Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

KOMODIFIKASI DALAM TAYANGAN TELEVISI (Kajian Terhadap Program 2014)

Oleh:

DIONNI DITYA PERDANA

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Bengkulu

ABSTRACT

Mass media at economi politikcal’s perspektive is an industrion. So the system media work is aimed at profit. One attempt to gain an advantage is add value to become the exchange rate, this is called commodification.This research will look at how the practice of the media to commodification, by taking the Indonesian Idol 2014 television program.

Keywords : Economic Politikal Media, Comodification, Indonesian Idol, Television

PENDAHULUAN swasta menggunakan rasionalitas never Latar Belakang ending cicuit of capital accumulation, yang Media massa saat ini bukan hanya sering digambarkan sebagai M-C-M atau media yang diperuntukkan sebagai ruang money- commodities- more money. publik namun juga media sebagai bentuk Dengan kepemilikan modal maka industri.Dengan pemikiran industri yang keinginan untuk mendapatkan keuntungan mengharapkan profit dalam bisnisnya sebanyak-banyaknya lebih dari sekadar media kerap melupakan tugas dan fungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup utamanya.Terlebih hal tersebut terjadi media. Ketika pekerja berfikiran bahwa pada media massa swasta untuk menjaga mereka melakukan sesuatu yang meraih keberlangsungannya mengharapkan dari keuntungan perusahaan media, dengan pemasukan iklan. berasumsi bahwa sama hal nya media yang Liberalisasi ekonomi yang terjadi akan membayar mereka. dalam industri pertelevisian berakibat pada Pemilik media di mata sebagian mutu tayangan program acara yang jurnalis cenderung dipandang sebagai disajikan kepada publik. Persoalan etika, pribadi yang telah berjasa menanamkan moral, pendidikan dampak kekerasan dan modal dalam jumlah besar sehingga efek psikologis bukan menjadi mereka bisa ikut meraih keuntungan di pertimbangan utama dalam memproduksi dalamnya, dari pada dipandangan sebagai sebuah program televisi, (Syahputra, segelintir pemilik modal yang diberi 2013:44). amanah untuk mengelola kanal frekuensi Televisi sebagai media massa yang publik dengan prinsip kepentingan menggunakan frekuensi publik seharusnya bersama untuk memajukan harkat, lebih bijak dalam menayangkan isi siaran. martabat, dan kualitas demokrasi dalam Namun pada kenyataannya televisi sebagai sebuah negara, (Jauhari,2012:130). industri media kerap memainkan strategi Media massa selalu bersaing untuk “profit oriented” yang dilakukan dengan mendapatkan rating share tertinggi guna cara mengkomodifikasi segala bentuk meraih banyak pemasang iklan dengan tayangan. Ishadi SK (2014, 53), Televisi tarif yang tinggi. Hal tersebut membuat

12

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

media juga berlomba-lomba dalam dijadikan informasi (kehidupan seks artis, mengkomodifikasi tayangan-tayangannya. selingkuh, selebritas, warna kuku madona, Demikianlah watak industri hiburan, liburan pejabat, koleksi spatu penyanyi). sangat jeli memanfaatkan peluang bisnis Sedangkan kecabulan komoditas adalah tanpa terlebih dahulu melakukan riset kondisi ketika apapun dijadikan komoditas khalayak, apakah jenis hiburan seperti itu (mistik, tenaga dalam, jin; betis, bibir, yang dibutuhkan oleh masyarakat. tubuh, pantat; ritual, doa, ibadah, Kesuksesan sebuah program televisi yang selamatan, alat pembentuk tubuh, diukur melalui mekanisme rating dijadikan pelangsing pinggul, pembentuk payudara), jaminan bahwa tayangan serupa dalam (Halim, 2013:51). bentuk layar lebar akan diminati juga oleh Hal tersebut juga terjadi pada penonton, atau sebaliknya, besarnya, tayangan Indonesian Idol yang kerap (Syahputra, 2013:51). keluar dari esensi tayangan pencarian Yang terjadi pada media massa, bakat penyanyi, namun kerap khususnya televisi saat ini yakni ketika menambahkan unsur-unsur sensasional suatu program memiliki kenaikan rating dari pernyataan-pernyataan juri. Terjadi maka televisi lain akan mengadaptasinya banyak bentuk komodifikasi dalam dan membuat program acara yang tayangan tersebut mulai dari konten, menyerupai agar dapat juga menarik audiens, pekerja, immanent hingga penonton guna meningkatkan rating. eksternalizing commodification. Hal ini menunjukan bahwa motif Acara yang mengadopsi dari ekonomi lebih dominan dari pada motif tayangan luar negeri, American Idol, bagus memberi hiburan yang mendidik dan secara esensi, namun sayang justru kerap berkualitas terhadap publik, apalagi memunculkan intermezo (percakapan juri) menggunakan alasan “inilah industri yang tidak sepantasnya, seperti kata-kata kreatif”, (Syahputra, 2013:56). memaki dan umpatan. Selain itu yang Graeme Burton mengartikan menjadi permasalahan terletak pada (1) interaksi antara media dan khalayak Penonjolan sisi kehidupan personal (2) sebagai hubungan pedagang dan pembeli, Panjangnya durasi acara diisi dengan (Halim, 2013:48).Minat penonton dan materi kurang sesuai dengan format pengiklan Indonesia akan sangat menyanyi. Dikaitkan dengan komodifikasi, menentukan keputusan pembelian lisensi peneliti mencurigai terjadi proses nilai program tersebut, (Syahputra, 47). Konsep guna “aib, lelucon, komentar sensasional, bisnis televisi swasta adalah menawarkan sisi pribadi juri dan peserta” jumlah penonton kepada pemasang iklan ditransformasikan sebagai nilai tukar. melalui penghitungan rating dan share setiap program TV. Di Indonesia analisis Rumusan Masalah hasil rating dan audience share setiap Rabu Yang menjadi permasalahan dalam siang secara otomatis akan menentukan penelitian ini yakni bagaimana bentuk- rate card (tarif iklan per spot 30 detik) bentuk komodifikasi yang terjadi pada sebuah program. Rate card berbeda tidak tayangan Indonesia Idol 2014? hanya pada jam tertentu, namun juga mata acara tertentu, (Ishadi, 2014:50-53). Teori Ekonomi Politik Media Sehingga yang terjadi saat ini adalah Ekonomi politik mengedepankan pengkomodifikasian setiap sisi dari sama pentingnya antara ide dengan tayangan. Tayangan dibentuk menjadi pengamatan empiris. Filosofi ini melihat spektakuler, dan kerap sensasional demi bahwa baik ekonomi (uang mengontrol menarik perhatian masyarakat penonton. media) maupun budaya (nilai dari Jean Baudrilard menyebut kecabulan masyarakat membentuk media) informasi yakni kondisi ketika apapun mengandung kunci untuk memahami

