ASPEK BUDAYA PADA UPAYA KONSERVASI AIR DALAM SITUS bernilai religi dan pesan-pesan moral untuk makaperlu daiadakan upaya pendokumentasian pengolahan maupun pengadaannya. melalui penelitian dan pengkajian.Oleh sebab itulah KEPURBAKALAAN DAN MITOLOGI MASYARAKAT MALANG Demikian pula pada kebudayaan Jawa yang penelitian tentang Aspek Budaya pada Upaya memandang suatu konservasi perlindungan Konservasi Air dalam Situs Kepurbaalaan dan 1 Arif Budi Wurianto kelestarian alam dari kearifan lokal yang berbasis Mitologi Masyarakat di Malang ini diadakan. pada sistem kepercayaan seperti pada masa lalu 1 FKIP, Bahasa , Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi : Terusan Titan V E-9 Rt.4 Rw.22 Purwantoro Blimbing Malang masih adanya keyakinan pada keberkahan pada Permasalahan Telpon: 0341-495054, HP: 08179624858 suatu benda tempat sebagaimana kebiasaan masa E-mail : [email protected] animisme dan dinamisme. Penelitian ini merupakan lingkup folklore Meskipun Jawa mengalamami perubahan khususnya folklore setengah lisan tentang cerita ABSTRACT sosial yang sangat luar biasa, tradisi pelestarian rakyat dan miologi yang dikaitkan dengan tinggalan alam yang berpangkal pada kearfian alam sampai budaya masa lalu. Oleh sebab itu penelitian ini akan The wellspring that sill exist in have potency as provider of amount of clean sekarang masih melekat pada masyarakat. Pada makan difokusan pada permasalahan (a) water required of society and as the medium of cultural recreation and natural tourism. Three location kehidupan masayrakat modern, hal-hal yang tradisi Inventarisasi situs dan mitos yang berkaitan dengan becoming study in this research there is at Polaman – District of Lawang, Sumberawan - District of belum tentu usang atau kuno. Bahkan hal yang pelestarian sumber daya alam, khususnya air dalam Singosari and Sumberingin - District of Pakis. This Research aim to conduct the inventarisation , Classification, Analysis the Cultural Meaning and Finding the Concept of the local wisdom in its tradisi mengalami perubahan makna menjadi makna perspektif budaya di wilayah Kabupaten Malang. bearing with the site and myth that related to continuation of natural resources, specially irrigate in eksotis, yaitu ciri khas yang bernilai ekonomi, sosial (b) Klasifikasi situs dan mitos yang berkaitan cultural in perspective in Malang Regency. The Method that used to answer the problem of research dan budaya. Banyak kalangan merindukan masa dengan pelestarian sumber daya alam, khususnya are documentation, observation, and interview with the respondent which have significance with lalu untuk hadir kembali ke masa kini dalam balutan air dalam perspektif budaya di wilayah Kabupaten the research information. The result of research showed that the legend background, myth and the modern. Malang, (c) Analisis Makna Budaya dalam belief about source of water known by society, source of existing water classified by verbal folklore Hal ini disebut transformasi budaya secara kaitannya dengan situs dan mitos yang berkaitan and non verbal folklore in social and culture domain. The Cultural meaning that able to be explained invensi tradisi. Secara global pun terdapat dengan pelestarian sumber daya alam, khususnya are sacred meaning, potential meaning, and social meaning. The local wisdom concept that was founded is there are still relevant concept of “ patirtan” and “ panguripan” in exploiting irrigate and pergeseran nilai untuk kembali kepada alam (back air dalam perspektif budaya di wilayah Kabupaten its conservation. to nature), seperti pada mempopulerkan kembali Malang. dan (d) Menemukan Konsep Kearifan kearifan lokal dalam mengatasi persoalan modern. Lokal dalam kaitannya dengan situs dan mitos yang Key Words : Verbal and Non Verbal Folklore Source of Water, Sacred, Potential, and Social Meaning, Hal ini sangat relevan karena dalam perpektif berkaitan dengan pelestarian sumber daya alam, Partirtan and Panguripan Concept. posmodern konsep-konsep the past in the present khususnya air dalam perspektif budaya di wilayah PENDAHULUAN musim dengan tradisi pertanian yang meliputi masa merupakan fenomena budaya yang berimplikasi Kabupaten Malang. tanam sampai masa panen. pada peningkatan kehidupan sosial, ekonomi, dan METODELOGI PENELITIAN Nilai-nilai kehidupan yang diyakini suatu Keterkaitan antara fenomena alam dengan budaya. masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan yang konsep-konsep keselamatan, menjadikan Hal ini pada akhirnya bermuara pada konsep Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Malang dianut dan dikembangkan dari kehidupan sehai- diberlakukannya perhitungan hari baik dan hari penguatan identitas budaya sebagai bagian dari dengan sasaran yang ditentukan secara purposif. hari. Demikian pula yang terjadi dalam pranata buruk, bahkan makna waktu kelahiran ang berkaitan sistem ketahanan sosial budaya masyarakat yang Sesuai dengan permasalahan yang telah kebudayaan Jawa. Dalam pandangan budaya Jawa, dengan rejeki, perjodohan dan nasib. dalam aplikasinya memberi signifikansi positif dirumuskan, maka penelitian ini dilasanakan hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan magis Dalam tradisi tulis, budaya Jawa melahirkan terhadap ekonomi, seperti tumbuhnya arsitektur, dengan penentuan langsung loasi sumber air dan dan mistis suatu budaya material dan saujana social buku Pranata Mangsa (perhitungan waktu), desain tata ruang kota, dan penataan lahan yang khususnya di wilayah Kecamatan Lawang, budaya tidak dapat dipisahkan dari sistem Primbon (ramalan nasib dan waktu baik-buruk) dan mampu memperkuat identitas budaya yang dapat Singosari dan Pakis. Responden utama adalah kepercayaan dan sistem sosial budaya. buku pemikiran ontologis ( misalnya filsafat dijadikan kekuatan ekonomi dan ketahanan penjaga sumber air dan masyarakat sekitar yang Dalam pranata kebudayaan Jawa, bahwa alam kehidupan, filsafat kesufian, pantheisme dan nasional. memanfaatkan sumber air tersebut. semesta merupakan sebuah pranata besar monisme) serta tradisi sejarah dan pewayangan. Malang sebagai wilayah kebudayaan Jawa, Sumber air yang dijadikan objek penelitian (makrokosmos) yang bersinergi dengan pranata Sebagaimana pada masyarakat di Bali, sampai memiliki keragaman sejarah budaya yang cukup diasumsikan merupakan daerah cagar budaya dan kecil tatakehidupan masyarakat (mikrokosmos). sekarang melalui konsep budaya Tri Hita Karana panjang, berada di wilayah pengunungan yang memiliki keterkaitan dengan sejarah di Kabupaten Hal ini yang menyebabkan masyarakat Jawa memandang semua tempat, tumbuhan dan benda subur dan memungkinkan terdapatnya banyak Malang, khususnya di seputar Kerajaan Singosari. memberikan symbol-simbol budaya dengan material maupun upakara merupakan sesuatu yang peninggalan sejarah kebudayaan dan kesenian yang Adapun sumber air yang dijadikan lokasi dan objek sejumlah pemaknaan terhadap berbagai hal dalam bermakna religius dan gambaran kearifan lokal adat berkaitan dengan kelestarian alam .Mengingat hal- penelitian adalah sumber air Polaman di Kecamatan kehidupan sehari-hari. Seperti pranata pertanian, masyarakat. Banyak lontar di Bali menuliskan hal yang bersifat tradisional sekarang sedang marak Lawang, sumber air Sumberawan di Singosari, dan ,mulai dari iklim, dikembangkan perhitungan berbagai tempat dan benda material yang bertaksu di masyarakat serta adanya upaya untuk melindunginya sebagai bagian dari paten kultural, Sumber Ringin di Kecamatan Pakis. Kondisi

80 HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, Maret 2009: 80 - 88 Arif Budi Wurianto, Aspek budaya pada upaya konservasi air dalam situs Kepurbakalaan dan 81 mitologi masyarakat malang sumber air saat diadakan penelitian, selain di kaki gunung Arjuno dan berada di tepi jalan desa. menggorengnya. Kalau hal tersebut dilakukan , sarana politik dengan cara diperkenalkan dengan difungsikan sebagai tempat rekreasi masyarakat Secara fisik, sumber air ini sudah bukan lagi sumber orang yang bersangkutan akan mendapatkan petaka anak penguasa Purwdadi yang bernama Raden setempat, juga sebagai sumber irigasi dan sumber air alami, melainkan sudah dibangun tandon-tandon seperti sakit berkepanjangan atau mendapatkan Panji. Akhirnya melalui hubungan percintaan air bersih. sumber air dan pipa-pipa penyalur air ke daerah kesialan. Oleh sebab itu ia harus mengembalikan tersebut, Purwadadi dapat dikalahkan. Data dalam penelitian ini berupa informasi yang lebih rendah. Sumber air (tuk) berada di bawah ke tempat semula atau meminta maaf kepada Beberapa penjelasan warga sekitar sumber air atau penjelasan mengenai (a) sumber air atau mata perbukitan dan seja tahun 1900 telah didirikan penunggu gaib mata air. Padahal ikan wader adalah