Gastronomi Makanan Khas Keraton Yogyakarta Sebagai Upaya Pengembangan Wisata Kuliner

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Gastronomi Makanan Khas Keraton Yogyakarta Sebagai Upaya Pengembangan Wisata Kuliner Pariwisata, Vol. 7 No. 1 April 2020 GASTRONOMI MAKANAN KHAS KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN WISATA KULINER Setyo Prasiyono Nugroho., SST., M.SC1, I Putu Hardani HD., S.St., M.MPar2 1 Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, [email protected], [email protected] ABSTRAK Wisata kuliner di Yogyakarta sangat beragam, mulai dari tradisional ataupun makanan cepat saji. Menu tradisioal antara lain, gudeg, oseng mercon, sate kere, mie lethek dan lain-lain. Selain itu, Yogyakarta juga memiliki kuliner khas keraton yang fenomenal. Antara lain Hidangan kesukaan raja atau Sultan dari hidangan pembuka sampai penutup, seperti salad jawa, nasi blawong, daging lombok kethok, brongkos ayam asat, gudeg empal, nasi gurih, bistik Jawa, pandekoek, manuk enom, kolak kencana, wedang secang, beer Jawa, dan lain-lain. Gastronomi merupakan motif utama dibalik pelaku-pelaku yang mempersiapkan dan siapa yang menyediakan keperluan bahan makanan dan minuman. Cita rasa masakan khas keraton Yogyakarta banyak dipengaruhi oleh asing, seperti Belanda, Cina dan Portugis. Penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan seperti menumis, merebus, mengukus, menggoreng dan lain-lain, yang biasa digunakan dengan tradisi menghasilkan cita rasa masakan yang kuat. Dalam peniltian ini akan menganalisa bagaimana metode memasak masakan khas keraton, alat serta bahan yang digunakan, guna melestarikan makanan khas keraton Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode memasak masakan khas keraton, alat serta bahan yang digunakan, guna melestarikan makanan khas keraton Yogyakarta. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka rencana kegiatan akan dilakukan selama 1 tahun, pertama penyusunan naskah/rekomendasi pelestarian makanan khas keraton dengan focus utama pada proses memasak, alat masak, dan bahan baku. Metode penelitian yaitu pengumpulan data primer dengan Teknik surve dan teknik kuesioner. Peneliti menggunakan sample 4 hidangan utama, 4 hidangan kudapan, dan 2 minuman merupakan sampel yang dipilih menggunakan Teknik Purposive Sampling. Teknik yang digunakan adalah Semantic Differensial. Kata Kunci : Gastronomi; Makanan Khas Keraton; Pengembangan Wisata Kuliner. ABSTRAK Culinary tourism in Yogyakarta is very diverse, ranging from traditional or fast food. Traditional menus include gudeg, oseng mercon, satay kere, lethek noodles and others. In addition, Yogyakarta also has a phenomenal cuisine that is phenomenal. Among other things the king or Sultan's favorite dishes from appetizer to dessert, such as Javanese salad, Blawong rice, chili kethok, brongkos asat chicken, empal gudeg, savory rice, Javanese steak, pandekoek, manuk enom, kolak kencana, wedang secang, Javanese beer , and others. Gastronomy is the main motive behind the actors who prepare it and who provides food and beverage needs. The taste of Yogyakarta's palace cuisine is influenced by many foreigners, such as the Dutch, Chinese and Portuguese. The use of cooking techniques according to ingredients such as sauteing, boiling, steaming, frying and others, which are commonly used with tradition produces a strong taste of cuisine. In this study will analyze how the cooking methods typical of the palace, tools and materials used, in order to preserve the special food of the Yogyakarta palace. The purpose of this study was to determine the method of cooking typical cuisine of the palace, tools and materials used, in order to preserve the special food of the Yogyakarta palace. To achieve this goal, the activity plan will be carried out for 1 year, firstly compiling the manuscript ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 52 Pariwisata, Vol. 7 No. 1 April 2020 / recommendation for preserving typical foods of the palace with the main focus on the process of cooking, cooking utensils, and raw materials. The research method is primary data collection with survey techniques and questionnaire techniques. Researchers used a sample of 4 main dishes, 4 snack dishes, and 2 drinks were selected using the Purposive Sampling Technique. The technique used is Semantic Differential. Keywords: Gastronomy; Special Palace Foods; Culinary Tourism Development. PENDAHULUAN lain. Selain hidangan khas tersebut, Industri pariwisata yang Yogyakarta memiliki kuliner khas mengalami perkembangan yang cukup keraton yang fenomenal. pesat saat ini adalah bidang kuliner Hidangan khas keraton tersebut dimana wisata ini berkaitan dengan biasanya hanya di jumpai di beberapa penyediaan makanan dan minuman. restoran yang ada di seputaran keraton Wisata kuliner merupakan salah satu Yogyakarta. Menu keraton yang di jual jenis wisata pendukung bagi wisata umumnya adalah Hidangan kesukaan bahari, alam, budaya dan sejarah. raja atau Sultan mulai dari Hidangan Walaupun sebagai wisata pendukung, pembuka sampai penutup. Restoran wisata kuliner ini mampu menarik tersebut menyajikan makanan dan wisatawan dalam berkunjung ke daerah minuman khas Keraton Yogyakarta tujuan wisata untuk sekedar mencicipi seperti salad jawa, nasi blawong, daging kuliner yang ada di daerah tersebut. lombok kethok, brongkos ayam asat, Meskipun wisata kuliner sering gudeg empal, nasi gurih, bistik Jawa, dianggap sebagai produk wisata pandekoek, manuk enom, kolak pelengkap, tetapi wisata kuliner cukup kencana, wedang secang, beer Jawa, dan potensial untuk dikembangkan karena lain-lain. wisatawan yang datang biasanya tertarik Gastronomi merupakan alasan untuk mencoba makanan khas daerah bagi mereka untuk mempersiapkan dan tersebut. Saat ini, banyak dari wisatawan menggerakkan kebutuhan akan bahan yang datang ke suatu daerah wisata makanan dan minuman, yang hanya untuk mencari makanan yang diantaranya adalah para pembudidaya, mereka inginkan meskipun dalam petani nelayan, pemburu hewan, juru menikmati makanan yang mereka masak dan lain-lain. Menurut Santich B peroleh terkadang mereka harus dalam Antonius Riski (2018) membayar mahal untuk menikmatinya. Gastronomi adalah panduan mengenai Provinsi Daerah Istimewa berbagai cara yang melibatkan setiap hal Yogyakarta merupakan salah satu tentang makanan dan minuman. wilayah tujuan wisata di Indonesia yang Gastronomi atau tata boga adalah seni menawarkan berbagai macam obyek atau ilmu makanan yang baik (Good wisata baik obyek wisata alam, wisata eating), Kajiannya ini berhubungan pantai, wisata budaya dan wisata dengan gambaran dari budaya, sejarah, kuliner. Wisata kuliner di Yogyakarta serta suasana lingkungan mengenai “di sangat beragam, mulai dari warung mana (where), kapan (when), mengapa makan di pinggir jalan sampai rumah (why) dan bagaimana (how). makan/restoran berbintang. Beragan Cita rasa masakan khas keraton sajian makanan yang ditawarkan di Yogyakarta banyak dipengaruhi oleh Yogyakarta menyuguhkan banyak asing, seperti Belanda, Cina dan variasi makanan mulai dari tradisional Portugis. Hampir seluruh msakan khas ataupun makanan cepat saji yang keraton menggunakan bumbu yang bersifat modern. Menu tradisional yanag berasal dari rempah-rempah seperti, dijajakan tidak kalah enaknya dengan kemiri, cabe, lengkuas, jahe, daun menu-menu modern saat ini, menu salam, pala, kayu manis dan lain-lain. tersebut antara lain, gudeg, oseng Penggunaan teknik-teknik memasak mercon, sate kere, mie lethek dan lain- menurut bahan seperti menumis, ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 53 Pariwisata, Vol. 7 No. 1 April 2020 merebus, mengukus, menggoreng dan sementara di