Bentuk, Fungsi, Dan Makna Pamor Senjata Kawali Dalam Masyarakat Bugis

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bentuk, Fungsi, Dan Makna Pamor Senjata Kawali Dalam Masyarakat Bugis Jurnal Pakarena Volume 4 Nomor 1, Juni 2019 e-ISSN: 2550-102X dan p-ISSN: 1693-3990 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA PAMOR SENJATA KAWALI DALAM MASYARAKAT BUGIS Satriadi Keywords : ABSTRAK Senjata Kawali; Kawali merupakan warisan kebudayaan fisik dan juga Pamor; Bugis; merupakan produk kesenian berupa senjata tikam jarak pendek dengan bilah yang hanya memiliki satu sisi tajam dan ujung Corespondensi Author yang runcing. Kawali secara utuh memiliki tiga elemen pokok Desain Komunikasi Visual, yaitu bilah, wanoa dan pangulu. Masing-masing elemen Universitas Negeri Makassar, tersebut memiliki bentuk dan makna tersendiri. Bilah Fakultas Seni dan Desain Jln. merupakan elemen paling pokok karena di dalamnya terdapat Dg. Tata Kampus UNM motif pamor yang mengadung pesan atau makna simbolik yang Parangtambung dijadikan pedoman masyarakat pendukungnya, dalam hal ini [email protected] masyarakat Bugis. Oleh karena itu, ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan dalam menganalisis bentuk dan makna simbolik motif pamor pada kawali yaitu konteks estetika atau penyajian yang mencakup bentuk dan gaya, kedua adalah konteks makna (meaning) yang mencakup pesan dan kaitan dengan simbol-simbolnya (simbolic value). Penelusuran bentuk dan makna motif pamor melalui interpretasi analsis dengan pendekatan Estetika Nusantara dan penjelasan emik dalam kebudayaan, sehingga diketahui bahwa eksistensi pamor kawali adalah selain sebagai motif penghias bilah juga sebagai pesan yang menggambarkan kehidupan yang ideal dalam masyarakat Bugis. ABSTRACT Kawali is the physical and cultural heritage is also a product of art in the form of short-range stabbing weapons with blades that have only one sharp edge and a pointed end. Kawali as a whole has three main elements, namely bilah, wanoa and pangulu. Each of these elements has its own form and meaning. Bilah is the most essential element because it constitutes a pamor motive having message or symbolic meaning guiding the supporting people, in this case the Bugis people. Therefore, there are two aspects of art that need to be considered in analyzing the shape and symbolic meaning pamor motive in kawali that context aesthetic or presentation that includes the shape and style, the second is the context of meaning (meaning) that includes the message and the link with the symbols (symbolic value). Search form and meaning through interpretation pamor motive to approach the analysis and Nusantara Aesthetics explanation emic in the culture, so it is known that the existence of kawali pamor is other than as a motive trimmer Satriadi, Bentuk, Fungsi, Dan Makna Pamor Senjata Kawali Dalam Masyarakat Bugis, hlm. 12-27 13 blades as well as a message that describes the ideal life in Bugis people. PENDAHULUAN mempengaruhi aktivitas sosial masyarakat Bugis, oleh karena itu secara umum penelitian Sulawesi selatan merupakan wilayah ini menggunakan pendekatan budaya untuk administrasi yang didukung oleh empat etnis mengkaji permasalahan yang diajukan dalam besar yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan penelitian. Toraja (Mattulada, 1995:5). Bugis merupakan METODE etnis yang memiliki populasi yang paling besar dan menduduki wilayah yang luas. Etnis Bugis Metode penelitian yang dipilih untuk memiliki kebudayaan yang unik dan spesifik. memperoleh data-data dan informasi, Salah satu keunikan dan kespesifikan menginventarisasi, mengolah dan kebudayaannya tercermin dalam sistem menganalisisnya yaitu metode penelitian pengetahuan mengenai senjata tradisional. kualitatif. Penelitian kualitatif tidak Senjata tradisional yang identik dengan Bugis menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi adalah badik, dimana