ANALSIS SEMIOTIKA PERSONAL BRANDING HARY TANOE SOEDIBJO DALAM IKLAN PARTAI PERINDO VERSI SIAPAKAH INDONESIA
SKRIPSI
OLEH : YULIA KARTIKA BUDI LESTARI G.331.08.0008
PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG 2016 i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI DENGAN JUDUL
ANALISIS SEMIOTIKA PERSONAL BRANDING HARY TANOESOEDIBJO DALAM IKLAN PARTAI PERINDO VERSI SIAPAKAH INDONESIA
OLEH NAMA : YULIA KARTIKA BUDI LESTARI NIM : G. 331. 08. 0008 DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA ILMU KOMUNIKASI (S.I.Kom) PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG
TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI SEMARANG, 24 AGUSTUS 2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI DENGAN JUDUL
ANALSIS SEMIOTIKA PERSONAL BRANDING HARY TANOESOEDIBJO DALAM IKLAN PARTAI PERINDO VERSI SIAPAKAH INDONESIA
OLEH :
NAMA : YULIA KARTIKA BUDI LESTARI NIM : G. 331. 08. 0008
SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI PADA SIDANG SKRIPSI TANGGAL 1 September 2016 DAN DINYATAKAN LULUS MEMPEROLEH GELAR SARJANA ILMU KOMUNIKASI (S.I.Kom)
SEMARANG, 5 September 2016
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yulia Kartika Budi Lestari
NIM : G.331.08.0008
Jurusan : ILMU KOMUNIKASI
Fakultas : Teknologi Informas dan Komunikasi
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi saya yang berjudul
“ANALISIS SEMIOTIKA PERSONAL BRANDING HARY TANOESOEDIBJO
DALAM IKLAN PARTAI PERINDO VERSI SIAPAKAH INDONESIA” adalah hasil karya pribadi dan bukan mencotoh ( plagiat ) skripsi orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Semarang, 5 September 2016
Yulia Kartika Budi Lestari
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALSIS SEMIOTIKA PERSONAL
BRANDING HARY TANOE SOEDIBJO DALAM IKLAN PARTAI PERINDO
VERSI SIAPAKAH INDONESIA”
Dalam penyusunan proposal ini,tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan proposal ini tidak lain berkat bantuan,dorongan dan bimbingan banyak pihak sehingga kendala yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak M.Chairul Latief, M.Si Selaku Dosen Wali.
2. Bapak Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si Selaku pembimbing Utama
penyusunan skripsi.
3. Ibu Gita Aprinta E.B,S.Sos,M.Si Selaku pembimbing kedua penyusunan
skripsi.
4. Bapak Fajriannoor Fanani,S.Sos,M.Ikom Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Semarang dan selaku anggota penguji ujian
skripsi.
5. Orang tua, Kakak, Adik yang telah memberi dukungan moril maupun
materiil sehingga terselesainya proposal ini.
6. Suami serta anak-anak tercinta yang senantiasa mengerti dan mendukung
dengan penuh kasih sayang.
v
7. Serta pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir kata,dalam penyusunan skripsi ini penulis masih membutuhkan banyak koreksi berupa kritik dan saran yang membangun, sehingga apa yang disampaikan dapat bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang hendak memerlukannya.
Semarang, September 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
ABSTRAK xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 6 1.3 Tujuan Penelitian 6 1.4 Manfaat Penelitian 7 1.4.1 Manfaat teoritis 7 1.4.2 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Teori Semiotika Menurut Charles Sanders Pierce 8 2.2 Iklan dan Iklan Politik 12 2.2.1 Iklan 12 2.2.2 Iklan Politik 13
vii
2.3 Personal Branding 15 2.3 Kerangka Berfikir 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Strategi Penelitian 26 3.2 Data dan sumber Data 26 3.2.1 Data Primer 26 3.2.2 Data Sekunder 27 3.3 Teknik Sampling 27 3.4 Teknik pengumpulan data 31 3.4.1 Observasi Nonpartisipan 31 3.4.2 Studi Pustaka 31 3.5 Validitas Data 32 3.6 Teknik Analisia Data 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Partai Perindo 34 4.1.1 Sejarah Berdirinya Partai Perindo 34 4.1.2 Visi Misi Partai Perindo 35 4.1.3 Struktur Organisasi Partai Perindo 36 4.2 Profile Hary Tanoesoedibjo 38 4.3 Hasil Penelitian 42 4.3.1 Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” 42 4.3.2 Deskripsi pemaknaan personal branding Hary Tanoe 45 4.4 Pembahasan 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 68 5.2 Implikasi 69 5.2.1 Teoritis 69 5.2.1 Metodologis 69 5.2.1 Praktis 69 5.3 Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Segitiga Makna C.S.Pierce 11
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir 24
Gambar 4.1 Logo Partai Perindo 34
Gambar 4.2 Foto Hary Tanoesoedibjo 38
Gambar 4.3 Siapakah Indonesia 42
Gambar 4.4 Banyaknya suku bangsa di Indonesia 43
Gambar 4.5 Ungkapan Mereka yang tulus mencintai negeri ini 44
Gambar 4.6 Hary Tanoe Diantara kerumunan orang 45
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Scene Iklan 28
Tabel 2. Susunan Dewan Pimpinan Pusat Perindo 36
Tabel 3. Visualialisasi Iklan Suku, Agama, dan Status Sosial 46
Tabel 4. Diskripsi Analisis Data 56
x
ABSTRACT
Lestari,Yulia Kartika Budi. G.331.08.0008. The Semiotic Analysis Personal Branding of Harry Tanoesudibjo in Perindo Party Advertising “Who’s Indonesia” Version. Department of Communication Science. Faculty of Information and Communication Technology. University of Semarang. This research aims to determine and describe the interpretation of personal branding of Harry Tanoesoedibjo in Perindo party advertising “Who’s Indonesia” version. This research was conducted by using observation and literature study with qualitative research method. Sampling technique purposive sampling was used in this research. The semiotics theory by Charles Sanders Pierce was used as the basic theory, such as the sign, the object sign, the interpretant to interpret personal branding of Harry Tanoesoedibjo in Perindo party advertising “Who’s Indonesia” version. The result of this study showed that the whole advertisement contain of The Law of Specialization in personal branding aspect, The Law of Leadership in personal branding aspect, the Law of personality in personal branding aspect, and the law of Goodwill in personal branding aspect. In that advertisement, the figure of Harry Tanoesudibjo was described as a sincere, care, and responsible future leader in increasing the prestige of Indonesia in the world without discriminate the race, religion, or background.
xii
ABSTRAK
Yulia Kartika Budi Lestari, G.331.08.0008. Analisis Semiotika Personal Branding Hary Tanoe Soedibjo Dalam Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah Indonesia”. Program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan interpretasi personal branding Hary Tanoesoedibjo dalam iklan partai perindo versi “Siapakah Indonesia”. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan studi pustaka dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling. Teori yang menjadi pijakan adalah teori semiotika Charles Sanders Pierce yaitu, Tanda (sign), Objek tanda, dan pengguna tanda (Interpretant) guna menginterpretasikan personal branding Hary Tanoesoedibjo dalam iklan partai perindo versi siapakah Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara keseluhuran iklan ini mengandung aspek personal branding The Law of Specialization,aspek personal branding The Law of Leadership, Aspek personal branding The law of Personality,dan Aspek personal branding The Law of Goodwill. Sosok Hary Tanoesoedibjo yang digambarkan sebagai seorang pemimpin masa depan yang perduli, tulus , dan akan bekerja secara nyata mencintai Indonesia tanpa memandang suku, agama,dan latar belakang untuk menjadikan Indonesia lebih sejahtera.
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Brand merupakan salah satu kata yang populer dan sering
digunakan oleh orang saat ini. Beberapa orang menganggap brand sebagai
nama sebuah produk namun brand bukan sebatas nama sebuah produk.
Brand adalah visi di balik suatu nama yang mendorong terciptanya barang
dan jasa. Brand tidak hanya dimiliki oleh perusahaan,setiap orang juga
memiliki brand yang disebut personal brand.Personal Branding adalah
sesuatu tentang bagaimana mengambil kendali atas penilaian orang lain
terhadap anda sebelum ada pertemuan langsung dengan anda. (Montoya &
Vandehey, 2008).
Hary Tanoesoedibjo pemilik media yang terbesar di indonesia
baru-baru ini ikut terjun di dunia politik indonesia dengan mendirikan
partai perindo. Hary Tanoe rajin memproklamasikan dirinya lewat media-
media yang dikuasainya. Dengan kekayaan yang dimilikinya sangat
mudah baginya untuk menancapkan superioritasnya di dunia politik.
Melalui iklan politiknya Hary Tanoe bertujuan untuk memberikan
informasi sebanyak-banyaknya tentang calon kandidat (dirinya) dan isu-
isu positifnya untuk mempengaruhi persepsi masyarakat tentang
dirinya.Sebutan sebagai “Rajanya Media” di Indonesia tentu sangat
memberi keuntungan banginya untuk dapat mempromosikan iklan politik.
2
Semua iklan politiknya dapat dilihat di media-media elektronik seperti
RCTI, Global TV, MNC TV, dan lain-lain.Dikenalnya Hary Tanoe di media massa bersamaan dengan intensitas munculnya iklan politiknya, sedikit banyak telah menjadikan dia sebagai figur atau pusat perhatian masyarakat Indonesia dalam hal mencari sosok kandidat seorang pemimpin bangsa di masa depan.
Banyaknya terpaan iklan persaingan antar partai politik terutama pada media televisi. Iklan ditelevisi banyak menumbuhkan semangat sosiologis dalam interaksi sosial diantara anggota masyarakat dengan adanya interaksi verbal yang di dengar oleh masyarakat. Media massa di
Indonesia saat ini sangat memprihatinkan karena pemilik dari media tersebut ikut terjun ke dalam politik. Pemilik media memiliki kekuasaan lebih terhadap media yang dimilikinya, karena itu ideologi dalam penyampaian realitas sosial di masyarakat terkadang dibuat demi kepentingan pemilik. Frekuensi iklan dalam 24 jam akan dibuat sesuai kemauan pemilik serta penempatan iklan tersebut.
Sejak Indonesia memasuki era reformasi tahun 1998, pengunaan media iklan politik menjadi kelaziman bagi partai politik ataupun kandidat,dalam rangka memaparkan visi misinya sehingga dapat membangun citra untuk mempertahankan kekuasaan,menghadapi kompetisi politik lokal,dan persaingan politik nasional. Iklan politik merupakan bentuk promosi atas individu ataupun partai dengan membentuk citra politik yang disengaja untuk menyampaikan maksud dan
3
tujuannya kepada khalayak umum. Melalui iklan ini dihrapkan dapat mempersuasif khalayak yang menjadi sasaran utamanya.
Sebagai salah satu bentuk komunikasi, iklan disampaikan dalam dua jenis media, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak merupakan media yang digunakan untuk berkomunikasi secara tertulis,yakni berupa koran, majalah, papan reklame dan sebagainya.
Sedangakan media elektronik merupakan media yang diigunakan untuk berkomunikasi secara audio visual, yakni berupa televisi, radio, internet dan sebagainya. Iklan adalah penyampaian informasi bukan pesan personal yang terstruktur dan tersususun,mengenai produk, baik barang, jasa atau ide yang dibayar oleh sponsor yang dikenal melalui berbagi macam media. Peranan media massa dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern semakin besar. Hal ini tampak pada usaha penggunaan media massa untuk mempercepat proses perubahan sosial di negara-negara berkembang. Ataupun penggunaannya sebagai kampanye politik, advertaising dan propaganda. Media massa cenderung di tempatkan sebagai saluran komunikasi utama, karena hanya lewat media inilah khalayak dalam jumlah besar dapat diraih. Disamping kemamapuannya melipat gandakan penyebaran informasi, media massa juga mampu mempersuasikan khalayak.(Arifin,2003:83).
Dalam pemilu, partai politik bisanya berlomba-lomba memasang iklan politik di media massa untuk menarik simpati masyarakat, dimana mereka mengharapkan iklan-iklan tersebut dapat meyakinkan masyarakat
4
untuk memilih partai politik yang memasng iklan. Asumsinya, semakin sebuah partai politik dikenal lewat iklan –iklannya, maka semakin besar juga peluang keterpilihnnya. Hal ini juga dijamin oleh UU Pemilu No.12 tahun 2003 pasal 73 telah mengatur bahwa media elektronik dan media cetak wajib memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilu untuk memasang iklan politik dalam rangka kampanye. Iklan politik tidak ubahnya seperti komoditas komersial yang berorientasi pada sentimen pasar,dalam politik maupun komoditas yang lain targetnya adalah pasar, pasar yang menjadi tujuan iklan politik tertentu saja pemilih. Iklan politik tidak hanya berorientasi pada popularitas semata, menjadi terkenal adalah hal yang pasti terjadi dalam iklan politik, namun modal terkenal bukanlah satu-satunya yang dicari dalam pendulangan tingkat keterpilihan.
Media massa dinilai perkasa karena kemampuannya dan keampuhannya dalam menjangkau khalayak banyak dan tersebar di berbagai tempat. ”Media massa sendiri dalam kajian komunikasi sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang beranjak pada khalayak luas dalam waktu yang singkat”(McQuail, 2002:17). Fungsi media massa yang penting menurut Muis (2000: 111) “adalah memelihara identifikasi anggot-anggota masyarakat dengan nilai-nilai dan simbol- simbol utama masyarakat yang bersangkutan”.
Maraknya iklan politik di media massa sebagai strategi kampanye politik, khususnya bagi figur politisi baru Hary Tanoesoedibjo dengan
5
intensitasnya muncul di media televisi menunjukan personal banding yang ingin dibentuk. Pada penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti sosok
Hary Taone melalui iklan politiknya dikarenakan sosok Hary politisi yang langka di Indonesia. Hary Tanoe berasal dari etnis Tionghoa dan beragama
Kristen yang termasuk kelompok minoritas di Indonesia. Namun ia berani mendirikan partai politik, menjadi Ketua partai politik, bahkan bertekad maju menjasi Wakil Presiden atau Presiden. Isu Sara dalam politik
Indonesia masih sering terjadi. Politik dan kepemimpinan nasional masih didapati diskriminasi terhadap kaum minoritas. Padahal konstitusi kita jelas menjamin hak setiap warga Megara menjadi pemim[in daerah ataupun nasional tanpa membedakan latar belakang agama atau etnisnya, pertimbangan utama untuk memilih pemimpin harusnya melihat kemampuannya.
Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “ Analisis
Semiotika Personal Branding Hary Tanoesoedibjo dalam Iklan Partai
Perindo Versi Siapakah Indonesia”. Dalam iklan tersebut terdapat simbol- simboldan tanda-tanda yang dapat menyiratkan mengenai berbagai makna yang digunakan dalam iklan politik partai perindo versi siapakah
Indonesia yang merepresentasikan personal branding Hary Tanoe . Untuk mengetahui berbagai kumpulan tanda yang ditampilkan dalam iklan partai perindo versi siapakah Indonesia salah satunya dengan menggunakan analisis semiotika. Analisis yang dugunakan dalam penelitian ini adalah analisis semitika C.S Pierce.
6
Adapun penelitian yang menjadi rujukan penulis dalam penelitian
ini yang dianggap sesuai oleh penulis, yang pertama penelitian yang
dilakuakan oleh Grace Novita Kristia Mahasiswa Universitas Semarang
dengan judul “Analisis Semiotika Seksualitas Perempuan Pada Iklan
Aquaproof-No droop Versi “Bocor” dan Cat Avian Versi “Bangku
Taman””. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan
pendekatan semiotika Roland Barthes . Penelitian yang kedua dilakukan
oleh Dading Prasojo mahasiswa Universitas Semarang dengan judul
“Analisis Semiotika Pada Film “?””. Penelitian ini menggunakan
metodekualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka rumusan masalah yang didapat yaitu untuk
menginterpretasikan bagaimana personal branding Hary Tanoesoedibjo
dalam iklan pertai perindo versi siapakah Indonesia, berdasarkan analisis
semiotika .
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan interpretasi personal branding Hary Tanoesoedibjo
dalam iklan pertai perindo versi siapakah Indonesia, berdasarkan analisis
semiotika .
7
1.4 Manfaat Penelitan
Hasil penelitian yang berupa kajian tentang pemaknaan semiotika
ini diharapkan bermanfaat, antara lain:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama
menjadi mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang,
khususnya studi yang dikaji oleh penulis yaitu analisis semiotika
Charles Sander Pierce. Analisis ini merupakan suatu analisis untuk
megetahui maksud dan makna tertentu dari suatu pesan sehingga
dapat mengungkap makna yang terkandung dalam objek penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teori
mengenai studi semiotika dan dapat dijadikan bahan referensi serta
informasi bagi masyarakat agar dapat lebih cermat dalam melihat
pesan yang disampaikan oleh media massa, khususnya terkait
dengan pesan-pesan politik dalam iklan politik pemilihan
pemimpin.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Semiotika Menurut Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce lahir pada tanggal 10 September 1839 di
Cambridge, Massacchusetts ,kemudian meninggal tanggal 19 April 1914 di
Milford, Pennsylvania. Pierce adalah putra Benjamin Pierce,seorang profesor
marematika dan astronomi di Harvard. Pierce adalah seorang ilmuan, filsuf
yang berperan besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan baik ilmu
eksakta maupun ilmu sosial. Teori-teori dan kosep yang ia gagas banyak
dijadikan rujukan bagi para akademisi untuk menganalisis berbagai fenomena
yang ada di masyarakat. Dalam ilmu sosial sendiri, Pierce adalah salah satu
tokoh yang turut mengembangkan ilmu semiotika. Konsepnya mengenai
tanda seringkali dijadikan rujukan dalam menginterpretasikan suatu tanda
yang ada di dunia ini. Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata,
sedangkan objek adalah tanda yang ada dalam benak seseorang, maka
muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut
(Sobur,2002:115). semiotika bersinonim dengan logika, manusia hanya
berfikir dalam tanda. Tanda dapat dimaknai sebagai tanda apabila ia berfungsi
sebagai tanda. Fungsi esensial tanda menjadikan relasi yang tidak efisien
menjadi efisien baik dalam komunikasi orang dengan orang lain dalam
pemikiran dan pemahaman manusia tentang dunia. Tanda menurut Pierce
kemudian adalah sesuatu yang dapat ditangkap, representatif, dan
9
interpretatif.(http://shofiyah-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61891-
Semiotika-Teori%20Semiotika%20Charles%20Sanders%20Peirce.html, diakses tanggal 29 Juli 2016, pukul 11.00 WIB) .
Semiotik merupakan istilah yang berasal dari bahasa yunani semeion yang berarti „tanda‟ atau „sign’, yaitu ilmu yang memiliki maknanya sendiri.
Semiotika atau semiologi merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dalam seluruh kebudayaan yang ada. Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda itu tidak pernah membawa makna tunggal.
Semiotika secara umum adalah studi tanda. Charles Sanders Pierce
(1839-1914) mengembangkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang ditafsirkan atau digunakan sebagai tanda di dalam usaha untuk menggolongkan banyak jenis tanda yang berbeda yang digunakan masyarakat ( Alex Sobur: 2003:110). Teori Pierce memiliki makna yang terkandung terhadap sifat objeknya. Teori Pierce dapat mengurai makana yang terdapat dalam tanda suatu objek, baik itu ikon, indeks, dan simbol. Pierce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda. Pierce menghendaki agar teorinya yang bersifat umum ini dapat diterapkan pada segala macam tanda.
10
Menurut Pierce makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukaan sesuatu. Pierce menyebutnya representamen. Apa yang dikemukakan oleh tanda,apa yang diacunya, yang dirujuknya disebut objek. Jadi suatu tanda mengacu pada suatu acuan, dan representasi dapat terlaksana berkat bantuan suatu kode. Kode adalah suatu sistem peraturan. Misalnya tanda lalu lintas hanya dimengerti oleh orang yang mengenal sistem rambu lalu lintas. Ini berarti bahwa setelah tanda dihubungkan dengan acuan, lalu tanda berkembang suatu tanda baru yang disebut interpretant.
Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni :
1. Tanda (sign)
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, biasa dipersepsi indara kita, tanda mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri,dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya segingga disebut tanda.
2. Acuan tanda (object)
Acuan tanda meruoakan konteks sosial yang menjadi referensi dari suatu yang dirujuk tanda.
3. Pengguna tanda (Interpretant)
Sedangkan pengguna tanda merupakan konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.(John fiske,1990:42)
11
Tiga unsur utama tersebut merupakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang dikemukakan oleh Charles S. Peirce, yang dikupas oleh teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
Hubungan antara tanda, objek, dan interpretant digambarkan Peirce sebagai berikut :
Hubungan Tanda, objek, dan Interpretant ( Triangle of Meaning )
Sign
Interpretant Object
Gambar 2.1 ( Segitiga Makna C.S.Pierce )
Dari model segitiga makna tersebut, Peirce berpendapaat bahwa tanda memiliki tiga entitas, yaitu tanda (sign), acuan tanda atau object, dan pengguna tanda atau interpretant. Tanda menurut konsep yang dibuat Peirce bisa berbentuk apa saja yang dinyatakan oleh orang, salah satunya kata.
Sedangkan objek merupakan sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara pengguna tanda adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk suatu tanda. Apabila ketiga entitas tanda tersebut berinteraksi dalam bentuk pemikiran seseorang, maka muncullah makna tentang suatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Proses pemaknaan tanda yang mengikuti
12
sistem itulah yang disebut sebagai proses semiosis. Dari proses semiosis tiga
sistem ini Peirce menonjolkan peranan subjek, yaitu sebagai yang
mempersepsi, yang membuat konsep, dan menghubungkan tanda dengan
sesuatu serta yang menginterpretasi.Dengan kata lain makna sebuah tanda
dapat berlaku secara pribadi, sosial, atau bergantung pada konteks tertentu.
Perlu dicatat bahwa tanda tidak dapat mengungkapkan sesuatu, tanda hanya
berfungsi menunjukkan, sang penafsirlah yang menaknai berdasarkan
pengalaman masing-masing.
2.2 Iklan dan Iklan Politik
2.2.1 Iklan
Iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal dari bahasa
Prancis “re-clamare”, yang berarti “meneriakkan berulang-ulang”. Iklan
adalah salah satu bentik komunikasi yang terdiri atas informasi dan
gagasan tentang suatu produk yang ditunjukkan kepada khalayak secara
serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk
memberikan informasi, membujuk,dan meyakinkan( Sudiana, 1986:1).
Kata iklan menurut didefinisikan dalam Kamus Besar Bhasa Indonesia
sebagai (1) berita pesanan (untuk mendorong atau membujuk) kepada
khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan ; (2)
Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang
13
dijual dipasang di media massa seperti surat kabar, televisi, radio, dan
lain-lain.
Menurut Monle Lee & Crl Johnson (2007:3), Iklan adalah
Komunikasi non komersil dan non persnal tentang suatu organisasi dan
produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target
melalui media bersifat massal, seperti televisi, radio, koran, majalah,
direct email, reklame luar ruangan, atau kendaraan umum. Sedang
menurut Suyanto,periklanan adalah penggunaan media bayaran oleh
seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang
produk ( ide, barang, dan jasa) ataupun organisasi yang merupakan alat
promosi yang kuat (2004:3). Secara sederhana iklan didefinisikan
sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada
masyrakat lewat suatu media ( Anwar efendi,2008:140).
2.2.2 Iklan Politik
Iklan politik adalah “Political advertising refers to te purcashase
and use of advertising space, paid for at commercial rates, in order to
transmit polotical messages to a mass udience”.Melalui iklan politik
para calon kandidat dapat mengkomunikasikan pesan-pesan, ide, dan
programnya kepada para calon pemilh (Cangara :2011). Pesan yang
dikomunikasikan melalui iklan politik tersebut selalu bermuatan politik.
Dimana isinya tidak jauh dri memperkenalkan kandidat atupun seruan
untuk memilih kandidat yang diiklankan. Muatan pesan dalam sebuah
14
iklan politik tentunya meliputi infirmasi visi misi politik, jargon, platform, program politik,dan juga fungus produk yang disampaikan
(Heryanto,2011:58). Pada dasarnya iklan politik menggambarkan suatu mekanisme yang konvergen sifatnya. Jadi sifat utama dari iklan politik adalah one-to-many-communication terhadap individu-individu dalam massa yang heterogen sifatnya (Abidin Miranti:2002)
Iklan politik di Indonesia muncul sejak era reformasi. Semula iklan politik hanya muncul pada media cetak dan radio saja. Seiirng dengan berkembangnya zaman maka iklan politikpun muncul pada media massa seperti televisi. Televisi emiliki kekuatan audio visual yang dahsyat dari segi interaksi. Dengan kekuatan audio visual ini televsi menjadi satu media yang sangat diunggulkan dalam melakukan pendekatan secara persuasif kepada khalayak.
Iklan politik merupakan iklan yang tidak bisa dikategorikan ke dalam iklan layanan masyarakat, dan juga iklan komersial karena tidak menjual produk berupa barang dan jasa, namun iklan politik ini semata- mata meminta dukungan masyarakat karena umumnya iklan politik muncul saat menjelang pemilu atau kampanye. Robert Baukus membagi iklan Politik atas empat macam yaitu :
1. Iklan serangan, yang ditujukan untuk mendiskreditkan lawan;
2. Iklan Argumen, yang memperlihatkan kemmapuan para
kandidat untuk mengatasi masalah-maslah yang dihadapi;
15
3. Iklan ID, yang memberikan pemahaman siapa kandidat
kepada para pemilih;
4. Iklan resolusi, di mana kandidat menyimpulkan pemikiran
mereka untuk para pemilih. ( Cangara,2011:281)
2.3 Personal Branding
Brand merupakan salah satu kata yang populer dan sering digunakan
oleh orang saat ini. Beberapa orang menganggap brand sebagai sebuah nama
ataupun produk. Menurut Duane E.Knapp (2000:6), nama sebuah brand
merupakan representasi yang paling akrab dari sebuah brand. Namun,
keakraban nama sebuah brand bukan berarti brand tersebut bermakna di
benak audiens. Agar dapat bermakna, sebuah brand tak hanya harus akrab, ia
juga harus berbeda dan dapat dibedakan dari brand lainnya.
Meski Brand merupakan kata yang populer, tidak semua pelaku bisnis
bisa memaknai dan memanfaatkan kata ini dengan tepat. Padahal brand
merupakan salah satu unsur utama dalam sebuah aktifitas bisnis.Brand tidak
hanya dimilik oleh perusahaan dan berbagai bentuk turunannya. Setiap orang
juga memiliki brand yang disebut sebagai personal brand.
Seiring berjalannya waktu, persepsi atas pemikiran, perilaku, identitas,
dan reputasi seseorang akan menciptakan kombinasi sederhana tentang siapa
orang tersebut. Hal itulah yang disebut sebagai personal brand. Proses untuk
mengendalikan dan mengatur persepsi orang lain terhadap suatu personal
16
branditulah yang disebut sebagai personal branding (Montoya dan
Vandehey,2004:7). Personal Brandingmerupakan sebuah pendekatan terprogram yang dilakukan seseorang atau perusahaan sebagai upaya untuk menjual produk, Jasa, maupun individu. Personal branding Sekarang banyak dilirik oleh barbagai kalangan, karena ampuh untuk meningkatkan sebuah penjualan.
Menurut Peter Montoya dan Tim Vandehey(2004:25), terdapat delapan hal yang harus dilakukan dalam personal branding. Mereka memaparkan kedelapan hal tersebut dengan istilah the Eight Laws of
Personal Branding, di antaranya adalah :
1. The Law of Specialization
Hukum spesialisasi mengharuskan personal brand untuk
fokus pada kekuatan utamanya dan hasil akhir yang diinginkannya.
Terdapat tiga langkah dalam melakukan spesialisasi ( Montoya dan
Vandehey, 2004:60). Ketiga langkah dalam tersebut di antaranya
adalah pemilihan domain, mencari tahu siapa audiensnya dan apa
yang menjadi kebutuhannya, serta memposisikan personal brand
untuk memenuhi kebutuhan audiens tersebut.
Positioning adalah sebuah keharusan dalam spesialisasi.
Positioning adalah apa yang kita inginkan ada dalam benak
konsumen ketika mereka mendengar brand kita
(Kartajaya,2009:178) . Hal ini dilakukan agar personal brand dapat
dibedakan dari kompetitornya. Maka dari itu, sebuah personal
17
brand harus dapat menentukan dan menempatkan diri secara tepat
dalam suatu target market (Montoya dan Vandehey,2009:27).
Menurut Peter Montoya dan Tim Vandehey, terdapat tujuh
bentuk spesialisasi (2004:61-62). Ketujuh bentuk spesialisasi
tersebut antara lain adalah spesialisasi berdasarkan kemampuan
(ability), perilaku (behavior), gayahidup (lifestyle), misi (mission),
produk (product), profesi (profession),dan layanan (service).
Spesialisasi dapat membuat personal brand terlihat
memiliki kredibilitas. Hal ini berkaitan dengan persepsi target
market yang merasa spesialisasi berbanding lurus dengan keahlian
dan kualitas dari suatu personal brand (Montoya dan
Vandehey,2009:50).
2. The Law of Leadership
Hukum kepemimpinan mengharuskan personal brand
mendapat pengakuan sebagai yang paling kompeten dan kredibel di
bidangnya. Hal ini bertujuan agar personal brand dapat diterima
sebagai pemimpin oleh audiens di bidang yang menjadi domain
personal brand.
Menurut Peter Montoya dan Tim Vandehey, Kepemimpinan
dapat bersumber dari tiga hal yaitu keunggulan, posisi, dan
pengakuan. Keunggulan sebuah personal brand dinilai dari
kemampuannya merealisasikan janji pada orang lain. Personal
18
brand adalahjanji, janjiiniadalahsesuatu yang tersirat, yang membuat orang lain mengharapkan nilai dan kualitas tertentu ketika bekerja sama dengan suatu personal brand (2004:70-71).
Janji ini haruslah ditepati dengan dukungan diferensiasi agar menjadi konkret dan tidak abstrak.
Deferensiasi adalah upaya untuk menciptakan perbedaan- perbedaan pada suatu brand. Deferensiasi ini mendukung positioning yang telah ditetapkans ebelumnya. Menurut Hermawan
Kartajaya, diferensiasi harus diwujudkan dalam hal (apa yang ditawarkan),konteks (bagaimana cara menawarkannya), dan infrastruktur (apa yang digunakan untuk menciptakan konten dan konteks tersebut) (2009:193).
Selain dari keunggulan, kepemimpinan juga dapat bersumber dari posisi.Personal brand tidak hanya dimiliki oleh para entrepreneur, tetapi juga orang lain yang bekerja dalam struktur yang bersifat hirarkis seperti pegawai perusahaan ataupun pejabat publik. Dalam struktur yang bersifat hirarkis, kepemimpinan dapat diperoleh dari posisi-posisi strategis yang memungkinkan mereka dipandang secara terhormat dan dianggap memiliki kredibilitas.
Terakhir, kepemimpinan juga dapat bersumber dari pengakuan. Personal brand seringkali mendapat pengakuan dari pencapaian yang telah diraihnya. Namun dalam konsep pengakuan,
19
pencapaian bukanlah hal yang utama.Opini memainkan peran yang
lebih utama dalam meperoleh pengakuan .Opini positif yang
diberikan oleh pihak-pihak yang dihormati akan membuat personal
brand mendapat pengakuan, bahkan dari orang-orang yang tidak
mengenal personal brand tersebut secara langsung (2004 :74).
