Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016

KEHIDUPAN BERAGAMA DI DESA LELILEF KECAMATAN WEDA TENGAH KABUPATEN TENGAH PROPINSI MALUKU UTARA

MUHAMAD NUR HANAFI NIM 110817003

ABSTRACT

Indonesia is a state consisting of motley the community, nations, ethnic or social group, religion, and culture of various from the one with other regions coloring variety of culture A reality cannot be denied is ever happened a number of conflicts in various areas. Some the conflict has its own genealogy and its anatomy. Was triggered the different ethnic and gap, religion, political, and other foult line (SARA) problems. The Sawai community most embraced the Christian faith, and there are Islamic. Awareness of the diversity of in turn bring up attitude tolerant and attitude open to the existence and the presence of ethnic other. The community Lelilef adheres to the principles of local knowledge, to want a life together in realizing atmosphere safe, peaceful, from harmonious in the community. Philosophy fagogoru which means ngakure ra sai (fraternity), budi re bahasa (reason and language), sopan re hormat (polite and respect) timtat re mimoi (fear and shame). Therefore, this is being ground or foundation for the Lelilef to keep religious life, so they always live in climate safe, peace and prosperity (legae santuli). There are three factors for people who live in the Lelilef village in District Weda Tengah in social life the environmental factors, the historical, the language and another factor is religion and politics.

Keywords: conflict, harmonious, tolerant.

ISSN 1979-0481 1

PENDAHULUAN masyarakat sangat besar. Suatu kenyataan tak bisa dipungkiri Negara adalah adalah pernah terjadi sejumlah sebuah negara yang terdiri dari konflik di beberapa daerah. beraneka ragam masyarakat, Misalnya : konflik di Kalimantan suku bangsa, etnis atau Barat, Maluku, Poso, Aceh, dan kelompok sosial, kepercayaan, Papua, sejumlah konflik itu agama, dan kebudayaan yang memiliki geneologi dan berbeda-beda dari daerah satu anatominya tersendiri. Ada yang dengan daerah lain yang dipicu karena perbedaan dan mewarnai khasanah budaya kesenjangan etnis, agama, Indonesia. Dengan semakin politik, dan persoalan-persoalan beraneka ragamnya masyarakat SARA lain. dan budaya, sudah tentu setiap masing-masing individu masya- Namun demikian di masya- rakat mempunyai keinginan yang rakat Indonesia pada umumnya berbeda-beda, Orang-orang dari dan pada khususnya masyarakat daerah yang berbeda dengan Lelilef yang pluralistik tersebut latar belakang yang berbeda, ada norma-norma atau nilai-nilai struktur sosial, dan karakter yang yang dianut secara turun- berbeda, memiliki pandangan temurun untuk dapat mewu- yang berbeda dengan cara judkan kehidupan yang harmonis berpikir dalam menghadapi melampaui batas etnis, agama, hidup dan masalah mereka atau idiologi, misalnya, adanya sendiri. cross link. Selain itu, masyarakat Lelilef menganut asas kearifan Indonesia adalah negara / lokal, yang senantiasa meng- bangsa pluralistik dan multi- inginkan kehidupan bersama kulturalistik yang dihuni pen- dalam mewujudkan suasana duduk dari berbagai etnis, yang aman, tentram, rukun dan bahasa, agama, dan ideologi harmonis di kalangan masya- serta dengan letak geografi antar rakat Lelilef yaitu falsafah daerah yang luas dan dipisahkan fagogoru. Fagogoru yang artinya berbagai ribu pulau. Karena itu, ngaku re rasai (persaudaraan), dalam negara / bangsa ini, resiko budi re bahasa (budi dan terjadinya konflik diantara 2

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 bahasa), sopan re hormat (sopan tapi bergeser jauh dari kampung dan hormat) timtat re mimoi tua (Kobe Peplis, Lelilef (takut dan malu). Sehingga inilah Woeibulan dan Lelilef Sawai yang menjadi dasar atau yang saat ini masyarakat Lelilef landasan bagi masyarakat Lelilef menjadi tempat tinggal hingga untuk selalu menjaga kehidupan kini. beragama, sehingga mereka Masyarakat suku Sawai selalu hidup dalam iklim aman, sebagian besar memeluk agama damai dan sentosa (legae Kristen, dan ada juga memeluk santuli). agama Islam. Kesadaran akan Zaman dulu sebelum desa kebinekaan atau keragaman Lelilef, pada awalnya masyarakat tersebut pada gilirannya suku Sawai bermukim pada satu memunculkan sikap toleran dan permukiman di pesisir pantai sikap terbuka terhadap kebe- pada awal sebelum masehi yang radaan dan kehadiran etnis lain. oleh penduduk setempat saat ini Sebagaimana yang telah di dinamai “kampong tua” secara praktekan oleh masyarakat dua administrasi saat ini berada di agama yaitu agama Islam dan Desa Sawai Itope / Kobe Peplis / Kristen. Kobe Pantai, dengan moyang Kehidupan Beragama yang disebut “Cekel” digam- barkan sebagai sosok pria Kehidupan beragama adalah bertubuh tinggi besar, ber- kenyataan hidup manusia yang perawakan bijaksana. Moyang ditemukan sepanjang sejarah Cekel ditengarai merupakan masyarakat dan kehidupan pri- keturunan Sultan . Pada badinya. Ketergantungan masya- tahun 1949 terjadi banjir rob rakat dan individu kepada yang melanda perkampungan kekuatan gaib ditemukan dari tersebut. Terjadilah perpindahan zaman purba ke zaman modern penduduk pada beberapa ini. Kepercayaan itu diyakini (wilayah Kobe Gunung) namun kebenarannya sehingga ia sebagian masyarakat lebih menjadi kepercayaan keagamaan memilih tinggal di pesisir pantai atau kepercayaan religius. Kehidupan beragama sebagai ISSN 1979-0481 3 gejala universal masyarakat sebagai sekelompok manusia manusia juga diakui oleh yang tinggal dan hidup menetap Begrson (1859-1941), ia menulis di suatu tempat yang memiliki bahwa kita menemukan kebudayaan dan ciri khas masyarakat manusia tanpa sains, tersendiri yang mampu seni dan filsafat, tetapi tidak membedakan antara satu pernah ada masyarakat tanpa masyarakat dengan masyarakat agama (El-Ehwani dalam Sharif, yang lain. Setiap masyarakat 1963 : 556). akan menghasilkan kebudayaan- nya masing-masing yang akan Antropologi klasik memahami menjadi ciri khas bagi gejala kehidupan beragama masyarakat tersebut. sebagai kebudayaan suatu masyarakat. Agama dipahami Dari sinilah muncul istilah sebagai human creation, human multikulturalisme. Banyak definisi made. Agama dilihat sebagai : (1) mengenai multikulturalisme, di- ekspresi simbolis dari kehidupan antaranya multikulturalisme pada manusia yang dengannya dasarnya adalah pandangan manusia menafsirkan dirinya dan dunia -yang kemudian dapat universe di sekelilingnya, (2) diterjemahkan dalam berbagai Yang memberikan motif bagi kebijakan kebudayaan- yang perbuatan manusia, dan (3) menekankan tentang pene- sekumpulan tindakan yang rimaan terhadap realitas kera- berhubungan satu sama lain gaman, pluralitas, dan multi- yang mempunyai nilai-nilai yang kultural yang terdapat dalam melangsungkan kehidupan kehidupan masyarakat. Multi- manusia (Norbeck,1984 :3-10). kulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan Multikultural dunia yang kemudian Multikultural dapat diartikan diwujudkan dalam “politics of sebagai keragaman atau recognition” (Azyumardi Azra, perbedaan terhadap suatu 2007). Lawrence Belum meng- kebudayaan dengan kebudayaan ungkapkan bahwa multi- yang lain. Sehingga masyarakat kulturalisme mencakup suatu multikultural dapat diartikan pemahaman, penghargaan dan

4

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 penilaian atas budaya seseorang, kebudayaan mengenai masya- serta penghormatan dan rakat itu sendiri. Tentu saja hal keingintahuan tentang budaya ini berimbas pada keberadaan etnis orang lain. Berbagai kebudayaan yang sangat banyak pengertian mengenai multi- dan beraneka ragam. kulturalisme tersebut dapat Masyarakat multikultural disimpulkan bahwa inti dari adalah suatu masyarakat yang multikulturalisme adalah menge- terdiri dari beberapa macam nai penerimaan dan peng- komunitas budaya dengan hargaan terhadap suatu kebu- segala kelebihannya, dengan dayaan, baik kebudayaan sendiri sedikit perbedaan konsepsi maupun kebudayaan orang lain. mengenai dunia, suatu sistem Setiap orang ditekankan untuk arti, nilai, bentuk organisasi saling menghargai dan meng- sosial, sejarah, adat serta hormati setiap kebudayaan yang kebiasaan (Parekh,1997 yang ada di masyarakat. Apapun dikutip dari Azra,2007). bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang Multikulturalme menangkap tanpa membeda-bedakan antara suatu pemahaman, penghargaan satu kebudayaan dengan serta penilaian seseorang, serta kebudayaan yang lain. suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya Pada dasarnya, multi- etnis orang lain (Lawrence Blum, kulturalisme yang terbentuk di dikutip Lubis, 2006 : 174). Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun Toleransi geografis yang begitu beragam Kita hidup dalam negara yang dan luas. Menurut kondisi penuh keberagaman, baik dari geografis, Indonesia memiliki suku, agama, maupun budaya. banyak pulau dimana stiap pulau Untuk hidup damai dan tersebut dihuni oleh sekelompok berdampingan, tentu dibutuhkan manusia yang membentuk suatu toleransi satu sama lain. masyarakat. Dari masyarakat Toleransi diantar umat beragama tersebut terbentuklah sebuah harus tercermin pada tindakan-

ISSN 1979-0481 5 tindakan atau perbuatan yang berarti bahwa agama yang satu menunjukkan umat saling meng- dan agama yang lainnya hargai, menghormati, menolong, dicampuradukkan. Jadi sekali lagi mengasihi, dan lain-lain. melalui toleransi ini diharapkan Termasuk didalamnya meng- terwujud ketenangan, ketertiban, hormati agama dan iman orang serta keaktifan menjalankan lain; menghormati ibadah yang ibadah menurut agama dan dijalankan oleh orang lain; tidak keyakinan masing-masing. merusak tempat ibadah; tidak Kerukunan menghina ajaran agama orang lain; serta memberi kesempatan Kerukunan yaitu hubungan kepada pemeluk agama men- sesama umat beragama yang jalankan ibadahnya. Di samping dilandasi dengan toleransi, saling itu, maka agama-agama akan pengertian, saling menghormati, mampu untuk melayani dan saling menghargai dalam menjalankan misi keagamaan kesetaraan pengamalan ajaran dengan baik sehingga tercip- agamanya dan kerja sama dalam tanya suasana rukun dalam kehidupan masyarakat dan hidup dan kehidupan masyarakat bernegara. serta bangsa. Jika semua orang Dan Kerukunan antar umat menjalankan agamanya masing- beragama dapat diwujdkan masing dengan sebenar- sebagai berikut : benarnya, maka sudah pasti akan 1. Saling tenggang rasa, saling melahirkan kedamaian, keten- menghargai, toleransi antar traman hidup dan kerjasama umat beragama sosial yang sehat. 2. Tidak memaksakan seseorang Oleh masyarakat Lelilef dan untuk memeluk Agama tidak menyinggung keyakinan tertentu agama masing-masing. Kita 3. Melaksanakan Ibadah sesuai sebagai umat beragama berke- Agamanya, dan wajiban menahan diri untuk 4 Mematuhi peraturan tidak menyinggung perasaan keagamaan baik dalam umat beragama yang lain. Hidup Agamanya maupun Peraturan rukun dan bertoleransi tidak Negara atau Pemerintah.

6

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016

Dengan demikian, akan dapat Dalam hal ini Kehidupan tercipta keamanan dan keter- beragama di mulai didikan yang tiban antar umat beragama. diberikan oleh orang tua Dikatakan juga bahwa umat bagaimana bersikap dan ber- muslim dan non Muslim di desa prilaku yang seseuai dengan Lelilif itu bagaikan satu bangu- ajaran agama yang tertuang nan yang saling menunjang satu dalam Al-Qur’an maupun Al- sama lain (Legae Chekel). Dan Kitab serta pembentukan karak- pelaksanaan persaudaraan men- ter seseorang yang dimulai cara jadi aktual, bila dihubungkan berinteraksi dan berkomunikasi dengan masalah solidaritas di dalam keluarga, keluarga sosial. Bagi umat Islam, dan umat selalu mengajarkan untuk selalu Kristen hubungan persaudaraan bersikap sesuai dengan tata cara antar umat beragama adalah dan aturan yang ada, di dalam suatu yang masyru’ artinya keluarga juga kehidupan ber- diperintahkan oleh Agama. agama yang terkecil diajarkan Karena sesungguhnya Agama dan dimulai sebelum nantinya yang baik adalah Agama yang keluar dan beradaptasi dengan mengajarkan tentang toleransi. banyak hal. (Cak Nur) Kehidupan beragama pada Kehidupan Beragama dalam masyarakat Lelilef pada dasarnya Keluarga mereka berlandaskan dengan Secara historis awal nilai-nili yang telah disepakati terbentuknya kehidupan ber- bersama dan ini menjadi fandasi agama di Desa Lelilef sebelum atau pijakan dalam kehidupan dijalankan dalam kehidupan beragama. Nilai-nilai tersebut masyarakat pada umumnya, ber- antara lain Bineka Tungal Ika awal dari lingkungan keluarga. (Berbeda-beda tapi satu jua), Mereka saling menghargai Pancasila, dan Falsafa Fagogoru, antara satu sama lain, dan saling Ngaku rasai, (Persaudaraan) Budi membantu dalam memberi dan re bahasa (Budi dan bahasa), menerima dalam makanan. Sopan re hormat (Sopan dan hormat), Timtat re momoi (Takut

ISSN 1979-0481 7 dan malu) yang kesemua itu dapat terbina rasa kesatuan dan mengajarkan bagaimana kita persatuan dalam kehidupan saling menghargai dan meme- keluarga pada khususnya dan lihara dalam satu ikatan yaitu masyarakat pada umumnya. persaudaraan yang harmonisasi. Rasa kekeluargaan yang Keluarga terbaik adalah yang dibiasakan dalam tingkat selalu berusaha membuat orang keluarga dan tetangga seperti lain senang. Lakukanlah walau- memberikanbantuan kepada pun kamu harus meninggalkan orang yang belum memeliki mereka dan sendirian. Sesuatu kebutuhan pangan, sagu, beras, yang baik belum tentu benar. gula, kopi, dan teh. Seseorang Sesuatu yang benar belum tentu yang belum memelikinya, akan baik. Sesuatu yang bagus belum meminta bantuan kepada tentu berharga. Sesuatu yang tetangga dan kemudian ia berharga atau berguna belum bererusaha mengantinya kepada tentu bagus. Senyum tidak hanya orang yang perna membantunya. menampilkan wajah yang cerah, Kehidupan Beragama dalam namun juga menghangatkan Masyarakat jiwa.Yang penting bukan berapa Dalam kehidupan masyarkat lama kita hidup, tetapi di Desa Lelilef yang masih sangat bagaimana kita hidup. kental dengan rasa kekeluargaan Kehidupan beragama Di Desa dan rasa persaudaraan. Mereka Lelilef lebih menonjol dalam pola masih tetap hidup rukun dan kehidupan mereka, seperti terus melaksanakan dan men- menghargai atau toleransi antara jalankan budaya dan cara kerja sesame masyarakat, mem- yang sudah sekian ratus tahun perbaiki dan membersihkan terbukti mampu meningkatkan jalan, membangun atau mem- kesejahteraan dan taraf hidup, perbaiki rumah. Mereka bekerja saling menghargai dan saling tanpa imbalan, karena demi membantu antara sesama warga kepentigan bersama. Dengan desa. Mereka bekerja dengan kebersamaan inilah timbullah semangat tanpa pamrih. Tanpa rasa kebersamaan, kekeluargaan, terasa persaudaraan dan per- tolong menolong, sehingga samaan sesama warga semakin 8

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 erat, yang pemimpin mengenal berupa mendirikan rumah, upa- dengan rakyat dan pekerja cara pesta perkawinan, mem- /buruh, pedagang mengenal perbaiki jalan desa, membuat dengan supir, kaya mengenal dan memelihara saluran air, dan yang miskin yang Islam sebagainya. mengenal yang Kristen begitu Dalam membangun rumah juga sebaliknya. Masyarakat ibadah, setiap keluarga diberikan Desa Lelilef dapat hidup dan tanggungjawab untuk menyum- tinggal di lingkungan yang bangkam material, berupa satu tentram. Untuk itu salah satu kubik batu, pasir dan kerikil cara untuk menjaga lingkungan sedangka semen dan balok yang aman damai dan tentram disumbang oleh pemerintah. yakni dengan fagogoru yang Masyarakat berpartisipasi mem- harus tetap dipertahankan bangun masjid atau gereja, dari sebagai dasar membangun peletakan batu pertama, kehidupan beragama. Kehidupan mendirikan karangka mesjid atau beragama merupakan kenyataan gereja menyusun batu bata hidup manusia yang ditemukan hingga selesainya rumah ibadah sepanjang sejarah masyarakat tersebut. dan pribadinya. Menurut toko-toko masya- Kehidupan beragama di Desa rakat bahwa tujuan dari saling Lelilef berlaku dari semua lini, membantu adalah untuk ber- baik masyarakat yang beragama silaturahmi, mempererat hubu- Islam maupun Kristen. Dan ngan kekeluargaan dan per- manfaat kehidupan beragama saudaraan sehingga setiap memudahkan masyarakat Lelilef individu tidak mementingkan dalam setiap aktivitas dan kepentingan sesuai dengan memeliki fungsi ekonomi yang makna dalam fagogoru, yakni menguntungkan anggota ma- ngaku rasai, (persaudaraan), syarakat mempunyai kebutuhan sopan re hormat (sopan dan pokok yang hampir sama, hormat), budi re bahasa (budi mereka selalu bekerja sama dan bahasa), timtat re momoi untuk memenuhi kebutuhannya (takut dan malu), melainkan

ISSN 1979-0481 9 hidup dalam untuk menge- lingkungan lebih kotor, seperti depankan kepentingan umum. sampah sisi-sisa upayakan justru semakin berserakan menumpuk Kehidupan Beragama dalam Memperingati hari-hari Besar disana sini termasuk diareal Keagamaan rempat pemujaan. Hari besar keagamaan Peringatan hari besar diperingati berdasarkan per- keagamaan bermaksud meng- gerakan bumi/bulan/matahari ingatkan manusia agar selalu maupun adanya peritiwa yang pada peristiwa yang diperi- dipercaya memiliki nilai spiritual ngatinya. Misalnya hari besar atau kesakralan tertentu untuk Maulid atau memperingati hari meningkatkan kualitas perilaku kelahiran Nabi Muhammad Saw. sehari-hari. Memaknai hari raya Dimana pada hari ini, khusus keagamaan kita berusaha umat Islam di Lelilef mem- menekan angka-angka negatif peringati hari besar maulid dalam kehidupan sehari-hari. dengan meriah, rangkaian Misalnya dalam keadaan hari peringatan hari besar Maulid angka pelangaran lalu lintas dimulai tiga hari sebelum tibanya diupayakan agar menurun hari kelahiran Nabi Muhammad dengan meningkatkan kepa- SAW. tuhan umat akan peraturan dan Setiap hari raya ditandai etika berlaku lintas. Dengan dengan melaksanakan kerja bakti demikian angka kecelakaan akan di sekitar wilayah desa tempat menurun. Berusaha menekan kita tinggal. Dalam rangka hari marah sebagai wujud memaknai raya, fakir miskin lebih hari raya keagamaan. Tidak mendapatkan perhatian dari berjudi, mengurangi hidup umat yang lebih berpunya. berhura-hura sebagai wujud Orang-orang sakit lebih lebih memaknai hari raya keagamaan. mendapatkan perhatian sehing- Kebersihan lingkungan lebih ga beban menderita sakitnya mendapatakan perhatian sebagai tertanggulangi. Berusahalah wujud memaknai hari raya melakukan hal-hal yang dapat keagamaan. Justru sebaliknya menekan angka-angka negatif akibat hari raya keagamaan sebagai wujud memaknai hari 10

