Elite Conflict of the Free Aceh Movement
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
PEMIKIRAN DAN TINDAKAN POLITIK HASAN TIRO Oleh: Abrar Muhammad Yus Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh E-Mail: [email protected]
PEMIKIRAN DAN TINDAKAN POLITIK HASAN TIRO Oleh: Abrar Muhammad Yus Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh e-mail: [email protected] Abstrak Pergolakan politik rakyat Aceh pada dasarnya bersifat kesinambungan perjuangan politik bagi rakyat dan bangsa Aceh. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh pejuang politik Aceh yang lahir dan dikenal kegigihannya dalam memperjuangkan ide-ide perjuangannya. Untuk melakukan kajian terhadap tokoh-tokoh tersebut, dapat dilihat dari pendekatan ataupun pola serta periode perjuangan politik yang dilakukan oleh para tokoh tersebut. Hasan Tiro sebagai tokoh “pejuang-politik” disamping itu ia juga sebagai “pemikir- pejuang” misalnya, secara umum dapat dilihat dalam tiga periode perjuangannya yaitu: pertama, periode ketika ia masih muda dan sekaligus sebagai penerus perjuangan Tgk. Daud Beureueh, kedua, periode ketika mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan ketiga, periode penyesuaian perjuangan politik yang dalam periode ini Hasan Tiro mengalami pergeseran nilai ide-ide perjuangan politiknya, dari semangat nilai-nilai keagamaan berubah kearah yang kecenderungannya bersifat “sekuler”. Hal ini dapat dilihat dari perubahan tujuan perjuangan Hasan Tiro, serta pola perjuangan politiknya yang pada akhirnya harus berakhir di meja perundingan Helsinki. Kata Kunci: pemikiran politik, hasan tiro A. Sketsa Sosial-Politik Hasan Tiro Sejarah mencatat bahwa rakyat Aceh tidak dapat ditaklukkan oleh Belanda dengan cara yang militeristik, karena perang terhadap Belanda dalam pandangan rakyat Aceh merupakan perang suci “jihad fisabilillah,” yang bermakna jika mati akan disebut syahid karena didorong oleh semangat aqidah Islamiyah, yang sudah mengakar sangat kuat dalam pemahaman rakyat Aceh. Oleh karena itu, perang ini telah melibatkan semua lapisan masyarakat tidak terkecuali siapapun bahkan kaum perempuan sekalipun. Para ulama berperan penting dalam mengobarkan semangat jihad dalam perang tersebut. -
Skripsi Strategi Pemenangan Irwandi Yusuf Dan Nova
SKRIPSI STRATEGI PEMENANGAN IRWANDI YUSUF DAN NOVA IRIANSYAH DALAM PEMILUKADA ACEH TAHUN 2017-2022 “Studi Kasus: Kecamatan Nurussalam, Gampong Meudang Ara” Zulfatan 130906022 Dosen Pembimbing : Prof. Subhilhar, P.hD DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 1 Universitas Sumatera Utara Pernyataan Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya: 1. Karya ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan judul “Strategi Pemenangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah dalam Pemilukada Aceh Tahun 2017-2022, Studi Kasus: Kecamatan Nurussalam, Gampong Meudang Ara adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di Perguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji. 3. Di dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannnya pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku Medan, November 2017 Yang menyatakan Zulfatan 130906022 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK ZULFATAN (130906022) STRATEGI PEMENANGAN IRWANDI YUSUF DAN NOVA IRIANSYAH DALAM PEMILUKADA ACEH TAHUN 2017-2022 Studi Kasus: Kecamatan Nurusalam, Gampong Meudang Ara Penelitian ini mencoba menguraikan strategi pemenangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah dalam pemilukada Aceh tahun 2017-2022 di Kecamatan Nurussalam, Gampong Meudang Ara. -
AGENDA REV 5 1.Indd
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA AGENDA KERJA DPD RI 2017 DATA PRIBADI Nama __________________________________________________________ No. Anggota ___________________________________________________ Alamat _________________________________________________________ _________________________________________________________________ Telepon/Fax ____________________________________________________ Nomor _________________________________________________________ KTP ____________________________________________________________ Paspor _________________________________________________________ Asuransi _______________________________________________________ Pajak Pendapatan ______________________________________________ SIM ____________________________________________________________ PBB ____________________________________________________________ Lain-lain _______________________________________________________ DATA BISNIS Kantor _________________________________________________________ Alamat _________________________________________________________ _________________________________________________________________ Telepon/Fax ____________________________________________________ Telex ___________________________________________________________ Lain-lain _______________________________________________________ NOMOR TELEPON PENTING Dokter/Dokter Gigi _____________________________________________ Biro Perjalanan _________________________________________________ Taksi ___________________________________________________________ Stasiun K.A -
Peace Without Justice? the Helsinki Peace Process in Aceh Edward Aspinall
Centre for Humanitarian Dialogue rAprile 2008port Peace without justice? The Helsinki peace process in Aceh Edward Aspinall Report The Centre for Humanitarian Dialogue is an independent and impartial foundation, based Contents in Geneva, that promotes and facilitates dialogue to resolve Acknowledgement armed conflicts and reduce civilian suffering. Introduction and overview 5 114, rue de lausanne ch-1202 geneva 1. The centrality of human rights and justice issues in Aceh 7 switzerland [email protected] 2. Aceh in its Indonesian setting 9 t: + 41 22 908 11 30 f: +41 22 908 11 40 www.hdcentre.org 3. Limited international involvement 12 © Copyright Henry Dunant Centre for 4. Justice issues in the negotiations 16 Humanitarian Dialogue, 2007 Reproduction of all or part of this 5. Implementation of the amnesty 19 publication may be authorised only with written consent and 6. Compensation without justice 22 acknowledgement of the source. Broad definition and difficulties in delivery 23 Edward Aspinall (edward,aspinall@ Compensation or assistance? 24 anu.edu.au) is a Fellow in the Department of Political and 7. Debates about the missing justice mechanisms 27 Social Change, Research School Human Rights Court 27 of Pacific and Asian Studies, Australian National University. He Truth and Reconciliation Commission 29 specialises in Indonesian politics and is the author of Opposing 8. The Aceh Monitoring Mission: could more have 31 Suharto: Compromise, Resistance been done? and Regime Change in Indonesia (Stanford University Press, 2005). His new book on the history Conclusion 36 of the Aceh conflict and peace process, provisionally entitled Islam References 39 and Nation: Separatist Rebellion in Aceh, Indonesia, will also be published by Stanford University Acronyms and abbreviations 43 Press. -
The Case of Aceh, Indonesia Patrick Barron Erman Rahmant Kharisma Nugroho
THE CONTESTED CORNERS OF ASIA Subnational Conflict and International Development Assistance The Case of Aceh, Indonesia Patrick Barron Erman Rahmant Kharisma Nugroho The Contested Corners of Asia: Subnational Con!ict and International Development Assistance The Case of Aceh, Indonesia Patrick Barron, Erman Rahman, Kharisma Nugroho Authors : Patrick Barron, Erman Rahman, Kharisma Nugroho Research Team Saifuddin Bantasyam, Nat Colletta, (in alphabetical order): Darnifawan, Chairul Fahmi, Sandra Hamid, Ainul Huda, Julianto, Mahfud, Masrizal, Ben Oppenheim, Thomas Parks, Megan Ryan, Sulaiman Tripa, Hak-Kwong Yip World Bank counterparts ; Adrian Morel, Sonja Litz, Sana Jaffrey, Ingo Wiederhofer Perceptions Survey Partner ; Polling Centre Supporting team : Ann Bishop (editor), Landry Dunand (layout), Noni Huriati, Sylviana Sianipar Special thanks to ; Wasi Abbas, Matt Zurstrassen, Harry Masyrafah Lead Expert : Nat Colletta Project Manager : Thomas Parks Research Specialist and Perception Survey Lead : Ben Oppenheim Research Methodologist : Yip Hak Kwang Specialist in ODA to Con!ict Areas : Anthea Mulakala Advisory Panel (in alphabetical order) : Judith Dunbar, James Fearon, Nils Gilman, Bruce Jones, Anthony LaViña, Neil Levine, Stephan Massing, James Putzel, Rizal Sukma, Tom Wing!eld This study has been co-!nanced by the State and Peacebuilding Fund (SPF) of the World Bank. The !ndings, interpretations, and conclusions expressed in this paper are entirely those of the authors. They do not necessarily represent the views of the World Bank and its af!liated organizations, or those of the Executive Directors of the World Bank or the governments they represent. Additional funding for this study was provided by UK Aid from the UK Government. The views expressed in this report are those of the authors and do not necessarily represent those of The Asia Foundation or the funders. -
