Kehidupan Beragama Di Desa Lelilef Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kehidupan Beragama Di Desa Lelilef Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 KEHIDUPAN BERAGAMA DI DESA LELILEF KECAMATAN WEDA TENGAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH PROPINSI MALUKU UTARA MUHAMAD NUR HANAFI NIM 110817003 ABSTRACT Indonesia is a state consisting of motley the community, nations, ethnic or social group, religion, and culture of various from the one with other regions coloring variety of culture A reality cannot be denied is ever happened a number of conflicts in various areas. Some the conflict has its own genealogy and its anatomy. Was triggered the different ethnic and gap, religion, political, and other foult line (SARA) problems. The Sawai community most embraced the Christian faith, and there are Islamic. Awareness of the diversity of in turn bring up attitude tolerant and attitude open to the existence and the presence of ethnic other. The community Lelilef adheres to the principles of local knowledge, to want a life together in realizing atmosphere safe, peaceful, from harmonious in the community. Philosophy fagogoru which means ngakure ra sai (fraternity), budi re bahasa (reason and language), sopan re hormat (polite and respect) timtat re mimoi (fear and shame). Therefore, this is being ground or foundation for the Lelilef to keep religious life, so they always live in climate safe, peace and prosperity (legae santuli). There are three factors for people who live in the Lelilef village in District Weda Tengah in social life the environmental factors, the historical, the language and another factor is religion and politics. Keywords: conflict, harmonious, tolerant. ISSN 1979-0481 1 PENDAHULUAN masyarakat sangat besar. Suatu kenyataan tak bisa dipungkiri Negara Indonesia adalah adalah pernah terjadi sejumlah sebuah negara yang terdiri dari konflik di beberapa daerah. beraneka ragam masyarakat, Misalnya : konflik di Kalimantan suku bangsa, etnis atau Barat, Maluku, Poso, Aceh, dan kelompok sosial, kepercayaan, Papua, sejumlah konflik itu agama, dan kebudayaan yang memiliki geneologi dan berbeda-beda dari daerah satu anatominya tersendiri. Ada yang dengan daerah lain yang dipicu karena perbedaan dan mewarnai khasanah budaya kesenjangan etnis, agama, Indonesia. Dengan semakin politik, dan persoalan-persoalan beraneka ragamnya masyarakat SARA lain. dan budaya, sudah tentu setiap masing-masing individu masya- Namun demikian di masya- rakat mempunyai keinginan yang rakat Indonesia pada umumnya berbeda-beda, Orang-orang dari dan pada khususnya masyarakat daerah yang berbeda dengan Lelilef yang pluralistik tersebut latar belakang yang berbeda, ada norma-norma atau nilai-nilai struktur sosial, dan karakter yang yang dianut secara turun- berbeda, memiliki pandangan temurun untuk dapat mewu- yang berbeda dengan cara judkan kehidupan yang harmonis berpikir dalam menghadapi melampaui batas etnis, agama, hidup dan masalah mereka atau idiologi, misalnya, adanya sendiri. cross link. Selain itu, masyarakat Lelilef menganut asas kearifan Indonesia adalah negara / lokal, yang senantiasa meng- bangsa pluralistik dan multi- inginkan kehidupan bersama kulturalistik yang dihuni pen- dalam mewujudkan suasana duduk dari berbagai etnis, yang aman, tentram, rukun dan bahasa, agama, dan ideologi harmonis di kalangan masya- serta dengan letak geografi antar rakat Lelilef yaitu falsafah daerah yang luas dan dipisahkan fagogoru. Fagogoru yang artinya berbagai ribu pulau. Karena itu, ngaku re rasai (persaudaraan), dalam negara / bangsa ini, resiko budi re bahasa (budi dan terjadinya konflik diantara 2 Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 bahasa), sopan re hormat (sopan tapi bergeser jauh dari kampung dan hormat) timtat re mimoi tua (Kobe