dan cerita-cerita mitos yang berkembang, air dalam suatu situs dan mitos yang berkaitan tandon oleh pemerintah kolonial Belanda. Di kanan- sejenis ikan air tawar yang memiliki bentuk tubuh menjadikan setiap orang untuk melestarikan sumber dengan pelestarian sumber daya alam, khususnya kiri sumber air berupa kolam-kolam untuk sangat kecil dan hidup berkelompok pada arus air air ini sebagai sumber penghidupan masyarakat air dalam perspektif budaya di wilayah Kabupaten pemandian anak-anak, kolam masjid, tempat yang mengalir. Adapun asal muasal ikan tersebut yang vital, seperti kebutuhan hidup sehari-hari, Malang. (b) hasil klasifikasi mata air dalam pemeliharaan ikan dan teratai. Penjaga air atau juru adalah peliharaan mBah Jayadursa. Jayadursa irigasi pertanian, dan kesuburan desa. Beberapa perspektif budaya di wilayah Kabupaten Malang kunci menempati sebuah gubug di bawah pohon adalah tokoh cikal bakal desa Polaman. Makam sistem nilai yang masuk adalah pemahaman tentang berkaitan dengan situs dan mitos yang berkaitan beringin yang sejuk. Di atas sumber air, terdapat Jayadursa berada di makam desa dan setiap bulan syirik dan musyrik sebagaimana keyakinan dalam dengan pelestarian sumber daya alam, (c) hasil berbukitan yang berfungsi sebagai hutan lindung September diadakan tradisi bersih desa, suatu ritual Islam.. Oleh sebab itu, di tepi mata air, khususnya analisis makna budaya dalam kaitannya dengan alami seluas 5 hektar dengan beberapa batu besar desa untuk mengenang dan menghormati arwah di bagian pemandian didirikan Masjid desa. Hal ini situs dan mitos yang berkaitan dengan pelestarian di dalamnya. Ada mitos yang menyatakan bahwa leluhur desa sebagai pendiri desa. Upacara adat merupakan simbol pengingat untuk tidak sumber daya alam, khususnya air dalam perspektif apabila ada sepasang kekasih berpacaran di tempat yang mengiringi acara bersih desa ini disebut melakukan hal-hal yang syirik. Meskipun demikian, budaya di wilayah Kabupaten Malang. dan (d) ini, maka keinginannya untuk menikah akan dengan ”Barikan” atau gotong royong membangun keyakinan terhadap gaib, mistis, dan mitos tetap konsep kearifan lokal dalam kaitannya dengan situs tercapai. dan membersihkan desa. Menurut kisah penunggu diyakini oleh masyarakat yang meyakininya. dan mitos yang berkaitan dengan pelestarian Menurut juru kunci, kondisi hutan lindung mata air, pada malammalam tertentu, di tempat Kisah tentang mata air di Polaman ini, sumber daya alam, khususnya air dalam perspektif masih alami sejak masa lalu. Kolam-kolam sumber air banyak digunakan orang untuk termasuk dalam klasifikasi Folklor Lisan dan budaya di wilayah Kabupaten Malang. pembagian air berikut pipa-pipa besi saluran air di bersemedi atau melakukan ritual tertentu dengan Folklor Sebagian Lisan. Folklor lisan yang ada Untuk mendapatkan data tersebut digunakan bangun di sebelah timur sumber air dan dibatasi maksud tertentu (lelaku) sambil memberi makan adalah cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan observasi sebagai langkah awal, selanjutnya oleh jalan desa. Beberapa bangunan tandon, pipa ikan yang hidup di mata air dan menyediakan sarana dongeng. Sementara itu Folklor sebagian lisan berdasarkan informasi awal ini dilaukan secara besi dan tandon air tercatat dibangun pada 1925 sesaji yang berisi daun sirih dan biji pinang (bumbu adalah follor yang bentuknya merupakan campuran mendalam wawancara dengan informan yang oleh pemerintah kolonial Belanda, dan beberapa kinang). Apabila keinginannya terkabulkan, ia akan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Apa yang ada di meliputi ”juru kunci” atau penjaga situs mata air tambahan bangunan baru dibangun pada masa Orde kembali dan menggelar kenduri untuk makan Polaman merupakan kepercayaan rakyat yang bagi dan masyarakat yang berada di dekatnya. Selain Baru melalui ABRI masuk Desa dan Perudahaan bersama warga sekitar. Selain keyakinan terhadap sebagian orang dianggap sebagai tahyul dan cerita itu digunakan pula dokumenter yang ditemukan Air Minum Daerah Kabupaten Malang. Di kanan ikan dan sumber air, di lokasi sekitarnya juga yang berupa mite, sehingga hal yang berkembang sehubungan dengan informasi kesejarahan mata air kiri lokasi terhampar lembah dan persawahan yang berkembang cerita mistis, seperti beberapa buah dapat dianggap sebagai mitos. yang ada di Kabupaten Malang. sangat