BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0

© Penerbit Kepel Press

Penyunting/Penyelaras: Sudartomo Macaryus Yoga Pradana Wicaksono Nur Indah Sholikhati Ermawati

Desain Sampul: Winengku Nugroho Desain Isi: Safitriyani

Cetakan Pertama, 2019 Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa dan HISKI Komisariat UST-UTY bekerjasama dengan Penerbit Kepel Press Arsita A-6, Jl. Kalimantan Ringroad Utara, Yogyakarta Telp: (0274) 884500; Hp: 081 227 10912 email: [email protected] Anggota IKAPI ISBN : 978-602-356-262-6 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku, tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.

Percetakan Amara Books Isi diluar tanggung jawab percetakan Daftar Isi | xvii

DAFTAR ISI

Sekapur Sirih Penyunting/Penyelaras...... v Sekapur Sirih Dekan FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta...... ix

Sekapur Sirih Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta...... xiii

WACANA UTAMA

Sastra di Tengah Budaya Teknologis dan Imperatif Pembelajarannya • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti...... 3

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada “Era Masyarakat 5.0 (Society 5.0)” • Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd...... 13

WACANA KEBAHASAAN

Seruan dalam Tuturan Masyarakat Berbahasa Jawa • Basuki ...... 33

Campur Kode dalam Media Sosial Instagram • Tuty Kusmaini...... 53

Gastronomi : Ruang Konservasi Bahasa • Ermawati, Sudartomo Macaryus, dan Bambang Dwiratno.... 65

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Media Sosial • Vita Nirmala...... 81

ISBN 978-602-356-262-6 xviii | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0

Preposisi dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Bentuk dan Perilaku Semantisnya • Nusarini dan Desy Rufaidah...... 89

Kearifan Lokal: Ritual Gumbregan di Desa Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul • Krisma Dewi...... 103

Penggunaan Kosakata Metaforis pada Konstruksi Berita Korupsi di Jawa Pos (Kajian AWK Fairclough) • Nur Indah Sholikhati ...... 117

Pemanfaatan Bahasa Keterangan (Caption) dalam Youtube untuk Meningkatkan Jumlah Viewer dan Subscriber • Yoga Pradana Wicaksono dan Titis Kusumaningrum Witdaryadi Putri...... 129

Integrasi Penafsiran Undang-Undang Dasar dan Pengambilan Vonis Hukum di Indonesia Era Society 5.0 • Oky Widyantoro...... 145

Analisis Wacana Tindak Tutur, Implikatur, dan Pelanggaran Maksim Percakapan Humor dalam Akun Instagram Tahilalats • Die Bhakti Wardoyo Putro dan Desy Rufaidah ...... 157

WACANA KESASTRAAN

Relevansi Pendidikan Karakter dalam Novel Canting dengan Revolusi Industri 5.0 • Wijaya Heru Santosa...... 1471

Industri Kreatif Pariwisata Berbasis Kutipan Sastra sebagai Implikasi Budaya Self Presentation Generasi Milenial • Novia Anggraini...... 187

Kritik Posthuman: Penjelajahan Awal dalam Sastra Indonesia • Joko Santoso...... 197

ISBN 978-602-356-262-6 Daftar Isi | xix

Masalah-Masalah Sosial Di Era Milenial Dalam Cerpen Di Situs Basabasi.Co • Marlinda Ramdhani...... 207

Nilai Pendidikan Karakter Ala Gus Mus dalam Kumpulan Puisi Aku Manusia • Widowati ...... 217

Sastra Tutur Komering Betung Okut Sumatera Selatan: Hiring-Hiring sebagai Keseimbangan Emosi dalam Media Digital • Yeni Afrita...... 237

Dekonstruksi Perempuan Jawa Ideal dalam Novel Roro Jonggrang Karya Budi Sardjono • Sri Wahyuningtyas...... 251

Mimikri dan Resistensi Pribumi terhadap Kolonialisme dalam Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Poskolonial • Rudian Noor Dermawan dan Joko Santoso...... 263

WACANA PEMBELAJARAN

Keterpaduan Pembelajaran Membaca dan Menulis • Siti Rochmiyati ...... 295

Implementasi Model Investigasi Sosial pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Berkonteksi Kearifan Lokal • Hany Uswatun Nisa dan Agnes Apryliana...... 309

Implementasi Modul Menulis Karangan Berbasis Strategi Think-Talk-Write • Agnes Apryliana dan Hany Uswatun Nisa...... 321

Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Media Digital • Desy Rufaidah dan Die Bhakti Wardoyo P...... 333

ISBN 978-602-356-262-6 xx | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0

Media Pembelajaran Iquiz Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Menghadapi Era Digital • Sigit Pambudi dan Ibnu Romadhon...... 343