Mahkamah Agu Mahkamah Agung Republik Indo
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N NOMOR : 24/Pid.Sus-TPK/2019/PT.DKI Mahkamah AgungDEMI KEADILAN BERDASARKANRepublik KETUHANAN YANG Indonesia MAHA ESA Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tindak pidana korupsi pada tingkat banding, telah menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa: Nama Lengkap : drh. H. IRWANDI YUSUF, M.Sc.; Tempat lahir : Bireun, Aceh; Umur/tanggal lahir : 58 tahun / 02 Agustus 1960; Jenis kelamin : Laki-laki; Kebangsaan : Indonesia; Tempat tinggal : Jalan Salam No. 20 Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh; Agama : Islam; Pekerjaan : Gubernur Aceh - Periode tahun 2007 s/d 2012 dan 2017 s/d 2022; Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh: Mahkamah Agung1. Penyidik : sejak tanggal Republik 04 Juli 2018 sampai dengan Indonesiatanggal 23 Juli 2018; 2. Perpanjangan Penuntut Umum : sejak tanggal 24 Juli 2018 sampai dengan tanggal 1 September 2018; 3. Perpanjangan Pertama oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat : sejak tanggal 02 September 2018 sampai dengan tanggal 01 Oktober 2018; 4. Perpanjangan Kedua oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat : sejak tanggal 02 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2018; 5. Penuntut Umum : sejak tanggal 30 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 18 November 2018; 6. Hakim Pengadilan Negeri : sejak tanggal 14 November 2018 sampai dengan tanggal 13 Desember 2018; 7. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri : sejak tanggal 14 Desember 2018 sampai dengan tanggal 11 Februari 2019; 8. Perpanjangan Pertama oleh Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta : sejak Mahkamah Agungtanggal 12 Februari 2019 Republik sampai dengan tanggal 13 Maret 2019;Indonesia Halaman 1 Putusan Nomor 24/Pid.Sus-TPK/2019/PT.DKI Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. -
Averting Election Violence in Aceh
Update Briefing Asia Program Briefing N°135 Jakarta/Brussels, 29 February 2012 Indonesia: Averting Election Violence in Aceh I. OVERVIEW To this end, it engaged in a number of legal manoeuvres, on the pretext of safeguarding Acehnese autonomy and the integrity of the 2006 Law on the Governing of Aceh (Un- In less than two months, on 9 April, Aceh will go to the dang-Undang Pemerintahan Aceh), the legal underpin- polls to elect a governor and vice governor, as well as sev- ning of the Helsinki Memorandum of Understanding enteen district heads and deputies. Despite rhetorical (MoU) that ended GAM’s 30-year insurgency against the commitments on the part of all contenders to a peaceful Indonesian government. In particular, it challenged a election, the potential for isolated acts of violence be- Constitutional Court decision that annulled one provision tween now and then is high; the potential for trouble after of the law, thereby enabling independent (non-party) can- the results are announced may be even higher, especially didates to contest the elections originally scheduled for if it is a close election. Getting as many trained monitors late 2011. Irwandi, based on the court’s ruling, intended to Aceh as possible in the coming weeks is critical. to stand as an independent, and Partai Aceh was hoping to block him. The provincial parliament, which Partai Aceh Whether violence materialises may depend on several controls, also refused to pass a regulation (qanun) on elec- factors: tions allowing independent candidates, a move that pre- vented the local election commission from scheduling the the number of election monitors deployed and the speed polls. -
Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal Di Aceh Pasca Perdamaian