dalam istilah lokal dikenal lebih menekankan pada segi kualitas secara dengan sebutan kawali. kawali merupakan alamiah karena menyangkut pengertian, wujud kebudayaan Bugis dalam bentuk artefak konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada berupa senjata tradisional. objek penelitian lainnya. Penelitian ini akan Koentjaraningrat menyebutkan, ada tiga mendeskripsikan tentang eksistensi kawali, wujud kebudayaan: 1) wujud kebudayaan bentuk pamor dan maknanya. Agar sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, menghasilkan sebuah hasil penelitian yang nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan relevan dengan tujuannya, maka rencana sebagainya; 2) wujud kebudayaan sebagai suatu penelitian ini diperlukan metode penelitian kompleks aktivitas kelakuan berpola dari berupa metode; (1) penentuan sumber data, (2) manusia dalam masyarakat; 3) wujud teknik pengumpulan data, dan (3) analisis data. kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, berupa kebudayaan fisik yang 1. Sumber data berbentuk nyata dan merupakan hasil karya a. Karya kawali masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut Karya kawali yang dikaji merupakan oleh Koentjaraningrat dinyatakan sebagai karya-karya kawali yang tersebar di beberapa sistem-sistem yang erat kaitannya satu sama daerah di wilayah Bugis. kawali-kawali yang lainnya, dan dalam hal ini sistem yang paling menjadi sumber referensi antara lain koleksi abstrak (ideas) seakan-akan berada di atas pribadi Andi Ancu, Andi Basri, Tenri Ewa, untuk mengatur aktivitas sistem sosial yang Imran Syahruddin, dan Galery Adi Pusaka. lebih kongkrit, sedangkan aktivitas dalam Sumber data berupa ini dapat digunakan untuk sistem sosial menghasilkan kebudayaan menganalisis berbagai varian bentuk bilah dan material (artifact). Sebaliknya sistem yang bentuk pamornya. berada di bawah dan bersifat konkrit memberi energi kepada yang di atas (1986:186-188). b. Nara Sumber Adanya ide dan gagasan mengakibatkan 1) Panre bessi/ mpu terjadinya aktivitas yang menghasilkan suatu Panre bessi adalah orang yang ahli dalam karya (kebudayaan fisik). Selanjutnya menempa bilah kawali. Data yang diharapkan kebudayaan fisik berpengaruh terhadap dari Panre bessi ini adalah data tentang proses lingkungan tertentu sehingga makin lama dan teknik pembuatan bilah kawali, mulai pada makin menjauhkan manusia dari kondisi asli tahap persiapan penempaan hingga pasca lingkungan alam, hal yang selanjutnya penempaan, selain itu juga diharapakn data mempengaruhi pola-pola berpikirnya dan juga mengenai teknik-teknik pembentukan pamor. cara bergaul, dan cara bertindak. Dalam hal ini, Adapun panre yang dimaksud adalah A. Tenri kawali merupakan artifak kebudayaan Polo Jiwa, Panre Lawu, Panre Co’tang. masyarakat Bugis yang memuat idea dan 2) Perajin wanoa dan hulu digunakan dalam aktivitas sehari-hari serta 13 Jurnal Pakarena, Volume 4 Nomor 1, Juni 2019 14 Sebuah kawali yang utuh adalah kawali mendata motif-motif pamor, beserta unsur yang dilengkapi dengan wanoa dan pangulu. pembentuknya digunakan metode observasi, Data yang diharapkan dari perajin ini adalah dan untuk meyakinkan data observasi, proses dan teknik pembuatan wanoa dan dilakukan wawancara dan studi kepustakaan. pangulu dalam berbagai variasi bentuk dan Metode observasi dapat diartikan sebagai motif ragam hias yang diterapkan. Adapun pengamatan dan pencatatan secara sistematik orang yang dimaksud adalah Daeng Aries. Data terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. yang diperoleh dari narasumber ini adalah Untuk memperlancar penelitian dan agar dapat bahan dan teknik pembuatan kelengkapan berjalan secara sistematis maka dibuat tahapan- kawali. tahapan penelitian yang meliputi; (1) tahap 3) Budayawan penentuan sasaran penelitian; (2) tahap Kawali sangat berkaitan erat dengan pengumpulan data dan (3) tahap pembahasan kebudayaan Bugis, maka dibutuhkan data