Tinjauan Sosio Ekonorni Gudeg (Stephanus Sri Hedy A.P., Wahyu Supartono. Henry Yuliando)

TINJAUAN SOSIO EKONOMI GUDEG DAN PREFERENSI KONSUMENNYA DI KOTAMADYA

Stephanus Sri Hedy Agung Putra'), Wahyu Supartono"), Henry Yuliando")

Abstract Gudeg is the most popular javanese food in Yogyakarta, which is divided into two types; wet and dry. The difference of them depended on their moisture content. Its moisture content caused differences on the product attributes. Aims of this research were identifying the socio-economic aspects of gudeg producers and measuring consumer preferences level. The research on the gudeg producer was conducted and analysed by using Bivariate Correlation and Joint Correlation (Partial Correlation) procedures. Based on the results, it could be stated, that the differ- ence types of gudeg influenced by profit, price and marketing area. Consumers research was conducted by using attitude index analysis. The results were, that dry gudeg lead attitude index by 0.655 and wet gudeg by 0.104. It meant that the consumers more preferred to consume dry gudeg than wet gudeg.

Keywords : gudeg; sosio-economic aspects; consumer preference

Gudeg adalah salah satu makanan tradisional Di dalam Pedoman Pemasyarakatan khas Yogyakarta yang secara turun temurun telah Gerakan Aku Cinta Makanan (1993) menjadi menu harian sebagian besar dan menurut Menteri Negara Urusan Pangan masyarakatnya. Bahkan gudeg telah menjadi (1994) popularitas makanan tradisional di Indone- identitas yang nyaris tak terpisahkan dengan kota sia dirasakan semakin menurun jika dibandingkan Yogyakarta, namun demikian hingga saat ini dengan berbagai jenis pangan impor yang sangat belum banyak penelitian ilmiah yang mengkaji gencar promosinya, terutama di daerah perkotaan. permasalahan-permasalahan yang berkaitan Dalam rangka hari Pangan Sedunia XIII, pada dengan gudeg tersebut. Adanya penelitian tentang tanggal 16 Oktober 1993 telah dicanangkan gerakan gudeg diharapkan akan berguna bagi memasyarakatkan Aku Cinta Makanan Indonesia perkembangan industri gudeg tersebut sebagai (ACMI). Selain untuk mengimbangi pergeseran salah satu jenis makanan tradisional khas pola konsumsi yang mengarah kepada makanan Yogyakarta. berselera impor, pengembangan makanan khas Menurut Triwitono (1993), ada 2 (dua) Indonesia juga dinilai sebagai usaha pemeliharaan macam gudeg yang dikenal yaitu gudeg basah dan budaya bangsa Indonesia (Nuraini, 1995). Menurut gudeg kering. Gudeg basah mempunyai kadar air Triyoga (1995), makanan tradisional Indonesia yang cukup tinggi (basah), sedangkan gudeg kering juga dapat digunakan sebagai media komunikasi kadar airnya relatif rendah, sebab dalam proses yang relatif murah, untuk mencari nafkah atau pengolahamya dilakukan penggorengan (goreng- mempertahankan buday a. tumis) lebih lanjut sampai cukup kering. Adanya tambahan waktu proses penggorengan dalam pembuatan gudeg kering ini mengakibatkan adanya Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas perubahan sifat-sifat gudeg seperti cita rasa, Teknologi Pertanian Universitas Gaajah Mado Yogyakarta Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian kenampakan, dan daya tahan. Akibat adanya Faku1ta.s Teknolo~i- Pertanian Universitas Gadjah Mada pembahan sifat tersebut menyebabkan penanganan Yogyakana terhadap produk gudeg tersebut jugs-mengalami JurnalTeknologi Pangan dan Gizi Volume 2 Nomor1, April2001 perubahanmisalnya adalah cara mengemasnya. r..,- korelasiantara variabel x dan y Selainitu penambahanwaktu penggorenganjuga x - variabelbebas mempengaruhijumlah sumberdayayang y : variabeltidak bebas digunakansehingga meyebabkan perbedaan harga |.{ : jumlah sampel jual gudeg. Hal-hal tersebutmenimbulkan perbedaanatribut produk pada gudeg kering dan 2. a. Korelasiberganda : gudegbasah. produkantara kedua jenis nlr+nlr-2rrrrrrr, (2.a) Perbedaanatribut R,z: = gudegtersebut tentunya akan mengakibatkan perbedaantingkat kesukaankonsumen terhadap b. Korelasiparsial : masing-masingjenis gudeg,karena dalam pengambilankeputusan untuk membeliatau Rl,+ r,', -_-_-=- (2.b) memilih suatu produk tertentukonsumen akan ,rrr - mempertimbangkanberbagai atribut yang melekat I- ri padaproduk tersebut. Selain itu perbedaanantara R,.r, = korelasiberganda antara y denganx, gudegkering dan gudegbasah tersebut tentunya danx, juga akanberpengaruh terhadap kondisi sosial dan r,z - korelasisederhana antara y danx2 ekonomidari penjual/produsengudeg. rts = korelasisederhana antara y dan x, Berdasarkanhal tersebutdiatas maka rx = korelasisederhana antara x, dan x. = diperlukansuatu penelitian untuk mengetahui r tz.: korelasiparsial antara y danx, dimana pengaruhjenis gudegterhadap kondisi sosial dan x, konstan ekonomipenjual/produsen gudeg serta preferensi x2,,r = variabelbebas konsumengudeg terhadapmasing-masing jenis gudegtersebut. Dengan demikian akan dapat 3. Indekssikap konsumen : diketahui kelemahanserta keunggulanmasing- -a masing,yang dapatdigunakan sebagai masukan A^ = lw*.Biil ...... (3) untukperbaikan dalam strategi pemasaran secara i=t keseluruhan. Ajk - indekssikap konsumen,tterhadapjenis produkT METODOLOGIPENELITIAN Wk =bobot tingkat kepentinganyang Penelitianini dilakukandengan metode diberikan oleh konsumenft terhadap survei, yaitu denganmembagikan kuesioner atributi - kepadaresponden. Responden terdiri dari penjual/ Bijk Penilaiankonsumen k terhadapatribut jenis produsengudeg dan konsumengudeg. Sebanyak i yangdisediakan oleh produkj = jumlah 70 respondendiambil secaraacak untuk penjual/ n atributpenting dalam pemilihan jenis produsendan 50 respondenuntuk konsumen gudeg. sebuah produktertentu. Pers amaan-pers amaan yang digunakan dalam menganalisadata penelitianini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN sebagaiberikut : Industri Gudeg di Kotamadya 1. Bivaiate Correlations : Yogyakarta NN Gudegadalah masakan yang dibuat dari I xr I v, Neu bahannangka muda (Poerwodarminto,1976). t,, ,, i=l i=l ,v ...... (1) Sejauhini sangatterbatas sekali tulisan atau f,, penelitianmengenai gudeg, sehinggainformasi tentanggudeg dirasakan sangat kurang. Sebagai makanantradisional, gudeg telah menjadimenu makananharian bagi masyarakatYogyakarta

18 Tinjauan Sosio Ekonomi Gudeg (Stephanus Sri Hedy A.P., Wahyu Supartono. Heny Yuliando) secara turun temurun. Hal tersebut mengakibatkan kadar airnya relatif rendah, sebab &lam proses cukup banyak dari warga masyarakat yang pengolahannya dilakukan penggorengan (goreng- menggantungkan hidupnya dari berjualan gudeg. tumis) lebih lanjut sampai cukup kering. Ini mengingat bahwa gudeg selalu dibutuhkan oleh Dari bahan dasar nangka mu&, gudeg dibuat masyarakat sefiap harinya sehingga membuka dengan cara : pengupasan kulit, penghilangan hati, peluang bagi mereka yang mahir membuatnya pengecilan ukuran, perebusan selama semalam untuk terjun dalam usaha gudeg tersebut. atau lebih (12-15 jam), dan dilanjutkan dengan Selain itu perkembangan industri gudeg ini penggorengan sampai cukup kering bila diinginkan juga didukung pula oleh potensi Propinsi Daerah gudeg kering (Triwitono, 1993). maksud Istimewa Yogyakarta yang cukup banyak dilakukannya proses penggorengan tersebut adalah menghasilkan buah nangka. Berdasarkan data untuk mengurangi kadar airnya sehingga gudeg BPS pada tahun 1998, produksi buah nangka di lebii awet atau tahan lama. Gudeg yang diiilkan Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan tersebut umumnya dihidangkan bersama-sama keempat terbesar setelah mangga, pisang dan dengan pelengkap gudeg lainnya yaitu areh, salak, yaitu sebesar 194.823 kwintal. samba1 goreng, tahu, tempe, krecek, telur, dan Ada 2 macam gudeg yang dikenal yaitu atau daging ayam yang masing-masing dioleh gudeg basah dan gudeg kering. Sesuai dengan tersendiri secara terpisah. narnanya, pada gudeg basah kadar airnya masih Peta proses operasi pembuatan gudeg basah cukup tinggi (basah), sedangkan pada gudeg kering dan gudeg kering dapat dilihat pada Gambar 1. nangka7 muda nanI ka muda

