DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V Rapat Kerja (Raker) Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi Jenis Rapat : dan Informatika (Menkominfo) RI Hari, Tanggal : Senin, 22 Juli 2019 Pukul : 14.00 WIB - 18.32 WIB Sifat Rapat : Terbuka Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Tempat : Jenderal Gatot Soebroto, 10270 Ketua Rapat : Asril Hamzah Tanjung, S.I.P., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : 1. Tindaklanjut hasil keputusan Rapat Kerja Komisi I DPR RI :: dengan Menkominfo RI, 18 Juni 2019 terkait dengan program 4000 (Base Transceiver Station) BTS dan program Satelit Satria di Indonesia; 2. Tindak lanjut Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemkominfo RI terkait Laporan Pertanggungjawaban Keuangan T.A. 2018 Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN)

ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Andreas Hugo Pareira 11. Junico BP Siahaan 12. Yadi Srimulyadi 13. Drs. Ahmad Basarah, MH

FRAKSI PARTAI (F-PG) 14. Meutya Viada Hafid 15. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 16. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 17. Venny Devianti, S. Sos. 18. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 19. Dr. Jerry Sambuaga

1

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 20. H. Ahmad Muzani 21. Martin Hutabarat 22. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 23. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 24. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc. 25. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 26. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 27. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A. 28. Ir. Hari Kartana, M.M. 29. KRMT Roy Suryo Notodiprojo

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 30. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 31. Budi Youyastri 32. H.M. Syafrudin, S.T., M.M.

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 33. Drs. H.A. Muhamin Iskandar, M.Si. 34. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 35. Arvin Hakim Thoha 36. Drs. H. Taufiq R. Abdullah

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 37. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. 38. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 39. Moh. Arwani Thomafi 40. Dra. Hj. Lena Maryana 41. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 42. Prananda Surya Paloh 43. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra 44. H. M. Ali Umri, S.H., M.Kn.

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 45. Drs. Timbul P. Manurung

Anggota yang Izin : 1. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. (F-PG) 2. Rachel Maryam Sayidina (F-GERINDRA) 3. H. Darizal Basir (F-PD) 4. Ir. Alimin Abdullah (F-PAN) 5. Dr. H. M. , M.A. (F-PKS) 6. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. (F-NASDEM)

Undangan : 1. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara S.Stat. MBA. 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Dra. Rosarita Niken Widiastuti, M.Si.

2

3. Inspektur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Doddy Setiadi, Ak., MM., CA., CPA., QIA. 4. Direktur Jenderal Sumber Daya Dan Perangkat Pos Dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Dr. Ir. Ismail, M.T. 5. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H., FCBARB. 6. Direktur Utama BAKTI, Anang Achmad Latif. 7. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc. Beserta Jajaran.

3

Jalannya Rapat:

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Selamat datang Pak Menteri Kominfo beserta jajarannya, termasuk KPI, KI, dan Dewan Pers.

Sambil menunggu juga Pak Ketua, kita buka rapat ini. Dan kemungkinan sudah ada jawaban RDP tanggal 18 Juli 2019. Dengan demikian rapat segera kita buka, dan sudah korum melebihi 10 fraksi. Namun kami tanya kepada Bapak Menteri apa bisa terbuka atau tertutup?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Kami ikut dari Komisi I.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Oke, dengan demikian, bismillaahirrohmaanirrohiim, Rapat Kerja Kominfo dengan Komisi I kita laksanakan secara terbuka dan terbuka untuk umum.

(KETOK PALU : 1X) (RAPAT DIBUKA PUKUL 14.00 WIB)

Kami persilakan Bapak Menteri untuk menyampaikan paparan, kita semua nanti Insya Alloh kalau ada waktu kita adakan pendalaman.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Yang kami hormati, Pimpinan Komisi I beserta Anggota Komisi I DPR RI.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya.

Sebagai tindaklanjut rapat sebelumnya mengenai pagu anggaran APBN, dimana salah satu butir dari kesimpulan rapat adalah dilakukan pendalaman dengan kami yang berkaitan dengan program 4.000 BTS dan program satelit multifungsi. Pimpinan, saya akan membawakan ini. Namun karena yang pelaksana dari 4.000 BTS ini dan program satelit ini adalah Bakti, dan kita semua tahu bahwa 70 persen anggaran dari Kominfo itu adalah ada di Bakti, saya minta ijin nanti untuk hal-hal yang lebih bersifat teknisnya akan disampaikan oleh Dirut Bakti yang ada di ruangan ini. Apabila diperkenankan nanti saya akan sampaikan Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Pak.

4

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih.

Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan Komisi I,

Ada dua program besar, yaitu program 4.000 BTS dan Satelit. Latar belakang dari program 4.000 BTS ini adalah sebetulnya bagaimana kami turunkan dari Undang-Undang Tentang Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang, kemudian ada Perpres Tahun 2014 Tentang Rencana Pita Lebar Indonesia, dan juga tentang peraturan Perpres Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Yang kita turunkan intinya adalah bagaimana semua desa itu sudah, istilahnya ‘merdeka sinyal’, dari seluler. Jadi tidak ada lagi desa yang tidak mempunyai sinyal seluler. Memang kita tidak bicara mengenai coverage dari desa tersebut, apakah seluruh desa. Tapi yang penting desa tersebut sudah ada. Karenanya ada sekitar 4 ribuan lebih desa yang belum mempunyai coverage seluler itu berangkat dari bagaimana kita merdeka sinyal untuk semua desa. Itu yang pertama. Kemudian yang kedua adalah yang berkaitan dengan Satelit. Saat kita membangun, fokus kita sebagaimana Undang-Undang Dasar kita yang menyatakan bahwa fokus dari penggunaan anggaran adalah 20 persen untuk pendidikan, dan 5 persen untuk kesehatan. Dan kita tahu untuk sekolah di Indonesia, dunia pendidikan belum semua terhubung dengan internet. Baik itu di daerah, katakanlah di Pulau Jawa, maupun di daerah yang mempunyai kategori universal service obligation, daerah yang visible secara bisnis atau keuangan, maupun daerah yang tidak visible secara bisnis maupun keuangan. Juga demikian halnya dari puskesmas. Sehingga kami menyiapkan progam membangun satelit untuk menjangkau semua sekolah, semua fasilitas kesehatan, puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya. Kemudian juga semua kantor desa, semua kantor polsek, dan semua kantor koramil. Jadi semuanya itu harus terhubung. Tentu kita harus punya program secara bertahap. Tapi inilah tujuan kita. Dan ini bisa kombinasinya narik kabel optic. Tetapi kalau yang daerah remote itu akan sulit, sehingga salah satu solusinya adalah menggunakan satelit. Jadi teknologi teresterial maupun teknologi satelit harus di deploy dua-duanya. Namun yang berkaitan dengan agenda rapat kita hari ini adalah berkaitan dengan deployment dari satelit. Satelit yang dioperasikan oleh para operator Indonesia itu satelit komunikasi. Satelit komunikasi itu yang dipakai telepon, televise. Kami menetapkan untuk melakukan semacam lompatan teknologi lifrog. Karena yang dibutuhkan oleh kita dan kedepan selalu dimana-mana adalah internet. Kalau ada coverage cellular juga digunakannya untuk internet. Jadi desain daripada satelit itu sendiri adalah untuk internet kecepatan tinggi, tapi menggunakan satelit. Dan pengadaannya kalau 4.000 BTS itu dilakukan oleh Bakti. Tentu menggunakan mekanisme aturan pengadaan yang ada. Sedangkan untuk satelit ini pengadaannya menggunakan struktur seperti Palapa Ring, yaitu kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha. Mengapa, kalau KPBU itu memberikan kesempatan kepada kita untuk akses kepada beberapa hal. Yang penting yang pertama adalah Now How. Pemerintah itu bukan sebagai operator, jadi tidak terbiasa mengoperasikan satelit, perlu orang. Kemudian juga perlu pengetahuan tentang teknologi. Dan tentunya juga dari sisi pendanaan. Karena dengan menerapkan konsep KPBU kita ini procurement-nya tidak sekaligus, tetapi secara bertahap. Yang dikenal di pasar sebetulnya modelnya seperti build, operate, on, and transfer setelah periode tertentu. Dalam hal ini periodenya adalah 15 tahun. Karena kan ini masih prosesnya berjalan, ada financial closing bagi konsorsium pemenangnya, dan lain sebagainya. ini perkiraannya akhir 2022 satelitnya baru ada di udara di atas kita.

5

Bapak Pimpinan,

Itu secara umum program 4.000 BTS dan program Satelit. Ijinkan kami meminta Pak Dirut Bakti untuk menyampaikannya secara lebih teknis. Terima kasih banyak, Bapak/Ibu sekalian.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Pak.

DIREKTUR UTAMA BAKTI (ANANG ACHMAD LATIF):

Mohon ijin, Pak Menteri.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Yang terhormat, Pimpinan Komisi I, Yang terhormat, Ibu/Bapak Anggota Komisi I, Yang terhormat, Pak Menteri dan jajarannya, dan Rekan-rekan dari Kuasi Kementerian Kominfo.

Ijinkan kami menyampaikan teknis pelaksanaan bagaimana kami menggelar 4.000 BTS ke depan. Berawal dari konsolidasi kami dengan operator. Kami mengidentifikasikan lokasi-lokasi mana saja yang pertama yang menjadi tanggungjawabnya atau perannya operator komersial, dalam hal ini operator seluler, dan mana-mana yang menurut mereka tidak akan dikembangkan karena dengan alasan bisnis. Kami mengidentifikasikan ada 9 ribu lebih lokasi yang memang diidentifikasikan melalui peta digital. Peta desa digital yang kami miliki ada 9 ribu lebih. Namun demikian kami akan fokus kepada desa-desa yang teridentifikasi melalui peta ini ada populasinya. Ini ada sekitar 5 ribu desa yang berpopulari menurut peta digital ini yang menjadi target utama dalam konteks pengembangan jaringan seluler. Dari 5 ribu sekian, 5.130 ini, seribu diantaranya sudah kami kembangkan sejak 2 tahun terakhir. Dan kami kedepan hingga 2020 menargetkan untuk menyelesaikan 4 ribu sisanya. Harapannya dengan seribu plus 4 ribu kedepan ini seribu diantaranya akan diseiesaikan di 2019, dan 3 ribu kami targetkan di 2020, sehingga target merdeka sinyal 2020 ini bisa terealisasi di akhir tahun 2020. Inilah kira-kira bentuk kerjasama. Kami membangun infrastruktur BTS di lokasi-lokasi, kami fokuskan daerah 3 T dan perbatasan. Ini sedikit unik skema ini, kami melibatkan berbagai stake holder. Dalam konteks ini Bakti yang bersama mitranya nanti menyiapkan infrastruktur pasif. Apakah itu tower-nya. Termasuk listrik untuk Palapanel. Karena sebagian besar hampir seluruhnya listrik di lokasi itu tidak memadai untuk pembangunan jaringan seluler. Karena jaringan seluler ini membutuhkan listrik yang beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu, tanpa terputus. Inilah kenapa ketersediaan listrik menjadi penting, karena tidak mungkin seluler kita nyalakan malam kita putuskan. Bakti dalam konteks ini menyiapkan tiga hal: 1. Tower-nya/menaranya; 2. Listriknya; 3. Transmisinya. Namun ada satu perangkat yang kami harus kolaborasi dengan operator seluler, karena jaringan BTS ini harus terhubung dengan jaringan BTS milik operator. Jadi kami bekerjasama dengan operator menyepakati sebuah lokasi-lokasi mana saja yang menjadi kerjasama dalam konteks penyediaan seluler ini. Dan yang terakhir yang tidak kalah pentingnya masalah lahan. Lahan ini sangat penting, karena tanpa dukungan pemda atau pemerintahan desa setempat, kami sulit untuk mendapatkan lahan. Disinilah keunikan yang selama ini sudah kita ujicobakan. Seribu yang berjalan itu luar biasa terkolaborasi seperti ini, karena mereka tahu ketika Pemerintah hadir masyarakat berlomba-lomba

6 untuk menyiapkan lahan untuk lahanan tersebut. Karena masyarakat paham, kalau mereka tidak siapkan lahan sinyal tidak hadir. Skema ini berbeda ketika operator masuk secara komersial. Biasanya kalau operator yang masuk secara komersial yang keluar preman-preman, spekulan-spekulan tanah yang mencoba menaikkan harga tanah. Tapi ketika Pemerintah masuk ini dukungannya luar biasa. Bahkan ketika kami survei datang ke lokasi pun lahan-lahan itu sudah siap, sudah dibabat-babat habis semua lahannya dan siap pakai. Ini sebuah dukungan yang kami pikir. Kedepan kami akan mendapat model yang melibatkan tiga pihak ini untuk melengkapi 4.000 sinyal. Terkait akses internet ini saya menyampaikannya kepada Pak Menteri, ini kalau saya boleh menambahkan, ijin Pak Menteri, sering ada pertanyaan ke kami “bagaimana sih internet, satelit, atau BTS”. Kalau saya ditanya, “dua-duanya penting”. Kenapa, karena karakter internet wifi spot melalui satelit itu digunakan untuk pekerjaan. Misalnya di kantor, kantor desa, di rumah sakit. Seperti di kantor-kantorJakarta ini sifatnya wifi. Seluler itu bagus untuk komunikasi. Dan sebenarnya tidak didesain untuk pekerjaan. Itu kenapa, keperluan BTS itu diperuntukkan untuk komunikasi untuk masyarakat. Masyarakat bisa berkomunikasi baik voice, data, maupun video. Nanti ke depan kami akan hadirkan layanan 4G. Tapi sebenarnya di sebuah lokasi pun keduanya perlu hadir. Komunikasi rakyat juga diperlukan untuk bekerja, wifi pun dibutuhkan. Jadi tidak ada yang menjadi lebih prioritas kalau dari dari sisi penggunaan. Itu kenapa kami juga tetap melanjutkan program akses internet yang saat ini sudah tergelar lebih dari 4.000 titik. Di sekolah-sekolah sebagian besar penggunanya, di puskesmas, di kantor desa, dan lainnya. Ini tadi sudah dijelaskan oleh Pak Menteri kenapa proyek satelit ini berawal dari rencana pita lebar, berawal dari RPJMN. Dan termasuk salah satu proyek strategis nasional. Ini berangkat dari adanya demand analysis. Ternyata setelah kami identifikasikan melalui studi bersama konsultan, ada 150 ribu titik, tadi diantaranya sekolah, puskesmas, dan lain-lain, yang secara teresterial, secara katakanlah komunikasinya, tidak mungkin dilakukan melalui kabel atau serat optic, atau lainnya yang sifatnya kabel di tanam. Kenapa, karena secara lokasi geografis terlalu jauh, sehingga kalau dipaksakan untuk digelar secara kabel biayanya menjadi luar biasa. Jadi studinya pernah mempelajari kalau itu teresterial digelar melalui kabel semua. Itu biayanya mencapai lebih dari 150 triliun. Itulah kenapa 150 ribu ini dicarikan solusi agar tetap mendapatkan layanan pita lebar dengan menyiapkan sebuah satelit berkapasitas besar yang kemudian menjadi satelit multifungsi dengan nama Satria. Inilah satelit yang sudah disiapkan oleh skema KPBU yang akan menjangkau 150 ribu titik. Proses tendernya sudah dilakukan, bahkan sudah selesai, dan akan menempati slot orbit 146 is, jadi kira-kira di atas Papua, yang akan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Skema KPBU ini sebuah skema yang pemerintah tidak wajib melakukan investasi di awal. Jadi seluruh biaya Kapeks modalnya itu disiapkan oleh badan usaha pemenang. Setelah nanti skema layanan itu sudah tersedia, ketika satelit sudah meluncur, itu diperkirakan akhir tahun 2022, lalu tahun 2023 penggelaran layanan, sehingga disitulah pemerintah mulai wajib mengembalikan investasi melalui pembayaran skema yang dinamakan ketersediaan layanan atau availability payment. Availability payment ini bergantung dari kualitas layanan diterima. Singkatnya, katakanlah performa mereka menurun hingga 90 persen yang janjinya di atas 95 persen, yang terjadi adalah pembayaran skema AP nya pun mengikuti pro rata, sehingga hanya 90 persen. Kalau turun sampai 80, turun pembayaran nilak skema AP nya. Inilah skema availability payment/ketersediaan layanan yang dibayarkan setiap bulannya selama setahun hingga akhir tahun period kerjasama di 15 tahun kemudian, 2038 kalau tidak salah. Proses ini hingga tahap ini sudah melalui tahap tandatangan kontrak, dua bulan lalu kalau tidak salah, hingga bulan Nopember nanti ada proses yang dinamakan financial closed, artinya setelah tandatangan kontrak badan usaha diberi kesempatan untuk memiliki khususnya perjanjian, katakanlah perjanjian kredit dengan mitra finansialnya. Ketika di akhir Nopember itu mereka sudah bisa menyepakati sebuah perjanjian komersial kreditnya dengan itu, disitulah tahap efektif proyek mulai berlaku, sehingga pembangunan satelit infrastruktur lainnya sudah bisa dimulai pasca financial closed di bulan September nanti.

7

Skema ini sangat menarik, membedakan dengan skema konvensional, yaitu dengan hadirnya disini PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, atau IIGF, skema yang menjamin andaikan PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kegiatan), dalam hal ini Menteri Kominfo, jika melakukan one prestasi. Katakanlah misalnya di tahun 2024 Kominfo collaps tidak sanggup membayar, atau Bakti tidak sanggup membayar, biaya bulanannya, disinilah IIGF melakukan dana talangan. Pada saat sebulan kemudian langsung di cover. Hal ini membuat investor proyek menjadi confidence ketika mereka akan berkontrak sebuah proyek KPBU yang mendapatkan penjaminan dari Pemerintah Indonesia melalui IIGF ini. Satelit ini merupakan proyek keempat setelah tiga proyek Palapa Ring pertama, dan kami mengalami masa-masa belajar dari proyek satu hingga proyek keempat, investor semakin confidence dengan proyek yang dilahirkan oleh Pemerintah Indonesia. Terbukti terakhir banyak investor yang mendaftarkan di tahap awal. Kami melibatkan banyak pihak, salah satu diawalnya BKPM, untuk mempromosikan proyek pada saat itu. Peminatnya luar biasa, sampai di awal hadir 70 perusahaan untuk mencari tahu ini kira-kira proyek seperti apa. Profil badan usaha pelaksana dimana dimenangkan oleh konsorsium PSN, ini kebenaran adalah sebuah perusahaan lokal Indonesia yang memimpin konsorsium ini yang memang memiliki slot orbit 146, pada saat itu atas nama Pemerintah Indonesia. Salah satu kelebihan dibandingkan peserta lainnya, beberapa peserta lainnya memang banyak yang menyertakan konsorsium bersama asing. Namun demikian untuk konsorsium PSN satu-satunya perusahaan yang hampir seluruhnya itu bermitra lokal semua. Nanti sejak tahun 2023 investasi di awal konsorsium PSN ini harus melakukan investasi kira-kira sebesar 6,4 triliun untuk melakukan investasi satelitnya sendiri. Satelit ini cukup premium dibandingkan satelit lain mengingat kapasitasnya cukup besar hingga mencapai 150 gigabyte per second. Ini merupakan satelit pertama di Asia yang memiliki kapasitas sebesar di atas 100 gigabyte per second. Bahkan satelit terakhir PSN sendiri yang Nusantara I lalu yang baru meluncur itu kapasitasnya hanya sepersepuluh kali, hanya 15 gigabyte per second. Dan Satelit Satria ini kapasitasnya 10 kali lebih besar satelit PSN, sehingga menjadikan proyek ini menjadi banyak percontohan negara-negara, khususnya di Asia, yang geografinya mirip dengan Indonesia. Mereka banyak belajar bagaimana Indonesia mengadakan sebuah satelit besar, satelit pemerintah pertama, untuk menyelesaikan persoalan digital defind. Pengembalian investasi tersebut itu akan dimulai sejak nanti satelit beroperasi, diluncurkan akhir tahun 2022. 2023 kewajiban Pemerintah mulailah berlaku, yaitu harus mengembalikan sebesar 1,4 triliun setiap tahunnya hingga tahun 2038. Terakhir, satelit ini sendiri menggunakan satelit Perancis dari Tales Space Base Neo. Ini sebuah pabrikan yang seringkali dipakai oleh operator Indonesia. Telkom menggunakan, juga beberapa operator lainnya. Kalau tidak salah BRI juga menggunakan ini Tales Space Base Neo. Demikian, Pak Menteri, sekilas gambaran terkait dengan teknis lebih detail 4.000 BTS dan Satelit Multifungsi Satria.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Pak Anang. Kami kembalikan kepada Pimpinan untuk proses lanjut dari raker kita hari ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Dengan demikian paparannya selesai. Tinggal kita pendalaman saja apa-apa yang perlu didalami. Realisasi Dirjen Aptika ini apa dianggap sudah? Kan ada realisasi keuangan Dirjen Aptika ini bukunya, ini tidak dijelaskan lagi Pak, termasuk RDP kita dulu? Ini maksud saya.