dari data. Sasaran penelitian ini adalah seluruh seorang budayawan untuk menjelaskan bentuk pamor rekan dan tiban yang melekat bagaimana keberadaan kawali dalam kaitannya pada bilah kawali. Penelitian ditujukan untuk dengan aktivitas sosial masyarakat yang mengadakan indetivikasi bentuk motif pola dan berkaitan dengan kawali, sejarah kawali dan pola pamor dengan mengenali, menandai, bagaimana peranannya dari dulu hingga membuat klasifikasi dan menginterpretasikan. sekarang. Adapun budayawan yang dimaksud Agar dapat memperoleh data seperti yang adalah A. Kahar Wahid, Andi Baso Bone, Andi diharapkan sesuai dengan rumusan masalah Darwis Petta Mabbangkungnge, Halilintar dalam penelitian ini, maka perlu digunakan Latief, Andi Singke, Andi Basri, dan Andi suatu metode pengumpulan data yang tepat. Haedar. Metode pengumpulan data yang digunakan 4) Kolektor adalah studi pustaka, metode observasi, metode Kolektor merupakan orang yang wawancara dan dokumentasi. menyimpan dan merawat berbagai jenis kawali. a. Studi Pustaka Data yang diharapkan dari kolektor adalah Studi pustaka dilakukan dengan berupa dokumentasi mengenai pamor kawali, mengumpulkan sumber pustaka yang serta makna dari pamor tersebut. Adapun berhubungan dengan masalah penelitian yang kolektor yang dimaksud adalah Andi Halilintar kemudian dengan cara membaca, lalu mencatat Latif, Imran Syahruddin, Andi Haedar, Andi yang dianggap penting yang berhubungan Basri, dan Andi Andu. dengan masalah penelitian, dan kalau diperlukan dilakukan translate bahasa, karena c. Dokumen atau arsip data-data manuskrip dan naskah kuno Dokumen atau arsip dalam penelitian ini umumnya berbahasa Bugis dengan huruf adalah data-data tertulis mengenai semua lontara’. Langkah-langkah dalam studi pustaka materi yang terkait dengan pokok permasalahan diawali dengan pemilahan data-data pustaka dalam penelitian ini yang didapat dari studi yang berupa manuskrip, buku-buku kuno yang pustaka dan literatur. Dokumen berupa catatan sudah tidak diterbitkan dan buku-buku baru
Recommended publications
  • Rules and Options
    Rules and Options The author has attempted to draw as much as possible from the guidelines provided in the 5th edition Players Handbooks and Dungeon Master's Guide. Statistics for weapons listed in the Dungeon Master's Guide were used to develop the damage scales used in this book. Interestingly, these scales correspond fairly well with the values listed in the d20 Modern books. Game masters should feel free to modify any of the statistics or optional rules in this book as necessary. It is important to remember that Dungeons and Dragons abstracts combat to a degree, and does so more than many other game systems, in the name of playability. For this reason, the subtle differences that exist between many firearms will often drop below what might be called a "horizon of granularity." In D&D, for example, two pistols that real world shooters could spend hours discussing, debating how a few extra ounces of weight or different barrel lengths might affect accuracy, or how different kinds of ammunition (soft-nosed, armor-piercing, etc.) might affect damage, may be, in game terms, almost identical. This is neither good nor bad; it is just the way Dungeons and Dragons handles such things. Who can use firearms? Firearms are assumed to be martial ranged weapons. Characters from worlds where firearms are common and who can use martial ranged weapons will be proficient in them. Anyone else will have to train to gain proficiency— the specifics are left to individual game masters. Optionally, the game master may also allow characters with individual weapon proficiencies to trade one proficiency for an equivalent one at the time of character creation (e.g., monks can trade shortswords for one specific martial melee weapon like a war scythe, rogues can trade hand crossbows for one kind of firearm like a Glock 17 pistol, etc.).
