<<

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap 1

1. Kondisi Faktor Abiotik

Ekosistem perairan dapat dipengaruhi oleh suatu kesatuan faktor

lingkungan, yaitu biotik dan abiotik. Faktor abiotik merupakan faktor alam

non-organisme yang mempengaruhi proses perkembangan dan pertumbuhan

makhluk hidup. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis faktor abiotik

berupa faktor kimia dan fisika. Faktor kimia meliputi derajat keasaman

(pH). Sedangkan faktor fisika meliputi suhu dan salinitas air laut. Hasil

pengukuran suhu, salinitas, dan pH dapat dilihat sebagai tabel berikut:

Tabel 4.1 Faktor Abiotik Pantai Peh Pulo Kabupaten Blitar Faktor Abiotik No. Letak Substrat Suhu Salinitas Ph P1 29,8 20 7 Berbatu dan Berpasir S1 1. P2 30,1 23 7 Berbatu dan Berpasir

P3 30,5 28 7 Berbatu dan Berpasir 2. P1 29,7 38 8 Berbatu dan Berpasir S2 P2 29,7 40 7 Berbatu dan Berpasir P3 29,7 33 7 Berbatu dan Berpasir 3. P1 30,9 41 7 Berbatu dan Berpasir S3 P2 30,3 42 8 Berbatu dan Berpasir P3 30,1 41 7 Berbatu dan Berpasir

77 78

Tabel 4.2 Rentang Nilai Faktor Abiotik Pantai Peh Pulo Faktor Abiotik Nilai Suhu (˚C) 29,7-30,9 Salinitas (%) 20-42 Ph 7-8

Berdasarkan pengukuran faktor abiotik lingkungan, masing-masing

stasiun pengambilan data memiliki nilai yang berbeda. Hal ini juga

mempengaruhi kehidupan yang ditemukan. Kehidupan

gastropoda sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai suhu. Suhu normal untuk

kehidupan gastropoda adalah 26-32˚C.80 Sedangkan menurut Sutikno, suhu

sangat mempengaruhi proses metabolisme suatu organisme, gastropoda

dapat melakukan proses metabolisme optimal pada kisaran suhu antara 25-

32˚C. Perubahan suhu lingkungan berpengaruh terhadap jenis organisme

yang dapat hidup pada wilayah perairan tertentu, serta mempengaruhi

aktifitas suatu organisme. Semakin tinggi suhu suatu perairan, maka

semakin sedikit kandungan oksigen yang larut (DO) dalam air. Gas oksigen

yang terdapat dalam air digunakan oleh organisme perairan dalam proses

respirasi. Suhu yang tinggi akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut

dalam air, sehingga gastropoda dan organisme air lainnya akan mati karena

kekurangan oksigen.81

Suhu perairan intertidal pantai peh pulo Kabupaten Blitar berkisar

antara 29,7-30,9˚C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu perairan pantai peh

pulo dapat dibilang cocok dan normal bagi keberlangsungan hidup

80 Junita Supusepa, Inventaris Jenis Dan Potensi Gastropoda di Negeri Suli dan Negeri Tial, (Ambon: Universitas Pattimura, 2018)., Jurnal Triton, Volume 14(1), Hal. 30 81 Horas P. Hutagalung, Pengaruh Suhu Air Terhadap Kehidupan Organisme Laut, (Jakarta: LIPI, 1988)., Jurnal Oseana 13(4), Hal. 163

79

gastropoda. Suhu terendah terletak pada stasiun 2 dengan nilai 29,7 ˚C dan

suhu tertinggi pada stasiun 3 di plot 1 dengan nilai 30,9˚C.

Selain suhu, sainitas perairan juga mempengaruhi aktifitas

gastropoda. Faktor fisika ini juga mempengaruhi kadar oksigen terlarut

dalam perairan. Perbedaan nilai salinitas pada setiap plot cukup bervariasi

yaitu antara 20-42%. Jika diperhatikan, nilai salinitas masing-masing plot

tidak stabil dan memiliki selisih perbedaan yang jauh. Sehingga diketahui

nilai salinitas perairan peh pulo menunjukkan ketidaknormalan. Penelitian

lain menunjukkan bahwa salinitas yang cocok untuk proses metabolisme

hewan makrobentos termasuk gastropoda adalah 26-37%.82 Perbedaan nilai

salinitas di perairan pantai peh pulo yang di dapat dimungkinkan karena

faktor penguapan yang tinggi. Besar kecilnya nilai salinitas suatu perairan

dipengaruhi oleh pola sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan

(presipitasi) dan adanya aliran sungai (run off).83

Derajat keasaman (pH) perairan intertidal atau pasang surut air laut

pantai pehpulo kabupaten blitar berkisar antara 7-8. Hal ini dapat dikatakan

bahwa nilai derajat keasaman kawasan intertidal pehpulo stabil. Nilai pH

diperairan ini, menunjukkan keadaan yang normal dan cocok untuk

pertumbuhan gastropoda. Berdasarkan Kep-Men LH No.51 Tahun 2004,

derajat keasaman (pH) yang cocok untuk pertumbuhan biota laut adalah

dalam kisaran 7-8,5. Gastropoda tidak dapat mentoleransi nilai pH yang

82 Rella Nur Taqwa, dkk., Studi Hubungan Substrat Dasar, Hal.132 83 Marlen Persulessy dan Ine Arini, Keanekaragaman Jenis dan Kepadatan Gastropoda di Berbagai Substrat Berkarang di Perairan Pantai Tihunitu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah, (Ambon: Universitas Pattimura, 2018)., Biopendix, Volume 5(1), Hal. 49

80

terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Hal ini dikarenakan derajat

keasamaan mempengaruhi ketahanan hidup organisme terhadap lingkungan.

PH akan mempengaruhi ketersediaan DO atau oksigen terlarut yang ada

pada perairan untuk proses respirasi organisme. Jika nilai pH terlalu rendah,

maka oksigen terlarut pada perairan akan rendah pula. PH <5,00 dan

pH>9,00 merupakan kondisi yang tidak baik untuk gastropoda.84

Secara keseluruhan, nilai faktor abiotik pantai peh pulo yang di

dapatkan dikatakan normal, cukup stabil, dan cocok untuk kehidupan

organisme gastropoda. Hal ini didukung dengan kondisi pantai yang sepi

pengunjung sehingga aliran air tidak dipengaruhi oleh kegiatan pengunjung.

Selain itu, pemukiman penduduk yang jauh dari kawasan pantai menjadikan

pantai ini mampu mempertahankan faktor abiotik yang stabil dan cocok

untuk kehidupan biota laut terutama gastropoda. Nilai faktor abiotik yang

sesuai mempengaruhi struktur komunitas gastropoda yang ada pada

kawasan pesisir pantai peh pulo. Keanekaragaman, keseragaman,

dominansi, dan pola persebaran (distribusi) di kawasan ini, memiliki nilai

yang berbeda dan menunjukkan kondisi yang baik. Hal ini dapat dilihat

secara lebih rinci sebagaimana pembahasan di bawah ini.

84 Kordi dan Tancung, Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan Edisi Keempat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)., Hal. 91

81

2. Struktur Komunitas Gastropoda

Kawasan pesisir pantai peh pulo, tepatnya di daerah intertidal atau

pasang surut air laut, memiliki ekosistem tersendiri. Wilayah ini dihuni oleh

berbagai biota laut salah satunya gastropoda. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan, dapat diketahui berbagai gastropoda ditemukan dalam

keadaan berlimpah. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17-18 Desember

2020 menggunakan 3 stasiun dan 9 plot dengan substrat berbatu dan

berpasir. Stasiun 1 dan 2 didominasi oleh substrat berbatu. Sedangkan

stasiun 3 didominasi substrat berpasir. Data penelitian yang diperoleh

berasal dari pencuplikan spesies secara langsung pada lokasi penelitian.

Seluruh spesies yang masuk dalam stasiun penelitian diambil dan diletakkan

pada tempat yang berbeda sesuai dengan stasiun penelitian. Jumlah

keseluruhan spesies gastropoda yang ditemukan adalah 389. Spesies yang

ditemukan diberi tanda yang berbeda dengan spesies lain untuk

memudahkan proses identifikasi. Gastropoda yang ditemukan, diawetkan

menggunakan formalin 10% kemudian diidentifikasi menggunakan laman

web sebagai berikut: Gastropods.com, Marine .org, Animalbase.org,

Conchylinet.com, dan Gbif.org.

Berdasarkan hasil identifikasi, gastropoda yang terdapat dikawasan

ini terdiri dari 9 ordo meliputi , Cephalapsida,

Cycloneritida, , , , ,

Patellagastropoda, dan . Berdasarkan tabel 4.3 berikut, keseluruhan

ordo yang ditemukan terbagi menjadi 16 famili, 23 , dan 31 spesies.

82

Keseluruhan spesies yang telah diidentifikasi dilakukan validasi kebasahan data oleh dosen ahli. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kevalidan spesies dan deskripsinya agar dapat dikembangkan menjadi katalog struktur komunitas gastropoda yang valid juga. Dosen ahli yang berperan dalam penelitian ini adalah bapak Arif Mustakim, M. Si. Selaku dosen Tadris

Biologi IAIN Tulungagung. Adapun klasifikasi gastropoda diambil berdasarkan taksonomi spesies pada www.gbif.org sebagai berikut ini:

83

Tabel 4.3. Klasifikasi Gastropoda Pantai Peh Pulo

NO. FILUM KELAS ORDO FAMILI GENUS NAMA SPESIES

1. Gastropoda Caenogastropoda Cerithiidae Cerithium Cerithium sp.

2. Mollusca Gastropoda Caenogastropoda Cerithiidae Clypeomorus Clypeomorus petrosa

3. Mollusca Gastropoda Cephalapsida Aplustridae Hydatina Hydatina physis

4. Mollusca Gastropoda Nerita albicilla

5. Mollusca Gastropoda Cycloneritida Neritidae Nerita Nerita costata 6. Mollusca Gastropoda Ellobiida Melampus castaneus 7. Mollusca Gastropoda Heterobranchia Architectonicidae Heliacus Heliacus areola

8. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Cypraea staphylaea

9. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Cypraeidae Monetaria annulus

10. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Cypraeidae Monetaria Monetaria caputserpentis

11. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Cypraeidae Monetaria Monetaria moneta

12. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Naticidae Natica Natica carnica 13. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Harpago Harpago chiragra 14. Mollusca Gastropoda Littorinimorpha Strombidae

15. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Columbellidae Pardalinops Pardalinops testudinaria

16. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Conidae Conus Conus catus

17. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Conidae Conus Conus coronatus

18. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Conidae Conus Conus ebraeus

19. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Conidae Conus Conus frigidus

20. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Conidae Conus Conus sponsalis

21. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Mitridae Mitra Mitra litterata

84

22. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Mitridae Mitra Mitra paupercula

23. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Muricidae Drupa Drupa morum

24. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Muricidae Drupella Drupella margariticola

25. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Muricidae Morula Morula granulata

26. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Muricidae Neothais Neothais marginatra

27. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Engina mendicaria

28. Mollusca Gastropoda Neogastropoda Pisaniidae Pollia Pollia delicata 29. Mollusca Gastropoda Patellagastropoda Nacellidae Cellana Cellana capensis

30. Mollusca Gastropoda Trochida Trochus radiatus

31. Mollusca Gastropoda Trochida Turbo bruneus

85

Grafik Perbandingan Jumlah Individu pada Setiap Stasiun

60

59

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Individu pada Masing-Masing Stasiun Berdasarkan grafik 4.1 diketahui masing-masing stasiun memiliki jumlah individu yang berbeda. Pada stasiun 1 memiliki kelimpahan 150 individu, stasiun 2 memiliki kelimpahan 170 individu dan stasiun 3 memiliki kelimpahan 69 individu. Perbedaan jumlah ini dipengaruhi oleh faktor abiotik lingkungan. Stasiun 2 menunjukkan nilai kelimpahan paling tinggi. Kondisi abiotik stasiun 2 memungkinkan komunitas gastropoda melangsungkan kehidupan dengan baik. Suhu yang optimum dengan besar

29,7˚C dan pH 7-8 yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme gastropoda.

Selain itu, stasiun 2 di dominasi oleh substrat berbatu dengan sedikit pasir yang menjadikan gastropoda aman dari gelombang air dan predator. Kondisi faktor abiotik suhu, pH dan substrat pada stasiun 2 hampir sama dengan stasiun 1. Kemiripan ini menjadikan kelimpahan gastropoda tidak jauh berbeda dengan stasiun 2. Kisaran suhu 29,8-30,5˚C dan substrat berbatu dan berpasir. Stasiun 1 yang lebih dekat dengan tebing menjadikan arus air lebih tinggi daripada stasiun 2. Hal inilah yang menjadikan kelimpahan di

86

stasiun 1 lebih sedikit dari stasiun 2. Berkebalikan dengan stasiun 3 yang memiliki jumlah kelimpahan yang sedikit. Hal ini dipengaruhi suhu yang jauh lebih tinggi dari kedua stasiun dan substrat lingkungan yang didominasi oleh pasir. Suhu perairan pada stasiun 3 berkisar 30,1-30,9 ˚C yang menunjukkan nilai yang tinggi. Dominasi substrat berpasir menjadikan beberapa spesies gastropoda sulit melindungi dirinya dari predator dan arus air. Selain itu, pada substrat ini juga kurang mengandung kelimpahan makanan untuk kebutuhan hidup gastropoda.

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Ordo Gastropoda Berdasarkan grafik 4.2 diketahui ordo neogastropoda paling mendominasi kawasan pesisir pantai peh pulo dengan persentase 45%.

Jumlah total gastropoda pada keseluruhan stasiun penelitian adalah 389.

Dari jumlah ini 155 individu berasal dari ordo neogastropoda. Ordo ini memiliki jenis gastropoda paling banyak sehingga pada perairan peh pulo didominasi neogastropoda. Menurut Taylor & Moris dalam skripsi Attika mengatakan bahwa sebagian besar genus dan spesies neogastropoda dapat

87

menyesuaikan diri pada berbagai jenis habitat.85 Selain itu, hanya ada

beberapa jenis saja yang dapat hidup pada air tawar. Sebagian besar spesies

yang hidup pada habitat lautan dapat tersebar dari zona litoral hingga laut

dalam dan bersifat predator.

