Kaum Indo sebagai Pengguna Bahasa Petjoek di Tahun 1870-1942 Annisa Nurani Fatimah1) Pradipto Niwandhon2) Abstract This article discusses the Indos as users of Petjoek language in Surabaya at 1870-1942. This study used historical research methods Writers in this study rely on descriptive research methods of cultural and social history in writing. The research results show the indo as a language user petjoek generally mastered the two languages, because life in two different cultures of Java and the in one environment. Petjoek language was used by fellow Indos in the public sphere but didn't used as a formal language and didn't taught in schools. The used of petjoek language was also spoken at home and on the street. In addition, examples of use petjoek language can be founded in poetry, pantun, song, and novel literature. The language of Petjoek began to be rarely used by its users in 1942 because of the entry of Japan which made a new policy one of which is the prohibition of the use of Dutch and all things related to the Netherlands. Another factor that caused the decrease in the use of petjoek language was the less number of speakers because most of the Indos decided to leave and live in the Netherlands.

Keywords: Surabaya, Cholera Disease, Ecology, Health Abstrak Artikel ini membahas tentang Kaum Indo sebagai Pengguna Bahasa Petjoek di Surabaya tahun 1870-1942. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah Penulis dalam penelitian ini mengandalkan metode penelitian deskriptif sejarah budaya dan sosial dalam penulisannya. Hasil penelitan menunjukkan kaum indo sebagai pengguna bahasa petjoek pada umumya menguasai dua bahasa, karena hidup dalam dua kebudayaan yang berbeda yaitu Jawa dan Belanda di dalam satu lingkungan. Bahasa petjoek digunakan oleh sesama kaum Indo di dalam ranah publik namun tidak digunakan sebagai bahasa formal dan tidak diajarkan di sekolah-sekolah. Penggunaan bahasa petjoek juga diucapkan di rumah dan di jalan. Selain itu contoh penggunaan bahasa petjoek dapat ditemukan di dalam karya sastra puisi, pantun, lagu, dan novel. Bahasa Petjoek mulai jarang digunakan oleh penggunanya pada tahun 1942 karena masuknya Jepang yang membuat kebijakan baru salah satunya adanya pelarangan penggunaan bahasa Belanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Belanda. Faktor lain yang menyebabkan surutnya penggunaan bahasa petjoek adalah semakin sedikit jumlah penuturnya karena sebagian besar kaum Indo memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan hidup di Belanda. Kata Kunci : Bahasa petjoek, kaum Indo, Surabaya, kebudayaan Indis

1) DepartemenIlmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, NIM 121311433073, email : [email protected] 2) DepartemenIlmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga , NIP. 198103062008011006, email: [email protected] 20 VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 12, No.1 Juni 2018

