Pemeliharaan Kehidupan Budaya Kesenian Tradisional Dalam Pembangunan Nasional
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Pemeliharaan Kehidupan Budaya Kesenian Tradisional Dalam Pembangunan Nasional Arifninetrirosa Fakultas Sastra Program Studi Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Berbicara masalah budaya dan kebudayaan secara luas, pengertian yang paling dekat yang dapat kita ambil adat kebiassaan dan norma-norma yang berlaku pada suatu masyarakat yang mengatur tata cara dan tata krama dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat dan itu berlaku bagi siapapun yang menjadi anggota masyarakat tersebut secara turun temurun. Jika kita melihat lebih jauh lagi, budaya dan kebudayaan itu bukan hanya adat kebiasaan yang berlaku, akan tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas yang dapat kita tinjau dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja dapat mengarahkan kita kepada pengertian yang lebih tepat, dan mungkin juga dapat membuat kita salah lebih jauh lagi mengartikan menurut arti yang sesungguhnyan. Hal tersebut dijelaskan oleh Koentjaraningrat yang mengutip pendapat dua ahli antropologi yaitu A. L. Kroeber dan C. Kluckhobn, dalam bukunya yang berjudul Culture, A Critical Review of Concept and Definitions (1952) yang menyebutkan sebagai berikut; “Ternyata bahwa ada 179 buah definisi mengenai kebudayaan yang pernah diterbitkan". (1982.99). Begitu banyak orang membuat pengertian dan definisi tentang budaya dan kebudayaan itu dalam arti bahwa pengertian budaya dan kebudayaan tersebut sangat luas, sehingga membuat kita terkadang juga tidak mengerti apa dan bagaimana budaya dan kebudayaan itu yang sebenarnya, hal ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yang mengatakan sebagai berikut; “...untuk menganalisis konsep kebudayaan itu sangat luas ruang lingkupnya". (1982. 100). Lebih jauh dijelaskan bahwa; "...kita harus melakukannya dua dimensi, yaitu dimensi wujud dan dimensi dari kebudayaan tersebut". (1982. 100). Dimensi wujud dari kebudayaan manusia dapat diinventarisir sebagai: 1. Kompleks wujud sebagai gagasan, pikiran manusia untuk sesuatu kebutuhan. 2. Komplek wujud sebagai aktifitas manusia. 3. Komplek wujud sebagai benda-benda. Dalam mempelajari tentang wujud kebudayaan, ketiga wujud tersebut diatas disebut: 1. Sistim budaya 2. Sistim sosial 3. kebudayaan fisik Hal ini memberikan gambaran kepada kita tentang wujud dari aktifitas manusia sebagai mahluk hidup yang diberi akal dan fikiran untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohaninya. 1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Jika dilihat dan dianalisa isi dari kebudayaan manusia pada umumnya dalam suatu masyarakat terdiri dari unsur-unsur tersebut berlaku pada umumnya terhadap semua kebudayaan yang ada di seluruh dunia. Unsur-unsur tersebut antara lain: 1. Bahasa 2. Ilmu Pengetahuan 3. Ekonomi 4. Politik 5. Pendidikan 6. Agama den kepercayaan 7. Kesenian Hal tersebut diatas berlaku untuk semua kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup di atas bumi ini. B. Kerangka Kebudayaan Apabila kedua dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang sudah dibicarakan pada awal tadi kita kombinasikan ke dalam satu wadah, maka akan terjadi suatu kerangka kebudayaan yang dapat kita pakai sebagai awal analisis dari segala macam gejala kebudayaan yang mungkin dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karena kebudayaan yang hidup bersifat dinamis, yaitu selalu berubah tiap saat, maka penggunaan wadah lingkaran menurut saya akan lebih cocak untuk menggambarkan dinamis itu dari pada wadah yang berpangkal pada suatu matriks. Analisis dimensi satu dari kebudayaan ke dalam tiga wujud, yaitu sistem budaya, sistim sosial, den kebudayaan fisik, kita gambarkan sebagai tiga lingkaran kosentris. Dalam hal itu sistim budaya kita lambangkan sebagai lingkaran yang paling dalam dan inti. Adapun sistim sosial kita kembangkan dengan lingkaran kedua sekitar inti yaitu; sedangkan kebudayaan fisik, kita lambangkan dengan lingkaran yang paling luar dan paling tampak. Analisis dimensi dua dari kebudayaan ke dalam tujuh unsur universal kita gambarkan pada wadah lingkaran, dengan membaginya menjadi tujuh sektor, yang masing-masing melambangkan salah satu dari ke tujuh unsur tersebut. Maka dengan demikian akan terlihat bahwa tiap unsur kebudayaan itu memang dapat mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistim budaya, sistim sosial, dan kebudayaan fisik. Dengan demikian, bahasa misalnya mempunyai kaidah-kaidah tata bahasa, norma-norma ujaran dan aturan- aturan pemakaiannya, yang seluruhnya depat kita sebut sistim budaya dari babasa. Kecuali itu bahasa dapat juga berupa suatu aktivitas, yaitu apabila sekelompok manusia bercakap-cakap dalam interaksi antara mereka, atau berkomunikasi antar kelompok dengan alat-alat telekomunikasi. Namun bahasa juga mempunnyai aspek fisiknya, yaitu peralatan