destinasi yang dituju lain-lain, yang biasa digunakan dengan tersebut, 3). Dengan adanya perjalanan tradisi menghasilkan cita rasa masakan dan bertempat tinggal sementara di luar yang kuat. Selain menggunakan metode tempat tinggal biasanya maka pariwisata memasask tersebut, tentunya bahan- telah menimbulkan aktivitas-aktivitas bahan pilihan menghasilkan cita rasa yang berbeda dari kehidupan sehari-hari, masakan yang berkualitas pula. 4). Pariwisata timbul dari adanya Berdasarkan penelitian yang telah pergerakan manusia dari tempat mereka dilaksanakan sebelumnya, pengunjung tinggal menuju berbagai destinasi tertarik untuk mencicipi aneka hidangan (tujuan), yang ditawarkan di restoran tersebut Kegiatan wisata memiliki unsur (Gadri Resto) karena mereka ingin terpenting untuk tidak bertujuan mencari mengetahui keunikan atau kekhasan dari nafkah, dan apabila dalam kegiatannya makanan yang ditawarkan, tercermin ternyata mencari nafkah maka itu juga dari rasa, penampilan, cara penyajian, dianggap sebagai kegiatan wisata. Kata bahan pembuatan, dan tentu saja asal- pariwisata berasal dari hahasa usul kuliner tersebut (Ida dan Setyo, Sansekerta yang berarti perjalanan 2018). Dalam peniltian ini akan penuh. (Edi dan Totok, 2015). menganalisa bagaimana metode Wisata Kuliner memasak masakan khas keraton, alat Voyages culinaires (Prancis) serta bahan yang digunakan, guna atau culinary travel(Inggris) atau wisata melestarikan dan pengembangan Wisata kuliner adalah perjalanan berwisata yang kuliner khas keraton Yogyakarta. Tujuan berkaitan dengan masak-memasak (Eri penelitian adalah: (1) Bagaimanakah Besra, 2012). Asosiasi Pariwisata gastronomi makanan khas keraton Kuliner Internasional (International Yogyakarta dilihat dari aspek alat, bahan Culinary Tourism Association/ICTA) dan metode memasaknya? (2) mengatakan bahwa wisata kuliner Bagaimanakah makanan khas keraton adalah kegiatan makan dan minum yang Yogyakarta dalam pengembangan dilakukan oleh setiap pengunjung atau Wisata kuliner? wisatawan yang berwisata. Berbeda dengan produk wisata lainnya seperti KAJIAN LITERATUR wisata bahari,
Recommended publications
  • Discover the Taste of Solo
    Discover the Taste of Solo Sejak tahun 1988, Dapur Solo berdedikasi untuk melestarikan kuliner tradisional Jawa. Dapur Solo dikenal akan keahliannya dalam kreasi hidangan khas Jawa untuk masyarakat modern, tanpa meninggalkan nilai unik dan tradisional. Seluruh sajian dimasak dengan penuh perhatian akan keunggulan dan keasliannya. KHAS SOLO 01 01. Nasi Urap Solo 40,5 Nasi, sayuran urapan dengan rasa sedikit pedas, pilihan lauk ayam / empal goreng, tempe bacem Dengan nasi kuning +1.000 02. Nasi Langgi Solo 41,5 Nasi langgi kuning khas Solo yang disajikan dengan ayam / empal goreng, terik daging, sambal goreng kentang, abon sapi, telur dadar tipis, serundeng kelapa, kering kentang, lalap serta kerupuk udang dan sambal Dengan nasi putih 40.500 02 04 03. Nasi Langgi Si Kecil 30,5 Nasi kuning dengan pilihan ayam goreng, abon sapi, telur dadar tipis dan kerupuk udang 04. Nasi Liwet Solo 40,5 Nasi gurih dengan suwiran ayam kampung, telur pindang, tempe bacem dan potongan ati ampela ayam disiram dengan sayur labu dengan rasa gurih sedikit pedas Menu favorit Menu pilihan anak 05 06 05. Lontong Solo 40,8 Lontong yang disiram dengan kuah opor kuning lengkap dengan suwiran ayam, telur pindang dan sambal goreng kentang 06. Timlo Solo 37,5 Sop kuah bening berisi sosis Solo, suwiran ayam, dan telur pindang 07. Selat Solo 41 Perpaduan daging semur yang manis dan mustard yang asam serta sayuran, menghasilkan cita rasa perpaduan dua budaya Jawa dan Belanda 07 Menu favorit Menu pilihan anak NUSANTARA 01 01. Nasi Timbel Sunda 42 Nasi timbel dengan pilihan lauk ayam / empal goreng, sayur asem, ikan asin, tempe bacem serta disajikan dengan kerupuk udang, lalap dan sambal 02 02.