subur dengan tanaman tegal serta selada air. batu yang memiliki bentuk tertentu seperti bulat Beberapa lokasi sumber air digunakan untuk mandi atau persegi panjang serta pipih, sebagai tempat Sumber Air Sumberawan , Singosari HASIL DAN PEMBAHASAN penduduk setempat, namun sekarang sudah melalui mahluk halus yang harus dihormati keberadaannya.. pengorganisasian penyaluran air. Berkaitan dengan cerita turun temurun Sumber air ini berada di desa Sumberawan Inventarisasi dan Klasifikasi Situs dan Mitos Menurut cerita yang berkembang di sebagaimana dikisahkan oleh Pak Azis sebagai juru kecamatan Singosari. Pengucapan lokal masyarakat Pelestarian Sumber Air dalam Perspektif masyarakat, kata Polaman sebagai nama desa kunci, para penjaga mata air ini adalah para dayang setempat adalah ”mberawan”. Kata ’sumber’ sudah Budaya di Wilayah Kabupaten Malang. sekaligus nama desa setempat, berasal dari kata ”pa cantik yang setiap malam selepas pukul 12 malam menunjuk pada makna air. Mata air ini berada di + ulaman” yang berarti ’tempat memelihara ikan” turun. Beberapa orang yang melakukan semedi kaki gunung Arjuno. Di tengah mata air ini didirikan Dalam penelitian ini, situs sumber air yang . Tempat ini sudah ada sejak zaman Singasari berkesempatan untuk melihatnya. Tiga orang candi Budha yang berbentuk , dan sejak zaman dijadikan subjek penelitian adalah sumber air dikuasai oleh Kediri. Setiap raja Kediri pergi ke dayang cantik yang menguasai mata air ini bernama dahulu disebut Candi Sumberawan. Berada di Desa Polaman di Kecamatan Lawang, sumber air wilayah di sebelah timur gunung Kawi dan Arjuno, Sekartaji, Hendrosari, dan Siti Muninggar. Mata air Sumberawan kecamatan Singosari Kabupaten Sumberawan di Kecamatan Singosari dan sumber Malang. Lokasi berada kurang lebih 6 kilometer di air Sumberwringin di Kecamatan Pakis. selalu menyempatkan mengunjungi mata air ini ini memiliki hubungan dengan sumber-sumber air sambil beristirahat di pasanggrahan. Pada masa di kecamatan Lawang, seperti mata air sebelah barat laut kota kecamatan Singosari. Untuk masuk ke wilayah mata air dan candi, harus masuk Sumber Air Polaman, Lawang sekarang sumber air ini dijadikan tempa memelihara Sumberporong dan Sumberdadi. Pada masa lalu ikan, baik yang ikan yang disaralkan secara turun terjadi peperangan antara warga desa Polaman di berjalan kaki menyusuri sungai kecil berair jernih temurun yaitu ikan ’wader’ ( sejenis hemipiraclodus bawah Jayadursa melawan pasukan dari Purwadadi. sepanjang 300 meter. Area di sekitar candi Sumber air ini terletak di desa Polaman, borneensia) dan beberapa jenis ikan yang lain. Dalam peperangan itu, pasukan Jayadursa Sumberawan adalah hutan pinus di bawah kurang lebih 5 km ke arah barat pasar Lawang atau Menurut kepercayaan masyarakat, setiap orang mengalami kekalahan. Akhirnya anak perempuan kekuasaan Perhutani, dan candi Sumberawan di dari jalan raya Malang-Surabaya. Sumber air berada tidak boleh menangkap ikan wader apalagi sampai Jayadursa yang bernama Mayangsari dijadikan bawah pengawasan Balai Pelestarian Peninggalan

82 HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, Maret 2009: 80 - 88 Arif Budi Wurianto, Aspek budaya pada upaya konservasi air dalam situs Kepurbakalaan dan 83 mitologi masyarakat malang Kepurbakalaan Mojokerto. Sumber air aalah air suci minuman para dewa yang apabila murid Pangeran Diponegoro. Menurut mBah Joyo, lisan yang ada adalah cerita prosa rakyat seperti Sumberawan berupa telaga kecil yang berair jernih diminum manusia, maka akan terhindar dari bala pemandian mata air Sumberingin dahulu bernama mite, legenda, dan dongeng Apa yang ada di dengan debit air yang melimpah. Persoalan lahan dan kematian. Mata air dan candi yang menyatu sumber mBunder karena desa itu pada awalnya Sumberingin merupakan kepercayaan rakyat yang yang berada di bawah perhutani menyebabkan sebagai ”punden” atau tempat pemujaan. Beberapa berbentuk bundar. Ditemukan oleh Ki Cebong pada bagi sebagian orang dianggap sebagai tahyul dan sistem pemanfaatan air belum sepenuhnya dikuasai candi Hindu di Malang yang memiliki konsep candi 1836. Ki Cebong adalah prajurit Pangeran cerita yang berupa mite, sehingga hal yang oleh satu pihak, ada yang dimanfaatkan PDAM air adalah Candi Diponegoro. Awal kisah penemuan sumber air ini berkembang dapat dianggap sebagai mitos. Pemda Kabupaten Malang, ada