telekomunikasi tersebut, dan terutama apabila bahasa itu sudah berwujud tulisan di atas kertas, di atas lontar, di atas mikrofis, mikrofilm, pada tape, dan sebagainya. Seperti itu juga halnya dengan unsur-unsur lain bahkan subunsur, semuanya mempunyai ke tiga unsur itu. "Hukum" yang merupakan subunsur dalam unsur "organisasi sosial", misalnya juga terdiri dari konsep-konsep, norma-norma, peraturan- peraturan, undang-undang dan sebagainya, yang semuanya termasuk kedalam sistim budayanya. Hukum juga terdiri dari aktivitas-aktivitas seperti peradilan, pendidikan ahli 2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara hukum, upacara pelantikan hakim baru dan sebagainya, yang kesemuanya termasuk kedalam sistim sosialnya. Di samping itu aktivitas hukum juga mempergunakan berbagai macam peralatan, seperti gedung peradilan, jubah para hakim, jaksa, dan pengacara, peralatan persenjataan polisi, gedung penjara, gedung fakultas hukum, dan sebagainya. Ini semua merupakan kedayaan fisik dari hukum. C. Kebudayaan Sebagai Suatu Sistim Simbol Ada baiknya bilamana diuraikan juga apa yang diartikan oleh penulis dengan istilah kebudayaan". Pembahasan persepsi birokrasi tentang kebudayaan pasti banyak terpengaruh oleh konsep "kebudayaan" terdahulu, sedangkan kita ketahui bahwa dalam ilmu-ilmu sosial konsep dasar ini diartikan bermacam-macam. Penulis sependapat dengan teori ahli terkemuka Talcott Parsons, kebudayaan merupakan suatu sistim menyeluruh yang terdiri dari cara-cara dan aspek-aspek pemberian arti pada laku ujaran, laku ritual,dan berbagai jenis laku atau tindakan lain dari sejumlah manusia yang mengadakan tindakan antara satu dengan yang lain. Unsur terkecil dari sistim ini, yang biasanya dinamakan sistim budaya, adalah simbol sehingga kebudayaan bisa juga ditanggapi sebagai suatu sistim simbol. Suatu simbol sebagaimana diketahui, mempunyai arti bagi orang-orang yang menggunakannya. Suatu sistim budaya biasanya sangat rumit dan di dalamnya terbagi-bagi dalam empat perangkat simbol yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri bagi manusia yang bersangkutan dalam tindakan antar mereka. Keempat perangkat simbol atau perlambang ini adalah simbol konstitutif yang terbentuk sebagai kepercayaan dan biasanya merupakan inti dari agama; simbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan; simbol penilaian moral yang membentuk nilai- nilai dan aturan-aturan serta simbol pengungkapan perasaan atau simbol ekspresif. Tingkah laku atau tindakan tidak dianggap bagian dari sistim budaya, demikian pula halnya dengan motivasi dan sikap. Teknologi juga tidak dianggap merupakan bagian dari sistim budaya, tetapi merupakan pengetahuan tentang teknologi yang dinyatakan dengan penggunaan simbol yang dianggap bagian dari sistim budaya. Kebudayaan yang dikatakan sebagai suatu sistim budaya, sistim berhubungan erat dengan masyarakat yang ditanggapi sebagai suatu sistim sosial yang dibentuk oleh tindakan antar sejumlah manusia, biasanya berjumlah besar. Sistim sosial yang lebih terbatas, seperti birokrasi pemerintah, berhubungan dengan sistim budaya yang juga lebih terbatas. D. Kebudayaan Sebagai Gaya Hidup Meskipun dalam kenyataan masyarakat kita, seperti juga di birokrasi pemerintah kita, terdapat berbagai sistim budaya, kebanyakan anggota birokrasi pemerintah biasanya cenderung beranggapan bahwa masyarakat kita hanya mewujudkan satu kebudayaan saja, yaitu kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini ditanggapi sebagai suatu kebudayaan yang tidak begitu terdiferensiasi, sebagai suatu gaya hidup yang telah rnerupakan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dari semua orang Indonesia, sebagai pola kehidupan yang dihargai dan memberikan identitas tersendiri kepada orang Indonesia sebagai satu bangsa, sebagai sesuatu yang harus dipelihara, dipertahankan terhadap pencemaran unsur lain atau unsur budaya asing yang bisa merusak kebudayaan yang sudah ada ini. 3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Melihat banyaknya unsur kebudayaan daerah, yang berasal dari berbagai daerah di kepulauan Indonesia dan banyaknya unpur kebudayaan asing, terutama unsur kebudayaan Amerika dan Jepang, ada juga anggota birokrasi kita yang merasa ragu tentang ada tidaknya kebudayaan nasional, kebudayan Indonesia. Mereka jadi peka sekali pada kehadiran unsur budaya asing dan terkadang merasa tergugah untuk berusaha menolak penyebaran unsur budaya asing yang dianggap mempersukar kebudayaan nasional tumbuh. Sebenarnya apa yang mereka anggap kebudayaan Indonesia, gaya hidup orang Indonesia, dalam kenyataannya adalah kebudayaan masyarakat mereka sendiri di daerah, tradisi budaya yang mereka warisi dari para nenek moyang di daerah asal mereka masing- masing. Apa yang mereka tanggapi dan hedak dipertahankan sebagai kebudayaan Indonesia biasanya adalah gaya hidup, yang mereka peroleh dari orang tua mereka masing-masing. Biasanya mereka tidak begitu