Gastropoda yang ditemukan pada kawasan pesisir pantai peh pulo

terdiri dari 31 spesies dengan jumlah kelimpahan yang berbeda pada

masing-masing spesies. Berdasarkan tabel 4.4 berikut, kelimpahan

gastropoda terbanyak terdapat pada spesies Cellana capensis, Monetaria

annulus, dan Nerita costata. Ketiga spesies ini banyak ditemukan menempel

pada bebatuan maupun bersembunyi dibalik bebatuan. Hampir disetiap

bebatuan pantai peh pulo terdapat ketiganya ataupun salah satu dari ketiga

spesies ini. Spesies ini ditemukan pada semua stasiun disebabkan oleh

kesesuaian faktor abiotik pada lingkungan penelitian. Menurut Irie dan

Morimoto, Monetaria annulus dapat mengalami pertumbuhan pada kisaran

suhu antara 21°C-34°C. Hal ini sesuai dengan kondisi suhu di perairan

pantai peh pulo. Berdasarkan penelitian Louvenska, dkk. Monetaria annulus

juga ditemukan pada perairan ambon dengan kondisi suhu tinggi. Penelitian

ini menunjukkan bahwa M. annulus dapat beradaptasi dalam bentuk

perubahan perilaku dan habitat.86

85 Attika Purbosari, Keanekaragaman dan Distribusi Gastropoda di Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2020)., Hal. 7 86 Louvenska N. Latupeirissa, Fredy Leiwakabessy, dan Dominggus Rumahlatu, Species Density And Shell Morphology Of Gold Ring Cowry (Monetaria Annulus, Linnaeus, 1758) (Mollusca: Gastropoda: Cypraeidae) In The Coastal Waters Of Ambon Island, Indonesia, (Ambon: Universitas Pattimura, 2020)., Jurnal Biodiversitas 20(4), Hal. 1396

88

Tabel 4.4 Jumlah Gastropoda pada Stasiun Penelitian

Jumlah Nama Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total Spesies Canarium mutabile 7 5 2 14 Cellana capensis 26 18 2 46 Cerithium sp. 0 2 3 5 Clypeomorus petrosa 5 10 0 15 Conus catus 8 7 3 18 Conus coronatus 6 7 0 13 Conus ebraeus 4 7 0 11 Conus frigidus 0 7 5 12 Conus sponsalis 0 5 2 7 Cypraea staphylaea 3 0 0 3 Drupa morum 3 4 2 9 Drupella margariticola 1 1 0 2 Engina mendicaria 5 4 4 13 Harpago chiragra 1 0 0 1 Heliacus areola 6 4 5 15 Hydatina physis 1 1 0 2 Melampus castaneus 3 1 3 7 Mitra litterata 8 1 5 14 Mitra paupercula 4 1 0 5 Monetaria annulus 14 15 8 37 Monetaria caputserpentis 4 9 4 17 Monetaria moneta 4 12 0 16 Morula granulata 7 15 3 25 Natica carnica 1 1 0 2 Neothais marginatra 2 0 3 5 Nerita albicilla 4 4 0 8 Nerita costata 8 14 6 28 Pardalinops testudinaria 8 6 5 19 Pollia delicata 2 0 0 2 Trochus radiatus 0 6 2 8 Turbo bruneus 5 3 2 10 Total Perplot 150 170 69 389

89

Gastropoda dapat membentuk suatu struktur komunitas yang mempengaruhi kondisi lingkungan. Struktur komunitas gastropoda dapat diketahui melalui perhitungan keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan pola persebaran (distribusi) gastropoda. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:

Tabel 4.5 Struktur Komunitas Pantai Peh Pulo

Lokasi Penelitian Indeks Indeks Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total Keanekaragaman 3,001 3,008 2,851 3,1402 Keseragaman 0,599 0,587 0,673 0,5266 Dominansi 0,06 0,053 0,049 0,0509 Pola Distribusi 1,009 0,906 1,388 1,521

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui, nilai keanekaragaman gastropoda berbeda pada masing-masing stasiun penelitian. Stasiun 1 memiliki nilai

H‟= 3,001, Stasiun 2 H‟=3,008, dan Stasiun 3 H‟=2,851. Perhitungan total yang dilakukan, menunjukkan bahwa nilai H‟=3,1402 dan masuk dalam kriteria keanekaragaman tinggi. Ketiga nilai keanekargaman ini, memiliki selisih nilai yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman ketiga stasiun relatif stabil. Stasiun 1 dan stasiun 2 masuk dalam kategori keanekaragaman tinggi. Kedua stasiun ini terdiri dari berbagai famili gastropoda yang dapat dengan mudah mempertahankan diri dari kondisi lingkungan seperti, Strombidae, Nacellidae, Cerithiidae, Conidae,

Cypraeidae, Muricidae, Pisaniidae, Architectonicidae, Aplustridae,

Ellobiidae, Mitridae, Naticidae, Neritidae, Columbellidae, Pisaniidae,

Turbinidae, dan Trochidae. Ketahanan famili gastropoda pada penelitian ini

90

sesuai dengan penelitian Nella, gastropoda pada famili Columbellidae,

Cerithiidae, Conidae, Muricidae dan Trochidae mempunyai kemampuan

beradaptasi dengan lingkungan yang baik.87 Gastropoda juga memiliki

tingkat daya tahan tubuh dan adaptasi cangkang yang baik, sehingga lebih

mampu bertahan hidup dibandingkan kelas lainnya.

Gastropoda pada stasiun 3 masuk dalam kategori keanekaragaman

sedang. Menurut Odum dalam buku ekologi perairan tropis mengatakan

bahwa indeks keanekaragaman menunjukkan nilai terbesar jika semua

individu yang di dapatkan berasal dari spesies yang berbeda-beda.

Sedangkan akan bernilai kecil jika semua individu berasal dari satu spesies

yang sama.88 Sebagaimana penelitian yang dilakukan, pada masing-masing

stasiun ditemukan jenis spesies yang berbeda-beda dengan jumlah yang

berbeda juga.

Nilai keanekaragaman tertinggi gastropoda terletak pada stasiun 2.

Keanekaragaman yang tinggi dipengaruhi oleh faktor abiotik yang cocok

untuk keberlangsungan hidup gastropoda dan substrat hidup yang sesuai.

Menurut Irma, ketidakmerataan jumlah individu setiap spesies berkaitan

dengan cara adaptasi pada masing-masing spesies, seperti tersedianya

beberapa tipe substrat, ketersediaan makanan, dan kondisi lingkungan.

Faktor lingkungan pantai peh pulo sesuai dengan kebutuhan metabolisme

gastropoda. Keseluruhan faktor abiotik pada setiap stasiun relatif stabil.

87 Nella Indry Septiana, Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Pantai Pasir Putih Kabupaten Lampung Selatan, (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2017)., Hal.70 88 Husain Latuconsina, Ekologi Perairan Tropis, Hal. 76

91

Selain itu, arus gelombang juga mempengaruhi keanekaragaman moluska.

Daerah dengan aliran gelombang atau arus air yang kuat memiliki

keanekaragaman spesies yang rendah dibandingkan dengan daerah berarus

lemah.89

Pantai peh pulo didominasi oleh substrat bebatuan menjadikan

terhambatnya gelombang laut yang kuat. Selain itu, lokasi penelitian yang

dikelilingi oleh tebing menjadikan gelombang laut yang kuat akan terpecah

terlebih dahulu sebelum mencapai bibir pantai. Sehingga ketika terjadi

gelombang pasang, gastropoda yang hidup pada kawasan ini akan tetap

bertahan dengan menempel pada batuan dan bersembunyi pada cekungan.

Substrat bebatuan dengan banyak cekungan merupakan habitat

yang ideal bagi gastropoda.90 Cekungan pada batuan digunakan untuk

melindungi dari kekeringan ketika surut datang dengan cara air akan terisi

ketika surut dan menjadi kubangan ketika pasang. Substrat berbatu ini

merupakan habitat yang sangat cocok bagi gastropoda. Kebutuhan makan

gastropoda herbivora adalah sejenis alga dan pada substrat berbatu di pantai

peh pulo Kabupaten Blitar banyak ditumbuhi oleh alga yang merupakan

sumber makanan utama.

Substrat berpasir juga terdapat pada lokasi penelitian ini. Pada

stasiun 3 di dominasi oleh substrat berpasir dengan sedikit substrat

bebatuan. Kondisi ini menjadikan keanekaragaman gastropoda berkurang.

89 Ira, Rahmadani, dan Nur Irawati, Keanekaragaman dan Kepadatan Gastropoda Di Perairan Desa Morindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara, (Kendari: Universitas Halu Oleo, 2015)., Aquasains, Hal. 269 90 Ibid., Hal. 268

92

Berbeda dengan 2 stasiun lainnya yang memiliki indeks keanekaragaman

tinggi, pada stasiun 3 memiliki nilai indeks keanekaragaman H‟=2,851 yang

masuk dalam kategori sedang. Pada substrat berpasir gastropoda akan

kesulitan dalam melindungi tubuhnya dari gelombang air. Selain mudah

terbawa arus air dan mengalami kekeringan ketika surut datang, gastropoda

akan memilih habitat yang mudah digunakan sebagai tempat untuk

menempel. Hal ini dikarenakan gastropoda memiliki kemampuan

beradaptasi di daerah pasang surut dengan cara menempel pada substrat

bebatuan.91 Pada substrat berpasir juga merupakan habitat yang bagus bagi

gastropoda genus conus yang cocok hidup pada pasir untuk membenamkan

tubuhnya sebagai bentuk kamuflase dalam mencari mangsa.92 Pada

penelitian ini juga ditemukan beberapa spesies dalam famili conidae antara

lain Conus catus, Conus coronatus, Conus ebraeus, Conus frigidus, dan

Conus sponsalis. Famili ini juga tetap membutuhkan bebatuan untuk

melindungi dirinya sehingga famili conidae banyak ditemukan pada stasiun

1 dan 2 yang juga dilengkapi dengan substrat pasir dan kerikil.

Struktur komunitas gastropoda juga diukur menggunakan

perhitungan indeks keseragaman (E). Ketiga stasiun memiliki nilai yang

berbeda dengan selisih nilai yang sangat kecil. Pada stasiun 1 indeks

keseragaman bernilai 0,599, stasiun 2 bernilai 0,587, dan stasiun 3 bernilai

91 Dewi Ariani N. M, dkk., , Studi Tentang Keanekaragaman dan Kemelimpahan Mollusca Bentik Serta Faktor-Faktor Ekologis yang Mempengaruhinya di Pantai Mengening, Kabupaten Badung, Bali, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2019)., Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 6(3), Hal. 152 92 Muhammad Masrur Islami, Conotoxin: Senjata Utama Conus (Gastropoda: Conidae) dalam Melumpuhkan Mangsa, (Ambon: LIPI, 2009)., Oseana 34(2), Hal. 34

93

0,673. Keseluruhan nilai keseragaman ini masuk pada kategori komunitas

yang labil. Berdasarkan perhitungan total yang dilakukan, menunjukkan

bahwa nilai E=0,5266 dan masuk dalam kriteria keseragaman yang labil. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah antar spesies yang tidak merata. Berdasarkan tabel

4.4, sebagian spesies gastropoda yang ditemukan memiliki jumlah yang

sedikit dan beberapa spesies memiliki jumlah yang jauh lebih banyak seperti

Cellana capensis, Conus catus, Monetaria annulus, Monetaria caputserpentis,

Morula granulata, Nerita costata, dan Pardalinops testudinaria. Semakin besar

nilai indeks keseragaman, maka menunjukkan kelimpahan yang hampir

seragam dan merata antar spesies.93

Berdasarkan perhitungan nilai indeks dominansi, ketiga stasiun

penelitian menunjukkan bahwa gastropoda dipantai peh pulo masuk pada

dominansi rendah. Pada stasiun 1 C=0,06, stasiun 2 C=0,053, dan stasiun 3

C=0,049. Perhitungan total yang dilakukan, menunjukkan bahwa nilai

C=0,0509 dan masuk dalam kriteria dominansi yang rendah. Hal ini menjelaskan

bahwa pada pantai peh pulo, tepatnya pada kawasan pesisir pantai tidak

terdapat spesies gastropoda yang mendominasi. Dominansi yang rendah

menunjukkan bahwa belum terjadi persaingan yang berarti terhadap ruang,

makanan, atau habitat bagi moluska tersebut.94

Pola persebaran gastropoda di kawasan pesisir pantai peh pulo

Kabupaten Blitar dikategorikan memiliki indeks persebaran mengelompok

93 Husain Latuconsina, Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan Sumberdaya Hayati Perairan, (Yogyakarta: UGM Press, 2019)., Hal. 77 94 Gonsianus Pakaenoni, Studi Komunitas Filum Mollusca di Zona Intertidal Pantai Sukaerlaran Desa Kenebibi Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu, (Kefamenanu: Universitas Timor, 2019)., Jurnal Sains Dan Teknologi 11(2), Hal. 26

94

dengan Idrata-rata=1,101. Nilai persebaran gastropoda dihitung menggunakan

indeks morisita. Hasil perhitungan indeks pola persebaran memiliki selisih

nilai yang kecil. Pada stasiun 1 Id=1,009, stasiun 2 Id=0,906, dan stasiun

3=1,388. Berdasarkan perhitungan total yang dilakukan, menunjukkan

bahwa nilai Id=1,521 dan masuk dalam kriteria pola persebaran yang

mengelompok. Stasiun 1 dan 3 dapat digolongkan memiliki pola persebaran

mengelompok. Sedangkan pada stasiun 2 memiliki pola persebaran

seragam. Secara keseluruhan rata-rata pola persebaran gastropoda di pantai

peh pulo adalah mengelompok. Pola persebaran organisme pada umumnya

mengikuti pola mengelompok seperti halnya pada gastropoda pantai peh

pulo. Pola persebaran mengelompok dapat terjadi ketika banyak individu

atau spesies yang melakukan proses pemijahan. Semakin banyak individu

atau spesies yang melakukan pemijahan, maka semakin sering ditemukan

pola persebaran yang mengelompok.95 Hal ini menandakan bahwa pantai

peh pulo juga memiliki faktor abiotik lingkungan yang baik. Gastropoda dan

organisme tertentu hanya dapat melakukan pemijahan apabila kondisi

lingkungan sesuai.

Indeks perhitungan yang digunakan seperti keanekaragaman,

keseragaman, dominansi dan pola persebaran memiliki keterkaitan satu

sama lain dan saling mempengaruhi. Komunitas yang memiliki

keanekaragaman jenis tinggi akan terjadi suatu interaksi spesies yang

menyebabkan transfer energi (jaringan makanan), predasi, kompetisi, dan

95 Suhendra Putra, M. Ali S., dan Ismul Huda, Pola Persebaran Gastropoda di Ekosistem Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2018)., Jurnal Biotik 6(1), Hal. 62

95

pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks. Sehingga dengan

adanya interaksi ini terjadi kestabilan ekologi karena keseragaman jenis

yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, apabila dominansi yang tinggi

menunjukkan terjadinya ketidakstabilan ekologi karena transfer atau aliran

energi melalui jaring makanan hanya di dominasi oleh beberapa spesies

tertentu saja.96

3. Deskripsi Gastropoda Pantai Peh Pulo Kabupaten Blitar

a. Ordo Caenogastropoda

1) Cerithium sp. (Bruguière, 1789)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.3 Cerithium sp. (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur97

96 Husain Latuconsina, Ekologi Perairan Tropis, Hal. 77 97 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Cerithium tenellum (G.B.Sowerby II, 1855)”, dalam https://www.gbif.org/species/4609221, diakses pada 20 Januari 2021 pukul 14:40 WIB

96

Deskripsi:

Cerithium sp. memiliki bentuk cangkang seperti terompet

dengan bagian anterior (bagian depan) melebar. Spesies ini memiliki

struktur cangkang yang kuat, tebal, dan padat. Namun, pada bagian

outer (bibir luar) cangkang rapuh dan mudah patah. Cangkangnya

memiliki warna putih kecoklatan dan hijau pada bagian posterior

(bagian belakang). Spesies ini memiliki nodul-nodul striae (guratan)

yang mengelilingi seluruh permukaan. (puncak menara) runcing

dan (bagian gastropoda dari apex hingga ) tidak dapat

dibedakan dengan body worl (bagian tubuh gastropoda yang

menggembung). Habitat Cerithium sp. paling banyak pada air dangkal

beriklim tropis hingga hangat, hidup di dasar laut yang berpasir

hingga berlumpur dan lingkungan muara. Dengan ukurannya yang

kecil spesies ini dimungkinkan berlimpah di bawah bebatuan atau di

laut vegetasi. Cerithium sp. merupakan herbivora pemakan rumput,

ganggang kecil, bakteri, dan kotoran organik.98

98 Kent E. Carpenter Dan Volker H. Niem, The Living Marine Resources of The Western Central Pacific for Seaweeds, Corals, Bivalves And Gastropods, (Fao Species Identification Guide For Fishery Purposes, 1998)., Volume 1, Hal. 437

97

2) Clypeomorus petrosa/ Cerithium petrosum (W.Wood, 1828)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.4 Clypeomorus petrosa (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur99 Deskripsi:

Clypeomorus petrosa memiliki nama lain Cerithium

petrosum. Spesies ini memiliki cangkang berbentuk seperti kerucut

bersifat kuat dan tebal. Cangkang Clypeomorus petrosa memiliki

warna dasar hijau kekuningan dan dikelilingi oleh motif hitam

disepanjang tubuhnya. Spesies ini ditemukan dengan ukuran 23 mm

dapat mengalami pertumbuhan hingga berukuran 28 mm. Tekstur

permukaan luar cangkang kasar dengan tonjolan bulatan kecil yang

teratur mengelilingi seluruh permukaan tubuh. Pada permukaan

dalam, terlihat halus dengan warna putih kehijauan. Putaran cangkang

99 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Clypeomorus petrosa (W.Wood, 1828)”, dalam https://www.gbif.org/species/4609092, diakses pada 13 Januari 2021 pukul 07:45 WIB

98

mengarah ke kanan searah dengan putaran jarum jam (Dekstral).

Bagian apex spesies ini runcing dan terlihat tinggi. Bagian suture

(garis perlekatan pada spire) tidak terlihat dengan jelas sehingga pada

spesies ini tidak dapat dibedakan antara spire dengan body worl.

Aperture spesies ini berbentuk setengah lingkaran dan dilengkapi

dengan siphonal kanal anterior (celah). Outer lipnya tipis dan rapuh.

Inner lip (bibir dalam) menyatu dengan bagian tubuh. Habitat spesies

ini pada celah pasir dan puing-puing di antara bebatuan dan terumbu

karang di zona intertidal bawah.100 Clypeomorus petrosa terdistribusi

pada Pasifik Tengah Barat yaitu Indonesia dan Filipina.101

b. Ordo Cephalapsidae

1) Hydatina physis (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

100 Des Beechey, The Seashells of New South Wales, “Clypeomorus petrosa (Wood, 1828)”, dalam https://seashellsofnsw.org.au/Cerithiidae/Pages/Clypeomorus_petrosa.htm diakses pada 03 Maret 2021 Pukul 22:59 WIB 101 Sea Life base, dalam https://www.sealifebase.ca/summary/Clypeomorus-petrosa.html diakses pada tanggal 03 maret 2021 pukul 23:11 WIB

99

(c) (d) Gambar 4.5 Hydatina physis (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur102 Deskripsi:

Hydatina physis memiliki cangkang berbentuk bulat bertipe

“gelembung”, tipis, rapuh dan tembus cahaya berwarna

putih. Hydatina physis juga dikenal dengan “snail buble” atau siput

gelembung. Apex rata dengan putaran cangkang dekstral. Berdasarkan

identifikasi yang dilakukan ketinggian cangkang 1 mm. Permukaan

cangkang halus dan dikelilingi oleh motif garis spiral berwarna hitam,

coklat dan merah tua. Bagian depan berkembang dengan baik menjadi

sepasang besar dan lobus seperti tentakel. Kakinya sangat kuat, besar,

lebar, dan melebihi cangkang saat bergerak. Hydatina physis tidak

memiliki (penutup bagian keluar masuknya mantel)

sehingga bagian yang difungsikan sebagai kaki tidak dapat

dimasukkan kedalam cangkang secara menyeluruh.103 Namun

Aperture (tempat keluar masuknya mantel) spesies ini sangat lebar.

Lobus perisai kaki dan kepala memiliki garis tepi (Margin) berwarna

102 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Hydatina physis (Linnaeus, 1758)”, dalam https://www.gbif.org/species/5190029, diakses pada 5 Februari 2021 pukul 10:33 WIB 103 Sonia Kumari, dkk., Rekam kulit gelembung kertas bergaris, Hydatina physis (Linnaeus, 1758), dari Perairan India, (Vadodara :Central Marine Fisheries Research Institute, 2015)., Marine Biodiversity Records 8(4), Hal.2

100

biru cerah. Hydatina physis hidup pada habitat substrat berpasir dan

berbatu. Bahkan juga ditemukan pada substrat berlumpur. Spesies ini

memiliki cara unik ketika musim kawin datang, yaitu pada saat

bertelur individu akan menuju permukaan air. Selain itu, telur hasil

pembuahan ditempelkan pada Sargasum muticum.104

c. Ordo Cycloneritida

1) Nerita albicilla (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.6 Nerita albicilla (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur105

104 Itrat Zebra dan Rukhsana Perveen, Observasi Tentang Perilaku Mating, Spawn Perangkat Massa Dan Larval Fisis Hydatina Unne, 1758 (Cephalaspidea: Hydatinidae) Dari Karachi, (Karachi: Centre Of Excellence In Marine Biology, University Of Karachi, 1992)., Jurnal Ilmu Kelautan Pakistan, Vol. 1 (2), Hal. 128 105 Conchylinet, a Specie From the Collection. “Nerita albicilla (Linne 1758)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Neritidae, diakses pada tanggal 13 Januari pukul 09:01 WIB

101

Deskripsi:

Nerita albicilla memiliki cangkang tebal, kuat dan berbentuk

bulat, dengan apex datar. Cangkangnya berwarna dasar putih dengan

motif hitam dan coklat yang tidak beraturan. Pada bagian cangkang

terdapat motif garis dari ujung posterior hingga anterior. Garis ini

berpusat pada apex. Bibir luar pipih, dengan bentuk gigi kecil di

margin (batas) dalam. Perisai kolumelar lebar dan datar, dengan

banyak pustula berbeda di sebagian besar permukaannya dan dengan

beberapa gigi kecil di tengah margin dalam. Operculum berwarna

abu-abu, kehijauan, atau kuning. Nerita albicilla memiliki panjang

maksimal 35 mm dan pada umumnya berukuran 25 mm. Nerita

albicilla tersebar luas di Indo-Pasifik Barat, dari Afrika Timur dan

Selatan, termasuk Laut Merah dan Teluk Persia, ke timur Polinesia;

utara ke Jepang Selatan dan Hawaii, dan selatan ke utara New South

Wales.106 Berlimpah di pantai berbatu, di atas bebatuan yang basah

dan terendam serta di celah-celah. Spesies ini dapat dimanfaatkan

sebagai makanan lokal dengan berbagai olahan.

106 Kent E. Carpenter dan Volker H. Niem, The Living Marine, Hal. 437

102

2) Nerita costata (Gmelin, 1791)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.7 Nerita costata (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur107 Deskripsi:

Nerita costata memiliki bentuk cangkang setengah bola

dengan warna dasar hitam. Permukaan cangkang bergerigi dengan

striae yang mengelilingi seluruh permukaan cangkang. Bagian striae

ini berwarna kuning dengan putaran cangkang searah jarum jam

(dekstral). Cangkang bersifat kuat dan tebal hingga bagian outer lip.

Outer lip dan permukaan dalam cangkang berwarna putih. Pada outer

lip dan inner lip disertai dengan gerigi atau radula. Inner lip lebar dan

terdiri dari 4 gerigi. Body worl spesies ini menggembung dan

memiliki aperture yang besar dengan bentuk setengah lingkaran.

107 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Nerita costata (Gmelin 1791)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Neritidae, diakses pada tanggal 13 Januari pukul 08:07 WIB

103

Nerita costata berperan sebagai bioindikator lingkungan perairan dan

banyak ditemukan pada daerah intertidal dan sepanjang garis pantai

dengan menempel pada bebatuan maupun akar pohon bakau.108

d. Ordo Ellobiida 1) Melampus castaneus (Megerle von Mühlfeld, 1816)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.8 Melampus castaneus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur109 Deskripsi:

Melampus castaneus memiliki ukuran cangkang yang cukup

kecil yaitu 13 mm. Panjang cangkang ini merupakan kisaran ukuran

Melampus castaneus yang paling besar. Spesies ini memiliki ciri khas

cangkang yang berwarna coklat kastanye dengan tekstur permukaan

108 Pauline Fiene-Severns, dkk., Tropical Seashells, (Periplus Nature Guides, 2000)., Hal. 12 109 World Register of Marine Species (WORMS), “Melampus castaneus (Megerle von Mühlfeld, 1816)”, dalam https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=760805, diakses pada tanggal 15 Januari pukul 15:00 WIB

104

cangkang yang halus. Spesies ini memiliki bentuk body worl yang

menggembung dan spire yang sangat rendah dengan apex tumpul.

Pada bagian suture terlihat jelas dengan putaran cangkang searah

jarum jam (dekstral). Bagian aperture memiliki warna putih dan

berukuran sempit. Outer lip terdapat gerigi tajam berwarna putih yang

mengelilingi. Spesies ini juga memiliki (pusat cangkang)

yang bergerigi juga. Melampus castaneus banyak ditemukan di bawah

bebatuan pada zona supraspray dan tersebar di Pulau Besar, Maui,

Molokai, Oahu dan Kauai: tersebar luas di Pasifik bagian barat dan

tengah.110

e. Ordo Heterobranchia

1) Heliacus areola (Gmelin, 1791)

(a) (b)

110 Cory Pittman & Pauline Fiene, Sea Slugs of Hawai, “Melampus castaneus (Muhlfield, 1816)”, dalam http://seaslugsofhawaii.com/species/Melampus-castaneus-a.html diakses pada 13 Maret 2021 pukul 11:43 WIB

105

(c) (d) Gambar 4.9 Heliacus areola (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur111 Deskripsi:

Heliacus areola memiliki cangkang berbentuk spiral.

Cangkangnya tebal dan kuat dengan permukaan luar yang kasar. Arah

putaran cangkangnya searah dengan jarum jam (dekstral). Heliacus

areola memiliki cangkang yang mengerucut dengan apex tumpul dan

spire tidak dapat dibedakan dengan body worl. Spesies ini memiliki

corak hitam putih atau bahkan coklat putih yang tersusun secara

teratur mengelilingi seluruh bagian cangkang. Heliacus areola

umumnya dapat tumbuh 9,5-14 mm. Umbilicusnya (ruangan

berongga) dapat berukuran sangat sempit atau bahkan lebar.

Aperturenya yang bulat dan menghadap tegak lurus dengan cangkang.

Bagian outer lip berwarna coklat dan tidak bergerigi. Spesies ini hidup

pada zona intertidal dan banyak ditemukan pada polip Zoanthinarian

colonies.112

111 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Heliacus areola (Gmelin 1791)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Architectonicidae, diakses pada tanggal 18 Januari pukul 08:17 WIB 112 Rumger Bieler dan Chicago, Architectonicidae Of The Indo-Pacific (Mollusca, Gastropoda),(New York: 1993)., Hal. 198

106

f. Ordo Littorinimorpha

1) Cypraea staphylaea (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.10 Cypraea staphylaea (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur113 Deskripsi:

Cypraea staphylaea memiliki cangkang bulat telur dengan

warna dasar coklat keabu-abuan. Pada bagian dorsal

(belakang/punggung) dilengkapi dengan nodul-nodul kecil berwarna

putih.114 Pada dorsal juga diserta garis dari posterior hingga anterior

yang membagi bagian dorsal menjadi sama besar. Ujung posterior

dan anterior spesies ini berwarna coklat terang. Selain nodul,

113 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Cypraea staphylaea (Linne 1758)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Cypraeidae, diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 08:07 WIB 114 A. Ugolini & G. Chelazzi, Researches On The Coast Of . The Shore And The Dune Of Sar Uanle. 16. Notes On Cypraeidae (Mollusca Gastropoda), (Firenze Fi: Universitas Florence, 2013)., Italian Journal Of Zoology, Hal. 87

107

Cypraea staphylaea memiliki ciri khas lain yaitu, pada bagian

ventral (bagian depan/keluarnya mantel) terdapat gigi dengan warna

coklat dan pada sisi bawah terdapat bentukan terusan dari gigi

(gerigi menyelimuti seluruh bagian ventral). Aperturenya sempit dan

memanjang. Cangkang Cypraea staphylaea memiliki ukuran 17 mm

dan dapat tumbuh hingga 29 mm dan banyak ditemukan menempel

pada batuan dan karang.

2) Monetaria annulus (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.11 Monetaria annulus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur115 Deskripsi:

Monetaria annulus atau Cypraea annulus merupakan spesies

gastropoda dengan ciri khas memiliki motif seperti cincin emas

115 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Monetaria annulus (Linnaeus, 1758)”, dalam https://www.gbif.org/species/5724966, diakses pada 26 Januari 2021 pukul 22:15 WIB

108

dibagian dorsal. Ciri khas ini menjadikan Monetaria annulus

memiliki sebutan “gold ring ”. Panjang cangkang Monetaria

annulus dapat mencapai 4 cm, namun umumnya hanya sampai 3 cm.

Spesies ini memiliki cangkang yang kuat dan permukaan luarnya

berwarna mengkilat. Sebagaimana pada famili Cypraeidae, Monetaria

annulus memiliki ciri cangkang lonjong bulat telur dan pada bagian

ventral terdapat bibir yang dilengkapi dengan gigi-gigi dari ujung

posterior hingga anterior. Spesies ini memiliki aperture yang panjang

dan sempit. Monetaria annulus tersebar luas di perairan dangkal, dan

terdapat di setiap jenis habitat, bahkan pada dasar berpasir. Pada

umumnya terdapat di pasang surut perairan dangkal di bawah batu.

Cypraea annulus akan menarik diri dan menyembunyikan tubuh

lunaknya di dalam cangkang. Hal ini merupakan salah satu fungsi

berupa proses kamuflase dan merupakan salah satu pertahanan diri

dari predator. Lapisan mantelnya memiliki warna seperti lingkungan

sekitarnya, sehingga saat tertutupi mantel, Cypraea annulus akan

tampak seperti bagian dari substrat.116 Organisme ini bersifat

herbivora dan radulanya digunakan sebagai mulut untuk menggarut

makanan. Distribusi Monetaria annulus terdapat di Indo-Barat Pasifik,

dari Afrika Timur dan Tenggara, termasuk Madagaskar, Laut Merah,

116 Bruri M. Laimeheriwa, Beberapa Aspek Bioekologi Siput Cincin, Cypraea Annulus (Linn., 1758), (Ambon: Universitas Pattimura, 2017)., Hal. 6

109

dan Teluk Persia, hingga Polinesia barat; utara ke Midway dan selatan

Jepang, dan selatan ke New South Wales.117

3) Monetaria caputserpentis (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.12 Monetaria caputserpentis (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur118 Deskripsi:

Monetaria caputserpentis atau Cypraea caputserpentis

memiliki bentuk cangkang bulat telur dengan warna dasar coklat. Ciri

khas dari spesies ini adalah adanya bintik-bintik putih yang

menggerombol pada bagian punggung cangkang. Ukuran tubuhnya

dapat mencapai hingga 45 mm, namun pada umumnya ditemukan

dengan ukuran 35 mm. Pada bagian ventral terdapat gigi dengan

117 Kent E. Carpenter Dan Volker H. Niem, The Living Marine, Hal. 497 118 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Cypraea caputserpentis (Linne 1758)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Cypraeidae, diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 08:33 WIB

110

warna putih pada bibir yang memanjang dari posterior hingga

anterior. Spesies ini banyak digunakan sebagai bahan baku hiasan.119

Habitat spesies ini di perairan subtidal, intertidal dan dangkal. Lebih

spesifiknya pada terumbu karang dan platform bebatuan.120

4) Monetaria moneta (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.13 Monetaria moneta (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur121 Deskripsi:

Monetaria moneta memiliki bentuk cangkang bulat telur

bahkan hingga heksagonal. Cangkangnya memiliki warna dasar putih

119 Bukhari Abdillah, dkk., Struktur Komunitas Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia) Pada Daerah Intertidal Di Perairan Pesisir Poton Bako Lombok Timur ebagai Sumber Belajar Biologi, (Mataram:Universitas Mataram 2019)., J. Pijar Mipa 14(3), Hal. 208 120 Kent E. Carpenter Dan Volker H. Niem, The Living Marine Resources of The Western Central Pacific For Seaweeds, Corals, Bivalves And Gastropods, (Fao Species Identification Guide For Fishery Purposes, 1998)., Volume 1, Hal. 498 121 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Monetaria moneta (Linnaeus, 1758)”, dalam https://www.gbif.org/species/5724968, diakses pada 02 Februari 2021 pukul 08:45 WIB

111

hingga hijau kekuningan dan perpaduan abu-abu hingga kebiruan

dibagian dorsal. Berdasarkan identifikasi, Monetaria moneta

berukuran 17 mm dan dapat mencapai ukuran maksimal 45 mm.