Pendahuluan bahasa petjoek adalah karya sastra. karya Golongan Indo Belanda atau yang sastra tersebut berupa puisi, pantun, lagu biasa disebut kaum Indo adalah hasil anak-anak dan novel yang menggunakan perkawinan campuran antara Belanda dan bahasa petjoek. Indonesia. Status kaum Indo ini tergantung pada keputusan yang diberikan Metode oleh Ayahnya yang berdarah Eropa. jika Penelitian ini menggunakan sang ayah mengakuinya sebagai anak metode sejarah. Tahap pertama maka ia akan berstatus Eropa. pada merupakan pemilihan topik. Kemudian kenyataannya sebagian besar kaum Indo heuristik, pencarian data, yang merupakan lahir dari pernikahan yang tidak tahapan dimana penulis mengumpulkan resmi/pergundikan sehingga sedikit sumber baik sumber primer maupun kemungkinan mereka untuk mendapat sumber sekunder yang didapatkan dari status Eropa. Kaum Indo yang dibesarkan sumber arsip, surat kabar, buku, yang oleh ibu pribumi akan bernasib kurang berhubungan dengan penelitian ini. baik. Jarang dari mereka yang Setelah sumber-sumber dikumpulkan, berkesempatan mengenyam pendidikan tahap selanjutnya adalah kritik sumber Eropa. Dalam kehidupan sehari-hari serta deskriptif analisis untuk menentukan mereka hidup di lingkungan Jawa otensititas dan kredibilitas sumber sehingga menjadikan tingkah laku dan sejarah. Tahap Intrepretasi, merupakan sifat mereka lebih ke arah pribumi. Dalam tahap menetapkan makna dan hubungan berkomunikasi kaum Indo menggunakan dari fakta-fakta yang telah diverifikasi. bahasanya sendiri yaitu bahasa petjoek. Tahap terakhir merupakan tahap Bahasa petjoek merupakan sebuah bahasa penulisan atau disebut dengan campuran antara bahasa Belanda dengan historiografi. Pada tahap ini, peneliti akan bahasa Jawa dan mengandung unsur menuliskan hasil riset sejarahnya. Setelah Melayu. Sejak masa akhir abad ke XVIII semua sumber terkumpul dan melewati sampai awal abad XX peran bahasa tahapan-tahapan metode, penulis bisa campuran semakin kuat. Bahasa tersebut langsung menuliskan hasil penelitiannya berawal dari bahasa komunikasi yang sesuai tema kaum Indo sebagai pengguna digunakan oleh keluarga dalam ligkungan bahasa petjoek di Surabaya tahun 1870- Indische landhuizen.(Djoko, 2011: 29) 1942. Penggunaan bahasa petjoek di kalangan kaum indo dijadikan Kondisi Sosial Budaya Masyarakat bentuk diskriminasi rasial. Pada masa Surabaya kolonial Belanda bahasa Belanda Peranan penting kota Surabaya memiliki prestise yang tinggi pada masa kolonial membawa Surabaya dibandingkan dengan bahasa lainnya yang menjadi kota yang sangat heterogen. juga digunakan di Surabaya seperti bahasa Infrakstruktur yang tersedia di kota ini Melayu, Jawa, Cina, dan Arab. Orang telah menarik minat banyak orang dari Belanda memandang bahasa petjoek latar belakang komunitas yang beragam sebagai bahasa yang rendah karena bahasa untuk datang dan tinggal di Surabaya. ini tidak melanggar kaidah tata bahasa Sebagian besar komunitas yang Belanda. (Joss Wibisono, 2012: 50) Kaum mendominasi memang komunitas Indo yang menggunakan bahasa petjoek bumiputera sendiri, namun kekuasaan sebagai bahasa pergaulannya akan terlihat yang sepenuhnya tentu berada pada semakin pribumi karena dialek dan logat komunitas Eropa khususnya orang-orang bahasa ini lebih kental pada bahasa Jawa Belanda dalam mengatur pemerintahan, dan Melayu. Kemunculan bahasa petjoek perekonomian, dan lain sebagainya. telah mempengaruhi aspek sosial budaya. Keberadaan komunitas lain juga bukan salah satu aspek budaya yang terpengaruh tidak memiliki pengaruh, misalnya saja

21 komunitas Cina dan Arab. Kedua kebudayaan yang dihasilkan dari proses komunitas ini memiliki peranan yang ini adalah terciptanya kebudayaan indisch penting dalam heterogenitas kota yang merupakan percampuran antara Surabaya sehingga sampai sekarang pun budaya barat yang dibawa oleh orang- komunitas ini masih mempunyai orang Eropa dengan budaya pribumi eksistensi di kehidupan kota Surabaya. sebagai tradisi ketimuran yang dipegang Beragamnya komunitas erat oleh penduduk asli Nusantara.(Devi, yang menduduki Surabaya, tentu akan 2010: 31) berpengaruh besar dalam hidup keseharian masyarakat Surabaya. Mereka Bahasa-bahasa di Surabaya yang memiliki latar belakang etnisitas Surabaya telah dihuni berbagai yang berbeda tentu akan memberikan macam bangsa jauh sebelum bangsa corak yang berbeda pula dalam segi Belanda datang seperti Portugis, Arab, kebudayaan yang ada di Surabaya. Cina, Jawa, Madura, Ambon. Bangsa- Dikenalnya Surabaya sebagai kota yang bangsa ini menuturkan bahasa mereka heterogen tentunya berpengaruh pada masing-masing untuk kepentingan beragamnya budaya yang ada di Surabaya. berkomunikasi. Akan tetapi untuk Adanya kelompok masyarakat yang melakukan kontak dengan bangsa lainnya, beragam seperti Eropa, Cina, Arab, dan bangsa-bangsa ini tidak menggunakan bumiputera memberikan keragaman bahasa mereka. Untuk itu budaya dan akulturasi budaya lokal yang dipergunakanlah bahasa penghubung, ada di Surabaya. Keberagaman budaya di yakni bahasa Portugis dan Melayu yang Surabaya semakin banyak karena adanya telah dikenal di seluruh Hindia Belanda. budaya lokal yang terdiri dari sub- Pada masa VOC pun demikian, untuk etniknya.(Adipitoyo, 2008: 111) hubugan dengan orang-orang Hindia Letak geografis Surabaya Timur dipergunakan bahasa Melayu dan menjadi salah satu faktor pendukung Portugis. Pada abad ke-19 kebutuhan akan keberagaman budayanya. Surabaya yang bahasa pribumi muncul. Bahasa-bahasa di secara geografis kultural dan geografis Hindia Belanda juga dipengaruhi oleh ekonomi kota sebagai kota perdagangan di berbagai macam kelompok masyarakat, daerah pesisir pantai, tentunya memiliki seperti orang Eropa, Indo-Eropa, Asia dan kapasitas yang lebih dalam berinteraksi Pribumi yang memiliki bahasa pergaulan dengan pedagang asing. Seperti yang masing-masing.(Kees, 1993: 16) dikatakan Peter J.M Nas dalam buku Handinoto, bahwa kota pelabuhan Bahasa Melayu berfungsi sebagai kota perdagangan yang Sebelum kedatangan VOC merupakan pusat berkumpulnya orang- di Hindia Timur, bahasa Melayu telah orang dari berbagai daerah dan dipergunakan di kepulauan Indonesia dan kebudayaan. Sifat egaliter yang dimiliki juga di banyak daerah lainnya di luar oleh penduduk pesisir, menjadikan kota Indonesia, sebagai bahasa penghubung Surabaya semakin terbuka dengan dan sebagai bahasa perniagaan. Bahasa budaya-budaya yang masuk.(Handinoto, Melayu yang dimaksud adalah bahasa 2010: 3) Melayu-Rendah atau juga yang disebut Keberadaan kelompok Melayu Pasar. Bahasa ini adalah bentuk masyarakat yang beragam di Surabaya yang disederhanakan dari bahasa Pijin. telah melahirkan budaya-budaya baru. Bahasa Melayu yang dipakai di Keberagaman yang terjadi di Surabaya lingkungan sosial yang lebih tinggi atau menimbulkan adanya interaksi disebut Melayu-Tinggi. Bahasa Melayu- masyarakat yang begitu intens dan Rendah adalah bahasa yang telah berdampak pada berbagai hal termasuk disederhanakan semenjak zaman VOC proses kebudayaan. Salah satu produk dan kemudian pada abad ke sembilan

