Pemeliharaan Kehidupan Budaya Kesenian Tradisional Dalam Pembangunan Nasional

Arifninetrirosa

Fakultas Sastra Program Studi Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara

A. Pendahuluan Berbicara masalah budaya dan kebudayaan secara luas, pengertian yang paling dekat yang dapat kita ambil adat kebiassaan dan norma-norma yang berlaku pada suatu masyarakat yang mengatur tata cara dan tata krama dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat dan itu berlaku bagi siapapun yang menjadi anggota masyarakat tersebut secara turun temurun. Jika kita melihat lebih jauh lagi, budaya dan kebudayaan itu bukan hanya adat kebiasaan yang berlaku, akan tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas yang dapat kita tinjau dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja dapat mengarahkan kita kepada pengertian yang lebih tepat, dan mungkin juga dapat membuat kita salah lebih jauh lagi mengartikan menurut arti yang sesungguhnyan. Hal tersebut dijelaskan oleh Koentjaraningrat yang mengutip pendapat dua ahli antropologi yaitu A. L. Kroeber dan C. Kluckhobn, dalam bukunya yang berjudul Culture, A Critical Review of Concept and Definitions (1952) yang menyebutkan sebagai berikut; “Ternyata bahwa ada 179 buah definisi mengenai kebudayaan yang pernah diterbitkan". (1982.99). Begitu banyak orang membuat pengertian dan definisi tentang budaya dan kebudayaan itu dalam arti bahwa pengertian budaya dan kebudayaan tersebut sangat luas, sehingga membuat kita terkadang juga tidak mengerti apa dan bagaimana budaya dan kebudayaan itu yang sebenarnya, hal ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yang mengatakan sebagai berikut; “...untuk menganalisis konsep kebudayaan itu sangat luas ruang lingkupnya". (1982. 100). Lebih jauh dijelaskan bahwa; "...kita harus melakukannya dua dimensi, yaitu dimensi wujud dan dimensi dari kebudayaan tersebut". (1982. 100). Dimensi wujud dari kebudayaan manusia dapat diinventarisir sebagai: 1. Kompleks wujud sebagai gagasan, pikiran manusia untuk sesuatu kebutuhan. 2. Komplek wujud sebagai aktifitas manusia. 3. Komplek wujud sebagai benda-benda.

Dalam mempelajari tentang wujud kebudayaan, ketiga wujud tersebut diatas disebut: 1. Sistim budaya 2. Sistim sosial 3. kebudayaan fisik

Hal ini memberikan gambaran kepada kita tentang wujud dari aktifitas manusia sebagai mahluk hidup yang diberi akal dan fikiran untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohaninya.

1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Jika dilihat dan dianalisa isi dari kebudayaan manusia pada umumnya dalam suatu masyarakat terdiri dari unsur-unsur tersebut berlaku pada umumnya terhadap semua kebudayaan yang ada di seluruh dunia. Unsur-unsur tersebut antara lain: 1. Bahasa 2. Ilmu Pengetahuan 3. Ekonomi 4. Politik 5. Pendidikan 6. Agama den kepercayaan 7. Kesenian

Hal tersebut diatas berlaku untuk semua kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup di atas bumi ini.

