-. 2015. “Studi Potensi Arkeologi Karst di Djafar, Hasan. 2010. Kompleks Percandian Kabupaten Balangan”. Banjarbaru: Balai Batujaya: Rekonstruksi Sejarah Kebu- Arkeologi bekerjasama dayaan Daerah Pantai Utara Jawa Barat. dengan Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung: Penerbit Kiblat Buku Utama. Balangan. Ferdinandus, P.E.J. 1998. “Meterai-meterai Tanah Wasita, Hartatik, dan Gunadi. 2004. “Penelitian Liat dari Situs Blandongan”. Hlm. 185-190, Eksplorasi Kawasan Karst di Kabupaten dalam Dinamika Budaya Asia Tenggara – Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Pasifik dalam Perjalanan Sejarah, editor Selatan, Kalimantan Selatan”. Laporan Tony Djubiantono. Bandung: Ikatan Ahli Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Indonesia. Arkeologi Banjarmasin. Santiko, Hariani. 2003. “Perkembangan Awal Widianto, Harry, Truman Simanjutak, dan Budianto Agama-agama di Indonesia”. Hlm. 41-48 Toha. 1997. “Ekskavasi Situs Gua Babi, dalam Katalog Pameran: Fajar Masa Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan”. Sejarah Indonesia, editor Endang Srihidiati. Berita Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Jakarta: Proyek Pengembangan Museum Banjarmasin (1):1-47 Nasional. Widianto, Harry dan Retno Handini. 2003. Simanjuntak, Harry, Retno Handini, dan Bagyo “Karakter Budaya Prasejarah di Situs Gua Prasetyo (Penyunting). 2004. Prasejarah Babi: Mekanisme Hunian Gua Prasejarah Gunung Sewu. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Pasca-Plestosen”. Berita Penelitian Indonesia. Arkeologi Balai Arkeologi Banjarmasin (13): Tim Penelitian. 2013. “Penelitian Situs-situs 1-91. Budaya di Kabupaten Balangan”. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin

32 Kindai Etam Vol. 3 No.1 November 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan