Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

Kepadatan, Keaneragaman Dominansi dan Kesamaan Jenis Biota Intertidal di Pulau Ternate dan Pulau Woda

Farida Basahona, Irmalita Tahir, Nebuchadnezzar Akbar

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Khairun Ternate. Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2020 di perairan pulau Ternate dan Pulau Woda Kota Tidore Kepulauan. Tujuan dari penelitian menganalisis kepadatan, keanekaragaman, dan kesamaan jenis biota intertidal makrozoobentos di Perairan Pulau Ternate dan Pulau Woda. Pengambilan sampel menggunakan metode blok area, yaitu panjang 50 meter sejajar garis pantai dan lebar tegak lurus garis pantai menyesuaikan lebar daerah antara pasang tertinggi dan surut terendah setiap lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa makrozoobenthos pada Zona Intertidal Pulau Ternate terdiri 5 Class yaitu , Bivalvia, Echinoidea, Holothuroidea dan Malacostraca, Pulau Woda terdiri dari 5 Class yaitu Gastropoda, Malacostraca, Scacophoda, Asteroidea, dan Bivalvia. Kepadatan makrozoobenthos tertinggi Pulau Woda Plot 3 (Barat Daya Pulau), Indeks Keanekaragaman Kategori sedang, tidak ada species yang mendominasi, Keseragaman species menunjukkan bahwa species yang ditemukan lebih merata.tidak terdapatnya kesamaan komposisi species makrozoobenthos antar masing-masing lokasi

Kata Kunci : Zona intertidal, kepadatan dan kesamaan jenis, makrozobentos

daerah yang banyak dihuni organisme dan 1. Pendahuluan tumbuhan sehingga memiliki keanekaragaman Zona intertidal (pasang surut) merupakan tinggi. daerah tersempit dari semua daerah yang Salah satu organisme yang hidup di zona terdapat di samudera dunia, yang hanya intertidal ladalah makrozoobenthos. beberapa meter terletak di antara air pasang Makrozoobenthos merupakan organisme yang dan surut. Daerah ini terdapat beragam hidup melata, menempel, memendam dan kehidupan yang lebih besar daripada yang meliang baik di dasar perairan maupun di terdapat di daerah subtidal yang lebih luas permukaan dasar perairan. Makrozoobenthos (Nybakken, 1992). Luas zona intertidal sangat kebanyakan hidup pada substrat keras sampai terbatas, akan tetapi memiliki faktor lingkungan lumpur, merupakan invertebrata yang dapat yang sangat bervariasi, oleh karena itu zona dilihat dengan mata telanjang dan hidup intertidal memiliki tingkat keanekaragaman didalam dan sekitar bebatuan di dasar organisme yang tinggi. Zona intertidal umumnya perairan.Menurut Fikri (2014) makrozoobentos dibedakan menjadi tiga tipe pantai, yaitu pantai juga di definisikan sebagai hewan yang hidup berkarang, pantai berpasir dan pantai didalam atau pada sedimen atau substrat berlumpur.Tipe pantai berkarang merupakan

