Jurnal Sumberdaya HAYATI Juni 2021 Available online at: Vol. 7 No. 1, hlm 25-35 https://journal.ipb.ac.id/index.php/sumberdayahayati

Identifikasi Tumbuhan Sumber Polen pada Madu Lebah Heterotrigona itama dan Tetragonula laeviceps di Belitung

Identification of as Pollen Source in Honey of Stingless Bee Heterotrigona itama and Tetragonula laeviceps from Belitung

ABYAN SETYA PRIAMBUDI, RIKA RAFFIUDIN, NINA RATNA DJUITA*

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Diterima 6 Februari 2021/Disetujui 26 Juni 2021

Stingless bees forage to the flower for nectar and at the same time, pollen also trapped in the body hairs of the bees. Mostly pollen was concentrated into the pollen basket and transferred to the pollen and honey pot in the stingless bee nest. Pollen is male gametophytes of plants which have various of shapes, sizes, and ornamentations. This palynology study was aimed to identify the plants of pollen source that were found in honey of stingless bee Heterotrigona itama and Tetragonula laeviceps in Belitung and to analyze characteristics of the pollen. Pollen was extracted from honey and conducted the acetolysis and identification of the pollen in honey. We found 11 and 19 as pollen soirce in the honey of H. itama and T. laeviceps, respectively. Pollen from Macaranga tanarius (23.72%) and Cocos nucifera (22.53%) were the two most dominant species on the H. itama honey. Pollen from Ageratum conyzoides (16.36%) are most often found in T. laeviceps honey. The most common pollen in honey of H. itama and T. laeviceps were from Arecaceae with a total of three species. Pollen from plants with tree habitus is most commonly found in honey of both species of stingless bees.

Key words: Heterotrigona itama, palynology, Tetragonula laeviceps, Macaranga tanarius, Cocos nucifera ______

PENDAHULUAN umur lebah pekerja dan serta perkembangan lebah yang tidak normal (Scotfield dan Mattila 2015). Polen merupakan gametofit jantan yang dijumpai Tumbuhan penghasil polen yang dikumpulkan pada tumbuhan berbiji, baik Angisopermae maupun oleh lebah sebagai sumber pakan di antaranya Gymnospermae. Dinding polen terdiri atas dua Acacia sp., Ageratum houstonianum, Calliandra lapisan yaitu eksin dan intin. Lapisan eksin brevipes, Capsicum sp., Carica papaya, Cocos tersusun oleh sporopollenin yaitu suatu senyawa nucifera, Helianthus sp., Impatiens balsamina, biopolimer yang terdapat pada dinding luar polen Mimosa pudica, dan Psidium guajava (Ramalho et untuk melindungi dari serangan lingkungan (Kim al. 1990). Penelitian tentang keanekaragaman polen dan Douglas 2013), sedangkan intin tersusun oleh di suatu tempat penting dilakukan untuk mengetahui selulosa (Lersten 2004). Kandungan zat gizi pada tanaman yang polennya dikoleksi oleh lebah. Dengan polen terdiri atas protein, karbohidrat, asam lemak, adanya informasi ini, konservasi dapat dilakukan senyawa fenolik (Campos et al. 2008), lipid, mineral, dan memperbanyak area penanaman jenis-jenis dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman potensial sebagai sumber pakan lebah. dan perkembangan lebah madu (Herbert dan Serangga yang mengumpulkan polen contohnya Shimanuki 1978). Polen menjadi faktor penting berasal dari kelompok corbiculata seperti lebah yang mempengaruhi perkembangan koloni lebah tanpa sengat, dicirikan dengan adanya pollen basket (Keller et al. 2005), sehingga ketersediaannya sangat pada tungkai belakang lebah pekerja yang berfungsi menentukan perkembangan dan kondisi kesehatan sebagai pembawa polen. Contoh lebah tanpa sengat koloni. Kekurangan polen mengakibatkan penurunan adalah Tetragonula laeviceps dan Heterotrigona itama. Ukuran tubuh T. laeviceps berkisar 3.2-3.5 ______mm (Azizi et al. 2020) dengan tubuh berwarna hitam ∗Penulis korespondensi: E-mail: [email protected] dominan dan terdapat rambut berwarna keputihan pada permukaan ventral abdomen (Sakagami 1978). 26 PRIAMBUDI AS ET AL. Jurnal Sumberdaya HAYATI

Heterotrigona itama memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan T. laeviceps berkisar 5-7 mm (Azizi et al. 2020). Banyaknya jumlah madu yang dihasilkan menjadikan lebah H. itama paling banyak diternakkan oleh petani lebah (Inoue et al. 1985). Selain mengumpulkan polen, kelompok corbiculata juga mengumpulkan madu yaitu cairan alami dari nektar bunga yang umumnya memiliki rasa manis (Evahelda et al. 2017). Nektar bunga disintesis dan diproduksi oleh nectaries atau kelenjar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tumbuhan penghasil polen yang dikumpulkan oleh lebah tanpa sengat H. itama dan T. laeviceps di Belitung.

