perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

ANALISIS DATA

Pada pembahasan penelitian Tindak Tutur dan Strategi Kesantunan Juri

dalam Acara “ Musim Ketujuh di RCTI, Master Chef Indonesia

Musim Kedua di RCTI, dan Indonesia Mencari Bakat 2 di Trans TV”, penulis

memfokuskan pada tuturan juri saat sedang penjurian. Adapun pendeskripsian

meliputi dua hal, yaitu: A. Jenis tindak tutur juri dalam acara II ke-7, MCI ke-2,

dan IMB 3; B. Jenis strategi kesantunan juri dalam acara II ke-7, MCI ke- 2, dan

IMB 3.

A. Jenis Tindak Tutur Juri dalam Acara II ke-7, MCI ke-2, dan IMB 3.

1. Tindak Tutur Asertif

a. Mengumumkan

Kata mengumumkan (dalam KBBI, 2008:1780) berarti memberitahukan

kepada orang banyak; memaklumkan atau menyebarluaskan. Data yang

menunjukkan tindak tutur asertif „mengumumkan‟ dapat dilihat pada data di

bawah ini.

1) Konteks tuturan: Saat ditampilkan video teaser (VT) mengenai penampilan Rosa di top 15, mewakili juri lain

mengumumkan bahwa Rosa berhasil masuk ke top 12. Karena awalnya hanya sepuluh peserta saja yang akan masuk ke dalam babak spektakuler lalu ada perubahan peraturan, maka ada 12 orang yang masuk ke babak

spektakuler.

Bentuk tuturan Dhani : “Ada beberapa kontestan yang mungkin kita pikirkan untuk masuk.” commit to user Rosa : “Heh? Hehehe. Berharapnya aku, salah satu dari dua itu aku.”

55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

Daniel : “Dan yang kedua belas?”

Dhani : “Rosa!” Rosa : “Heh? Bener nggak ya? Bener nggak ya? Rasanya seneng campur terharu campur nggak nyangka. Persiapan lebih ke

mental. Walaupun kita udah prepare dengan baik, prepare dengan latihan, prepare koreo, prepare semuanya. Tapi kalau udah sampai di panggung mentalnya drop, ngeblank. Sekarang di

panggung spekta harus dah lepas, dah all out. Di panggung spekta nanti, spekta pertama, spekta perdana pastinya aku bakal jadi

Rosa yang genit, yang centil, kamu memang yang pertama. Hehehe.” (1/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur „mengumumkan‟ dalam data 1) dituturkan oleh Ahmad

Dhani (juri sekaligus penutur) kepada Rosa (peserta sekaligus mitra tutur).

Juri mengumumkan kepada para peserta bahwa yang berhasil masuk ke babak

12 besar adalah Rosa. Hal tersebut dapat dilihat saat selaku

pembawa acara mempertanyakan siapakah yang berhasil menjadi peserta

terakhir dan maju ke babak selanjutnya, kemudian Ahmad Dhani menuturkan

“Rosa!”.

Tuturan tersebut menjadi penanda lingual tindak tutur „mengumumkan‟

karena diikuti dengan intonasi yang tinggi dan panjang, tuturan sebelum dan

sesudahnya serta konteks yang menyertai saat pembawa acara bertanya siapa

peserta yang berhasil masuk ke babak 12 besar, Ahmad Dhani langsung

mengumumkan nama Rosa.

Tindak tutur asertif „mengumumkan‟ bertujuan menunjukkan hasil

keputusan para juri mengenai peserta-peserta yang berhasil maju ke babak 12

besar atau spektakuler show. Pada sistem penjurian Indonesian Idol 7, juri

memiliki wewenang penuh menentukan peserta yang berhak maju ke babak

berikutnya. Wewenang tersebut berlaku dari audisi di setiap kota sampai

babak 15 besar. Keputusan diserahkancommit to userkepada masyarakat Indonesia melalui perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

voting sms mulai dari bebak 12 besar. Pada saat itu seluruh keputusan atas

pemenang bergantung kepada voting sms, sedangkan para juri hanya memiliki

sebuah hak veto yang akan diberikan kepada peserta untuk diselamatkan.

Bentuk tindak tutur asertif „mengumumkan‟ dengan penanda konteks, tuturan

sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (119/MCI ke-2/8Juli2012)

dan (152/MCI ke-2/8Juli2012).

b. Menyebutkan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1376) kata menyebut

atau menyebutkan yaitu memberi nama (kepada) atau menyatakan nama

sesuatu; mengucapkan nama (benda, orang, dan sebagainya).

Data yang menunjukkan tindak tutur asertif „menyebutkan‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Daniel selaku pembawa acara meminta kepada para juri untuk menyebutkan dua nama peserta yang mungkin berada di urutan dua terbawah, namun Anang menyebutkan tiga nama peserta. Anang Hermansyah mengungkapkan ketidakpuasan terhadap penampilan Rosa, Rio, dan Kanza malam itu.

Bentuk tuturan

Daniel : “Duabelas finalis spektakuler Indonesian Idol! Indonesia, inilah saatnya penentuan. Sebelum kita mengetahui siapa yang akan

bertahan dan siapa yang harus mengakhiri perjalanannya di sini. Saya ingin bertanya kepada Para juri tentang prediksi mereka. Anang, dua nama siapa yang kira-kira akan di bottom two?”

Anang : “Yang ada di bottom two, kalau melihat penampilan tadi aku memang sangat kurang puas dengan kemampuan yang dimiliki oleh Rosa malem ini.”

Daniel : “Rosa?” Anang : “Ya, dia akan ada di bottom two dan satu lagi adalah aku harus

bilang juga bahwa penampilan Rio dan Kanza juga kurang memuaskan malem ini.” (48/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menyebutkan‟ dalam data 1) dituturkan oleh

Anang Hermansyah sebagai commit juri sekaligus to user penutur kepada Daniel Mananta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

sebagai pembawa acara sekaligus mitra tutur. Pada waktu itu pembawa acara

meminta kepada juri untuk menyebutkan dua nama kontestan yang mungkin

masuk dalam posisi dua terbawah. Tuturan yang dituturkan oleh Anang

Hermansyah ialah „Rosa‟ dan „Rio dan Kanza‟ menjadi penanda lingual

adanya tindak tutur asertif „menyebutkan‟, ditandai dengan penyebutan „nama

orang‟, konteks, serta tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tindak tutur asertif „menyebutkan‟ ini bertujuan untuk memberitahukan

kepada pembawa acara dan para penonton mengenai hasil penilaian juri

terhadap para kontestan. Bentuk tindak tutur asertif „menyebutkan‟ dengan

penanda lingual „nama orang‟ dan konteks yang menyertainya juga

ditemukan pada data (49/II ke-7/13April2012). Bentuk tindak tutur asertif

„menyebutkan‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan : Saat para juri berunding, chef Marinka bertanya kepada juri lain mengenai masakan apa yang akan mereka hidangkan bila mendapat tantangan telur seperti yang sedang dihadapi Para peserta.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Kalau misalnya kalian ditempatkan di posisi mereka, kira-

kira apa ya, yang bakal dibuat?”

Chef Degan : “Coats egg to fla.” Chef Marinka : “Kamu?” (Bertanya pada Chef Juna)

Chef Juna : “Simple! Scotch, ya! Di mana kita rebus telurnya, matang, kupas, kita apa? Kita lapisi dengan cincangan daging.” Chef Marinka : “Saya akan buat vreetata pakai jamur pakai keju dan chees

cream.” Chef Degan : “Fish an egg.” Chef Juna : “Ya!”

(132/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menyebutkan‟ dalam data 2) dituturkan oleh chef

Degan sebagai penutur kepada chef Marinka sebagai mitra tutur. Pada waktu

itu para juri sedang berunding chef Marinka bertanya kepada dua juri yang

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

lain mengenai masakan apa yang akan dibuat para juri bila mendapatkan

tantangan telur sebagai bahan dasarnya.

Tuturan yang dituturkan oleh chef Degan ialah „Coats egg to fla‟

menjadi penanda lingual adanya tindak tutur asertif „menyebutkan‟, ditandai

dengan penyebutan „nama makanan‟. Tindak tutur asertif „menyebutkan‟ ini

bertujuan untuk memberitahukan kepada para juri yang lain mengenai nama

konsep hidangan yang akan dibuat oleh para juri bila mendapatkan tantangan

untuk mengolah telur.

c. Menjelaskan

Menjelaskan berarti menguraikan secara terang (menerangkan) (KBBI,

2008:626). Data yang menunjukkan tindak tutur asertif „menjelaskan‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani menjelaskan ke seluruh penonton mengenai pernyataannya yang dipertanyakan oleh Agnes Monica pada saat mengomentari penampilan Yoda.

Bentuk tuturan Penonton: “Belinda! Belinda! Belinda! Belinda! Belinda! Belinda! Belinda!”

Dhani : “Saya tadi, saya tadi sama Mbak Agnes sempet berbisik-bisik ya?

Jadi bukan ngomongin sesuatu yang yang cukup ini juga yang ada hubungannya dengan lagu ya? Yang saya maksud bahwa

penyanyi itu harus keluar dari comfort zone, tadi kan Mbak Agnes bilang gitu. Itu saya ngomongnya kepada penyanyi yang karakternya bukan rock. Saya ngomong ke karakternya yang

bukan rock, karena biasanya penyanyi yang sudah punya karakter rock itu, nyanyi apa aja itu pasti enak. Itu dalam sejarahnya, ya! Dalam sejarahnya itu penyanyi rock, dalam

sejarah dunia nyanyi lagu apa aja pasti enak, bahkan nyanyi lagu swing-pun jazz juga pasti enak karena memang biasanya penyanyi

rock itu punya karakter yang hampir semua dia miliki. Jadi maka dari itu, saya dalam kesempatan yang kemarin pun saya nggak pernah menyuruh Yoda untuk menyanyi lagu di luar comfort zone

dia. Saya lebih ingin terhibur menyanyi dengan karakter rock aja, karena dia udah rock. Dia udah cukup sebagai penyanyi rock itu mau nyanyi lagu apa aja udah pasti enak, menurut saya ya! Dan sepanjang pengetahuancommit saya to tentanguser sejarah musik di dunia, begitu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

pun juga Belinda. Suaranya juga ada rock-nya gitu, ya? Jadi saya

sempet waktu pertama kali dia menyanyikan lagu ini, saya sempet nggak percaya kalau akan menjadi pertunjukkan yang hebat, ternyata Belinda punya karakter rock, dan di lagu ini suaranya

memang oke, dan tadi adalah sebuah interpretasi terhadap lagu pop yang berhasil dia nyanyikan dengan versinya dia.” Belinda: “Terima kasih, Mas Dhani.”

(32/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menjelaskan‟ dalam data (1) dituturkan oleh juri

yaitu Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu juri yaitu Agnes Monica

(mitra tutur). Pada tuturan sebelumnya, Agnes mempertanyakan pernyataan

Ahmad Dhani yang berbeda dengan pernyataan sebelumnya, yaitu mengenai

penyanyi yang harus keluar dari comfort zone-nya. Pada minggu sebelumnya

Ahmad Dhani mengatakan bahwa penyanyi harus keluar dari comfort zone

comfort zone, namun bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya pada

malam itu Ahmad Dhani mengatakan bahwa Belinda tidak perlu

menyanyikan lagu yang bukan rock. Pernyataan Ahmad Dhani tersebut

membuat bingung orang yang mendengarnya dan Agnes Monica secara

langsung bertanya pendapat manakah yang harus diikuti oleh para peserta.

Tuturan “Yang saya maksud bahwa penyanyi itu harus keluar dari

comfort zone” menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „menjelaskan‟

yang dapat ditandai dengan penanda lingual „yang saya maksud‟ dan konteks

yang melingkupinya yaitu berupa tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tindak tutur asertif „menjelaskan‟ ini bertujuan untuk menguraikan

secara terang mengenai maksud tuturan Ahmad Dhani, sehingga juri lain,

peserta, dan penonton mengerti maksud dari pernyataan Ahmad Dhani.

Bentuk tindak tutur asertif „menjelaskan‟ dengan penanda lingual „yang saya

maksud‟ atau „maksudnya‟ dancommit konteks to user yang menyertainya juga ditemukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

pada data (15/II ke-7/13April2012). Bentuk tindak tutur asertif „menjelaskan‟

yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Sebelum para peserta bekerja para juri memberikan penjelasan mengenai aturan main yang harus ditaati para peserta.Chef master Juna menjelaskan mengenai tantangan dasar (nice skill atau juga

disebut skill test yaitu kontestan mengadu kecepatan dalam mengolah bahan makanan) yang harus dilakukan oleh Para peserta dan cara membuatnya.

Tantangan ini akan menjadi bekal teknik memasak kentang, maka ini menjadi tantangan pertama yang wajib dilakukan. Selain itu memotong kentang merupakan tantangan para kontestan untuk menunjukkan kemampuan dasar mereka menggunakan pisau.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Kentang! Sumber karbohidrat yang disukai di benua mana saja. Kentang ini sering digunakan di banyak restoran di seluruh dunia dari kentang goreng, gado-gado, dan makanan sulit. Jika Anda ingin membuka restoran atau memasuki dunia kuliner, Anda harus menyukai kentang mulai sekarang!” Chef Juna : “Oke, untuk tantangan pertama yaitu nice skill yaitu di mana kalian akan mengambil kentang, mengupasnya, dan kita akan memotong dengan ukuran button net! Jadi tahap pertama adalah kalian membuatnya square atau kotak (sambil memeragakan bagaimana cara melakukan teknik pemotongan tersebut). Ingat! Harus konsisten ukuran tersebut! Oke! Button net, Oke!” Chef Degan : “Anda harus membuat 480gram kentang button net atau sampai kami bilang stop!” (55/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menjelaskan‟ dalam data 3) dituturkan oleh chef

Juna selaku juri dan penutur kepada para peserta MCI ke-2 selaku mitra tutur.

Para juri sedang menjelaskan tantangan apa yang harus dikerjakan dan

peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh para peserta.

Tuturan yang dituturkan oleh chef Juna adalah „untuk tantangan

pertama yaitu nice skill yaitu di mana kalian akan mengambil kentang,

mengupasnya, dan kita akan memotong dengan ukuran button net! Jadi

tahap pertama adalah kalian membuatnya square atau kotak‟ menjadi

penanda lingual adanya tindakcommit tutur to ausersertif „menjelaskan‟ ditandai dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

kata „yaitu‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Dalam KBBI

(2008:1819) kata yaitu merupakan kata penghubung yang merinci keterangan

kalimat. Sejalan dengan penjelasan di atas, kata „yaitu‟ berfungsi sebagai

penghubung dari penjelasan yang dipaparkan oleh chef Juna kepada para

peserta. Sedangkan kata „adalah‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif

„menjelaskan‟ karena disertai tuturan para juri selanjutnya dan konteks yang

melingkupinya. Dalam KBBI (2008:1819) kata „adalah‟ merupakan kata

untuk menegaskan hubungan subjek dan predikat yang bersifat penjelasan.

Tindak tutur asertif „menjelaskan‟ pada data nomor 3) ini bertujuan

untuk menerangkan kepada para peserta mengenai tantangan dan cara

pengerjaan yang harus dilakukan oleh para peserta. penanda lingual „adalah‟

disertai tuturan para juri selanjutnya dan konteks, serta tuturan sebelum dan

sesudahnya ditemukan pada data (13/II ke-7/13April2012),

(176/IMB3/5Jan2013).

d. Menunjukkan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1756) menunjukkan

berarti memperlihatkan; menyatakan; menerangkan (dengan bukti dan

sebagainya); menandakan bahwa); memberitahu (tentang sesuatu). Data yang

menunjukkan tindak tutur asertif „menunjukkan‟ dapat dilihat pada data di

bawah ini.

1) Konteks tuturan: Sesaat setelah Febri tampil di atas panggung spektakuler,

Ahmad Dhani langsung menunjukkan kepada Anang Hermansyah bahwa lagu yang spektakuler dan tidak biasa itu contohnya seperti lagu yang dibawakan Febri, lagu dari band Kotak yang berjudul „Masih Cinta‟ ini.

Bentuk tuturan Dhani : “To Mas Anang, ya! To Mas Anang ini lagu enak, gitu lo! Ini lagu enak. Ini malam spektakuler,commit to user kepada semua kontestan yang di perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

belakang, ya! Dengerin, ya! Juga kepada seluruh pihak yang berkait

RCTI, Fremantle, ya! Pelatih musik, RT, RW juga ya? Ini lagu enak. Ini malam spektakuler jangan diisi lagu-lagu yang sedang-sedang saja, ya kan? Ini lagu enak, dinyanyikan dengan spektakuler juga. Suaranya

berbeda dengan penyanyi aslinya dan punya karakter sendiri, dan saya suka suaramu.” Febri : “Makasih, Mas Dhani.”

(11/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menunjukkan‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri

yaitu Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu juri yaitu Anang Hermansyah

(mitra tutur). Pada tuturan sebelumnya Anang meminta Ahmad Dhani untuk

menunjukkan lagu apa yang termasuk lagu spektakuler. Ahmad Dhani

menganggap bahwa tidak semua lagu spektakuler dan Anang Hermansyah

kurang sependapat dengan Ahmad Dhani.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah Ahmad Dhani memberitahu dengan

menerangkan kepada Anang Hermansyah bahwa lagu yang dibawakan oleh

Belinda dengan judul Masih Cinta termasuk salah satu lagu yang spektakuler.

Tuturan „To Mas Anang ini lagu enak, gitu lo!‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur asertif „menunjukkan‟ yang dapat ditandai dengan penanda

lingual frasa „ini lagu‟ atau „lagu ini (yaitu lagu yang berjudul Masih Cinta

yang dipopulerkan oleh band Kotak)‟ dan konteks, serta tuturan sebelum dan

sesudahnya.

Bentuk tindak tutur asertif „menunjukkan‟ dengan penanda lingual „ini‟

atau setara dengan kata penunjuk „nih‟, „yang ini‟, „gini‟, atau „di sini‟ dan

konteks yang menyertainya juga ditemukan pada data (60/MCI ke-

2/8Juli2012), (67/MCI ke-2/ 8Juli2012), (70/MCI ke-2/ 8Juli2012), (82/MCI

ke-2/ 8Juli2012), (86/MCI ke-2/ 8Juli2012), dan (43/II ke-7/13April2012).

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

Bentuk tindak tutur asertif „menunjukkan‟ yang lain dapat dilihat pada data di

bawah ini.

2) Konteks tuturan: Pada waktu itu Deddy mempertanyakan asal sifat kampungan Soimah yang suka berteriak-teriak. Addie M.S. menunjukkan kepada Deddy bahwa sikap kampungan Soimah itu memang sudah ada

sejak ia kecil. Addie M.S. menunjukkan pula bahwa kebiasaan itu didapat Soimah saat masih di pasar ikan pada waktu ia menjajakan ikan kepada para

pembeli.

Bentuk tuturan Deddy : “Tapi maaf, Mas Addie! Maaf kalau saya boleh potong, cepat aja Mas Addie. Saya juga awalnya dari orang susah dan saya jadi terkenal sampai sekarang tapi saya kok bisa kampungannya nggak ilang ya?” Titi : “Kalau menurut aku, Mbak Soimah ini...” Addie : “Sebentar sebentar, ulang! Ulang tolong! Kampungannya nggak ilang?” Deddy : “Iya!” Addie : “Yang siapa ya? yang ini? (Sambil menunjuk ke arah Soimah) Teriak-teriak gitu? nah itu, waktu di pasar ikan itu tadi! Memang biasa teriak! Hehehe.” (182/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „menunjukkan‟ dalam data 2) dituturkan oleh juri

yaitu Addie M.S. (penutur) kepada juri lain yaitu Deddy Corbuzier (mitra

tutur). Pada waktu itu para juri sedang membahas topik yang diangkat oleh

Vina Candrawati (peserta dengan keahlian melukis pasir) yaitu kisah hidup

Soimah. Para juri mempertanyakan kenapa Soimah sampai sekarang masih

sering berteriak-teriak.

Pada tuturan „nah itu, waktu di pasar ikan itu tadi!‟ Addie M.S.

menunjukkan kepada para juri yang lain bahwa kebiasaan Soimah itu didapat

saat Soimah kecil. Dari kisah yang dilukiskan Vina dapat diketahui bahwa

Soimah sering berjualan ikan di pasar ikan. Frasa „itu tadi‟ atau setara dengan

kata penunjuk „itu‟ beserta konteks yang melingkupinya menjadi penanda

lingual dari tindak tutur asertifcommit „menunjukkan‟. to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Tujuan tuturan nomor 2) adalah untuk memberitahu dan menerangkan

bahwa sifat dan kebiasaan berteriak Soimah diperoleh saat sedang berjualan

ikan di pasar ikan. Hal tersebut juga disadari oleh Titi Sjuman yang juga

menggunakan kata penunjuk „itu‟.

Bentuk tindak tutur asertif „menunjukkan‟ dengan penanda lingual

frasa „itu tadi‟, atau setara dengan kata penunjuk „itu‟ dan konteks yang

menyertainya juga ditemukan pada data (177/IMB3/5Jan2013).

e. Memberitahukan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:184) dijelaskan arti kata

memberitahukan yaitu menyampaikan (kabar dan sebagainya) supaya

diketahui atau menyebarluaskan. Data yang menunjukkan tindak tutur asertif

„memberitahukan‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Sebagai seorang penyanyi, penulis lagu, maupun produser musik, Ahmad Dhani termasuk orang yang berpengalaman di bidangnya, maka Ia berpendapat bahwa kelanggengan seorang artis itu tergantung pada lagu yang dipilih penyanyi penyanyi tersebut.

Bentuk tuturan

Dion : “Terima kasih, Agnes Monica.”

Dhani: “Dan tidak bisa dipungkiri bahwa lagu ini spektakuler. Lagu ini spektakuler, spektakuler lagu ini. Mas Ony pun akan sependapat dengan

saya kalau lagu ini spektakuler gitu! Dan Dion sebagai penyanyi memang kalau mau mencontoh penyanyi dunia ya! . Madonna tuh tidak pernah memilih lagu yang salah dari tahun ‟83 sampai

sekarang. Padahal beberapa juga bukan lagunya dia, gitu ya! Karena kelanggengan artis, penyanyi, dan lain-lain adalah bagaimana setiap tahun dia harus memilih lagu yang menurut dia spektakuler

bukan yang just average atau just ordinary, ya! Jadi, maka dari itu teruskanlah memilih lagu yang spektakuler dan saya yakin kamu akan

terus masuk ke minggu-minggu berikutnya apabila kamu memilih lagu- lagu yang juga spektakuler. Dan lagu yang spektakuler seperti kamu bilang, kamu bersentuhan dengan orang-orang hebat, kamu juga akan

ketularan hebat, ya! Dan kalau kamu juga bersentuhan dengan lagu-lagu yang spektakuler, kamu juga akan ketularan spektakuler!” Dion : “Ya, betul sekali. Terima kasih, Mas Dhani.” commit to user (43/II ke-7/13April2012) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Tindak tutur asertif „memberitahukan‟ dalam data 1) dituturkan oleh

Ahmad Dhani sebagai juri dan penutur kepada seluruh peserta II ke-7

sebagai mitra tutur. Pada waktu Ahmad Dhani memberikan komentar kepada

Dion, Ahmad Dhani memberitahukan tentang sesuatu hal kepada para peserta

II ke-7 waktu itu. Tuturan Ahmad Dhani tersebut berdasarkan pengalaman

dirinya selama berada di bidang musik.

Tuturan „Karena kelanggengan artis, penyanyi, dan lain-lain adalah

bagaimana setiap tahun dia harus memilih lagu yang menurut dia

spektakuler bukan yang just average atau just ordinary, ya!‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur asertif „memberitahukan‟ yang dapat ditandai

dengan penanda konteks yang melingkupinya, serta tuturan sebelum dan

sesudahnya.Tindak tutur asertif „memberitahukan‟ ini bertujuan untuk

menyampaikan pendapat Ahmad Dhani supaya diketahui dan dilaksanakan

oleh para peserta II ke-7. Ahmad Dhani memiliki pandangan bahwa

penyanyi-penyanyi yang mampu menjaga eksistensinya di bidang bermusik

itu karena pemilihan lagu yang dibawakan para penyanyi itu tepat.

Bentuk tindak tutur asertif „memberitahukan‟ dengan penanda penanda

konteks yang melingkupinya juga ditemukan pada data (54 /MCI ke-2/8 Juli

2012), (55/ MCI ke-2/ 8 Juli 2012), (56/ MCI ke-2/ 8 Juli 2012), (60/ MCI ke-

2/ 8 Juli 2012), (96/ MCI ke-2/ 8 Juli 2012), dan (135/ MCI ke-2/8 Juli2012).

Bentuk tindak tutur asertif „memberitahukan‟ yang lain dapat dilihat pada

data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Dalam komentarnya Deddy Corbuzier memberitahukan kepada Soimah bahwa ia terharu saat melihat penampilan Vina. Deddy Corbuzier menilai kerjasama antara Soimah dan Vina Candrawati yang terjalin dengan bagus. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

Bentuk tuturan

Omesh : “Baik. Itu tadi penjelasan dan sedikit cerita tentang penggambaran perjalanan hidup seorang Soimah Pancawati ya! Tapi sekarang kita tanya dulu komentar Para dewan juri yang pertama silahkan Deddy

Corbuzier!” (Soimah berdiri dan bertepuk tangan) Deddy : “Pertama kali Soimah memegang Vina, saya bertanya-tanya mau ngapain ini karena pasti sulit untuk berkolaborasi. Ya sama waktu

saya memegang Yohana, banyak orang juga bertanya-tanya mau diapain, karena saya juga bukan pole dance dan Soimah juga bukan

pelukis pasir. Tapi saya ketika melihat, saya hampir meneteskan air mata gitu. Dan yang saya lihat bukan permainan Anda, tetapi betapa sinkronisasinya antara kamu dengan Soimah jadi satu jiwa yang eee patut diakui bahwa ini adalah permainan kamu yang paling memiliki arti.” Vina : “Terima kasih sekali, Mas Deddy!” (168/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „memberitahukan‟ dalam data (2) dituturkan oleh

Deddy Corbuzier sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta IMB3

yaitu Vina Candrawati sebagai mitra tutur. Pada saat Deddy memberikan

komentar mengenai penampilan Vina, Deddy memberitahukan kepada Vina

bahwa ia hampir meneteskan air mata. Hal itu terjadi saat melihat hasil

kerjasama antara Soimah yang merupakan seorang pesinden dan Vina

Candrawati seorang pelukis pasir dapat terjalin dengan sangat sinkron dan

mengharukan.

Tuturan „Saya hampir meneteskan air mata, gitu.‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur asertif „memberitahukan‟ yang dapat ditandai dengan

penanda berupa kalimat berita dan intonasi tuturan menurun. Tindak tutur

asertif „memberitahukan‟ ini bertujuan untuk memberitahukan bahwa Deddy

Corbuzier mengagumi penjiwaan yang terjalin antara Soimah dan Vina

hingga menampilkan pertunjukkan yang sangat bagus. Bentuk tindak tutur

asertif „memberitahukan‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

3) Konteks tuturan: Pada waktu itu Vina menggunakan konsep

pertunjukkan yang menceritakan mengenai kisah hidup Soimah. Soimah memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak bisa dengan cara yang instan karena semua itu harus

melalui proses.

Bentuk tuturan

Soimah: “Dan sekali lagi, Omesh! Ini bukan saya ingin dieksplor cerita saya atau apa, enggak! Cuma saya ingin ngasih tahu sama pemirsa

semua bahwa seseorang kalau ingin mencapai sesuatu itu perlu proses, tidak yang tiba-tiba dan mungkin ini bisa untuk inspirasi buat anak-anak Indonesia, ya! Jangan berani sama ibu! Sayangi ibu yang masih hidup, ya! dan hargailah proses! Jadi saya sangat bangga dengan anak-anak IMB mengikuti proses IMB selama ini, memang saya tak lihat sendiri sampai malem sampai pagi, nah itu proses! Semoga kalian menjadi orang-orang yang berhasil juga! Selamat buat peserta IMB!” Vina : “Terima kasih, Mbak Soimah!” Omesh : “Amin! Terima kasih banya itu tadi cerita sedikit dan komentar dari si gadis pasar ikan, yak! (180/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „memberitahukan‟ dalam data 3) dituturkan oleh

Soimah sebagai juri IMB3 dan penutur kepada semua penonton yang ada di

studio maupun di rumah (mitra tutur). Pada waktu Vina Candrawati melukis

kisah kehidupan Soimah di pasir, Soimah menjelaskan bahwa ia tidak

bermaksud untuk mengumbar kisah hidupnya.

Tuturan „Cuma saya ingin ngasih tahu sama pemirsa semua bahwa

seseorang kalau ingin mencapai sesuatu itu perlu proses, tidak yang tiba-

tiba dan mungkin ini bisa untuk inspirasi buat anak-anak Indonesia, ya!‟

menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „memberitahukan‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual frasa „ngasih tahu‟ yang juga berarti

„memberitahu‟ dan konteks yang melingkupinya.

Tindak tutur asertif „menunjukkan‟ ini bertujuan untuk memberitahu

dan menerangkan bahwa Soimah tidak bermaksud untuk menceritakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

kisahnya supaya menjadi lebih terkenal. Soimah hanya ingin memberikan

amanat dengan mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya yang berasal dari

orang yang kurang mampu hingga sekarang menjadi orang yang terkenal.

Kisah hidup Soimah dapat menjadi panutan bagi semua orang yang mau

bekerja keras suatu saat pasti akan berhasil.

f. Mengisyaratkan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:603) dijelaskan bahwa arti

kata mengisyaratkan yaitu memberi isyarat (segala sesuatu seperti gerakan

tangan, anggukan kepala, dan sebagainya) yang dipakai sebagai tanda atau

alamat. Data yang menunjukkan tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Anang Hermansyah menggelengkan kepala yang mengisyaratkan bahwa penampilan Rosa malam itu tidak spektakuler. Dan isyarat tersebut juga menyiratkan bahwa Anang Hermansyah sependapat dengan Ahmad Dhani.

Bentuk tuturan Agnes : “Mas Anang?”

Anang : “Heh?”

Agnes : “Tidak spektakuler juga?” Anang : (menggelengkan kepala).

Agnes : “Ya, artinya tidak spektakuler, tapi alasannya aja yang beda!” (8/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ dalam data (1) dilakukan oleh

Anang Hermansyah sebagai juri dan penutur kepada juri lain yaitu Agnes

Monica sebagai mitra tutur. Pada waktu itu telah terjadi perbedaan pendapat

antara Anang Hermansyah dan Ahmad Dhani mengenai alasan ketidak-

spektakuleran penampilan Rosa malam itu. Agnes Monica bertanya kepada

Anang Hermansyah dan Ahmad Dhani mengenai inti dari penampilan Rosa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

malam itu. Pada saat Agnes bertanya kepada Anang, Anang menjawab

dengan isyarat gelengan kepala yang berarti bahwa penampilan Rosa malam

itu tidak spektakuler.

Isyarat „menggelengkan kepala‟ penanda tindak tutur asertif

„mengisyaratkan‟ yang dapat ditandai dengan penanda berupa konteks.

Tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ ini bertujuan untuk memberi isyarat

berupa gelengan kepala. Isyarat gelengan kepala itu dipakai sebagai tanda

bahwa Anang Hermansyah berpendapat kalau penampilan Rosa malam itu

tidak spektakuler. Bentuk tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ yang lain

dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Agnes Monica dan Kanza. Agnes mengumumkan peserta yang berhasil masuk ke babak berikutnya. Ia mengisyaratkan bahwa Kanza menjadi salah satu finalis yang berhasil masuk ke-15 besar.

Bentuk tuturan Agnes : “Simplicity-nya, ke-simple-annya dan innocent-nya, tapi tetep enak dengernya.” Kanza : “Waktu yang disebut lima yang by vote itu aku sebenernya udah pasrah sih, ya. Ya udah ikhlasin aja, dapet nggak dapet itu rencana

Tuhan.”

Agnes : “Kadang-kadang dengan simplicity aja bisa.” Kanza : “Kayak sebelah aku bilang, eh Kanza! Kanza! Kamu! Itu kamu! Aku

masih kayak, masa sih? Terus Mbak Agnes bilang kan.” Agnes : “Untuk diperjelas lagi kali ya, Kanza!” (14/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ dalam data 2) dilakukan oleh

Agnes Monica sebagai juri dan penutur kepada salah seorang peserta yaitu

Kanza sebagai mitra tutur. Pada waktu itu Agnes Monica sedang

mengumumkan nama peserta yang berhasil masuk ke babak 15 besar. Agnes

Monica memberikan isyarat berupa tuturan yang sama, pada saat Agnes

mengomentari penampilan Kanzacommit malam to user itu. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Tuturan „Kadang-kadang dengan simplicity aja bisa.‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ yang dapat ditandai

dengan penanda lingual dengan simplicity, konteks, serta tuturan sebelum

dan sesudahnya. Sesuai dengan konteks yang ada bahwa kata simplicity

mengacu kepada peserta yang bernama Kanza. Pada saat Agnes Monica

mengomentari penampilan Kanza menggunakan tuturan „Simplicity-nya, ke-

simple-annya dan innocent-nya, tapi tetep enak dengernya.‟

Tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ ini bertujuan untuk

memberitahukan bahwa peserta yang berhasil masuk ke babak 15 adalah

Kanza. Agnes Monica juga ingin memberi Kanza sebuah kejutan yang

mungkin tidak akan disangka oleh Kanza sendiri. Pada komentar-komentar

kedua juri lainnya menunjukkan bahwa penampilan Kanza malam itu dinilai

kurang untuk bisa masuk ke babak berikutnya. Kanza juga sempat perpikir

bahwa mungkin ia tidak akan berhasil, namun para juri memutuskan lain dan

memberi Kanza sebuah kesempatan untuk mencoba di babak berikutnya.

g. Menekankan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1653) dijelaskan bahwa

menekankan yaitu menegaskan (kata, suku kata) dengan suara yang agak

keras atau meletakkan aksen pada pembicara. Data yang menunjukkan tindak

tutur asertif „menekankan‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Sesaat setelah Febri tampil di atas panggung

spektakuler, Ahmad Dhani langsung menunjukkan kepada Anang Hermansyah bahwa lagu yang spektakuler dan tidak biasa itu contohnya seperti lagu yang dibawakan Febri, lagu dari band Kotak yang berjudul

„Masih Cinta‟ ini. Ahmad Dhani menekankan kepada Anang Hermansyah supaya menyimak komentar yang akan disampaikannya.

Bentuk tuturan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

Dhani : “To Mas Anang, ya! To Mas Anang ini lagu enak, gitu loh! Ini

lagu enak. Ini malam spektakuler, kepada semua kontestan yang di belakang, ya! Dengerin, ya! Juga kepada seluruh pihak yang berkait RCTI, Fremantle, ya! Pelatih musik, RT, RW juga ya? Ini lagu enak.

Ini malam spektakuler jangan diisi lagu-lagu yang sedang-sedang saja, ya kan? Ini lagu enak, dinyanyikan dengan spektakuler juga. Suaranya berbeda dengan penyanyi aslinya dan punya karakter sendiri, dan saya

suka suaramu.” Febri : “Makasih, Mas Dhani.”

(11/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „mengisyaratkan‟ dalam data 1) dilakukan oleh

Ahmad Dhani sebagai juri sekaligus penutur kepada juri lain yaitu Anang

Hermansyah sebagai mitra tutur. Pada waktu itu Anang Hermansyah selalu

meminta kepada Dhani contoh lagu seperti apa yang dianggap Dhani

spektakuler. Ahmad Dhani menunjukkan bahwa lagu yang dibawakan Febri

dengan judul lagu „Masih Cinta‟ dari grup band Kotak adalah termasuk lagu

yang spektakuler. Ahmad Dhani menekankan kepada Anang Hermansyah

supaya menyimak komentar yang akan disampaikannya.

Tuturan „To Mas Anang, ya! To Mas Anang ini lagu enak, gitu loh!‟

menjadi penanda tindak tutur asertif „menekankan‟ yang dapat ditandai

dengan penanda lingual berupa frasa „to, ya, gitu loh‟ dan intonasi yang agak

tinggi dengan meletakkan aksen pada bagian yang menjadi penanda lingual,

konteks, serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur asertif

„menekankan‟ ini bertujuan untuk menegaskan kata-kata Ahmad Dhani

dengan aksen tertentu dan intonasi yang agak keras supaya Anang

Hermansyah menyimak perkataan Ahmad Dhani.

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „gitu lo!‟ dan intonasi yang

agak tinggi juga ditemukan pada data (21/II ke-7/13April2012), (137/MCI ke-

2/ 8Juli2012). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

h. Menegaskan

Kata menegaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1650)

berarti mengatakan dengan tegas (pasti, tentu, tidak ragu-ragu);

membenarkan; memastikan. Bentuk tindak tutur asertif „menegaskan‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani berusaha menegaskan bahwa pendapatnya itu benar. Ahmad Dhani menyarankan pada Rosa agar mencari lagu yang tidak biasa. Karena menurut Dhani pada malam itu penampilan Rosa tidak spektakuler karena lagu yang dipilih bukan merupakan lagu yang spektakuler, sehingga mempengaruhi penampilan dan penilaian.

Bentuk tuturan Dhani : “Ya kan! Lagunya biasa aja! Ya kamu harusnya cari lagu yang nggak biasa!” Anang : “Contohnya lagu nggak biasa apa, Dhan?” Dhani : “Heh?” (5/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ dalam data 1) dilakukan oleh Ahmad

Dhani sebagai juri dan penutur kepada peserta II ke-7 yaitu Rosa sebagai

mitra tutur. Ahmad Dhani berpendapat bahwa penampilan Rosa yang kurang

spektakuler pada malam itu menurut Ahmad Dhani karena kesalahan dalam

pemilihan lagu. Ahmad Dhani menegaskan bahwa lagu yang dipilih Rosa itu

biasa saja.

Tuturan „Ya kan! Lagunya biasa aja!‟ menjadi penanda tindak tutur

asertif „menegaskan‟ yang dapat ditandai dengan frasa „ya kan‟, intonasi

tuturan yang cukup tinggi, konteks, serta tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ ini bertujuan untuk mengatakan dengan

tegas dan membenarkan pendapat Ahmad Dhani yang diutarakan

sebelumnya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „ya kan‟, intonasi tuturan

yang cukup tinggi, dan berupa konteks juga ditemukan pada data (138/MCI

ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur asertif „menegaskan‟ yang lain juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Pada tuturan sebelumnya, Anang Hermansyah bertanya

kepada Ahmad Dhani mengenai contoh lagu yang tidak biasa. Namun Ahmad Dhani tidak memberikan jawaban yang memuaskan sehingga Anang menegaskan kembali pertanyaan yang diajukan pada Ahmad Dhani sebelumnya.

