Intangible Cultural Heritage Candi Sumberawan Dalam Perspekstif Kosmologi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Intangible Cultural Heritage Candi Sumberawan Dalam Perspekstif Kosmologi Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1,C 017-22 https://doi.org/10.32315/sem.1.c017 Intangible Cultural Heritage Candi Sumberawan Dalam Perspekstif Kosmologi Ema Y. Titisari1, Antariksa2, Lisa Dwi W.3, Surjono4 1 S3 Program Doktor Teknik Sipil Keminatan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 S3 Lab Arsitektur Nusantara, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 3 S3 Lab Desain Permukiman dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 4 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Korespondensi: [email protected]; [email protected] Abstrak Eksistensi Candi Sumberawan dapat dilihat dari fungsinya sebagai tempat upacara Waisak, pusat upacara Bersih Desa dan Slametan Banyu masyarakat Desa Toyomerto, serta tempat ibadah orang- orang ‘Jawa’. Diperlukan pemahaman mengenai intangible cultural heritage-nya sebagai potensi bagi terbentuknya identitas dan modal bagi peningkatan kualitas kehidupan, terutama dalam menghadapi gempuran globalisasi dan materialisme-industri. Penelitian dengan metode kualitatif-deskriptif ini bertujuan mengangkat intangible cultural heritage Candi Sumberawan. Metode yang digunakan adalah metode naturalistik-fenomenologi dengan cara wawancara mendalam kepada narasumber kunci untuk mengetahui makna kultural yang intangible dari Candi Sumberawan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis historis dan analisis wacana dalam mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan nilai sejarah. Kosmologi menjadi sudut tinjau yang dipilih karena eksistensi Candi Sumberawan berhubungan erat dengan nilai-nilai kosmologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intangible cultural heritage Candi Sumberawan adalah upaya menjaga rajutan hubungan manusia, air dan alam secara keseluruhan dengan penghargaan terhadap leluhur, melalui terpeliharanya hubungan transendental manusia-Tuhan. Kata-kunci : cultural heritage, intangible, kosmologi Pendahuluan Intangible Cultural Heritage dalam Kegiatan Konservasi Arsitektur Permasalahan utama dalam pengelolaan kawasan cagar budaya adalah tidak tersambungkannya ruang-ruang dalam satu kawasan, baik secara geografis maupun periodik sehingga muncul enclave antara benda-benda cagar budaya pada situs kuno dengan lingkungan sekitarnya. Seiring dengan perubahan paradigma konservasi warisan budaya (heritage), maka unsur intangible menjadi bagian tak terpisahkan dari unsur yang tangible. Dengan pemahaman ini, suatu komunitas dapat mengenali nilai-nilai budayanya sehingga menjadi potensi bagi terbentuknya identitas (Krakow Charter 2000; ICOMOS 1982). Paradigma ini dapat mempersambungkan enclave-enclave ruang, komunitas, keilmuan, budaya, dan masa yang terputus-putus sesuai tujuan konservasi (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003). Heritage menjadi mata rantai yang mempersambungkan (kembali) keterputusan manusia dengan sejarahnya sehingga dapat melakukan seleksi secara arif-bijaksana terhadap perubahan-perubahan dan dinamika budaya yang dihadapinya untuk membangun masa depan yang lebih berkualitas (Adhisakti 2008, Asworth 1991, dan Mashuri 2011). Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 017 ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7 Intangible Cultural Heritage Candi Sumberawan Dalam Perspekstif Kosmologi Konsep kesinambungan ruang dan waktu didasarkan pada hakekat ruang sebagai suatu kontinuum (Pangarsa 2006) yang dinamikanya berkaitan dengan dinamika budaya: ideologi, nilai-nilai, dan ilmu pengetahuan (Santosa 2008). Budaya adalah pola fikir atau mentalitas didasari nilai-nilai luhur berketuhanan yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, tindakan, perilaku, aktivitas, tata cara hidup (termasuk ritual, teknologi, keterampilan, kesenian, dan lain sebagainya), serta artefak bendawi maupun takbenda, demi kehidupan yang adil, harmonis, dan selaras (Pangarsa 2006; Titisari et al 2016). Di dalam budaya terkandung inti yang bersifat universal, yakni nilai-nilai luhur berkeTuhanan (Pangarsa 2006). Inti itu bersifat tetap. Inilah sesungguhnya makna kultural yang intangible yang harus dikenali dalam setiap objek bersejarah (heritage). Monumen kuno berupa candi-candi, yang merupakan mata rantai yang memiliki potensi untuk mempertautkan masyarakat masa kini dengan sejarah dan nilai-nilai budayanya (Rachman 2012). Dalam konservasi Candi Sumberawan Malang terjadi keterputusan sejarah. Ketidakpahaman masyarakat modern terhadap nilai-nilai kultural yang terkandung di balik sosok Candi Sumberawan membuat sebagian orang mulai mengeksploitasi nilai komersial-wisatanya. Tradisi slametan banyu yang dilakukan setiap tahun pun mulai kehilangan makna, terutama bagi generasi muda yang lebih dapat merasakan suka cita perayaannya dengan musik dangdut dan hiburan lokal lainnya. Untuk itu, makna kultural yang intangible ini perlu digali, diangkat, dan disampaikan agar kehadiran Candi Sumberawan di tengah-tengah masyarakat yang semakin meng-urban dapat lebih dirasakan manfaatnya, terutama dalam menghadapi perubahan dan dinamika budaya. Candi Buddha Sumberawan dibangun di dekat (atau di atas?) rawa-rawa/telaga yang memiliki sumber air yang cukup besar di Singosari Malang. Candi ini direnovasi tahun 1925-1938 (Wurianto 2009). Menurut sejarahnya, candi dibangun di tanah Kasogatan pada era Majapahit sekitar abad ke- 14-15. Restorasi diakukan sekitar tahun 1904. Pada candi ini tidak ditemukan relik, abu jenazah, arca maupun benda lain di dalam kubah stupa maupun di sekitarnya. Ukuran bagian dasarnya 6,25m x 6,25m dan tinggi 5,23m. Letaknya di kaki gunung Arjuno, salah satu gunung yang sering dijadikan tempat meditasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengangkat nilai kultural yang intangible dari Candi Sumberawan. Perspektif kosmologi dipilih karena candi ini berkaitan erat dengan nilai-nilai kosmologis. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode naturalistik/kualitatif (Moleong 1999; Muhadjir 1992) dengan kategori sifat deskriptif (Groat & Wang 2002).Tujuannya adalah untuk mengetahui makna kultural takbenda (intangible) Candi Sumberawan. Dalam penelitian ini, kosmologi menjadi titik tinjaunya. Data-data dikumpulkan melalui wawancara tak terstruktur kepada narasumber kunci, antara lain: juru kunci candi, kamituwo Desa Toyomerto, arkeolog/ahli sejarah, pelaku kegiatan keagamaan, dan pemuka agama Budha. Dari hasil wawancara tersebut, data-data diolah dan dianalisis dengan cara mengelompokkan, mengorganisasikan dan mengkategorikannya sesuai dengan pola-pola yang muncul sehingga muncul sub-sub tema: air amerta, candi Budha, dan sumber air. Beberapa teknik tambahan digunakan untuk mempertajam hasil interpretasi, antara lain teknik analisis wacana dan analisis historis. Hasil Dan Pembahasan Tema 1: Air Amerta di Kasurangganan (Taman Bidadari) Keyakinan mengenai kesetaraan air Sumberawan dengan tirta amerta sudah tumbuh sejak sebelum dibangunnya candi. Kisah mengenai air amerta berasal dari mitologi Hindu yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Peminum air amerta dapat hidup abadi. Ia diperebutkan para dewa dan asura-raksasa. Dalam kitab Adiparwa, dikisahkan mengenai air amerta yang berada di dasar C 018 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Ema Y. Titisari Samudera Ksera atau Samudera Manthana (Widyatmanta 1968). Untuk mengambilnya, Samudera Ksera diaduk menggunakan Gunung Mandara (Mandaragiri). Dewa-dewa berhasil merebut dan meminum air amerta. Kisah lain mengenai tirta amerta adalah kisah patriotik Garuda (Garudeya) sebagaimana terpahat pada relief Candi Kidal (Dumarcay 1986). Kisah patriotik Garuda membebaskan ibunya dari perbudakan menggambarkan bakti-darma seorang anak kepada ibunya. Keyakinan bahwa air Sumberawan yang keluar dari gunung Arjuno adalah air amerta menjadi sebab penamaan Desa Toyomerto (toyo=air; merta/amerta=urip atau kehidupan). Gunung Arjuno banyak digunakan sebagai tempat untuk melakukan semedi dan pemujaan. Air yang keluar dari gunung yang suci, diyakini juga suci. Selain kisah mengenai tirta amerta, dalam masyarakat juga beredar berbagai kisah (mitos) mengenai khasiat air sumber. Kisah-kisah ini dikuatkan dengan bukti terkabulnya doa mengenai kesehatan, kekayaan, dan jabatan yang berhasil diraih sebagian orang yang telah datang, berdoa, dan melakukan ritual mandi dan minum air Sumberawan. Sebagai patirtan, air Sumberawan juga digunakan untuk upacara ritual keagamaan (bersih desa, pembaptisan, waisak, dan lain-lain). Konsep patirtan Sumberawan berkaitan juga dengan Kasurangganan, sebutan untuk Sumberawan dalam Negara Kertagama pupuh XXXV. Kasurangganan artinya taman bidadari atau taman surga nimfa (Soekmono 1995). Masyarakat meyakini banyak leluhur yang bertapa di tempat tersebut dan mengalami moksya, antara lain, Resi Patmoaji dan Dewi Singowati, saudari Ken Dedes. Merekalah yang kini menjaga sumber air (mbaurekso). Keyakinan tersebut ‘mengundang’ orang untuk beribadah dengan cara berdoa, membersihkan diri (lahir-batin), dan meminum air telaga. Di lokasi ini terdapat sebuah bangunan kayu kecil berkolong, untuk bersemedi. Selain sebagai patirtan (Wurianto 2009), mata air Sumberawan juga menjadi sumber penguripan. Mata air Sumberawan tak hanya digunakan untuk kepentingan keagamaan, tetapi juga menjadi sumber bagi kebutuhan air masyarakat. Kolam Penguripan (kolam sumber kehidupan) di Sumberawan bermakna menghidupi secara batiniah dan lahiriah. Gambar 1. Kolam sebelah utara Gambar 2. Kolam sebelah selatan Tema 2: Sumber Air Di sumber air biasanya terdapat punden atau kramat, pohon besar, cungkup
Recommended publications
  • Challenges in Conserving Bahal Temples of Sri-Wijaya Kingdom, In
    International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) ISSN: 2249 – 8958, Volume-9, Issue-1, October 2019 Challenges in Conserving Bahal Temples of Sriwijaya Kingdom, in North Sumatra Ari Siswanto, Farida, Ardiansyah, Kristantina Indriastuti Although it has been restored, not all of the temples re- Abstract: The archaeological sites of the Sriwijaya temple in turned to a complete building form because when temples Sumatra is an important part of a long histories of Indonesian were found many were in a state of severe damage. civilization.This article examines the conservation of the Bahal The three brick temple complexes have been enjoyed by temples as cultural heritage buildings that still maintains the authenticity of the form as a sacred building and can be used as a tourists who visit and even tourists can reach the room in the tourism object. The temples are made of bricks which are very body of the temple. The condition of brick temples that are vulnerable to the weather, open environment and visitors so that open in nature raises a number of problems including bricks they can be a threat to the architecture and structure of the tem- becoming worn out quickly, damaged and overgrown with ples. Intervention is still possible if it is related to the structure mold (A. Siswanto, Farida, Ardiansyah, 2017; Mulyati, and material conditions of the temples which have been alarming 2012). The construction of the temple's head or roof appears and predicted to cause damage and durability of the temple. This study used a case study method covering Bahal I, II and III tem- to have cracked the structure because the brick structure ples, all of which are located in North Padang Lawas Regency, does not function as a supporting structure as much as pos- North Sumatra Province through observation, measurement, sible.
    [Show full text]
  • Bab 3 Kepurbakalaan Padang Lawas: Tinjauan Gaya Seni Bangun, Seni Arca Dan Latar Keaagamaan
    BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan sudah dipugar, yaitu Biaro Si Pamutung, Biaro Bahal 1, Biaro Bahal 2, dan Biaro Bahal 3. Sedangkan rekonstruksi bentuk dilakukan terhadap unsur-unsur bangunan biaro-biaro di Padang Lawas yang sudah tidak berada dalam konteksnya lagi, atau masih insitu dan berada dengan konteksnya tetapi dalam keadaan fragmentaris. Rekonstruksi tersebut dilakukan berdasarkan tulisan dan foto (gambar) para peneliti yang sudah melakukan penelitian di situs tersebut pada masa lalu. Tinjauan terhadap gaya seni arca dilakukan terhadap arca-arca logam untuk mengetahui bagaimana gaya seni arca tinggalan di Padang Lawas, apakah mempunyai kesamaan dengan gaya seni arca dari tempat lain baik di Indonesia maupun luar Indonesia. Gaya seni arca juga dapat memberikan gambaran periodisasinya secara relatif. Adapun periodisasi situs secara mutlak didapatkan berdasarkan temuan prasasti-prasasti yang menuliskan pertanggalan. Prasasti- prasasti yang ditemukan di Padang Lawas sebagian besar berisi tentang mantra- mantra dalam melakukan suatu upacara keagamaan, oleh karena itu latar keagamaan situs dapat diketahui berdasarkan isi prasasti. Di samping itu latar keagamaan diketahui juga dengan melalui studi ikonografi terhadap arca dan relief. 3.1 Gaya Seni Bangun (Arsitektur) Menurut Walter Grophius arsitektur adalah suatu ilmu bangunan yang juga mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan biologi, sosial, teknik, dan artistik, oleh karena itu arsitektur dapat didefinisikan sebagai: (1) Seni ilmu bangunan, termasuk perencanaan, perancangan, konstruksi dan penyelesaian ornament; (2) Sifat, karakter atau gaya bangunan; (3) Kegiatan atau proses membangun bangunan; (4) Bangunan-bangunan; (5) Sekelompok bangunan Universitas Indonesia 114 Kepurbakalaan Padang..., Sukawati Susetyo, FIB UI, 2010.
    [Show full text]
  • Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 22%
    Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 22% Date: Rabu, Agustus 19, 2020 Statistics: 3522 words Plagiarized / 11332 Total words Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zaman sekarang globalisasi menimbulkan berbagai tantangan yang semakin berat. Cepatnya perubahan yang terjadi akibat globalisasi berdampak dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Arus globalisasi di satu sisi dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia. Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk besar sehingga terdapat banyak suku dan ras yang berbeda, banyaknya suku dan ras yang ada di Indonesia mempengaruhi keberagaman masyarakat yang ada. Keberagaman yang ada dapat menimbulkan terjadinya suatu konflik vertikal dan horizontal. Keberagaman yang ada di Indonesia kemudian disatukan dengan semangat kesatuan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Keberagaman masyarakat Indonesia disatukan oleh semangat Bhineka Tunggal Ika sebagai unsur keberadaban masyarakat Indonesia. Semangat tersebut mengikat masyarakat Indonesia kedalam kesatuan Negara Republik Indonesia dalam menjalani kehidupan bermasyarakatnya. Masyarakat di era globalisasi menghadapi berbagai tantangan yang semakin beragam. Cepatnya perubahan yang terjadi dalam era globalisasi di satu sisi dapat membawa kemajuan bagi kehidupan masyarakat, namun
    [Show full text]
  • Laporan Hasil Penelitian