13

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

tentang komunikasi, (Mosco, Komodifikasi 2009:155).Asumsi sederhana dari Komodifikasi mengacu pada proses perspektif ekonomi politik media adalah mengubah nilai guna menjadi nilai tukar, bahwa isi media lebih diatur oleh mengubah produk yang nilainya kekuatan-kekuatan ekonomi media, ditentukan oleh kemampuan mereka untuk (Harahap, 2014:4). memenuhi individu dan kebutuhan sosial Dengan adanya perbedaan kelas ke dalam produk yang nilainya ditentukan antara pemilik modal dan pekerja akan oleh harga pasar mereka, (Mosco, menimbulkan adanya usaha dari pemilik 2009:132).Komodifikasi biasa diartikan modal untuk menerapkan “profit oriented” sebagai kegiatan pengelola media dalam dalam sistem kerja yang membuat pekerja memperlakukan pesan sebagai komoditas ditekan untuk meraih keuntungan yang bisa menyenangkan khalayak, sebanyak-banyaknya. mengundang para pemasang pengiklan, Ekonomi politik media melibatkan dan memperpanjang bisnis media, (Halim, tiga komponen penting yakni pemilik 2013:50). sarana produksi kapitalis (pemilik modal); Dengan kata lain informasi yang dominasi pemikiran (hegemoni); dan ditayangkan oleh media massa bukan upaya mempertahankan ketidaksetaraan semata-mata diberikan sebagai informasi antara kelas penguasa dan kelas tertindas. murni namun dipertukarkan dengan tingkat Ekonomi politik media adalah perspektif keterbacaan khalayak yang dengan tentang kekuasaan pemilik modal dan tingginya perhatian khalayak akan politik sebagai basis ekonomi dan ideologi menjadikan rating share suatu acara industri media dalam memenuhi kebutuhan meningkat. Sehingga tak heran kemudian dan kepuasan masyarakat, yang ditandai apa yang ditampilkan dibungkus dengan kompromi kepada pasar melalui produk- komodifikasi dalam setiap sisi. Hal produk “budaya” komersial, (Halim, tersebut juga berbanding lurus dengan 2013:42). perolehan iklan yang didapatkan media Dalam konteks Peter Golding dan massa tersebut. Graham Murdock (Currant & Gurevitch Komodifikasi menghilangkan 1991:15-18), perspektif ekonomi politik produk dari konteks sosial yang lebih komunikasi massa dibedakan menjadi dua bermakna menjadi sesuatu yang lebih macam yakni 1)Perspektif ekonomi politik bermanfaat dalam segi bisnis dan ideologi liberal berpusat pada isu proses pertukaran nilai “pasar bebas”. Keberadaan pasar dimana individu sebagai konsumen komodifikasi sebagai kegiatan produksi mempunyai kebebasan untuk memilih dan distribusi komoditas yang lebih komoditas-komoditas yang sedang mempertimbangkan daya tarik, agar bisa berkompetisi berdasarkan manfaat dan dipuja oleh orang sebanyak-banyaknya, kepuasan yang ditawarkannya. (Halim, 2013:46-47). Journalism market 2)Perspektif ekonomi politik kritis dalam hal ini bahwa terjadinya jual beli mengikuti marx untuk memberikan yang dimaksud adalah isi media atau perhatian kepada pengorganisasian content tampilan dari media yang di jual properti dan produksi pada industri budaya ke pasar, (Harahap, 2013:6). atau pun industri lainnya, (Harahap, Media massa digambarkan sebagai 2014:51-52). sebuah bisnis yang mencoba meraih Dengan perspektif ekonomi liberal mencari keuntungandari program acara maka adanya persaingan di media massa yang dianggap sebagai barang dagangan. dalam menarik konsume (khalayak Sehingga unsur sensasional kerap muncul penonton) sebanyak-banyaknya, dengan sebagai penyedap yang menarik perhatian. cara mengkomodifikasi setiap hal dalam Komodifikasi dibedakan menjadi beberapa tayangannya. bentuk yakni sebagai berikut:

14

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

The Commodification of Content Proses komodifikasi menyeluruh Proses komodifikasi dalam mengintegrasikan industri media ke dalam komunikasi melibatkan transformasi pesan ekonomi kapitalis tidak hanya dengan menjadi produk berharga, (Mosco, menciptakan produk ideologis tetapi 2009:133). Sehingga dalam tayangan dengan memproduksi khalayak secara pesan akan dibungkus sesuai dengan selera massal secara demografis yang pasar agar dapat bersaing. Komodifikasi diperuntukkan bagi pemasang iklan, dalam hal konten kerap membumbui pesan (Mosco, 2009:137). dengan hal-hal sensasional yang menarik perhatian, meskipun kadang diluar esensi The Commodification of Labor suatu siaran acara. Braverman (1974), dalam proses Mosco (2009:135), Setiap langkah komodifikasi, pemodal secara terpisah menuju digitalisasi televisi telah bertindak hanya sebatas konsepsi dan menyempurnakan komodifikasi konten. terpisah dari eksekusi. Mereka juga Televisi kabel awal meningkatkan sistem memosisikan diri dalam kelas manajerial siaran berkomodifikasi dengan tagihan per dan dapat mewakili kepentingannya. bulan untuk satu set saluran.Kemajuan ini Akhirnya, pemodal merekonstitusi proses telah dibantu oleh hukum kekayaan kerja agar sesuai dengan keinginan intelektual yang memungkinkan pemilik mereka, (Mosco, 2009:139). konten untuk mengontrol penggunaan Dengan perbedaan kelas antara konten dan bahkan format konten yang pekerja dan pemilik modal, pekerja kerap dikirimkan. American Idol memperoleh hanya menajdi robot yang mengikuti rule- keuntungan dengan perizinan program rule yang diciptakan pemilik modal untuk untuk perusahaan di negara lain yang kepentingan profit bisnisnya. Pekerja memproduksi acara yang sama, misalnya dituntut untuk menampilkan sesuatu yang Canadian Idol (Baltruschat, 2008). dapat melariskan suatu program acara. Keberhasilan meraih rating suatu acara akan ditiru, dimodifikasi oleh media lainnya. Seperti halnya di Indonesia, acara Immanent Commodification pencarian bakan yang diadopsi dari luar Komoditas memproduksi atau negeri dapat dikatakan laku dipasaran, menghasilkan komoditas baru atau tentu dengan kemasan yang sesuai dengan komoditas imanen dan bagaimana selera penonton Indonesia. komoditas baru diproduksi melalui asosiasi diantara beragam komoditas yang berbeda. Pembahasan dimulai dengan The Audience Commodity khalayak sebagai komoditas, (Mosco, Dallas Smythe (1977) media massa 2009:141). Ketika pekerja berhasil merupakan suatu proses yang melihat membungkus suatu acara yang laris, perusahaan media memproduksi khalayak khalayak menjadi penikmat konten yang dan memberikan mereka kepada telah dikomodifikasi, kemudian hasil dari pengiklan, (Mosco, 2009:136). Dikatakan hal tersebut memunculkan rating yang demikian yakni bahwa perilaku media bagus, rating tersebut digunakan sebagai massa yang melihat rating share yang pemanggil iklan bagi tayangan tersebut. digapai menjadi standar dalam menarik Rating adalah komoditas yang iklan dalam suatu program acara yang diproduksi oleh komoditas lain. Disebut ditonton oleh masyarakat. Artinya sebagai imanen karena salah satu masyarakat tak semata-mata menjadi komoditas menimbulkan secara langsung audiens namun juga sebagai labor yang komoditas yang lain.Rating tersebut oleh digunakan dalam menarik pengiklan. industri dijual kepada pengiklan.disebut imanen karena hasil dari produksi

15

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

informasi adalah produksi komoditas baru. berlangsung setiap jumatnya. Dari lima Rating diproduksi sebagai unsur penting kota tersebut disaring 97 kontestan, dalam komodifikasi konten dan khalayak kemudian disaring lagi menjadi 41 dalam industri. Kondisi ini membuat kontestan, kemudian menjadi 27 kontestan layanan rating menjadi penting, bukan hingga mendapatkan 15 kontestan yang karena mereka komoditas media, tetapi akan masuk ke babak “Top 15”. Kelima karena rating merepresentasikan tahapan belas kontestan tersebut, 7 diantaranya lanjut dalam proses komodifikasi, (Mosco, merupakan yang mendapatkan hasil voting 2009:142). tertinggi, kemudian 4 kontestan merupakan pilihan dari 4 juri, dan 4 lagi Externalizing Commodification merupakan kontestan yang mendapatkan Proses komodifikasi diperluas ke ‘wildcard’. Keempat peserta tersebut akan area intitusional yang bukan saja media diambil 2 orang yang mendapat voting dan telekomunikasi tetapi juga pendidikan, tertinggi. museum, taman bermain, perpustakaan, Tayangan Top 15 dimulai pada 14 dan sebagainya, (Mosco, 2009:143). Februari 2014 dengan mengeleminasi 2 Externalizing commodification merupakan orang, kemudian dilanjutkan Top 13 bentuk lain komodifikasi yang tercipta dan hingga Top 3, dan kemudian Grand Final merupakan rangkaian atau hasil dari dan setelah itu juga masih ditayangkan komodifikasi konten, audiens, dan pekerja. babak “Result dan Reunion”. Menurut Veblen berdasarkan ilmu antropologi proses komodifikasi Cara Mendukung Kontestan (Votes): merupakan transformasi sosial yang 1. Melalui SMS (Short Message Servics) dinamis dari pertumbuhan kapitalisme. yakni dengan mengetik “nama peserta” Ekonomi politik pada dasarnya mengakui dan mengirimkan ke nomer 9288 bahwa proses komodifikasi melibatkan 2. Melalui line telepon dengan praktek ritual sehari-hari yang dapat menghubungi 08061-diikuti nomor urut berfungsi mengencangkan atau tampil peserta. melonggarkan ikatan sosial. Sedangkan 3. Melalui Twitter dengan masuk ke Baudrillard (1981) melihat transformasi https://vote.indonesianidol.com/vote, dari nilai tukar dan produksi barang kemudian membeli paket votes seharga menjadi produksi kode dan hegemoni Rp 10.000 untuk 5 suara, Rp 20.000 makna dari tanda, (Mosco, 2009:147). untuk 10 suara, Rp 38.000 untuk 20 suara, Rp 95.000 untuk 50 suara dan Rp Indonesian Idol 186.000 untuk 100 suara. Pembelian Indonesian Idol merupakan suatu paket voting Twitter ini bisa dilakukan ajang pencarian bakat yang diadopsi dengan menggunakan kartu kredit atau dari Pop Idol. Indonesian Idol pertama kali bisa juga menggunakan metode ditayangkan pada tahun 2004 di stasiun pembayaran lainnya seperti ATM, Alfa televisi swasta RCTI. Tahun 2014 Group, dan DOKU wallet. merupakan Indonesian Idol sesi kedelapan yang mulai ditayangkan setiap jumat pukul 20.00 WIB mulai 27 Desember 2013.