Bentuk tuturan Anang : “Contohnya lagu nggak biasa apa, Dhan?” Dhani : “Heh?” Anang : “Contoh lagu nggak biasa apa?” Dhani : “Banyak, misalnya...” (6/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ dalam data (2) dilakukan oleh

Anang Hermansyah sebagai juri dan penutur kepada juri lain yaitu Ahmad

Dhani sebagai mitra tutur. Pada waktu itu telah terjadi perbedaan pendapat

antara Anang Hermansyah dan Ahmad Dhani mengenai alasan ketidak-

spektakuleran penampilan Rosa malam itu. Ahmad Dhani berpendapat bahwa

tidak semua lagu itu spektakuler dan Anang menegaskan pertanyaan

sebelumnya yaitu Anang meminta Ahmad Dhani menyebutkan contoh judul

lagu yang biasa saja atau tidak spektakuler.

Tuturan „Contoh lagu nggak biasa apa?‟ menjadi penanda tindak

tutur asertif „menegaskan‟ yang dapat ditandai dengan penanda berupa

konteks dan tuturan-tuturan sebelumnya. Tindak tutur asertif „menegaskan‟

ini bertujuan untuk menegaskan tuturan Anang sebelumnya dan memastikan

mengenai kebenaran pendapat Ahmad Dhani.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

Tindak tutur dengan penanda berupa konteks dan tuturan-tuturan

sebelumnya juga ditemukan pada data (7/II ke-7/13April2012), (21/II ke-

7/13April2012), (41/II ke-7/13April2012), (82/MCI ke-2/8Juli2012),

(91/MCI ke-2/8Juli2012), dan (170/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur

asertif „menegaskan‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Anang menegaskan bahwa semua lagu itu enak, hal ini juga untuk menguatkan pendapat sebelumnya. Dan menegaskan pula bahwa Anang Hermansyah menolak pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Dhani.

Bentuk tuturan Anang : “Ya, Idol adalah bagaimana Idol ini bisa melahirkan seorang penyanyi besar. Tugasnya penyanyi besar, mau dikasih lagu enak kek, nggak enak kek adalah bernyanyi dengan hatinya, dengan baik! Menyampaikan isinya dengan baik, dia bisa mengkamuflasekan itu semua bahwa dengan bernyanyi itu lagunya menjadi enak!” Agnes : “Betul, betul, betul!” Anang : “Itulah tugas seorang penyanyi menurut aku.” Agnes : “Bener!” Anang : “Jadi saya tidak setuju bahwa dibilang lagu malam ini harus diisi lagu yang mungkin tidak enak. Lagu semua enak! Tergantung bagaimana menyajikannya.” Agnes : “Betul!” (sambil tepuk tangan) (13/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ dalam data 3) dituturkan oleh Anang

Hermansyah sebagai juri dan penutur kepada juri lain yaitu Ahmad Dhani

sebagai mitra tutur. Pada waktu itu Ahmad Dhani berpendapat bahwa tidak

semua lagu itu spektakuler, sehingga para penyanyi harus pandai dalam

memilih lagu yang akan dibawakan saat pertunjukkan. Anang Hermansyah

menolak pendapat Ahmad Dhani dengan menegaskan bahwa semua lagu itu

enak. Permasalahan mengenai enak atau tidaknya sebuah lagu itu didengar,

semua tergantung pada penyanyinya apakah bisa membawakan dengan baik

atau tidak. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

Tuturan „Lagu semua enak!‟ menjadi penanda tindak tutur asertif

„menegaskan‟ yang dapat ditandai dengan intonasi tuturan yang cukup tinggi

dan konteks yang melingkupinya. Tindak tutur asertif „menegaskan‟ ini

bertujuan untuk mengatakan dengan tegas bahwa Anang Hermansyah tidak

sependapat dengan Ahmad Dhani yang berpendapat bahwa tidak semua lagu

itu spektakuler. Anang Hermansyah merasa bahwa secara tidak langsung

Ahmad Dhani mengintimidasi lagu-lagu yang dianggap tidak spektakuler

tersebut.

Tindak tutur dengan penanda berupa intonasi tuturan yang cukup tinggi

dan konteks yang melingkupinya yang berupa tuturan sebelumnya juga

ditemukan pada data (108/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur asertif

„menegaskan‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Pada waktu itu Agnes Monica sedang membacakan pengumuman nama peserta yang berhasil masuk ke babak berikutnya. Dengan menggunakan isyarat Agnes Monica menyebutkan bahwa Kanza berhasil masuk ke babak berikutnya. Namun Kanza kurang mengerti dengan isyarat yang diberikan Agnes Monica, maka Agnes memperjelas pengumuman yang disampaikan sebelumnya.

Bentuk tuturan

Agnes : “Simplicity-nya, ke-simple-annya dan innocent-nya, tapi tetep enak dengernya.”

Kanza : “Waktu yang disebut lima yang by vote itu aku sebenernya udah pasrah sih, ya. Ya udah ikhlasin aja, dapet nggak dapet itu rencana Tuhan.”

Agnes : “Kadang-kadang dengan simplicity aja bisa.” Kanza : “Kayak sebelah aku bilang, eh Kanza! Kanza! Kamu! Itu kamu! Aku masih kayak, masa sih? Terus Mbak Agnes bilang kan.”

Agnes : “Untuk diperjelas lagi kali ya, Kanza!” (14/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ pada data 4) dituturkan oleh juri

yaitu Agnes Monica kepada peserta II ke-7 yaitu Kanza. Pada waktu Agnes

Monica mengumumkan bahwa Kanza berhasil masuk ke babak 15 besar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

dengan sebuah isyarat, ternyata Kanza tidak memahami maksud isyarat yang

diberikan Agnes. Sehubungan dengan itu, Agnes menegaskan kembali

dengan menyebutkan nama Kanza.

Tuturan „Untuk diperjelas lagi kali ya, Kanza!‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur asertif „menegaskan‟ yang dapat ditandai dengan frasa

„Untuk diperjelas lagi‟. Tindak tutur asertif „menegaskan‟ seperti data 4)

bertujuan untuk mengatakan dengan tegas dan memastikan bahwa Kanza

adalah peserta yang berhasil masuk ke babak 15 besar. Bentuk tindak tutur

asertif „menegaskan‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

5) Konteks tuturan: Para juri sudah memutuskan bahwa Nina harus pulang dan keputusan itu sudah mutlak. chef master Marinka dengan terpaksa harus menegaskan bahwa Nina tetap harus pulang.

Bentuk tuturan Nina : “Tambah satu apron lagi, Chef! Saya yakin saya punya potensi, dan saya mau di sini. Chef Marinka: “Maaf, Kamu harus pulang!” (158/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ pada data 5) dituturkan oleh juri

yaitu chef Marinka kepada peserta MCI ke-2 yaitu Nina. Pada waktu itu para

juri sudah memutuskan bahwa Nina tereliminasi dari MCI ke-2 dan harus

pulang, namun Nina memohon kepada para juri supaya mempertimbangkan

lagi keputusan mereka dan memberi kesempatan Nina untuk mencoba lagi.

Para juri menegaskan bahwa keputusan mereka sudah bulat dan tidak bisa

dirubah lagi.

Tuturan „Maaf, Kamu harus pulang!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur asertif „menegaskan‟ yang dapat ditandai dengan aksen pada kata

„harus‟. Tindak tutur asertif „menegaskan‟ seperti data 5) bertujuan untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

mengatakan dengan tegas dan memastikan bahwa keputusan juri adalah

absolut sehingga tidak seorang pun yang dapat mengubahnya. Tindak tutur

dengan penanda berupa aksen pada kata „harus‟ juga ditemukan pada data

(42/II ke-7/13April2012). Bentuk tindak tutur asertif „menegaskan‟ juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

6) Konteks tuturan: Setelah mendapat sindiran dari beberapa juri yang lain, Soimah menegaskan bahwa sebelumnya dia sudah mempersilahkan kepada para juri lain untuk menyingkir bila belum siap mendengar teriakan Soimah.

Bentuk tuturan Deddy : “Mas Addie, kita nih kalau ada dia (Soimah) naik honor nggak sih sebenernya?” Omesh : “Hehe. Lebih ada asuransi ya kayanya!” Addie : “Perlu dokter kuping.” Deddy : “Iya, ya! Kayanya perlu dipertimbangkan.” Soimah : “Saya kan udah bilang, udah siap belum kalau tidak siap menyingkirlah!” Deddy : “Eee baguslah! Udah udah bagus pokoknya!” (sambil tertawa melihat tingkah Soimah) Omesh : “Hehe bagus pokoknya! Udah pusing, udah puyeng! Udah nggak bisa konsen kalau di sebelah Soimah, ya! Baik, terima kasih banyak! Berikutnya silahkan Titi Sjuman!” (163/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ pada data 6) dituturkan oleh juri

yaitu Soimah (penutur) kepada para juri lain di IMB3 (mitra tutur). Pada

tuturan sebelumnya, Soimah sudah mengingatkan para juri yang lain untuk

menyingkir jika tidak tahan dengan suara Soimah, namun para juri tidak ada

yang berpindah menyingkir. Ciri khas Soimah saat menjadi juri IMB 3 adalah

selalu berteriak-teriak pada saat memberikan pujian. Kemudian pada waktu

Soimah memberikan teriakan untuk memuji peserta, para juri yang lain

memrotes tindakan Soimah. Soimah menegaskan bahwa ia merasa tidak

bersalah karena sebelumnya ia sudah memperingatkan semua orang.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Tuturan „Saya kan udah bilang‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

asertif „menegaskan‟ yang dapat ditandai dengan intonasi yaitu menggunakan

aksen tertentu saat mengucapkan frasa „Saya kan udah bilang‟. Tindak tutur

asertif „menegaskan‟ seperti data 6) bertujuan untuk mengatakan dengan

tegas dan mengingatkan kepada juri lain supaya menyingkir saat Soimah akan

berteriak.Bentuk tindak tutur asertif „menegaskan‟ juga dapat dilihat pada

data di bawah ini.

7) Konteks tuturan: Pada waktu itu, Vina berkolaborasi dengan Soimah, mereka menggunakan kisah hidup Soimah untuk konsep lukisan pasir Vina. Pada tuturan sebelumnya, Soimah sudah menjelaskan bahwa konsep yang diangkat mereka berdua itu tidak bermaksud untuk meningkatkan popularitasnya. Soimah kembali menegaskan bahwa tidak bermaksud mengeksplor kisah hidupnya supaya bisa menjadi lebih populer.

Bentuk tuturan Soimah : “Dan sekali lagi, Omesh! Ini bukan saya ingin dieksplor cerita saya atau apa, enggak! Cuma saya ingin ngasih tahu sama pemirsa semua bahwa seseorang kalau ingin mencapai sesuatu itu perlu proses, tidak yang tiba-tiba dan mungkin ini bisa untuk inspirasi buat anak-anak Indonesia, ya! Jangan berani sama ibu! Sayangi ibu yang masih hidup, ya! dan hargailah proses! Jadi saya sangat bangga dengan anak-anak IMB mengikuti proses IMB selama ini, memang saya tak lihat sendiri sampai malem sampai pagi, nah itu

proses! Semoga kalian menjadi orang-orang yang berhasil juga!

Selamat buat peserta IMB!” Vina : “Terima kasih, Mbak Soimah!”

(180/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „menegaskan‟ pada data 7) dituturkan oleh juri

yaitu Soimah (penutur) kepada Omesh dan penonton IMB3 (mitra tutur).

Soimah menegaskan kembali bahwa ia tidak bermaksud mengumbar kisah

hidupnya untuk sekedar mencari popularitas saja.

Tuturan „Dan sekali lagi, Omesh!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur asertif „menegaskan‟ ditandai dengan pengulangan kata, frasa, atau

kalimat yang ditunjukkan padacommit frasa to „ Danuser sekali lagi‟. Tindak tutur asertif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

„menegaskan‟ seperti data 7) bertujuan untuk mengatakan dengan tegas

kepada para penonton bahwa Soimah tidak bermaksud mencari sensasi untuk

memperoleh kepopularitasan, namun Soimah lebih menekankan kepada

amanat dari kisah yang ditunjukkan Soimah tersebut.

i. Menyatakan pendapat

Menyatakan pendapat adalah menyatakan pikiran; anggapan; buah

pemikiran atau perkiraan (tentang suatu hal, seperti orang, peristiwa); orang

yang mula-mula mendapatkan (sesuatu yang tadinya belum ada atau belum

diketahui); atau menyatakan kesimpulan (sesudah mempertimbangkan,

menyelidiki, dan sebagainya) (KBBI, 2008:314). Bentuk tindak tutur asertif

„menyatakan pendapat‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Pada waktu itu Ahmad Dhani mendapat giliran untuk memberikan komentar kepada Rosa. Ia menyatakan pendapat mengenai penampilan Rosa yag dinilai biasa saja dalam menyanyikan lagu.

Bentuk tuturan Dhani : “Kalau aku sih justru beda sama Mas Anang. Iya, menurut aku sih dia nyanyinya santai aja menurut aku. Ya kan? Menurut aku, dia nyanyinya santai aja. Justru karena lagunya terlalu mudah buat

dia, makanya dia santai. Ya kan? Menurut kamu lagunya terlalu

mudah nggak buat kamu?” Rosa : “Hehehe, biasa aja sih Mas.”

Dhani : “Ya kan! Lagunya biasa aja! Ya kamu harusnya cari lagu yang nggak biasa!” (4/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟ pada data 1) dituturkan oleh

juri yaitu Ahmad Dhani kepada para penonton dan khususnya ditujukan untuk

Anang Hermansyah. Pada waktu itu Anang Hermansyah memberikan

komentar bahwa saat Rosa bernyanyi tidak sesuai dengan irama musik,

sehingga Anang menilai bahwa Rosa menyanyikan lagu tersebut dengan

kedodoran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

Tuturan „Iya, menurut aku sih dia nyanyinya santai aja menurut

aku.‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟

yang dapat ditandai dengan frasa „menurut aku‟ atau „menurut saya‟,

konteks, serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur „menyatakan

pendapat‟ seperti data 1) bertujuan untuk menyatakan pikiran; anggapan;

buah pemikiran Ahmad Dhani mengenai penampilan Rosa malam itu.

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „menurut aku‟, „menurut

saya‟ atau „menurutku‟ juga ditemukan pada data (7/II ke-7/13April2012),

(27/II ke-7/13April2012), (31/II ke-7/13April2012), (178/IMB3/5Jan2013),

dan (183/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟

juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Pada waktu itu Titi Sjuman sedang mendapat giliran untuk memberikan komentar pada Josua Pangaribuan. Titi Sjuman menyatakan pendapatnya bahwa perubahan pada vokal Josua itu cukup mempengaruhi penampilan Josua.

Bentuk tuturan Titi : “Itu susuk saya! Lupa deh tuh! Yuk cus deh katanya cepetan! (Titi menerima isyarat dari karyawan trans untuk segera berkomentar.)

Josua, gini apakah perubahan suara kamu ini yang apa namanya itu tadi

istilahnya?” Addie: “Pancaroba!”

Titi : “Nah pancaroba itu, berpengaruh besar banget nggak buat kamu?” Josua : “Sebenarnya sih nggak besar-besar banget sih, soalnya dalam pilih lagu itu range vokal lagunya seberapa besar.”

Titi : “Oke, tapi buat aku itu sebenernya lumayan pengaruh besar karena gini, kalau dulu aku selalu bisa mengikuti emosi kamu setiap detail kamu kalimat yang kamu nyanyikan aku terbawa

emosinya. Nah sekarang tuh kok keputus, nggak tahu kenapa! Kamu cari tahu deh! Suka keputus. Bagus, bukannya nggak bagus cuma suka

terputus, sama key-nya juga eee selalu cenderung lebih rendah sebenernya bisa mungkin key-nya lebih tinggi sama ngambil improvisasi, melodinya itu kaya takut! Dulu kamu waktu awal-awal

pakai baju ijo itu berani banget kamu! Sekarang masih takut kenapa? Coba cari tahu ngomongin sama mas Indra Aziz vocal coach-nya.” (166/IMB3/5Jan2013) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟ pada data 2) dituturkan oleh

juri yaitu Titi Sjuman kepada salah satu peserta IMB3 yaitu Josua

Pangaribuan. Pada waktu itu Titi Sjuman sedang mengomentari penampilan

Josua. Titi berpendapat bahwa perubahan suara Josua sangat mempengaruhi

penampilannya dalam bernyanyi. Pada waktu masuk IMB 3 Josua masih

kecil, namun karena proses penyeleksian IMB 3 yang cukup panjang. dengan

seiringnya waktu berjalan

Tuturan „buat aku itu sebenernya lumayan pengaruh besar‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟ yang dapat

ditandai dengan frasa „buat aku‟, konteks, serta tuturan sebelum dan

sesudahnya. Tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟ seperti data 2)

bertujuan untuk menyatakan pikiran; anggapan; buah pemikiran Titi

mengenai perubahan suara Josua yang cukup mempengaruhi range vokalnya

dalam bernyanyi. Bentuk tindak tutur asertif „menyatakan pendapat‟ juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

j. Bertaruh

Arti kata bertaruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1635)

yaitu bermain dengan taruhan atau memasang taruh (seperti dalam perjudian),

mengatakan sesuatu dengan memberi taruh (bahwa yang dikatakan itu benar).

Bentuk tindak tutur asertif „bertaruh‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Pada waktu para peserta sedang memasak chef Juna

mendatangi meja masak Nuuril sekitar 3 atau 4 kali. Chef Juna berkeliling untuk melihat proses memasak para peserta dan salah satunya Nuuril. Kemudian Chef Juna menyampaikan niatnya untuk bertaruh dan akan

memberi Nuuril uang seratus ribu jika dia berhasil masuk ke babak selanjutnya.

Bentuk tuturan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

Chef Juna : “Taruhan kamu masuk empat bawah. Kalau kamu bisa

masuk di atas, nggak sampai empat bawah, saya kasih kamu seratus ribu. Kalau kamu masuk empat bawah, kamu tetep bayar saya seratus ribu!”

Nuuril : (tersenyum) (69/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „bertaruh‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna kepada peserta yang bernama Nuuril. Chef Juna sedang berkeliling

untuk melihat-lihat proses memasak yang dilakukan para peserta. Kemudian

chef Juna melihat ke meja masak Nuuril dan langsung menentukan taruhan.

Chef Juna memasang taruhan berupa uang seratus ribu dengan syarat bahwa

Nuuril harus tidak berada di posisi empat bawah. Posisi empat bawah

merupakan posisi yang mengharuskan peserta untuk masuk ke babak

pressure test. Chef Juna memberikan taruhan ini untuk melatih mental dalam

bersaing yang harus dimiliki oleh setiap peserta Master Chef Indonesia. Hal

ini dilakukan para juri karena para juri melihat bahwa pada waktu bekerja di

dapur, Nuuril tidak memiliki mental persaingan yang kuat seperti peserta

yang lain. Para juri menilai bahwa Nuuril kurang cekatan pada saat memasak,

sehingga chef Juna langsung memasang taruhan sebagai motivator untuk

Nuuril.

Tuturan „Taruhan kamu masuk empat bawah. Kalau kamu bisa

masuk di atas, nggak sampai empat bawah, saya kasih kamu seratus

ribu. Kalau kamu masuk empat bawah, kamu tetep bayar saya seratus

ribu!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „bertaruh‟ yang dapat

ditandai dengan konteks tuturan yaitu memasang taruhan untuk sesuatu hal

serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur asertif „bertaruh‟ seperti

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

data 1) bertujuan untuk mengatakan sesuatu dengan memberi taruh (bahwa

yang dikatakan itu benar).

k. Menduga

Menduga yaitu menyangka atau memperkirakan (akan terjadi sesuatu)

atau hendak mengetahui isi hati dan sebagainya (KBBI, 2008:369). Bentuk

tindak tutur asertif „menduga‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Addie M.S. menyatakan pendapatnya bahwa kisah Soimah ini sangat menginspirasi masyarakat saat ini. Addie M.S. menyampaikan kepada semua penonton bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak bisa hanya dalam sekejap mata saja. Kesuksesan dapat dicapai dengan perjuangan yang keras.

Bentuk tuturan Addie : “Saya lihat jelas sekali bahwa Soimah memberi nyawa di penampilan kamu kali ini, dan terima kasih Soimah! Ehm hal yang penting saya kira di sini adalah bagaimana kita melihat suatu kesenian bisa menyampaikan pesan yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat kita sekarang. Kita lihat sekarang banyak orang mau kaya cepat! Mau berhasil cepat, jadi pemalak, jadi koruptor, dan sebagainya. Ini tadi kita diperlihatkan bagaimana cerita orang yang meraih sukses from zero to hero! Nah ini! (Sambil menunjuk ke Soimah dan Soimah langsung bersyukur) Kerja keras seperti ini yang harus sering-sering dilakukan (Soimah melambaikan tangan kepada penonton dan penonton langsung bersorak dan bertepuk

tangan) nanti bimbing saya sekalian! Saya butuh bimbingan.”

Soimah : “Jangan, Mas!” (176/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „menduga‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Addie M.S. kepada para penonton. Pada waktu itu Addie M.S. mengomentari

penampilan Vina Candrawati dan mencoba menjelaskan kepada para

penonton bahwa kesenian merupakan salah satu sarana penyampai amanat

kepada masyarakat.

Tuturan „hal yang penting saya kira di sini adalah ...‟ Menjadi

penanda lingual tindak tutur asertif „menduga‟ yang dapat ditandai dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

frasa „saya kira‟, konteks, tuturan sebelum dan tuturan selanjutnya. Tindak

tutur asertif „menduga‟ seperti data 1) bertujuan untuk mengetahui sesuatu

yang tadinya belum banyak diketahui oleh masyarakat, sekaligus

memperkirakan (akan terjadi sesuatu). Bentuk tindak tutur asertif „menduga‟

juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan : Saat Nuuril memperlihatkan hasil pekerjaannya kepada para juri, dan chef Marinka menduga bahwa berat kentang Nuuril itu tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Nuuril!” Chef Degan : “Kurang dikit.” Chef Marinka: “Okelah, timbang. Paling kurang dikit! Oh enggak loh! Hebat!” Nuuril : “Dan akhirnya alhamdulillah sekali saya ke depan, kemudian Chef Master Degan berkata „Oke!‟ kemudian saya bilang kepada Chef Master Juna. Berarti Chef bayar aku dong! Ya, I’ve got it! Ini nggak akan aku pakai, bakal aku simpen! Hehehe.” (87/ MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menduga‟ pada data 3) dituturkan oleh juri yaitu

chef Marinka kepada Nuuril. Nuuril membawa kentang yang sudah ia potong

ke meja juri untuk dinilai. Pada tuturan sebelumnya chef Degan menyatakan

bahwa kentang Nuuril kurang sedikit tanpa menimbang terlebih dahulu.

Kemudian chef Marinka mencoba menimbangnya untuk memastikan berat

kentang Nuuril. Pada awalnya chef Marinka menduga bahwa hasil pekerjaan

Nuuril itu hanya kurang sedikit, namun saat ditimbang hasil pekerjaan Nuuril

sesuai dengan berat yang ditetapkan para juri.

Tuturan „Paling kurang dikit!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

asertif „menduga‟ yang dapat ditandai dengan frasa „paling‟, konteks, tuturan

sebelum dan sesudahnya. Dalam bahasa lisan kata „paling‟ sering digunakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

untuk memperkirakan sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Tindak tutur

asertif „menduga‟ seperti data 3) bertujuan untuk memperkirakan ketepatan

berat kentang Nuuril.

l. Mengakui

Arti kata mengakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31)

yaitu membenarkan (tuduhan dan sebagainya), atau menganggap (sebagai).

Bentuk tindak tutur asertif „mengakui‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Saat Para juri memberikan komentar kepada Ivan ada sedikit candaan antara Agnes dan Dhani. Pada saat itu pula Dhani mengakui bahwa dia me-mention Agnes, supaya twitter Dhani di-mention oleh follower Agnes juga

Bentuk tuturan Agnes : “Kalo yang ini soalnya masih perlu dipromosiin!” Dhani : “Ya, bener! Makanya saya juga mention dia supaya ...” Agnes : “Supaya saya mention balik. Supaya kamu dapat follower saya.” Dhani : “Benar! Bener emang! Emang sesungguhnya kuakui seperti itu. Hehehe, eee banyak yang mention ke saya bahwa kok Ivan bisa masuk ya? Banyak yang mention ke saya, ke twitter saya, protes Ivan bisa masuk kedua belas ini, ya! Tapi dari pertama saya juga Ivan sampai sekarang pun juga begitu dan saya tidak pernah terpengaruh oleh orang-orang karena saya hanya, ya terus terang itu! Terus terang saya nggak pernah dengerin orang lain selain hati saya sendiri dan saya

suka sama kamu gitu loh!”

Ivan : “Terima kasih.” (57 /II ke-7/13April2012)

Tindak tutur asertif „mengakui‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani kepada juri lain yaitu Agnes Monica. Pada waktu itu Ahmad

Dhani mengakui bahwa apa yang dikatakan Agnes Monica itu benar bahwa

Ahmad Dhani me-mention twitter Agnes Monica supaya follower

(penggemar) Agnes juga menjadi penggemar Ahmad Dhani.

Tuturan „Benar! Bener emang! Emang sesungguhnya kuakui seperti

itu.‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „menduga‟ yang dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

ditandai dengan kata „Benar! Bener emang! Sesungguhnya kuakui‟.

Tindak tutur asertif „mengakui‟ seperti data 1) bertujuan untuk membenarkan,

menerima dan menyatakan apa yang dikatakan Agnes Monica itu memang

benar.Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „kuakui‟ atau yang sama

artinya dengan „aku akuin‟, „patut diakui‟, konteks, serta tuturan sebelum

dan sesudahnya dapat ditemukan pada data (168/IMB3/5Jan2013).

m. Menganjurkan

Kata menganjurkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:73)

adalah mengemukakan sesuatu supaya diturut (dilakukan, dilaksanakan, dan

sebagainya), mengajukan usul (saran dan sebagainya), atau memberi nasihat

(bantuan dan sebagainya) supaya menjalankan suatu usaha atau melakukan

suatu perbuatan. Bentuk tindak tutur asertif „menganjurkan‟ dapat dilihat

pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Chef Juna memberi anjuran kepada Zeze saat ia berkeliling ke meja para peserta. Chef Juna menilai bahwa pekerjaan Zeze berantakan. Ia memberi contoh memotong kentang yang benar kepada Zeze.

Bentuk tuturan

Chef Juna : “Ambil aja gini, kalau kamu mau satu-satu kamu jadiin kayak gini kalau nggak kayak gini! Bener, tapi ini sudah menjurus ke

paling besar, ya!” Zeze : “Oke. Makasih Chef.” (67/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menganjurkan‟ pada data 1) dituturkan oleh juri

yaitu chef Juna kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Zeze. Pada waktu

itu chef Juna sedang berkeliling ke meja para peserta dan saat di meja Zeze,

chef Juna memberi nasihat kepada Zeze mengenai teknik memotong kentang.

Tuturan „kalau kamu mau satu-satu kamu jadiin kayak gini kalau

nggak kayak gini!‟ menjadicommit penanda to user lingual tindak tutur asertif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

„menganjurkan‟ yang dapat ditandai dengan frasa „kalau kamu mau‟,

konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur asertif

„menganjurkan‟ seperti data 1) bertujuan supaya Zeze melakukan apa yang

sudah dicontohkan oleh chef Juna.

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „kalau kamu mau‟ atau

yang sama artinya dengan „kalau mau‟ dapat ditemukan pada data

(192/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur asertif „menganjurkan‟ yang lain

dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Sampai sejauh ini, sudah sepuluh kontestan yang berhasil melalui tantangan ini dengan sukses. Sementara yang lain masih terus berusaha memotong kentang sesuai dengan kriteria yang diinginkan juri. Chef Juna mengingatkan Vega untuk mengecek hasil pekerjaannya kepada Para juri yang ada di depan.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Saya khawatir ini kependekan kalau saya jadi kamu, saya bawa ini, saya ukur ke sana nggak usah ngantri. Saya cuma numpang ngukur Chef, gitu. Ke sana! Kalau udah yakin, baru lanjutin. Kalau nggak, ngapain kamu lanjutin terus akhirnya salah semua.” Chef Marinka: “Tinggal empat lagi yang tersisa, jika kalian tidak mau masuk ke pressure test! So, cepat!”

(74/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menganjurkan‟ pada data 2) dituturkan oleh juri

yaitu chef Juna kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Vega. Pada waktu

itu chef Juna sedang berkeliling ke meja para peserta dan saat di meja Vega,

chef Juna menganjurkan kepada Vega supaya membawa hasil pekerjaannya

maju ke depan dan menilaikannya pada para juri.

Tuturan „Saya khawatir ini kependekan kalau saya jadi kamu, saya

bawa ini, saya ukur ke sana nggak usah ngantri.‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur asertif „menganjurkan‟ yang dapat ditandai dengan frasa „kalau commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

saya jadi kamu‟ dan konteks tuturan. Tindak tutur asertif „menganjurkan‟

seperti data 2) bertujuan supaya Vega melakukan apa yang sudah dianjurkan

oleh chef Juna.

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „kalau saya jadi kamu‟

dapat ditemukan pada data (106/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur

asertif „menduga‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Adeline menyerahkan masakannya kepada para juri untuk dinilai. Chef master Marinka memberikan anjuran bahwa sebaiknya Adeline menggunakan piring yang warnanya kontras dengan warna makanannya, supaya terlihat indah.

Bentuk tuturan Chef Degan: “Kayak taccho, ya? Tapi rasanya gado-gado. Potongannya bagus, kecil-kecil jadi gampang dimakan.” Chef Marinka:“Kalau misalnya Mbak Adel milih di piring yang warna item, itu akan lebih bagus karena sekarang warnanya jadi lebih pucet, putih sama putih.” Chef Juna :“Idenya bagus! Kamu mau coba buat seperti taccho tapi isi gado-gado sama telur dadar. Next can food itu makanan favorit. Oke! Thank you!” Adeline : “Makasih, Chef!” (111/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menganjurkan‟ pada data 3) dituturkan oleh juri

yaitu chef Marinka kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Adeline. Pada

waktu itu Adeline memasak taccho yang berisi gado-gado dan warna

hidangannya putih. Sedangkan, piring yang digunakan untuk menyajikan juga

berwarna putih sehingga presentasi dari hidangan Adeline terlihat pucat dan

kurang kontras. Dengan demikian, chef Marinka memberi anjuran supaya

Adeline menggunakan piring yang berwarna hitam.

Tuturan „Kalau misalnya Mbak Adel milih di piring yang warna

item, itu akan lebih bagus‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif

„menganjurkan‟ yang dapat commit ditandai to denganuser frasa „Kalau misalnya ...itu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

akan lebih bagus‟ dan konteks tuturan. Tindak tutur asertif „menganjurkan‟

seperti data 3) bertujuan supaya lain kali jika Adeline menyajikan makanan

juga memperhatikan pemilihan piring. Oleh karena tantangan pada waktu itu

adalah presentasi maka penampilan sebuah hidangan sangat mempengaruhi

penilaian juri terhadap hasil masakan para peserta.

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „Kalau misalnya .itu akan

lebih bagus‟ dan konteks tuturan dapat ditemukan pada data

(196/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur asertif „menduga‟ juga dapat

dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Chef master Marinka menganjurkan kepada Nurul supaya Nurul mengganti nama masakannya karena tidak sesuai dengan tema tantangan pada waktu itu.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Kamu inget-inget, jadi kan yang harus dominan tetep telurnya!” Nurul : “Iya!” Chef Marinka : “Jadi kalau bisa, judulnya diganti jadi telur ayam! Bukan...” Nurul : “Ayam Telur! Hehehe. Oke!” (126/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menganjurkan‟ pada data 4) dituturkan oleh juri

yaitu chef Marinka kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Nurul. Pada

waktu itu chef Marinka sedang berkeliling ke meja para peserta dan pada saat

di meja Nurul, chef Marinka memberi anjuran kepada Nurul untuk mengganti

judul masakannya karena harus disesuaikan dengan tantangan yang diberikan.

Tuturan „Jadi kalau bisa, judulnya diganti jadi telur ayam!‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur asertif „menganjurkan‟ yang dapat ditandai

dengan frasa „Jadi kalau bisa‟ dan konteks tuturan. Tindak tutur asertif

„menganjurkan‟ seperti datacommit 4) bertujuan to user supaya Nurul membuat nama perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

masakan sesuai dengan tantangan yang diberikan sehingga sesuai dengan

bahan yang digunakan untuk memasak. Bentuk tindak tutur asertif

„menganjurkan‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

5) Konteks tuturan: Pada waktu itu Widya dipanggil para juri untuk maju

ke depan meja juri. Widya menghadap para juri dengan membawa hasil masakannya. Chef Marinka menganjurkan kepada Widya untuk

menambahkan saus karena sausnya terlalu sedikit dan supaya rasanya jadi lebih enak.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Widya, tolong ke depan! Namanya apa?” Widya : “Puyung Hai Seafood.” Chef Degan : “Dengan saus apa?” Widya : “Garlic.” Chef Marinka: “Sesuai dengan konsep ini puyung hai, cuma garlic sauce-nya harusnya lebih banyak!” Chef Juna : “Itu puyung hai apa kerak telor?” Widya : “Puyung hai kan? Hehehe.” Chef Degan : “Makasih.” Widya : “Oke! Makasih.” (141/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „menganjurkan‟ pada data 5) dituturkan oleh juri

yaitu chef Marinka kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Widya. Pada

waktu itu Adeline membawa hasil masakannya ke depan para juri untuk

dinilai. Pada saat mencoba makanan Widya chef Marinka menganjurkan

kepada Widya supaya menambahkan saus bawang pada masakannya karena

menurut chef Marinka sausnya terlalu sedikit.

Tuturan „garlic sauce-nya harusnya lebih banyak‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur asertif „menganjurkan‟ yang dapat ditandai dengan frasa

„harusnya‟ dan konteks tuturan. Tindak tutur asertif „menganjurkan‟ seperti

data 5) bertujuan supaya Widya menambahkan sedikit lebih banyak saus

bawang ke makanannya, karena pada saat mencoba masakan Widya saus

bawangnya hanya tersisa sedikit.commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „harusnya‟ dan konteks

tuturan dapat ditemukan pada data (3/II ke-7/13April2012), (4/II ke-

7/13April2012), (205/IMB3/5Jan2013).

n. Mengingat peristiwa masa lalu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:587) arti kata

mengingat adalah ingat (akan); menilik (dengan pikiran). Dengan demikian

mengingat peristiwa masa lalu adalah ingat akan peristiwa yang sudah terjadi

di masa lalu. Dalam hal ini, ingatan tentang masa lalu tersebut dapat

membantu keberhasilan di masa yang akan datang. Bentuk tindak tutur asertif

„mengingat masa lalu‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Para chef master menegur Ogan karena tindakannya yang membuang bahan makanan. Tindakan Ogan tersebut merupakan sebuah pemborosan. Chef master Marinka mengingatkan bahwa pada tantangan sebelumnya, Ogan juga melakukan hal yang sama yaitu membuat hiasan makanan dengan menggunakan pahatan wortel, namun pada akhirnya wortel tersebut tidak dapat dimakan dan hanya dibuang sia-sia.

Bentuk tuturan Chef Marinka: “Jadi jangan dibuang! Kayak kemarin yang kamu curving wortel dibuang.”

Chef Juna : “Kalau Kamu pinteran dikit! Dikit aja, sedikit lebih mengkep

(tenang) nggak usah ngomong, sedikit lebih mikir dan lebih cepet tangannya kerja Kamu taruh nanasnya sedikit di situ

dengan potongan-potongan spesial yang beda-beda tekstur, mungkin lebih enak. Dan bumbunya lebih diencerin lagi.” Ogan : “Oke, Chef.”

(109/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur asertif „mengingat masa lalu‟ pada data 1) dituturkan oleh

juri yaitu chef Marinka kepada salah satu peserta MCI 2 yaitu Ogan. Pada

waktu itu para juri sedang memberikan penilaian pada hidangan Ogan. Para

juri mengingatkan Ogan akan kejadian yang lalu karena membuang bahan

makanan dan sekarang hal itu dilakukan lagi, sehingga membuat juri kesal. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

Tuturan „Kayak kemarin yang kamu curving wortel dibuang.‟

menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „mengingat masa lalu‟ yang dapat

ditandai dengan frasa „Kayak kemarin‟ atau „kemarin‟, konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur asertif „mengingat masa lalu‟ seperti

data 1) bertujuan supaya para peserta memperhatikan dan mengingat-ingat

nasihat yang sudah diberikan para juri, sehingga ke depannya tidak terjadi

kesalahan yang sama.

Tindak tutur dengan penanda berupa frasa „Kayak kemarin‟ atau

„kemarin‟ dan konteks tuturan dapat ditemukan pada data (30/II KE-

7/13April2012). Bentuk tindak tutur asertif „menduga‟ juga dapat dilihat pada

data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Titi Sjuman mengingatkan Josua mengenai penampilannya yang lebih bagus pada saat awal-awal tampil. Hal tersebut dilakukan Titi Sjuman karena menurut Titi Sjuman penampilan Josua pada waktu itu lebih buruk dibanding dengan penampilan yang sebelumnya.

Bentuk tuturan Titi : “Nah pancaroba itu, berpengaruh besar banget nggak buat kamu?” Josua : “Sebenarnya sih nggak besar-besar banget sih, soalnya dalam pilih

lagu itu range vokal lagunya seberapa besar.”

Titi : “Oke, tapi buat aku itu sebenernya lumayan pengaruh besar karena gini, kalau dulu aku selalu bisa mengikuti emosi kamu setiap detail

kamu kalimat yang kamu nyanyiin aku terbawa emosinya. Nah sekarang tuh kok keputus, nggak tahu kenapa! Kamu cari tahu deh! Suka keputus. Bagus, bukannya nggak bagus cuma suka terputus,

sama key-nya juga eee selalu cenderung lebih rendah sebenernya bisa mungkin key-nya lebih tinggi sama ngambil improvisasi, melodinya itu kaya takut! Dulu kamu waktu awal-awal pakai baju ijo itu

berani banget kamu! Sekarang masih takut kenapa? Coba cari tahu ngomongin sama mas Indra Aziz vocal coach-nya.”

(166 /IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur asertif „mengingat masa lalu‟ pada data 2) dituturkan oleh

juri yaitu Titi Sjuman kepada salah satu peserta IMB 3 yaitu Josua. Pada

waktu itu para juri sedang memberikancommit to user komentar pada Josua. Titi Sjuman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

mengomentari tentang perubahan suara yang biasa terjadi pada anak laki-laki

yang sedang beranjak remaja. Sehubungan dengan penjelasa di atas Titi

Sjuman mengingatkan Josua suatu kejadian yang pernah dilakukan Josua, dan

menurut Titi apa yang diingatkan Titi itu bagus untuk Josua.

Tuturan „Dulu kamu waktu awal-awal pakai baju ijo itu berani

banget kamu!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif „mengingat masa

lalu‟ yang dapat ditandai dengan kata „dulu‟ atau sama artinya dengan kata

„dahulu‟ dan konteks, serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur

asertif „mengingat masa lalu‟ seperti data 1) bertujuan supaya Ogan

memperhatikan dan mengingat-ingat nasihat yang sudah diberikan para juri,

sehingga ke depannya tidak terjadi kesalahan yang sama berulang kali.

Tindak tutur dengan penanda kata „dulu‟ atau „dahulu‟ dan konteks

tuturan dapat ditemukan pada data (197/IMB3/5Jan2013).

2. Tindak Tutur Direktif

a. Menyuruh

Menyuruh yaitu memerintah (supaya melakukan sesuatu) atau memerintah

supaya pergi ke (untuk melakukan sesuatu) (KBBI, 2008:1568). Bentuk

tindak tutur direktif „menyuruh‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani tetap teguh pada pendiriannya untuk menyuruh para peserta mencari lagu-lagu yang spektakuler saat tampil di atas panggung Indonesian Idol.

Bentuk tuturan

Dhani : “Saya juga setuju sama Mas Anang. Haa? Gak, bener! Saya kenapa ya, semuanya ni, beberapa ini kan spektakuler gitu ya, kenapa lagu-lagunya nggak spektakuler gitu, pilihlah lagu yang

spektakuler gitu! Saya masih tetap percaya bahwa lagu itu ada yang spektakuler dan tidak spektakuler. Untuk ajang spektakuler ini plis deh gitu lo!commit Nggak to, plisuser deh gitu lo! Saya di sini duduk di perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

sini nggak cuma dibayar sebagai komentator buat spektakuler ini

tapi juga pengen menikmati musik yang bagus ya, dan saya cukup, cukup apa? Rewel untuk liat musik yang bagus itu! Jadi maka dari itu, mudah-mudahan ini spektakuler pertama dan

terakhir untuk menyanyikan lagu-lagu yang tidak spektakuler, ya Rio ya? Kalo kamu mau masuk lagi mudah-mudahan, pilihlah lagu yang spektakuler karena itu akan membawamu mudah untuk

menjadi spektakuler. Tahu-nya mana? Tahu-nya mana? Rio : “Iya ada.”

Dhani : “Oo ada.” (20/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „menyuruh‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu Rio (mitra

tutur). Pada tuturan-tuturan sebelumnya Ahmad Dhani sudah menyinggung

tentang lagu yang spektakuler dan ada yang tidak spektakuler. Tuturan pada

data 4) Ahmad Dhani menekankan kembali kepada Rio untuk memilih lagu

yang spektakuler.

Tujuan tuturan nomor 1) yaitu Ahmad Dhani menyuruh Rio dan para

peserta lain untuk memilih lagu yang spektakuler. Menurut Ahmad Dhani

memilih lagu yang spektakuler akan mempengaruhi penampilan peserta saat

bernyanyi di panggung. Tuturan „pilihlah lagu yang spektakuler gitu!‟

menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „menyuruh‟ yang dapat ditandai

dengan penanda lingual kata kerja, konteks berupa tuturan sebelum dan

sesudahnya, serta intonasi yang meninggi untuk kalimat suruh yaitu

menggunakan aksen pada kata tertentu. Bentuk tindak tutur direktif

„menyuruh‟ dengan penanda lingual berupa kata kerja dan intonasi untuk

kalimat suruh yaitu menggunakan aksen pada kata tertentu ditemukan pada

data (26/II ke-7/13April2012), (36/II ke-7/13April2012), (43/II ke-

7/13April2012), (55/MCI ke-2/8Juli2012), (56/MCI ke-2/8Juli2012), commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

96

(57/MCI ke-2/8Juli2012), (59/MCI ke-2/8Juli2012), (65/MCI ke-

2/8Juli2012), (66/MCI ke-2/8Juli2012), (67/MCI ke-2/8Juli2012), (70/MCI

ke-2/8Juli2012), (77/MCI ke-2/8Juli2012),(78/MCI ke-2/8Juli2012), (84/MCI

ke-2/8Juli2012), (82/MCI ke-2/8Juli2012), (85/MCI ke-2/8Juli2012),

(86/MCI ke-2/8Juli2012), (93/MCI ke-2/8Juli2012), (97/MCI ke-

2/8Juli2012), (98/MCI ke-2/8Juli2012), (110/MCI ke-2/8Juli2012), (112/MCI

ke-2/8Juli2012), (116/MCI ke-2/8Juli2012), (122/MCI ke-2/8Juli2012),

(123/MCI ke-2/8Juli2012), (144/MCIke-2/8Juli2012), (162/IMB3/5Jan2013),

(164/IMB3/5Jan2013), (166/IMB3/5Jan2013), (177/IMB3/5Jan2013),

(180/IMB3/5Jan2013), (191/IMB3/5Jan2013), (196/IMB3/5Jan2013),

(197/IMB3/5Jan2013) dan (200/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur

direktif „menyuruh‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Saat chef Juna berkeliling dan melihat hasil pekerjaan Vega, chef Juna menyuruh Vega untuk mengukur kentang ke depan (chef Marinka dan chef Degan).

Bentuk tuturan Chef Juna : “Saya khawatir ini kependekan kalau saya jadi kamu, saya

bawa ini, saya ukur ke sana nggak usah ngantri. Saya cuma

numpang ngukur Chef, gitu. Ke sana! Kalau udah yakin, baru lanjutin. Kalau nggak, ngapain kamu lanjutin terus akhirnya

salah semua.” Chef Marinka : “Tinggal empat lagi yang tersisa, jika kalian tidak mau masuk ke pressure test! So, cepat!”

(74/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur direktif „menyuruh‟ dalam data 2) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna (penutur) kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Vega (mitra

tutur). Pada waktu itu chef Juna berkeliling ke meja para peserta untuk

melihat proses pengerjaan yang sedang dilakukan oleh para peserta.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

Chef Juna berhenti di meja Vega dan memberikan beberapa nasihat dan

menyuruh Vega untuk membawa maju kentang yang sudah ia potong.

Tuturan nomor 2) bertujuan supaya pekerjaan Vega tidak bekerja sia-sia

karena bila kentang yang dibuat itu salah maka harus mengulang dari awal.

Dengan demikian chef Juna menyuruh Vega untuk menanyakan kepada juri

apakah ukuran kentang Vega sudah sesuai dengan ketentuan dari juri.

Tuturan „Ke sana!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

„menyuruh‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa frasa

penunjuk „ke sana‟, konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya, serta intonasi

kata suruh. Bentuk tindak tutur direktif „menyuruh‟ dengan penanda lingual

berupa frasa „ke sana‟, „sini atau ke sini‟ dan intonasi kata suruh ditemukan

pada data (151/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur direktif „menyuruh‟

yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Saat waktu memasak telah usai, chef Degan menyuruh para peserta untuk berhenti bekerja. Para juri segera memanggil peserta satu persatu untuk melakukan penilaian kepada masakan dari masing-masing peserta. Chef master Degan memanggil Kevin untuk maju ke depan dengan

membawa hasil pekerjaannya.

Bentuk tuturan

Chef Degan : “Tinggal sepuluh detik! Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu. Stop! Ya, saya seneng. Kalian sudah bisa menyelesaikan tantangan presentasi gado-

gado. Memang membuat gado-gado menarik tidak gampang.” Chef Marinka: “Oke! Kami akan memanggil beberapa yang menurut kami

bisa menarik perhatian.” Chef Degan : “Kevin!”

Kevin : “Juri memanggil nama peserta yang pertama dan itu Juri memanggil nama saya.” (105/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur direktif „menyuruh‟ dalam data 3) dituturkan oleh juri yaitu

chef Degan (penutur) kepadacommit salah satu to user peserta MCI ke-2 yaitu Kevin (mitra perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

98

tutur). Pada waktu itu para peserta sedang menjalani pressure test dan setelah

waktu memasak habis para juri memanggil satu persatu peserta MCI ke-2

yang masuk ke pressure test. Para juri melakukan penilaian pada setiap

hidangan yang dimasak oleh para peserta MCI ke-2. Chef Degan menyuruh

Kevin untuk maju ke depan dengan membawa hidangan yang sudah

dibuatnya.

Tuturan nomor 3) bertujuan menyuruh Kevin maju ke meja juri, supaya

para juri bisa mencoba dan memberikan penilaian pada hidangan yang sudah

dibuat Kevin. Tuturan „Kevin!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

„menyuruh‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa intonasi kata

suruhan, konteks, tuturan sesudahnya. Bentuk tindak tutur direktif

„menyuruh‟ dengan penanda lingual berupa intonasi kata suruh an konteks

yang melingkupinya ditemukan pada data (118/MCI ke-2/8Juli2012).

b. Meminta

kata meminta (dalam KBBI, 2008:1029) berarti bahwa berharap supaya

diberi atau mendapat sesuatu; mohon; mempersilakan. Bentuk tindak tutur

direktif „menyuruh‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Vera membawa kentang yang sudah ia potong ke hadapan para juri. Pada saat chef Degan melihat kentang milik Vera, ia

meminta Vera untuk kembali ke meja memasaknya supaya dapat memperbaiki kentang yang tidak rata. Chef master Degan menyilakan Vera untuk kembali ke tempatnya setelah memberikan penilaian terhadap hasil

kerja Vera.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Maaf, nggak sama dengan contoh! Oke, silahkan balik!” Vera : “Makasih, Chef. ”

(79/MCI ke-2/8Juli2012)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

99

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu

chef Degan (penutur) kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Vera (mitra

tutur). Pada waktu itu Vera sedang menilaikan hasil pekerjaannya ke hadapan

pra juri dan saat dinilai ternyata tidak sesuai dengan ketentuan dari juri. Chef

Degan menyuruh Vera untuk kembali ke meja dan memperbaikinya. Tuturan

nomor 1) bertujuan supaya Vera memperbaiki ukuran potongan kentangnya

karena ukuran kentang yang satu dan yang lain tidak sama. Dalam bisnis

kuliner sekelas restoran hotel berbintang, pemotongan bahan makanan sangat

berpengaruh terhadap penyajian makanan saat sudah jadi. Dalam acara MCI

ke-2 ini sangat ditekankan pula keahlian dalam teknik memasak dan penilaian

juri sangat membantu dalam proses pembelajaran memasak di MCI ke-2.

Tuturan „Oke, silahkan balik!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

direktif „meminta‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa frasa

„silahkan‟, konteks dan intonasi kalimat meminta. Bentuk tindak tutur direktif

„meminta‟ dengan penanda lingual berupa frasa „silahkan‟ dan intonasi

kalimat meminta ditemukan pada data (57/MCI ke-2/8Juli2012), (58/MCI ke-

2/8Juli2012), (94/MCI ke-2/8Juli2012), (110/MCI ke-2/8Juli2012), (120/MCI

ke-2/8Juli2012), dan (200/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur direktif

„menyuruh‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Ahmad Dhani dengan Rio (salah

satu peserta Indonesian Idol) Ahmad Dhani pernah meminta Rio untuk membawakan tahu sumedang, maka dari itu Ahmad Dhani meminta tahu

sumedang tersebut.

Bentuk tuturan

Dhani: “... Jadi maka dari itu, mudah-mudahan ini spektakuler pertama dan terakhir untuk menyanyikan lagu-lagu yang tidak spektakuler, ya Rio ya? Kalo kamu mau masuk lagi mudah-mudahan, pilihlah lagu yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

100

spektakuler karena itu akan membawamu mudah untuk menjadi

spektakuler. Tahunya mana? Tahunya mana?” Rio : “Iya ada.” Dhani : “Oo ada.”

(20/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 2) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu Rio (mitra

tutur). Pada minggu sebelumnya Ahmad Dhani pernah berkata kalau Rio

lolos ke babak selanjutnya, maka Ahmad Dhani meminta kepada Rio supaya

membawakan tahu sumedang karena Rio berasal dari Sumedang.

Tuturan nomor 2) bertujuan supaya Ahmad Dhani diberi tahu sumedang

yang asli dari Sumedang. Tuturan „Tahunya mana? Tahunya mana?‟

menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „meminta‟ yang dapat ditandai

dengan penanda lingual berupa kalimat tanya dengan intonasi kalimat

meminta.

Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ dengan penanda lingual berupa

kalimat tanya dengan intonasi kalimat meminta ditemukan pada data

(113/MCI ke-2/8Juli2012), (155/MCI ke-2/8Juli2012), dan (182/IMB3/

5Jan2013). Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ yang lain dapat dilihat

pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Ony ‘n friends merupakan band pengiring yang disediakan RCTI untuk mengiringi para peserta Indonesian Idol. Ony ‘n friends melakukan aransemen lagu yang akan dibawakan oleh para peserta,

sehingga sangat menunang penampilan para peserta saat bernyanyi. Agnes Monica meminta kepada seluruh orang yang hadir di studio untuk bertepuk

tangan sebagai penghargaan kepada Ony ‘n friends.

Bentuk tuturan

Agnes : “Dera, kamu masih menjadi salah satu favorit saya! (sorak sorai penonton) Lagunya saya suka banget, ini lagunya ya?” Dera : “Iya.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

101

Agnes : “Oh, ya. Lagunya saya suka banget dan tolong tepuk tangan buat

Ony ‘n friends, itu tadi aransemennya keren banget! Eee kamu tadi juga bagus banget!” Dera : “Terima kasih, Mbak Agnes.”

(28/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 3) dituturkan oleh juri yaitu

Agnes Monica (penutur) kepada seluruh orang yang ada di studio RCTI

(mitra tutur). Agnes Monica meminta semua orang yang ada di studio untuk

bertepuk tangan karena menurut Agnes, penampilan peserta yang bagus tidak

akan mungkin tercipta apabila tidak ada band pengiring yang hebat pula.

Sebagian besar musik yang dibawakan oleh peserta II ke-7 adalah hasil

aransemen dari Ony ‘n friends, oleh sebab itu Agnes meminta semua orang

untuk bertepuk tangan sebagai penghargaan atas hasil karyanya yang bagus.

Tuturan nomor 3) bertujuan supaya semua orang yang ada di studio

memberi tepuk tangan kepada Ony ‘n friends atas hasil karya yang sudah

dibuat dan sangat menghibur. Tuturan „tolong tepuk tangan buat Ony ‘n

friends‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „meminta‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual berupa kata „tolong‟, konteks, tuturan

sebelum dan sesudahnya.

Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟dengan penanda lingual berupa

kalimat tanya dengan intonasi kalimat meminta ditemukan pada data

(64/MCI ke2/8Juli2012), (119/MCI ke-2/8Juli2012), (141/MCI ke-

2/8Juli2012), dan (177/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur direktif

„meminta‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Chef master Juna meminta Ken untuk menjelaskan alasan mengapa para juri harus memilihnya supaya tetap berada di kompetisi Master Chef Indonesia tersebut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

102

Bentuk tuturan

Chef Juna : “Masih mau di sini?” Ken : “Sangat, Chef!” Chef Juna : “Kasih kami alasan yang kuat untuk bisa bikin kamu tetap

berada di kompetisi ini!” Ken : “Saat ini, saya berdiri di sini, saya rela mengorbankan semuanya.”

Chef Juna : “Seperti?” Ken : “Pekerjaan. Persiapan pernikahan saya. Tanggung jawab saya

sebagai anak. Keluarga saya. Semua ada di pundak saya, Chef!” (149//MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 4) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna (penutur) kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Ken (mitra

tutur). Chef Juna meminta Ken untuk menjelaskan alasan kenapa para juri

harus mempertahankan Ken untuk tetap berada di MCI ke-2. Dalam

mempertimbangkan peserta yang akan dieliminasi, para juri meminta peserta

untuk merangkan seberapa besar tekad yang dimiliki peserta untuk ikut dalam

MCI ke-2. Hal ini dilakukan para juri supaya memotivasi para peserta untuk

berkomitmen dengan tekad yang sudah dimiliki.

Tuturan nomor 4) bertujuan untuk meminta Ken memberi penjelasan

mengenai motivasinya ikut acara MCI ke-2. Hal tersebut berpengaruh dengan

penilaian para juri terhadap peserta yang memiliki ketertarikan dalam hal

memasak. Para juri tidak mau jika peserta itu tidak bersungguh-sungguh

dalam menghadapi kompetisi di MCI ke-2.

Tuturan „Kasih kami alasan yang kuat untuk bisa bikin kamu tetap

berada di kompetisi ini! menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

„meminta‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa frasa „kasih

kami alasan‟, konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya, serta intonasi kalimat

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

103

meminta. Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ yang lain juga dapat dilihat

pada data di bawah ini.

5) Konteks tuturan: Para juri melakukan penilaian pada hasil masakan para peserta. Pada saat Wdya dipanggil ke depan dengan membawa masakannya, chef Juna memberikan kritikan pada penampilan masakan Widya. Chef Juna

membohongi Widya dengan meminta apron-nya, supaya Widya mengira dia yang tereliminasi dan harus pulang hari itu.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Widya, maaf Widya kami bersepakat puyung hai kebakaran kurang saus. (Chef Juna mengulurkan tangan seraya ingin berjabat tangan) Widya : “Makasih ya Chef!” Chef Juna : “Ngapain Kamu? Apron-nya!” Widya : “Oh.” (Dengan nada kecewa) (154/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 5) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna (penutur) kepada Widya (mitra tutur). Chef Juna meminta apron

kepada Widya. Tuturan nomor 5) bertujuan supaya Widya menyerahkan

apron kepada chef Juna. Hal ini dilakukan juri supaya dapat mencairkan

suasana yang mulai tegang saat penilaian hasil masakan. Dalam hal ini juri

memiliki hak penuh untuk meminta apron (sebagai identitas bahwa peserta

itu masih menjadi peserta MCI ke-2) dari peserta. Para juri memiliki

kekuasaan yang lebih tinggi dibanding para peserta, sehingga pada waktu

para juri meminta apron maka peserta harus menyerahkannya. Namun

demikian, pada tuturan „meminta‟ di atas merupakan candaan yang diberikan

juri untuk menghibur para peserta yang tampak tegang pada waktu itu.

Tuturan „Apron-nya!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

„meminta‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa konteks dan

intonasi kalimat meminta. Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ yang lain

dapat dilihat pada data di bawahcommit ini. to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

104

6) Konteks tuturan: Syahrini meminta kepada penonton yang ada di studio

untuk memberikan tepuk tangan kepada Soimah atas perjuangan hidup yang sangat menginspirasi bagi yang lain.

Bentuk tuturan Syahrini : “Itulah keistimewaan dan keajaiban dari seorang seniman. Semua seniman itu punya daya tarik dan ciri khas sendiri-sendiri. Dan itu

bisa menginspirasi semua elemen seni, termasuk seperti Deddy bilang, kaya apa ya, mbak Soimah membimbing kamu! Bukan

meng-coaching ya, tapi membimbing, mengarahkan kamu, ternyata kok bisa bersinergi true story begitu indah lukisan kamu dan Soimah. Dan semua mungkin yang nonton di rumah juga ikut menangis, merasakan story yang betul-betul true story yang terjadi pada seorang seniman Indonesia seperti Soimah. Jadi tepuk tangan untuk Soimah!” Soimah : “Terima kasih, Mbak Syahrini!” (171/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 6) dituturkan oleh juri yaitu

Syahrini (penutur) kepada seluruh orang yang ada di studio TransTV (mitra

tutur). Syahrini meminta kepada seluruh orang yag ada di studio untuk

memberi tepuk tangan kapada Soimah atas perjuangan hidup dan dedikasinya

di bidang kesenian Jawa.

Tuturan nomor 6) bertujuan supaya semua orang yang ada di studio

memberi tepuk tangan kepada Soimah atas perjuangannya yang dahulu

merupakan seorang anak yang tidak mampu dan berkat perjuangannya,

sekarang Soimah menjadi artis terkenal. Tuturan „Jadi tepuk tangan untuk

Soimah!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „meminta‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual berupa kata kerja „tepuk tangan‟, konteks

yang melingkupinya dan intonasi kata meminta.

Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ dengan penanda lingual berupa kata

kerja „tepuk tangan‟, konteks yang melingkupinya dan intonasi kata meminta

ditemukan pada data (187/IMB3/5Jan2013 dan (206/IMB3/5Jan2013). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

105

Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ yang lain dapat dilihat pada data di

bawah ini.

7) Konteks tuturan: Soimah memohon kepada Gifty untuk mencari dan tentunya menyanyikan lagu anak-anak. Hal ini disebabkan karena Gifty adalah anak berusia sepuluh tahun, sehingga Soimah menganggap bahwa

anak-anak seusia Gifty belum pantas menyanyikan lagu orang-orang dewasa.

Bentuk tuturan Soimah : “Sebelumnya udah dirangkum sama Kak Tisju, ama Kak Syahrini juga. Bener jadi waktu mau masuk Aserehe, kamu mendahului, sayang ya temponya! Terus sama pembagian vokal kaya nggak jelas, eee Gifty dulu apa Tasya dulu, kaya yang inget, nyanyi gitu! Pembagian vokalnya kurang jelas. Tapi ya yang jelas setuju untuk seusia kamu untuk nyanyi lagu anak-anak aja karena seperti anak saya sendiri aja nyanyinya „kurasa kusedang dimabuk cinta’ itu anak saya nyanyinya sudah seperti itu! Jadi saya minta Gifty untuk nyari lagu-lagu anak dan berilah contoh anak-anak dengan contoh lagu anak, silahkan Mas Deddy!” Gifty : “Terima kasih, Tante Soimah!” (200/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 7) dituturkan oleh juri yaitu

Soimah (penutur) kepada salah satu peserta IMB 3 yaitu Gifty (mitra tutur).

Dalam komentarnya Soimah meminta Gifty untuk menyanyikan lagu anak-

anak. Pada penampilan malam itu Gifty membawakan lagu orang dewasa

yang menurut Soimah kurang sesuai dengan usia Gifty yang saat itu baru 7

tahun.

Tuturan nomor 7) bertujuan supaya Gifty menyanyikan lagu yang sesuai

dengan usianya yaitu jenis lagu anak-anak. Tuturan „Jadi saya minta Gifty

untuk nyari lagu-lagu anak‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

„meminta‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa frasa „saya

minta‟ dan konteks. Bentuk tindak tutur direktif „meminta‟ yang lain juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

106

8) Konteks tuturan: Pada waktu itu ada sedikit perbedaan pendapat antara

Anang Hermansyah dan Ahmad Dhani. Ahmad Dhani kurang setuju dengan pendapat yang diutarakan Anang. Kemudian pada waktu Ahmad Dhani menyatakan pendapatnya, Anang meminta Ahmad Dhani untuk menyebutkan

bukti konkret dari pernyataan Ahmad Dhani, yaitu berupa judul lagu yang spektakuler.

Bentuk tuturan Anang : “Contohnya lagu nggak biasa apa, Dhan?”

Dhani : “Heh?” Anang : “Contoh lagu nggak biasa apa?” Dhani : “Banyak, misalnya...” (6/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „meminta‟ dalam data 8) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah (penutur) kepadajuri lain yaitu Ahmad Dhani (mitra

tutur). Pada tuturan sebelumnya telah terjadi sedikit selisih pendapat antara

Anang Hermansyah dan Ahmad Dhani. Ahmad Dhani mengatakan bahwa

lagu itu ada yang spektakuler dan ada yang tidak lalu Anang meminta Dhani

untuk menyebutkan lagu yang tidak biasa atau spektakuler.

Tujuan uturan nomor 8) adalah supaya Ahmad Dhani menyebutkan lagu

yang spektakuler itu contohnya seperti apa. Anang Hermansyah menyatakan

bahwa semua lagu itu sama, sedangkan Agnes Monica berpendapat bahwa

kespektakuleran sebuah lagu itu bersifat subyektif, sehingga antara orang

yang satu dengan yang lain pasti berbeda.

Tuturan „Contohnya lagu nggak biasa apa, Dhan?‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur direktif „meminta‟ yang dapat ditandai dengan penanda

lingual berupa kalimat tanya dan konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya,

intonasi kalimat meminta.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

107

c. Menasihati

Dalam (KBBI, 2008:1067) kata nasihat diartikan bahwa ajaran atau

pelajaran baik, berupa anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik.

Dengan demikian menasihati yaitu memberi nasihat kepada seseorang.

Bentuk tindak tutur direktif „menasihati‟ dapat dilihat pada data berikut.

1) Konteks tuturan: Pada waktu itu Ahmad Dhani mendapat giliran untuk memberikan komentar pada penampilan Dion. Pada saat berkomentar, Ahmad Dhani menasihati Dion untuk selalu memilih lagu yang spektakuler maka juga akan ikut menjadi spektakuler seperti lagunya.

Bentuk tuturan Dion : “Terima kasih, Agnes Monica.” Dhani : “Dan tidak bisa dipungkiri bahwa lagu ini spektakuler. Lagu ini spektakuler, spektakuler lagu ini. Mas Ony pun akan sependapat dengan saya kalau lagu ini spektakuler gitu! Dan Dion sebagai penyanyi memang kalau mau mencontoh penyanyi dunia, ya? Madonna. Madonna tuh tidak pernah memilih lagu yang salah dari tahun ‟83 sampai sekarang. Padahal beberapa juga bukan lagunya dia, gitu ya? Karena kelanggengan artis, penyanyi, dan lain-lain adalah bagaimana setiap tahun dia harus memilih lagu yang menurut dia spektakuler bukan yang just average atau just ordinary, ya! Jadi, maka dari itu teruskanlah memilih lagu yang spektakuler dan saya yakin kamu akan terus masuk ke minggu-minggu berikutnya apabila kamu memilih lagu-lagu yang juga spektakuler. Dan lagu yang spektakuler seperti kamu bilang, kamu bersentuhan dengan

orang-orang hebat, kamu juga akan ketularan hebat, ya! Dan

kalau kamu juga bersentuhan dengan lagu-lagu yang spektakuler, kamu juga akan ketularan spektakuler!”

Dion : “Ya, betul sekali. Terima kasih, Mas Dhani.” Dhani : “Oke.” (43/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „menasihati‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu Dion (mitra

tutur). Ahmad Dhani memberikan komentar serta nasihat kepada Dion

mengenai pemilihan lagu yang tepat.

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk memberi ajaran atau pelajaran baik

berupa petunjuk dan peringatancommit yang to baik.user Nasihat yang diberikan Ahmad perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

108

Dhani merupakan hasil pengalaman Ahmad Dhani selama menekuni industri

musik Indonesia. Tuturan „Dan lagu yang spektakuler seperti kamu

bilang, kamu bersentuhan dengan orang-orang hebat, kamu juga akan

ketularan hebat, ya! Dan kalau kamu juga bersentuhan dengan lagu-

lagu yang spektakuler, kamu juga akan ketularan spektakuler!‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur direktif „menasihati‟.

Tuturan nomor 1) dapat ditandai dengan penanda berupa konteks yang

melingkupinya yaitu tuturan sebelumnya dan memberi dampak pada tuturan

berikutnya. Pada tindak tutur direktif „menasihati‟ dipengaruhi oleh proses

sebab akibat yang terdapat di dalam tuturan. Misalnya pada data nomor 1)

Ahmad Dhani sebelumnya sudah mengungkapkan bahwa lagu ada yang

spektakuler dan ada yang tidak, sedangkan Dion tampil dengan sangat bagus

sehingga Ahmad Dhani menilai bahwa lagu yang dibawakan Dion itu

spektakuler. Oleh sebab itu Ahmad Dhani menasihati Dion supaya tetap

memilih lagu yang spektakuler. Bentuk tindak tutur direktif „menasihati‟

dengan penanda lingual berupa konteks yang melingkupinya ditemukan pada

data (108/MCI ke-2/8Juli2012), (109/MCI ke-2/8Juli2012), (110/MCI ke-

2/8Juli2012), (184/IMB3/5Jan2013) dan (195/IMB3/5Jan2013).

d. Mengajak

Kata ajak atau mengajak (dalam KBBI, 2008:23) yaitu meminta

(menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut (datang dan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

109

sebagainya); menantang (berkelahi dan sebagainya). Bentuk tindak tutur

direktif „mengajak‟ dapat dilihat pada data di bawah ini

1) Konteks tuturan: Pada waktu itu para peserta sedang sibuk memasak di meja mereka masing-masing. Chef Degan dan chef Marinka berunding mengenai permasalahn yang sering muncul pada peserta saat melaksanakan

tantangan tersebut. Chef Degan mengajak chef Marinka berkeliling untuk melihat cara kerja para peserta.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Yang paling nyebelin sebetulnya kalau nggak konsisten!” Chef Degan : “Ya!” Chef Marinka : “Ya kan? Itu lebih menyebalkan dibandingin semuanya sama.” Chef Degan : “Mari kita lihat!” Chef Marinka : “Oke, kita lihat!” (81/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur direktif „mengajak‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

chef Degan kepada juri lain yaitu chef Marinka. Para peserta sedang

melaksanakan tugas yang diberikan oleh para juri. Setelah chef Degan dan

chef Marinka selesai berbincang mengenai para peserta, chef Degan mengajak

chef Marinka untuk berkeliling melihat proses memasak dari para peserta.

Tuturan „mengajak‟ dilakukan untuk mengakhiri perbincangan dan

menghindari kecanggungan yang mungkin terjadi antara penutur dan mitra

tutur.

Tuturan „Mari kita lihat!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur asertif

„menganjurkan‟ yang dapat ditandai dengan frasa „mari‟, konteks, tuturan

sebelum dan sesudahnya, serta intonasi mengajak. Tindak tutur direktif

„mengajak‟ seperti data 1) bertujuan untuk meminta supaya chef Marinka ikut

berkeliling dan melihat-lihat proses memasak para peserta. Bentuk tindak

tutur direktif „mengajak‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

110

2) Konteks tuturan: Pada tantangan sebelumnya, chef Juna mempertaruhkan

uang apabila Nuuril berhasil lolos dari pressure test. Pada tantangan berikutnya chef Juna berkeliling untuk melihat proses memasak dari para peserta dan berhenti di meja Nuuril. Chef Juna mengajak Nuuril untuk

bertaruh lagi.

Bentuk tuturan

Chef Juna : “Taruhan lagi, yuk?” Nuuril : “Heh? Taruhannya apa?”

Chef Juna : “Maunya apa? Mana mungkin bisa taruhan kalau caranya kayak gini. Kalau saya yang ngerasain dan bohong kan kamu nggak tahu! Yang penting saya dapet duit.” Nuuril : “Oh, duit lagi taruhannya? Aku bilang. Oh, kalau emang nggak duit mau apa? Kamu mau apa dari saya? Dia bilang gitu.” Chef Juna : “Maunya apa? Hayo!” Nuuril : “Chef, masak deh buat aku.” (101/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur direktif „mengajak‟ pada data 2) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna kepada salah satu peserta yaitu Nuuril. Pada saat chef Juna sedang

berkeliling dan berhenti di meja Nuuril, chef Juna mengajak Nuuril untuk

taruhan. Pada tantangan sebelumnya, chef Juna memasang taruhan pada

Nuuril. Hal ini dilakukan oleh chef Juna supaya dapat memotivasi para

peserta dan menarik perhatian pemirsa yang sedang menyaksikan MCI ke-2.

Tuturan „Taruhan lagi, yuk?‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

direktif „mengajak‟. Tindak tutur direktif „mengajak‟ dapat ditandai dengan

frasa „yuk‟, konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya, serta intonasi

mengajak. Tindak tutur direktif „mengajak‟ seperti data 2) bertujuan supaya

mitra tutur turut bertaruh dan mengikuti ajakan yang ditawarkan oleh mitra

tutur. Namun demikian, mitra tutur tidak harus selalu mengikuti keinginan

yang diutarakan oleh penutur.

e. Melarang

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

111

Dalam (KBBI, 2008:883) kata larang atau melarang yaitu memerintahkan

supaya tidak melakukan sesuatu; tidak memperbolehkan berbuat sesuatu.

Bentuk tindak tutur direktif „melarang‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani menilai penampilan Rosa kurang

spektakuler karena ia membawakan lagu yang biasa saja. Oleh sebab itu, Ahmad Dhani melarang di malam spektakuler tidak boleh ada yang

membawakan lagu yang sedang-sedang saja. Namun demikian, Anang Hermansyah dan Agnes Monica menolak pendapat Ahmad Dhani.

Bentuk tuturan Dhani : “To Mas Anang ya! To Mas Anang ini lagu enak, gitu loh! Ini lagu enak. Ini malam spektakuler, kepada semua kontestan yang di belakang ya! Dengerin, ya! Juga kepada seluruh pihak yang berkait RCTI, Fremantle, ya! Pelatih musik, RT, RW juga ya? Ini lagu enak. Ini malam spektakuler jangan diisi lagu-lagu yang sedang- sedang saja, ya kan! Ini lagu enak, dinyanyikan dengan spektakuler juga. Suaranya berbeda dengan penyanyi aslinya dan punya karakter sendiri, dan saya suka suaramu.” Febri : “Makasih, Mas Dhani.” (11/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „melarang‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani kepada semua pihak yang menyaksikan acara II ke-7 malam

itu. Peserta tidak selalu mempunyai kuasa untuk memilih lagu yang akan

dinyanyikan karena ada aturan tertentu yang diterapkan pihak RCTI dalam

hal pemilihan lagu. Pada tuturan sebelumnya Ahmad Dhani sudah

menekankan bahwa ada lagu yang spektakuler dan ada lagu yang tidak

spektakuler. Pada tuturan dalam data nomor 1) Ahmad Dhani menegaskan

bahwa Ahmad Dhani melarang para peserta untuk menyanyikan lagu yang

tidak spektakuler.

Tuturan „Ini malam spektakuler jangan diisi lagu-lagu yang sedang-

sedang saja, ya kan!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

„melarang‟ yang dapat ditandai dengan frasa „jangan‟, konteks, tuturan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

112

sebelum dan sesudahnya, serta intonasi melarang. Tindak tutur direktif

„melarang‟ seperti data 1) Ahmad Dhani bertujuan supaya pihak RCTI

maupun para peserta tidak memilih lagu yang tidak spektakuler.

Bentuk tindak tutur direktif „melarang‟dengan penanda lingual berupa kata

„jangan‟ dan intonasi melarang ditemukan pada data (35/ II ke-7/

13April2012), (62/MCI ke-2/ 8Juli2012), (109/MCI ke-2/ 8Juli2012), (128/

MCI ke-2/ 8Juli2012), (151/MCI ke-2/ 8Juli2012), (162/IMB3/5Jan2013),

(176/IMB3/5Jan2013), (180/IMB3/5Jan2013), (188/IMB3/5Jan2013),

(195/IMB3/5Jan2013), dan (196/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur

direktif „melarang‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Anang Hermansyah menasihati Belinda untuk tidak boleh merasa gugup saat tampil di panggung karena Anang melihat Belinda sudah seperti penyanyi terkenal yang dapat bernyanyi dengan bagus di atas panggung.

Bentuk tuturan Anang : “Ya, aku tadi ketemu kamu di belakang kan? Kamu bilang nervous banget tapi aku nggak ngeliat. Kamu berhasil menaklukkan bahwa kamu nggak nervous. Aku bilang bahwa panggung ini pasti akan jadi milik kamu. Ini kamu udah tunjukkin berarti minggu depan dan

seterusnya kamu tidak boleh nervous lagi.”

Belinda: “Amin, insyallah. Alhamdulillah terima kasih, Mas Anang.” (34/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „melarang‟ pada data 2) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu Belinda. Pada

waktu memberi komentar pada Belinda, Anang Hermansyah melarang

Belinda supaya pada penampilan selanjutnya tidak gugup saat di panggung

karena Anang melihat bahwa Belinda sudah mampu menguasai panggung

dan tampil dengan bagus sekali.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

113

Tuturan „Ini kamu udah tunjukkin berarti minggu depan dan

seterusnya kamu tidak boleh nervous lagi.‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur direktif „melarang‟ yang dapat ditandai dengan frasa „tidak boleh‟ dan

intonasi melarang. Tindak tutur direktif „melarang‟ seperti data 2) Anang

Hermansyah bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri Belinda.

Dengan tuturan itu Anang Hermansyah tidak memperbolehkan Belinda untuk

merasa gugup lagi karena bila Belinda gugup maka suara yang keluar tidak

optimal dan akan mempengaruhi penampilan Belinda saat di pangggung.

Bentuk tindak tutur direktif „melarang‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Sebelum memberikan komentar, Syahrini selalu menyempatkan diri untuk menyapa para peserta terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan yang ramah bagi kepada seluruh peserta. Syahrini memberikan kritikan terhadap konsep yang diangkat Deddy Corbuzier untuk penampilan Yohana malam itu. Ia menganggap konsep tersebut tidak mendidik anak-anak Indonesia yang sedang menonton IMB3.

Bentuk tuturan Syahrini : “Selamat malam Yohana!” Yohana : “Selamat malam, kak Syahrini.” Syahrini : “Eeehm kalau menurut saya konsep Deddy, skill kamu memang bersinergi tapi kalau dilihat darisudut pandang dan kacamata anak-

anak yang lagi lihat nih, apa nilai edukasinya, ya? Ada pistol, lalu

konsep Deddy itu berbau kejam, pisau, pistol, berantem! Kayanya negara kita nggak mau berantem-berantem gitu, ya! Maunya yang

damai, lihat yang betul-betul ada edukasinya, banyak knowledge yang dikasih. Tapi kalau ini konsep Deddy yang memang menurut Deddy oke, ya aku sih sangat bersinergi sih sama kamu tadi dengan

skill kamu! (sambil menepuk Deddy) Nggak perlu berkomentar! Aku nggak mau ngomentarin kamu, Ded! Aku lagi ngomentarin Yohana.”

(203/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „melarang‟ pada data 3) dituturkan oleh juri yaitu

Syahrini kepada juri lain yaitu Deddy Corbuzier. Syahrini memberi komentar

pada penampilan Yohana dan sebuah kritikan terhadap konsep pertunjukkan

yang mengandung unsur kekerasan.commit to user Pada waktu memberikan komentar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

114

Deddy memberikan tanggapan, namun Syahrini melarang dan menolak

mendengar sanggahan yang diberikan Deddy.