3. The law of Personality
Hukum kepribadian mengharuskan personal brand
dibangun berdasarkan kepribadian pemiliknya, termasuk
kekurangannya. Personal brand harus selalu tampil professional
.Namun tampil professional bukan berarti sebuah personal brand
harus menyingkirkan sisi manusiawinya . Hal ini disebabkan
karena padadasarnya setiap manusia ingin diterima secara setara,
bahkan oleh orang lain yang dirasa lebih hebat disbanding dirinya.
4. The Law of Distinctiveness
Hukum keunikan mengharuskan personal brand
diungkapkan dengan cara yang unik. Artinya, penampilan personal
brand harus berbeda dari penampilan kompetitornya.
Menurut peter Montoya dan Tim Vandehey, terdapat tiga
bentuk keunikan (2004:97).
a. Behavior
20
Keunikan perilaku dapat memiliki banyak bentuk,seperti
cara seseorang berbicara, bercanda, dan menjalankan pekerjaan.
Selain dari sudut pandang komunikator, keunikan perilaku juga
dapat dilihat dari sudut pandang komunikan, yaitu dari reaksi orang
lain saat berinteraksi dengan komunikan. b. Physicality
Keunikan secara fisik tidak mengharuskan seseorang untuk
tampil aneh. Ia hanya harus memiliki sebuah karakteristik fisik
yang selalu diingat oleh orang lain. Namun sama seperti keunikan
perilaku, keunikan fisik dapat diperoleh dari pakaian yang
dikenakan, bentuk tubuh ataupun penampakan lainnya seperti gaya
rambut, tindik, atau tato. c. Lifestyle
Gaya hidup adalah segala hal yang dilakukan oleh pemilik
personal brand di luar aktivitas dan pekerjaannya sebagai suatu
brand. Gaya hidup dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari
sisi budaya dan sisi aktivitas. Dilihat dari sisi budaya, gaya hidup
tampak dari label budaya yang dimiliki orang yang berada di balik
personal brand seperti tingkat pendidikan, pandangan politik,
ataupun kepercayaan religiusnya. Sedangkan dari sisi aktivitas,
gaya hidup tampak dari hobi, minat, ataupun aktivitas lainnya yang
sering dilakukan oleh pemilik personal brand. Budaya dan
aktivitas selalu melahirkan persepsi. Hal ini disebabkan karena
21
orang-orang selalu berasumsi jika budaya dan aktivitas yang
dimiliki dan dilakukan oleh seseorang berkorelasi langsung dengan
beberapa fakta yang melekat pada budaya dan aktifitas tersebut.
(Montoya danVandehey, 2004:101)
5. The Law of Visibility
Hukum visibilitas mengharuskan personal bran dilihat
secara konsisten dan terus-meneru hingga harus kedalam kesadaran
target market. Banyak orang berpendapat jika kualitas lebih
penting dibandingkan visibilitas. Hal tersebut memang benar,
namun tidak sepenuhnya tepat.
Bagi personal brand yang sudah dikenal, kualitas haruslah
menjadi prioritas utama. Namun bagi yang belum dikenal,
visibilitas harus diprioritaskan dari proses yang terencana dan dapat
dikendalikan. Beberapa bahkan terjadi secara tidak sengaja.
Menurut Peter Montoya dan Tim Valdehey (2004:108),
Visibilitas bersumber dari tiga hal pertama planning (perencanaan).
Perencanaan adalah aktivitas yang berup apromosi dan pemasaran.
Aktivitas ini dapat direncanakan dan dikendalikan. Kedua adalah
Leveranging opportunity (meningkatkan peluang). Usaha
meningkatkan peluang dapat dilakukan dengan melihat fenomena
yang mungkin akan terjadi di masa depan berdasarkan gejala-gejala
yang ada saat ini dan menyiapkan sumber daya untuk
22
menghadapinya. Ketiga adalah accident (ketidaksengajaan).
Visibilitas seringkali bersumber dari ketidak sengajaan. Maka dari
itu, orang yang berada di balik personal brand haruslah benar-
benar living the brand agar ia memiliki kesiapan saat dihadakan
pada suatu kesempatan yang tidak terduga.
6. The Law of Unity
Hukum kesatuan mengharuskan orang yang berada di balik
personal brand memliki kesamaan nilai dan perilaku dengan
personal brand yang ditunjukkannya.Jika personal brand yang
dibangun atas dasar kebohongan, ia akan mudah dihancurkan.
Menurut Peter Montoya dan Tim Valdehey, terdapat dua
macam perilaku yang berkaitan dengan personal brand
(2004:120). Perilaku yang pertama adalah natural behaviors, ini
merupakan perilaku sesungguhnya dari personal brand. Sedangkan
perilaku yang kedua adalah assumed behaviors. Perilaku ini
diterapkan untuk membuat personal brand menjadi lebih atraktif.
Pada praktiknya, assumed behaviors dapat diterima sejauh ia tidak
bertentangan terlalu jauh dengan perilaku pemilik personal brand
yang sesungguhnya.
7. The Law of Persistence
23
Hukum Ketekunan mengharuskan personal brand memiliki
tujuan yang konsisten dan tidak terbawa arus utama yang sedang
terjadi. Personal brand yang baik tidak bisa dihasilkan dalam
waktu singkat. Brand adalah kepercayaan, dan kepercayaan tidak
bisa dihasilkan dalam waktu singkat.
Konsistensi tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga
ketekunan dan kesabaran. Maka personal brand biasanya
diciptakan berdasar kan passion pemiliknya, sehingga ia dapat terus
antusias dan bersemangat dalam merawat dan menumbuhkan
personal brand-nya.
8. The Law of Goodwill
Sebuah personal brand haruslah memiliki niat baik dan
membawa nilai-nilai positif pada audiensnya. Niat baik dan nilai-
nilai positif tersebut harus diterima dan disadari oleh audiens jika
personal brand ingin memperbesar pengaruhnya. Hukum kehendak
baik tidak mengharuskan orang yang berbeda di balik personal
brand untuk memberi makanan gelandangan ataupun anak yatim
piatu. Namun, hokum kehendak baik mengharuskan personal
brand diasosiasikan dengan niali-nilai yang secara umum dianggap
positif.
Audiens tidak selalu rasional karena sering kali karena
sering kali mereka tidak hanya melihat personal brand dari
24
kompetisi dan kredibilitasnya. Tetapi juga dari niat baik dan nilai-
nilai positif yang dianutnya. Kerja keras, perjuangan, kejujuran,
dan memperlakukan sesama dengan baik merupakan sikap-sikap
yang harus dimiliki oleh suatu personal brand jika ingin melakukan
hukum kehendak baik (Montoya dan Vandehey,2004:141-143).
2.4 Kerangka Berfikir
Hary TanoeSoedibjo
Personal Branding
Iklan Partai Perindo
“Siapakah Indonesia”
Analisis Semiotika Charles
Sander Pierce
Sign (Tanda) Objek Interpretant
Makna Semiotik dari Personal Branding
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir
Hary Tanoesoedibjo pemilik group media terbesar di Indonesia
yang baru-baru ini mendirikan partai politik, yaitu Partai Perindo gencar
25
mempromosikan dirinya melalui iklan partai yang di usungnya.
Penayangan iklan yang terus menerus di media akan membentuk secara tidak langsung akan membentuk personal branding Hari Tanoe melalui iklan partai perindo.Dalam iklan terdapat tanda yang dapat di interpretasikan melaluli kajian Semiotika. Tteori Semiotika yang digunakan dalam penelitian adalah teori semiotika C.S Pierce, Untuk menginterpretasikan makna personal branding Hary Tanoe dalam iklan partai perindo terutama versi Siapakah Indonesia.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk dan Stategi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalam penelitian ini adalah
penelitiankualitatif diskriptif, yang menggambarkan karakteristik
individu, situasi kelompok tertentu. Penelitian ini sederhana sehingga
tidak memerlukan landasan teori yang rumit atau pengajuan hipotesis
tertentu ( Ruslan, 2004 : 12).
Peneliti di dalam melakukan analisis bersikap kritis terhadap
realitas yang ada dalam objek penelitiian yang di analisis.Dengan
analisis inipenelitian melalui semiotikaCharles Sanders Pierce, maka
data penelitian bersifat subjektif dengan mengedepankan fokus pada
personal branding Harytanoe dalam iklan partai perindo versi siapakah
Indonesia..
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah suatu objek ataupun dokumen
asli yang berupa material dari pelaku utamanya. Data-data
yang dikumpulkan dari sumber primer ini berasal dari
situasi langsung dan actual ketika suatu peristiwa ituter
jadi(Silalahi,2006:266). Adapun data primer dalam
27
penelitian ini diperoleh dari iklan partai perindo versi
siapakah Indonesia dari televisi.
3.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang terkumpul dari
sumber-sumber buku dan sumber-sumber lain yang
memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti
(Marzuki,2002:56). Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari literatur yang mendukung data primer,
seperti kamus, internet, buku-buku yang berhubungan
dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya.
3.3 Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik cuplikan yang bersifat
selektif, dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep
teoritis yang digunakan, keinginan pribadi peneliti, karakter
empirisnya, dan lain-lain. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan
dalam penelitian ini bersifat purposive sampling atau lebih disebut
sebagai cuplikan dengan “criterion based selection” ( Goetz &
LeCompte,dalam Sutopo,2002).
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
iklan partai perindo versi “Siapakah Indonesia” yang berdurasi selama
59 detik dengan terbagi dalam beberapa scene.
28
Tabel 1. Scene Dalam Iklan
Scene Gambar Durasi
Scene 1 00:12
Scene 2 00:18
29
Scene 3 00:10
30
Scene 4 00:19
31
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menyesuaikan dengan bentuk penelitian kualitatif dan sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Observasi Nonpartisipan
Obsevasi nonpartisipan adalah penelitian ini akan
melakukan observasi yang bersifat pasif, artinya tidak ikut
terlibat dalam kehidupan objek penelitian. Maksudya, peneliti
tidak akan terlibat jauh secara emosional dengan objek yang
diteliti dan bertindak hanya sebagai pengamat ( Sugiyono,
2011:197). Obsevasi nonpartisipan merupakan metode
obsevasi dimana periset hanya bertindak mengobsevasi tanpa
ikut terjun melakukan aktifitas seperti yang dilkukan
kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau
tidak.
Dalam penelitian ini penulis melakukan obsevasi
nonpartisipan untuk mengetahui bagaimana makna yang
terkandung dalam iklan partai perindo versi “siapakah
Indonesia”.