Pembelajaran Sastra Digital dalam Perspektif Teknologi 5.0 • Rizky Putri Permatasari...... 355

Teknologi Digital sebagai Tantangan dan Peluang • Sudartomo Macaryus...... 367

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 65 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno GASTRONOMI JAJAN PASAR: RUANG KONSERVASI BAHASA

Ermawati, Sudartomo Macaryus, dan Bambang Dwiratno FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta [email protected]; [email protected]

Abstrak

Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran gastronomi sebagai ruang konservasi bahasa. Gastronomi adalah kajian budaya berfokus pada kuliner. Masyarakat Jawa mengenal keragaman makanan yang lazim disebut jajan pasar. Jajan pasar merupakan himpunan beragam jenis makanan yang dijual di pasar tradisional. Nama jajan pasar mengasumsi bahwa jenis makanan yang dijajakan adalah makanan tradisional. Bahan dasar makanan tradisional berasal dari hasil bumi lokal. Data lapangan diperoleh melalui observasi, partisipasi, dan wawancara mendalam dengan informan terpilih, yaitu pedagang dan pembuat jajan pasar. Dengan demikian terdapat rantai internalisasi leksikon sebagai ruang konservasi bahasa lokal. Rantai internalisasi yang dimaksud mulai dari nama makanan, bahan, pemanfaatan, dan cara pembuatannya. Rantai internalisasi tersebut sekaligus menjadi ruang internalisasi budaya lokal untuk mendekatkan pembelajar pada lingkungan alam, sosial, dan budayanya. Proses internalisasi berpotensi dilakukan secara verbal lisan atau praktik aktivitas. Cara praktik aktivitas berpotensi mengembangkan keterampilan memproduksi industri kreatif kuliner. Tulisan ini difokuskan pada bahan jajan pasar yang dijual di pasar tradisional.

Kata kunci: bahasa, internalisasi, konservasi, lingkungan, pembelajar

ISBN 978-602-356-262-6 66 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0

PENDAHULUAN

Secara etimologis, istilah gastronomi berasal dari bahasa Yunani gaster ‘perut’ dan nomas ‘hukum’. Secara bebas, gastronomi berarti praktik atau seni memilih, memasak, dan menikmati kelezatan masakan berupa makanan dan minuman. Pandangan lain menyatakan bahwa gastronomi merupakan studi budaya berbasis makanan dan minuman. Gilleisole (2001:235; Krisnadi, 2018:384; Santich, 2016; Ketaren, 2017) menyatakan bahwa gastronomi atau tata boga sebagai seni atau ilmu makanan sehat (good eating). Tujuan dari keahlian dan seni memasak adalah menjaga kesehatan manusia dengan nutrisi terbaik, memberikan kenikmatan hidup melalui kelezatan makanan, dan memastikan makanan dan minuman diproduksi di lingkungan yang higienis dan siap dikonsumsi dengan cara tertentu yang akan membahas kenikmatan dan visual. Semua itu merupakan topik studi tentang keahlian memasak (Sormaz, dkk., 2016:726). Pamantung (2015) dalam disertasinya, berjudul ”Taksonomi Nomina Aspek Makanan dan Minuman Khas Minahasa dalam Bahasa Melayu ” membahas penamaan makanan dan minuman pada masyarakat Minahasa. Identifikasi diformulasikan berdasarkan mitos cerita rakyat yang memiliki simbol dan nilai mitis yang berfungsi dan bermakna sebagai konsep budaya Minahasa. Komponen makna yang muncul pada perangkat leksikal atau satuan leksikal adalah bahan dasar makanan, lokasi pembuatan, dan pemakaian bahasa lokal di Minahasa (Pamantung, 2015). Pada artikel lain, Pamantung (2017) menyampaikan bahwa satuan lingual nama makanan dan minuman khas Minahasa yang sering muncul adalah leksikon, rica, pangi, bubur, bobengka, sende’’en, pongkor, kolombeng, dan binyolos. Secara metaforis nama makanan dan minuman khas Minahasa cenderung bersifat negatif sebagai perbandingan terhadap alat tubuh manusia dan acara syukuran di wilayah Minahasa. Pada masyarakat Bata Karo terdapat nama olahan terites (Purba, dkk., 2018:116) yang menunjuk pada bahan yang sudah melampaui proses masuk ke dalam perut besar binatang memamah biak, akan tetapi belum sampai dicerna.