Tuturan „Nggak perlu berkomentar!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur direktif „melarang‟ yang dapat ditandai dengan frasa „nggak perlu‟ atau

sama artinya dengan „nggak usah‟, tuturan sebelum dan sesudahnya, serta

konteks yang melingkupinya. Tindak tutur direktif „melarang‟ seperti data 3)

bertujuan supaya Syahrini dapat menghentikan Deddy saat akan menyanggah

pendapat yang diutarakan Syahrini.

f. Berharap

Kata berharap (dalam KBBI, 2008:524) berarti bahwa berkeinginan

supaya terjadi atau meminta supaya. Bentuk tindak tutur direktif „berharap‟

dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Anang mengharapkan supaya Kanza mampu tampil lebih baik lagi dengan gayanya sendiri, sehingga menurut Anang Hermansyah itu akan menambah ciri khas dari seorang Kanza.

Bentuk tuturan Anang : “Kanza.”

Kanza : “Ya?”

Anang : “Kalau aku ngomongnya nanti ini dibilang terlalu keras, tapi aku bilangnya gini, ini panggung Indonesian Idol, gitu! Ini adalah

panggung spektakuler, aku nggak ngerasa kamu nyanyi seperti itu. Ya aku ngerasanya, ya aku harus minta maaf mungkin, tapi aku harus ngomong supaya kamu kalau lolos minggu depan, kamu harus lebih

baik, gitu! Artiannya, kamu nyanyi ya ini bukan panggung acara sekolahan, gitu!” Dhani : “Atau juga bukan nyanyi di kafe!”

Anang : “Bukan! Ini panggung spektakuler, aku berharap kamu bisa nyanyi dengan ya dengan diri kamu! Artiannya dengan gaya kamu,

style kamu, tapi juga pembawaanya harus bisa mewarnai panggung yang sebagus ini, gitu! Aku nggak melihat itu dari kamu.” (18/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „beharap‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah (penutur)commit kepada to salah user satu peserta yang bernama Kanza perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

(mitra tutur). Anang mengungkapkan harapannya supaya Kanza bisa

menyanyi dengan cara dia sendiri sehingga tidak perlu menjadi mirip seperti

penyanyi yang lain.

Tuturan „aku berharap kamu bisa nyanyi dengan ya dengan diri

kamu!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „berharap‟ yang dapat

ditandai dengan frasa „aku berharap‟, konteks yang melingkupinya, tuturan

sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur direktif „berharap‟ seperti data 1)

bertujuan supaya Kanza berlatih lebih keras dalam mengasah kemampuannya

bernyanyi. Pada malam itu para juri menilai bahwa penampilan Kanza kurang

memuaskan.

Bentuk tindak tutur direktif „berharap‟ dengan penanda lingual berupa kata

„berharap‟ dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada data (30/II ke-

7/13April2012). Bentuk tindak tutur direktif „berharap‟ juga dapat dilihat

pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Ahmad Dhani berharap kepada Rio supaya tidak lagi memilih lagu yang tidak spektakuler. Dan harapan Ahmad Dhani ini

menyiratkan bahwa Dhani benar-benar menekankan apa yang dihaparkannya

tersebut.

Bentuk tuturan Dhani : “Saya juga setuju sama Mas Anang. Haa? Gak, bener! Saya kenapa ya, semuanya ni, beberapa ini kan spektakuler gitu ya, kenapa lagu-

lagunya nggak spektakuler gitu, pilihlah lagu yang spektakuler gitu! Saya masih tetap percaya bahwa lagu itu ada yang spektakuler dan tidak spektakuler. Untuk ajang spektakuler ini plis deh gitu lo! Nggak,

plis deh gitu lo! Saya di sini duduk di sini nggak cuma dibayar sebagai komentator buat spektakuler ini tapi juga pengen menikmati musik

yang bagus ya, dan saya cukup rewel untuk liat musik yang bagus itu! Jadi maka dari itu, mudah-mudahan ini spektakuler pertama dan terakhir untuk menyanyikan lagu-lagu yang tidak spektakuler, ya

Rio ya! Kalo kamu mau masuk lagi mudah-mudahan, pilihlah lagu yang spektakuler karena itu akan membawamu mudah untuk menjadi spektakuler. Tahu-nya mana? Tahu-nya mana? Rio : “Iya ada.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

116

Dhani : “Oo ada.”

(20/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur direktif „beharap‟ pada data 2) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Rio (mitra

tutur). Ahmad Dhani mengungkapkan harapannya supaya Rio tidak

mengulangi membawakan lagu yang menurut Ahmad Dhani tidak

spektakuler.

Tuturan „mudah-mudahan ini spektakuler pertama dan terakhir

untuk menyanyikan lagu-lagu yang tidak spektakuler, ya Rio ya!‟

menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „berharap‟ yang dapat ditandai

dengan frasa „mudah-mudahan‟ dan konteks yang melingkupinya. Tindak

tutur direktif „berharap‟ seperti data 2) bertujuan supaya Rio mengingat dan

melakukan apa yang disampaikan oleh Ahmad Dhani.

Bentuk tindak tutur direktif „berharap‟ dengan penanda lingual berupa kata

„mudah-mudahan‟ dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada data

(52/II ke-7/13April2012), (197/IMB3/5Jan2013), dan (199/IMB3/5Jan2013).

Bentuk tindak tutur direktif „berharap‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Pada saat Soimah mendapat giliran untuk berkomentar, ia berdoa untuk para peserta IMB 3 karena sudah berusaha dengan keras. Soimah berharap supaya para peserta IMB menjadi orang-orang yang sukses

karena hasil kerja keras mereka.

Bentuk tuturan

Soimah : “Dan sekali lagi, Omesh! Ini bukan saya ingin dieksplor cerita saya atau apa, enggak! Cuma saya ingin ngasih tahu sama pemirsa semua

bahwa seseorang kalau ingin mencapai sesuatu itu perlu proses, tidak yang tiba-tiba dan mungkin ini bisa untuk inspirasi buat anak-anak Indonesia, ya! Jangan berani sama ibu! Sayangi ibu yang masih

hidup, ya! dan hargailah proses! Jadi saya sangat bangga dengan anak-anak IMB mengikuti proses IMB selama ini, memang saya tak lihat sendiri sampai malem sampai pagi, nah itu proses! Semoga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

117

kalian menjadi orang-orang yang berhasil juga! Selamat buat

peserta IMB!” Vina : “Terima kasih, Mbak Soimah!” Omesh : “Amin! Terima kasih banya itu tadi cerita sedikit dan komentar dari

si gadis pasar ikan, yak! (180/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur direktif „beharap‟ pada data 4) dituturkan oleh juri yaitu

Soimah (penutur) kepada para peserta IMB3 (mitra tutur). Soimah

mengungkapkan harapannya supaya para peserta IMB3 menjadi orang yang

berhasil dan sukses dalam berkarir selanjutnya. Tuturan „Semoga kalian

menjadi orang-orang yang berhasil juga!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur direktif „berharap‟ yang dapat ditandai dengan frasa „semoga‟ dan

konteks yang melingkupinya. Tindak tutur direktif „berharap‟ seperti data 4)

merupakan sebuah doa yang dipanjatkan Soimah kepada Allah SWT karena

Soimah tahu bagaimana kerja keras yang sudah dilakukan para peserta IMB3.

3. Tindak Tutur Verdiktif

a. Mengkritik

Kata mengkritik (dalam KBBI, 2008:820) diartikan bahwa

mengemukakan kritik, di mana kritik merupakan kecaman, yang kadang-

kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil

karya, pendapat, dan sebagainya. Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟

dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Anang Hermansyah dan Ivan. Anang Hermansyah mengkritik penampilan Ivan pada saat mendapat

kesempatan untuk berkomentar.

Bentuk tuturan

Anang : “Ivan, tampangmu itu lucu. Pasti cewek-cewek di sini maupun di rumah pasti seneng ma kamu. Cuman nyanyinya nggak enak!” Ivan : (dia saja) commit to user (22/II ke-7/13April2012) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

118

Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dalam data 1) dituturkan oleh Anang

Hermansyah sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu

Ivan sebagai mitra tutur. Anang Hermansyah memberikan komentar yang

kurang menyenangkan pada penampilan Ivan.

Tuturan „Cuman nyanyinya nggak enak!‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ yang dapat ditandai dengan penanda

berupa frasa „nyanyinya nggak enak‟ , konteks, intonasi yang menggunakan

aksen pada frasa „nggak enak‟, serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak

tutur verdiktif „mengkritik‟ ini bertujuan untuk mengemukakan kritikan yang

berupa kecaman terhadap penampilan Ivan saat bernyanyi. Bentuk tindak

tutur „mengkritik‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Chef Marinka memberikan kritikan pada hasil pekerjaannya Nina, saat ia memperlihatkannya pada para juri. Para juri menilai bahwa ukuran kentang Nina kurang memenuhi persyaratan yang diajukan oleh juri.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Masih kurang yang bawah!” (sambil mengembalikan pekerjaan Rahmat untuk diperbaiki)

Chef Marinka : “Montok kentangnya!”

Chef Degan : “Nih punya kamu, nih contohnya.” Nina : “Beratnya, Chef?”

Chef Marinka : “Harus ditambah dikit!” Chef Degan : “Nih tolong diperbaiki.” Nina : “Oke!”

(66/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dalam data 2) dituturkan oleh chef

Marinka sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta yaitu Nina sebagai

mitra tutur. Chef Marinka memberikan kritikan pada hasil pekerjaan Nina

yang ukuran kentangnya terlalu besar dan belum sesuai dengan ketentuan dari

para juri. Pada tuturan berikutnya chef Degan memberi Nina contoh potongan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

kentang yang benar supaya Nina tidak memotong kentang sesuai dengan yang

diinginkan oleh juri.

Tuturan „Montok kentangnya‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

verdiktif „mengkritik‟ yang dapat ditandai dengan penanda berupa frasa

„Montok kentangnya‟ yang berarti bahwa ukuran potongan kentangnya

terlalu besar, intonasi kalimat mengkritik, serta konteks pada tuturan sebelum

dan sesudahnya. Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ ini bertujuan untuk

mengemukakan pendapat dan kritikan yang berupa kecaman terhadap

penampilan hasil potongan kentang Nina. Bentuk tindak tutur verdiktif

„mengkritik‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Pada saat itu Vera maju ke depan meja juri untuk memperlihatkan hasil pekerjaannya kepada para juri. Kemudian para chef melihat hasil pekerjaannya. Chef Marinka memberikan kritikan terhadap hasil kerja Vera karena ukuran potongan kentang Vera tidak sama panjang.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Terlalu tipis! Terlalu ceper. Nggak konsisten!” Chef Degan : “Tapi terlalu tipis ini, ya! Ini dipisahin, tolong dilihat, ya!” Chef Marinka : “Yang ini nggak nih, nih kayak gini nggak! Speed, oke! Oke! Thank you! Next!”

(71/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dalam data 3) dituturkan oleh chef

Marinka sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta yaitu Vera sebagai

mitra tutur. Chef Marinka memberikan kritikan pada hasil pekerjaan Vera

yang ukuran kentangnya tidak konsisten dan belum sesuai dengan ketentuan

dari para juri.

Tuturan „Terlalu tipis! Terlalu ceper. Nggak konsisten!‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ yang dapat ditandai

dengan penanda berupa frasa „Terlalu tipis! Terlalu ceper. Nggak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120

konsisten!‟, serta intonasi yang cukup tinggi saat mengucapkannya dan

konteks yang menyertainya. Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ ini bertujuan

untuk mengemukakan kritikan yang berupa kecaman terhadap hasil potongan

kentang Vera yang tidak sesuai dengan ketentuan para juri.

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dengan penanda lingual

intonasi kalimat kritikn dan konteks yang menyertainya juga ditemukan pada

data (112/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟

yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Saat Kevin menyerahkan masakannya kepada para Juri untuk dinilai. Chef master Juna mengkritik masakan Kevin dengan mengatakan bahwa masakan Kevin seperti tong sampah.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Kevin!” Kevin : “Juri memanggil nama peserta yang pertama dan itu Juri memanggil nama saya.” Chef Marinka: “Ada judulnya nggak?” Kevin : “Gado-gado.” Chef Juna : “Kayak tong sampah nggak?” (106/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dalam data 4) dituturkan oleh chef

Juna sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta yaitu Kevin sebagai

mitra tutur. Chef Juna memberikan pertanyaan yang berupa kritikan pada

penampilan hidangan Kevin yang sedang dinilai para juri.

Tuturan „Kayak tong sampah nggak?‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur verdiktif „mengkritik‟ dan juga dapat ditandai dengan penanda berupa

gaya bahasa yang sarkastik serta intonasi yang cukup tinggi saat

mengucapkannya. Gaya bahasa yang sarkastik karena pemilihan frasa „tong

sampah‟ digunakan untuk menggambarkan ketidakteraturan dalam menyusun

makanan di atas piring. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

121

Tuturan „Kayak tong sampah nggak?‟ dianggap kurang layak karena

tong sampah adalah tempat pembuangan limbah rumah tangga, dengan

demikian kurang sopan bila dibandingkan dengan makanan. Tindak tutur

verdiktif „mengkritik‟ ini bertujuan untuk mengemukakan kritikan yang

berupa kecaman terhadap hidangan yang sudah disajikan supaya para peserta

tidak mengulangi hal yang sama.

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dengan penanda lingual

berupa gaya bahasa sarkastik, intonasi yang tinggi dan konteks yang

menyertainya juga ditemukan pada data (115/ MCI ke-2/ 8Juli2012), (110/

MCI ke-2 /8Juli2012), (143/MCI ke-2/8Juli2012), (145/MCI ke-2/8Juli2012),

(195/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ yang lain

juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

5) Konteks tuturan: Chef Juna dan chef Degan mengkritik hasil masakan pak Oyon. Chef master Degan mengkritik mengenai konsep masakan yang tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan sebelumnya. Chef master Juna mengkritik mengenai pemakaian cabe yang terlalu banyak.

Bentuk tuturan

Chef Marinka: “Pak Oyon, silahkan maju ke depan!”

Chef Juna : “Nama makanannya apa sih?” Oyon : “Itu Telur Ayam Saus Chicken.”

Chef Degan : “Rasanya enak, tapi konsepnya nggak kena! Bahan utama adalah ayam! Bukan telurnya.” Chef Juna : “Cabenya aja lebih banyak daripada telurnya!”

Oyon : “Oke. Thank you.” (140/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dalam data 5) dituturkan oleh chef

Degan sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta yaitu Oyon (John

Hendri) sebagai mitra tutur. Pada saat itu para juri sedang melakukan

penilaian pada semua hasil masakan dari para peserta. Chef Degan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

memberikan kritikan mengenai kelebihan dan keburukan hasil pekerjaan

Oyon.

Tuturan „Rasanya enak, tapi konsepnya nggak kena!‟ dan „Cabenya

aja lebih banyak daripada telurnya!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

verdiktif „mengkritik‟. Tuturan pada data 5) ditandai dengan penanda berupa

intonasi yang cukup tinggi saat mngucapkannya, serta konteks yang

melingkupinya. Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ ini bertujuan untuk

mengemukakan kritikan juri yang disertai uraian dan pertimbangan baik

buruk terhadap hasil hidangan yang sudah dimasak oleh peserta.

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dengan penanda lingual

berupa intonasi yang cukup tinggi saat mngucapkannya, serta konteks yang

melingkupinya ditemukan pada data (196/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak

tutur verdiktif „mengkritik‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

6) Konteks tuturan: Sesaat sebelum chef master Degan mengumumkan bahwa Agus berhasil masuk ke babak berikutnya, chef master Degan memberikan kritikan terhadap masakan Agus yaitu semur telur.

Bentuk tuturan

Chef Degan: “Agus, silahkan maju ke depan!” Agus : “Perasaan saya waktu saya dipanggil ke depan, saya haya bisa

menunduk ke bawah dan saya terus berdoa kepada Tuhan, semoga saya dikasih kesempatan untuk lolos ke babak berikutnya.”

Chef Degan: “Semur telur yang presentasinya berantakan sekali. Sayang, Kamu masuk ke babak berikutnya!” Agus : “Allahu Akbar!(sambil bersujud) Tiba-tiba Chef Degan bilang

kalau saya lolos, dan saya langsung sujud syukur pada Tuhan saya dikasih kesempatan untuk lanjut ke babak berikutnya.”

(152/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dalam data 6) dituturkan oleh chef

Degan sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu

Agus sebagai mitra tutur. Padacommit saat ituto userpara juri sedang melakukan penilaian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

123

pada semua hasil masakan dari para peserta. Chef Degan memberikan kritikan

pada semur telur yang sudah dimasak Agus.

Tuturan „Semur telur yang presentasinya berantakan sekali.‟

menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif „mengkritik‟. Tuturan pada

data 6) ditandai dengan penanda berupa frasa „presentasinya berantakan

sekali‟. Tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ ini bertujuan untuk

mengemukakan pendapat juri yang berupa kritikan yang disertai

pertimbangan terhadap hasil hidangan yang sudah dimasak oleh Agus.

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ dengan penanda berupa intonasi

yang tinggi dan konteks yang menyertainya juga ditemukan pada data

(203/IMB3/5Jan2013).

b. Mengomentari

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:794) kata komentar

adalah ulasan atau tanggapan atas suatu berita, pidato, dan sebagainya (untuk

menerangkan atau menjelaskan), sedangkan mengomentari yaitu memberi

komentar atau memberi ulasan. Bentuk tindak tutur verdiktif „mengomentari‟

dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Agnes Monica memberikan komentar terhadap penampilan Kanza. Dalam komentar Agnes ini terkandung kritik dan saran

yang membangun, sehingga Kanza dapat meningkatkan lagi kemampuannya dalam bernyanyi.

Bentuk tuturan Agnes : “Kanza! Saya sempet ngeliat kamu pada saat lagi latihan, kenapa

lebih bagus pas lagi latihannya, ya? Mungkin bener kata Mas Anang tadi, ada nervous-nya jadi belum ada break down the ice, gitu! Emm apa, ya? Kamu tadi nyanyinya kayak sedikit lebih awal dari

temponya, gitu! Maksudnya kalau ini kan harusnya lebih, lebih lay back dikit, gitu! Ehm apa, ya? Kamu pada saat lagi di latihan itu kamu comfortable banget gitu nyanyinya bagus banget pada saat lagi latihan.commit Ini biasa to user aja!” perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

124

Dhani : “Kamu pernah lihat di mana?”

Agnes : “Heh? Mereka latihan dong!” Dhani : “Kok kamu bisa lihat dan aku nggak lihat?” Agnes : “Ya, sebagai juri yang baik, aku dateng.”

(15/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur verdiktif „mengomentari‟ dalam data 1) dituturkan oleh

Agnes Monica sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu

Kanza sebagai mitra tutur. Pada waktu itu para juri sedang melakukan

penilaian terhadap penampilan Kanza. Pada giliran Agnes Monica, Agnes

mengomentari penampilan Kanza.

Tuturan „Kamu tadi nyanyinya kayak sedikit lebih awal dari

temponya, gitu! Maksudnya kalau ini kan harusnya lebih, lebih lay back

dikit, gitu! Ehm apa, ya? Kamu pada saat lagi di latihan itu kamu

comfortable banget gitu nyanyinya bagus banget pada saat lagi latihan.‟

menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif „mengomentari‟. Tuturan pada

data 1) ditandai dengan penanda berupa konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya. Tindak tutur verdiktif „mengomentari‟ ini bertujuan untuk

memberi tanggapan berupa ulasan mengenai kekurangan dan kelebihan dari

penampilan Kanza. Pada proses ini para peserta banyak mendapat ilmu

karena pada saat para juri berkomentar, maka itu menjadi kesempatan bagi

para peserta untuk memperbaiki penampilan mereka yang kurang.

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengomentari‟ dengan penanda berupa

konteks yang melingkupinya juga ditemukan pada data (21/II ke-

7/13April2012), (13/II ke-7/13April2012), (36/II ke-7/13April2012), (44/II

ke-7/13April2012), (80/MCI ke-2/8Juli2012), (166/IMB3/5Jan2013),

(188/IMB3/5Jan2013), (192/IMB3/5Jan2013), (201/IMB3/5Jan2013). Bentuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

125

tindak tutur verdiktif „mengomentari‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di

bawah ini.

2) Konteks tuturan: Titi Sjuman mengomentari mengenai kisah Soimah yang diangkat oleh Vina untuk topik pertunjukkan itu sangat bagus dan sangat menginspirasi.

Bentuk tuturan

Titi : “Komentarku buat Vina, ini terlepas dari teknik dan segalanya itu soal kedalaman, jadi memang sangat dalam sekali kisahnya dan ini terihat sekali betapa cinta seorang ibu terhadap anaknya dan bagaimana semangat, bagaimana perjuangan seorang ibu membesarkan anak-anaknya! Dan itu sangat terasa di sini! Ini bagus juga buat yang masih punya ibu di rumah, bagaimana kita harus mencintai ibu kita jangan sampai nanti kalau udah nggak ada baru kita menyesal, gitu ya! dan ini bagus sekali pesannya, aku bilang ma Mbak Soimah, ini bagus, mengharukan dan good job, Mbak Soimah!” Soimah : “Thank you! Thank you! Thank you, so much!” (175/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur verdiktif „mengomentari‟ dalam data 2) dituturkan oleh Titi

Sjuman sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta IMB 3 yaitu Vina

Candrawati sebagai mitra tutur. Pada waktu itu para juri sedang memberikan

komentar terhadap penampilan Vina yang merupakan seorang pelukis pasir.

Tuturan „Komentarku buat Vina...!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur verdiktif „mengomentari‟. Tuturan pada data 2) ditandai dengan penanda

berupa frasa „komentarku‟ atau „saya mau mengomentari‟, konteks serta

tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tindak tutur verdiktif „mengomentari‟ ini bertujuan untuk memberi

tanggapan berupa ulasan mengenai kekurangan dan kelebihan dari

penampilan para peserta. Pada proses ini para peserta banyak mendapat

nasihat untuk memperbaiki penampilan mereka yang kurang. Bentuk tindak

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

126

tutur verdiktif „mengomentari‟ dengan penanda berupa konteks yang

meingkupinya juga ditemukan pada data (206/IMB3/5Jan2013).

c. Memuji

Kata memuji dalam (KBBI, 2008:1223) adalah melahirkan keheranan

dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah berani,

dan sebagainya). Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟ dapat dilihat pada

data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Pada waktu itu Agnes merupakan juri pertama yang memberikan komentar kepada Febri. Penampilan Febri malam itu memang lebih bagus daripada penampilan yang sebelumnya. Dalam komentarnya, Agnes Monica memberikan pujian kepada Febri dan pada saat mengucapkannya Agnes sangat terkesan

Bentuk tuturan Agnes : “Febri.” Febri : “Ya?” Agnes :“Kamu bagus banget malam ini! Tadi kamu membawakan lagunya dengan emosional artinya emosinya dapet, tapi tetep ada kontrol dan itu yang diperlukan.” (12/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur verdiktif „memuji‟ dalam data 1) dituturkan oleh Agnes

Monica sebagai juri dan penutur, kepada salah satu peserta yaitu Febri

sebagai mitra tutur. Sesaat setelah Febri bernyanyi, para juri langsung

memberikan komentar. Agnes Monica mengagumi penampilan Febri malam

itu dan mengungkapkan sebuah pujian kepada Febri.

Tuturan „Kamu bagus banget malam ini!‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur verdiktif „memuji‟. Tuturan pada data 1) ditandai dengan penanda

berupa frasa „bagus banget‟ atau „bagus sekali‟, konteks, serta tuturan

sesudahnya. Tindak tutur verdiktif „memuji‟ ini bertujuan untuk melahirkan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

127

sebuah penghargaan kepada Febri atas keberhasilannya saat tampil di

panggung.

Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟ dengan penanda lingual berupa

frasa „bagus banget‟ serta konteks yang melingkupinya juga ditemukan pada

data (23/ II ke-7/ 13April2012), (28/ II ke-7/ 13April2012), dan

(166/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟ yang lain

dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Sama seperti Agnes Monica, Anang Hermansyah memuji penampilan Febri yang dinilai sangat bagus dan berbeda dengan penampilan Febri yang biasanya.

Bentuk tuturan Anang : “Jadi saya tidak setuju bahwa dibilang lagu malam ini harus diisi lagu yang mungkin tidak enak. Lagu semua enak! Tergantung bagaimana menyajikannya.” Agnes : “Betul!” (sambil tepuk tangan) Anang : “Tapi malam ini aku melihat, Febri menyanyikan lagu ini luar biasa!” Febri : “Makasih, Mas Anang.” (13/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur verdiktif „memuji‟ dalam data 2) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah (penutur) kepada peserta II ke-7 yaitu Febri (mitra tutur).

Sama seperti Agnes Monica, Anang Hermansyah juga memuji penampilan

Febri yang sangat bagus.

Tujuan tuturan nomor 2) adalah sebuah penghargaan kepada Febri atas

keberhasilannya saat tampil di panggung dan latihan keras yang sudah

dilakukannya saat di karantina. Tuturan „Febri menyanyikan lagu ini luar

biasa!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif „memuji‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual frasa „luar biasa‟, konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya. Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟ dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

128

penanda lingual frasa „luar biasa‟, konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya juga ditemukan pada data (29/II ke-7/13April2012) dan

(179/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur verdiktif „mengkritik‟ yang lain

juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Agnes Monica memuji kemampuan Regina dalam

bernyanyi, dimana Agnes sangat merasakan penjiwaan yang dilakukan Regina dalam menghayati dan membawakan sebuah lagu.

Bentuk tuturan Anang : “Regina, kesel! Sangat kesel karena Aku susah mau ngomong apa! Aku di sini nggak hanya untuk dengerin kamu nyanyi yang luar biasa tadi, gitu loh! Tapi kalo Aku bilang banyak pelajaran yang luar biasa bener di Idol yang kamu lakukan dengan baik. Sangat luar biasa penampilan kamu malam hari ini.” Agnes : “Ini adalah, ini adalah contoh penyanyi yang udah punya teknik vokal bagus, suara bagus, dan punya kedewasaan untuk memilih penempatan mana kamu mesti improve, kapan kamu mesti slow, kapan kamu harus membawa lagunya ke klimaks. Itu kamu menyanyi dengan sangat sangat dewasa dan sangat bijaksana, gitu! Dan kamu dinamikanya kamu yang bercerita pada saat lagi kamu menyanyi dan kamu sangat terkontrol. Kamu bikin lagu ini sangat painful tapi juga grande! Hebat!” (44/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur verdiktif „memuji‟ dalam data 3) dituturkan oleh Agnes

Monica sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu

Regina sebagai mitra tutur. Sesaat setelah Regina bernyanyi, Agnes Monica

langsung memberikan komentar. Agnes Monica mengagumi penampilan

Regina malam itu dan mengungkapkan sebuah pujian.

Tuturan „Hebat!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif

„memuji‟. Tindak tutur verdiktif „memuji‟ bertujuan mengungkapkan sebuah

penghargaan kepada Regina atas keberhasilannya saat tampil di panggung

dan kerja kerasnya selama latihan. Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟

yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

129

4) Konteks tuturan : Pada waktu itu para juri sedang melakukan penilaian

pada setiap masakan para peserta. Adeline dipanggil oleh juri dan menyerahkan masakannya kepada para juri untuk dinilai. Chef master Juna memuji ide kreatif Adeline.

. Bentuk tuturan Chef Degan : “Kayak taccho, ya? Tapi rasanya gado-gado. Potongannya

bagus, kecil-kecil jadi gampang dimakan.” Chef Marinka :“Kalau misalnya Mbak Adel milih di piring yang warna item,

itu akan lebih bagus karena sekarang warnanya jadi lebih pucet, putih sama putih.” Chef Juna :“Idenya bagus! Kamu mau coba buat seperti taccho tapi isi gado-gado sama telur dadar. Next can food itu makanan favorit. Oke! Thank you!” Adeline : “Makasih, Chef!” (111/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „memuji‟ dalam data 4) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna (penutur) kepada peserta MCI ke-2 yaitu Adeline (mitra tutur).

Pada waktu Adeline membawa hidangannya maju ke depan meja juri untuk

dinilai, chef Juna memberikan pujian karena bentuknya seperti taccho.

Tujuan tuturan nomor 4) adalah sebuah penghargaan kepada Adeline atas

keberhasilannya membuat inovasi baru pada tantangan yang diberikan para

juri yaitu membuat masakan gado-gado. Tuturan „Idenya bagus!‟ serta

konteks menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif „memuji‟. Bentuk

tindak tutur verdiktif „memuji‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di

bawah ini.

5) Konteks tuturan : Pada waktu itu para juri sedang melakukan penilaian pada setiap masakan para peserta. Para juri memuji masakan Desi karena

penampilan hidangan yang lain daripada yang lain. Gado-gado Desi dibungkus dengan tortilla (seperti roti cane).

Bentuk tuturan Chef Degan : “Presentasi ini lain dari yang lain.”

Chef Juna : “Benar, rasanya gado-gado, yah?” Desi : “Saya seneng sekali, waktu Chef Degan dateng, coba terus langsung bilang sip!” Chef Degan : “Saya bisa jualcommit di restoran to user saya!” perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

130

Desi : “Makasih, Chef!.”

Chef Marinka: “Good Job! Oke, lanjutnya Hani!” (117/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „memuji‟ dalam data 5) dituturkan oleh chef

Marinka sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu

Desi sebagai mitra tutur. Sesaat setelah Regina bernyanyi, Agnes Monica

langsung memberikan komentar. Para juri memuji hidangan yang dibuat oleh

Desi karena penampilannya lain daripada yang lain, yaitu bentuknya

sederhana, bisa langsung dimakan tanpa menggunakan peralatan makan, yang

terpenting rasanya tetap gado-gado.

Tuturan „Good job!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif

„memuji‟. Tindak tutur verdiktif „memuji‟ ini bertujuan untuk

mengungkapkan sebuah penghargaan kepada Desi atas keberhasilan dari

inovasi makanan yang sudah ia buat dan bisa menambah ragam makanan yag

ada di Indonesia. Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟ yang lain dapat

dilihat pada data di bawah.

6) Konteks tuturan: Setelah Addie M.S. selesai memberikan komentarnya,

kemudian pembawa acara mempersilahkan Soimah untuk memberikan komentar terhadap penampilan Josua. Dalam tuturannya, Soimah memuji

penampilan Josua.

Bentuk tuturan

Omesh : “Baik terima kasih banyak, mas Addie M. S.! Berikutnya yang memberikan standing applause silahkan, mbak Soimah!” Soimah: “Mana penggemarnya Josuaaaa? (Para pendukung Josua bertepuk

tangan) Salah satu idola saya, pokoknya kamu jangan sampai jelek performance-nya! Kamu malam ini bagus sekali! Cuma bener, saya

sudah bilang sama kamu berkali-kali, kalau nyanyi itu jangan meringkuh tangannya! Santai! Tangannya jangan gini-gini terus! (sambil memeragakan gerakan yang dimaksud) Koyo tinju! Rileks

aja! Keluarkan ekspresi dengan sendirinya, jangan terlalu dibikin- bikin! Tapi buat Josua, (sambil menghadap ke Deddy corbuzier) Udah siap mas Deddy? Silahkan minggir dulu kalau nggak siap! (Deddy Corbuzier tertawacommit terbahak to user -bahak sampai tidak bisa berkata perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

131

apapun) Buat Josua, malam ini kamu joss gandhos aaak yak! Hok

ya! Hok ya!”(Para juri yang lain menyingkir dari kursi juri karena suara Soimah yang teramat keras.) (162/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur verdiktif „memuji‟ dalam data 7) dituturkan oleh Soimah

sebagai juri (penutur), kepada salah satu peserta IMB 3 yaitu Josua (mitra

tutur). Soimah memiliki kebiasaan berteriak saat mengungkapkan sebuah

pujian kepada seorang peserta yang menurut Soimah bagus saat tampil.

Tuturan „malam ini kamu joss gandhos aaak yak! Hok ya! Hok ya!‟

menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif „memuji‟ yang ditandai dengan

frasa „joss gandhos aaak yak! Hok ya! Hok ya!‟. Tindak tutur verdiktif

„memuji‟ ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa sukanya kepada

penampilan Josua dan sekaligus sebuah penghargaan kepada Josua atas

keberhasilan dalam membawakan sebuah lagu.

d. Memberikan Ucapan Selamat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1387) kata menyelamati atau

memberikan ucapan selamat yaitu memberikan ucapan atas tercapainya

sebuah maksud; tidak gagal; doa (ucapan, pernyataan, dan sebagainya) yang

mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa,

dan sebagainya). Bentuk tindak tutur verdiktif „mengucapkan selamat‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Pada waktu itu tantangan yang diberikan para juri telah berhasil diselesaikan para peserta. Chef Marinka mewakili juri yang lain

menutup tantangan pada hari itu. Chef Marinka memberi selamat kepada para peserta yang berhasil menyelesaikan tantangan yang telah diberikan kepada mereka.

Bentuk tuturan Chef Marinka: “Maaf, Kamu harus pulang! Keberadaan kalian di sini tadi, nyaris sekali! commit Nyaris to sekali! user Perjalanan masih panjang dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

132

masih akan lebih berat lagi dari sekarang! Congratulation!

Selamat istirahat.” Para peserta: “Makasih, Chef!” (159/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „ucapan selamat‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri

yaitu chef Marinka (penutur) kepada para peserta MCI ke-2 (mitra tutur).

Chef Marinka mengucapkan selamat kepada para peserta karena berhasil

melewati tantangan yang sudah diberikan para juri.

Tujuan tuturan nomor 1) untuk memberikan ucapan atas keberhasilan para

peserta karena telah mengerjakan tantangan yang sudah diberikan para juri.

Tuturan „Congratulation! Selamat istirahat.‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur verdiktif „ucapan selamat‟ yang ditandai dengan penanda berupa

frasa „congratulation‟ atau yang sama artinya dengan „selamat‟, konteks serta

tuturan sebelum dan sesudahnya. Bentuk tindak tutur verdiktif „ucapan

selamat‟ dengan penanda lingual berupa frasa „congratulation‟ atau yang

sama artinya dengan „selamat‟ (180/IMB3/5Jan2013).

e. Mengucapkan Terima kasih

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:1692) kata berterima

kasih yaitu mengucap syukur; melahirkan rasa syukur atau membalas budi

setelah menerima kebaikan dan sebagainya. Bentuk tindak tutur verdiktif

„mengucapkan terima kasih‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan : Setelah para juri selesai mencicipi masakan dari semua para peserta, lalu chef master Juna mewakili ketiga juri lain untuk

mengucapkan terima kasih kepada para peserta atas usahanya semua.

Bentuk tuturan

Chef Marinka: “Good Job! Oke, lanjutnya Hani!” Chef Juna : “Itu bener-bener telur restoran up skill fine dining. Oke! Terima kasih kalian sudah mencoba, tapi jujur sekali, kami sangat kecewa!commit Saatnya to kamiuser berunding menentukan siapakah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

133

di antara kalian yang akan masuk ke pressure test. Di sini kami

akan mengambil empat orang!” (118/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „ucapan terima kasih‟ dalam data (1) dituturkan oleh

juri yaitu chef Juna (penutur) kepada para peserta MCI ke-2 (mitra tutur).

Chef Juna mengucapkan terima kasih kepada para peserta atas kerja keras

yang sudah dilakukan para peserta.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah chef Juna memberi penghargaan berupa

ucapan syukur kepada para peserta atas kerja keras yang sudah dilakukan para

peserta saat mendapatkan tantangan dari para juri. Tuturan „Terima kasih

kalian sudah mencoba‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif

„mengucapkan terima kasih‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual

frasa „terima kasih‟, „makasih‟ atau yang setara dengan frasa „thank you‟,

konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya. Bentuk tindak tutur verdiktif

„ucapan terima kasih‟ dengan penanda lingual frasa „terima kasih‟ atau „thank

you‟ juga ditemukan pada data (119/MCI ke-2/8Juli2012),

(167/IMB3/5Jan2013), (175/IMB3/5Jan2013), (176/IMB3/5Jan2013),

(179/IMB3/5Jan2013).

f. Memarahi

Dalam (KBBI, 2008:988) arti kata memarahi yaitu merasa tidak senang

kepada seseorang karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan

sebagainya. Bentuk tindak tutur verdiktif „memarahi‟ dapat dilihat pada data

di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Beberapa dari kontestan sudah ada yang lolos. Namun sebagian besar masih belum berhasil. Hal ini membuat mereka semakin tertekan. Ogan bermaksud memberi semangat kepada peserta lain supaya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

134

tetap bersemangat. Namun tindakan Ogan yang membuat gaduh di dapur

Master Chef membuat chef Juna marah.

Bentuk tuturan

Chef Juna : “Kamu kalau ngebanyol salah acara! Ada waktunya main. Main! Ada waktunya serius. Serius! Kamu di sini mempertaruhkan mimpi kamu atau nggak? Lalu tujuan kamu apa,

masuk ke sini? Kalau kamu masih mau main-main aja, saya nggak peduli kamu masuk sekarang! Main-main aja! Kamu

dapet tiket keluar pulang sekarang, bukan empat terbawah lagi, langsung pulang aja sekarang!” (Chef Juna memarahi salah seorang peserta yang bernama Ogan.) Ogan : (diam saja) (63/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „memarahi‟ dalam data 1) dituturkan oleh chef Juna

sebagai juri dan penutur kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Ogan

sebagai mitra tutur. Pada saat para peserta yang lain masih mengerjakan

tantangan yang diberikan para juri, Ogan yang sudah berhasil menyelesaikan

tantangan memberi dukungan kepada teman yang lain dengan cara berteriak-

teriak. Chef Juna langsung menghampiri Ogan dan memarahinya.

Tuturan „Kamu kalau ngebanyol salah acara! Ada waktunya main.

Main! Ada waktunya serius. Serius! ... Kalau kamu masih mau main-

main aja, saya nggak peduli kamu masuk sekarang! Main-main aja!

Kamu dapet tiket keluar pulang sekarang, bukan empat terbawah lagi,

langsung pulang aja sekarang!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

verdiktif „memarahi‟. Tindak tutur verdiktif „memarahi‟ ditandai dengan

intonasi yang tinggi, konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tujuan tuturan pada data nomor 1) yaitu untuk memberikan teguran

kepada seseorang yang melakukan kesalahan atau perbuatan yang tidak

menyenangkan bagi pihak lain. Bentuk tindak tutur verdiktif „memuji‟

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

135

dengan penanda berupa intonasi yang tinggi, konteks, tuturan sebelum dan

sesudahnya ditemukan pada data (151/MCI ke-2/8Juli2012).

g. Mengingatkan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:587), kata mengingatkan

berarti bahwa mengingat akan; memberi ingat atau memberi nasihat (teguran

dan sebagainya) supaya ingat akan kewajibannya dan sebagainya; menjadikan

ingat (terkenang) kepada. Bentuk tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani mengingatkan pihak RCTI untuk mengundang juri lain dan tidak hanya Agnes Monica saja supaya para juri mengetahui aktivitas dari para finalis pada saat mereka latihan.