8

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Bapak Pimpinan,

Mungkin ini karena waktu terakhir ada rapat, kemudian saya tidak hadir. Dan waktu itu membahasnya dengan Dirjen Aptika, Ibu Sekjen. Mungkin itu lanjutan dari rapat itu Pak. Saya menyampaikan tadi hanya karena di undangan hari ini adalah membahas yang 4.000 BTS dan Satelit.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak. Berarti penjelasannya ya. Dari perbincangan kita sudah ada beberapa penanya untuk pendalaman. Pertama Bapak Budi Youyastri, kemudian setelah itu Bapak Roy Suryo. Silakan, Bapak Budi.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Terima kasih Pimpinan.

Anggota Komisi I yang terhormat, Pak Menteri dan jajarannya,

Sebenarnya saya ingin mendengarkan adalah paparan dari Pak Menteri dari Dirjen PPI, apa sebenarnya master plan grand design dari pembangunan broadband kita. Karena backbound- nya sudah selesai, jari-jarinya, bagaimana memastikan bahwa operatornya sampai pada satu titik di ujung terakhir yang sekarang dijadikan titik layanan Satelit Satria. Itukan ada prosesnya, dari desain skenarionya Pak Menteri berapa tahun? Setahun, 5 tahun, 20 tahun? Sebenarnya itu yang belum komplit dari diskusi kita dari awal. Sebenarnya rujukannya adalah RPJMN itu. RPJMN itukan angka-angkanya sudah tertulis jumlahnya. Rencana Pita Lebar Indonesia (RPI) yang belum dirubah angka-angkanya ada. Jadi itu yang saya ingin tanyakan dengan solusi program. Karena kan yang saya pahami tugasnya Bakti kira-kira menjadi pelaksana dari kebijakan menteri yang disusun oleh Dirjen PPI. Karena tugasnya kan tupoksinya ada di Dirjen PPI yang diserahkan. Jadi kapan dibangunnya. Yang kedua tentang antara 4.000 BTS dan Satelit ini saya juga baru ingat bahwa memang masuk di dalam perencanaan strategis nasional. Kalau tidak salah dulu dengan Bappenas pernah disampaikan. Pertanyaan saya, kalau dia menjadi proyek strategis nasional yang sudah dikeluarkan Pepres atau PP nya, berarti pembiayaannya juga sudah dibayarkan oleh Bappenas harusnya. Pertanyaannya sekarang, apakah dia pembangunan strategis nasional hanya menggunakan uangnya dari USO. Apakah tidak juga harusnya Pemerintah bertanggungjawab uangnya menggunakan uang APBN murni, rupiah murninya. Harusnya Pemerintah tidak inject. USO boleh dipakai 10 persennya misalnya, tapi 90 persennya harusnya negara yang bayar. Kalau saya usul sumber pendanaannya. Jika memang harus diperkuat, kita panggil Menteri Keuangannya. Kan sudah jadi proyek strategis nasional. Tolong di cheap negara, jangan pakai dana USO saja. Yang ketiga tentang pembangunan 4.000 BTS. Itu shortcut yang paling cepat sampai 2023 buat saya tidak masalah. Pertanyaannya, operator selulernya sudah diajak duduk bareng tidak? Telkomsel, XL, dan Indosat mau ikutan masang BTS nya belum? Kalau belum, saya usul operator harus dipanggil disini bahwa ada program Pemerintah, kalian mau bantu negara atau tidak? Yang juga pertanyaan tadi tentang jari-jari dari backbound. Karena di ruangan Telkom belum pernah menjelaskan tentang rencana pembangunan backbound-nya dia, maupun operator yang lain. XL juga tidak pernah menjelaskan, sehingga benar tidak sudah full ring di Indonesia.

9

Menurut saya setiap ijin dari operator frekuensi, yang namanya modern licensing belum pernah dibatalkan oleh Pak Menteri, artinya mereka tetap mempunyai kewajiban. Jadi saya ingin tanya, sejauhmana kemampuan mereka membangun sesuai dengan komitmen modern licencing. Atau mau dihapus? Itu juga pertanyaan saya. Karena ada isu Pak Menteri ingin hapuskan. Ingin dengar Pak, hapuskan atau di regulasi baru? Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Budi. Kita lanjutkan, Pak Roy Suryo. Silakan Pak.

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Terima kasih.

Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi I yang saya hormati, Pak Menteri Komunikasi dan Informatika, Pak Rudiantara, beserta seluruh jajarannya,

Saya lebih fokus kepada tadi yang barusan dipresentasikan oleh Pak Anang, yaitu tentang rencana Satria atau Satelit Nusantara. Kita harus sangat berhati-hati juga tentang perencanaan satelit ini. Dulu kita pernah mengalami satu kasus tentang slot orbit satelit. Waktu itu kita tidak siap sehingga slot 123 bujur timur yang sudah dipatok waktu itu rencananya untuk Satelit Garuda. Kemudian tidak jadi. Itu slot-nya milik Artamis, kemudian kita di show oleh Avante sampai dengan 277 miliar. Tadi saya mendengar rencana satelit ini akan ditaruh pada slot 146 derajat bujur timur yang sekarang sudah ditempati pada 1 Pebruari 2019 yang lalu ketika Satelit Nusantara I. Atau dulu kita kenal dengan nama PSN VI. Itu ada di 146 derajat bujur timur. Padahal yang saya lihat Nusantara I atau PSN VI ini rentang masa waktunya itu kalau sesuai dengan yang kita baca waktu itu adalah setidaknya 15 sampai 20 tahun. Artinya, Nusantara I nya masih akan berjalan sampai dengan tahun 2034. Padahal Nusantara III ini akan ditempatkan disitu. Dalam rencana yang pernah dipaparkan juga, sebelum Nusantara III ini ada juga Nusantara II yang akan di launch sebelumnya. Planning-nya seperti apa yang ingin saya dengar. Karena jangan sampai kemudian nanti apa yang sudah kita dapat slot ini kemudian kita harus bergeser ke slot yang lain, atau kita harus menyewa slot milik tempat lain, dan kasus seperti Artemis dan Avante dulu terjadi. Sebenarnya jaman Pak Harto dulu kita memang sudah mengenal tiga lokasi yang sangat legendaris, 108 bujur timur, 113 bujur timur, dan 118 bujur timur, sementara disana sudah terisi. Kalau kita lihat 108 itu masih di isi satelit Telkom III, kemudian 108 itu Telkom IV, 118 Telkom III S, dan 113 ini di isi Palapa. Meskipun kita tahu Palapa ini sudah bukan milik Indonesia lagi sebenarnya. Namanya masih Palapa, tapi kan sebenarnya dengan akuisisi Indosat atau dibeli Indosat oleh asing kita sebenarnya kehilangan itu. Maksud saya adalah, betul 146 ini cocok untuk pengembangan Indonesia Timur, karena arahnya ada di atas Papua. Tetapi sebenarnya kalau untuk Indonesia idealnya Indonesia adalah slot yang ada di atas Kalimantan itu. Apalagi dengan rencana kalau Pemerintah jadi memindahkan ibukota Indonesia ke Kalimantan. Insya Alloh katanya Kalimantan Timur. Antara samarinda dan Balikpapan. Katanya begitu, Pak Rudi lebih tahulah yang rapat dengan Pak Jokowi. Itu persis, itu slot-nya sekarang dipakai 113 derajat milik Palapa, yang Palapa ini sudah bukan milik Indonesia. Mohon ini diperjuangkan. Daripada rebutan dengan slot 146 milik Nusantara I, Nusantara III rebut kembali orbit kita yang sekarang masih dipakai Palapa. Karena di 146 itu geser 4 derajat ke timur lagi sudah ada BRI Sat disana. BRI Sat di 150 derajat. Jadi saya agak konsern disini, Pak Anang. Jadi maksud saya jangan sampai case slot kita yang sudah ada di 146 malah mau kita geser, padahal itu lifetime-nya masih lama. Nusantara I itu masih 15 tahun lagi. Sedangkan kita punya slot yang di atas Kalimantan, di atas calon Ibukota

10

Repulik Indonesia yang sekarang masih dipakai oleh Palapa. Dan Palapa sudah bukan milik Indonesia. Itu konsern saya, terima kasih Pimpinan, itu yang saya maksudkan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Roy. Kita lanjutkan, Pak . Silakan Pak.

F-PDIP (DR. EFFENDI MS SIMBOLON, MIPOL.):

Saya tadi minta yang terakhir, Pak Jenderal. Mungkin Ibu Evita dulu. Saya bagian yang terakhir saja.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Satu partai boleh Pak, silakan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Bapak Menteri dan jajaran yang saya hormati,

Saya ini secara teknis tadi tidak begitu mengerti yang dipaparkan yang Mas Roy bilang slot 146 ini. Tapi secara substansinya saja ada hal-hal yang ingin saya tanyakan yang menjadi catatan saya dari paparan Pak Menteri. Mengenai BTS ini saya masih tidak jelas sebenarnya BTS itu yang sudah dibangun itu berapa jumlahnya. Karena kalau lihat dari 2015 Bakti sudah membangun lebih dari seribu lebih BTS. Kemudian 2019 punya program membangun target 5.000 BTS. Targetnya kan 2019 sampai 2020 yang tadi disebutkan 4.000 BTS. Tentunya harapannya targetnya bahwa semua desa di tahun 2020 itu sudah punya akses, kita sudah bebas sinyal disitu. Jadi saya ingin tahu saja, Pak Menteri, mungkin yang sudah dibangun itu berapa sebenarnya BTS ini. Kemudian kedepan yang jadi target kita itu berapa lagi. Kemudian apakah dengan 4.000 BTS yang diprogramkan ini kita akan bebas sinyal ke depan. Ini yang juga saya ingin tahu. Kemudian, tadi kan kita bicara BTS, kemudian kita bicara satelit. Satelit ini ada dua ini, Satelit Nusantara I, ada Satelit Satria, yang mana Satelit Nusantara I ini diluncurkan kemarin ini yang sebenarnya swasta punya kalau Pak Anang inikan tadi kan yang mulai beroperasi April kemarin. Satelit Nusantara I inikan sekarang di sewa oleh Kominfo menjelang Satelit Satria ini jadi. Begitu pengertian saya ini. Sebenarnya berapa komparasinya, apakah memang lebih murah kalau kita membangun Satelit Satria ini daripada kita meneruskan menyewat Satelit Nusantara I, perbandingannya seperti apa. Karena kita menyewa Satelit Nusantara I sesuai dengan paparan tadi menjelang Satelit Satria kita itu jadi. Karena bukan apa-apa, Satelit Satria inikan kemarin kita bicarakan biayanya tidak kecil, 21 T. Memang Pak Menteri sudah jelaskan bahwa ini bukan hanya untuk membangun. Ini untuk meluncurkan, mengoperasikan, selama 15 tahun. Karena terus terang saja kalau saya lihat referring dari dana Palapa Ring, ini lebih besar. Palapa Ring sendiri kan kita hanya 18 T. Saya hanya ingin memastikan saja bahwa ini tidak tumpang tindih, itu saja. Bahwa membangun BTS, menyewa Satelit Nusantara I sampai Satelit Satria jadi, dengan kita lagi membangun Satelit Satria, sebenarnya coverage apa yang akan kita dapat dengan semuanya ini. Terima kasih.

11

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Ibu Evita. Kita teruskan ke Bapak Syaifullah Tamliha, silakan Pak.

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Terima kasih Pimpinan.

Rekan-rekan yang saya hormati, Saudara Menteri yang saya hormati,

Yang pertama saya ingin tahu dulu asumsi PNBP dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2024, sehingga bisa dapat gambaran kita itu punya duit berapa. Jadi proyeksi ini penting, jadi saya mohon dipaparkan tahun 2020 berapa, 2021 berapa, dan seterusnya. Kemudian yang kedua, saya ingatkan Pak Menteri, saya berpendapat bahwa landasan kebijakan itu sudah tidak ada, sebab ada satu kebijakan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 itu hanya 2014 sampai dengan 2019. Sementara kita ingin RPJM baru tahun 2020 sampai tahun 2024. Jadi maksud saya ini sudah tidak tepat lagi. Termasuk yang Perpres Nomor 2 Tahun 2015 itu juga 2015 sampai dengan 2019. Jadi legalitas kebijakan yang dibuat oleh negara ini dalam rangka meng-cover Satelit IMO saya sudah habis waktunya. Jadi tidak tepat rasanya. Kecuali dibahas setelah RPJM tahun 2020 sampai 2024 ketika Pak Menteri terpilih kembali menjadi menteri, dan kita do’akan mudah-mudahan tetap, sehingga ini bisa bersambung. Jadi kita bahas pada tahun 2020 setelah Presiden Jokowi bersama dengan jajarannya membuat Peraturan Presiden tentang RPJM 2020 sampai dengan 2024. Kemudian saya memperhatikan bahwa ini untuk kepentingan pendidikan. Memang di dalam Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 itu minimal 20 persen untuk pendidikan, kemudian 5 persen untuk kesehatan. Yang 20 persen itu semestinya kalau demi kepentingan satelit itu diambil dari yang 20 persen, dan diambil dari yang 5 persen. Bukan kemudian tiba-tiba bapak juga menganggarkan disini, itu berarti tumpang tindih anggaran. Yang satu, 20 persen, ada di Pendidikan dan Kebudayaan, satu sisi ada di Kementerian Kominfo. Yang 20 persen ini saja, Pak Menteri, mereka itu tidak bisa menghabiskan. Kenapa tidak diambil dari yang 20 persen plus 5 persen, tidak perlu menggunakan dana USO ini. Kira-kira itu, saya cuma mengingatkan saja bahwa tidak ada tumpang tindih anggaran dari kementerian/lembaga yang lain. Kalau ini sampai terjadi, itu bisa jadi temuan. Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Wa’alaikumsalaam.

Bagaimana, Pak Effendi Simbolon, sudah siap? Silakan Pak.

12

F-PDIP (DR. EFFENDI MS SIMBOLON, MIPOL.):

Terima kasih Pak Pimpinan.

Teman-teman yang saya hormati,

Pak Menteri, ini mungkin dua kali lagi kita sidang di periode ini. Paling tidak siapa tahu kita ketemu lagi atau tidak ketemu lagi. Saya ingin mengapresiasi Pak Menteri, karena jujur saja salah satu killing punch yang saya sampaikan disini di kampanyenya Pak Jokowi itu adalah justru program dari mitra kerja Komisi I, dari Pak Rudiantara. Jadi saya kaget juga lima kali debat malah clue-nya jargon yang keluar dari Pak Jokowi justru dari Kominfo. Walaupun mungkin tidak semua orang tahu. Saya berharap semua yang disampaikan itu benar-benar dipantau sampai terjadi dan berjalan dengan baik. Header Bapak masih atau tidak di periode ini, atau nanti jadi Menko, bukan Kominfo lagi, kita tidak tahu kan. Tapi saya lihat luar biasa itu, karena waktu debat terakhir dengan 02 itu saya bilang ini 02 keteteran ini. Tol langit, ada unicorn. Termasuk BTS ini. Semua-semua lah yang sifatnya high tech, jadi itu yang saya lihat. Jadi dari semua mitra di Komisi I ternyata Kominfo yang diakui atau tidak saya kira banyak berperan, karena itu juga digandrungi oleh kaum milenial. Jadi kaum milenial itu langsung melekat dia bahwa sosok Pak Jokowi itu ternyata a head yang lain dalam pengenalan teknologi, khususnya teknologi komunikasi. Jadi kalau misalnya ini forumnya forum politik tidak ada salahnya juga misalnya Pak Menteri menjelaskan itu. Betul tidak, ini saya hanya menduga saja. Saya kebetulan ikut terus di lima kali debat itu. dari lima kali debat itu kalau tidak salah dua kali debat itu yang strong point-nya itu masalah Kominfo, itu jadi saya kira salah satu kekuatan dari Komisi I memang alhamdulillaah bisa memberikan kontribusi pemenangan Pak Jokowi. Boleh tepuk tangan sedikit lah. Mas Roy juga tepuk tangan, nanti tidak koalisi kita. Ini karena kan kita di penghujung periode kita, ternyata membanggakanlah. Dan dari sisi pertanggungjawaban di BPK juga bagus, WTP. Dan saya terima kasih juga khususnya program- program Kominfo yang membantu acara-acara di kerakyatan sehingga suara Ibu Evita juga. Jadi saya kira itu yang lanjut terus, Pak Anang dengan program-program Bakti nya, mudah-mudahan kedepan lebih baik. Saya kira itu, Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Effendi Simbolon. Ini masih sisa-sisa kemarin belum habis, karena belum dilantik. Dari meja pimpinan mungkin Pak Bambang, silakan Pak Bambang. Silakan Pak Andreas dulu kalau begitu.

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Terima kasih Pimpinan.

Anggota Komisi I yang saya hormati, Pak Menteri beserta seluruh jajarannya,

Tadi Pak Effendi menyinggung soal BTS-BTS ini, “dapil saya tidak ada BTS” katanya. Saya bilang “kalau Jakarta memang tidak perlu”, tapi kalau di dapil saya sangat perlu, di NTT kita sangat perlu. Kalau di Jakarta semuanya sudah 4G. Ini sebenarnya ilustrasi ini menunjukkan bagaimana ekstrimnya antara dua wilayah. Kita di Jakarta sudah bicara banyak hal-hal yang tinggi- tinggi soal teknologi ini, sementara di banyak daerah, seperti yang tadi Pak Menteri jelaskan,

13 memang kesulitan-kesulitan sinyal itu masih terjadi, meskipun banyak penjelasan-penjelasan cita- cita atau keinginan-keinginan yang ingin kita lakukan. Juga tentu kembali juga menyinggung dari pembicaraan di dalam masa kampanye kemarin, baik Presiden maupun kami yang berkampanye di lapangan, kami juga menyampaikan banyak harapan-harapan yang tinggi ke masyarakat soal pencapaian yang ingin kita raih melalui kemajuan teknologi dan informasi. Dan sambutan masyarakat sangat luar biasa Pak. Saya kira ini Pak Menteri tahu, kita semua tahulah, bagaimana harapan yang tinggi dari masyarakat soal kedepan Indonesia ini masuk di dalam era 4G lah, banyak hal yang berkaitan dengan digitalisasi. Sebenarnya sederhana saja Pak. Kalau saya soal teknologinya Bapak-bapak yang lebih mengerti. Tentu kita berharap bahwa aspek pemerataan itu bisa tercapai secepatnya. Aspek pemerataan yang tadi kita rencanakan inikan berkaitan dengan pemerataan/keadilan teknologi, keadilan digital di republik ini. Jadi apa yang dinikmati oleh konsituennya Pak Effendi di Jakarta itu sama dengan konsituen saya di Flores. Ini aspek keadilan digital, karena kita hidup di dalam payung negara NKRI yang sama, ini bagaimana tercapai dan target pencapaiannya itu, penting itu Pak. Dan kalau bisa lebih bagus lagi seperti yang sebelum-sebelum. Tahun kemarin di rapat-rapat ini kita berdiskusi Pak Menteri menjelaskan bahwa akhir periode 2019 ini atau akhir tahun 2019 ini bisa tercapai, itu saya kira suatu hal pencapaian yang luar biasa. Dan poin saya adalah pertama soal janji-janji yang sudah kita sampaikan, baik Bapak Presiden maupun kami-kami ini juga di lapangan. Kami menyampaikan ini soal BTS ini juga jangan sampai ketika kami pulang ke dapil dilempari batu, nanti tidak bisa kembali lagi ke Jakarta. Jadi poin-poin itu saja Pak. Jadi apa-apa yang sudah kita sampaikan ini pada tahap akhir dari pemerintahan Pak Jokowi periode pertama ini semaksimal mungkin dipenuhi oleh Pemerintah bahwa soal keadilan dan pemerataan digital ini. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Andreas. Masih ada? Silakan Pak Arwani.

F-PPP (MOH. ARWANI THOMAFI):

Terima kasih Pimpinan.

Para Anggota dan Pak Menteri dengan seluruh jajarannya,

Soal satelit saya kira kalau memang seperti yang disampaikan tadi terkait dengan kebutuhan kita untuk meng-cover pelayanan dari sektor pemerintahan terutama saya kira memang program ini harus bisa berjalan, tentu dengan perencanaan yang terukur. Terutama sekali tadi teman-teman menyinggung soal tumpang tindih dan juga resiko yang bisa di antisipasi, walaupun itu sekecil apapunlah resiko yang memang ditimbulkan dari perencanaan ini. Saya kira dari sekarang hal itu juga harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program besar ini. Apalagi sekarang perkembangan di bidang telekomunikasi begitu cepat. Jangan sampai teknologi ini yang sekarang kita anggap sudah sangat mumpuni, tetapi untuk jangka waktu yang mendatang ada hal-hal yang terasa kita ketinggalan atau tidak antisipatif terhadap perkembangan- perkembangan atau prediksi perkembangan teknologi kedepan. Saya kira itu akan menjadi bagian penting sehingga tidak akan muncul proyek-proyek yang mangkrak, proyek-proyek yang hanya sekedar formalitas atau nganggur, atau pemanfaatannya tidak maksimal. Saya tidak paham betul soal satelit, tapi secara garis besar ini harus betul-betul diantisipasi kegunaannya, termasuk juga resikonya secara lebih kompleks, lebih komprehensif, dan jangka panjang. Yang kedua, menindaklanjuti dari RDP kemarin soal MOU Pak Menteri dengan Pemerintah Arab Saudi yang memang di pemberitaan itu seperti seolah-olah MOU nya itu mengarah pada hanya dua instansi atau dua lembaga itu saja, Traveloka dan Tokopedia. Dalam dua hari ini saya mendapatkan penjelasan secara tidak langsung dari statement Pak Menteri sendiri dan juga teman-teman dari Kementerian Agama bahwa posisi Traveloka dan Tokopedia itu

14 tidak sebagai penyelenggara umroh, tetapi hanya sebagai platform agregasi. Jadi pernyataan ini sangat penting, tidak akan bahkan. Karena memang ada persyaratan-persyaratan tersendiri bagi suatu travel atau agen untuk mendapatkan kesempatan menjadi penyelenggara umroh. Beda tentu ketika orang beli tiket mau pergi liburan seperti biasa, saya kira sedikit berbeda mungkin. Walaupun memang saya merasa bahwa kadang-kadang kita dimudahkan oleh semacam kayak Traveloka ini ketika kita membeli tiket pesawat ataupun juga hotel. Yang paling penting, Pak Menteri, prinsip bahwa penyelenggara umroh itu memang harus sesuai dengan undang-undang. Jangan sampai nabrak. Atau jangan sampai membuka celah operasi atau bermain di lingkaran itu sehingga seolah-olah mereka jadi penyelenggara umroh. Karena ini berkaitan dengan MOU kemarin itu berkaitan dengan salah satunya adalah umroh mestinya memang komunikasi dengan pihak Kementerian Agama harus diintensifkan. Karena setelah Pak Menteri rilis tentang itu saya tanya ke teman-teman Kementerian Agama itu tidak paham mereka, tidak tahu. Terutama teman-teman di level dirjen. Lalu yang ketiga, bisa disampaikan redaksi dari MOU itu. Tadi pagi saya coba kontak teman-teman disana, apakah pihak Arab Saudi bisa menjamin nantinya tidak ada semacam menjadikan Traveloka, Tokopedia, atau siapapun nantinya yang terlibat dalam kegiatan ini diberikan peluang/celah untuk dia mendapatkan visa. Karena selama ini memang visa itukan hanya bisa didapatkan penyelenggara umroh yang resmi. Tidak bisa orang perorang/travel-travel yang lain yang tidak terdaftar, itu tidak bisa. Mereka itu khawatir kalau ternyata nanti kedepan ada upaya permainan, karena mereka punya modal besar, bisa mendapatkan visa umro dari Pemerintah Arab Saudi. Itu yang mereka khawatirkan. Kalau sudah mendapatkan visa, mereka tidak butuh lagi terhadap travel-travel yang resmi. Saya kira titik tekannya disitu. Teman-teman travel ini sadar juga perkembangan teknologi ini tidak bisa tidak memang era digital harus mereka lalui. Teman-teman juga saya kira sudah mempersiapkan ke arah sana. Tetapi fasilitasi Pemerintah harus betul-betul cermat sehingga tidak merugikan teman-teman yang selama ini sudah bersusah payah. Dan tentu mereka yang tidak masuk dalam golongan kapital besar, sehingga fasilitasi Pemerintah terhadap perlindungan masyarakat, perlindungan terhadap market ini, betul-betul menjadi prioritas. Saya kira itu saja, Pak Menteri, yang menjadi pertanyaan kami, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Arwani. Dari meja pimpinan, Pak Bambang.

F-PDIP/WAKIL KETUA KOMISI I DPR RI (IR. BAMBANG WURYANTO, M.BA.):

Terima kasih Ketua.

Rekan-rekan Anggota DPR yang saya hormati, Pak Menteri beserta seluruh jajaran yang saya hormati,

Mohon ijin mengulangi tayangan untuk profil pelaksana lapangan satelit, profil badan usaha pelaksana konsorsium BSN mohon ditayangkan. Mau tanya ini Pak, tidak paham ini saya. Saya diajari kalau kuliah dulu selalu ditanyakan ini bisnis apa. Kalau saya dengar tadi dari penjelasan Pak Menteri ini adalah bisnis dimana pada masa 2020 itu merdeka sinyal di seluruh desa. Ini bisnisnya itu, merdeka sinyal di seluruh Indonesia. Kemudian ditugaskanlah kepada Bakti untuk menyelesaikan ini. Dua langkah diambil Bakti, satu me-launching Satelit Satria, yang satu menyelesaikan BTS. Dalam soal satelit ini saya ingin tanya, tadi dikatakan bahwa satelit ini juga akan meng- cover seluruh desa yang sulit dicapai. Karena kalau yang ditarik di darat maka biayanya 150 triliunan, maka dengan satelit tentu lebih murah. Bahkan tadi Pak Dirut Bakti menyatakan ini satelit yang pertama dan terbesar di Asia, punya kekuatan 150 gb kedepannya. Dari konsorsium PSN ini, inilah pelaksananya yang ditunjuk melalui proses oleh Bakti. Kalau kita lihat komposisi permodalannya itu di ujung pojok itu. Ini kata-kata ‘Nasional’ nanti mesti

15 dijelaskan juga, ini 95 persen nasional, yang 5 persen cuma PMA. Kemudian yang di produksi oleh konsorsium PSN ini adalah P off satelit itu sendiri, yang sebelah kanan yang 150 gb itu. Kemudian nilai investasinya itu sebelah kiri. Siapapun konsorsium yang menginvestasi dia ingin duitnya balik. Tadi dinyatakan uang akan dikembalikan mulai 2023. Kalau gagal bayar, yang gagal bayar Menkominfo atau Pemerintah atau Bakti saya belum clear ini, ketika gagal bayar itu ada penjamin, namanya IEGF. Katanya ini Pemerintah yang jamin. “gagal bayar, gua bayar dulu”, misalnya. Ini duitnya siapa, Pemerintah itu siapa? Apa tidak lebih aman, kalau itu gagal bayar kalau seandainya ini tanggungjawab Pemerintah, inikan program 15 tahun ini, multiyear ini, itu disepakati dulu. Kalau tidak, pusing nanti. Multiyear, APBN, misalnya atau apa, kita tidak mengerti ini. Tapi ini soal investasi ini orang mau butuh kembali. Baliknya kapan? Mengembalikannya adalah mulai 2023 setelah diluncurkan sepanjang 15 tahun, sampai katanya tadi Pak Dirut Bakti ‘2038’. Mungkin sudah ganti menteri kesekian. Tapi inikan menjadi sebuah program yang panjang, yang long term, yang menterinya mungkin sudah berganti berkali-kali, atau presidennya bahkan. Ini bagaimana mengamankan proyek ini. Yang kedua, kalau saya boleh tahu dimana konsorsium ini mendapat laba? Apa yang dia jual? Kalau Pemerintah jelas, meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, clear. Semua merdeka sinyal oke, nikmat. Terus ininya yang bayar Pemerintah pembiayaanya? Pemerintah itu pakai dana USO atau APBN? Nanti ini tolong dijelaskanlah, saya tidak mengerti ini. Kemudian Pemerintah mendapat masukan darimana? Apakah ini pemasukan dari Pemerintah dari memang keranjang APBN, atau dia ambil untung/ambil pembayaran disitu, saya tidak mengerti ini. Tetapi soal cashflow bagi saya belum clear. Mohon ijin, saya diperjelas cashflow daripada ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Bambang. Sudah delapan penanya saya rasa. Tambah terakhir, Pak Supiadin. Silakan, Pak Supiadin.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA):

Terima kasih Pimpinan. Terima kasih Pak Menteri dan para Dirjen. Saya yang ingin langsung aplikatif, tertarik dengan nelayan go online dengan petani go online. Saya lebih menarik ini. Yang lalu sempat saya tanyakan tentang hal ini. Disini saya lihat capaian 2018 petani itu target 250 ribu, capaian 253 ribu, user onboarding. Kemudian nelayan dari target 2018 150 ribu, user onboarding-nya 152 ribu. Bentuk kegiatannya disini ada pengenalan aplikasi, pendampingan, penyuluh online, dan penjualan online. Pertanyaan saya yang pertama, siapa yang melayani online ini? Apakah dari kelompok petani, atau kelompok kartel juga? Karena kalau kartel jadi persoalan bagi saya. Karena terus terang, Pak Menteri, saya setiap saat turun ke desa itu. Saya ambil contoh Garut. Garut itu adalah penghasil 85 persen jagung, itu fakta. Tetapi fakta juga saya melihat tingkat kesejahteraan para petani jagung ini jauh dari harapan, karena mereka dikendalikan oleh kartel. Mulai dari bibit, pupuk, sampai kira-kira nanti dia ijon, itu ditangani oleh kartel. Bahkan terjadi di Garut itu, petani tomat misalnya, dia karena kesal dikendalikan oleh kartel akhirnya tomat dijualnya ke parit. Yang tidak perlu paritnya nawar-nawar dikasih saja sama parit, “ini, parit, beli tomat saya tanpa bayar”. Habis itu, berton-ton itu tomat dibuang ke parit. Istilah orang sunda, “sok sa kitu daek, nteu kajeun”, begitu kira-kira, Pak Menteri paham itu. Bahasa Inggrisnya “Lu mau segitu gua beli, nggak mau Lu makan sendiri”. Itulah yang terjadi, akhirnya

16 mereka jual ke parit. Parit kan tidak punya mulut dia, dia terima saja itu tomat berapa ton. Ini fakta Pak. Belum kalau kita lihat fakta petani padi. Petani padi itu tanam padi, panen padi, jual padi. Makannya apa, Pak Menteri? Rastra, kalau dulu raskin. Jadi dia tanam padi, panen padi, jual padi, makannya itu raskin. Ini bukan saya mengada-ada. Saya jadi bingung, ini kapan petani sejahteranya kalau makannya saja rastra. Sekarang agak bagus namanya ‘rastra’. Oleh karena itu kaitan dengan ini, Pak Menteri, saya ingin ini benar-benar bisa memberi ruang gerak bebas kepada para petani. Jangan sampai usaha online-nya itu ditangani juga oleh kartel. Karena dia lihat petani ini sudah pindah ke online ini, kalau begitu kita masuk juga ke bisnis online kartelnya. Kalau begitu kan sami mawon jadinya. Ini saya mohon perhatian. Sementara inikan saya lihat baru uji coba. Misalnya nelayan go online baru 21 kabupaten/kota. Tidak termasuk Garut. Tasik yang masuk. Kemudian petani online-nya Garut masuk, Tasik tidak. Ini kalau petani yang lainnya sekitar 18 kabupaten/kota, sementara nelayan go online-nya 21 kabupaten/kota. Saya ingin tanya, sejauhmana progress-nya ini. Kalau ini memang positif saya pikir diperluas. Kalau memang ini benar-benar menguntungkan petani mengapa kita tidak perluas pada 2019 nanti, supaya para petani/para nelayan kita benar-benar merasakan manfaat positif, dia tidak terkungkung lagi oleh kelompok-kelompok kartel itu. Jaman sekarang ini apa yang tidak kartel. Orang tidak bisa langsung. Mau jual jagung misalnya ke pasar Kramat Jati, sudah tidak bisa kalau dia tidak masuk dalam kelompok kartel. Jadi petani kita itu betul-betul terkungkung dia, susah mereka. Ternak juga sama dia, tidak bisa ternak itu main langsung hewannya jual di Jakarta. Siapa yang mau menerima kalau dia tidak masuk kelompok kartel, tidak bisa. Inilah saya pikir melalui terobosan ini, ini bagus saya bilang, sangat positif, tinggal masalahnya bagaimana Dirjen Aptika bersama Pak Anang (Bakti) membangun ini sistem yang saya bilang tadi masih belum. Ini sangat positif saya pikir, ini sudah sekarang jaman online semua kita ini. Kita pesan taksi dalam waktu 5 detik-10 detik sudah datang Pak. Saya pernah salah pesan, datang dia, “salah pesan” saya bilang, “maksud saya jam nanti, bukan jam sekarang”. Itu begitu cepatnya dia datang Taksi Bluebird itu. Sekarang Bluebird sudah online semua. Saya kaget taksinya sudah datang, “maksud saya nanti jam dua belas, bukan sekarang”. Karena gatek Pak, baru coba, biasanya telepon. Inilah saya pikir luar biasa dampak positif ini. Saya minta ini dikembangkan terus, dari 150 ribu ternyata user onboarding-nya 153 ribu, berarti ada hal yang positif disini. Saya kira itu atensi saya, Pak Menteri, Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Kampungnya Pak Supiadin ini saya pernah bertugas disana sebagai komandan batalyon. Jadi betul, jadi kalau panen kol itu kadang-kadang terlalu murah, tidak sesuai dengan ongkos ambilnya. Disuruh anak batalyon, saya yang mengambil saja. Itu di Garut Pak. Silakan, Pak Sukamta, yang terakhir.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Terima kasih Pimpinan.

Pak Menteri beserta seluruh jajaran dan mitra kerja Komisi I yang kami hormati,

Yang pertama, ini sudah ada daftar pertanyaan anggota Komisi I dan jawaban dalam rapat 18 Juli, ada beberapa yang dari pertanyaan saya ini di jawab tapi jawabnya ini kayak ogah-ogahan. Soal konten negatif misalnya. Jadi begini, Pak Menteri, konten negatif inikan sudah menjadi persoalan yang serius, tetapi penanganan kita ini masih analog. Kemarin saya cerita, mungkin saya ulang sedikit, soal bagaimana masyarakat desa-desa, anak-anak kecil sekarang ini, di kota juga, sekarang ini anak kan tidak punya lingkungan sosial yang memadai. Kalau jaman generasi kami ke atas kita ini dididik