yang digunakan Songgoriti di Batu dan Candi Singasari yang bermula ketika Achmad Kubro, sang guru yang untuk Kostrad dan Lanud Abd Rahman Saleh serta juga memiliki mata air dan selain berfungsi untuk memerintahkan Ki Cebong pergi ke arah selatan. Makna Konservasi Sumber Air Berperspektif beberapa untuk Kompleks Militer, selebihnya kehidupan dan pertanian, juga untu pemandian. Mereka berpisah untuk menghindari tentara Budaya dimanfaatkan penduduk sebagai irgasi sawah Konsep amerta ini juga ditemukan di candi Kidal kolonial Belnda yang akan menangkapnya. Ki pertanian. Malang. Berdasarkan beberpa informasi di atas Cebong diperintahkan pergi ke arah selatan karena Perspektif budaya yang dimaksud dalam Kata Sumberawan berasal dari ’sumber’ yang dapat dijelaskan bahwa pelestarian mata air di di sebelah selatan nanti akan menemukan mata air penelitian ini didasarkan pada makna tertentu dalam berarti mata air, dan ’rawan’ yang berarti ’telaga’. Sumberawan berasal dari konsep Amerta yang dan diminta mendirikan pondok tempat tinggal. kehidupan manusia. Inti budaya yang berupa sistem Ada juga yang mengartikan sumberawan berarti diyakini masyarakat pada masa itu sebagai air suci Selain itu Ki Cebong juga mendapat perintah nilai dan perangkat konsep-konsep dasar adalah sumber hidup. Sebuah kisah penduduk yang harus dijaga kelestariannya. Dengan adanya menjaga anak perempuan Achmad Kubro yang satu ggasan pemiiran yang terintegrasi, yang menceritakan bahwa pada zaman Belanda, ada stupa yang merupakan benda suci agama Budha, bernama Nyi Jeding yang pada akhirnya menjadi pengarah bagi perilaku manusia dalam seorang pemburu Belanda menembak seekor babi diyakini sebagai simbol gunung Mandara atau dinikahinya. Ki Cebong beserta isterinya akhirnya masyarakat yang bersangkutan. Dalam setiap fakta hutan hingga hampir mati. Ketika itu babi hutan Meru,maka air telaga Suberawan dianggap suci dan menemukan sumber air yang dimaksud Achmad budaya di masyarakat ada kedalaman yang berupa berlari menuju telaga. Luka tembak yang terkena bersifat amerta yang dimanfaatkan para konsumen Kubro yang sudah pindah ke Lumajang sampai tindakan-tindakan budaya. peluru terbasahi oleh air telaga. Ajaib, bahwa luka pada masa lampau. akhir hayatnya. Selanjutnya suami isteri ini Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan tersebut hilang dan sembuh. Akhirnya babi hutan Penjelasan di atas, dilatarbelakangi oleh melakukan ”babad alas” membuka hutan untuk dengan folklore masyarakat di sekitar sumber air tidak jadi mati dan tetap hidup. Dari cerita lisan bingkai sejarah dan keyakinan agama Budha. Oleh membangun desa, dan diberilah nama desa di Kabupaten Malang, khususnya di site penelitian inilah kemudian berkembang bahwa telaga ini sebab itu, keberadaan sumber air di Sumberawan Mbunder yang berarti lahan baru berbentuk bulat. di Polaman, Sumberawan dan Sumberingin, dapat memberikan kehidupan. Ada hubungan yang diklasifikasikan ke dalam folklor bukan lisan. Tidak lama kemudian, tentara kolonial Belanda dijelaskan makna konservasi sumber air yang signifikan antara candi Sumberawan dengan telaga Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya menemukan mereka. Beberapa keanehan terjadi, berperspetif budaya. Ada dua makna onservasi mata air yang berada di sekitarnya, yaitu fungsi bukan lisan bertipe material, karena ada tinggalan seperti ketika Ki Cebong diminta menghadap sumber air di daerah penelitian. Di semua wilayah petirtaan dalam agama Budha dan simbol kesuburan budaya yang berupa candi di dalam mata air petinggi Pak Surgi, Ki Cebong menolak dan bahkan penelitian, terdapat folklore yang melatarbelakangi tanah sehingga di tepi telaga di bangun tersebut. menyuruh petinggi itu yang harus menghadapnya. konservasi terhadap sumber mata air. Semuanya pesanggrahan candi. Candi Sumberawan direnovasi Ketika petinggi dan tentara Belanda akan memiliki latar belakang cerita rakyat yang diketahui oleh pemerintah Belanda pada 1928 dan 1935. Mata Air Sumberingin, Pakis menjemputnya, Ki Cebong menyelam sumber air masyarakat dan adanya keyakinan untuk tidak Meskipun telaga dan sumber air sudah dijadikan dan lama tidak muncul ke permukaan. Semua melanggarnya, bahkan ada ritus-ritus kebudayaan sarana hidup masyarakat, namun kondisi stupa Mata air Sumberingin berada di di Desa mengira Ki Cebong telah mati, namun yang terjadi yang