Peplis, Lelilef (takut dan malu). Sehingga inilah Woeibulan dan Lelilef Sawai yang menjadi dasar atau yang saat ini masyarakat Lelilef landasan bagi masyarakat Lelilef menjadi tempat tinggal hingga untuk selalu menjaga kehidupan kini. beragama, sehingga mereka Masyarakat suku Sawai selalu hidup dalam iklim aman, sebagian besar memeluk agama damai dan sentosa (legae Kristen, dan ada juga memeluk santuli). agama Islam. Kesadaran akan Zaman dulu sebelum desa kebinekaan atau keragaman Lelilef, pada awalnya masyarakat tersebut pada gilirannya suku Sawai bermukim pada satu memunculkan sikap toleran dan permukiman di pesisir pantai sikap terbuka terhadap kebe- pada awal sebelum masehi yang radaan dan kehadiran etnis lain. oleh penduduk setempat saat ini Sebagaimana yang telah di dinamai “Nampong tua” secara praktekan oleh masyarakat dua administrasi saat ini berada di agama yaitu agama Islam dan Desa Sawai Itope / Kobe Peplis / Kristen. Kobe Pantai, dengan moyang Kehidupan Beragama yang disebut “Cekel” digam- barkan sebagai sosok pria Kehidupan beragama adalah bertubuh tinggi besar, ber- kenyataan hidup manusia yang perawakan bijaksana. Moyang ditemukan sepanjang sejarah Cekel ditengarai merupakan masyarakat dan kehidupan pri- keturunan Sultan Tidore. Pada badinya. Ketergantungan masya- tahun 1949 terjadi banjir rob rakat dan individu kepada yang melanda perkampungan kekuatan gaib ditemukan dari tersebut. Terjadilah perpindahan zaman purba ke zaman modern penduduk pada beberapa ini. Kepercayaan itu diyakini (wilayah Kobe Gunung) namun kebenarannya sehingga ia sebagian masyarakat lebih menjadi kepercayaan keagamaan memilih tinggal di pesisir pantai atau kepercayaan religius. Kehidupan beragama sebagai ISSN 1979-0481 3 gejala universal masyarakat sebagai sekelompok manusia manusia juga diakui oleh yang tinggal dan hidup menetap Begrson (1859-1941), ia menulis di suatu tempat yang memiliki bahwa kita menemukan kebudayaan dan ciri khas masyarakat manusia tanpa sains, tersendiri yang mampu seni dan filsafat, tetapi tidak membedakan antara satu pernah ada masyarakat tanpa masyarakat dengan masyarakat agama (El-Ehwani dalam Sharif, yang lain. Setiap masyarakat 1963 : 556). akan menghasilkan kebudayaan- nya masing-masing yang akan Antropologi klasik memahami menjadi ciri khas bagi gejala kehidupan beragama masyarakat tersebut. sebagai kebudayaan suatu masyarakat. Agama dipahami Dari sinilah muncul istilah sebagai human creation, human multikulturalisme. Banyak definisi made. Agama dilihat sebagai : (1) mengenai multikulturalisme, di- ekspresi simbolis dari kehidupan antaranya multikulturalisme pada manusia yang dengannya dasarnya adalah pandangan manusia menafsirkan dirinya dan dunia -yang kemudian dapat universe di sekelilingnya, (2) diterjemahkan dalam berbagai Yang memberikan motif bagi kebijakan kebudayaan- yang perbuatan manusia, dan (3) menekankan tentang pene- sekumpulan tindakan yang rimaan terhadap realitas kera- berhubungan satu sama lain gaman, pluralitas, dan multi- yang mempunyai nilai-nilai yang kultural yang terdapat dalam melangsungkan kehidupan kehidupan masyarakat. Multi- manusia (Norbeck,1984 :3-10). kulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan Multikultural dunia yang kemudian Multikultural dapat diartikan diwujudkan dalam “politics of sebagai keragaman atau recognition” (Azyumardi Azra, perbedaan terhadap suatu 2007). Lawrence Belum meng- kebudayaan dengan kebudayaan ungkapkan bahwa multi- yang lain. Sehingga masyarakat kulturalisme mencakup suatu multikultural dapat diartikan pemahaman, penghargaan dan 4 Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 penilaian atas budaya seseorang, kebudayaan mengenai masya- serta penghormatan dan rakat itu sendiri. Tentu saja hal keingintahuan tentang budaya ini berimbas pada keberadaan etnis orang lain. Berbagai