B. Kerangka Kebudayaan Apabila kedua dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang sudah dibicarakan pada awal tadi kita kombinasikan ke dalam satu wadah, maka akan terjadi suatu kerangka kebudayaan yang dapat kita pakai sebagai awal analisis dari segala macam gejala kebudayaan yang mungkin dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karena kebudayaan yang hidup bersifat dinamis, yaitu selalu berubah tiap saat, maka penggunaan wadah lingkaran menurut saya akan lebih cocak untuk menggambarkan dinamis itu dari pada wadah yang berpangkal pada suatu matriks. Analisis dimensi satu dari kebudayaan ke dalam tiga wujud, yaitu sistem budaya, sistim sosial, den kebudayaan fisik, kita gambarkan sebagai tiga lingkaran kosentris. Dalam hal itu sistim budaya kita lambangkan sebagai lingkaran yang paling dalam dan inti. Adapun sistim sosial kita kembangkan dengan lingkaran kedua sekitar inti yaitu; sedangkan kebudayaan fisik, kita lambangkan dengan lingkaran yang paling luar dan paling tampak. Analisis dimensi dua dari kebudayaan ke dalam tujuh unsur universal kita gambarkan pada wadah lingkaran, dengan membaginya menjadi tujuh sektor, yang masing-masing melambangkan salah satu dari ke tujuh unsur tersebut. Maka dengan demikian akan terlihat bahwa tiap unsur kebudayaan itu memang dapat mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistim budaya, sistim sosial, dan kebudayaan fisik. Dengan demikian, bahasa misalnya mempunyai kaidah-kaidah tata bahasa, norma-norma ujaran dan aturan- aturan pemakaiannya, yang seluruhnya depat kita sebut sistim budaya dari babasa. Kecuali itu bahasa dapat juga berupa suatu aktivitas, yaitu apabila sekelompok manusia bercakap-cakap dalam interaksi antara mereka, atau berkomunikasi antar kelompok dengan alat-alat telekomunikasi. Namun bahasa juga mempunnyai aspek fisiknya, yaitu peralatan telekomunikasi tersebut, dan terutama apabila bahasa itu sudah berwujud tulisan di atas kertas, di atas lontar, di atas mikrofis, mikrofilm, pada tape, dan sebagainya. Seperti itu juga halnya dengan unsur-unsur lain bahkan subunsur, semuanya mempunyai ke tiga unsur itu. "Hukum" yang merupakan subunsur dalam unsur "organisasi sosial", misalnya juga terdiri dari konsep-konsep, norma-norma, peraturan- peraturan, undang-undang dan sebagainya, yang semuanya termasuk kedalam sistim budayanya. Hukum juga terdiri dari aktivitas-aktivitas seperti peradilan, pendidikan ahli

2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara hukum, upacara pelantikan hakim baru dan sebagainya, yang kesemuanya termasuk kedalam sistim sosialnya. Di samping itu aktivitas hukum juga mempergunakan berbagai macam peralatan, seperti gedung peradilan, jubah para hakim, jaksa, dan pengacara, peralatan persenjataan polisi, gedung penjara, gedung fakultas hukum, dan sebagainya. Ini semua merupakan kedayaan fisik dari hukum.

C. Kebudayaan Sebagai Suatu Sistim Simbol Ada baiknya bilamana diuraikan juga apa yang diartikan oleh penulis dengan istilah kebudayaan". Pembahasan persepsi birokrasi tentang kebudayaan pasti banyak terpengaruh oleh konsep "kebudayaan" terdahulu, sedangkan kita ketahui bahwa dalam ilmu-ilmu sosial konsep dasar ini diartikan bermacam-macam. Penulis sependapat dengan teori ahli terkemuka Talcott Parsons, kebudayaan merupakan suatu sistim menyeluruh yang terdiri dari cara-cara dan aspek-aspek pemberian arti pada laku ujaran, laku ritual,dan berbagai jenis laku atau tindakan lain dari sejumlah manusia yang mengadakan tindakan antara satu dengan yang lain. Unsur terkecil dari sistim ini, yang biasanya dinamakan sistim budaya, adalah simbol sehingga kebudayaan bisa juga ditanggapi sebagai suatu sistim simbol. Suatu simbol sebagaimana diketahui, mempunyai arti bagi orang-orang yang menggunakannya. Suatu sistim budaya biasanya sangat rumit dan di dalamnya terbagi-bagi dalam empat perangkat simbol yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri bagi manusia yang bersangkutan dalam tindakan antar mereka. Keempat perangkat simbol atau perlambang ini adalah simbol konstitutif yang terbentuk sebagai kepercayaan dan biasanya merupakan inti dari agama; simbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan; simbol penilaian moral yang membentuk nilai- nilai dan aturan-aturan serta simbol pengungkapan perasaan atau simbol ekspresif. Tingkah laku atau tindakan tidak dianggap bagian dari sistim budaya, demikian pula halnya dengan motivasi dan sikap. Teknologi juga tidak dianggap merupakan bagian dari sistim budaya, tetapi merupakan pengetahuan tentang teknologi yang dinyatakan dengan penggunaan simbol yang dianggap bagian dari sistim budaya. Kebudayaan yang dikatakan sebagai suatu sistim budaya, sistim berhubungan erat dengan masyarakat yang ditanggapi sebagai suatu sistim sosial yang dibentuk oleh tindakan antar sejumlah manusia, biasanya berjumlah besar. Sistim sosial yang lebih terbatas, seperti birokrasi pemerintah, berhubungan dengan sistim budaya yang juga lebih terbatas.