Gambar 1. Peta lokasi koleksi polen dari madu dan sarang H. BAHAN DAN METODE itama dan T. laeviceps di Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung Pengambilan Sampel. Sampel polen dari madu dikoleksi dari peternak lebah tanpa sengat HASIL di Belitung. Lokasi koleksi polen dari madu H. itama dan T. laeviceps berasal dari Desa Keciput, Identifikasi Polen dari Madu H. itama. Polen Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi dari madu H. itama berhasil diidentifikasi berasal Bangka Belitung yang berada pada koordinat 2° 33′ dari sembilan spesies dari 11 spesies tumbuhan yang dijumpai (Tabel 1). Persentase polen pada madu H. 13” Lintang Selatan dan 107° 42′ 45” Bujur Timur itama sangat beragam. Polen dari tumbuhan Macaranga (Gambar 1). tanarius (Euphorbiaceae) memiliki persentase paling Ekstraksi Polen dari Madu dan Asetolisis. tinggi (23.72%) pada madu H. itama dikategorikan Metode yang dipakai untuk mengamati polen sebagai secondary pollen type (16-45%). Tipe aperture menggunakan metode asetolisis (Erdtman 1952). polen yang mendominasi pada madu H. itama berupa Setelah polen diasetolisis kemudian ditambahkan tricolporate. Bentuk polen berdasarkan sumbu polar gliserin 30% dan diaduk menggunakan tusuk gigi dan ekuatorial yang paling banyak dijumpai yaitu agar tidak menggumpal. Larutan yang berisi polen circular dan circular oval. Ornamentasi eksin yang diteteskan ke gelas objek dan ditutup dengan gelas banyak dijumpai pada adalah tipe psilate. Polen penutup. berukuran sedang (25-50 µm) paling banyak dijumpai Identifikasi Polen. Preparat polen diamati pada madu H. itama (Tabel 1). dengan mikroskop majemuk (CX-23) dan kamera Identifikasi Polen dari Madu T. laeviceps. Polen yang berasal dari madu T. laeviceps berhasil digital OptiLab yang terhubung pada komputer. diidentifikasi sebanyak 17 spesies tumbuhan dari 19 Penghitungan jumlah polen pada tiap sampel spesies yang ditemukan (Tabel 2). Persentase polen dilakukan hingga polen mencapai jumlah minimal pada madu T. laeviceps berbeda-beda. Polen dari 200-300 polen (Kiew dan Muid 1991). Polen tumbuhan Ageratum conyzoides (Asteraceae) memiliki diidentifikasi menggunakan Pollen Flora of persentase paling tinggi (16.36%) dan dikategorikan (Huang 1972) dan database Australian Pollen and sebagai secondary pollen type (16-45%). Tipe aperture Spore Atlas (APSA) (http://apsa.anu.edu.ai/) dan polen yang mendominasi pada madu T. laeviceps Weber (1998). Polen yang sudah diidentifikasi adalah tipe tricolporate. Bentuk polen berdasarkan dihitung persentasenya dan dikelompokkan menjadi sumbu polar dan ekuatorial yang banyak dijumpai Predominant Pollen Type (PPT) (>45%), Secondary adalah bentuk circular dan circular oval. Ornamentasi Pollen Type (SPT) (16-45%), Important Minor eksin yang banyak dijumpai yaitu tipe psilate. Polen Pollen Type (IMPT) (3-15%), dan Minor Pollen Type berukuran kecil (10-25 µm) banyak dijumpai pada madu T. laeviceps. (MPT) (<3%) (Kiew dan Muid 1991). Penghitungan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan dari persentase polen dilakukan dengan membandingkan Madu H. itama dan T. laeviceps. Spesies tumbuhan jumlah polen dari spesies tumbuhan yang didapat yang ditemukan pada madu H. itama lebih sedikit dengan jumlah keseluruhan polen pada sampel dan jumlahnya dibandingkan dengan tumbuhan pada madu dikalikan 100 persen. T. laeviceps. Tumbuhan yang polennya dikoleksi oleh H. itama berasal dari 8 family (Tabel 1), sedangkan Jumlah polen per spesies tumbuhan yang dikoleksi oleh T. laeviceps berasal dari 15 family Persentase polen = x 100 (Tabel 2). Jumlah total polen pada sampel Vol. 7, 2021 27 A: 3. = Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Habitus polen n APSA APSA APSA APSA APSA APSA APSA APSA Referensi (MPT). kategori Persentase polen (%)/ 3.95/IMPT 18.18/SPT 22.53/SPT 4.35/IMPT 3.56/IMPT 23.72/SPT 5.53/IMPT / Type Minor Pollen / (IMPT), Spesies/famili/nama lokal Spesies/famili/nama Acacia mangium Mimosaceae/ hutan Tongke Ageratum conyzoides Guioa pleuropteris/ Sapindaceae/Pulas Macaranga tanarius/ Euphorbiaceae/Mara Myrica javanica/ Myricaceae/Mengkikiran Asteraceae/Babadotan Cocos nucifera/ Arecaceae/kelapa Elaeis guineensis/ Arecaceae/Kelapa sawit Compressed oval , , CPO: Compressed Oval Circular Sub Angular , COC: Constricted SB: Ukuran (µm) polar/ekuatorial 35.65±1.16 / - (sedang) / 19.88±1.95 20.75±0.39 (kecil) - / 32.45±0.61 (sedang) / 31.86±0.95 32.06±1.05 (sedang) / 22.58±0.35 24.86±0.72 (kecil) / 19.25±1.07 15.15±0.96 (kecil) / 27.03±1.00 25.91±1.65 (sedang) eksin Psilate , SA: Semi Angular Echinate Scabrate Psilate Psilate Psilate Psilate Ornamen-tasi - B CO CO CO CO COC Ekuatorial sumbu - C C SA SB SA ISB Bentuk berdasarkan Polar - Aperture 3- colporate Mono-sulcate Syn-colpate 3- colporate 3- colporate 3- colporate - -