22 VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 12, No.1 Juni 2018

belas dan dua puluh, bahasa ini sangat mengenai bahasa-bahasa pengantar di direndahkan di lingkungan orang-orang kebaktian-kebaktian gereja dan di Eropa. Bahasa Melayu-Rendah dengan sekolah-sekolah. Namun pada segala variasi inilah yang menjadi lingua kenyataannya Belanda tidak sepenuhnya franca ketika orang Belanda datang di berhasil dalam menerapkan politik Indonesia. bahasa. Kegagalan Belanda dalam Pengguna bahasa ini juga melakukan politik bahasa, karena Belanda memakainya di dalam urusan paling sedikit melakukan penyebaran pemerintahan, gereja, dan pendidikan. bahasanya sendiri dan selalu mengambil Sudah sangat lama bahasa ini menjadi jarak terhadap mission civilisatrice (misi kontak antara orang-orang pribumi yang peradaban) dari negara-negara Barat lain tidak saling mengenal masing-masing. di Asia. Sebaliknya, Belanda memang Karena penduduk Surabaya dipenuhi memberikan relatif paling banyak dengan pendatang dari daerah lain, salah perhatian pada kodifikasi, pembakuan, satunya Madura yang jumlah populasinya dan pembaruan bahasa-bahasa pribumi. cukup banyak di Surabaya, bahasa Hal ini dibuktikan dengan semakin melayu-rendah di Surabaya juga banyaknya teks-teks keagamaan yang dipengaruhi oleh bahasa Madura. diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis Penggunaan bahasa Melayu di Surabaya dan Melayu. Selain itu di gereja ditemukan juga tampak dalam surat kabar yang alkitab-alkitab yang diterjemahkan ke diterbitkan di Surabaya. Dalam surat dalam bahasa Portugis dan bahasa kabar tersebut terdapat puisi yang berpola Melayu. syair menggunakan bahasa Melayu. Surat P a d a kabar yang terbit berbahasa Melayu pertengahan abad ke-19, sekolah-sekolah diantaranya adalah pemberita-Bahroe untuk kelompok penduduk Eropa (1881-1896), Tjahaja Moelia (1883- didirikan dan orang pribumi 1884), Batara Indra (1885-1886), Bintang diperbolehkan untuk masuk ke sekolah Soerabaia (1887-1924), dan Primbon tersebut. Akan tetapi persaingan bahasa Soerabaia (1900). (Suripan, 1995: 25-26) Melayu masih ada, karena orang pribumi dan orang Belanda yang lahir di Surabaya Bahasa Belanda masih kesulitan dalam menggunakan Sebelum digunakannya bahasa bahasa pengantar di sekolah. Untuk itu Belanda, bahasa Portugis dan Melayu pemerintah Hindia-Belanda membuat yang berperan sebagai lingua franca peraturan bagi para ambtenaar yang ingin diantara orang Eropa dan Asia yang tidak mengikuti ujian di Delft agar sebelumnya saing mengenal bahasa masing-masing. telah menguasai bahasa Belanda. Selain Di lingkungan pemukiman-induk VOC berguna sebagai modal untuk melamar telah diusahakan untuk menggunakan pekerjaan di kantor pemerintahan, bahasa Belanda, paling tidak sebagai kemampuan berbahasa Belanda menjadi bahasa pergaulan antara orang Eropa alat utama untuk mendapatkan status dengan orang Indo-Eropa dan juga antar Eropa untuk anak-anak berdarah budak yang telah memeluk agama kristen, campuran. Bahasa Belanda digunakan kaum mardijker dan pribumi. Namun sebagai bahasa pengantar di sekolah bagi pengaruh bahasa Portugis dan bahasa anak Eropa dan keturunan pribumi yang Melayu masih belum sepenuhnya hilang. dianggap sejajar dengan bangsa Eropa. Maka dari itu pemerintah Belanda Meskipun bangsa Belanda telah dibawah pimpinan VOC mengadakan melakukan berbagai upaya politik bahasa, politik bahasa. pada realitanya ketika tahun 1900 Pada tahun 1850 Belanda diadakan survei bahwa dari 1.476 murid berkeinginan untuk menyebarkan bahasa yang diklasifikasikan sebagai anak Belanda kepada pribumi. terutama keturunan Eropa hanya 29,3% atau sekitar

