Perkembangan Tafsir Modern Di Indonesia Di Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERKEMBANGAN TAFSIR MODERN PERKEMBANGAN TAFSIR MODERN DI INDONESIA DI INDONESIA THE MODERN TAFSIR DEVELOPMENTS IN INDONESIA Ahmad Atabik STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia [email protected] Ahmad Atabik Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendiskripkan khazanah tafsir di Indonesia di lihat dari segi historisnya. Kajian tafsir Indonesia di sini adalah karya-karya tafsir yang ditulis oleh para ahli tafsir dengan menggunakan salah satu bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Kajian al-Qur’an dan penafsirannya di Indonesia dirintis oleh Abdur Rauf Singkel yang menerjemahkan Al-Qur’an (Tarjuman al-Qur’an) ke dalam bahasa Melayu pada pertengahan abad XVII. Apa yang sudah dikaryakan oleh Singkel ini kemudian dilanjutkan oleh Munawar Chalil (Tafsir al-Qur`an Hidâyah al- Rahman), A. Hassan Bandung (al-Furqan, 1928), Mahmud Yunus (Tafsir Quran Indonesia, 1935), Hamka (Tafsir al-Azhar, 1973), Bisyri Musthafa Rembang (al-Ibriz, 1960). Tafsir al-Qur’an era terakhir adalah karya Quraish Shihab. Model dan sistemasika tafsir karya Quraish Shihab: Pertama, menafsirkan dengan metode tematik, karya model ini tertuang dalam Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1992), Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (1994) dan Wawasan al-Qur’an (1996) dan lainnya. Kedua, model menafsirkan seluruh al-Qur’an. Karya model ini kemudian tertuang dalam karyanya Tafsir al-Mishbah: Pesan dan Keserasian Ayat-Ayat al-Qur’an. Kata Kunci: Tafsir, Indonesia, Sejarah. Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014 305 Ahmad Atabik Abstract THE MODERN TAFSIR DEVELOPMENTS IN INDONESIA. This article aimed to describe Indonesian interpretation. The Indonesian interpretation here is the works written by experts in the interpretation using Bahasa Indonesia. The study of the Qur’an and its interpretation In Indonesia initiated by Abdur Rauf Singkel which translated Al-Qur’an (Tarjuman al-Qur’an) into the Malay Language in the middle of the XVII century. What has been employed by Singkel is then followed by the Munawar Chalil (Tafsir al-Qur`an Hidâyah al- Rahman), A. Hassan Bandung (al-Furqan, 1928), Mahmud Yunus (Tafsir Quran Indonesia, 1935), Hamka (Tafsîr al-Azhar, 1973), Bisyri Musthafa Rembang (al-Ibriz, 1960). The latest interpreter is Quraish Shihab. The Quraish Shihab model and sytematical interpretation is: First, interpret with thematic method, it contained in Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1992), Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (1994) dan Wawasan al-Qur’an (1996). Second the model interprets the whole of the Qur’an. The model of this paper then is contained in the interpretation of his works Al-Mishbah: Pesan dan Keserasian Ayat-Ayat al-Qur’an. Key Words: Interpretation, Indonesia, History A. Pendahuluan Diskursus tentang kajian al-Qur’an dan penafsirannya dalam konteks di Indonesia agak berbeda dengan kajian yang terjadi di dunia Arab. Hal ini disebabkan dunia Arab merupakan tempat turunnya al-Qur’an, sekaligus tempat dipahami dan diamalkannya al-Qur’an awal mulanya. Perbedaan itu lebih disebabkan karena perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an (bilisani qaumih) adalah bahasa orang Arab, maka di antara mereka tidak mengalami permasalahan yang berarti dalam memahami bahasa al-Qur’an, meskipun tingkat kecerdasan mereka berbeda-beda. Ini tentu berbeda apabila al-Qur’an dipahami oleh selain orang Arab (ajam) dan tidak mengetahui secara langsung turunnya al-Qur’an. Oleh karena itu, untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an para ulama nusantara terlebih dahulu memulai dengan menerjemahkan ayat- 306 Hermeunetik, Vol.8, No. 2, Desember 2014 Perkembangan Tafsir Modern di Indonesia ayat al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia, setelah itu kemudian dilanjutkan dengan pemberian penafsiran yang lebih luas dan detail. Dalam sejarah dunia Islam, kajian terhadap al-Qur’an telah dilakukan semenjak zaman Rasulullah (sebagai penafsir pertama) hingga masa kini. Usia penafsiran al-Qur’an juga sama dengan usia al- Qur’an itu sendiri. Berjuta-juta karya tafsir al-Qur’an telah dihasilkan oleh para ulama’. Kajian al-Qur’an terus dilakukan dengan berbagai metode, sistematika dan pendekatannya. Bahkan bukan hanya kaum muslimin saja yang telah mengkaji al-Qur’an. Para sarjana Barat juga telah banyak menghasilkan karyanya terkait dengan studi al-Qur’an. Dengan motivasi yang berbeda-beda. Dari motivasi keilmuan an sich, hingga motivasi kritik terhadap eksistensi al-Qur’an sendiri. Tercatat dalam sejarah, kajian mereka terhadap al-Qur’an dimulai sejak abad ke-3 H atau abad ke-9 M. Dalam lintas sejarah Nusantara, al-Qur’an diajarkan dan dipelajari seiring dengan masuknya Islam di Nusantara. Bermula dari era Tarjuman al-Qur’an yang dikarang oleh Abdul Rauf al-Singkili hingga era Tafsir al-Misbah, tafsir di Indonesia telah melewati generasi satu ke generasi lain. Dari model penulisan ke model penulisan yang lain. Dari sistematika penulisan yang masih sangat tradisional kepada sistematika penulisan yang sudah modern. Dari tidak menggunakan metode penafsiran hingga menggunakan metode penafsiran sesuai dengan yang telah diletakkan oleh para mufassir. Munculnya kajian al-Qur’an dan penafsirannya di Indonesia ini sebagai pertanda bahwa terdapat respon yang baik dari masyarakat Indonesia terhadap kitab sucinya, meskipun tidak sesemarak apa yang telah dikaryakan oleh orang-orang Arab. Walaupun demikian perlu disyukuri adanya ulama’-ulama’ Indonesia telah mampun menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an 30 Juz lengkap semisal, Abdul Rauf al-Sinkili dengan karya Tarjuman al-Qur’an, Hamka dengan karya Tafsir al- Azhar, dan Quraish Shihab dengan karya Tafsir al-Mishbah. Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014 307 Ahmad Atabik B. Istilah dan Metodologi Tafsir Indonesia 1. Pengertian Tafsir Indonesia Secara etimologi kata tafsir merupakan bentuk isim mashdar dari fassara-yufassiru tafsi>ran mengikuti wazan fa’ala-yufa’ilu-taf’i>lan yang mempunyai arti menjelaskan, memahamkan, dan menerangkan. Sedangkan fasara-yafsiru-fasran mempunyai arti membuka. Tafsir juga mempunyai arti kebahasaan al-kasyf berarti penyingkap, al-ibanah berarti menjelaskan, dan al-iz}h>ar yang berarti menampakkan makna yang tersembunyi1. Al-Dzahabi menjelaskan bahwa secara bahasa tafsir berarti al-id}a>h (menjelaskan) dan al-tabyi>n (menerangkan). Kata tafsir secara disinggung al-Qur’an dalam surat al-Furqan: 33; “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik (tafsir) penjelasannya.” Lanjut al-Dzahabi, tafsir juga digunakan untuk menunjukkan dua hal. Pertama, mengungkap makna yang tersembunyi secara inderawi (al-hissi), dan kedua, menyingkap makna yang tersembunyi secara rasio (ma’ani ma’qulah). Makna yang kedua inilah yang lebih banyak dan biasa dipergunakan2. Sedangkan menurut terminologi, para ulama berpendapat bahwa tafsir bukanlah ilmu yang mengharuskan adanya batasan- batasan. Karena tafsir bukanlah kaidah-kaidah sebagaimana ilmu- ilmu yang berkaitan dengan rasionalitas. Menurut al-Dzahabai, tafsir adalah ilmu yang menjelaskan tentang kalam Allah, atau ilmu yang menjelaskan lafaz-lafaz al-Qur’an dan pemahaman-pemahaman lain yang berkaitan dengannya3. Sedangkan menurut al-Zakarkasyi, tafsir adalah ilmu untuk memahami kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., menjelaskan makna, mengeluarkan 1 Manna’ al-Qaththan, Mabahis\ fi Ulu>m al-Qur’an, Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah, 1994, hlm. 345. 2 Muhammad Husain az-Zahabi, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Makt - bah Wahbah, 1995), Jilid 1, hlm. 13. 3 Ibid., hlm. 14. 308 Hermeunetik, Vol.8, No. 2, Desember 2014 Perkembangan Tafsir Modern di Indonesia hukum, dan hikmah yang terkandung di dalamnya4. Al-Syirbashi menjelaskan bahwa terdapat dua makna tafsir dikalangan ulama’, pertama, keterangan atau penjelasan sesuatu yang tidak jelas dalam al-Qur’an yang dapat menyampaikan pengertian yang dikehendaki, dan kedua, merupakan bagian dari ilmu badi’, yaitu salah satu cabang ilmu sastra Arab yang mengutamakan keindahan makna dalam menyusun kalimat5. Sedangkan istilah tafsir Indonesia merupakan bentuk id}afah dan gabungan dari tafsir dan Indonesia. Abror (2002) menjelaskan bahwa tafsir Indonesia adalah kitab-kitab tafsir atau karya-karya dibidang tafsir yang mempunyai karakteristik atau kekhasan lokal Indonesia. Maksud dari karakteristik dan kekhasan lokal Indonesia adalah sebuah buku tafsir yang ditulis oleh orang atau yang dikaryakan dengan menggunakan bahasa lokal Indonesia, baik menggunakan salah satu bahasa daerah di Indonesia (misal, bahasa Jawa, bahasa Sunda) maupun dengan bahasa Indonesia sendiri6 Kajian tafsir Indonesia di sini adalah karya-karya tafsir yang ditulis oleh orang atau yang dikarang dengan menggunakan salah satu bahasa daerah atau bahasa Indonesia, rentang waktu sebelum abad 20 dan sesudahnya dengan melihat sejarah kemunculan dan perkembangannya. Kajian tafsir Indonesia ini juga melihat sisi metode yang dipakai para ulama’ Indonesia dalam menafsirkan ayat-ayat al- Qur’an dan sejauh mana karya-karya tafsir ulama’ Indonesia ini andil dan turut serta dalam perkembangan tafsir di Indonesia. Pada dasarnya, kajian tentang khazanah tafsir di Indonesia telah dilakukan oleh banyak peneliti, baik dari peneliti dalam negeri maupun dari luar negeri. Peneliti dalam negeri misalnya, Islah Gusmian dalam tesisnya yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul “Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika hingga Ideologi”. 4 Az-Zarkasyi, al-Burha>n fi Ulu>m