Ekuatorial H. itama (APSA) Australian Pollen and Spore Atlas Australian Pollen and Spore

Polar

Morfologi rujukan polen Type (SPT), Important Minor Pollen Type Pollen (PPT), Secondary Type Pollen 10 µm. Predominant . Skala: Aperture (→) - Circular Oval , IH: Inter Hexagonal IS: Semilobate , CO: Circular , C: Circular Biconvex Ekuatorial B: , ditemukan. - Morfologi Tidak ISB: Inter Sub Angular , APSA: Apiculate polen yang diamati Polar

Tabel 1. Keanekaragaman polen dari madu Tabel (-) 28 PRIAMBUDI AS ET AL. Jurnal Sumberdaya HAYATI A: 3. - - = Habitus Pohon Pohon polen n - - APSA APSA APSA Referensi (MPT). kategori Persentase polen (%)/ 1.98/MPT 12.65/IMPT 1.19/MPT 2.37/MPT Type Minor Pollen (IMPT), sp 1 sp 2 Spesies/famili/nama lokal Spesies/famili/nama Vitex pinnata/ Vitex /Laban pubescens/ /Bentawas Compressed oval , , CPO: Compressed Oval Circular Sub Angular , COC: Constricted SB: Ukuran (µm) polar/ekuatorial 29.34±1.12 / 28.83±1.15 (sedang) / 25.63±1.15 27.20±0.91 (sedang) 80.50±0.14 / - (besar) 27.98±2.00 / - (sedang) eksin , SA: Semi Angular Scabrate Reticulate Rugulate Psilate Ornamen-tasi - - CO CO Ekuatorial sumbu C IS SA CPO Bentuk berdasarkan Polar - - Aperture 3- colporate 1- porate - - Ekuatorial (APSA) - - Australian Pollen and Spore Atlas Australian Pollen and Spore Polar Morfologi rujukan polen Type (SPT), Important Minor Pollen Type Pollen (PPT), Secondary Type Pollen 10 µm. Predominant . Skala: Aperture (→) - - , IH: Inter Hexagonal IS: Semilobate Oval , CO: Circular , C: Circular Biconvex Ekuatorial B: , ditemukan. Morfologi Tidak ISB: Inter Sub Angular , APSA: Apiculate polen yang diamati Polar Tabel 1. Lanjutan Tabel (-) Vol. 7, 2021 29 A: 3. = Herba Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Habitus polen n APSA APSA APSA PFoT APSA APSA APSA APSA Referensi (MPT). kategori Persentase polen (%)/ 16.36/SPT 4.39/IMPT 2.79/MPT 4.26/IMPT 4.92/IMPT 5.19/IMPT 9.97/IMPT Type Minor Pollen (IMPT), lusiaceae/ Spesies/famili/nama lokal Spesies/famili/nama Ageratum conyzoides/ Asteraceae/Babadotan Calophyllum inophyllum/ Nyamplung Caryota mitis/ Arecaceae/Sarai Cocos nucifera/ Arecaceae/kelapa Cratoxylum formosum / Hypericaceae/Butun Elaeis guineensis/ Arecaceae/kelapa sawit ganitrus/ /Ganitri Compressed oval , , CPO: Compressed Oval Circular Sub Angular , COC: Constricted SB: Ukuran (µm) polar/ekuatorial 20.19±1.06 / 20.19±1.06 19.26±1.01 (kecil) / 20.22±1.76 13.39±1.01 (kecil) 21.02±2.69 / - (kecil) - / 39.63±1.16 (sedang) / 18.51±1.42 17.90±0.97 (kecil) / 36.13±0.54 35.86±0.50 (sedang) / 17.90±0.60 19.58±1.05 (kecil) eksin Psilate , SA: Semi Angular Scabrate Echinate Rugulate Psilate Psilate Psilate Ornamen-tasi - - CO CO CO CPO COC Ekuatorial sumbu - C C IH SA ISB CPO Bentuk berdasarkan Polar Aperture 3- colporate 3- colporate Mono-sulcate Mono-sulcate 3- porate Syn-colpate 3- colporate - Ekuatorial T. laeviceps T. (APSA) Pollen Flora of Taiwan Atlas, PFoT: Australian Pollen and Spore Polar Morfologi rujukan polen Type (SPT), Important Minor Pollen Type Pollen (PPT), Secondary Type Pollen 10 µm. Predominant . Skala: Aperture (→) - Circular Oval , IH: Inter Hexagonal IS: Semilobate , CO: Circular , C: Circular Biconvex