    [Show full text]
  • GUIDEBOOK 1 of 34 Table of Content
    GUIDEBOOK !1 of !34 Table of Content ALL ABOUT BHUMI 3 OUR HOME 3 OUR NEIGHBOURHOOD 3 PERMACULTURE GARDEN 4 COMMON ROOM 4 MINI GYM 4 LAUNDRY 5 PRINTING 5 FACILITIES 6 AROUND BHUMI 7 DIY Jogja Trips 14 JOGJA REGULAR EVENTS 17 SAFETY INFORMATION 24 IN CASE OF FIRE 24 IN CASE OF EARTHQUAKE 24 IN CASE OF A MOUNT MERAPI ERUPTION 26 PROTECTION FROM FALLING ASHES 27 HOSPITAL 28 EMERGENCY & IMPORTANT TELEPHONE NUMBERS 29 USEFUL WORDS & TERMINOLOGY 31 EMERGENCY 31 NUMBERS 32 HANDY WORDS 33 !2 of !34 ALL ABOUT BHUMI OUR HOME Our aim is to make our guests to be as comfortable as possible as if they were in their own home. BHUMI’s house was built in 1976 as a family home in a mix of retro colonial and javanese style. It has five rooms: one private room, one dorm room with ensuite bathroom and three non co-ed dorm rooms. All of our rooms are fully air- conditioned. Our home can accommodate up to 26 guests each night. OUR NEIGHBOURHOOD Kotagede (also Kota Gede, Javanese for "Big City") is a historic neighbourhood in Yogyakarta, Indonesia. The name was also used for the administrative district (kecamatan) of the same name in the City of Yogyakarta. Kotagede contains the remains of the first capital of Mataram Sultanate, established in the 16th century. Some of the remains of the old Kotagede are remains of the palace, the royal cemetery, the royal mosque, and defensive walls and moats. Kotagede is well known internationally by its silver crafting. !3 of !34 PERMACULTURE GARDEN BHUMI garden is designed using permaculture (permanent culture) technique, a method that is centred around simulating the patterns and features observed in natural ecosystems, this way our plants could grow organically without excessive use of chemicals and safe to be consumed raw.
    [Show full text]
  • Bab 1 Pendahuluan
    BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Beberapa kuliner Indonesia berhasil mendapat prestasi tingkat dunia, seperti rendang dan cendol. Sangat disayangkan, banyak kuliner tradisi khas di Indonesia yang dilupakan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Sebut saja beberapa kuliner daerah seperti, sayur Babanci kuliner khas Betawi, Tapai Ngambeng dari Wonosobo, Pecel Semanggi dari Surabaya, atau Gulo Puan dari Sumatera Selatan. Yogyakarta merupakan kota budaya dengan kuliner khas Indonesianya masih sangat kental meskipun ada beberapa kuliner tradisi yang kurang diketahui oleh masyarakat. Yogyakarta juga sangat sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia untuk berlibur. Diantara kuliner-kuliner legendaris khas Yogyakarta, berikut sebagian kuliner yang akan penulis promosikan untuk Tugas Akhir diantaranya Gudeg sebagai kuliner primer dan Mie Lethek, Sate Klathak, Jadah Tempe, Brongkos Jogja, Tiwul, Mangut Lele, Kipo, Oseng Mercon dan Sate Kere dimana makanan tersebut masing- masing memiliki cerita menarik didalamnya. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap kuliner-kuliner tradisi khas Yogyakarta yang seharusnya menjadi warisan budaya yang dilestarikan, menjadikan masyarakat hanya mengetahui gudeg sebagai kuliner tradisi khas Yogyakarta. Manfaat yang akan didapatkan dari pembahasan dalam topik ini adalah dengan melakukan kampanye informasi dari kuliner-kuliner tradisi khas Yogyakarta tersebut yang diharapkan terjadinya perubahan perilaku dari masyarakat Indonesia
    [Show full text]
  • Healthy Food Traditions of Asia: Exploratory Case Studies From
    Harmayani et al. Journal of Ethnic Foods (2019) 6:1 Journal of Ethnic Foods https://doi.org/10.1186/s42779-019-0002-x ORIGINALARTICLE Open Access Healthy food traditions of Asia: exploratory case studies from Indonesia, Thailand, Malaysia, and Nepal Eni Harmayani1, Anil Kumar Anal2, Santad Wichienchot3, Rajeev Bhat4, Murdijati Gardjito1, Umar Santoso1, Sunisa Siripongvutikorn5, Jindaporn Puripaatanavong6 and Unnikrishnan Payyappallimana7* Abstract Asia represents rich traditional dietary diversity. The rapid diet transition in the region is leading to a high prevalence of non-communicable diseases. The aim of this exploratory study was to document traditional foods and beverages and associated traditional knowledge that have potential positive health impacts, from selected countries in the region. The study also focused on identifying their importance in the prevention and management of lifestyle-related diseases and nutritional deficiencies as well as for the improvement of the overall health and wellbeing. This was conducted in selected locations in Indonesia, Thailand, Malaysia and Nepal through a qualitative method with a pre-tested documentation format. Through a detailed documentation of their health benefits, the study tries to highlight the significance of traditional foods in public health as well as their relevance to local market economies towards sustainable production and consumption and sustainable community livelihoods. Keywords: Traditional foods, Ethnic recipes, Asian health food traditions, Cultural dietary diversity, Indonesia, Thailand, Malaysia and Nepal Introduction Due to the dynamic adaptations to local biocultural con- Asia represents vast geographic, socioeconomic, bio- texts and refinement over generations through empirical logical, and cultural diversity. This is also reflected in the observations, they assume to have positive health impacts dietary diversity of traditional foods.