    [Show full text]
  • Symbolism of the Sabah Bugis Motive: Sign and Meaning: Weapon and Textile
    KUPAS SENI Jurnal Seni dan Pendidikan Seni ISSN 2289-4640 /eISSN 0127-9688 /Vol. 8 No.2 (2020) / (1-12) Article Info: Received Date: 05 May 2020 Accepted Date: 18 November 2020 Published Date: 27 November 2020 Corresponding Author: [email protected] Symbolism of The Sabah Bugis Motive: Sign and Meaning: Weapon and Textile Mohamad Azizie Nordin Saiful Akram Che Cob Faculty Art and Design, Universiti Teknologi Mara, Shah Alam, Selangor, Malaysia To cite this article (APA): Nordin, M. A., & Che Cob, S. A. (2020). Symbolism of The Sabah Bugis Motive: Sign and Meaning: Weapon and Textile. KUPAS SENI: Jurnal Seni Dan Pendidikan Seni, 8(2), 1-12. https://doi.org/10.37134/kupasseni.vol8.2.1.2020 To link to this article: https://doi.org/10.37134/kupasseni.vol8.2.1.2020 Abstract The research aims to analyse the motive of the traditional Bugis symbol and meaning in Tawau, Sabah (weapon & textile). The research is type is d descriptive qualitative approach with interviews, observation, document, and literature review. Data analysis techniques in this research are ethnography Clifford Geertz. The results of the research indicated that weapons and textiles have a philosophy and symbolic meaning of Bugis Sabah's motive. In this study, textile for Bugis Sabah has convinced symbolic meanings that are very dependent on the wearer for green color for nobility women, red color for teenager’s girl, red color for married women, purple color for widows, black color for elderly and white color for assistants and shaman. Lippa Sabbe’ cloth also has its meaning and philosophy. The motifs found in this Lippa Sabbe ’is Balo Tettong, Mallobang, Cobo, Balo dan Balo Renni.
    [Show full text]
  • 1001 Years of Missing Martial Arts
    1001 Years of Missing Martial Arts IMPORTANT NOTICE: Author: Master Mohammed Khamouch Chief Editor: Prof. Mohamed El-Gomati All rights, including copyright, in the content of this document are owned or controlled for these purposes by FSTC Limited. In Deputy Editor: Prof. Mohammed Abattouy accessing these web pages, you agree that you may only download the content for your own personal non-commercial Associate Editor: Dr. Salim Ayduz use. You are not permitted to copy, broadcast, download, store (in any medium), transmit, show or play in public, adapt or Release Date: April 2007 change in any way the content of this document for any other purpose whatsoever without the prior written permission of FSTC Publication ID: 683 Limited. Material may not be copied, reproduced, republished, Copyright: © FSTC Limited, 2007 downloaded, posted, broadcast or transmitted in any way except for your own personal non-commercial home use. Any other use requires the prior written permission of FSTC Limited. You agree not to adapt, alter or create a derivative work from any of the material contained in this document or use it for any other purpose other than for your personal non-commercial use. FSTC Limited has taken all reasonable care to ensure that pages published in this document and on the MuslimHeritage.com Web Site were accurate at the time of publication or last modification. Web sites are by nature experimental or constantly changing. Hence information published may be for test purposes only, may be out of date, or may be the personal opinion of the author. Readers should always verify information with the appropriate references before relying on it.