    Laporan Hasil Penelitian “Ngapain ke Candi?” Penggunaan Peninggalan-peninggalan Purbakala di Jawa Timur Oleh Christopher Mark Campbell Universitas Muhammadiyah Malang kerjasama dengan Australian Consortium for In-country Indonesian Studies 2002 “Apakah di desa atau di dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, di mana pun Para Suci berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.” - Dharmapada Arahanta Vagga (Arahat) 9 “Selain Allah tidak ada Tuhan, selain aku tidak ada Kamu.” – Pak Makutarama Abstraksi “Apakah di desa atau di dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, dimana pun Para Suci berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.” – Dharmapada Arahanta Vagga 9 “Selain Allah tidak ada Tuhan, selain aku tidak ada Kamu.” – Pak Makutarama “Trowulan…adalah tempat terjadinya kerajaan Jawa yang paling kuat, Majapahit. Didirikan pada akhir abad ke-13, patihnya tang terkenal, Gajah Mada, menuntut kekuasan raja atas daerah yang lebih besar daripada Indonesia modern. Demikian dia sebetulnya ialah pemimpin pertama yang menentukan konsep Indonesia yang bersatu dengan identitas Indonesia.” – John Miksic Pendahuluan Latar Belakang Dari bangunan-bangunan zaman purba di Jatim, yang kini masih tertinggal, hanya yang terbuat dari batu dan bata. Bangunan ini semua memiliki hubungan erat dengan keagamaan. Sebagai pusat bagi tiga kerajaan agung pada masa dahulu (Kediri, Singosari dan Majapahit) Jawa Timur sangat kaya dengan peninggalan purbakala. Walaupun dalam mulut rakyat bangunan-bangunan tersebut biasanya disebut candi, ada berbagai macam candi yang memiliki wujud dan fungsi tersendiri: • Candi adalah bangunan tempat menyimpan abu jenazah seorang raja dan orang- orang terkemuka dan memuliakan rohnya yang telah bersatu dengan Dewata penitisnya. Selain itu candi juga merupakan tempat penghormatan dan pemujaan Dewata atau para arwah nenek moyang.
    [Show full text]
  • Indonesia 12
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Indonesia Sumatra Kalimantan p509 p606 Sulawesi Maluku p659 p420 Papua p464 Java p58 Nusa Tenggara p320 Bali p212 David Eimer, Paul Harding, Ashley Harrell, Trent Holden, Mark Johanson, MaSovaida Morgan, Jenny Walker, Ray Bartlett, Loren Bell, Jade Bremner, Stuart Butler, Sofia Levin, Virginia Maxwell PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Indonesia . 6 JAVA . 58 Malang . 184 Indonesia Map . 8 Jakarta . 62 Around Malang . 189 Purwodadi . 190 Indonesia’s Top 20 . 10 Thousand Islands . 85 West Java . 86 Gunung Arjuna-Lalijiwo Need to Know . 20 Reserve . 190 Banten . 86 Gunung Penanggungan . 191 First Time Indonesia . 22 Merak . 88 Batu . 191 What’s New . 24 Carita . 88 South-Coast Beaches . 192 Labuan . 89 If You Like . 25 Blitar . 193 Ujung Kulon Month by Month . 27 National Park . 89 Panataran . 193 Pacitan . 194 Itineraries . 30 Bogor . 91 Around Bogor . 95 Watu Karang . 195 Outdoor Adventures . 36 Cimaja . 96 Probolinggo . 195 Travel with Children . 52 Cibodas . 97 Gunung Bromo & Bromo-Tengger-Semeru Regions at a Glance . 55 Gede Pangrango National Park . 197 National Park . 97 Bondowoso . 201 Cianjur . 98 Ijen Plateau . 201 Bandung . 99 VANY BRANDS/SHUTTERSTOCK © BRANDS/SHUTTERSTOCK VANY Kalibaru . 204 North of Bandung . 105 Jember . 205 Ciwidey & Around . 105 Meru Betiri Bandung to National Park . 205 Pangandaran . 107 Alas Purwo Pangandaran . 108 National Park . 206 Around Pangandaran . 113 Banyuwangi . 209 Central Java . 115 Baluran National Park . 210 Wonosobo . 117 Dieng Plateau . 118 BALI . 212 Borobudur . 120 BARONG DANCE (P275), Kuta & Southwest BALI Yogyakarta . 124 Beaches . 222 South Coast . 142 Kuta & Legian . 222 Kaliurang & Kaliadem . 144 Seminyak .