Pemotonganl pencacahan

gudeg basahv S-

Qgudeg kering

Gambar 1. Peta Proses Operasi Pembuatan Gudeg Basah dan Gudeg Kering. JurnalTeknologi Pangan dan Gizi Volume 2 Nomor1, April2001

Bila dilihat dari prosesnya,gudeg adalah kondisibahwa ternyata hanya sebwtyak4l.,4% dari jenis makananyang cukup rumit pembuatannya penjualtersebut yang menggajitenaga kerjanya, karenawaktu pembuatarurya yang cukup lama dan 58,6%sisanya tidak memperhitungkan gaji tenaga tidak praktis jika dibuat hanyauntuk konsumsi kerjanyasama sekali karena pertimbangan bahwa sebuahkeluarga. Hal ini juga turut mendukung merekaadalah keluarga atau saudaranya sendiri. berkembangnyaindustri gudeg, karena sekalipun Gaji yang diberikankepada tenaga kerja per secaraturun temuruntelah menjadi menu harian bulannyayaitu sebanyakl0% dari penjual masyarakattetapi tidak setiapkeluarga mau dan menggajitenaga kerjanya antara 50-100 ribu ru- mampumembuat gudeg untuk hidangan hariannya, piah,25 ,7 7o antara 100-200 ribu rupiah,dan 5 ,7 7o sehinggamereka cenderung membeli dari penjual/ lebih dari 200 ribu rupiah. Besar gaji yang pembuatgudeg. diberikankepada tenaga kerja ditentukan Dalam pemasarannya,gudeg biasa dijual berdasarkankemampuan tiap{iap produsen. padapagi, siang,maupun malam hari di sebuah Sebanyak 92,9% penjual sangat atau kaki lima. Lokasi yang biasa menggantungkanprofesi ini untuk mencukupi digunakansebagai tempat penjualan misalnya kebutuhanhidup keluarganyadan menganggap adalahdi pasar,di dekatpasar, atau di tepi jalan usahaini sebagaipekerjaan pokoknya. Sedangkan rayayang umumnya ramai dan mudah dijangkau sisanyamenganggap usaha ini sebagaipekerjaan konsumen.Pemilihan lokasi yang dekat keramaian sambilankarena telah mempunyaisumber tersebutdapat dipahami karenaindustri gudeg penghasilanlain yangdapat memenuhi kebutuhan termasukindustri hilir yangbiasanya berlokasi di hidupnya. dekat konsumenuntuk kemudahandalam Waktu penjualangudeg sebagian besar pemasaranproduknya. adalahpagi hari yaitu sebanyak60% menjual gudeghanya pagi hari saja, kemudiansebanyak Tinjauan Sosio Ekonomi Penjual/ 27,7% menjualdari pagi hinggamalam hari, dan Pengolah Gudeg sebanyak12,9% menjualdari pagi hinggasiang Dari 70 respondenpenjual/pengolah gudeg hari. Padapagi hari banyakdigunakan sebagai ternyatarata-rata berpendidikan rendah. Sebanyak waktu penjualankarena pada saat tersebut 11 orangdari responden(15,7%) tidak sekolah, permintaangudeg sangat tinggi. Permintaanyang i7 orang(24,3%) berpendidikan SD, 15 orang tinggi padapagi hari terseburrerjadi padajam- (21,4%)SMP, 23 orang(327o) SMA, danhanya jam sebelumsekolah/bekerja. Hal ini dapat 4 orang(5.7 7o) sajayang mencapaiperguruan dipahamibahwa ternyata gudeg merupakan salah tinggi. Sebanyak50 orang responden(71,47a) satu menu sarapanalternatif bagi keluarga, melakukanusaha gudeg ini secaraturun temurun, khususnyayang tidak sempat menyiapkan sarapan danhanya sebanyak 20 orang(28,67o) yang tidak pagiuntuk anggota keluarganya. furun temurun. Lokasiyang digunakan untuk berjualan gudeg Tenagakerja yang mendukungindustri ini sebanyak50% adalahwarung dan 50% kaki gudegini mayoritasstatusnya adalah anggota lima. Dari para penjualtersebut sebanyak 70% keluargainti yaitu sebanyak55,7%, yang lain jugamenyediakan fasilitas lain seperti meja, kursi, sebanyak7,1 % adalahsaudara, 17,l7o orang lain, tikar, atau lincak sedangkan30% sisanyatidak serta20Vo memakai tenaga campuran. Jumlah menyediakanfasilitas tambahan. Umumnya tenagakerjanya unnrk tiap-tiap penjual adalah 80% merekayang tidak menyediakanfasilitas kurangdari lima orang, 10%berjumlah 5 hingga tambahantersebut karena mereka dapat 10orang, dan707o berjumlah I I hingga15 orang. memanfaatkanfasilitas umum di dekatlokasinya. Banyaknyapenjual yang memanfaatkantenaga Jikadikaitkan antara waktu penjualan dengan kerja dari lingkungankeluarga atau saudaranya lokasi berjualangudeg untuk tiap jenis gudeg ini mengakibatkanadanya biaya yang terabaikan ternyatadidapatkan bahwa gudeg basah mayoritas yairu biaya tenagakerja. Ini didukungdengan dijual pada pagi hari dengan kebanyakan menggunakankaki lima sebagaitempat berjualan.

