PERTENTANGAN KLAN MINAMOTO DAN KLAN TAIRA PADA PERISTIWA PERANG GENPEI TAHUN 1180-1185

Amelia Savitri, Ferry Rustam Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Email: [email protected]

Abstrak Minamoto dan Taira adalah dua klan bangsawan yang berpengaruh terhadap otoritas kaisar pada Zaman Heian. Klan Minamoto dan Klan Taira memiliki kekuatan militer yang dipercaya oleh kaisar sehingga mereka bersaing dalam memperebutkan kedudukan sebagai klan yang mendominasi pemerintahan. Skripsi ini membahas tentang pertentangan Klan Minamoto dan Klan Taira pada peristiwa Perang Genpei tahun 1180-1185. Pertentangan tersebut meliputi pertempuran-pertempuran yang terjadi di beberapa wilayah di Jepang. Perang Genpei terjadi karena Klan Minamoto dan Klan Taira mendukung dua calon kaisar yang berbeda. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analisis secara kronologis waktu.

Kata Kunci: Klan Minamoto, Klan Taira, Perang Genpei, Zaman Heian

Conflict of and at the Events of Years 1180-1185 Abstract Minamoto and Taira are two of noble clans that have influence to emperor’s authority at Heian Era. Minamoto Clan and Taira Clan have a military strength that trusted by the emperor so they compete in a fighting for position as a clan who dominated the government. This thesis will discuss about conflict of Minamoto Clan and Taira Clan at the events of Genpei War years 1180-1185. The conflict includes the battles that occur in some areas in . Genpei War occurs because Minamoto Clan and Taira Clan support two different candidates of emperors. This thesis is done by qualitative literary studies with the method of descriptive– analytic in chronological time.

Key Words: Minamoto Clan, Taira Clan, Genpei War, Heian Era

1 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

1. Pendahuluan

Pada era Jepang kuno, terdapat dua kelompok yang berkuasa dalam pemerintahan atau matsurigoto (政). Kedua kelompok tersebut adalah Klan Kekaisaran, yang terdiri dari kaisar dan keluarganya, serta para bangsawan. Kaisar, yang tidak bisa secara langsung mengontrol seluruh wilayah di Jepang, mempekerjakan para bangsawan di pemerintahan. Sebagian bangsawan ditunjuk untuk memegang jabatan di istana, dan sebagian lagi ditunjuk untuk memegang jabatan di wilayah-wilayah di Jepang. Para bangsawan berasal dari klan yang berpengaruh terhadap pemerintahan. Klan atau uji (氏), dalam konteks sejarah Jepang, adalah masyarakat merdeka yang anggotanya memiliki nama keluarga sama.1

Pada saat memasuki pertengahan Zaman Heian ( 平安時代 Heian Jidai) abad ke-10, pemerintahan dan militer di Jepang didominasi oleh Klan Minamoto (源氏 Genji) dan Klan Taira (平氏 Heishi). Kaisar pada Zaman Heian mempekerjakan para pemimpin serta anggota Klan Minamoto dan Klan Taira baik sebagai pejabat pemerintahan maupun sebagai pasukan militer. Klan Minamoto dan Klan Taira merupakan dua klan bangsawan yang kemampuan militernya dipercaya oleh kaisar. Pemimpin serta sebagian anggota kedua klan ini merupakan seorang tsuwamono (兵), yaitu sebutan untuk bushi (武士) pada era Jepang kuno.2

Namun, selama bertahun-tahun menjadi klan kepercayaan kaisar, Minamoto dan Taira tidak selalu bekerja sama dengan damai dalam menjalani tugas dari kaisar. Kedua klan ini bersaing dalam memperebutkan kedudukan sebagai klan bangsawan paling berpengaruh terhadap kekuasaan kaisar. Terjadi beberapa pertempuran di antara Klan Minamoto dan Klan Taira, dan masing-masing klan mengalami peningkatan dan penurunan kekuasaan. Klan bangsawan seperti Minamoto dan Taira memiliki seorang pemimpin di bidang militer yang disebut tōryō (棟梁) serta pengikut atau rōtō (郎党) yang berasal dari klan lain. Nama keluarga seorang rōtō tidak berubah mengikuti nama klan yang ia layani, dan seorang rōtō dapat pindah atau direkrut oleh klan lain yang sedang berkuasa.3

Selain persaingan di antara Klan Minamoto dan Klan Taira, terdapat satu hal di dalam Klan Kekaisaran yang juga berpengaruh terhadap pemerintahan pada Zaman Heian. Hal tersebut adalah insei (院政) atau praktik turun tahta oleh para kaisar sehingga kaisar penerusnya dapat

1 George Sansom, A to 1334 (California: Stanford University Press, 1958), hlm. 27-38 2 Donald H. Shively & William H. McCullough (Ed.), The Cambridge History of Japan, vol.2 (New York: Cambridge University Press, 1999), hlm. 644-653 3 Ibid.

2 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

naik tahta. Dalam praktik ini, mantan kaisar tetap mempertahankan kekuasaannya atas kaisar yang memerintah dengan bertindak sebagai penasihat kaisar. Mantan kaisar dan kaisar memiliki orang kepercayaannya masing-masing baik dari Klan Minamoto maupun Klan Taira.4 Perbedaan ini meningkatkan persaingan di antara kedua klan dalam mempengaruhi kekuasaan di istana pada Zaman Heian sampai dengan Perang Genpei (源平合戦 Genpei Gassen) tahun 1180-1185. Berdasarkan konflik yang terjadi pada masa itu, maka masalah penelitian ini adalah pertentangan Klan Minamoto dan Klan Taira dalam Perang Genpei tahun 1180-1185.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analisis secara kronologis waktu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari dan membaca buku-buku yang membahas tentang peristiwa Perang Genpei, Klan Minamoto, dan Klan Taira. Penulis juga akan mengumpulkan data dan referensi dari internet. Selain itu juga akan dilampirkan gambar yang mendukung pembahasan dalam penelitian ini.

3. Klan Minamoto dan Klan Taira pada Peristiwa Perang Genpei

3.1 Klan Minamoto dan Klan Taira sebelum Terjadinya Peristiwa Perang Genpei

Nama Minamoto dan Taira mulai muncul dalam sejarah Jepang pada abad ke-10, yaitu pada saat terjadi peristiwa pemberontakan terhadap pemerintah oleh Taira no Masakado (平将門) tahun 935-940. 5 Sejak peristiwa itu, para tsuwamono Klan Minamoto dan Klan Taira dipekerjakan oleh kaisar untuk melawan pemberontakan terhadap pemerintah. Namun, pada tahun 1156, terjadi Pertempuran Hōgen (保元の乱 Hōgen no Ran) yang diakibatkan oleh perseteruan dua anak mantan kaisar Toba (鳥羽上皇 Toba Jōkō), Sutoku dan Go-Shirakawa, karena masalah pemilihan putra mahkota. Pada pertempuran ini, terdapat campuran kekuatan Minamoto dan Taira di dalam kedua kubu yang berseteru. Mantan kaisar Sutoku (崇徳上皇 Sutoku Jōkō) didukung oleh Minamoto no Tameyoshi (源為義, 1096-1156) dan Taira no Tadamasa (平忠正). Kaisar Go-Shirakawa (後白河天皇 Go-Shirakawa Tennō, 1127-1192,