    [Show full text]
  • Sejarah Sumedang Dari Masa Ke Masa
    NASKAH AKHIR TENTANG 1. Pergerakan Kebangsaan dan Gejolak Politik Lokal; 2. Kehidupan Sosial Budaya; 3. Merebut dan Mempertahankan Kemer- dekaan; 4. Pembangunan Semasa Bupati Dr. H. Don Murdono, S. H., M. Si. Untuk buku Sejarah Sumedang dari Masa ke Masa kerja sama Pusat Kebudayaan Sunda (PKS), Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran Dengan Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Sumedang Untuk memenuhi persyaratan bagi pengajuan kenaikan Golongan/ Pangkat ke IIIc/Penata pada jabatan fungsional Lektor. BAGIAN KEDUA MASA KERAJAAN HINGGA BERDIRINYA KABUPATEN SUMEDANG 4. Pergerakan Kebangsaan dan Gejolak Politik Lokal Eksploitasi kolonial yang terjadi pada abad ke-19 di Nusantara telah menciptakan kondisi-kondisi yang mendorong rakyat untuk melakukan pergerakan sosial. Dominasi ekonomi, politik, dan budaya yang berlangsung terus menerus telah menimbulkan disorganisasi di kalangan masyarakat tradisional beserta lembaga- lembaganya. Dalam menghadapi pengaruh penetrasi Barat yang memiliki kekuatan disinteragtif, masyarakat tradisional mempunyai cara-cara tersendiri. Cara-cara tersebut dilakukan mengingat di dalam sistem pemerintahan kolonial tidak terdapat lembaga untuk menyalurkan rasa tidak puas ataupun untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, satu- satunya jalan yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan gerakan sosial sebagai bentuk proses sosial.1 Gerakan sosial yang menjadi fenomena dari gejolak politik tingkat lokal sejak akhir abad ke-19 pun terjadi di Sumedang. Gerakan sosial di Sumedang yang perlu dikemukakan di sini adalah Gerakan Nyi Aciah yang terjadi pada tahun 1870-1871 dan dikategorikan sebagai sebuah gerakan keagamaan.2 Gerakan Nyi Aciah terjadi ketika Pangeran Aria Suria Kusuma Adinata atau Pangeran Sugih menjabat sebagai Bupati Sumedang (1834-1882). Ditulis oleh Miftahul Falah, S. S. sebagai bagian dari buku Sumedang dari Masa ke Masa.
    [Show full text]
  • The World from Malarrak: Depictions of South-East Asian and European Subjects in Rock Art from the Wellington Range, Australia
    The world from Malarrak: Depictions of South-east Asian and European subjects in rock art from the Wellington Range, Australia Sally K May The Australian National University Paul SC Taçon Griffith University Alistair Paterson The University of Western Australia Meg Travers University of New England Abstract: This paper investigates contact histories in northern Australia through an analysis of recent rock paintings. Around Australia Aboriginal artists have produced a unique record of their experiences of contact since the earliest encounters with South­east Asian and, later, European visitors and settlers. This rock art archive provides irreplaceable contemporary accounts of Aboriginal attitudes towards, and engagement with, foreigners on their shores. Since 2008 our team has been working to document contact period rock art in north­western and western Arnhem Land. This paper focuses on findings from a site complex known as Malarrak. It includes the most thorough analysis of contact rock art yet undertaken in this area and ques­ tions previous interpretations of subject matter and the relationship of particular paintings to historic events. Contact period rock art from Malarrak presents us with an illustrated history of international relationships in this isolated part of the world. It not only reflects the material changes brought about by outside cultural groups but also highlights the active role Aboriginal communities took in respond­ ing to these circumstances. Introduction the rock art that documents this period of change Few changes would have been as dramatic and from an Aboriginal perspective. We argue that confronting as the early encounters between Aboriginal artists have produced a unique record Indigenous groups and strangers arriving in of their experiences of contact since the very earli- their country after having crossed the sea.