Ekuatorial B: , ditemukan. - Morfologi Tidak ISB: Inter Sub Angular , APSA: Apiculate polen yang diamati Polar Tabel 2. Keanekaragaman polen dari madu Tabel (-) 30 PRIAMBUDI AS ET AL. Jurnal Sumberdaya HAYATI A: 3. = Herba Herba Herba Herba Pohon Habitus Liana Semak polen n APSA APSA APSA APSA APSA APSA, PFoT APSA APSA Referensi (MPT). kategori Persentase polen (%)/ 0.53/MPT 3.46/IMPT 1.99/MPT 1.20/MPT 1.86/MPT 0.66/MPT 2.26/MPT / / Type Minor Pollen (IMPT), Spesies/famili/nama lokal Spesies/famili/nama Freycinetia scandens/ Freycinetia Pandanaceae/Telinsing Mimosa pudica/ Fabaceae/Putri malu Mischocarpus sundaicus /Sapindaceae/ Pulas rusa nudiflora / Murdannia Commelinaceae/Rumput tapak burung Phyllanthus urinaria/ Phyllanthaceae/Meniran Pternandra coerulescens Melastomataceae/Ladi Symplocos adenophylla Symplocaceae/Mendiraman Compressed oval , , CPO: Compressed Oval Circular Sub Angular , COC: Constricted SB: Ukuran (µm) polar/ekuatorial - / 16.74±1.17 (kecil) 8.36±1.07 / - (sangat kecil) - / 22.09±1.16 (kecil) - / 31.90±0.95 (sedang) 25.85±0.95 / - (sedang) 16.34±2.19 / 18.39±0.26 (kecil) - / 18.81(kecil) eksin Psilate Psilate Psilate Psilate Psilate , SA: Semi Angular Scabrate Psilate Ornamen-tasi - - CO CO CO CO CPO Ekuatorial sumbu - - - - C C IH Bentuk berdasarkan Polar - - Aperture 3- colporate 2- colpate Mono-sulcate 3- porate 3- porate - - Ekuatorial (APSA) - - - - Australian Pollen and Spore Atlas, PFoT : Pollen Flora of Taiwan Australian Pollen and Spore Polar Morfologi rujukan polen Type (SPT), Important Minor Pollen Type (PPT), Secondary Pollen Type Pollen . Skala: 10 µm. Predominant Aperture (→) - , IH: Inter Hexagonal IS: Semilobate Oval , CO: Circular , C: Circular Biconvex Ekuatorial B: , ditemukan. - - - Morfologi Tidak ISB: Inter Sub Angular , APSA: Apiculate polen yang diamati Polar Tabel 2. Lanjutan Tabel (-) Vol. 7, 2021 31 A: 3. - - = Pohon Habitus Pohon Pohon polen - n - APSA APSA APSA APSA Referensi (MPT). kategori Persentase polen (%)/ 8.91/IMPT 3.06/IMPT 10.24/IMPT 17.42/SPT 0.53/MPT Type Minor Pollen (IMPT), sp 1 sp 2 Spesies/famili/nama lokal Spesies/famili/nama Trema tomentosa/ Trema Cannabaceae/Anggerung pinnata/ Vitex Lamiaceae/Laban pubescens/ Wrightia Apocynaceae/Bentawas Compressed oval , , CPO: Compressed Oval Circular Sub Angular , COC: Constricted SB: Ukuran (µm) polar/ekuatorial 17.68±0.54 / 17.68±0.54 18.06±0.31 (kecil) 37.60±0.51 / 39.96±1.81 (sedang) - / 14.73±0.55 (kecil) 92.25±1.88 / - (besar) 23.23±0.99 / - (kecil) eksin Psilate Scabrate , SA: Semi Angular Scabrate Reticulate Psilate Ornamen-tasi - - CO CO CO Ekuatorial sumbu - C C IS SA Bentuk berdasarkan Polar - - 1- porate Aperture 3- colporate 2- porate - - - Ekuatorial (APSA) - - Australian Pollen and Spore Atlas Australian Pollen and Spore Polar Morfologi rujukan polen Type (SPT), Important Minor Pollen Type Pollen (PPT), Secondary Type Pollen 10 µm. Predominant . Skala: Aperture (→) - - , IH: Inter Hexagonal IS: Semilobate Oval , CO: Circular , C: Circular Biconvex Ekuatorial B: , ditemukan. - Morfologi Tidak ISB: Inter Sub Angular , APSA: Apiculate polen yang diamati Polar Tabel 2. Lanjutan Tabel (-) 32 PRIAMBUDI AS ET AL. Jurnal Sumberdaya HAYATI

Polen yang telah diidentifikasi dari madu H. Ornamentasi eksin merupakan ciri khas pada itama dan T. laeviceps dikelompokkan berdasarkan setiap spesies tumbuhan berupa pahatan-pahatan tipe habitus tumbuhan. Terdapat empat tipe habitus yang terdapat pada dinding luar polen (Erdtman yaitu pohon, herba, semak, dan liana yang dijumpai 1954). Polen dari madu H. itama dan T. laeviceps dalam penelitian ini. Habitus tumbuhan yang polennya dominan memiliki ornamentasi eksin dengan tipe dijumpai pada madu H. itama sebagian besar berupa psilate. Ornamentasi tipe psilate dapat dijumpai pohon, hanya satu yang berupa herba (Tabel 1), pada polen tumbuhan A. mangium, C. inophyllum, sedangkan pada madu T. laeviceps dijumpai habitus C. formosum, E. guineensis, E. ganitrus, F. yang lebih beragam yaitu herba, semak, pohon, dan scandens, G. pleuropteris, L. camara, M. tanarius, liana dengan habitus pohon yang mendominasi (Tabel M. pudica, M. sundaicus, M. javanica, P. urinaria, 2). S. adenophylla, T. tomentosa, dan V. pinnata. Hasil penelitian Nugroho dan Soesilohadi (2014) PEMBAHASAN menunjukkan bahwa ornamentasi polen yang dikoleksi lebah tanpa sengat lainnya seperti Trigona Karakter Morfologi Polen dari Madu sp. di Kabupaten Gunung Kidul juga didominasi oleh Lebah Tanpa Sengat. Karakter morfologi yang psilate dan ornamentasi lainnya berupa echinate. digunakan dalam identifikasi polen berupa aperture Tipe ornamentasi eksin pada polen dibedakan polen, bentuk polen berdasarkan sumbu polar dan berdasarkan ukuran, bentuk dan susunan unsur ekuatorial, ornamentasi eksin dan ukuran polen. Tipe ornamentasi. Perbedaan ukuran polen menjadi polen dibedakan menjadi dua yaitu kolpus berupa faktor penentu lebah untuk menjadikan polen celah memanjang dan pori yang berbentuk bulat. tersebut sebagai sumber pakan. Menurut Azmi Tipe aperture polen yang dominan ditemukan pada et al. (2015) salah satu faktor daya tarik lebah madu dan sarang H. itama dan T. laeviceps adalah saat mengumpulkan polen adalah ukuran polen. tricolporate. Tipe ini juga mendominasi polen yang Semakin besar ukuran polen maka semakin sulit dikumpulkan lebah Trigona sp. di Gunung Kidul lebah untuk membawanya, sebaliknya semakin (Nugroho dan Soesilohadi 2014). Tricolporate kecil ukuran polen maka lebih mudah untuk lebah merupakan tipe aperture dengan ciri tiga celah dan tersebut membawanya. Polen dengan diameter tiga pori. Adanya tiga celah serbuk sari memberi sangat kecil (<10 µm) ditemukan pada tumbuhan keuntungan karena dapat meningkatkan kecepatan M. pudica dengan rata-rata diameter 8.85 µm. Polen fertilisasi (Furness dan Rudall 2004). Tipe aperture dengan diameter kecil (10-25 µm) dijumpai pada tricolporate dapat dijumpai pada polen tumbuhan A. tumbuhan T. tomentosa dengan rata-rata diameter conyzoides, Calophyllum inophyllum, Elaeocarpus 18.47 µm. Polen dengan diameter sedang (25-50 ganitrus, Guioa pleuropteris, M. tanarius, µm) terdapat pada tumbuhan E. guineensis dengan Mischocarpus sundaicus, dan Vitex pinnata. rata-rata diameter 34.56 µm. Lebah lainnya, Trigona Polen dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk sp. umumnya juga mengoleksi polen dengan ukuran tampak polar dan ekuatorial. Bentuk polen kecil, meskipun ada juga polen besar yang dikoleksi berdasarkan sumbu polar pada madu H. itama dari tumbuhan Sechium edule, Hemerocallis fulva, dominan berbentuk semi angular. Bentuk tersebut paniculatum, Portulaca grandiflora, dapat dijumpai pada polen tumbuhan E. guineensis dan Ipomoea batatas (Abbas dan Sucianto 2020). dan Myrica javanica. Bentuk polen berdasarkan Karakter morfologi polen yang digunakan untuk sumbu polar pada madu T. laeviceps dominan identifikasi menunjukkan hasil yang bervariasi. berbentuk circular. Bentuk polen circular dapat Beberapa polen memperlihatkan tipe aperture, dijumpai pada polen tumbuhan C. inophyllum, E. bentuk, ornamentasi eksin dan ukuran antara polen ganitrus, Mimosa pudica, Phyllanthus urinaria, yang satu dengan yang lainnya menjadi berbeda- dan Trema tomentosa Selain itu, bentuk polen beda. Menurut Erdtman (1954) tingkat kematangan berdasarkan sumbu ekuatorial dominan berbentuk polen menyebabkan bentuk dan ukuran polen circular oval yang ditemukan pada