20 TinjauanSosio Ekonomi Gudeg (Stephanus Sri HedyA.P., Wahyu Supartono, Henry Yuliando)

Sedangkangudeg kering mayoritasdljual pada variale Correlations dapat diketahui bahwa pagi hingga malam hari yang kebanyakan variabel-variabeltersebut memiliki korelasiyang berlokasidi sebuahwarung. Waktu penjualan cukup kuat dengan perbedaanjenis gudeg. gudegkering yanglebih lamatersebut dapat terjadi ProsedurBivariate Correlationsdipilih karena karenadaya tahannya yang membuat gudeg kering prosedurini dapatdigunakan untuk mengetahui tersebuttetap layak saji hinggamalam hari kekuatanhubungan linier antara dua vuah sehinggapenjual bisa menjajakannyadari pagi varibabel.Korelasi dikatakan memiliki hubungan hinggamalam hari. Hasillengkap hubungan waktu liner yangcukup kuat bila korelasilebih besar 0,5 penjualandengan lokasi penjualan untuk tiap jenis (Nugroho,1982). Variabel-variabel yang memiliki gudegdapat dilihat padaTabel 1. hubunganlinier cukupkuat tersebutdapat dilihat Kaki lima banyakdigunakan sebagai lokasi padaTabel 2. penjualankhususnya di pagi hari karenadengan BerdasarkanTabel 2 dapatdiketahui bahwa waktr,rpenjualan yang lebih singkat yaitu hanya di perbedaanjenis gudeg ternyata memberikan pagi hari saja memungkinkanpenjual pengaruhhubungan linier yangcukup kuat dengan menggunakan perangkatnon-permanen untuk omsetpenjualan, tingkat keuntungan,harga, berjualanmaupun perlindungan bagi penjualdan jangkauanpemasaran dan waktu penjualannya. produknyasekaligus sebagai tempat bagi Namun perlu dilakukanperhitungan korelasi konsumennya.Sedangkan produsen yang meniual parsial antara kombinasi2 variabel bebasdari dari pagi hinggamalam hari yangmembutuhkan kelima variabeldi atasdengan jenis gudegyang tempatyang nyamanbagi penjual, produk dan sama(konstan) untuk mengetahuibahwa dengan konsumennyacenderung menggunakan wanrng jenis gudeg tertentu (tetap) pasanganvariabel sebagaitempat berjualan. tersebutmasih mempunyaikorelasi yang cukup Dari sisi produsenternyata ada beberapa kuat atau tidak. Korelasiparsial yang kuat variabelyang menunjukkankorelasi terhadap (mendekatisatu) menunjukkanbahwa pasangan perbedaanjenis gudeg.Berdasarkan prosedur Bi- variabel tersebuttidak independensehingga

Tabel l. Jumlahprodusen gudeg berdasarkanjenis gudeg, waktu dan tempatjualan

Gudegkering Gudegbasah Waktu jualan warung kaki lima warung kaki lima

Pagisaja 0 (0%) 3 (4.3Vo) t2 (t7.l7o) 27 (38.67o) Pagisiang 3 (4.37o) | (r.4%) 3 (4.37o) 2 (2.e%) Pagimalam 12(r7.r%) 2 (2.970\ s (7.r%) o (0%)

