Mahkamah Agu Mahkamah Agung Republik Indo

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Mahkamah Agu Mahkamah Agung Republik Indo Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N NOMOR : 24/Pid.Sus-TPK/2019/PT.DKI Mahkamah AgungDEMI KEADILAN BERDASARKANRepublik KETUHANAN YANG Indonesia MAHA ESA Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tindak pidana korupsi pada tingkat banding, telah menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa: Nama Lengkap : drh. H. IRWANDI YUSUF, M.Sc.; Tempat lahir : Bireun, Aceh; Umur/tanggal lahir : 58 tahun / 02 Agustus 1960; Jenis kelamin : Laki-laki; Kebangsaan : Indonesia; Tempat tinggal : Jalan Salam No. 20 Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh; Agama : Islam; Pekerjaan : Gubernur Aceh - Periode tahun 2007 s/d 2012 dan 2017 s/d 2022; Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh: Mahkamah Agung1. Penyidik : sejak tanggal Republik 04 Juli 2018 sampai dengan Indonesiatanggal 23 Juli 2018; 2. Perpanjangan Penuntut Umum : sejak tanggal 24 Juli 2018 sampai dengan tanggal 1 September 2018; 3. Perpanjangan Pertama oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat : sejak tanggal 02 September 2018 sampai dengan tanggal 01 Oktober 2018; 4. Perpanjangan Kedua oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat : sejak tanggal 02 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2018; 5. Penuntut Umum : sejak tanggal 30 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 18 November 2018; 6. Hakim Pengadilan Negeri : sejak tanggal 14 November 2018 sampai dengan tanggal 13 Desember 2018; 7. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri : sejak tanggal 14 Desember 2018 sampai dengan tanggal 11 Februari 2019; 8. Perpanjangan Pertama oleh Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : sejak Mahkamah Agungtanggal 12 Februari 2019 Republik sampai dengan tanggal 13 Maret 2019;Indonesia Halaman 1 Putusan Nomor 24/Pid.Sus-TPK/2019/PT.DKI Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1 Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 9. Perpanjangan Pertama oleh Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : sejak tanggal 12 Februari 2019 sampai dengan tanggal 13 Maret 2019; 10.Perpanjangan Kedua oleh Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : sejak Mahkamah Agungtanggal 14 Maret 2019Republik sampai dengan tanggal 12 April Indonesia 2019; 11.Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : sejak tanggal 9 April 2019 sampai dengan tanggal 8 Mei 2019; 12.Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : sejak tanggal 9 Mei 2019 sampai dengan tanggal 7 Juli 2019 13.Perpanjangan Mahkamah Agung RI : sejak tanggal 8 Juli 2019 sampai dengan tanggal 6 Agustus 2019; 14.Perpanjangan Mahkamah Agung RI : sejak tanggal 7 Agustus 2019 sampai dengan tanggal 5 September 2019; Terdakwa di peradilan tingkat banding di dampingi Penasihat Hukumnya, yaitu: - DR.Santrawan T. Paparang SH. MH. M.Kn - Haposan Paulus Batubara, SH. keduanya Advokat dan Konsultan Hukum pada Law Office “Paparang- Batubara & Partners”, baik bersama-sama, sendiri-sendiri untuk kepentingan pemberi kuasa mengajukan banding terhadap putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 8 April 2019 Nomor 97/PID.SUS-TPK/2018/PN.JKT.PST, Mahkamah Agungberdasarkan surat kuasa Republik khusus tertanggal 19 Nopember Indonesia 2018, yang di daftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 22 Nopember 2018 Nomor 1052/PID.SUS-TPK/JKT.PST; Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang terlampir di dalamnya, serta turunan resmi putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 8 April 2019 Nomor 97/Pid.Sus- TPK/2018/PN.JKT.PST dalam perkara Terdakwa tersebut di atas; Telah memperhatikan dan mengutip sebagai berikut : I. Surat Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa berdasarkan surat dakwaan Penuntut Umum tertanggal 14 Nopember 2018 yang dibacakan di persidangan, sebagai berikut : Menimbang, bahwa bahwa berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tertanggal 14 Nopember 2018 Terdakwa telah di dakwa yang pada Mahkamahpokoknya Agung sebagai berikut : Republik Indonesia Halaman 2 Putusan Nomor 24/Pid.Sus-TPK/2019/PT.DKI Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2 Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id KESATU Pertama: Bahwa Terdakwa drh. H. IRWANDI YUSUF, M.Sc selaku Pegawai Negeri Mahkamah Agungatau Penyelenggara NegaraRepublik yaitu sebagai Gubernur AcehIndonesia periode masa jabatan tahun 2017 s.d 2022 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 51/P Tahun 2017 tanggal 8 Mei 2017 bersama-sama dengan HENDRI YUZAL selaku Staf Khusus Gubenur Aceh berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 821.29/269/2018 Tentang Pengangkatan Staf Khusus Gubernur Aceh tanggal 13 April 2018dan TEUKU SAIFUL BAHRI (yang masing-masing dilakukan penuntutan secara terpisah), pada bulan Februari 2018 sampai dengan tanggal 3 Juli 2018 atau setidak-tidaknya pada beberapa waktu lain ditahun 2018, bertempat di Kantor Gubernur Aceh Jalan T. NyakArief Jeulingke Syiah Kuala Kota Banda Aceh, di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Aceh Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kampung Baru Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, di kafe Quantum di Lampineung Kota Banda Aceh, di depan SMEA Lampineung Jalan T. Nyak Makam Kota Banda Aceh, di Hotel Hermes Palace Jalan T. Panglima Nyak Makam Kota Banda Aceh atau setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Banda Aceh, namun berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: Mahkamah 145/KMA/SK/VAgungIII/2018 tanggal Republik 27 Agustus 2018 maka Pengadilan Indonesia Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini, telah melakukan atau turut serta melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai perbuatan berlanjut, yang menerima hadiah atau janji yaitu Terdakwa melalui HENDRI YUZAL dan TEUKU SAIFUL BAHRI, beberapa kali menerima uang tunai secara bertahap yakni sebesar Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah), Rp430.000.000,00 (empat ratus tiga puluh juta rupiah) dan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sehingga seluruhnya berjumlah Rp1.050.000.000,00 (satu miliar lima puluh juta rupiah) atau sekitar jumlah itu dari AHMADI selaku Bupati Kabupaten Bener Meriah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannyayaitu Terdakwa mengetahui atau patut menduga bahwa uang tersebut diberikan agar Terdakwa melalui HENDRI YUZAL dan TEUKU SAIFUL MahkamahBAHRI Agung mengarahkan Unit Layanan Republik Pengadaan (ULP) Pemerintah ProvinsiIndonesia Aceh memberikan persetujuan terkait dengan usulan AHMADI agar kontraktor atau Halaman 3 Putusan Nomor 24/Pid.Sus-TPK/2019/PT.DKI Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3 Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id rekanan dari Kabupaten Bener Meriah dapat mengerjakan program/kegiatan pembangunan yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) tahun 2018 di Kabupaten Bener Meriah, yang bertentangan dengan kewajiban Mahkamah AgungTerdakwa yang merupakan Republik
Recommended publications
  • Skripsi Strategi Pemenangan Irwandi Yusuf Dan Nova
    SKRIPSI STRATEGI PEMENANGAN IRWANDI YUSUF DAN NOVA IRIANSYAH DALAM PEMILUKADA ACEH TAHUN 2017-2022 “Studi Kasus: Kecamatan Nurussalam, Gampong Meudang Ara” Zulfatan 130906022 Dosen Pembimbing : Prof. Subhilhar, P.hD DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 1 Universitas Sumatera Utara Pernyataan Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya: 1. Karya ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan judul “Strategi Pemenangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah dalam Pemilukada Aceh Tahun 2017-2022, Studi Kasus: Kecamatan Nurussalam, Gampong Meudang Ara adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di Perguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji. 3. Di dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannnya pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku Medan, November 2017 Yang menyatakan Zulfatan 130906022 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK ZULFATAN (130906022) STRATEGI PEMENANGAN IRWANDI YUSUF DAN NOVA IRIANSYAH DALAM PEMILUKADA ACEH TAHUN 2017-2022 Studi Kasus: Kecamatan Nurusalam, Gampong Meudang Ara Penelitian ini mencoba menguraikan strategi pemenangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah dalam pemilukada Aceh tahun 2017-2022 di Kecamatan Nurussalam, Gampong Meudang Ara.
    [Show full text]
  • Peace Without Justice? the Helsinki Peace Process in Aceh Edward Aspinall
    Centre for Humanitarian Dialogue rAprile 2008port Peace without justice? The Helsinki peace process in Aceh Edward Aspinall Report The Centre for Humanitarian Dialogue is an independent and impartial foundation, based Contents in Geneva, that promotes and facilitates dialogue to resolve Acknowledgement armed conflicts and reduce civilian suffering. Introduction and overview 5 114, rue de lausanne ch-1202 geneva 1. The centrality of human rights and justice issues in Aceh 7 switzerland [email protected] 2. Aceh in its Indonesian setting 9 t: + 41 22 908 11 30 f: +41 22 908 11 40 www.hdcentre.org 3. Limited international involvement 12 © Copyright Henry Dunant Centre for 4. Justice issues in the negotiations 16 Humanitarian Dialogue, 2007 Reproduction of all or part of this 5. Implementation of the amnesty 19 publication may be authorised only with written consent and 6. Compensation without justice 22 acknowledgement of the source. Broad definition and difficulties in delivery 23 Edward Aspinall (edward,aspinall@ Compensation or assistance? 24 anu.edu.au) is a Fellow in the Department of Political and 7. Debates about the missing justice mechanisms 27 Social Change, Research School Human Rights Court 27 of Pacific and Asian Studies, Australian National University. He Truth and Reconciliation Commission 29 specialises in Indonesian politics and is the author of Opposing 8. The Aceh Monitoring Mission: could more have 31 Suharto: Compromise, Resistance been done? and Regime Change in Indonesia (Stanford University Press, 2005). His new book on the history Conclusion 36 of the Aceh conflict and peace process, provisionally entitled Islam References 39 and Nation: Separatist Rebellion in Aceh, Indonesia, will also be published by Stanford University Acronyms and abbreviations 43 Press.
    [Show full text]
  • Averting Election Violence in Aceh
    Update Briefing Asia Program Briefing N°135 Jakarta/Brussels, 29 February 2012 Indonesia: Averting Election Violence in Aceh I. OVERVIEW To this end, it engaged in a number of legal manoeuvres, on the pretext of safeguarding Acehnese autonomy and the integrity of the 2006 Law on the Governing of Aceh (Un- In less than two months, on 9 April, Aceh will go to the dang-Undang Pemerintahan Aceh), the legal underpin- polls to elect a governor and vice governor, as well as sev- ning of the Helsinki Memorandum of Understanding enteen district heads and deputies. Despite rhetorical (MoU) that ended GAM’s 30-year insurgency against the commitments on the part of all contenders to a peaceful Indonesian government. In particular, it challenged a election, the potential for isolated acts of violence be- Constitutional Court decision that annulled one provision tween now and then is high; the potential for trouble after of the law, thereby enabling independent (non-party) can- the results are announced may be even higher, especially didates to contest the elections originally scheduled for if it is a close election. Getting as many trained monitors late 2011. Irwandi, based on the court’s ruling, intended to Aceh as possible in the coming weeks is critical. to stand as an independent, and Partai Aceh was hoping to block him. The provincial parliament, which Partai Aceh Whether violence materialises may depend on several controls, also refused to pass a regulation (qanun) on elec- factors: tions allowing independent candidates, a move that pre- vented the local election commission from scheduling the the number of election monitors deployed and the speed polls.
    [Show full text]
  • Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal Di Aceh Pasca Perdamaian
    Serambi Akademica Vol. 9, No. 4, pISSN 2337–8085 Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Mei 2021 eISSN 2657- 0998 Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal Di Aceh Pasca Perdamaian Usman Universitas Abulyatama [email protected] ABSTRAK Artikel ini membahas tentang eksistensi Partai Aceh, sebagai kekuatan politik lokal pada pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, pasca perdamaian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui eksistensi Partai Politik Lokal Aceh sebagai kekuatan sosial politik lokal, dan berbagai dinamika baik konflik internal, hingga turunnya kekuatan politik lokal dan suara pemilih setiap pelaksanaan pemilihan umum legislataf dan pemilihan kepala daerah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif meliputi pengumpulan data melalui buku, jurnal, media massa dan dokumen lainnya. Teknik penelitian yang di gunakan adalah teknik penelitian studi literatur. Tahapan yang di lakukan dalam penelitian ini yaitu kritik atau analisis sumber, dan interpretasi (menafsirkan sumber). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Dari serangkaian proses penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan bahwa pasca damai Aceh telah terjadi transisi politik, dari kekuatan perlawanan senjata, ke perjuangan melalui Partai Politik Lokal. Eksistensi partai politik lokal salah satu partai mantan kombatan adalah Partai Aceh (PA). Sejak pemilu dan pilkada selama tiga periode, Partai Aceh (PA) mampu mendapatkan suara mayoritas, namun dalam tiga dekade tersebut terjadi penurunan suara pemilih
    [Show full text]
  • How GAM Won in Aceh