Bentuk tuturan Dhani : “Kok kamu bisa lihat dan aku nggak lihat?” Agnes : “Ya, sebagai juri yang baik, aku dateng.” Dhani : “Ooo ya, ya, ya. Ya RCTI jangan lupa ngundang saya ya, kalau lagi latihan mereka (Agnes dan Anang tertawa), supaya saya bisa tahu juga.”(Semua tertawa) Agnes : “Ayo cepet ngomong!” (Sambil menepuk Anang) (16/II ke-7/ 13 April 2012)

Tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri

yaitu Ahmad Dhani (penutur) kepada pihak RCTI yang berkaitan (mitra

tutur). Pada tuturan sebelumnya Agnes Monica mengatakan bahwa ia melihat

Kanza saat latihan, sedangkan Ahmad Dhani tidak ikut melihat sehingga

Ahmad Dhani mengingatkan pihak RCTI supaya mengundang Ahmad Dhani

juga saat para peserta sedang latihan.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah Ahmad Dhani memberi nasihat (teguran

dan sebagainya) kepada pihak RCTI supaya ingat akan kewajiban mengajak

Ahmad Dhani saat para peserta sedang latihan sehingga Ahmad Dhani tahu

perkembangan yang dialami commit para peserta. to user Tuturan „Ya RCTI jangan lupa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

136

ngundang saya ya‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif

„mengingatkan‟ yang dapat ditandai dengan penanda lingual frasa „jangan

lupa‟ dan intonasi yang tinggi, konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya.

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dengan penanda lingual frasa

„jangan lupa‟ dan intonasi juga ditemukan pada data (96/MCI ke-

2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ yang lain dapat

dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Chef Juna mengingatkan para peserta supaya memperhatikan aturan-aturan yang harus diperhatikan dalam melakukan tantangan tersebut.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Oke, untuk tantangan pertama yaitu nice skill yaitu di mana kalian akan mengambil kentang, mengupasnya, dan kita akan memotong dengan ukuran button net! Jadi tahap pertama adalah kalian membuatnya square atau kotak (sambil memeragakan bagaimana cara melakukan teknik pemotongan tersebut). Ingat! Harus konsisten ukuran tersebut! Oke! Button net, Oke!” Chef Degan: “Anda harus membuat 480gram kentang button net atau sampai kami bilang stop!” (55/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dalam data 2) dituturkan oleh juri

yaitu chef Juna (penutur) kepada para peserta (mitra tutur). Pada saat para juri

menjelaskan peraturan yang harus dilakukan para peserta pada tantangan kali

itu, chef Juna mengingatkan para peserta supaya benar-benar memotong

kentang dengan ukuran yang sudah ditentukan dengan konsisten.

Tujuan tuturan nomor 2) adalah Ahmad Dhani memberi teguran kepada

para peserta supaya benar-benar ingat dan melakukan tantangan sesuai

dengan aturan yang sudah ditentukan. Tuturan „Ingat! Harus konsisten

ukuran tersebut!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif

„mengingatkan‟ yang dapat commit ditandai to denganuser penanda lingual berupa frasa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

137

„ingat‟ atau „inget‟, konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya, serta intonasi

yang cukup tinggi dan penggunaan aksen pada sangat mengucapkan tuturan

itu. Bentuk tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dengan penanda lingual

frasa „ingat‟ atau „inget’ serta intonasi juga ditemukan pada data (96/MCI ke-

2/8Juli2012), (128/MCI ke-2/8Juli2012), dan (130/MCI ke-2/8Juli2012).

Bentuk tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ yang lain dapat dilihat pada data

di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Pada waktu itu para peserta sedang berlomba untuk segera menyelesaikan tantangan yang diberikan para juri. Dari keduapuluh peserta hanya 15 peserta yang pertama yang lolos ke babak berikutnya, dan lima di antaranya harus masuk ke babak pressure test. Chef master Marinka mengingatkan Vera untuk lebih cepat dalam bekerja karena persaingan yang semakin ketat.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Terlalu tipis! Terlalu ceper. Nggak konsisten!” Chef Degan : “Tapi terlalu tipis ini, ya! Ini dipisahin, tolong dilihat, ya!” Chef Marinka : “Yang ini nggak nih, nih kayak gini nggak! Speed, oke! Oke! Thank you! Next!” (71/MCI ke- 2/8Juli2012)

Tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dalam data 4) dituturkan oleh juri

yaitu chef Marinka (penutur) kepada Vera (mitra tutur). Pada saat Vera

membawa maju kentang yang sudah ia potong, para juri memberikan

penilaian, chef Marinka mengingatkan Vera untuk bekerja lebih cepat.

Tujuan tuturan nomor 4) adalah chef Marinka memberi nasihat kepada

Vera supaya lebih cepat dalam bekerja karena persaingan antara peserta

semakin ketat. Peserta yang tersisa masih banyak namun posisi untuk

melanjutkan ke tantangan selanjutnya tinggal beberapa orang. Tuturan

„Speed, oke!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟

yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa konteks yang melingkupi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

138

tuturan tersebut. Bentuk tindak tutur verdiktif „mengingatkan‟ dengan

penanda konteks juga ditemukan pada data (74/MCI ke-2/8Juli2012),

(76/MCI ke-2/8Juli2012), (100/MCI ke-2/8Juli2012), (148/MCI ke-2/

8Juli2012), dan (175/IMB3/5Jan2013).

h. Menilai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1075) menilai adalah

memperkirakan atau mengira-ngira nilainya; menghargai; memberi nilai;

menganggap. Data yang menunjukkan tindak tutur verdiktif „menilai‟ dapat

dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Anang memberikan penilaian yang kurang pada penampilan Rosa. Ia menilai penampilan Rosa seperti orang yang sedang dalam keadaan tertekan dan cara bernyanyinya menurut Anang sedikit kedodoran sehingga tidak pas dengan nada yang seharusnya. Anang juga mempermaklumkan hal tersebut karena hal itu sering dialami hampir semua penyanyi saat menjadi pembuka dalam sebuah pertunjukkan.

Bentuk tuturan Anang : “Gimana rasanya jadi pembuka?” Rosa : “Deg-degan. Hehehe.” Anang : “Ya, mungkin ini karena memang apa ya? Karena memang pengalaman mungkin. Aku bisa merasakan apa yang kamu rasain.

Gitu! Terus terang kamu nyanyi kayak ketekan, tertekan. Kamu

tidak bebas, dan cenderung sedikit kedodoran. Ini memang untuk awal membuka sebuah pertunjukan, memang memiliki beban itu.

Harusnya bahwa kamu harusnya cuek, bahwa tugas aku hanya bernyanyi malam ini. Terserah mau apa! Aku nggak melihat itu, begitu aja, sayang. Nggak terlalu bagus kamu nyanyinya malam

ini.” (3/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur verdiktif „menilai‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah (penutur) kepada peserta yang bernama Rosa (mitra

tutur). Pada saat itu Anang Hermansyah sedang memberikan komentar pada

penampilan Rosa, dan pada akhir komentarnya Anang menilai bahwa

penampilan Rosa malam itu tidakcommit terlalu to user bagus . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

139

Tujuan tuturan nomor 1) adalah Anang Hermansyah menyampaikan hasil

penialaian dan anggapannya terhadap penampilan Rosa malam itu. Tuturan

„Nggak terlalu bagus kamu nyanyinya malam ini.‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur verdiktif „menilai‟ yang dapat ditandai dengan penanda

lingual berupa konteks, tuturan-tuturan sebelum dan sesudahnya. Bentuk

tindak tutur verdiktif „menilai‟ dengan penanda lingual berupa konteks yang

melingkupinya juga ditemukan pada data (8/II ke-7/13April2012), (20/II ke-

7/13April2012), (27/II ke-7/13April2012), (28/II ke-7/13April2012), (32/II

ke-7/13April2012), (37/II ke-7/13April2012), (45/II ke-7/13April2012), (57/

MCI ke-2/ 8Juli2012), (58/ MCI ke-2/ 8Juli2012), (70/ MCI ke-2/ 8Juli2012),

(72/ MCI ke-2/ 8Juli2012), (86/ MCI ke-2/8Juli2012), (166/IMB3/5Jan2013),

(163/IMB3/5Jan2013), dan (206/IMB3/5Jan2013).

4. Tindak Tutur Komisif

a. Bertanya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1628), kata bertanya yaitu

meminta keterangan (penjelasan dan sebagainya); meminta supaya diberi tahu

(tentang sesuatu). Bentuk tindak tutur komisif „bertanya‟ dapat dilihat pada

data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Dhani bertanya pada Rosa untuk memastikan apakah pendapatnya benar. Dan Rosa menanggapi dengan menjawab biasa saja, sehingga membuat Dhani harus membuat kesimpulan sendiri dengan jawaban

Rosa yang seperti itu.

Bentuk tuturan Dhani : “Kalau aku sih justru beda sama Mas Anang. Iya, menurut aku sih dia nyanyinya santai aja menurut aku, ya kan? Menurut aku, dia

nyanyinya santai aja. Justru karena lagunya terlalu mudah buat dia, makanya dia santai, ya kan? Menurut kamu lagunya terlalu mudah nggak buat kamu?” Rosa : “Hehehe, biasa aja commitsih Mas.” to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

140

Dhani : “Ya kan! Lagunya biasa aja! Ya kamu harusnya cari lagu yang

nggak biasa!” (4/II ke-7/13Apri012)

Tindak tutur komisif „bertanya‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu peserta II ke-7 yang bernama Rosa

(mitra tutur). Ahmad Dhani bertanya pendapat Rosa mengenai tingkat

kesulitan lagu yang dibawakan pada malam itu. Ahmad Dhani berpendapat

bahwa lagu yang dibawakan Rosa itu terlalu mudah sehingga membuat

penampilan Rosa kurang maksimal.

Tuturan „Menurut kamu lagunya terlalu mudah nggak buat kamu?‟

menjadi penanda lingual tindak tutur komisif „bertanya‟ yang dapat ditandai

dengan kalimat tanya yang menggunakan frasa „menurut kamu‟, intonasi

kalimat tanya, konteks, serta tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tindak tutur komisif „bertanya‟ seperti data 1) bertujuan agar Ahmad

Dhani dapat menguatkan pendapatnya yang mengatakan bahwa lagu itu

terlalu mudah bagi Rosa, namun Rosa merasa sungkan dan tidak ingin

dianggap sombong sehingga tidak mengatakan kalau lagu itu mudah baginya.

Bentuk tindak tutur komisif „bertanya‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Pada saat Agnes Monica ingin mempersatukan pendapat dari Anang dan Dhani, Agnes mengajukan suatu pertanyaan yang

intinya Anang dan Dhani sama-sama menyatakan bahwa penampilan Rosa tidak spektakuler.

Bentuk tuturan Dhani : “Banyak, misalnya...”

Anang : “Lagunya Ahmad Dhani. “ Dhani : “Nah! Biasanya kayak gitu! Biasanya! Hehehe. Menurut aku, lagunya terlalu biasa buat kamu. Jadi kamu main aman. Jadi menurut

aku, kamu main aman, yang penting nggak false, yang penting nggak kelihatan gimana. Tapi nggak tahu Mbak Agnes ini. Gimana? Kira- kira dia sama, sama Anang atau sama, sama Saya.” Agnes : “Kamu kan ngomongnyacommit play to usersave , artinya spektakuler nggak?” perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

141

Dhani : “Nggak.”

(7/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur komisif „bertanya‟ pada data 2) dituturkan oleh juri yaitu

Agnes Monica (penutur) kepada juri lain yaitu Ahmad Dhani (mitra tutur).

Pada waktu itu terjadi perbedaan pendapat antara Anang Hermansyah dan

Ahmad Dhani, sehingga Agnes Monica sebagai satu-satunya juri wanita

mencoba menengahi perdebatan di antara kedua juri lainnya. Agnes Monica

mencoba menegaskan inti dari pendapat masing-masing juri dengan cara

memberikan pertanyaan yang sama pada kedua juri laki-laki itu.

Tuturan „Kamu kan ngomongnya play save, artinya spektakuler

nggak?‟ menjadi penanda lingual tindak tutur komisif „bertanya‟ yang dapat

ditandai dengan intonasi kalimat tanya, tuturan sebelum dan sesudahnya,

serta konteks yang melingkupinya. Tindak tutur komisif „bertanya‟ seperti

data 2) bertujuan untuk meminta keterangan atau penjelasan. Bentuk tindak

tutur komisif „bertanya‟ dengan penanda lingual berupa dengan intonasi

kalimat tanya dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada data (8/II ke-

7/13April2012), (132/MCI ke-2/8Juli2012), (165/IMB3/5Jan2013), dan

(198/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur komisif „bertanya‟ yang lain dapat

dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Agnes Monica berpendapat bahwa penampilan Ivan sangat bagus. Pada tayangan sebelumnya Anang mencela penampilan Ivan.

Agnes monica ingin menunjukkan bahwa hal yang tidak disangka ternyata dapat terjadi.

Bentuk tuturan Penonton : “Ivan! Ivan! Ivan! Ivan!”

Agnes : “Ivan. Saya cukup eee nggak nyangka sih, kamu bagus banget tadi!”Penonton bersorak sorai. Ivan : “Terima kasih, Mbak Agnes.” Agnes : “Gimana Mas Anang?”commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

142

Anang : “Nggak.”

Agnes : “Oke, gimana Mas Dhani?” Dhani : “Berguru pada saya tuh! Eee, waktu dia lolos kedua belas spektakuler, di twitter saya @Ahmadhanitrust (sambil tersenyum

karena semua penonton bersorak) loh enggak!” (24/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur komisif „bertanya‟ pada data 3) dituturkan oleh juri yaitu

Agnes Monica (penutur) kepada juri lain yaitu Anang Hermansyah (mitra

tutur). Pada minggu sebelumnya Anang Hermansyah memberi komentar

bahwa suara Ivan tidak enak didengar dan berada di II ke-7 hanya dengan

bermodal wajah yang tampan saja. Ivan membuktikan bahwa pendapat Anang

itu tidak benar karena pada malam itu Ivan bernyanyi dengan bagus.

Tuturan „Gimana Mas Anang?‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

komisif „bertanya‟ yang dapat ditandai dengan kata tanya „gimana‟ dan

konteks yang melingkupinya. Kata tanya „gimana‟ sama artinya dengan kata

„bagaimana‟ yaitu merupakan kata tanya yang menanyakan cara, hal,

keadaan, dan sebagainya.

Tindak tutur komisif „bertanya‟ seperti data 3) bertujuan untuk

meminta keterangan atau penjelasan. Agnes Monica bertanya kepada Anang

karena ingin tahu bagaimana pendapat Anang mengenai penampilan Ivan

malam itu yang sangat berbeda dengan minggu sebelumnya. Bentuk tindak

tutur komisif „bertanya‟ dengan penanda lingual berupa kata tanya „gimana‟

dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada data (103/MCI ke-

2/8Juli2012), (129/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur komisif

„bertanya‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Pada waktu itu para peserta sedang sibuk memasak di meja mereka masing-masing. Chef Degan saat itu sedang berkeliling untuk melihat-lihat proses memasak commitdari para to peserta. user Saat berada di meja Nia, Chef perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

143

Degan bertanya mengenai masakan apa yang akan dibuat Nia, dia menjelaskan

masakan yang akan dibuat.

Bentuk tuturan

Chef Degan : “Kamu bikin apa nih, Ya?” Nia : “Aku bikin jamur yang distuff sama adonan telur, sama adonan telur itu aku campurin juga sama cincangan daging ayam dan

daging udang sama celantro. Ini aku pakai dua kuning telur, terus ini telurnya aku juga jadiin jadi saus.”

Chef Degan : “Itu dijadiin saus?” Nia : “Iya.” (127/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur komisif „bertanya‟ pada data 4) dituturkan oleh juri yaitu

chef Degan (penutur) kepada salah satu peserta yaitu Nia (mitra tutur). Pada

saat chef Degan mendatangi meja masak Nia, chef Degan menanyakan apa

yang sedang dimasak oleh Nia. Tuturan „Kamu bikin apa nih, Ya?‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur komisif „bertanya‟ yang dapat ditandai dengan

kata tanya „apa‟ dan konteks yang melingkupinya. Kata tanya apa adalah kata

tanya yang menanyakan nama (jenis, sifat) dari sesuatu.

Tindak tutur komisif „bertanya‟ seperti data 4) bertujuan untuk meminta

keterangan atau penjelasan. Hal itu dilakukan karena berkaitan dengan

penilaian dari para juri selanjutnya. Pada waktu itu tantangan yang diberikan

adalah memasak telur. Namun dapat diketahui pada tuturan selanjutnya bahwa

masakan Nia sebagian besar terdiri dari jamur, sehingga para juri menyebutkan

sebagai hidangan berbahan utama jamur.

Bentuk tindak tutur komisif „bertanya‟ dengan penanda lingual berupa

kata tanya „apa‟ dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada data

(125/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur komisif „bertanya‟ juga dapat

dilihat pada data di bawah ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

144

5) Konteks tuturan : Chef Master Juna bertanya kepada Ken mengenai poach

egg yang sudah dibuat Ken sebelumnya karena chef Master Juna melihat proses pembuatan poach egg-nya namun tidak melihat poach egg tersebut saat dihidangkan.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Ken!”

Chef Juna : “Nama masakannya apa?” Ken : “Egg Salad with Paprika Chicken.”

Chef Juna : “It’s not bad just bentukannya blebek gitu! Bluwek! Terus tadi ada poach-nya ke mana?” Ken : “Saya campur.” Chef Juna : “Kenapa? Kenapa nggak taruh di atasnya aja, udah free top! Kalau Kamu sampai masuk, sampai nih! Sampai nih! Mukjizat nih, Kamu masuk ke babak berikutnya, ya! Saya mau Kamu cari tembok, jedotin kepala Kamu sekali! Biar otaknya itu ada genjotan, jet gitu! Shock! Aishh!” Ken : “Terima kasih, Chef!” (145/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur komisif „bertanya‟ pada data 5) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna (penutur) kepada salah satu peserta yaitu Ken (mitra tutur). Chef Juna

bertanya kepada Ken mengenai poach egg yang sudah dibuat Ken sebelumnya

karena chef Juna melihat proses pembuatan poach egg-nya namun tidak

melihat poach egg tersebut saat dihidangkan.

Tuturan „Terus tadi ada poach-nya ke mana?‟ dan „Kenapa?‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur komisif „bertanya‟ yang dapat ditandai dengan

kata tanya „ke mana‟ dan „kenapa‟ serta konteks yang melingkupinya. Kata

tanya ke mana merupakan kata tanya yang berkaitan dengan arah atau tujuan,

sedangkan kata tanya kenapa merupakan kata tanya yag berkaitan dengan

sebab apa. Tindak tutur komisif „bertanya‟ seperti data 5) bertujuan untuk

meminta keterangan atau penjelasan.

Bentuk tindak tutur komisif „bertanya‟ dengan penanda lingual berupa

kata tanya „ke mana‟ dan „kenapa‟ serta konteks yang melingkupinya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

145

ditemukan pada data (108/MCI ke-2/8Juli2012), (118/MCI ke-2/8Juli2012),

(133/MCI ke-2/8Juli2012), (151/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur

komisif „bertanya‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

6) Konteks tuturan: Pada waktu itu Deddy Corbuzier sedang mendapat

giliran untuk mengomentari Vina. Deddy Corbuzier bertanya kepada Vina untuk mencari tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan Vina untuk latihan.

Bentuk tuturan Deddy : “Eee kalau boleh saya tahu, berapa lama pendekatan kamu dengan Soimah selama ini sampai bisa seperti itu? Karena kamu tadi pun main dan kamu ngomong sambil hampir nangis kamu.” Vina : “Eee sekitar tiga malam saya berdiskusi dengan Mbak Soimah, ada beberapa revisi, kemudian dari lagu juga , jadi eee memang cukup lama juga saya bisa akhirnya menemukan cerita yang tepat, sampai tadi malam juga revisi terakhir itu jam 12 malam. Eee kita baru bisa menentukan kira-kira ini pas sekali gitu! Ini merupkan cerita, betul- betul cerita Mbak Soimah.” (169/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur komisif „bertanya‟ pada data 6) dituturkan oleh juri yaitu

Deddy Corbuzier (penutur) kepada salah satu peserta yaitu Vina Candrawati

(mitra tutur). Deddy Corbuzier mengagumi keberhasilan kerjasama antara

Soimah dengan Vina yang terjalin dengan sangat bagus. Oleh sebab itu

Deddy bertanya kepada Vina mengenai waktu yang dibutuhkan Soimah dan

Vina untuk bisa menjalin emosi yang kuat seperti penampilan sebelumnya

tadi.

Tuturan „berapa lama pendekatan kamu dengan Soimah selama ini

sampai bisa seperti itu?‟ menjadi penanda lingual tindak tutur komisif

„bertanya‟ yang dapat ditandai dengan kata tanya, tuturan sebelum dan

sesudahnya, serta konteks yang melingkupinya. Tindak tutur komisif

„bertanya‟ seperti data 6) bertujuan untuk meminta keterangan atau

penjelasan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

146

b. Menolak

Dalam (KBBI, 2008:1721) kata menolak adalah tidak menerima

(memberi, meluluskan, mengabulkan); menampik; tidak membenarkan

(pendapat); mengusir; menghalau; mengurangi; memotong.

1) Konteks tuturan: Di tengah-tengah komentarnya, Syahrini menolak

penjelasan dari Deddy Corbuzier mengenai konsep yang digunakan Yohana malam itu. Hal ini dilakukannya karena Syahrini tidak mau ada perdebatan antara dirinya dengan Deddy.

Bentuk tuturan Syahrini : “Eeehm kalau menurut saya konsep Deddy, skill kamu memang bersinergi tapi kalau dilihat darisudut pandang dan kacamata anak-anak yang lagi lihat nih, apa nilai edukasinya, ya? Ada pistol, lalu konsep Deddy itu berbau kejam, pisau, pistol, berantem! Kayanya negara kita nggak mau berantem-berantem gitu, ya! Maunya yang damai, lihat yang betul-betul ada edukasinya, banyak knowledge yang dikasih. Tapi kalau ini konsep Deddy yang memang menurut Deddy oke, ya aku sih sangat bersinergi sih sama kamu tadi dengan skill kamu! (sambil menepuk Deddy) nggak perlu berkomentar, aku nggak mau ngomentarin kamu, Ded! Aku lagi ngomentarin Yohana.” Deddy : “Saya bisa membuktikan bahwa...” Syahrini : “Nggak! Nggak usah! Nggak mau denger! Nggak mau denger!” (203/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur komisif „menolak‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Syahrini kepada juri lain yaitu Deddy Corbuzier. Syahrini memberi komentar

pada penampilan Yohana dan sebuah kritikan terhadap konsep pertunjukkan yang

mengandung unsur kekerasan. Pada waktu memberikan komentar Deddy

memberikan tanggapan, namun Syahrini menolak mendengar sanggahan yang

diberikan Deddy.

Tuturan „Nggak! Nggak usah! Nggak mau denger! Nggak mau denger!‟

yang sama artinya dengan frasa „no (tidak)‟ menjadi penanda lingual tindak tutur

direktif „menolak‟, konteks yang melingkupi dan intonasi menolak. Tindak tutur commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

147

komisif „menolak‟ seperti data 1) bertujuan supaya Deddy Corbuzier jangan

memotong pembicaraan Syahrini. Syahrini beranggapan bahwa Deddy harusnya

mengerti mengapa Syahrini berkomentar seperti itu dan acara IMB3 ini untuk

semua umur, apabila pertunjukkannya menggunakan aksi kekerasan, Syahrini

khawatir apabila ada anak-anak yang menirukan adegan seperti Yohana.

Bentuk tindak tutur komisif „menolak‟dengan penanda lingual berupa frasa

„Nggak! Nggak usah! Nggak mau denger!‟ yang sama artinya dengan frasa „no

(tidak)‟ serta konteks yang melingkupi dan intonasi menolak ditemukan pada data

(58/MCI ke-2/8Juli2012), (78/MCI ke-2/8Juli2012), (90/MCI ke-2/8Juli2012),

(114/MCI ke-2/8Juli2012), dan (202/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur

komisif „menolak‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Sama seperti Agnes Monica, Anang Hermansyah memuji penampilan Febri yang dinilai sangat bagus dan berbeda dengan penampilan Febri yang biasanya. Dalam tuturan ini Anang menjelaskan apa tugas penyanyi yang sebenarnya. Sekaligus ingin menegaskan kepada Ahmad Dhani bahwa semua lagu itu sama, hanya tergantung pada penyanyi yang membawakan lagu tersebut.

Bentuk tuturan

Anang : “Ya, Idol adalah bagaimana Idol ini bisa melahirkan seorang penyanyi

besar. Tugasnya penyanyi besar, mau dikasih lagu enak kek, nggak enak kek adalah bernyanyi dengan hatinya, dengan baik!

Menyampaikan isinya dengan baik, dia bisa mengkamuflasekan itu semua bahwa dengan bernyanyi itu lagunya menjadi enak!” Agnes : “Betul, betul, betul!”

Anang : “Itulah tugas seorang penyanyi menurut aku.” Agnes : “Bener!” Anang : “Jadi saya tidak setuju bahwa dibilang lagu malam ini harus diisi

lagu yang mungkin tidak enak. Lagu semua enak! Tergantung bagaimana menyajikannya.”

Agnes : “Betul!” (sambil tepuk tangan) (13/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur komisif „menolak‟ pada data 2) dituturkan oleh juri yaitu Anang

Hermansyah kepada juri lain yaitu Anang Hermansyah dan Agnes Monica. Pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

148

waktu itu telah terjadi perbedaan pendapat antara dua juri yaitu Anang

Hermansyah dan Ahmad Dhani. Setiap juri memiliki alasan masing-masing.

Ahmad Dhani berpendapat mengenai lagu ada yang spektakuler dan ada yang

tidak, sedangkan Anang Hermansyah berpendapat mengenai tugas seorang

penyanyi.

Tuturan „Jadi saya tidak setuju bahwa dibilang lagu malam ini harus diisi

lagu yang mungkin tidak enak.‟ menjadi penanda lingual tindak tutur komisif

„menolak‟ yang dapat ditandai dengan frasa „saya tidak setuju‟, konteks, serta

tuturan sebelum dan sesudahnya. Tindak tutur komisif „menolak‟ seperti data 2)

bertujuan untuk mengutarakan ketidaksetujuan Anang Hermansyah terhadap

pendapat Ahmad Dhani. Bentuk tindak tutur direktif „melarang‟ dapat dilihat pada

data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Pada waktu itu Dian membawa kentang yang sudah ia potong ke hadapan para juri. Pada saat di depan, Chef Degan menolak beberapa potong kentang milik Dian karena ukurannya tidak sesuai.

Bentuk tuturan Chef Degan: (Melambaikan tangan). Mengisyaratkan Dian untuk mendekat

dan melihat kentangnya sendiri.

Dian : “Oh My God!” Chef Degan: “Oh My God! This one, look nice but it’s not size I want!”

(75/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur komisif „menolak‟ pada data 3) dituturkan oleh juri yaitu chef

Degan kepada salah satu peserta yaitu Dian. Pada saat Dian membawa maju

kentang yang sudah ia potong ke depan meja juri, chef Degan secara tidak

langsung menolak hasil pekerjaan Dian karena ukuran kentang tidak sesuai

dengan ketentuan para juri.

Tuturan „This one, look nice but it’s not size I want!‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur komisif „menolak‟commit to yanguser ditandai dengan konteks yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

149

melingkupi. Tindak tutur komisif „menolak‟ seperti data 3) bertujuan supaya Dian

memperbaiki lagi kentang yang sudah ia potong karena ukurannya tidak sesuai

dengan keinginan para juri.

Bentuk tindak tutur komisif „menolak‟dengan penanda lingual berupa frasa

„This one, look nice but it’s not size I want!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur komisif „menolak‟ yang ditandai dengan konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya ditemukan pada data (8/II ke-7/13April2012), (173/IMB3/5Jan2013.

Bentuk tindak tutur direktif „menolak‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Saat Vera memperlihatkan hasil pekerjaannya kepada Para juri. Chef Degan menolak hasil pekerjaan Vera setelah melihatnya. Ada beberapa kentang yang tidak sesuai dengan aturan berada di dalam potongan- potongan kentang yang sudah bagus.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Maaf, nggak sama dengan contoh! Oke, silahkan balik!” Vera : “Makasih, Chef. ” (79/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur komisif „menolak‟ pada data 4) dituturkan oleh juri yaitu chef

Degan kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Vera. Pada saat Vera

memperlihatkan hasil pekerjaannya kepada Para juri. chef Degan menolak hasil

pekerjaan Vera setelah melihatnya. Ada beberapa kentang yang tidak sesuai

dengan aturan berada di dalam potongan-potongan kentang yang sudah bagus,

sehingga chef Degan meminta Vera untuk memperbaikinya lagi.

Tuturan „Maaf, nggak sama dengan contoh!‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur komisif „menolak‟ yang ditandai dengan penanda lingual frasa „maaf‟

serta konteks yang melingkupinya. Tindak tutur komisif „menolak‟ seperti data 4)

bertujuan untuk menolak hasil pekerjaan Vera secara halus. Ada beberapa kentang

yang tidak sesuai dengan ukuran sehingga chef Degan meminta Vera untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

150

memperbaikinya lagi. Bentuk tindak tutur komisif „menolak‟dengan penanda

lingual berupa frasa „maaf‟ serta konteks yang melingkupinya ditemukan pada

data (57/MCI ke-2/8Juli2012).

c. Menyetujui

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1740) kata menyetujui berarti

menyatakan setuju (sepakat) dengan; membenarkan (mengiakan, menerima);

memperkenankan. Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ dapat dilihat pada

data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Agnes Monica menyatakan setuju dengan pendapat Anang bahwa semua lagu itu sama. Dengan demikian, secara tidak langsung Agnes monica menolak pendapat Ahmad Dhani.

Bentuk tuturan Anang : “Ya, Idol adalah bagaimana Idol ini bisa melahirkan seorang penyanyi besar. Tugasnya penyanyi besar, mau dikasih lagu enak kek, nggak enak kek adalah bernyanyi dengan hatinya, dengan baik! Menyampaikan isinya dengan baik, dia bisa mengkamuflasekan itu semua bahwa dengan bernyanyi itu lagunya menjadi enak!” Agnes : “Betul, betul, betul!” Anang : “Itulah tugas seorang penyanyi menurut aku.” Agnes : “Bener!” (13/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur komisif „menyetujui‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Agnes Monica kepada juri lain yaitu Ahmad Dhani. Pada tuturan sebelumnya

Ahmad Dhani mengutarakan bahwa lagu itu ada yang spektakuler dan ada yang

tidak, namun Anang Hermansyah dngan cukup tegas menyanggah pendapat

Ahmad Dhani. Agnes Monica menyetujui pendapat Anang Hemansyah, sehingga

secara tidak langsung Agnes juga menolak pendapat Ahmad Dhani.

Tuturan „Betul, betul, betul!‟ atau „Bener!‟ menjadi penanda lingual tindak

tutur komisif „menyetujui‟ yang ditandai dengan konteks, tuturan sebelum dan

sesudahnya. Tindak tutur komisifcommit „menyetujui‟ to user seperti data 1) bertujuan untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

151

membenarkan dan memberi dukungan, sehingga pendapat Anang dapat diperkuat

dengan pendapat Agnes yang sama-sama tidak menyetujui pendapat Ahmad

Dhani. Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ dengan penanda lingual berupa

kata „betul atau benar‟ serta konteks yang melingkupi ditemukan pada data (41/II

ke-7/13April2012) dan (117/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur komisif

„menyetujui‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Pada waktu itu Ahmad Dhani mendapat giliran untuk memberikan komentar pada penampilan Kanza. Dhani menyatakan bahwa dia sependapat dengan Anang mengenai penampilan Kanza yang kurang memuaskan bagi para juri.

Bentuk tuturan Dhani : “Atau juga bukan nyanyi di kafe!” Anang : “Bukan! Ini panggung spektakuler, aku berharap kamu bisa nyanyi dengan ya dengan diri kamu! Artiannya dengan gaya kamu, style kamu, tapi juga pembawaanya harus bisa mewarnai panggung yang sebagus ini, gitu! Aku nggak melihat itu dari kamu.” Dhani : “Aku juga sama! Kali ini sama, sama Mas Anang tapi kalau masalah lagu, saya tidak setuju! Tidak semua lagu spektakuler!” Anang : “Tetep! Nggak papa, ya itulah Ahmad Dhani dan Anang, berbeda!” (18/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur komisif „menyetujui‟ pada data 2) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani kepada juri lain yaitu Anang Hermansyah. Pada waktu itu Anang

Hermansyah mengungkapkan pada Kanza bahwa Indonesian Idol bukanlah

panggung biasa seperti di sekolah atau di kafe, sehingga kualitas bernyanyinya

harus ditingkatkan. Sejalan dengan pemikiran Anang, maka Ahmad Dhani

menyetujui pendapat Anang Hermansyah.

Tuturan „Aku juga sama! Kali ini sama, sama Mas Anang‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur komisif „menyetujui‟ yang ditandai dengan frasa

„Aku juga sama!‟ serta konteks yang melingkupi. Tindak tutur komisif

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

152

„menyetujui‟ seperti data 2) bertujuan untuk membenarkan, menerima, dan

menguatkan pendapat Anang mengenai penampilan Kanza sebelumnya.

Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ dengan penanda lingual berupa

frasa „sama‟ atau „idem‟ serta konteks yang melingkupi ditemukan pada data

(44/II ke-7/13April2012) dan (46/II ke-7/13April2012). Bentuk tindak tutur

komisif „menyetujui‟ juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Anang Hermansyah menilai bahwa penampilan Rio pada waktu itu bukanlah penampilan yang terbaik. Ahmad Dhani setuju dengan komentar Anang Hermansyah mengenai penampilan Rio yang kurang memuaskan.

Bentuk tuturan Anang : “Ya, minggu lalu waktu di spekta bahwa sahabat saya, Ahmad Dhani bilang bahwa kemaren dia lihat kalau kamu memiliki penampilan terbaik. Saya setuju dengan Ahmad Dhani waktu itu! Tapi malam ini saya harus bilang bahwa ini bukan penampilan kamu terbaik! Mungkin selama aku ngeliat perjalanan kamu di Idol mulai sampai hari ini bahwa ini mungkin bukan penampilan kamu yang terbaik! Memang tipikal kamu mungkin menyanyikan lagu slow itu memang sangat bisa kamu hayatin dan kamu menyanyikan mungkin dengan sangat baik. Mungkin untuk lagu ini memang tantangan, tapi bukan berarti kamu tidak bisa akan menjadi bisa, tapi memang butuh waktu. Dan malam ini belum bisa menurut aku kamu menyanyi menghayati tipikal lagu ini.” Dhani: “Saya juga setuju sama Mas Anang. (Penonton bersorak kepada

Ahmad Dhani karena tidak biasanya Ahmad Dhani setuju dengan

pendapat Anang) Haa? Gak, bener! Saya kenapa ya, semuanya ni, beberapa ini kan spektakuler gitu ya, kenapa lagu-lagunya nggak

spektakuler gitu, pilihlah lagu yang spektakuler gitu! Saya masih tetap percaya bahwa lagu itu ada yang spektakuler dan tidak spektakuler. Untuk ajang spektakuler ini plis deh gitu lo! ...”

Rio : “Iya ada.” Dhani : “Oo ada.” (20/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur komisif „menyetujui‟ pada data 3) dituturkan oleh juri yaitu

Ahmad Dhani kepada salah satu peserta yaitu Rio. Pada waktu itu Anang

Hermansyah mengomentari penampilan Rio yang kurang maksimal. Ahmad

Dhani menyetujui pendapat yang disampaikan Anang Hermansyah mengenai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

153

penampilan Rio yang kurang bagus malam itu. Para juri mengungkapkan bahwa

penampilan Rio malam itu kurang menarik karena pemilihan lagunya salah,

sehingga tidak sesuai dengan karakter suara Rio.

Tuturan „Saya juga setuju sama Mas Anang.‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur komisif „menyetujui‟ yang ditandai dengan frasa „saya setuju‟ serta

konteks yang melingkupi. Tindak tutur komisif „menyetujui‟ seperti data 3)

bertujuan untuk membenarkan, menerima, dan menguatkan pendapat Anang

mengenai penampilan Rio yang kurang memuaskan.

Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ dengan penanda lingual berupa

frasa „saya setuju‟ serta konteks yang melingkupi ditemukan pada data (36/II

ke-7/13April2012) dan (200/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur komisif

„menyetujui‟ yang lain dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Pada waktu itu chef Juna kurang terima dengan sikap Didik yang hanya menambahkan dua potong kentang untuk memenuhi berat kentang seperti yang sudah ditentukan. Saat Chef Master Juna menawarkan taruhan yang dikehendakinya, ternyata Didik menyetujui taruhan tersebut.

Bentuk tuturan

Didik : “Kalau saya menang?”

Chef Juna : “Kalau menang ya masuk!” Didik : “Saya ambil tantangan itu! Kalau emang itu tidak dua, yaudah,

saya pulang. Oke, saya terima. Yaudah, akhirnya saya salaman sama Chef Juna. Oke!” Chef Juna : “Terima kamu?”

Didik : “Ya!” Chef Juna : “Sampai belum dua sekarang nih, enggak pake emapat paling bawah, ya!”

Didik : “No problem.” Chef Juna : “Langsung lepas apron, pulang!”

Didik : “Take!” Chef Juna : “Take!” (92/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur komisif „menyetujui‟ pada data 4) dituturkan oleh juri yaitu chef

Juna kepada salah satu pesertacommit yaitu to Didik. user Pada waktu itu terjadi sedikit perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

154

pertentangan antara chef Juna dan Didik karena Didik hanya menambahkan dua

potong kentang untuk memenuhi berat kentang yang diinginkan para juri. Chef

Juna kurang setuju dengan apa yang dilakukan Didik, sehingga chef Juna

mengajukan taruhan kepada Didik. Setelah mempertimbangkan beberapa saat

akhirnya Didik menyetujui tawaran yang diajukan oleh chef Juna.