17 oleh lingkungan lebih banyak, sekali keluarga, sehingga anak-anak itu lebih cepat matang secara sosial, sementara generasi baru/generasi milenial sekarang inikan lingkungan sosialnya tidak cukup memadai untuk mendidik dia matang secara sosial, karena mayoritas waktunya dihabiskan dengan gadget. Dia sekolah, pulang, malam sampai pagi ketemu gadget terus. Tidak semua negatif, tapi juga tidak semua positif. Salah satu dampak utamanya itu saya lihat anak-anak jadi lambat matang secara sosial. Anak itu tidak mengerti bagaimana dia survive secara sosial. Penanganan konten negatif ini kita harapkan, karena mayoritas waktu anak-anak itu sekarang dengan gadget, betul-betul serius Pak. Kemarin saya minta rincian apa yang dimaksud konten negatif. Bukan hanya soal pornografi, bukan hanya soal kekerasan, tapi juga ada game online yang negatif. Bahkan kemarin juga game melalui youtube yang disitu ada modus pornografi, sempat ditayangkan juga disini kemarin. Kemudian judi online. Saya ingin tahu sebetulnya yang sudah ditangani dari 1 juta 688 konten itu statistiknya ini kalau di breakdown lagi kualitatif-kualitatif itu apa saja. Jadi game online sekian, pornografi sekian, kekerasan sekian, judinya sekian. Itu yang saya ingin tahu. Setelah itu masing-masing website ini umurnya berapa dari waktu dibuat sampai di bann oleh Kominfo? Apakah Kominfo hanya nunggu laporan dari masyarakat, atau Kominfo proaktif crawling? Untuk urusan-urusan tertentu sudah dilakukan. ada alat di Kominfo, saya ingin tahu statistiknya itu Pak. Kalau sudah dilakukan crawling mestinya begitu muncul, 1-2 menit sudah bisa di bann. Tapi kalau sampai sebulan, dua bulan, ada laporan masyarakat baru di bann, ini masalah. Kenapa, kita bisa bayangkan kalau website yang kontennya negatif dibiarkan hidup selama dua bulan, sebulan, pengaksesnya kalau satu website itu bisa di akses 1 juta orang, kalau seribu website itu sudah 10 juta orang mengakses. Kalau ini sebulan, dua bulan, kan multiplikasinya luar biasa. Saya membayangkan dampak negatifnya itu. Ini tolong kita dikasih penjelasan yang rinci. Kenapa ini penting, karena saya melihat indikasinya, kemarin tidak jalan/belum jalan. Waktu ada peristiwa kerusuhan 21-22 Mei atau 22-23 Mei, kan Pemerintah harus takedown medsos. Kenapa, karena menurunkan konten negatifnya tidak jalan secara otomatis. Akhirnya karena tidak jalan, merasa kecolongan, harus di bann secara manual, secara analog. Padahal kan anggarannya besar, alatnya sudah canggih, harganya mahal, tapi ternyata tidak jalan juga. Belum lagi kalau ini dimanfaatkan. Karena tahu statistiknya, misalnya ya, Kominfo itu akan nge-bann setelah 60 hari-100 hari usia website. Ini para pialang pornografi, pialang judi, pialang segala macam yang negatif-negatif itu, karena ini penggemarnya banyak, dan itu bayarnya mahal, itu bisa hitungan Pak. Oke, Kominfo akan memberi usia 100 hari bagi website kita. Kalau saya pengakses ini, satu website porno itu misalnya 5 dollar atau 1 dollar, sehari dapat 1 juta pengakses-5 juta pengakses, 100 hari 500 juta dollar dalam waktu 100 hari. Inikan semua ada harganya. Ini tolong, saya ingin tahu penjelasan rincinya Pak, supaya kita buka semua ini urusan-urusan negatif ini, supaya rakyat juga tahu. Karena yang begini ini pasti ada bisnisnya besar. Kalau ini bisnis besar saya tidak membayangkan negara mengambil pajak dari sini. Ada game online, kemudian ada media sosial, facebook, segala macam ini kan juga pajaknya tinggi. Ini tolong kita dikasih paparan yang memadai. Terus terang dengan tiga alinea ini tidak memadai. Kan jawabannya kemarin ini, terus kemudian kita minta rincinya, kok dikasih ini lagi. Yang kedua, Pak Menteri, kemarin kita diskusi agak panjang soal Perlindungan Data Pribadi. Ternyata beberapa hari yang lalu ada terungkap bahwa dukcapil memberikan akses data warga/NIK warga kepada PT FIF dan Astra. Memang karena belum ada undang-undang, walaupun ada Undang-Undang Perlindungan Data, Undang-Undang Tahun 2013, kemudian ada Permendagri disitu, tapi seluruh akses itu diberikan kepada lembaga publik, atau lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan publik. Sementara Astra itu private Pak. Sehingga disini sebetulnya ada celah hukum. Ini bisa pidana sebetulnya. Karena ini tidak ada, masih menjadi celah hukum, tolong soal perlindungan data pribadi, Undang-Undang PDP ini Pak, bisa segera Pak, mumpung masih ada waktu satu masa sidang. Karena sebentar lagi kan sudah mau reses kita. Tapi kalau ini tidak masuk lagi saya khawatir lima tahun lagi. Karena warganegara diharuskan punya NIK, membuat KTP kita lakukan. Kewajiban negara harus timbal balik. Ini warganegara memberikan kewajiban, hak warganegara ini datanya dilindungi oleh negara atau penyelenggara negara. Kita yang punya mobile phone juga harus mendaftarkan nomornya berdasarkan NIK. Saya

18 kira juga kewajiban negara lagi-lagi yang mewajibkan warga negara untuk mendaftarkan mobile phone-nya itu untuk melindungi warganegara. Sampai hari ini nomor yang saya daftarkan, saya punya dua nomor disini, dua-duanya tiba-tiba saja di otomatis masukkan langganan facebook. Saya satu nomor ketahuan, lewat SMS dia beritahukan ‘kalau layanan facebook anda langganan perminggu sekian’. Kalau mau off baru disuruh unreg. Ketika nomor satu saya unreg, nomor yang berikutnya kena lagi. Jadi dimana perlindungan saya terhadap saya yang mendaftarkan kepada provider. Saya merasa tidak terlindungi. Padahal hak saya ketika diwajibkan oleh negara untuk mendaftar, hak saya adalah saya dilindungi. Ini bukan soal nyaman atau tidak nyaman, ini soal bisnis yang diambil pulsanya. Memang langganannya 10 ribu, rupiah perminggu. Tapi kalau 1 juta pelanggan itu 10 miliar Pak, dan itu saya kira menyalahi hak. Yang begini-begini ini harus diatasi secara sistematis dengan adanya undang-undang. Memang Kemendagri selalu berdalih, kalau anda di bank menyetor KTP, setor ini-setor itu, kan anda menyetorkan datanya. Itu terserah yang punya. Saya setorkan secara sukarela, karena saya sedang transaksi. Tapi negara tidak punya hak. Karena anda sudah setor data anda ke bank, terus kemudian saya punya hak menjual data anda, menurut saya ini salah, penyelenggara negara begini salah, dan secara paradigmatik juga salah. Dan ini yang menjelaskan eselon satu Kemendagri, profesor hukum. Menurut saya itu salah. Jadi ini makin aneh perilaku penyelenggara negara terhadap negara. Terus yang berikutnya, saya mengulang lagi soal haji ini. Ini saya mumpung ada Pak Menteri, saya kira yang lain juga sudah, saya hanya haji umroh digital ini Pak, kosern saja. Ada lebih dari seribu penyelenggara biro jasa haji umroh, lebih baik mereka inilah yang diberdayakan, dikasih keterampilan digital, supaya ketika menyongsong digitalisasi proses di Saudi, UMKM yang ada di Indonesia ini punya kapasitas dan kemampuan. Walaupun mungkin Tokopedia, Traveloka, itu sebagai marketplace, tapi ini kapasitas besar, kenapa harus mereka yang digandeng. Memang mungkin dengan perjalanan waktu dan urusan teknologi ini mungkin boleh jadi akan mati satu-dua jasa umroh haji. Tapi jangan secara sengaja negara membuat policy/kebijakan yang akan membunuh mereka. Ini akan jadi bunuh diri massal, dan yang akan dirugikan umat Islam terus terang. Karena haji umroh itu hanya orang Islam. Dan saya kira kita ini perlu hati-hati, jangan sampai kebijakan yang sebetulnya maunya baik tapi nanti berdampak politik. Politisnya akan besar Pak. Ini kalau sudah muncul statement ‘membunuh bisnisnya orang Islam’ itu jadi sara. Walaupun faktanya begitu, yang mati ini bisnisnya orang Islam. Kelompok NU, Muhammadiyah, kelompok-kelompok yang lain, itu akan mati dengan ini. Lebih baik, karena Kominfo melakukan pembinaan kepada UMKM sampai ribuan pertahun ya mereka inilah kita berdayakan, supaya ketika ada menghadapi teknologi digital ini mereka survive, bahkan berkembang. Yang terakhir soal satelit saya tahu maksudnya Pak Menteri, Bakti, soal menyambung Indonesia ini/mengkoneksikan Indonesia ini dengan internet. Cuma pilihan satelit atau dengan teknologi yang lain, mengulur kabel optik, ini pilihan yang sebetulnya debatable. Dengan KPBU kerjasama selama 10 tahun hanya dapat 150 ribu titik. Inikan titiknya ini institusi, artinya yang dapat benefit akses secara langsung itu hanya titik-titik institusi itu. Sementara kalau dengan kabel, walaupun mungkin juga waktunya lebih panjang, biayanya lebih besar, tapi kan yang bisa dapat benefit-kan seluruh rakyat Indonesia. Artinya inikan hal yang saya kira bisa kita perbincangkan secara lebih dalam, lebih serius, pilihan-pilihan policy seperti ini. Kita juga melihat kalau ini hanya untuk institusi, dan itu dengan satelit, institusi inikan kerjanya kalau pagi dan siang. Kira-kira kan akan berfungsi dari jam 07.00 sampai jam 14.00 atau jam 15.00. Akan ada waktu idle dari jam 15.00 sampai jam 07.00 pagi. Dan sementara yang bisa akses bukan masyarakat umum, hanya institusi. Saya melihat ini kelemahan. Sementara kalau dengan jaringan kabel, walaupun lebih mahal, kan yang memanfaatkan seluruh rakyat 24 jam. Saya berharap satelit ini tidak terlalu banyak over capacity. Sebab nanti bisa jadi, karena ini sifatnya kerjasama, negara ini sewa, nanti kita sewanya 24 jam, tapi faktanya karena dipakainya hanya jam 07.00 sampai jam 15 misalnya, sisanya bisa disewakan oleh provider-nya. Untuk siaran TV misalnya di malam hari. Kan TV nya masyarakat banyakan akses malam hari, bukan di pagi hari. Artinya ini debatable saya kira, perlu juga untuk kita perbincangkan. Dan kita ingin tahu apa pertimbangan utama, dan bagaimana perhitungan untuk waktu idle dan kapasitas lebihnya.

19

Serta kalau memungkinkan, yang terakhir saya kira, mudah-mudahan tadi sudah disinggung oleh teman-teman yang lain, kalau ini menggunakan dana USO, USO inikan kaitan dengan operator, sementara kalau satelit inikan nantinya tidak melibatkan operator, supaya negara ini lebih fair juga kepada operator, bukan saya membela operator, sangat bagus kalau uang operator nanti itu dipakai yang juga operator ikut menikmati/ikut menggunakan. Misalnya dengan urusan BTS yang 4.000, sementara satelit itu didorong, Pak Menteri mungkin pasti lebih tahu caranya, pakai dana APBN yang multiyears. Kalau pilihannya nanti pada satelit ya. Atau kalau pilihannya kabel optik itu juga demikian. Terima kasih Pimpinan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Bapak Pimpinan, ijin. Tadi saya pikir kita ini hanya bicara satelit, jadi pertanyaan saya batasi hanya satelit saja tadi. Tapi saya lihat berkembang, rupanya ada hal-hal. Dengan kehadiran Pak Menteri saya ada minta penjelasan dari jawaban yang diberikan oleh Kominfo di dalam hal ini. Yang pertama ada dari Litbang. Disini dikatakan bahwa beasiswa itu sudah diberikan kepada 100 siswa. Waktu kita kesana itu tidak disampaikan hal itu. Mendaftar 400, yang keluar hanya 100 sekianan. Alasannya karena kepentok biaya. Kita kan ke STTM Jogja, jadi disitu kita melihat bahwa potensi sekolah ini bagus sekali. Dan seharusnya Kominfo mempunyai peranan penting di dalam membangun sekolah ini sesuai dengan visi-misi dari Pak Jokowi mengenai meningkatkan SDM ke depan. Mungkin anggaran bisa ditambah untuk sekolah ini. Peralatan sudah kuno. Kita bicara sekolah digital tapi peralatannya kuno. Dan itu masih hibah dari JAICA. Dari tahun 2015 JAICA itu sudah stop bantuannya. Sekarang mereka harus mandiri. Semenjak itu tidak ada alat-alat lagi yang diperbarui, karena anggarannya tidak ada. Anggaran Bapak kasih hanya 5M satu tahun, tapi mereka harus menghasilkan PNBP ditargetkan 15 M satu tahun. Jadi ini yang membuat sekolah ini jadi susah berkembang. Dan fasilitas tanahnya masih banyak. Mungkin asramanya bisa ditambah, peralatan diganti. Ke depan kita harapkan memang ini menjadi broadcasting dan multimedia school, business school. Kalau Pak Basuki bilang ini sudah 100. Saya tidak tahu apa yang salah, kita tidak diinfokan bahwa sudah ada tersalurkan dana beasiswa 100 setiap tahun ke STMMC. Yang kita tahu mahasiswa itu putus sekolah karena tidak mampu untuk bayar uang sekolah, itu yang diberikan kepada kita. Kita me-refer kepada programnya Litbang, 75 ribu beasiswa dalam satu tahun untuk tahun depan. Student-nya cuma 200 saja, kasih 200 kesini kenapa beasiswanya kalau memang begitu. Daripada 75 ribu beasiswa tidak jelas juga juntrungan-nya kemana. Ini sudah jelas sekolah ini milik Kominfo, kasihlah kesini beasiswa itu. Jadi tidak ada lagi itu yang 200 drop out karena mereka tidak mampu bayar uang sekolah. 75 ribu kurang 200, masih banyak lagi yang Bapak masih punya untuk beasiswa yang lain. Jadi tolong, Pak Menteri, pay attention. Karena kita pergi kesana, sayang sekali kunjungan kita tidak didampingi oleh eselon dari Kominfo, sehingga diskusi kita tidak bisa menghasilkan putusan rapat. Pada waktu itu diskusi-diskusi saja kata Pak Bambang Pacul, karena tidak ada Kominfo yang mewakili kehadiran kita di Jogja kemarin. Kemudian menyambung apa yang disampaikan oleh Mas Kamta mengenai dukcapil. Saya masih ingat, Pak Menteri, waktu kita registrasi prabayar, Komisi I mendukung Pak Menteri. Karena ini programnya Pak Menteri, kita dukung, kita hadirkan dukcapil disini pada waktu itu, panjang lebar diskusi kita. Tujuannya adalah memproteksi data pribadi kita. Itu tujuannya prabayar ini. Tapi dengan data pribadi kita sekarang ini mengalir ke pihak lain, dimana letak proteksi itu. Saya juga ingin tahu, apakah Kominfo diajak bicara ketika kerjasama ini dilakukan oleh dukcapil dengan Astra. Karena program prabayar ini programnya Kominfo. Kalau saya jadi Pak Menteri, saya tersinggung, saya dilecehkan namanya. Ini program saya untuk memproteksi data pribadi pelanggan kita, ini justru dikerjasamakan dan disebarkan kepada pihak lain. Saya rasa Bapak boleh protes dalam hal ini, karena ini adalah bagian perlindungan data pribadi, registrasi kartu prabayar itu adalah bagian dari program Kominfo. Kemudian mengenai umroh haji. Saya rasa ini umroh digital saya rasa ini memang ada hal-hal yang tidak terkomunikasikan saja dengan baik. Mungkin ini bisa di klarifikasi. Karena kalau

20 kita lihat dari undang-undang, mungkin Pak Menteri tidak aware juga DPR ini memang baru membentuk undang-undang, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019, bahwa ini memang tidak bisa Traveloka dan Tokopedia itu tidak bisa menjadi penyelenggara umroh. Itu melanggar undang- undang yang ada. Dan juga saya punya catatan undang-undangnya disini, dukcapil menyebarluaskan informasi kita melanggar Undang-Undang Kependudukan Pasal 95.a. Disini jelas ‘menyebarluaskan data kependudukan’. Pasal 86 sama pasal ini banyak sekali dampaknya ini, ada dampak pidananya disini. Menyebarluaskan data kependudukan ini ada undang-undangnya. Jadi Pak Menteri boleh disini marah-marah sedikit untuk hal ini. Saya rasa demikian, Bapak Menteri, terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Ibu Evita. Pak Menteri, sudah 10 penanya, di tambah satu.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, boleh sedikit?

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Mau nambah lagi? Sebentar saja, cepat. Kita rencana jam lima (17.00). Silakan, Pak Budi.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Nanti Pak Taufiq juga. Jadi begini, kalau tadi saya pikir diskusinya baru tentang 4.000 BTS dan Satelit, ternyata rapat kita di jawab dalam bentuk tertulis sehingga saya harus bicara tentang yang topic kedua. Saya kemarin bertanya tentang PP Tata Kelola Konten dan PP yang mengatur tentang Right To Be Forgotten yang belum jadi sampai sekarang. Kenapa saya konsern dengan itu, karena takedown dari whatsapp/facebook pada tanggal 21-22 dua bulan yang lalu. Itu kalau regulasinya dibuat begitu ya boleh. Tapi kan waktu itu saya menganggap kekosongan regulasi. Kekuatannya Pak Menteri punya. Dan saya sudah menyinggung kan Pak Menteri juga tidak men-takedown total, tapi dicekik salurannya. Jadi sebenarnya secara regulasi/secara legal tidak bisa dituntut. Tapi itukan kecerdasan yang Pak Menteri mengerti yang saya yakin Menko nya ora mudeng. Ada beberapa hal yang saya memandang kekuasaan yang dimiliki Pak Menteri itu yang hidden tetapi nyata. Pertama tentang Vintek. Vintek itu yang mengeluarkan/menerbitkan OJK, tetapi masalah sosialnya yang terkena adalah rakyat Indonesia, yang dimaki-maki, yang dirasa tidak mendapatkan proteksi. Marahnya ke Kemkominfo, orang lain yang bikin komplainnya ke Kominfo. Yang kedua, whatsapp dan aplikasi chatting yang lainnya buat saya negara kita tidak punya kemampuan untuk menjadikan dia sebagai aplikasinya bangsa kita. Kalau direstui Pak Bambang Pacul, mudah-mudahan Pak Rudiantara jadi yang kedua, kenapa tidak di inisiasi aplikasi nasional kita. Dan di inisiasi oleh Pak Menteri. Yang paling simple idenya, setelah diobrolin teman- teman itu, kan pegawai negeri ada 4 juta, wajibkan semua komunikasi pakai aplikasi itu. Pilih satu. Pilihnya pakai mekanisme lelang dan sebagainya boleh. Keluarganya sudah jadi 10 juta. Rekanan yang ikutan di dalam semua kementerian bisa 20 juta. Sudah, big number. Yang ketiga, Pak Menteri, adalah tentang industri game yang bayar pajak tidak? Industri itu sudah mengejar industri film di dunia. Nilainya sudah lebih dari 100 billion dollar. Di Indonesia industri game sudah mengambil duit 1 triliun lebih tiap tahun. Kepantau tidak sama Pak Menteri? Terus nilai valuasi dari industri game itu, game-game developer, Pemerintah ikutan tidak memantaunya? Duitnya larinya kemana?