    [Show full text]
  • 29 Journal of Comparative Cultural Studies in Architecture JCCS-A
    Journal of Comparative Cultural Studies in Architecture 12/2019 – pp. 29–34 JCCS-a Ema Y. TITISARI, ANTARIKSA, Lisa D. WULANDARI & SURJONO Understanding the Significance of Heritage Building: Candi Sumberawan in the Context of Urban Culture Die Bedeutung des Kulturerbes verstehen: Candi Sumberawan im Kontext der urbanen Kultur ABSTRACT ZUSAMMENFASSUNG Candi Sumberawan in Singosari, Malang is still used Candi Sumberawan in Singosari, Malang, wird bis as a place of worship until now. Historically, its heute als Kultstätte genutzt. Historisch ist seine existence is related to Sumberawan water sources. Existenz mit den Sumberawan-Wasserquellen In the context of society, it is very important to verbunden. Im gesellschaftlichen Kontext ist es understand the significance of this building es- sehr wichtig, die Bedeutung dieses Gebäudes pecially for today’s society (including those with insbesondere für die heutige Gesellschaft (ein- different religious and cultural backgrounds) due schließlich derjenigen mit unterschiedlichem to the increasingly urbanized cultural dynamics. religiösen und kulturellen Hintergrund) aufgrund This is intended to make the preservation of his- der zunehmend urbanisierten kulturellen Dynamik toric buildings has more benefits and significances zu verstehen. Dadurch soll die Erhaltung histori- for the community. By using descriptive-qualita- scher Gebäude mehr Nutzen und Bedeutung für die tive methods, in-depth interviews, observation Gemeinschaft bekommen. Durch die Verwendung on people, activities, and space, as well as inter- deskriptiver-qualitativer Methoden, eingehender preting the meanings, the researchers found that Interviews, Beobachtung von Personen, Aktivitäten Candi Sumberawan has an important significance und des Raumes, sowie durch Interpretation der in preserving water resources and environmental Bedeutungen fanden die Forscher heraus, dass sustainability from the cosmological aspect.
    [Show full text]
  • Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Situsarkeologi Candi Sumberawan Di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas
    PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUSARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Oleh: AHMAD FIESTALOUZI MUSTAFID H. NIM. 12640031 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM 1 2 MALANG 2019 PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Diajukan kepada: Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Oleh: AHMAD FIESTALOUZI MUSTAFID H. NIM.12640031 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019 3 HALAMAN PERSETUJUAN PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Oleh: Ahmad Fiestalouzi Mustafid H. NIM.12640031 Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji: Tanggal :18 Juni 2019 Pembimbing I, Pembimbing II, Drs.Abdul Basid, M.Si Ahmad Abtokhi, M.Pd NIP. 19650504 199003 1 003 NIP. 197610032003121004 Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika Drs.Abdul Basid, M.Si NIP. 19650504 199003 1 003 4 HALAMAN PENGESAHAN PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Oleh: Ahmad Fiestalouzi Mustafid H NIM.12640031 Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Tanggal:18 Juni 2019 Rusli, M.Si Penguji Utama : NIP. 19880715 201802 0 1145 Farid Samsu Hananto, M.T Ketua Penguji : NIP. 19740513 200312 1 001 Drs, Abdul Basid, M.Si Sekretaris Penguji : NIP. 19811119 200801 2 009 Ahmad Abtokhi, M.Pd Anggota Penguji : NIP.
    [Show full text]
  • Morphological Typology and Origins of the Hindu-Buddhist Candis Which Were Built from 8Th to 17Th Centuries in the Island of Bali
    計画系 642 号 【カテゴリーⅠ】 日本建築学会計画系論文集 第74巻 第642号,1857-1866,2009年 8 月 J. Archit. Plann., AIJ, Vol. 74 No. 642, 1857-1866, Aug., 2009 MORPHOLOGICAL TYPOLOGY AND ORIGINS OF THE MORPHOLOGICALHINDU-BUDDHIST TYPOLOGY CANDI ANDARCHITECTURE ORIGINS OF THE HINDU-BUDDHIST CANDI ARCHITECTURE IN BALI ISLAND IN BALI ISLAND バリ島におけるヒンドゥー・仏教チャンディ建築の起源と類型に関する形態学的研究 �������������������������������������� *1 *2 *3 I WayanI Wayan KASTAWAN KASTAWAN * ,¹, Yasuyuki Yasuyuki NAGAFUCHINAGAFUCHI * ² and and Kazuyoshi Kazuyoshi FUMOTO FUMOTO * ³ イ �ワヤン ��� カスタワン ��������,永 渕 康���� 之,麓 �� 和 善 This paper attempts to investigate and analyze the morphological typology and origins of the Hindu-Buddhist candis which were built from 8th to 17th centuries in the island of Bali. Mainly, the discussion will be focused on its characteristics analysis and morphology in order to determine the candi typology in its successive historical period, and the origin will be decided by tracing and comparative study to the other candis that are located across over the island and country as well. As a result, 2 groups which consist of 6 types of `Classical Period` and 1 type as a transition type to `Later Balinese Period`. Then, the Balinese candis can also be categorized into the `Main Type Group` which consists of 3 types, such as Stupa, Prasada, Meru and the `Complementary Type Group` can be divided into 4 types, like Petirthan, Gua, ������ and Gapura. Each type might be divided into 1, 2 or 3 sub-types within its architectural variations. Finally, it is not only the similarities of their candi characteristics and typology can be found but also there were some influences on the development of candis in the Bali Island that originally came from Central and East Java.