23 433 orang saja yang memiliki kemampuan di rumah, tetapi menggunakan bahasa bahasa Belanda dengan baik. Sedangkan Melayu-rendah atau bahasa Jawa. Mereka sebanyak 41,5% lainnya tidak mengerti lebih banyak pengaruh bahasa Jawa dari bahasa Belanda sama sekali. Hal ini ibu yang membesarkannya dan bahasa menjukkan bahwa pada abad ke-18 sehari-hari yang digunakan oleh sebagian besar kaum Indo tidak pembantunya. Namun karena masih menggunakan bahasa Belanda sebagai berinteraksi dan hidup dalam satu rumah bahasa Ibu.(Brugsmans, 1938: 295) dengan Ayahnya yang berdarah Belanda, kaum Indo tersebut mendapat Bahasa Jawa pengetahuan tentang bahasa Belanda Bahasa Jawa tentu menjadi bahasa sedikit-sedikit. dipergunakan di Surabaya pada kalangan Kemudian mereka menggunakan pribumi sebagai penduduk mayoritas. bahasa Melayu rendah yang ucapannya Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya beraksen Jawa dan dicampur dengan unsur berbeda dengan bahasa Jawa yang Belanda. Bahasa inilah yang disebut digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. bahasa Petjoek/peco/pecoh. Di dalam Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arekan bahasa petjoek, juga banyak terselip atau bahasa Suroboyoan. Karakteristik bahasa Melayu Pasar. Contoh kata yang bahasa Surabaya yang termasuk kawasan dominan di dalam bahasa Petjoek adalah Jawa Timur ini lebih kasar. Bahasa bikin, kras (keras), pigi (pergi), seblon Suroboyoan yang oleh kebanyakan orang (sebelum), kasi (beri), baboe Tjoetji (babu dianggap sebagai bahasa yang kasar, cuci), dan masih banyak lagi. Kata-kata namun dibalik itu semua menunjukkan sisipan seperti wah, lho, kok, ja (ya), en sikap tegas, lugas, spontanitas, dan toch (en tokh), tjis (cis), ah, sangat egaliter. Bahasa Jawa di Surabaya dominan dalam bahasa ini. Bahasa petjoek digunakan oleh kaum Pribumi yang dianggap sebagai bahasa yang rendah, berstatus sosial paling rendah diantara karena bahasa tersebut tidak sesuai dengan tatanan masyarakat lainnya. Meskipun tata bahasa Belanda yang benar. Dan bahasa Jawa tidak memiliki prestise bagi bahasa tersebut tidak digunakan sebagai bangsa Eropa, bahasa Jawa juga dipelajari bahasa formalitas, hanya digunakan oleh orang Belanda. sebagai bahasa dalam percakapan antar sesama kaum Indo. Bahasa ini juga biasa Bahasa kaum Indo disebut sebagai bahasa jalan karena sering Definisi kaum Indo di Surabaya diucapkan di jalanan. (Dukut, 2004: 171) lebih banyak ditujukan untuk mereka yang terlahir dari darah campuran Belanda dan Kemunculan Bahasa Petjoek di Jawa. Kaum Indo di Surabaya seringkali Surabaya terlahir dari hubungan-hubungan Sekitar tahun 1800, bahasa perkawinan yang tidak sah. Hal ini yang Melayu memainkan peranan yang penting kemudian memunculkan pandangan sebagai bahasa perdagangan dan negatif terhadap kaum Indo di Surabaya. kemudian sebagai bahasa pergaulan antara Mereka disebut sebagai anak haram berbagai kelompok etnis yang berbeda. karena terlahir dari ibu yang berprofesi Bahasa Melayu tersebut bercampur sebagai Nyai atau gundik. dengan kata-kata portugis yang Kaum Indo dalam menggunakan disederhanakan dan disebut bahasa bahasa sehari-harinya tidak menggunakan Melayu Pasar. Bahasa inilah yang bahasa Belanda karena rata-rata mereka kemudian dituturkan oleh keluarga Indo yang bernasib kurang beruntung tidak Eropa.(kees, 1995: 296) mendapatkan pendidikan bahasa Belanda Sejak masa akhir yang baik. Sebagian besar dari anak-anak abad XVIII sampai awal abad XX peran Indo tidak menggunakan bahasa Belanda bahasa Melayu yang bercampur dengan