21

Jadi saya konsern dengan konten, Pak Menteri. Jadi setelah desain satelit, desain Palapa Ring, dan mudah-mudahan jari-jari broadband-nya selesai, maka pertarungan kita harusnya di 2024 nanti itu adalah pertarungan aplikasi, industri aplikasi, industri konten. Kalau Pak Menteri paham lah. Game salah satunya. Terus yang keempat, yang tidak punya regulasi adalah self generated content yang ada di dalam super eps dimana-mana. Ada regulasinya? Tidak ada. Boleh bebas. Menurut internet selama ini bebas. Tapi Pak Menteri berhasil itu mematahkan halusinasinya bahwa internet itu tak terkalahkan, bisa dicekik selama dua hari, dan tidak ada demonstrasi ke Kemkominfo. Kecuali lewat WA, marah-marah saja. Tapi jalan, bisa, artinya itukan kekuasaan yang bisa. Ini pertanyaan yang tidak dijawab oleh Pak Menteri adalah yang disampaikan oleh Pak Ketua kemarin youtube yang bernama Kimi Hime. Saya baru nonton, baca, itu karena anak itu main PUBG. PUBG itu punya Tencent. Di China sendiri di tolak sampai hari ini, belum boleh beredar. Tapi dia punya pasar besar di Indonesia. Publisher-nya Telkomsel. Dimana regulasinya, Pak Menteri? Itukan harusnya di tata kelola konten yang saya selalu nuntut kepada Pak Menteri. Dan terakhir, ada beberapa aplikasi yang dilaporkan di rapat kemarin, 1.000 startup. Kalau bisa saya ingin tahun startup-nya apa saja. Kalau bisa aplikasinya dikasih ke saya, kemudian sudah sejauhmana dia berjalan. Dan game dia bukan startup industri. Berbeda, dia bukan digital. Game adalah genre sendiri yang belum punya tempatnya. Kemarin ada e-sport menjadi piala presiden seakan mobile legend atau PUBG adalah developernya lokal. Developernya China dua- duanya. Terus kita mempublikasikan dua game yang not related yang uangnya tidak masuk lagi ke rekeningnya bangsa Indonesia. Penggunanya sudah 60 juta lebih. Jadi saya menuntut Pak Menteri, ini bagaimana ini tentang tata kelola konten, larinya terus kemana-mana. Yang Indonesia tidak dilindungi, yang asing dikasih fasilitas, ketika ada pertarungan di suruh kompetisi bebas. Terakhir yang kasus cerita Pak Menteri mengundang Traveloka sama Tokopedia. Rasanya Sizaki itu di Bukalapak ada, kok tidak diajak Sizakinya? Terus travel agent yang digital teman-teman muslim juga banyak yang bikin, kok tidak diajak? Cuma itu saja pertanyaannya. Kalau platform agregatornya kita paham, dan sudah pasti industri haji umroh gulung tikar, berubah caranya. Kalau tidak survive, tidak menemukan business plan-nya baru, pasti gulung tikar itu Pak. Sama saja Gojek mengganggu perusahaan taksi, mau tidak mau sudah kejadian. Jadi saya setuju bahwa itu sebagai peluang. Tetapi juga teman-teman pemain tradisional ikut diarahkan/dibimbing. Majunya jangan kecepatan. Kalau pun mau cepat mbok ya teman-teman Komisi I dikasih tahu sama Komisi VIII, jadi sudah tahu antisipasinya. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih Pak Budi. Ada 12, ini cukup banyak. Silakan Pak Menteri untuk memberi tanggapan atau menjawab.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Nanti mungkin ada beberapa juga yang saya minta bantuan Pak Anang atau Pak Semi untuk menambahi secara teknis. Pak Budi, saya mengucapkan terima kasih karena mempertanyakan ini sudah lengkap atau belum, sudah full ring atau belum. Ini gambar dari program Palapa Ring. Barat sudah, Tengah sudah. Timur 98 persen, itu hanya di pegunungan. Itu di Timika dan di Wamena. Itu dua pegunungan tinggi, kita tidak bisa narik fiber optic disana di pedalaman. Jadi harus pakai micro wave. Ada 52 titik micro wave yang harus dibangun 28 lokasi. Tidak ada jalan setapak pun, jadi logistiknya harus menggunakan helikopter. Bahkan air untuk mengadu semen itu dibawa pakai helikopter, pakai galon. Saya kesana itu belum selesai.

22

Jadi sekarang di Timur itu tinggal itu. Kalau yang lain sudah. Jadi semua kombinasi dengan backbound-nya operator Insya Alloh ini selesai tahun ini semua. tinggal di Papua, di Tengah saja. Bagaimana koordinasinya dengan operator? Ini kami membangun di 57 kabupaten/kota setelah Telkom sebagai operator yang mempunyai backbound yang paling massive itu menyampaikan bahwa kami hanya membangun disini saja. Jadi yang tidak dibangun oleh Telkom itu dibangun oleh Bakti melalui Palapa Ring. Jadi Insya Alloh semua terhubung lengkap Pak. Jadi keterlibatan operator, operator terlibat. Jadi mereka sendiri menyediakan, komitmennya membangun dimana, tetapi mereka juga sebagai pengguna. Karena mereka yang tidak membangun, seperti Saumlaki, Pulau Aru, dan sebagainya, mereka tidak membangun, tapi mereka menggunakan disana. Sama seperti yang di Barat, Natuna dan Anambas, mereka tidak membangun. Mereka menggunakan itu sebagai user. Jadi desainnya dan keterlibatan operator. Mengenai pendanaan ada dua yang 4.000 BTS. Jadi tadi juga ada yang bertanya, Pak Tamliha kalau tidak salah, inikan tahun 2020, padahal RPJMN nya sampai 2019. Sebetulnya ini direncanakan 2019, hanya dia missed mohon maaf. 5.000 itu 2019, tapi hanya 1.000 sampai saat ini, dan ini kita akan membangun sisanya yang 4.000 tahun 2020. Jadi hanya bergeser Pak, tapi bagian dari RPJMN. Dan satelit pendanaannya berbeda.

Ibu/Bapak sekalian,

Saya terima kasih kepada Bapak-bapak mengangkat masalah cashflow. Kalau hanya mengandalkan usul saja, cash-nya tidak cukup. Jadi kami sudah komunikasi dengan Kementerian Keuangan. Dan ini juga sudah rapat dengan Bapak Presiden, dan juga ada Menteri Keuangan. Kontribusi Kominfo kepada PNBP kurang lebih 20 triliun, sedangkan dana USO itu hanya sekitar 2 setengah triliun. Jadi kami meminta kepada Pemerintah untuk mengalokasikan sisanya. Sebetulnya kan kalau PNBP, kecuali yang tadi USO dikembalikan ke Bakti, yang lain tergantung kepada Pemerintah kan. Jadi masuknya semua ke Pemerintah. Mau untuk kesehatan, untuk bangun jalan, bangun sekolah, itu terserah Pemerintah. Tapi kami sudah mengusulkan untuk sebagian dikembalikan untuk mendukung multiyears ini. Baik untuk USO, dan untuk juga nantinya satelit. Jadi pendanaannya kombinasi dari dua-duanya. Kami sedang membahas detail dengan Kementerian Keuangan mekanismenya. Apakah nanti diambil dari PNBP nya Kominfo, yang USO itu kembali ke Bakti, sisanya nanti dialokasikan untuk kekurangannya. Tetapi untuk satelit itu ada namanya availability payment yang dijamin oleh Pemerintah pembayarannya. Itu ditandatangani oleh Menteri Keuangan, artinya Menteri Keuangan menjamin pembayaran nanti satelitnya. Tadi ada peran IIGF, bahasa Indonesia nya PII (Penjaminan Infrastruktur Indonesia), dia 100 persen BUMN milik Kementerian Keuangan. Dan memang tugasnya adalah menjadi garda di depan sebelum masuk ke Kementerian Keuangan. Jadi memang PII ini didirikan khusus untuk menjadi penjaminan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Jadi terima kasih banyak mengingatkan. Dan saya minta dukungannya bahwa kita harus multiyears. Karena apa, APBN kita kan tahunan, sedangkan kalau nanti kami pasang BTS itu tanggal 31, kan kita satelit sewa misalkan Pak, masa tanggal 31 kita matikan tanggal 1, kita bikin kontrak lagi. Secara defacto kan tidak mungkin kita matikan itu, masyarakat bisa marah. Jadi kalau ada dukungan dari Bapak mengenai multiyears ini akan lebih bagus bagi kami.

F-PG (BOBBY ADHITYO RIZALDI, S.E., AK., M.B.A., C.F.E.):

Ijin pendalaman.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Pak Bobby ya, silakan.

F-PG (BOBBY ADHITYO RIZALDI, S.E., AK., M.B.A., C.F.E.):

Terima kasih Pimpinan.

23

Jadi Pak Menteri tadi dengan penjelasan ini saya hanya ingin memastikan bahwa tadi kan salah satu agenda rapat kita adalah bagaimana soal pembangunan BTS dengan Satelit. Dengan penyampaian dari Pak Menteri barusan apakah bisa disimpulkan bahwa dengan adanya pengadaan satelit ini proyek untuk pengadaan BTS itu tetap berjalan dengan APBN? Karena begini Pak, merdeka sinyal itukan adalah sama dengan 4.000 BTS, merdeka sinyal itu adalah slogan kampanye kami, jadi kita juga ingin memastikan bahwa slogan kampanye itu tidak ada yang dikurangi karena itukan menjadi kondite kurang baik. Jadi bisa disampaikan disini, dengan adanya pengadaan satelit ini pengadaan untuk pembangunan BTS ini tidak berkurang satupun. Terima kasih, itu saja Pimpinan.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Baik, kami konfirmasikan. Tidak jadi masalah Pak. Karena cashflow kami dari Bakti itu masih cukup untuk 2-3 tahun ke depan. Sedangkan 4.000 inikan tahun 2020. Hanya nanti kalau kita berkembang terus kemungkinannya ada. Kalau hanya mengandalkan USO, USO itukan hanya katakan 2 setengah sampai 3 triliun, kalau 10 tahun kan cuma 25 sampai 30 triliun. Sedangkan satelit saja tadi sudah 21,8 triliun. Jadi tentu kita butuh semacam tambahan dari APBN. APBN nya rasionalnya adalah Kominfo kan penghasil PNBP besar. Masa dari 20 triliun rata-rata, pasti kedepannya meningkat Pak. Kan cuma dipakai Bakti hanya 2 setengah triliun, masih ada sekitar 17 setengah triliun dialokasikanlah untuk Kominfo untuk nambal ini Pak. Itu Pak Bobby dijawab pertanyaannya. Tadi Pak Budi?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Sama pertanyaannya dengan Pak Bobby. Pak Bambang, kan berarti tetap saja ada defisit dari cashflow nanti 3 tahun lagi. Itu kita tunggu masalahnya 3 tahun lagi, atau kita selesaikan sebelum akhir kabinet ini. Karena ini critical ini buat saya. Dan Pak Pimpinan, terutama teman-teman yang lanjut, kemungkinan Komisi I juga, ini pasti akan dihadapi lagi. Apakah kita tunda penyelesaian, menunggu, atau kita bantu selesaikan. syukur-syukur APBN 2020 ketok palu, September atau Oktober, itu sudah setengah atau tiga perempat jalannya ada solusinya. Kita carry over nanti atau kita selesaikan sekarang, itu topiknya.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Kalau saya berharap lebih cepat lebih bagus. Walaupun nanti shortfall-nya kemungkinannya setelah 3 tahun, dan ada jaminan dari Menteri Keuangan, availability payment itukan jaminan pembayaran, artinya Pemerintah pasti bayar. Hanya bayarnya dari uagn USO atau dari mana, APBN atau dari mana. Tapi itu nunggu nanti Pak. Menteri Keuangan kan sudah menandatangani bahwa ‘saya jamin pembayaran’, kurang lebih begitu. Kalau saya dengan segala rasa hormat memohon dukungan bahwa lebih baik kita buatkan sekarang bahwa khusus yang 4.000 BTS. Karena kan dia harus bayar leasing satelitnya tiap tahun, saya mohon dukungan untuk menjadi multiyears anggarannya. Jadi nanti tidak ada lagi potensi penghentian layanan bagi masyarakat.

F-PG (BOBBY ADHITYO RIZALDI, S.E., AK., M.B.A., C.F.E.):

Pimpinan, penajaman sekali lagi.

24

Jadi, Pak Menteri, kalau memang sudah begitu tolong disampaikan di media. Karena di media ini berbeda. Bisa 4.000 tapi harus 4G, ada 2G. Tapi sekarang mau 4.000, sekarang kita baru bisa yang di depan mata cuma 160 BTS. Jadi janjinya itu tidak firm Pak. Ini yang kita ingin kalau memang Bapak sudah yakin dalam rapat ini tolong disampaikan semua di media, termasuk dari Bakti nya, jadi janji merdeka sinyal 4.000 itu tetap ada. Jangan 4.000 masih pengandai- andaian. Ada USO, ada 4G, 2G, sekarang ada satelit lagi. Jadi nanti kita bisa dibilang merdeka sinyalnya masih berandai-andai, jangan Pak. Kita lebih baik satelitnya tidak jadi tapi 4.000 BTS ini yang jadi. Karena janji kampanye kita itu merdeka sinyal 2020, nanti 2020 yang di depan mata baru 160, 900. Jadi kapan dengar 4.000 nya itu dan merdeka sinyalnya. Apakah 2019-2020 benar- benar sudah 4.000? Atau 4.000 nya itu 2019 sampai 2024? Ini yang perlu kita firm juga. Kalau memang 4.000 nya itu 2020 merdeka sinyal ya sampaikan. Jangan sampai ada, kalau 2G 4.000, kalau 4G cuma 1.000, jangan bilang begitu lagi Pak. Jadi konsisten saja. Karena memang yang kita dorong-dorong dan kita sampaikan di daerah pemilihan itukan yang BTS. Orang daerah mana tahu soal satelit. Kira-kira itu, terima kasih Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Baik, Pak Budi, saya mohon maaf kalau memang ada persepsi kalau 2G sekian. Saya sendiri pribadi tidak pernah membuat pernyataan itu, jadi saya mohon maaf.

F-PG (BOBBY ADHITYO RIZALDI, S.E., AK., M.B.A., C.F.E.):

Ada di detik ini Pak bulan Januari waktu Bapak ke Morotai. Disitu disampaikan 5.000 yang akan ditancap BTS tetapi dananya tidak cukup, baru ada 160. Tetapi nanti variabelnya ada 4G, 2G. Nanti itu kira-kira menjadi pertimbangan supaya kalau ke media itu firm 2020 kita merdeka sinyal, sudah itu saja. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Mohon maaf Pak.

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Pimpinan, pendalaman. Karena ini masih digodok dengan Menteri Keuangan, mungkin ada kesempatan kita membahas ini dengan Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri Kominfo, agar semakin terang benderang. Tapi sebelum sampai kesitu saya mau klasifikasi dulu. PT Semesta Sentosa ini apakah itu betul anak perusahaan PT Dian Swastatika Sentosa, group dari PT Sinas Mas? Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Pak Menteri.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya nanti coba cek, karena saya tidak hafal sampai detail begitu Pak. Nanti akan kami susulkan.

25

Ini kepada Pak Budi, masih affirmative policy menggunakan aplikasi nasional Pak. Saya juga senang Pak. Tapi memang susahnya Pak. Ini saya tidak sebut aplikasi chatting yang nasional saya pakai. Saya minta di Kominfo dibuat dua group, satu masih WA, satu pakai ini. Tidak jalan. Ini mohon maaf teman-teman wartawan, saya sudah sampaikan teman-teman wartawan kalau tanya pakai WA tidak saya jawab. Kecuali pakai aplikasi nasional. Nanyanya masih pakai WA juga Pak. Jadi memang tidak mudah. Tapi masukan itu nanti akan saya bicarakan di Pemerintah untuk ASN. Karena saya juga harus bicara dengan Menpan. Nanti saya japri ke Ibu, kita komunikasi pakai aplikasi chatting nasional. Paling tidak kalau ada yang wartawan tanya pakai WA tidak saya jawab. Tapi kalau pakai aplikasi nasional saya jawab. Kemudian video game betul Pak bisnis ini sudah makin besar. Dan kami kemarin juga sengaja memfasilitasi pembentukan asosiasi online video game agar ekosistemnya semua bisa tercakup. Kita kan sementara ini ada e-sport, ada macam-macam, terpisah Pak. Sekarang dengan asosiasi online video game itu semua stake holder ada disitu. Dan itu baru minggu lalu pengukuhan dari kepengurusannya. Saya sendiri kebetulan yang hadir disana. Memang kebanyakan kalau kita bicara game itu masih internasional. Yang tadi disampaikan lebih dari 1 triliun itu game-nya internasional. Mereka jual voucher Pak. Kalau jaman dulu kan anak-anak kita main game itu beli play station atau apa. Sekarang pakai voucher langsung ke internet mainnya. Jadi bisnisnya bagian dari voucher itu saja. Tapi PPN nya bayar mereka, PPN nya harus bayar. Kemudian daftar 1.000 startup nanti kami siapkan semuanya klasifikasinya apa saja. Kami punya compendium-nya.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ijin, Pak Ketua. Sebenarnya waktu pertemuan yang lalu kita sudah minta sama Pak Semi. Katanya dari 1.000 sudah 580 sekian, tolong daftarnya itu dikasih ke kita. Success story-nya itu seperti apa? Kita kan maunya success story. Terus hambatan-hambatannya apa? Dukungan Kominfo ini sejauhmana terhadap startup-startup tersebut. Karena terus terang saja kita tidak mau di business online ini digital kedepan timbulnya konglomerasi-konglomerasi baru. Di satu sisi Kominfo membina startup-startup, di satu sisi keberpihakan terhadap unicorn dan decacorn. Ini membunuh apa yang dibina, itu yang kita tidak mau. Jadi success story dari 584 itu kita minta datanya, itu yang saya belum dapat di jawaban yang diberikan kepada kita hari ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya yang tanggungjawab minggu depan saya berikan daftarnya yang ini. Termasuk bidang usahanya atau proses bisnisnya, sehingga kita tahu semuanya. Mohon maaf, kalau yang ini hanya contoh.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Usul, Pimpinan, boleh? Saya usul kalau bisa Pak Menteri mengadakan gathering. Itu yang the best-nya kita di undang. Mereka suruh pitching atau demo yang startup itu. Jadi kita bisa nonton.

26

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya nanti undang perwakilan dari Komisi I pada saat event Next Indonesia Unicorn. Kita inikan perannya bukan hanya meregulasi, tapi memfasilitasi, bahkan mengakselerasi untuk create unicorn baru. Kita ini mempertemukan antara startu-startup Indonesia yang bagus-bagus, yang sudah di kurasi, dengan venture capital, baik nasional maupun internasional. Nanti saya undang Pak, jadi pada saat itu bisa melihat langsung bagaimana Indonesia ini mendorong, bukan hanya memfasilitasi, tapi mengakselerasi adanya unicorn-unicorn baru dari startup-startup Indonesia. Insya Alloh saya janji mudah-mudahan bulan Oktober pelaksanannya. Tahun ini.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Ada sebagian sudah tidak masuk lagi.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Kami nanti melihatnya kan koordinasi dengan Pimpinan. Kita kan berkawan itu bukan hanya karena kita menjadi anggota Komisi I atau tidak, bukan hanya saya sebagai menteri atau tidak. Yang sudah tidak pun tetap perkawanan Pak.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Berarti Pak Menteri kalau mengundang Oktober sudah yakin duduk lagi.

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Setelah tanggal 24 Oktober ya?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Rencananya pertengahan Pak. Tapi akan kami update pasti. Pak Roy, ini satu, dua, tiga, kita tahu masalahnya, itu sudah bergeser kemana. Tapi kaitannya potensi tabrakan dengan Nusantara I. Pak Roy, memang slot-nya sama, tapi band-nya berbeda. Kalau yang Satria itu sepenuhnya KE Band. Sedangkan Nusantara I dia C Band, Extended Band, dan QU Band. Jadi istilahnya frekuensinya yang digunakan berbeda. Begitu Pak Roy ya, soalnya sama tidak masalah. Why not 113, saya juga senang kalau dapat 113. Tapi 113 masih punya operator.

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Maaf, itu kapan habisnya Palapa itu?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

114 itu nanti justru mau diluncurkan kembali oleh Indosat. Kemudian Ibu Evita, berapa jumlah BTS agar bebas? Ibu tanya ada berapa BTS di Republik Indonesia. Totalnya kurang 425 ribu BTS.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Saya tidak tanya yang di Indonesia yang operator. Yang saya tanya di program Kominfo.