Aperture sempit dan memanjang serta tidak memiliki operculum.

Individu ini juga memiliki mantel yang fleksibel hingga mencapai

bagian dorsal. Mantel individu ini transparan dan bermotif garis

hitam. Spesies ini tersebar di Indo-Pasifik, dari Afrika Timur dan

Selatan, termasuk Madagaskar, Laut Merah, dan Teluk Persia.

Walaupun memiliki gigi dibagian ventral spesies ini termasuk

herbivora pemakan alga seperti: Jania capillacea dan Schizothrix

calcicola.122 Monetaria moneta biasa digunakan untuk kerajinan

kerang dan pernah digunakan sebagai mata uang di negara-negara

daerah Samudra Pasifik dan India.123

5) Natica carnica (Jousseaume, 1874)

(a) (b)

122 Maurice L. Renaud, Pengamatan Tentang Perilaku dan Jenis Cangkang Cypraea Moneta (Mollusca, Gastropoda) di Enewetak, Kepulauan Marshall, (Honolulu: Universitas Hawai, 1976)., Jurnal Ilmu Pasifik 30(2), Hal. 147 123 Kent E. Carpenter Dan Volker H. Niem, The Living Marine, Hal. 503

112

(c) (d) Gambar 4.14 Natica carnica (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur124 Deskripsi:

Natica carnica juga dikenal dengan Notocochlis

cernica merupakan gastropoda dengan bentukan cangkang bulat dan

bagian spire terletak disamping. Spesies ini memiliki warna dasar

cangkang putih dan motif coklat diseluruh bagian cangkang. Putaran

cangkangnya dekstral sebagaimana jenis gastropoda lain yang

ditemukan. Spire sangat rendah bahkan hampir datar dengan apex

yang sedikit menonjol. Natica carnica memiliki ukuran cangkang 15

mm. Spesies ini mirip dengan siput sawah jika dilihat secara sekilas.

Bagian body worl membulat dan bermotif. Aperturenya berbentuk

setengah lingkaran dan lebar serta outer lipnya tebal dan kuat. Natica

carnica merupakan anggota predator dari famili Naticidae. Spesies ini

memiliki mechanoreseptor yang berfungsi sebagai mekanisme

tambahan dalam mendeteksi mangsa.125 Spesies ini memangsa dengan

124 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Natica cernica (Jousseaume 1874)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Naticidae, diakses pada tanggal 12 Februari 2021 pukul 11:03 WIB 125 Alan R. Kabat, Predatory Ecology of Naticid Gastropods With A Review of Shell Boring Predation, (Cambrige; University Hrvar, 1990)., Malacologia, Hal. 161

113

cara melilit menggunakan lendir dan dipindahkan pada pasir untu

dibenamkan.

6) Harpago chiragra (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.15 Harpago chiragra (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur126 Deskripsi:

Harpago chiragra termasuk gastropoda dengan ukuran

cangkang yang besar. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan,

spesies ini ditemukan dengan panjang 158 mm dan dapat mencapai

hingg 320 mm. Cangkangnya sangat kuat dan padat dan mempunyai 6

tanduk yang tebal. Pada bagian tanduk disertai dengan celah dibagian

tengah. Bagian body kasar dengan tonjolan yang keras pada

punggung. Saluran canal posterior dalam berukuran pendek. Aperture

126 World Register of Marine Species (WORMS), “Harpago chiragra (Linnaeus, 1758)”, dalam https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=564725, diakses pada tanggal 3 Maret 2021 WIB

114

luas dan mengkilat dengan berwarna merah muda, krem atau oranye.

Cangkang luar berwarna dasar coklat keputihan dengan motif bintik-

bintik hitam. Pada kawasan terumbu karang merupakan habitat,

seringkali dijumpai di atas pasir yang kasar dengan puing-puing

karang dan ganggang. Litoral dan sublitoral, di kolam pasang surut

dan tingkat air surut hingga kedalaman sekitar 25 m.127 Spesies ini

banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan olahan lokal.

7) Canarium mutabile (Swainson, 1821)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.16 Canarium mutabile (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur128

127 Kent E. Carpenter Dan Volker H. Niem, The Living Marine, Hal. 477 128 World Register of Marine Species (WORMS), “Canarium (Conundrum) mutabile (Swainson, 1821)”, dalam https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=1484895, diakses pada tanggal 11 Februari 2021 pukul 13:10 WIB

115

Deskripsi:

Canarium mutabile juga dikenal dengan nama

mutabilis memiliki warna dasar cangkang putih dengan perpaduan

motif oranye dan coklat. Cangkang spesies ini kuat dan tebal serta

memiliki bentuk bulat lonjong dengan bagian ujung anterior dan

posterior mengecil. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan

Canarium mutabile berukuran 25 mm dan pada umumnya dapat

mencapai ukuran 35 mm. Spesies ini memiliki spire yang cukup tinggi

dan dilengkapi dengan bagian axial ribs. Pada bagian spire, juga

dilengkapi dengan motif coklat tua yang melingkar di setiap worl.

Apex Canarium mutabile berbentuk meruncing dengan suture terlihat

sangat jelas. Permukaan luar cangkang bertekstur kasar dengan motif

garis-garis yang timbul. Ciri khas dari spesies ini adalah guratan garis

yang menyelimuti bagian inner lip dan outer lip. Bahkan guratan garis

ini terdapat hingga bagian cangkang dalam yang berwarna oranye

terang. Bagian aperture berbentuk oval dan lebar serta pada bagian

ujung anterior terdapat siphonal yang berukuran kecil. Semua

kelompok spesies strombus merupakan herbivora, termasuk Canarium

mutabile juga termasuk herbivora dengan makanan utama berupa alga.129 Spesies ini banyak ditemukan pada daerah berpasir, terumbu

129 Strombidae conchs, “Strombus mutabilis (Swainson, 1821)”, dalam http://www.ciesm.org/atlas/Strombusmutabilis.html, diakses pada 03 Maret 2021 pukul 10:12 WIB

116

karang dan daerah dangkal.130 Canarium mutabile tersebar mulai dari

laut merah, sepanjang samudera Hindia, laut Mediterania sampai

samudera Pasifik.

g. Ordo Neogastropoda

1) Pardalinops testudinaria (Link, 1807)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.17 Pardalinops testudinaria (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur131 Deskripsi:

Pardalinops testudinaria termasuk gastropoda dengan ukuran

yang kecil. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, spesies ini

memiliki ukuran 14 mm saja dan umumnya tumbuh hingga 17 mm.

Pardalinops testudinaria sebelumnya memiliki sebutan Pyrene

130 Ludi Parwadani Aji, dkk., Katalog Moluska Unit Pelaksana Teknis Loka Konservasi Biota Laut Biak Seri 1 GASTROPODA : STROMBIDAE, (Jakarta: UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, 2015)., Hal. 13 131 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Pardalinops testudinaria (Link, 1807)”, dalam https://www.gbif.org/species/6506184, diakses pada 23 Januari 2021 pukul 10:15 WIB

117

testudinaria. Spesies ini memiliki warna dasar cangkang putih dan

motif cangkang berwarna oranye, coklat atau bahkan hitam.

Cangkangnya tebal dan kuat serta memiliki permukaan luar yang

halus. Spesies ini banyak ditemukan pada garis pantai samudra hidia

dan pasifik.132 Ciri khas dari spesies ini adalah, adanya motif bulatan

menyerupai jaring yang berada pada bagian cangkang. Bahkan,

dengan adanya motif ini Pardalinops testudinaria juga dikenal dengan

siput kura-kura. Dengan ukurannya yang kecil, menjadikan hewan ini

mudah untuk bersembunyi, terutama dibawah batuan. Pada lautan

Indonesia, spesies ini banyak ditemukan pada zona intertidal dengan

menempel pada karang maupun bebatuan. Pardalinops testudinaria

memiliki spire yang cukup tinggi dan apex meruncing. Outer lip

memiliki radula berwarna putih dan aperture sempit.

2) Conus catus (Hwass in Bruguière, 1792)

(a) (b)

132 M. deMaintenon, The Columbellidae (Gastropoda: Neogastropoda) collected at Ambon during the Rumphius Biohistorical Expedition, (Leiden: Zoologische Mededelingen.2008)., Hal. 356

118

(c) (d) Gambar 4.18 Conus catus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur133 Deskripsi:

Conus catus memiliki bentuk cangkang conical atau tumpul

dengan bagian posterior lebih lebar daripada anterior. Bagian

cangkang Conus catus memiliki warna dasar putih dan bercorak

seperti warna bulu kucing sehingga juga disebut dengan nama kucing

kerucut atau” cat cone”. Spesies ini ditemukan dengan panjang tubuh

29 mm dan dapat mencapai ukuran 40 mm. Bagian spire dan badan

terdapat warna bercak coklat tidak beraturan atau bercak putih. Conus

catus memiliki cangkang yang tebal, padat dan kuat. Pada bagian apex

tumpul dan spire sangat rendah dan putaran cangkang searah dengan

jarum jam (dekstral). Body worl Conus catus membulat dan besar.

Pada bagian body worl dilengkapi dengan titik-titik dan striae yang

mengelilingi permukaan.134 Namun, striae ini terlihat sangat jelas

pada ujung anterior. Sehingga permukaan cangkang memiliki tekstur

kasar. Outer lip dan inner lip tebal dan tidak mudah rapuh. Anterior

133 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Conus catus (Hwass, 1792)”, dalam https://www.gbif.org/species/10950209, diakses pada 04 Februari 2021 pukul 10:00 WIB 134 Alan J. Kohn, The Hawaiian Species of Conus (Mollusca: Gastropoda, (Manoa: Universitas of Hawaii, 1959)., Pacific Science(13), Hal. 375

119

canal terbuka lebar daripada posterior canal. Aparturenya memanjang

dan berukuran kecil dan sempit. Conus catus merupakan predator

yang aktif pada malam hari dan akan bersembunyi pada bebatuan

ataupun membenamkan diri pada pasir pada siang hari.135

Sepertihalnya kelompok conus lain, Conus catus juga memiliki

perlindungan diri berupa tembakan racun conotoxin untuk mematikan

mangsanya termasuk ikan-ikan kecil dan ancaman lingkungan lain.

Spesies ini tersebar di berbagai daerah di Laut Merah, Samudra

Hindia, daerah tropis Indo-Pasifik bagian Barat, hingga di Australia.

3) Conus coronatus (Gmelin, 1791)

(a) (b)

135 Muhammad Masrur Islami, Conotoxin: Senjata Utama Conus (Gastropoda: Conidae) dalam Melumpuhkan Mangsa, (Ambon: LIPI, 2009)., Oseana 34(2), Hal. 34

120

(c) (d) Gambar 4.19 Conus coronatus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur136

Deskripsi:

Conus coronatus memiliki bentuk cangkang seperti terompet.

Spesies ini dapat tumbuh hingga mencapai ukuran 40 mm.

cangkangnya memiliki warna dasar ungu dengan nodul coklat kecil

mengelilingi seluruh bagian cangkang. Bagian spire sangat rendah dan

memiliki apex yang tumpul. Pada bagian suture terdapat nodul yang

mengelilingi hingga terbentuk seperti mahkota. Oleh karena itu,

spesies ini memiliki sebutan “Crowned cone” atau “kerucut

bermahkota”. Body worl memiliki perpaduan warna ungu terang

hingga ungu gelap yang tersusun dengan nodul coklat. Aperture

sempit dan memanjang dengan warna ungu hingga hitam.

Sebagaimana famili Conidae yang lain, Conus coronatus dalam suatu

ekosistem berperan sebagai predator. Spesies ini memiliki alat sengat

untuk melumpuhkan mangsanya. Conus coronatus ditemukan

berlimpah di kawasan terumbu karang, di antara cekungan pasir

terumbu karang atau di bebatuan. Lebih banyak berada pada zona

136 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Conus coronatus (Gmelin, 1791)”, dalam https://www.gbif.org/species/5728294, diakses pada 04 Februari 2021 pukul 10:16 WIB

121

sublittoral intertidal dan dangkal hingga kedalaman sekitar 10 m.

Spesies ini, tersebar luas di Indo-Barat Pasifik, dari Afrika Timur

hingga Polinesia timur.137

4) Conus ebraeus (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.20 Conus ebraeus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur138 Deskripsi:

Conus ebraeus memiliki cangkang berbentuk kerucut dengan

bagian posterior lebih besar daripada anterior. Bentukan cangkang ini

seperti halnya conus yang lain. Berdasarkan identifikasi yang

dilakukan, spesies ini memiliki panjang tubuh berukuran 25 mm dan

14 mm. Conus ebraeus memiliki ciri khusus yaitu corak motif pada

137 Kent E. Carpenter dan Volker H. Niem, The Living Marine, Hal. 624 138 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Conus ebraeus (Linne 1758)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Conidae, diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 12:00 WIB

122

cangkangnya yang berwarna hitam putih (monokrom) dengan warna

hitam membentuk persegi atau bahkan oranye putih dengan warna

oranye membentuk persegi. Corak spesies ini tersusun secara teratur

pada bagian body worl maupun spire dan bagian apex menumpul dan

spire rendah. Arah putaran cangkang searah dengan jarum jam

(dekstral). Pada permukaan cangkang, terlihat tekstur sedikit kasar

karena adanya bentukan striae yang mengelilingi cangkang dan

terlihat jelas pada ujung anterior. Bagian outer lip dan inner lip kuat.

Sebagaimana spesies lain pada famili Conidae, Conus ebraeus juga

memiliki ciri berupa siphonal kanal anterior yang nantinya digunakan

untuk mendeteksi adanya mangsa disekitarnya dengan dibantu oleh

kemoreseptor.139 Bagian siphonal pada spesies ini cukup sempit

begitu halnya dengan aparturenya yang sempit dan memanjang.

Inividu ini banyak hidup pada pantai berbatu, berbatu dan berpasir,

serta pada terumbu karang pada zona intertidal. Conus ebraeus tidak

mampu mencerna mangsanya secara sempurna dan biasa memakan

satu mangsa setiap malam dan mangsa utamanya adalah Eunicid

polychaetes (seperti pada anggota genus Palola). Conus ebraeus

mengalami spesialisasi makanan, dimana di sebagian besar lokasi di

Indo-Barat Pasifik (seperti Maladewa, Samudra Hindia bagian timur,

139 Muhammad Masrur Islami, Conotoxin: Senjata Utama Conus (Gastropoda: Conidae) dalam Melumpuhkan Mangsa, (Ambon: LIPI, 2009)., Oseana 34(2), Hal. 35

123

Great BarrierReef, Okinawa dan Guam), di Hawaii dan .

Spesies ini sebagian besar memangsa Nereid polychaetes.140

5) Conus frigidus (Reeve, 1848)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.21 Conus frigidus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur141 Deskripsi:

Conus frigidus memiliki bentuk cangkang seperti terompet

dengan bagian atas sedikit menonjol. Cangkangnya berwarna coklat

dengan motif putih dibagian body worl dan permukaan cangkang

memiliki tekstur kasar dengan adanya striae. Spire sangat rendah yang

terdiri dari empat tingkatan worl dengan apex tumpul. Body worl

140 Thomas F. Duda, dkk., Variasi Geografis dalam Komposisi Alelik Venom danMakanan Gastropoda Laut Predator yang Menyebar LuasConus ebraeus, (Ann Arbor: University of Michigan, 2009)., Hm. 7 141 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Conus frigidus (Reeve 1848)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Conidae, diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 12:10 WIB

124

berbentuk menggembung dan menyempit pada bagian posterior. Pada

bagian anterior terdapat siphonal canal dan pada ujung cangkang ini

memiliki warna ungu hingga pada permukaan dalam cangkang. Selain

motif putih seperti sabuk yang ada dibagian body worl, warna ungu

pada cangkang ini juga merupakan identitas khas dari spesies ini.