24 VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 12, No.1 Juni 2018

bahasa Belanda semakin kuat. Bahasa Rendah sebagai bahasa ibu mereka. tersebut berawal dari bahasa komunikasi Mereka dapat mengungkapkan keinginan- yang digunakan oleh keluarga dalam keinginan mereka menggunakan bahasa lingkungan “Indische Landshuizen” yang Melayu-Rendah atau Jawa sehingga selanjutnya dipergunakan oleh golongan bahasa Belanda lebih dikenal sebagai Indo-Belanda. Proses perpaduan antara bahasa asing oleh mereka. bahasa Belanda dengan bahasa Jawa menimbulkan bahasa pidgin atau bahasa Penggunaan bahasa petjoek campuran. Ekspansi kolonialisme dan Seperti halnya tidak ada imperialisme Eropa menyebabkan masyarakat yang uniform, demikian pula munculnya kebutuhan untuk bahasa yang memiliki variasi- berkomunikasi diantara bangsa-bangsa variasi(Harimurti, 1985: 12). Variasi- yang tidak saling mengenal bahasa variasi bahasa tersebut dapat ditentukan masing-masing. Kedua belah pihak saling oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempermudah sistem bahasanya, lama menentukan variasi bahasa adalah faktor kelamaan muncullah suatu bahasa waktu, faktor tempat, faktor sosiokultural, campuran. Di dalam bahasa campuran ini, faktor situasi dan faktor medium bahasa yang mempunyai prestise sosial pengungkapan. Penggunaan bahasa lebih tinggi akan berkembang menjadi petjoek sebagai salah satu jenis variasi bahasa penyumbang yang dominan. bahasa yang berkembang di Surabaya, Bahasa campuran antara Belanda dan dapat ditemukan di dalam berbagai tempat Jawa tersebut biasa disebut bahasa dan situasi. Mulai dari tempat dalam ranah petjoek, pecoh, pecuk, atau pecok. Istilah domestik maupun dalam ranah publik. Di tersebut digunakan untuk varian bahasa dalam bahasa Petjoek banyak sekali dari bentuk campuran bahasa Melayu dan terselip kata-kata bahasa Melayu Pasar, Belanda. Bahasa petjoek juga bisa disebut seperti: kras (keras), pigi (pergi), seblon bahasa liplap, bahasa orang liplap. (sebelum), kasi (beri), baboe tjoetji (babu Kemunculan Nyai cuci). Kata-kata sisipan seperti: wah, loh, menjadi salah satu penyebab lahirnya kok, ja (ya), en toch (en tokh), tjis (cis), ah. bahasa petjoek di Surabaya. Para Nyai Sebagai contoh, jika mengatakan “Nggak, yang tidak menempuh pendidikan Barat ah nggak”, maka dalam bahasa petjoek dan tidak menguasai bahasa Belanda nya adalah “Niet ah niet”.Di Surabaya secara fasih kemudian melahirkan dalam penggunaan bahasa petjoek keturunan berdarah campuran (kaum seringkali diselipkan kata jancuk. Indo) yang menggunakan bahasa Bahasa Petjoek merupakan campuran antara bahasa Ibu(Jawa) dan bahasa lisan dan lebih sering diucapkan bahasa Ayah (Belanda). Hal ini terjadi dalam situsasi informal maka sumber- karena kehidupan sehari-hari kaum Indo sumber tertulis yang berkaitan dengan lebih banyak dihabiskan bersama Ibu, penggunaan bahasa Petjoek sangat sehingga intensitas bertemu dengan Ayah terbatas. Contoh-contoh penggunaan menjadi terbatas. Intensitas bertemunya bahasa petjoek terdapat dalam novel karya anak-anak Indo dengan Ayah dan Ibu Tjalie Robinson. Salah satu novel yang berpengaruh terhadap penggunaan banyak menyelipkan bahasa petjoek bahasanya. adalah novelnya yang berjudul piekeraans Anak-anak Indo van een straatlijper. Novel ini bercerita tidak menggunakan bahasa Belanda di tentang kehidupan masa kecil Tjalie rumah, tetapi menggunakan bahasa Robinson yang hidup sebagai anak Indo Melayu-Rendah atau bahasa Jawa. dan hidup dalam dua kultur yang berbeda. Banyak diantara mereka yang tidak Selain dalam novel tersebut, di dalam mengenal bahasa Belanda, karena mereka majalah moesson terdapat artikel yang telah menggunakan bahasa Melayu- mengulas tentang penggunaan bahasa

