Pemafaatan Pati Sagu Dan Tepung Kelapa Dalam Pembuatan Kue Bangkit
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEMAFAATAN PATI SAGU DAN TEPUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN KUE BANGKIT SAGO STARCH and COCONUT FLOUR UTILIZATION IN MAKING KUE BANGKIT (TAPIOCA COOKIES) Fitri Afrianti1, Raswen Efendi2, Yusmarini2 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru [email protected] ABSTRACT Kue Bangkit (tapioca cookies) is a typical Malay traditional cookie. They are generally made using the basic tapioca ingredients similar to sago starch. The Making of tapioca cookies uses the basic materials of sago starch and coconut flour. This study aims to discover the effect of the use of sago starch and coconut flour on the quality of tapioca cookies and to set the best formulation. The study uses a completely randomized design (CRD) with five treatments and four repetitions. The data were processed using Annova test with which if any influence is found then DNMRT test is taken at 5% level. The treatment of formulation applied on tapioca cookies SK1: Sago starch 90% with coconut flour 10%, SK2: sago starch 80% with coconut flour 20%, SK3: sago starch 70% with coconut flour 30%, SK4: sago starch 60% with coconut flour 40%, SK5: sago starch 50% with coconut flour 50%. The results showed that the addition of sago starch and coconut flour has significant effect (P <0.05) on water content, protein content of organoleptic testing, texture, flavors, aroma and hedonic. But it has no significant effect (P> 0.05) on ash content. Thus, it can be concluded that the best quality of tapioca cookiesis obtained from the formulations of 70% sago starch and 30% coconut flour (SK2), which have met the standard of cookies in Indonesia SNI (01-2973-1992). Keyword : Sago starch , coconut flour, cookies. PENDAHULUAN menjadi salah satu kue khas yang Kue bangkit merupakan kue disajikan pada momen Hari Raya Idul tradisional khas melayu yang dapat Fitri. Etnis Tionghoa di daerah-daerah dengan mudah ditemukan di tersebut juga menjadikan kue bangkit semenanjung Malaysia dan Sumatera, sebagai salah satu kue khas yang di terutama Sumatera Utara, Riau, Jambi sajikan pada Hari Raya Imlek.Warna dan Sumatera Barat. Kue bangkit kue bangkit putih kekuningan dan diberi hiasan berwarna merah 1)Jom Mahasiswa Faperta UR Fakultas Vol. 3 Pertanian, No. 2 Oktober Universitas 2016 Riau 1 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 diatasnya. Tekstur kue bangkit sangat kue bangkit adalah tepung kelapa. halus dan mudah hancur. Kue bangkit Kandungan gizi pada tepung kelapa akan lumer di dalam mulut dan yaitu protein sekitar 18,2%, mempunyai rasa yang renyah ketika karbohidrat 31,7%,serat kasar 20%, air dikunyah. 6,2%, abu 4,9% dan lemak 12,2% Kue bangkit terbuat daribahan (Fajri, 2010). pengikat yang terdiri dari tepung, Tepung kelapa atau kelapa santan dan garamserta bahan yang parut kering merupakan produk berfungsi sebagai pelembut yaitu gula, campuran makanan yang higienis dan baking powder dan kuning telur. Kue praktis. Asam lemak yang terkandung bangkit pada umumnya dibuat dengan pada daging buah kelapa mengandung menggunakan bahan dasar 90% asam lemak jenuh dan 10% asam tapiokayang mirip dengan pati sagu lemak tak jenuh. Minyak kelapa yang oleh karena itu dalam pembuatan kue tergolong minyak jenuh dikategorikan bangkit ini menggunakan pati sagu sebagai minyak berantai karbon sebagai pengganti tepung tapioka. sedang. Keunggulan asam lemak Mengingat Provinsi Riau merupakan sedang dibandingkan asam lemak salah satu daerah penghasil sagu berantai panjang yaitu asam lemak terbesar di Indonesia maka sedang lebih mudah dicerna dan pengembangan produk berbasis sagu diserap saat dikosumsi, sehingga dapat sangat perlu dilakukan guna langsung dicerna oleh usus tanpa meningkatkan pemanfaatan dan proses hidrolisis dan enzimatis pendapatan daerah. Pengembangan kemudian langsung dialiran ke darah kue bangkit yang merupakan salah dan diangkut langsung ke hati untuk satu makanan khas Riau dapat dimetabolisir menjadi energi (Anonim, dilakukan dengan memanfaatkan 2010). sumber pangan lokal yang ada. Penambahan tepung kelapa Pembuatan kue bangkit dengan dalam pembuatan kue bangkit menggunakan 100% pati sagu akan berfungsi untuk memperbaiki tekstur menghasilkan produk yang pada kue bangkit sehingga tidak rapuh mengandung karbohidrat tinggi namun dan mudah pecah serta memiliki rendah akan kandungan gizi lainnya kandungan gizi yang sesuai Standar terutama protein serta memiliki tekstur Nasional Indonesia. Tepung kelapa yang rapuh. Menurut Maharaja (2008) dapat dimanfaatkan sebagai bahan kandungan protein pada pati sagu tambahan dalam pembuatan beberapa hanya 0,70%, hal ini tidak dapat macam makandengan citarasa yang memenuhi