menyertai, misalnya bersih desa, lelaku bagi candi yang tertutup hutan, baru ditemukan Sumberingin Kecamatan Pakis, kurang lebih 10 km tiba-tiba Ki Cebong telah muncul di rumah pendopo penghayat kepercayaan, dan konservasi melalui penduduk dan dilaporkan pada tahun 1904. Melihat ke arah timur dari kota Malang. Mata air ini sering petinggi. Setelah kejadian itu, Ki Cebong justri cagar budaya. Oleh sebab itu, makna konservasi keterkaitan antara air dan candi Budha, maka, disebut sebagai pemandian, karena fungsinya diangkat sebagai kepala desa mBunder dan tidak sumber air berperspektif budaya dapat fungsi candi sudah tentu sebagai ”patirtan”. Stupa sekarang sebagai tempat rekreasi pemandian ditangap oleh Belanda. Pada tahun 1867 desa dikelompokkan kedalam (a) makna sakral, (b) yang menjadi bentuk candi, menyerupai bentuk sebagaimana alih fungsi mata air di Wendit, mBunder berganti nama menjadi desa Sumberingin makna potensial, dan (c) makna sosial. genta yang sudah tentu merupakan salah satu simbol kecamatan pakis, dan Ken Dedes di Singosari. Luas sampai sekatan. Ki Cebong pun berganti nama Makna sakral adalah sebuah tindakan budaya suci agama Budha. Stupa Sumberawan merupakan pemandian adalah 3,4 hektar. Pemandian ini menjadi Abunawas. Jasa Abunawas menemukan yang mengakomodasikan masyarakat melakukan monumen lambang agama Budha yang dapat bercorak mata air alami yaitu sumber air berasal mata air yang sangat berguna bagi masyarakat dan tindakan membuat sesuatu menjadi sakral. Hal ini dijadikan indeks sebagai lambang alam dewa/ dari dalam tanah (tuk).Keyakinan masyarakat yang membangun desa mBunder, pemerintah Belanda berkaitan dengan konsep budaya dalam kaitannya kahayangan atau Gunung Meru. Sebagai sarana berkembang adalah manfaat air sari sumber ini memberi kehormatan. Abunawas wafat pada 1878 dengan sistem religi dalam masyarakat. Dalam pemujaan agama Budha, tiak dijumpai relief, relik untuk mengobati berbagai jenis penyait. Pemandian dan dimakamkan di dekat sumber air. Selanjutnya suatu kondisi masyarakat tertentu, sistem nilai yang ataupun abu jenazah, karena keberadaan dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan yang untuk mengenang pendiri desa selalu diadakan berupa religi dan keyakinan masyarakat selalu ada Sumberawan sebagai sarana transformasi air telaga menjadi ikon adalah pohon beringin besar berusia acara bersih desa. dalam tata kehidupannya yang terkait dengan yang dianggapsuci. Stupa Sumberawan sebagai ratusan tahun. Kisah tentang mata air di Sumberingin ini, sejarah dan perubahan masyarakatnya. Air Gunung Mandara, dan air telaga di sekelilingnya Mata air ini ditemukan pada tahun 1836 oleh termasuk dalam klasifikasi Folklor Lisan Folklor merupakan sumber kehidupan manusia, baik secara sebagai Amerta. Dalam mitologi Hindul, amerta pak Abunawas atau Ki Cebong. Ki Cebong adalah teks, artefak maupun tingkah laku manusia dan

84 HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, Maret 2009: 80 - 88 Arif Budi Wurianto, Aspek budaya pada upaya konservasi air dalam situs Kepurbakalaan dan 85 mitologi masyarakat malang lingkungan budayanya akan selalu menyertai. strategis pengembangan tata ruang kota Malang Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dua konsep Lawang menyimpan mite dan keyakinan rakyat Dengan berperlaku menyakralkan air baik dalam yang dikembangkan ke arah timur. Lokasi sumber kearifan lokal pelestarian sumber air dalam tentang keberadaan sumber air. Demikian juga tataran sistem nilai agama, sistem nilai sosial air ini sejajar dengan pemandian Wendit yang sudah perspektif budaya di Kabupaten Malang, yaitu sumber air Sumberawan di Singosari yang memiliki budaya dan sistem nilai peralatan budaya akan mengalami perbaikan dan pengelolaan, bandara Konsep Patirtan dan Konsep Panguripan. Patirtan fungsi dalam jangkauan luas di Kecamatan menjadikan air selalu dijaga keberadaannya dalam Abd. Rachman Saleh, dan situs-situs purbakala di (Bahasa Jawa) berarti ’Tempat Air atau Sumber Air’ Singosari, memiliki sejarah panjang dan memiliki kehidupan. Oleh sebab itu ditemukan upaya Tumpang. Demikian pula keterkaitan dengan yang berkonotasi dengan Kegiatan Religi tinggalan budaya berupa candi Budha yang melindungi air melalui upaya-upaya konversasi lingkungan di sekelilingnya yang berada di kaki Masyarakat. Panguripan (Bahasa Jawa) berarti menjelaskan