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 67 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno Istilah jajan pasar ‘membeli (di) pasar’ terdiri dua leksikon jajan ‘membeli’, lazimnya yang dibeli adalah makanan dan pasar ‘pasar’ menunjuk tempat bertemu dan berkumpulnya penjual dan pembeli dalam jumlah banyak. Istilah jajan pasar menunjuk berbagai makanan olahan tradisional yang dijual di pasar tradisional. Jajan pasar lazimnya menggunakan bahan-bahan lokal dan dialah secara tradisional. Secara kultural jajan pasar kemudian juga menjadi bagian dari ritual, khususnya sesaji pada saat perhelatan, seperti pengantin, bersih desa, syukuran, ulang tahun desa, dan pergelaran wayang. Kelengkapan jajan pasar kemudian juga berkembang dengan penambahan berbagai buah-buahan yang dijual di pasar, seperti jambu, jeruk, pisang, nanas, kedondong, dan bengkuang. Dalam tulisan ini jajan pasar difokuskan pada nama bahan makanan olahan yang dijual di pasar tradisional.

Konservasi Bahasa Istilah konservasi bahasa yang juga lazim disebut pelestarian mengandung tiga kegiatan yaitu perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Perlindungan terutama diperlukan pada bahasa yang sudah mengkhawatirkan atau lazim disebut endangered languages. Bahasa dikategorikan dalam kondisi mengkhawatirkan ditentukan berdasarkan jumlah penutur, sebaran usia penutur, sikap penutur bahasa, dan ranah penggunaan bahasa. Tulisan ini memfokuskan kajian pada makanan tradisional yang lazim disebut dengan istilah jajan pasar. Dengan menempatkan gastronomi sebagai praktik atau seni memilih, memasak, dan menikmati kelezatan masakan (makanan dan minuman). Gastronomi merupakan salah satu ranah penggunaan bahasa, khususnya bahasa Jawa yang berpotensi sebagai ruang konservasi bahasa. Khususnya dalam hal leksikon, gastronomi jajan pasar berpotensi menyimpan nama makanan, bahan yang digunakan, cara pembuatan, dan manfaat. Bahan untuk membuat makanan pun memiliki beberapa karakteristik, seperti bahan pokok dan bahan tambahan. Bahan pokok ada yang berupa bahan mentah, seperti singkong, jagung, ubi, dan kentang. Akan tetapi, bahan ada yang sudah mengalami pengolahan terlebih dahulu, seperti gaplek, tapioka,

ISBN 978-602-356-262-6 68 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0 maisena, dan sagu. Dengan demikian pemrosesan dari bahan mentah ke pengolahan tahap pertama juga berpotensi memperkaya leksikon bahasa Jawa. Fenomena menarik terjadi di Kazakhstan. Penelitian terhadap leksikon gastronomi yang dilakukan Nurgul dkk. (2013:342) menunjukkan adanya adaptasi dan nama-nama baru cenderung diserap secara penuh. Ia melakukan penelitian terhadap nama-nama sayuran dan buah, seperti tampak pada bagan berikut.

Bagan 1. Daftar Leksikon Gastronomi pada Bahasa Kazakhstan (Nurgul dkk., 2013:338)

No Leksikon Leksikon asing kurang Leksikon agak Leksikon akrab Baru akrab akrab artichoke ‘nama bunga 1 mangostin yang bila belum mekar papaya ‘pepaya’ orange ‘jeruk’ ‘manggis’ seperti nanas’ pecan kohlrabi ‘nama sayuran pineapple 2 ‘kemiri’ seperti lobak’ broccoli ‘brocoli’ ‘nanas’ tamarillo 3 ‘terong garden cress ‘sayuran avocado ‘alpukat’ eggplant belanda’ sejenis selada ‘terong’ sweet 4 potato ‘ubi litchi ‘leci’ cashew ‘biji mete’ banana jalar’ ‘pisang’ kiwi ‘nama 5 passion fruit bush pumpkin ‘blewah’ dates ‘kurma’ sejenis buah ‘maskisa’ beri’ ‘daun 6 bawang’ pomelo ‘jeruk bali’ coco ‘kelapa’ persimmon 7 asparagus ‘asparagus’ ‘buah genit’ 8 lemon ‘lemon’ mango 9 ‘mangga’ tangerine 10 ‘jeruk sitrun 11 filbert ‘kenari’

Faktor penentu keakraban adalah keseringan mengonsumsi sayuran dan buah tersebut. Nama sayuran dan buah yang menjadi bagian dari konsumsi sehari-hari akan semakin akrab. Bahkan ada beberapa nama yang tidak dikenal, seperti leek ‘daun bawang’, sweet