Inner lip bergabung dengan body worl sedangkan outer lip tebal dan

kuat. Inner lip dan outer lip ini dipisahkan dengan bagian aperture

yang cukup lebar dan memanjang sepanjang body worl. Habitat Conus

frigidus pada daerah intertidal dan rataan terumbu karang subtidal

dangkal hingga mencapai sekitar 5 mm, menempel pada bebatuan

pantai dengan lapisan pasir tipis atau dengan rumput alga, di daerah

cekungan berisi pasir, pecahan karang dengan atau tanpa pasir, dan

bongkahan karang mati atau bebatuan. Conus frigidus memakan

Polychaetes dari famili Terebellidae dan Capitellidae.142

6) Conus sponsalis (Hwass in Bruguière, 1792)

(a) (b)

142The Conus Bioversity Website, dalam http://biology.burke.washington.edu/conus/recordview/Conus_frigidus_1101l126l_21101011.htm, l diakses pada tanggal 05 Maret 2021 Pukul 12: 29 WIB

125

(c) (d) Gambar 4.22 Conus sponsalis (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur143 Deskripsi:

Conus sponsalis merupakan salah satu spesies pada famili

Conidae yang memiliki ukuran tubuh kecil. Tinggi cangkang dapat

tumbuh hingga 30 mm. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan

Conus sponsalis yang ditemukan memiliki panjang 14 mm.

Cangkangnya mengerucut ke pangkal dan bagian apex meruncing.

Permukaan cangkang berwarna putih dengan ornamen berwarna

merah hingga coklat tua dengan alur zig zag. Spire Conus sponsalis

pendek dan pada suture paling bawah terdapat tonjolan-tonjolan

teratur berwarna kuning kecoklatan. Body worl Conus sponsalis

menggembung dan mengerucut pada bagian posterior. Pada body worl

bagian tengah hingga ujung posterior terdapat tonjolan-tonjolan

bulatan kecil (bintik-bintik) putih teratur mengelilingi .

Bagian outer lip tebal dan kuat dengan warna sesuai dengan cangkang

permukaan luar. Aperturenya berwarna putih gradasi kecoklatan, lebar

143 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Conus sponsalis (Hwass in Bruguiere 1792)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Conidae, diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 12:15 WIB

126

dan panjang. Habitat spesies ini, pada bebatuan di wilayah intertidal,

dan pantai berpasir dan terumbu karang pada zona subtidal.144

7) Mitra litterata (Lamarck, 1811)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.23 Mitra litterata (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur145 Deskripsi:

Mitra litterata memiliki nama lain Strigatella litterata.

Spesies ini memiliki panjang 15 mm. Permukaan cangkangnya

berwarna putih dengan alur coklat memanjang dan terputus-putus, dari

pangkal sampai ujung apex. Cangkangnya kuat, tebal, dan pendek,

dengan spire yang pendek (2 worl). Sedangkan pada bagian body worl

cembung di bagian tengah dengan apex dan pangkal lancip. Putaran

144 Lee Sang-Hwa & Park Joong-Ki, The First Record Of A Marriage Cone, Conus Sponsalis (Conidae: Gastropoda) From Korea, (Cheongju: Chungbuk National University, 2014)., Anim. Syst. Evol. Divers. 30(1), Hal. 56 145 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Mitra litterata (Lamarck 1811)”, dalam http://conchylinet.com/pagesp2.php?Sp=1575, diakses pada tanggal 11 Februari 2021 pukul 08:21 WIB

127

cangkang spesies ini dekstral dan suture tidak terlihat begitu jelas.

Aperturenya sempit dengan bentukan seperti angka delapan dengan

bagian atas yang lebih sempit serta berwarna ungu keputihan dan

memiliki columella yang bergerigi. Inner lip dan outer lip spesies ini

tidak terdapat gigi. Mitra litterata merupakan predator

Phascolosoma dan Aspidosipbon pada daerah intertidal. Spesies ini

memiliki kebiasaan unik yaitu memasukkan mangsa kedalam perut

luasnya secara hidup-hidup.146

8) Mitra paupercula (Linnaeus, 1758

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.24 Mitra paupercula (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur147

146 Alan J. Kohn, Food Habits Of The Gastropod, Hal. 485 147 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Mitra paupercula (Linnaeus, 1758)”, dalam https://www.gbif.org/species/5727403, diakses pada 04 Februari 2021 pukul 11:55 WIB

128

Deskripsi:

Mitra paupercula atau Strigatella paupercula, memiliki

tubuh yang sedikit menggembung dan memanjang. Spesies ini

memiliki ciri khusus tubuh seperti zebra dengan warna putih atupun

kuning putih dengan warna dasar coklat, maupun oranye. Motif

cangkang ini mengelilingi seluruh permukaan tubuh. Spirenya

paupercula cukup tinggi dengan apex menumpul dan terdapat motif

spiral pada ujungnya. Body worl sedikit menggembung dan outer lip

terdapat penebalan cangkang. Columella Mitra paupercula terdiri dari

4 gerigi yang menghadap pada aperture yang sempit. Spesies ini

tersebar pasifik tengah.148 Mitra paupercula banyak ditemukan

bersembunyi di bawah gumpalan-gumpalan karang mati dan di celah-

celah terumbu karang pada perairan dangkal.

9) Drupa morum (Röding, 1798)

(a) (b)

148 Sea Life base, dalam https://www.sealifebase.ca/summary/Mitra-paupercula.html diakses pada tanggal 11 April 2021 Pukul 10:57 WIB

129

(c) (d) Gambar 4.25 Drupa morum (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur149 Deskripsi:

Drupa morum merupakan spesies gastropoda yang menarik.

Cangkangnya tebal dan memiliki struktur yang kuat. Spesies ini,

memiliki ukuran cangkang yang besar. Berdasarkan identifikasi yang

dilakukan Drupa morum memiliki panjang 31 mm dan dapat

mengalami pertumbuhan hingga 50 mm. Permukaan cangkang

berwarna putih dan dikelilingi duri tumpul diseluruh bagian dorsal.

Duri-duri ini membentuk bulatan-bulatan teratur dan memiliki warna

coklat hingga coklat kehitaman. Arah putaran cangkangnya dekstral

dengan spire hampir rata dan apex tumpul. Spesies ini memiliki body

worl yang besar dan menggembung. Pada bagian ventral terdapat

aperture yang sempit dan berwarna ungu disertai dengan radula yang

menonjol dibagian outer lip. Columellanya terdiri dari beberapa gerigi

berwarna putih. Spesies ini memiliki pola makan yang lebih bervariasi

yaitu dengan memangsa Lysidice collaris, Eunice afra, Palola

149 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Drupa morum Röding, 1798”, dalam https://www.gbif.org/species/10921433, diakses pada tanggal 8 Februari 2021 Pukul 08:55 WIB

130

siciliensis dan Nematonereis unicornis.150 Drupa morum dapat

ditemukan pada habitat pantai bebatuan dan di celah-celah

bebatuan.151

10) Drupella margariticola (Broderip, 1833)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.26 Drupella margariticola (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur152 Deskripsi:

Drupella margariticola juga dikenal dengan nama Drupa

margariticola, Cronia margariticola, dan Morula Margariticola.

Spesies ini memiliki ukuran cangkang yang kecil dan berdasarkan

identifikasi memiliki ukuran tubuh 12 mm. Cangkang Drupella

150 J. D. Taylor, The Food Of Coral-Reef Drupa (Gastropoda), (London: Department of Zoology , British Museum, 2018)., Zoological Journal ofthe Linnean Sociely, Hal.303 151 Florensia Keneka Hawan, dkk., Identifikasi Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Pantai Deri Dan Pantai Watotena Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur, (Kupang: Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, 2020), Jurnal Bioma 22(1), Hal. 21 152 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Drupella margariticola (Broderip 1832)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Muricidae, diakses pada tanggal 2 Februari 2021 Pukul 09:56 WIB

131

margariticola bersifat kuat dan tebal dengan bentuk memanjang dan

menggembung pada bagian body worl. Cangkang Drupella

margariticola bermotif cantik dengan bagian permukaan berwarna

hitam, coklat dan putih yang dipadukan secara teratur dan menarik.

Pada permukaan cangkang bertekstur kasar dengan bulatan manik-

manik dan striae yang mengelilingi seluruh bagian cangkang.

Suturenya terlihat jelas, sehingga bagian spire dan body worl dapat

dibedakan dengan jelas. Spire spesies ini cukup tinggi dan puncak

menara berbentuk meruncing. Outer lip memiliki gerigi berwarna

coklat hingga pada bagian inner lip. Spesies ini memiliki aperture

berbentuk oval dan lebar. Pada ujung anterior terdapat siphonal

memanjang dan sempit. Drupella margariticola banyak hidup pada

batuan dan karang terutama pada jenis karang acropora.153 Pada suatu

ekologi, Drupella sp. memiliki peran simbiosis parasitisme terhadap

terumbu karang. Siput ini memakan polip karang dapat bertahan

hidup. Sehingga organisme ini berpotensi merusak terumbu karang.154

Hal unik dari siput ini adalah mampu bertahan hidup dengan cangkang

yang rusak, dan mampu memperbaiki cangkang tersebut dengan

jangka wartu tertentu.155

153 Verena Schoepf, dkk., Pemanfaatan Habitat Mikro dan Pemilihan Mangsa untuk Mencari Makan Karang Siput Drupella Cornus di Laut Merah Bagian Utara, (Wina: Springer Science, 2010)., Jurnal Hydrobiologia, Hal. 123 154 Siti Nurhayati, dkk., Hubungan Kelimpahan Drupella Sp. Terhadap Kondisi Tutupan Terumbu Karang Di Perairan Pulau Pucung Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang, (Tanjung Pinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2015)., Hal. 5 155 Edith Zipser And Geera Tj. Verme, Survival After Nonlethal Shell Damage In The Gastropod Conus Sponsalis, (College Park: University Of Maryland, 1980)., Micronesica 16(2), Hal. 233

132

11) Morula granulata (Duclos, 1832)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.27 Morula granulata (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur156 Deskripsi:

Morula granulate memiliki bentuk cangkang lonjong dengan

kedua sisi (posterior dan anterior megerucut). Cangkangnya memiliki

warna abu-abu dan coklat kehitaman pada bagian permukaan luar dan

dalam. Spesies ini di lengkapi dengan nodul-nodul yang menonjol dan

tersusun secara teratur di permukaan cangkang. Struktur cangkangnya

tebal, kuat dan memiliki body worl yang menggembung. Spirenya

cukup tinggi dengan apexnya tumpul dan berwarna coklat terang.

Pada bagian ventral terdapat columella yang berwarna putih. Spesies

ini memiliki canal siphonal yang pendek dan aperture yang lebar.

156 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Morula granulata (Duclos 1832)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Muricidae, diakses pada tanggal 10 Februari 2021 Pukul 14:12 WIB

133

Berdasarkan identifkasi yang dilakukan, Morula granulata memiliki

ukuran tubuh 12 mm. Banyak ditemukan di batuan zona intertidal dan

di daerah terumbu laguna.157

12) Neothais marginatra (Blainville, 1832)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.28 Neothais marginatra (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur158

Deskripsi:

Neothais marginatra juga dikenal dengan Morula

marginatra. Spesies ini memiliki bentuk cangkang yang unik dan

cantik. Cangkangnya berbentuk lonjong dengan bagian posterior dan

anterior menyempit. Strukturnya kuat dan permukaannya berduri

tumpul dengan bentukan bulatan yang saling menyambung. Warna

157 Florensia Keneka Hawan, dkk., Identifikasi Jenis, Hal. 21 158 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Neothais marginatra (Blainville 1832)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Muricidae, diakses pada tanggal 10 Februari 2021 Pukul 14:10 WIB

134

cangkangnya perpaduan abu-abu dan coklat pada bagian spire dan

putih abu-abu pada bagian body worl. Arah putaran cangkang searah

dengan putaran jarum jam (dekstral). Spire dan body worl hampir

memiliki perbandingan ukuran yang sama. Spire tinggi dengan ujung

apex runcing dan dibatasi oleh suture yang jelas dengan warna coklat.

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, spesies ini memiliki ukuran

yang kecil yaitu 17 mm, namun dapat mencapai 45 mm. Permukaan

cangkang bagian dalam berwarna coklat kehitaman begitu pula

operkulumnya. Aparture lebar dan terdapat siphonal anterior yang

pendek. Columella berwarna coklat kehitaman dan tidak bergerigi,

begitu pula outer lip dan inner lipnya. Neothais marginatra biasa

ditemukan pada kawasan pesisir pantai, menempel pada batu maupun

karang di sepanjang garis pantai yang mengalami pasang surut.159

13) Engina mendicaria (Linnaeus, 1758)

(a) (b)

159 Hery Fajeriadi, dkk., Keanekaragaman Siput Ordo Mesogastropoda dan Neogastropoda pada Zona Eulitoral di Kawasan Pesisir Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, (Banjarmasin: UniversitasLambungMangkurat, 2019)., Buletin Oseanografi Marina 8(1)., Hal. 22

135

(c) (d) Gambar 4.29 Engina mendicaria (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur160 Deskripsi:

Engina mendicaria atau sering dikenal dengan siput lebah

atau engina berjalur memiliki corak cangkang yang unik berwarna

putih hitam ataupun kuning hitam yang tersusun teratur. Berdasarkan

identifikasi yang dilakukan Engina mendicaria berukuran relatif kecil

dengan panjang sekitar 16 mm. Permukaan luar cangkangnya

bertekstur kuat dan tebal serta terdapat bentukan menonjol megikuti

motif cangkang. Sedangkan pada bagian dalam berwarna putih dan

bertekstur halus. Putaran arah cangkang searah jarum jam (dekstral).

Pada bagian apex terlihat meruncing dengan spire yang pendek.

Suture pada spesies ini tidak terlihat dengan jelas, karena motif

cangkang secara keseluruhan sama. Body worl membesar pada bagian

tengah dan semakin mengecil pada bagian ujung. Spesies ini juga

memiliki siphonal pada bagian ujung anterior. Pada bagian outer lip

dan inner lip terlihat tebal dengan warna hitam putih berseling

sepanjang body worl dan memiliki gigi-gigi tajam berwarna coklat.

160 Global Biodiversity Information Facility (GBIF), “Engina mendicaria (Linnaeus, 1758)”, dalam https://www.gbif.org/species/5727962, diakses pada tanggal 5 Januari 2021 Pukul 13:09 WIB

136

Bagian aperture sempit dengan bentuk memanjang. Engina

mendicaria bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku hiasan aquarium

dan assesoris pernikahan. Bahkan karena keunikannya, spesies ini

mampu dijual dengan harga sebesar $1,10 per piece.161 Habitatnya

banyak ditemukan pada pantai berbatu sebagai karnivora dan tersebar

di bagian Indo-Pasifik dengan iklim tropis, dan juga di Australia.162

14) Pollia delicata (Smith, 1899)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.30 Pollia delicata (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur163

161 Arindra Trisna Widiansya, dkk., Inventarisasi Jenis dan Potensi Mollusca di Zona Pasang Surut Tipe Substrat Berbatu Pantai Gatra Kabupaten Malang dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2016)., Hal. 449 162 http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=212164diakses pada 03 Maret 2021 pukul 10:09 WIB 163 Base, Early Zoologycal Literature Online, “ Pollia delicata (Smith, 1899)”, dalam http://www.animalbase.org/ diakses pada tangga 8 Februari 2021 Pukul 09:05 WIB

137

Deskripsi:

Pollia delicata merupakan gastropoda dengan warna dasar

cangkang putih dengan striae berwarna oranye terang mengelilingi

semua bagian tubuh gastropoda. Spesies ini memiliki tekstur

cangkang yang tebal dan kuat dengan panjang 29 mm. Pada ujung

anterior canal terdapat siphonal. Outer lip tebal berwarna putih

dengan disertai gerigi. Sedangkan pada inner lip tidak menebal dan

tidak bergerigi. Pada jung posterior terdapat apex yang tumpul dan

berwarna putih. Pollia delicata memiliki body whorl

menggembung.164 Aperture cukup lebar dengan bentukan oval dan

lancip pada posterior dan anterior canal. Suture tidak begitu dalam,

pada bagian suture terlihat adanya warna coklat tua yang dapat

membedakan antara body world dan spire.

h. Ordo Patellagastropoda

1) Cellana capensis ( Gmelin, 1791)

(a) (b)

164 K. Fraussen & J. Rosado, The Cantharus Group (Gastropoda: Buccinidae) On Almirante Leite Bank () With Description Of Two New Species And One New Genus, (Paris: National Museum of Natural History, 2011), Novapex 12, Hal. 75

138

(c) (d) Gambar 4.31 Cellana capensis (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur165 Deskripsi: Cellana capensis memiliki cangkang berbentuk kerucut yang

rendah dan tebal dengan diameter 3,4 cm. Spesies ini juga memiliki

sebutan lain yaitu Patella capensis. Cangkangnya berwarna putih

dengan motif titik-titik coklat dan oranye mengelilingi cangkang.