    [Show full text]
  • Relief Dan Arca Candi Singosari - Jawi
    Relief dan Arca Candi Singosari - Jawi Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MTA Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE Drs. Andi Harisman Malang 2015 © Dream Litera Buana i RELIEF DAN ARCA CANDI SINGOSARI - JAWI ©Dream Litera Buana Malang 2015 vi + 80 halaman, 15,5 x 23 cm ISBN: 978-602-1060-22-3 Penulis: Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MTA. Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Drs. Andi Harisman. Cover dan lay out oleh tim desain penerbit Dream Litera Buana Naskah ini diselaraskan oleh tim editor penerbit Dream Litera Buana Diterbitkan oleh: CV. Dream Litera Buana Graha Al-Farabi Lt. III Jl. Panglima Sudirman 10 C Kepanjen Malang Telp. 0341-7580789 Email: [email protected] Website: www.dreamlitera.com Anggota IKAPI No.158/JTI/2015 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Cetakan pertama, April 2015 Distributor: Dream Litera Buana ii Pengantar Penulis Daerah-daerah di Jawa Timur seperti Malang, Kediri, Trowu- lan, Pasuruan, dan Blitar merupakan daerah yang kaya dengan seni, budaya, dan sejarah. Di bidang seni dan sejarah misalnya kita belum banyak menggali potensinya secara maksimal, dikarenakan kurang- nya buku atau referensi yang membahas secara detail mengenai seni dan sejarah khususnya candi secara menyeluruh. Mengingat pen- tingnya nilai seni dan makna sejarah yang terkandung di dalam candi, maka perlu dilakukan studi secara mendalam yang bertujuan untukmelestarikan,mempertahankan,dan merawatsitus-situstersebut. Di daerah Malang terdapat beberapa candi. Jika kita amati secara mendetail candi-candi ini memiliki keunikan tersendiri serta sangat berbeda dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah.