Serambi Akademica Vol. 9, No. 4, pISSN 2337–8085 Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Mei 2021 eISSN 2657- 0998 Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal Di Aceh Pasca Perdamaian Usman Universitas Abulyatama [email protected] ABSTRAK Artikel ini membahas tentang eksistensi Partai Aceh, sebagai kekuatan politik lokal pada pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, pasca perdamaian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui eksistensi Partai Politik Lokal Aceh sebagai kekuatan sosial politik lokal, dan berbagai dinamika baik konflik internal, hingga turunnya kekuatan politik lokal dan suara pemilih setiap pelaksanaan pemilihan umum legislataf dan pemilihan kepala daerah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif meliputi pengumpulan data melalui buku, jurnal, media massa dan dokumen lainnya. Teknik penelitian yang di gunakan adalah teknik penelitian studi literatur. Tahapan yang di lakukan dalam penelitian ini yaitu kritik atau analisis sumber, dan interpretasi (menafsirkan sumber). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Dari serangkaian proses penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan bahwa pasca damai Aceh telah terjadi transisi politik, dari kekuatan perlawanan senjata, ke perjuangan melalui Partai Politik Lokal. Eksistensi partai politik lokal salah satu partai mantan kombatan adalah Partai Aceh (PA). Sejak pemilu dan pilkada selama tiga periode, Partai Aceh (PA) mampu mendapatkan suara mayoritas, namun dalam tiga dekade tersebut terjadi penurunan suara pemilih -
Aceh Interim Report May 2012
INTERNATIONAL ELECTION OBSERVATION MISSION Aceh Local Elections: Gubernatorial, Mayoral, & Head of Regency Elections 2012 -- Interim Report -- Report Date: May 3, 2012 The Asian Network for Free Elections wishes to congratulate the people of Aceh for their participation in the second local election held since the end of the conflict in the Province. The April 9th 2012 election is another milestone towards strengthening democracy and respect for the rule of law. This statement is an assessment of the pre-election period, Election Day, and the post-election period by ANFREL’s eleven Citizen Observers from countries across Asia as well as the USA and Canada. SUMMARY The April 9th election was the second opportunity Aceh has had to elect its own governor after the 2005 peace agreement that allowed a legitimate government to be set up according to the Principles of the Helsinki Memorandum of Understanding and the Law on the Governing of Aceh (LoGA). The event was widely viewed as a crucial step to strengthen the institution of democracy in the province and a step forward in consolidating democracy amongst different stakeholders through peaceful means. Notwithstanding the violence, fraud and irregularities reported to the electoral supervisory body (Panwaslu), monitoring groups and political parties, it is worth noting that the electoral process can so far be categorized as successful. When viewed in the context of the past conflict, the election has been relatively calm and the electorate proved to be engaged, as evidenced by the over 75% voter turnout. ANFREL deployed 11 mobile monitors from 18 March to 18 April 2012 to cover all of Aceh’s regencies except the islands of Sabang and Simeuleu. -
The Cycle and Risk of Conflict in Aceh Post Mou Helsinki
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 292 1st Aceh Global Conference (AGC 2018) The Cycle and Risk of Conflict in Aceh Post MoU Helsinki Iqbal Ahmady, Ubaidullah, Effendi Hasan Faculty of Social and Political Sciences, Syiah Kuala University Banda Aceh, Indonesia [email protected] Abstract—Aceh has gone through two phases of conflict. Started by the DI/TII movement lead by Tgk. Daud Beureueh in 1953 until 1962. Aceh has around 14 years with no conflict after that, soon the occurrence of Acheh-Sumatra National Liberation Front or Aceh Freedom Movement (GAM) was declared by Hasan Tiro in 1976. The reoccurrence of conflict in Aceh was the result of unfinished or incomplete conflict management. The efforts taken by the Government of Indonesia was not thoroughly done. The fulfillment of promises was not seriously done, and less conflict resolution actions create new conflict. After the signing of MoU Helsinki in 2005 which