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 69 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno potatos ‘ubi jalar’ tidak dikenal oleh kaum perempuan, sedangkan asparagus ‘asparagus’ tidak dikenal oleh kaum laki-laki. Nama-nama sayuran dan buah tersebut berpotensi sebagai materi pelajaran untuk memperkenalkan lingkungan terhadap pembelajar. Pengembangan pengenalan berpotensi dilakukan dengan mengeksplorasi jenis lahan, pupuk, hama, manfaat, dan nama bagian-bagian (tumbuhan, bunga, buah). Bertolak dari hasil riset Nurgul, pengembangan pengenalan leksikon gastronomi jajan pasar berpotensi dilakukan dengan mengeksplorasi leksikon bahan, cara memasak, manfaat, dan alat. Dalam tulisan ini, fokus kajian terdapat pada bahan makanan jajan pasar.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode etnolinguistik yang diawali dengan menghimpun data dari sumber pustaka berupa laporan penelitian, artikel, berita, dan buku. Data dari sumber pustaka dilengkapi data lapangan yang diperoleh melalui observasi, partisipasi, dan wawancara mendalam dengan informan terpilih, khususnya penjual jajan pasar dan produsen jajan pasar. Setelah melalui tahap identifikasi dan klasifikasi, interpretasi data dilakukan dengan kecenderungan bahan jajan pasar. Nama sebagai tipikal berpotensi diperluas berdasarkan bahan, menjadi tapai ketan. Nama singkong sebagai bahan berpotensi diperluas berdasarkan cara pengolahan, menjadi singkong rebus, singkong goreng. Berbagai gejala penamaan tersebut dapat dilihat pada uraian selanjutnya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari kajian, terdapat fenomena yang menarik yaitu terjadi kecenderungan bahan yang digunakan oleh pembuat yaitu berbahan dasar dari alam. Dengan mengambil bahan dasar dari alam sehingga tidak diperlukan waktu yang ekstra untuk memperolehnya. Bahan dari jajanan pasar tersebut dibagi menjadi dua: bahan pokok atau bahan mentah dan bahan jadi (telah melalui proses). Dari data yang diperoleh di pasar wilayah Yogyakarta, ditemukan terdapat

ISBN 978-602-356-262-6 70 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0 empat belas bahan dari 104 variasi jajanan pasar. Keempat belas bahan tersebut di antaranya: berasal dari beras, umbi, biji, pohon, dan buah. Bahan dasar jajanan pokok yang berasal dari beras meliputi: beras ketan, beras; bahan dasar dari umbi-umbian diantaranya: singkong, ubi, enthik, kentang; bahan yang berasal dari biji diantaranya: biji gandum (terigu), jagung, kedelai, kacang; bahan dasar dari pohon meliputi onggok, kelapa, rumput laut; serta bahan yang berasal dari buah diantaranya: pisang. Bahan dasar dari alam tersebut diantaranya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Bagan 2. Data Nama Jajan Pasar, Bahan Dasar, dan Proses Pembuatan

Bahan Bahan Bahan mentah/ Proses No Dasar Pelengkap bahan Nama Jajanan Pembuatan olahan , Jenang Tepung Abang, Jenang Alot 1. Beras Kelapa Beras lepon, Kipo, Direbus Ketan Ketan Thailand Lopis, Mendut, Moto Kebo. Getas Disangrai Awuk-awuk, , wajik sompil, wajik Kelapa Beras gurih, jadah, jadah- Dikukus Ketan tiwul, ketan, ireng , ketan Jenang Krasikan Digoreng Dibakar/ Wajik Bakar Dipanggang Onde-onde Kumbu Disangrai Yangko Direbus Entog-entog beras, 2. Beras Kelapa Tepung Ayu, Dikukus Beras munten, kukus Kelapa Coro, , apem Disangrai Peyek, bandos, Kelapa adrem Digoreng Dibakar/ Kelapa Sagon Dipanggang Kelapa Meniran, /utri Direbus Kelapa Beras Arem-arem, Dikukus

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 71 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno

Bahan Bahan Bahan mentah/ Proses No Dasar Pelengkap bahan Nama Jajanan Pembuatan olahan - legendar Dikukus Tepung Singkong 3 Singkong Kelapa atau Cetil, Monte Dikukus tepung kanji Geblek Direbus pentil - - Mides Direbus- Mie lethek Digoreng

Singkong Gatot Kelapa kering/ Tiwul Dikukus Gaplek Tiwul Ayu

Manggleng Digoreng biasa, gethuk Kelapa Singkong lindri, Sawut/pasrah, Direbus lemet, merdeka. Gethuk Alot, growol, Cothot, Tape Dikukus Cemplon Digoreng Tepung 4 Ubi Beras Ubi ungu Kue Kukus Ubi Ungu Dikukus Kelapa Ubi Grubi Digoreng Direbus Kelapa Ubi Timos Digoreng Kelapa Ubi Direbus Dikukus- Terigu Ubi Donat Ubi Digoreng Biji Tepung Galundeng, Onde- 5 Gandum - Terigu onde pletek, Disangrai - Misoa Digoreng , terang Kelapa bulan, Terang Bulan Disangrai , resoles, - resoles mayo, Bolang Digoreng Baling, martabak Kue Pie Susu, kebab, Kelapa kue sus Dipanggang Tepung 6 Onggok Kelapa Sagu Ongol-ongol, Jenang Direbus (onggok) Monte