Tahapan Seleksi: Audisi Indonesian Idol diadakan di 5 kota yakni Bandung, Yogyakarta, Surabya, Medan dan . Tayangan audisi mulai disiarkan pada Jumat 27 Desember 2013 pukul 20.00 WIB di RCTI, dan

16

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

Prestasi: yakni Ahmad Dhani adalah “banjingan Indonesian Idol kamu!” dengan menunjuk sementara juri memenangkan Panasonic Awards untuk lain memberikan standing applause sambil kategori Music & Variety Show tertawa, begitupun dengan penonton dan Terbaik selama 2 tahun berturut-turut peserta. Setelah mencaci, juri Indonesian (2005 dan 2006). Idol 2014 tersebut melanjutkan dengan mencela “lagunya Anang kok bisa enak”. Sponsor: Cacian dan celaan menjadi bagian yang Indonesian Idol 2014 disponsori oleh kerpak difokuskan dalam tayangan Evercoss, Tango, Sunsilk, Wardah, ABC Indonesian Idol 2014. White Coffee, Coolant, WeChat, Tidak hanya itu perbincangan antara FreshCare, Hatari, Honda, Adem Sari, juri juga kerap berbau seksual, hal tersebut Elite, starharvest-academy.com, dan ketika dalam suatu episode berkaitan lainnya. dengan goyangan yang diindikasikan konotatif. Seperti pada episode pada 18 April 2014 yakni Spectakuler Show 9, PEMBAHASAN salah satu peserta, Virzha, menyanyikan The Commodification Of Content Yang lagu “Satu Jam Saja”. Ketika memberikan Terjadi Pada Tayangan Indonesian Idol penjurian, terjadi pernyataan-pernyataan Tayangan Indonesian Idol konotatif yang menjurus ke arah seksual. memainkan komodifikasi konten dalam Seperti “mba Titi, kalo buat mba Titi satu banyak jenis yakni mulai dari jam itu cukup gak? Kalo buat saya agak menampilkan hal dibelakang layar dari terlalu lama”, “makanya bagaimana peserta, menampilkan statement-statement merasakan goyanganku tanya Ashanty” kontroversial dan sensasional, selain itu goyangan dalam konteks tersebut juga menampilkan goyangan peserta yang bermakna konotatif. Serta kalimat dianggap unik dan berbeda serta juga sarkasme seperti “jancuk”, sedangkan kerap menyinggung gosip rumah tangga komentar terkait kualitas peserta juri. disampingkan. Proses komodifikasi dalam Konten lain yang dijual yakni komunikasi melibatkan transformasi pesan penamaan suatu gerakan yang tidak biasa menjadi produk berharga, (Mosco, yang dilakukan oleh suatu peserta sebagai 2009:133). Pesan yang ditampilkan dalam “goyang ngangkang” juga bentuk dari bentuk konten merupakan keseluruhan penyampaian pesan yang dikomodifikasi. tampilan dari tayangan tersebut. Komentar yang kerap dikeluarkan oleh juri acap kali berbau sensasional, hal tersebut terlihat dari seringnya dalam setiap episode Ahmad Dhani menyinggung hubungan rumah tangga juri lainnya seperti Anang