    Update Briefing Asia Briefing N°61 Jakarta/Brussels, 22 March 2007 Indonesia: How GAM Won in Aceh I. OVERVIEW in some cases – but probably not enough to make a difference to the outcome – intimidation. Many Acehnese saw maintaining the momentum of the peace process When local elections were held in Aceh on 11 December as crucial and voting for GAM a way to guarantee it. 2006, conventional wisdom (shared by Crisis Group) was that candidates from the Free Aceh Movement (Gerakan This briefing is based on extensive interviews with all Aceh Merdeka, GAM) would not do well. They might the major players and others involved in the campaign. pick up two or three of the nineteen district races, but the biggest prize – the provincial governorship – was almost certainly out of reach. The old Jakarta-linked parties II. BACKGROUND TO THE POLLS would benefit from deep pockets, established structures and a split in the former insurgency’s leadership. Polls just before formal campaigning began showed GAM’s The 11 December 2006 polls were the first-ever direct governor/deputy governor slate – Irwandi Yusuf and local elections in Aceh, the first elections there of any Muhammad Nazar – virtually out of contention. But kind after the August 2005 Helsinki peace agreement GAM won overwhelmingly, in what an analyst called “a between the Indonesian government and GAM, and perfect storm between the fallout from the peace accord the first in Indonesia allowing independent (non-party- and the failure of political parties to understand the affiliated) candidates to stand. With the provincial and changing times”.
    [Show full text]
  • Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume -, Nomor -: 1-14
    iah Ma Ilm h l as Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a is n r w u a J Volume -, Nomor -: 1-14 Mei 2019 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP STRATEGI PEMENANGAN IRWANDI YUSUF PADA PILKADA TAHUN 2017 DI ACEH BESAR SAUMI RAHMAH [email protected], [email protected] Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala ABSTRAK Pilkada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh tahun 2017 pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah lebih unggul dibandingkan kandidat lainnya dengan perolehan jumlah suara sebanyak 898.710 dari total suara sah 2.414.801. Adapun hasil Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2017 khusunya di kabupaten Aceh Besar pasangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 88.511 suara, dengan total suara sah sebanyak 189.897. Dari hasil perolehan suara tersebut menunjukkan bahwa pasangan nomor urut enam Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah berhasil mengalahkan 5 kandidat lainnya. Kemenangan ini menarik untuk ditelusuri lebih lanjut terkait strategi dan faktor apa saja yang digunakan oleh pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah untuk memenangkan Pilkada gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemenangan Irwandi Yusuf pada Pilkada tahun 2017 di Aceh Besar serta faktor-faktor yang Menyebabkan Irwandi-Nova meraih kemenangan di Aceh Besar. Hal tersebut yang menjadi fokus peneliti tentang bagaimana strategi pemenangan Irwandi Yusuf pada Pilkada Tahun 2017 di Aceh Besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kemenangan pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah pada Pilkada tahun 2017 di Aceh Besar mencakup beberapa hal diantaranya: membangun komunikasi politik antar warga dengan melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat, serta memberikan penggambaran kepada masyarakat tentang visi dan misi yang akan direalisasikan.
    [Show full text]
  • The Latent Transformation Process of the Free Aceh Movement Ideology After the Peace Agreement
    PJAEE, 17 (6) (2020 THE LATENT TRANSFORMATION PROCESS OF THE FREE ACEH MOVEMENT IDEOLOGY AFTER THE PEACE AGREEMENT Rusli Yusuf Department of Pancasila and Civic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] Maimun Department of Pancasila and Civic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] Sanusi Department of Pancasila and Civic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] TM. Jamil Department of Economic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] Rusli Yusuf, Maimun, Sanusi, TM. Jamil : The Latent Transformation Process of the Free Aceh Movement Ideology After The Peace Agreement -- Palarch’s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology 17(6), ISSN 1567-214x Keywords: Transformation of Ideology, Latent Process, Free Aceh Movement and Post- peace ABSTRACT Gerakan Aceh Merdeka (GAM), translated as the Free Aceh Movement, was established in 1976 with the aim of separation from the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). After more than 30 years of rebellion against the central government, the two sides reconciled in 2005. One of the most important points agreed upon is that Aceh remains within the framework of the Unitary Republic of Indonesia. However, once the peace agreement was completed, former GAM combatants could still promote their ideology and symbols in latent forms in their families, in formal organizations and in the community at large. This research aims to describe in detail and analyze the latent process of the ideological transformation of the Free Aceh Movement conducted by former GAM combatants through their families, formal institutions or the social environment in general.