D. Kebudayaan Sebagai Gaya Hidup Meskipun dalam kenyataan masyarakat kita, seperti juga di birokrasi pemerintah kita, terdapat berbagai sistim budaya, kebanyakan anggota birokrasi pemerintah biasanya cenderung beranggapan bahwa masyarakat kita hanya mewujudkan satu kebudayaan saja, yaitu kebudayaan . Kebudayaan ini ditanggapi sebagai suatu kebudayaan yang tidak begitu terdiferensiasi, sebagai suatu gaya hidup yang telah rnerupakan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dari semua orang Indonesia, sebagai pola kehidupan yang dihargai dan memberikan identitas tersendiri kepada orang Indonesia sebagai satu bangsa, sebagai sesuatu yang harus dipelihara, dipertahankan terhadap pencemaran unsur lain atau unsur budaya asing yang bisa merusak kebudayaan yang sudah ada ini.

3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Melihat banyaknya unsur kebudayaan daerah, yang berasal dari berbagai daerah di kepulauan Indonesia dan banyaknya unpur kebudayaan asing, terutama unsur kebudayaan Amerika dan Jepang, ada juga anggota birokrasi kita yang merasa ragu tentang ada tidaknya kebudayaan nasional, kebudayan Indonesia. Mereka jadi peka sekali pada kehadiran unsur budaya asing dan terkadang merasa tergugah untuk berusaha menolak penyebaran unsur budaya asing yang dianggap mempersukar kebudayaan nasional tumbuh. Sebenarnya apa yang mereka anggap kebudayaan Indonesia, gaya hidup orang Indonesia, dalam kenyataannya adalah kebudayaan masyarakat mereka sendiri di daerah, tradisi budaya yang mereka warisi dari para nenek moyang di daerah asal mereka masing- masing. Apa yang mereka tanggapi dan hedak dipertahankan sebagai kebudayaan Indonesia biasanya adalah gaya hidup, yang mereka peroleh dari orang tua mereka masing-masing. Biasanya mereka tidak begitu mengetahui gaya hidup, atau kebiasaan hidup sehari-hari, dari orang-orang yang berasal dari daerah lain. Kecendrungan demikian terdapat pada anggota birokrasi yang berasal dari masyarakat yang memiliki kebudayaan yang telah sangat berkembang.

E. Pengertian Kebudayaan Sama Dengan Falsafah, Kesusastraan, dan Kesenian Mungkin sekali para anggota birokrasi pemerintah lebih cendrung dan lebih sering menaggapi kebudayaan dalam arti sempit. Menurut pandangan terbatas demikian kebudayaan hanyalah terwujud sebagai falsafah, kesusastraan,dan kesenian. Kebudayaan adalah hasil pemikiran tokoh-tokoh pemikir ulung dimasyarakat kita, tokoh pemikir dimasa lampau, seperti Nuruddin ar-Raniri den Ronggowarsito, maupun tokoh pemikir dalam masa kini, seperti Ki Hajar Dewantoro, Soekarno, Moh. Hatta, Hamka; Moh.Yamin dan lain-lain. Kebudayaan menurut pemikir-pemikir itu adalah karya sastra seperti Negara Kertagama, , Hang Tuah, , hikayat-hikayat, roman-roman Abdul Muis, Takdir Alisjahbana, Nur Sutan Iskandar, dan pantun-pantun, syair-syair, sajak-sajak Amir Hamzah. Chairil Anwar, atau yang lebih baru lagi, Taufik Ismail yang banyak kita ketahui dari pelajaran bahasa dan kesusastraan Indonesia. Serta bentuk-bentuk kesenian seperti Tari Serimpi, Tari Jangger, Tari Piring, Ludruk, Musik Gamelan, keroncong, rebana, dan banyak bentuk tari dan musik yang lainnya. Biasanya bangunan-bangunan arsitektur seperti rumah adat di Toraja, Minangkabau, Tapanuli, dan di Jawa seperti Candi , dan lain-lain juga dianggap sebagai perwujudan kebudayaan. Tentu saja anggota birokrasi pemerintah yang menanggapi kebudayaan sebagai kesesatuan menyeluruh yang besar menangani banyak permasalahan secara berbeda dari pada anggota birokrasi yang menaggapi kebudayaan dalam arti sempit, terbatas pada falsafah, kesusastraan, dan kesenian. Perbedaan persepsi sering mengakibatkan perbedaan dalam membuat keputusan.