Tabel 2. Korelasi beberapavariabel terhadapperbedaan jenis gudeg

Omsetpenjualan Tingkatkeuntungan Hargagudeg Jangkauanpemasaran

2r JurnalTeknologi Pangan dan Gizi Volume 2 Nomor1, April2001 perbedaanjenis gudegtidak berpengaruhterhadap Tingkat keuntungan,harga dan jangkauan pasanganvariabel tersebut, Sebaliknya jika pemasaransuatu produk sangatberpengaruh korelasiparsial kurang kuat (mendekatinol) dalamperkembangan suatu industri sehingga perlu menunjukkanbahwa perbedaanjenis gudeg ditentukanjenisgudeg yang lebih unggulyang akan berpengaruhterhadap pasangan variabel tersebut berpengaruhpositif terhadapkeuntungan, harga karenadiantara variabel tersebut independen. dan jangkauanpemasarannya. Penentuan jenis Perhitungankorelasi parsial dilakukan gudegyang unggul tersebut dapat dilakukan dengan denganmenggunakan persamaan 2b yang hasil mengukurtingkat kesukaan konsumen terhadap tiap selengkapnyadapat dilihat padaTabel 3. jenis gudeg.Tingkat kesukaankonsumen dapat BerdasarkanTabel 3 dapatdilihat bahwa dijadikantolok ukur karenakesukaan konsumen ternyatahanya pasangan variabel omset penjualan akan berpengaruhterhadap pembelian suatu dankeuntungan yang memiliki korelasi yang cukup produk yang tentunyaakan mempengaruhipula kuat yaitu sebesar0.5488. Dengan demikian keuntungan,harga dan jangkauan pemasarannya. berarti adanyaperbedaan jenis gudegtidak akan mempengaruhipasangan variabel omset penjualan Preferensi Konsumen Gudeg dan keuntungankarena diantara kedua variabel Seorangkonsumen untuk dapat menerima tersebuttidak independen.Sedangkan pasangan suatu barang selalu dipengaruhioleh berbagai variabelyang memiliki korelasisangat lemah faktor yangbersifat kualitatif dankuantitatif dalam adalahpasangan variabel keuntungan dan harga lingkungannya.Kadang-kadang faktor yang harus yang berkorelasisebesar 0.0659 sertapasangan dipertimbangkanbegitu banyak dan kompleks yang variabel harga dan jangkauanpemasaran yang sulituntuk diuraikan karena setiap faktornya saling berkorelasisebesar 0.0619. Dengandemikian mempengaruhi. pasanganvariabel tersebut saling independen yang Penetapanpreferensi merupakan sesuatu berartiberkorelasi dengan perbedaan jenis gudeg. yangpenting dalam pengambilan keputusan, yaitu Jadi variabel-variabelyang berkorelasisecara untuk menentukanpilihan mana yang paling signifikanterhadap perbedaan jenis gudegadalah berhargadiantara alternatif-alternatif yang ada keuntungan,harga dan jangkauan pemasaran. (Mangkusubrotodan Trisnadi, 1987). Dalam

Tabel 3. Korelasiparsial pasangan variabel dengan jenis gudegkonstan

Pasanganvariabel Omsetpenjualan - keuntungan Keuntungan- harga Harga- jangkauanpemasaran Jangkauanpemasaran - waktupenjualan Omsetpenjualan - harga Keuntungan- jangkauanpemasaran Harga- waknrpenjualan Omsetpenjualan - jangkauanpemasaran Keuntungan- waktu penjualan

22 Tinjauan Sosio Ekonomi Gudeg (Stephanus Sri Hedy A.P., Wahyu Supartono, Henry Yuliando) menentukan pilihan tersebut seorang konsumen digunakan adalah kemasan dos, kendil atau akan mempertimbangkan berbagai atribut yang besek, sedangkan pada gudeg basah biasa melekat pada produk tersebut. digunakan daun atau kertas.