25 petjoek tersebut. Belanda dan Melayu dalam satu bait. Contoh puisi yang berbahasa petjoek Bahasa petjoek di rumah adalah berjudul “selamat tahoen baroe”. Penggunaan bahasa petjoek di Puisi tersebut terbit di surat kabar nieuwe dalam lingkungan keluarga, lebih memiiki vorstenlanden pada tahun 1892 (Indisch perbendaharaan kata yang lebih letteren Jaardag, 2000: 4) kompleks dibandingkan dengan Selain dapat ditemukan di dalam penggunaan bahasa petjoek di ranah karya sastra berbentuk puisi, penggunaan sekolah, jalan, dan tempat-tempat umum bahasa petjoek juga dapat ditemukan di lainnya. Di dalam lingkungan keluarga, dalam lagu dan pantun. Lagu dan pantun bahasa petjoek dipakai oleh anak-anak tersebut sangat populer di kalangan kaum kelahiran ibu Jawa yang tidak mengenyam Indo karena sering ditampilkan dalam pendidikan Eropa dan ayah Belanda. acara-acara formal seperti di dalam acara Anak-anak berdarah Indo pada umumnya pernikahan dan hanya bersifat sebagai lebih dekat dengan ibu mereka, sehingga hiburan. Sedangkan lagu-lagu yang sehari-hari mereka berada di lingkungan menggunakan bahasa petjoek Jawa dan mendapatkan pengaruh bahasa dipopulerkan oleh penyanyi dan aktris Jawa. Sedangkan pengaruh bahasa Wieteke van dort seorang keturunan Indo- Belanda dapatkan dari sang ayah sebagai Belanda yang lahir di Surabaya namun penutur bahasa Belanda. besar dan tua di Belanda. Ia sangat mencintai tanah kelahirannya Indonesia, Bahasa petjoek di jalan sehingga ia memilih untuk Bahasa petjoek juga dianggap mempopulerkan budaya Indisnya. salah sebagai bahasa jalan. Seperti yang ditulis satu judul lagunya yang paling populer dalam suatu bab di buku Soebatten adalah geef mij maar nasi goreng sarongs en sinjo's yang berjudul het petjoh de taal van de straat. Dalam buku tersebut Pembatasan Penggunaan Bahasa bahasa petjoek dianggap sebagai bahasa Petjoek jalan dan kebudayaan jalan. Karena Kaum Belanda totok menilai banyak dipakai oleh anak laki-laki di bahasa petjoek sebagai bahasa yang tidak jalan-jalan ataupun di tempat permainan. sepatutnya untuk diucapkan karena Percakapan bahasa petjoek yang bahasa petjoek dianggap sebagai diucapkan di jalan terkesan lebih kasar. penggunaan bahasa Belanda yang Kaum Indo kecil menggunakan bahasa melanggar kaidah bahasa Belanda. Ketika petjoek di jalanan ketika bertemu dengan bangsa Belanda menguasai kota Surabaya, sesama kaum Indo. Mereka saling bahasa Belanda lah yang memiliki prestise berceloteh menggunakan bahasa petjoek paling tinggi sehingga penggunaan bahasa satu sama lain dan semakin menunjukkan kreol seperti bahasa petjoek sangat tidak identitas darah hibridnya. dianjurkan. Pengguna bahasa petjoek, sebagian besar terdiri dari golongan Indo Bahasa petjoek di dalam karya sastra kecil yang tidak mengenyam pola Penggunaan bahasa petjoek lebih sering pendidikan Barat. Termasuk tidak digunakan dalam situasi informal, maka mendapatkan pengajaran bahasa Belanda dari itu penggunaan bahasa petjoek lebih yang baik. Meskipun pengguna bahasa banyak dijumpai berupa lisan saja. Bentuk petjoek sebagaian besar diucapkan oleh penggunaan bahasa petjoek berupa bentuk kaum Indo, tidak menutup kemungkinan tertulis jarang dijumpai. Dalam bentuk bahasa petjoek juga diucapkan oleh anak- tertulis, penggunaan bahasa petjoek dapat anak Belanda totok. Hal ini disebabkan ditemukan di dalam karya sastra seperti karena pola pengasuhan babu kepada puisi dan pantun. Puisi dan pantun tersebut anak-anak Belanda totok yang lebih menggunakan dua bahasa yaitu bahasa dipengaruhi oleh gaya hidup pribumi.

