KOMODIFIKASI DALAM TAYANGAN TELEVISI (Kajian Terhadap Program Indonesian Idol 2014)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017 KOMODIFIKASI DALAM TAYANGAN TELEVISI (Kajian Terhadap Program Indonesian Idol 2014) Oleh: DIONNI DITYA PERDANA Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Bengkulu ABSTRACT Mass media at economi politikcal’s perspektive is an industrion. So the system media work is aimed at profit. One attempt to gain an advantage is add value to become the exchange rate, this is called commodification.This research will look at how the practice of the media to commodification, by taking the Indonesian Idol 2014 television program. Keywords : Economic Politikal Media, Comodification, Indonesian Idol, Television PENDAHULUAN swasta menggunakan rasionalitas never Latar Belakang ending cicuit of capital accumulation, yang Media massa saat ini bukan hanya sering digambarkan sebagai M-C-M atau media yang diperuntukkan sebagai ruang money- commodities- more money. publik namun juga media sebagai bentuk Dengan kepemilikan modal maka industri.Dengan pemikiran industri yang keinginan untuk mendapatkan keuntungan mengharapkan profit dalam bisnisnya sebanyak-banyaknya lebih dari sekadar media kerap melupakan tugas dan fungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup utamanya.Terlebih hal tersebut terjadi media. Ketika pekerja berfikiran bahwa pada media massa swasta untuk menjaga mereka melakukan sesuatu yang meraih keberlangsungannya mengharapkan dari keuntungan perusahaan media, dengan pemasukan iklan. berasumsi bahwa sama hal nya media yang Liberalisasi ekonomi yang terjadi akan membayar mereka. dalam industri pertelevisian berakibat pada Pemilik media di mata sebagian mutu tayangan program acara yang jurnalis cenderung dipandang sebagai disajikan kepada publik. Persoalan etika, pribadi yang telah berjasa menanamkan moral, pendidikan dampak kekerasan dan modal dalam jumlah besar sehingga efek psikologis bukan menjadi mereka bisa ikut meraih keuntungan di pertimbangan utama dalam memproduksi dalamnya, dari pada dipandangan sebagai sebuah program televisi, (Syahputra, segelintir pemilik modal yang diberi 2013:44). amanah untuk mengelola kanal frekuensi Televisi sebagai media massa yang publik dengan prinsip kepentingan menggunakan frekuensi publik seharusnya bersama untuk memajukan harkat, lebih bijak dalam menayangkan isi siaran. martabat, dan kualitas demokrasi dalam Namun pada kenyataannya televisi sebagai sebuah negara, (Jauhari,2012:130). industri media kerap memainkan strategi Media massa selalu bersaing untuk “profit oriented” yang dilakukan dengan mendapatkan rating share tertinggi guna cara mengkomodifikasi segala bentuk meraih banyak pemasang iklan dengan tayangan. Ishadi SK (2014, 53), Televisi tarif yang tinggi. Hal tersebut membuat 12 Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017 media juga berlomba-lomba dalam dijadikan informasi (kehidupan seks artis, mengkomodifikasi tayangan-tayangannya. selingkuh, selebritas, warna kuku madona, Demikianlah watak industri hiburan, liburan pejabat, koleksi spatu penyanyi). sangat jeli memanfaatkan peluang bisnis Sedangkan kecabulan komoditas adalah tanpa terlebih dahulu melakukan riset kondisi ketika apapun dijadikan komoditas khalayak, apakah jenis hiburan seperti itu (mistik, tenaga dalam, jin; betis, bibir, yang dibutuhkan oleh masyarakat. tubuh, pantat; ritual, doa, ibadah, Kesuksesan sebuah program televisi yang selamatan, alat pembentuk tubuh, diukur melalui mekanisme rating dijadikan pelangsing pinggul, pembentuk payudara), jaminan bahwa tayangan serupa dalam (Halim, 2013:51). bentuk layar lebar akan diminati juga oleh Hal tersebut juga terjadi pada penonton, atau sebaliknya, besarnya, tayangan Indonesian Idol yang kerap (Syahputra, 2013:51). keluar dari esensi tayangan pencarian Yang terjadi pada media massa, bakat penyanyi, namun kerap khususnya televisi saat ini yakni ketika menambahkan unsur-unsur sensasional suatu program memiliki kenaikan rating dari pernyataan-pernyataan juri. Terjadi maka televisi lain akan mengadaptasinya banyak bentuk komodifikasi dalam dan membuat program acara yang tayangan tersebut mulai dari konten, menyerupai agar dapat juga menarik audiens, pekerja, immanent hingga penonton guna meningkatkan rating. eksternalizing commodification. Hal ini menunjukan bahwa motif Acara yang mengadopsi dari ekonomi lebih dominan dari pada motif tayangan luar negeri, American Idol, bagus memberi hiburan yang mendidik dan secara esensi, namun sayang justru kerap berkualitas terhadap publik, apalagi memunculkan intermezo (percakapan juri) menggunakan alasan “inilah industri yang tidak sepantasnya, seperti kata-kata kreatif”, (Syahputra, 2013:56). memaki dan umpatan. Selain itu yang Graeme Burton mengartikan menjadi permasalahan terletak pada (1) interaksi antara