4 Ibid., hlm. 576 5 Sansom, Op. Cit., hlm. 244

3 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

memerintah tahun 1155-1158) didukung oleh (平清盛, 1118-1181) dan Minamoto no Yoshitomo (源義朝, 1123-1160). Peristiwa ini dimenangkan oleh kubu Kaisar Go-Shirakawa. Pada tahun 1160, terjadi Pertempuran Heiji (平治の乱 Heiji no Ran) yang diakibatkan oleh rencana Yoshitomo untuk menyingkirkan Kiyomori karena keinginannya mengangkat kembali nama Klan Minamoto di atas Klan Taira. Yoshitomo ingin menjadikan Minamoto sebagai klan yang paling berpengaruh terhadap kaisar tanpa disaingi oleh Taira. Namun, Yoshitomo dibunuh dan peristiwa ini dimenangkan oleh kubu Kiyomori.6

Pascapertempuran Heiji, hanya tersisa empat anak Minamoto yang masih kecil. Anak ke-3 Yoshitomo, (源頼朝, 1147-1199) yang masih berusia tiga belas tahun, tidak ikut dieksekusi seperti kedua kakaknya karena permohonan dari ibu tiri Kiyomori, Ike no Zenni. Sebagai keringanan, Yoritomo diasingkan ke Wilayah Izu (伊豆国 Izu no Kuni) dan dititipkan kepada Hōjō Tokimasa (北条時政), seorang pemimpin klan yang merupakan keturunan Klan Taira. Tiga orang adik Yoritomo masih bersama ibu mereka, Tokiwa (常盤御前 Tokiwa Gozen), ketika mendengar berita kematian Yoshitomo. Kiyomori, yang merasa kasihan kepada mereka, menawarkan keamanan bagi ketiga anak Tokiwa apabila ia mau menjadi selir Kiyomori. Tokiwa setuju dan ketiga anaknya, termasuk Minamoto no Noriyori (源範頼, 1150-1193) dan Minamoto no Yoshitsune (源義経, 1159-1189), dititipkan kepada para biarawan untuk dididik menjadi seorang biarawan. Tiga anak Yoshitomo, yang dibiarkan hidup oleh Kiyomori, kembali mengangkat nama Klan Minamoto dan berhadapan dengan Klan Taira dua puluh tahun kemudian dalam Perang Genpei.7

Pada tahun 1180, kembali timbul perselisihan antara Klan Minamoto dan Klan Taira karena masalah penunjukan kaisar baru. Klan Minamoto ingin agar Pangeran Mochihito (以仁王 Mochihito Ō, 1151-1180), anak Kaisar Go-Shirakawa, naik tahta. Sedangkan Klan Taira mendukung Kaisar Antoku (安徳天皇 Antoku Tennō, 1178-1185, memerintah tahun 1180- 1185), cucu Kiyomori. Pada tahun yang sama, terjadi Perang Genpei antara Klan Minamoto melawan Klan Taira yang berlangsung sampai dengan tahun 1185 akibat masalah pemilihan kaisar baru tersebut. Perang Genpei terbentuk dari pertempuran-pertempuran besar dan kecil yang lokasinya terbentang dari Jepang bagian timur atau Tōgoku (東国) dan pantai di timur laut sampai ujung barat daya Pulau Honshū (本州島 Honshū-jima) dan sebagian Pulau

6 S. R. Turnbull, The Samurai: A Military History (London: Osprey Publishing Ltd., 1983), hlm. 34-41 7 Shively & McCullough (Ed.), Op. Cit., hlm. 694

4 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Shikoku (四国島 Shikoku-jima). Perang Genpei merupakan perang saudara yang terjadi di antara Klan Minamoto dengan Klan Taira.8

3.2 Perlawanan Minamoto no Yorimasa terhadap Taira no Kiyomori

Sejak berakhirnya Pertempuran Heiji pada tahun 1160, militer pemerintahan didominasi oleh Klan Taira di bawah pimpinan Kiyomori. Kiyomori jatuh sakit pada tahun 1168, dan kondisi sakitnya ini mendorong Kiyomori untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan- tindakan yang membuat banyak pihak, termasuk mantan kaisar Go-Shirakawa, Klan Fujiwara (藤原氏 Fujiwara-shi), dan orang-orang berpengaruh di pemerintahan menjadi tidak suka padanya. Salah satu tindakan Kiyomori yang tidak disukai adalah menempatkan anak- anaknya pada jabatan penting sehingga banyak pihak yang merencanakan perlawanan terhadap Kiyomori dan Klan Taira.9

Pada tahun 1179, putra tertua dan putri Kiyomori, Taira no Shigemori (平重盛) dan Taira no Moriko (平盛子), meninggal dunia. Tiga belas tahun sebelumnya, suami Moriko, Fujiwara no Motozane (藤原元真), meninggal dan Kiyomori menunjuk Moriko sebagai pewaris harta peninggalan suaminya. Pada saat Moriko meninggal tahun 1179, para pemimpin Klan Fujiwara menuntut pengembalian harta Motozane kepada anak laki-laki Motozane. Mantan kaisar Go-Shirakawa menyita harta Motozane dan harta Shigemori. Pada bulan November 1179, Kiyomori melakukan tindakan balasan kepada Go-Shirakawa dengan membawa pasukan dari markas militer utamanya di Fukuhara (福原京 Fukuhara-kyō) ke Heian-kyō (ibu kota Zaman Heian). Di ibu kota, ia menuntut pemecatan 39 pejabat yang merupakan pengikut Go-Shirakawa dan menggantinya dengan pengikut Klan Taira, serta menjadikan Go- Shirakawa sebagai tahanan rumah. Kiyomori dicap sebagai pengkhianat oleh para oposisinya di istana, tetapi mereka tidak bisa melakukan apapun karena kekuasaan saat itu berada pada tangan Kiyomori. Kiyomori mendesak Kaisar Takakura untuk turun tahta dan mengangkat cucunya, Antoku, yang masih berusia dua tahun untuk menempati posisi kaisar.10

Kiyomori menaruh harapan kepada Antoku agar dapat menjaga kedudukan Klan Taira karena semakin banyak pihak yang menjadi oposisi, terutama Klan Minamoto dan para rōtō-nya yang bertahan melewati Pertempuran Heiji. Di antara para Minamoto, ada seorang prajurit

8 Turnbull, Op. Cit., hlm. 42-83 9 Sansom, Op. Cit., hlm. 268-269 10 Shively & McCullough (Ed.), Op. Cit., hlm. 697

5 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

yang bernama Minamoto no Yorimasa ( 源 頼 政 , 1104-1180). Ia merupakan salah satu Minamoto yang tidak dianggap ancaman oleh Kiyomori karena Yorimasa memilih untuk tidak memihak ketika Pertempuran Heiji berlangsung. Kiyomori tidak menyadari bahwa walaupun Yorimasa terlihat netral, tetapi sebenarnya Yorimasa menginginkan kejatuhan Klan Taira karena apa yang mereka lakukan terhadap Klan Minamoto pada Pertempuran Heiji. Pada bulan Mei 1180, Yorimasa mengirim permohonan kepada para pemimpin Klan Minamoto di bagian timur dan utara Pulau Honshū serta para prajurit biarawan (僧兵 sōhei) yang tidak menyukai Kiyomori untuk bergabung melawan Klan Taira.11

