Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (Dpd Ri) Dalam Memperjuangkan Pemekaran Daerah Di Provinsi Riau Tahun 2012-2016
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA (DPD RI) DALAM MEMPERJUANGKAN PEMEKARAN DAERAH DI PROVINSI RIAU TAHUN 2012-2016 Oleh : Aris Setiawan Email: [email protected] Pembimbing: Dra. Hj. Wan Asrida, M.Si Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Program Studi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau Kampus Bina Widya jl. H. R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293- Telp/Fax. 0761-63277 Abstract This study, entitled "Authority of the Republic of Indonesia Regional Representative Council (DPD) in the Struggle for Regional Expansion in Riau Province Year 2012-2016". This research background with the Indonesian Government Regulation No. 78 Year 2007 on Procedures for the Establishment, Abolition, and merging of Regions, which is in the form DOB (Autonomous Region Baru) must meet all the requirements of both the requisite administrative, technical, and physical territoriality. The formulation of the problem in this research is how the efforts made by DPD in the struggle for regional expansion in Riau Province in 2012-2016 as well as what are the factors that constrain the DPD in the fight for regional expansion in Riau Province in 2012-2016. Issues contained in this research are there areas that will conduct regional division namely Indragiri South (Insel) and Indragiri North is Indragiri Hilir Regency, Gunung Sahilan Darussalam from Kampar, Kota Duri from Bengkalis and Rokan Darussalam carved out of Rokan Hulu has met all the requirements and already have the letter the President agreed to immediately bloomed. The method used in this study is a qualitative method that describes the data descriptively. Data collection techniques used were interviews and secondary data analysis. While the source of the data used are primary data obtained from the study site in the form of research informants and further supported by secondary data. Based on the research that has been done are some of the findings of which are respectively Head of the Region has not issued a recommendation on the area that will form a new autonomous region, the lack of political communication between the Regional Representative Council of the Republic of Indonesia (DPD RI) representative Riau Province with the rest of society, Parliament Regency / City and regional Head associated with its regions will conduct regional expansion, as well as the central government moratorium since June 2014 and to complete the draft Regulation on Design of the regional Planning (PP Desertada). Keyword: The authority of the DPD, PP Desertada, Regional Expansion JOM FISIP Vol 4 No 1-Februari 2017 1 A. PENDAHULUAN Sejak munculnya suatu aturan yang Indonesia merupakan negara mengatur tentang kebijakan otonomi suatu kepulauan yang mempunyai cakupan daerah khususnya Indonesia, cenderung geografis yang sangat luas, dengan kondisi menyebabkan maraknya daerah-daerah kepulauan tersebut, maka berbagai persoalan melakukan pemekaran wilayah dengan yang sering muncul, antara lain: (i) belum tujuan untuk menciptakan kemakmuran dan optimalnya akses antarpulau, (ii) masih kesejahteraan masyarakat. Secara normatif terdapat daerah tertinggal khususnya di dalam melakukan pemekaran wilayah atau bidang pembangunan infrastruktur, (iii) pembentukan suatu daerah, baru dapat rendahnya fasilitas pelayanan publik, (iv) terlaksana setelah mengikuti proses, tahapan masih terdapat kemiskinan dan dan perencanaan dalam pemekaran wilayah. pengangguran, dan (v) rendahnya kualitas Hal ini ditandai dengan pemberlakuan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Akibat persoalan tersebut dana bantuan atau tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian program pemerintah pusat tak kunjung dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 datang mengakibatkan muncul kelompok- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. kelompok masyarakat yang termotivasi untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah membentuk Daerah Otonom Baru (DOB). Nasional (RPJMN) 2009-2014 menempatkan Pembentukan DOB era reformasi sangat revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi dimungkinkan dan diperbolehkan daerah ini sebagai satu prioritas dalam berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 pembangunan nasional. Revitalisasi tersebut Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diarahkan untuk: (1) memperjelas pembagian yang telah direvisi dengan Undang-Undang kewenangan antar tingkat pemerintahan; (2) Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan mendorong kerjasama antar pemerintah Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang daerah; (3) menata kelembagaan pemerintah Pemekaran Daerah juga telah direvisi dengan daerah agar lebih efektif dan efisien; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007. meningkatkan