kebudayaan yang sangat banyak pengertian mengenai multi- dan beraneka ragam. kulturalisme tersebut dapat Masyarakat multikultural disimpulkan bahwa inti dari adalah suatu masyarakat yang multikulturalisme adalah menge- terdiri dari beberapa macam nai penerimaan dan peng- komunitas budaya dengan hargaan terhadap suatu kebu- segala kelebihannya, dengan dayaan, baik kebudayaan sendiri sedikit perbedaan konsepsi maupun kebudayaan orang lain. mengenai dunia, suatu sistem Setiap orang ditekankan untuk arti, nilai, bentuk organisasi saling menghargai dan meng- sosial, sejarah, adat serta hormati setiap kebudayaan yang kebiasaan (Parekh,1997 yang ada di masyarakat. Apapun dikutip dari Azra,2007). bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang Multikulturalme menangkap tanpa membeda-bedakan antara suatu pemahaman, penghargaan satu kebudayaan dengan serta penilaian seseorang, serta kebudayaan yang lain. suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya Pada dasarnya, multi- etnis orang lain (Lawrence Blum, kulturalisme yang terbentuk di dikutip Lubis, 2006 : 174). Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun Toleransi geografis yang begitu beragam Kita hidup dalam negara yang dan luas. Menurut kondisi penuh keberagaman, baik dari geografis, Indonesia memiliki suku, agama, maupun budaya. banyak pulau dimana stiap pulau Untuk hidup damai dan tersebut dihuni oleh sekelompok berdampingan, tentu dibutuhkan manusia yang membentuk suatu toleransi satu sama lain. masyarakat. Dari masyarakat Toleransi diantar umat beragama tersebut terbentuklah sebuah harus tercermin pada tindakan- ISSN 1979-0481 5 tindakan atau perbuatan yang berarti bahwa agama yang satu menunjukkan umat saling meng- dan agama yang lainnya hargai, menghormati, menolong, dicampuradukkan. Jadi sekali lagi mengasihi, dan lain-lain. melalui toleransi ini diharapkan Termasuk didalamnya meng- terwujud ketenangan, ketertiban, hormati agama dan iman orang serta keaktifan menjalankan lain; menghormati ibadah yang ibadah menurut agama dan dijalankan oleh orang lain;
Recommended publications
  • Indonesia's Exquisite Birds of Paradise
    INDONESIA'S EXQUISITE BIRDS OF PARADISE Whether you are a mere nestling who is new to bird watching, a Halmehera: Standard-wing (Wallace’s) Bird-of fully-fledged birder, or a seasoned twitcher, this 10-day (9-night) ornithological adventure through the remote, rainforest-clad islands of northern Raja Ampat and North Maluku, which includes a two-night stay at the famed Weda Resort on Halmahera, is a fantastic opportunity to add some significant numbers to your life lists. No other feathered family is as beautiful, or displays such diversity of plumage, extravagant decoration, and courtship behaviour as the ostentatious Bird of Paradise. In the company of our guest expert, Dr. Kees Groeneboer, we will be in hot pursuit of as many as six or seven species of these fabled shapeshifters, which strut, dazzle and dance in costumes worthy of the stage. -Paradise, Paradise Crow. Special birds in the Weda-Forest of Raja Ampat is one of the most noteworthy ecological niches on Halmahera Moluccan Goshawk, Moluccan Scrubfowl, Bare-eyed the planet, where you can snorkel within a below-surface world Rail, Drummer Rail, Scarletbreasted Fruit-Dove, Blue-capped reminiscent of a living kaleidoscope, while marveling at Fruit-Dove, Cinnamon-bellied Imperial Pigeon, Chattering Lory, above-surface views – and birds, which are among the most White (Alba) Cockatoo, Moluccan Cuckoo, Goliath Coucal, Blue stunning that you are likely to behold in a lifetime. Meanwhile, and-white Kingfisher, Sombre Kingfisher, Azure (Purple) Halmahera, in the North Maluku province, is where some of the Dollarbird, Ivory-breasted Pitta, Halmahera Cuckooshrike, world’s rarest and least-known birds occur.