Zdenti'kasi Atribut Produk Data dan konsistensi Atribut produk gudeg yang akan diteliti Dari kuesioner konsumen yang terkumpul merupakan atribut yang sering menjadi kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui pertimbangan konsumen sebelum melakukan apakah jawaban yang diberikan oleh masing- pembelian. Ada lima atribut produk gudeg yang masing responden cukup konsisten. Penilaian akan diteliti yang atribut-atribut tersebut dipandang konsistensi jawaban ini berdasarkan pada nilai sering menjadi pertimbangan konsumen dan bagi rasio konsistensi (consistency ratio) yang dihitung konsumen atribut-atribut tersebut memberikan menggunakan prosedur Analisa Hirarki Proses kesan berbeda untuk tiap jenis gudeg. (AHP). Apabila dari perhitungan diperoleh nilai Atribut-atribut tersebut adalah : consistency ratio (CR) diatas 10%. maka Citarasa, berkaitan dengan sejauh nlana produk kuesioner tersebut dinyatakan gugur dan tidak gudeg yang dijual mampu memenuhi selera diikutsertakan dalam analisa selanjutnya. konsumen. Konsumen akan memilih gudeg Jika ada 3 buah kriteria yaitu A, B dan C yang dianggap memberikan citarasa yang enak diperbandingkan, dan dari hasil perbandingan baginya. menyatakan bahwa berdasarkan kepentingamya Harga, berkaitan dengan besarnya biaya yang A dianggap dua kali lebih penting daripada B dan harus dikeluarkan oleh seorang konsumen B dianggap dua kali lebih penting daripada C maka untuk mendapatkan suatu produk. Dalam ha1 secara konsisten A adalah empat kali lebih penting ini seorang konsumen menginginkan harga yang dari pada C. Semakin jauh dari empat berarti murah untuk produk yang akan dibeli. pernyataan tersebut semakin tidak konsisten. Kenampakan, berkaitan dengan sejauh mana Angka 10% adalah merupakan batas toleransi dari konsumen akan tertarik terhadap suatu produk hasil yang konsisten, lebih dari itu pernyataan ketika konsumen melihat penampilan fisik dianggap tidak konsisten. produk tersebut. Penampilan produk yang lebih menarik akan mempengaruhi keputusan Deskripsi responden konsumen dalam membeli suatu produk. Dari 50 kuesioner yang dibaikan kepada - Daya tahan, berkaitan dengan seberapa lama konsumen gudeg, ada 38 kuesioner yang layak masa kadaluwarsa dari suatu produk. Masa diolah dalam penelitian ini. dari kuesioner yang kadaluwarsa ini akan menjadi pertimbangan layak diolah tersebut dapat diklasifikasikan konsumen dalam membeli gudeg jika konsumen menurut jenis kelamin dan pengeluaran per akan memanfaatkannya untuk waktu yang bulamya. Klasifikasi responden tersebut perlu relatif lama dari saat pembeliannya. Gudeg dilakukan karena keputusan seorang konsumen yang lebih tahan lama akan lebih dipilih dalam membeli suatu produk juga dipengaruhi oleh konsumen jika pemanfaatannya relatif lama dari faktor pribadi. saat pembelian. Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa 55,3% Kemasan, berkaitan dengan sejauh mana wadah responden adalah Iaki-laki dan 44.7% adalah yang digunakan mampu melindungi produk perempuan. Tingkat pengeluaran responden namun tetap memberikan kenyamanan bagi dikelompokkan menurut status sosialnya. Susena, konsumen dalam membawa produk tersebut 1996 oleh BPS Kotamadia Yogyakarta sebelum dikonsumsi. Kemasan yang lebih mengklasifikasikan status sosial berdasarkan praktis tentunya lebih dipilih konsumen. Pada tingkat pengeluaran per bulannya yaitu status gudeg kering jenis kemasan yang biasa sosial rendah untuk pengeluaran kurang dari JurnalTeknologi Pangan dan Gizi Volume 2 Nomor1, April2001

Rp. 80.000,00status sosial sedang untuk Kemudianberturut-turut atribut harga (0.220), pengeluaran antara Rp.80.000,00- daya tahan(0.190), kenampakan(0.158), dan Rp. 150.000,00,dan statussosial tinggi untuk kemasan (0.124) menempari peringkat pengeluaranlebih dari Rp. 150.000,00. selanjutnya.

Analisa indeks sikap Penilaian atribut Indekssikap adalahsalah satu model yang Penilaiankonsumen terhadap masing-masing menjelaskanbagaimana konsumen menilai atribut produk gudeg baik untuk gudeg kering beberapaalternatif produk sebelummereka maupungudeg basah dilakukan dengan skala in- melakukanpembelian. Menurut Kotler (1994), tervallima ruasdua kuntb dari +2 hingga-2. Hal modelindeks sikap tersebut dapat dituliskan seperti ini berartibahwa angka 0 (nol) dianggapsebagai yangterlihat dalam persamaan 3. kategorinetral. Artinya apabila penilaian terhadap suatuatribut menghasilkanangka positif (diatas Bobot kepentingan atibut kategorinetral), maka atribdttersebut dapat Bobot kepentinganatribut dihitunguntuk dikatakanbaik. Sebaliknya apabila penilaian suatu mengetahuiperanan masing-masing atribut dalam atribut menghasilkanangka negatif (di bawah mempengaruhikonsumen untuk menentukan kategori netral), maka atribut tersebutdapat pilihanjenis gudeg yang akan dikonsumsi. Semakin dikatakanburuk. Semakintinggi nilai sebuah tinggi nilai bobot kepentinganatribut berarti atribut untuk suatujenis gudegberarti semakin semakinpenting atribut tersebutbagi konsumen tinggi jenis gudeg tersebutdalam memenuhi dalammempengaruhi pilihannya. harapankonsumen untuk atributtersebut. Penghitunganbobot kepentinganatribut Penilaiankonsumen terhadap masing-masing produk gudeg dilakukan dengan matrik atributgudeg untuk tiap jenisnya dapat dilihat ada pembandinganberpasang dalam prosedurAHP. Tabel6. Dari perhiunganyang dilakukan didapatkan hasil Dari Tabel 6 terlihat bahwaunhrk atribut yangdapat dilihat dalamTabel 5. citarasadan atribut kenampakanpada gudeg Dari Tabel5 dapatdilihat bahwa atribut yang keringdan gudeg basah sama-sama mendapatkan paling diperhinrngkankonsumen dalam memilih penilaianpositifdari korsumen, namun pada gudeg produk gudeg adalahatribut citarasayang kering kedua atribut tersebutmendapatkan mendudukiperingkat pertama dengan bobot 0.307. penilaianyang lebih tinggi daripadagudeg basah