    [Show full text]
  • DKBM Indonesia
    FOODGROUP FOODNAME ENERGY PROTEIN FATS CARBHDRT CALCIUM PHOSPHOR IRON VITA VITB1 VITC F-EDIBLE (BDD) F-WEIGHT AA Arrowroot 102 1.00 0.20 24.10 28.00 35 1.70 0 0.06 2.0 100 100 AA Belitung 145 1.20 0.40 34.20 26.00 54 1.40 0 0.10 2.0 85 100 AA Belitung kukus 145 1.20 0.40 34.20 21.00 48 0.90 0 0.08 1.2 100 100 AA Beras benir 339 7.70 4.40 73.00 22.00 272 3.00 0 0.55 0.0 100 100 AA Beras giling 360 6.80 0.70 78.90 6.00 140 1.00 0 0.12 0.0 100 100 AA Beras giling pelita I/1 366 7.60 1.00 78.90 59.00 258 0.80 0 0.26 0.0 100 100 AA Beras giling pelita II/1 396 9.50 1.40 77.10 68.00 171 1.40 0 0.26 0.0 100 100 AA Beras jagung 345 9.10 2.00 76.50 14.00 311 3.70 0 0.17 0.0 100 100 AA Beras ketan hitam 356 7.00 0.70 78.00 10.00 148 1.00 0 0.20 0.0 100 100 AA Beras ketan hitam kukus 181 4.00 1.20 37.30 9.00 144 1.70 0 0.06 0.0 100 100 AA Beras ketan hitam tumbuk 360 8.00 2.30 74.50 10.00 347 6.20 0 0.24 0.0 100 100 AA Beras ketan putih 362 6.70 0.70 79.40 12.00 148 1.00 0 0.16 0.0 100 100 AA Beras ketan putih kukus 163 3.00 0.40 35.70 4.00 55 0.70 0 0.07 0.0 100 100 AA Beras ketan putih tumbuk 361 7.40 0.80 78.40 13.00 157 3.40 0 0.28 0.0 100 100 AA Beras merah tumbuk 359 7.50 0.90 77.60 16.00 163 0.00 0 0.21 0.0 100 100 AA Beras merah tumbuk 352 7.30 0.90 76.20 15.00 257 4.20 0 0.34 0.0 100 100 AA Beras merah tumbuk (kukus) 149 2.80 0.40 32.50 6.00 63 0.80 0 0.06 0.0 100 100 AA Beras paboiled 364 6.80 0.60 80.10 5.00 142 1.00 0 0.22 0.0 100 100 AA Beras pecah kulit 335 7.40 1.90 76.20 12.00 290 2.00 0 0.32 0.0 100 100 AA Beras rojolele 357 8.40
    [Show full text]
  • BAB 3 ANALISA DAN PEMROGRAMAN ARSITEKTUR 3.1. Analisa Dan Program Fungsi Bangunan 3.1.1 Karakteristik Dan Kapasitas Pengguna A
    BAB 3 ANALISA DAN PEMROGRAMAN ARSITEKTUR 3.1. Analisa dan Program Fungsi Bangunan 3.1.1 Karakteristik dan Kapasitas Pengguna a. Objek pamer Museum Kuliner khas Jawa Tengah Objek pamer pada bangunan museum kuliner ini, sebagian besar merupakan benda koleksi yang dipamerkan. Benda koleksi museum yang berupa replika kuliner dan peralatan masak tradisional dipajang dan ditampilkan di dalam vitrin3, di dalam pedestal dan dalam bentuk diorama. Benda pameran yang memanfaatkan teknologi maya (virtual) ditampilkan dengan menggunakan alat Virtual Reality, meja hologram, dan layar LED. Jenis-jenis kuliner khas Jawa Tengah yang akan ditampilkan di museum dapat dilihat pada tabel dibawah. Daftar benda / objek yang dipamerkan A Masakan Khas 1 Kota Semarang Lumpia Wingko babat Wedang tahu 2 Kota Surakarta Nasi liwet Serabi 3 Vitrin adalah lemari pajang tempat meletakkan objek koleksi yang akan dipamerkan kepada pengunnjung. 