    [Show full text]
  • Of Halmahera, Indonesia
    Blumea 59, 2015: 215–225 www.ingentaconnect.com/content/nhn/blumea RESEARCH ARTICLE http://dx.doi.org/10.3767/000651915X689091 Nepenthes (Nepenthaceae) of Halmahera, Indonesia M. Cheek1 Key words Abstract Two new paniculate species of Nepenthes, N. halmahera and N. weda, both allied to N. danseri Jebb & Cheek, are described respectively from lowland and lower montane forest on ultramafic substrate. Nepenthes weda character state appears to be unique in the genus due to the adaxial tepal surfaces which in the distal portion are hairy and lack critically endangered nectar glands. This species is also unique among paniculate members of the genus in its forward-facing, concave mining subapical lid appendage. Both species are currently only known from the Weda Bay Nickel Project concession area ultramafic in Halmahera, Indonesia, and are assessed as Critically Endangered using the 2012 IUCN standard. Two character Weda Bay Nickel Project states are formally described and named for the first time in Nepenthes: nanophyll rosettes and multiseriate fringed pitcher wings. Stage-related heteromorphy in lid appendages is documented for the first time in the genus. Keys to the species of Nepenthes of Halmahera, and to the paniculate species of SE Asia are presented. Published on 13 August 2015 INTRODUCTION the basal grade of the genus, in the west (Jebb & Cheek 1997, Mullins & Jebb 2009). Halmahera, is the largest island in Indonesia’s Maluku Province Until 1997, just two species were known from Maluku, Nepen- (formerly Moluccas) after Seram. The islands of Maluku are thes mirabilis (Lour.) Druce the most globally widespread spe- situated between Sulawesi (formerly Celebes) to the west, and cies (from Indo-China to N Australia), and N.
    [Show full text]
  • Local Trade Networks in Maluku in the 16Th, 17Th and 18Th Centuries
    CAKALELEVOL. 2, :-f0. 2 (1991), PP. LOCAL TRADE NETWORKS IN MALUKU IN THE 16TH, 17TH, AND 18TH CENTURIES LEONARD Y. ANDAYA U:-fIVERSITY OF From an outsider's viewpoint, the diversity of language and ethnic groups scattered through numerous small and often inaccessible islands in Maluku might appear to be a major deterrent to economic contact between communities. But it was because these groups lived on small islands or in forested larger islands with limited arable land that trade with their neighbors was an economic necessity Distrust of strangers was often overcome through marriage or trade partnerships. However, the most . effective justification for cooperation among groups in Maluku was adherence to common origin myths which established familial links with societies as far west as Butung and as far east as the Papuan islands. I The records of the Dutch East India Company housed in the State Archives in The Hague offer a useful glimpse of the operation of local trading networks in Maluku. Although concerned principally with their own economic activities in the area, the Dutch found it necessary to understand something of the nature of Indigenous exchange relationships. The information, however, never formed the basis for a report, but is scattered in various documents in the form of observations or personal experiences of Dutch officials. From these pieces of information it is possible to reconstruct some of the complexity of the exchange in MaJuku in these centuries and to observe the dynamism of local groups in adapting to new economic developments in the area. In addition to the Malukans, there were two foreign groups who were essential to the successful integration of the local trade networks: the and the Chinese.