Tabel4. Klasifikasiresponden konsumen gudeg

Karakteristik responden Jumlah Prosentase Jeniskelamin Laki-laki 2l 55.37o l'l 44.7% Jurnlah 38 100.0% Pengeluaranper bulan Kurangdari Rp. 80.000,00 7 r8.4% Rp. 80.000,0GRp.150.000,00 ll 28.9% Lebihdari Rp. 150.000,00 20 52.67o Jumlah 38 100.0% Tinjauan Sosio Ekonomi Gudeg (Stephanus Sri Hedy A.P., Wahyu Supartono, Henry Yuliando)

Tabel 5. Bobot kepentingan atribut

No. Atribut Bobot rata-rata (Wk) Peringkat 1 Citarasa 0.307 1 2 Harga 0.220 2 3 Kenampakan 0.158 4 4 Daya tahan 0.190 3 5 Kemasan 0.124 5

yaitu bernilai 1,079 untuk atribut citarasa dan basah atribut tersebut bernilai 0,237, sedangkan 0,500 untuk atribut kenampakan sedangkan pada harga gudeg kering masuk dalam penilaian negatif gudeg basah untuk atribut citarasa bernilai 0,684 yaitu tentu saja dapat dipahami karena untuk dan 0,184 untuk atribut kenarnpakan. Hal ini berarti memperoleh keunggulan pada atribut produk yang citarasa gudeg kering menurut konsumen termasuk lain tentunya membutuhkan biaya yang akhirnya dalam penilaian positif dan lebih disukai dibanding memberikan konsekuensi pada harga produk yang citarasa gudeg basah walaupun juga termasuk tentunya menjadi relatif lebih tinggi. dalam penilaian positif pula. Sedangkan untuk atribut kenampakan, gudeg kering juga dinilai Analisa indeks sikap lebih menarik bagi konsumen dibandingkan gudeg Setelah diketahui bobot kepentingan atribut basah. serta penilaian atribut untuk tiap jenis gudeg, maka Untuk atribut daya tahan dan kemasan, gudeg dapat diketahui indeks sikapnya terhadap masing- kering juga menunjukkan keunggulannya dibanding masing jenis gudeg tersebut. Indeks sikap gudeg basah. Pada gudeg kering atribut daya tahan digunakan untuk mengetahui sumbangan kelima dinilai 1,211 yang berarti masuk dalam penilaian atribut tersebut secara bersama-sama dalam positif bagi konsumen, sedangkan ada gudeg basah mempengaruhi keputusan konsumen untuk dinilai - 0,711 yang masuk penilaian negatif. membeli atau memilih suatu jenis produk. Demikian pula untuk atribut kemasan, kemasan Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa indeks sikap gudeg kering dinilai 1,053 yang masuk penilaian konsumen terhadap gudeg kering termasuk dalam positif sedangkan pada gudeg basah dinilai - 0,421. sikap baik (positif) yaitu sebesar 0.655. Ini berarti Satu-satunya keunggulan gudeg basah lebih baik dari indeks sikap konsumen terhadap menurut penilaian konsumen jika dibandingkan gudeg basah yang masuk dalam sikap netral yaitu gudeg kering adalah atribut harga. Pada gudeg sebesar 0.104. Pada gudeg kering kontribusi dari

Tabel 6. Penilaian atribut untuk tiap-tiap jenis gudeg

Penilaian atribut (Bijk) No. Atribut Gudeg kering Gudeg basah 1 Citarasa 1.079 0.684 2 Harga -0.526 0.237 3 Kenampakan 0.500 0.184 4 Daya tahan 1.211 -0.711 5 Kemasan 1.053 -0.421 JurnalTeknologi Pangan dan Gizi Volume 2 Nomor1, April2001

Tabel7. Indekssikap untuk tiap-tiapjenis gudeg

Bobot Nilai Atribut (Bur) Indeks No. Atribut (Wur) Kering Basah Kering Basah 1 Citarasa 0.307 l.079 0.684 0.331 o.210 2 Harga 0.220 -o.526 0,237 -0.116 0.052

