Print This Article
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SAGU, Maret 2016 Vol. 15 No. 1 : 18-27 ISSN 1412-4424 KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI KUE BANGKIT BERBAHAN PATI SAGU, TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UBI JALAR UNGU [THE CHARACTERISTICS PHYSICOCEMICAL AND SENSORY COOKIES MADE FROM SAGO STARCH, TEMPEH FLOUR AND PURPLE SWEET POTATO FLOUR] SELVI MUSTIKA SARI*, RASWEN EFENDI DAN NETTI HERAWATI Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of using sago starch, tempe flour and purple sweet potato flour to the characteristics physicochemical and sensory of the cookies and meet the quality standard of cookies (SNI 01-2973-1992). The research used a Completely Randomized Design (CRD) with five treatment and four replications. The treatment in this study were K1 (sago starch 100%), K2 (sago starch 60%, tempeh flour 20%, purple sweet potato flour 20%), K3 (sago starch 50%, tempeh flour 25%, purple sweet potato flour 25%), K4 (sago starch 40%, tempeh flour 30%, purple sweet potato flour 30%), K5 (sago starch 30%, tempeh flour 35%, purple sweet potato flour 35%). The data obtained were statistically analyzed using analysis of variance (Anova). If F count is greater than or equal to F table, then conduted a further test with Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at the level of 5%. The results showed that the treatment significantly effect to the moisture content, ash content, protein content, analysis texture, descriptive sensory assessment and hedonic sensory assessment and non significant on the overall hedonic ratings. The best cookies in this research is was K3 with has 2.95% of moisture content, 1.14% of ash content, 8.86% of protein content 4.30 kgf of texture, coloured purple, sweet scent purple sweet potato, slightly brittle texture and having sweetness. Key words: cookies, sago starch, tempeh flour, purple sweet potato flour ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pati sagu, tepung tempe dan tepung ubi jalar ungu terhadap sifat fisikokimia dan karakteristik sensori kue bangkit dan memperoleh kue bangkit terbaik yang memenuhi standar mutu biskuit (SNI 01-2973-1992). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan pada penelitian ini yaitu K1 ( pati sagu 1005), K2 (pati sagu 60%, tepung tempe 20%, tepung ubi jalar ungu 20%), K3 (pati sagu 50%, tepung tempe 25%, tepung ubi jalar ungu 25%), K4 (pati sagu 40%, tepung tempe 30%, tepung ubi jalar ungu 30%) dan K5 (pati sagu 30%, tepung tempe 35%, tepung ubi jalar ungu 35%). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Jika F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel, maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, analisi tekstur, penilaian sensori deskriptif dan penilaian sensori hedonik dan berpengaruh tidak nyata terhadap penilaian hedonik secara keseluruhan. Kue bangkit terpilih dalam penelitian ini adalah K3 dengan kadar air 2,95%, kadar abu 1,14%, kadar protein 8,86%, nilai tekstur 4,30 kgf, berwarna ungu, beraroma ubi jalar ungu, agak rapuh dan memiliki rasa manis. Kata kunci: kue bangkit, pati sagu, tepung tempe, tepung ubi jalar ungu * Korespondensi penulis: E-mail: [email protected] 18 Sagu 15 (1): 2016 Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Kue Bangkit Berbahan Pati Sagu PENDAHULUAN Semakin banyak penambahan tepung tempe Salah satu bentuk produk pangan yang maka protein pada kue bangkit akan semakin banyak diminati anak-anak hingga orang dewasa meningkat, namun berbeda dengan yaitu kue bangkit. Kue bangkit adalah jenis kukis organoleptiknya. Berdasarkan hasil penelitian (kue kering) yang memiliki tekstur halus, rapuh Sipayung (2014), semakin tinggi penggunaan dan mudah remuk, berukuran kecil-kecil serta tepung tempe dalam pembuatan kukis maka kukis memiliki rasa manis yang menjadi salah satu daya yang dihasilkan kurang disukai panelis karena tarik bagi para penikmatnya. Kue bangkit rasa kukis akan terasa sedikit pahit. Menurut merupakan kue tradisional khas masyarakat Winarno (2004), rasa pahit terjadi karena adanya Melayu yang dapat dijumpai di Sumatra reaksi kimia antara gula dan asam amino pada khususnya Provinsi Riau. Kue ini menjadi salah saat pemanggangan (reaksi Maillard) sehingga satu kue yang wajib disajikan pada saat perayaan memberikan rasa pahit pada bahan makanan. Idul Fitri, bahkan oleh masyarakat keturunan Pemanfaatan ubi jalar ungu dalam Tiong Hoa, kue ini dijadikan sebagai salah satu bentuk tepung masih jarang digunakan, tepung kue khas pada hari raya Imlek. ubi jalar ungu hanya mengandung protein Pembuatan kue bangkit pada umumnya sebanyak 2,79% per 100 g (Ambarsari dkk., menggunakan bahan dasar tapioka