    [Show full text]
  • Aceh Conflict Monitoring Update 1St July – 31St August 2008
    46215 Aceh Conflict Monitoring Update 1st July – 31st August 2008 World Bank th Public Disclosure Authorized As the campaign for the 2009 elections started on July 12 , the number of violent incidents increased sharply, with 43 cases in August, by far the highest level since the tsunami.1 This leap was partly attributable to cases of vandalism of political party banners. While these cases have been relatively harmless so far, they are symptomatic of more widespread intimidation. This is contributing to a climate of tension that could lead to more serious clashes, as illustrated by a recent series of attacks against GAM/KPA2-backed Partai Aceh figures and offices in September. Preparation for the elections was marked by legal squabbles between the provincial parliament and national institutions, rooted in wider disagreements between Aceh and Jakarta over the interpretation of the LoGA and the extent of Aceh’s self- government. A shooting in Beutong, Nagan Raya, in July sparked fears that peace might be threatened on another front, with the alleged presence in Aceh of networks of rogue ex- combatants willing to resume the armed struggle for independence. The level of support such groups command among the wider population, and ex-combatants in particular, remains extremely weak. However, the potential exists for support to rise if those who come to power Public Disclosure Authorized do not address the needs and grievances of the electorate. A peak in corruption cases was registered in July and August, after parliamentary approval of the provincial budget marked the beginning of the “season of the tenders”.
    [Show full text]
  • Armed Separatism and the 2004 Tsunami in Aceh by Arno Waizenegger * Executive Summary the Indonesian Province of Aceh, Situated on the Suggest This Rarely Happens
    February 2007 www.asiapacific.ca Number 43 Armed Separatism and the 2004 Tsunami in Aceh By Arno Waizenegger * Executive Summary The Indonesian province of Aceh, situated on the suggest this rarely happens. The escalation in hostilities northern tip of the island of Sumatra, was the first and in Sri Lanka between that government and the Tamil most severely affected region hit by the tsunami that Tigers following the tsunami underscores this. In fact, devastated many countries around the Indian Ocean on rather than reconciliation, studies suggest that disasters December 26, 2004. Some 170,000 people in Aceh lost tend to foster conflict and that the effects of so-called their lives and economic loss was estimated as being “disaster-diplomacy” are rarely long-lasting. In this regard, equivalent to the the post-tsunami negotiated settlement of the secessionist annual GDP of conflict in Aceh has proven to be a rare example of the province. For success: the tsunami and recovery activities in the wake three decades of the disaster created a window of opportunity for a before the negotiated end to the separatist conflict between GAM tsunami hit, the and the Indonesian region had seen military. This paper conflict between maintains that a secessionist conditions for a movement — the negotiated Free Aceh Movement (GAM) — and the Indonesian settlement to the government, leading to widespread repression and human conflict were well rights abuses by the Indonesian military (TNI). In the advanced before the wake of the massive devastation of the tsunami, there undersea earthquake were hopes that the rescue and recovery effort would set off the disaster.
    [Show full text]
  • Wali Nanggroe Institution: the Role, Function, and Strategy for Resolving Conflicts in Aceh After the Peace
    Society, 8 (2), 313-324, 2020 P-ISSN: 2338-6932 | E-ISSN: 2597-4874 https://society.fisip.ubb.ac.id Wali Nanggroe Institution: The Role, Function, and Strategy for Resolving Conflicts in Aceh after the Peace Zulham Ibrahim Department of Political Science, Faculty of Social and Political Sciences, Malikussaleh University, 24531, Lhokseumawe, Aceh Province, Indonesia Corresponding Author: [email protected] ARTICLE INFO ABSTRACT Publication Info: Wali Nanggroe Institution is an institution of cultural Research Article authority as the unifier of the people that is independent, authoritative, and has the authority to develop and oversee the implementation of the life, adat (custom), language, the award How to cite: of titles and honors, and adat rites. This research was Ibrahim, Z. (2020). Wali conducted in Banda Aceh city using a qualitative method. The Nanggroe Institution: The Role, concept used was Wali Nanggroe, the theories of strategy, Function, and Strategy for conflict resolution, and political communication theories to Resolving Conflict in Aceh after resolve local conflicts and analyze Wali Nanggroe neutrality in the Peace. Society, 8(2), 313-324. resolving conflicts in Aceh. The data were obtained by observation technique and interview (questionnaires and voice DOI : 10.33019/society.v8i2.192 records). The results found that the Wali Nanggroe Institution does not implement a strategy in resolving conflicts both local conflicts and other conflicts in local institutions. Also, Wali Copyright © 2020. Owned by Nanggroe does not hold political communication to resolve the Author(s), published by Society conflicts. Besides, as a mediator, Wali Nanggroe is unfair to resolve the conflicts among local institutions due to some causes; emotional attachment between Wali Nanggroe and Members of Parliament at Aceh Provincial House of This is an open-access article.