J Kenampakan 0.158 0.500 0.184 0.079 0.029 / Dayatahan 0.r90 t.ztl -0.711 0.230 -0.135 5 Kemasah 0.t24 1.053 -0.421 0.131 -0.052 lndeksSikap Konsumen terhadap jenis gudeg(A*) 0.655 0.104

tiap-tiap atribut terhadap indeks sikap 4. Penilaiankonsumen atas atribut untuk tiap+iap konsumennyaberturut-turut dari yang terbesar jenis gudeg menunjukkanbahwa atribut hinggayang terkecil adalahatribut citarasa citarasa,kenampakan, daya tahan dan kemasan (0.331),daya tahan (0.230), kemasan (0,131), ada gudegkering dinilai lebih baik daripada kenampakan(0.079), dan harga(-0.116). gudeg basah.Sedangkan atribut harga Sedangkanpada gudeg basah kontribusi dari tiap- menunjukkanbahwa gudeg basah dinilai lebih tiap atribut terhadapindeks sikap konsumennya baikdaripada gudeg kering. berturut-turutdari yang terbesarhingga yang 5. Indekssikap konsumen terhadap gudeg kering terkecil adalahatribut citarasa(0.210), harga lebih tinggi dari indeks sikap konsumen (0.052),kenampakan (0. 029), kemasan (-0. 052), terhadapgudeg basah. dandaya tahan (-0.135). UCAPAN TERIMAKASIH KESIMPT]LAN Penulis mengucapkanterimakasih kepada l. lndustri gudeg di Yogyakartasebenarnya PusatKajian MakananTradisional Universitas mempunyaipotensi untuk berkembang.Ini Gadjah Mada yang telah memberikanbantuan terlihatdari kenyataanbahwa industri ini dapat finansialuntuk melaksanakanpenelitian ini. dijadikan sumberpenghasilan pokok bagi sebagianmasyarakatnya. Selain itu faktor DAFTARPUSTAKA tradisi gudeg sebagaimakanan harian Anonim. 1997. Dasar-dasarAnalisis Statistik masyarakatmasih sangat melekat di denganSPSS 6.0 for Windows. Andi Off- Yogyakartasehingga prdusen tidak kesulitan set. Yogyakarta. dalam pemasaranproduknya. Faktor Anonim. 1998. Daerah Istimewa Yogyakarta juga sumberdayaalam nampaknya sangat dalamAngka. BadanPusat Statistik Propinsi mendukungpasokan bahan baku industri gudeg. DaerahIstimewa Yogyakarta. 2. Variabel-variabelyang berkorelasi cukup kuat Anonim. 1996.Survey Sosial Ekonomi Nasional jenis gudeg denganperbedaan adalahtingkat KotamadiaYogyakarta 1996.Badan Pusat jangkauan keuntungan,harga, dan pemasaran. StatistikKotamadia Yogyakarta. 3. Peringkatatribut produk gudegberdasarkan Azwar, S. 1996. Sikap Manusia : Teori dan bobot kepentingannyaberturut-turut dari Pengukurannya. Pustaka Pelajar. peringkattertinggi ke peringkatterendah adalah Yogyakarta. atribut citarasa, harga, daya tahan, Kotler, P. 1994.Manajemen Pemasaran: kenampakandan kemasan. Analisis, Perencanaan,Implementasi dan Pengendalian.Erlangga. Jakarta. TlnjauanSosio Ekonomi Gudeg (Stephanus Sri HedyA,i . WahyuSupartono, Henry Yuliando)

Mangkusubroto,K. dan L. Trisnadi. 1987. Pittsburgh.Pittsburgh. Analisa Keputusan. GanecaExact. Supranto,J. 1993.Statistik : Teoridan fulikasi. . Erlangga.Jakarta. Nugroho.1982. Sendi-sendi Statistik. Rajawali. Triwitono, P. 1993. Akibal PerebusanMam Jakarta. Proses Pengolahan Gudeg Kering pada Nuraini,M. 1995.Kajian PengaruhPemberian Sifal*ifat SerutDiet NangkaMuda. Jurusan dan Kemasan terhadap Daya PengolahanHasil Pertanian,Fakultas Simpan dan Daya Tarik Produk Tempe. TeknologiPertanian, Universitas Gadjah Dalam Prosiding: WidyakaryaNasional Mada, Yogyakaru. Khasiat MakananTradisional. Kantor Triyoga, R.S. 1995.Pengembangan Perilaku MenteriNegara Urusan Pangan Republik In- yang Menyukai Malunan TrudisionalIndo- donesia.Jakarta. nesia. Dalam Prosiding : Widyakarya Poerwodarminto,W.J.S. 1976.Kamus Umum NasionalKhasiat Makanan Tradisional. BahasaIndonesia. Balai Pustaka.Jakarta. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan Saaty,T.L. 1988.Decision Making for Leaders RepublikIndonesia. Jakarta. : The Analyticat Hierarchy Processfor De- cisionsin a ComplexWorld. Universityof

27