    [Show full text]
  • Investment of Self-Confidence in Cingkrik Rawa Belong Pencak Silat for Elementary School Students
    Al-Adzka: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah p-ISSN: 2088-9801 | e-ISSN: 2597-937X Vol. 11, No. 1 (June 2021), PP. 10 – 18 INVESTMENT OF SELF-CONFIDENCE IN CINGKRIK RAWA BELONG PENCAK SILAT FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS Sa'odah1* and Mamat Supriatna2 1,2Primary Education Department, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia *Email: [email protected] Website: https://jurnal.uinantasari.ac.id/index.php/adzka Received: 2 October 2020; Accepted: 20 April 2021; Published: 23 June 2021 DOI: 10.18952/aladzkapgmi.v11i1.3983 ABSTRACT This article aims to describe thoroughly the value of self-confidence in Pencak Silat activities for elementary school students. The scope includes the value of self-confidence in Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong. The research method used is a literature review and field visits that include observation and interviews. The research subjects were the head of the Lengkong Arts and Culture House Foundation and the research object was elementary school students who were active in Pencak Silat activities in elementary schools. The research sites are the Cingkrik Rawa Belong Lengkong Cultural Art House and the Primary School in Tangerang. The instruments used were interviews and observation. The result of this research is that the value of self-confidence in Pencak Silat activities is the value obtained by children from training or Pencak silat activities and then retrained through the experience of the championships that have been followed The use-value contained in the Cingkrik Pencak Silat activity can be used as learning to instill confidence in elementary school students. Keywords: cingkrik pencak silat; self-confidence values; elementary school INTRODUCTION Pencak Silat is the result of the culture of Indonesian people in terms of self-defense, self-defense, and the surrounding environment to achieve harmony in life to increase faith and piety (Pratama, 2018; Gristyutawati, Earrings Dien, 2012; and Mardotillah & Zein, 2017).
    [Show full text]
  • REPRESENTASI NILAI BUDAYA SIRI' DALAM FILM TELEVISI NASIONAL (Analisis Semiotik Pierce Film “Badik Titipan Ayah”)
    REPRESENTASI NILAI BUDAYA SIRI’ DALAM FILM TELEVISI NASIONAL (Analisis Semiotik Pierce Film “Badik Titipan Ayah”) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar Oleh: SRI YUSNIDAR NIM: 50500113074 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017 iii iv v KATA PENGANTAR . احلمد هلل الذي خلق اﻹنسان يف أحسن تقومي، وجعل احلياء من اﻹميان والصﻻة والسﻻم على خري خلقه سيدنا حممد صلى اهلل عليه وسلم املبعوث إىل خري اﻷنام، وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إىل يوم القيامة . Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan nikmat kepada seluruh makhluk yang bernafas dimuka bumi. Dialah yang maha pengasih namun tak pilih kasih dan karena Dialah akhirnya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis hanturkan semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad swt. Keluarganya dan orang-orang yang masih mengikuti ajaran-Nya hingga hari pembalasan tiba. Selanjutnya penulis hanturkan ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta yang terus mendukung dan mendoakan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini dan untuk pihak-pihak yang telah banyak berjasa dalam membantu penyelesaian tugas akhir ini: 1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Musafir Pababari, M.Si, Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag, Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A, dan Wakil Rektor III Prof. Hj. Siti Aisyah, M.A., Ph.D, serta Wakil Rektor IV Prof. Dr. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di UIN Alauddin Makassar.
    [Show full text]
  • Makna Simbolik Pusaka Tua Jenis Badik Di Museum La Galigo - Benteng Rotterdam Kota Makassar
    MAKNA SIMBOLIK PUSAKA TUA JENIS BADIK DI MUSEUM LA GALIGO - BENTENG ROTTERDAM KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh ROSDAWIA NIM. 105381109216 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2020 i ii iii UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : ROSDAWIA Nim : 105381109216 Jenjang : Strata Satu (S1) Program Studi : Pendidikan Sosiologi Judul : Makna Simbolik Pusaka Tua Jenis Di Museum La Galigo-Benteng Rotterdam Kota Makassar Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikutr: 1. Mulai daripenyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan menyusunnya sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas. 3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini. 4. Apabila saya melanggar perjanjian butir 1, 2 dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran. Makassar, November 2020 Yang membuat Pernyataan, ROSDAWIA Nim. 105381109216 iv UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : ROSDAWIA Nim : 105381115016 Jenjang : Strata Satu (S1) Program Studi : Pendidikan Sosiologi Judul : Makna Simbolik Pusaka Tua Jenis Badik Di Museum La Galigo-Benteng Rotterdam Kota Makassar Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan- bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Unismuh Makassar atau perguruan tinggi lainnya.