Tuturan „Saya ambil tantangan itu!‟, „Take!‟, dan „Ya!‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur komisif „menyetujui‟ yang ditandai dengan konteks yang

melingkupi. Tindak tutur komisif „menyetujui‟ seperti data ) bertujuan untuk

menerima dan mengiyakan tawaran yang sudah diajukan oleh chef Juna kepada

Didik. Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ juga dapat dilihat pada data di

bawah ini.

5) Konteks tuturan: Syahrini memberikan kritikan terhadap kosep tarian yang dipilih Ardhy. Syahrini menganggap bahwa proses pencabutan nyawa itu adalah rahasia Allah SWT.

Bentuk tuturan Syahrini : “Wow kamu begitu mendalami karakter kamu, ya! Sampai posisi muka kamu, ekspresi kamu juga masih sedih nih sampai sekarang. Tapi saya mau tanya nih sama kamu, emang seperti itukah adegan

pencabutan nyawa? Nggak gitu, lho! Semua itu rahasia Allah SWT,

tau nggak sih! Bener kata Mas Addie, ending-nya nih yang kurang indah! Jadi semua sih, overall semua tarian kamu ya semua tahu ya!

kamu punya karakter seperti itu! Tapi aku nggak suka ah, yang ini! Sukaan yang sebelum-sebelumnya! Sorry ya, sayang!” Ardhy : “Makasih.”

(194/IMB3/5Jan2013)

Tindak tutur komisif „menyetujui‟ pada data 5) dituturkan oleh juri yaitu

Syahrini kepada salah satu peserta yaitu Ardhy Dwiki. Syahrini memberikan

komentar kepada Ardhy Dwiki dan mempertanyakan kebenaran dari konsep

pertunjukkan Ardhy sekaligus membenarkan pendapat Addie M.S..

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

155

Tuturan „Bener kata Mas Addie, ending-nya nih yang kurang indah!‟

menjadi penanda lingual tindak tutur komisif „menyetujui‟ yang ditandai dengan

frasa „bener kata ...‟ serta konteks yang melingkupi. Tindak tutur komisif

„menyetujui‟ seperti data 5) bertujuan untuk membenarkan dan menegaskan

kepada Ardhy bahwa konsep yan dipilih kurang tepat.

Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ dengan penanda lingual berupa

frasa „saya setuju‟ serta konteks yang melingkupi ditemukan pada data

(187/IMB3/5Jan2013).

d. Menawarkan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:1643) Menawarkan

yaitu mengunjukkan sesuatu kepada (dengan maksud supaya dibeli, dikontrak,

diambil, dipakai); memasang harga (mengemukakan harga yang diminta). Tindak

tutur komisif „menyetujui‟ dapat dilihat pada data di bawah.

1) Konteks tuturan: Didik menawarkan taruhan berupa pizza saat Chef Juna ingin bertaruh. Hal ini dilakukan Chef Juna ingin menguji mental para peserta salah satunya yaitu Didik.

Bentuk tuturan

Chef Juna : “Nggak akan masuk! Nggak akan masuk! Cuma dua potong nggak akan masuk!”

Chef Degan : “Gimana Chef Marinka?” Chef Juna : “Mau taruhan berapa? Masuk apa enggak?” Didik : “Pizza?”

Chef Juna : “Enggak! Nggak mau! Bener nggak dua, kamu langsung pulang nggak usah coba lagi, ya?” (90/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur komisif „menawarkan‟ pada data 1) dituturkan oleh juri yaitu

chef Juna kepada salah satu peserta yaitu Didik. Pada waktu itu Chef Juna

mengajak Didik untuk bertaruh. Didik menawarkan taruhan berupa pizza namun

chef Juna menolak tawaran Didik. Chef Juna memberi tawaran apabila Didik commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

156

kalah maka Didik harus langsung pulang dan tidak perlu mencoba lagi di babak

berikutnya.

Tuturan „Pizza?‟ dan „Bener nggak dua, kamu langsung pulang nggak

usah coba lagi, ya?‟ menjadi penanda lingual tindak tutur komisif „menawarkan‟.

Ditandai dengan kalimat tanya dengan intonasi menawarkan, tuturan sebelum dan

sesudahnya, serta konteks yang melingkupinya. Tindak tutur komisif „menyetujui‟

seperti data 1) bertujuan untuk menguji mental para peserta salah satunya yaitu

Didik. Bentuk tindak tutur komisif „menyetujui‟ dengan penanda lingual berupa

kalimat tanya dengan intonasi menawarkan serta konteks yang melingkupinya

ditemukan pada data (101/MCI ke-2/8Juli2012).

5. Tindak Tutur Ekspresif

a. Meminta Maaf

Meminta maaf adalah meminta ampun; pembebasan dari tuntutan (kesalahan,

kekeliruan, dan sebagainya) atau meminta izin (untuk melakukan sesuatu) (KBBI,

2008:960). Bentuk tindak tutur ekspresif „minta maaf‟ dapat dilihat pada data di

bawah ini.

1) Konteks tuturan: Anang meminta maaf kepada Kanza supaya dia lebih

mengerti bahwa ini bukan panggung acara sekolahan, sehingga Kanza bisa berusaha lebih keras.

Bentuk tuturan Anang : “Kanza.” Kanza : “Ya?”

Anang : “Kalau aku ngomongnya nanti ini dibilang terlalu keras, tapi aku bilangnya gini, ini panggung Indonesian Idol, gitu! Ini adalah

panggung spektakuler, aku nggak ngerasa kamu nyanyi seperti itu. Ya aku ngerasanya, ya aku harus minta maaf mungkin, tapi aku harus ngomong supaya kamu kalau lolos minggu depan, kamu harus

lebih baik, gitu! Artiannya, kamu nyanyi ya ini bukan panggung acara sekolahan, gitu!” (17/II ke-7/13April2012) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

157

Tindak tutur ekspresif „minta maaf‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah (penutur) kepada peserta yang bernama Kanza (mitra tutur).

Pada saat Anang Hermansyah mengomentari penampilan Kanza, Anang ingin

mengungkapkan rasa ketidakpuasannya namun Anang takut kalau komentarnya

dianggap keras, sehingga ia meminta maaf saat memberikan komentar. Tuturan

ini terjadi karena perasaan tidak enak atau perasaan bersalah penutur terhadap

mitra tutur.

Tujuan tuturan nomor 1) yaitu untuk bersikap sopan. Pada tuturan nomor 1)

Anang Hermansyah meminta maaf sebelum menyuruh untuk tampil lebih baik.

Apabila Anang Hermansyah tidak mengucapkan permintaan maaf maka akan

dianggap terlalu keras dan kurang sopan saat memberikan komentar. Hal ini

dilakukan Anang karena Kanza itu masih berusia sangat muda, sehingga Anang

khawatir bila ia terlalu keras maka akan menjatuhkan mental Kanza dalam

bernyanyi.

Tuturan „ya aku harus minta maaf mungkin, tapi aku harus ngomong

supaya kamu kalau lolos minggu depan, kamu harus lebih baik, gitu!‟

menjadi penanda lingual tindak tutur ekspresif „meminta maaf‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual berupa frasa „minta maaf‟, konteks, tuturan

sebelum dan sesudahnya. Bentuk tindak tutur ekspresif „minta maaf‟ dengan

penanda lingual frasa „minta maaf‟ atau „sorry‟ juga ditemukan pada data (148/

MCI ke-2/ 8Juli2012), (153/ MCI ke-2/ 8Juli2012), (158/ MCI ke-2/ 8Juli2012),

(177/IMB3/5Jan2013), dan (194/IMB3/5Jan2013).

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

158

6. Tindak Tutur Performatif

a. Memutuskan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:1239) Memutuskan

adalah menjadikan (menyebabkan) putus (tidak bersambung atau berhubungan

lagi); menetapkan; menentukan; menyudahi; mengakhiri (tentang sesuatu yang

sebenarnya belum berakhir). Tindak tutur performatif „memutuskan‟ dapat dilihat

pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Pembawa acara bertanya kepada Para juri apakah mereka akan menggunakan hak veto mereka sebagai juri untuk menyelamatkan Kanza dari eliminasi. Dalam tuturan yang berupa kalimat tanya ini dapat digolongkan sebagai tindak tutur menawarkan. Anang mewakili Para juri memberitahukan keputusan yang telah dibuat secara bersama. Para juri memutuskan tidak menggunakan hak veto mereka untuk menyelamatkan Kanza dari eliminasi.

Bentuk tuturan Daniel: “Juri, apakah kalian akan menggunakan hak veto kalian?” Anang: “Ya, kita bertiga memang belum mau menggunakan hak veto kita. Jadi selamat jalan, Kanza. Tapi seperti Ahmad Dhani bilang, kita memilih dari 150.000, bahwa dua belas terbaik hari ini, jadi kamu tetap menjadi bagian dari yang terbaik. Sekali lagi, mudah-mudahan apa yang sudah diberikan oleh Idol bisa berguna bagi perjalanan kamu selanjutnya.” (52/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur performatif „memutuskan‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri

yaitu Anang Hermansyah (penutur) kepada Daniel Mananta sebagai pembawa

acara (mitra tutur). Anang mewakili kedua juri lain menyampaikan keputusan

yang sudah dibuat bersama yaitu belum mau menggunakan hak veto yang dimiliki

oleh para juri. Dalam acara II ke-7 dan IMB 3 para juri memiliki hak veto yang

berfungsi untuk melindungi seseorang (peserta). Hak veto diberlakukan pada dua

acara itu karena pemenang dalam dua acara tersebut dipilih berdasarkan polling

sms. Hak veto bagi para juri merupakan bukti kekuasaan yang dimiliki para juri

dalam membuat keputusan yang sangatcommit penting to user dalam acara tersebut. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

159

Tindak tutur performatif „memutuskan‟ pada nomor 1) bertujuan untuk

mengawali sebuah percakapan dan menjalin hubungan serta menjaga ikatan sosial

supaya tidak terjadi situasi canggung antara juri dan peserta pada saat penilaian.

Tuturan „Ya, kita bertiga memang belum mau menggunakan hak veto kita‟

menjadi penanda lingual tindak tutur performatif „memutuskan‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual berupa konteks, tuturan sebelum dan sesudahnya.

Bentuk tindak tutur performatif „memutuskan‟ dengan penanda lingual

berupa konteks yang melingkupinya ditemukan pada data (93/MCI ke-

2/8Juli2012), (148/MCI ke-2/8Juli2012), (152/MCI ke-2/8Juli2012), dan

(153/MCI ke-2/8Juli2012), (157/MCI ke-2/8Juli2012).

7. Tindak Tutur Fatis

a. Menyapa

Rati kata menyapa (dalam KBBI, 2008:1364) adalah mengajak bercakap-

cakap; menegur. Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ dapat dilihat pada data di

bawah ini.

1) Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Anang Hermansyah dengan Rosa

(salah satu peserta II ke-7). Anang Hermansyah menyapa Rosa untuk mengawali percakapan.

Bentuk tuturan Anang : “Rosa.”

Rosa : “Ya, Mas Anang?” Anang : “Selamat malam, Rosa!” Rosa : “Malam.”

(2/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur fatis „menyapa‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu Anang

hermansyah (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Rosa (mitra tutur).

Para juri biasanya selalu menyapa para peserta yang akan diberi komentar.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

160

Tindak tutur fatis „menyapa‟ pada nomor 1) bertujuan untuk mengawali

sebuah percakapan dan menjalin hubungan serta menjaga ikatan sosial supaya

tidak terjadi situasi canggung antara juri dan peserta pada saat penilaian. Tuturan

„Selamat malam, Rosa!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur fatis „menyapa‟

yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa intonasi kalimat sapaan dan

konteks yang melingkupinya.

Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ dengan penanda lingual berupa frasa

sapaan „Selamat malam, ...!‟, „hai!‟ intonasi kalimat sapaan, tuturan sesudahnya

dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada data (186/IMB3/5Jan2013),

(191/IMB3/5Jan2013), (199/IMB3/5Jan2013). Bentuk tindak tutur fatis

„menyapa‟ yang lain juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Agnes Monica selalu menyempatkan diri untuk menyapa para peserta, sebelum ia memberikan komentar. Hal ini dilakukan Agnes supaya dapat mengurangi rasa canggung dan dapat mendekatkan jarak sosial antara juri dan peserta.

Bentuk tuturan Agnes : “Febri.” Febri : “Ya?”

Agnes : “Kamu bagus banget malam ini! Tadi kamu membawakan lagunya

dengan emotional artinya emosinya dapet, tapi tetep ada kontrol dan itu yang diperlukan.”

Febri : “Makasih, Agnes.” (12/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur fatis „menyapa‟ dalam data 2) dituturkan oleh juri yaitu Agnes

Monica (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Febri (mitra tutur).

Pada waktu itu Agnes menyebutkan nama Febri sebelum memberikan komentar.

Penulis menganggap tuturan pada nomor 2) sebagai tindak tutur fatis karena pada

saat itu Febri sudah berada di hadapan Agnes Monica, sehingga penyebutan nama

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

161

berfungsi sebagai kata sapaan dan bukan merupakan kata imperatif atau kata

penunjuk orang.

Tindak tutur fatis „menyapa‟ pada nomor 2) bertujuan untuk mengawali

sebuah percakapan dan menjalin hubungan serta menjaga ikatan sosial supaya

tidak terjadi situasi canggung antara juri dan peserta pada saat penilaian. Tuturan

„Febri.‟ menjadi penanda lingual tindak tutur fatis „menyapa‟ yang dapat ditandai

dengan penanda lingual berupa „(nama orang)‟, intonasi kalimat sapaan dan

konteks yang melingkupinya. Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ yang lain juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

3) Konteks tuturan: Anang Hermansyah langsung menyapa Rio sesaat setelah Rio selesai bernyanyi. Hal ini dilakukan Anang supaya dapat mengurangi rasa canggung dan dapat mendekatkan jarak sosial antara juri dan peserta.

Bentuk tuturan Anang : “Hallo, Rio!” Rio : “Hallo, Mas Anang!” Anang : “Segar Rio? Kalau ngeliat Rio itu selalu segar.” Rio : “Terima kasih, Mas Anang.” (19/II ke-7/13April2012)

Tindak tutur fatis „menyapa‟ dalam data 3) dituturkan oleh juri yaitu Anang

Hermansyah (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Rio (mitra tutur).

Sesaat sebelum Anang memulai komentarnya, Anang menyapa Rio dengan ramah

Tindak tutur fatis „menyapa‟ pada nomor 3) bertujuan untuk mengawali

sebuah percakapan dan menjalin hubungan serta menjaga ikatan sosial supaya

tidak terjadi situasi canggung antara juri dan peserta pada saat penilaian. Tuturan

„Hallo, Rio!‟ menjadi penanda lingual tindak tutur fatis „menyapa‟ yang dapat

ditandai dengan penanda lingual berupa kata sapa „Hallo‟, intonasi kalimat sapaan

dan onteks yang melingkupinya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

162

Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ dengan penanda lingual berupa kata sapa

„Hallo‟, intonasi kalimat sapaan dan konteks yang melingkupinya ditemukan pada

data (125/MCI2/8Juli2012). Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ yang lain juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

4) Konteks tuturan: Saat Chef Degan berkeliling, kemudian melihat ke bench

Esach dan menyapanya. Hal ini dilakukan juri supaya dapat mengurangi rasa canggung dan dapat mendekatkan jarak sosial antara juri dan peserta. Dengan demikian juri dapat menunjukkan rasa simpati kepada peserta.

Bentuk tuturan Chef Degan: “Gimana kabar kamu?” Esach : “Aku lagi sakit mungkin.” Chef Degan: “Sakit apa?” Esach : “Masuk angin paling.” (103/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur fatis „menyapa‟ dalam data 4) dituturkan oleh juri yaitu chef

Degan (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Esach (mitra tutur). Pada

waktu itu chef Degan sedang berkeliling untuk melihat proses memasak dari para

peserta, lalu chef Degan berhenti di meja Esach.

Tindak tutur fatis „menyapa‟ pada nomor 4) bertujuan untuk menjalin

hubungan serta menjaga ikatan sosial supaya tidak terjadi situasi canggung antara

juri dan peserta pada saat penilaian. Tuturan „Gimana kabar kamu?‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur fatis „menyapa‟ yang dapat ditandai dengan penanda

lingual berupa kalimat tanya, intonasi kalimat sapaan dan konteks yang

melingkupinya. Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ yang lain juga dapat dilihat

pada data di bawah ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

163

b. Menyambut

Kata menyambut (dalam KBBI, 2008:1352) berarti bahwa menerima atau

menyongsong (kedatangan orang dan sebagainya). Tindak tutur fatis

„menyambut‟ dapat dilihat pada data di bawah ini.

1) Konteks tuturan: Banyak koki amatir mencoba peruntungan mereka. Hanya 60

terbaik yang diundang untuk datang ke audisi tahap akhir di dengan satu tujuan, namun hanya sedikit yang terpilih. Boot camp merupakan tahap akhir penyaringan untuk menuju ke-20 besar Master chef Indonesia. Ketiga juri menyambut keduapuluh peserta.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Selamat datang di boot camp Masterchef. Di sini kami akan menguji kemampuan atau skill kalian, pengetahuan kalian, dan passion kalian! Adeline, Kamu hampir saja dipulangkan secara bengis oleh Agus! Dan sekarang kalian harus berhadapan satu sama lain, berusaha sebaiknya karena dari sini adalah kesempatan kalian untuk meraih gelar Masterchef Indonesia selanjutnya!” Chef Marinka : “Anda semua bisa berada di sini karena signiture dish kalian masing-masing! Tapi jangan seneng dulu, karena setelah ini akan banyak sekali tantangan yang tidak kalian duga! Yang pertama, kami akan menguji kalian dengan tantangan yang wajib dipunyai oleh seorang Masterchef. Siap?” Para peserta : “Siap!” (53/MCI ke-2/8Juli2012)

Tindak tutur fatis „menyambut‟ dalam data 1) dituturkan oleh juri yaitu chef

Juna (penutur) kepada seluruh peserta MCI ke-2 yang berhasil masuk ke babak

20 besar (mitra tutur). Boot camp merupakan tahap akhir penyaringan untuk

menuju ke-20 besar Masterchef Indonesia. Pada tahap ini kontestan dihadapkan

pada tantangan yang lebih sulit sebelum mereka memasuki galeri Masterchef.

Ketiga juri menyambut keduapuluh peserta.

Tindak tutur fatis „menyambut‟ pada nomor 1) bertujuan untuk menerima

para peserta yang berhasil masuk ke babak 20 besar. Tuturan „Selamat datang di

boot camp Masterchef‟ menjadi penanda lingual tindak tutur fatis „menyapa‟

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

164

yang dapat ditandai dengan penanda lingual berupa frasa „Selamat datang‟,

tuturan selanjutnya dan konteks yang melingkupinya.

Bentuk tindak tutur fatis „menyapa‟ dengan penanda lingual berupa frasa

„Selamat datang‟ dan konteks yang melingkupinya.ditemukan pada data

(119/MCI ke-2/8Juli2012).

Adapun jenis tindak tutur di acara II ke-7, MCI ke-2, IMB3 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 1

Data Tindak Tutur Juri dalam Acara II ke-7, MCI ke-2, IMB3

No. Tindak Subtindak tutur Acara Nomor Jumlah Tutur data 1. Asertif Fokus pada Mengumumkan II ke- 1 3 informasi Penanda: 7 -konteks MCI 119, -tuturan sebelum ke-2 132 dan sesudahnya IMB 3 - Menyebutkan II ke- 48, 49 3 Penanda: 7 -penyebutan MCI 132 „nama orang‟ ke-2 -konteks IMB 3 -

-tuturan sebelum dan sesudahnya

Menjelaskan II ke- 13, 15, 7 Penanda: -kata 7 32, 40

„yaitu, adalah‟ MCI 55, 124 -konteks ke-2 -tuturan sebelum IMB 3 176,

dan sesudahnya 179 Fokus pada Menunjukkan II ke- 11, 43 9

komunikasi Penanda: 7 -kata penunjuk MCI 57, 60, „ini, itu‟ ke-2 67, 70,

-konteks 82, 86 -tuturan sebelum IMB 3 177, dan sesudahnya 182 Memberitahukan II ke- 43 9 commit toPenanda: user 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

165

-konteks MCI 54, 55,

-tuturan sebelum ke-2 56, 60, dan sesudahnya 96, 135 IMB 3 168,

180, Mengisyaratkan II ke- 8, 14 3

Penanda: 7 -konteks MCI 75 -gerakan anggota ke-2

tubuh IMB 3 - -tuturan sebelum dan sesudahnya

Menekankan II ke- 11, 21 3 Penanda: 7 -frasa „to, ya, gitu MCI 137 loh‟ ke-2 -intonasi yang IMB 3 - agak tinggi -konteks -tuturan sebelum dan sesudahnya Fokus pada Menegaskan II ke- 5, 6, 7, 16 kebenaran Penanda: 7 13, 14, tuturan -frasa „ya kan‟ 17, 21, -intonasi yang 25, 41, tinggi 42 -konteks MCI 82, 91, -tuturan sebelum ke-2 108, dan sesudahnya 158

IMB 3 163, 170,

180 Menyatakan II ke- 4, 7, 7 pendapat 7 27, 31

Penanda: MCI - -frasa „menurut ke-2 aku‟ atau IMB 3 166, „menurut saya‟ 178, -konteks 183

-tuturan sebelum dan sesudahnya Bertaruh II ke- - 1

Penanda: 7 -konteks MCI 69

-tuturan sebelum ke-2 dan sesudahnya IMB 3 - commit to user Menduga II ke- 3, 20 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

166

Penanda: 7

-frasa „saya kira‟ MCI 82, 87, -kata „mungkin‟ ke-2 88 -konteks IMB 3 166,

-tuturan sebelum 171, dan selanjutnya 176,

180 Mengakui II ke- 57 2 Penanda: 7

-frasa „kuakui‟, MCI - „aku akuin‟, ke-2 „patut diakui‟ IMB 3 168 -konteks -tuturan sebelum dan sesudahnya

Fokus pada Menganjurkan II ke- 3, 4 10 jenis pesan Penanda: 7 -frasa „kalau MCI 67, 74, kamu mau‟ atau ke-2 106, „kalau mau‟ 111, -frasa „kalau saya 126, jadi kamu‟ 141 -frasa „Kalau IMB 3 192, misalnya ... itu 196, akan lebih bagus‟ 205 - frasa „Jadi kalau bisa‟ -frasa „harusnya‟ -konteks

-tuturan sebelum dan sesudahnya

Fokus pada Mengingat II ke- 30 4 sudut pandang peristiwa masa 7

lalu MCI 109 Penanda: ke-2 -frasa „kayak IMB 3 166,

kemarin‟ atau 197 „kemarin‟

-kata „dulu‟ -konteks -tuturan sebelum

dan sesudahnya 2. Verdiktif Mengkritik II ke- 22 16 Penanda: 7

- konteks MCI 66, 71, 106, 112, 115, 110, commit to user -intonasi tinggi ke-2 138, 140, 142, 143, 145, 152 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

167

- gaya bahasa IMB 3 195, 196, 203

sarkastik -tuturan sebelum dan

sesudahnya Mengomentari II ke- 13, 15, 21, 36, 44 12

Penanda: 7 -konteks MCI 80 -tuturan ke-2

sebelum dan IMB 3 166, 175, 188, 192, 201, 206 sesudahnya Memuji II ke- 12, 13, 23, 28, 29, 44 12 Penanda: 7 - frasa „bagus MCI 111, 117, 118 banget‟ atau ke-2 „bagus sekali‟ IMB 3 162, 166, 179 -frasa „luar biasa‟ -konteks -tuturan sesudahnya Mengucapkan II ke- - 2 selamat 7 Penanda: MCI 159 -frasa ke-2 congratulation IMB 3 180 atau „selamat‟ -konteks -tuturan sebelum dan

sesudahnya Mengucapkan II ke- - 6 terima kasih 7

Penanda: MCI 118, 119 - frasa „terima ke-2

kasih‟, IMB 3 167, 175, 176, 179 „makasih‟ atau „thank you‟

-konteks -tuturan sebelum dan

sesudahnya Memarahi II ke- - 2

Penanda: 7 - intonasi yang MCI 63, 151 tinggi ke-2

-konteks IMB 3 - -tuturan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

168

sebelum dan

sesudahnya Mengingatkan II ke- 16, 27, 30 13 Penanda: 7

- frasa „jangan MCI 55, 71, 74, 76, 96, 100, 128, lupa‟ ke-2 130, 148

- frasa „Jangan IMB 3 175 sekali-kali‟ dan

„Berbahaya!‟ - frasa „ingat‟ atau „inget‟ -intonasi yang tinggi -konteks -tuturan sebelum dan sesudahnya Menilai II ke- 3, 8, 20, 27, 28, 32, 37, 45 15 Penanda: 7 - konteks MCI 57, 58, 70, 72, 86 -tuturan ke-2 sebelum dan IMB 3 166, 206 sesudahnya 3. Performatif Memutuskan II ke- - 7 Penanda: 7 -konteks MCI 52, 93, 148, 152, 153, 157, -tuturan ke-2 158 sebelum dan IMB 3 - sesudahnya

4. Ekspresif Minta maaf II ke- 17 6 Penanda: 7 - frasa „minta MCI 148, 153, 158

maaf‟ ke-2 -konteks IMB 3 177, 194

-tuturan sebelum dan sesudahnya

5. Direktif Menyuruh II ke- 11, 16, 17, 20, 26, 31, 36, 43 41 Penanda: 7

- verba MCI 55, 56, 57, 59, 65, 66, 67, - frasa ke-2 70, 74, 77, 78, 82, 84, 85, penunjuk „ke 86, 93, 97, 98, 105, 110,

sana, ke sini‟ 112, 116, 118, 122, 123, -konteks 126, 144, 151 -tuturan IMB 3 162, 164, 166, 177, 180, sebelum dan 191, 196, 200 sesudahnyacommit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

169

-intonasi yang

tinggi Meminta II ke- 6, 20, 28 19 Penanda: 7

- frasa MCI 57, 58, 64, 79, 94, 110, 113, „silahkan‟ ke-2 119, 120, 141, 149, 154, 155

- kalimat tanya IMB 3 171, 177, 182, 187, 200, 206 - kata „tolong‟ -konteks

-intonasi kalimat meminta Menasihati II ke- 43 6 Penanda: 7 -konteks MCI 108, 109, 110 Tuturan ke-2 sebelum dan IMB 3 184, 195 sesudahnya Mengajak II ke- - 2 Penanda: 7 - frasa „mari‟ MCI 81, 101 -frasa „yuk‟ ke-2 -konteks IMB 3 - -tuturan sebelum dan sesudahnya -intonasi mengajak Melarang II ke- 11, 34, 35 14 Penanda: 7

- frasa „jangan‟ MCI 62, 109, 128, 151 - frasa „nggak ke-2 perlu‟ IMB 3 162, 174, 176, 180, 188, -konteks 195, 196, 203 -tuturan

sebelum dan sesudahnya -intonasi

melarang Berharap II ke- 18, 20, 30, 37, 52 8

Penanda: 7 - frasa „aku MCI - berharap‟ ke-2

- frasa „aku IMB 3 180, 197, 199 harapkan‟ atau „harapanku‟

- frasa „semoga‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

170

-konteks

-tuturan sebelum dan sesudahnya

6. Komisif Bertanya II ke- 4, 7, 8, 24 17 Penanda: 7

- frasa MCI 103,108, 118, 125, 127, 129, „menurut ke-2 132, 133, 145, 151 kamu‟ IMB 3 165, 169, 198

-intonasi kalimat tanya -konteks -tuturan sebelum dan sesudahnya Menolak II ke- 8, 13 10 Penanda: 7 - frasa „no MCI 57, 58, 75, 78,79, 90, 114 (tidak)‟ ke-2 - frasa „tidak IMB 3 173, 202, 203 setuju‟ - frasa „minta maaf‟ -konteks -tuturan sebelum dan sesudahnya Menyetujui II ke- 13, 18, 20, 36, 41, 44, 46 12 Penanda: 7 - konteks MCI 92, 117

-ungkapan rasa ke-2 setuju IMB 3 187, 194, 200 -tuturan

sebelum dan sesudahnya

Menawarkan II ke- - 2 Penanda: 7 - konteks MCI 90, 101

-tuturan ke-2 sebelum dan IMB 3 - sesudahnya

7. Fatis Menyapa II ke- 2, 12, 19 8 Penanda: 7

- frasa sapaan MCI 103, 125 „Selamat ke-2 malam, ...!‟, IMB 3 186, 191, 199 „hai!‟ -intonasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

171

kalimat sapaan

-tuturan sesudahnya -konteks

Menyambut II ke- - 2 Penanda: 7

- frasa MCI 53, 119 „Selamat ke-2 datang‟ IMB 3 -

-tuturan selanjutnya -konteks

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah tindak tutur asertif yaitu 85

tuturan, tindak tutur verdiktif sebanyak 78 tuturan, tindak tutur performatif

sebanyak 7 tuturan, tindak tutur ekspresif ada 6 tuturan, sedangkan tindak tutur

direktif sebanyak 90 tuturan, tindak tutur komisif sebanyak 41 tuturan, dan tindak

tutur fatis yaitu sebanyak 10 tuturan.

Data tindak tutur yang diperoleh penulis dari ketiga acara yaitu II ke-7,

MCI ke-2, dan IMB 3 sebanyak 206 dialog yang mengandung tindak tutur. Dari

keseluruhan dialog, ditemukan dialog yang mengandung jenis tindak tutur

sebanyak 324 tuturan. Sedangkan jumlah tindak tutur yang dianalisis penulis

adalah 109 tuturan.

Dari ketujuh tindak tutur yang ditemukan penulis, jenis tindak tutur

direktif yang paling banyak ditemukan. Sedangkan tuturan yang paling sedikit

ditemukan adalah jenis tindak tutur bertaruh. Jenis tindak tutur menyuruh yang

paling banyak ditemukan adalah tuturan yang dituturkan oleh juri kepada para

peserta. Adapun alasan mengapa tindak tutur direktif menyuruh sering digunakan

oleh para juri karena beberapa hal sebagai berikut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

172

a) Juri memiliki kewajiban untuk mengarahkan peserta supaya dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan bidangnya, sehingga juri akan memberikan sebuah

arahan yang berupa tindak tutur menyuruh.

b) Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada tindak tutur juri, di mana juri

sebagai O1 atau penutur. Dengan demikian, penutur dan mitra tutur mengetahui

posisi masing-masing berdasarkan power yang dimiliki kedua belah pihak.

c) Peserta cenderung mengikuti keinginan dan instruksi dari juri, karena biasanya

juri memiliki kemampuan yang lebih dibanding peserta.

Ditunjukkan dalam data bahwa dialog yang mengandung jenis tindak tutur

juri kepada pembawa acara sangat jarang ditemukan. Hal tersebut disebabkan

karena pembawa acara dalam acara II ke-7 dan IMB 3 bertugas sebagai narator

yang bersifat penghubung antara para juri dengan para peserta. Dengan demikian

para juri akan langsung memberikan komentar kepada para peserta setelah

dipersilahkan oleh pembawa acara. Dalam data diketahui bahwa tuturan juri

kepada juri lain biasanya berupa tanggapan. Tanggapan dapat berupa penegasan,

penjelasan, dan pernyataan setuju, namun demikian tuturan juri terhadap para

peserta lebih dominan terjadi dalam dialog yang dilakukan para juri dengan

peserta, pembawa acara, dan juri lain.

B. Jenis Strategi Kesantunan Juri dalam Acara II ke-7, MCI ke- 2, dan IMB 3.

1. Kesantunan Negatif

Brown dan Levinson merumuskan 10 strategi kesantunan negatif sebagai

berikut.

Strategi 1: Menggunakan Ujaran Tidak Langsung (Be Conventionally Indirect). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

173

1) Konteks tuturan : Saat itu Oyon menyerahkan masakannya kepada para Juri

untuk dinilai. Chef master Juna meminta Oyon untuk melepaskan semua cincin kecuali cincin kawin saat memasak. Bentuk tuturan

Chef Juna: “Boleh minta tolong?” Oyon : menganggukkan kepala. Chef Juna: “Mulai besok, kalau masak cincinnya bisa dilepas-lepasin

nggak? Selain cincin kawin.” Oyon : “Kalau dari dulu saya kalau masak di mana-mana saya tidak

terganggu dengan cincin saya. Dan lagi satu prinsip saya, kalau saya untuk masak walaupun ditentang, cincin ini tidak akan copot dari jari saya. Gitu saya orangnya! Tidak akan saya copotkan!” (113/MCI ke-2/8Juli2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Chef Juna (penutur)

kepada John Hendri atau yang sering dipanggil Pak Oyon (mitra tutur). Pada

waktu itu Oyon sedang menyerahkan masakannya kepada para juri untuk dinilai.

Oyon adalah seorang pria berusia 50 tahun yang suka memakai lebih dari satu

cincin besar (akik) pada jarinya. Chef Juna secara tidak langsung meminta Oyon

untuk melepaskan semua cincin kecuali cincin kawin saat memasak. Chef atau

kepala koki biasanya tidak ada yang memakai perhiasan kecuali cincin kawin di

jari mereka karena ada beberapa logam yang dapat bereaksi dengan beberapa

bahan makanan dan mempengaruhi cita rasa dari suatu masakan. Selain itu,

bentuk perhiasan yang beraneka macam sangat mungkin adanya kotoran atau

bakteri yang terkandung di dalamnya sehingga sangat mempengaruhi kehigienisan

suatu makanan. Namun mitra tutur menolak keinginan penutur dengan alasan

bahwa mitra tutur merasa lebih nyaman dan tidak terganggu apabila memasak

dengan menggunakan cincin di jarinya

Tujuan tuturan nomor 1) adalah supaya para peserta mengetahui aturan dasar

yang berlaku bagi para chef, yaitu tidak boleh memakai perhiasan pada saat

memasak. Tuturan „Mulai besok, kalau masak cincinnya bisa dilepas-lepasin commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

174

nggak?‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan

kalimat tanya, kata „tolong‟, konteks dan tuturan sebelumnya. Sisipan kata

„tolong‟ dalam tuturan sebelumnya pada kalimat permintaan diatas menunjukkan

adanya keinginan untuk meminta langsung sekaligus keinginan untuk memberi

ruang pilihan bagi penutur.

Dalam data nomor 1) penutur memilih menggunakan tuturan secara off

record (tidak langsung). Meskipun penutur sempat lama tinggal di luar negeri,

namun penutur masih memperhatikan sopan santun dalam berbahasa. Hal ini

dapat diketahui pada tuturan nomor 1) yaitu penutur menggunakan tuturan tidak

langsung karena usia John Hendri yang lebih tua dan jarak sosial di antara

keduanya yang cukup jauh.

Tuturan diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown

dan Levinson yaitu tidak memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur

supaya tidak menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor (1)

merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau

dilakukan mitra tuturnya.

Strategi ini merupakan jalan keluar bagi dua keadaan yang saling

bertentangan satu sama lain, yakni keinginan untuk tidak menekan penutur di satu

sisi dan keinginan untuk menyatakan pesan secara langsung tanpa bertele-tele

serta jelas maknanya disisi lain. Oleh karena itu, strategi ini menempuh cara

penyampaian pesan secara tidak langsung namun makna pesan harus jelas dan

tidak ambigu berdasarkan konteksnya.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa kalimat tanya

konteks dan tuturan sebelumnya ditemukan pada data (20/II ke-7/13April2012), commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

175

(90/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk strategi kesantunan negatif yang pertama juga

dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Agnes Monica meminta kepada seluruh orang yang hadir di studio untuk bertepuk tangan sebagai penghargaan kepada Ony ‘n friends.

Bentuk tuturan Agnes : “Dera, kamu masih menjadi salah satu favorit saya! (sorak sorai

penonton) Lagunya saya suka banget, ini lagunya Dewi Sandra ya?” Dera : “Iya.” Agnes : “Oh, ya. Lagunya saya suka banget dan tolong tepuk tangan buat Ony ‘n friends, itu tadi aransemennya keren banget! Eee kamu tadi juga bagus banget!” Dera : “Terima kasih, Mbak Agnes.” (28/II ke-7/13April2012)

Tuturan pada data nomor 2) dituturkan oleh juri yaitu Agnes Monica

(penutur) kepada seluruh penonton yang ada di studio RCTI (mitra tutur). Agnes

Monica meminta semua orang yang ada di studio untuk bertepuk tangan karena

menurut Agnes, penampilan peserta yang bagus tidak akan mungkin tercipta

apabila tidak ada band pengiring yang hebat pula. Sebagian besar musik yang

dibawakan oleh peserta II ke-7 adalah hasil aransemen dari Ony ‘n friends, oleh

sebab itu Agnes meminta semua orang untuk bertepuk tangan sebagai

penghargaan atas hasil karyanya yang bagus.

Tuturan nomor 2) bertujuan untuk meminta supaya semua orang yang ada di

studio memberi tepuk tangan kepada Ony ‘n friends atas hasil karya yang sudah

dibuat dan sangat menghibur. Tuturan „tolong tepuk tangan buat Ony ‘n

friends‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan

verba „tolong‟, konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya. Sisipan kata

„tolong‟ pada kalimat permintaan diatas menunjukkan adanya keinginan untuk

meminta langsung sekaligus keinginan untuk memberi ruang pilihan bagi penutur.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

176

Penutur dianggap bersikap sopan karena memperhatikan muka negatif mitra

tutur dengan langsung berbicara pada maksud pembicaraan namun tidak memaksa

dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak menekan mitra tutur.

Penutur menggunakan tuturan tidak langsung karena penonton terdiri dari

berbagai macam lapisan masyarakat dari usia muda sampai yang tua, masyarakat

dari status sosial yang tinggi maupun yang tidak. Sehubungan dengan itu usia

jarak sosial antara penutur dan mitra tutur cukup jauh. Dengan demikian, tuturan

nomor (1) merupakan tindak penyelamatan muka negatif mitra tutur dan termasuk

tuturan yang santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan

mitra tuturnya.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa verba „tolong‟,

konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (64/MCI ke-

2/8Juli2012), (66/MCI ke-2/8Juli2012), (71/MCI ke-2/8Juli2012), (119/MCI ke-

2/8Juli2012).

Strategi 2: Menggunakan pertanyaan dengan partikel tertentu, pagar (question,

hedge). Hedge dapat berupa partikel tetapi juga berupa frasa, seperti

menurut saya, menurut hemat kami.

1) Konteks tuturan : Saat Hani menyerahkan masakannya kepada para Juri untuk dinilai, tiba-tiba Hani meminta maaf. Para juri bertanya kenapa Hani

memita maaf dan Hani pun menjelaskan. Kemudian, chef master Juna menata ulang letak makanan yang ada di piring Hani dan memberitahukan bahwa makanannya dapat menjadi lebih indah bila diatur dengan baik.