fungsi konservasi air pada masa lalu. tradisional dengan menciptakan mitos, cerita-cerita pegunungan Tengger dan perkebunan penduduk. ’Penghidupan’ yang berkonotasi fungsi-fungsi Sedangkan sumber air di Sumberingin Kecamatan di sekitar sumber air dan air sebagai sarana ritual. Berdasarkan ketiga lokasi penelitian ini, air bagi masyarakat sekitar. Pakis selain sebagai suplai air terbatas pada Dalam penelitian ini, cerita rakyat, sejarah ritual, makna sosial yang dapat dijelaskan adalah adanya Konsep Patirtan adalah konsep fungsi air penduduk lokal, telah beralih fungsi sebagai dan penghormatan kepada leluhur merupakan signifikansi antara keberadaan sumber air, dalam agama Hindu dan Budha. Sumber-sumber pemandian.Namun demikian memiliki latar sarana konservasi air dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat yang memanfaatkan air, air di wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu, belakang sejarah legenda yang menjadikan sumber perilaku budaya. serta terbentuknya sikap masyarakat terhadap pada mulanya untuk kepentingan ritual dan religi air ini terkonservasi dengan baik. Makna yang kedua adalah makna potensial. pelestarian sumber air. Dari dimensi ekonomi Hindu dan Budha. Patirtan dalam masa kini berarti Sumber air yang dijadikan kajian dalam Yang dimaksud dengan makna potensial adalah terdapat keseimbangan antara pemanfaatan sumber sumber air untuk kehidupan masyarakat dalam penelitian ini terklasifikasikan kedalam folklore ditemukannya potensi sumber air untuk air untuk sumber-sumber ekonomi rakyat lokal di jangkauan yang lebih luas, untuk irigasi pertanian, lisan dan folklore bukan lisan dalam tataran sosial kepentingan yang lebih luas, misalnya pariwisata. sekitar, nilai dan sikap perilaku masyarakat sekitar kebutuhan hidup seharihari, dan pariwisata yang dan budaya. Kisah tentang mata air di Polaman, Di sumber air Poleman, lokasi yang strtategis di sumber air dan tumbuhnya kreativitas sosial dalam berdampak pada tata ekonomi rakyat di sekitarnya. termasuk dalam klasifikasi Folklor Lisan dan tepi jalan desa menuju perkebunan teh, merupakan pemanfaatan sumber air. Makna sosial yang dapat Patirtan pada masa sekarang merupakan Folklor Sebagian Lisan. Folklor lisan yang ada potensi wisata yang signifikan. Kondisi saat ditangkap adalah adanya persyaratan fungsional pengembangan dari konsep religi ”amerta” yang adalah cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dilakukan observasi dalam penelitian ini, lokasi masyarakat sekitar wilayah sumber air yang berarti berkah yang dapat memberi tambahan daya dongeng. Sementara itu Folklor sebagian lisan sumber air Polaman, dikelola secara swadaya oleh melakukan sikap-sikap dan tindakan adaptasi yang hidup baik untuk keperluan upacara, pengairan adalah follor yang bentuknya merupakan campuran warga dan dibiarkan seadanya sebagaimana aslinya berkaitan dengan dengan sistem sosial untuk sawah, dan kehidupan sehari-hari. Jadi konsep unsur lisan dan unsur bukan lisan. Apa yang ada di dengan sedikit polesan perbaikan sarana menghadapi lingkungannya, pencapaian harapan patirtan adalah air sebagai sumber kehidupan, oleh Polaman merupakan kepercayaan rakyat yang bagi penampungan air berbahan semen. Dengan melihat atau tujuan tertentu sehubungan dengan adanya sebab itu harus dilestarikan dengan berbagai cara, sebagian orang dianggap sebagai tahyul dan cerita kontur wilayah dan landscape di sekeliling lokasi sumber air, keterbukaan adanya hubungan antara termasuk cara lokal yang berbasis budaya, seperti yang berupa mite, sehingga hal yang berkembang sumber air, memiliki potensi wisata alam dan sarana anggota dalam sistem sosial dan konsep latensi. kreasi cerita rakyat, legenda, atau mite. dapat dianggap sebagai mitos. Keberadaan sumber outbound yang menjanjikan. Sumber air Polaman Konsep Panguripan adalah konsep air sebagai air di Sumberawan diklasifikasikan ke dalam mendapatkan dukungan landscape sekeliling yang Konsep Kearifan Lokal Pelestarian Sumber bagian hidup manusia. Dari ketiga lokasi penelitian folklor bukan lisan. Folklor bukan lisan adalah berbukit dan lembah yang cukup menarik. Sumber Air dalam Perspektif Budaya di Kabupaten ditemukan kata air sebagai ”sumber urip” atau folklor yang bentuknya bukan lisan bertipe material, air Sumberawan memiliki potensi pariwisata alam, Malang. sumber segala sesuatu agar tetap