kualitas aparatur pemerintah Pada hakikatnya pembentukan Daerah daerah; (5) meningkatkan kapasitas keuangan Otonom Baru (DOB) akan meningkatkan pemerintah daerah; serta (6) menata Daerah kemandirian daerah dan pelayanan publik Otonom Baru (DOB). sehingga kondisi-kondisi yang telah Semangat otonomi daerah itu sendiri dikemukakan sebelumnya bisa teratasi dan salah satunya bermuara kepada keinginan menjadi lebih baik dibandingkan sebelum daerah untuk memekarkan diri yang DOB. Perubahan paradigma dari sentralistis kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah era orde baru menjadi desentralistis di era Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara reformasi sangat mendasar dan mampu Pembentukan, Penghapusan, dan mengubah pemahaman politik masyarakat Penggabungan Daerah. Dalam prakteknya, Indonesia. Menurut pemahaman masyarakat, pemekaran daerah jauh lebih mendapat pembentukan DOB diharapkan membawa perhatian dibandingkan penghapusan ataupun peningkatan kesejahteraan masyarakat, penggabungan daerah. Dalam Peraturan kemudahan mendapatkan lapangan Pemerintah tersebut, daerah berhak pekerjaan, dan kemudahan memperoleh dana mengajukan usulan pemekaran terhadap transfer ke daerah dari Pemerintah Pusat daerahnya selama telah memenuhi syarat seperti Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi teknis, administratif, dan fisik dengan tujuan Khusus dan Dana Bagi Hasil. untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di wilayahnya. JOM FISIP Vol 4 No 1-Februari 2017 2 Provinsi Riau secara administrasi kota, antara lain Kabupaten Rokan Hulu pemerintahan terdiri atas 10 (sepuluh) dengan 16 kecamatan memiliki 153 desa atau Kabupaten dan 2 (dua) Kota yaitu Kota kelurahan dan 543.857 jiwa penduduk, Pekanbaru dan Kota Dumai. Dengan Kabupaten Kampar dengan 21 kecamatan keseluruhan luas wilayah Provinsi Riau memiliki 245 desa atau kelurahan dan meliputi 8.915.015,09 Ha, dimana masing- 766.351 jiwa penduduk, Kabupaten Kuantan masing kabupaten dan kota memiliki luas Singingi dengan 15 kecamatan memiliki 229 wilayah yang berbeda disetiap kabupaten dan desa atau kelurahan dan 317.265 jiwa kota, antara lain Kabupaten Rokan Hulu penduduk, Kabupaten Indragiri Hulu dengan dengan ibukota Pasir Pangaraian dengan luas 14 kecamatan memiliki 194 desa atau wilayah meliputi 722.977,69 Ha, Kabupaten kelurahan dan 401.207 jiwa penduduk, Kampar dengan ibukota Bangkinang dengan Kabupaten Indragiri Hilir dengan 20 luas wilayah meliputi 1.092.819,71 Ha, kecamatan memiliki 236 desa atau kelurahan Kabupaten Kuantan Singingi dengan ibukota dan 697.814 jiwa penduduk, kabupaten Teluk Kuantan dengan luas wilayah meliputi Pelalawan dengan 12 kecamatan memiliki 520.216,14 Ha, Kabupaten Indragiri Hulu 118 desa atau kelurahan dan 352.207 jiwa dengan ibukota Rengat dengan luas wilayah penduduk, Kabupaten Siak dengan 14 meliputi 767.626,67 Ha, Kabupaten Indragiri kecamatan memiliki 131 desa atau kelurahan Hilir dengan ibukota Tembilahan dengan luas dan 421.477 jiwa penduduk, Kabupaten wilayah meliputi 1.379.837,12 Ha, Bengkalis dengan 8 kecamatan memiliki 155 Kabupaten Pelalawan dengan ibukota desa atau kelurahan dan 543.786 jiwa Pangkalan Kerinci dengan luas wilayah penduduk, kabupaten Rokan hilir dengan 16 meliputi 240.413,95 Ha, Kabupaten Siak kecamatan memiliki 183 desa atau kelurahan dengan ibukota Siak Sri Indrapura dengan dan 618.355 penduduk, Kabupaten luas wilayah meliputi 823.357,01 Ha, Kepulauan Meranti dengan 9 kecamatan Kabupaten Bengkalis dengan ibukota memiliki 101 desa atau kelurahan, Kota Bengkalis dengan luas wilayah meliputi Pekanbaru dengan 12 kecamatan memiliki 58 841.619,23 Ha, Kabupaten Rokan Hilir desa atau kelurahan, dan Kota Dumai dengan dengan ibukota Bagan Siapi-api dengan luas 7 kecamatan memiliki 33 desa atau kelurahan wilayah meliputi 896.142,93 Ha, Kabupaten dan 280.027 jiwa penduduk. Kepulauan Meranti dengan ibukota Selat Provinsi Riau merupakan salah satu Panjang dengan luas wilayah meliputi provinsi yang ada di pulau Sumatera dan 362.803,82, serta 2 (dua) kota yang ada di salah satu daerahnya yaitu kabupaten Provinsi Riau yaitu Kota Pekanbaru dengan Bengkalis lebih tepatnya di Duri merupakan ibukota Pekanbaru dengan luas wilayah daerah dengan pendapatan terbesar nomor meliputi 63.300,86 Ha, dan Kota Dumai dua di Indonesia. Anggota DPD RI periode dengan ibukota Dumai dengan luas wilayah 2014-2019 perwakilan Riau berjumlah empat meliputi 203.900,00 Ha. orang diantaranya adalah Intsiawati Ayus, Provinsi Riau memiliki jumlah SH, MH, Drs. H. Abdul Gafar Usman, MM, kecamatan 164 Kecamatan dengan jumlah M.Sc, Rosti Uli Purba, dan DR. Hj. Desa atau Kelurahan 1.836 Desa atau Maimanah Umar, MA. Kelurahan serta jumlah penduduk 6.188.400 jiwa dimana masing-masing kabupaten dan Kelahiran DPD ditandai melalui kota memiliki jumlah kecamatan, desa atau amandemen ketiga Undang-Undang Dasar kelurahan dan jumlah penduduk yang Negara Republik Indonesia Tahun