media dan khalayak Penonjolan sisi kehidupan personal (2) sebagai hubungan pedagang dan pembeli, Panjangnya durasi acara diisi dengan (Halim, 2013:48).Minat penonton dan materi kurang sesuai dengan format pengiklan Indonesia akan sangat menyanyi. Dikaitkan dengan komodifikasi, menentukan keputusan pembelian lisensi peneliti mencurigai terjadi proses nilai program tersebut, (Syahputra, 47). Konsep guna “aib, lelucon, komentar sensasional, bisnis televisi swasta adalah menawarkan sisi pribadi juri dan peserta” jumlah penonton kepada pemasang iklan ditransformasikan sebagai nilai tukar. melalui penghitungan rating dan share setiap program TV. Di Indonesia analisis Rumusan Masalah hasil rating dan audience share setiap Rabu Yang menjadi permasalahan dalam siang secara otomatis akan menentukan penelitian ini yakni bagaimana bentuk- rate card (tarif iklan per spot 30 detik) bentuk komodifikasi yang terjadi pada sebuah program. Rate card berbeda tidak tayangan Indonesia Idol 2014? hanya pada jam tertentu, namun juga mata acara tertentu, (Ishadi, 2014:50-53). Teori Ekonomi Politik Media Sehingga yang terjadi saat ini adalah Ekonomi politik mengedepankan pengkomodifikasian setiap sisi dari sama pentingnya antara ide dengan tayangan. Tayangan dibentuk menjadi pengamatan empiris. Filosofi ini melihat spektakuler, dan kerap sensasional demi bahwa baik ekonomi (uang mengontrol menarik perhatian masyarakat penonton. media) maupun budaya (nilai dari Jean Baudrilard menyebut kecabulan masyarakat membentuk media) informasi yakni kondisi ketika apapun mengandung kunci untuk memahami 13 Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 1 Juni 2017 tentang komunikasi, (Mosco, Komodifikasi 2009:155).Asumsi sederhana dari Komodifikasi mengacu pada proses perspektif ekonomi politik media adalah mengubah nilai guna menjadi nilai tukar, bahwa isi media lebih diatur oleh mengubah produk yang nilainya kekuatan-kekuatan ekonomi media, ditentukan oleh kemampuan mereka untuk (Harahap, 2014:4). memenuhi individu dan kebutuhan sosial Dengan adanya perbedaan kelas ke dalam produk yang nilainya ditentukan antara pemilik modal dan pekerja akan oleh harga pasar mereka, (Mosco, menimbulkan adanya usaha dari pemilik 2009:132).Komodifikasi biasa diartikan modal untuk menerapkan “profit oriented” sebagai kegiatan pengelola media dalam dalam sistem kerja yang membuat pekerja memperlakukan pesan sebagai komoditas ditekan untuk meraih keuntungan yang bisa menyenangkan khalayak, sebanyak-banyaknya. mengundang para pemasang pengiklan, Ekonomi politik media melibatkan dan memperpanjang bisnis media, (Halim, tiga komponen penting yakni pemilik 2013:50). sarana produksi kapitalis (pemilik modal); Dengan kata lain informasi yang dominasi pemikiran (hegemoni); dan ditayangkan oleh media massa bukan upaya mempertahankan ketidaksetaraan semata-mata diberikan sebagai informasi antara kelas penguasa dan kelas tertindas. murni namun dipertukarkan dengan tingkat Ekonomi politik media adalah perspektif keterbacaan khalayak yang dengan tentang kekuasaan pemilik modal dan tingginya perhatian khalayak akan politik sebagai basis ekonomi dan ideologi menjadikan rating share suatu acara industri media dalam memenuhi kebutuhan meningkat. Sehingga tak heran kemudian dan kepuasan masyarakat, yang ditandai apa yang ditampilkan dibungkus dengan kompromi kepada pasar melalui produk- komodifikasi dalam setiap sisi. Hal produk “budaya” komersial, (Halim, tersebut juga berbanding lurus dengan 2013:42). perolehan iklan yang didapatkan media Dalam konteks Peter Golding dan massa tersebut. Graham Murdock (Currant & Gurevitch Komodifikasi menghilangkan 1991:15-18), perspektif ekonomi politik produk dari konteks sosial yang lebih komunikasi massa dibedakan menjadi dua bermakna menjadi sesuatu yang lebih macam yakni 1)Perspektif ekonomi politik bermanfaat dalam segi bisnis dan ideologi liberal berpusat pada isu proses pertukaran nilai “pasar bebas”. Keberadaan pasar dimana individu sebagai konsumen komodifikasi sebagai kegiatan produksi mempunyai kebebasan untuk memilih dan distribusi komoditas yang lebih komoditas-komoditas yang sedang mempertimbangkan daya tarik, agar bisa berkompetisi berdasarkan manfaat dan dipuja oleh orang sebanyak-banyaknya, kepuasan yang ditawarkannya. (Halim, 2013:46-47). Journalism market 2)Perspektif ekonomi politik kritis dalam hal ini bahwa terjadinya jual beli mengikuti marx untuk memberikan yang dimaksud adalah isi media atau perhatian kepada pengorganisasian content tampilan dari media yang di jual properti dan produksi pada industri budaya ke pasar, (Harahap, 2013:6). atau pun industri lainnya, (Harahap, Media massa digambarkan sebagai 2014:51-52). sebuah bisnis yang mencoba meraih Dengan perspektif ekonomi liberal mencari keuntungandari program acara maka adanya persaingan di media massa yang dianggap sebagai