    [Show full text]
  • Supporting Report C HYDROGEOLOGY AND
    Supporting Report C HYDROGEOLOGY AND GROUNDWATER MANAGEMENT Abbreviations Indonesia English BBWS Balai Besar Wilayah Sengai Large River Basin Organization DEM - Digital Elevation Model Kementerian Energi dan Sumber Daya ESDM Mineral Ministry of Energy and Mineral Resources GCM - Global Climate Model GCMs - General Circulation Models Indonesian Regional Water Utility PDAM Perusahaan Daerah Air Minum Company PP Peraturan Pemerintah Government regulation The Republic of Indonesia THE PROJECT FOR ASSESSING AND INTEGRATING CLIMATE CHANGE IMPACTS INTO THE WATER RESOURCES MANAGEMENT PLANS FOR BRANTAS AND MUSI RIVER BASINS (WATER RESOURCES MANAGEMENT PLAN) FINAL REPORT Supporting Report C : HYDROGEOLOGY AND GROUNDWATER MANAGEMENT Table of Contents Abbreviations Page PART 1 GENERAL CHAPTER C1 PROJECT OBJECTIVE, ANALYSIS METHOD AND CONCEPT OF GROUNDWATER POTENTIAL ........................................................ C1-1 C1.1 Objective and Analysis Method .................................................................................. C1-1 C1.1.1 Objective ....................................................................................................... C1-1 C1.1.2 Analysis Method............................................................................................ C1-1 C1.2 Concept of Groundwater Potential .............................................................................. C1-1 C1.2.1 Basic Concept ................................................................................................ C1-1 C1.2.2 Definition
    [Show full text]
  • Plataran Bromo Encounter
    PLATARAN BROMO ENCOUNTER OVERVIEW Tucked away in the highlands of East Java, Plataran Bromo offers sublime views overlooking a patchwork of agricultural plantations woven into the surrounding hillsides. The hotel is conveniently located at the gateway of Bromo Tengger Semeru National Park – a UNESCO World Heritage Site. Plataran Bromo is a destination where guests can immerse themselves in the natural beauty of their environment and discover uniquely rich cultural attractions at their doorstep. Throughout the hotel and beyond its borders, adventure and entertainment await, comprising authentic culinary experiences, rich cultural discovery tours, nature-inspired activities, and thrilling sport events. TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU Plataran Bromo is located just 16km from Mt. Bromo in Bromo Tengger Semeru National Park, which can be reached via a 30-minute drive up the mountain in a 4WD Jeep. The national park is named after its two mountains - Mount Semeru and Mount Bromo - and covers a massive area of 800 square km in the center of East Java. The region is home to the Tengger people; descendants of Indonesia’s storied Majapahit Empire who continue to preserve its unique mystic heritage and traditions to this day. Mount Bromo (2,329m) is one of the most iconic sights in Java, standing as the centrepiece of Bromo Tengger Semeru National Park. Mt Bromo and the neighbouring cone of Mt Semeru bulge out of an even larger, more ancient crater; a wide open plain known by the Javanese as Segara Wedi (sea of sand). This desert savannah is crisscrossed by men on horseback wrapped in blankets of batik and ikat fabric; these cowboys of the caldera are members of the local Tengger tribes.
    [Show full text]
  • Perancangan Majalah Digital Candi-Candi Di Malang Raya Berbasis Infografis
    Vol.7, No.2, Januari-April 2020, pp. 158-167 p-ISSN: 2339-0107, e-ISSN: 2339-0115 http://dx.doi.org/10.30998/jd.v7i2.5502 PERANCANGAN MAJALAH DIGITAL CANDI-CANDI DI MALANG RAYA BERBASIS INFOGRAFIS Rahmat Kurniawan, Saiful Yahya Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia Malang Abstract. Penelitian ini bertujuan untuk merancang infografis tentang beberapa candi di wilayah Malang berbasis digital berupa majalah infografis. Terdapat lima candi yang menjadi objek perancangan infografis meliputi; candi Singasari, candi Jago, candi Kidal, candi Badut dan candi Sumberawan. Variabel penelitian yang akan disajikan dalam infografis meliputi aspek Sejarah, Bentuk atau struktur, makna, dan fungsi pada candi. Metode perancangan majalah infografis meliputi 1) identifikasi permasalahan; 2) Pengumpulan data; 3) Analisa data; 4) Perancangan infografis; 7) Desain final. Pengumpulan data meliputi data pustaka dan data lapangan. Dalam proses perancangan meliputi dua aspek meliputi konsep perancangan dan desain visual. Sumber data yang akan digunakan dalam perancangan ini meliputi 1) data primer yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan pakar sejarah atau informan yang memahami sejarah candi yang diteliti, dan 2) data sekunder yang diperoleh melalui literasi yang menunjang terkait candi yang diteliti. Hasil perancangan berupa informasi tentang intrepretasi berdasarkan sejarah, bentuk atau struktur, makna dan fungsi pada lima bangunan candi. dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa bangunan candi yang dianalisis merupakan peninggalan kerajaan Singasari. Selain itu candi dibangun pada masa dimana agama hindu menjadi agama yang dianut pada masa itu hal ini bisa dilihat dari bentuk candi dan cerita relief yang terdapat pada candi. Keywords: Infografis, Majalah, Candi, Malang Abstract. This research aims to design infographics about several temples in Malang based on digital based in the form of infographic magazines.
    [Show full text]