    [Show full text]
  • Sultan Zainal Abidin Syah: from the Kingdomcontents of Tidore to the Republic of Indonesia Foreword
    TAWARIKH:TAWARIKH: Journal Journal of Historicalof Historical Studies Studies,, VolumeVolume 12(1), 11(2), October April 2020 2020 Volume 11(2), April 2020 p-ISSN 2085-0980, e-ISSN 2685-2284 ABDUL HARIS FATGEHIPON & SATRIONO PRIYO UTOMO Sultan Zainal Abidin Syah: From the KingdomContents of Tidore to the Republic of Indonesia Foreword. [ii] JOHANABSTRACT: WAHYUDI This paper& M. DIEN– using MAJID, the qualitative approach, historical method, and literature review The– discussesHajj in Indonesia Zainal Abidin and Brunei Syah as Darussalam the first Governor in XIX of – WestXX AD: Irian and, at the same time, as Sultan of A ComparisonTidore in North Study Maluku,. [91-102] Indonesia. The results of this study indicate that the political process of the West Irian struggle will not have an important influence in the Indonesian revolution without the MOHAMMADfirmness of the IMAM Tidore FARISI Sultanate, & ARY namely PURWANTININGSIH Sultan Zainal Abidin, Syah. The assertion given by Sultan TheZainal September Abidin 30 Syahth Movement in rejecting and the Aftermath results of in the Indonesian KMB (Konferensi Collective Meja Memory Bundar or Round Table andConference) Revolution: in A 1949, Lesson because for the the Nation KMB. [103-128]sought to separate West Irian from Indonesian territory. The appointment of Zainal Abidin Syah as Sultan took place in Denpasar, Bali, in 1946, and his MARYcoronation O. ESERE, was carried out a year later in January 1947 in Soa Sio, Tidore. Zainal Abidin Syah was Historicalas the first Overview Governor of ofGuidance West Irian, and which Counselling was installed Practices on 23 inrd NigeriaSeptember. [129-142] 1956. Ali Sastroamidjojo’s Cabinet formed the Province of West Irian, whose capital was located in Soa Sio.
    [Show full text]
  • History of the Moluccan's Cloves As a Global Commodity Hatib
    History of the Moluccan's Cloves as a Global Commodity � Hatib Abdul Kadir1 Abstract This paper focuses on the history of spice trade in Moluccas. Using two main approaches of firstly, Braudel, I intend to examine the histoty of spice trade in Moluccas in the 16th century in relation with the changing of the structure of economy that affected the social and political relations of the Moluccans. Secondly, applying Wallerstein approaches, I find out that trading activities from the 16th century until today have created a wide gap between post-colonial Moluccas and the Europeans. To conclude, I argue that economic activities have always been accompanied by forcing political power, such as monopoly and military power. Consequently, they have created unequal relations between the state and society. Keywords: Moluccas, Spice, Braudel, Wallerstein, State-society Relations A. Introduction My research is about the clove trade as a long distance commodity exchange in the sixteenth century. I choose to look at a limited timeframe in order to see the Moluccan trade in connection with Fernand Braudel's work. Braudel focuses on a global trade in the period that centered in the Mediterranean during the sixteenth century. This paper examines the kind of social changes occurring in Moluccan society when cloves became a highly valued commodity in trade with the Portuguese during the sixteenth century. The aim of the paper is to see how the patterns of this trade represent the Portuguese as the 'core' and the Moluccans as the 'periphery.' By using Braudel's approach, the aims of the paper are to explore the global history of society that is connected through unfair relations or colonization.