ends the prolonged conflict with GAM, there is a concern of conflict reoccurrence in Aceh. Some factors which become the potency for conflict reoccurrence can be analyzed as a preventive action for a new conflict. Also as the solution for conflict resolution for other areas that have a similar case with the conflict cases in Aceh. Keyword—Aceh; conflict; combatants I. INTRODUCTION Memorandum of Understanding Helsinki which was agreed by the Government of Indonesia (GoI) and Freedom of Aceh Movement (GAM) on August 15, 2005, in Finland is a peace agreement which has been awaiting by the people of Aceh. Crisis Management Initiative (CMI) acted as mediator lead by Finland President Martii Ahtisaari. -
Bab 5 Alasan Pemerintahan Aceh Mempertahankan Politik Paradiplomasi Aceh
BAB 5 ALASAN PEMERINTAHAN ACEH MEMPERTAHANKAN POLITIK PARADIPLOMASI ACEH Konflik politik-paradiplomasi antara Pemerintahan Aceh dengan pemerintah Republik Indonesia dalam pembentukan Lembaga Wali Nanggroe (LWN) merupakan fenomena baru dan unik dalam praktik berpemerintahan di Indonesia. Sistem Pemerintahan Aceh yang disusun pasca perjanjian damai tahun 2005 memberikan corak yang khas dalam dinamika politik hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah regional/provinsi. Kasus bertahannya Pemerintahan Aceh dengan politik-paradiplomasinya yang ditetapkan dalam qanun tentang LWN yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2018, dianalisis dalam bab ini untuk menemukan alasan-alasan rasional mengapa Pemerintahan Aceh mempertahankan keputusan tersebut. Untuk melakukan analisis dalam penelitian ini, peneliti mengaplikasikan kombinasi teori preferensi politik dari Epstein dan Segal (1996), dan dilengkapi dengan mengadopsi salah satu konsep dari Alexander Went (1998) untuk mengekplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku para aktor politik dalam mengambil keputusan dalam pemerintahan Aceh. Teori preferensi dari Epstein dan Segal (1996) menyatakan bahwa keputusan politik dipengaruhi oleh preferensi atau kecenderungan seseorang atau para elit untuk memprioritaskan suatu pilihan tertentu. Preferensi politik ini antara lain dapat berupa ideologi politik seseorang atau suatu kelompok. Dalam konteks politik di Aceh, preferensi ideologi ini adalah ideologi GAM atau Tiroisme. Oleh karena itu, peneliti menjadikan ‘ideologi 135 GAM’ ini sebagai Variabel independent yang akan diuji validitasnya dalam mempengaruhi keputusan politik-paradiplomasi pemerintahan Aceh dalam pembentukan LWN. Teori preferensi yang diuji dalam penelitian ini, ditambahkan dengan sebuah variable independent baru yang peneliti angkat dari konsep ‘international norm’ yang diambil dari pendapat Alexander Went. ‘International norm’ dalam studi kasus pemerintahan Aceh ini adalah paradiplomasi sebagai norma internasional dalam pergaulan antar bangsa. -
KINERJA4TAHUN PEMERINTAH ACEH 2013-2016 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
KINERJA4TAHUN PEMERINTAH ACEH 2013-2016 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kinerja 4 Tahun Pemerintah Aceh 2013-2016 Hairul Basri [et.al] ISBN: 978-602-0824-35-2 Edisi 1, Cet. 1 Tahun 2016 158 hal. 17,2 cm x 24 cm Pengarah : Verifikator Data : Sekretaris Daerah Aceh 1. Kepala Bidang Bidang di lingkup Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh Penanggungjawab : 2. Kepala Sub Bidang di lingkup Badan Perencanaan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh Pembangunan Daerah Aceh Tim Penulis : Unsur Pendukung : 1. Dr.Ir. Hairul Basri, M.Sc. Tim Sekretariat 2. Taufiqurrahman, SP, MM 3. Zaiyadi, SE Desain dan Layout : aSOKA commucations (www.asoka.web.id) Kontributor Data : (isi diluar tanggungjawab desainer/layouter) Seluruh Satuan Kerja Perangkat Aceh Penerbit : Lembaga Naskah Aceh (NASA) JL. Ulee Kareng - Lamreung, Desa Ie Masen, No. 9A Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh 23117 Telp./Fax. : 0651-635016 E-mail: [email protected] (isi diluar tanggungjawab penerbit) Bekerjasama dengan: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) ACEH Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.26 Banda Aceh kode pos 23121 Telp : (0651) 21440 | Fax: (0651) 33654 email : [email protected] www.bappedal.acehprov.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).