    [Show full text]
  • Indonesia: Pre-Election Anxieties in Aceh
    Update Briefing Asia Briefing N°81 Jakarta/Brussels, 9 September 2008 Indonesia: Pre-Election Anxieties in Aceh I. OVERVIEW affiliation, but the problem goes beyond law enforce- ment to the unaccountable nature of the KPA itself. Three years after the 15 August 2005 signing of the For many GAM leaders, the central question remains Helsinki Memorandum of Understanding between the full implementation of the Helsinki agreement, or even Indonesian government and the Free Aceh Movement full implementation of the Law on the Governing of Aceh (Gerakan Aceh Merdeka, GAM), Aceh is politically (Law 11/2006), the watered down legal embodiment of vibrant but on edge. The sources of unease are several. the pact. The content of the law’s implementing regu- As preparations get underway for the April 2009 par- lations has become a struggle between bureaucrats in liamentary elections with 44 parties – six local, 38 Jakarta, many of whom see Aceh as just another prov- national – in contention, the military is worried about ince, and political leaders in Aceh determined to make Partai Aceh, the GAM party, winning control of local self-government a reality. It is the latter stance that legislatures and challenging Jakarta’s authority. Partai political conservatives, including many in the military, Aceh is worried about overt or covert interference from too often interpret as separatist. Jakarta, and smaller parties are worried about intimi- dation by Partai Aceh. Election officials are concerned In the midst of the pre-poll anxiety, the immediate goal a dispute between Jakarta and Aceh over candidate should be to ensure that the lead-up to the election is requirements could delay the polls, and other struggles violence-free.
    [Show full text]
  • Diaspora Politik Mantan Kombatan GAM
    Diaspora Politik Mantan Kombatan GAM . Fajar Kuala Nugraha Abstrak Lebih dari 20 tahun Aceh bergolak, pergolakan yang terjadi antara GAM yang berasal kubu pemberontah yang ingin memerdekakan diri, dengan kubu TNI yang mewakili pemerintah. Konflik yang telah membawa kesengsaraan, dimana dampak terbesar dirasakan oleh masyarakat. Kini setelah konflik itu mereda GAM sebagai kelompok pemberontak mulai mentransformasikan dirinya kedalam partai politik untuk merebut jabatan di daerah. Namun upaya merebut kekuasaan ini membawa dampak perpecahan dalam tubuh GAM itu sendiri. Akhirnya perpecahan ini menjadi penyebab para anggota GAM melakukan diasora politik dan menyebar pada beberapa partai politik, mulai dari partai lokal di Aceh hingga partai nasional. Kata Kunci: GAM, partai politik, dan diaspora Abstract More than 20 years of violent conflict between GAM (Aceh freedom movement) and the government of Indonesia has caused misery and suffering on both parties but particularly to the people living in Aceh. After the conflict finally resolved, GAM has transformed itself into political parties to gain power and authority in the local offices. However, these political efforts has caused dissension among ex-member of GAM. Hence, those who have disagreement choose to join other political parties spread from the local political parties in Aceh to to the national polical parties making a vast political diaspora. Kata Kunci: GAM, political parties, and political diaspora *Korespondensi: Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145 Email: 34 Jurnal Transformative, Vol. 1, Nomor 1, Maret 2015 Pengantar Daerah Istimewa, merupakan sebutan yang layak dialamatkan kepada Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Mengapa tidak lebih dari, lebih dari 20 tahun Aceh bergolak dengan permasalahn konflik, konflik yang menyebabkan ratusan nyawa melayang.
    [Show full text]