Sebulan sebelumnya, Yorimasa juga mendorong Pangeran Mochihito, anak Go-Shirakawa, untuk mengajak prajurit di seluruh Jepang agar bergabung melawan Klan Taira. Pada tanggal 5 Mei 1180, Pangeran Mochihito mengirimkan pernyataan mengenai ajakan perlawanan terhadap Kiyomori kepada prajurit di seluruh negeri. Pangeran Mochihito merupakan kandidat kaisar yang didukung oleh Yorimasa dan Klan Minamoto. Salinan pernyataan Pangeran Mochihito dibawa oleh Minamoto no Yukiie (源行家) kepada keponakannya, Yoritomo, yang masih hidup di pengasingannya di Wilayah Izu. Namun, kabar tersebut bocor di perjalanan dan terdengar oleh mata-mata Kiyomori. Setelah mendengar kabar tersebut, Kiyomori datang ke ibu kota dengan membawa pasukan dan mengawasi Go-Shirakawa yang masih berada di tahanan. Kiyomori juga memerintahkan penangkapan Pangeran Mochihito. Sementara itu, pada tanggal 23 Mei 1180, Yoritomo menerima salinan pernyataan Pangeran Mochihito dan mulai mempertimbangkan untuk melakukan perlawanan terhadap Kiyomori.12

3.3 Pertempuran Uji Byōdō-in sebagai Awal Dimulainya Perang Genpei Tahun 1180

Pada bulan Juni 1180, Yorimasa dan Pangeran Mochihito pergi ke Kuil Mii (三井寺 Mii- dera), kuil di dekat Ōtsu (大津市 Ōtsu-shi) di Danau Biwa (琵琶湖 Biwa-ko) untuk bergabung dengan para sōhei Kuil Mii, disertai dengan lima puluh pengikut terpercaya. Pasukan Yorimasa yang kecil dan ditambah sōhei Kuil Mii masih belum cukup untuk menghadapi 20.000 orang pasukan Kiyomori yang dikabarkan akan datang menyerang. Yorimasa mengirim pesan darurat ke Kuil Enryaku (延暦寺 Enryaku-ji), yang telah disuap oleh Kiyomori, dan Kuil Kōfuku (興福寺 Kōfuku-ji), yang menjanjikan dukungan. Yorimasa menyarankan untuk membakar markas militer Klan Taira di Rokuhara lalu menculik

11 Sansom, Op. Cit., hlm. 277-278 12 Shively & McCullough (Ed.), Op. Cit., hlm. 698

6 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Kiyomori, tetapi saran tersebut tidak diterima. Mereka memutuskan untuk mengosongkan Kuil Mii dan bergabung dengan para sōhei Kuil Kōfuku di Nara. Pangeran Mochihito, Yorimasa, para sōhei, dan tiga ratus tsuwamono Minamoto berangkat dari Gunung Hiei (比叡 山 Hiei-zan) ke Nara pada pagi dini hari.13

Dari Kuil Mii, mereka berjalan ke arah selatan menyeberangi Sungai Uji (宇治川 Uji-gawa) di kota yang juga bernama Uji (宇治市 Uji-shi). Pangeran merasa kelelahan sehingga mereka memutuskan untuk beristirahat di Uji dengan posisi Sungai Uji berada di antara mereka dan pasukan Taira. Mereka memilih Kuil Byōdō-in (平等院) sebagai tempat beristirahat bagi pangeran. Pada saat itu, pasukan Minamoto merusak lembaran kayu jembatan sepanjang sekitar delapan belas meter untuk berjaga-jaga seandainya pasukan Taira tiba-tiba datang menyerang. Saat matahari terbit pada tanggal 20 Juni 1180, terjadi Pertempuran Uji Byōdō-in (宇治平等院の戦い Uji Byōdō-in no Tatakai) atau Pertempuran Uji Pertama.14 Pasukan Taira tiba di sisi utara sungai dan meneriakkan seruan perang sehingga pasukan Minamoto, yang terhalang kabut, sadar. Pasukan garda depan Taira berlari menaiki jembatan dan jatuh ke lubang yang dibuat oleh pasukan Minamoto. Setelah itu, terjadi perang panah, dan para sōhei menembakkan panahnya melewati tameng-tameng Taira.15

Tiga orang pemimpin pasuka Taira, Taira no Tomomori (平知盛, 1152-1185) dan Taira no Shigehira (平重衡, 1157-1185) yang merupakan dua anak Kiyomori, serta Taira no Tadanori (平忠度, 1144-1184) yang merupakan adik Kiyomori, memikirkan rencara untuk mengambil rute berputar berjarak sekitar 80 km ke jembatan di Sungai Seta (瀬田川 Seta-gawa) di arah timur laut dari posisi jembatan di Sungai Uji. Namun, mereka membatalkan rencana tersebut, dan menyeberangi Sungai Uji dengan berkuda ke sisi sungai tempat pasukan Minamoto berada.16

Setelah menyeberangi sungai, pasukan Taira memukul mundur pasukan Minamoto ke dalam gerbang Kuil Byōdō-in, dan membuat Pangeran Mochihito berusaha melarikan diri ke Nara. Anak angkat Yorimasa, Minamoto no Kanetsuna (源兼綱), terbunuh saat menahan serangan

13 Turnbull, Op. Cit., hlm. 43-44 14 Pertempuran Uji Pertama terjadi di Sungai Uji dan Kuil Byōdō-in pada tahun 1180 antara pasukan Minamoto dengan pasukan Taira, sedangkan Pertempuran Uji Kedua terjadi di Sungai Uji pada tahun 1184 antara pasukan Minamoto no Yoshinaka dengan pasukan Minamoto no Yoshitsune. (S.R. Turnbull dalam The Samurai: A Military History, 1983) 15 Turnbull, Op. Cit., hlm. 44 16 Ibid., hlm. 44-46

7 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

pasukan Taira untuk melindungi ayahnya. Yorimasa memutuskan untuk melakukan hara-kiri (腹切り)17 demi kehormatannya sebagai seorang tsuwamono. Anaknya yang terluka parah, Minamoto no Nakatsuna ( 源 仲 綱 ), juga melakukan hara-kiri. Seorang rōtō Minamoto memenggal kepala Yorimasa, mengikatnya dengan batu, lalu menenggelamkannya ke sungai agar Klan Taira tidak bisa menemukannya. Pasukan Taira mencari Pangeran Mochihito di Kuil Byōdō-in dan di sepanjang jalan menuju Nara. Dalam waktu singkat, mereka menemukan pangeran di sebuah kuil Shintō dan membunuhnya. Tujuh ribu sōhei Kuil Kōfuku baru akan berangkat dari Nara (奈良) untuk membantu pasukan Minamoto ketika mereka mendengar kabar mengenai usainya pertempuran di Uji.18

3.4 Pertempuran Ishibashiyama, Pertempuran Fujikawa, dan Pembakaran Nara

Pada bulan Juli 1180, Yoritomo, yang sebelumnya telah mendapat kabar mengenai Pertempuran Uji Byōdō-in, mengirim utusan secara diam-diam untuk memanggil anggota Klan Minamoto dan para rōtō agar bergabung dalam perang. Yoritomo sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan beberapa bangsawan Wilayah Izu dan Sagami (相模国 Sagami no Kuni) mengenai perlawanan terhadap Klan Taira ketika mendapat daftar nama orang-orang yang akan bergabung. Hanya satu atau dua orang yang merupakan Minamoto, dua orang keturunan Fujiwara, dan sisanya adalah anggota Klan Hōjō (北条氏 Hōjō-shi), Klan Miura ( 三浦氏 Miura-shi), Klan Chiba (千葉氏 Chiba-shi), serta Klan Dohi (土肥氏 Dohi-shi) di mana keempat klan ini merupakan keturunan dari Klan Taira. Mereka adalah sebagian kecil keturunan Klan Taira di Tōgoku yang memilih untuk berperang di bawah panji-panji putih19 Klan Minamoto.20

