Bentuk, Fungsi, Dan Makna Pamor Senjata Kawali Dalam Masyarakat Bugis
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Pakarena Volume 4 Nomor 1, Juni 2019 e-ISSN: 2550-102X dan p-ISSN: 1693-3990 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA PAMOR SENJATA KAWALI DALAM MASYARAKAT BUGIS Satriadi Keywords : ABSTRAK Senjata Kawali; Kawali merupakan warisan kebudayaan fisik dan juga Pamor; Bugis; merupakan produk kesenian berupa senjata tikam jarak pendek dengan bilah yang hanya memiliki satu sisi tajam dan ujung Corespondensi Author yang runcing. Kawali secara utuh memiliki tiga elemen pokok Desain Komunikasi Visual, yaitu bilah, wanoa dan pangulu. Masing-masing elemen Universitas Negeri Makassar, tersebut memiliki bentuk dan makna tersendiri. Bilah Fakultas Seni dan Desain Jln. merupakan elemen paling pokok karena di dalamnya terdapat Dg. Tata Kampus UNM motif pamor yang mengadung pesan atau makna simbolik yang Parangtambung dijadikan pedoman masyarakat pendukungnya, dalam hal ini [email protected] masyarakat Bugis. Oleh karena itu, ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan dalam menganalisis bentuk dan makna simbolik motif pamor pada kawali yaitu konteks estetika atau penyajian yang mencakup bentuk dan gaya, kedua adalah konteks makna (meaning) yang mencakup pesan dan kaitan dengan simbol-simbolnya (simbolic value). Penelusuran bentuk dan makna motif pamor melalui interpretasi analsis dengan pendekatan Estetika Nusantara dan penjelasan emik dalam kebudayaan, sehingga diketahui bahwa eksistensi pamor kawali adalah selain sebagai motif penghias bilah juga sebagai pesan yang menggambarkan kehidupan yang ideal dalam masyarakat Bugis. ABSTRACT Kawali is the physical and cultural heritage is also a product of art in the form of short-range stabbing weapons with blades that have only one sharp edge and a pointed end. Kawali as a whole has three main elements, namely bilah, wanoa and pangulu. Each of these elements has its own form and meaning. Bilah is the most essential element because it constitutes a pamor motive having message or symbolic meaning guiding the supporting people, in this case the Bugis people. Therefore, there are two aspects of art that need to be considered in analyzing the shape and symbolic meaning pamor motive in kawali that context aesthetic or presentation that includes the shape and style, the second is the context of meaning (meaning) that includes the message and the link with the symbols (symbolic value). Search form and meaning through interpretation pamor motive to approach the analysis and Nusantara Aesthetics explanation emic in the culture, so it is known that the existence of kawali pamor is other than as a motive trimmer Satriadi, Bentuk, Fungsi, Dan Makna Pamor Senjata Kawali Dalam Masyarakat Bugis, hlm. 12-27 13 blades as well as a message that describes the ideal life in Bugis people. PENDAHULUAN mempengaruhi aktivitas sosial masyarakat Bugis, oleh karena itu secara umum penelitian Sulawesi selatan merupakan wilayah ini menggunakan pendekatan budaya untuk administrasi yang didukung oleh empat etnis mengkaji permasalahan yang diajukan dalam besar yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan penelitian. Toraja (Mattulada, 1995:5). Bugis merupakan METODE etnis yang memiliki populasi yang paling besar dan menduduki wilayah yang luas. Etnis Bugis Metode penelitian yang dipilih untuk memiliki kebudayaan yang unik dan spesifik. memperoleh data-data dan informasi, Salah satu keunikan dan kespesifikan menginventarisasi, mengolah dan kebudayaannya tercermin dalam sistem menganalisisnya yaitu metode penelitian pengetahuan mengenai senjata tradisional. kualitatif. Penelitian kualitatif tidak Senjata tradisional yang identik dengan Bugis menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi adalah badik, dimana dalam istilah lokal dikenal lebih menekankan pada segi kualitas secara dengan sebutan kawali. kawali merupakan alamiah karena menyangkut pengertian, wujud kebudayaan Bugis dalam bentuk artefak konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada berupa senjata tradisional. objek penelitian lainnya. Penelitian ini akan Koentjaraningrat menyebutkan, ada tiga mendeskripsikan tentang eksistensi kawali, wujud kebudayaan: 1) wujud kebudayaan bentuk pamor dan maknanya. Agar sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, menghasilkan sebuah hasil penelitian yang nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan relevan dengan tujuannya, maka rencana sebagainya; 2) wujud kebudayaan sebagai suatu penelitian ini diperlukan metode penelitian kompleks aktivitas kelakuan berpola dari berupa metode; (1) penentuan sumber data, (2) manusia dalam masyarakat; 3) wujud teknik pengumpulan data, dan (3) analisis data. kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, berupa kebudayaan fisik yang 1. Sumber data berbentuk nyata