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 raya keagamaan umat Islam dan ini adalah religi yang berasal dari Kristen di Lelilef bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang Manfaat Kehidupan Beragama berarti “mengikat kembali”. Manfaat agama dalam kehi- Maksudnya dengan bereligi, dupan manusia berpengaruh seseorang mengikat dirinya dalam banyak aspek, bukan kepadaTuhan. hanya dalam aspek kerohanian Faktor-Faktor Yang saja. Menilik kembali dari awal, Melatarbelakangi Kehidupan agama merupakan kata sarapan Beragama Di Desa Lelilef dari bahasa sansekerta, yaitu A Kehidupan beragama meru- dan Gama. A dalam bahasa pakan bagian dari aktivitas sosial Sanskerta memiliki arti “tidak”, seseorang di dalam kehidupan sedangkan gama berarti “kacau”, bermasyarakat, dan dalam me- jika diartikan, arti kata agama wujudkannya, diperlukan cara- dalam bahasa Sanskerta adalah cara atau aktivitas yang dapat tidak kacau, jadi maksud dari menunjang hal tersebut, Di agama adalah aturan yang samping itu juga ada berbagai membimbing manusia kepada macam alasan yang mendorong beraturan. seseorang untuk melakukan Menurut Kamus Besar Bahasa kehidupan beragama di dalam Indonesia adalah sistem yang masyarakat, khususnya di tempat mengatur tata keimanan yang baru baginya. Hal ini (kepercayaan) dan peribadatan kemudian disadari oleh orang- kepada Tuhan Yang Maha Kuasa orang yang berasal dari suku lain serta tata kaidah yang yang sedang bermigrasi di Desa berhubungan dengan pergaulan Lelilef Kecamatan Weda Tengah manusia dengan manusia serta kabupaten Halmahera Tengah. lingkungannya. Penulis menemukan beberapa Kata “agama” berasal dari alasan yang melatar-belakangi F bahasa Sanskerta, gama yang mereka untuk untuk beradaptasi berarti “tradisi”. Sedangkan kata yaitu sebagai berikut : lain untuk menyatakan konsep

ISSN 1979-0481 11

1. Faktor Lingkungan tersebut ternyata ini disebabkan masyarakat yang bertempat Pada umumnya hal yang tinggal di desa ini selalu paling awal dipertimbangkan berpegang teguh pada nilai-nilai seorang migrasi di suatu daerah mereka yaitu fagogoru artinya tertentu adalah lingkungan yang ngaku rasai (persaudaraan), budi akan ditinggalinya. Lingkungan re bahasa (budi dan bahasa), tersebut haruslah aman, nyaman sopan re hormat (sopan dan dan sesuai kepribadiannya, hormat), timtat re momoi (takut sehingga ia dapat melakukan dan malu). aktivitas keseharian dengan baik tanpa memikirkan hal-hal yang 2. Faktor historis nantinya akan menggangu atau Sejarah merupakan suatu menghambat, bahkan meng- peristiwa atau kejadian yang ancam keselamatan jiwanya. terjadi di masa lampau yang baik Masyarakat yang bertempat langsung maupun tidak lang- tinggal di Desa Lelilef Kecamatan sung memiliki keterkaitan Weda Tengah, tempat ini dipilih dengan masa sekarang. Seperti karena letak geografisnya, yaitu yang telah dijelaskan sebe- kurang jauh dari pusat kota lumnya bahwa masyarakat yang Kabupaten Halmahera Tengah bertempat tinggal di desa Lelilef maupun kota dan sudah ada sejak puluhan tahun memeliki akses yang mudah ke yang lalu. Konon masyarakat berbagai perguruan tinggi di yang bertempat tinggal di desa Ternate. ini sudah ada sejak tahun 105 Masehi dan sampai saat ini Masyarakat yang bertempat jumlahnya sangat meningkat. tinggal desa ini sudah berpuluh- Mengingat peristiwa atau puluh tahun dan mereka hidup aktivitas-aktivitas yang pernah dalam suasana aman dan damai. dilakukan masyarakat di masa Ini dibuktikan pada tahun 1999, lampau, secara langsung di berbagai daerah di Maluku maupun tidak langsung. Utara terjadi berbagai konflik (kerusuhan), namun di desa ini Masyarakat suku Sawai tidak terpengaruh oleh hal-hal sebagian memeluk agama