1

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021 lain,seperti siput, kepiting, tiram, kerang- Penelitian biota intertidal makrozoobentos di kerangan dan termasuk larva serangga Pulau Ternate dan Pulau Woda belum pernah berukuran besar. dilakukan, untuk itu penelitianbiota di zona Perairan pesisir Pulau Ternate seperti Pantai intertidal di pulau Ternate dan Gugus Pulau Tobololo, Pantai Kalumata dan pantai Kastela Woda dilakukan dengan melihat kesamaan jenis merupakan daerah intertidal,yang diduga dari kedua lokasi penelitian. terdapat biota intertidal yaitu makrozoobentos.Namun pertumbuhan dan 2. Bahan dan Metode populasi penduduk yang tinggi berdampak pada 2.1. Waktu dan Lokasi tingginya aktivitas manusia di kawasan ini.Pantai Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Tobololo dan Pantai Kastela menjadi tempat Oktober 2020 di perairan pulau Ternate dan tujuan wisata pantai masyarakat Kota Ternate, Pulau Woda Kota Tidore Kepulauan (Gambar 3). sedangkan Pantai Kalumata sebagian telah Kegiatan ini meliputi persiapan, survey lokasi direklamasi, memungkinkan terjadinya penelitian, pengambilan data lapangan dan degradasi lingkungan pesisir yang berdampak analisis data. pada berkurangnya keanekaragaman makrozoobentos di kawasan ini. Pulau Woda merupakan salah satu pulau dalam gugusan Pulau Woda, terletak di selat Gita, Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan memiliki zona intertidal. Pulau ini tak berpenghuni, memiliki susunan ekosistem yang masih lengkap yaitu ekosistem hutan mangrove, ekosistem padang lamun, dan eksosistem terumbu karang. Pemanfaatan pulau ini sebagai Gambar 3. Peta lokasi Penelitian tempat wsisata pada waktu-waktu tertentu 2.2. Alat dan Bahan seperti saat menjelang bulan ramadhan dan Hari Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan selama Raya Idul Fitri, tempat kegiatan kemah bagi penelitian pelajar, dan tempat tambatan kapal dan perahu nelayan. Keberadaan ekosistem di pulau ini No Alat Kegunaan memberikan gambaran keberadaan 1 Kamera Dokumentasi makrozoobentos. Beberapa penelitian Alat Tulis makrozoobentos yang dilakukan Hedriansyah 2 Menulis Pencatatan Data (2017), bahwa terdapat Class Holothuroidea 3 GPS Penentuan titik koordinat yang tergolong 6 jenis ke dalam 2 genus di Membuat Transek dan perairan pantai Iboih Kota Sabang. Penelitian 4 Meteran roll memblok area pengamatan Muhaimin (2013), menemukan 37 jenis makrozoobenthos, 14 jenis dari Class 5 Model Pipa T Menjelajah Area Sarung Gastropoda dan 23 jenis dari Class Bivalvia. 6 Tangan Mengambil Sampel

2

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

7 Kertas Sampel Menyimpan Sampel Stasiun II Pulau Woda (Kota Tidore Kepulauan) terdiri atas 3 plot pengamatan yaitu 8 Soil Tester Mengukur pH tanah bagian Timur, Selatan dan Barat Daya. 9 pH Meter Mengukur pH air Posisi pengambilan data di pulau Woda Hand disesuaikan dengan zona intertidalnya. 10 Refraktometer Mengukur salinitas Pada setiap plot pengamatan pada zona 11 Termometer Mengukur suhu air intertidal dibuat blok area dengan panjang 50 Bahan Kegunaan meter (horizontal garis pantai) dan lebar

1 Tissu membersihkan alat (vertikal garis pantai) menyesuaikan dengan 2 Spidol menandai sampel lebar zona intertidal, dan proses pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan pada saat air 2.3. Prosedur Penelitian surut dan menentukan titik koordinat lokasi Prosedur yang dilakukan selama penelitian menggunakan GPS (Global Positioning penelitian antara lain : System). Tahap Persiapan Biota yang ada pada zona intertidal diambil Ada beberapa tahapan pengambilan dengan cara jelajah menggunakan model Pipa T. sampel penelitian yaitu sebagai berikut: Biota yang ditemukan dicatat dan dimasukan  Pencarian literatur berfungsi untuk pada kertas sampel. Saat pengambilan sampel menambah informasi tentang juga dilakukan pengambilan data parameter penelitian yang akan dilakukan. lingkungan.  Persiapan alat dan bahan. Darat  Pengambilan data lapangan dan analisis data 50 m 2.4. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel menggunakan metode blok area, yaitu panjang 50 meter sejajar garis pantai (pada batas pasang tertinggi) dan lebar tegak lurus garis pantai menyesuaikan lebar daerah antara pasang tertinggi dan surut terendah setiap lokasi penelitian. Pada area Laut yang telah diblok ditempatkan kuadran menggunakan pipa T agar seluruh area yang ada Gambar 4 Ilustrasi Pengambilan Data di dalam kuadran tersebut terliput dengan baik, 2.5. Analisis Data pengambilan data dilakukan di dua stasiun Analisis data dilakukan menggunakan rumus pengamatan yaitu : indeks ekologi yang Stasiun I Pulau Ternate terdiri atas tiga 3 plot meliputiKepadatan,Keanekaragaman, pengamatan yaitu Pantai Tobolo, Keseragaman, Dominansi dan Similaritas, Pantai Kalumata, Pantai Kastela sebagai berikut: (Pulau Ternate)

3

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

 Indeks Kepadatan Kepadatan dapat diartikan sebagai total individu per satuan luas atau per sataun volume, Dimana, sampel makrozoobentos yang telah H : Indeks Keanekaragaman diidentifikasi kemudian dapat dihitung S : Jumlah Species kepadatannya dengan menggunakan rumus E : Keseragaman (Fitriana,2016).  Indeks Dominansi Indeks dominansi biota dengan menggunakan rumus Odum (1993) yaitu : Dimana: C = Di: Kepadatan makrozoobentos (individu/m²) Keterangan : Ni : Jumlah makrozoobentos yang ditemukan C : Indeks Dominansi (individu) ni : Jumlah Individu setiap jenis A : Luas kuadran (m²) N : Jumlah total individu  Indeks Keanekaragaman  Indeks Similaritas Indeks keanekragaman organisme di zona Indeks similaritas merupakan indeks intertidal dihitung dengan menggunakan rumus untuk mengetahui kesamaan jumlah species Shannon-Wiener (Odum, 1993) : yang sama dalam suatu perairan (Krebs. 1985) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : H : Indeks Keanekaragaman ni : Jumlah individu jenis ke i Dimana : N : Jumlah total individu seluruh jenis a = Jumlah species pada lokasi a b = Jumlah species pada lokasi b Nilai indeks keanekaragaman Shannor-Wiener c = Jumlah species yang sama pada lokasi a dan b dikategorikan atas nilai-nilai sebagai berikut :

H’ < 1 = Keanekaragaman rendah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 < H’< 3 = Keanekaragaman sedang 3.1.Parameter Lingkungan H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi Hasil pengukuran parameter lingkungan pada kedua Stasiun yaitu disajikan pada  Indeks Keseragaman Tabel Keseragaman jenis dari makrozoobenthos menurut Ludwig dan Reynolds (1988) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

4

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

Tabel 2. Parameter Lingkungan pada Stasiun 1 Parameter Pantai Pantai No Lingkungan Tobololo Kalumata Pantai Kastela 1 Suhu Air 30⁰C 31⁰C 30 ⁰C 2 Salinitas 29‰ 30‰ 29‰ 3 pH Tanah 7,5 7,5 7,2 4 pH Air 7,1 7,1 7,9

Tabel 3. Parameter Lingkungan pada Stasiun 2 Parameter Plot Bagian Plot Bagian Plot Bagian No Lingkungan Timur Selatan Barat Daya 1 Suhu Air 30⁰C 31⁰C 30 ⁰C 2 Salinitas 29‰ 30‰ 29‰ 3 pH Tanah 7,5 7,5 7,2 4 pH Air 7,1 7,1 7,9 pertumbuhan atau bahkan dapat menghambat Dari Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukan bahwa pertumbuhan yang optimal, setiap jenis suhu perairan di semua lokasi plot pengamatan 0 mempunyai batas toleransi yang berbeda-beda berkisar antara 30 – 31 C masih dalam kisaran terhadap suhu terendah dan tertinggi. suhu optimal untuk makrozoobenthos.Hal ini berarti bahwa suhu perairan di stasiun 3.2. Komposisi Makrozoobenthos pengamatan cocok bagi makrozoobenthos. Berdasarkan hasil identifikasi, komposisi Kinne dalam Amran (2007) menyatakan bahwa makrozoobenthos di zona intertidal dapat suhu perairan menentukan kehadiran jenis dilihat pada Tabel 4. organisme perairan, mempengaruhi aktivitas

Tabel 4. Komposisi makrozobenthos yang ditemukan pada Stasiun Pengamatan No Ordo Family Genus Spesis Class Gastropoda 1 Neritdae 2 3 Nerita funiculate 4 Nerita balteata 5 6 Nerita rafinesgue 7 Neogastropoda Nassariidae Nassarius Nassarius reticulatus 8 Volutidae Cymbiola Cymbiola vespertilo 9 Conidae Conus Conus sulcatus

5

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

10 Conus miliaris 11 Turbihellidae Vasum Vasum turbinellus 12 Littorinimorpha Cypraedae Monetaria Monetaria moneta 13 Cypraea Cypraea annulus 14 Lyncina Lyncina carneola 15 Littorinidae Littoraria Littoraria Scabra 16 Littorina Littorina mauritiana 17 Mitridae Strigatella Strigatella paupercula 18 Bursidae Bufonaria Bufonaria rana 19 Bufonaria perelegans 20 Strombidae Lambis Lambis lambis 21 Gibberulus Gibberulus gibbosus 22 Caenogastropoda Cerithiidae Rhinoclavis Rhinoclavis sinensis 23 Rhinoclavis sordidula 24 Cerithium Cerithium kobelti 25 Potamididae Telescopium Telescopium- telescopium 26 Trochida Turbinidae Turbo Turbo petholatus Class Scaphopoda 27 Dentaliida Dentaliidae Dentalium Dentalium vulgare Class Bivalvia 28 Unionida Unionidae Pilsbryoconcha Pilsbryoconcha exiilis 29 Venerida Venerida Lioconcha Lioconcha fastigiata Class Malacostraca 30 Branchyura Portunidae Scylla Scylla serrulata 31 Stomataopoda Squillidae Harpiosquilla Harpiosquilla raphidea Class Asteroidea 32 Valvatida Oreasteridae Protoreaster Protoreaster nodosus Class Echinoidea 33 Camarodonta Echinometridae Echinometra Echinometra Oblonga 34 Echinometra mathaei 35 Ehinodermata SP Class Holothuroidea 36 Aspidochirotida Holothuriidae Holothuria Holothuria atra Pada Tabel 4 makrozoobenthos yang Malacostraca, Asteroidea, Echinoidea dan teridentifikasi di Stasiun I dan Stasiun II Holothuroidea. Class Gastropoda terdiri atas 26 terdapat 36 species, 13 Ordo, 21 Famili, 26 species tertinggi dibanding Class lainnya. Genus yang termasuk kedalam 7 class yaitu Gastropoda lebih banyak ditemukan karena Gastropoda, Scaphopoda, Bivalva, organisme memiliki struktur tubuh

6

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021 bercangkang, sehingga dapat memperkecil Tobololo) yaitu 0,074 ind/m2 , Plot 2 (pantai pengaruh hempasan ombak. Hewan ini memiliki Kalumata) yaitu 0,0043 ind/m2, Plot 3 (Pantai 2 sifat hidup menempel dan menggali lubang Kastela) 0,033ind/m ,Stasiun II plot 1 (Bagian substrat (Hedriansyah, 2017). Timur Pulau) 0,069ind/m2, Plot 2 (bagian 3.3. Kepadatan Makrozoobenthos Selatan Pulau) 0,102ind/m2dan Plot 3 (Bagian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Barat Daya Pulau) 0,123ind/m2. Untuk lebih diperoleh nilai kepadatan jenis jelasnya dapat dilihat pada Gambar 41 berikut: makrozoobenthos pada stasiun I plot 1 (Pantai

Gambar 41. Kepadatan Makrozoobentos menyatakan bahwa kepadatan Berdasarkan hasil yang diperoleh jenis makrozoobenthoserat kaitannya dengan makrozoobenthos yang ditemui di Zona ketersediaan bahan organik yang terkandung Intertidal Stasiun I terdiri 5Class yaitu dalam substrat dan vegetasi yang tumbuh Gastropoda, Bivalvia, Echinoidea, Holothuroidea sekitar stasiun pengamatan. Tingginya dan Malacostraca.Stasiun II terdiri dari 5Class kepadatanjenis makrozoobenthos pada stasiun yaitu Class yaitu Gastropoda, Malacostraca, IIPlot 3, karena lokasi ini dekat dengan Scacophoda, Asteroidea, dan Bivalvia. ekosistem mangrove, dengan substrat pasir Kepadatan makrozoobenthos pada masing- berlumpur dan patahan karang mati. masing stasiun penelitian bervariasi, dengan Class Gastropoda yang paling banyak kepadatan tertinggi terletak pada stasiun II Plot ditemukan yaitu sebanyak 23 genus, 28 jumlah 3. Perbedaan kepadatan ini karena perbedaan species. Berdasarkan hasil analisis, jumlah jumlah jenis yang ditemukan, substrat pantai species dan individu tertinggi ditemukan pada dan luasan blok area, dimana untuk stasiun I Stasiun I Plot 1 (Pantai Tobololo) sebanyak 18 2 luasan blok area sebesar 2500 m , Stasiun species dengan total individu 186 individu, 2 IIluasan blok area pada Plot 1 1500 m , Plot 2 namun memiliki nilai kepadatan lebih rendah 2 2 1000 m , dan Plot 3 1100 m , dan vegetasi dari nilai kepadatan pada Plot II dan Plot III sekitar daerah stasiun, hal ini sesuai pendapat Stasiun II, hal ini disebabkan karena plot Zulkifli (1998) dalam Rumapea (2013) yang

7

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021 pengamatan lebih luas dari luasan plot Holothuria atra memiliki temperaturtubuh pengamatan pada stasiun II. Kepadatan yang agak rendah diandingkan dengan teripang suatuspecies dapat diartikan sebagai total jenis lainnya(Setyastuti et al., 2014). individu per satuan luas atau per satuan 3.4. Indeks Keragaman (H’), Indeks Dominansi volume. (C), Indeks Keseragaman (E) Ditemukannya jenis Holothuria atra dari Berdasarkan hasil analisis diketahui FilumEchinodermata pada Stasiun I karena bahwakisaran nilai Keanekaragaman jenis teripang jenis ini tidak hanya ditemukan pada berkisar antara 1,629 – 2,752 termasuk dalam daerah pantai berpasir namun juga dapat kategori sedang. Stasiun I Plot 1mempunyai ditemukan pada substrat –substrat lainnya dan indeks keragaman jenis (H’) sebesar 2,752, hal juga pada ekosistem terumbu karang. tersebut menunjukkan stasiun I memiliki Teripang jenis ini secara umum memiliki keanekaragaman jenis spesies makrozoobentos warna tubuh yang hitam dan biasanya yang tinggi karena disusun oleh banyak spesies tertutupi oleh pasir. Hal ini telah telah dan substrat pada lokasi penelitian ini berpasir mengasumsikan bahwa pasir tersebut dapat dan berbatu berkarang.Untuk lebih jelasnya merefleksikan cahaya matahari sehingga dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5. Nilai Indeks Keanekaragaman, Dominansi dan Keseragaman Makrozoobentos pada lokasi Penelitian Stasiun I Stasiun II Indeks Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 1 Plot 2 Plot 3

H' 2,752 2,191 1,629 2,272 2,367 2,382

C 0,068 0,075 0,122 0,086 0,086 0,083

E 0,952 0,997 0,837 0,987 0,987 0,993 gangguan atau tekanan. Menurut Soegianto Maturbongs dkk (2016) menjelaskan nilai (1994), suatu komunitas dikatakan mempunyai indeks keanekaragaman cenderung akan tinggi keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu apabila suatu komunitas memiliki jumlah jenis disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan yang banyak dan tiap jenis tersebut terwakili jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya oleh satu individu, sebaliknya nilai indeks akan jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit rendah jika komunitas memiliki jumlah jenis jenis dan jika hanya sedikit jenis yang dominan yang cenderung sedikit dan tiap jenis tersebut maka keanekaragaman jenisnya rendah. memiliki jumlah individu yang banyak. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan Keanekaragaman mencakup 2 hal pokok bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yaitu variasi jumlah spesies dan jumlah individu tinggi karena dalam komunitas itu terjadi tiap spesies pada suatu kawasan.Apabila jumlah interaksi jenis yang tinggi pula. Sehingga dalam spesies dan variasi jumlah individu tiap spesies suatu komunitas yang mempunyai relatif kecil berarti terjadi ketidakseimbangan keanekaragaman jenis tinggi akan terjadi ekosistem yang disebabkan akibat adanya

8

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021 interaksi jenis yang melibatkan transfer energi pembagian relung yang secara teoritis lebih (jaring-jaring makanan), predasi, kompetisi, dan kompleks.

Gambar 42. Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos pada Lokasi Penelitian Dominansi di semua plot pengamatan rendah Indeks keanekaragaman, keseragaman dan yakni mendekati ‘0’, artinya tidak terjadinya dominansi merupakan indeks yang sering dominansi oleh satu atau beberapa species digunakan untuk mengevaluasi suatu kondisi makrozoobenthos. Menurut (Shimpson dalam lingkungan perairan berdasarkan kondisi Odum, 1993) bahwa apabila nilai indeks biologinya. Hubungan ini didasarkan atas dominansi mendekati nol (0) berarti tidak ada kenyataan bahwa tidak seimbangnya kondisi jenis yang dominan dan dari nilai indeks lingkungan akan turut mempengaruhi suatu dominansi ini dapat terlihat bahwa indeks organisme yang hidup pada suatu perairan dominansi tertinggi akan didapatkan nilai indeks (Odum, 1993). keragaman terendah atau sebaliknya Kehadiran satu spesies makrozoobentos terhadap struktur komunitas dapat diketahui dengan menganalisa dominansi speciesnya. Hasil analisa menunjukkan nilai indeks .

9

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

Gambar43. Indeks DominansiMakrozoobentos pada Lokasi Penelitian 3.5. Indeks Similaritas Menurut Odum (1993) indeks keseragaman Suatu komunitas dengan komunitas lain atau (E) berkisar 0-1.Bila nilai mendekati 0 berarti antar Stasiun lokasi penelitian dapat dibedakan keseragaman rendah karena adanya jenis yang berdasarkan kesamaan (similarity), nilai mendominasi, dan bila mendekati 1 kesamaan berkisar antara 0 – 1,0, atau jika keseragaman tinggi yang menunjukkan tidak diprosentasikan berkisar 0 – 100%. Makin besar ada jenis yang mendominasi. Pada Tabel 42 nilai yang diperoleh berarti makin besar didapat indeks keseragaman pada stasiun I kesamaan komunitas yang dibandingkan. Nilai 0 berkisar 0, 837 – 0,997, pada stasiun II berkisar berarti komunitas yang dibandingkan benar- 0,993-0,987. Hal ini menunjukkan bahwa nilai benar berbeda dan nilai 1 atau 100 % berarti indeks keseragaman tinggi karena mendekati 1, komunitas yang dibandiungkan benar-benar angka tersebut menunjukkan bahwa species sama. Hasil analisa koefisien kesamaan jenis yang ditemukan lebih merata karena tidak antar lokasi (similarity). terdapat species yang dominan. Karena makin besar nilai E menunjukkan komunitas makin Lokasi Pulau Woda beragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan pada Stasiun I dan Pulau Ternate 47,83 Stasiun II secara umum berada dalam kondisi stabil. Pada Stasiun I dengan adanya aktivitas Rendahnya nilai koefisien kesamaan jenis di manusia sebagai tempat wisata (Pantai Tobolo Pulau Ternate dan Pulau Woda menunjukkan dan Pantai Kastela) dan area reklamasi tidak tidak terdapatnya kesamaan komposisi species berpengaruh terhadap lingkungan dan makrozoobenthos antar masing-masing lokasi. keberlangsungan hidup makrozoobentos. Diduga karena lokasi penelitian jaraknya berjauhan dan kondisi lingkungan berupa subsrat, topografi pantai, luasan plot