Pada tanggal 11 September 1180, Yoritomo meloloskan diri dari Wilayah Izu untuk pergi ke Wilayah Sagami dengan membawa tiga ratus prajurit. Pada tanggal 14 September 1180, Yoritomo berhadapan dengan tiga ribu orang pasukan Taira di Ishibashiyama (石橋山). Pertempuran Ishibashiyama (石橋山の戦い Ishibashiyama no Tatakai) berlangsung pada malam hari di lembah sempit dekat dengan tepi pantai. Pertempuran ini berakhir ketika

17 Hara-kiri adalah ritual bunuh diri seorang samurai dengan cara membelah perutnya sendiri. Ritual ini bisa merupakan hukuman karena melawan pemerintah, pilihan yang diambil karena rasa malu terhadap peristiwa tertentu, atau pilihan yang diambil karena samurai yang bersangkutan jatuh ke tangan musuh. (S.R. Turnbull dalam The Samurai: A Military History, 1983) 18 Turnbull, Op. Cit., hlm. 46-47 19 Klan Minamoto memakai warna putih untuk panji-panji perang mereka, sedangkan Klan Taira memakai warna merah. (Edward J. Reed dalam Japan: Its History, Traditions, and Religions, 2012) 20 James Murdoch, A History of Japan, vol.1 (London: Routledge & Kegan Paul Ltd., 1949), hlm. 338-339

8 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Yoritomo dan sisa prajuritnya meloloskan diri ke pegunungan.21 Yoritomo dan pasukannya mencapai tepi pantai di Tanjung Manazuru (真鶴岬 Manazuru-misaki), dan mereka menaiki perahu untuk menyeberang ke Wilayah Awa (安房国 Awa no Kuni). Di Awa, pasukan Miura bergabung dengan pasukan Minamoto. Mereka mengitari teluk yang pada masa kini merupakan Teluk Tōkyō (東京湾 Tōkyō-wan), dan bertemu dengan banyak rōtō Minamoto sehingga jumlah pasukannya yang sedikit dalam waktu singkat menjadi banyak.22

Pada tanggal 6 Oktober 1180 di Sagami, pasukan Minamoto memasuki sebuah desa bernama Kamakura, dan Yoritomo memutuskan untuk membangun markas besar militer di desa itu. Setelah mengumpulkan banyak rōtō dan mendirikan markas militer, pada awal bulan November 1180, Yoritomo mendapat kabar bahwa pasukan besar Taira pergi meninggalkan Heian-kyō menuju ke Tōgoku untuk menyerang Minamoto. Kiyomori menunjuk cucunya, Taira no Koremori (平維盛, 1158-1184), yang berusia dua puluh tahun dan baru memiliki sedikit pengalaman bertempur. Koremori didampingi oleh Tadanori, adik Kiyomori.23

Sebelum berhadapan dengan Taira, Yoritomo mengutus mertuanya, Hōjō Tokimasa, ke Wilayah Suruga (駿河国 Suruga no Kuni) untuk meminta bantuan kepada Klan Takeda (武田 氏 Takeda-shi), yang merupakan keturunan Klan Minamoto, agar menghapuskan seluruh pejabat dan rōtō Taira di Suruga. Pelaksanaan permintaan Yoritomo oleh Klan Takeda menjamin tidak ada hambatan bagi pasukan Minamoto di sepanjang Tōkaidō (東海道).24 Pasukan Minamoto bergerak melewati Puncak Ashigara ( 足 柄 峠 Ashigara-tōge) di Pegunungan Hakone ( 箱根外輪山 Hakone-gairinzan) menuju Suruga. Pada tanggal 9 November 1180, Yoritomo dan 27.000 orang prajuritnya yang sedang dalam kondisi prima tiba di sisi timur Sungai Fuji (富士川 Fujikawa). Ketika akan menyeberangi bagian sungai yang dangkal, pasukan Minamoto melihat panji-panji merah pasukan Taira. Pasukan Taira terdiri dari 50.000 prajurit, tetapi mereka sedang dalam kondisi kelelahan karena terburu-buru berjalan dari Heian-kyō ke Tōgoku.25

21 Turnbull, Op. Cit., hlm. 50-52 22 Murdoch, Op. Cit., hlm. 341-342 23 Turnbull, Op. Cit., hlm. 52-53 24 Tōkaidō atau Rute Laut Timur adalah jalan penghubung ibu kota dengan daerah yang berada di bagian timur Pulau Honshū. (John W. Hall dan Jeffrey P. Mass dalam Medieval Japan: Essays in Institutional History, 1974) 25 Murdoch, Op. Cit., hlm. 342

9 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Kedua pemimpin pasukan setuju bahwa mereka akan mulai bertempur pada tanggal 13 November 1180, tetapi dalam Pertempuran Fujikawa (富士川の戦い Fujikawa no Tatakai) tidak benar-benar terjadi adu senjata. Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan Minamoto karena pasukan Taira menarik diri. Pasukan Taira memperkirakan bahwa kemungkinan untuk mengalahkan pasukan Minamoto di Tōgoku sangat kecil. Pasukan Taira kembali ke Heian- kyō meninggalkan pasukan Minamoto di Sungai Fuji. Yoritomo ingin mengejar Klan Taira, tetapi dicegah oleh para penasihatnya yang menyarankan agar Yoritomo kembali ke markas militer dan memperkuat pasukannya di Tōgoku. Setelah peristiwa Pertempuran Fujikawa, Yoritomo kembali bertemu dengan adik bungsunya, Minamoto no Yoshitsune.26

Sementara itu di Heian-kyō, Kiyomori memutuskan untuk melakukan serangan balasan kepada para biarawan yang masih tersisa dari Pertempuran Uji Byōdō-in. Kiyomori mengutus anaknya, Tomomori, untuk menyerang Kuil Mii pada saat matahari terbit tanggal 19 Desember 1180. Tomomori, yang membawa sepuluh ribu pasukan, bertarung dengan para sōhei yang sebelumnya sudah membuat penghalang dengan tameng-tameng kayu dan batang- batang pohon. Pertarungan berlanjut hingga pasukan Tomomori membakar Kuil Mii, tetapi aksi ini tidak memberikan kerusakan berat terhadap kuil tersebut.27

Sementara itu, Kiyomori mencoba untuk membentuk aliansi politik dengan para biarawan pelajar atau gakusō (学僧) dari Kuil Kōfuku dan Kuil Tōdai (東大寺 Tōdai-ji) di Nara. Para biarawan menolak ajakan Kiyomori sehingga Kiyomori mengirim lima ratus prajurit ke Nara, tetapi memerintahkan mereka untuk tidak menggunakan kekerasan. Di Kuil Kōfuku, para biarawan menangkap dan membunuh sekitar enam puluh prajurit Taira sehingga Kiyomori memerintahkan penyerangan terhadap Nara dengan kekuatan penuh. Kali ini para biarawan lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi serangan karena Kiyomori mengirim anaknya yang lain, Shigehira, sebagai pemimpin pasukan. Seluruh biarawan, baik sōhei maupun gakusō, yang berjumlah tujuh ribu orang bergabung menghadapi pasukan Taira.28

Pada tanggal 28 Desember 1180, Shigehira memutuskan untuk membakar Nara, terutama Kuil Kōfuku dan Kuil Tōdai. Api cepat menyambar bangunan kuil karena angin bertiup ke segala arah. Bangunan kuil terbakar mulai dari ruang penyimpanan, pagoda, dan kemudian menara lonceng. Sebanyak 3.500 orang meninggal dalam pembakaran tersebut. Peristiwa

26 Ibid., hlm. 342-343 27 Turnbull, Op. Cit., hlm. 47-48 28 Ibid., hlm. 48-49

10 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Pembakaran Nara (南都焼討 Nanto Yakiuchi) diakhiri dengan terbakarnya Kuil Kōfuku dan Kuil Tōdai hingga hanya tersisa Shōsō-in (正倉院), yakni Ruang Penyimpanan Kekaisaran milik Kaisar Shomu (聖武天皇 Shōmu Tennō, 699-756, memerintah tahun 724-749) di Kuil Tōdai.29

3.5 Perlawanan Minamoto no Yoshinaka terhadap Klan Taira

Sekitar dua bulan setelah peristiwa Nara, tepatnya pada tanggal 20 Maret 1181, Kiyomori meninggal dunia. Pada tanggal 22 Maret 1181, diadakan rapat di kediaman Go-Shirakawa untuk membicarakan kabar mengenai perkembangan Klan Minamoto.30 Menjelang musim panas tahun 1181, terdapat tiga kubu kekuatan di Jepang, yakni Klan Taira yang bermarkas di Heian-kyō, Yoritomo yang bermarkas di Kamakura, dan Yoshinaka yang bermarkas di Wilayah Shinano (信濃国 Shinano no Kuni).31 Pada akhir tahun 1181, istana mengeluarkan perintah untuk mengamankan Hokurikudō ( 北陸道) 32 di mana terdapat perkembangan pasukan Minamoto di bawah pimpinan Yoshinaka. Pada bulan Juli tahun 1182, Taira no Munemori (平宗盛, 1147-1185), anak Kiyomori yang menjadi tōryō Taira, mengirimkan pasukan untuk menghukum Yoshinaka, tetapi gagal. Yoshinaka bergerak untuk menguasai Wilayah Kōzuke ( 上野国 Kōzuke no Kuni) yang berada di sebelah Shinano. Namun, Yoshinaka berbelok ke arah utara untuk merebut satu persatu wilayah di Hokurikudō karena Wilayah Kōzuke sangat berdekatan dengan wilayah-wilayah kekuasaan Yoritomo. Pasukan Yoshinaka mengalahkan pasukan Taira di lima wilayah di Hokurikudō dan menguasai Hokurikudō pada akhir musim panas tahun 1182.33

Yoritomo, yang selama ini juga memperhatikan pergerakan sepupunya tersebut, menunjuk dirinya sendiri sebagai Kepala Kamakura. Yoshitomo meyakini bahwa tidak bisa ada dua pemimpin kubu dalam Klan Minamoto. Pada awal musim semi tahun 1183, Yoritomo mengirim pasukan ke wilayah Yoshinaka untuk berunding, dan mereka mencapai keputusan untuk sama-sama menarik pasukan. Pada akhir bulan April 1183, Munemori mengirim pasukan dengan kekuatan penuh untuk menyerang Yoshinaka karena bagi mereka Yoshinaka

29 Ibid., hlm. 49-50 30 Turnbull, Op. Cit., hlm. 55-56 31 Wilayah Shinano pada masa kini adalah Prefektur Nagano (長野県 Nagano-ken). (Donald H. Shively dan William H. McCullough dalam The Cambridge History of Japan, 1999) 32 Hokurikudō atau Rute Daratan Utara adalah jalan penghubung ibu kota dengan daerah yang berada di bagian barat laut Pulau Honshū. (George Sansom dalam A History of Japan to 1334, 1958) 33 Turnbull, Op. Cit., hlm. 56

11 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

memberikan ancaman lebih besar daripada Yoritomo. Munemori menjalankan upaya merekrut atau memaksa seratus ribu orang untuk bergabung dalam pasukan Taira.34

Munemori menunjuk ponakannya, Koremori, untuk memimpin pasukan sementara. Pasukan ini berangkat ke Hokurikudō pada tanggal 10 Mei 1183 dengan persiapan yang buruk. Koremori, yang kurang memiliki pengalaman militer dan kurang mengerti perilaku prajurit, mendorong pasukannya untuk terus berjalan. Sekitar pertengahan bulan Mei 1183, pasukan garda depan Taira membuat kontak dengan beberapa prajurit Yoshinaka di Hiuchiyama (火打 山), salah satu lokasi pos pasukan Yoshinaka di Wilayah Echizen (越前国 Echizen no Kuni). Pada tanggal 20 Mei 1183, Pertempuran Hiuchi (火打城の戦い) dimenangkan oleh pasukan Taira dengan mengambil alih daerah Benteng Hiuchi (火打城 Hiuchi-jō). Kabar yang didapat Yoshinaka membantunya memperkirakan kekuatan dan pergerakan pasukan Taira.35

Untuk sampai ke Wilayah Etchū (越中国 Etchū no Kuni), Koremori memimpin pasukan Taira melewati Puncak Kurikara (倶利伽羅峠 Kurikara-tōge). Sementara itu, Yoshinaka membuat rencana agar pasukan Taira berhenti dan beristirahat di Tonamiyama (砺波山) agar pasukan Yoshinaka dapat mengepung pasukan Taira. Yoshinaka mengeluarkan perintah pemasangan tiga puluh panji-panji putih di bukit yang terlihat dari Tonamiyama. Koremori mengira bahwa di depan mereka terdapat pasukan besar Yoshinaka sehingga ia memerintahkan pasukan Taira untuk berhenti dan beristirahat di Tonamiyama seperti yang telah direncanakan Yoshinaka.36

Pada malam hari tanggal 1 Juni 1183, pasukan Yoshinaka mengepung pasukan Taira. Pada tanggal 2 Juni 1183, kedua pasukan bertempur sampai malam hari, dan Koremori memutuskan untuk menarik diri. Pasukan Yoshinaka mengejar dan mengalahkan mereka di Lembah Kurikara, serta mengakhiri Pertempuran Kurikara (倶利伽羅峠の戦い Kurikara- tōge no Tatakai) atau yang juga bisa disebut Pertempuran Tonamiyama (砺波山の戦い Tonami-yama no Tatakai). Sekitar tujuh ribu prajurit Taira terbunuh pada pertempuran itu, dan Koremori merupakan salah satu Taira yang dapat meloloskan diri. Yoshinaka, dan Yukiie yang telah bergabung, bergegas mengejar pasukan Taira ke ibu kota.37

34 Ibid., hlm. 56-57 35 Ibid., hlm. 56-58 36 Ibid., hlm. 58 37 Ibid., hlm. 59

12 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Pada tanggal 14 Agustus 1183, Klan Taira mengevakuasi Kaisar Antoku yang baru berusia sekitar lima tahun, ibu kaisar, Mahkota Kaisar, Pedang dan Cap Suci, serta sebagian besar anggota Klan Kekaisaran. Munemori mencoba membawa serta mantan kaisar Go-Shirakawa, tetapi Go-Shirakawa pergi ke Gunung Hiei pada malam sebelumnya untuk bergabung dengan pasukan Yoshinaka. Pada tanggal 17 Agustus 1183, mantan kaisar Go-Shirakawa, Yoshinaka, dan Yukiie beserta 30.000 prajurit mereka memasuki Heian-kyō. Sementara itu, pada tanggal 5 September 1183, iring-iringan Klan Taira memasuki Pulau Kyūshū (九州島 Kyūshū-jima), dan membentuk pemerintahan sementara di sana.38

3.6 Klan Minamoto Kamakura sebagai Klan Minamoto Tunggal Melawan Klan Taira

Di Heian-kyō, Yoshinaka mencabut jabatan dua ratus lebih anggota Klan Taira, dan mengumumkan bahwa harta kepemilikan Klan Taira telah hangus. Prajurit Yoshinaka dan Yukiie menjarah harta benda dari orang-orang yang terlihat seperti pendukung Klan Minamoto dan Klan Taira. Yoshinaka tidak berusaha melakukan apapun untuk menghentikan aksi yang dilakukan prajuritnya, sedangkan mantan kaisar Go-Shirakawa tidak bisa melakukan apapun. 39 Mantan kaisar Go-Shirakawa menunjuk Yoshinaka sebagai Kepala Wilayah Shinano dan Wilayah Kōzuke. Sedangkan Yoritomo ditugaskan untuk menduduki seluruh kediaman dan wilayah di Tōkaidō, Tōsandō (東山道),40 dan Hokurikudō yang telah disita dari Klan Taira serta mengembalikan kepada pemilik aslinya. Keputusan mantan kaisar tersebut mengganggu Yoshinaka karena berarti Yoritomo merupakan orang penting bagi istana dan masih menjadi saingan Yoshinaka.41

Menjelang akhir tahun 1183, Yukiie meninggalkan Yoshinaka karena kondisi mereka yang semakin buruk dan Yoritomo terus mengirimkan kata-kata ancaman dari Kamakura. Pada tanggal 4 Januari 1184, Yoshinaka yang tertekan menyerang dan membakar kediaman mantan kaisar Go-Shirakawa, membunuh para pangawal, dan menjadikan Go-Shirakawa sebagai tahanan rumah. Ia juga berusaha mengajak Klan Taira untuk beraliansi melawan Yoritomo. Namun, tidak ada satupun rencana Yoshinaka yang terlaksana. Go-Shirakawa secara

38 Murdoch, Op. Cit., hlm. 347 39 Turnbull, Op. Cit., hlm. 62-63 40 Tōsandō atau Rute Pegunungan Timur adalah jalan penghubung ibu kota dengan daerah yang berada di bagian tengah sampai utara Pulau Honshū. (S.R. Turnbull dalam The Samurai: A Military History, 1983) 41 Murdoch, Op. Cit., hlm. 349

13 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

sembunyi-sembunyi mengirim dua pengawalnya untuk membawa pesan kepada Yoritomo agar mempersiapkan pasukan melawan Yoshinaka.42

Pada bulan Februari 1184, terjadi Pertempuran Sungai Uji (宇治川の戦い Uji-gawa no Tatakai) atau Pertempuran Uji Kedua di mana 60.000 orang pasukan Yoshitsune mengalahkan pasukan Yoshinaka dengan cepat. Minamoto no Noriyori, saudara Yoritomo dan Yoshitsune, membawa 30.000 prajurit untuk menyeberangi Sungai Uji di Seta dan bergabung dengan pasukan Yoshitsune. Mereka bersama-sama menuju Heian-kyō di mana Yoshinaka beserta isteri dan iparnya berusaha melakukan upaya terakhir untuk menahan pasukan Yoshitsune. 43 Yoshitsune menemukan dan membawa mantan kaisar Go-Shirakawa sebelum dibawa pergi oleh Yoshinaka. Saudara ipar Yoshinaka menyarankan agar Yoshinaka kembali Wilayah Shinano dan Hokurikudō untuk menguasai wilayah-wilayah tersebut, serta membiarkan Yoritomo menguasai Tōkaidō dan Klan Taira menguasai Saikoku. Namun, Yoshinaka tertembak anak panah dan tewas saat baru mencapai Wilayah Ōmi.44

Mantan kaisar Go-Shirakawa mempekerjakan pasukan Minamoto Kamakura untuk melawan pasukan Taira dan mendapatkan kembali Pedang dan Cap Suci Kekaisaran. Pada tanggal 13 Maret 1184, pasukan Minamoto di bawah pimpinan Yoshitsune dan Noriyori berangkat ke Seto-naikai (瀬戸内海). Noriyori membawa 56.000 prajurit melewati Wilayah Harima, sementara Yoshitsune membawa 20.000 prajurit melewati Wilayah Tamba (丹波国 Tamba no Kuni) yang berada di antara Heian-kyō dan Wilayah Harima. Sasaran pertama Yoshitsune adalah markas militer Klan Taira di Fukuhara yang berupa sebuah benteng bernama Ichi-no- tani (一ノ谷).45 Pada Pertempuran Ichi-no-tani (一ノ谷の戦い Ichi-no-tani no Tatakai), pasukan Minamoto membakar apapun dan membuat Klan Taira berlari menyelamatkan diri ke kapal. Beberapa anggota Taira yang dapat meloloskan diri adalah Kaisar Antoku, yang masih berusia enam tahun, dan Munemori, tōryō Klan Taira. Tadanori tertinggal dan terbunuh, sedangkan Shigehira ditangkap oleh seorang prajurit Minamoto dan dijadikan tahanan. Pasukan Taira yang selamat memutuskan untuk membawa kaisar ke markas kedua di Yashima (屋島) di lepas pantai Pulau Shikoku. Pasukan Yoshitsune mengejar pasukan Taira

42 Turnbull, Op. Cit., hlm. 63 43 Ibid., hlm. 64-66 44 Murdoch, Op. Cit., hlm. 353-354 45 Turnbull, Op. Cit., hlm. 66-68

14 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

melewati laut, dan pasukan Noriyori berjalan menyusuri pantai Seto-naikai ke markas militer Klan Taira di Hikoshima (彦島) di selat sempit antara Pulau Honshū dan Pulau Kyūshū.46

Pada tanggal 13 Februari 1185, pasukan Noriyori sampai di Selat Shimonoseki (下関海峡 Shimonoseki-kaikyō). Noriyori mengirim permohonan ke Kamakura agar Yoritomo mengirimkan kuda dan kapal karena mereka tidak bisa menyeberang dari Pulau Honshū ke Pulau Kyūshū. Namun, pada tanggal 4 Maret 1185, salah satu prajurit menjual baju zirahnya dan membeli kapal untuk mereka menyeberang. Dengan kapal tersebut, pasukan Noriyori berlabuh di Wilayah Bungo (豊後国 Bungo no Kuni) di Pulau Kyūshū.47