12

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016

Kristen, dan ada juga memeluk Selain itu, masyarakat Lelilef agama Islam. Walaupun dahulu menganut asas kearifan lokal, agama tradisional seperti yang senantiasa menginginkan anamisme dan dinamisme, tetapi kehidupan bersama dalam sejak kedatangan mimioniris dari mewujudkan suasana yang Belanda, yang memperkenalkan aman, tentram, rukun dan agama Kristen ke dalam harmonis di kalangan masya- kehidupan suku Sawai yang pada rakat Lelilef yaitu falsafah dasarnya pengamal animisme fagogorur. Fagogoru yang artinya dan dinamisme menerima Ngaku re rasai (Persaudaraan), kehadiran agama Kristen dengan Budi re bahasa (Budi dan baik dalam kalangan mereka. bahasa), Sopan re hormat (Sopan Sedangkan agama Islam dan hormat) Timtat re mimoi desebarkan oleh orang-orang (Takut dan malu). Sehingga inilah dari Kesultanan Ternate. yang menjadi dasar atau landasan bagi masyarakat Lelilef Masyarakat suku Sawai untuk selalu menjaga kehidupan sebagian memeluk agama beragama, sehingga mereka Kristen, dan ada juga memeluk selalu hidup dalam iklim aman, agama Islam. Walaupun dahulu damai dan sentosa (Legae agama tradisional seperti Santuli). anamisme dan dinamisme, tetapi sejak kedatangan mimioniris dari Faktor Bahasa Belanda, yang memperkenalkan Bahasa adalah salah satu agama Kristen kedalam unsur dari kebudayaan. Bahasa kehidupan suku Sawai yang pada dibentuk oleh kaidah aturan dasarnya pengamal animisme serta pola yang tidak boleh dan dinamisme menerima dilanggar agar tidak menye- kehadiran agama Kristen dengan babkan ganguan pada komu- baik dalam kalangan mereka. nikasi yang terjadi, aturan dan Sedangkan agama Islam pola-pola yang dibentuk men- desebarkan oleh orang-orang cangkup tata bunyi, tata bentuk dari Kesultanan Ternate. dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan

ISSN 1979-0481 13 berjalan dengan lancer, baik Sebagai kaum pendatang, penerima dan pengirim bahasa masyarakat asal daerah lain harus menguasai bahasanya. ditutut harus bisa berkomunikasi dengan mengunakan bahasa Selain faktor lingkungan dan melayu Lelilef, oleh karena itu historis, bahasa juga menjadi mau tidak mau mereka harus suatu alasan masyarakat Lelilef belajar berkomunikasi meng- untuk berinteraksi dengan gunakan bahasa melayu Lelilef, lingkungannya. Karena melihat dan pertama kali mengajarkan dari fungsi bahasa itu sendiri mereka adalah masyarakat Lelilef yaitu sebagai alat komunikasi, yang bertempat tinggal di kemampuan berbahasa sese- lingkungan mereka. Pertama- orang mempunyai peranan tama mereka mulai mengamati penting dalam proses interaksi percakapan antara masyarakat di dirinya, dan sebaliknya apabilah lingkungan, kemudian mereka seseorang tidak memeliki bertanya tentang makna dari kemampuan berbahasa yang kata atau kalimat yang baik, maka hal itu akan diucapkan, dan selanjutnya menghambat dirinya dalam mereka berlatih,dan akhirnya proses interaksinya didalam mereka berkomunikasi dengan masyarakat. mengunakan bahasa melayu Bahasa melayu masyarakat Lelilef, namun dalam penelitian Lelilef dan beberapa masyarakat di lapangan, penulis menemukan yang berbeda suku tidak ada beberapa masyarakat yang memeliki perbedaan yang sejak awal datang,mereka suda signifikan, walaupun terdapat paham atau mengerti dengan beberapa kata yang berbeda, bahasa lokal Lelilef, Tetapi dalam namun kata-kata tersebut masih berkomunikasi mereka masih terdengar asing. Hal ini yang merasa akau. Ini dikarenakan di dirasakan oleh masyarakat suku tempat asal mereka terdapat lain yang bertempat tinggal di masyarakat yang berasal dari Desa Lelilef dan sekaligus suku tersebut sehingga mereka memotifasi mereka untuk belajar suda terbiasa dengan bahasa dan berinteraksi mengunakan tersebut. Di samping itu juga, bahasa local Lelilef. 14

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016 sebagian masyarakat di Desa aturan yang di buat oleh para Lelilef mereka memahami bahasa pemimpin politik selama dari masyarakat dari suku lain pemimpin tersebut masih berada tersebut. di jalan kebenaran. Hal inilah yang membuat masyarakat dan Faktor lain yang mendorong pemimpin tersebut selalu kehidupan beragama di desa bersatu padu dalam menjaga Lelilef adalah kehidupan beragama. 1. Agama. Aktivitas Masyarakat di Desa Agama merupakan salah satu Lelilef Kecamatan Weda pendorong terjadinya kehidupan Tengah beragama. Masing-masing aga- Di dalam kehidupan ma dengan kepercayaannya bermasyarakat, aktivitas yang selalu menjalankan aktivitas dilakukan oleh seseorang sangat keagamaan, dan tidak meng- mempengaruhi eksistensi dirinya. ganggu agama lain. Mereka Ini disebabkan karena masya- masing-masing menghargai rakat menilai seseorang ber- agama satu dengan agama lain dasarkan apa yang ia lakukan. ketika agama yang lain Seseorang yang memeliki melakukan kegiatan ritual. Dan aktivitas yang padat atau banyak, bahkan mereka juga saling kerja akan lebih terlihat menonjol dan sama dalam melakukan kegiatan lebih berpengaruh dibandingkan ritual tersebut. seseorang yang jarang memeliki