10

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021 pengamatan, dan adanya ekosistem mangrove Ferianita F.M. 2008 Metode Sampling menyebabkan perbedaan species pada masing- Bioekologi Bumi AksaraJakarta masing lokasi penelitian. Fachrul. M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara. Jakarta 4. KESIMPULAN DAN SARAN Hedriansyah H, S Kamal dan Nurasiah N,.2017. Keanekaragaman Ienis Teripang Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Holothuroidea) di Perairan Pantai Iboih disimpulkan sebagai berikut : Kota Sabang. Species makrozoobenthos pada Zona Intertidal Ludwig, John A. dan James F. Reynolds. 1988. Pulau Ternate terdiri 5 Class yaitu Gastropoda, Statistical Ecology: a primer ofmethods and computig. Wiley Press, New York Bivalvia, Echinoidea, Holothuroidea dan Maturbongs, M. R., Sisca. E., 2016.Komposisi, Malacostraca, Pulau Woda terdiri dari 5 Class Kepadatan Dan Keanekaragaman Jenis yaitu Gastropoda, Malacostraca, Scacophoda, Gastropoda Di Kawasan Mangrove Asteroidea, dan Bivalvia. Kepadatan Pesisir Pantai Kambapi Pada Musim makrozoobenthos tertinggi Pulau Woda Plot 3 Peralihan I. Jurnal Ilmiah agribisnis dan (Barat Daya Pulau), Indeks Keanekaragaman Perikanan (agrikan UMMU-Ternate). Volume 9 Edisi 2 Kategori sedang, tidak ada species yang Noviyanti A., Kamalliansyah W., Puspandari D. mendominasi, Keseragaman species T., 2019. Identifikasi Makrozoobenthos menunjukkan bahwa species yang ditemukan di Kawasan Hutan Mangrove Kajhu lebih merata.tidak terdapatnya kesamaan Kabupatean Aceh Besar. Jurnal komposisi species makrozoobenthos antar Bionatural. Volume 6 No.2. masing-masing lokasi. Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Lembaga Ilmu DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan Indonesia. Nybakkan, J .M. 1992Biologi Laut.Suatu Arianto, A 2015. Keragaman Plankton di Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Perairan Rawa Desa Rantau Baru Gramedia. Jakarta. Bawah Kecamatan Pangkalan Kerinci Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Kabupaten Pelalawan Kabupaten Riau Diterjemahkan Oleh Samingan T. FMIPA IPB. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Asriyana, dan Yuliana , 2012 Produktivitas Universitas Gadjah Mada Press. Hal Perairan. Jakarta 373-397 Asrid. S, 2017. Keanekaragaman Plankton di Raffaelli D, S.J. Hawkins, 1999.Intertidal Perairan Tambang Blanakan Subang Ecology. Springer Netherlands Basahona F.2020. Komposisi Biota Intertidal di Silulu. P. F., Farnis. B. dan Gustaf F. M. Pantai Kastela dan Tobolo. Laporan 2013.Biodiversitas Kerang Oyster Praktek Kerja Lapang. Program Studi (Moluska, Bivalvia) di Daerah Intertidal, Ilmu Kelautan. Fak.Perikanan dan Halmahera Barat, Maluku Utara.Jurnal Kelautan.Universitas Khairun ilmiah Platax. Vol. 1-2. 2302-3589 Campbell, N. A. dan J. B. Reece. 2010. Supratman,R. A. 2018Kelimpahan Dan Biologi, Edisi kedelapan Jilid 3 Keanekaragaman Gastropoda Pada Terjemahan: Damaring Tyas Zona Intertidal Di Pulau Bangka Bagian Wulandari. Erlangga. Jakarta. Timur

11

Hemyscyllium Vol. 1 no 2 : 1-12 Publised online: 1 April 2021

Suwignyo. S. Dkk 2005 Intertida Makrozoobenthos di Perairan Wilaya Morosari Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak Toby E. N., 2017. Identifikasi Keanekaragaman Jenis GastropdadI Pantai Babolak, Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

12