Pada saat pasukan Noriyori bergerak ke arah barat, pasukan Yoshitsune membangun armada laut untuk berlayar ke Yashima. Sekitar pertengahan bulan Maret 1185, pasukan Yoshitsune menyeberangi celah laut dan mendekati Yashima. Kaisar Antoku langsung diselamatkan ke kapal, tetapi kapal-kapal Taira tidak langsung berangkat ke perairan lepas. Kapal-kapal Taira berjejer di celah sempit antara Yashima dan Shikoku untuk memberikan serangan kepada pasukan Minamoto sebelum mereka pergi. Perairan di celah tersebut sangat dangkal sehingga pasukan Minamoto dapat melewatinya dengan berkuda dan melawan pasukan Taira di kapal. Saat matahari mulai terbenam, pasukan Taira menarik diri menuju maskas militer terakhir mereka di Hikoshima. Pasukan Yoshitsune menyeberang ke Yashima dan mencuci baju zirah mereka, sementara pasukan Noriyori menduduki pantai di Hikoshima sambil menunggu kedatangan pasukan Taira.48

Pada tanggal 24 April 1185, Taira no Tomomori memimpin armada laut Taira keluar dari markas militer mereka Hikoshima untuk berlatih. Mereka berlayar melintasi Selat Shimonoseki ke arah timur. Pada saat yang bersamaan, armada laut Minamoto melaju dengan cepat dari arah Pulau Shikoku ke Pulau Manju (満珠島 Manju-shima). Jarak armada laut Minamoto dan armada laut Taira hanya sejauh 3 km. Tomomori, yang melihat armada laut Minamoto, mengatakan kepada pasukannya bahwa mereka tidak akan menarik diri dalam pertempuran ini. Kaisar Antoku ditempatkan di sebuah kapal biasa, sementara sebuah kapal besar lain berhias panji-panji digunakan sebagai umpan bagi Minamoto. Pada tanggal 25 April 1185, antara pukul enam dan delapan pagi, Klan Minamoto dan Klan Taira memulai Pertempuran Dan-no-ura (壇ノ浦の戦い Dan-no-ura no Tatakai), pertempuran terakhir

46 Ibid., hlm. 69-71 47 Murdoch, Op. Cit., hlm. 358-359 48 Turnbull, Op. Cit., hlm. 72-78

15 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

dalam Perang Genpei. Pertempuran ini terjadi di daerah pantai di ujung barat daya Pulau Honshū yang bernama Dan-no-ura.49

Dalam pertempuran ini, pasukan Minamoto dapat mendesak pasukan Taira. Tomomori, yang menyadari bahwa mereka sudah terjebak, memasuki kapal kaisar dan mengatakan bahwa jalan keluar satu-satunya adalah bunuh diri. Nenek kaisar, yang merupakan janda Kiyomori, menggendong Kaisar Antoku yang berusia delapan tahun dan melompat ke laut. Beberapa anggota Klan Taira lain mengikat jangkar ke baju zirah mereka dan menenggelamkan diri. Munemori hanya bisa melihat dan menunggu apa yang akan terjadi berikutnya sampai seorang prajurit mendorongnya ke laut. Munemori berusaha terus mengapung sampai akhirnya ditangkap oleh seorang prajurit Minamoto. Orang yang terakhir melakukan bunuh diri adalah Tomomori, dengan memakai dua lapis baju zirah dan melompat ke laut. Cermin Suci milik kekaisaran ditemukan, tetapi Pedang dan Cap Suci hilang ke lautan. Berakhirnya Pertempuran Dan-no-ura menandai berakhirnya Perang Genpei pada tahun 1185. Tidak ada lagi nama anggota Klan Taira yang dikenal dalam sejarah Jepang setelah peristiwa Perang Genpei. Sementara itu, Yoritomo sebagai tōryō Minamoto menjadi Pemimpin Kamakura, dan mendirikan Keshogunan Kamakura sebagai awal era Jepang feodal yang menggantikan era Jepang kuno.50

4. Kesimpulan Sejak memasuki pertengahan Zaman Heian pada abad ke-10, pemerintahan Jepang didominasi oleh Klan Minamoto dan Klan Taira. Kedua klan ini bersaing untuk posisi sebagai klan yang paling berpengaruh terhadap istana. Selain masalah di antara Klan Minamoto dan Klan Taira, praktik insei oleh para kaisar juga menjadi pendorong terjadinya Perang Genpei tahun 1180-1185. Dalam insei, penguasa yang turun tahta tetap mempertahankan pengaruh terhadap kaisar penerusnya. Para penguasa, yakni kaisar dan mantan kaisar, memiliki pendukungnya sendiri-sendiri baik dari Klan Minamoto maupun Klan Taira.

Pada Pertempuran Hōgen tahun 1156, terdapat penggabungan pasukan Minamoto dan Taira pada masing-masing kubu Kaisar Go-Shirakawa dan mantan kaisar Sutoku. Pertempuran ini dimenangkan oleh kubu Kaisar Go-Shirakawa dengan dukungan dari Minamoto no Yoshitomo dan Taira no Kiyomori. Namun, pada Pertempuran Heiji tahun 1160, Yoshitomo terbunuh saat berbalik melawan Kiyomori karena ingin Klan Minamoto mendominasi

49 Ibid., hlm. 78-79 50 Ibid., hlm. 79-80

16 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

pemerintahan tanpa adanya persaingan dari Klan Taira. Pada tahun 1180, Kiyomori mendukung Antoku, cucu Kiyomori dan mantan kaisar Go-Shirakawa yang baru berusia sekitar 2 tahun, untuk naik tahta. Antoku merupakan cucu Kiyomori dan Go-Shirakawa. Pada tahun yang sama terjadi perlawanan dari Minamoto no Yorimasa, kerabat Yoshitomo, terhadap Kiyomori. Yorimasa mendukung Pangeran Mochihito, salah seorang anak Go- Shirakawa, untuk naik tahta sebagai kaisar. Mereka bersama-sama menyerukan perang terhadap Klan Taira dengan bantuan dari para prajurit biarawan atau sōhei Kuil Mii. Dalam Pertempuran Uji Byōdo-in sebagai awal dimulainya Perang Genpei pada tahun 1180, kubu Klan Minamoto mengalami kekalahan dengan terbunuhnya Yorimasa dan Pangeran Mochihito. Perang Genpei tahun 1180-1185 merupakan perang saudara antara kubu Klan Minamoto dan kubu Klan Taira dalam memperebutkan kekuasaan di pemerintahan. Perang ini terbentuk dari pertempuran-pertempuran besar dan kecil yang berlokasi di sebagian besar wilayah di Jepang.

Pada tahun 1183, terdapat tiga kubu militer dalam Perang Genpei, yaitu Klan Minamoto di bawah pimpinan Yoritomo (Kamakura), Klan Taira di bawah pimpinan Taira no Munemori yang merupakan anak Kiyomori (Heian-kyō), dan Klan Minamoto di bawah pimpinan Minamoto no Yoshinaka yang merupakan sepupu Yoritomo (Wilayah Shinano). Pada tahun 1184, kubu Yoritomo mengalahkan kubu Yoshinaka dan menjadi kubu Minamoto tunggal melawan Taira. Pada tahun 1185, terjadi Pertempuran Dan-no-ura yang merupakan akhir dari Perang Genpei. Para anggota Klan Taira beserta Kaisar Antoku melakukan aksi bunuh diri dengan cara terjun ke laut karena menyadari mereka akan kalah. Setelah Perang Genpei, nama Klan Taira menghilang dari sejarah Jepang, dan Yoritomo mempimpin Klan Minamoto dalam mendirikan Keshogunan Kamakura. Dengan demikian, Perang Genpei tidak hanya menghasilkan peningkatan kekuasaan Klan Minamoto dan kejatuhan Klan Taira, tetapi juga perubahan bentuk pemerintahan di Jepang menjadi feodal. Pembentukan Keshogunan Kamakura menandai akhir dari era Jepang kuno sekaligus awal dari era Jepang feodal.