    [Show full text]
  • Pt Weda Bay Nickel
    PT WEDA BAY NICKEL ENVIRONMENTAL MONITORING PLAN Nickel and Cobalt Mining and Processing Project Central Halmahera and East Halmahera Regency, North Maluku Province, Indonesia February 2009 FOREWORD PT Weda Bay Nickel (WBN) is proposing to develop a nickel and cobalt mine and a processing plant in Central Halmahera, North Maluku. WBN is the holder of a Seventh Generation Contract of Work (CoW) for nickel mining in an area currently reduced from 120,500 ha to 54,874 ha in Central Halmahera and East Halmahera, acknowledged by the Government of Indonesia in Presidential Decree No. B.53/PRESS/1/1998 dated 19 January 1998. WBN intends to begin mining activities and processing nickel and cobalt ores, a project that covers all stages of activities including the construction of all the required facilities and infrastructure. This study is aimed at preventing and mitigating potential negative impacts and to optimize the positive impacts. As a follow up to the Decission of the Head of Environmental Impact Control Agency of North Maluku No. 660-1/ 259 dated 20 June 2008 on the Legalization of the Terms of Reference of the Environment Impact Assessment (KA ANDAL) of nickel and cobalt mining and processing in Central Halmahera and East Halmahera Regency. WBN intends to compile the Environmental Monitoring Plan document in compliance with the Regulation of Minister of Environmental No. 8/2006 regarding Guidelines for the Compilation of the Environment Impact Assessment Study and in reference to Decree of Minister of Mining No. 1457K/28/MEM/2000 regarding Technical Guidelines for Environmental Management in Mining and Energy Sectors.
    [Show full text]
  • Access to Justice for Communities Affected by the PT Weda Bay Nickel Mine – Interim Report
    Access to Justice for Communities Affected by the PT Weda Bay Nickel Mine – Interim Report Shelley Marshall Samantha Balaton-Chrimes Omar Pidani Non-Judicial Human Rights Redress Mechanisms Project Access to Justice for Communities Affected by the PT Weda Bay Nickel Mine Interim Report Non-Judicial Human Rights Redress Mechanisms Project September 2013 Except otherwise noted in references this report is © 2013 Shelley Marshall, Samantha Balaton-Chrimes and Omar Pidani, under a Creative Commons Attribution-ShareAlike license: http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/. Contents About this Interim Report ........................................................................................................................ i Acknowledgements ................................................................................................................................ iii Executive Summary ................................................................................................................................ iv Methodology ........................................................................................................................................ viii Introduction ............................................................................................................................................ 1 Background ............................................................................................................................................. 5 Losing the Land ....................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Zonasi Anomali Unsur Nickel Di Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara Berdasarkan Data Univariat Dan Multivariat
    E-ISSN 2615-28275 Jurnal Sains dan Teknologi Vol.19 No.2, Desember 2019 ZONASI ANOMALI UNSUR NICKEL DI WEDA, KABUPATEN HALMAHERA TENGAH, MALUKU UTARA BERDASARKAN DATA UNIVARIAT DAN MULTIVARIAT Ahmad Fadhly1, Dian Hadiyansyah² 1,2Prodi Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Email : [email protected] Abstrak: Daerah yang diteliti ini terletak di Daerah Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, yang dimana merupakan jalur mineralisasi logam yang termasuk ke dalam Halmahera magmatic arc, dan mempunyai cakupan wilayah 10 km x 15 km. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan keterdapatan kandungan unsur logam Ni pada endapan sungai dalam bentuk peta kandungan unsur logam tersebut. Identifikasi kandungan unsur logam dari contoh yang diambil dilakukan di laboratorium geokimia PSMBP menggunakan metoda Atomotic Absorbtion Spectrometri Logametri (AAS). Sebanyak 12 unsur secara garis besar telah dilakukan analisis kadarnya di dalam percontohan sedimen sungai dengan kadar yang tertinggi dan diolah untuk mendapatkan zona anomalinya. Hal ini mennggunakan software SPSS 21.0 dipakai sebagai penentuan anomali berdasarkan nilai korelasi antar unsur, maka di daerah penelitian terdapat dua unsur yang memiliki nilai yang sama sesuai dengan data statistik univariat, multivariat dengan uji analisis faktor. Kedua asosiasi hubungan unsur tersebut adalah : Ni,Co,Li,K,Cr, pembentukan faktor 1 memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara Ni serta asosiasi Co,Li,K dan Cr yang dihubungkan dengan kondisi geologi regional dikawasan penelitian, yaitu didominasi oleh batuan beku basa dan ultrabasa. Potensi mineral di daerah yang diteliti ini adalah minerali nikel laterit. Mineral yang terjadi dalam batuan ultrabasa ditunjukkan adanya mineral garnierit seperti yang ditemukan si sebelah utara Lelilef, Wasia dan di Yonelo daerah Weda Utara dan tanda-tanda lateritisasi terhadap batuan ultrabasa.