syarat mutu kue kering gurih, aroma yangkhas dan berdasarkan Standar Nasional mengandung serat pangan. Tepung Indonesia yang harus mengandung kelapa ini mirip seperti tepung panir minimal 6% protein (SNI 01-2973- dan memiliki kandungan zat gizi yang 1992). Penambahan bahan lainperlu cukup baik.Tepung kelapa dapat dilakukan untuk meningkatkan diolah menjadi berbagai produk kandungan gizi kue bangkit. Salah satu makanan, sebagai bahan dasar dan bahan yang dapat digunakan untuk bahan substitusi pada kue kering, roti meningkatkan kandungan gizi pada Jom Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 2 manis, roti tawar dan lain-lain (Fajri, 1992.Perlakuan dalam penelitian 2010). iniberdasarkan bahan utamanya yaitu: Penelitian terdahulu pembuatan SK1: Pati sagu90% dengan tepung kukis tepung kelapa ini telah dilakukan kelapa 10% Fajri (2014) dan kukis yang dihasilkan SK2: Pati sagu 80% dengan tepung telah memenuhi standar mutu kue kelapa 20% kering (SNI 01-2973-1992) dan SK3: Pati sagu 70% dengan tepung penerimaan organoleptik dapat kelapa 30% diterima oleh panelis. Semakin banyak SK4: Pati sagu 60% dengan tepung penambahan tepung kelapa dalam kelapa 40% pembuatan kukis sifat kekerasan pada SK5: Pati sagu 50% dengan tepung kukis meningkat. Peningkatan kelapa 50% kekerasan disebabkan oleh kandungan serat dan ukuran granula tepung sehingga mempengaruhi terhadap sifat Pelaksanaan Penelitian keras pada kukis. Tujuan penelitian ini Tahap Pelaksanaan dalam adalah untuk melihat pengaruh penelitian ini adalah pembuatan kue penggunaan pati sagu dan tepung bangkit. kelapa terhadap mutu kue bangkityang dihasilkan dan menentukan formulasi Pengamatan terbaik. Pengamatan dalam Penelitian BAHAN DAN METODE ini adalah kadar air, kadar abu, kadar protein dan peneilaian sensori Tempat dan Waktu Penelitian ini telah Analisis Data dilaksanakan di Laboratorium Data yang diperoleh dianalisis Pengolahan Hasil Pertanian dan secara statistik dengan Analisis Hasil Pertanian Fakultas menggunakanAnalisis Of Variance Pertanian Universitas Riau.Waktu (ANOVA). Jika F hitung lebih besar penelitian berlangsung 2 bulan yaitu dari F tabel maka dilakukan uji lanjut September-Oktober 2015. dengan uji Duncan Multi Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima Kadar Air perlakuan dan empat kali ulangan Kadar air merupakan banyaknya sehingga diperoleh 20 unit percobaan. air yang terkandung dalam suatu bahan Perlakuan dalam penelitian ini dibuat yang dinyatakan dalam persen. berdasarkan penelitian pendahuluan Menurut Winarno (2004) apabila kadar dengan harapan dapat memenuhi air melebihi standar mutu maka akan syarat mutu kukis berdasarkan Standar berpengaruh terhadap produk yang Nasional Indonesia No. 01±2973± dihasilkan. Semakin tinggi kadar air Jom Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 3 yang terkandung pada kue bangkit memberikan pengaruh nyata terhadap maka akan berpengaruh pada tekstur, kadar air kue bangkit (Lampiran 4). citarasa, dan daya simpan kukis. Rata-rata kadarair setiap perlakuan Hasil sidik ragam menunjukkan pada pembuatan kue bangkit yang bahwa penggunaan pati sagu dan dihasilkan setelah diuji lanjut DNMRT tepung kelapa yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.Rata-rata kadarair kue bangkit. Perlakuan Kadar air (%) SK1 (Pati sagu 90%, Tepung kelapa 10%) 2,78b SK2 (Pati sagu 80%, Tepung kelapa 20%) 2,76b SK3 (Pati sagu 70%, Tepung kelapa 30%) 2,24ab SK4 (Pati sagu 60%, Tepung kelapa 40%) 1,85a SK5 (Pati sagu 50%, Tepung kelapa 50%) 1,69a Ket :Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkanperbedaan nyata(P<0,05). Tabel 9 menunjukkan bahwa kemampuan pati untuk mengikat air kadar air kue bangkit berkisar 1,69%- semakin tinggi. Meyer(1993) 2,78% dan kadar air kue bangkit meyatakan pati sagu memiliki berbeda nyata antara perlakuan. kandungan amilosa dan milopektin Semakin banyak penambahan tepung yang mengandung gugus hidroksil kelapa, kadar air cenderung menurun. yang reduktif. Gugus hidroksil akan Perbedaan kadar air disebabkan bereaksi dengan hidrogen dari air. anatara lain karena perbeda kadar air Dalam keadaan dingin viskositas dari bahan baku. Hasil analisis sistem dispersi pati air hanya berbeda menunjukkan bahwa kadar air pati sedikit dengan viskositas air, karena sagu sebesar 10,50% sedangkan ikatan patinya masih cukup kuat tepung kelap amengandung kadar air sehingga air belum mampu masuk ke sebesar 6,59%. Hasil analisis sejalan dalam geanula pati. Setelah dengan pernyataan Jading dkk. (2001) dipanaskan ikatan hidrogen antara menyatakan bahwa pati sagu amilosa dan amilopektil mulai lemah mengandungair sebesar 14% dan sehingga air semakin mudah Palungkun (1994) menyakatakan terpenetrasi ke dalam susunan amilosa bahwa tepung kelapa mengandung air dan amilopektin.