5. Saran

Penelitian Jurnal kali ini hanya terfokus pada pertentangan Klan Minamoto dan Klan Taira pada Perang Genpei. Bagi orang yang ingin meneliti dengan tema yang sama, dapat membahas dampak Perang Genpei dan hubungannya dengan pembentukan era feodal, atau membahas Heike Monogatari baik dari sudut pandang sejarah maupun sastra.

17 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Daftar Pustaka

Buku:

Hall, John W., & Mass, Jeffrey P. (Ed.). (1974). Medieval Japan: Essays in Institutional History. London: Yale University Press Ltd.

Hürlimann, M., & King, F. (1970). Japan. Tōkyō: Charles E. Tuttle Company.

Inoue Mitsusada (井上光貞), & Takeuchi Rizō (竹内理三). (1967). Nihon no Rekishi, Bekkan 1: Zuroku Genshi kara Heian (日本の歴史、別巻1:図録 原始から平安). Tōkyō (東京): Chūōkōron-sha Inc. (中央公論社).

Ishikawa Tadashi. (1968). Palaces of Kyoto. Tōkyō: Kondansha International Ltd.

Izawa Motohiko ( 井沢元彦). (2011). Bijuaru Genpei 1000 Nin: Kiyomori, Yoritomo, Yoshitsune… Genpei Sōran no 546 Nin to Rekishi wo Ugokashita Ijin-tachi (ビジュアル源平 1000人:清盛、頼朝、義経…源平争乱の546人と歴史を動かした偉人たち). Tōkyō (東京): Sekaibunka-sha (世界文化社).

Mason, R.H.P., & Caiger, J.G. (1997). A History of Japan (2nd ed.). Singapore: Tuttle Publishing.

Mass, Jeffrey P. (1999). Yoritomo and the Founding of the First Bakufu: The Origins of Dual Government in Japan. California: Stanford University Press.

Murdoch, James. (1949). A History of Japan (Vol. 1). London: Routledge & Kegan Paul Ltd.

Sansom, George. (1958). A History of Japan to 1334. California: Stanford University Press.

Shively, Donald H., & McCullough, William H. (Ed.). (1999). The Cambridge History of Japan (Vol. 2). New York: Cambridge University Press.

Swandana, Dozi. (2009). Dewa Perang Jepang. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Takeuchi Rizō (竹内理三). (1965). Nihon no Rekishi 6: Bushi no Tōjō (日本の歴史6:武 士の登場). Tōkyō (東京): Chūōkōron-sha Inc. (中央公論社).

Takeuchi Rizō (竹内理三), & Nagahara Keiji (永原慶二). (1967). Nihon no Rekishi, Bekkan 2: Zuroku Kamakura kara Sengoku (日本の歴史、別巻2:図録 鎌倉から戦国). Tōkyō ( 東京): Chūōkōron-sha Inc. (中央公論社).

Turnbull, S.R. (1983). The Samurai: A Military History (2nd ed.). London: Osprey Publishing Ltd. Turnbull, Stephen. (1998). The Samurai Sourcebook. London: Cassell & Co.

Varley, H. Paul., Ivan., & Morris, Nubuko. (2008). Samurai: Sejarah & Perkembangan (Dwi Istiani, Penerjemah.). Jakarta: Komunitas Bambu.

18 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Publikasi Elektronik:

Adolphson, Mikael S. (2000). The Gates of Power: Monks, Courtiers, and Warriors in Premodern Japan. Hawai’i: University of Hawai’i Press. March 2, 2013. http://books.google.co.id/books?id=kjT8_78YAwAC&printsec=frontcover&dq=adolphson& hl=id&sa=X&ei=Vt7JUYv5CcOmrAfH0YHYBg&ved=0CDQQ6AEwAQ

Lach, Donald F., & Van Kley, Edwin J. (1993). Asia in the Making of Europe: Volume III A Century of Advance, Book 1. Chicago: The University of Chicago Press. March 2, 2013. http://books.google.co.id/books?id=PjVKjJ- WgOYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Reed, Edward J. (2012). Japan: Its History, Traditions, and Religions (Vol. 1). New York: Cambridge University Press. May 30, 2013. http://books.google.co.id/books?id=8C6rizKjHOwC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage &q&f=false

Yamaori Tetsuo (山折哲雄). (2009). Nihonjin to ‘Shi no Junbi’: Kore kara wo yori Yoku Ikiru tame ni (日本人と「死の準備」 : これからをより良く生きるために . Tōkyō (東 京): Kadokawa SS Communications Co, Ltd. (角川 SS コミュニケーションズ). May 2 , 2013. http://books.google.co.id/books?id=CZpLAQAAIAAJ&q=山折哲雄+埋れ木の花咲く事も なかりしに身のなる果てぞ悲しかりける&dq=山折哲雄+埋れ木の花咲く事もなかり しに身のなる果てぞ悲しかりける&hl=id&sa=X&ei=P- HJUYKcGsnRrQfy8IGIBQ&ved=0CCwQ6AEwAA

Yiengpruksawan, Mimi H. (1998). Hiraizumi: Buddhist Art and Regional Politics in Twelfth- Century Japan. Cambridge: Harvard University Press. March 9, 2013. http://books.google.co.id/books?id=YBLTFS1DfRYC&printsec=frontcover&dq=yiengpruksa wan&hl=id&sa=X&ei=i-HJUdmZNYbUrQf9yoHoDA&ved=0CDcQ6AEwAQ

Chapter Five: Heian Period Politics & Institutions. (n.d.). November 26, 2012. http://www.personal.psu.edu/faculty/g/j/gjs4/textbooks/480/ch5.htm

Chapter Six: The Heian Aristocrats. (n.d.). May 29, 2013. http://www.personal.psu.edu/faculty/g/j/gjs4/textbooks/480/ch6.htm

Minamoto no Yorimasa Nagaharu Ichi ~ Dishō Shi (1104-1180 Hōmyō: Raien ・Maren Tsūshō: Genzanmi (源頼政 みなもとのよりまさ 長治一~治承四 (1104-1180) 法名: 頼 円 ・ 真 蓮 通 称 : 源 三 位 ). May 27, 2013. http://www.asahi-net.or.jp/~sg2h- ymst/yamatouta/sennin/yorimasa.html

The Imperial House Law. The Imperial Household Agency. April 17, 2013. http://www.kunaicho.go.jp/e-kunaicho/hourei-01.html

19 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013

Lampiran

Peta Pembagian Wilayah di Jepang Pada Zaman Heian Sumber: Mass, Jeffrey P. (1999). Yoritomo and the Founding of the First Bakufu: The Origins of Dual Government in Japan. California: Stanford University Press.

Peta Lokasi Pertempuran dalam Perang Genpei di Seluruh Jepang Sumber: Shively, Donald H., & McCullough, William H. (Ed.). (1999). The Cambridge History of Japan (Vol. 2). New York: Cambridge University Press.

20 Pertentangan klan..., Amelia Savitri, FIB UI, 2013