26 VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 12, No.1 Juni 2018

Selain itu kalangan Belanda totok juga para kritikus Eropa merupakan salah satu mengeluh bahwa ketika anak-anaknya bukti pengaruh bangsa Asia dan pulang ke rumah berbicara bahasa petjoek. kontribusinya dalam kehidupan Bercampurnya anak-anak kolonial.(Jean, 2005: 256) dari berbagai kelompok penduduk di sekolah sering disalahkan sebagai Hilangnya Bahasa Petjoek di Surabaya penyebab hal tersebut. Di sekolah Indis, Pada saat Jepang mulai berkuasa anak-anak Indonesia, totok, Cina, dan di Hindia Belanda tahun 1942, menjadi Arab saling berbicara petjoek satu sama masa mulai surutnya penggunaan bahasa lainnya(Joost, 2004: 43). Untuk mencegah petjoek pada kaum Indo. Jepang melarang anak-anak Belanda totok semakin fasih pemakaian bahasa Belanda dan bahasa berbicara bahasa petjoek, maka dari itu Inggris, kemudian mereka para orang tua mereka memiliki beberapa memperkenalkan bahasa Jepang untuk strategi. strategi yang pertama adalah memajukan bahasa Jepang. Di dalam dengan memberikan les privat bahasa bahasa petjoek terdapat unsur bahasa Belanda dan bahasa Eropa lainnya seperti Belanda maka secara otomatis bahasa Jerman, Inggris dan Perancis. Guru yang petjoek berangsur-angsur mulai mengajari anak-anak mereka khusus ditinggalkan oleh penuturnya. Rakyat didatangkan dari Eropa(De indische Indonesia secara langsung dapat dengan courant, 17 Juni 1930). Selain melalui jasa cepat mempelajari bahasa Jepang dengan guru les privat bahasa Eropa, kaum diterbikannya buku-buku belajar bahasa Belanda totok juga memberikan Jepang dan kamus bahasa Jepang yang pendidikan informal kepada anaknya di menunjang mereka. Jepang dengan tegas lembaga kursus bahasa Belanda untuk melarang digunakannya bahasa Belanda menulis maupun berbicara bahasa dengan dikeluarkannya maklumat pada Belanda(De indische courant, 02 Januari tanggal 26 Nopember 2602 No. 137-Kmk 1924).Kaum Belanda totok juga mulai yang berbunyi : . Bagi semua bangsa dan enggan menggunakan pengasuh- juga bangsa Belanda sendiri dilarang pengasuh Jawa untuk mengurus anaknya. keras berbicara atau menulis dalam Pengasuh-pengasuh anak tersebut bahasa Belanda. Perkataan-perkataan diberikan syarat harus mahir dalam dinas yang dipakai di kantor harus pula berbahasa Belanda dan telah mendapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau pendidikan Eropa. Bahkan terdapat bahasa Nippon. Merk toko-toko, nama- beberapa keluarga Eropa yang tidak hanya nama perkumpulan, perusahaan dan lain- puas dengan pengasuh yang sejak kecil lainnya yang masih tertulis dalam bahasa telah mendapatkan pendidikan Eropa, Belanda harus dihilangkan(Asia Raya namun juga lahir di Eropa. Dalam artian tahun, 1943: 195). Nasib bahasa petjoek pengasuh-pengasuh tersebut pada kalangan Indo di Surabaya pada berkebangsaan Eropa. Munculnya masa pendudukan Jepangdan pasca pencarian guru privat bahasa Eropa dalam kemerdekaan hanya sebatas kenangan. iklan surat kabar, serta adanya iklan kursus Begitu pula nasib bahasa petjoek pada bahasa Eropa semakin menjadi tanda keturunan Indo yang memutuskan tinggal pentingnya kemampuan berbahasa pada di Belanda, bahasa petjoek hanya sebagai masa itu. Sepanjang penjajahan Belanda sesuatu nostalgia untuk dikenang. di Indonesia memang terdapat tradisi untuk mempromosikan bahasa Belanda dan selalu menyalahkan cara pengasuhan Kesimpulan bangsa Asia apabila seorang anak tumbuh Bahasa petjoek di Surabaya dengan karakter tidak seperti yang muncul karena adanya akulturasi budaya diharapkan. Ketidaksetujuan penggunaan Jawa dan Eropa. Di dalam bahasa petjoek bahasa Melayu yang diperlihatkan oleh terdapat unsur bahasa Belanda dan bahasa