    [Show full text]
  • Lawi Ayam : Aesthetic Experience and Design-User System Assesment of a Malay Weapon Artefact
    LAWI AYAM : AESTHETIC EXPERIENCE AND DESIGN-USER SYSTEM ASSESMENT OF A MALAY WEAPON ARTEFACT Malaya SITI MASTURA BINTI MD ISHAK of INSTITUTE OF GRADUATE STUDIES UniversityUNIVERSITY OF MALAYA KUALA LUMPUR 2017 LAWI AYAM : AESTHETIC EXPERIENCE AND DESIGN-USER SYSTEM ASSESMENT OF A MALAY WEAPON ARTEFACT SITI MASTURA BINTI MD ISHAK Malaya of THESIS SUBMITTED IN FULFILMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY INSTITUTE OF GRADUATE STUDIES UNIVERSITY OF MALAYA UniversityKUALA LUMPUR 2017 UNIVERSITY OF MALAYA ORIGINAL LITERARY WORK DECLARATION Name of Candidate: SITI MASTURA BINTI MD ISHAK Registration/Matric No: HHB 120007 Name of Degree: DOCTOR OF PHILOSOPHY Title of Project Paper/Research Report/Dissertation/Thesis (“this Work”): LAWI AYAM : AESTHETIC EXPERIENCE AND DESIGN-USER SYSTEM ASSESMENT OF A MALAY WEAPON ARTEFACT Field of Study: AESTHETICS I do solemnly and sincerely declare that: (1) I am the sole author/writer of this Work; (2) This Work is original; Malaya (3) Any use of any work in which copyright exists was done by way of fair dealing and for permitted purposes and any excerpt or extract from, or reference to or reproduction of any copyright work has been disclosed expressly and sufficiently and theof title of the Work and its authorship have been acknowledged in this Work; (4) I do not have any actual knowledge nor do I ought reasonably to know that the making of this work constitutes an infringement of any copyright work; (5) I hereby assign all and every rights in the copyright to this Work to the University of Malaya (“UM”), who henceforth shall be owner of the copyright in this Work and that any reproduction or use in any form or by any means whatsoever is prohibited without the written consent of UM having been first had and obtained; (6) I am fully aware that if in the course of making this Work I have infringed any copyright whether intentionally or otherwise, I may be subject to legal action or any other action as may be determined by UM.
    [Show full text]
  • Download Download
    ETNOSIA: JURNAL ETNOGRAFI INDONESIA Volume 4 Edisi 2, DESEMBER 2019 P-ISSN: 2527-9319, E-ISSN: 2548-9747 National Accredited SINTA 2. No. 10/E/KPT/2019 Manca': A Study of the Martial Arts' Symbol as Makassar Cultural Identity in Gowa, South Sulawesi Manca’: Kajian Tentang Simbol Seni Beladiri Sebagai Identitas Budaya Makassar di Gowa Sulawesi Selatan Mutahhar Syan1, Supriadi Hamdat2 1Universitas Negeri Makassar, Makassar Indonesia. Email: [email protected] 2Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia. ARTICLE INFO ABSTRACT Keywords: This study aims to describe and analyze the symbols of movements and Beladiri; budaya makassar; costumes used from martial arts as a cultural identity that is present symbol; identity. and attached to the Sulawesi Pencak Silat Association (IPS). The study used a qualitative descriptive approach with ethnographic methods. How to cite: This research was conducted in Padepokan Pencak Silat Sulawesi Syan, M., Hamdat, S. Association (IPS) in Taeng Village, Gowa Regency. The analysis (2019). Manca’: Kajian technique used is a symbolic interpretation, which sees symbols and Tentang Simbol Seni meanings going hand in hand from each movement used. This research Beladiri Sebagai Identitas shows that silat or manca is not talking about stance as a form of Budaya Makassar di Gowa organized movement, but rather on the functions, benefits, risks posed. Sulawesi Selatan. The parts of silat contain meanings and symbols that are understood ETNOSIA: Jurnal as cultural identity and forms of belief, namely: the fingers describe Etnografi Indonesia. 4(2): three in one form of respect, stepping with the right foot first, the foot 193 – 206. is always shaped like an easel.