2. Politik. aktivitas, namun tidak semua Politik salah satu tujuan aktivitas yang dilakukan bersifat masyarakat Lelilef dalam rangka positif ada juga aktivitas yang menciptakan masyarakat yang dilakukan yang sifatnya negative. madani. Masyarakat yang Hal ini juga berlaku bagi mengharagai norma-norma kehidupan masyarakat. hukum, norma-norma agama, 1. Aktivitas Individu norma-norma kesusilaan dan lain Aktivitas individu merupakan sebagainya.Masyarakat selalu aktivitas yang rutin dilakukan menghargai dan mematuhi

ISSN 1979-0481 15 oleh seseorang setiap hari, untuk membina hubungan semasa hidupnya. Aktivitas ini harmonis yang sudah terjalin berhubungan dengandengan sejak dulu antara masyarakat kehidupan pribadi orang dengan masyarakat di Desa tersebut, dan biasanya dilakukan Lelilef Kecamatan Weda Tengah, sendiri. Selain itu aktivitas dan aktivitas sosial yang memeliki jeda waktu sendiri dilakukan masyarakat yaitu. untuk dilakukan, mulai dari pagi, 1. Kerja bakti membersihkan siang, bahkan sampai sore hari. tempat-tempat ibadah,saat Hal inilah yang dirasakan oleh hari-hari besar masyarakat yang pekerjaannya di 2. Gotong royong dalam kantor, petani dan nelayan.di membersihkan bibir pantai Desa Lelilef Kecamatan Weda 3. Kerja sama masyarakat dan Tengah. pemuda dalam acara 2. Aktivitas Sosial kepemudaan 4. Kerja sama dalam mem- Selain aktivitas individu, bangun Desa dan lain-lain masyarakat Lelilef Kecamatan Weda Tengah juga memeliki Aktivitas semacam ini aktivitas lain yaitu aktivitas social. dirasakan oleh warga masyarakat Aktivitas ini di lakukan untuk dengan berbagai aktivitas mam- menunjukan ekstensinya, agar pu melakukan hal itu sendiri, supaya mereka juga dianggap sehingga dengan bantuan dari sebagai bagian dari masyarakat setiap warga masyarakat yang di Desa tersebut. Dan apabila jumlahnya cukup banyak sehing- menyimak kembali sejarah, hal ga pekerjaan yang berat apapun ini sejak masa lampau sudah terasa ringan. Dan aktivitas ini sering dilakukan oleh masyarakat juga salah satu untuk tersebut. membangun hubungan sila- turahmi antara sesama warga Untuk itu, aktivitas sosial ini, masyarakat selalu dilakukan oleh masyarakat setempat sampai saat ini bukan 3. Aktivitas Bakti Lingkungan semata-mata untuk eksistensi dan Perayaan Hari Besar dirinya, akan tetapi juga untuk Keagamaan

16

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016

Hal ini juga tidak luput dari pembangunan atau merenovasi perhatian masyarakat dari suku tempat-tempat ibadah tersebut. lain yang tinggal di Desa Pada saat menjelang pera- tersebut, mereka sering terlibat yaan hari besar keagamaan dalam kegiatan-kegiatan seperti seperti ketika menjelang bulan ini. Ketika ada pemberitahuan suci Ramadhan atau menjelang dari kepala dusun untuk hari Natal masyarakat dua melakukan kerja bakti mereka agama (Islam –Kristen) ini bersama-sama dengan masya- bersama-sama kerja bakti untuk rakat bahu membahu untuk memperindah Masjid atau Gereja membersihkan lingkungan tem- yang ada di Desa tersebut, mulai pat tinggal mereka masing- dari membersihkan, mengecet, masing. Salah satu contoh yang sampai merenovasi atau mem- tejadi ketika banjir yang melanda perbaiki bagian-bagian Masjid Desa Lelilef tahun 2015 lalu, oleh atau Gereja yang dirasa suda karena itu masyarakt dari agama diperbaiki.Hal ini juga dilakukan yang berbeda-beda ini bersama ketika menjelang hari Raya dan turun langsung untuk mem- hari-hari besar keagamaan bersikan sampah-sampah yang lainya. berada di selokan dan di tepi pantai. Masyarakat dua agama ini (Islam –Kristen) selain melakukan Aktivitas bakti lingkungan bakti keagamaan mereka juga tidak hanya dilakukan pada saat sering berpartisipasi dalam musim hujan atau pada saat setiap perayaan hari besar banjir saja, akan tetapi aktivitas nasional, seperti misalnya pada semacam ini juga dilakukan oleh perayaan hari kemerdekaan yang masyarakat dua agama ini dirayakan setiap tanggal yang 17 (Islam-Kristen) untuk kegiatan- agustus. Kegiatan-kegiatan kegiatan lainnya di lingkungan semacam ini setiap tahun di tersebut, misalnya kerja sama lakukan. dalam membersihkan tempat ibadah atau bahkan dalam