Hermansyah, dan begitu pun sebaliknya. Bukan hanya gosip rumah tangga, Ahmad Dhani kerap melontarkan kata-kata kasar seperti ‘bajingan’, ‘bangsat’ atau pun ‘kurang ajar’. Seperti pada episode spektakuler show 8 pada 11 April 2014, dimana salah satu peserta, Virzha, menyanyikan lagu “Aku Lelakimu” kemudian komentar Goyang ngangkang Virzha dan komentar pertama yang keluar dari salah satu juri sensasional Ahmad Dhani

17

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

Halim (2013:51), Sensasional yakni singkat terhadap orang tua peserta maupun informasi-informasi yang ditandai dengan penggemarnya. Seperti di episode Grand tema-tema tentang kehidupan seputar artis Final, Indonesian Idol menampilkan salah dan selebritas, mistk atau takhayul, serba- seorang penggemar peserta yang berasal serbi seks, remeh temeh yang dilakukan dari Saudi Arabia yang menyampaikan politisi atau pejabat.Spektakuler: rasa ketertarikannya terhadap peserta dibangkitkan, diprovokasi, dan ditata dengan menggunakan bahasa Arab yang menjadi citra, imaji, tanda, dan model- kemudian dikesankan bahwa animo model yang dapat dikonsumsi (Baudrilard, masyarakat untuk menonton Indonesian 1998:191). Idol hingga luar negeri. Hal-hal yang spektakuler dan Dalam hal ini konten Indonesian Idol sensasional merupakan kemasan yang bukan hanya yang tayang di RCTI secara mudah mencuri perhatian masyarakat. live namun juga konten-konten yang Sehingga tayangan reality show atau disiarkan kembali via YouTube. Konten- pencarian bakat bernyanyi tidak sekedar konten Indonesian Idol via YouTube tayangan menyanyi saja namun juga lebih berisikan tayangan ulang, dan bahkan didominasi oleh hal-hal yang tayangan khusus seperti behind the scene dikomodifikasikan, dibuat sensasi dan para peserta selama seminggu diluar spektakuler dengan tata panggung dan panggung. Atau sekedar statement- penampilan mewah dan gelamor yang statement peserta mengenai suatu topik menarik pandangan khalayak. Seperti tertentu, seperti salah satu konten yang ada diketahui bahwa durasi peserta menyanyi di page YouTube Indonesian Idol, “apa sekitar 4-3 menit per peserta, dan tanggapan Virzha ketika dibilang cantik?”. pecakapan ketika juri mengkomentatr dapat hampir sama. Selain itu di tayangan Final Indonesian Idol 2014 terjadi politisasi konten dimana salah satu calon presiden tiba-tiba hadir untuk memberikan penghargaan kepada juara Indonesian Idol 2014. Seperti dikutip dari salah satu media online lihat.co.id “Yang mengejutkan adalah munculnya salah satu peserta Capres 2014, . Tendensi beraroma politis pun mulai menyelimuti kemenangan Nowela”. Sesuai dengan esensinya maka komodifikasi konten yang ada di Indonesia Idol telah menunjukan suatu pengemasan pesan yang dibentuk mengikuti selera pasar agar menarik penonton dan meningkatkan rating share dari Indonesian Idol.

The Audience Commodity Yang Terjadi Pada Tayangan Indonesian Idol Istilah ‘audiens media’ berlaku Hal menarik dari bentuk universal dan secara sederhana dapat komodifikasi konten, dalam diartikan sebagai sekumpulan orang yang penayangannya Indonesian Idol 2014, menjadi pembaca, pendengar, pemirsa kerap menampilkan suatu wawancara berbagai media atau komponen isinya,