3.4.2 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang
dilakukan dengan mempelajari buku yang berhubungan
dengan masalah penelitian, literatur yang berkaitan dengan
32
objek yang diteliti yaitu surat kabar, buku, majalah, internet,
dan literature lainnya yang ada kaitannya dengan masalah
yang akan di pecahkan (Nazir, 1988:111)
3.5 Validitas Data
Validitas data merupakan derajat ketetapan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkaan oleh
peneliti. Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data
yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada objek penelitian ( Sugiono,2013:361). Penelitian ini menganalisa
mengenai berbagai lambang yang terdapat dalam scene iklan partai
perindo versi siapakah Indonesia sehingga data yang diambil
merupakan data yang layak uji dan terdapat dalam objek penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Suatu kegiatan yang mengacu pada pengujuian yang sistematik
mengenai suatu hal yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka
mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan
bagian dengan keseluruhan. Miles dan Hubermn (dalam Sutopo,2002
:94). Penelitian ini menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif
yang merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk
membedah fenomena yang diamati diilapangan oleh peneliti dengan
menggunakan temuan variabel dilapangan yang tidak memerlukan
33
skala hipotesis, sehingga sifatnya hanya menggambarkan dan menjabarkan temuan yang ada dilapangan. Mengumpulkan informasi aktual rinci yang melukiskan gejala yang ada. Teknik ini digunakan agar membedah permasalahan secara tuntas (juliansyah,2011:35)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Partai Perindo
4.1.1 Sejarah berdirinya Partai Perindo
Gambar 4.1 ( Logo Partai Perindo)
Partai Persatuan Indonesia atau biasa disingkat Partai Perindo
adalah salah partai politik di Indonesia. Partai Perinndo didirikan oleh
Hary Tanoesoedibjo pengusaha dan pemilik MNC Group. Awalnya
Perindo adalah Ormas yang dideklarasikan pada 24 Februari 2013 di Istora
Senayan Jakarta. Kemudian Perindo berubah menjadi sebuah partai politik
yang di deklarasikan pada 7 Februari 2015 di Jakarta Internasional Expo,
Kemayoran, Jakarta. Pada acara deklarasi tersebut, dihadiri oleh beberapa
petinggi Koalisi Merah Putih (KMP), seperti Ketua Umum Partai Golkar
Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta
Rajasa, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta, dan Ketua Umum
35
Partai Persatuan Pembangunan Dian Faridz. Selain itu Juga hadir Wiranto
Ketua Umum Hanura.( http://news.detik.com/berita/2826604/wiranto-dan-
petinggi-kmp-hadiri-deklarasi-perindo?nd771104bcj= diakses pada 2
September 2016 pukul 14.00 WIB)
4.1.2 Visi Misi Partai Perindo
Visi
Mewujudkan Indonesia yang berkemajuan bersatu, adil, makmur,
sejahtera, berdaulat, bermartabat dan berbudaya.
Misi
1. Mewujudkan pemerintahan yang berkeadilan, yang menjunjung tinggi
nilai-nilai hukum sesuai dengan UUD 1945.
2. Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme untuk Indonesia yang mandiri dan bermartabat.
3. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, bermartabat dalam rangka
menjaga keutuhan NKRI
4. Menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Menegakan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi hukum
yang susuai Pancasila dan UUD 1945 untuk mewujudkan keadilan
dan kepastian hukum guna melindungi kehidupan rakyat, bangsa dan
negara.
36
6. Mendorong tumbuhnya ekonomi nasional yang berkontribusi
langsung pada kesejahteraan negara Indonesia.
(https://partaiperindo.com/, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 06.00
WIB)
4.1.3 Struktur Organisasi Partai Perindo
MAJELIS PERSATUAN PARTAI
Ketua : Hary Tanoesoedibjo
Sekretaris : David Fernando Audy
Anggota : Hendry Suparman
Anggota : Liliana Tanoesoedibjo
Anggota : Ahmad Rofiq
DEWAN PIMPINAN PUSAT
Tabel 2 (Susunan Dewan Pimpinan Pusat Partai Perindo )
Ketua Umum Hary Tanoesoedibjo
Ketua Bidang Organisasi Syafril Nasution
Ketua Bidang Kader, Anggota dan Saksi Armyn Gultom
Ketua Bidang Litbang dan IT Sururi Alfaruq
Ketua Bidang Politik Arya Mahendra Sinulingga
Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Budiyanto Darmastono
Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Chistophorus Taufik
Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Ratih Purnamasari
Ketua Bidang Sosial Ekonomi A. Wishnu Handoyono
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Mohammad Yamin Tawary
37
Ketua Bidang Pemuda, Pemilih pemula Anna Luthfie
Sekretaris Jenderal Ahmad Rofiq
Wakil Sekretaris Jenderal I Muhammad Sopiyan
Wakil Sekretaris Jenderal II ABD. Khaliq Ahmad
Wakil Sekretaris Jenderal III Donny Ferdiansyah
Wakil Sekretaris Jenderal IV Effendy Syahputra
Wakil Sekretaris Jenderal V Ajun Damayanti
Wakil Sekretaris Jenderal VI Susy Meilina
Wakil Sekretaris Jenderal VII Angela Herliani
Tanoesoedibjo
Wakil Sekretaris Jenderal VIII Hendrik kawilarang
Luntungan
Wakil Sekretaris Jenderal IX Debora Debby Wage
Wakil Sekretaris Jenderal X R. Fathor Rahman
Wakil Sekretaris Jenderal XI Muhammad Amin
Bendahara Umum Henry Suparman
Bendahara I Stien Maria Schounten
Bendahara II The Jenny
Bendahara III Eva Mutia
Bendahara IV Andi Cakra Wahyudi
38
MAHKAMAH PARTAI
Ketua : Syafril Nasution
Sekretaris : Christophorus Taufik
Anggota :
1. Armyn Gultom
2. M. Budi Rudtanto
3. Agus Mulyanto
(https://partaiperindo.com/ diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 06.00
WIB)
4.2 Profile Hary Tanoesoedibjo
Gambar 4.2 ( Hary Tanoesoedibjo )
Hary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe (lahir di Surabaya, 26
September 1965,adalah seorang pengusaha dan tokoh politik asal Indonesia.
Hary adalah pemilik dari MNC Group. Di bidang politik, dia merupakan
pendiri dan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Partai Perindo). Ia
pernah bergabung dalam Partai NasDem dan Partai Hanura. Hary
39
Tanoesoedibjo lahir dan dibesarkan di Surabaya Ia adalah anak dari Ahmad
Tanoesoedibjo, seorang pengusaha. Hary adalah bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya bernama Hartono Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto
Tanoesoedibjo.
Seusai menamatkan pendidikan menengahnya di SMA Katolik St.
Louis 1 Surabaya, Hary meneruskan pendidikannya untuk mencapai gelar
Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton University, Ottawa, Kanada
(1988); serta Master of Business Administration dari Ottawa University,
Ottawa, Kanada (1989).
Hary menikah dengan Liliana Tanaja, dan memiliki lima orang anak yaitu Angela Herliani Tanoesoedibjo (1987), Valencia Herliani
Tanoesoedibjo (1993), Jessica Herliani Tanoesoedibjo (1994), Clarissa
Herliani Tanoesoedibjo (1996), dan Warren Haryputra Tanoesoedibjo (2000).
Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden
Eksekutif Grup PT. Bhakti Investama Tbk sejak tahun 1989. Bhakti
Investama bergerak dalam bisnis manajemen investasi, yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya, dan kemudian menjualnya kembali. Perusahaan tersebut terdaftar dalam bursa efek sebagai perusahaan terbuka, dan seiring dengan waktu berkembang semakin besar.
Pada masa krisis ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru,
Hary melalui perusahaannya banyak melakukan merger dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti Investama mengambil alih sebagian saham PT Bimantara
Citra Tbk, dan kemudian diubah namanya menjadi PT. Global Mediacom
40
Tbk ketika mayoritas saham sudah dimilikinya. ( https://jawatimuran.net/
2013 /02/ 10/ hary-tanoesoedibjo-surabaya/ diakses Tanggal 2 September
2016 pukul 14.19 WIB)
Sejak pengambil-alihan tersebut, Hary terjun dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Hary kemudian menjadi Presiden Direktur
Global Mediacom sejak tahun 2002, setelah sebelumnya menjabat sebagai
Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNC) dan PT.
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak tahun 2003, serta sebagai
Komisaris ALatief Corporation, PT. Mobile-8 Telecom Tbk., Indovision dan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera grup perusahaan Global
Mediacom dan Bhakti Investama. Selain tiga stasiun TV swasta, yaitu RCTI,
MNCTV, dan Global TV, grup medianya juga mencakup stasiun radio
Trijaya FM dan media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust, tabloid remaja Genie.
Pada tahun 2011, Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di
Indonesia, dan Hary menduduki peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan sebesar US$ 1,19 miliar. ( http://profil.merdeka.com/indonesia/h/hary- tanoesoedibjo/ Diakses tanggal 2 September 2016 pukul 14 : 21 )
Kabar bahwa Hary Tanoesoedibjo masuk ke dunia politik mulai terdengar sejak awal bulan Oktober 2011, yang kemudian terkonfirmasi ketika ia secara resmi bergabung dengan Partai NasDem pada tanggal 9
Oktober 2011. Pada bulan November 2011, Hary muncul pada acara Rapat
41
Pimpinan Nasional Partai NasDem yang pertama. Di partai tersebut, Hary menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis
Nasional. Sejak ia berkiprah melalui Partai NasDem, Hary mendengung- dengungkan semboyan Gerakan Perubahan, suatu gerakan yang dimotori oleh kelompok angkatan muda Indonesia.
Pada tanggal 21 Januari 2013, Hary Tanoesoedibjo mengumumkan bahwa ia resmi mengundurkan diri dari Partai NasDem karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai struktur kepengurusan partai.
Setelah keluar dari Partai NasDem, Hary Tanoesoedibjo resmi bergabung dengan Partai Hanura pada tanggal 17 Februari 2013. Hal ini disampaikan di kantor DPP Partai Hanura di Jl. Tanjung Karang, Jakarta, dan langsung menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan Ia selanjutnya menjabat Ketua
Bapilu dan Calon Wakil Presiden dari Hanura berpasangan dengan Wiranto.
Pada 7 Februari 2015, ia mendeklarasikan Partai Politik baru, yaitu
Partai Persatuan Indonesia atau biasa disebut Partai Perindo. Pada acara deklarasi tersebut, dihadiri oleh beberapa petinggi Koalisi Merah Putih
(KMP), seperti Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum
Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, Presiden Partai Keadilan Sejahtera
Anis Matta, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Djan Faridz.