27 Jawa. Bahasa ini dipergunakan oleh kaum DAFTAR PUSTAKA Indo yang hidup dalam lingkungan keluarga Indis. Ada beberapa faktor yang Almanak Asia Raya 2603 tahoen ke-I, Th. menjadi penyebab digunakannya bahasa 1943 Petjoek. Faktor yang pertama ialah perkawinan campuran. Perkawinan Brugmans, I.J. 1938. geschiedenis van het campur yang terjadi antara orang Belanda onderwijs in Nederlandsch dan pribumi memicu terjadinya akulturasi Indie. Groningen: J.B. budaya. bahasa petjoek merupakan salah Wolters. satu akulturasi budaya. Faktor lain yang menyebabkan penggunaan bahasa petjoek Cote, Joost. 2004. Recalling The Indies. adalah pendidikan bahasa Belanda yang Yogyakarta: Syarikat didapatkan kaum indo. Kaum Indo kecil Indonesia. sering kali didiskriminasi oleh kaum Belanda totok mengenai warna kulitnya Cress, Richard. 1998. Petjoh woorden en dan penggunaan bahasa indisnya. etenswaardigheden uit het Kebanyakan kaum indo tidak indische v e r l e d e n . mendapatkan pendidikan Eropa, mereka : Prometheus bersekolah di sekolah pribumi. Amsterdam. Penggunaan bahasa petjoek oleh kaum Indo di Surabaya dapat ditemukan di De Indische Courant, 02 Januari, 1924. lingkungan rumah dan ranah publik. Selain itu penggunaan bahasa petjoek juga De Indische Courant, 17 Juni 1930. dapat ditemukan dalam karya sastra puisi dan pantun. Puisi tersebut diterbitkan Groenboer, Kees. 1993. Weg Tot Het dalam surat kabar. Penggunaan bahasa Westen.Het Nederland Voor Petjoek oleh kaum Indo dianggap sebagai Indie 1600-1950. Een bentuk pelecehan bahasa Belanda. Karena Taalpolitieke pada dasarnya unsur bahasa Belanda yang Geschiedenis. Leiden: terdapat dalam bahasa petjoek tidak sesuai KITLV. dengan kaidah tata bahasa Belanda yang benar. Berakhirnya kekuasaan Belanda di Handinoto. 1996. Perkembangan kota dan Indonesia yang kemudian digantikan oleh Arsitektur Kolonial Belanda Jepang, menjadi pertanda surutnya di Surabaya 1870-1940. penggunaan bahasa petjoek. Ketika Yogyakarta:ANDI. Jepang masuk ke wilayah Indonesia, Jepang menerapkan kebijakan-kebijakan Hutomo, Suripan Sadi. 1995. Wajah baru. Salah satunya adalah Sastra Indonesia di Surabaya menghilangkan bahasa Belanda dan tahun 1856-1994. menggantinya dengan bahasa Jepang. Surabaya: Pusat dokumentasi Dengan adanya larangan menggunakan Sastra Suripan Sadi Hutomo. bahasa Belanda akan memberikan pengaruh juga terhadap penggunaan Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi bahasa petjoek yang terdapat unsur bahasa Bahasa dan Sikap Bahasa, Belanda di dalamnya. Flores: Nusa Indah.

Purnama, Devi Wahyuni, Dari Simpangsche Societeit hingga Balai Pemuda: Potret Simbol Kekuasaan 1907-

28 VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 12, No.1 Juni 2018

1970. (skripsi mahasiswa departemen Ilmu Sejarah Wibisono, Joss. 2012. Saling Silang Universitas Airlangga tahun Indonesia-Eropa dari 2010) Diktator, Musik hingga Bahasa. Yogyakarta: Marjin Robinson, Tjalie, 1955. Piekerans van een Kiri. straatslijper II. Bandung: Masa Baru. Widodo, Dukut Imam. 2004. Soerabaia Tempo doeloe Buku I. Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Surabaya: Dukut Publisher. Indis dari zaman Kompeni sampai Revolusi. : Komunitas Bambu.

Taylor, Jean Gelman. 2009. Kehidupan Sosial di Batavia Orang Eropa dan Eurasia d i Hindia Timur. Depok: Masup Jakarta.

29