dan merupakan hasil karya a. Karya kawali masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut Karya kawali yang dikaji merupakan oleh Koentjaraningrat dinyatakan sebagai karya-karya kawali yang tersebar di beberapa sistem-sistem yang erat kaitannya satu sama daerah di wilayah Bugis. kawali-kawali yang lainnya, dan dalam hal ini sistem yang paling menjadi sumber referensi antara lain koleksi abstrak (ideas) seakan-akan berada di atas pribadi Andi Ancu, Andi Basri, Tenri Ewa, untuk mengatur aktivitas sistem sosial yang Imran Syahruddin, dan Galery Adi Pusaka. lebih kongkrit, sedangkan aktivitas dalam Sumber data berupa ini dapat digunakan untuk sistem sosial menghasilkan kebudayaan menganalisis berbagai varian bentuk bilah dan material (artifact). Sebaliknya sistem yang bentuk pamornya. berada di bawah dan bersifat konkrit memberi energi kepada yang di atas (1986:186-188). b. Nara Sumber Adanya ide dan gagasan mengakibatkan 1) Panre bessi/ mpu terjadinya aktivitas yang menghasilkan suatu Panre bessi adalah orang yang ahli dalam karya (kebudayaan fisik). Selanjutnya menempa bilah kawali. Data yang diharapkan kebudayaan fisik berpengaruh terhadap dari Panre bessi ini adalah data tentang proses lingkungan tertentu sehingga makin lama dan teknik pembuatan bilah kawali, mulai pada makin menjauhkan manusia dari kondisi asli tahap persiapan penempaan hingga pasca lingkungan alam, hal yang selanjutnya penempaan, selain itu juga diharapakn data mempengaruhi pola-pola berpikirnya dan juga mengenai teknik-teknik pembentukan pamor. cara bergaul, dan cara bertindak. Dalam hal ini, Adapun panre yang dimaksud adalah A. Tenri kawali merupakan artifak kebudayaan Polo Jiwa, Panre Lawu, Panre Co’tang. masyarakat Bugis yang memuat idea dan 2) Perajin wanoa dan hulu digunakan dalam aktivitas sehari-hari serta 13 Jurnal Pakarena, Volume 4 Nomor 1, Juni 2019 14 Sebuah kawali yang utuh adalah kawali mendata motif-motif pamor, beserta unsur yang dilengkapi dengan wanoa dan pangulu. pembentuknya digunakan metode observasi, Data yang diharapkan dari perajin ini adalah dan untuk meyakinkan data observasi, proses dan teknik pembuatan wanoa dan dilakukan wawancara dan studi kepustakaan. pangulu dalam berbagai variasi bentuk dan Metode observasi dapat diartikan sebagai motif ragam hias yang diterapkan. Adapun pengamatan dan pencatatan secara sistematik orang yang dimaksud adalah Daeng Aries. Data terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. yang diperoleh dari narasumber ini adalah Untuk memperlancar penelitian dan agar dapat bahan dan teknik pembuatan kelengkapan berjalan secara sistematis maka dibuat tahapan- kawali. tahapan penelitian yang meliputi; (1) tahap 3) Budayawan penentuan sasaran penelitian; (2) tahap Kawali sangat berkaitan erat dengan pengumpulan data dan (3) tahap pembahasan kebudayaan Bugis, maka dibutuhkan data dari data. Sasaran penelitian ini adalah seluruh seorang budayawan untuk menjelaskan bentuk pamor rekan dan tiban yang melekat bagaimana keberadaan kawali dalam kaitannya pada bilah kawali. Penelitian ditujukan untuk dengan aktivitas sosial masyarakat yang mengadakan indetivikasi bentuk motif pola dan berkaitan dengan kawali, sejarah kawali dan pola pamor dengan mengenali, menandai, bagaimana peranannya dari dulu hingga membuat klasifikasi dan menginterpretasikan. sekarang. Adapun budayawan yang dimaksud Agar dapat memperoleh data seperti yang adalah A. Kahar Wahid, Andi Baso Bone, Andi diharapkan sesuai dengan rumusan masalah Darwis Petta Mabbangkungnge, Halilintar dalam penelitian ini, maka perlu digunakan Latief, Andi Singke, Andi Basri, dan Andi suatu metode pengumpulan data yang tepat. Haedar. Metode pengumpulan data yang digunakan 4) Kolektor adalah studi pustaka, metode observasi, metode Kolektor merupakan orang yang wawancara dan dokumentasi. menyimpan dan merawat berbagai jenis kawali. a. Studi Pustaka Data yang diharapkan dari kolektor adalah Studi pustaka dilakukan dengan berupa dokumentasi mengenai pamor kawali, mengumpulkan sumber pustaka yang serta makna dari pamor tersebut. Adapun berhubungan dengan masalah penelitian yang kolektor yang dimaksud adalah Andi Halilintar kemudian dengan cara membaca, lalu mencatat Latif, Imran Syahruddin, Andi Haedar, Andi yang dianggap penting yang berhubungan Basri, dan Andi Andu. dengan masalah penelitian, dan kalau diperlukan dilakukan translate bahasa, karena c. Dokumen atau arsip data-data manuskrip dan naskah kuno Dokumen atau arsip dalam penelitian ini umumnya berbahasa Bugis dengan huruf adalah data-data tertulis mengenai semua lontara’. Langkah-langkah dalam studi pustaka materi yang terkait dengan pokok permasalahan diawali dengan pemilahan data-data pustaka dalam penelitian ini yang didapat dari studi yang berupa manuskrip, buku-buku kuno yang pustaka dan literatur. Dokumen berupa catatan sudah tidak diterbitkan dan buku-buku baru