hidup, sehingga karena ada tinggalan budaya yang berupa candi di pariwisata religi, dan pariwisata edukasi yang dipahami pentingnya air bagi manusia dan dalam mata air tersebut. Sedangkan kisah tentang sangat besar. Kendalam lokasi yang masuk ke Proses belajar dari sistem budaya dilakukan lingkungan. Representasi sumber urip ini adalah mata air di Sumberingin ini, termasuk dalam pedalaman, harus jalan kai sejauh satu kilometer melalui pembudayaan atau institusionalisasi. tumbuhnya mite, legenda, yang menceritakan klasifikasi Folklor Lisan Folklor lisan yang ada dalam satu sisi menjadi kendala, tetapi di sisi lain Seorang individu mempelajari dan menyesuaikan ”khasiat” air untuk segala keperluan, misalnya adalah cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan justru sebagai sarana olah raga jalan kaki dan sepeda alam pikiran serta sikap dan adat istiadat, sistem pengobatan, penyucian, dan sebagai sarana untuk dongeng. Sebagaimana di Polaman, apa yang ada yang menarik, karena melewati pematang sawah norma, hukum, dan aturanaturan hidup dalam permintaan sesuatu. Hal ini dapat dipandang di Sumberingin merupakan kepercayaan rakyat dan dan aliran sungai jernih. Di sekitar telaga sumber masyarakat. Nilai budaya yang dianut sejak kecil sebagai kenyataan budaya yang hadir secara turun cerita yang berupa mite, sehingga hal yang air terdapat candi dan kontur tanah yang datar dan dan belajar dari lingkungan keluarga dan temurun dan tumbuh menjadi collective berkembang dapat dianggap sebagai mitos. luas. Hal ini cukup potensi untuk pembuatan film, masyarakat ini memberikan motivasi dalam unconscious. Makna budaya yang dapat dijelaskan adalah kemah pramuka, atau untuk kegiatan-kegiatan kepribadiannya, sehingga akhirnya menjadi suatu makna sakral, makna potensial, dan makna sosial. outbound. Kenyataan potensi melimpah ini belum pola yang mantap dan norma yang mengatur KESIMPULAN DAN SARAN Konsep kearifan lokal yang ditemukan adalah tertangani dengan baik oleh dinas pariwisata tindakannya dibudayakan. Yang dimaksud dengan relevansi konsep ”patirtan” dan ”panguripan” dalam Kabupaten Malang. Alasan utama adalah status konsep kearifan lokal pelestarian sumber air dalam Berdasarkan hasil penelitian dapat pemanfaatan air dan konservasinya. lahan dan otorita situs purbakala, pembagian air, perspektif budaya di Kabupaten Malang adalah disimpulkan bahwa latar belakang legenda, mitos dan persawahan penduduk. Sedangkan sumber air pemaknaan masyarakat dan kaitannya dengan dan keyakinan tentang sumber air diketahui oleh Sumberingin, memiliki potensi wisata alam yang reduksi data yang selanjutnya dicari konsep yang masyarakat. Sumber air Polaman di Lawang dalam menjanjikan karena berada di wilayah yang sesuai dengan kenyataan budaya yang ada. fungsinya sebagai suplai mata air di Kecamatan

86 HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, Maret 2009: 80 - 88 Arif Budi Wurianto, Aspek budaya pada upaya konservasi air dalam situs Kepurbakalaan dan 87 mitologi masyarakat malang DAFTAR PUSTAKA Wahono, Francis, dkk.2004. Pangan dan Kearifan Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Lokal Keanekaragaman. Yogyakarta: Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Cerdas. Pustaka Pelajar.

Bagoes Mantra, Ida. 2004 Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Brunvand, Jan Harold. 1965. The Study of American Folklore an Introduction. New York: WW Norton and Co. Inc.

Danandjaya, James 2002 Folklore Indonesia. Jakarta: Grafiti Press.

Ngurah Bagus, I Gusti. 1997. Masalah Budaya dan Pariwisata dalam Pembangunan. Denpasar : Magister Kajian Budaya UNUD.

LPM Unoversitas Udayana 2004 Tanaman Gumi Banten Ensiklopedi Tanaman Upakara. Denpasar : LPM UNUD

LPM Unoversitas Udayana 2004 Kearifan Lokal dan Lingkungan : LPM UNUD.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Pitana, Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Polunin, Nicholas (Ed). 1997. Ekosistem dan Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suastika, I Made (ed) 2005 Keberaksaraan dalam Kebudayaan. Denpasar: Universitas Udayana.

Rudianto, Ferry dan Nadya Pradita. 2008. Laporan Jurnalistik Pemandian Sumberingin. Tabloid Wisata Plus.Edisi 7 April-Mei 2008.

Suwardono. Tp.th.. Stupa Sumberawan. Malang: fotocopi tp.penerbit.

88 HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, Maret 2009: 80 - 88