ISBN 978-602-356-262-6 72 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0

Bahan Bahan Bahan mentah/ Proses No Dasar Pelengkap bahan Nama Jajanan Pembuatan olahan Gula Jawa/ 7 Kelapa Gula Jawa Kelapa Telek kucing, geplak Direbus Kethak Legi, Kethak gurih. Disangrai Rumput Rumput -agar, 8 Laut Santan Laut Karangan Direbus , sale 9 Pisang Terigu Pisang pisang, molen Digoreng Tepung beras Pisang Sarang Gesing Dikukus Entog-entog jagung 10 Jagung Kelapa Jagung Blendung Direbus Terigu Bahwan Digoreng Tahu Susur, , Tahu 11 Kedelai Terigu Tahu , Tahu Pong, Digoreng Sarang Burung, Peyek dele. Direbus- Tahu Bacem dibacem 12 Kacang Kelapa Kacang Tempe Bengok Dikukus Tepung terigu Kacang Peyek kacang Digoreng Tepung Kacang terigu Hijau Dipanggang Tepung Kelapa Hunkwe Jentik Manis Direbus 13 Enthik Singkong Enthik Gethuk Entik Dikukus Dikukus 14 Kentang Terigu Kentang Donat Kentang Digoreng

Berdasarkan data dalam bagan 2. di atas, gastronomi jajan pasar berpotensi menyimpan leksikon bahan yang digunakan. Bahan untuk membuat jajanan juga mempunyai beberapa karakteristik, seperti bahan pokok dan bahan tambahan. Bahan pokok ada yang berupa bahan mentah dan bahan olahan. Pertama, bahan dasar beras ketan. Jajanan berbahan dasar beras ketan memiliki dua bentuk yaitu berupa bahan mentah beras ketan dan bahan olahan yaitu tepung beras ketan. Semua jajanan yang

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 73 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno berasal dari bahan beras ketan menggunakan bahan tambahan kelapa. Kelapa tersebut berupa parutan ataupun santan. Nama jajanan yang berasal dari tepung beras ketan diantaranya: dodol, jenang abang, jenang alot lepon, kipo, kue thailand, lopis, mendut, moto kebo, dan getas. Sementara, yang terbuat dari bahan mentah (beras ketan) terdapat nama jajanan awuk-awuk, wajik, wajik sompil, wajik gurih, wajik bakar, jadah, jadah-tiwul, ketan ireng lemper, ketan, jenang krasikan, onde-onde kumbu, dan yangko. Proses pengolahan melalui direbus, disangrai, dikukus, digoreng, dibakar, dipanggang, dan disangrai. Kedua, bahan dasar beras. Sama halnya dari bahan dasar beras ketan, sebagian besar jajanan berbahan dasar dari beras (tepung beras maupun beras) menggunakan bahan tambahan kelapa yang diparut maupun diambil santannya, kecuali jajanan legendar. Jajanan pasar yang berasal dari tepung beras, yaitu enthog-enthog beras, coro, serabi, apem, peyek, bandos, adrem, sagon, meniran, nagasari/utri, kue putu ayu, munten/tawonan, dan roti kukus. Kemudian, yang berasal dari beras di antaranya arem-arem dan legendar. Proses pembuatan jajanan tersebut melalui dikukus, disangrai, digoreng, dibakar/dipanggang, direbus, dikukus. Ketiga, bahan dasar singkong. Jajan yang berbahan dasar singkong mengkombinasikan bahan tambahan kelapa, kecuali satu jenis jajanan yaitu bakmi-an tidak menggunakan kelapa dalam proses pembuatannya. Bahan dasar singkong ini memiliki tiga bentuk bahan olahan: tepung singkong (kanji), singkong kering/gaplek, dan singkong biasa. Jajanan yang berbahan dari tepung singkong (kanji) ,yaitu: cetil, monte, geblek [gəblek], bakmi pentil [pentIl], mides, dan mie lethek [lətək]. Sementara yang berbahan olahan dari singkong kering/ gaplek yaitu: gatot, tiwul, tiwul ayu, dan manggleng. Di samping itu, jajanan berbahan dari singkong biasa di antaranya gethuk (biasa), gethuk lindri, sawut/pasrah, lemet, merdeka, gethuk alot, growol, cothot, tape, dan cemplon. Proses pembuatan bentuk olahan-olahan tersebut dengan cara dikukus, direbus, dan direbus-digoreng. Keempat, bahan dasar ubi. Dengan bahan dasar ubi, sebagian besar produsen menggunakan bahan tambahan kelapa, tetapi ada juga yang ditambah dengan tepung beras dan terigu. Jajanan pasar yang berasal dari bahan dasar ubi diantaranya: kue kukus ubi ungu, grubi,

ISBN 978-602-356-262-6 74 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0 timus, kolak, dan donat ubi. Makanan ini diproses dengan dikukus, digoreng, direbus-digoreng, direbus, dan dikukus-digoreng. Kelima, bahan dasar biji gandum (tepung terigu). Jajanan yang berasal dari tepung terigu ini dipadukan dengan kelapa atau sebagian disesuaikan dengan selera isinya. Jajanan yang berasal dari gandum (tepung terigu) meliputi galundheng, ondhe-ondhe plethek, misoa, dadar gulung, terang bulan, pastel, risoles, risoles mayo, bolang baling, martabak, kue pie susu, kebab, kue sus, terang bulan. Proses pembuatan makanan denga bahan dasar tepung terigu ini melalui disangrai, digoreng, dipanggang. Keenam, bahan dasar onggok. Jajanan yang berasal dari onggok ini dipadukan dengan bahan tambahan dari kelapa yang dibuat santan maupun diparut. Jajanan tersebut adalah ongol-ongol dan jenang monte. Proses pembuatannya dengan cara direbus. Ketujuh, bahan dasar kelapa. Makanan yang berbahan dasar kelapa ini, proses pengolahannya ditambahi dengan gula jawa. Jajanan yang berbahan dasar kelapa di antaranya: geplak gula jawa/ telek kucing, geplak, kethak legi, dan kethak gurih. Jajanan pasar ini diolah dengan cara direbus dan disangrai. Kedelapan, bahan dasar rumput laut. Jajan pasar berbahan dasar rumput laut di antaranya agar-agara dan karangan. Agar-agar memiliki bentuk beragam, bergantung bentuk cetakan yang dipakai. Namun, ada juga yang tanpa dicetak tetapi dipotong. Makanan karangan dipadankan dengan kethak ketika hendak menikmati. Agar- agar dan karangan ini biasanya menggunakan bahan tambahan berupa santan kelapa atau parutan kelapa yang dibuat melalui proses direbus. Kesembilan, bahan dasar pisang. Pada dasarnya, bahan dasar pisang tidak dapat berdiri sendiri. Bahan dasar pisang biasanya lebih banyak dibandingkan dengan bahan tambahannya. Bahan tambahan yang digunakan biasanya tepung terigu dan tepung beras. Jajanan yang terbuat dari pisang dan dikombinasikan dengan tepung beras dan tepung terigu di antaranya pisang goreng, sale pisang, molen, dan sarang gesing. Proses pengolahan makanan tersebut melalui dikukus dan digoreng.

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 75 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno

Kesepuluh, bahan dasar jagung. Jajajan yang berbahan dasar jagung biasa dikombinasikan dengan bahan tambahan tepung terigu dan kelapa. Makanan tersebut di antaranya enthog-enthog jagung, blendhung, dan . Proses pembuatannya dengan direbus dan digoreng. Kesebelas, bahan dasar kedelai. Jajanan yang berasal dari kedelai (tahu) biasanya dikombinasikan dengan bahan tambahan tepung terigu. Jajanan berbahan kedelai di antaranyan tahu susur, mendoan, tahu bakso, tahu pong, sarang burung, peyek dele, dan tahu bacem. Semua jajanan tersebut diproses melalui digoreng kecuali tahu bacem. Keduabelas, bahan dasar kacang. Jajanan yang berasal dari bahan dasar kacang ini dapat berupa kacang bengok, kacang tanah, kacang tanah biasanya ditambah dengan bahan tambahan kelapa dan tepung terigu. Pembuat biasanya membuat jajanan yang berasal dari kacang dengan menambah bahan lainnya, di antaranya tempe benguk, peyek kacang, bakpia, dan jentik manis. Proses pembuatannya melalui dikukus, digoreng, dipanggang, dan direbus. Ketigabelas, bahan dasar enthik. Jajanan yang berasal dari enthik ini adalah gethuk enthik. Dengan warna enthik putih dan diproses melalui dikukus gethuk ini mempunyai tekstur lebih padat. Keempat belas, bahan dasar kentang. Jajanan yang berasal dari kentang biasanya dibuat dengan menambahakan bahan tepung terigu, misalnya: donat kentang. Proses pembuatan donat kentang ini melalui dikukus-digoreng. Berdasarkan himpunan leksikon bahan jajan pasar di atas, pembelajaran bersumber pada lingkungan sebagai ruang konservasi budaya sangat penting. Hal tersebut senada dengan ungkapan Julismin (2009:77), lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat penting. Alam merupakan sumber belajar yang tidak pernah habis, dengan memanfaatkan alam sebagai sumber belajar berarti menggunakan sumber yang telah tersedia di sekitar kita yang dapat diperoleh secara mudah dan murah. Lebih lanjut diungkapkan oleh Andriyanto (2017:11) lingkungan sebagai sumber belajar sebagai kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup, (termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya) sehingga memungkinkan

ISBN 978-602-356-262-6 76 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0 anak usia dini untuk belajar tentang informasi, orang, bahan, dan alat. Lingkungan itu terdiri atas unsur-unsur lingkungan hidup, benda mati, dan budaya manusia. Dengan demikian, leksikon bahan jajan pasar dapat direkomendasikan sebagai bahan pembelajaran untuk mendekatkan pembelajar pada lingkungan alam dan budaya manusia. Jika diinternalisasikan dalam kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud Tahun 2016 Nonor 24, leksikon bahan jajar pasar dapat digunakan sebagai bahan ajar tambahan di beberapa KI/ KD SMP maupun SMA. Hal tersebut dipaparkan sebagai berikut. Pertama, KD 3.1. 3.2 dan 4.1. 4.2 kelas VII mengenai penyajian data, gagasan, kesan dalam bentuk teks deskripsi tentang objek (sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni daerah) secara tulis dan lisan dengan memperhatikan struktur dan aspek kebahasaan baik secara lisan dan tulis. Kedua, KD 3.5. 4.5 dan 3.6. 4.6 kelas VII tentang identifikasi dan penyimpulan isi teks prosedur tentang cara memainkan alat musik daerah, tarian daerah, cara membuat cinderamata, dan/atau kuliner khas daerah) yang dibaca dan didengar. Ketiga, KI 3.5. 4.5. dan 3.6. 4.6. kelas VII mengenai identifikasi, penyajian gagasan dan pendapat ke dalam bentuk teks eksposisi artikel ilmiah popular (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dll) secara lisan dan tertulis dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, dan aspek lisan. Keempat, KD 3.9. 4.9 dan 3.10. 4.10 di kelas VIII dalam hal menyajikan informasi dan data dalam bentuk teks eksplanasi proses terjadinya suatu fenomena secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, unsur, kebahasaan, atau aspek lainnya. Kelima, KD 3.1. 4.1 dan 4.1. 4.2 kelas IX yaitu membahas penyajian tujuan, bahan/alat, langkah dan hasil dalam laporan percobaab secara tulis dan lisan dengan memperhatikan kelengkapan data, struktur, aspek, kebahasaan, dan aspek lisan. Keenam, KD. 3.1.3.2 dan 4.1.4.2 kelas X tentang mengontruksi-kan teks laporan dengan memperhatikan isi dan aspek kebahasaan baik lisan maupun tulis. Ketujuh, 3.4. 4.4 dan 3.5. 4.5 kelas X mengonstruksi teks eksposisi dengan memperhatikan isi (permasalahan, argument, pengetahuan, dan rekomendasi), struktur, dan kebahasaan. Kedelapan, KD. 3.1. 3.2

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 77 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno dan 4.1 .4.2 kelas IX tentang pengembangan teks prosedur dengan memperhatikan hasil analisis terhadap isi, struktur, dan kebahasaan. Kesembilan, KD 3.3. 4.3. dan 3.4. 4.4 kelas IX ikhwal mengonstruksi, informasi (pengetahuan dan urutan kejadian) dalam teks eksplanasi secara lisan dan tulisan dilanjutkan dengan memproduksi teks eksplanasi. Kesepuluh, KD 4.10 kelas XII tentang mengontruksi sebuah artikel dengan memperhatikan fakta dan kebahasaan. Pembelajaran di era 5.0 menuntut pembelajar dan pendidik untuk mengoptimalkan perpaduan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Untuk itu, pembelajar dapat menuliskan karyanya di dalam suatu wadah yang telah disediakan oleh pendidik secara pribadi maupun pihak sekolah. Pendidik dapat meminta siswa untuk mengunggah proyek tulisannya di sosial media seperti status WA, instragam, facebook, twitter, bahkan memublikasikannya dalam bentuk youtube. Sebaliknya, pendidik dapat menjadikan teks leksikon bahan jajan pasar ini sebagai bahan tambahan (slupenmentary) dalam proses pembelajaran kemudian memublikasinya dalam media sosial dan youtube. Dari pihak institut/ sekolah, sekolah dapat menyediakan link khusus yang masuk di dalam web sekolah untuk menampung karya pembelajar.