yang 2009). Sebaliknya, tepung ubi jalar ungu memiliki merupakan produk hasil olahan dari ubi kayu kelebihan yaitu mengandung antosianin yang (singkong) yang berbentuk butiran pati. Salah satu berperan sebagai antioksidan. Komposisi kimia tanaman pangan lokal Indonesia yang dapat yang cukup berperan pada ubi jalar ungu adalah dikembangkan pemanfaatannya adalah pati kadar amilosa. Kadar amilosa pada ubi jalar ungu sagu. Tapioka memiliki karakteristik fisik yang 24,79% (Haryadi dkk., 2004). Semakin tinggi mirip dengan pati sagu yaitu bewarna putih, kadar amilosa pada ubi jalar ungu maka akan bertekstur halus dan licin serta sukar larut dalam semakin tinggi pula kemampuan menyerap air air dingin. Pembuatan kue bangkit tidak (Apriliyanti, 2010), sehingga tekstur kue bangkit memerlukan bahan yang volumenya dapat yang mudah remuk dapat diperbaiki. mengembang besar (kandungan gluten tinggi) Penelitian terdahulu telah berhasil oleh karena itu pati sagu yang tidak mengandung melakukan substitusi tepung terigu dengan tepung gluten dapat menggantikan tapioka yang biasa ubi jalar ungu pada pembuatan kukis sebesar digunakan masyarakat. 100% (Sipayung, 2014). Penambahan tepung ubi Pembuatan kue bangkit dengan jalar ungu dalam pembuatan kue bangkit menggunakan 100% pati sagu akan diharapkan dapat memperbaiki tekstur kue menghasilkan produk yang mengandung bangkit, sehingga menghasilkan kue bangkit yang karbohidrat tinggi namun rendah akan kandungan rapuh dan tidak mudah remuk serta tahan gizi lainnya dan memiliki tekstur yang rapuh. Pati terhadap gesekan selama pengemasan dan sagu mengandung 355 kkal dan mengandung penyimpanan. Selain itu, penambahan tepung ubi 85,60 g karbohidrat dalam setiap 100 g (Mahmud jalar ungu ini dapat memberikan alternatif kue dkk., 2010). Berdasarkan hasil perhitungan bangkit dengan warna yang berbeda dari warna perkiraan kandungan gizi secara manual pada kue bangkit yang sudah ada saat ini. Penelitian kue bangkit dengan 100% pati sagu ternyata ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hanya mengandung 1,45 g protein. Hal ini tidak penggunaan pati sagu, tepung tempe dan tepung dapat memenuhi syarat mutu kue kering (SNI ubi jalar ungu terhadap karakteristik fisikokimia 01-2973-1992) yang harus mengandung protein dan sensori kue bangkit serta memperoleh kue minimal 6%. Penambahan bahan lain diperlukan bangkit terbaik sesuai dengan standar mutu kukis untuk meningkatkan kandungan gizi kue bangkit. “kue bangkit” (SNI 01-2973-1992). Penambahan tepung tempe dalam pembuatan kue bangkit dapat berfungsi untuk meningkatkan BAHAN DAN METODE nilai protein. Protein yang terkandung di dalam Bahan yang diperlukan dalam penelitian tepung tempe sebanyak 46,10 g per 100 g. ini adalah pati sagu merk Alini yang diperoleh Sagu 15 (1): 2016 19 SELVI MUSTIKA SARI, RASWEN EFENDI, DAN NETTI HERAWATI dari Supermarket Giant, tempe cap Ayam Jago kering dihaluskan dengan blender kemudian dan ubi jalar ungu yang diperoleh di Pasar diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 80 Tradisional, santan cair, kuning telur, gula, garam mesh sehingga diperoleh tepung tempe. dan baking powder. Bahan yang digunakan untuk analisis kimia antara lain K2SO4 10%, Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu H3BO3 3%, H2SO4 96%, HCl 0,1N, HgO, alkohol, Pembuatan tepung ubi jalar ungu akuades dan indikator metil merah. mengacu pada Ambarsari dkk. (2009), ubi jalar Peralatan yang digunakan dalam yang digunakan adalah ubi jalar ungu yang pembuatan kue bangkit adalah oven, loyang, diperoleh dari Pasar Tradisional. Pembuatan blender, pisau, ayakan 80 mesh, timbangan tepung ubi jalar yang dipilih adalah ubi jalar yang analitik, baskom, mixer, sendok, cetakan kue masih segar, tua dan bebas dari hama penyakit bangkit dan alat bantu lainnya. Alat-alat yang (tidak berulat) dengan kriteria kulit dan umbi digunakan untuk analisis fisik dan kimia antara daging yang berwarna ungu kehitaman (ungu lain penetrometer, oven, tanur, cawan porselin, pekat) dan memiliki ukuran yang seragam. desikator, pipet tetes, labu ukur, labu kjeldahl, Proses pembuatan tepung dimulai dari erlenmeyer, buret, seperangkat alat destilasi, pengupasan kulit ubi jalar ungu, kemudian dicuci timbangan analitik, penjepit cawan dan alat bantu dan diiris dengan ketebalan ± 1 mm sehingga lainnya. Alat yang digunakan untuk penilaian menjadi irisan yang tipis. Irisan ubi jalar ungu sensori adalah wadah, plastik kemasan, kertas dikeringkan di dalam oven dengan suhu 80ºC label, formulir dan kamera untuk dokumentasi. selama 3 jam, sehingga menghasilkan gaplek ubi jalar. Gaplek ubi jalar dihaluskan dengan Metode Penelitian menggunakan blender, kemudian diayak dengan Metode yang