Apabila dilihat akan terbentuk warna cangkang yang berselang-seling

putih dan coklat. Pada bagian permukaan luar cangkang bertekstur

kasar dengan garis-garis dari puncak cangkang hingga bagian dasar.

Sedangkan permukaan dalam cangkang berwarna mengkilap

kekuningan dan bertekstur halus. Bagian apex meruncing dengan

warna kekuningan hingga oranye. Bagian bibir bawah bergerigi

dengan warna tepi sesuai dengan warna pemukaan luar cangkang.

Spesies ini ditemukan menempel pada bebatuan. Habitat spesies ini

berada pada zona intertidal hingga laut bagian tengah.166 Cellana

capensis memiliki cara makan dengan memakan makroalga hijau yang

165 World Register of Marine Species (WORMS), “Cellana capensis (Gmelin, 1791)”, dalam https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=207648, diakses pada tanggal 15 Februari 2021 Pukul 21:02 WIB 166 Lynne Matthews, The Coastal Guide Of , (Johannesburg: Jacana Media, 2007)., Hal. 80

139

tumbuh di atas substrat berbatu pada zona intertidal. Spesies ini

banyak digunakan sebagai berbagai olahan makanan.

i. Ordo Trochida

1) Trochus radiatus (Gmelin, 1791)

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.32 Trochus radiatus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur167 Deskripsi:

Trochus radiatus memiliki cangkang berbentuk kerucut

dengan bagian apex yang runcing. Cangkangnya memiliki warna putih

kehijauan dengan motif seperti api berwarna merah hati hingga merah

keunguan. Permukaan cangkang luarnya terdapat bulatan putih

menyelimuti seluruh bagian cangkang. Sedangkan pada bagian dalam

berwarna putih perak dan memiliki tekstur halus. Hal ini menjadikan

167 Conchylinet, a Specie From the Collection, “Trochus radiatus (Gmelin 1791)”, dalam http://conchylinet.com/page42.php?Page=42&Level=2&Fm=Trochidae, diakses pada tanggal 15 Februari 2021 Pukul 21:20 WIB

140

Trochus radiatus banyak digunakan sebagai bahan membuat kancing

pakaian, perhiasan, keramik, ornamen, kosmetik dan cat metalik, yang

dipasarkan ke Asia, Eropa dan Amerika.168 Pada bagian ventral

terdapat sisi cangkang yang berwarna putih disertai motif butiran

merah kecoklatan. Selain itu, columella memanjang dan terdapat

pusaran berwarna putih perak. Pada sisi ventral juga terdapat aperture

yang lebar dan inner lip beserta outer lip yang tidak memiliki gigi.

Trochus radiatus merupakan salah atu organisme herbivora pemakan

alga Chlorophyceae dan Phaeophyceae.169 Spesies ini dapat ditemukan

pada daerah terumbu karang yang berada pada batas bawah angin,

pada zona intertidal dan zona subtidal di perairan dangkal.

2) Turbo bruneus (Röding, 1798)

(a) (b)

168 Luke Smith, dkk., Survey Beche-De-Mer And Trochus Sp. Populations At Ashmore Reef, (Australian Institute Of Marine Science, 2000)., Hal. 9 169 Ratno Achyani, Trochus Sp : Pendekatan Ekologi dan Biologi, (Tarakan: Universitas Borneo Tarakan, 2011)., Jurnal Harpodon Borneo 4(2), Hal. 15

141

(c) (d) Gambar 4.33 Turbo bruneus (a) (b) Laboratorium (c) Habitat Asli (Dokumen Pribadi) (d) Studi Literatur170 Deskripsi:

Turbo bruneus merupakan gastropoda dengan cangkang luar

berwarna dasar coklat dengan motif hijau dan putih sedangkan

cangkang dalam berwarna putih. Spesies jenis ini masuk dalam

kategori gastropoda besar dengan cangkang yang kuat. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, spesies ini memiliki ukuran 49 mm.

Spesies ini memiliki panjang cangkang maksimal 6 cm, dan umumnya

hanya sampai 4 cm. Spesies ini memiliki striae yang mengelilingi

seluruh permukaan cangkang. Putaran cangkang pada Turbo bruneus

searah jarum jam (dekstral). Bagian suture terlihat jelas dan dapat

dibedakan antara bagian body worl yang menggembung dengan

bagian spire. Spire cukup tinggi disusun 3 worl dan puncak menara

(apex) meruncing. Inner Lip tebal berwarna putih dan outer lip tipis

dan kuat. Turbo bruneus memiliki aperture yang lebar dengan bentuk

bulat disertai operculum yang tebal berwarna putih dan coklat. Habitat

Turbo bruneus adalah pantai berbatu dan terumbu karang, di subtidal

170 World Register of Marine Species (WORMS), “Turbo bruneus (Röding, 1798)”, dalam https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=413428, diakses pada tanggal 15 Februari 2021 Pukul 22:07 WIB

142

dangkal perairan sampai kedalaman sekitar 20 m. Spesies ini tersebar

luas di Indo-Pasifik Barat, dari Madagaskar dan India hingga

Indonesia bagian timur; utara ke Filipina dan selatan ke utara

Australia. Turbo bruneus banyak dimanfaatkan sebagai olahan

makanan oleh penduduk pesisir.171

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap II

1. Proses Pengembangan Katalog

Model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan

katalog struktur komunitas gastropoda adalah ADDIE yang dikembangkan

oleh Molenda dan Reiser pada tahun 2003. Model ini merupakan singkatan

dari tahapan analisis (analysis), desain (design), pengembangan

(development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation).172

Namun, pada pengembangan katalog struktur komunitas gastropoda ini,

hanya melibatkan tahapan analisis, desain, dan pengembangan.

a. Analisis (Analysis)

Tahapan analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

analisis kebutuhan mengenai perlunya media pembelajaran berupa

Katalog Struktur Komunitas Gastropoda di Pantai Peh Pulo Kabupaten

Blitar. Analisis kebutuhan dibuat menggunakan google form yang

kemudian diberikan pada mahasiswa Tadris Biologi semester 4.

171 Kent E. Carpenter dan Volker H. Niem, The Living Marine, Hal. 417 172 I Made Tegeh.dkk, Pengembangan Buku Ajar Model Penelitian Pengembangan dengan Model ADDIE, Seminar Nasional Riset Inovatif, 2015., Hal. 209

143

Responden diambil dari semester 4 dikarenakan mahasiswa tersebut baru saja menempuh mata kuliah zoologi avertebrata. Dalam analisis ini, diperoleh 33 responden mahasiswa dan 97% mengatakan perlunya media pembelajaran katalog struktur komunitas gastropoda untuk memahami materi gastropoda. Hal ini dikarenakan 84,8% mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi gastropoda. Kesulitan yang dialami meliputi 25,8% kesulitan membedakan morfologi masing-masing spesies, 87,1% kesulitan mengidentifikasi nama masing-masing spesies,

29% kesulitan mengklasifikasikan, dan 51,6 % kesulitan menghafal nama spesies. Walaupun media yang digunakan oleh pendidik 36,4% lengkap dan menarik namun pada kenyataannya mahasiswa masih mengalami kesulitan belajar. Dalam analisis ini dikatakan bahwa 75,8% mahasiswa tidak pernah menggunakan katalog sebagai media pembelajaran dan hanya 24,2% saja yang pernah mengimplementasikan katalog sebagai penunjang pembelajaran. Oleh karena itu responden menunjukkan kriteria katalog yang dimungkinkan cocok untuk memahami materi pembelajaran gastropoda. Hal ini meliputi: 45,5% mengatakan dilengkapi gambar, 90,9% dilengkapi gambar dan tulisan, 51,5 % menggunakan berbagai variasi font, 9,1% hanya menggunakan satu jenis font, 6,1% menggunakan kertas HVS, 51,5% menggunakan kertas Art Paper, dan

78,8% menggunakan desain yang menarik.

144

b. Desain (Design)

Tahapan desain produk katalog struktur komunitas gastropoda

diawali dengan melakukan studi literatur terkait pembuatan katalog yang

menarik dan sesuai dengan kaidah yang benar. Katalog struktur

komunitas gastropoda ini akan di cetak menggunakan kertas A5

landscape dengan tipe kertas Art Paper. Penelitian ini mengembangkan

produk pembelajaran berupa media pembelajaran “Katalog Struktur

Komunitas Gastropoda di Pantai Peh Pulo Kabupaten Blitar”. Katalog ini

terdiri dari halaman sampul, ayat Al Qur‟an, kata pengantar, daftar isi,

gambaran wisata pantai peh pulo, pendahuluan materi, materi, glosarium,

daftar pustaka, dan biografi penulis. Gambaran katalog gastropoda yang

akan dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.6 Storyboard Katalog Struktur Komunitas Gastropoda di Pantai Peh Pulo Kabupaten Blitar No. Kerangka Katalog Keterangan 1. Bagian awal Sampul

A : Logo dan Nama Instansi B : Foto Pantai Peh Pulo dan D A Foto Proses Pengambilan Data B C : Judul Katalog C D : Foto Beberapa Spesies yang ditemukan E : Penulis E

145

Kata Pengantar

A

B A : Tulisan “Kata Pengantar” B : Isi dari Kata Pengantar C : Halaman

C

Daftar Isi

A

B

C A : Tulisan “Daftar Isi” B : Isi dari Daftar Isi C : Halaman Gambaran Wisata Pantai Peh Pulo

A A : Tulisan “Wisata Pantai B Peh Pulo” B : Gambaran singkat pantai peh pulo C : Halaman

C

Penjelasan Mengenai Gastropoda

A A : Tulisan “Gastropoda” B C B…: Penjelasan Singkat Mengenai Gastropoda

C : Foto Morfologi Gastropoda D : Halaman D

A : Tulisan “Gastropoda Pantai Peh Pulo” Gastropoda yang ditemukan B…: Tabel Ordo dari Kelas

146

dipantai Peh Pulo Gastropoda yang ditemukan C : Tabel Spesies yang A ditemukan D : Halaman B C

D

2. Bagian Inti Penjelasan Masing-Masing Ordo A

B

A : Tulisan Masing-Masing Ordo, Contoh “Neogastropoda” C B : Kumpulan Foto Spesies yang ditemukan

C : Halaman D : Penjelasan Singkat D Mengenai Ordo E : Foto Spesies Beserta Nama Ilmiahnya E F : Halaman E E F

Masing-masing Spesies

A A : Tulisan “Nama Spesies” B…: Gambar Spesies pada B Habitatnya (Dok. Pribadi) C C : Klasifikasi D : Foto Spesies dengan Alat D Ukur (Dok. Pribadi) E : Halaman E F : Foto Spesies Tampak Semua Sisi(Dok. Pribadi)

147

G : Foto Literatur F H : Penjelasan Mengenai Ciri H Morfologi, Habitat, dan Peran I : Halaman

G

I

3. Bagian Penutup Glosarium

A B A : Tulisan “Glosarium”

B : Isi Glosarium C : Halaman

C

Daftar Pustaka

A B A : Tulisan “Daftar Pustaka”

B : Isi Daftar Pustaka C : Halaman

C

Biografi Penulis

A A : Tulisan “Biografi Penulis” B C B : Penjelasan Singkat

Biografi Penulis C : Foto Penulis D : Halaman D

148

B

A A : Penjelasan Pentingnya Gastropoda secara Umum B : Foto Gastropoda

Sampul belakang

C

B

A A : Logo Gastropoda B : Kata-Kata Motivasi C : Foto Spesies Gastropoda Peh Pulo c. Development (pengembangan)

Pada tahap development atau pengembangan, rancangan produk

yang telah di persiapkan pada tahap sebelumnya direalisasikan pada

tahap ini. Keseluruhan komponen yang telah dipersiapkan pada tahap

sebelumnya dirangkai menjadi satu kesatuan yang lengkap sesuai dengan

desain yang telah dirancang. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan

penilaian (validasi) katalog yang dikembangkan.

1) Pengembangan Katalog Struktur Komunitas Gastropoda

Berikut ini merupakan deskripsi masing-masing bagian katalog

struktur komunitas gastropoda:

a) Halaman Sampul (Cover)

Halaman sampul atau cover yang terdapat pada katalog memuat

judul katalog beserta lokasi penelitian, gambar objek penelitian dan

149

gambar lokasi penelitian, nama penulis, dan logo IAIN Tulungagung.

Judul katalog “Struktur Komunitas Gastropoda” dibuat menggunakan huruf kapital semua dan jenis font News706 BT, bold dengan font size

32 pt. Sedangkan pada kata “Di pantai Peh Pulo Kabupaten Blitar” juga menggunakan huruf kapital semua dengan jenis font News706

BT berukuran 16. Judul katalog beserta lokasi penelitian ini dibuat dengan huruf kapital semua dan diletakkan dengan pengaturan center text yang juga berada pada tengah halaman untuk mempertegas gambaran katalog yang dibahas. Latar belakang yang digunakan untuk halaman sampul menggunakan background dasar bitu muda dengan gambar pantai pehpulo diserta foto peneliti ketika pengambilan data.

Gambar yang ada di berikan soft edges effect 25 point untuk menimbulkan efek menyatu dan tepian yang transparan. Objek penelitian berupa gambar gastropoda di susun dengan shape belah ketupat di bagian kiri sampul hingga menyambung di bagian sampul belakang. Pada bagian pojok kanan bawah terdapat nama penulis yang dibuat dengan font News701 BT ukuran 12 pt. Sedangkan bagian atas terdapat logo dan nama instansi IAIN Tulungagung dengan font size 9 pt dan jenis font Verdana. Berikut adalah gambar halaman sampul:

150

Gambar 4.34 Halaman Sampul b) Halaman Ayat Al-Qur‟an

Katalog struktur komunitas gastropoda juga diberikan

tampilan ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan gastropoda. Ayat Al-

Qur‟an yang ditampilkan adalah Q.S. An-Nur:45. Pada halaman ini,

digunakan background putih dengan garis biru setebal 3 pt yang

mengililingi halaman. Tulisan “Ayat Al-Qur‟an” menggunakan jenis

font narkisim dengan ukuran 32 pt dan menggunakan bold. Tulisan ini

juga diberi garis tepi pada shape dan di tambah dengan shape kotak

untuk memperindah desain. Sedangkan ayat al-qur‟an yang

ditampilkan menggunakan jenis huruf Arial dengan font size 26 pt dan

di bold. Ayat Al-Quran yang ditampilkan juga diserta dengan arti. Arti

dari Q.S An-Nur: 45 ini menggunakan font Century751 SeBd BT

dengan bold dan font size 14. Tulisan ayat Al-Qur‟an ini dibingkai

dengan warna biru tua dan menggunakan background biru muda

dengan soft edges effect 25 point. Pada bagian ini disertai dengan

151

shape pentagon di bagian kanan bawah untuk menampilkan halaman.