SIMPULAN

Uraian di atas menunjukkan bahwa dari 104 varian jajan pasar, ditemukan lima sumber bahan pokok yaitu beras, umbi, biji, pohon, dan buah. Lima sumber bahan pokok tersebut dikategorikan ke dalam 14 bahan dasar. Bahan dasar dari beras meliputi: beras ketan, beras; bahan dasar dari umbi-umbian di antaranya: singkong, ubi, enthik, kentang; bahan dasar yang berasal dari biji di antaranya: biji gandum (terigu), jagung, kedelai, kacang; bahan dasar berasaal dari pohon meliputi onggok, kelapa, rumput laut; serta bahan dasar yang berasal dari buah yaitu pisang. Dengan bahan dasar yang sama dan sebagaian ditambah dengan bahan tambahan proses pembuatan jajanan dapat melalui direbus, dikukus, digoreng, disangrai, dipanggang, dan direbus-dibacem. Persentase terbesar jajan pasar diproses melalui dikukus.

ISBN 978-602-356-262-6 78 | BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT 5.0

Jajan pasar dapat mendekatkan pembelajar pada lingkungan alam. Leksikon jajanan pasar dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis teks dalam kurikulum 2013 ke dalam sepuluh jenis teks di KI/ KD SMP maupun SMA, diantaranya pertama, KD 3.1.3.2 dan 4.1.4.2 kelas VII; kedua, KD 3.5.4.5 dan 3.6.4.6 kelas VII; ketiga, KI 3.5.4.5. dan 3.6 dan 4.6. kelas VII; keempat, KD 3.9.4.9 dan 3.10. 4.10 di kelas VIII; kelima, KD 3.1.4.1 dan 4.1.4.2 kelas IX; keenam, KD. 3.1.3.2 dan 4.1.4.2 kelas X; ketujuh, 3.4.4.4 dan 3.5.4.5 kelas X; kedelapan, KD. 3.1.3.2 dan 4.1.4.2 kelas IX; kesembilan, KD 3.3.4.3. dan 3.4.4.4 kelas IX; dan kesepuluh, KD 4.10 kelas XII. Proyek tulisan yang telah dikembangkan oleh pembelajar dapat dipublikasikan di sosial media seperti status WA, instragam, facebook, twitter, bahkan memublikasikannya dalam bentuk youtube. Sebaliknya, pendidik pun dapat menjadikan teks leksikon bahan jajan pasar ini sebagai bahan tambahan (slupenmentary) selanjutnya memublikasinya dalam media sosial dan youtube

DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, Dedi. 2011. Memanfaatkan Lingkungan Sekitar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Dirjen PAUD Nonformal dan Formal Kementrian Pendidikan Nasional. Gilleisole. 2001. Psikologi Umum. : Bumi Aksara. Julismin. 2009. “Alam, Sumber Belajar yang Tidak Pernah Habis”. Jurnal Geografi. Vol.1 No.1 Agustus 2009. Ketaren, Indra. 2017. Gastronomi Upaboga Indonesia. Jakarta: IGA Press. Krisnadi, Antonius Rizki. 2018. “Gastronomi Makanan Betawi sebagai Salah Satu Identitas Budaya Daerah”. National Conference of Creative Industry: Sustainable Tourism Industry for Economic Development Universitas Bunda Mulia, Jakarta, 5-6 September 2018. Nurgul, Ismailova; Eleonora, Suleimenova; Renate, Belentschikow. 2013. “Foreign Gastronomic Lexicon in Linguistic Environment in the Conditions of Globalization”. Procedia-

ISBN 978-602-356-262-6 Gastronomi Jajan Pasar: Ruang Konservasi Bahasa | 79 ~ Ermawati, Sudartomo Macaryus dan Bambang Dwiratno

Social and Behavioral Sciences 105 (2013) 333–343. doi: 10.1016/j. sbspro.2013.11.035. Pamantung, R. 2015. “Taksonomi Nomina Makanan dan Minuman Khas Minahasa”. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Pamantung, Rina P. 2017. “Metafora Nama Makanan dan Minuman Khas Minahasa”. Dalam Jurnal Tutur. Vol 3. No. 2. Agustus 2017. Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal. Peraturan Menteri Tahun 2016 Nomor 24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMA/ SMK/ MA/ MAK. Peraturan Menteri Tahun 2016 Nomor 24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMP/ MTs. Purba, Endang C.; Silalahi, Marina; Nisyawati. 2018. “Gastronomic ethnobiology of terites‒ a traditional Batak Karo medicinal food: A ruminant’s stomach content as a human food resource”. Journal of Ethnic Foods. 5 (2018) 114‒120. https:// doi.org/10.1016/j.jef.2018.06.002. Santich, B. 2014. “The Study of Gastronomy anf Its Relevance to Hospitality Education and Training Internasional”. Journal of Hospitality Management. 23(1), 15‒24. Sormaz, Umit; Akmese, Halil; Gunes, Eda; Aras, Sercan. 2016. “Gastronomy in Tourism”. Procedia Economics and Finance. 39 ( 2016 ) 725–730. doi: 10.1016/S2212-5671(16)30286-6.

ISBN 978-602-356-262-6