27

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

4.000 lagi maksudnya.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Karena kan programnya 5.000, 1.000 sudah jadi, tambah yang 4.00 kan.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terus juga tadi menyewa atau memiliki untuk space segment. Sudah pasti memiliki. KPBU Satria itu mungkin dulu pernah saya presentasikan. Kalau ada, ada perbandingan tidak dibandingkan kalau kita sewa itu. Penyelenggara, seperti Telkom, berapa. Tapi kalau punya kita sendiri, Satria, itu per-megabyte delivered-nya ada perbulannya biayanya. Itu seperdelapan lebih murah. Kemudian MMTC nanti saya cek. Mungkin karena anggaran digital talent scholarship yang tahun depan 50.000, tahun ini 25.000. Terlepas dari angkanya itu tidak jadi masalah kalau nanti kita harus lakukan relokasi. Karena tidak merubah satkernya. Satkernya Pak Basuki nanti tanggungjawab saya memastikan ada semacam relokasi untuk mendukung MMTC.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Boleh sedikit nambahi soal MMTC ini. Selain beasiswa untuk siswanya, karena memang saya lihat profile siswa yang sekolah disitu memang mayoritas tidak mampu, mereka putus karena kerja itu karena tidak mampu. Tapi juga dosennya Pak, jadi akreditasi itu mentok B terus. Karena dua faktor, satu karena jumlah dosennya kurang, yang kedua spesifikasi dosenya kurang. Kalau bisa rekrutmen, proyeksikanlah ini MMTC ini diurus benar untuk sekolah multimedia digital. Daripada kita membina yang macam-macam. Inikan potensinya besar sekali, SDM nya juga perbaiki. Untuk sekolah S2, S3, dosen-dosen mudah yang di rekrut saya kira tidak mahal biayanya kalau negara. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Memang kalau kita mau membenahi MMTC kita betul-betul harus overhaul. Pola pikirnya juga tidak lagi dia satker dari Kominfo. Apalagi dikenai dengan PNBP. PNBP nya receh. Kami sedang membahas internal dengan Kementerian Keuangan, PNBP yang receh-receh itu buang saja, menyusahkan. Barangkali biaya administrasi lebih mahal daripada pendapatannya. Jadi lebih baik kita PNBP itu fokus yang besar, seperti BHP Frekuensi, itu baru nendang.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pak Menteri, itu yang saya maksudkan bahwa dia anggarannya 50 M, menghasilkan PNBP 15 M, mbok tidak usah diwajibkan yang 15 M itu, dia bisa salurkan untuk benar-benar perbaikan dan peningkatan dari sekolah ini.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Nanti kami coba restructure. Sebelum implementasi kami koordinasi juga dengan Komisi I secara keseluruhan. Kalau perlu kepala sekolahnya itu jangan birokrat. Karena begini, MMTC itu

28 dulunya adalah satker dari Departemen Penerangan untuk mendukung RRI dan TVRI yang notabene Pemerintah, jadi muter-muter di Pemerintah. Begitu sekarang keluar, pola pikir kita juga harus keluar. Lembaga pendidikan yang betul-betul mumpuni, tidak berpola pikir sebagai satker atau bagian dari birokrasi. Kalau begitu kapan kita bisa menghasilkan yang bagus. Ini sekaligus sebagai trigger kita untuk merubah. Ini kerjasama dukcapil dengan swasta saya tidak bisa memberi komentar terlalu jauh. Saya harus koordinasi dulu dengan Pak Tjahjo/Menteri Dalam Negeri. Tapi saya yakin mereka melakukan berdasarkan regulasi yang ada juga yang barangkali dianggap tidak pas dengan konsep perlindungan data pribadi bagi kita. Tapi saya tidak bisa memberi komentar. Pak Tamliha, ini proyeksi cashflow saya tadi sudah sampaikan, Bakti. Kalau tiga tahun kita kedepan. Tetapi karena kita membangun lebih banyak lagi tentu kita sebetulnya punya buffer dari PNBP. Masa kita yang menghasilkan tidak boleh dialokasikan dari situ, kurang lebih begitu. Tadi landasan kebijakan yang 4.000. Ini kita sudah masuk 2020. Tapi ini sebenarnya 2019, tetapi yang missed, yang slide. Tumpang tindih dengan pendanaan pendidikan 20 persen, kesehatan. Justru itu Pak saya sudah bicara dengan Ibu Menteri Keuangan bagamana mendanai ini instead off. Dibelanjakan lewat jalur yang biasa, ini dibukukan sebagai pembiayaan pendidikan dan pembiayaan kesehatan. Kenapa, karena Kementerian Keuangan menjadi alat fiskalnya Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan bisa mengontrol efektifitas dari dana ini. Karena kan bisa dilihat ini hidup atau tidak internet di sekolahnya, hidup atau tidak internet di puskesmasnya. Beliau senang, mudah-mudahan kita bisa lakukan. Memang banyak perubahan proses yang harus kita lakukan. Jadi tidak akan tumpang tindih Pak. Pak Effendi Simbolon, yang pasti saya tidak menjadi anggota TKN. Terima kasih banyak, Pak Effendi. Pak Andreas, ini masyarakat maunya BTS, tapi ini akses internet. Untuk membangun BTS itu paling tidak perlu waktu 4 bulan secepat-cepatnya. Bisa kadang-kadang 6 bulan. Yang paling cepat itu menggunakan akses internet, nanti pakai wifi. Kebanyakan orang Indonesia, termasuk saya, kita punya simcard pasca bayar, ada yang prabayar. Tapi yang paling disukai masyarakat yang ‘tak bayar’ Pak, alias wifi. Kita kadang-kadang kemana “ada wifi tidak, ada wifi tidak?”. Jadi ini masalah pilihan Pak. Mau kecepatan, yang katakanlah paling lama satu bulan sudah ada dalam bentuk akses internet wifi, atau kita nunggu beberapa bulan itu dalam bentuk sinyal seluler. Jadi bukannya menganaktirikan tempatnya Pak Andreas, tidak Pak.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ijin, saya mau tanya Pak Menteri mengenai tadi yang disampaikan Pak Andreas mengenai BTS itu lagi. Kan dikatakan bahwa Satelit Satria ini hanya untuk akses internet, apakah ini akses- akses internet di 3T lagi Pak? Ini yang pertanyaan saya. Karena bapak semua pembangunan Satelit, Palapa Ring, konsepnya 3T. Masyarakat kita yang tidak di 3T ini tidak punya akses, tidak bisa untuk di pasang internet. Ini juga harus jadi perhatian Pak, jadi nanti ada kecemburuan sosial bagi masyarakat tinggal di desa-desa yang tidak ada akses internet dengan masyarakat yang tinggal di T, karena yang terus 3T dibangun-dibangun terus. Padahal orangnya tidak ada disitu yang pakai, tapi dibangun terus infrastrukturnya. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Bedakan antara BTS USO yang di daerah T3 dan satelit. Satelit ini internet, tidak hanya daerah USO. Karena 90 ribu lebih sekolah yang belum terhubung dengan internet itu tidak hanya di daerah T3, tetapi di Jawa juga ada. Karenanya dikaitkan dengan cashflow, tadi tidak hanya dana USO yang digunakan kita usulkan, tetapi juga sebagian dana APBN yang bersumber dari PNBP nya Kominfo. Tidak hanya 3T, Ibu. Penuhi janji Pemerintah, Pak Andreas, siap, kita pasti penuhi.

29

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Pimpinan, ini klarifikasi saja, mohon penjelasan lebih dalam. Ini di salah satu halaman disampaikan bahwa ada 350 ribu point of interest untuk tiga sektor prioritas. Dan dari 350 ribu itu 150 ribu diantaranya belum terkoneksi dengan broadband. Artinya 150 ribu point of interest itu belum terkoneksi. Ini maksudnya apakah di 150 ribu ini kita harus pasang entah BTS atau akses internet. bayangan saya kalau 150 ribu, terus kemudian kita satu tahun 4.000, berapa tahun baru nanti kita bisa memenuhi kecukupan itu. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Pak Andreas, 4.000 BTS ini untuk yang satelit, 150 ribu. Jadi ada 350 ribu kurang lebih point of interest. Sekolah saja ada 224 ribu, kemudian puskesmas, kemudian kantor desa. Kantor desa seharusnya semua ada 80-an ribu, tapi ada sekitar 25 ribu belum masuk. Sebetulnya yang harus terhubung semua total 350 ribu, tetapi yang belum terhubung kurang lebih 150 ribu yang akan di address oleh internet. Sedangkan yang tadi, BTS itu berbeda Pak. Jadi memang dua- duanya harus jalan.

F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA):

Artinya ada 150 ribu point of interest dari broadband ini yang harus terkoneksi untuk sampai kepada ‘merdek sinyal’ tadi. Artinya begini Pak, ini soal harapan ya, kalau masyarakat kan harapan dia juga pakai yang 4G itu, sementara kan kita tahu BTS kita kan masih 2G. Ini belum sampai kesana Pak. Seperti di kampung-kampung kita kan cerita bahwa masyarakat ini kedepan ini kita bisa menggunakan juga android dan lain-lain. Itu belum sampai kesana, Pak Menteri. Ini biar jelas saja kita bicara dengan masyarakat nanti. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Ini saya dibisiki Pak Anang, yang 4.000 itu 4G Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Masalah MOU Traveloka ini mungkin perlu dengan Pemerintah Arab Saudi.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Itu sudah saya sampaikan berkali-kali, Traveloka dan Tokopedia itu tidak akan menjadi penyelenggara umroh yang kita kenal seperti sekarang. Itu jelas. Jadi bulan Mei saya sudah melapor ke Kementerian Agama akan rencana ini. Dan MOU itu juga saya tidak berani tandatangan kalau tidak diteliti oleh Kementerian Luar Negeri. Kita ini tidak bisa umroh kecuali ke negara Saudi Arabia. Jadi mereka itu punya bargaining power lebih sebetulnya dibanding kita. Justru bagaimana caranya kita baik-baiki mereka agar kita ini bisa masuk duluan. Jujur saya katakan, saya ingin secure 10 tahun kedepan, apa yang akan terjadi 10 tahun kedepan. Pemerintah Saudi Arabia (MBS) mempunyai visi 20-30. Visi digital salah satunya umroh. Peningkatan umroh dari 10 juta menjadi 30 juta. Mereka mengatakan tidak bisa dalam waktu 10 tahun membangun 5 zam-zam tower lagi. Jadi kita harus berdayakan yang ada di Saudi Arabia.

30

Jadi kita harus membuat proses bisnis yang baru. Jadi tidak harus di hotel. Kita kan maunya zam- zam misalkan ya, harus bisa cari yang lain. Ini bisnis besar, kita ini representasi dari 10 persen dari orang yang pergi umroh dari 10 juta lebih sedikit. Nomor dua kita, nomor satu Pakistan. Saya ingin secure 10 tahun kita dulu. Saudi Arabia saya melihatnya dia dengan mudah, telepon siapapun yang punya aplikasi besar di dunia, tolong bikinkan aplikasi umroh saya. Indonesia akan jadi pasar Pak. Jadi orang Indonesia nanti tidak ingin, misalkan ya, facebook menawarkan umroh. Karena apa, facebook-nya diminta oleh Saudi Arabia. Dan kenapa Tokopedia, kenapa Traveloka? Traveloka memang sudah mengetahui proses travel. Kenapa Tokopedia? Di dunia ini ada dana vision fund 100 miliar yang dikelola oleh soft bank Jepang. Dari 100 miliar tersebut 45 miliar itu uangnya MBS. Dan Soft Bank menginvestasikan di Tokopedia. Jadi kalau saya tentent Tokopedia ke Saudi Arabia, mereka bilang “ini punyanya boss gue”. Jadi lebih mudah. Tapi saya tidak menjadikan Tokopedia dan Traveloka menjadi penyelenggara umroh. Yang saya ingin adalah secure 10 tahun ke depan. Saya tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dari aplikasi yang dikembangkan secara internasional. Karena kalau misalkan kita dapat tawaran, misalkan dari aplikasi internasional, terus bisa apa kita? Memang kita ada aturan, kita punya undang-undang, tapi kan yang mengeluarkan visa di Saudi Arabia sana. Ini yang kita ini istilahnya ayo kita coba baik-baiki mereka agar bisa juga sejalan dengan kebijkaan yang ada di Indonesia. Jadi ini prosesnya demikian.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ketua, Pak Menteri, hal-hal yang Pak Menteri sampaikan tadi disitu DPR sudah pikirkan, makanya undang-undang tahun ini dibuat. Undang-Undang Nomor 8 itu baru disahkan DPR melihat apa yang Bapak sampaikan ini bisnis kedepan, jadi di proteksi. Penyelenggara umroh itu wajib perusahaan Indonesia. Penyelenggara umroh itu wajib yang beragama Islam. Itu semua yang dibuat undang-undang itu adalah untuk memproteksi. Jadi Pak Menteri sudah confirm sekarang isu-isu yang beredar sekarang ini sudah jelas, Tokopedia dan Traveloka tidak menjadi penyelenggara umroh. Kalau mereka mau membantu penyelenggara umroh dengan platform mereka fine, itu kita dukung. Tapi mereka mendukung platform-nya, eps-nya tidak sebagai penyelenggaranya. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Tadi Pak Arwani ya. Silakan lanjut Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Ini, Pak Bambang, bagaimana mendapatkan angsuran pembayaran 15 tahun tadi. Tadi Menteri Keuangan sudah mengeluarkan availability payment ada penjaminan infrastruktur Indonesia sebagai di garda depannya. Ini amannya demikian. Kemudian dananya USO atau APBN? Tadi saya sudah sampaikan bahwa kami bicara dengan Kementerian Keuangan dan mengharapkan kombinasi nanti, USO dan APBN. Karena kalau USO saja kan hanya 2 setengah triliun sampai 3 triliun maksimal setahun, 10 tahun 30 triliun. Sedangkan ini kita butuhnya lebih banyak. Masa Kominfo penghasil 20 triliun atau 10 tahun 200 triliun, selisihnya masih bisa dipakai, tidak bisa dialokasikan untuk membangun, toh ini untuk membangun negara. Jadi terima kasih kalau memang mendapatkan dukungan dari Bapak-bapak, khususnya Komisi I, untuk melakukan sebagian alokasinya dari APBN. Dan diterapkan menggunakan multiyears agar layanan itu tidak berhenti tanggal 31 Desember, hidup lagi tanggal 1 Januari.

31

Pak Supiadin, ini platform aplikasi pertanian konglomerat atau kartel? Ini startup yang membuat aplikasi ini. Ada namanya agromap, ada namanya eragano, ada tanihap, ada advillage. Bahkan saya pernah menjadi mentor dari startup khusus pertanian, yaitu bawang merah Pak. Mengapa, karena bawang merah harga di petani di Brebes tergantung musimnya, musim hujan atau musim kering. Katakanlah rata-rata 8 ribu. Tapi ibu-ibu kita yang suka belanja bawang merah itu di Jakarta 20 ribu, jadi biaya distribusinya itu 12 ribu. Pemikirannya bagaimana meningkatkan harga petani, mem-bypass perantara-perantara yang 12 ribu tadi. Jadi harga petaninya naik, katakanlah 10-11 ribu, tapi harga belinya berkurang, jadi 19 ribu. Jadi itu yang kami lakukan. Itu namanya aplikasi 5 kilo, saya mentornya. Dengan demikian petani menjadi lebih sejahtera. Permasalahannya, tuntutan dari pembeli ibu-ibu di Jakarta itu ingin bawang yang standar. Sedangkan petani kita kalau disana biasanya main kulakan, dia panen, kumpulkan, selesai. Jadi sekarang harus milih-milih yang besar bawangnya, tidak terlalu beda size-nya. Jadi inilah semuanya pemain startup, anak-anak muda. Tidak ada yang kartel Pak.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA):

Pendalaman saja, Pimpinan. Jadi kalau ada seperti tadi tuntutan konsumen seperti itu, ini maka diatur segment-nya. Jadi misalnya segment beras, beras unggulan dia konsumennya beda lagi. Ini yang menurut saya perlu diatur sehingga terbagi itu. Tapi yang penting bagi saya adalah petani ini sejahtera, tidak terikat lagi oleh kartel, itu yang paling substansial bagi saya. Terima kasih Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih masukannya. Seperti tadi yang di Brebes, harga jual bawang dari petaninya itu meningkat. Sekarang ada kerjaan tambahan menyortir bawangnya agar ukurannya sama. Dan harga beli di Jakarta itu turun. Hanya belinya tidak bisa setengah kilo, satu kilo. Belinya 5 kilo, makanya namanya aplikasinya ‘Aplikasi 5 Kilo’. Tidak apa-apalah, mungkin nanti seorang ibu beli dibagi dengan saudaranya. Tapi yang penting manfaatnya banyak untuk petani maupun untuk konsumen.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pendalaman boleh? Pak Menteri, kan sofware-nya sudah jadi, ininya sudah dibantu oleh Kominfo, proses inkubasinya sudah ditalangi oleh Kominfo, pertanyaannya dia dapat sit darimana? Kalau inkubasinya tidak, yang kasih mereka modal awal siapa? Pakai duit sendiri?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Iya.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Celakalah.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Memang di Singapore, di Brunai, itu disediakan sit capital. Jadi startup disediakan sit capital berapa ribu dollar di Brunai. Tapi di kita tidak ada, Pemerintah tidak menyediakan sit capital.