Selain itu juga hadir Wiranto, Ketua Umum Hanura. Awalnya Perindo adalah ormas yang baru dideklarasikan pada 24 Februari 2013 di Istora Senayan,
Jakarta. ( http://profil.merdeka.com/indonesia/h/hary-tanoesoedibjo/ Diakses tanggal 2 September 2016 pukul 14 : 21)
42
Hary Tanoesoedibjo pernah berkecimpung dalam Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI) Pusat peride 2003-2007, dengan jabatan
Bendahara. Selain itu, ia kerap diundang sebagai pembicara seminar atau
dosen tamu di berbagai perguruan tinggi. Ia menjabat sebagai ketua Asosiasi
Futsal Indonesia periode 2014-2019. Selain itu dia juga menjabat sebagai
Dewan Kehormatan/Pembina Persatuan Tinju Amatir Indonesia periode
2012-2016. ( http://profil.merdeka.com/indonesia/h/hary-tanoesoedibjo/
Diakses tanggal 2 September 2016 pukul 14 : 21 )
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia”
Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia, buka dengan
tampilan judul dan alamat website Libranesa. Adapun tayangan awal iklan
adalah sebagai berikut.
Gambar 4.3 ( Siapakah Indonesia )
43
Tampilan berikutnya adalah menampilkan masyarakat Indonesia dalam berbagai karakterisitik kedaerahannya. Penampilan karakter masyarakat secara nasional, kemudian diikuti penampilan dari masyarakat
Jawa, Dayak, Papua dan diakhiri dengan pertanyaan tertulis tentang banyaknya suku-suku di Indonesia. Berikut pertanyaan tertulis tersebut
Gambar 4.4 ( Banyaknya Suku bangsa di Indonesia )
Pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan awal untuk penjelasan dari
“Siapakah Indonesia” yang menjadi Iklan Partai Perindo dengan versi,
“Siapakah Indonesia”. Pertanyaan yang diajukan tentang “Siapa
Indonesia” dilanjutkan dengan kemunculan tokoh-tokoh Agama. Pada tayangan tokoh agama, dilanjutkan dengan menyebutkan nama-nama agama di Indonesia, seperti agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu,
Kong Hu Cu dan aliran kepercayaan lainnya.
Tayangan terus berlanjut dengan pertanyaan yang sama, yaitu
“Siapakah Indonesia”. Pada tayangan ini, muncuk sosok laki-laki dengan
44
penampilan mewah dengan berpenghasilan milyaran dilanjutkan dengan sosok nenek-nenek layaknya orang desa dalam kesederhanaannya. Pada akhir tayangan ini juga dilanjutkan pertanyaan, “Siapakah Indonesia”.
Jawaban atas pertanyaan tersebut bukanlah mereka dan kemudian dikemukakan ungkapan “mereka yang tulus mencintai negeri ini”. Berikut diplay jawaban pertanyaan “Siapakah Indonesia”.
Gambar 4.5 ( Ungkapan “Mereka yang tulus mencintai negei ini” )
Jawaban pertanyaan yang diajukan dipertegas dengan kemunculan sosok
Hary Tanoesoedibjo yang berada di antara kerumunan massa. Hary
Tanoesoedibjo muncul dalam iklan tersebut dengan karakter berpakaian putih, tampak sedang berusaha berinteraksi dengan massa sambil mengembangkan tangan merangkul seorang bapak.
45
Gambar 4.6 ( Hary Tanoe diantara kerumunan orang )
Penampilan Hary Tanoesoedibjo, diikuti dengan keterangan tertulis
dengan kata-kata, “mereka tulus yang berjuang bertindak secara nyata”,
menyejahterakan Indonesia. Pada akhir tayangan muncul lambang Partai
Perindo sebagai jawaban atas pertanyaan “Siapakah Indonesia” dengan
penegasan sebagai partai untuk Indonesia sejahtera.
4.3.2 Deskripsi pemaknaan terhadap personal branding Hary
Tanoesoedibjo dalam iklan Partai Perindo versi “Siapakah
Indonesia”
Aspek personal branding The Law of Specialization (fokus pada
kekuatan utamanya dan hasil akhir yang diinginkannya, meliputi:
pemilihan domain, audiens, kebutuhan audiens). Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” menampilkan sosok-sosok daerah, sosok simbul
agama, kaum terpelajar dan orang desa. Berdasarkan unsur semiotik dapat
dijelaskan bahwa :
a. Tanda (sign)
46
Unsur tanda dalam Iklan Partai Perindo versi “Siapakah
Indonesia” untuk Aspek personal branding The Law of Specialization adalah penggambaran keberagaman suku, agama,dan status sosial.
Visualisasi tanda dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3 ( Visualisasi iklan suku bangsa, agama, dan status sosial )
Gambar Keterangan
Menggambarkan
keberagaman suku di
Indonesia yang
diwakili oleh suku
jawa, dayak, dan Papua
Menggambarkan
berbagai agama di
Indonesia yaitu Islam,
Kristen, Katolik,
Budha, Hindu, dan
Kong Hu Cu
47
Menggambarkan
Status Sosial
b. Acuan tanda (object)
Selain tanda, Hary Tanoesoedibjo juga menegaskan dengan
narasi untuk menegaskan tanda yang ditampilkan dalam Iklan Partai
Perindo versi “Siapakah Indonesia”.
48
“Siapakah Indonesia?”
“apakah mereka yang dilahirkan dari orang Jawa? Dayak?
Papua? Atau lebih dari 300 suku bangsa lainnya?
“ Siapakah Indonesia?”
Apakah mereka, yang beragama Islam, Katolik, Kristen,
Budha, Hindu, Kong Hu Cu dan aliran kepercayaan lainnya”
“Siapakah Indonesia?”
………
Narasi dalam Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia”
hendak memfokuskan pada kekuatan utamanya dan hasil akhir yang
diinginkannya. Hary Tanoesoedibjo hendak menegaskan sebagai sosok
yang tidak mempermasalahkan latar belakang suku dan agama, serta
status social. Tujuannya adalah agar semua lapisan masyarakat
mendukung Hary Tanoesoedibjo untuk mengubah Indonesia menjadi
lebih sejahtera. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Penggunaan tanda bahwa Hary Tanoesoedibjo dalam personel
branding mengakui semua kesukuan yang ada, agama dan keyakinan
seluruh masyarakat. Hary Tanoesoedibjo ingin menegaskan bahwa
personal branding yang ditawarkan kepada masyarakat adalah sebagai
sosok yang tidak memandang seseorang dari sisi gaya hidup, baik yang
kaya ataupun yang miskin. Karakter suku dan tokoh agama menjadi
tanda Hary Tanoesoedibjo untuk fokus pada kekuatan utamanya dan
49
hasil akhir yang diinginkannya, meliputi: pemilihan domain, audiens,
kebutuhan audiens.
Aspek personal branding The Law of Leadership, (pengakuan sebagai yang paling kompeten dan kredibel). Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” menampilkan sosok Hary Tanoesoedibjo ditengah- tengah kerumunan massa. Hary Tanoesoedibjo diusung sebagai sosok yang paling kompeten dan kredibel. Namun pengakuan sebagai yang sosok yang paling kompeten dan kredibel tidak didukung dengan bukti secara visual, seperti karya Hary Tanoesoedibjo terhadap Negara Republik
Indonesia. a. Tanda (sign)
Tanda yang digunakan untuk menguatkan Aspek personal branding
The Law of Leadership dalam video Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” adalah keberadaan Hary Tanoesoedibjo dalam
kerumunan massa. b. Acuan tanda (object)
Acuan tanda yang digunakan dalam memperkuat Aspek personal
branding The Law of Leadership dalam video Iklan Partai Perindo
versi “Siapakah Indonesia” adalah keterangan audio. Pada narasi audio
tersebut mengungkapkan, “mereka yang tulus mencintai negeri ini”
diikuti kemunculan Hary Tanoesoedibjo ditengah-tengah kerumunan
massa.
50
c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pengguna tanda (Interpretant) yang digunakan untuk memperkuat
personnel branding, Tanda ini hendak mengungkapkan keberhasilan
Hary Tanoesoedibjo dalam mengumpulkan massa dibawah
kepemimpinan Hary Tanoesoedibjo. Keberadaan Hary Tanoesoedibjo
sebagai focus tokoh yang disorot dalam video iklan tersebut. Focus
keberadaan Hary Tanoesoedibjo tersebut digunakan sebagai tanda
sosok yang pantas sebagai seorang pemimpin.
Aspek personal branding The law of Personality (dibangun berdasarkan kepribadian pemiliknya, termasuk kekurangannya). Iklan
Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” menampilkan gaya komunikasi
Hary Tanoesoedibjo dengan massa a. Tanda (sign)
Tanda yang digunakan untuk menguatkan Aspek personal branding
The law of Personality dalam video Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” adalah gaya komunikasi Hary Tanoesoedibjo
dengan massa. Pada visualisasi tersebut nampak Hary Tanoesoedibjo
mengembangkan tangan untuk merangkul salah seorang warga. b. Acuan tanda (object)
Acuan tanda yang digunakan dalam memperkuat Aspek personal
branding The law of Personality dalam video Iklan Partai Perindo
51
versi “Siapakah Indonesia” tidak dijelaskan tentang kepribadian
seorang Hary Tanoesoedibjo. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pengguna tanda yang digunakan dalam memperkuat Aspek personal
branding The law of Personality dalam video Iklan Partai Perindo
versi “Siapakah Indonesia”, ditunjukkan dengan bentuk keramahan
seorang Hary Tanoesoedibjo dalam berinteraksi dengan massa. Hary
Tanoesoedibjo berusaha untuk tersenyum kepada warga. Tanda ini
ingin menunjukkan bahwa Hary Tanoesoedibjo ada keakraban
komunikasi dengan warga tanpa ada batasan-batasan yang
menghalangi antara Hary Tanoesoedibjo dengan warga.
Aspek personal branding The Law of Distinctiveness (penampilan personal brand harus berbeda dari penampilan kompetitornya). ). Iklan
Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” menampilkan karakter cara berpakaian Hary Tanoesoedibjo ditengah-tengah kerumunan masa a. Tanda (sign)
Tanda yang digunakan untuk menguatkan Aspek personal branding
The Law of Distinctiveness dalam video Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” adalah karakter berpakaian Hary Tanoesoedibjo
ditengah-tengah kerumunan masa. Hary Tanoesoedibjo memakai
pakaian dengan warna putih.
52
b. Acuan tanda (object)
Acuan tanda yang digunakan dalam memperkuat Aspek personal
branding personal branding The Law of Distinctiveness dalam video
Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” adalah Hary Tanoe
Menggunakan Pakaian berwarna putih. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pengguna tanda (Interpretant) yang digunakan untuk memperkuat
personnel branding, adalah pemilihan warna putih sebagai bagian
ungkapan ketulusan hati mencintai negeri ini. Namun tidak ada acuan
tanda yang secara tegas menjelaskan pemilihan pakaian dengan warna
putih sebagai acuan karakter yang berbeda dengan pesaing.