F. Pemeliharaan Kebudayaan Nasional Dilihat dari letak geografis negara kita yang terdiri dari 17.000 buah pulau dan mempunyai kawasan terbesar luas di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia dan dua samudera Pasifik dan samudera Atlantik, menyebabkan beraneka ragamnya kebudayaan dari penduduk yang mendiami kepulauan nusantara kita ini. Hal ini merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan dan dibangun sesuai

4 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara dengan perkembangan peradaban dan kemajuan teknologi dewasa ini. Hal ini merupakan perencanaan pembangunan sosial budaya secara terpadu, seperti yang dikemukakan oleh Jujun. S. Suriasumantri yang menyatakan sebagai berikut; “Tolak ukur pembangunan nasional dengan dernikian tidak terpusat kepada besar-besaran ekonomi semata tetapi sekaligus besarbesaran pembangunan sosial budaya...”. (1987.46). Apabila kita kaitkan dengan istilah lepas landas dalam upaya pembangunan nasional, yang diartikan sebagai sifat kemandirian untuk membangun dengan kekuatan sendiri, dengan demikian dilihat dari sisi ini upaya pembangunan menjelang tahap lepas landas adalah mempersiapkan unsur-unsur kehidupan untuk mencapai kemandirian tersebut. Unsur-unsur kehidupan ini pada hakekatnya merupakan unsur-unsur sosial budaya dalam pembangunan nasional yang kita lakukan merupakan salah satu bentuk untuk mewujudkan keinginan yang telah digariskan dalam Unoang-Undang Dasar 1945, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Pembangunan sosial budaya yang dilakukan merupakan pencerminan suatu peradapan atau sistim kebudayaan nasional yang menampung segenap harkat dan kehendak untuk mencapai kemakmuran dan keadilan. Dengan tercapainya keadilan dan kemakmuran dengan sendirinya keinginan dan partisipasi masyarakat untuk melakukan aktifitas pembangunan dalam segala bidang akan terangsang dengan berpedoman kepada tata nilai dan, aturan yang ada dalam masyarakat, yang merupakan bentuk peradaban yang menjunjung nilai-nilai tradisi yang telah ada dan berkembang dalam masyarakat yang berarti juga menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tersebut, yang berarti juga bahwa kebudayaan nasional ikut dibangun dan dijaga kelestariannya. Karena pada hakekatnya kebudayaan nasional itu adalah keseluruhan budaya yang berkembang diseluruh masyarakat yang berakar dari budaya-budaya tradisi dan tersebar diseluruh wilayah nusantara ini, yang menjadi wilayah negara Republik Indonesia.

G. Dua Fungsi dari Kebudayaan Nasional Berdasarkan fungsinya yang berbeda dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia, maka kebudayaan nasional dapat berfungsi: 1. Berfungsi sebagai suatu sistim gagasan dan pralambang yang memberi identitas kepada warga negara Indonesia. 2. Berfungsi sebagai suatu sistim gagasan dan pralambang yang dapat dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang bhineka itu, untuk saling berkomunikasi dan demikian dapat memperkuat solidaritas. Dalam fungsinya yang pertama, suatu unsur kebudayaan dapat menjadi suatu unsur dalam kebudayaan nasional Indonesia apabila unsur itu mempunyai paling sedikit tiga syarat yaitu: 1. Harus merupakan hasil karya warga negara sendiri, atau hasil karya orang-orang zaman dahulu yang berasal dari daerah-daerah yang sekarang merupakan wilayah negara Indonesia. 2. Unsur itu harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang tema pikiran atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia. 3. Harus juga merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang oleh sebanyak mungkin warga negara Indonesia lainnya dinilai sedemikian tingginya sehingga dapat