32

Jadi yang kami lakukan adalah memfasilitasi. Misalkan dengan google misalkan yang 1.000 startup itu bagaimana mereka masuk menjadi inkubasi atau akselerasi programnya. Kami keluar biaya di level itu. Sit capital tidak Pak.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, sedikit pendalaman. Jadi yang dilakukan dengan UMKM ini sifatnya apa? Sekedar pelatihan traininig digital, sosialisasi, atau bagaimana Pak?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Beda Pak. Tadi bicara startup petani. Tapi kalau UMKM go online itu kami sebenarnya tahun 2015-2016 sudah menyediakan nama domain 1 juta, gratis plus hosting satu tahun. Tapi tidak ngangkat, karena memang tidak mudah itu yang namanya UKM itu dikasih nama domain, dikasih hosting 1 tahun gratis. Jadi yang UMKM kami bekerjasama dengan platform. Contoh misalkan Tokopedia, Tokopedia kan punya merchant sekitar 7 juta sekarang. 5 juta itu aktif. Kemudian juga Bukalapak sekitar 5 sampai 6 juta, 4 jutaan aktif. Kami beserta dengan mereka saja bagaimana encourage UMKM lebih menggunakan platform Tokopedia, Bukalapak, dan lain sebagainya. Jadi bukan kaminya yang langsung ke UKM nya. Tidak mudah manage UKM untuk masuk ke digital. Kacuali kalau mereka iming-iming bisnis, seperti menjadi merchant atau pelapaknya Bukalapak, disitu baru kita masuk bantu mereka. Jadi jangan berpikiran bahwa kami mengumpulkan UKM semuanya dilatih langsung, tidak Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pak Menteri, industri startup digital ini berbeda dengan bisnis model yang konvensional. Menurut saya, saya tidak yakin Menteri Koperasi mengerti. Saya juga tidak yakin Menteri Keuangan paham. Saya juga tidak yakin Menko Perekonomian paham bahwa bus traving sit, kemudian Steris AB dan seterusnya sebagai sebuah bisnis model yang baru itu sedang terjadi hari ini. Pak Menteri mengerti, yang lainnya tidak mengerti. Jadi bagaimana bisa startup-nya kita yakinkan tumbuh kalau ekosistemnya bolong-bolong. Kemudian yang dijadikan laporan kemarin kan cuma judulnya saja, tapi bahwa pasti akan dapat unicorn barunya bagaimana ini bisa terjadi. Kecuali kalau Pak Menteri juga mencarikan/memfasilitasi channeling terhadap sit capital. Bukan uang negara, tetapi Pak Menteri yang mencarikan.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Pak Budi, untuk sit capital kami tidak banyak. Tetapi kalau sudah jadi startup, startup-nya kemudian di kurasi menjadi startup yang bagus, dia sudah series di atas A sampai B, ini yang kita bawa ke venture capital national maupun international untuk istilahnya dijual. Tapi sudah tidak lagi di level membutuhkan modal awal, tapi di seri atasnya. Ini boleh dikatakan setidaknya sepertiganya didanai oleh Kominfo, karena kita juga ada sponsor dan sebagainya. Ini menjadikan unicorn, dan disitulah transaksi-transaksi valuasi-valuasi dalam waktu hanya 10 menit-15 menit mereka tandatangan cek. Itu yang saya katakan tadi nanti bulan Oktober Insya Alloh program Next Indonesia Unicorn. Jadi mengharapkan nanti ada unicorn-unicorn berikutnya dengan caranya begitu. Dan itu juga kami sengaja melakukan semacam roadshow. Sekarang yang lagi hype apa? fintech. Fintech itu misalkan darimana, venture capital nasionalnya siapa, venture capital nasionalnya dari negara mana. Kami melakukan roadshow. Saya pernah di Tokyo khusus ke venture capital di Tokyo undang ke Next Indonesia Unicorn. Karena mereka hype-nya di bidang

33 katakanlah Ayoti atau apa, jadi kita cadri lawannya juga yang diminati oleh mereka. Jadi memang tidak mudah Pak.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pak Ketua, ijin. Karena Pak Menteri menyinggung fintech ini, saya ada komplain maksudnya dari teman- teman yang bermain disitu. Sekarang inikan Bapak menutup-nutupi, saya setuju Kominfo menutup- nutupi fintech yang illegal, saya setuju. Tetapi jangan mereka ditutup Pak. Mereka dibimbing. Aturan dari OJK saja belum ada yang jelas mengenai fintech ini, Bapak tutup-tutupi. Apa dampaknya bagi mereka? Sebagian dari mereka yang Bapak tutup itu sudah terikat kontrak dengan investor. Bayangkan, orang sudah menerima duit dari investor kemudian Bapak tutup fintech-nya. Pusing mereka sekarang dengan kebijakan yang Bapak buat. Jadi mereka dibina, bukan ditutup. Ada jadinya sampai kesan mereka Pak Menteri melindungi satu perusahaan besar fintech yang akan menjadi monopoli kedepan. Itu rumors, saya tidak percaya dengan hal itu. Sampai kepada situ, Bapak mematikan perusahaan fintech yang akan tumbuh yang mana mereka sudah menerima investasi dari investor. Mereka pertanggungjawabannya dengan investor mereka itu pusing sekarang mereka Pak. Mungkin saya minta himbauan, ini komplain dari teman-teman yang bermain. Tolonglah dibina mereka. Kalau tidak benar cara ijinnya dilakukan pembinaan-pembinaan. Daripada membabat/melibas mereka dengan menutup akun-akun fintech tersebut. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Ibu Evita, jadi catatan kami nanti.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, Pak Menteri, soal tadi UMKM go online, terus petani go online, terus startup. Tapi bukan yang untuk unicorn. Karena kalau unicorn sudah ada part-nya sendiri, mereka pasti punya business plan yang jauh lebih matang. Saya kira oke di urus oleh negara, dikasih fasilitasi, sudah bagus lah. Tapi yang UMKM, yang petani ini Pak, kalau ini tidak serius digarap saya khawatir tidak akan jadi. Apalagi kalau modelnya ini hanya proyek per APBN. Kan ini melatih para petani ini perlu kerja keras, perlu pendampingan, membuat mereka ini menjadi pemasar, kemudian dikenalkan dengan teknologi. Ini satu pekerjaan yang saya tahu tidak mudah. Ini mungkin teman-teman LSM itu jagonya kalau urusan pendampingan begini. Saya kira negara juga bisa melakukan itu. Yang punya pendamping petani itu Kementerian Pertanian. Tapi saya tidak yakin Menteri Pertanian itu aware dengan perkembangan digital. Begitu juga UMKM. Betul Mas Budi, menteri yang mengurus UMKM juga saya tidak yakin mereka juga punya awareness untuk membangun digital platform ini, ekosistem yang cocok untuk perkembangan ini. Justru saya berharap leading sector-nya memang Kominfo lagi-lagi. Kalau disini ada 3.000 UMKM yang dibina, atau petani, ini betul-betul serius. Jadi saya berharap angka gugurnya itu jangan gede-gede. Jadi kalau angka lahirnya gede, angka matinya juga jangan gede, sayang. Ini pertaruhannya sebetulnya kan pertaruhan bangsa kita kedepan, karena siapa yang survive di jaman digital ini yang akan survive, dan ekonomi digital akan menjadi ekonomi baru. Kalau kita tidak serius menggarap, sekedar alakadarnya, pokoknya kita lakukan pelatihan atau menyambungkan atau apa, tetapi tidak komitmen penuh masuk disitu, bina sampai jadi, saya khawatir ini program sia-sia. Khawatirnya nanti para petani kita, UMKM kita, tidak survive, karena negara tidak mengurusi dengan sangat serius. Terima kasih.

34

F-PDIP (DR. EFFENDI MS SIMBOLON, MIPOL.):

Pimpinan, Pak Menteri, ini soal peluang tenaga kerja. Jadi kita tahu di Amerika Serikat sekarang trend yang sangat tinggi itu tenaga kerja yang terpakai, yang terampil, itu orang India. Jadi era China itu sudah lewat. Pertanyaan saya, kok tidak orang Indonesia ya? Kenapa tidak orang Indonesia, kenapa tidak bangsa Indonesia? Kita masih urusannya asyik saja di kampung sendiri, masih jagoan kampung. Dari tadi saya belum lihat ini ada startup-startup ini yang mengambil peluang. Karena kalau lihat dari Amerika, UMR mereka 6 sampai 16 dollar perjam. Mereka kerja yang 8 jam yang pagi sampai sore, 8 jam kedua 8 jam ketiga mereka tidak mau kerja itu. Diambillah oleh orang India yang di India. Dia tidak harus di Amerika. Kenapa kita jutaan orang masa kita harus urusan ‘Gojek’ saja. Jadi ada keterampilan yang mendunia juga. Ini yang saya kira kemampuan Pak Rudi kan pasti bisa kesana. Jadi dengan keterampilan dan akses, dan juga jejaring satelit kita, saya kira kita mampu mengambil peluang yang kosong masih. Dari mulai yang skill sampai tenaga dokter, tenaga lawyer, tenaga konsultan yang memang sekarang di isi oleh orang-orang India. Jadi kita menjadi warga dunia yang punya standar yang tinggi.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Pak Effendi. Ini saya harus bicara dengan kolega saya. Tapi kami pernah upayakan. Itu namanya business outsourcing. Tapi bedanya kita, kenapa kita kalah dengan Malaysia? Malaysia itu 25 dollar devisa dari business process outsourcing. India juga begitu. Karena apa, Indonesia “we can not speak english Pak”. Orang India itu biar bagaimanapun bahasa Inggrisnya lebih ini. Apalagi Philipina.

F-PDIP (DR. EFFENDI MS SIMBOLON, MIPOL.):

Ajarin Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya menkominfo, bukan Menteri Pendidikan.

F-PDIP (DR. EFFENDI MS SIMBOLON, MIPOL.):

Nomenklatur Bapak baiknya digabung Pak, jadi Kominfo juga, Pertanian juga. Enak ini Pak, ini perpanjang sampai malam enak ini. Karena terobosan Bapak ketahuan orang profesional, jadi enak Pak. Outsorcing business ini kita lihat di Amerika, mereka sekarang 16 persen dari senat Amerika itu orang India. Kita event satu orang pun tidak ada orang Indonesia. Kita selalu bangga negara ketiga terbesar, bohong Pak. Kita tidak punya kemampuan. Kalau bahasa Inggris satu tahun kasih semua gratis, les wajib. Bagaimana Pak, kita lihat tahun depan.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Nanti saya bicara dengan Pak Menteri Tenaga Kerja. Atau menjadi bagian dari digital talent, sebagian itu belajar bahasa Inggris menggunakan platform.

F-PDIP (DR. EFFENDI MS SIMBOLON, MIPOL.):

Saya melihat kan Bapak tadi sudah bagus ini pilot project ini yang sabodo teing mau kementerian mana. Makanya waktu Indonesia katanya mau pindah ibukota negara terus terang

35 saya khawatir. Entah itu desainnya model apaan itu. Kita sudahlah tahu diri dulu Pak. Tata ruang/tata kota kita ini bukan ide-ide orang Indonesia. Ide orang Belanda, orang Amerika, orang Inggris. Maksud saya buat sample ini Pak. Coba lihat Perancis, dengan diam saja tidak bebas bisa 80 juta satu tahun. Paris saja 15 juta. Indonesia 12 juta Pak. Vietnam saja sudah 40 juta. Tidak perlu bebas visa. Saya kira dengan senyumnya Pak Rudi paham ini. Kalau dibantu sama Ibu Evita pasti. Ibu Evita itu cocoknya jadi menteri, bukan di DPR, jadi bisa maju Indonesia. Pak, saya outsourcing tadi saya titip. Karena kita banyak sekali yang menganggur, prihatin Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Ini sudah maghrib ya, mudah-mudahan cepat kita selesaikan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Sebelum ditutup, Pak Pimpinan, penting. Saya minta tolong teman-teman operator minta tolong sampaikan kepada Pak Menteri, ini sekarang ada perusahaan Arab/operator Arab ‘Zein’ itu menjual simcard di embarkasi haji. Mereka sudah tulis surat tapi tidak ada tindakan dari Kominfo maupun BRTI. Jadi mereka minta tolong perhatian Pak Menteri, karena ini melanggar Undang-Undang Nomor 36, dan ini juga persaingan usaha yang tidak sehat. Terima kasih Pak Menteri.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Ibu Evita. Teman-teman BRTI sejak hari Rabu lalu sudah kerja, sudah mendatangani lokasi, sudah bertanya. Tadi saya bertanya teman-teman BRTI agar segera keluarkan keputusan besok. Saya tidak tahu, saya sendiri tidak dikirimi surat. Saya sendiri yang meminta. Tapi yang penting besok saya minta untuk ambil keputusan dan diumumkan. Kalau saya, kalau itu kreatif, kalau itu inovatif, kita boleh melindungi pasar kita. Tapi kenapa kita tidak berpikir kita yang menyerang ke negara tersebut.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Kita ini tidak boleh jualan disana Pak. Kenapa orang lain bebas jualan di kita. Kan fairness tidak ada dalam bisnis.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Hari Rabu lalu foto-fotonya saya sudah dikirim, tinggal putuskan. Terakhir, satu Pak, Pak Sukamta, ini mengenai penanganan konten negatif. Breakdown- nya nanti kami siapkan. Tadi Pak Sukamta mengatakan belum ada ya.

F-PPP (MOH. ARWANI THOMAFI):

Sekalian yang saya tadi Pak, yang umroh tadi.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Kalau belum ada nanti kami akan siapkan semua.

36

Yang situs itu kami bisa proaktif, kita bisa crawling. Jadi tiap hari di crawling. Apakah itu kaitan dengan susila. Tinggal keywords-nya apa saja. Tetapi kalau konten di media sosial, konten di instant massaging, konten di video false sharing seperti youtube, kita tidak bisa menyaring langsung. Jadi yang kaitan dengan asusila sudah 964 ribu situs, perjudian ada 117 ribu, penipuan 7800. Tapi ini yang situs Pak. Ini fintech ini juga situs Pak. Kalau penanganan konten di media sosial itu beda, karena yang kita takedown adalah akunnya yang kita mintakan kepada platform. Jadi berbeda.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, ijin. Rata-rata usia web-nya itu berapa lama sebelum di takedown.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Ada dua Pak. Satu yang kita crawling. Kita tidak tahu itu sudah berapa lama situsnya aktif. Ada laporan mekanisme pengaduan. Kalau pengaduan, kita punya tolak ukur 2 kali 24 jam harus kita matikan. Tapi sebelum 2 kali 24 jam kebelakangnya berapa lama kami tidak melakukan penelitian juga Pak.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, boleh pendalaman. Maksud saya ini begini, kan Kominfo punya mesin crawling ini, kira-kira ini bisa berapa lama, berapa banyak itu bisa membersihkan itu dari internet. Yang kedua, saya juga ingin tahu petanya. Ini yang URL nya dalam negeri, pakai id atau segala macam, dengan yang luar negeri berapa statistiknya. Kita ingin tahu semua Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya tidak yakin ada sekarang informasi mengenai dalam negeri/luar negeri URL nya. Tapi saya akan kembali ke Komisi I mengenai breakdown dari URL dalam negeri maupun luar negeri. Kemudian nanti kami coba cek, sampling mungkin ya, karena kan itu sudah di blok, jadi sudah tidak bisa di ini. Berapa lama sebetulnya mereka sudah aktif sebelum di blok, itukan yang dimaksud. Nanti kami coba lakukan sampling Pak. Terima kasih Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, yang Kimi Hame sudah di jawab belum tadi?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Ijin, Pak Semi minta disampaikan.

DIREKTUR JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (SEMUEL ABRIJANI PANGERAPAN, B.SC.):

Mohon ijin, Pak Menteri. Jadi kemarin setelah kami rapat, kami sudah memanggil youtube untuk memanggil Kimi Hime. Kita minta untuk kontennya diselaraskan. Karena memang di dunia digital ini kalau kita

37 langsung tutup malah kita mentenarkan mereka. Kita panggil, suruh merubah konten-kontennya. Karena pengikutnya agak lumayan banyak dia, 2 jutaan. Kadang-kadang kalau di tutup langsung itu kayak sama saja Pemerintah mempromosikan dia. Ini yang kita melakukan secara silent, kita panggil youtube dan kita panggil Kimi Hime nya, itu yang kita lakukan. Kita baru ketemu nomor teleponnya Kimi Hime nya.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, kan artinya Dirjen Pak Menteri baru bekerja setelah di komplain oleh Pak Ketua Komisi. Terus nanti Aku ketemu lagi, ngomong Pak Ketua ini, komplain lagi, ada yang lain lagi. Ini, Pak Ketua, ada lagi. Tiap hari nanti ada rombongan Ibu-ibu datang ke Komisi I “Pak, youtube yang ini”. Terus nanti Pak Semi akan “oh ya nanti saya panggil satu-satu”. Kan begitu jadinya modusnya, Pak Menteri.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Pak.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Pak Budi, ada hal-hal yang tidak bisa kita hindari. Yang kita punya keywords itu kita bisa lakukan crawling. Jadi kita proaktif. Tapi kalau misalkan lolos keywordsnya. Saya tidak tahu teknis Kimi Hime itu bisa diambil keywords-nya atau tidak. Kalau bisa diambil keywords-nya itu bisa. Tapi kalau kita tidak bisa masuk keywords-nya kesana dia akan lolos, dan memang tidak bisa kita hindari akan ada yang melaporkan kepada kami. Jadi inikan miliar Pak, mohon maaf mesin kami tidak bisa. Tapi kalau keywords-nya itu makin banyak, yang harusnya tidak tertutup juga kemungkinan jadi tertutup karena keywords. Misalkan, mohon maaf ini, ‘bikini’. Semua ada ‘bikini’ ya ditutup saja. Bahwa itu orang jualan bikini atau bikini yang gambar wanita pakai bikini tidak bedakan dia. Pokoknya ada ‘bikini’ ya tutup saja. Jadi ini betul-betul memang ada yang tidak bisa dihindarkan, mohon maaf kami yang harus berdasarkan laporan. Bukan berarti kami tidak bisa Pak.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, maksudnya saya tetap bertanya PP untuk Tata Kelola Konten tidak akan diselesaikan sampai Oktober ini? Itu pertanyaan saya. Kalau ada PP nya, minimal draft, atau permennya sudah komplit, kan menjadi mudah nanti buat rakyat/ netizen ketika ketemu kasus begini sudah bisa melakukan self regulation-nya sendiri.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Pak Semi menjawab Pak.

DIREKTUR JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (SEMUEL ABRIJANI PANGERAPAN, B.SC.):

Terima kasih Pak Menteri. Pak Budi, memang terkait PP 82 kami mohon maaf agak terlambat. Karena memang banyak substansi yang harus dibahas. Tapi sekarang sudah final. Jadi disini kita menjawab pertama tadi pertanyaan Pak Budi tentang right to be forgotten. Right to be forgotten kita sudah temukan, dan kita sudah bicara dengan MA.

38

Right to be forgotten ada dua, right to assure sama right to the listing. Yang right to the listing yang perlu ketetapan pengadilan. Kalau right to assure itu ada melekat pada orangnya, jadi tidak perlu minta persetujuan. Padahal di undang-undang menyatakan harus minta persetujuan pengadilan. Draft-nya akan kita kirim, karena ini sudah dalam finalisasi. Sebentar lagi akan di paraf oleh semua menteri untuk diserahkan oleh Presiden. Pertama right to be forgotten, kedua tentang tata kelola. Tata kelolanya sekarang dengan aturan baru ini bukan lagi Pemerintah yang kerja keras. Kami juga memaksakan semua platform kerja. Ini kita aturannya begitu. Malahan kalau mereka nanti ada temuan yang kami laporkan tidak ditindaklanjuti ada dendanya. Seperti di Jerman, kita menganut aturan ini. Dalam waktu dekat ini akan disahkan oleh Presiden.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Usul saja, Pimpinan, kalau boleh nanti biarpun masih draft dipresentasikan terbatas, atau di RDP boleh.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terbatas saja kalau saran saya.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, Pak Menteri,

Jadi saya mungkin mengulang saja, kenapa kemarin Pak Ketua itu komplain soal Kimi Hime, itu karena ada aduan dari masyarakat yang mendatangi Pak Ketua. Kenapa masyarakat mendatangi Pak Ketua, konon katanya sudah datang ke Kominfo tapi responnya tidak bagus. Sehingga datanglah ke Ketua Komisi I. inikan sebabnya saya kira ini Bapak yang tahu.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih Pak. Mohon disampaikan mohon maaf kepada yang mengadu ke Pak Ketua. Saya lanjutkan Pak, Pak Sukamta.

Mengenai PDP disegerakan Pak. Kami pun ingin segera. Jadi statusnya saat ini PDP itu saya sudah menandatangani dan membubuhkan paraf setiap halaman dari Rancangan Undang- Undang PDP. Setelah itu disampaikan kepada Setneg, Setneg itu harus disirkulasikan kepada kementerian/lembaga terkait. Ini sekarang sedang dilakukan Pak, jadi segera Insya Alloh. Kami juga ingin segera.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pak Menteri, Pimpinan, maaf, saya kira kata ‘segera’ itu sudah di rapat dua kali sebelum ini. Karena tanggal 24 besok itu paripurna penutupan masa sidang Pak, artinya kita ini masuk hanya tinggal satu kali masa sidang. Kalau itu missed kita harus mengulang lagi dari nol Pak. Dan inikan proses yang tumbuh sudah lama, sudah hampir tiga tahun. Terima kasih Pak.

39

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Terima kasih banyak. Kita mungkin sebagai bagian dari kesimpulan Pak, biar saya bawa nanti kesimpulan rapatnya kemana-mana Pak. Tadi yang ter-register otomatis facebook-nya Pak Sukamta mohon terpisah Pak. Nanti saya selidiki nomornya dan saya ke operatornya kenapa ini bisa terjadi. Saya tidak tahu yang 822 atau 819. Dua-duanya Pak? Biar detailnya nanti kertasnya saya bawa ke operator. Yang ter- register otomatis ke facebook itu punya Bapak kan? Nanti saya minta detailnya atau screenshot- nya atau apa nanti saya ke Bapak, dokumennya dikasihkan kemudian saya bawa ke operator. Karena tidak boleh Pak, jelas-jelas. Saya mengeluarkan Peraturan Menteri Kominfo Tahun 2016 khusus operator telekomunikasi yang tidak membolehkan. Karena ada sanksinya disana berdasarkan Undang- Undang Telekomunikasi. Ini satelit versus teknologi lain seluler memang ada plus minusnya. Biar bagaimana teknologi satelit tidak bisa mengimbangi teknologi terrestrial dari sisi kapasitas. Tapi dari segi kecepatan, terutama untuk menjangkau daerah-daerah yang remote, terrestrial tidak bisa mengimbangi satelit. Jadi untuk yang remote itu kita fokus kepada satelit. Sedangkan untuk yang bisa di jangkau itu fokusnya kepada terrestrial. Apakah itu naik fiber, apakah itu pakai microwave, dan lain sebagainya. Dan terakhir sama seperti yang tadi, Pak Arwani juga sama ini mengenai umroh digital. Saya pastikan yang namanya Tokopedia dan Traveloka mereka tidak menjadi penyelenggara umroh seperti yang kita kenal. Terima kasih Bapak Pimpinan.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Boleh, Pimpinan? Apakah hanya Tokopedia dan Traveloka yang hanya boleh berhubungan dengan investor Saudi? Itu pertanyaannya. Apakah tidak dibuka ruang pemain diital lain melalui Pak Menteri ke Kerajaan Arab?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya sedang bicara dengan yang mengembangkan aplikasi, namanya ‘Kurma’. Sama, itu juga umroh. Nanti saya bicarakan dengan mereka agar terintegrasi semuanya. Kita tidak bisa hanya satu-satu. Apalagi di Saudi Arabi bukan hanya pemerintahnya. Mereka juga sudah pernah juga meminta namanya ‘Wadi Makkah’. Wadi Makkah itu perusahaan punya universitas teknologi yang memang di drive oleh pemerintah sana. Jadi di level bisnis, Wadi Makkah ini bicara dengan Traveloka dan Tokopedia, dan di level pemerintah saya dengan menteri kominfo sana Pak agar juga menjadi bagian dari ekosistem. Kalau menurut saya, ekosistemnya makin banyak makin bagus Pak.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pak Menteri, Pimpinan, boleh pendalaman sedikit? Jadi soal umroh digital itu, sebut saja begitu karena memang beritanya di awal disebut ‘Biro Haji Umroh Digital’. Ini sebetulnya apa yang dilakukan dan dimaui oleh Pemerintah Saudi itu sebetulnya? Apakah ini pengurusan umroh itu semua serba pakai EPS? Mulai dari visa, ticketing, booking hotel, kemudian trarelling, akomodasi, dan konsumsi/makan, semua paka EPS? Apa sebetulnya ini barangnya, yang dimaui mereka apa?

40

Kalau Tokopedia dan Traveloka mau membangun EPS itu jelas. Terus kemudian apa yang harus dilakukan oleh orang yang mau berangkat umroh dan haji, apakah cukup dengan EPS itu dia bisa berangkat, atau dia tetap harus di organisir oleh biro lagi? Tolong kita diberi pencerahan soal ini. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Pak Kamta, dulu sampai kesana keputusannya. Tapi kita punya waktu satu tahun. Jadi berangkatnya sebetulnya dalam konteks G-20. Saudi Arabia menjadi presidensi dari G-20. Dan Summit itu bulan Nopember tahun depan. Dan mereka menginginkan yang namanya boleh dikatakan proses baru kayak begini, itu diluncurkan sebelum itu. Jadi kita pun harus bicara dengan Pemerintah Saudi Arabia. Dan Pemerintah Saudi Arabia bukan hanya melibatkan menteri kominfo disana, melibatkan kementerian haji, melibatkan kementerian UKM. Karena karena ini disana mungkin ‘perintah’, jadi terkoordinasi, terintegrasi. Karena mereka ingin UKM sana juga bergerak. Karena apa, mereka mengatakan bahwa ini hanya tambahan saja. Jadi yang sejuta sekarang ini sebenarnya tidak terganggu apa-apa dari Indonesia. Ini bicara yang tambahannya nanti, 2 juta. Atau 20 juta secara keseluruhan bagi Saudi Arabia. Dalam waktu 10 tahun kami tidak bisa membangun Zam-Zam Tower. Tambahannya 5 untuk menampung ini semua. Jadi prosesnya proses baru. Mungkin home stay nantinya. Terus kalau pakai transportasi, biasanya kan kita pakai sewa, ada Satko dari sana, ini tidak mungkin pakai Satko lagi. Mungkin nanti aplikasinya aplikasi yang seperti Uber atau apa, kita tidak tahu. Tapi dalam waktu setahun ke depan inilah kita harus duduk sama-sama bagaimana merancangnya. Karenanya kami koordinasi dengan Kementerian Agama. Dan kemarin Tokopedia dan Traveloka juga sudah di undang oleh Kementerian Agama.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Maaf, ijin. Di undang untuk klarifikasi, Pak Menteri. Bukan untuk kerjasama. Yang saya inikan jangan terjadi monopoli-monopoli baru di bisnis digital. Tokopedia/Traveloka itu di perusahaan besar, sudah unicorn, tidak dibantu pemerintah pun dia sudah jalan. Bapak harus membantu perusahaan yang lain, yang kecil-kecil. Kalau Pemerintah Arab Saudi mereka inikan ada kuota. Bukannya kita tidak mau kirim umroh, wong kita saja tidak bisa berangkat karena tidak dapat visa karena kuotanya sudah habis. Jadi kalau misalnya Arab memberikan kuota yang lebih banyak itu saya yakin travel agent-travel agent yang lainnya akan membuka lagi lebih besar penjualan mereka. Wong mereka dibatasi kuota sekarang. Bayangkan kalau Traveloka dan Tokopedia menguasai kuota itu, dia yang akan dipermudah untuk mendapatkan visa, hancur bisnis ini yang lain-lain. Kesitu saya minta Pak Menteri untuk memberi perhatian. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Baik, kami catat.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, boleh pendalaman lagi? Jadi maksud saya, ini kalau memang Saudi ini mau membuat re-design pelaksanaan haji umroh dalam sisi teknis, bukan pada ibadahnya, dari sisi travelling-nya, inikan akan mempengaruhi

41 mayoritas semua negara yang ada jama’ah haji umrohnya. Ini sesuatu yang sangat besar bagi Indonesia. Menurut saya ini tidak cukup diselesaikan oleh Menkominfo, karena ini persoalan yang nanti menyangkut regulasi haji umroh, biro haji umroh, urusan bisnis catering. Saya kira itu sangat bagus sebetulnya, karena rakyat yang akan diuntungkan, mendapatkan travelling murah, catering murah, tapi kualitas bagus. Harapan kita begitu. Tapi kita tidak ingin biro haji umroh yang ada ini menjadi mati karena tidak terberdayakan. Jangan sampai nanti tahun depan sudah di launching untuk melakukan adaptasi. Kan tidak bisa mendadak begitu saja, nanti mati semua ini. Kalau ini mati semua, yang bisa survive hanya tertentu, yang besar-besar juga. Saya kira ini bisa menjadi disaster bagi kita semua.

F-PPP (MOH. ARWANI THOMAFI):

Terakhir Pak. Saya kira forum ini penting untuk mengingatkan pada Pemerintah, dalam hal ini Menkominfo, agar kebijakan ini memang sebenarnya lebih luas dari persoalan umroh. Bukan hanya soal itu saja kalau dari tadi tayangan yang disampaikan. Yang menjadi pertanyaan kemarin itukan kenapa muncul kata-kata ‘bisnis umroh digital’, seakan-akan langsung ada semacam pengantar untuk sebuah perubahan besar di bidang bisnis umroh itu, yang itu justru di sponsori oleh Kementerian Kominfo. Jadi kekhawatiran-kekhawatiran ini harus dijaga betul oleh Pemerintah. Apalagi yang dibawah ini sementara hanya Traveloka dan Tokopedia, ini nanti mempunyai celah untuk bermain di persoalan visa/kuota visa, ini yang dikhawatirkan oleh teman-teman. Saya kira ini harus dijaga betul. Yang kedua, tolong juga harus diimbangi pembinaan Pemerintah/fasilitasi Pemerintah terhadap teman-teman yang lain di luar Traveloka dan Tokopedia, terutama yang masih kecil-kecil. Kembali kemanfaatannya ke teman-teman masyarakat, ke teman-teman kita semua lah saya kira ke arah sana. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Silakan Pak. Masih ada yang terakhir sekali? Nanti dosa tanggung dia ya sholat maghrib-nya lewat. Silakan Pak kalau masih ada tanggapan.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Dari kami saya rasa teman-teman tidak ada lagi. Saya ucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan Ibu/Bapak Anggota Komisi I. Dan sekali lagi, kita ke satelit peluncuran masih tiga tahun, jadi kita masih membutuhkan kerjasama, terutama pengawasan dari Komisi I selama tiga tahun ke depan.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Wa’alaikumsalaam.

Sebelum selesai, kita coba bikin draft kesimpulan sebagaimana biasa. Biar ada pegangan kita.

Draft Kesimpulan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Kemkomifo

42

Senin, 22 Juli 2019

1. Komisi I DPR RI telah mendengar penjelasan Menteri Komunikasi dan Informatika terkait dengan pelaksanaan kinerja dan penyerapan anggaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kekominfo) Tahun Anggaran 2018. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI memberikan apresiasi atas kinerja anggaran Kemkominfo dan capaian penyerapan anggaran sebesar 94,82 persen. Selanjutnya Komisi I DPR RI meminta kepada Menkominfo untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian realisasi anggaran tersebut pada tahun berikutnya;

Ini formal, setuju ya. (RAPAT: SETUJU)

2. Komisi I DPR RI mengapresiasi atas laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun Anggaran 2018 atas capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Selanjutnya Komisi I DPR RI meminta Kemkominfo agar dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai;

Ini harapan kita, setuju?

(RAPAT: SETUJU)

3. Komisi I DPR RI mendesak Kemkominfo agar dalam penggunaan anggaran mampu memberikan manfaat stake holder terkait melalui program kerja yang tepat sasaran dan tepat guna, serta senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara;

Memang harus begitu Pak.

(RAPAT: SETUJU)

4. Komisi I DPR RI mendesak Menkominfo untuk menjalankan hal-hal sebagai berikut: a. Mengoptimalkan peran sebagai government public relation DPR; b. Mendukung keberadaan Sekolah Tinggi Multimedia (STMM) Jakarta dari sisi anggaran, peralatan, dan pemberian beasiswa; c. Mengoptimalkan fungsi pengawasan konten negative di situs online; d. Memastikan kebijakan pogram haji umroh secara online tidak memberikan dampak negative terhadap keberlangsungan pelaku bisnis haji dan umroh di Indonesia;

Ada tanggapan Pak?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Mohon usul di hapus ‘haji’ nya, karena tidak ada sama sekali bersentuhan dengan haji. Haji itu heavily regulated, sangat diatur ketat semuanya.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

‘d. memastikan kebijakan program umroh secara online tidak memberikan dampak negatif’, karena haji urusan Pemerintah. Setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

43

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Ketua, satu lagi. Mungkin istilah ‘bisnis umroh’ itu tidak tepat saya kira. Yang tepat adalah ‘bisnis travel umroh’. Bukan ‘bisnis umroh’, tapi ‘travel umroh’, atau ‘biro penyelenggaraan’

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

‘memastikan kebijakan program umroh secara online tidak memberikan dampak negatif’.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Ijin, Pak Ketua. Ini saya bilang tidak firm ya d ini. Langsung saja, ‘memastikan kebijakan atau program umroh digital tidak bertentangan dengan undang-undang yang ada’, itu saja. Undang-undangnya jelas, harus Indonesia, harus Islam. Sudah jelas, ikut undang-undang saja. Berarti Traveloka dan Tokopedia bisa menjual melakukan itu. Kita larinya ke undang-undang saja.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Betul. Pak Tamliha setuju?

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Di undang-undang itu secara eksplisit tertulis bahwa penyelenggara umroh itu harus Muslim. Itu eksplisit.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Makanya Ibu Evita tulis undang-undang saja, biar masuk semua. ‘memastikan kebijakan umroh digital tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku’.

F-PPP (MOH. ARWANI THOMAFI):

Istilah ‘umroh digital’ itu juga tidak pas.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Cukup, Pak Arwani?

(RAPAT: SETUJU)

5. Komisi I DPR RI meminta Menkominfo untuk menetapkan model bisnis yang paling tepat dan efisien terkait penyelenggaraan program universal service obligation (USO) dengan pertimbangan sustainabilitas program serta dukungan dana secara multiyear sehingga tersedia layanan yang terus berkelanjutan;

Mungkin Pak Anang ini kurang pas tidak kata-katanya? Cukup?

(RAPAT: SETUJU)

44

6. Komisi I DPR RI meminta Kemkominfo agar program 4.000 BTS dapat terealisasi dengan baik menuju target Indonesia Merdeka Sinyal 2020 dengan dukungan anggaran dari dana USO;

Silakan Pak, coba bagaimana.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Usul poin 5 menjadi poin 6, karena poin 5 itu konsekuensi dari poin 6. Dibalik itunya saja.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Dibalik, 5 jadi 6. 5-6 selesai. Tinggal terakhir, 7.

7. Komisi I DPR RI meminta Kemkominfo agar program penyediaan Satelit Satria didukung dengan sumber pendanaan yang tepat, baik dari dana USO maupun dana rupiah murni dari APBN. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI meminta Menkominfo untuk berkoordinasi dengan Menteri Bappenas dan Menteri Keuangan untuk mencari sumber anggaran lainnya;

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Pimpinan, dengan yang berkembang tadi kita perlu ada rapat bersama antara Menkominfo, Menteri Keuangan, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Mungkin tidak usah ditulis disini Pak, tapi kita pahami itu.

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Inikan menyangkut APBN ini.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Mau ditulis disini di kesimpulan? Apa bunyinya?

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Itu tadi diganti saja, bukan meminta Menkominfo berkoordinasi itu. ‘sehubungan dengan itu Komisi I DPR RI akan menyelenggarakan rapat bersama dengan Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional’. Kalau Menteri Kominfo saja kan kadangkala kan Menteri Keuangan pelit.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, kalau saya usul itu sebaiknya tidak dari dana USO. USO nya dihilangkan. Karena USO inikan dananya milik operator sebetulnya dikumpulkan oleh negara untuk dikembalikan lagi untuk pelayanan yang melibatkan operator.

45

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Bagaimana pendapatnya dari Pak Menteri ini, tidak usah disebutkan USO disana, karena ini menyangkut operator.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Di missed karena apa, karena secara geografis itu ada di daerah T3, yang Perpres 131 maupun non Perpres 131. Jadi kalau boleh usul, Pak Sukamta, bahwa nanti proporsinya misalkan lebih banyak APBN nya ya alhamdulillaah, jadi kita bisa kembangkan USO nya lebih banyak lagi. Karena kalau nature-nya satelitnya itu memang dua-duanya Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Saya rasa pas itu, Pak Menteri sudah jamin itu.

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pimpinan, saya lebih prefer dana USO itu digunakan untuk membangun BTS secara maksimum. Karena disitu BTS saja kan masih butuh pendanaan. Kalau itu diserap nanti BTS tidak selesai, satelit juga belum tentu. Paling tidak kalau USO ini bisa konsern di BTS, BTS nya jalan. Satelit kewajiban Pak Menteri untuk mendapatkan tambahan dari Kementerian Keuangan. Jadi kalau saya usul, USO nya yang dikeluarkan dari satelit, dikonsentrasikan saja untuk BTS yang 4.000 itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Bagaimana yang lain, setuju?

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Pimpinan, saya masih tidak sepakat soal ini. Kita memutuskan setelah ada rapat dengan Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan untuk ketersediaan anggaran. Anggaran pendidikan itukan 20 persen. Kalau APBN kita itu 2.227 itu sekitar 400 triliun. Duit itu tidak sesungguhnya dipakai untuk pelaksanaan pendidikan. Kadangkala disimpan disini, di pindah- pindah, saya mengertilah. Oleh karena itu perlu ada jaminan dari Menteri Keuangan, “ini loh dari 400 triliun kami minta sekian saja”.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.):

Pimpinan, mungkin yang ini ‘sehubungan dengan hal tersebut Komisi I akan mengatur pertemuan dengan Bappenas’, jadi itunya dihilangkan yang lain. ‘Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I akank menjadualkan pertemuan dengan Bappenas, Menkeu’.

F-PKB (DRS. H. TAUFIQ R. ABDULLAH):

Istilahnya raker bersama.

F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.PI., M.S.):

Ininya sudah bagus. Tapi cuma itu, ‘Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (garis miring) kepala Bappenas’.

46

F-PKS (H. SUKAMTA, Ph.D):

Pak Ketua, karena USO ini sudah ada dipakai di nomor 5 itu, jadi untuk satelit, keluarkan USO nya Pak.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Di nomor 5 tidak usah pakai USO?

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, usul. Kan lelangnya dan kontraknya sudah, sudah pakai duit USO itu. Jadi bagaimana, dicabut lagi? Celaka kalau jadi keputusan.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Saya berpendapat, ini Pak Menteri yang berhubungan sudah menjamin pakai USO.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Kita paling diskusi prosentasenya, berapa dana USO, berapa dana rupiah murni.

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Tadi sudah kita sepakati, sekarang dihapus lagi. Saya baca nomor terakhir, nomor 7 saja. ‘7. Komisi I DPR RI meminta Kemkominfo agar program penyediaan Satelit Satria didukung dengan sumber pendanaan yang tepat, baik dari dana USO maupun dana rupiah murni dari APBN. Sehubungan hal tersebut Komisi I DPR RI akan menjadualkan rapat kerja dengan Menkominfo, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Menteri Keuangan’.

(RAPAT: SETUJU)

Alhamdulillaah. Karena ini memang tidak cukup satu hari ini, jadi kita banyak waktu lagi yang akan datang. Mudah-mudahan Bapak bisa ketemu kita. Kecuali yang akan pergi-pergi ini Pak. Ada tanggapan lagi kalau ada?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA (RUDIANTARA S.STAT. MBA.):

Saya atas nama teman-teman yang hadir disini mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI. Kerjasama seterusnya tentunya kita harapkan, karena biar bagaimanapun kami harus ada yang mengawasi/ mengingatkan kepada kami agar kami istilahnya on the right track. Jadi sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada Ibu/Bapak sekalian. Nanti untuk satelit kita 3 tahun masih harus berinteraksi sampai dengan peluncurannya. Terima kasih banyak.

Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Om Santi-santi Om.

47

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.):

Terima kasih. Kami juga atas nama Ketua dan seluruh Anggota Komisi I mengucapkan terima kasih kepada Bapak atas kerjasama ini, dan mudah-mudahan bisa berlanjut. Alhamdulillaah. Dengan demikian rapat kerja kita tutup.

(KETOK PALU : 3X) (RAPAT DITUTUP PUKUL 18.32 WIB)

Jakarta, 22 Juli 2019 a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.IP., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001

48