Bentuk tuturan

Hani : “Aku maju bawa piring aku dan aku bilang I’m so sorry.” Chef Degan : “Kenapa?” Chef Marinka: “Kenapa sorry?”

Chef Juna : “Kenapa sorry?” Hani : “Yah, gitu lah. Gado-gado ekspress. Aku di situ bener-bener aduh, ngerasa pesimis, yang lain kayaknya bagus-bagus banget gitu. Sedangkan,commit aku tobener user -bener minimalis, simple, dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

177

porsinya paling sedikit dibanding yang lain. Chef Juna ngeliat

plating aku, dia ngerapi-rapiin lagi.” Chef Juna : “Kalau gini, lebih bagus kan?” Hani : menganggukkan kepala.

Chef Juna : “Lebih ada motif, kan? Simple padahal, kan?” Hani : “Telur yang aku sangka salah itu karena belum mateng, ya? Ternyata kata Chef Juna itu enak banget!”

Chef Juna : “Itu bener-bener telur restoran up skill fine dining.” Hani : “Ampe dia ngabisin semuanya. Aku seneng banget, gitu!

(118/ MCI ke-2/ 8 Juli 2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Juna (penutur)

kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Hani (mitra tutur). Pada waktu Hani

menyerahkan masakannya kepada para Juri untuk dinilai, tiba-tiba Hani meminta

maaf karena masakannya paling sedikit di antara peserta MCI ke-2 yang lainnya.

Kemudian chef Juna menata ulang letak makanan yang ada di piring Hani sambil

memberikan pertanyaan dengan partikel tertentu.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah untuk mengurangi pelanggaran terhadap

muka negatif mitra tutur, sekaligus ingin memberitahukan bahwa makanannya

dapat menjadi lebih indah bila diatur dengan baik. Tuturan „Kalau gini, lebih

bagus, kan?‟ dan „Lebih ada motif, kan? Simple padahal, kan?‟ menjadi penanda

lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai kalimat tanya dengan partikel

„kan‟, konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tuturan diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown

dan Levinson yaitu tidak memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur

supaya tidak menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor (1)

merupakan tuturan yang santun karena meskipun dituturkan secara langsung

namun tetap menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya.

Penutur menggunakan tuturan secara langsung karena kekuasaan atau power

yang dimiliki penutur lebih tinggicommit yaitu to sebagai user juri dibanding mitra tutur yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

178

merupakan peserta. Meskipun jarak sosial antara penutur dan mitra tutur tidak

cukup dekat namun karena intensitas bertemu cukup sering sehingga tuturan

secara langsung dapat dilakukan oleh penutur. Sehubungan dengan itu, tingkat

pembebanan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur dianggap tidak terlalu

mengancam muka karena dalam tuturan tersebut penutur membatu memberikan

solusi kepada mitra tutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa kalimat tanya

dengan partikel „kan‟, konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya ditemukan

pada data (59/MCI ke-2/8Juli2012), (150/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk strategi

kesantunan negatif yang pertama juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Syahrini selalu menyempatkan diri untuk menyapa para peserta terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan yang ramah bagi kepada seluruh peserta. Syahrini memberikan kritikan terhadap konsep yang diangkat Deddy Corbuzier untuk penampilan Yohana malam itu. Syahrini menganggap konsep tersebut tidak mendidik anak-anak Indonesia yang sedang menonton IMB3.

Bentuk tuturan Syahrini : “Selamat malam Yohana!” Yohana: “Selamat malam, kak Syahrini.”

Syahrini : “Eeehm kalau menurut saya konsep Deddy, skill kamu memang

bersinergi tapi kalau dilihat dari sudut pandang dan kacamata anak- anak yang lagi lihat nih, apa nilai edukasinya, ya? Ada pistol, lalu

konsep Deddy itu berbau kejam, pisau, pistol, berantem! Kayanya negara kita nggak mau berantem-berantem gitu, ya! Maunya yang damai, lihat yang betul-betul ada edukasinya, banyak knowledge yang

dikasih. Tapi kalau ini konsep Deddy yang memang menurut Deddy oke, ya aku sih sangat bersinergi sih sama kamu tadi dengan skill kamu! (sambil menepuk Deddy) Nggak perlu berkomentar! Aku nggak

mau ngomentarin kamu, Ded! Aku lagi ngomentarin Yohana.” (203/IMB3/5Jan2013)

Tuturan pada data nomor 2) dituturkan oleh juri yaitu Syahrini (penutur)

kepada salah satu peserta IMB3 yang mempunyai kemampuan pole dance yaitu

Yohana Harso (mitra tutur). Syahrini selalu menyempatkan diri untuk menyapa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

179

para peserta terlebih dahulu sebelum memberikan komentar. Hal ini dilakukan

untuk memberikan kesan yang ramah bagi kepada seluruh peserta, sehingga dapat

menghilangkan kecanggungan antar penutur dan mitra tutur. Syahrini

memberikan kritikan terhadap konsep yang diangkat Deddy Corbuzier untuk

penampilan Yohana malam itu. Syahrini menganggap konsep tersebut tidak

mendidik anak-anak Indonesia yang sedang menonton IMB3.

Tujuan tuturan nomor 2) adalah untuk mengurangi pelanggaran terhadap

muka negatif mitra tutur dan sebagai pembuka percakapan yang berupa argumen.

Tuturan „kalau menurut saya konsep Deddy‟ menjadi penanda lingual

kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan frasa „menurut saya‟ atau

„menurut aku‟, konteks dan tuturan sesudahnya.

Dalam data nomor 2) penutur memilih menggunakan tuturan secara bald on

record (secara langsung) karena kekuasaan atau power yang dimiliki penutur

sebagai juri lebih tinggi dibanding mitra tutur sebagai peserta. Meskipun jarak

sosial antara penutur dan mitra tutur tidak cukup dekat namun karena intensitas

bertemu cukup sering sehingga tuturan secara langsung dapat dilakukan oleh

penutur.

Tuturan diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown

dan Levinson yaitu penutur langsung berbicara mengenai inti persoalan namun

tidak memaksa. Penutur juga mengkomunikasikan keinginannya supaya tidak

menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor 2) merupakan tuturan yang

santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa frasa „menurut

saya‟ atau „menurut aku‟, konteks dan tuturan sesudahnya ditemukan pada data commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

180

(7/II ke-7/13April2012), (27/II ke-7/13April2012), (31/II ke-7/13April2012),

(173/IMB3/5Jan2013), (178/IMB3/5Jan2013), (183/IMB3/5Jan2013),

(192/IMB3/5Jan2013), (201/IMB3/5Jan2013).

Strategi 3: Bersikap Pesimis, Melakukan Secara Hati-Hati, Tidak Terlalu Optimis

(be pessimistic).

1) Konteks tuturan : Saat chef master Juna berkeliling dan melihat ke meja Nuuril, chef master Juna mengajak Nuuril untuk bertaruh lagi. Sebelumnya chef Juna juga mengajak Nuuril untuk bertaruh dan Nuuril memenangkan taruhan tersebut.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Taruhan lagi, yuk?” Nuuril : “Heh? Taruhannya apa?” Chef Juna : “Maunya apa? Mana mungkin bisa taruhan kalau caranya kayak gini. Kalau saya yang ngerasain dan bohong kan kamu nggak tahu! Yang penting saya dapet duit.” Nuuril : “Oh, duit lagi taruhannya? Aku bilang. Oh, kalau emang nggak duit mau apa? Kamu mau apa dari saya? Dia bilang gitu.” Chef Juna : “Maunya apa? Hayo!” Nuuril : “Chef, masak deh buat aku.” Chef Juna : “Hehehehe. Gila! Itu jauh lebih mahal dari duit itu! Saya suruh masak buat Kamu? Masak apaan?” Nuuril : “Masak apapun sih yang penting Chef Juna yang masak buat aku, gitu! Gado-gado nggak papa lah, gitu! Tapi dari tangan Chef Juna sendiri buat aku.”

(101/MCI ke-2/8Juli2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Chef Juna (penutur)

kepada salah satu peserta MCI ke-2 yang bernama Nuuril (mitra tutur). Pada

tantangan sebelumnya Nuuril berhasil memenangkan taruhan yang diberikan chef

Juna. Dan pada tantangan membuat gado-gado yang menarik dari segi penampilan

ini Nuuril diajak chef Juna untuk bertaruh lagi. Namun demikian chef Juna

membatalkan taruhan tersebut karena dirasa kurang adil bagi Nuuril. Hal tersebut

dilakukan chef Juna untuk menghindari penilaian secara subjektif atau berkata

bohong. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

181

Tujuan tuturan nomor 1) yaitu penutur ingin melakukan tindak penyelamatan

muka negatif terhadap mitra tutur. Dalam strategi kesantunan ini dapat

memperbaiki keterancaman muka dengan cara secara eksplisit mengungkapkan

keraguan mengenai apakah tindakan yang dimaksudkan penutur dapat dipenuhi

mitra tutur (Brown dan Levinson, 1987: 173).

Tuturan „Mana mungkin bisa taruhan kalau caranya kayak gini.‟ menjadi

penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan frasa „mana

mungkin‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Frasa „mana

mungkin‟ dalam strategi kesantunan negatif ini berfungsi untuk memperbaiki

keterancaman muka negatif mitra tutur karena secara ekspliit penutur

mengungkapkan keraguan atas terpenuhi atau tidaknya tindakan yang diajukan

penutur kepada mitra tutur.

Dalam data nomor 1) penutur memilih menggunakan tuturan secara bald on

record (secara langsung) yaitu ditandai dengan penggunaan frasa „mana mungkin‟

secara eksplisit dalam tuturan. Hal tersebut dilakukan karena penutur yaitu juri

memiliki kekuasaan (power) yang lebih tinggi dibanding mitra tutur. Tuturan

diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown dan Levinson

yaitu tidak memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak

menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor (1) merupakan tuturan

yang santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra

tuturnya. Bentuk strategi kesantunan negatif yang pertama juga dapat dilihat pada

data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Titi Sjuman menyatakan pendapatnya bahwa perubahan pada vokal Josua itu cukup mempengaruhi penampilan Josua. Titi Sjuman mengingatkan Josua mengenai penampilannya yang lebih bagus pada saat awal-awal tampil. Saat Titi Sjumancommit memberikan to user sedikit kritikan kepada Josua, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

182

Soimah langsung mengemukakan pendapatnya mengenai suara Josua yang

bagus saat bernyanyi dengan nada tinggi.

Bentuk tuturan

Addie : “Pancaroba!” Titi : “Nah pancaroba itu, berpengaruh besar banget nggak buat kamu?” Josua : “Sebenarnya sih nggak besar-besar banget sih, soalnya dalam pilih

lagu itu range vokal lagunya seberapa besar.” Titi : “Oke, tapi buat aku itu sebenernya lumayan pengaruh besar karena

gini, kalau dulu aku selalu bisa mengikuti emosi kamu setiap detail kamu kalimat yang kamu nyanyiin itu aku terbawa emosinya. Nah sekarang tuh kok keputus, nggak tahu kenapa! Kamu cari tahu deh! Suka keputus. Bagus, bukannya nggak bagus cuma suka terputus, sama key-nya juga eee selalu cenderung lebih rendah sebenernya bisa mungkin key-nya lebih tinggi, sama ngambil improvisasi melodinya itu kaya takut! Dulu kamu waktu awal-awal pakai baju ijo itu berani banget kamu! Sekarang masih takut kenapa? Coba cari tahu ngomongin sama mas Indra Aziz vocal coach-nya.” (166/IMB3/5Jan2013)

Tuturan pada data nomor 2) dituturkan oleh juri yaitu Titi Sjuman (penutur)

kepada salah satu peserta IMB 3 yang bernama Josua Pangaribuan (mitra tutur).

Titi Sjuman memberikan komentar bahwa perubahan pada vokal Josua itu cukup

mempengaruhi penampilan Josua saat bernyanyi. Kemudian Titi Sjuman

memberikan beberapa pilihan solusi yang mungkin bisa menyelesaikan masalah

Josua. Dalam memberikan pilihan solusi Titi Sjuman mengingatkan mengenai

penampilan Josua pada saat awal-awal tampil di IMB 3. Menurut Titi Sjuman

pada waktu itu Josua tampil lebih berani dibanding sekarang.

Tujuan tuturan nomor 2) yaitu penutur ingin melakukan tindak penyelamatan

muka negatif terhadap mitra tutur dengan cara bersikap hati-hati. Pada tuturan

diatas dapat diketahui bahwa Titi Sjuman (penutur) berusaha untuk tidak

memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak menekan mitra

tutur. Dengan demikian, tuturan nomor 2) merupakan tuturan yang santun karena

menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

183

Tuturan „mungkin key-nya lebih tinggi‟ menjadi penanda lingual

kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan kata „mungkin‟, konteks serta

tuturan sebelum dan sesudahnya. Kata „mungkin‟ dalam strategi kesantunan

negatif ini berfungsi untuk memberi pilihan kepada mitra tutur. Dengan demikian

tuturan pada nomor 2) dapat memperbaiki keterancaman muka negatif mitra tutur

karena secara eksplisit penutur mengungkapkan keraguan atas terpenuhi atau

tidaknya tindakan yang diajukan penutur kepada mitra tutur.

Dalam data nomor 2) ditandai dengan penggunaan kata „mungkin‟. Kata

„mungkin‟ yang secara eksplisit dalam tuturan berarti mengungkapkan keraguan

mengenai apakah tindakan yang dimaksudkan penutur dapat dipenuhi mitra tutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa kalimat tanya

konteks dan tuturan sebelumnya ditemukan pada data (173/IMB3/5Jan2013),

(180/IMB3/5Jan2013), (205/IMB3/5Jan2013), (206/IMB3/5Jan2013).

Strategi 4: Mengurangi Tekanan atau Daya Ancam Terhadap Muka Mitra Tutur

(minimize the imposition).

1) Konteks tuturan: Pada saat Deddy Corbuzier memberikan komentar, Deddy

memberikan sebuah pertanyaan kepada Vina. Deddy Corbuzier menyatakan pendapat bahwa Soimah sudah membimbing Vina dengan baik.

Bentuk tuturan Deddy : “Eee kalau boleh saya tahu, berapa lama pendekatan kamu

dengan Soimah selama ini sampai bisa seperti itu? Karena kamu tadi pun main dan kamu ngomong sambil hampir nangis kamu.” Vina : “Eee sekitar tiga malam saya berdiskusi dengan Mbak Soimah, ada

beberapa revisi, kemudian dari lagu juga, jadi eee memang cukup lama juga saya bisa akhirnya menemukan cerita yang tepat, sampai tadi

malam juga revisi terakhir itu jam 12 malam. Eee kita baru bisa menentukan kira-kira ini pas sekali gitu! Ini merupkan cerita, betul- betul cerita Mbak Soimah.”

(169/IMB3/5Jan2013)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

184

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Deddy Corbuzier

(penutur) kepada salah satu peserta IMB 3 yang bernama Vina Candrawati (mitra

tutur). Pada waktu itu Vina Candrawati mendapat partner kolaborasi yang

merupakan seorang juri di IMB 3 yaitu Soimah. Perbedaan kemampuan pada

Soimah dan Vina membuat para juri yang lain mempertanyakan mengenai konsep

yang akan dipakai oleh Soimah dan Vina. Pada tuturan sebelumnya Soimah

mengakui bahwa pada awalnya terdapat kesulitan pada pencarian konsep, karena

harus menyatukan Soimah yang merupakan seorang pesinden dan Vina sebagai

seorang pelukis pasir. Namun setelah beberapa saat mengobrol akhirnya keduanya

menemukan konsep yang pas untuk penampilan dari kolaborasi mereka.

Kemudian pada saat Deddy Corbuzier memberikan komentar, Deddy meminta

Vina untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Deddy. Deddy Corbuzier

menyatakan pendapat bahwa Soimah sudah membimbing Vina dengan baik dan

secara tidak langsung menyatakan bahwa pertunjukkan keduanya telah sukses.

Tujuan tuturan nomor 1) yaitu mengurangi derajat keterancaman muka

dengan cara tidak memaksa mitra tutur. Tuturan „kalau boleh saya tahu, berapa

lama pendekatan kamu dengan Soimah selama ini sampai bisa seperti itu?‟

menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan frasa

„kalau boleh‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Frasa „kalau

boleh‟ dalam tuturan sebelumnya pada kalimat permintaan diatas menunjukkan

adanya keinginan untuk meminta langsung sekaligus keinginan untuk memberi

ruang pilihan bagi penutur dan tidak memaksa mitra tutur.

Dalam data nomor 1) diketahui bahwa penutur dapat memperoleh manfaat

yaitu mendapat kepercayaan mengenai kejujurannya dengan menunjukkan bahwa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

185

penutur mempercayai mitra tutur serta dapat dapat menghindari kemungkinan

terjadinya kesalahpahaman.

Tuturan nomor (1) merupakan tuturan yang santun karena meskipun penutur

berusia lebih dewasa dibanding mitra tutur tapi penutur tetap memperhatikan

muka negatif mitra tutur. Penutur tidak memaksa dan mengkomunikasikan

keinginannya supaya tidak menekan mitra tutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa frasa „kalau boleh‟

atau „kalau bisa‟, kalimat tanya, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya

ditemukan pada data (126/MCI ke-2/8Juli2012), (138/MCI ke-2/8Juli2012),

(173/IMB3/5Jan2013).

Strategi 5: Memberikan Penghormatan (give deference).

1) Konteks tuturan : Saat Adeline menyerahkan masakannya kepada para juri untuk dinilai. Chef master Degan mengomentari penampilan gado-gado Adeline mirip dengan masakan yang bernama taccho.

Bentuk tuturan Adeline :“Pas dipanggil juri untuk maju ke depan, seperti biasa selalu tegang. Selalu apa ya? Diapain ya, gitu! Saya takut inovasi saya tidak baiklah!”

Chef Degan :“Kayak taccho, ya? Tapi rasanya gado-gado. Potongannya bagus,

kecil-kecil jadi gampang dimakan.” Chef Marinka:“Kalau misalnya Mbak Adel milih di piring yang warna item

itu akan lebih bagus karena sekarang warnanya jadi lebih pucet, putih sama putih.” Chef Juna :“Idenya bagus! Kamu mau coba buat seperti taccho tapi isi gado-

gado sama telur dadar. Next can food itu makanan favorit. Oke! Thank you!” Adeline : “Makasih, Chef!”

(111/MCI ke-2/8Juli2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Marinka (penutur)

kepada salah satu peserta yang bernama Adeline (mitra tutur). Saat Adeline

menyerahkan masakannya kepada para juri untuk dinilai. Chef Degan

mengomentari penampilan gado-gadocommit Adeline to user mirip dengan masakan luar negeri perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

186

yang bernama taccho namun rasanya tetap seperti gado-gado. Pada waktu chef

Marinka menilai presentasi gado-gado Adeline, chef Marinka menyarankan

Adeline untuk memilih piring yang berwarna hitam. Karena gado-gado taccho

Adeline berwarna kuning kecoklatan maka kurang kontras dengan piring yang

berwarna putih sehingga hidangan Adeline terlihat pucat.

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk meninggikan posisi mitra tutur yang

merupakan pemenuhan keinginan wajah positif manusia yakni untuk diperlakukan

lebih tinggi. Tuturan „Kalau misalnya Mbak Adel milih di piring yang warna

item itu akan lebih bagus‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang

dapat ditandai dengan penggunaan kata sapaan „Mbak‟, konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya. Penggunaan kata sapaan „Mbak‟ digunakan untuk

memenuhi keinginan wajah positif mitra tutur. Sehubungan dengan itu

penggunaan kata sapaan berfungsi untuk mengurangi tindak pengancaman muka

terhadap mitra tutur, mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan nomor 1) merupakan tindak penyelamatan muka negatif mitra tutur.

Tuturan pada nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena memperlakukan

mitra tutur lebih tinggi dibanding hanya dengan penyebutan nama saja.

Bentuk kesantunan negatif dengan ditandai dengan penggunaan kata sapaan

seperti „Mbak‟, „Bapak‟, „Ibu‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya

ditemukan pada data (86/MCI ke-2/8Juli2012), (70/MCI ke-2/8Juli2012),

(112/MCI ke-2/8Juli2012), (119/MCI ke-2/8Juli2012), (120/MCI ke-2/8Juli2012),

dan (153/MCI ke-2/8Juli2012).

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

187

Strategi 6: Meminta Maaf (Apologize)

1) Konteks tuturan: Anang Hermansyah memberikan komentar kepada Kanza karena Anang merasa bahwa penampilan Kanza sangat kurang untuk bisa

menjadi pemenang Indonesian Idol.

Bentuk tuturan

Anang : “Kanza.” Kanza : “Ya?”

Anang : “Kalau aku ngomongnya nanti ini dibilang terlalu keras, tapi aku bilangnya gini, ini panggung Indonesian Idol, gitu! Ini adalah panggung spektakuler, aku nggak ngerasa kamu nyanyi seperti itu. Ya aku ngerasanya, ya aku harus minta maaf mungkin, tapi aku harus ngomong supaya kamu kalau lolos minggu depan, kamu harus lebih baik, gitu! Artiannya, kamu nyanyi ya ini bukan panggung acara sekolahan, gitu!” (17/ II ke-7/13April2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Anang Hermansyah

(penutur) kepada salah satu peserta II ke-7 yaitu Kanza (mitra tutur). Pada waktu

Anang Hermansyah memberikan komentar ia meminta maaf kepada Kanza. Hal

ini dilakukan Anang karena merasa segan saat akan mengomentari penampilan

Kanza. Anang merasa bahwa penampilan Kanza sangat kurang untuk bisa

menjadi pemenang Indonesian Idol. Dengan demikian Anang menyuruh Kanza

untuk berlatih lebih baik lagi.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah untuk menjaga muka negatif mitra tutur,

dengan cara mengakui tekanan dan gangguan yang diberikan dan menyampaikan

alasan yang memaksa penutur melakukan hal tersebut. Tuturan permintaan maaf

pada data nomor 1) berfungsi untuk memohon kemaafan dan memohon mitra

tutur menunda keterancaman mukanya dari ujaran yang disampaikan Strategi

memohon maaf dilakukan dengan cara menyampaikan keseganan atau rasa maaf

penutur kepada mitra tutur.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

188

Tuturan „aku harus minta maaf mungkin, tapi aku harus ngomong supaya

kamu kalau lolos minggu depan, kamu harus lebih baik, gitu!‟ menjadi

penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai frasa „minta maaf‟,

konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya.

Sehubungan dengan kelangsungan tuturan yang disampaikan juri pada para

peserta yaitu karena kekuasaan (power) yang dimiliki penutur sebagai juri,

penyanyi, maupun produser musik lebih tinggi dibanding mitra tutur. Jarak sosial

yang cukup jauh antara penutur dan mitra tutur juga mempengaruhi penggunaan

frasa „minta maaf‟, karena bila tidak menggunakan frasa „minta maaf‟ maka

tuturan akan menjadi kurang santun dan akan mengancam muka positif penutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa frasa „minta

maaf‟, konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data

(57/MCI ke-2/8Juli2012), (79/MCI ke-2/8Juli2012), (148/MCI ke-2/8Juli2012),

(153/MCI ke-2/8Juli2012), (154/MCI ke-2/8Juli2012), (157/MCI ke-2/8Juli2012),

(158/MCI ke-2/8Juli2012), (173/IMB3/5Jan2013), (177/IMB3/5Jan2013).

Strategi 7 : Memakai Bentuk Impersonal (impersonalize S and H)

1) Konteks tuturan : Saat chef Juna berkeliling kemudian chef Juna melihat

ke meja Yeti dan menyuruhnya untuk mematikan kompornya karena saat chef Juna melihat Yeti sedang kerepotan.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Matiin dulu! Pelan-pelan dong! Udah pernah buat gado- gado belum?”

Yeti : “Belum pernah.” Chef Juna : “Aduh, ini gimana sih orang-orang, masih belum pernah buat

gado-gado juga! Kamu ada pake bahan-bahan yang ngambil dari pentry?” Yeti : “Iya.”

Chef Juna : “Iya? Apa tuh?” Yeti : “Krupuk.” Chef Juna : “Krupuk mah, emang gado-gado!” commit to user (97/ MCI ke-2/8Juli2012) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

189

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Juna (penutur)

kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Yeti (mitra tutur). Chef Juna berkeliling

untuk melihat proses memasak dari para peserta dan berhenti di meja Yeti. Yeti

sedang sibuk memasak saat chef Juna berhenti di mejanya. Chef Juna langsung

menyuruh Yeti untuk mematikan kompornya ketika ada masakan yang mendidih

dan luber di kompor.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah untuk mengurangi pelanggaran terhadap

muka negatif mitra tutur. Tuturan „Matiin dulu! Pelan-pelan dong! Udah

pernah buat gado-gado belum?‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif.

Strategi kesantunan negatif pada tuturan nomor 1) ditandai dengan tidak

menyebutkan penutur dan mitra tutur, konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya.

Penutur menggunakan tuturan secara langsung karena kekuasaan atau power

yang dimiliki penutur lebih tinggi yaitu sebagai juri dibanding mitra tutur yang

merupakan peserta. Meskipun jarak sosial antara penutur dan mitra tutur tidak

cukup dekat namun karena intensitas bertemu cukup sering sehingga tuturan

secara langsung dapat dilakukan oleh penutur. Tingkat pembebanan yang terjadi

antara penutur dan mitra tutur dianggap tidak terlalu mengancam muka karena

penutur tidak langsung menyebut nama mitra tutur dalam tuturan tersebut.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa tuturan yang tidak

menyebutkan penutur dan mitra tutur, konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya ditemukan pada data (8/II ke-7/13April2012), (16/II ke-

7/13April2012), (31/II ke-7/13April2012), (63/MCI ke-2/8Juli2012), (65/MCI ke-

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

190

2/8Juli2012), (66/MCI ke-2/8Juli2012), (98/MCI ke-2/8Juli2012), (128/MCI ke-

2/8Juli2012).

Strategi 8: Menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang

bersifat umum (state the FTA as a general rule).

1) Konteks tuturan: Chef Juna menjelaskan mengenai tantangan dasar yang

harus dilakukan oleh Para peserta dan cara membuatnya. Tantangan ini akan menjadi bekal teknik dalam memasak kentang selanjutnya, maka tantangan ini menjadi yang tantang pertama dan wajib dilakukan. Selain itu memotong kentang merupakan tantangan Para kontestan untuk menunjukkan kemampuan dasar mereka menggunakan pisau.

Bentuk tuturan Chef Degan : “Kentang! Sumber karbohidrat yang disukai di benua mana saja. Kentang ini sering digunakan di banyak restoran di seluruh dunia dari kentang goreng, gado-gado, dan makanan sulit. Jika Anda ingin membuka restoran atau memasuki dunia kuliner, Anda harus menyukai kentang mulai sekarang!” Chef Juna : “Oke, untuk tantangan pertama yaitu nice skill yaitu di mana kalian akan mengambil kentang, mengupasnya, dan kita akan memotong dengan ukuran button net! Jadi tahap pertama adalah kalian membuatnya square atau kotak (sambil memeragakan bagaimana cara melakukan teknik pemotongan tersebut). Ingat! Harus konsisten ukuran tersebut! Oke! Button net, Oke!” (55/MCI ke-2/8Juli2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Degan (penutur)

kepada semua peserta MCI ke-2 (mitra tutur). Pada waktu itu adalah pertama

kalinya para peserta MCI ke-2 berada di boot camp MCI. Untuk tantangan yang

pertama chef Juna menjelaskan mengenai tantangan dasar yang harus dilakukan

oleh Para peserta dan cara membuatnya. Tantangan ini akan menjadi bekal teknik

dalam memasak kentang selanjutnya, maka tantangan ini menjadi yang tantang

pertama dan wajib dilakukan. Selain itu memotong kentang merupakan tantangan

Para kontestan untuk menunjukkan kemampuan dasar mereka menggunakan

pisau. Nice skill atau juga disebut skill test yaitu tantangan yang diberikan pada

kontestan untuk mengadu kecepatancommit dalam to mengolah user bahan makanan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

191

Tujuan tuturan nomor 1) adalah untuk menjaga muka negatif mitra tutur.

Strategi ini menyatakan bahwa tindakan mengancam muka yang dilakukan

merupakan sesuatu yang umum berlaku. Dalam strategi ini biasanya

menggunakan kata kelompok bukan individu.

Tuturan „Jika Anda ingin membuka restoran atau memasuki dunia

kuliner, Anda harus menyukai kentang mulai sekarang!‟ menjadi penanda

lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya. Sehubungan dengan kelangsungan tuturan yang

disampaikan juri pada para peserta yaitu karena kekuasaan (power) yang dimiliki

penutur sebagai juri. Sehubungan dengan oenjelasan di atas bahwa ujaran yang

dituturkan itu dinyatakan sebagai aturan yang berlaku bagi siapa saja termasuk

penutur dan mitra tutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa konteks serta

tuturan sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (56/MCI ke-2/8Juli2012),

(124/MCI ke-2/8Juli2012).

Strategi 9: Menominalkan pernyataan (nominalize).

1) Konteks tuturan: Sama seperti Agnes Monica, Anang Hermansyah memuji

penampilan Febri yang dinilai sangat bagus dan berbeda dengan penampilan Febri yang biasanya. Dalam tuturan ini Anang menjelaskan apa tugas penyanyi yang sebenarnya. Sekaligus ingin menegaskan kepada Ahmad Dhani bahwa

semua lagu itu sama, hanya tergantung pada penyanyi yang membawakan lagu tersebut.

Bentuk tuturan Anang : “Tapi malam ini aku melihat, Febri menyanyikan lagu ini luar

biasa!” Febri : “Makasih, Mas Anang.” (13/ II ke-7/ 13 April 2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Anang Hermansyah

(penutur) kepada peserta II ke-commit7 yang to bernama user Febri (mitra tutur). Berbeda perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

192

dengan penampilan sebelum-sebelumnya, pada malam itu penampilan Febri

sangat bagus sehingga membuat para juri kagum dan memuji suara merdu Febri.

Dalam tuturan ini Anang menjelaskan pula mengenai tugas penyanyi yang

sebenarnya karena pada tuturan sebelumnya telah terjadi selisih pendapat antara

Ahmad Dhani dan Annag Hermansyah mengenai kespektakuleran sebuah lagu.

Komentar Anang ini sekaligus menegaskan kepada Ahmad Dhani bahwa

pendapatnya keliru karena semua lagu itu sama, hanya tergantung pada penyanyi

yang membawakan lagu tersebut.

Tujuan tuturan nomor 1) yaitu penutur ingin melakukan tindak penyelamatan

muka negatif terhadap mitra tutur dengan cara menominalkan pernyataan. Pada

tuturan diatas dapat diketahui bahwa para juri sangat menyukai penampilan Febri

dan memberikan pujian yang merupakan frasa nomina. Dengan demikian, tuturan

nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang akan

dipilih atau dilakukan mitra tuturnya karena penutur berusaha untuk tidak

memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak menekan mitra

tutur.

Tuturan „Febri menyanyikan lagu ini luar biasa!‟ menjadi penanda lingual

kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan frasa „luar biasa‟, konteks serta

tuturan sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian tuturan pada nomor 1) dapat

memperbaiki keterancaman muka negatif mitra tutur karena secara eksplisit

penutur mengungkapkan keberhasilan tindakan yang diajukan penutur kepada

mitra tutur.

Dalam data nomor 1) penutur menggunakan kata „luar biasa‟ yang secara

eksplisit dalam tuturan berarti mengungkapkan keberhasilan tindakan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

193

dimaksudkan penutur dapat dipenuhi mitra tutur. Sehubungan dengan penjelasan

di atas dapat diketahui bahwa tuturan penutur itu dianggap santun karena penutur

menjaga muka negatif mitra tutur dengan melakukan strategi penyelamatan muka

negatif yang sudah diperkan oleh Brown dan Levinson.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa frasa „luar biasa‟,

konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (29/II ke-

7/13April2012), (38/II ke-7/13April2012), (44/II ke-7/13April2012), (47/II ke-

7/13April2012), (179/IMB3/5Jan2013), (184/IMB3/5Jan2013),

(189/IMB3/5Jan2013), dan (202/IMB3/5Jan2013).

2. Kesantunan Positif

Strategi 1: Memperhatikan minat, keinginan, kelakuan, barang-barang mitra

tutur.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani berpendapat bahwa Sandy dapat lolos ke babak selanjutnya dan itu juga mengisyaratkan bahwa Ahmad Dhani menilai ada peserta yang penampilannya lebih buruk dari Sandy.

Bentuk tuturan

Penonton: “Sandy! Sandy! Sandy!” (bersorak sorai mendukung Sandy) Dhani : “Sandy, saya lihat kamu tambah gendut sekarang. Apakah hotel

tempat menginapmu memberikan makanan yang enak-enak?” Sandy : “Dulu biasa makan sekali, sekarang empat kali.” Dhani : “Maka dari itu, kamu masih muda jangan terlalu gendut, ya! Apalagi

belum menikah, nanti susah jodoh! Penampilanmu malam ini, lumayanlah. Lumayan (penonton bersorak memberi semangat) lumayan, dan saya yakin kalo kamu masih lolos di minggu depan.”

Penonton: “Sandy! Sandy! Sandy!” (bersorak sorai mendukung Sandy) (35/ II ke-7/13April2012)

Penggunaan strategi ini misalnya pentutur memperhatikan kondisi mitra tutur

yang meliputi perubahan-perubahan secara fisik, kepemilikan barang-barang

tertentu dan lain-lain. Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

194

Ahmad Dhani (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Sandy (mitra

tutur). Saat Ahmad Dhani akan memberikan komentar pada penampilan Sandy,

Ahmad Dhani memberikan pendapatnya mengenai perubahan fisik yang terjadi

pada Sandy yaitu badan Sandy terlihat lebih berisi.

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk mengurangi tindak pengancaman muka

positif mitra tutur dengan memperlakukan Sandy seperti seorang sahabat. Ahmad

Dhani menasihati Sandy seperti sedang menasihati sahabatnya supaya menjaga

pola makan sehingga tidak menjadi terlalu gendut karena Sandy belum menikah.

Menurut Ahmad Dhani bila terlalu gendut maka akan sulit mendapatkan jodoh.

Tuturan „saya lihat kamu tambah gendut sekarang‟ menjadi penanda

lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan konteks serta tuturan

sesudahnya. Dengan memberikan perhatian pada perubahan fisik mitra tutur maka

berfungsi untuk mengurangi tindak pengancaman muka positif mitra tutur, serta

mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur. Tuturan pada nomor 1)

merupakan tuturan yang santun karena memberi perhatian kepada mitra tutur.

Bentuk kesantunan positif dengan ditandai konteks serta tuturan sesudahnya

ditemukan pada data (98/MCI ke-2/8Juli2012).

Strategi 2: Melebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap mitra

tutur.

1) Konteks tuturan: Anang Hermansyah sedikit mengulas mengenai pendidikan

yang diberikan selama karantina peserta Indonesian Idol yang mampu menciptakan penyanyi yang luar biasa. Kemudian Anang memuji penampilan

Regina yang sangat luar biasa. Agnes Monica mengomentari mengenai teknik vokal, suara merdu, dan kebijaksanaan Regina dalam membawakan lagu.

Bentuk tuturan Anang : “Regina, kesel! Sangat kesel karena Aku susah mau ngomong apa! Aku di sini nggak hanya untuk dengerin kamu nyanyi yang luar biasa tadi, gitu loh! Tapi kalocommit Aku bilangto user banyak pelajaran yang luar biasa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

195

bener di Idol yang kamu lakukan dengan baik. Sangat luar biasa

penampilan kamu malam hari ini.”

(44/II ke-7/13April2012)

Penggunaan strategi ini yaitu dengan cara melebih-lebihkan perasaan tertarik

penutur pada mitra tutur. Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu

Anang Hermansyah (penutur) kepada salah satu peserta yang bernama Regina

(mitra tutur). Pada saat Anang Hermansyah mengomentari penampilan Regina, ia

sedikit mengulas mengenai pendidikan peserta Indonesian Idol yang mampu

menciptakan penyanyi yang luar biasa yang diberikan selama karantina. Anang

Hermansyah sangat mengagumi penampilan Regina dan memuji nyanyian Regina

yang bagus. Agnes Monica pun mengomentari mengenai teknik vokal, suara

merdu, dan kebijaksanaan Regina dalam membawakan lagu.

Tuturan nomor 1) bertujuan agar mitra tutur merasa diperhatikan oleh para

juri. Hal tersebut dilakukan untuk memberi sebuah penghargaan atas prestasi yang

telah dicapai. Tuturan „Sangat luar biasa penampilan kamu malam hari ini.‟

menjadi penanda lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan frasa

„sangat luar biasa‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Dengan

memberikan perhatian berlebih kepada mitra tutur maka berfungsi untuk

mengurangi tindak pengancaman muka positif mitra tutur, serta mendekatkan

jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena memberi

perhatian kepada mitra tutur. Dengan demikian tuturan pada nomor 1) sesuai

dengan muka postif seperti yang diharapkan oleh mitra tutur. Bentuk kesantunan

positif dengan ditandai frasa „sangat luar biasa‟ yang dapat disama artikan dengan

„bagus sekali‟, konteks serta commit tuturan to usersesudahnya ditemukan pada data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

196

(162/IMB3/5Jan2013), (175/IMB3/5Jan2013), (178/IMB3/5Jan2013), dan

(190/IMB3/5Jan2013).

Strategi 3: Meningkatkan rasa tertarik terhadap lawan tutur.

1) Konteks tuturan: Dhani bertanya pada Rosa untuk memastikan apakah

pendapatnya benar. Rosa menanggapi dengan menjawab biasa saja, sehingga membuat Dhani harus membuat kesimpulan sendiri dengan jawaban Rosa yang

seperti itu Bentuk tuturan Dhani : “Kalau aku sih justru beda sama Mas Anang. Iya, menurut aku sih dia nyanyinya santai aja menurut aku, ya kan? Menurut aku, dia nyanyinya santai aja. Justru karena lagunya terlalu mudah buat dia, makanya dia santai, ya kan? Menurut kamu lagunya terlalu mudah nggak buat kamu?” Rosa : “Hehehe, biasa aja sih Mas.” Dhani : “Ya kan! Lagunya biasa aja! Ya kamu harusnya cari lagu yang nggak biasa!” (4/II ke-7/13April2012)

Pada strategi ketiga dalam menjaga muka positif mitra tutur, biasanya penutur

sering menyelipkan sisipan ungkapan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang

tujuannya hanya untuk membuat lawan tutur lebih terlibat pada interaksi tersebut.