18

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

(McQuail, 2005:201). Dalam Indonesian mencela (misalkan kemampuan bahasa Idol audiens disebutkan untuk mereka Inggris juri lainnya, kehidupan pribadi, yang menonton televisi maupun yang dan lainnya) dan mengeluarkan kata-kata mengaksesnya melalui YouTube. yang sensasional sehingga melekat Konsep ‘audiens sebagai pasar’ dipikiran khalayak. merupakan komoditi atau jasa yang Pernyataan salah satu juri Indonesian ditawarkan untuk dijual kepada Idol 2014, Tantri Kotak berkaitan dengan sekumpulan konsumen tertentu yang job description, dikutip dari media online potensial, yang bersaing dengan produk lihat.co.id, “Kadang kita di-brief oleh team media lainnya. Audiens dipandang creative untuk jangan setengah-setengah memiliki signifikansi rangkap bagi media, kalau memberikan komentar, karena buat sebagai perangkat calon konsumen produk acara menjadi menarik memang kadang dan sebagai audiens jenis tertentu, yang dituntut seperti itu,". merupakan sumber pendapatan media Peserta/ finalis Indonesian Idol penting lainnya. Dengan demikian pasar merupakan bagian dari pekerja dalam bagi produk media juga mungkin tayangan tersebut. Peserta disela komersial merupakan pasar bagi produk lainnya, break, kerap tampil untuk mengiklankan (McQuail, 2005:205). suatu produk yang mensponsori mereka. Dengan tingginya tingkat rating Tentu adanya kesepakatan dan persuasi share yang didapatkan oleh tayangan bahwa ketika produk yang diiklankan Indonesian Idol 2014 di RCTI dan langsung akan lebih menarik perhatian keberhasilan Indonesian Idol 2014 penonton. mendapatkan Tranding Topic World Wide, akan memudahkan untuk meraih iklan dan Immanent Commodification Yang menerapkan tarif iklan yang tinggi sesuai Terjadi Pada Tayangan Indonesian Idol dengan ratingnya. Audiens dalam hal ini Bentuk komodifikasi yang terjadi dipekerjakan/ dikomodifikasi/ akibat dari komodifikasi konten, audiens dimanfaatkan untuk meraih keuntungan dan pekerja seperti yang dijelaskan diatas lainnya bagi media. Sehingga dapat yakni komodifikasi imanen dalam bentuk dikatakan bahwa audiens tidak semata- Tranding Topic World Wide dan Rating mata menikmati tayangan secara gratis. Share acara Indonesian Idol. Tranding Topic World Wide (TTWW) yang diketahui ketika suatu acara berlangsung The Commodification Of Labor Yang melalui tingkat kepopuleran dalam jejaring Terjadi Pada Tayangan Indonesian Idol sosial dan rating share didapat dari Dari aspek ekonomi, media massa tingkatan penonton yang dilakukan A.C. merupakan institusi bisnis yang dibentuk Nielsen. dengan tujuan untuk mendapatkan Keberhasilan Indonesian Idol untuk keuntungan secara material bagi mendapatkan Tranding Topic World Wide pendirinya, (Sunarto, 2009:14). Dengan (TTWW) dan Rating Share merupakan perbedaan posisi antara kelas pemilik bagian dari kerja audiens yang modal dan pekerja, maka pekerja dituntun menyaksikan acara tersebut. Dengan untuk menjadikan suatu program acara keberhasilan mendapatkanTranding Topic menuai keuntungan. World Wide (TTWW) dan Rating Share Juri, peserta, penonton yang ada di maka secara langsung berbanding lurus studio dan pembawa acara dalam dengan harga iklan yang diterapkan. Indonesian Idol merupakan pekerja yang Dikutip dari salah satu media online dikomodifikasikan untuk menampilkan hal tabloidbintang.com bahwa pada Jumat, sensasional dan spektakuler. Juri (31/1),Berdasarkan data kepemirsaan, bangunkan suatu citra yang kerap saling versi ABC,Indonesian Idol, menempati