37 Selat solo Nasi Gandul 3 Kota Salatiga Enting-enting gepuk Ronde Gula kacang 4 Kota Magelang Sup senerek Sego megono 5 Kota Pekalongan Kue lumpang Kluban 6 Kota Tegal Sega lengko Es sagwan 7 Kota Purwokerto Tempe mendoan Badeg 8 Kota Purwodadi Nasi Jagung 9 Kab. Banjarnegara Combro kalipalet Buntil Mie Ongklok 10 Kab. Banyumas 38 Gethuk goreng Soto sokaraja 11 Kab. Batang Lontong lamprak 12 Kab. Blora Es Jati Wedan Cemohe 13 Kab. Boyolali Soto Seger Tahu susu 14 Kab. Brebes Telur asin Sate blengok 15 Kab. Cilacap Brekecek Rempeyek Yutuk 16 Kab. Demak Nasi Brongkos 17 Kab. Grobogan Ayam pencok Garang asem Sayur Becek 18 Kab. Jepara Horok-horok 39 Adon-adon coro 19 Kab. Karanganyar Timus Grubi 20 Kab. Kebumen Jipang kacang Sate Ambal 21 Kab.
    [Show full text]
  • The Above Prices Are Subject to 21% Government Tax and Service Charge Dining Temptations of Hotel Tugu Lombok
    The above prices are subject to 21% government tax and service charge Dining Temptations of Hotel Tugu Lombok ZÜtÇw e|}áààtyxÄ Dutch Colonialism-era Smorgasbord Tugu’s Traditional Grand Rijsttafel (Rice Table) portrays the sumptuous society feast that used to be celebrated by the Dutch plantation lords when they hosted their honorable guests during the Colonial years. Only with the freshest, most exotic ingredients prepared according to traditional recipes that were told from mouth to mouth, the Grand Rijsttafel is a show-off display of the richness of spices that grew naturally in Indonesia, as seen from the many different palates which were all brought together to make a one elaborate Rijsttafel dish. Traditionally each dish (Perkedel Udang Windu -Stuffed Prawn with Potato Fritter-, Rendang Pariaman -Stew Beef in Coconut Milk-, Kare Ayam -Chicken Curry-, Soto Ayam Madura - Madurese Turmeric Chicken Soup) that contributes to the Rijsttafel is served by one waiter, adding up to an impressive total of twelve waiters who, led by the head-waiter, line up and serve their part extravagantly upon the eyes of each guest.Rijstaffel can also be served ready on table or by buffet service without compromising its lavishness. For its exquisite colors, delicious complex combination of dishes and luxurious service, the Dutch landlords who lived in Indonesia during that period had made it a symbol of success in the society. Rijsttafel Idr 500.000++ per person Grand Rijsttafel idr 650.000++ per person (served by 12 waiters) The above prices are subject
    [Show full text]
  • Graduation Assignment
    Vidyadhana, S. (2017, January 22). Kenapa Sih Anak Muda Indonesia Bersedia Terbebani Resepsi Pernikahan Mahal? Retrieved June 5, 2017, from VICE: https://www.vice.com/id_id/article/kenapa-sih-anak-muda-indonesia-bersedia-terbebani- resepsi-pernikahan-mahal Wahyuni, T. (2015, March 7). Makanan yang Paling Diincar Tamu di Pesta Pernikahan. Retrieved from CNN Indoneisa : http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150307100907-262- 37404/makanan-yang-paling-diincar-tamu-di-pesta-pernikahan/ Wisnu, K. (2017, April 27). Mr. (B. Kusuma, Interviewer) 12. Appendices Appendix