Pada bagian kanan atas disertai half frame shape. Berikut adalah

gambaran halaman ayat Al-Qur‟an:

Gambar 4.35 Halaman Ayat Al-Qur’an c) Halaman Kata Pengantar

Pada bagian ini, memiliki backround putih agar tulisan yang

ada dapat terbaca dengan jelas. Halaman kata pengantar di kelilingi

frame berupa 2 garis tepi dengan type thin thick berwarna biru tua dan

ketebalan 6 pt. Tulisan “Kata Pengantar” menggunakan jenis font

News701 BT dengan font size 26 pt dan menggunakan format bold

serta kapital. Tulisan ini, diletakkan di bagian kiri atas dengan format

rata kiri. Bagian isi menggunakan jenis font Century751 SeBd BT

dengan font size 12. Pada halaman ini dilengkapi dengan shape

pentagon di bagian kiri bawah sebagai halaman katalog. Berikut

adalah halaman kata pengantar :

152

Gambar 4.36 Halaman Kata Pengantar d) Halaman Daftar Isi

Halaman daftar isi memiliki background putih dan

menggunakan type frame thin thick berwarna biru tua. Tulisan “Daftar

Isi” menggunakan format kapital dan bold dengan font News701 BT

26 pt. pada bagian isi digunakan jenis font Century751 SeBd BT

dengan font size 12 dan format bold. Shape pentagon juga terdapat

pada halaman ini dibagian kanan bawah. Berikut adalah halaman

daftar isi:

Gambar 4.37 Halaman Daftar Isi

153

e) Halaman Wisata Pantai Peh Pulo

Pada halaman ini, tulisan “Wisata Pantai Peh Pulo”

diletakkan pada bagian kiri atas dengan font News701 BT 26 pt.

Tulisan ini diberikan garis pada bagian luar shape untuk mempertegas

dan memperindah tulisan. Halaman Wisata Pantai Peh Pulo ini terdiri

dari 2 lembar yang saling terhubung. Pada bagian satu diletakkan foto

pantai peh pulo diatas shape biru muda dengan border biru tua

ketebalan 3 pt. begitu pula pada lembar kedua diletakkan foto peneliti

yang lebih kecil dan masih tersambung pada gambar sebelumnya.

Bagian isi dari penjelasan Wisata Pantai Peh Pulo ditampilkan dengan

menggunakan font Century751 SeBd BT 12 pt. Shape pentagon pada

halaman ini terletak pada sisi kanan dan kiri masing-masing lembar.

Berikut adalah halaman Wisata Pantai Peh Pulo :

Gambar 4.38 Halaman Wisata Pantai Peh Pulo

f) Halaman Pendahuluan Materi

Pada halaman ini, menggunakan background putih dan

ditampilkan biru dibagian tengah untuk memperjelas isi materi.

Tulisan “Gastropoda” dibuat menggunakan font Narkisim 32 pt

dengan format bold. Pada tulisan ini dilengkapi shape dengan border

154

di bagian luar berwarna biru tua dan ketebalan 3 pt. Gambar morfologi

yang ditampilkan juga menggunakan border biru tua. Pada isi materi,

menggunakan Century751 SeBd BT dengan font size 12 pt. Pada

tulisan “Do You Know Gastropods???” menggunakan jenis font Arial

black disertai bold berwarna biru dengan font size 18 pt. Hal ini

ditujukan untuk merangsang sikap kritis para pembaca. Halaman

pendahuluan materi juga berisi tabel gastropoda yang ditemukan di

pantai peh pulo. Spesies dan ordo yang ditampilkan menggunakan font

News701 BT dan font size 11. Tabel yang disajikan menggunakan

background putih dan border di setiap sisi tabel. Shape pentagon

terletak pada sisi kiri bawah dan kanan bawah. Berikut adalah

halaman pendahuluan materi:

Gambar 4.39 Halaman Pendahuluan Materi g) Halaman Materi

Halaman materi memuat penjelasan masing-masing ordo dan

spesies. Pada halaman ordo, penjelasan ordo terdiri dari 2 halaman

yang menyatu dengan background biru dan border biru dengan

ketebalan 2.5 pt. Pada lembar pertama terdapat shape segitiga yang

terletak pada bagian kiri atas berwarna hitam. Pada bagian ini juga di

155

dekorasi dengan shape persegi dengan warna border putih yang difungsikan untuk memperpadat isi katalog. Bagian ini dilengkapi dengan foto spesies pada suatu ordo tertentu. Foto yang ditampilkan diberikan soft edges effect 2.5 point untuk memperhalus sisi gambar.

Judul ordo menggunakan font News701 BT dengan font size 28 disertai format bold dan berwarna putih. Judul ordo ini dilatar belakangi warna biru tua dengan shape persegi panjang. Sedangkan penjelasan ordo menggunakan font CentSchbkCyrill BT 14 pt dengan format justify. Gambar spesies pada lembar kedua ditampilkan dengan shape belah ketupat dan di berikan border hitam 3 pt dan dilengkapi shadow berwarna biru tua. Nama spesies ditulis menggunakan font

CentSchbkCyrill BT 12 dan diberikan format italic. Berikut adalah halaman materi pada bagian ordo:

Gambar 4.40 Halaman Materi Ordo Halaman materi yang memuat spesies menggunakan background putih untuk memudahkan terbacanya tulisan. Satu spesies yang terdiri dari 2 halaman yang berkesinambungan. Halaman pertama berisikan dokumen pribadi gastropoda di habitat asli. Pada sisi kiri atas terdapat shape persegi berwarna biru untuk

156

menghidupkan gambar. Tulisan “Klasifikasi” di tampilkan dengan jenis font Arial black 18 disertai format kapital semua dan bold.

Tulisan pengklasifikasian, dan isi materi menggunakan font

Century751 SeBd BT 12. Pada gambar disertai dengan konektor dan border biru dengan ketebalan 3 pt untuk menyambungkan antara foto satu dengan lainnya. Tulisan keterangan foto (sumber dokumentasi) digunakan font News701 BT 10 dengan format bold dan italic serta latar belakang abu-abu. Pada halaman materi ini juga diberikan penegasan materi pada shape berlatar belakang biru.

Gambar 4.41 Halaman Materi Spesies Pada halaman materi bagian spesies terdapat 6 desain yang berbeda. Ordo-ordo yang haya terdiri dari 1 spesies memilik desain yang sama. Sebagaimana pada Cellana capensis dari Ordo

Patellagastropoda yang memiliki desain sama dengan Heliacus areola dari Ordo Heterobranchia, Melampus castaneus dari Ordo Ellobiida, dan Hydatina physis Ordo Cephalaspidea. Masing-masing desain memiliki perbedaan pada peletakan shape, gambar gastropoda, dan letak border. Adapun desainnya adalah sebagai berikut:

157

Gambar 4.42. Halaman Materi pada Ordo Cephalaspidea

Gambar 4.43. Halaman Materi pada Ordo Cycloneritida

Gambar 4.44. Halaman Materi pada Ordo Littorinimorpha

Gambar 4.45. Halaman Materi pada Ordo Neogastropoda

158

Gambar 4.46. Halaman Materi pada Ordo Trochida h) Halaman Glosarium

Halaman glosarium di desain dengan background putih dan disertai double border. Tulisan “Glosarium” ditampilkan menggunakan font narkisim 28 disertai format bold dan kapital. Tulisan ini memiliki latar belakang putih dan garis tepi biru tua yang disertai shadow shape berwarna biru tua juga. Sedangkan tulisan isi glosarium ditampilkan menggunakan font narkisim 12 dengan format justify. Pada bagian kanan atas terdapat shape half frame berwarna biru. Bagian kanan bawah dan kiri bawah pada masing-masing halaman ada shape pentagon yang digunakan sebagai halaman katalog. Berikut adalah halaman glosarium :

Gambar 4.47. Halaman Glosarium i) Halaman Daftar Rujukan

Halaman rujukan di desain dengan background putih dan

dikelilingi border berwarna biru muda. Pada bagian kiri atas terdapat

shape segitiga berwarna biru tua yang ditumpuk dengan tulisan

159

“Daftar Rujukan” dengan shape putih dan garis tepi biru tua. Tulisan

“Daftar Rujukan” menggunakan font Narkisim 24 disertai format bold

dan kapital. Sedangkan bagian isi menggunakan font Narkisim 12.

Berikut adalah halaman Daftar Rujukan:

Gambar 4.48. Daftar Rujukan j) Halaman Biografi Penulis

Halaman Biografi penulis memuat perjalanan penulis dalam

berkiprah di IAIN. Tulisan “Biografi Penulis” menggunakan Narkisim

20 yang didekorasi menggunakan shape tanpa warna dalam dan

border biru. Sedangkan isi dari biografi ini menggunakan font

Franklin Gothic Demi Cond 12. Foto penulis berbentuk persegi

dengan border hitam dan shadow biru. Shape pentagon terletak pada

bagian kiri bawah sebagai halaman katalog. Berikut adalah halaman

biografi penulis:

160

Gambar 4.49. Halaman Biografi Penulis k) Halaman Penutup

Pada bagian penutup memuat peran gastropoda sebagai

bioindikator lingkungan yang ditampilkan menggunakan font

CentSchbkCyrill BT 18 pt dan 1 foto gastropoda dengan ukuran besar.

Berikut adalah halaman penutup:

Gambar 4.50. Halaman Penutup l) Sampul Belakang

Sampul belakang pada katalog ini ditampilkan dengan

background biru muda dan biru tua yang dibuat dengan shape persegi.

161

Terdapat foto gastropoda hasil penelitian dibagian kanan sebagai

lanjutan dari sampul depan. Pada bagian sampul belakang juga

terdapat kata motivasi “Kualitas dirimu dapat diketahui dari hal-hal

yang ada disekitarmu” yang di tulis dengan font Brush Script MT 24

dan format bold. Tulisan “Gastropods of Indonesia” ditampilkan

dengan font Narkisim 16 dan bold. Pada halamanini juga ditampilkan

logo gastropoda dan shape hitam menyerupai garis tebal. Berikut

adalah halaman penutup:

Gambar 4.51. Halaman Penutup 2) Validasi Produk Katalog Struktur Komunitas Gastropoda Pada tahapan ini berkaitan dengan validasi produk

pengembangan media pembelajaran oleh para ahli dan responden.

Adanya tahap validasi digunakan untuk mengetahui kualitas dan

kelayakan media pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Apabila

ada berbagai aspek yang kurang layak dapat direvisi sehingga media

yang dikembangkan mampu memberikan informasi yang baik dan jelas.

Validasi yang dilakukan meliputi media atau desain dan kelengkapan

162

materi pada katalog struktur komunitas gastropoda yang dikembangkan.

Validasi media atau desain fisik katalog dikakukan oleh ahli media, sedangkan kelengkapan dan penyajian materi dilakukan oleh ahli materi.

Keterbacaan katalog juga dinilai oleh mahasiswa sebagai responden.

Validasi ahli menggunakan skala likert dengan 5 kategori dan skor 1 s/d

5 yang dicocokan dengan kualifikasi tabel 4.8.sebagai berikut:

Tabel 4.7. Kategori Skala Likert Kategori Skor Sangat Kurang Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik 4 Sangat baik 5

Tabel 4.8. Kriteria Kelayakan Katalog oleh Penilaian Ahli Interval Skor Kriteria Kevalidan Keterangan 85%≤NP<100% Sangat Valid Tidak Revisi 69%≤NP<84% Valid Sedikit Revisi 53%≤NP<68% Cukup Valid Revisi 37%≤NP<52% Kurang Valid Revisi 20≤NP<36% Tidak Valid Revisi Total a) Ahli Media Validasi ahli media dilakukan oleh dosen ahli yaitu: Ibu

Nizar Azizatun Nikmah, M. Pd., selaku dosen Tadris Biologi IAIN.

Adapun hasil penilaian oleh ahli media adalah sebagaimana tabel 4.9

berikut:

Tabel 4.9. Penilaian Ahli Media Persentase No. Butir penilaian Kriteria (%) Kesesuaian ukuran katalog berdasarkan Sangat 1. 100 standar ISO Valid Kesesuaian ukuran dengan materi isi Sangat 2. 100 katalog Valid

163

Tata letak unsur pada sampul depan, Sangat 3. punggung dan belakang memiliki kesan 100 harmonis dan menyatu. Valid Memiliki pusat pandang Sangat 4. 100 ( center point) yang menarik. Valid Warna unsur tata letak harmonis dan Sangat 5. 100 memperjelas fungsi. Valid a. Penggunaan huruf pada judul katalog Sangat lebih dominan dan proporsional 100 Valid dibandingkan nama pengarang. 6. b. Warna judul katalog Sangat kontras(berbeda) dengan warna latar 100 Valid belakang. Tidak menggunakan terlalu banyak Sangat 7. 100 kombinasi jenis huruf. Valid a. Menggambarkan isi dan Sangat 100 mengungkapkan karakter objek Valid 8. b. Bentuk, warna, ukuran, proporsi Sangat 100 objek sesuai realita. Valid Penempatan unsur tata letak konsisten Sangat 9. 100 berdasarkan pola. Valid a. Bidang cetak dan marjin Sangat 100 proporsional. Valid b. Marjin dua halaman yang Sangat 10. 100 berdampingan proporsional. Valid Sangat c. Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 100 Valid Keterangan gambar ditempatkan Sangat 11. berdekatan dengan ilustrasi dengan 80 Valid ukuran lebih kecil daripada huruf teks. Penempatan ilustrasi sebagai latar Sangat 12. belakang tidak mengganggu judul, teks, 100 Valid angka halaman. a. Penggunaan variasi huruf Sangat (bold,italic, all capital, small 100 Valid 13. capital) tidak berlebihan. b. Spasi antar huruf (kerning) normal. 100 Valid Katalog mampu memperjelas materi sehingga mampu menambah Sangat 14. 100 pemahaman perserta didik pada Valid informasi yang disampaikan. Ilustrasi ditampilkan dari berbagai sudut pandang tidak hanya ditampilkan dalam tampak depan saja, namun mampu Sangat 15. divisualisasikan secara dinamis yang 100 Valid dapat menambah kedalaman pemahaman dan pengertian perserta didik.