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Ahmad Dhani (penutur)

kepada salah satu peserta yang bernama Rosa (mitra tutur).

Pada waktu itu Anang Hermansyah memberikan komentar bahwa saat Rosa

bernyanyi tidak sesuai dengan irama musik, sehingga Anang menilai bahwa Rosa

menyanyikan lagu tersebut dengan kedodoran. Namun demikian, pendapat Anang

tersebut ditolak oleh Ahmad Dhani. Ahmad Dhani berpendapat bahwa lagu yang

dibawakan Rosa itu terlalu mudah sehingga membuat penampilan Rosa kurang

maksimal. Ahmad Dhani bertanya pendapat Rosa mengenai tingkat kesulitan lagu

yang dibawakan pada malam itu. Pertanyaan yang diajukan Ahmad Dhani

tersebut untuk berfungsi untuk menegaskan pendapat Ahmad Dhani yang

sebelumnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

197

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk menjaga muka positif mitra tutur yaitu

agar mitra tutur merasa diperhatikan oleh para juri. Pada konsep muka positif,

mitra tutur ingin diperlakukan sebagai anggota kelompok atau seseorang yang

keinginannya maupun seleranya dikenal dan disukai.

Tuturan berupa sisipan ungkapan dan juga pertanyaan-pertanyaan „Justru

karena lagunya terlalu mudah buat dia, makanya dia santai, ya kan?

Menurut kamu lagunya terlalu mudah nggak buat kamu?‟ menjadi penanda

lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan kalimat tanya, sisipan

ungkapan „ya kan‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Dengan

mengajukan pertanyaan dan sisipan ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa

penutur memberikan perhatian kepada mitra tutur. Pertanyaan dan sisipan

ungkapan tersebut berfungsi untuk mengurangi tindak pengancaman muka positif

mitra tutur, serta mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 1) dituturkan langsung oleh penutur kepada mitra tutur

dan menggunakan kalimat tanya untuk bertanya. Pada data nomor 1) merupakan

tuturan yang santun karena memberi perhatian kepada mitra tutur sehingga sesuai

dengan keinginan muka positif mitra tutur. Bentuk kesantunan positif dengan

penanda kalimat tanya, sisipan ungkapan „ya kan‟, konteks serta tuturan sebelum

dan sesudahnya ditemukan pada data (81/MCI ke-2/8Juli2012), (138/MCI ke-

2/8Juli2012), dan (150/MCI ke-2/8Juli2012).

Strategi 6: Menghindari pertentangan dengan lawan tutur.

Dalam penggunaan strategi ini, penutur berusaha menghindari

ketidaksetujuannya dengan tuturan lawan tutur.

1) Konteks tuturan: Ahmad Dhani menyatakan pendapat bahwa Rosa memilih lagu yang biasa saja dan hanyacommit bermain to user aman. Ahmad Dhani tidak setuju perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

198

dengan pendapat Agnes yang mengatakan bahwa sebenarnya pendapat Ahmad

Dhani dan Anang Hermansyah itu pada dasarnya sama, yaitu menilai bahwa penampilan Rosa pada malam itu tidak spektakuler.

Bentuk tuturan Dhani : “Banyak, misalnya...” Anang : “Lagunya Ahmad Dhani. “

Dhani : “Nah! Biasanya kayak gitu! Biasanya! Hehehe. Menurut aku, lagunya terlalu biasa buat kamu. Jadi kamu main aman. Jadi menurut aku, kamu

main aman, yang penting nggak false, yang penting nggak kelihatan gimana’. Tapi nggak tahu Mbak Agnes ini. Gimana’? Kira-kira dia sama, sama Anang atau sama, sama Saya.” Agnes : “Sebenernya dua-duanya kayaknya kalau aku denger ngomongnya sebenernya halnya sama, bener nggak?” Dhani : “Enggak.” Agnes : “Kamu kan ngomongnya play save, artinya spektakuler nggak?” Dhani : “Nggak.” (7/II ke-7/13April2012)

Dalam penggunaan strategi ini, penutur berusaha menghindari

ketidaksetujuannya dengan tuturan lawan tutur. Tuturan pada data nomor 1)

dituturkan oleh juri yaitu Agnes Monica (penutur) kepada juri lain yaitu Ahmad

Dhani (mitra tutur). Pada tuturan sebelumnya terjadi perbedaan pendapat antara

Anang Hermansyah dan Ahmad Dhani.

Pada waktu itu Anang Hermansyah memberikan komentar bahwa saat Rosa

bernyanyi tidak sesuai dengan irama musik, sehingga Anang menilai bahwa Rosa

menyanyikan lagu tersebut dengan kedodoran. Namun pendapat Anang tersebut

ditolak oleh Ahmad Dhani. Ahmad Dhani berpendapat bahwa lagu yang

dibawakan Rosa itu terlalu mudah sehingga membuat penampilan Rosa kurang

maksimal.

Pada saat Ahmad Dhani mempersilahkan Agnes untuk berkomentar, maka

Agnes tidak bisa langsung menyatakan mengenai keberpihakannya terhadap

perbedaan pendapat yang terjadi di antara dua juri yang lain. Denga demikian

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

199

untuk menjaga muka kedua juri yang lain, Agnes Monica berbalik mengajukan

pertanyaan yang sama kepada kedua juri yang lain.

Pertanyaan yang diajukan Agnes Monica (penutur) tersebut bertujuan supaya

penutur dapat menghindari ketidaksetujuannya dengan mitra tutur. Hal tersebut

dipengaruhi oleh jarak sosial antara ketiga juri itu cukup dekat. Usia Ahmad

Dhani dan Anang Hermansyah yang lebih tua dari pada Agnes Monica membuat

Agnes merasa sungkan untuk menyatakan penolakan secara langsung terhadap

pendapat dari kedua juri itu. Upaya ini dilakukan penutur untuk menjaga

kekompakan dari ketiga juri itu, karena bila terjadi perpecahan pada pihak juri

maka akan membuat suasana sedikit canggung.

Tuturan „Sebenernya dua-duanya kayaknya kalau aku denger

ngomongnya sebenernya halnya sama, bener nggak?‟ menjadi penanda lingual

kesantunan positif yang dapat ditandai dengan kalimat tanya, konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya. Tuturan pada nomor 1) dituturkan secara langsung oleh

penutur kepada mitra tutur dengan menggunakan kalimat tanya untuk bertanya.

Pada data nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena penutur berusaha

menghindari ketidaksetujuannya dengan tuturan lawan tutur. Dengan demikian

penutur sudah menjaga muka mitra tutur.

Strategi 7: Mempreposisikan atau menimbulkan persepsi sejumlah persamaan

penutur dan lawan tutur.

1) Konteks tuturan: Titi Sjuman menyatakan pendapatnya bahwa perubahan

pada vokal Josua itu cukup mempengaruhi penampilan Josua. Titi Sjuman mengingatkan Josua mengenai penampilannya yang lebih bagus pada saat awal-awal tampil. Saat Titi Sjuman memberikan sedikit kritikan kepada Josua,

Soimah langsung mengemukakan pendapatnya mengenai suara Josua yang bagus saat bernyanyi dengan nada tinggi.

Bentuk tuturan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

200

Titi : “Oke, tapi buat aku itu sebenernya lumayan pengaruh besar karena gini,

kalau dulu aku selalu bisa mengikuti emosi kamu setiap detail kamu kalimat yang kamu nyanyiin itu aku terbawa emosinya. Nah sekarang tuh kok keputus, nggak tahu kenapa! Kamu cari tahu deh! Suka keputus.

Bagus, bukannya nggak bagus cuma suka terputus, sama key-nya juga eee selalu cenderung lebih rendah sebenernya bisa mungkin key-nya lebih tinggi, sama ngambil improvisasi melodinya itu kaya takut! Dulu

kamu waktu awal-awal pakai baju ijo itu berani banget kamu! Sekarang masih takut kenapa? Coba cari tahu ngomongin sama mas Indra Aziz

vocal coach-nya.” Soimah: “Tapi nada tinggi bagus lho dia!” Titi : “Bagus, Mbak! Bagus banget, tapi apa ya? Nggak sebagus dulu gitu! Mungkin karena pengaruh suaranya ya! Sayang aja, gitu! Dulu tuh bagus banget dan kamu berani! Masalahnya dulu kamu berani dan sekarang kurang berani, nah itu cari tahu kenapa!” (166/IMB3/5Jan2013)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Titi Sjuman (penutur)

kepada juri lain yaitu Soimah (mitra tutur). Pada waktu itu Titi Sjuman

menyatakan pendapatnya mengenai perubahan vokal Josua itu cukup

mempengaruhi penampilan Josua. Kemudian Titi Sjuman memberikan sedikit

komentar pada perubahan suara Josua. Ketika itu Soimah langsung

mengemukakan pendapatnya mengenai suara Josua yang bagus saat bernyanyi

dengan nada tinggi. Titi Sjuman langsung menyetujui pendapat yang diajukan

Soimah dan tidak mengungkiri bahwa suara Josua itu memang bagus. Namun

demikian Titi Sjuman merasa ada yang kurang pada penampilan Josua sehingga

Titi Sjuman menyuruh Josua untuk mencari kekurangan tersebut.

Tuturan nomor 1) bertujuan supaya penutur dapat menghindari

ketidaksetujuannya dengan mitra tutur. Pada konsep muka positif, mitra tutur

ingin diperlakukan sebagai anggota kelompok atau seseorang yang keinginannya

maupun seleranya dikenal atau disukai. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh jarak

sosial antara kedua juri itu. Berdasarkan usia, Soimah lebih tua dibanding Titi

Sjuman, maka Titi merasa sedikitcommit sungkan to user bila menyatakan penolakan secara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

201

langsung. Selama ini Titi Sjuman juga selalu memberikan penilaian positif dan

pujian pada penampilan Josua. Hanya saja pada waktu itu Josua sedang

mengalami masa puber sehingga perubahan suara sering dialami oleh anak-anak

yang sedang menginjak usia remaja. Oleh sebab itu, Titi Sjuman sedikit

memberikan nasihat pada Josua untuk mengatasi perubahan suaranya tersebut.

Tuturan „Bagus, Mbak! Bagus banget‟ menjadi penanda lingual kesantunan

positif yang dapat ditandai dengan konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya.

Berdasarkan reaksi terhadap perubahan suara Josua, Titi Sjuman menasihati

Josua. Setelah itu Soimah memberikan tanggap terhadap reaksi Titi Sjuman, Titi

pun memberikan jawaban yang menimbulkan persepsi yang sama dengan mitra

tutur. Pernyatan tersebut berfungsi untuk mengurangi tindak pengancaman muka

positif mitra tutur, serta mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 1) dituturkan langsung oleh penutur kepada mitra tutur

dan menggunakan kalimat imperatif untuk menyatakan rasa kagum. Pada data

nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena penutur mengajukan persepsi

yang sama dengan mitra tutur, sehingga sesuai dengan keinginan muka positif

mitra tutur. Bentuk kesantunan positif dengan penanda konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (13/II ke-7/13April2012), (15/II

ke-7/13April2012), (57/II ke-7/13April2012).

Strategi 8: Membuat lelucon (joke)

1) Konteks tuturan: Titi Sjuman menyatakan pendapat bahwa sebaiknya Soimah

lebih sering membimbing peserta karena dengan begitu Soimah akan lebih tenang dan tidak berteriak-teriak lagi saat memberikan komentar kepada para peserta.

Bentuk tuturan Titi : “Tapi Anda sekarang kalem banget, Mbak! Kuping saya tuh, Mas Addie juga...” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

202

Soimah : “Kebawa tadi cerita.”

Deddy : “Maaf Mbak Titi kalau boleh saya tambahin, ya? Itu karena tadi Vina berhenti di tengah-tengah kan belum sampai cerita yang tiba-tiba gilanya, kan! (Semua penonton tertawa)”

Titi : “Jangan! Gilanya jangan! Nanti balik lagi soalnya!” Soimah : “Bisa! Bisa! Berseri bisa!” (173/IMB3/5Jan2013)

Pada strategi kedelapan penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan cara

membuat lelucon yang tujuannya untuk membuat mitra tutur lebih terlibat pada

interaksi tersebut dan tidak tersinggung dengan tuturan yang diujarkan oleh

penutur. Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Deddy Corbuzier

(penutur) kepada Titi Sjuman (mitra tutur). Pada waktu itu Titi Sjuman

menyatakan pendapat bahwa sebaiknya Soimah lebih sering membimbing peserta.

Dengan demikian Soimah akan lebih tenang dan tidak berteriak-teriak lagi saat

memberikan komentar kepada para peserta. Tiba-tiba Deddy Corbuzier menyela

pembicaraan Titi Sjuman dengan Soimah.

Para juri yang lain sedikit terganggu saat Soimah mulai berteriak-teriak untuk

menyemangati peserta yang berpenampilan bagus di panggung. Oleh karena itu,

para juri sering menjadikan bahan lelucon karena teriakan yang memekakkan

telinga tersebut. Dengan demikian tuturan nomor 1) bertujuan untuk menjaga

muka positif mitra tutur.

Pada konsep muka positif, mitra tutur ingin diperlakukan sebagai anggota

kelompok atau seseorang yang keinginannya maupun seleranya dikenal dan

disukai. Meskipun begitu, Soimah tidak merasa tersinggung dengan lelucon yang

dibuat para juri yang lain, karena Soimah tahu persis mengenai sebab lelucon itu

dituturkan. Jarak sosial di antara para juri yang cukup dekat juga mempengaruhi

terciptanya lelucon itu. Power atau kekuasaan yang dimiliki penutur dan mitra commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

203

tutur tidak berpengaruh karena penutur dan mitra tutur sama-sama sebagai juri

sehingga kedudukan keduanya setara.

Tuturan „Maaf Mbak Titi kalau boleh saya tambahin, ya? Itu karena tadi

Vina berhenti di tengah-tengah kan belum sampai cerita yang tiba-tiba

gilanya, kan!‟ menjadi penanda lingual kesantunan positif yang dapat ditandai

dengan konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Sehubungan dengan

penjelasan di atas tuturan pada data nomor 1) dianggap santun karena

menggunakan kata „maaf‟ di awal kalimat dengan pertimbangan penyelamatan

muka positif mitra tutur.

Pada data nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena memberi

perhatian kepada mitra tutur sehingga sesuai dengan keinginan muka positif mitra

tutur. Bentuk kesantunan positif dengan penanda konteks serta tuturan sebelum

dan sesudahnya ditemukan pada data (154/MCI ke-2/8Juli2012).

Strategi 10: Membuat penawaran dan janji

1) Konteks tuturan: Chef Juna menolak tawaran Didik yang menawarkan pizza sebagai taruhan. Chef Juna menawarkan bahwa Didik harus langsung

pulang dan tidak usah mencoba lagi jika terbukti bahwa dugaan chef Juna

benar. Chef Juna menawarkan bahwa Didik harus langsung pulang dan tidak usah mencoba lagi jika terbukti bahwa dugaan chef Juna benar.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Mau taruhan berapa? Masuk apa enggak?”

Didik : “Pizza?” Chef Juna : “Enggak! Nggak mau! Bener nggak dua, kamu langsung pulang nggak usah coba lagi, ya? Berani nggak taruhan, gitu?

Langsung pulang! Tidak pake empat paling bawah lagi!” Didik : “Kalau saya menang?”

Chef Juna : “Kalau menang ya masuk!” (91/MCI ke-2/8Juli2012)

Pada strategi kesepuluh penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan cara

membuat penawaran yang tujuannya untuk membuat mitra tutur lebih terlibat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

204

pada interaksi tersebut. Mitra tutur tidak merasa tersinggung karena penutur

berusaha untuk tidak memaksa dan memberi pilihan, sebagai konsekuensi dari

tindakan mitra tutur maka mitra tutur harus memilih salah satu dari penawaran

yang ditawarkan.

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Juna (penutur)

kepada peserta yang bernama Didik (mitra tutur). Pada waktu itu chef Juna

menolak tawaran Didik yang menawarkan pizza sebagai taruhan. Chef Juna

menawarkan bahwa Didik harus langsung pulang dan tidak usah mencoba lagi

jika terbukti bahwa dugaan chef Juna benar. Namun bila Didik yang menang

maka Didik akan masuk ke babak berikutnya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pada waktu itu chef Marinka sudah meletakkan mangkuk yang berisi kentang

dan air di atas timbangan. Hal ini dilakukan chef Juna ingin menguji mental para

peserta salah satunya yaitu Didik karena pada saat itu chef Juna sudah mengetahui

bahwa berat dari kentang Didik sudah sesuai dengan berat yang seharusnya.

Pada konsep muka positif, mitra tutur ingin diperlakukan sebagai anggota

kelompok atau seseorang yang keinginannya maupun seleranya dikenal dan

disukai. Tuturan tersebut bertujuan untuk menjaga muka positif mitra tutur karena

chef Juna tidak akan memberikan tantangan yang penuh risiko tanpa ada alasan

yang kuat.

Meskipun demikian Didik tidak merasa tersinggung atau marah atas

tantangan yang diberikan oleh chef Juna, karena Didik sadar bahwa penutur

memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibanding Didik yang merupakan peserta.

Jarak sosial antara juri dengan peserta pun menjadi semakin dekat karena

penilaian atau percakapan dilakukan secara berhadap-hadapan. Tuturan „Bener commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

205

nggak dua, kamu langsung pulang nggak usah coba lagi, ya?‟ menjadi penanda

lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan kalimat tanya, konteks serta

tuturan sebelum dan sesudahnya.

Strategi 11: Menunjukkan rasa optimisme

1) Konteks tuturan: Anang Hermansyah memberikan selamat atas keberhasilan

Belinda dalam menaklukkan panggung. Anang juga menunjukkan rasa keoptimismeannya terhadap penampilan Belinda yang semakin bagus dan percaya diri.

Bentuk tuturan Anang : “Ya, aku tadi ketemu kamu di belakang kan? Kamu bilang nervous banget tapi aku nggak ngeliat. Kamu berhasil menaklukkan bahwa kamu nggak nervous. Aku bilang bahwa panggung ini pasti akan jadi milik kamu. Ini kamu udah tunjukkin berarti minggu depan dan seterusnya kamu tidak boleh nervous lagi.” Belinda: “Amin, insyallah. Alhamdulillah terima kasih, Mas Anang.” (34/II ke-7/13April2012)

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Anang Hermansyah

(penutur) kepada salah satu peserta II Ke-7 yang bernama Belinda (mitra tutur).

Pada strategi kesebelas ini penutur menunjukkan rasa optimisme terhadap

kemampuan mitra tutur yang tujuannya untuk membuat mitra tutur lebih percaya

diri dan memiliki keyakinan bahwa para juri mendukung usaha dan semangat

yang dimiliki mitra tutur. Pada waktu itu Anang Hermansyah memberikan

selamat atas keberhasilan Belinda dalam menaklukkan panggung. Anang juga

menunjukkan rasa keoptimismeannya terhadap penampilan Belinda yang semakin

bagus dan percaya diri.

Pada penampilan-penampilan sebelumnya, kelemahan Belinda adalah

„demam panggung‟. Belinda adalah penyanyi rock wanita yang berhasil masuk II

ke-7, dengan kekhasan suaranya banyak penyanyi yang menyukai warna suara

Belinda termasuk ketiga juri yang ada di II ke-7 waktu itu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

206

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk menjaga muka positif mitra tutur yaitu

agar mitra tutur merasa diperhatikan oleh para juri dan semakin percaya diri. Pada

konsep muka positif, mitra tutur ingin diperlakukan sebagai anggota kelompok

atau seseorang yang keinginannya maupun seleranya dikenal dan disukai.

Tuturan „Aku bilang bahwa panggung ini pasti akan jadi milik kamu.‟

menjadi penanda lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan kata

„pasti‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Kata „pasti‟ pada tuturan

di atas menunjukkan rasa optimisme yang dirasakan penutur terhadap mitra tutur.

Kata „pasti‟ berfungsi sebagai penyemangat yang diberikan penutur kepada mitra

tutur, tindakan penyelamatan muka positif mitra tutur, serta mendekatkan jarak

sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 1) dituturkan langsung oleh penutur kepada mitra tutur

dan menggunakan kalimat berita untuk menyampaikan informasi. Pada data

nomor 1) merupakan tuturan yang santun karena memberi perhatian kepada mitra

tutur sehingga sesuai dengan keinginan muka positif mitra tutur. Bentuk

kesantunan positif dengan penanda kata „pasti‟, konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya ditemukan pada data (22/II ke-7/13April2012), (32/II ke-

7/13April2012), (198/IMB3/5Jan2013).

2) Konteks tuturan: Ahmad Dhani menegaskan pernyataannya yang sebelumnya, yang mengungkapkan rasa ketidakpuasannya terhadap penampilan Prattyoda. Ahmad Dhani mengaharapkan Yoda tampil lebih

maksimal dari pada saat itu. Dari tuturan ini dapat dilihat bahwa penampilan Yoda tidak seperti yang diharapkan oleh Ahmad Dhani.

Bentuk tuturan Dhani : “Eee. Ya, okelah! (Para pendukung dan keluarga Yoda bersorak

dengan gembira) Yang performance kemarin, aku kan belum puas, sama performance yang kemarin, ya! Yang kemarin aku belum puas, dan sekarang juga kurang puas Aku!” Yoda : “Kurang mirip sama Mascommit Dhani to kayakuser nya.” perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

207

Dhani : “Jadi, eee Saya ini masih berharap bisa lihat kamu yang lebih dari

yang kemarin dan kemarinnya dan malam ini gitu! Karena saya yakin kamu, apa, lebih dari yang sekarang dan juga lebih dari yang kemarin kemarin. Dan kamu masih hutang sama saya „Black Dog’

dari Led Zappelin.” (30/II ke-7/13April2012)

Tuturan pada data nomor 2) dituturkan oleh juri yaitu Ahmad Dhani (penutur)

kepada salah satu peserta II ke-7 yang bernama Yoda (mitra tutur). Pada strategi

kesebelas ini penutur menunjukkan rasa optimisme terhadap kemampuan mitra

tutur yang tujuannya untuk membuat mitra tutur lebih percaya diri dan memiliki

keyakinan bahwa para juri mendukung usaha dan semangat yang dimiliki mitra

tutur.

Pada waktu itu Ahmad Dhani menegaskan pernyataannya yang sebelumnya,

yang mengungkapkan rasa ketidakpuasannya terhadap penampilan Prattyoda

(Yoda). Ahmad Dhani mengaharapkan Yoda tampil lebih maksimal dari pada saat

itu. Dari tuturan ini dapat dilihat bahwa penampilan Yoda tidak seperti yang

diharapkan oleh Ahmad Dhani, namun Dhani juga yakin bahwa kemampuan

Yoda lebih dari malam itu. Para juri yang lain juga berpendapat bahwa

penampilan Yoda malam itu memang bagus, namun tidak sebagus waktu awal-

awal Yoda masuk ke II ke-7.

Tuturan nomor 2) bertujuan untuk menjaga muka positif mitra tutur yaitu

agar mitra tutur merasa diperhatikan dan didukung oleh para juri. Dengan semakin

percaya diri sehingga penutur mengharapkan supaya penampilan para peserta

menjadi semakin bagus. Pada konsep muka positif, mitra tutur ingin diperlakukan

sebagai anggota kelompok atau seseorang yang keinginannya maupun seleranya

dikenal dan disukai.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

208

Tuturan „Karena saya yakin kamu, apa, lebih dari yang sekarang dan

juga lebih dari yang kemarin kemarin.‟ menjadi penanda lingual kesantunan

positif yang dapat ditandai dengan frasa „saya yakin‟, konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya. Frasa „saya yakin‟ pada tuturan di atas menunjukkan

rasa optimisme yang dirasakan penutur terhadap mitra tutur. Frasa „saya yakin‟

berfungsi sebagai penyemangat yang diberikan penutur kepada mitra tutur,

tindakan penyelamatan muka positif mitra tutur, serta mendekatkan jarak sosial

antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 2) dituturkan langsung oleh penutur kepada mitra tutur

dan menggunakan kalimat berita untuk menyampaikan informasi. Pada data

nomor 2) merupakan tuturan yang santun karena memberi perhatian kepada mitra

tutur sehingga sesuai dengan keinginan muka positif mitra tutur. Bentuk

kesantunan positif dengan penanda kata „pasti‟, konteks serta tuturan sebelum dan

sesudahnya ditemukan pada data (35/II ke-7/13April2012), (43/II ke-

7/13April2012), (161/IMB3/5Jan2013).

Strategi 12: Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan

tertentu.

1) Konteks tuturan: Pada waktu para peserta sibuk memasa, para juri berbincang mengenai kesulitan-kesulitan yang sering ditemukan oleh para peserta. Chef

Degan mengajak Chef Marinka berkeliling untuk melihat cara kerja para peserta.

Bentuk tuturan Chef Marinka : “Yang paling nyebelin sebetulnya kalau nggak konsisten!”

Chef Degan : “Ya!” Chef Marinka : “Ya kan? Itu lebih menyebalkan dibandingin semuanya sama.” Chef Degan : “Mari kita lihat!”

Chef Marinka : “Oke, kita lihat!” (81/MCI ke-2/8Juli2012)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

209

Pada strategi ketiga dalam menjaga muka positif mitra tutur, biasanya penutur

sering menyelipkan sisipan ungkapan ajakan yang tujuannya untuk membuat

mitra tutur lebih terlibat pada interaksi tersebut. Tuturan pada data nomor 1)

dituturkan oleh juri yaitu chef Degan (penutur) kepada juri lain yaitu chef

Marinka (mitra tutur). Pada waktu itu para peserta sedang melaksanakan tugas

yang diberikan oleh para juri. Setelah chef Degan dan chef Marinka selesai

berbincang mengenai para peserta, chef Degan mengajak chef Marinka untuk

berkeliling melihat proses memasak dari para peserta.

Ungkapan ajakan yang dituturkan chef Degan tersebut berfungsi untuk

berusaha melibatkan mitra tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu.

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk menjaga muka positif mitra tutur yaitu agar

penutur dapat meninggalkan kesan bahwa pada hal-hal tertentu penutur juga

mempunyai keinginan yang sama dengan mitra tutur yaitu dengan

memperlakukannya sebagai anggota kelompok, atau sahabat.

Tuturan berupa ungkapan ajakan „Mari kita lihat!‟ menjadi penanda lingual

kesantunan positif yang dapat ditandai dengan ungkapan ajakan „mari‟, konteks

serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Dengan mengajukan ungkapan ajakan

tersebut dapat dikatakan bahwa tuturan itu santun dengan cara penutur melibatkan

mitra tutur dalam suatu kegiatan tertentu. Ungkapan ajakan tersebut berfungsi

untuk mengurangi tindak pengancaman muka positif mitra tutur, serta

mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 1) dituturkan langsung oleh penutur kepada mitra tutur

dan menggunakan kalimat imperatif untuk mengajak. Pada data nomor 1)

merupakan tuturan yang santun karena memberi perhatian kepada mitra tutur commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

210

sehingga sesuai dengan keinginan muka positif mitra tutur. Bentuk kesantunan

positif dengan penanda ungkapan ajakan „mari‟, konteks serta tuturan sebelum

dan sesudahnya ditemukan pada data (138/MCI ke-2/8Juli2012), (150/MCI ke-

2/8Juli2012).

2) Konteks tuturan: Saat chef master Juna berkeliling dan melihat ke meja

Nuuril, chef master Juna mengajak Nuuril untuk bertaruh lagi. Pada tantangan sebelumnya, Nuuril sempat memenangkan taruhan yang diberikan chef Juna kepadanya.

Bentuk tuturan Chef Juna : “Taruhan lagi, yuk?” Nuuril : “Heh? Taruhannya apa?” Chef Juna : “Maunya apa? Mana mungkin bisa taruhan kalau caranya kayak gini. Kalau saya yang ngerasain dan bohong kan kamu nggak tahu! Yang penting saya dapet duit.” (101/MCI ke-2/8Juli2012)

Pada strategi ketiga dalam menjaga muka positif mitra tutur, biasanya penutur

sering menyelipkan sisipan ungkapan ajakan yang tujuannya untuk membuat

mitra tutur lebih terlibat pada interaksi tersebut. Tuturan pada data nomor 2)

dituturkan oleh juri yaitu chef Juna (penutur) kepada salah satu peserta yaitu

Nuuril(mitra tutur). Pada saat chef Juna sedang berkeliling dan berhenti di meja

Nuuril, chef Juna mengajak Nuuril untuk taruhan. Namun selanjutnya untuk

melakukan tindak penyelamatan muka negatif mitra tutur, chef Juna membatalkan

taruhan karena menurut chef Juna itu tidak adil bagi Nuuril. Hal tersebut menjadi

pertimbangan bahwa chef Juna mempunyai power yang lebih tinggi dibanding

Nuuril, jadi misalkan chef Juna yang mencicipi dan berkata bohong maka tidak

ada yang tahu.

Ungkapan ajakan yang dituturkan chef Degan tersebut berfungsi untuk

berusaha melibatkan mitra tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu.

Tuturan nomor 2) bertujuan untukcommit menjaga to user muka positif mitra tutur yaitu agar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

211

penutur dapat meninggalkan kesan bahwa pada hal-hal tertentu penutur juga

mempunyai keinginan yang sama dengan mitra tutur yaitu dengan

memperlakukannya sebagai anggota kelompok, atau sahabat.

Tuturan berupa ungkapan ajakan „Taruhan lagi, yuk?‟ menjadi penanda

lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan ungkapan ajakan „yuk‟,

konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Dengan mengajukan ungkapan

ajakan tersebut dapat dikatakan bahwa tuturan itu santun dengan cara penutur

melibatkan mitra tutur dalam suatu kegiatan tertentu. Ungkapan ajakan tersebut

berfungsi untuk mengurangi tindak pengancaman muka positif mitra tutur, serta

mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tuturan pada nomor 2) dituturkan langsung oleh penutur kepada mitra tutur

dan menggunakan kalimat tanya yang bermaksud mengajak. Pada data nomor 2)

merupakan tuturan yang santun karena penutur memberi perhatian kepada mitra

tutur sehingga sesuai dengan keinginan muka positif mitra tutur. Bentuk

kesantunan positif dengan penanda ungkapan ajakan „yuk‟, konteks serta tuturan

sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (57/MCI ke-2/8Juli2012),

(112/MCI ke-2/8Juli2012).

Strategi 13: Memberikan dan meminta alasan.

1) Konteks tuturan: Chef Juna meminta Ken untuk menjelaskan alasan mengapa para juri harus memilihnya supaya tetap berada di kompetisi Master Chef Indonesia tersebut.

Bentuk tuturan

Chef Juna : “Masih mau di sini?” Ken : “Sangat, Chef!” Chef Juna : “Kasih kami alasan yang kuat untuk bisa bikin kamu tetap

berada di kompetisi ini!” Ken : “Saat ini, saya berdiri di sini, saya rela mengorbankan semuanya.” (149/MCI ke-2/8Juli2012) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

212

Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Juna (penutur)

kepada salah satu peserta yang bernama Ken (mitra tutur). Tuturan tersebut

merupakan bentuk perhatian penutur kepada mitra tutur karena dengan meminta

alasan, para juri mengetahui motivasi dari para peserta saat berada di MCI ke-2.

Para juri dapat mempertimbangkan peserta yang akan dipilih untuk tetap berada di

boot camp MCI ke-2 apabila peserta mampu memberi alasan yang kuat mengenai

motivasi untuk tetap berada di MCI ke-2.

Tuturan nomor 1) bertujuan untuk melakukan tindak penyelamatan muka

positif mitra tutur yaitu dengan memperlakukannya sebagai seseorang yang

keinginannya dihargai dan diperhatikan oleh mitra tutur. Tuturan „Kasih kami

alasan yang kuat untuk bisa bikin kamu tetap berada di kompetisi ini!‟

menjadi penanda lingual kesantunan positif yang dapat ditandai dengan frasa

„kasih kami alasan‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Dengan

memberikan perhatian pada pendapat dan keinginan mitra tutur, maka hal ini

dapat berfungsi untuk mengurangi tindak pengancaman muka positif mitra tutur,

serta mendekatkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

Tabel 2

Data Strategi Kesantunan Negatif dan Kesantunan Positif Juri dalam Acara II ke-

7, MCI ke-2, IMB3

No. Jenis Strategi Penanda Acara Nomor Jumlah

Kesantunan data

1. Kesantunan Strategi 1: -kalimat tanya II ke- 20, 28 8

Negatif Menggunakan -kata „tolong‟ 7

Ujaran Tidak -konteks MCI 64, 66,

Langsung (Be -tuturan ke-2 71, 90, Conventionallycommit tosebelum user dan 113, 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

213

Indirect). sesudahnya IMB 3 -

Strategi 2: -pagar berupa II ke- 7, 27, 31 12

Menggunakan frasa „menurut 7

pertanyaan saya‟ atau MCI 59, 118,

dengan partikel „menurut aku‟ ke-2 150

tertentu, pagar -kalimat tanya IMB 3 173, 178,

(question, dengan partikel 183, 192,

hedge). „kan‟ 201, 203 -konteks -tuturan sebelum dan sesudahnya Strategi 3: -frasa „mana II ke- - 6 Bersikap Pesimis, mungkin‟ 7 Melakukan -konteks MCI 101 Secara Hati-Hati, -tuturan ke-2 Tidak Terlalu sebelum dan IMB 3 166, 173, Optimis (be sesudahnya 180, 205, pessimistic). 206 Strategi 4: -frasa „kalau II ke- - 4

Mengurangi boleh‟ 7

Tekanan atau -konteks MCI 126, 138

Daya Ancam -tuturan ke-2

Terhadap Muka sebelum dan IMB 3 169, 173

Mitra Tutur sesudahnya

(minimize the

imposition).

Strategi 5: -kata sapaan II ke- - 7

Memberikan seperti „Mbak‟, 7

Penghormatan „Bapak‟, „Ibu‟ MCI 70, 86,

(give deference). -konteks ke-2 111, 112, commit to -usertuturan 119, 120, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

214

sebelum dan 153

sesudahnya IMB 3 -

Strategi 6: -frasa „minta II ke- 17 10

Meminta Maaf maaf‟ 7

(Apologize) -konteks MCI 57, 79,

-tuturan ke-2 148, 153,

sebelum dan 154, 157,

sesudahnya 158 IMB 3 173, 177 Strategi 7 : -konteks II ke- 8, 16, 31 Memakai Bentuk -tuturan 7 Impersonal sebelum dan MCI 63, 65, (impersonalize S sesudahnya ke-2 66, 97, and H) 98, 128 IMB 3 - Strategi 8: -konteks II ke- - 3 Menyatakan -tuturan 7 tindakan sebelum dan MCI 55, 56, pengancaman sesudahnya ke-2 124 muka sebagai IMB 3 -

aturan yang

bersifat umum

(state the FTA as

a general rule).

Strategi 9: -frasa „luar II ke- 13, 9

Menominalkan biasa‟ 7 29,38,

pernyataan -konteks 44, 47

(nominalize). -tuturan MCI -

sebelum dan ke-2

sesudahnya IMB 3 179, 184,

189, 202 2. Kesantunan Strategi 1commit: to -userkonteks II ke- 35 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

215

positif Memperhatikan -tuturan 7

minat, keinginan, sesudahnya MCI 98

kelakuan, barang- ke-2

barang mitra IMB 3 - tutur.

Strategi 2: -frasa „sangat II ke- 44 5

Melebihkan rasa luar biasa‟ 7

ketertarikan, „bagus sekali‟ MCI - persetujuan, -konteks ke-2 simpati terhadap -tuturan IMB 3 162, 175, mitra tutur. sesudahnya 178, 190 Strategi 3: -sisipan II ke- 4 4 Meningkatkan ungkapan „ya 7 rasa tertarik kan‟ MCI 81, 138, terhadap lawan -konteks ke-2 150 tutur. -tuturan IMB 3 - sebelum dan sesudahnya Strategi 6: -kalimat tanya II ke- 7 1 Menghindari -konteks 7

pertentangan -tuturan MCI -

dengan lawan sebelum dan ke-2

tutur. sesudahnya. IMB 3 -

Strategi 7: -konteks II ke- 13, 15, 4

Mempreposisikan -tuturan 7 57

atau sebelum dan MCI -

menimbulkan sesudahnya ke-2

persepsi sejumlah IMB 3 166

persamaan

penutur dan

lawan tutur. Strategi 8commit: to -userkonteks II ke- - 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

216

Membuat lelucon -tuturan 7

(joke) sebelum dan MCI 154, 173

sesudahnya ke-2

-intonasi IMB 3 -

Strategi 10: -kalimat tanya II ke- - 1

Membuat -konteks 7

penawaran dan -tuturan MCI 91

janji sebelum dan ke-2 sesudahnya IMB 3 - Strategi 11: -kata „pasti‟ II ke- 22, 30, 8 Menunjukkan -frasa „saya 7 32, 34, rasa optimisme yakin‟ 35, 43 -konteks MCI - -tuturan ke-2 sebelum dan IMB 3 161, 198 sesudahnya Strategi 12: -Kata „mari‟, II ke- - 4 Berusaha „yuk‟ 7 melibatkan lawan -konteks MCI 57, 81, tutur dan penutur -tuturan ke-2 101, 112

dalam suatu sebelum dan IMB 3 -

kegiatan tertentu sesudahnya

Strategi 13: -konteks II ke- - 1

Memberikan dan -tuturan 7

meminta alasan sebelum dan MCI 149

sesudahnya ke-2

IMB 3 -

Data kesantunan berbahasa yang diperoleh penulis dari ketiga acara yaitu

II ke-7, MCI ke-2, dan IMB 3 sebanyak 103 dialog yang mengandung strategi commit to user kesantunan berbahasa. Sedangkan jumlah kesantunan berbahasa yang dianalisis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

217

penulis adalah 24 tuturan. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, diketahui

bahwa dari kesepuluh strategi kesantunan negatif yang telah dijabarkan Brown

dan Levinson terdapat sembilan strategi kesantunan negatif yang dipakai dalam

ketiga acara di atas.

Sehubungan dengan data yang diperoleh penulis, dari kelima belas strategi

kesantunan positif ditemukan 13 strategi kesantunan positif yang digunakan pada

ketiga acara tersebut.Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah tindak tutur yang

mengandung strategi kesantunan negatif sebanyak 68 tuturan dan strategi

kesantunan positif sebanyak 35 tuturan. Pada strategi kesantunan negatif, paling

banyak ditemukan adalah strategi yang kedua yaitu sebanyak 12 tuturan. Pada

strategi kesantunan positif, paling banyak ditemukan adalah strategi yang

kesebelas yaitu sebanyak delapan tuturan.

commit to user