I: Products of Karunia Catering Buffet Packages Buffet Package A @ IDR 55,000 Soup Salad Vegetables Red Soup Caesar Salad Seafood Stir Fry Asparagus Soup Red Bean Salad Sukiyaki Beef Stir Fry Asparagus Corn Soup Marina Salad Crab with Broccoli Sauce Corn Soup Mix Vegetables Salad Szechuan Green Bean Waru Flower Soup Special Fruit Salad Squid and Broccoli Stir Fry Fish Meatball Soup Avocado Salad Sapo Seafood Mango Salad Broccoli and Squid Spicy Food Fish / Chicken Bistik Tongue Balado Special Kuluyuk Chicken Beef Rolade Meat Beef Balado Sweet and Sour Shrimps Beef Tongue Tongue Black Pepper Shrimp with Bread Crumb Betutu Chicken Beef Black Pepper Floured Fried Shrimp Roasted Chicken Roll Tongue Asem-asem Mayonnaise Shrimp Chicken Satay Tongue with Cheese Drum Stick Shrimp Meat Kalio Fish with Padang Sauce Lungs with Coconut Sour Salad Fish Fish with Bread Crumb 45 Bistik Dish served with sliced vegetables except for roasted chicken and satay Drink: Tea, soft drink / lemon tea
    [Show full text]
  • Tinjauan Sosio Ekonomi Gudeg Dan Preferensi Konsumennya Di Kotamadya Yogyakarta
    Tinjauan Sosio Ekonorni Gudeg (Stephanus Sri Hedy A.P., Wahyu Supartono. Henry Yuliando) TINJAUAN SOSIO EKONOMI GUDEG DAN PREFERENSI KONSUMENNYA DI KOTAMADYA YOGYAKARTA Stephanus Sri Hedy Agung Putra'), Wahyu Supartono"), Henry Yuliando") Abstract Gudeg is the most popular javanese food in Yogyakarta, which is divided into two types; wet and dry. The difference of them depended on their moisture content. Its moisture content caused differences on the product attributes. Aims of this research were identifying the socio-economic aspects of gudeg producers and measuring consumer preferences level. The research on the gudeg producer was conducted and analysed by using Bivariate Correlation and Joint Correlation (Partial Correlation) procedures. Based on the results, it could be stated, that the differ- ence types of gudeg influenced by profit, price and marketing area. Consumers research was conducted by using attitude index analysis. The results were, that dry gudeg lead attitude index by 0.655 and wet gudeg by 0.104. It meant that the consumers more preferred to consume dry gudeg than wet gudeg. Keywords : gudeg; sosio-economic aspects; consumer preference Gudeg adalah salah satu makanan tradisional Di dalam Pedoman Pemasyarakatan khas Yogyakarta yang secara turun temurun telah Gerakan Aku Cinta Makanan Indonesia (1993) menjadi menu harian sebagian besar dan menurut Menteri Negara Urusan Pangan masyarakatnya. Bahkan gudeg telah menjadi (1994) popularitas makanan tradisional di Indone- identitas yang nyaris tak terpisahkan dengan kota sia dirasakan semakin menurun jika dibandingkan Yogyakarta, namun demikian hingga saat ini dengan berbagai jenis pangan impor yang sangat belum banyak penelitian ilmiah yang mengkaji gencar promosinya, terutama di daerah perkotaan.