164

Jumlah 1980 Sangat Rata-Rata 99 Valid

Rumus Perhitungan:

x100%

Keterangan :

NP : Persentase (%)

ΣR : Jumlah skor pilihan responden

M : Jumlah skor maksimal tiap item

Berdasarkan tabel validasi oleh ahli media diketahui skor

rata-rata persentase adalah 99%. Nilai ini berdasarkan tabel 4.8 berada

diantara 85%≤NP<100% dan menunjukkan kriteria sangat valid

dengan tanpa revisi. Namun, pada lembar penilaian validasi

dicantumkan saran dan komentar yang sifatnya mendukung produk

pengembangan katalog yang sempurna secara grafis. Media grafis

sangatlah penting sebagai media visual yang memiliki fungsi untuk

menyalurkan pesan dari sumber ke pembaca melalui perpaduan antara

pengungkapan kata-kata dan gambar yang disajikan.173 Menurut

Azhar, media visual dapat mempermudah pemahaman, memperkuat

daya ingatan, menumbuhkan minat, semangat, dan dapat memberikan

gambaran keterkaitan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Agar menjadi efektif, visual sebaiknya di tempatkan pada letak yang

173 Zulkifli Rusby, dkk., Upaya Guru Mengembangkan Media Visual dalam Proses Pembelajaran Fiqih di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar, (Pekanbaru: Universitas Islam Riau, 2017)., Jurnal Al-hikmah Vol. 14, No. 1, Hal. 23

165

menimbulkan makna untuk meyakinkan terjadinya proses penyaluran

informasi.174 Perbaikan katalog keanekaragamn terkait media visual

dapat dilakukan berdasarkan oleh penilaian ahli. Adapun saran yang

diberikan oleh Ibu Nizar Azizatun Nikmah, M.Pd., selaku ahli media

adalah sebagai berikut:

i. Perhatikan kembali mengenai konsistensi penulisan sumber gambar

beserta size keterangan dari gambar ataupun sumber gambar (ada

beberapa yg size-nya seperti huruf pada teks, ada juga yg telah

sesuai)

ii. Perhatikan kembali tepian margins, supaya informasi/gambar objek

tidak terpotong setelah proses penjilidan.

iii. Untuk penjilidan disarankan dengan jilid spiral, supaya

mempermudah dalam penggunaan buku (tidak berhimpit)

b) Ahli Materi

Validasi ahli materi dilakukan oleh 2 dosen ahli yaitu : Ibu

Desi Kartikasari, M. Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Zoologi

Avertebrata dan Ekologi dan Bapak Arif Mustakim, M. Si., selaku

dosen pengampu mata kuliah Biodiversitas. Validasi katalog struktur

komunitas gastropoda meliputi aspek kelayakan isi, kelayakan

penyajian, dan penilaian bahasa. Adapun hasil penilaian oleh ahli

materi adalah sebagaimana tabel 4.10 berikut:

174 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers., 2011)., Hal 91

166

Tabel 4.10. Penilaian Ahli Materi Persentase Aspek Pernyataan Penilaian Penilaian Ahli 1 Ahli 2 1. Materi yang disajikan sesuai 80 80 dengan kebutuhan informasi 2. Nama ilmiah spesies akurat 80 80 berdasarkan sumber terpercaya. Kelayakan 3. Urutan klasifikasi tepat dan 80 100 isi akurat. 4. Deskripsi yang dijabarkan 100 80 akurat. 5. Materi yang disajikan menarik 100 80 dan tidak membosankan 6. Sistematika sajian (gambar, nama spesies, urutan pengklasifikasian, dan deskripsi 100 80 spesies) diletakkan secara konsisten sesuai dengan ketetapan. 7. Bagian pendahuluan lengkap 100 80 Kelayakan dan akurat. penyajian 8. Bagian isi lengkap, menarik, 100 80 dan akurat. 9. Bagian penutup menarik dan 80 80 lengkap. 10. Gambar hasil penelitian 80 100 disajikan dengan jelas. 11. Daftar pustaka yang relevan dan 100 80 akurat. 12. Ketepatan penggunaan struktur 80 80 kalimat . 13. Keefektifan penggunaan 80 80 kalimat. 14. Kebakuan istilah 80 80 15. Keterbacaan penyampaian 80 80 informasi Penilaian 16. Kemampuan memotivasi pesan bahasa 100 80 atau informasi 17. Kemampuan mendorong 80 80 berpikir kritis 18. Keterpaduan antar paragraf 80 80 19. Konsistensi penggunaan istilah 80 100 20. Konsistensi penggunaan simbol 80 100 atau ikon Total Skor 1740 1680 Rata-Rata Persentase Skor 87% 84% Rata-Rata Persentase Ahli 85,5% Keterangan Sangat Valid

167

Berdasarkan tabel validasi oleh ahli materi diketahui rata-rata

persentase skor adalah 87% dan 84%. Kedua nilai ini apabila di rata-

rata menghasilkan nilai 85,5% yang diperoleh dari nilai dari kedua

ahli dijumlahkan dan dibagi 2. Hasil ini, berdasarkan tabel 4.8 berada

diantara 85%≤NP<100% dan menunjukkan kriteria sangat valid

dengan tanpa revisi. Materi yang disajikan sudah sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa dalam mempelajari materi Zoologi Avertebrata.

Hal ini dikarenakan sebelum dilakukan pembuatan produk

pengembangan, penulis melakukan pemfokusan materi yang

dibutuhkan. Pemfokusan materi bertujuan untuk menghindari

terjadinya penyimpangan pokok materi, agar penelitian yang

dilakukan lebih terarah, dan mempermudah dalam melakukan analisis

serta pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin

dicapai.175 Fokus materi pada katalog ini meliputi: klasifikasi, ciri-ciri,

peran, dan habitat spesies gastropoda. Pada lembar penilaian validasi

juga dicantumkan saran dan komentar yang sifatnya mendukung

produk pengembangan katalog yang sempurna secara penyajian

materi. Adapun saran yang diberikan oleh ahli materi adalah sebagai

berikut:

1) Good, bagus untuk digunakan sebagai pedoman kegiatan

pembelajaran Ekologi dan Zoologi Avertebrata. Sebaiknya lebih

175 Lina Karlina, dkk., Pengembangan Buku Ajar Berbasis Katalog Materi Plantae, (Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2020)., Jurnal Al-Ahya, Vol. 2 No 3, Hal. 108

168

dikaitkan dengan peran ekologis gastropoda sebagai bioindikator

lingkungan.

2) Hasil analisis indeks struktur komunitas gastropoda dicantumkan

pada katalog agar relevan dengan judul katalog.

c) Uji Keterbacaan oleh Mahasiswa

Pada tahapan ini katalog struktur komunitas gastropoda

melalui uji validasi keterbacaan oleh responden mahasiswa setelah

dilakukan revisi dari hasil validasi ahli. Responden yang digunakan

adalah mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Zoologi

Avertebrata yaitu mahasiswa semester 4 dan semester 6 IAIN.

Responden diambil dari 10% total populasi. Menurut Gay,dkk. untuk

penelitian deskriptif minimal sampel yang digunakan adalah 10%.176

Pada responden 1 (Semester 4) terdiri 12 responden dan responden 2

(Semester 6) terdiri dari 20 mahasiswa. Sehingga total responden ada

32 responden. Validasi keterbacaan juga menggunakan skala likert

dengan 5 kategori dan skor 1 s/d 5 yang dicocokan dengan kualifikasi

tabel 4.8 Adapun hasil validasi keterbacaan oleh responden

mahasiswa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11. Penilaian Keterbacaan oleh Responden Persentase (%) No. Pernyataan K1 K2 1. Struktur kalimat yang digunakan sesuai dengan tata bahasa indonesia yang baik 88,3 88 dan benar. 2. Kalimat yang dipakai sederhana dan tepat 88,3 90,4 sasaran.

176 L.R. Gay, dkk., Education Research Competencies for Analysis and Applications, (New Jersey: Pearson Education, 2009)., Hal 133.

169

3. Istilah kata yang digunakan sesuai dengan 88,3 88,8 KBBI dan istilah biologi. 4. Informasi disajikan dengan menarik, jelas 90 88 dan tidak menimbulkan makna ganda. 5. Kalimat yang digunakan sesuai dengan pedoman Ejaan yang disempurnakan 93,3 87,2 (EYD) 6. Bahasa yang digunakan membangkitkan 86,7 88,8 motivasi belajar. 7. Bahasa yang digunakan mampu merangsang berpikir kritis dan rasa ingin 86,7 84 tahu. 8. Bahasa, ilustrasi, dan gambar sesuai 90 90,4 dengan materi yang disampaikan. 9. Bahasa dan ilustrasi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan intelektual 90 90,4 mahasiswa. 10. Penyampaian informasi antar paragraf 88,3 85,6 runtut dan saling berhubungan. 11. Istilah biologi dan istilah lainnya 93,3 87,2 digunakan secara konsisten. 12. Penggunaan simbol, ikon dan shape 85 86,4 digunakan secara konsisten. Rata-Rata Persentase Skor 89,03 87,93 Rata-Rata Persentase Ahli 88,48 Keterangan Sangat Valid

Keterangan: K1 : Kriteria 1 (Semester 4) K2 : Kriteria 2 (Semester 6) Berdasarkan tabel validasi keterbacaan oleh responden mahasiswa diketahui rata-rata persentase skor adalah 89,03% dan

87,93%. Kedua nilai ini apabila di rata-rata menghasilkan nilai

88,48% yang diperoleh dari nilai dari kedua ahli dijumlahkan dan dibagi 2. Hasil ini, berdasarkan tabel 4.11 berada diantara

85%≤NP<100% dan menunjukkan kriteria sangat valid dengan tanpa revisi. Hasil dari validasi keterbacaan ini, menunjukkan bahwa pengembangan media pembelajaran Katalog Struktur Komunitas

170

Gastropoda memiliki daya keterbacaan yang sangat baik dan sangat

valid. Hal ini di dukung dengan komentar dan saran yang diberikan

oleh responden. Suatu tingkat keterbacaan media pembelajaran dapat

mempengaruhi prestasi belajar dan motivasi belajar. Salah satu faktor

penting yang dapat mempengaruhi penerimaan pembelajaran atau

informasi adalah media atau sumber belajar yang memiliki tingkat

keterbacaan sesuai dengan kemampuan peserta didik.177 Karena

responden yang digunakan mahasiswa, maka dapat disimpulkan

bahwa Katalog Struktur Komunitas Gastropoda memiliki tingkat

keterbacaan yang cocok dan sangat valid bagi mahasiswa. Adapun

saran yang diberikan oleh responden adalah sebagai berikut:

a. Untuk keseluruhan katalog sudah baik dan menarik mungkin hanya

perlu ditambah dengan peta lokasi tempat penelitian

2. Deskripsi Hasil Validasi Katalog

Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan beberapa ahli dan

responden mahasiswa, dihasilkan komentar dan saran terkait sedikit revisi

pada katalog struktur komunitas gastropoda. Revisi dilakukan untuk

memperbaiki katalog yang dibuat agar lebih baik dan menarik. Adapun

beberapa revisi yang dilakukan diantaranya sebagai berikut:

a. Revisi oleh Ahli Media

Pada halaman materi juga dilakukan perbaikan tatanan paragraf

agar lebih rapi dan terkesan tidak terlalu rapat. Sebelum direvisi paragraf

177 Heni Sulistyorini, Tingkat Keterbacaan Teks dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Penyangga di SMA Negeri 1 Kramat Kabupaten Tegal, (Semarang: Universitas Negeri Semarang: 2006)., Hal. 86

171

tidak tertata rapi. Pada halaman ini juga dilakukan perbaikan atau revisi, keterangan sumber gambar. Keterangan sumber gambar sebelumnya disajikan dengan font News701 BT 11 dengan format bold dan italic.

Namun, terdapat beberapa halaman menggunakan font News701 BT dan fontsize 10. Ahli media lebih setuju dengan font News701 BT 10 sehingga dilihat lebih rapi dan harmonis. Sehingga keterangan gambar diseragamkan dengan font News701 BT 10 dengan format bold. Format italic dihilangkan karena keterangan sumber tidak menggunakan kata asing. Adapun perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.52. Halaman Materi Sebelum Revisi

Gambar 4.53. Halaman Materi Setelah Revisi

172

b. Revisi Ahli Materi

Halaman wisata pantai peh pulo terdiri dari penjelasan mengenai

pantai peh pulo. Sebelum dilakukan revisi halaman ini tidak berisi hasil

dari perhitungan indeks struktur komunitas gastropoda di pantai peh

pulo. Setelah melalui tahapan validasi ahli materi, halaman ini sebaiknya

diberikan analisis perhitungan indeks struktur komunitas gastropoda. Hal

ini bertujuan agar judul katalog lebih relevan dengan isi materi. Adapun

perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.54. Halaman Wisata Pantai Peh Pulo Sebelum Revisi

Gambar 4.55. Halaman Wisata Pantai Peh Pulo Setelah Revisi

173

Selain itu, pada halaman penutup berisikan peran gastropoda sebagai bioindikator. Sebelum dilakukan revisi, halaman ini menyajikan gambar yang kurang menarik dan materi yang kurang lengkap. Setelah melalui validasi, ahli materi memberikan saran agar lebih melengkapi materi peran ekologis gastropoda sebagai bioindikator lingkungan dan gambar yang disajikan lebih beragam. Setelah revisi, gambar yang disajikan terdiri dari 6 gastropoda dengan shape persegi. Adapun revisi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.56. Halaman Penutup Sebelum Revisi

Gambar 4.57. Halaman Penutup Setelah Revisi

174

c. Revisi dari Validasi Keterbacaan oleh Mahasiswa

Validasi keterbacaan oleh responden mahasiswa memberikan

komentar dan saran yang positif dan menampilkan satu saran berkaitan

dengan perbaikan katalog struktur komunitas gastropoda. Adapun

perbaikan yang dilakukan berkaitan dengan penambahan peta lokasi

penelitian sebagai berikut:

Gambar 4.58. Halaman Wisata Pantai Peh Pulo Sebelum Revisi

Gambar 4.59. Halaman Wisata Pantai Peh Pulo Setelah Revisi Berdasarkan hasil dari beberapa validasi, produk yang dikembangkan telah mengalami beberapa perbaikan agar dapat digunakan sebagai media

175

pembelajaran yang sempurna. Berdasarkan validasi ahli materi, ahli media, dan validasi keterbacaan di dapatkan nilai persentase sebagai berikut:

Tabel 4.12. Rincian Penilaian Validasi Produk Jenis Validasi Persentase (%) Validasi Ahli Media 99 Validasi Ahli Materi 85,5 Validasi Keterbacaan 88,48 Rata-Rata Persentase 91% Keterangan Sangat Valid

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui nilai persentase validasi ahli

media adalah 99%, validasi ahli materi 85,5%, dan validasi keterbacaan

88,48%. Apabila dikakukan perhitungan rata-rata persentase dari ketiga skor

validasi, maka diketahui rata-rata persentase adalah 91%. Berdasarkan tabel

kriteria kelayakan, nilai tersebut terletak diantara 85%≤NP<100%. Sehingga

dapat dikategorikan sangat valid. Tahapan validasi yang dilakukan

menghasilkan nilai persentase dan beberapa saran perbaikan atau revisi yang

telah dilakukan. Adapun beberapa perbaikan yang dilakukan adalah

sebagaimana tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13. Tabel Revisi Katalog Struktur Komunitas Gastropoda Halaman No. Sebelum Revisi Setelah Revisi yang direvisi  Paragraf tidak lurus dan  Paragraf bagian paling terkesan padat. atas diluruskan dan lebih  Font size pada keterangan dirapikan. gambar tidak konsisten.  Font size pada Halaman  Tulisan “Dok. Pribadi” keterangan gambar diatur 1. Materi Spesies disajikan dengan format dengan ukuran yang 3 italic. sama.  Tulisan “Dok. Pribadi” disajikan dengan format normal seperti biasanya dan tanpa italic. Halaman  Tidak terdapat hasil analisis  Disajikan hasil analisis 2. Wisata Pantai dari indeks struktur dari indeks struktur Peh Pulo komunitas gastropoda di komunitas gastropoda di

176

pantai peh pulo. pantai peh pulo yang  Tidak terdapat peta lokasi diletakkan pada paragraf penelitian. terakhir.  Disajikan peta lokasi penelitian 2D menggantikan posisi foto peneliti melakukan pengambilan sampel.  Gambar gastropoda yang  Gambar gastropoda yang disajikan kurang menarik disajikan lebih diperbaiki dan hanya terdiri dari satu dengan menampilkan 6 jenis gastropoda saja. gambar gastropoda yang  Deskripsi pada bagian berbeda. Halaman peranan gastropoda sebagai  Deskripsi pada bagian 3. Penutup bioindikator dinilai kurang peranan gastropoda lengkap. sebagai bioindikator lebih dilengkapi dan dicantumkan sumber kutipan dalam bentuk innote.

Katalog struktur komunitas gastropoda dikatakan sangat valid

dikarenakan dalam proses pembuatan memperhatikan aspek kebutuhan

media pembelajaran untuk mahasiswa dan ciri-ciri katalog yang baik. Ciri-

ciri katalog haruslah fleksibel, mengandung makna yang mudah dikenali

dan dipahami, mudah dibuat dan relatif murah perawatannya, serta disajikan

secara kompak.178 Katalog juga di dominasi dengan gambar yang jelas dan

kalimat yang padat. Gambar yang disajikan dalam media pembelajaran

dapat memberikan pengaruh pemahaman belajar yang lebih konkrit/nyata

pada suatu peristiwa tertentu.179 Sehingga dengan adanya gambar nyata

sesuai dengan keadaan asli maka peserta didik akan dapat menangkap suatu

kejadian dalam lingkungan dan peristiwa tertentu dengan mudah.

178 Sri Handayani, Pengembangan Media Visual Berbasis Katalog pada Mata Pelajaran Fiqh Kelas VI do MI Darul Ma’arif Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, (Bandar Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018), Hal. 31 179 Merlyn Widalismana, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Katalog untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA NEGERI 5 Surakarta, (Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret, t.t), Hal.4