    [Show full text]
  • LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH TAHUN 2007 Diterbitkan
    LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH TAHUN 2007 Diterbitkan : Desember 2007 Data : Oktober 2006-Oktober 2007 PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH PROVIN SI MALUKU UTAR A DINAS PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN HALMAHERA TENGAH Alamat : 1. Jalan Sultan Mansyur Nomor 1 Soasio Kota Tidore Kepulauan 2. Kota Weda Km 3 Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah Kode Pos 97853 Telp. : (0921) 61089-61090 Fax. : (0921) 61075 KATA PE NG ANTAR Assalamu’alaikum Wr… Wb. Tidak banyak yang dapat di kemukakan dalam penyajian Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2007 ini, sebab hampir sebagian data dan informasi yang diminta belum tersedia secara rinci meskipun telah dilakukan upaya koodinasi lintas Instansi terkait khususnya. Akan tetapi sesuai kewajiban terkait dengan pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2007 sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Dana Aloksi Khusus Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2007, Laporan ini kami saji kan apa adanya. Pemindahan aktivitas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah dari Soasio sebagai Ibukota definitif Kabupaten Halmahera Tengah prapemekaran ke Kota Weda Kecamatan Weda sebagai Ibukota definitif pascapemekaran merupakan konsekuensi logis dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran Wilayah Provinsi Maluku Utara yang harus diterima. Konsekuaensi lainnya adalah adanya keterbatasan infrastruktur pemerintahan yang belum menunjang aktivitas kedinasan yang juga harus diterima. Oleh karenanya dalam sebuah media cetak lokal (Malut Pos) kondisi ini disebutkan telah menjadikan Kabupaten Halmahera Tengah sebagai daerah tertinggal menjadi daerah sangat tertinggal seperti halnya Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera Utara.
    [Show full text]
  • (<I>Nepenthaceae</I>) of Halmahera, Indonesia
    Blumea 59, 2015: 215–225 www.ingentaconnect.com/content/nhn/blumea RESEARCH ARTICLE http://dx.doi.org/10.3767/000651915X689091 Nepenthes (Nepenthaceae) of Halmahera, Indonesia M. Cheek1 Key words Abstract Two new paniculate species of Nepenthes, N. halmahera and N. weda, both allied to N. danseri Jebb & Cheek, are described respectively from lowland and lower montane forest on ultramafic substrate. Nepenthes weda character state appears to be unique in the genus due to the adaxial tepal surfaces which in the distal portion are hairy and lack critically endangered nectar glands. This species is also unique among paniculate members of the genus in its forward-facing, concave mining subapical lid appendage. Both species are currently only known from the Weda Bay Nickel Project concession area ultramafic in Halmahera, Indonesia, and are assessed as Critically Endangered using the 2012 IUCN standard. Two character Weda Bay Nickel Project states are formally described and named for the first time in Nepenthes: nanophyll rosettes and multiseriate fringed pitcher wings. Stage-related heteromorphy in lid appendages is documented for the first time in the genus. Keys to the species of Nepenthes of Halmahera, and to the paniculate species of SE Asia are presented. Published on 13 August 2015 INTRODUCTION the basal grade of the genus, in the west (Jebb & Cheek 1997, Mullins & Jebb 2009). Halmahera, is the largest island in Indonesia’s Maluku Province Until 1997, just two species were known from Maluku, Nepen- (formerly Moluccas) after Seram. The islands of Maluku are thes mirabilis (Lour.) Druce the most globally widespread spe- situated between Sulawesi (formerly Celebes) to the west, and cies (from Indo-China to N Australia), and N.