5 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara menjadi kebanggaan mereka semua, dan dengan demikian mereka mau mengidentitaskan diri dengan unsur kebuyaan itu.

Dalam fungsinya yang kedua, maka unsur kebudayaan dapat menjadi suatu unsur kebudayaan nasional Indonesia apabila unsur itu mempunyai juga paling sedikit tiga syarat. Dua diantaranya sama dengan syarat nomor satu dan dua pada unsur kebudayaan nasional Indonesia dalam fungsinya yang pertama, hanya saja syarat nomor dua menjadi kurang penting, sedangkan syarat nomor tiga bagi unsur kebudayaan nasiona1 Indonesia dalam fungsinya yang kedua berbeda, sehingga dengsn demikian unsur itu harus merupakan hasil karya dan tingkah laku warganegara yang dapat dipahami oleh sebagian besar orang Indonesia yang berasa1 dari kebudayaan suku-suku bangsa, umat agama dan ciri-ciri keturunan ras yang beraneka warna, sehingga dapat menjadi “gagasan kolektif “ dan unsur-unsurnya dapat berfungsi sebagai wahana komunikasi dan alat untuk menumbuhkan saling pengertian di antara aneka warna orang Indonesia, dan karena itu dapat mempertinggi rasa solidaritas bangsa.

H. Kesenian Tradisional Kesenian adalah saIah satu isi dari kebudayaan manusia secara umum, karena dengan berkesenian merupakan cerminan dari suatu bentuk peradapan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan dan cita-cita dengan berpedoman kepada nilai-nilai yang berlaku dan dilakukan dalam bentuk aktifitas berkesenian, sehingga masyarakat mengetahui bentuk keseniannya. Untuk menjaga kesenian-kesenian yang telah mentradisi dalam kehidupan masyarakat, serta untuk melestarikan kesenian tersebut dalam masa pembangunan dan untuk menghadapi tinggal landas pembangunan nasional kita harns menyadari betul-betul bentuk-bentuk kesenian yang telah mengakar budaya ditengah-tengah masyarakat pendukung kesenian tersebut, yang merupakan pencerminan dari budaya nasional bangsa Indonesia. Hal ini perlu kita sadari agar generasi mendatang mengenal bentuk-bentuk kesenian tradisional bangsanya dan mengembangkan kesenian tersebut sesuai dengan aturan dan norma masyarakat bangsa Indonesia, apalagi menjelang abad ke-20 banyak kebijakan-kebijakan politik dan perdagangan dunia yang memungkinkan tidak terjaringnya budaya-budaya dan jenis-jenis kesenian bangsa lain yang tidak sesuai dengan budaya dan kesenian serta nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat bangsa kita, yang dapat merusak generasi yang akan datang terhadap nilai-nilai budaya dan nilai-nilai luhuran kesenian tradisional bangsa kita sendiri. Fungsi dari berbagai bidang kesenian sebagai unsur-unsur kebudayaan nasional yang dapat menimbulkan rasa bangga kepada banyak orang Indonesia memang tidak dapat disangkal lagi. Unsur-unsur kesenian yang ada saat ini disebut "puncak-puncak kebudayaan daerah". Same halnya seperti dalam hal kebudayaan nasional Indonesia dengan fungsinya yang pertama, dalam kebudayaan nasional Indonesia dengan fungsinya yang kedua kesenian juga merupakan unsur yang penting. Bedanya ialah apabila dengan kebudayaan pertama kesenian lebih berorientasi kepada kesenian kuno, klasik, atau daerah maka dengan kebudayaan terakhir kesenian lebih berorientasi kepada kesenian masa kini.