Aspek personal branding The Law of Visibility (dilihat
(ditampilkan) secara konsisten dan terus-menerus, sehingga audien larut dalam personal yang ditampilkan (media televisi menjadi). ). Iklan Partai
Perindo versi “Siapakah Indonesia” menampilkan antusias massa menerima kehadiran Hary Tanoesoedibjo a. Tanda (sign)
Tidak ada tanda yang digunakan untuk menguatkan Aspek
personal branding The Law of Visibility dalam video Iklan Partai
Perindo versi “Siapakah Indonesia”. b. Acuan tanda (object)
53
Acuan tanda yang digunakan dalam memperkuat Aspek
personal branding The Law of Visibility dalam video Iklan Partai
Perindo versi “Siapakah Indonesia” tidak dijelaskan baik lisan ataupun
tulisan. Artinya tidak ada Acuan tanda (object) bahwa kehadiran Hary
Tanoesoedibjo akan terus menerus dan berkelanjutan. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pengguna tanda (Interpretant) yang digunakan dalam
memperkuat Aspek personal branding The Law of Visibility dalam
video Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” juga tidak
dijelaskan baik lisan ataupun tulisan.
Aspek personal branding The Law of Unity (kesamaan nilai dan perilaku dengan audiens). Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia”. a. Tanda (sign)
Tidak ada unsur tanda dalam Iklan Partai Perindo versi “Siapakah
Indonesia” untuk Aspek personal branding The Law of Unity. b. Acuan tanda (object)
Penggambaran Aspek personal branding The Law of Unity dalam
video Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” juga tidak
menunjukkan adanya acuan yang jelas. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pada Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” pengguna tanda
(Interpretant) tidak ada.
54
Aspek personal branding The Law of Persistence (memiliki tujuan yang konsisten dan tidak terbawa arus utama). Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” menampilkan penegasan tujuan Indonesia Sejahtera a. Tanda (sign)
Pada unsur semiotic tanda dalam video Iklan Partai Perindo versi
“Siapakah Indonesia”, Aspek personal branding The Law of
Persistence (memiliki tujuan yang konsisten dan tidak terbawa arus
utama) tidak ada visualisasinya. b. Acuan tanda (object)
Video Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” juga tidak
menyertakan acuan tanda bahwa sosok Hary Tanoesoedibjo memiliki
tujuan yang konsisten dan tidak terbawa arus utama. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pada Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” pengguna tanda
(Interpretant) sebagai sosok Hary Tanoesoedibjo tidak tampak
memiliki tujuan yang konsisten dan tidak terbawa arus utama.
Aspek personal branding The Law of Goodwill (memiliki niat baik dan membawa nilai-nilai positif pada audiensnya). Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” menampilkan narasi untuk membawa
Indonesia lebih sejahtera
55
a. Tanda (sign)
Secara visual Aspek personal branding The Law of Goodwill
(memiliki niat baik dan membawa nilai-nilai positif pada audiensnya)
Tulisan berupa , “mereka yang tulus mencintai negeri ini” diikuti
dengan gambar Hary Tanoe. b. Acuan tanda (object)
Pada acuan tanda, dijelaskan dalam narasinya bahwa Hary
Tanoesoedibjo dengan Partai Perindo akan membawa Indonesia
menjadi sejahtera.Serta Pada narasi audio yang mengungkapkan,
“mereka yang tulus mencintai negeri ini”. c. Pengguna tanda (Interpretant)
Pada Iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia” pengguna tanda
(Interpretant) pada sosok Hary Tanoesoedibjo bahwa Hary
Tanoesoedibjo dengan Partai Perindo akan membawa Indonesia
menjadi sejahtera.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan dan disajikan dalam table berikut.
56
Tabel 4 ( Deskripsi Analisi Data)
Aspek personal Visual Hasil Analisis Semiotik
branding
The Law of Menampilkan sosok- a. Tanda (sign):
Specialization (fokus sosok daerah, sosok penggambaran pada kekuatan utamanya simbul agama, kaum keberagaman suku, dan hasil akhir yang terpelajar dan orang agama,dan status diinginkannya) desa sosial
b. Acuan tanda
(object): Narasi
dalam Iklan Partai
Perindo versi
“Siapakah
Indonesia” yang
menjelakan
keberagaman
tersebut
c. Pengguna tanda
(Interpretant) : Hary
Tanoesoedibjo ingin
menegaskan bahwa
personal branding
yang ditawarkan
57
kepada masyarakat
adalah sebagai sosok
yang tidak
memandang
seseorang dari sisi
gaya hidup, baik
yang kaya ataupun
yang miskin
Aspek personal Penampilan sosok a. Tanda (sign) : branding The Law of Hary Tanoesoedibjo keberadaan Hary
Leadership, (pengakuan ditengah-tengah Tanoesoedibjo dalam sebagai yang paling kerumunan massa kerumunan massa. kompeten dan kredibel) b. Acuan tanda (object)
: Pada narasi audio
tersebut
mengungkapkan,
“mereka yang tulus
mencintai negeri ini”
diikuti kemunculan
Hary Tanoesoedibjo
ditengah-tengah
kerumunan massa
c. Pengguna tanda
58
(Interpretant) Tanda
(sign) : Tanda ini
hendak
mengungkapkan
keberhasilan Hary
Tanoesoedibjo dalam
mengumpulkan
massa dibawah
kepemimpinan Hary
Tanoesoedibjo.
Keberadaan Hary
Tanoesoedibjo
sebagai focus tokoh
yang disorot dalam
video iklan tersebut.
Focus keberadaan
Hary Tanoesoedibjo
tersebut digunakan
sebagai tanda sosok
yang pantas sebagai
seorang pemimpin.
Aspek personal Penampilan cara a. Tanda (sign) : Pada branding The law of komunikasi Hary visualisasi tersebut
59
Personality (dibangun Tanoesoedibjo dengan nampak Hary berdasarkan kepribadian massa Tanoesoedibjo pemiliknya, termasuk mengembangkan kekurangannya) tangan untuk
merangkul salah
seorang warga
b. Acuan tanda
(object): Hary
Tanoesoedibjo
mengembangkan
tangan untuk
merangkul salah
seorang warga
c. Pengguna tanda
(Interpretant) :
Tanda ini ingin
menunjukkan bahwa
Hary Tanoesoedibjo
ada keakraban
komunikasi dengan
warga tanpa ada
batasan-batasan yang
menghalangi antara
60
Hary Tanoesoedibjo
dengan warga.
Aspek personal Karakter cara a. Tanda (sign) : Hary branding The Law of berpakaian Hary Tanoe Menggunakan
Distinctiveness Tanoesoedibjo Pakaian berwarna
(penampilan personal ditengah-tengah putih. brand harus berbeda kerumunan masa b. Acuan tanda (object) dari penampilan : Hary Tanoe kompetitornya) Menggunakan
Pakaian berwarna
putih.
c. Pengguna tanda
(Interpretant)
pemilihan warna
putih sebagai bagian
ungkapan ketulusan
hati mencintai negeri
ini. Namun tidak ada
acuan tanda yang
secara tegas
menjelaskan
pemilihan pakaian
dengan warna putih
61
sebagai acuan
karakter yang
berbeda dengan
pesaing.
Aspek personal Antusias massa a. Tanda (sign) : - branding The Law of menerima kehadiran b. Acuan tanda (object)
Visibility (dilihat Hary Tanoesoedibjo : -
(ditampilkan) secara c. Pengguna tanda konsisten dan terus- (Interpretant) : - menerus, sehingga audien larut dalam personal yang ditampilkan (media televisi menjadi)
Aspek personal Penampilan perbedaan a. Tanda (sign) : - branding The Law of suku dan agama bukan b. Acuan tanda (object)
Unity kesamaan nilai sebagai perbedaan :- dan perilaku dengan c. Pengguna tanda audiens (Interpretant) : -
62
Aspek personal Menegaskan tujuan a. Tanda (sign) : - branding The Law of Indonesia Sejahtera b. Acuan tanda (object):
Persistence (memiliki - tujuan yang konsisten c. Pengguna tanda dan tidak terbawa arus (Interpretant) : - utama)
Aspek personal Membawa Indonesia a. Tanda (sign) : branding The Law of lebih sejahtera Tulisan berupa ,
Goodwill (memiliki niat “mereka yang tulus baik dan membawa mencintai negeri ini” nilai-nilai positif pada diikuti dengan audiensnya) gambar Hary Tanoe
b. Acuan tanda (object)
: narasinya bahwa
Hary Tanoesoedibjo
dengan Partai
Perindo akan
membawa Indonesia
menjadi
sejahtera.Serta Pada
narasi audio yang
mengungkapkan,
“mereka yang tulus
63
mencintai negeri ini”
c. Pengguna tanda
(Interpretant) :
bahwa Hary
Tanoesoedibjo
dengan Partai
Perindo akan
membawa Indonesia
menjadi sejahtera.
4.4 Pembahasan
Setelah melakukan analisia terhadap aspek personal branding hary
Tanoesoedibjo menggunakan analisis semiotika C.S.Pierce, peneliti
menunjukkan adanya beberapa hasil temuan yaitu :
1. Aspek The Law of Specialization (fokus pada kekuatan utamanya dan
hasil akhir yang diinginkannya) ditandai dengan adanya keragaman
suku,agama,dan latar belakang ekonomi.Dalam iklan tersebut
menggambarkan bagaimana Hari Tanoe tidak mempermasalahkan
perbedaan suku,agama, dan status social tujuannya adalah untuk
membangun Indonesia menjadi lebih sejahtera
2. Aspek personal branding The Law of Leadership, (pengakuan sebagai
yang paling kompeten dan kredibel). Tanda yang digunakan dalam
aspek tersebut adalah bagaimana Hari Tanoe berada dalam kumpulan
64
massa menunjukkan bahwa Hary Tanoe mampu mengumpulkan massa
danmerepresentasikan sebagai sosok yang kredibel dan pantas untuk
memimpin.
3. Aspek personal branding The law of Personality (dibangun
berdasarkan kepribadian pemiliknya, termasuk kekurangannya). Tanda
yang digunakan dalam aspek ini adalah saat Hari Tanoe
mengembangkan tangan dan merangkul salah seorang warga hal ini
menunjukkan bahwa Hary Tanoe memiliki kepribadian yang hangat
dan ramah.
4. Aspek personal branding The Law of Distinctiveness (penampilan
personal brand harus berbeda dari penampilan kompetitornya) Dalam
iklan tersebut nampak Hari Tanoe mengenakan kemeja putih yang
dapat di interpretasikan sebagai lambang ketulusan hati. Dalam aspek
ini Hary tanoe tidak menampilkan sesuatu yang dapat dijadikan acuan
karakter yang berbeda dari kompetornya.
5. Aspek personal branding The Law of Visibility (dilihat (ditampilkan)
secara konsisten dan terus-menerus, sehingga audien larut dalam
personal yang ditampilkan (media televisi menjadi) Tidak ada yang
menjadi acuan tanda untuk menggambarkan aspek tersebut.
6. Aspek personal branding The Law of Unity kesamaan nilai dan
perilaku dengan audiens. Tidak ada yang menjadi acuan tanda untuk
menggambarkan aspek tersebut.
65
7. Aspek personal branding The Law of Persistence (memiliki tujuan
yang konsisten dan tidak terbawa arus utama). Tidak ada yang menjadi
acuan tanda untuk menggambarkan aspek tersebut.
8. Aspek personal branding The Law of Goodwill (memiliki niat baik dan
membawa nilai-nilai positif pada audiensnya).Tanda yang digunakan
dalam aspek ini adalah narasi audio dan tulisan tersebut yang
mengungkapkan, “mereka yang tulus mencintai negeri ini” dan akan
membawa Indonesia lebih sejahtera.
Pada umumnya iklan dibuat untuk menciptakan suatu citra positif kepada produk yang diiklankan. Iklan politik menurut Kaiddan Holtz-Bacha didefinisikan sebagai suatu pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui berbagi saluran yang didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari seseorang, partai, kelompok, pemerintah atau suatu organisasi.( Akhmad
Danial, 2009 : 90 ) Demikian pula dengan Iklan partai perindo mengeluarkan sebuah iklan dengan judul “siapakah Indonesia” yang berdurasi selama 59 detik. Dalam Iklan tersebut ditampilkan dengan mengenalkan sosok Hary
Tanoe Soedibjo yang peduli, tulus, mencintai Indonesia tanpa memandang suku, agama, dan kasta. Hary Tanoe digambarkan dapat berbaur dengan masyarakat dengan ramah dan tanpa ada jarak diantara mereka.
Temuan dalam penelitian ini memberikan gambaran sebuah makna dalam iklan Perindo versi siapakah Indonesia yang dapat menjadi pengaruh bagi personal brand Hary Tanoe.Hary Tanoe sebagai politisi baru yang langka
66
di Indonesia, karena Hary Tanoe adalah kaum minoritas, dia berasal dari etnis
Tionghnoa dan beragama Kristen. Dalam dunia politik Indonesia tidak dapat dipungkiri diskriminatif terhadap kaum minoritas masih kentara. Diskrimitanif merujuk pada perlakuan yang tidak adil terhadap individu tertentu. Ketika sesorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku,kelamin,ras, agama, dan kepercayaan,dan sebagainya. Dalam IklanPartai Perindo versi
“Siapakah Indonesia” Hary tanoe juga menunjukkan meskipun dia berasal dari golongan minoritas tetapi Hary Tanoe bertekat untuk membawa Indonesia menjadi lebih sejahtera tanpa membedakan suku, agama, dan status sosial.
Hary tanoe adalah sosok yang peduli kepada Indonesia dan tulus mencintai
Indonesia meskipun ditengah isu SARA yang dating pada dirinya.
Dalam penelitian ini peneliti juga setuju dengan teori Dramaturgi
Goffman dimana bahwa actor mempunyai dua peranan sekaligus yaitu didepan panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage).
Menurut Goffman panggung depan merupakan bagian dari pertunjukan yang berfungsi mendefinisiskan situasi bagi mereka yang memperhatikan pertunjukan tersebut.Goffman lebih jauh membedakan tentang setting dengan muka personal. Setting menunjukkan pada tampilan fisik yang biasanya harus ada ketika aktor memainkan perannya. Muka personal dibagi menjadi dua bagian yakni tampilan dan tingkah laku ( Ritzer dan goodman,2009:400) aktor.
Dari analisa berdasarkan teori yang peneliti gunakan bahwa Iklan politik seharusnya dapat menjadi pijakan dan gambaran personal seorang
67
politisi agar tidak ada kecenderungan perbedaan antara apa yang ditampilkan di muka publik dan dalam kehidupan nyata seorang politisi.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan mengenai
penelitian Semiotika Charles Sanders Pierce terhadap Personal Branding Hary
Tanoesoedibjo disimpulan bahwa Iklan Partai Perindo versi “Siapakah
Indonesia”, antara tanda, acuan tanda dan pengguna tanda ada yang memiliki
aspek personal branding dan ada yang tidak. Aspek yang memenuhi personal
branding dalam iklan tersebut adalah aspek The Law of Specialization,aspek
personal branding The Law of Leadership, Aspek personal branding The law
of Personality,dan Aspek personal branding The Law of Goodwill.
Interpretasi yang didapat dalam Iklan Partai Perindo versi “Siapakah
Indonesia” merepresentasikan Hary Tanoe Soedibjo sebagai seorang politisi
baru dimana meski Hary Tanoe berasal dari etnis Tionghoa dan beragama
Kristen bukan berarti Hary Tanoe bukan orang Indonesia. Karena kecintaan
terhadap Indonesia bukan dilihat dari mana dia berasal, dari suku apa, atau
beragama apa, bahkan dari harta seseorang tetapi dari seberapa banyak dia
berkontribusi dalam membangun negeri ini. Meski Berasal dari kaum
minoritas Hary Tanoe bertekat menjadi pemimpin massa depan Indonesia
dengan tulus akan melayani masyarakat dan bertindak secara nyata untuk
mensejahterakan Indonesia.
69
5.2 Implikasi
5.2.1 Teoritis
Pada penelitian ini telah membuktikan bagaimana teori
Semiotika segitiga makna dari C.S.Pierce dapat digunakan untuk
menginterpretasikan personal branding Hary Tonoesoedibjo dalam
iklan Partai Perindo versi Siapakah Indonesia yang telah diteliti.
Teori segitiga makna C.S.Pierce ini dapat meng interpretasikan
teks,gambar,dan symbol pada iklan perindo versi Siapakah
Indonesia.
5.2.2 Metodologis
Melalui penelitian diskriptif kualitatif dengan observasi dan
studi pustaka untuk menginterpretasikan personal branding Hary
Tonoesoedibjo dalam iklan Partai Perindo versi Siapakah
Indonesia bisa didapatkan informasi secara jelas sehingga makna
yang terkandung dalam iklan tersebut dapat terjabarkan.
5.2.3 Praktis
Penelitian Semiotika pada personal branding Hary
Tonoesoedibjo dalam iklan Partai Perindo versi Siapakah
Indonesia ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
tentang makna yang terkandung dalam iklan tersebut, sehingga
masyarakat tidak terkecoh dengan iklan politik pada media massa.
70
5.3 Saran
1. Saran bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi referensi
penelitian selanjutnya. Untuk melakukan penelitian semiotika dengan
metode yang berbeda dan dengan objek penelitian yang lebih beragam
tidak hanya pada iklan di media massa tetapi juga pda film, design, music,
dan juga objek lainnya.Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan ilmu mengenai pemaknaan dan pesan yang disampaikan pada
iklan serta menambah kajian ilmu komunikasi, khususnya penerapan
semiotika sehingga penelitian dengan judul ini dapat berkembang dengan
berbagai perspektif dan pandangan lain yang bervariasi dan lebih baik lagi
dari penelitian yang sekarang.
2. Bagi Masyarakat diharapkan dapat lebih cermat lagi dalam melihat pesan
yang disampaikan media massa khususnya terkait dengan pesan-pesan
politik dalam kampanye pemilihan pemimpin. Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali pemimpin yang akan dipilih sesuai dengan
keinginannya.
71
DAFTAR PUSTAKA
A Muis . 2001.Indonesia di Era DuniaMaya :Teknologi Informasi Dalam
Dunia Tanpa Batas. Bandung :RemajaRosdakarya
Akhmad Danial.2009. Iklan Politik: Modernisasi kampanye Politik Pasca
Orde Baru.Yogyakarta: LKis
Anwar Arifin. 1995. KomunikasiPolitik( Paradikma, Teori, Aplikasi –
Strategi&KomunikasiPolitik Indonesia). Jakarta: BalaiPustaka
Anwar Efendi. 2008. Bahasa dan Pembentukan Citra dalam Komunikasi
Periklanan di Televisi.Jakarta : Komunika
Dendi Sudiana.1968. Komunikasi Periklanan Cetak . Bandung : CV.
Remaja karya
Fiske, Jhon. 1990. Introduction to Communication Studies. London:
Routledge
Gunawan Wicaksana. 2009. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Metode
Penelitian Komunikasi Kualitatif, Bahan Ajar. Semarang:
Universitas Semarang
Hafied Cangara. 2011. Komunikasi Politik ( Konsep, Teori, Strategi) .
Jakarta : Rajawali
H.B Sutopo. 2002.MetodologiPenelitianKualitatif. Surakarta :UNS.Press
Hermawan Kartajaya. 2009. New Wave Marketing, The World is Still
Round, The Market is Already Flat. Jakarta
:GramediaPustakaUtama 72
KasKnapp, Duane E. 2000. The Brand Mindset. New York :McGraw Hill
Lee, Monle dan Clara Johnson.2007. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan
dalam Perspektif Global. Jakarta : Kencana
Mc Quail, Denis. 2002. TeoriKomunikasi Massa, SuatuPengantar. Jakarta
: PT. Erlangga
Montoya, Peter dan Tim Vandehey. 2009. The Brand Called You. New
York: McGraw Hill
. 2004. Strategic Personal Branding. Mumbai :Jaico
Publishing House
M Suyanto. 2004. Analisis & Desain Aplikasi Multimedi untuk
Pemasaran.. Yogyakarta: ANDI
Rachmat Kriyanto. 2007. TeknisPraktisRisetKomunikasi. Jakarta:
KencanaPrenada Media Group
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman.2008. Teori Sosiologi.
(Penerjemah: nurhadi). Sidoarjo: Kreasi Wacana
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung : Rosdakarya
. 2006. AnalisisTeksMedia :SemiotikaKomunikasi. Bandung
:Rosdakarya
Zoest, A.Van. 1993. Semiotika: TentangTanda, Cara KerjanyadanApa
Yang Kita LakukanDengannya. Jakarta :YayasanSumberAgung
73
Internet :
https://jawatimuran.net/2013/02/10/hary-tanoesoedibjo-surabaya/ http://news.detik.com/berita/2826604/wiranto-dan-petinggi-kmp-hadiri-
deklarasi-perindo?nd771104bcj= https://partaiperindo.com/ http://profil.merdeka.com/indonesia/h/hary-tanoesoedibjo/ http://shofiyah-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61891-Semiotika-
Teori%20Semiotika%20Charles%20Sanders%20Peirce.html