    [Show full text]
  • Student Politics in Urban Ternate, North Maluku Basri Amin
    Student Politics in Urban Ternate, North Maluku Basri Amin Department of Sociology State University of Gorotalo E-mail: [email protected] ABSTRAK Artikel ini mengkaji tentang politik yang diartikulasikan oleh kalangan mahasiswa dalam percaturan politik lokal di Ternate, Maluku Utara. Keterlibatan mahasiswa dalam arena kekuasaan di kawasan ini lebih banyak dilakukan melalui instrumen organisasi kedaerahan (etnis). Konteks besar yang menjadi landasan dari proses sosial ini adalah desentralisasi yang menempatkan sedemikian rupa sumberdaya pembangunan lebih banyak didominasi oleh negara, tapi pada saat yang sama perkembangan politik etnis terus menyertai persaingan kelompok dan elit lokal. Inilah yang menjadi latar utama terbentuknya formasi-formasi kepentingan kelompok di tingkat lokal, termasuk kelompok mahasiswa memperoleh keuntungan dalam situasi ini. Kasus Maluku Utara adalah sebuah contoh bagaimana kaum muda memainkan kepentingannya sendiri dalam percaturan kekuasaan dan dalam hal memanfaatkan kesempatan-kesempatan praktis untuk mereka. Kata Kunci: Mahasiswa, Politik Lokal, Etnisitas, Migrasi, Ternate, Maluku Utara Abstract This article examines student politics articulated by university students in contemporary Ternate, North Maluku. The involvement of students in the political arena in the region is mostly organized through regional (ethnic) organizations. In the larger context, such local politics has been influenced by regional development resources dominated by the state. At the same time competition among local elites and ethnic groups flourish. This is the main background of a new formation of group interests in local level –-including local university students-- to gain group advantages. The case of Ternate, North Maluku, is an example of how groups of students organize their practical interests in the arena of politics by exploiting youth associations and ethnic organizations.
    [Show full text]
  • The Spice Islands in Prehistory Archaeology in the Northern Moluccas, Indonesia
    terra australis 50 Terra Australis reports the results of archaeological and related research within the south and east of Asia, though mainly Australia, New Guinea and Island Melanesia — lands that remained terra australis incognita to generations of prehistorians. Its subject is the settlement of the diverse environments in this isolated quarter of the globe by peoples who have maintained their discrete and traditional ways of life into the recent recorded or remembered past and at times into the observable present. List of volumes in Terra Australis 1. Burrill Lake and Currarong: Coastal Sites in Southern 30. Archaeological Science Under a Microscope: Studies in Residue New South Wales. R.J. Lampert (1971) and Ancient DNA Analysis in Honour of Thomas H. Loy. 2. Ol Tumbuna: Archaeological Excavations in the Eastern M. Haslam, G. Robertson, A. Crowther, S. Nugent and Central Highlands, Papua New Guinea. J.P. White (1972) L. Kirkwood (2009) 3. New Guinea Stone Age Trade: The Geography and Ecology 31. The Early Prehistory of Fiji. G. Clark and A. Anderson of Traffic in the Interior. I. Hughes (1977) (2009) 4. Recent Prehistory in Southeast Papua. B. Egloff (1979) 32. Altered Ecologies: Fire, Climate and Human Influence on Terrestrial Landscapes. S. Haberle, J. Stevenson and 5. The Great Kartan Mystery. R. Lampert (1981) M. Prebble (2010) 6. Early Man in North Queensland: Art and Archaeology in the 33. Man Bac: The Excavation of a Neolithic Site in Northern Laura Area. A. Rosenfeld, D. Horton and J. Winter (1981) Vietnam: The Biology. M. Oxenham, H. Matsumura and 7. The Alligator Rivers: Prehistory and Ecology in Western N.
    [Show full text]