    [Show full text]
  • Abstrak Perancangan Kampanye Informasi Untuk Memperkenalkan Kuliner Tradisi Khas Yogyakarta
    ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE INFORMASI UNTUK MEMPERKENALKAN KULINER TRADISI KHAS YOGYAKARTA Oleh Fadiah Putri Larasati NRP 1464087 Yogyakarta merupakan kota budaya dengan kuliner khas Indonesianya masih sangat kental meskipun ada beberapa kuliner tradisi yang kurang diketahui oleh masyarakat. Yogyakarta juga sangat sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia untuk berlibur. Kuliner-kuliner tradisi khas Yogyakarta diantaranya Gudeg , Mie Lethek, Sate Klathak, Jadah Tempe, Brongkos Jogja, Tiwul, Mangut Lele, Kipo, Oseng Mercon dan Sate Kere. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap kuliner-kuliner tradisi khas Yogyakarta yang seharusnya menjadi warisan budaya yang dilestarikan, menjadikan masyarakat hanya mengetahui gudeg sebagai kuliner tradisi khas Yogyakarta. Penyelesaian dari masalah adalah dengan membuat kampanye informasi dan menggunakan konsep AIDMA. Media yang digunakan yaitu billboard, internet, Media cetak, video, dan gimmick. Tujuan dari perancangan kampanye informasi ini adalah diharapkan adanya perubahan perilaku yang ditunjukan oleh target audience yang awalnya tidak mengetahui menjadi mengetahui dan dapat melestarikan kuliner-kuliner tradisi khas Yogyakarta. Perancangan ini menggunakan teknik Fotografi dengan spesifikasi Food Photography dengan menggunakan beberapa angle foto dan bluring background masing-masing makanan. Serta menggunakan tone warm dan lebih vintage agar menampilkan kesan tradisi yang kental akan Yogyakarta. Kata Kunci : Food Photography; Kampanye Informasi; Kuliner Indonesia; Kuliner Tradisi;
    [Show full text]
  • Vegetarian Delights [For Jakarta Java Kini May 2014 Edition]
    Vegetarian Delights [for Jakarta Java Kini May 2014 edition] Few know that Indonesia is actually a vegetarian haven. Read on to find out more about the nation’s tastiest and healthiest delicacies. I have never understood those who did not like eating vegetables. When I was just a kid, I would be very confused whenever I watched adults encourage children on American TV shows to eat their veggies. I am not a vegetarian, but I have always loved eating my vegetables; they were always cooked so deliciously! It was not until I lived in the States, where my dose of vegetables could only come from bland boiled vegetables or raw leafy salads, that I understood why children would not prefer to eat healthily. Although with time I eventually adjusted to eating a healthy yet zesty salad, I would still take my tasty terong balado any day. Thus, I have listed a few of my favorite Indonesian vegetarian dishes. Vegetarians, I hope my choices do not disappoint! Let us begin with a local favorite – gado gado, an Indonesian salad of boiled vegetables and eggs topped with a tasty nut sauce. What makes gado gado different from Western style salads, however, is that there is more sauce than vegetable, meaning that each vegetable would be well coated with the nutty topping. Vegetables may include string beans, tempeh, potatoes, corn and cabbage. Gado gado is definitely worth a try, as it is practically an Indonesian staple. It is a dish that you can find in almost any vendor, whether that be a fancy restaurant or a hawker stall on the side of the road.
    [Show full text]
  • Indonesian Food
    HOW TO COOK INDONESIAN FOOD COMMEMORATIVE EDITION In memory of Ailsa Zainu’ddin, 1927–2019 A.G. THOMSON ZAINU’DDIN AUSTRALIAN INDONESIAN ASSOCIATION OF VICTORIA AIA_HowToCookIndoFood_4pp-270619.indd 1 27/6/19 6:57 pm PO Box 527 Carlton South Victoria 3053 ABN 46 660 486 306 www.aiav.org.au Copyright © 2019 Ailsa Zainu’ddin This edition first published 2019 by AIAV Original edition first published 1965 by AIAV Project Managers: Lois Carrington (original edition), Steve Dobney (this edition) Editors: Carolyn Glascodine, Paula Bradley, Steve Dobney Design and layout: Jennifer Johnston (this edition) Cover art: Hugh O’Neill (original edition), adapted by Jennifer Johnston (this edition) Text scanning: Lesley Hutchison and Samuel Clancy Illustrators: Astrid Dahl, Robert Grieve, Henry Salkauskas, Eva Kubbos and senior art students of the Royal Melbourne Institute of Technology (now RMIT University) Printed in Melbourne by Impact Digital Pty Ltd, Brunswick ISBN: 978-0-646-80453-8 Acknowledgements For the original edition: Nila Zainu’ddin thought up the title. The wood engravings were generously lent by the editor of Meanjin Quarterly, Mr C.B. Christesen. The author is grateful to all the members who assisted with publication, distribution and financing of the original book – not to forget those who tested the recipes! For the new edition: Ann McCarthy provided biographical information and the author’s revisions and additions to the original text. Nani Pollard and Tesna Copeland provided advice on the recipes and language. Lester Levinson and Prue Price lent their treasured copies of the original editions. AIA_HowToCookIndoFood_4pp-270619.indd 2 27/6/19 6:57 pm FOREWORD IT GIVES ME GREAT PLEASURE to present this commemorative edition of How to Cook Indonesian Food by Ailsa Zainu’ddin, some 54 years after it first appeared in print.
    [Show full text]