19

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

posisi 1 dengan rating 4,6 dan share 23,7. yang mendistorsi peran sosial media, Dengan tingginya perolehan rating dan (Iswandi, 2013:43). Sebagai sebuah penayangan pada jam-jam prime time akan institusi bisnis murni, televisi swasta menaikkan tarif iklan yang diberlakukakan beroperasi berdasarkan the primacy of pada acara tersebut. Data menyebutkan economic goals, (Ishadi, 2014:50). tarif iklan yang berlaku versi 2012 yakni Semua hal yang ditampilkan atau pada jam 17.00-21.00, sekitar 12 juta diproduksi media bertujuan pada rupiah hingga 14 juta rupiah per 30 detik. keuntungan material yang menjadikan Dan pada jam 21.00-00.00, sekitar tujuh media tak ubahnya seperti bisnis lainnya juta rupiah hingga sembilan juta lima ratus tanpa mengindahkan fungsi sebenarnya ribu rupiah per 30 detik, dari keberadaan media ditengah (https://www.facebook.com/permalink.php masyarakat. ?id=147793821935808&story_fbid=38333 9895047865). Penayangan Indonesian Idol 2014 PENUTUP yang berdurasi 180 menit dengan jedah Kesimpulan iklan pada setiap segmen dapat mencapat Dalam tayangan Indonesian Idol 10 menit, maka dapat diperkirakan waktu 2014 disimpulkan bahwa terdapat banyak penayangan iklan sekitar 60 menit (3600 bentuk komodifikasi diantaranya: detik). Jika setiap 30 detik Indonesian Idol  Komodifikasi konten yang terjadi di meraih 7 juta rupiah, maka dalam satu kali Indonesian Idol 2014 ketika acara penayangan dapat diperkirakan meraih 840 dibuat secara spektakuler dalam hal juta rupiah, belum ditambah dengan tampilan yakni tata panggung yang pendapatan iklan running teks, iklan megah, permainan lampu, penampilan bumper, atau iklan di website dan youtube, juri dan peserta yang glamor.Selain itu serta pendapatan dari vote yang diberikan hal sensasional yang ditampilkan untuk peserta. yakni cacian seperti “bajingan”, “jancuk”, dan lainnya serta celaan Externalizing Commodificationyang antar juri maupun pembawa acara. Terjadi Pada Tayangan Indonesian Idol  Komodifikasi pekerja terjadi ketika Tidak sebatas komodifikasi dalam juri, peserta, penonton di studio dan cakupan media, externalizing pembawa acara dituntut untuk commodification merupakan bentuk dari memainkan peran dengan citra komodifikasi diluar dari hal tersebut. tertentu yang bertujuan untuk menarik Yakni ketika khalayak penonton menjadi audiens dengan suatu hal yang tidak peserta voting dengan mengirimkan pesan biasa atau kontroversial. singkat, menelpon atau pun via Twitter  Komodifikasi audiens terjadi ketika dengan membayar sejumlah nominal audiens Indonesian Idol 2014 menjadi tertentu untuk suara yang diberikan kepada pekerja agar mendapatkan rating share peserta Indonesian Idol. Namun adanya yang tinggi dan Tranding Topic World keraguan atas voting yang dilakukan oleh Wide. banyak reality show karena tidak  Komodifikasi imanen yakni hasil dari menampilkan data detail vote yang Tranding Topic World Wide (TTWW) didapatkan, dikutip dari media online dan rating share tersebut menggiring lihat.co.id, “Voting sms dan telepon pengiklan untuk beriklan sekaligus hanyalah bagian lain untuk mengeruk meninggikan tarif per slotnya sesuai keuntungan finansial”. rating yang dicapai. Dengan demikian maka tak  Externalizing commodification terjadi berlebihan jika dikatakan bahwa, televisi ketika khalayak membayar sejumlah beralih fungsi menjadi institusi ekonomi nominal untuk mengirimkan suara

20

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017

mendukung peserta yakni melalui Ishadi, SK. 2014. Media dan Kekuasaan. SMS, Telepon, dan Twitter. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara Sehingga dapat disimpulkan bahwa Jauhari, Haris (ed.). 2012. Jurnalisme komodifikasi dalam tayangan Indonesia Televisi Indonesia: Tinjauan Luar Idol dilakukan secara menyeluruh. Dalam. Jakarta: KPG (Kepustakaan Komodifikasi tersebut menunjukkan Populer Gramedia) bahwa adanya persaingan untuk McQuail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi mendapatkan keuntungan/ profit agar Massa. Jakarta : PT. Erlangga mendapatkan tingkat kepenontonan Mosco, Vincent. 2009. The Political khalayak yang tinggi. Indonesian Idol Economi of Communication. Sage diibaratkan sebagai barang dagangan yang Publication, London. harus menarik khalayak dan laku untuk Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan, dan dipasarkan. Perempuan. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara Syahputra, Iswandi. 2013. Rezim Media. DAFTAR PUSTAKA PT. Gramedia Pustaka Utama, Halim, Syaiful. Postkomodifikasi Media. Jakarta. Yogyakarta : Jalasutra Harahap, Machyudin Agung. 2013. Kapitalisme Media. Yogyakarta : Aura Pustaka

21