    [Show full text]
  • Download (1MB)
    PENGANTAR PENULIS Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt, atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulisan buku hasil penelitian dan penelusuran sumber budaya ini dapat diselesaikan. Teriring salam dan salawat selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Atas segala contoh baik dan doanya sehingga salah satu bentuk dari nilai-nilai akhlak yang dibawa-Nya dapat kita aktualisasikan melalui nilai-nilai edukasi. Buku ini adalah kumpulan hasil penelitian dan kumpulan laporan akhir Mata Kuliah Penelusuran Sumber Budaya Mahasiswa Sejarah dan Kebudyaan Islam UIN Alauddin Makassar. Tulisan-tulisan dalam buku ini, merupakan hasil penelitian dan penelusuran sumber budaya yang dilakukan oleh Mahasiswa selama satu semester, dan merupakan laporan akhir mahasiswa. Buku ini dipublikasikan atas dasar menggiatkan publikasi hasil penelusuran sumber budaya pada setiap tingkatan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Penelusuran Sumber Budaya. Sebagai publikasi hasil penelitian dan Penelusuran Sumber Budaya yang dilakukan oleh mahasiswa, kami menyadari bahwa buku ini secara kualitas masih sederhana dan belum memenuhi harapan pembaca, akan teteapi semoga buku ini dapat menjadi sumber informasi bagi setiap pembaca. Buku ini terbit atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, Untuk itu, penulis tak lupa memberikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak atas terselesaikannya buku ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. Rektor UIN Alauddin Makassar atas berbagai dorongan dan bimbingannya. Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Dekan Fakultas Adab dan Humaniora beserta Para Wakil Dekan atas segala dorongan dan kepercayaan kepada tim penulis, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.
    [Show full text]
  • Ethnic Conflict in Indonesia Causes and Recommended Measures
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Calhoun, Institutional Archive of the Naval Postgraduate School Calhoun: The NPS Institutional Archive Theses and Dissertations Thesis Collection 2005-12 Ethnic Conflict in Indonesia causes and recommended measures Siddiq, Irfan. Monterey California. Naval Postgraduate School http://hdl.handle.net/10945/1822 NAVAL POSTGRADUATE SCHOOL MONTEREY, CALIFORNIA THESIS ETHNIC CONFLICT IN INDONESIA: CAUSES AND RECOMMENDED MEASURES by Irfan Siddiq December 2005 Thesis Advisor: Tuong Vu Second Reader: Edward A. Olsen Approve for public release; distribution is unlimited THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK REPORT DOCUMENTATION PAGE Form Approved OMB No. 0704-0188 Public reporting burden for this collection of information is estimated to average 1 hour per response, including the time for reviewing instruction, searching existing data sources, gathering and maintaining the data needed, and completing and reviewing the collection of information. Send comments regarding this burden estimate or any other aspect of this collection of information, including suggestions for reducing this burden, to Washington headquarters Services, Directorate for Information Operations and Reports, 1215 Jefferson Davis Highway, Suite 1204, Arlington, VA 22202-4302, and to the Office of Management and Budget, Paperwork Reduction Project (0704-0188) Washington DC 20503. 1. AGENCY USE ONLY (Leave blank) 2.REPORT DATE 3. REPORT TYPE AND DATES COVERED December 2005 Master’s Thesis 4. TITLE AND SUBTITLE: Ethnic Conflict in Indonesia: Causes and 5. FUNDING NUMBERS Recommended Measures 6. AUTHOR(S) Irfan Siddiq 7. PERFORMING ORGANIZATION NAME(S) AND ADDRESS(ES) 8. PERFORMING ORGANIZATION Naval Postgraduate School REPORT NUMBER Monterey, CA 93943-5000 9.
    [Show full text]