madu H. itama menjadi berbeda-beda. Warna polen yang dikoleksi dan T. laeviceps. Bentuk polen circular oval dapat oleh lebah bervariasi, misalnya T. laeviceps dijumpai pada polen tumbuhan A. conyzoides, mengumpulkan polen yang berwarna krem, oranye, C. inophyllum, E. ganitrus, E. guineensis, F. atau kuning bergantung pada tumbuhannya (Agus et scandens, M. javanica, M. tanarius, M. sundaicus, al. 2019) S. adenophylla, T. tomentosa, V. pinnata, dan W. Keanekaragaman Tumbuhan Penghasil pubescens. Bentuk polen prolate spheroidal banyak Polen dari Madu Lebah Tanpa Sengat. Lebah T. dijumpai pada polen yang dikoleksi Trigona sp. laeviceps mengumpulkan polen dari tumbuhan yang (Abbas dan Sucianto 2020). lebih bervariasi (19 spesies, Tabel 2) dibandingkan Vol. 7, 2021 33 dengan lebah H. itama (11 spesies, Tabel 1). Di antara Salah satu faktor yang mempengaruhi lebah untuk tumbuhan tersebut, terdapat 5 spesies yang sama- datang mengunjungi bunga adalah ketertarikan sama dikumpulkan oleh kedua lebah yaitu Ageratum terhadap mahkota bunga. Dalam penelitian Pratama conyzoides, Cocos nucifera, Elaeis guineensis, Vitex et al. (2018), mahkota yang dikunjungi lebah tanpa pinnata, dan Wrightia pubescens. sengat Trigona berwarna merah, kuning, putih, Tumbuhan dari famili Arecaceae paling banyak oranye, dan ungu. Lebah tanpa sengat lainnya yaitu dikumpulkan oleh H. itama dan T. laeviceps T. sapiens paling banyak mengoleksi polen dari berjumlah tiga spesies yaitu C. mitis, C. nucifera, dan bunga Cucumis sativus. Bunga tanaman ini berwarna E. guineensis. Di Lombok, tumbuhan yang polennya kuning (Suhri et al. 2020). Sumber pakan lebah banyak dikoleksi oleh Trigona/Tetragonula berasal berasal dari hampir semua jenis tumbuhan berbunga, dari C. nucifera dan Arenga pinnata. Selain itu, akan tetapi beberapa tumbuhan tidak dikunjungi tanaman yang berasal dari famili Tiliaceace dan lebah karena menghasilkan senyawa beracun (Adler Rubiaceae juga banyak menjadi sumber pakan 2000). bagi lebah tersebut (Anggadhania et al. 2020). Ketersediaan pakan lebah secara berkesinambungan Heterotrigona itama di Lombok banyak mengoleksi menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan polen A. pinnata, sedangkan T. laeviceps banyak koloni lebah dan produksi madu. Pada umumnya mengoleksi polen Solanum lycopersicum, Schefflera pakan lebah berasal dari tumbuhan berbunga dengan avensis, dan Polygonum sp. (Jayadi dan Susandarini habitus pohon, herba, semak atau liana. Polen dari 2020). tumbuhan dengan habitus pohon paling banyak karena Di Ngrandu, Gunung Kidul, lebah T. laeviceps wilayah di sekitar sarang H. itama dan T. laeviceps mendapatkan polen dari Amaranthus spp., Musa berupa pepohonan. paradisiaca, C. nucifera, Acasia spp., Zea mays, Faktor yang Mempengaruhi Lebah Tanpa Oryza sativa, Parkia speciosa, Antigonon leptotus, Sengat dalam Mengumpulkan Polen. Aktivitas dan Citus maxima (Agus et al. 2019). Di Kecamatan terbang lebah tanpa sengat dalam mencari polen Parigi Selatan, T. laeviceps banyak mengoleksi merupakan salah satu aktivitas foraging. Lebah tanpa polen yang berasal dari tumbuhan famili Arecaeae, sengat biasa keluar sarang untuk mencari polen pada Asteraceae, dan Cyperaceae (Nuraini et al. 2020). pukul 6-8 atau pagi hari (Putra et al. 2017). Tidak Beragamnya polen yang dikoleksi lebah dipengaruhi semua tumbuhan berbunga mekar pada pagi hari, oleh ketinggian tempat. Polen yang dikoleksi dari hal ini yang menyebabkna terjadinya perbedaan ketinggian tempat yang berbeda memiliki jenis pengumpulan polen dari berbagai tumbuhan polen yang berbeda pula (Pratama et al. 2018) karena berbunga oleh H. itama dan T. laeviceps. Faktor tumbuhan yang cocok pada ketinggian tertentu juga lingkungan suhu dan intensitas cahaya berkorelasi berbeda. positif gengan aktivitas terbang T. laeviceps Lebah yang berbeda dapat mengoleksi polen sedangkan kebalikannya untuk kelembaban udara dari tumbuhan yang sama, misalnya Tetragonula (Salatnaya et al. 2020). sapiens mengoleksi C. nucifera dan Ageratum Perbedaan pola konsumsi antar koloni lebah (Suhri et al. 2020). Polen kedua tanaman ini juga tanpa sengat dipengaruhi oleh bunga yang sedang dikoleksi H. itama dan T. laeviceps dalam penelitian mekar di sekitar sarang. Apabila bunga yang ini di Belitung. Polen M. pudica dikoleksi oleh T. sedang mekar di sekitar sarang lebah berbeda, maka apicalis, T. fimbriata, T. collina (Jongjitvimol dan polen yang dikumpulkan menjadi berbeda. Setiap Wattanachaiyingcharoen 2006) dan T. laeviceps. tumbuhan berbunga yang memproduksi polen tidak Polen A. conyzoides dikoleksi oleh T. laeviceps, T. sama antara jumlah dan kematangannya. Jumlah collina, T minor, dan T. apicallis (Jongjitvimol dan polen yang dihasilkan bergantung pada kematangan Poolprasert 2014). polen yang juga mempengaruhi tipe aperture, Keberadaan lebah tanpa sengat merupakan hal bentuk dan ukuran polen (Ertdman 1954). Jarak dan yang menguntungkan bagi tanaman karena dapat ketinggian sumber pakan juga mempengaruhi lebah membantu penyerbukan dan meningkatkan hasil tanpa sengat dalam mengumpulkan polen (Pratama produksi buah, misalnya pada kabocha (Cucurbita et al. 2018). Sumber pakan yang dekat dari sarang maxima) (Putra et al. 2017). Produksi buah kopi dan tidak terlalu tinggi lebih besar kemungkinannya arabica meningkat 60-90 % ketika penyerbukannya untuk dikunjungi lebah tanpa sengat daripada sumber dibantu oleh lebah tanpa sengat (Klein et al. 2003). pakan yang letaknya jauh dari sarang dan terlampau Mangifera indica meningkat produksinya sebesar tinggi. Hal ini dikarenakan ukuran lebah tanpa 36% dengan bantuan serangga penyerbuk Trigona sengat yang kecil sehingga kemampuan terbang (Anderson et al. 1982). tidak terlalu jauh dari sarang dan tidak mencari ke 34 PRIAMBUDI AS ET AL. Jurnal Sumberdaya HAYATI tempat yang tinggi. Lebah tanpa sengat Trigona Anggadhania L, Wahyuni N, Rizqiani KD. 2020. Melissopalinological characteristic of stingless bee (Trigona/Tetragonula) memiliki jarak jelajah yang bervariasi, dengan rata- honey in Lombok, West Nusa Tenggara. IOP Conf rata jelajah 53.61-162.21 m pada ketinggian yang Series: Earth and Environmental Science 457: 012062. berbeda, sedangkan jarak terjauh 497 m dari sarang DOI:10.1088/1755-1315/457/1/01206 Azizi MG, Priawandiputra W, Raffiudin R. 2020. Morphological (Pratama et al. 2018). identification of stingless bees from Belitung. IOP Conf Hasil identifikasi polen dari madu lebah H. Ser: Earth Environ Sci 457:012011. itama dan T. laeviceps sangat bervariasi dan Azmi WA, Zulqurnain NS, Ghazi R. 2015. Melissopalynology and foraging activity of stingless bees, Lepidotrigona beragam. Dengan banyaknya spesies tumbuhan terminata (Hymenoptera: Apidae) from an Apiary in Besut, yang ditemukan maka madu yang dihasilkan dari H. Terengganu. JSSM 10:27-35. itama dan T. laeviceps merupakan madu multiflora. Campos MGR, Bogdanov S, De Almeida-Muradian LB, Szczesna T, Mancebo Y, Frigerio C, Ferreira F. 2008. Pollen Madu multiflora yang dihasilkan oleh Tetragonula composition and standardisation of analytical methods. juga dijumpai di beberapa lokasi seperti di Lombok J Apic Res 47:154-161. Erdtman G. 1952. Pollen Morphology and Plant (Anggadhania et al. 2020). Angiosperms (An Introduction to Palynology. I). Waltham: Chronica Botanica. KESIMPULAN Erdtman G. 1954. An Introduction to Pollen Analysis. Waltham: Chronica Botanica. Evahelda E, Pratama F, Malahayati N, Santoso B. 2017. Physical Identifikasi tumbuhan penghasil polen dari and chemical characteristics of honey from rubber tree madu lebah tanpa sengat Heterotrigona itama nectar in central Bangka regency, Indonesia. Agritech 37:363-368. asal Belitung ditemukan ditemukan sebanyak 11 Furness CA, Rudall PJ. 2004. Pollen aperture evolution-a crucial spesies tumbuhan, tiga persentase tertinggi terdapat factor for eudicot success. Trends Plant Sci 9:154-158. Herbert JEW, Shimanuki H. 1978. Chemical composition and pada tumbuhan M. tanarius, C. nucifera, dan A. nutritive value of bee collected and bee stored pollen. conyzoides. Polen yang berasal dari madu lebah T. Apidologie 9:33-40. laeviceps ditemukan sebanyak 19 spesies tumbuhan, Huang T. 1972. Pollen Flora of Taiwan. Taipei: Department of Botany National Taiwan Univ Pr. tiga persentase tertinggi didapat pada tumbuhan A. Inoue T, Salmah S, Abbas I, Yussuf E. 1985. Foraging behavior of conyzoides, E. ganitrus, dan E. guineensis. Sebanyak individual worker and foraging dynamics of colonies of tiga spesies tumbuhan anggota famili Arecaceae three Sumatran stingless bees. Res Popul Ecol 27:373–392. Jayadi LZ, Susandarini R. 2020. Melissopalynological analysis ditemukan paling banyak pada madu lebah H. itama of honey produced by two species of stingless bees in dan T. laeviceps. Habitus tumbuhan yang paling Lombok Island, Indonesia. Nusantara Bioscie 12:97-108. banyak dikumpulkan oleh lebah H. itama dan T. Jongjitvimol T, P Poolprasert 2014. Pollen sources of stingless bees (Hymenoptera: Meliponinae) in Nam Nao National laeviceps berupa pohon. Park, Thailand. NU Int J Sci 11:1-10. Jongjitvimol T, Wattanachaiyingcharoen W. 2006. Pollen food sources of the stingless bees Trigona apicalis Smith, UCAPAN TERIMA KASIH 1857, Trigona collina Smith, 1857, and Trigona fimbriata Smith, 1857 (Apidae, Meliponinae) in Thailand. Nat Hist Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada J Chulalongkorn Univ 6:75-82. Keller I, Fluri P, Imdorf A. 2005. Pollen nutrition and colony Bapak Sulaiman peternak lebah tanpa sengat di development in honey bees, part II. Bee World 86:27-34. Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung untuk izin Kiew R, Muid M. 1991. Beekeping in Malaysia Pollen Atlas. peneliti mengoleksi polen dari lebah H. itama dan Selangor: Pertanian Malaysia Univ Pr. Kim SS, Douglas CJ. 2013. Sporopollenin monomer biosynthesis T. laeviceps. Terima kasih kepada Nurul Insani, in Arabidopsis. J Plant Biol. 56:1-6. S.Si, M.Si yang telah membantu tim peneliti dalam Klein AM, Steffan-Dewenter I, Tscharntke T. 2003. Fruit set of highland coffeeincreases with the diversity of pollinating koleksi polen. Kepada Bapak Meggi Rhomadona bees. Proc R Soc London 270:955-961. Purnama diucapkan terima kasih atas informasi Lersten NR. 2004. Embryology. Lowa: Blackwell -informasi yang diberikan selama koleksi sampel Publishing. Nugroho RB, Soesilohadi RCH. 2014. Identifikasi macam sumber dilakukan. pakan lebah Trigona sp. (Hymenoptera: Apidae) di Kabupaten Gunungkidul. Biomedika 7:42-45. DAFTAR PUSTAKA Nuraini, Trianto M, Sukmawati, Marisa F. 2020. Keanekaragaman sumber pakan dan perilaku mencari pakan lebah Tetragonula laeviceps (Hymenoptera: Meliponini) di Abbas M, Sucianto ET. 2020. Feed resources determination based Kecamatan PArigi Selatan. JBE 5:173-184. on pollen diversity in Trigona Bees (Trigona sp.) Colony. Pratama IPNE, Watiniasih NL, Ginantara IK. 2018. Perbedaan Biosaintifika 12:478-487. ketinggian tempat terhadap jenis polen yang dikoleksi Adler LS. 2000. The ecological significance of toxic nectar. Oikos oleh lebah Trigona. J Biol 22:42-48. 91:409-420. Putra RE, Subagio J, Kinasih I, Permana AF, Rosmiati M. 2017. Agus A, Agussalim, Umami N, Budisatri IGS. 2019. Effect of Pola kunjungan serangga liar dan efek penambahan koloni different beehives size and daily activity of stingless bee Trigona (Tetragonula) laeviceps Smith pada penyerbukan Tetragonula laeviceps on bee-pollen production. Bul kabocha (Cucurbita maxima). Jurnal Entomologi Indonesia Peternak 43:242-246. 14:69–79. Anderson DL, Sedgley M, Short JRT, Allwood AJ. 1982. Insect Ramalho M, Giovannini AK, Fonseca IVL. 1990. Important bee pollination of mango in Northern Australia. Aust J Agric plants for stingless bees (Melipona and Trigonini) and Res 33:541–548. Africanized honey bees (Apis mellifera) in Neotropical habitats. Apidologie 21:469-488. Vol. 7, 2021 35

Sakagami SF. 1978. Tetragonula stingless bees of the continental Suhri I, Hashifah FN, Soesilohadi RCH. 2020. Pollen collected and (Hymenoptera: Apidae). J Fac Sci by stingless bee Tetragonula sapiens cockerell (Apidae: 21:165–247. Meliponini) in organic farm land. AIP Conference Salatnaya H, Widodo WD, Winarno, Fuah AM. 2020. Pengaruh Proceedings 2260:020008. DOI:10.1063/5.0016393 faktor lingkungan terhadap aktivitas dan produksi propolis Weber RW. 1998. Pollen identification. Ann Allergy Asthma Tetragonula laeviceps. J Ilmu Produksi Teknologi Hasil Immunol 80:141–148. Peternakan 8:67-71. Scofield HN, Mattila HR. 2015. Honey bee workers that are pollen stressed as larvae become poor foragers and waggle dancers as adults. PLoS ONE 10:e0121731. DOI:10.1371/ journal. pone.0121731