ISSN 1979-0481 17

4. Aktivitas Sosial Keagamaan Selain pada perayaan hari-hari besar keagamaan, aktivitas sosial Dalam dimensi praktek yang berhubungan dengan keagamaan mencakup beberapa keagamaan yang dilakukan oleh hal yaitu perilaku pelaksaan ritual masyarakat dua agama ini formal keagamaan, ketaatan, dan (Islam-Kristen) antara lain yaitu hal-hal yang dilakukan sese- pada saat ada warga yang orang untuk menunjukkan meninggal dunia, masyarakat komitmen terhadap agama yang dua agama ini berlomba-lomba dianutnya. Aktivitas sosial ke- membantu mulai dari proses agamaan merupakan aktivitas pemakaman sampai selanjutnya yang dilakukan oleh seluruh seperti tahlilan, taziah,dan warga masyarakat di Desa Lelilef proses-proses lainnya. Kecamatan Weda Tengah tanpa terkecuali, dalam pelak- PENUTUP sanaannya, kegiatan yang Berdasarkan hasil pem- dilakukan oleh masyarakat bahasan yang telah diuraikan berkaitan dengan aktivitas pada bab-bab sebelumnya, maka keagamaan salah satu contoh penulis dapat menyimpulkan yaitu pada aktivitas sosial bahwa : organisasi sosial keagamaan. 1. Ada tiga faktor yang melatar- Di Desa Lelilef Kecamatan belakangi masyarakat yang Weda Tengah terdapat beberapa yang bertempat tinggal di tempat ibadah, yang masing- Desa Lelilef Kecamatan Weda masing tempat ibadah ini Tengah dalam kehidupan terdapat organisasi kepemudaan. beragama yaitu faktor Organisasi yang menghimpun lingkungan, faktor historis, para pemuda di lingkungan dan faktor bahasa dan faktor sekitar tempat ibadah mereka, lainnya adalah agama dan organisasi ini sering melakukan politik kegiatan-kegiatan di lingkungan seperti kegiatan-kegiatan yang 1. Lingkungan tempat tinggal berhubungan dengan aktivitas yang aman dan nyaman, keagamaan. sehingga membuat masya- rakat hidup dalam ketentraman. 18

Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016

DAFTAR PUSTAKA

Adeng Muchtar Ghazali.2011. Antropologi Agama Penerbit Alfabetaa, Bandung Bustanuddin Agus, 2016 Agama dalam kehidupan manusia, Pengantar Antropologi. Jakarta PT Rineka Cipta. Burhanudin Salam,2002. Etika Sosial (Asas Moral Dalam Kehidupaan Manusia). Bandung PT Gelora Aksara Pratama. Hanneman Samuel. 2010.Geneologi Kekuasaan Ilmu Sosial Indonesia.Jakarta Penerbit Buku Kepik Ungu. Koentjaraningrat.2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta. Legae Santuli 2011. Sejarah Fagogoru dalam prespektif tiga Negeri.PT Radar Halmahera Legae Santuli, 2011. Sejarah Gam Range (Fagogoru) PT Radar Halmahera. Moleong Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung. Miles M. B. Dan A. M. Huberman.1992 Analisis Data Kualitatif , Buku Sumber Metode- Metode Baru. Jakarta UI – Press Muhamad Ali. 2003. Teologi,Pluralisme-Multikulturalime.Jakarta Penerbit Buku Kompas. Moleong Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung Remaja Rosdakarya Miles M. B. Dan A. M. Huberman,1992. Analisis Data kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode –Metode baru. Jakarta UI- Pres Nurcholis Madjid, 2006. Menembus Batas Tradisi, Menuju masa Depan yang Membebaskan. Jakarta.PT Kompas Media Nusantara. Rusdi Muchtar, MA. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia Jilid I. Penerbit Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta ISSN 1979-0481 19

Rusdi Muchtar,MA. Harmonisasi Agama dan Budaya Indonesia Jilid 2 Penerbit Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta Nastiti, Aulia. D. (2010). “Korean Wave” di Indonesia: Anbtara Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme Pada Remaja. Journal of Communication. 1 (1), pp 1-23. Parengkuan, F E W. (1986). Sejarah kota manado 1945-1979, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Rendell, et al. (2010). Why Copy Others? Insights from the Social Learning Strategies Tournament. AAAS. New York, Washington. Ritzer George, Goodman Douglas. (2004). Teori Sosialogi Modern. Jakarta: Prenada Media. Robertson, Roland. (1992). Globalization: Social Theory and Global Culture. SAGE. Shim, Doo Bo. (2006) “Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia,” Media Culture Society, Vol. 28, No 1 ------(2008). The Growth of Korean Cultural Industries and the Korean Wave. In Chua and Iwabuchi, East Asian pop culture, 15-31. Stokes, Martin. (2004). Music and global order. Annual Review of Anthropology 33: 47-72. Taylor, Edward B. (1887). Primitive Culture: Researches into the Developmen of Mythology, Philosophy, Religion, Art, and Cumtom, New York: Henry Holt.

20