6 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara I. Kesenian Masa Kini Kesenian Indonesia masa kini dapat sangat menonjol dalam seni rupa, kesusastraan dan dalam seni drama termasuk seni film. Ketiga cabang kesenian tersebut memang yang paling kurang terikat kepada nilai-nilai budaya dan adat-istiadat tradisional atau daerah, dan lebih bebas untuk maju pesat dan mencapai mutu yang dapat diterima semua orang dengan berbagai latar belakang kebudayaan suku bangsa yang berbeda, dan dapat dinilai dengan ukuran atau kacamata Internasional. Dengan demikian kemajuan dunia seni rupa, kesusastraan, dan seni drama masa kini, akan merupakan tiga unsur dalam kebudayaan nasional yang disatu pihak dapat memberikan kebanggaan dan identitas kepada seseorang dan dipihak lain dapat pula menjadi alat komunikasi antara setiap orang yang berasal dari beraneka ragam suku bangsa.

J. Penutup

A. Kesimpulan 1. Kebudayaan adalah segala aktifitas manusia untuk mempunyai dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik jasmani maupun rohani. 2. Bentuk-bentuk kebudayaan tersebut adalah: a. Bahasa b. Ilmu pengetahuan c. Ekonomi d. Politik e. Pendidikan f. Agama g. Kesenian 3. Kesenian tradisional merupakan salah satu bentuk ekspresi keinginan masyarakat yang berkembang dan diwujudkan dalam berbagai bentuk dan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat dan dilakukan secara turun-temurun.

B. Saran 1. Kebudayaan bangsa Indonesia yang beraneka ragam merupakan asep nominal kekayaan budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Bentuk pelestarian ini adalah dengan memasukan bentuk-bentuk kesenian tradisional ini dalam kurikulum pendidikan sehingga generasi yang akan datang tidak kehilangan kesenian nenek moyangnya yang merupakan akar budaya nasional. 2. Kesenian tradisional perlu ditumbuh kembangkan dan dijaga kelestariannya sehingga kita dan generasi yang akan datang tidak akan kehilangan budaya tradisional walaupun harus hidup dalam budaya dan alam modern yang serba canggih. 3. Agar dicari suatu bentuk untuk membuat filter terhadap generasi muda supaya tidak terpengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma dan kebiasaan yang ada dan berlaku berkembang dimasyarakat. 4. Kesenian masa kini bisa kita ambil apabila dirasa perlu dan dibutuhkan untuk hal-hal tertentu dan memenuhi kebutuhan tertentu yang dirasa cocok dan tidak menyalahi kaidah-kaidah yang ada, dan dapat memperkaya yang sudah ada, seperti: membuat tari kreasi baru, dan teater kontemprer dan lain-lainnya.

7 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara DAFTAR BACAAN

Adinegoro, “Kritik Atas Kritik", dalam Achdiat Kartamiharja, (ed) Polemik Kebudayaan, hlm.83-89, 1948.

Alfian (Editor), Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan, PT. Gramedia, Jakarta, 1985.

Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia, LP3S, Jakarta, 1980.

Haris, M., The Rise of Antropological Theory: A History of Theoryes of Culture, Thomas Y. Crowell Company, New York, 1970.

Hood, M., The Nuclear Theme As A Determinant of Patet In Javanese Music, J. B. Welters, Groningen, 1954.

Kartamihardja, Achdiat (ed), Polemik Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1948.

Kartomi, M., Matjapat Songs In Central and Weat , Australian National University Press, Canberra, 1973.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Metalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1974.

Malinowski, B., A Scientific Theory of Culture and Other Essays, University of North Carolina Press, Chapel Hill, 1944.

Sadli, M,. Penerapan Teknologi dan Kesempatan Kerja; Pengalaman Indonesia, Prisma No. 3 Tahun 11, Juni, 1987.

Soedjatmoko dkk, Masalah Sosial Budaya Tahun 2000, Sebuah Bunga Rampai, Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta, 1987.

Walijo, I. dan K. Kleden (pewawancara), Dialog Indonesia kini dan Esok, LEPPENAS, Jakarta, 1980.

8 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara