p-ISSN: 2550-1232 e-ISSN: 2550-0929 JURNAL

SUMBERDAYA AKUATIK INDOPASIFIK

Berkala Ilmiah Penelitian Perikanan dan Kelautan

Volume 1, Nomor 2, November 2017

Foto © Foto Taufik B. Pramono

Diterbitkan oleh: FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PAPUA MANOKWARI

JURNAL SUMBERDAYA AKUATIK INDOPASIFIK Berkala Ilmiah Penelitian Perikanan dan Kelautan Volume 1, Nomor 1, Mei 2017

Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik adalah berkala ilmiah hasil penelitian dan telaah pustaka bidang perikanan dan kelautan, diterbitkan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) – Universitas Papua (UNIPA). Terbit pertama kali pada bulan Mei 2017 dalam versi cetak dan online. Jurnal ini diterbitkan 2 (dua) kali setahun pada bulan Mei dan November. Redaksi menerima sumbangan artikel dengan ketentuan seperti yang tercantum pada halaman akhir.

PENGELOLA JURNAL Penanggung Jawab Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - UNIPA

Editor Utama Dr. A. Hamid A. Toha, M.Si

Editor Pelaksana Simon P.O. Leatemia, S.Pi, M.Si Tresia S. Tururaja, S.Ik., M.Si Nurhani Widiastuti, S.Pi., M.Si Dandy Saleki, S.Ik, M.Si Muhammad Dailami, S.Si, M.Si

Layout Editor Muhammad Ilham Azhar, S.Ik Arnoldus Ananta Samudra, S.Pi

Alamat Redaksi Gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) – UNIPA Jl. Gunung Salju Amban, Kampus UNIPA Manokwari 98314 Telp (0986) 211675, 212165; Fax (0986) 211675 e-mail : [email protected] website : http://ejournalfpikunipa.ac.id

Informasi berlangganan, korespondensi dan pengiriman artikel dapat menghubungi redaksi ke alamat di atas.

Print ISSN : 2550-1232 Elektronik ISSN : 2550-0929

JURNAL SUMBERDAYA AKUATIK INDOPASIFIK Berkala Ilmiah Penelitian Perikanan dan Kelautan Volume 1, Nomor 1, November 2017

DAFTAR ISI

Identifikasi Ikan Genus Mystus Dengan Pendekatan Genetik Taufik B. Pramono, Diana Arfiati, Maheno S. Widodo, Uun 123 – 132 Yanuhar

Kelimpahan Fitoplankton Dan Perannya Sebagai Sumber Makanan Ikan Di Teluk Pabean, Jawa Barat 133 - 144 A. Andriani, A. Damar, MF Rahardjo, C.P. H. Simanjuntak, A. Asriansyah, R.M. Aditriawan

Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat Dasar Perairan Menggunakan Echosounder Bim Tunggal 145 - 152 Baigo Hamuna, Lisiard Dimara, Sri Pujiyati, Nyoman Metta N. Natih

Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan Pesisir Dalam Pengolahan Hasil Perikanan Di Manokwari 153 - 164 Selvi Tebaiy, Juliana Leiwakabessy, Eddy T Wambrauw

Komposisi Jenis Dan Tingkat Trofik (Trophic Level) Hasil Tangkapan Bagan Di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten 165 - 174 Maluku Tenggara E. Almohdar, F. N. J Souisa

Karakter Danau Laut Balbullol Di Misool Raja Ampat 175 - 186 Gandi Y.S. Purba, Eko Haryono, Sunarto

Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal Di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara 187 - 192 Fabian N.J. Souisa, Erna Almohdar

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

IDENTIFIKASI IKAN GENUS MYSTUS DENGAN PENDEKATAN GENETIK

Identification Of Mystus Fish With Genetic Approach

Taufik B. Pramono1,2, Diana Arfiati2, Maheno S. Widodo2, Uun Yanuhar2

1 PS Budidaya Perairan, FPIK, Unsoed, Purwokerto, 53123, 2 Program PascaSarjana, FPIK, UB, Malang, 65145, Indonesia *Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK Ikan-ikan dari Famili Bagridae di Indonesia mencapai 60 jenis dan salah satunya dari genus Msytus. Metode yang digunakan untuk identifikasi ikan yang sangat cepat dan akurat sangat diperlukan. DNA barcoding adalah teknik identifikasi baru dengan pendekatan molekular. Gen CO1 diamplifikasi dan produk PCR disekuensing serta dianalisis dengan menggunakan software bioinformatika. Pengeditan hasil sekuensing dan penentuan komposisi nukleotida dianalisis dengan software Mega5. Urutan DNA disejajarkan dengan ClustalW vers. 1.4. Sekuens dibandingkan dengan data GenBank menggunakan BLAST (Basic Local Aligment Search Tools) dan BOLDSystems. Pohon filogenetik dibuat dengan menggunakan metode Neighbor_Joining. Salah satu contoh identifikasi ikan dari genus Mystus yang telah dikonfirmasi adalah Mystus nigriceps menjadi Mystus singaringan.

Kata Kunci : Identifikasi, Mystus, DNA barcode

ABSTRACT The fish of the Bagridae Family in Indonesia reach until 60 species and one of them is from the genus Msytus. The method is used for fast and accurate species identification was needed. DNA barcoding was a new identification method with molecularly approach. The CO1 gene was amplified and PCR products were sequenced and analyzed using bioinformatics software. Editing of sequencing results and determining the nucleotide composition were analyzed with Mega5 software. The DNA sequence was aligned with ClustalW vers. 1.4. Sequences are compared with GenBank data using BLAST (Basic Local Aligment Search Tools) and BOLDSystems. Phylogenetic tree was made using Neighbor_Joining method. One example of the identification of fish from the confirmed Mystus genus is Mystus nigriceps being the Mystus singaringan.

Keywords : Identification, Mystus, DNA Barcoding

PENDAHULUAN hanya ditemukan di Sundaland (Hubert Ikan air tawar di Indonesia yang et.al., 2015). telah diidentifikasi sekitar 1218 spesies Ikan-ikan famili Bagridae juga dari 84 famili termasuk 1172 spesies asli ditemukan di DAS Serayu Jawa Tengah. dari 79 famili dan 630 spesies bersifat Setijanto et.al. (1999) melaporkan bahwa endemik. Ikan dari Famili Bagridae terdapat tiga spesies ikan famili Bagridae teridentifikasi sebanyak 60 spesies. di Sungai Serayu dan Mengaji yaitu Uniknya, ikan dari Famili Bagridae tidak Mystus gulio, mystus microcanthus dan ditemukan daerah Wallacea dan Sahul, Mystus nigriceps. Putro (2003) dan Pramono (2010) di Sungai Klawing yang

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 123

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

masih merupakan DAS Serayu, masing- Ekstraksi DNA, PCR, dan masing mendapatkan spesies ikan famili Sekuensing Bagridae lain yaitu ikan Baceman Ekstraksi DNA genom dari (Mystus nemurus) dan yaitu ikan Seng- sampel menggunakan metode Quick garingan (Mystus nigriceps). Penamaan DNA Tissue/Insect Miniprep Kit (Zymo spesies-spesies ikan dari Famili Bagridae Research). Gen CO1 diamplifikasi meng- yang telah ditemukan dan diteliti di DAS gunakan pasangan primer universal Serayu tersebut berdasarkan karakter LCO1490: 5’-ggtcaacaaatcataaagatattgg- morfologi yang mengacu pada Kotellat 3’ dan HCO2198: 5’-taaacttcagggtgacca et.al. (1993). aaaaatca-3’ (Folmer et.al., 1994). Kom- Penamaan dan determinasi spesies posisi reaksi PCR (25µl), yaitu 12,5 µl yang benar sangat penting untuk mela- PCR Buffer (2x), 0,5 µl primer forward kukan kajian bioekologi dan kajian lain- (10 pmol/µl), 0,5 µl primer reverse (10 nya. Seiring dengan perkembangan bio- pmol/µl), KOD FX Neo (1.0U/µl), 1 µl logi molekuler, telah ditemukan metode template DNA, dan 5 µl ddH O. baru untuk identifikasi spesies berbasis 2 Amplifikasi dilakukan dalam mesin DNA yang dikenal dengan DNA Bar- Toyobo KOD FX Neo Catalog No KFX- coding (Floyd, et.al., 2002; Hebert et.al., 201. 2003a; ). DNA barcoding membe-rikan Reaksi Polimerase Chain Reaction kecepatan dan keakuratan dalam identi- (PCR) dilakukan dalam 35 siklus dengan fikasi spesies dengan fokus analisis pada parameter pre denaturasi awal suhu segmen kecil dari mtDNA (Muchlisin 95oC/3 menit, denaturasi 98oC/10 detik, et.al., 2013; Karim et.al., 2015). DNA annealing 50oC/30 detik, extention 68oC/ barcoding dapat menjadi solusi krisis 1 menit. Hasil PCR divi-sualisasi de- taksonomi (Meier et.al., 2006). ngan elektroforesis gel agarosa 1% (b/v), Penamaan spesies dari ikan Famili dimurnikan meng-gunakan Shrimp Bagridae utamanya ikan Seng-garingan Alkaline Phosphotase (Amersham Bio- (Mystus nigriceps) yang telah diteliti sciences Corporation, Arlington Heights, sebelumnya perlu diperjelas dengan Illinois, USA) dan Exonuclease (Amer- pendekatan genetik menggunakan meto- sham) (SAP/EXO). Sekuensing 2 arah de DNA Barcoding. (bi-directional) dila-kukan oleh First Penelitian ini bertujuan untuk Base CO (Malaysia) menggunakan Big mengkon-firmasi penamaan spesies ikan Dye© terminator v3.1 cycle sequencing dari genus Mystus utamanya Mystus kit Applied Biosystem. nigriceps secara genetik menggunakan marker gen CO1. Harapannya dapat Analisis Data dijadikan dasar dalam manajemen sumberdaya ikan dan konservasi serta Pengeditan hasil sekuensing dan budidayanya selanjutnya. penentuan komposisi nukleotida diana- lisis dengan software Mega5 (Tamura METODE PENELITIAN et.al., 2011). Urutan DNA disejajarkan dengan ClustalW vers. 1.4 (Thompson et Ikan Uji al., 1997). Sekuens dibandingkan dengan Sejumlah 18 ekor ikan uji data GenBank menggunakan BLAST dikoleksi dari Sungai Klawing Kabu- (Basic Local Aligment Search Tools) paten Purbalingga Provinsi Jawa (Altschul et.al., 1997) dan BOLDSys- Tengah pada Februari 2017 dengan tems (Ratnasingham dan Hebert, 2007). bantuan nelayan setempat. Untuk Pohon filogenetik dibuat dengan meng- keperluan idetinfikasi spesies diambil gunakan metode Neighbor Joining sebuah jaringan sirip ekor (caudal fin) (Saitou dan Nei, 1987). dan disimpan dalam larutan etanol 95%.

124 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

HASIL DAN PEMBAHASAN Homologi untuk menentukan identitas spesies dilakukan analisis Hasil PCR menunjukkan gen BLAST (Gambar 3) dan DNA Barcoding CO1 teramplifikasi dengan panjang 697 menggunakan BOLD system (Gambar bp (Gambar 1). Ukuran panjang ampli- 4). fikasi hasil dalam penelitian ini sama Adapun dari hasil BLAST dan dengan penelitian yang dilakukan Folmer BOLD system menunjukkan bahwa et.al. (1994), yang memperoleh ukuran homologi sekuens sampel ikan uji kurang lebih 700 bp. memiliki kemiripan dengan ikan Mystus singaringan. Hasil BLAST menunjukan identitas atau tingkat kemiripan men- capai 99% dan hasil BOLD mencapai 99,84%. Berdasarkan species page, BIN Page (Barcode Index Number), dan filogenetik dalam BOLD system dinya- takan bahwa sampel ikan uji ini adalah spesies ikan Mystus singaringan. Hasil identifikasi spesies ikan dari Famili Bagridae dari Sungai Klawing Jawa Tengah yaitu yang dulunya Mystus nigriceps (Pramono, 2010) telah terkonfirmasi secara genetik dalam penelitian menggunakan metode DNA Barcoding menjadi Mystus

Gambar 1. Hasil amplifikasi gen CO1 singaringan. sampel ikan uji dari Sungai Klawing Hasil identifikasi sampel uji dalam gel agarose 1%. L1 adalah DNA (KLW PBG) secara genetik ini tidak Ladder dan A adalah sampel serta L2 terbantahkan adalah Mystus singaringan, adalah panjang garis gen (GeneRuler) kecuali ada spesies sangat mirip secara genetik namun hal tersebut sangat jarang Sekuens yang diperoleh ini tidak terjadi. Secara taksonomi, merujuk pada ada gap, insersi atau delesi dan tidak BOLD system dan BLAST merupakan memiliki stop kodon. Hal ini menunjukan Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, bahwa sekuens ini merupakan gen Ordo Siluriformes, Famili Bagridae dan struktural, COI (Gambar 2). Genus Mystus serta speciesnya Mystus singaringan.

Gambar 2. Hasil Sekuens sampel penelitian

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 125

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 3. Hasil BLAST terhadap sekuens sampel penelitian

Gambar 4. Hasil BOLD System terhadap sekuens sampel penelitian

126 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 5. Bukti kedekatan sekuens penelitian dengan M. singaringan, filogenetik (atas) dan distribusi jarak (bawah). Unknown speciment adalah sampel penelitian.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 127

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Berdasarkan barcode index number (BIN) dalam BOLD system, secara morfologi (Gambar 6), jarak pasangan dan sekuens sampel ikan Mystus singaringan dalam penelitian ini masuk dalam satu klaster dengan ikan M. Singaringan yang berasal dari Kediri Jawa Timur (Hubert et.al., 2015). Nilai barcode index number memiliki arti sebagai sebuah kerangka online yang mengelompokan secara algoritma yang menghasilkan halaman web untuk setiap klaster. Karena klaster menunjukkan kecocokan tinggi dengan spesies, sehingga sistem ini dapat digunakan untuk verifikasi identitas spesies juga keragaman dokumen ketika informasi Gambar 6. (A) Ikan M. singaringan dari taksonomi (Ratnasingham dan Hebert, Sungai Klawing Jawa Tengah; (B) Ikan 2013). Mystus singaringan dari Kediri Jawa Timur.

KU692660.1 Mystus singaringan KU692662.1 Mystus singaringan KU692661.1 Mystus singaringan KU692659.1 Mystus singaringan KLW PBG KU870465.1 Mystus cavasius KJ936764.1 Mystus bleekeri KX266834.1 Mystus bleekeri KT364779.1 Mystus bleekeri KJ936689.1 Mystus bleekeri KX177968.1 Mystus vittatus KU692658.1 Mystus nigriceps

0.005 Gambar 7. Pohon Filogenetik Kedekatan antara spesies yang Kekerabatan antara Mystus akan diidentifikasi dan yang menjadi singaringan dan M nigirceps sangatlah rujukan tidak terbukti dengan spesies jauh jika dilihat dari pohon filogenetik. terdahulu, Mystus nigriceps. Berdasarkan Pohon filogenetik menggambarkan garis analisis filogenetik sekuens penelitian keturunan evolusi dari spesies, orga- dengan kode KLW PBG dan sekuens nisme atau dari satu nenek moyang ber- genus yang sama diperoleh bahwa beda (Hall, 2011). Berdasarkan pohon spesies penelitian ini lebih dekat pada filogenetik yang dibuat dapat diketahui Mystus singaringan (Gambar 7). hubungan genetik antar spesies dalam satu populasi dan antar populasi. Filo- geni berguna juga untuk mengorga-nisir

128 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

pengetahuan keragaman biologis untuk relatif dekat pun dapat dibedakan klasifikasi struktural dan untuk membe- menggunakan sekuens yang pendek. rikan wawasan ke dalam peris-tiwa yang Kelebihan lain DNA barcoding terjadi selama evolusi (Taylor, 2014). adalah dapat mengidentifikasi spesies Beberapa penelitian identifikasi yang sulit dibedakan secara morfologi spesies ikan-ikan di perairan tawar dan (Hebert et.al., 2004) dan menggunakan laut di Indonesia juga dilakukan dengan sampel jaringan yang sangat sedikit menggunakan DNA Barcoding seperti sehingga tidak harus mematikan hewan- yang dilakukan oleh Muchlisin et.al. nya. Namun demikian, metode ini sangat (2013) di Danau Laut Tawar Aceh, Bulu tergantung pada tersedia tidaknya data Babi di Teluk Cendrawasih (Toha, et.al, sekuens (reference sequences) yang 2015), Dahrudin et.al. (2016) di Pulau akurat sebagai pembanding (Stoeckle, Jawa dan Bali, dan Hubert et.al. (2016) di 2003). Hasil DNA Barcoding dapat Dataran Sunda, Wallacea dan Sahul. digunakan sebagai studi yang lebih luas Penggunaan DNA barcoding dapat men- misalnya studi filogenetik (Erickson dan jadi solusi krisis taksonomi (Meier et.al., Driskell, 2012; Huang et.al., 2016), 2006) dan perspektif baru dalam ekologi filogeografi (Yu, 2014) dan genetika dan sistematika ikan (Hubert, et.al., populasi (Draft et.al., 2010) serta, variasi 2008), manajemen sumberdaya ikan dan genetik untuk stabilitas dan ketahanan konservasi (Hubert et.al, 2016). populasi. DNA barcoding memberikan kecepatan dan keakuratan dalam iden- KESIMPULAN tifikasi spesies dengan fokus analisis Analisis genetik berdasarkan pada segmen kecil dari mtDNA (Much- fragmen gen CO1 menunjukkan bahwa lisin et.al., 2013; Karim et.al., 2015). sampel penelitian dari Sungai Klawing Pada eukariot, mtDNA terdiri dari mo- Jawa Tengah merupakan spesies Mystus lekul DNA rantai untai ganda yang singaringan. Penelitian selanjutnya da- berukuran 15-20 kb (Hurst dan Jiggiins, pat dilakukan mengkaji keragaman dan (2005). DNA barcoding bertujuan untuk struktur genetik. menyediakan metode yang kompeten untuk identifikasi hingga tingkat spesies DAFTAR PUSTAKA dengan menggunakan penanda mole- kuler yang merupakan turunan dari lima Altschul, S.F., Madden T.L., Schaffer wilayah gen cytochrome c oxidase I A.A., Zhang J., Zhang Z., Miller (COI) (Hubert, et.al., 2008). Penggunaan W., Lipman D.J. 1997. Gapped Barcode ini sangat memungkinkan untuk BLAST and PSI-BLAST : A New mengidentifikasi spesies yang berbeda Generation of Protein Database dengan variasi antar spesies yang cukup Search Program. Nucleic Acid Re- banyak dan variasi intra spesifik yang search 25 : 3389-3402. rendah (Yao, et.al., 2010). Menurut Hurst dan Jiggiins, Dahruddin, H., Hutama A., Busson F., (2005), DNA barcoding memiliki dua Sauri S., Hanner R., Keith P., kelebihan yaitu, pertama bersifat haploid Hadiaty R.K., Hubert N. 2016. dan dan memiliki wilayah yang sangat Revisiting the Ictyodiversity of lestari (conserved) sehingga fragmen Java and Bali through DNA COI secara teknis mudah mengampli- Barocdes : Taxonomic Coverage, fikasi tanpa cloning pada ragam spesies. Identification Accuray, Cryptic Kedua, mitokondria memiliki ukuran Diversity and Identification of populasi yang efektif kira-kira seper- Exotic Species. Molecular Eco- empat dari penanda dan pada hewan rata- logy Resources : 1-12. rata memiliki tingkat evolusioner yang tinggi. Oleh karena itu memiliki tingkat Draft, K.J., Pauls, S.U., Darrow, K., deklarasi yang tinggi pula. Spesies yang Miller S.C., Hebert, P.D., Helgen,

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 129

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

L.E., Novotny, V and Weiblen, Hubert, N., Kadarusman., A. Wibowo., G.D. 2010. Population Genetics of F. Busson., D. Caruso., S. Ecological Communities With Sulandari., N. Nafiqoh., L. DNA Barcodes : An Example Pouyaud., L. Ruber., J.C. Avare., From New Guinea Lepidoptera. F. Herder., R. Hanner., P. Keith. PNAS 107 (1) : 5401-5046. R.K. Hadiaty. 2015. DNA Barcoding Indonesian Freshwater Erickson, D.L., and Driskell, A.C. 2012. Fishes : Challenges and Prospects. Construction and Analysis of DNA Barcodes 3 : 144-169. Phylogenetik Trees Using DNA Barcode Data. Methods Mol. Biol Hughes, A.R., Inouye, B.D., Johnson, 85 (8) : 395-408. M.T.J., Underwood, N. And Vellend, M. 2008. Ecological Floyd, R., Abebe E., Papert A., and Consequences of Genetic Diver- Blaxter M. 2002. Molecular sity. Ecology Letters 11 : 609-623. barcodes for soil nematode ideti- fication. Molecular Ecology 11 (4) Hurst, G. D. D. And Jiggins, F.M. 2005. : 839-850. Problems with Mitochondrial DNA as a Marker In Population, Folmer O., Black M., Hoeh W., Lutz R., Phylogeographics and Phylo- and Vrijenhoek R. 1994. DNA genetic Studies : The Effects of primers for amplification of Inherited Symbions. Proc R Soc B mitochondrial cytochrome c 272 : 1525-15234. oxidase sub unit I from diverse metazoan invertebrates. Molecu- Karim, A., Iqbal, A., Akhtar, R., lar Marine Biology and Biotech- Rizwan, M., Amar, A., Qamar, nology 3(5) : 294-299. U., and Jahan, S. 2015. Barcoding of Fresh Water Fishes From Frankham, R. 1996. Relationship of Pakistan. Mitochondrial DNA : 1- Genetic Variation to Population 4. Size In Wildlife. Conservation Biology 10 (6) : 1500-1508. Kottelat, M., A.J. Whetten., Sri Nuraini K., dan Sutikna W. 1993. Fresh- Hebert, P. D.N., Cywinska A., Ball S.L., water Fishes of Western Indonesia and de Ward J.R. 2003a. Bio- and Sulawesi. CV Java Books. logical Identifications Through Jakarta. 293 p. DNA Barcodes. Proceeding Royal Society Part B. Biological Sci- Meier, R., Shiyang K., Vaidya G. And ences 270 (1512) : 313-322. Peter K.L.N. 2006. DNA Barco- ding and Taxonomy In Diptera. A Hebert, P.D.N., Penton, E.H., Burns, Tale of High Intraspesific Varia- J.M., Janzen, D.H., and Hall- bility and Low Identification Suc- wachs, W. 2004. Ten Species In cess. System Bio. 55 : 715-728. One : DNA Barcoding Reveals Cryptic Species In The Neo- Muchlisin, Z. A., Thomy Z., Fadli N., tropical Skipper Butterfly Astra- Sarong, M.A., and Siti-Azizah, ptes fulgerator. PNAS 101 (41) : M.N. 2013. DNA Barcoding Of 14812-14817. Freswater Fishes From Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia. Huang, Z., Yang, C., and Ke, D. 2016. Acta Ichtyiologica Et Piscatoria DNA Barcoding and Phylogenetic 43 (1) : 21-29. Relationships In Anatidae. Mito- chondrial DNA 27 (2) : 1042- Pramono, T. B. 2010. Profil Reproduksi 1044. Ikan Senggaringan (Mystus

130 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

nigriceps) : Dasar Pengembangan lutionary Distance and Maximum Domestikasi dan Budidaya. Tesis. Parsimony Methods. Mol. Biol. Program Pascasarjana Institut Evol., 1-9. Pertanian Bogor. Bogor. Taylor, D. R. And Aarssen, L. W. 1988. Pratasik, S.B., Marsoedi., Arfiati D., and An Interpratation of Phenotupic Setyohadi D. 2016. Mitochon- Plasticity In Agropyron Repens drial CO1 genetic mareker-based (Gramineae). American Journal of species diversity of cuttlefish Botany 75 (3) : 401-413. (Chepalopod : Molusk) in Manado Bay and Lembeh Strait, Notrh Taylor, A.L. 2014. Population Structure Sulawesi, Indonesia. AACL- and Phylogeography of Octopus Bioflux 9 : 1345-1354. cyanea and Lethrinus Species In The South-Western . Putro, S. S. 2003. Ekologi Ikan Thesis. Unpublished. Baceman (Mystus nemurus) Di Sungai Klawing Kabupaten Purba- Thompson, J.D., Gibson, T.J., Plewniak, lingga dan Beberapa faktor yang F., Jeanmougin, F. And Higgins, Berkaitan dengan Domestikasinya. D.G. 1997. The ClustalIX Win- Tesis Magister Sains Ilmu Ling- dows Interface : Felxible Stra- kungan. Program Pascasarjana tegies for multiple sequence align- Universitas Jenderal Soedirman. ment aided by quality analysis Purwokerto. tools. Nucleic Acids Research 25 :4876-4882. Ratnasingham S., and Hebert P.D.N. 2007. BOLD : The Barcode of Life Toha, A.H.A., Sumitro, S.B., Widodo., Data system (http://www.barco and Hakim L. 2015. Color dinglife.org). Molecular Ecology Diversity and Distribution of Sea Notes 7 (3) : 355-364. Urchin Tripneustes gratilla in Cendrawasih Bay Ecoregion of Saitou N., Nei M. 1987. The neighbor- Papua, Indonesia. Egyptian joining methd : a new method for Journal of Aquatic Research 41 : reconstructing phylogenetic tress. 273-278. Molecular Biology and Evolution. 4 (4) : 406-425. Yao, H., Song J., Liu C., Luo K., Han., Li Y., and Pang. 2010. Use of ITS2 Setijanto., Aryani, E., dan Proklama- Region as The Universal DNA siwati. 1999. Distribusi Altitu- Barcode for Plants and Animals. dinal Ikan Sungai : Informasi PloS One 5 :e131102. doi: Dasar Penggunaanya sebagai 10.1371/jounal.pone.0013102 Indikator Kualitas Air dan Usaha Budidayanya. Laporan Hasil Pe- Yu, S. S. 2014. DNA Barcoding and nelitian. Fakultas Biologi Unsoed. Phylogeographic Analysis of Tidak Dipublikasikan. Nippoacmea Limpets (Gastropoda : Lottidae) In China. Journal Mo- Stoeckle, M. 2003. Taxonomy, DNA llusca Stud. 80 (4) : 420-429. and The Barcode of Life. BioScience 53 : 2-3.

Tamura, K., Peterson, D., Peterson, N., Stecher, G., Nei, M., and Kumar, S. 2011. Mega5 : Molecular Evolutionary Genetics Analysis Using Maximum Likelihood, Evo-

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 131

Pramono et.al: Identifikasi Ikan Genus Mystus p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

132 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

KELIMPAHAN FITOPLANKTON DAN PERANNYA SEBAGAI SUMBER MAKANAN IKAN DI TELUK PABEAN, JAWA BARAT

Abundance of Phytoplankton and its Role as Fish Food Sources in Pabean Bay, West Java

Ayu Andriani1*, Ario Damar2,3, MF Rahardjo2,4, Charles P. H. Simanjuntak2,4, Aries Asriansyah2, Reiza Maulana Aditriawan2

1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB, Bogor, 16680, Indonesia 2 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB, 16680, Indonesia 3 Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL), IPB, 16680, Indonesia 4 Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII), Cibinong, 16911, Indonesia *Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Teluk Pabean merupakan perairan estuari yang memiliki sumber daya alam potensial bagi perikanan. Salah satu organisme yang memiliki peran penting dalam teluk tersebut adalah fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan fitoplankton secara spasial dan temporal sebagai sumber makanan ikan di perairan Teluk Pabean, Jawa Barat. Pengambilan contoh fitoplankton dan pengukuran beberapa parameter fisik-kimiawi perairan dilakukan satu kali pada setiap bulan (Juni 2016-Maret 2017). Analisis data yang dilakukan meliputi komposisi dan kelimpahan fitoplankton, analisis ragam satu arah berdasarkan waktu dan zona pengamatan, kaitan parameter fisik-kimiawi perairan terhadap kelimpahan fitoplankton di Teluk Pabean, serta fitoplankton yang dimanfaatkan oleh ikan sebagai makanannya di Teluk Pabean, Jawa Barat. Kelimpahan fitoplankton tidak berbeda pada setiap zona pengamatan, tetapi kelimpahan fitoplankton berbeda antarwaktu pengamatan. Fitoplankton yang ditemukan di Teluk Pabean didominasi oleh fitoplankton kelas Bacillariophyceae. Jenis fitoplankton yang dominan menjadi makanan beberapa ikan di Teluk Pabean Jawa Barat yaitu Nitzschia dan Pleurosigma dari kelas Bacillariophyceae.

Kata kunci: Fisik-kimiawi perairan, ikan, kelimpahan fitoplankton

ABSTRACT Pabean Bay is an estuary that has the potential natural resources for fisheries. One of the organisms that has an important role here is phytoplankton. This study aims to analyze spatially and temporally the composition of phytoplankton abundance as food source for fish in Pabean Bay waters, West Java. Samples of phytoplankton and physics-chemical parameters were taken monthly (June 2016-March 2017). Data analysis consisted of composition and abundance of phytoplankton, one-way variance analysis based on time and zone, the relation of water physics-chemical parameters to phytoplankton abundance, and phytoplankton used by fish as food. The abundance of phytoplankton differs on monthly basis, but not different in each observd zone. The phytoplankton found in the Pabean Bay is dominated by the Bacillariophyceae class. The dominant type of phytoplankton feeds from some of the captured fishes was Nitzschia and Pleurosigma of Bacillariophyceae class.

Key words: Abundance, fish, physics-chemical water

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 133

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PENDAHULUAN ikan pada tingkat trofik yang rendah. Di Teluk Pabean informasi tentang Teluk Pabean merupakan perairan fitoplankton masih terbatas pada jenis estuari yang terletak di Kecamatan dan keragamannya, sedangkan sejauh ini Pasekan, Kabupaten Indramayu, Pro- penelitian tentang fitoplankton yang vinsi Jawa Barat. Teluk ini didominasi dimanfaatkan oleh ikan di Teluk Pabean oleh kawasan hutan mangrove serta belum pernah dilakukan. terdapat aliran muara Sungai Cimanuk Penelitian ini bertujuan untuk yang berhadapan langsung dengan laut. mengana-lisis komposisi kelimpahan Keadaan tersebut menjadikan Teluk spasial dan temporal fitoplankton dan Pabean sebagai sumber daya alam perannya se-bagai sumber makanan ikan potensial bagi perikanan. Teluk ini di perairan Teluk Pabean, Jawa Barat. dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai Hasil pene-litian ini dapat memberikan tempat budi daya dan area penangkapan informasi mengenai komposisi, jenis, ikan. kelimpahan fitoplankton dan kaitannya Salah satu organisme yang dengan beberapa parameter fisik- memiliki peran penting dalam teluk kimiawi perairan di Teluk Pabean, Jawa tersebut adalah fitoplankton. Organisme Barat. Selain itu, penelitian ini juga dapat ini memiliki klorofil yang mampu memberikan informasi mengenai jenis mengubah bahan anorganik menjadi fitoplankton yang banyak dimanfaatkan bahan organik melalui proses fotosin- oleh ikan-ikan di perairan ini. tesis. Bahan organik dari fitoplankton tersebut dimanfaatkan oleh zooplankton, larva ikan, maupun organisme perairan METODE PENELITIAN lainnya sebagai sumber makanan. Penelitian dilakukan pada bulan Fitoplankton mempunyai peran penting Juni 2016 sampai Maret 2017 di Teluk dalam rantai makanan di perairan. Pabean, Indramayu, Jawa Barat (Gam- Hampir seluruh ikan pelagis kecil dan bar 1). Pengambilan fitoplankton, dan larvanya meman-faatkan plankton (fito- pengukuran parameter fisik-kimiawi plankton atau zooplankton) sebagai perairan dilakukan satu kali pada setiap makanannya (Nontji 2008). Fitoplankton bulan. Pengambilan contoh dilakukan berperan sebagai bahan makanan dasar pada tiga zona yaitu zona 1, zona 2, dan utama dalam siklus makanan di dalam zona 3. Zona 1 berada di bagian dalam perairan (Davis 1955). Dengan demikian teluk dan dikelilingi oleh hutan mang- kelim-pahan fitoplankton penting bagi rove. Zona 2 merupakan daerah yang potensi makanan ikan di alam. berada di sekitaran muara Sungai Ikan di perairan Baru Selat Cimanuk. Zona 3 berada pada bagian Makasar misalnya yang memanfaatkan luar teluk ke arah laut lepas. Analisis fitoplank-ton yaitu ikan teri (Stolephorus fitoplankton dilakukan di Laboratorium spp.) dari famili Engraulidae (Simbolon Biologi Makro 1, Departemen Mana- dkk. 2010). Informasi mengenai jemen Sumberdaya Perairan, Fakultas kelimpahan fitoplankton sangat penting Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut karena merupakan sumber makanan bagi Pertanian Bogor.

134 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 1. Zona pengambilan contoh Data yang dikumpulkan dalam perbesaran 10×10, Sedgwick-Rafter penelitian ini berupa data primer dan data Counting Cell (SRC) berukuran 50×20×1 sekunder. Data primer diperoleh melalui mm3, dengn mengacu pada buku hasil pengukuran dan pengamatan identifikasi Yamaji (1979), serta Chihara lapangan serta analisis di laboratorium. & Murano (1997). Kelimpahan Pengumpulan data parameter fisik- fitoplankton dihitung menggunakan kimiawi perairan dilakukan in situ dan persamaan APHA 2012: analisis laboratorium dengan me-tode serta alat ukur yang tersebut dalam Tabel a v 1 N = n × × × 1. Fitoplankton diambil menggu-nakan A Vc V plankton net dengan mata jaring 53 mikron, panjang 1,5 m, dan diameter 40 Keterangan: cm. Selain itu, plankton net juga N = kelimpahan plankton (sel L-1) dilengkapi dengan flow meter. Per- n = jumlah plankton yang tercacah putaran flow meter pada plankton net (sel) dicatat untuk pengukuran volume air a = luas gelas penutup (mm²) yang tersaring. Plankton net dilengkapi v = volume air terkonsentrasi (ml) dengan pemberat yang bertujuan untuk A = luas satu lapangan pandang (mm²) menenggelamkan plankton net ke dalam Vc = volume air dibawah gelas penutup perairan, kemudian plankton net ditarik (ml) ke atas. V = volume air yang disaring (L) Identifikasi fitoplankton dilakukan secara sensus menggunakan mikroskop

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 135

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Tabel 1. Parameter fisik-kimiawi yang diamati (APHA 2012) Parameter Satuan Metode/alat ukur Kedalaman M Tali berskala Suhu °C Termometer Kecerahan Cm Visual/cakram Secchi pH - pH meter Salinitas Elektrometrik/SCT (Salinity, Conductivity, o/ Oksigen terlarut oo Temperature) mg L-1 DO meter

Data yang digunakan dalam diketahui dengan menggunakan data analisis ini berupa data kelimpahan kelimpahan fitoplankton dan data fitoplankton, dan parameter fisik-kimia- makanan dari jenis-jenis ikan yang wi perairan. Analisis ragam satu arah tertangkap di teluk tersebut. Analisis ini berdasarkan zona dan waktu penga- dilakukan untuk menentukan jenis fito- matan dilakukan menggunakan bantuan plankton yang dimakan oleh ikan, serta perangkat lunak SPSS Versi 20. Analisis jenis fitoplankton yang tidak dimakan tersebut dila-kukan untuk menganalisis oleh ikan di Teluk Pabean. pengaruh zona dan waktu terhadap kelimpahan fitoplankton dan parameter HASIL fisik-kimiawi perairan. Kaitan kelim- pahan fitoplankton dengan beberapa Komposisi fitoplankton di Teluk parameter fisik-kimiawi perairan diana- Pabean lisis menggunakan Analisis Korespon- Fitoplankton yang ditemukan di dans Kanonik dengan bantuan perangkat Teluk Pabean terdiri atas 29 genera. lunak Past3. Komposisi fitoplankton yang ditemukan Jenis fitoplankton yang diman- di Teluk Pabean disajikan dalam Tabel 2. faatkan oleh ikan di Teluk Pabean dapat

Tabel 2. Komposisi fitoplankton di Teluk Pabean Kelas Genera Bacillariophyceae Amphiprora, Bacteriastrum, Biddulphia, Cerataulina, Chaetoceros, Coscinodiscus, Detonula, Ditylum, Eucampia, Ethmodiscus, Guinardia, Gyrosigma, Hemiaulus, Melosira, Nitzschia, Pleurosigma, Rhabdonema, Rhizosolenia, Skeletonema, Streptotheca, Surirella, Thalassionema, Thalassiothrix, Thalassiosira Dinophyceae Ceratium, Dinophysis, Cyanophyceae Trichodesmium Chrysophyceae Dictyocha

Kelimpahan fitoplankton di Teluk Kelimpahan rata-rata fitoplankton Pabean pada setiap zona disajikan pada Gambar 3. Fitoplankton kelas Bacillariophyceae Fitoplankton yang ditemukan se- paling banyak ditemukan pad ketiga lama sepuluh bulan pengamatan disa- zona, sedangkan fitoplankton kelas jikan pada Gambar 2. Fitoplankton kelas Chrysophyceae merupakan fitoplankton Bacillariophyceae merupakan fito- yang paling jarang ditemukan pada plankton yang mendominasi di perairan ketiga zona pengamatan. Teluk Pabean. Rata-rata kelimpahan fitoplankton tertinggi ditemukan pada zona 2 yang

136 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

yaitu dengan nilai rata-rata kelimpahan kelimpahan fitoplankton secara kese- 884 sel L-1 dan terendah pada zona 3 luruhan berbeda pada setiap waktu dengan rata-rata kelimpahan 459 sel L-1 pengamatan karena nilai Sig<0,05), (Gambar 4). Rata-rata kelimpahan tetapi waktu pengamatan tidak berpe- fitoplankton pada zona 1 yaitu diperoleh ngaruh terhadap kelimpahan fito- nilai sebesar 870 sel L-1. Nilai plankton kelas Cyanophyceae dan kelimpahan zona 1 dan zona 2 tidak jauh Chrysophyceae karena nilai Sig>0,05. berbeda, yakni hanya selisih 14 sel L-1. Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada Berdasarkan analisis ragam, kelimpahan setiap zona sangat berfluktuasi (Gambar fitoplankton kelas Bacillariophyceae, 5). Zona 1 dan 2 memiliki rata-rata Dinophyceae, Cyanophyceae dan Chry- kelimpahan fitoplankton tertinggi pada sophyceae pada setiap zona memiliki bulan November 2016 dengan nilai nilai Sig>0,05. Zona 2 yang memiliki kelimpahan 2014 sel L-1 pada zona 1 dan kelimpahan fitoplankton paling tinggi 3272 sel L-1 pada zona 2. Zona 3 merupakan zona yang terdapat aliran memiliki nilai rata-rata kelimpahan muara sungai Cimanuk. fitoplankton tertinggi pada bulan Juni Berdasarkan analisis ragam, 2016 dengan nilai kelimpahan 1033 sel kelimpahan fitoplankton kelas Bacilla- L-1. riophyceae dan Dinophyceae serta

Cyanophyceae Dinophyceae 1,5% 2,62% Chrysophyceae 0,05%

Bacillariophyceae 96,28%

Gambar 2. Kelimpahan rata-rata fitoplankton di perairan Teluk Pabean

Gambar 3. Kelimpahan rata-rata fitoplankton pada setiap zona

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 137

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

- 2000

1500 )

1 1000 500

Kelimpahan (sel Kelimpahan L 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3

Gambar 4. Rata-rata kelimpahan fitoplankton selama pengamatan bulan Juni 2016-Maret 2017 pada setiap zona (Keterangan = simpangan baku)

3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Zona 1

3500

3000

) 2500 1

- Chrysophyceae L

2000 1500 Cyanophyceae 1000 500 Dinophyceae 0

Kelimpahan(sel Zona 2

3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

0

Jul-16

Jan-17

Jun-16

Sep-16 Okt-16 Feb-17

Des-16

Mar-17 Nov-16 Agu-16 Zona 3 Gambar 5. Kelimpahan fitoplankton tiap bulan pada tiap zona di Teluk Pabean

138 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Kaitan kelimpahan fitoplankton pada Tabel 3. Berdasarkan analisis dengan parameter fisik-kimiawi ragam pada kedalaman, kecerahan, perairan suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan Nilai parameter fisik-kimiawi pH tidak memiliki pengaruh yang perairan di Teluk Pabean disajikan signifikan (Sig>0,05) terhadap ketiga zona.

Tabel 3. Parameter fisik-kimiawi perairan di Teluk Pabean Oksigen Kedalaman Kecerahan Suhu Salinitas Bulan Terlarut pH (m) (m) (oC) (ppt) (mg L-1) Juni 1,10 0,48 30 7 31 7 Juli 2,07 0,67 29 5 30 7 Agustus 1,27 0,30 31 7 31 7 September 1,54 0,71 30 7 34 8 Oktober 0,74 0,24 27 7 31 7 November 1,37 0,78 31 8 31 8 Desember 0,55 0,23 30 6 29 8 Januari 0,59 0,30 29 7 25 8 Februari 1,57 0,67 31 6 33 7 Maret 1,89 0,49 22 7 30 8

Hubungan antara parameter fisik- dijelaskan, sumbu ke dua atau Axis 2 kimiawi perairan terhadap kelimpahan dengan Eigenvalue = 0,024 mewakili fitoplankton pada setiap zona dapat 15% varian yang dijelaskan, dan sumbu dilihat pada Gambar 6. Sumbu pertama ketiga atau Axis 3 dengan Eigenvalue = atau Axis 1 dengan Eigenvalue = 0,013 0,001 mewakili 1% varian yang memodelkan 84% varian total yang dijelaskan.

Gambar 6. Hubungan fitoplankton dengan parameter fisik-kimiawi perairan pada setiap bulan di Teluk Pabean

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 139

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Peran fitoplankton sebagai makanan Jenis fitoplankton yang dominan menjadi ikan di Teluk Pabean makanan beberapa ikan tersebut yakni Nitzschia dan Pleurosigma dari kelas Ikan yang tertangkap di Teluk Bacillario-phyceae (Tabel 4). Fito- Pabean dan memakan fitoplankton plankton yang tidak dimakan oleh diantarannya yaitu ikan famili Mugilidae sembilan jenis ikan ada 13 genera yaitu (Chelon subviridis dan Moolgarda 12 genera dari kelas Bacillariophyceae engeli), famili Engraulidae (Thryssa (Amphiprora, Bacteriastrum, Ceratau- mystax, Stolephorus indicus, dan Thryssa lina, Eucampia, Ethmodiscus, Guinar- hamiltonii), famili Clupeidae (Sardinella dia, Skeletonema, Streptotheca, Thalas- gibbosa, Anadontostoma chacunda, dan sionema, Thalassiosira, dan Ceratium) Sardinella fimbriata), serta famili dan satu genera dari kelas Chryso- Gobiidae (Parapocryptes serperaster). phyceae (Dictyocha).

Tabel 4. Fitoplankton sebagai makanan ikan di Teluk Pabean Organisme Ikan Σ Kelas Genera 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Amphiprora -

Bacteriastrum -

Biddulphia √ √ 2

Cerataulina -

Chaetoceros √ √ 3 Coscinodiscus √ √ √ √ √ √ 7 Detonula √ 1

Ditylum √ 1

Eucampia -

Ethmodiscus -

Guinardia - Gyrosigma √ √ √ 4 Bacillariophyceae Hemiaulus √ √ 3 Melosira √ 1 Nitzschia √ √ √ √ √ √ √ 8 Pleurosigma √ √ √ √ √ √ √ 8 Rhabdonema √ √ √ 3

Rhizosolenia √ √ √ √ 4

Skeletonema -

Streptotheca -

Surirella -

Thalassionema -

Thalassiothrix √ 2

Thalassiosira -

Ceratium -

Dinophyceae Dinophysis √ √ 2

Peridinium √ √ 3 Cyanophyceae Trichodesmium 1 Chrysophyceae Dictyocha - Σ 12 10 2 1 1 6 3 2 7

Keterangan: Ikan 1 = Chelon subviridis/belanak jabu (Ghiffari 2017) Ikan 2 = Moolgarda engeli/belanak kanda (Ghiffari 2017) Ikan 3 = Thryssa mystax/teri (Siregar 2017) Ikan 4 = Stolephorus indicus/teri (Siregar 2017) Ikan 5 = Thryssa hamiltonii/teri (Siregar 2017) Ikan 6 = Sardinella gibbosa/tembang (Bukit 2017) Ikan 7 = Anadontostoma chacunda/selanget (Bukit 2017) Ikan 8 = Sardinella fimbriata/tembang (Karina Bukit 2017) Ikan 9 = Parapocryptes serperaster/janjan (Khoncara 2017)

140 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PEMBAHASAN kecerahan, suhu, oksigen terlarut, salini- tas, dan pH) di Teluk Pabean menun- Fitoplankton di Teluk Pabean di- jukkan perbedaan yang signifikan terha- dominasi oleh Bacillariophyceae dengan dap waktu pengamatan untuk parameter persentase sebesar 96,28%. Fitoplankton oksigen terlarut, salinitas dan pH. Hal kelas Bacillariophyceae (Diatom) meru- tersebut dikarenakan musim sangat pakan salah satu fitoplankton yang memengaruhi nilai parameter tersebut, mendominasi semua jenis fitoplankton di terutama oksigen terlarut, salinitas, dan seluruh dunia (Nybakken 1997). Peneli- pH. Hasil pengamatan menunjukkan tian kelimpahan dan sebaran fitoplankton parameter fisik-kimiawi perairan terse- yang dilakukan oleh Damar (2003), but masih sesuai untuk pertumbuhan Yuliana (2012), dan Wulandari (2014) fitoplankton di Teluk Pabean. juga menunjukkan fitoplankton kelas Kelimpahan fitoplankton tertinggi Bacillariophyceae (Diatom) yang paling di perairan Teluk Pabean ditemukan pada dominan. Bacillariophyceae me-rupakan bulan November 2016. Hal terse-but jenis fitoplankton yang paling toleran dan dikarenakan pada bulan November 2016 mampu beradaptasi dengan baik pada kecerahan perairan paling tinggi lingkungan perairannya, selain itu Bacil- dibandingkan dengan bulan lainnya lariophyceae memiliki kemampuan (Tabel 3). Ketika kecerahan tinggi maka reproduksi yang lebih besar diban- intensitas cahaya yang masuk ke pera- dingkan dengan fitoplankton kelompok iran juga akan tinggi sehingga akan lainnya (Nurfadillah dkk. 2012). meningkatkan fosintesis. Hubungan Kelimpahan fitoplankton kelas antara produktivitas primer dengan Bacillariophyceae, Dinophyceae, Cyano- intensitas cahaya memiliki korelasi yang phyceae, dan Chrysophyceae pada setiap erat (Alianto dkk. 2008). Selain itu, nilai zona tidak berbeda secara signifikan. Hal oksigen terlarut paling tinggi juga tersebut diduga karena masukan cahaya ditemukan pada bulan tersebut. Ting- yang diterima pada ketiga zona sama ginya nilai oksigen terlarut karena pada setiap penga-matan. Indonesia terjadinya proses fotosintesis pada siang merupakan negara tropis yang umumnya hari oleh fitoplankton (Simanjuntak cahaya yang diterima relatif sama pada 2009). setiap daerah. Secara signifikan kelim- Fitoplankton mempunyai peran pahan fitoplankton kelas Bacillario- penting dalam rantai makanan di pera- phyceae dan Dinophyceae serta kelim- iran karena mampu mengubah bahan pahan fitoplankton secara keseluruhan anorganik menjadi bahan organik mela- berbeda nyata pada setiap waktu lui proses fotosintesis. Bahan organik pengamatan. Waktu pengamatan tidak dari fitoplankton tersebut dimanfaatkan berpengaruh secara signifikan terhadap oleh zooplankton maupun ikan di pera- kelimpahan fitoplankton kelas Cyano- iran sebagai sumber makanan, sehingga phyceae dan Chrysophyceae. Hal terse- kelimpahan fitoplankton menjadi pen- but dikarenakan fitoplankton kelas ting bagi potensi sumber makanan ikan di Cyanophyceae hanya ditemukan pada alam. Beberapa ikan yang diteliti dan empat bulan dan kelas Chrysophyceae beberapa diantaranya pemakan fito- tiga bulan dari total sepuluh bulan waktu plankton adalah ikan famili Mugilidae, pengamatan. Selain itu kelimpahan famili Engraulidae, famili Clupeidae, dan fitoplankton kelas Cyanophyceae dan famili Gobiidae. Ikan-ikan tersebut Chrysophyceae secara statistik memiliki merupakan konsumen pertama dengan nilai rendah selama pengamatan, memanfaatkan fitoplankton sebagai ma- sehingga waktu pengamatan tidak kanannya serta berfungsi sebagai berpengaruh terhadap kelimpahan kedua penghubung antara produsen dengan fitoplankton tersebut. konsumen yang lebih tinggi dalam trofik Analisis ragam keenam parameter makanan. fisik-kimiawi perairan (kedalaman,

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 141

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Ikan famili Mugilidae, famili kan satu genera fitoplankton dari total 29 Engraulidae, famili Clupeidae, dan famili genera yang ditemukan di Teluk Pabean Gobiidae tidak hanya memanfaatkan selama sepuluh bulan penga-matan. Hal fitoplankton sebagai makanannya. Se- tersebut dikarenakan ikan Stolephorus lain memakan fitoplankton, ikan famili indicus dan ikan Thryssa hamiltonii Mugilidae juga memanfaatkan organis- merupakan ikan famili Engraulidae yang me dasar, makroalgae, plankton, dan sebagian besar menyaring zooplankton bahan organik lainnya seperti FPOM sebagai maka-nannya, sehingga kedua (Fine Particulate Organic Matter) atau ikan tersebut lebih banyak memakan bahan organik halus dan CPOM (Coarse zooplankton dibandingkan dengan fito- Particulate Organic Matter) atau bahan plankton. organik kasar (Isangedighi dkk. 2009). Ikan famili Clupeidae selain memakan KESIMPULAN fitoplankton juga memakan zooplankton. Kelimpahan fitoplankton tidak Simbolon dkk. (2010) menyatakan bahwa berbeda pada setiap zona, tetapi berbeda ikan teri (Stolephorus spp.) dari famili antar waktu pengamatan. Fitoplankton Engraulidae memangsa zoo-plankton yang ditemukan di Teluk Pabean sebagai makanan utamanya sebesar didominasi oleh kelas Bacillariophy- (94%) sedangkan fitoplankton hanya 6%. ceae. Jenis fitoplankton yang banyak Tidak semua jenis fitoplankton dimanfaatkan oleh ikan-ikan di perairan yang ditemukan dimakan oleh sembilan Teluk Pabean adalah Nitzschia dan jenis ikan tersebut. Jenis Nitzschia dan Pleurosigma. Pleurosigma dari kelas Bacillario- phyceae merupakan jenis yang paling DAFTAR PUSTAKA banyak dimakan oleh beberapa ikan yang disebut diatas. Nitzschia dan Pleuro- Alianto, Adiwilaga EM, Damar A. 2008. sigma merupakan jenis fito-plankton Produktivitas primer yang dimakan oleh delapan ikan dari total fitoplankton dan keterkaitan-nya sembilan ikan yang tertangkap dan dengan unsur hara dan cahaya di memakan fitoplankton di Teluk Pabean. perairan Teluk Banten. Jurnal Jenis fitoplankton yang tidak Ilmu-ilmu Perairan dan dimakan oleh beberapa ikan yang Perikanan Indonesia, 15(1): 21– ditangkap di Teluk Pabean ada 13 genera 26. dari 29 genera fitoplankton yang ditemukan, yaitu 12 genera dari kelas APHA. 2012. Standard Methods for the Bacillariophyceae (Amphiprora, Bacte- Examination of Water and Waste riastrum, Cerataulina, Eucampia, Water 22nd Edition. Ohio, Ethmodiscus, Guinardia, Skeletonema, AWWA; WEA. 1496 p. Streptotheca, Thalassionema, Thalas- Bukit STA. 2017. Ekologi trofik ikan siosira, dan Ceratium) dan satu genera famili Clupeidae di Teluk dari kelas Chrysophyceae (Dictyocha). Pabean, Indramayu. Prosiding Tetapi tidak menutupkemungkinan jenis Masyarakat Iktiologi Indone- fitoplankton tersebut dimakan oleh ikan sia. inprocess. lain dari banyak ikan yg ada di Teluk Pabean. Chihara M, Murano M. 1997. An Ikan yang paling banyak mema- Illustrated Guide to Marine kan jenis fitoplankton yaitu ikan Chelon Plankton in Japan. Tokyo, Tokai subviridis dari famili Mugilidae. Ikan University Press. 1547 p. Chelon subviridis memakan 12 jenis fitoplankton dari 29 genera yang ditemukan. Hal tersebut berbeda dengan Damar A. 2003. Effects of enrich-ment ikan Stolephorus indicus dan ikan on nutrient dynamics, phyto- Thryssa hamiltonii yang hanya mema-

142 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

plankton dynamics and produc- Simanjuntak M. 2009. Hubungan faktor tivity in Indonesian tropical lingkungan kimia, fisika terha- waters : a comparison between dap distribusi plankton di pera- , Lam-pung Bay and iran Belitung Timur, Bangka Semangka Bay. Berichte aus Belitung. Jurnal Perikanan, dem Forschungs-und Tecnolo- 11(1): 31–45. giezentrum Weskute der Uni- versitat Kiel. Busun. 249 p. Simbolon D, Sondita MFA, Amiruddin. 2010. Komposisi isi saluran Davis. 1955. The Marine and Fresh- pencernaan ikan teri (Stole- Water Plankton. Hiroshima, phorus spp.) di perairan Barru, Michigan State University Press. Selat Makas-sar. Jurnal Ilmu 562 p. Kelautan. 15(1): 7–16. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Wulandari DY, Pratiwi NTM, Adiwilaga Bagi Pengelolaan Sumber Daya EM. 2014. Distribusi spasial dan Lingku-ngan Perairan. fito-plankton di perairan pesisir Yogyakarta, Kanisius. 244 p. Tangerang (Spatial distri-bution of phytoplankton in the coast of Ghiffary GADA. 2017. Ekologi trofik Tangerang). Jurnal Ilmu ikan belanak (Famili: Mu- Pertanian Indonesia (JIPI), gilidae) di Teluk Pabean, Jawa 19(3): 156-162. Barat. Jurnal Iktiologi Indo- nesia. inprocess. Yamaji I. 1979. Illustrations of the Marine Plankton of Japan. Isangedighi IA, Udo PJ, Ekpo IE. 2009. Japan, Hoikusha Publishing Co Diet composition of Mugil Ltd. 537 p. cephalus (pisces: mu-gilidae) in the cross river estuary, Niger Yuliana, Adiwilaga EM, Harris E, Delta, Nigeria. Nigerian Journal Pratiwi NTM. 2012. Hubu-ngan of Agri-culture, Food, and Envi- antara kelimpahan fitoplankton ronment, 5(2-4): 10-15. dengan parameter fisik-kimia perairan di Teluk Jakarta. Jurnal Khoncara AC. 2017. Ekologi trofik ikan Akuatika, 3(2): 169–79. famili Gobidae di Teluk Pabean, Indramayu. Prosiding Masyarakat Iktiologi Indone- sia. inprocess. Nontji. 2008. Plankton Laut. Jakarta,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 331 p.

Nurfadillah, Damar, Adiwilaga. 2012. Komunitas fitoplankton di pera- iran Danau Laut Tawar Kabu- paten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Depik,1(2): 93–98. Nybakken JW. 1997. Marine Biology: An Ecological App-roach. 4 ed. California, Addison-Wesley Educational Publishers Inc. 579

p.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 143

Andriani et.al: Kelimpahan Fitoplankton dan Peranannya p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

144 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

HAMBUR BALIK AKUSTIK PERMUKAAN SUBSTRAT DASAR PERAIRAN MENGGUNAKAN ECHOSOUNDER BIM TUNGGAL

Surface Backscattering Strength of Seabed Substrate Using Single Beam Echosounder

Baigo Hamuna1, Lisiard Dimara1, Sri Pujiyati2, Nyoman Metta N. Natih2

1Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA UNCEN, Jayapura, 99351, Indonesia 2Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB, Bogor, 16680, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai hambur balik permukaan dasar perairan berupa pasir dan lumpur. Echosounder bim tunggal Simrad EK15 frekuensi 200 kHz digunakan untuk perekaman hambur balik akustik permukaan dasar perairan. Pengambilan data dilakukan pada bulan tanggal 29 April – 2 Mei 2017 yang berlokasi di perairan Teluk Yos Sudarso, Kota Jayapura Provinsi Papua. Pengambilan contoh substrat digunakan untuk data validasi menggunakan sedimen grab. Hasil penelitian ini menggambarkan nilai rata-rata hambur balik permukaan substrat perairan pasir bervariasi antara -37.48 dB sampai -36.03 dB, dan lumpur bervariasi antara -46.98 dB sampai -45.15 dB. Hal ini juga menunjukkan bahwa substrat pasir memiliki tingkat kekerasan dan ukuran butir yang lebih besar dibandingkan jenis substrat lumpur substrat. Secara akustik, nilai hambur balik permukaan pasir akan lebih tinggi dibandingkan lumpur.

Kata kunci: Hambur Balik Permukaan, Pasir, Lumpur, Echosounder Bim Tunggal

ABSTRACT The objectives of this research are to analyze the surface backscattering strength of seabed. The single beam echosounder Simrad EK15 with 200 kHz of frequencies was used for recordings of seabed acoustic backscattering. Data collection was conducted in April 29 – Mei 2 2017 which located in the , Jayapura, Papua Province. Sampling substrate was taken for ground truth data using sediment grab. The results show that average value of surface backscattering strength of sand varied between -37.48 dB up -36.03 dB, and mud varied between -46.98 dB up -45.15 dB. It shows also that sand has a high substrate roughness, hardness, and grain size larger than the type of mud substrate. In acoustic backscattering values of sand were greater than mud.

Key words: Surface Scattering, Sand, Mud, Single Beam Echosounder

PENDAHULUAN bidang hidroakustik terus mengalami perkembangan yang signifikan. Teknologi hidroakustik meman- Berdasarkan teori dan formula faatkan pencarian bawah laut dengan hidroakustik, teknik ini sekarang telah suara yang kuat untuk mendeteksi, dimanfaatkan untuk melakukan survei mengamati dan menghitung parameter klasifikasi dan pemetaan dasar perairan. fisik dan biologi. Teknologi hidroakustik Dimana dasar perairan memiliki kom- merupakan metode yang populer digu- posisi yang sangat kompleks mulai dari nakan selama bertahun-tahun dalam sur- substrat berukuran kecil sampai batu- vei sumber daya perikanan. Penelitian di batuan seperti pasir, lumpur, lempung, karang dan patahan karang. Metode

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 145

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

hidroakustik mampu melakukan pengu- akurasi tinggi baik dalam resolusi maupun kuran terhadap besar kecilnya pantulan presisi hasil. dasar perairan dari berbagai tipe partikel. Penelitian ini bertujuan untuk Gelombang akustik yang terjadi pada menganalisis nilai hambur balik akustik permukaan antara kolom air dan dasar laut permukaan dasar perairan, yang berupa yang mencakup pantulan dan pembauran pasir dan lumpur dengan menggunakan pada daerah tersebut dan transmisi pada echosounder bim tunggal. Dengan me- medium kedua. Proses ini secara umum ngetahui nilai hambur balik akustik dasar ditentukan oleh beda impedansi akustik perairan, maka akan memberikan kemu- antara kedua medium tersebut (Siwabes- dahan dalam proses identifikasi substrat sy, 2001). dasar perairan secara akustik tanpa harus Konsep scattering strength di- melakukan pengambilan sampel dasar munculkan untuk mengkuantifikasi perairan. Hasil penelitian ini diharapkan scattering yang berasal dari dasar laut dapat menjadi tambahan database nilai maupun permukaan laut, sedangkan hambur balik akustik dasar perairan. backscattering strength merujuk pada bagian dari gelombang akustik yang METODE PENELITIAN dipantulkan kembali ke arah pemancar Waktu dan Lokasi pada sistem sonar monostatik (Urick, 1983). Kekuatan energi akustik yang Perekaman data akustik dilaksa- dipantulkan dari dasar perairan meng- nakan pada tanggal 29 April – 2 Mei 2017 gunakan SBES telah digunakan untuk dengan lokasi di perairan Kota Jayapura mengklasifikasikan jenis dasar perairan Provinsi Papua. Lokasi pengambilan data dalam Acoustics Discrimination System terdiri dari 3 lokasi. Lokasi 1 terletak di (ADS). Hasil kuantifikasi pantulan perairan Muara Tami terdiri dari 5 stasiun akustik dasar perairan menunjukkan ada- yang mewakili substrat lumpur, lokasi 2 di nya perbedaan energi pantulan balik perairan Enggros yang terdiri dari 2 akustik dari sedimen dasar perairan se- stasiun yang mewakili substrat pasir, dan perti pasir, lumpur dan lempung (Manik, lokasi 3 di sekitar Pulau Kosong yang 2012; Ningsih dkk., 2013). Selain itu, terdiri dari 3 stasiun yang mewakii terdapat perbedaan kekuatan hambur balik substrat pasir (Gambar 1). permukaan antara substrat pasir dengan berbagai tipe pertumbuhan karang dan Pengambilan Data patahan karang (Hamuna dkk., 2014). Perekaman data akustik dilakukan Salah satu instrumen dalam menggunakan instrumen hidroakustik sis- menentukan kuat hambur balik akustik tem bim tunggal SIMRAD EK15 (spesi- adalah echounder bim tunggal. Echo- fikasi pada Tabel 1) yang dioperasikan sounder bim tunggal merupakan ins- pada tiap stasiun penelitian. Perekaman trumen hidroakustik yang paling seder- data akustik dilakukan secara stasioner hana yang hanya memancarkan bim pada kondisi kapal dalam keadaan diam tunggal untuk mendeteksi target yang selama 5 sampai 10 menit. Pengambilan dilaluinya. Walaupun memiliki keter- contoh diusahakan tepat berada di bawah batasan dibandingkan echosounder lain- transducer menggunakan sedimen grab nya, menurut Anderson dkk. (2008) terda- (20 x 20 cm) yang ke-mudian contoh pat beberapa kelebihan penggunaan substrat dasar perairan tersebut disimpan echosounder bim tunggal untuk survei dalam kantung plastik untuk dianalisis substrat dasar perairan yang meliputi lebih lanjut. Tekstur substrat dan densitas ketersediaan alat dan telah digunakan dari substrat tersebut akan digunakan secara luas, efisiensi dan prosedur pengo- sebagai data in situ sekaligus sebagai data lahan data yang standar, pengoperasian pembanding dari hasil data perekaman alat yang relatif mudah serta tingkat akustik.

146 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Tabel 1. Spesifikasi SIMRAD EK15 pantulan akustik dasar perairan yang diperoleh terdiri dari data pantulan Parameter Keterangan Spesifikasi alat: pertama (E1) dan pantulan kedua (E2). Tipe transduser Single beam Proses membedakan echo pantulan Frekuensi 200 kHz akustik dari beberapa tipe dasar perairan Ping rate >40 Hz dilakukan dengan mengkuantifikasi sinyal Durasi pulsa 80 – 1240 µs echo yang diperoleh untuk menghasilkan Lebar beam 26o suatu data berdasarkan nilai rata-rata Output power 45 W pantulan akustik dasar perairan. Dalam penelitian ini, nilai pantu- Pengoperasian alat: lan dasar perairan yang digunakan adalah Kecepatan suara 1512,68 m/s nilai E1. Nilai E1 diolah menggunakan (lokasi 1) 1545,87 m/s threshold minimal -50.00 dB dan maksi- (lokasi 2 dan 3) mum 0 dB. Satuan dasar pencuplikan (Elementary Sampling Unit, ESU) yang Panjang pulsa suara 0.16 ms digunakan pada proses pengolahan data untuk mengetahui nilai pantulan akustik Koefisien absorbsi 0.01895 dB/m dasar perairan adalah 100 ping. Ketebalan (lokasi 1) integrasi nilai E1 sebesar 0.2 meter yang 0.05133 dB/m disesuaikan dengan ketebalan pengam- (lokasi 2 dan 3) bilan contoh substrat dasar perairan. Berdasarkan Johanesson dan Mitson Transduser gain 14.2 dB (1983) bahwa prinsip dasar perhitungan

nilai SV perbandingan antara energi yang Analisis Data hasilkan oleh instrumen akustik dengan Nilai hambur balik akustik dasar energi yang dipantulkan oleh objek yang perairan (SV) diekstrak menggunakan dapat dinyatakan seperti persamaan perangkat lunak Echoview 4.0. Data berikut:

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 147

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

I SV [dB] = 10log r (1) Dimana: Ii Φ : instantaneous equivalent beam angle for surface scattering Dimana: Ψ : equivalent beam angle for volume Ir : energi hambur balik dari satuan scattering volume objek pada jarak 1 meter c : kecepatan suara Ii : energi yang mengenai objek τ : panjang pulsa

Surface backscattering strength HASIL DAN PEMBAHASAN (SS) merupakan model yang dikem- bangkan untuk mengetahui nilai hambur Deteksi Dasar Perairan Secara Akustik balik dari permukaan dasar perairan. Setiap pulsa akustik (echo) yang Berdasarkan persamaan dari Manik dkk. dipancarkan dan dipantulkan oleh target me- (2006) bahwa nilai SV diperoleh dengan ngandung berbagai informasi. Masing-masing menghubungkan nilai surface back- pantulan akan memberikan informasi yang scattering coefficient (Ss) dan bottom berbeda sesuai dengan bentuk morfologi dasar volume backscattering coefficient (Sv) perairan. Gambar 2 menyajikan echogram sesuai persamaan: hasil perekaman akustik dasar perairan. Echo- gram merupakan tampilan grafis rekaman SsΦ yang dihasilkan oleh echosounder, sebagai Sv = cτ (2) fungsi waktu, kekuatan echo dan waktu yang Ψ( ) 2 dibutuhkan echo untuk kembali. Pada echo- gram, skala warna menunjukkan sebaran nilai

pantulan balik akustik target. Nilai piksel yang Pada puncak echo dasar perairan, tinggi (berdasarkan warna) akan menunjukkan nilai integrasi Ψ ≈ Φ sehingga persamaan pemantulan dari target yang keras, sedangkan diatas menjadi (Manik dkk., 2006): piksel yang rendah merupakan pengembalian yang lemah dan pembelokkan sinyal untuk cτ Ss = Sv (3) target yang halus atau lembut. Menurut 2 Preston dkk. (2000) bahwa echogram dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dari target yang terdeteksi dan dapat berguna Sehingga diperoleh nilai SS untuk klasifikasi dasar perairan. menggunakan persamaan berikut:

SS [dB] = 10log Ss (4)

Gambar 2. Echogram hasil perekaman data akustik pada echoview dengan threshold -50 dB

148 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 3 menyajikan pola duser, sedangkan E2 merupakan gema penjalaran sinyal akustik (echo envelope) yang berasal dari dasar perairan kemudian yang terekam. Berdasarkan echo pantulan kembali ke transduser tetapi dipantulkan akustik yang terekam oleh transduser, oleh permukaan perairan atau kapal dan pola perambatan sinyal akustik meng- kembali ke dasar perairan dan kemudian gambarkan energi pantulan yang berasal dipantulkan kembali lagi ke transduser. dari dasar perairan yang berupa pantulan Selain itu, terdeteksi juga zona near field pertama (E1) dan pantulan kedua (E2). yang dekat dengan permukaan perairan. Puncak sinyal E1 lebih tinggi diban- Pada zona near field tersebut biasanya dingkan puncak sinyal E2. Puncak- terjadi fluktuasi energi yang tidak stabil puncak sinyal tersebut menunjukkan dari transduser, sehingga zona near field bahwa nilai pada E1 lebih tinggi dari E2. merupakan zona yang tidak ideal untuk Menurut Penrose dkk. (2005), E1 meru- dilakukan analisis pantulan akustik dari pakan gema yang berasal dari dasar suatu target. perairan yang langsung diterima trans-

Gambar 3. Grafik energi hambur balik dasar perairan hasil rekaman akustik

Nilai piksel yang tinggi akan perairan dan dasar perairan) sehingga menunjukkan pemantulan dari target yang menyebabkan kehilangan energi lebih keras, sedangkan yang rendah merupakan banyak akibat proses absorpsi pada E2. pengembalian yang lemah dan pembe- Gambar 4 berikut menampilkan lokkan sinyal untuk target yang halus atau bentuk echogram dasar perairan yang lembut. Terlihat pada pada Gambar 2 dan berbeda dari hasil rekaman akustik dasar Gambar 3 bahwa nilai E1 lebih tinggi dari perairan yaitu substrat pasir dan substrat nilai E2. Perbedaan tersebut dapat dise- lumpur. Terdapat perbedaan warna echo- babkan oleh beberapa faktor antara lain gram hasil rekaman akustik dari kedua berkurangnya energi pantulan karena tipe substrat tersebut. Kondisi ini disebab- pengaruh jarak, penyerapan energi oleh kan karena semakin keras atau lunaknya medium serta penyebaran energi pada dasar perairan akan memberikan pengaruh medium. E1 terbentuk dari satu kali terhadap intensitas pantulan akustik yang pantulan sedangkan E2 dapat terbentuk akan dikembalikan. lebih dari satu kali pantulan (permukaan

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 149

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 4. Bentuk echogram (E1) substrat pasir (kiri) dan substrat lumpur (kanan) yang diolah dengan threshold -50 dB

Surface Backscattering Strength SS diperoleh dari puncak nilai echo Surface backscattering strength pantulan permukaan dasar perairan. Tabel (SS) merupakan perbandingan antara 2 berikut menyajikan hasil kuantifikasi kekuatan intensitas suara yang dipan- nilai SS substrat dasar perairan berupa tulkan dengan intensitas suara yang pasir dan lumpur. mengenai permukaan dasar perairan. Nilai

Tabel 2. Nilai rata-rata surface backscattering strength pasir dan lumpur pada stasiun penelitian Stasiun Lokasi Kedalaman (m) SV (dB) SS (dB) Tipe substrat 1 Muara Tami 5.3 -35.99 -45.16 Lumpur berpasir 2 Muara Tami 18.2 -37.49 -46.66 Lumpur 3 Muara Tami 12.5 -37.81 -46.98 Lumpur 4 Muara Tami 8.9 -37.73 -46.90 Lumpur 5 Muara Tami 5.5 -37.44 -46.61 Lumpur 6 Enggros 6.1 -28.12 -37.19 Pasir halus 7 Enggros 4.5 -28.40 -37.48 Pasir halus 8 Pulau Kosong 4.3 -27.36 -36.44 Pasir kasar 9 Pulau Kosong 4.6 -27.96 -36.03 Pasir kasar 10 Pulau Kosong 7.8 -28.02 -37.10 Pasir kasar

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bah- patan suara dan koefisien absorbsi dalam wa nilai SS lebih rendah dibandingkan perairan. nilai SV. Hal ini disebabkan karena nilai Hasil yang diperoleh menunjukkan SS merupakan nilai pantulan akustik dari bahwa terdapat perbedaan antara inten- permukaan dasar perairan saja, sedangkan sitas nilai SS yang dihasilkan oleh substrat SV merupakan nilai pantulan dasar dasar perairan pasir dan lumpur, begi- perairan mulai permukaan sampai kedala- tupun antara pasir halus dengan pasir yang man 0,2 meter (tergantung pada keda- agak kasar. Hal ini menandakan bahwa laman intergrasi). Perbedaan atau rasio tingginya tingkat penetrasi dan pantulan selisih nilai SV dan SS pada lokasi (refleksi) dasar perairan juga dipengaruhi penelitian berkisar antara -9.17 dB hingga oleh jenis sedimen. Keras atau lunaknya -9.08 dB, dimana selain disebabkan oleh dasar perairan akan memberikan pengaruh tipe substrat, juga dipengaruhi parameter terhadap intensitas pantulan yang di- oseanografi perairan seperti suhu, Sali- kembalikan, dimana dasar perairan yang nitas dan pH perairan yang digunakan keras memiliki pantulan yang lebih besar sebagai parameter kalibrasi yang akan dari dasar perairan yang halus dan berpengaruh terhadap cepat rambat kece- seterusnya (Siwabessy, 2001; Hamilton, 2001). Selain itu, permukaan dasar

150 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

perairan yang kasar akan menyebabkan dasar perairan pasir dan lumpur hasil gema meluruh secara perlahan, sementara penelitian ini tidak berbeda dibandingkan permukaan yang rata akan menyebabkan dengan beberapa hasil penelitian yang gema meluruh secara cepat (Boulton and telah dilakukan, dimana nilai SS substrat Wyness, 2001). dasar perairan pasir selalu lebih tinggi Perbedaan ukuran butiran pasir atau dibandingkan SS dasar perairan lumpur. substrat dasar perairan lainnya juga akan mempengaruhi intesitas nilai SS yang KESIMPULAN dipantulkan, dimana pasir ukuran butiran Secara akustik semakin besar yang lebih besar akan memberikan nilai ukuran butir substrat dasar perairan, maka SS yang lebih tinggi dibandingkan pasir semakin tinggi nilai hambur balik akustik yang memiliki ukuran butiran yang lebih yang terdeteksi. Nilai SS dasar perairan kecil. Substrat pasir yang kasar akan berupa pasir lebih tinggi dibandingkan SS memiliki tingkat kekasaran, kekerasan dasar perairan berupa lumpur, dimana dan ukuran diameter fraksi lebih besar nilai SS dasar perairan pasir berkisar dari pada substrat pasir halus, pasir antara -37.48 dB sampai -36.03 dB berlumpur dan lumpur. Secara akustik sedangkan nilai SS dasar perairan lumpur semakin besar ukuran butir substrat berkisar antara -46.98 dB sampai 45.15 semakin tinggi nilai SS yang terdeteksi. dB. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Pujiyati dkk. (2010) dan Ningsih dkk. UCAPAN TERIMA KASIH (2013) bahwa ukuran butiran substrat sangat mempengaruhi nilai hambur balik Ucapan terima kasih penulis atas dasar perairan. Semakin besar ukuran bantuan Hibah Penelitian Kerjasama butiran umumnya akan semakin besar Antar Perguruan Tinggi (PKPT) Kemen- tingkat kekasaran dan kekerasan dari tipe ristekdikti Tahun Anggaran 2017. Artikel substrat dasar perairan sehingga dapat ini merupakan salah satu bagian dari hasil menghasilkan energi pantulan akustik penelitian Aplikasi Hidroakustik Untuk yang lebih besar dari tipe substrat dengan Pemetaan Substrat Dasar Perairan dan ukuran butiran yang lebih kecil. Kaitannya Dengan Pendugaan Sebaran Hasil penelitian Ningsih dkk. Habitat Ikan Demersal Di Perairan Teluk (2013) mendapatkan nilai SS pasir ber- Yos Sudarso, Jayapura-Papua. Penulis kisar antara -12.97 dB sampai -13.96 dB juga ingin mengucapkan terima kasih dan lumpur -19.25 dB sampai -30.87 dB, kepada Balai Riset Perikanan Laut sedangkan penelitian Bemba (2011), SS (BRPL) Jakarta yang telah meminjamkan pasir adalah -22.67 dB. Perbedaan nilai SS instrumen Simrad EK15. tersebut dengan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh penggunaan instrumen DAFTAR PUSTAKA dan frekuensi yang berbeda, dimana Anderson, J.T., Holliday, D.V., Kloser, kedua penelitian tersebut menggunakan R., Reid, D.G., Simard, Y., 2008. echosounder Simrad EY 60 frekuensi 120 Acoustic Seabed Classification: kHz. Menurut Chakraborty dkk. (2007) Current Practice and Future bahwa pada penggunaan dual frekuensi Directions. ICES Journal of Marine instrumen akustik akan memberikan hasil Science, 65, 1004-1011. yang berbeda, frekuensi yang rendah akan memberikan nilai pantulan akustik yang Bemba, J., 2011. Identifikasi dan klasi- lebih tinggi dibandingkan frekuensi yang fikasi Lifeform Karang Menggu- tinggi pada dasar perairan yang sama. nakan Metode Akustik. Tesis. Faktor lain yang diduga dapat menye- Sekolah Pasca Sarjana, Institut babkan perbedaan nilai SS adalah kondisi Pertanian Bogor. Bogor. perairan tersebut yang meliputi parameter fisik dan kimia perairan serta kondisi dasar perairan. Trend nilai SS substrat

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 151

Hamuna et.al: Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Boulton, B., Wyness, R., 2001. Annual Penrose, J.D, Siwabessy, P.J.W., Report: Sangachal Seabed Mapping Gavrilov, A., Parnum, I., Hamilton, Survey. London: BP. L.J., Bickers, A., Brooke, B., Ryan, D. A., Kennedy, P., 2005. Acoustics Chakraborty, B., Mahale, V., Navelkar, Techniques for Seabed Classifica- G., Rao, B.R., Prabhudesai, R.G., tion. Technical Report 32, Sep- Ingole, B., Janakiraman, G., 2007. tember 2005. Cooperative Research Acoustic Characterization of Sea- Centre for Coastal Zone Estuary floor Habitats on the Western and Waterway Management. Continental Shelf of India. ICES Journal of Marine Science, 64, 551- Preston, J.M, Rosenberger, A., Collins, 558. W.T., 2000. Bottom Classification in Very Shallow Water. In: Hamilton, L.J., 2001. Acoustics Seabed OCEANS 2000 MTS/IEEE Confe- Classification System. Fishermans rence and Exhibition, 1563-1567. Bend, Victoria (AU): DSTO Aeronautical and Maritime Re- Pujiyati, S., Hartati, S., Priyono, W., 2010. search Laboratory. Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, dan Kekerasan Dasar Perairan Hamuna, B., Pujiyati, S., Hestirianoto, T., Terhadap Nilai Hambur Balik Hasil 2014. Karakterisasi Pantulan Akus- Deteksi Hydroakustik. Jurnal Ilmu tik Karang Menggunakan Echo- dan Teknologi Kelautan Tropis, sounder Single Beam. Jurnal 2(1), 59–67. Integrasi, 6(2), 129-133. Siwabessy, P.J.W., 2001. An Inves- Johannesson, K.A., Mitson, R.B., 1983. tigation of the Relationship between Fisheries Acoustic A Practical Seabed Type and Benthic and Manual for Acoustic Biomass Bentho-Pelagic Biota Using Aco- Estimation. Roma: FAO Fisheries ustic Techniques. Dissertation. The Technical Paper. Curtin University of Technology, Australia. Manik, H.M., Furusawa, M., Amakasu, K., 2006. Measurement of Sea Urick, R.J., 1983. Principles of Under- Bottom Surface Backscattering water Sound, 3rd ed. McGraw-Hill Strength by Quantitative Echo- Publishing, New York. sounder. Fisheries Science, 72, 503- 512.

Manik, H.M., 2012. Seabed Identification and Characterization Using Sonar. Advances in Acoustics and Vibra- tion. Hindawi Publishing Corpo- ration. Volume 2012, Article ID 532458, 5 pages.

Ningsih, E.N., Supriyadi, F., Nurdawati, S., 2013. Pengukuran dan Analisis Nilai Hambur Balik Akustik Untuk Klasifikasi Dasar Perairan Delta Mahakam. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19(3), 139- 146.

152 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

KONTRIBUSI PENDAPATAN KELOMPOK USAHA PEREMPUAN PESISIR DALAM PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN DI MANOKWARI

Income Contribution of Indigenous Women in Coastal Area of Manokwari in Fishery Products

Selvi Tebaiy1*, Juliana Leiwakabessy1, Eddy T Wambrauw2

1 Jurusan Perikanan, FPIK UNIPA, Manokwari, 98314, Indonesia 2 Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK, UNIPA, Manokwari, 98314, Indonesia * Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK Perempuan pesisir Manokwari memiliki lima macam usaha diantaranya pengolahan bakso dan kerupuk, ikan asin, ikan asar, abon ikan dan wisata kuliner. Penelitian ini dilakukan di pesisir Kabupaten Manokwari pada Agustus - Desember 2015. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis-jenis usaha di sektor perikanan yang dilakukan perempuan pesisir Manokwari serta kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Metode wawancara digunakan terhadap 38 responden perempuan pesisir Manokwari sesuai jenis usaha yang ditekuni. Data yang diperoleh, dianalisis dengan metode deskriptif kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik dan persentase. Dari jenis usaha yang ditekuni perempuan pesisir Manokwari diperoleh pendapatan rata-rata tertinggi adalah usaha olahan bakso dan yaitu sebesar Rp. 10,460,000.00 per month/kelompok, dan terendah adalah pelaku usaha ikan asin sebesar Rp. 4,895,000,00 per bulan/kelompok. Kontribusi pendapatan Rumah Tangga Perikanan sebesar 80% disumbangkan oleh kegiatan pengolahan hasil perikanan. Hasil ini membuktikan bahwa perlu ada pendampingan kelembagaan usaha mikro dan penyediaan pasar yang memadai bagi keberlangsungan usaha.

Kata kunci: perempuan pesisir, manokwari, pendapatan, pengolahan hasil perikanan

ABSTRACT Indigenous women who lives in Manokwari coastal area have five field of economic livelihoods activities such as fish ball and fish crackers, salted dry fish, smoked fish, spicy shredded fish and local culinary tourism. A field research was done in several sites of coastal area of Manokwari during August to December 2015. The objective of this research is to explore and define types of economic livelihood activities by Indigenous women and its contribution on household income. Involving 38th respondents with using questionnaire method did interviews. Analyzed data using statistic descriptive. Based on this research is found that fish ball and fish crackers were higher per month than others, i.e. IDR 10.460.000,00 per month/group. The lowest income was salted dried fish, i.e. IDR 4.895.000 per month/group. About 80% the main contribution of the fisheries sector is from fish product. In Addition, based on this research also show that it needs an effort to empower small-scale unit business and market availability for sustainability business in Manokwari.

Key words: coastal women, manokwari, income, fish products

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 153

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PENDAHULUAN Keterlibatan wanita nelayan mengandung resiko untuk lebih meman- Masyarakat nelayan memiliki ka- faatkan waktunya baik sebagai ibu rakteristik yang berbeda dari masyarakat rumah tangga, tenaga kerja dalam usaha lainnya. Hal ini membuat mereka harus perikanan maupun di luar usaha peri- memiliki strategi yang berbeda untuk kanan. Wanita mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhannya. Lingkungan untuk ikut serta melaksanakan kegiatan fisik nelayan mempunyai karakteristik baik untuk kesejahteraan keluarganya yang berbeda dengan petani, Istiana juga untuk masyarakat (Zen, 2008). Jika (2007). Sumberdaya perikanan mempu- dilihat dari kebutuhan pasar tenaga kerja nyai sifat sulit diramal serta sasaran di Indonesia terus mengalami perkem- target operasi penangkapannya bersifat bangan selama tahun 2014 dan 2015, di dinamis. mana pekerjaan mengalami pertum- Hal ini membuat usaha perikanan buhan sedangkan pengangguran terbuka mempunyai resiko kerusakan dan keru- mengalami pe-nurunan. gian yang tinggi serta pola pendapatan Fluktuasi penyerapan tenaga kerja yang fluktuatif. Pendapatan usaha tang- masih terus belangsung disebabkan kap nelayan sangat berbeda dengan jenis selain oleh siklus musim (seasonal usaha lainnya, seperti pedagang atau unemployment), juga karena fenomena bahkan petani. Jika pedagang dapat pengangguran struktural (structural mengkalkulasikan keuntungan yang di- unemployment) daripada pengangguran perolehnya setiap bulannya, begitu pula tetap. Situasi tersebut dipicu oleh petani dapat memprediksi hasil panen- ketersediaan lapangan kerja yang belum nya, maka tidak demikian dengan sesuai dengan bidang keahlian pencari nelayan yang kegiatannya penuh dengan kerja. ketidakpastian (uncertainty) serta bersi- Tren ini menunjukkan persoalan fat spekulatif dan fluktuatif, Wahyono struktural di pasar tenaga kerja Indone- dkk. (2001) dan Kusnadi (2007). Dalam sia, dan menegaskan pentingnya kebi- kondisi ini keberadaan perempuan jakan dan program pasar tenaga kerja sebagai penyokong kebutuhan ekonomi untuk memfasilitasi alat kelengkapan rumah tangga sangat diperlukan me- pasar tenaga kerja dengan menyediakan ngingat penghasilan nelayan tidaklah layanan pekerjaan dan manfaat terkait menentu. bagi pekerja yang masih menganggur. Kegiatan perikanan umumnya Angka pengangguran terbuka didominasi oleh kaum pria. Peran tradi- cenderung menurun selama beberapa sional pria sebagai nelayan menye- tahun terakhir ini, dan angka ini diper- babkan mereka dianggap lebih layak kirakan di bawah 6 persen pada 2014. mendominasi sektor perikanan, semen- Ini menunjukkan bahwa target pengu- tara kaum perempuan tinggal di rumah rangan pengangguran terbuka menjadi 5 sebagai pengasuh dan perawat keluarga. hingga 6 persen, sebagaimana yang dite- Dengan berkembangan teknologi dan tapkan dalam Rencana Pembangunan tuntutan ekonomi keluarga maka kaum Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014, perempuan juga telah berpartisipasi sudah berhasil tercapai. Meskipun demi- dalam kegiatan pengolahan dan pen- kian, pengangguran terbuka masih men- jualan hasil tangkapan. Aspek lain yang jadi tantangan, terutama bagi kalangan juga dilakukan oleh kaum perempuan muda, khususnya bila terjadi kemun- adalah adanya kontribusi dalam eko- duran ekonomi. nomi rumah tangga perikanan (Harper Penurunan angka pengangguran dkk., 2013). terbuka masih menyisakan persoalan lain, terutama dalam hal distribusi peran

154 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

yang masih bias gender. Hasil yang di- Jenis usaha yang dilakukan pe- capai laki-laki dan perempuan masih rempuan pesisir pada umumnya adalah tidak merata (ILO, 2015). Sebagai usaha tanaman pangan, perkebunan, pe- contoh, di pasar tenaga kerja, segregasi rikanan, peternakan, pertambangan ga- pekerjaan untuk laki-laki dan perempuan lian, industri, perdagangan, kontruksi masih terlihat jelas, di mana banyak atau bangunan dan jasa angkutan perempuan melakukan pekerjaan dengan (Kusnadi, 2014). Di Manokwari selain upah yang lebih rendah dan prospek usaha dibidang perikanan, perempuan pengembangan karir yang lebih terbatas. pesisir juga mengusahakan tanaman Tingkat partisipasi perempuan dalam pangan, peternakan, perdagangan dan angkatan kerja masih sangat rendah, juga pertanian. dimana banyak perempuan dilaporkan Berdasarkan hal hal yang telah melakukan kegiatan yang terkait dengan dijabarkan dalam latar belakang maka tanggung jawab keluarganya secara penelitian ini bertujuan untuk: (1) me- penuh. Meskipun demikian, sepanjang ngetahui jenis-jenis usaha di sektor tahun ini, ada banyak perempuan yang perikanan yang dilakukan oleh perem- beralih dari tidak aktif secara ekonomi puan pesisir Manokwari, (2) mengetahui menjadi angkatan kerja walaupun hanya kontribusi pendapatan perempuan dalam sebagai pekerja pada usaha keluarga. Rumah Tangga Perikanan. Diharapkan Banyak di antara mereka berprofesi tulisan ini berguna didalam memberikan sebagai “pekerja rumahan”, yang berhu- informasi tentang jenis-jenis usaha bungan dengan rantai suplai global, dan perempuan pesisir dalam pengolahan melakukan kegiatan pabrik dari rumah, hasil perikanan bagi pendapatan ke- serta memperoleh upah rendah atau luarga pesisir atau Rumah Tangga tidak dibayar sama sekali. Memperkuat Perikanan. posisi mereka dalam rantai suplai global melalui perbaikan kondisi kerja adalah faktor penting untuk menyalurkan METODE PENELITIAN potensi produktif perempuan dalam Penelitian ini dilakukan di wila- membantu pertumbuhan dan daya saing yah pesisir Kabupaten Manokwari Pro- perekonomian Indonesia di masa men- vinsi Papua Barat, dengan menetapkan 4 datang. titik pengamatan (Gambar 1). Data yang Jumlah total penduduk Kabupaten digunakan dalam kajian ini adalah data Manokwari Tahun 2014 adalah 150.179 primer yang diperoleh di lapangan jiwa, yang terdiri dari penduduk laki- dengan menggunakan teknik wawancara laki 79.766 dan penduduk perempuan mendalam menggunakan kuesioner ter- 70.413 jiwa. Sebaran jumlah penduduk struktur. Wawancara adalah suatu cara mempengaruhi jumlah tenaga kerja di pengumpulan data yang digunakan Kabupaten Manokwari. Tahun 2014 jika untuk memperoleh informasi langsung dilihat dari sebaran penduduk usia pro- dari sumbernya (Riduwan, 2002). Data duktif (20–59 Tahun) maka terlihat sekunder berasal dari intansi pemerintah adanya perbedaan antara laki-laki dan yang terkait serta hasil-hasil kajian perempuan. Usia produktif Perempuan sebelumnya yang relefan dan menunjang di Kabupaten Manokwari sebesar 46% penelitian ini. dan laki-laki 53% (BPS Manokwari, 2014). Dari data ini terlihat bahwa jum- Data primer meliputi (1). Identitas lah penduduk perempuan usia produktif responden, (2). Jenis Usaha, (3) Data lebih rendah dari jumlah penduduk laki pendapatan dan (4), Kontribusi penda- laki usia produktif. Hal ini berdampak patan. Data yang dikumpulkan ditabu- pada jenis pekerjaan, curahan waktu lasi kemudian dianalisis dengan metode kerja dan pendapatan dalam rumah deskriptif melalui penafsiran data yang tangga. ada, dengan tujuan mendeskripsikan secara rinci suatu fenomena alami yang

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 155

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

disertai interpretasi rasional terhadap puan pesisir yang melakukan usaha kondisi di lapangan (Singarimbun dan pengolahan ikan. Usaha yang dilakukan Effendi, 1989). Hasil analisis ditam- adalah pengolah abon ikan, pengolah pilkan dalam bentuk grafik dan persen- kerupuk dan bakso ikan tenggiri, tase. pengolah ikan asin, pengolah ikan asar Responden yang digunakan dalam atau asap serta pengolah makanan penelitian ini berjumlah 38 orang. tradisional Papua. Responden yang diambil adalah perem-

Gambar 1. Sebaran lokasi kelompok usaha pengolahan hasil perikanan di Pesisir Kabupaten Manokwari

Statistik deskriptif digunakan un- struktur biaya, penerimaan, dan be- tuk mencari jumlah sampel, nilai maksi- sarnya keuntungan (Soekartawi, 1995). mum dan minimum, rata-rata dan stan- Penghitungan keuntungan usaha meng- dar deviasinya. Hasil dari analisis gunakan rumus : kemudian diinterpretasikan untuk men- jawab tujuan penelitian. Analisis dila- 휋 = 푇푅 − 푇퐶 (1) kukan pada modal usaha, pendapatan, konsumsi dan kelembagaan. Untuk mo- Total Cost (TC) dihitung dengan rumus : dal usaha dilakukan analisa usaha de- ngan menghitung besar biaya tetap, 푇퐶 = 퐹퐶 + 푉퐶 (2) biaya variable, dan total penerimaan selama satu tahun sehingga diketahui Dimana

156 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Л = Keuntungan Usaha (Business ini disebabkan ciri-ciri yang melekat Profits) pada mereka yaitu suatu kondisi yang TR = Total Penerimaan (Total subsisten dengan modal yang kecil, Revenue) teknologi yang digunakan dan kemam- TC = Total Biaya (Total Cost) puan/skill serta perilaku yang masih FC = Biaya Tetap (Fixed Costs) tradisional, baik dari segi keterampilan, VC = Biaya Variabel (Variable psikologi dan mentalitas (Susilowati, Costs) 1991). Karakteristik umur perempuan RC Ratio diperoleh melalui rumus : pengolah hasil perikanan di pesisir Manokwari terdistribusi ke dalam 4 TR RC Ratio = (3) (empat) kelompok umur responden, TC dimana terbesar yaitu usia 41-50 tahun

sebanyak 43% , usia 31- 40 tahun Analisis pendapatan rumah tangga sebesar 24%. Responden dengan umur perikanan bertujuan untuk mengetahui 51-60 tahun sebanyak 14 % sedangkan besarnya pendapatan yang berasal dari kelompok dengan usia 61-70 tahun pendapatan utama dan sampingan baik sebanyak 19%. (Gambar 2). itu yang berasal dari kepala keluarga Sebaran umur terlihat bahwa maupun anggota rumah tangganya. persentase terbesar berada pada usia Analisis Regresi Linear Sederhana produktif yang mapan dalam meng- (RLS) digunakan untuk melihat kontri- hasilkan usaha sebagai pendapatan busi perempuan pesisir dalam mening- keluarga. Pada umunya wanita nelayan katkan pendapatan keluarga yang dike- di kampung Borobudur terlibat dalam tahui dari kontribusi pendapatan perem- kegiatan pengolahan hasil perikanan puan tersebut terhadap pendapatan pada kategori umur 18-63 Tahun keluarga (Zen, 2008). Dengan rumus (Emping dan Widiastuti, 2013). sebagai berikut : Hal ini dipengaruhi oleh kepu-

Pps tusan mereka untuk menikah dan putus K = (4) Pt sekolah pada usia muda, sehingga tidak memiliki keterampilan lain sementara Dimana : beban keluarga semakin besar dari K = kontribusi pendapatan waktu ke waktu sejalan dengan ber- perempuan pesisir (%) tambahnya jumlah anggota keluarga Pps = pendapatan perempuan pesisir akibat kelahiran. Kondisi keluarga (Rp) mengharuskan mereka harus mengambil Pt = Total pendapatan keluarga peran sebagai tulang punggung keluarga (Rp) berupa kegiatan pengolahan dan pema- saran hasil ikan ikan olahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terdahulu yang dilaku- kan oleh Swaminathan (1997), Lisa Karakteristik Perempuan Pengolah (2000), Bardegue dkk. (2001), dan Hasil-hasil Perikanan di Pesisir Elbers dan Lanjouw (2001), menunjuk- Manokwari kan bahwa umur mempunyai pengaruh Umur terhadap pendapatan. Pengaruh umur Perempuan pengolah hasil perika- terhadap pendapatan memang tidak nan di pesisir Manokwari melaksanakan besar (nilai koefisien parameter antara usaha pengolahan secara tradisional. 0.023 hingga 0.106). Meskipun umur Pada umumnya pola hidup mereka memang mempunyai pengaruh terhadap masih di bawah garis kemiskinan. Hal pendapatan.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 157

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

19% 24% 31-40 14% 41-50 51-60 61-70 43%

Gambar 2. Sebaran Umur Responden (Tahun 2015)

Pendidikan Dasar (SD), 24% menamatkan pendi- dikan SMP, sedangkan untuk tingkat Tingkat pendidikan formal berda- pendidikan SMU hanya 16%. Pada sarkan sebaran tingkat pendidikan res- tingkat Perguruan Tinggi dan Tidak ponden perempuan pengolah hasil peri- mengecam pendidikan masing-masing kanan di pesisir manokwari tergolong sebanyak 3% (Gambar 3). rendah. Sebanyak 54% adalah mereka . yang menamatkan pendidikan Sekolah

3% 3%

16% TS SD 24% 54% SMP SMA PT

Gambar 3. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden (Tahun 2015)

Penyebab rendahnya tingkat pen- puan penyerapan informasi baru dalam didikan formal pada perempuan pengo- mengembangkan aneka olahan ikan. lah hasil perikanan adalah karena Tingkat pendidikan mempunyai kondisi ekonomi keluarga yang lemah, pengaruh terhadap pendapatan (Swami- keterbatasan biaya di lingkungan tempat nathan, 1997; Lisa, 2000; Bardegue tinggal mereka, serta pola berfikir atau dkk., 2001; Elbers dan Lanjouw, 2001; pandangan tentang pentingnya pendi- dan Naude dan Taylor, 2001). Nilai dikan. Adanya anggapan bahwa peker- koefisien parameter variabel pendidikan jaan perempuan hanya berkisar di rumah antara 0.023 hingga 0.107. Ini dapat saja, (Emping at al, 2013). Hasil kajian disimpulkan bahwa pendidikan memang Yulisti dkk. (2009), menunjukkan bah- mempunyai pengaruh terhadap penda- wa tingkat pendidikan istri nelayan di patan. Kabupaten Sukabumi terbesar adalah pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Pen- didikan akan mempengaruhi kemam-

158 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Jumlah Anggota Keluarga terdapat 6-7 orang dalam satu keluarga sebanyak 65%. Jumlah dibawah 5 orang Sebaran jumlah tanggungan kelu- sebanyak 30% dan 5% menjelaskan arga (Gambar 4), terlihat bahwa dalam jumlah diatas 8 (delapan) orang jumlah satu keluarga pengolah hasil perikanan dalam keluarga. di pesisir Kabupaten Manokwari

5%

30% < 5 orang 6 - 7 orang > 8 orang 65%

Gambar 4. Sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga Responden (Tahun 2015)

Variabel lain yang berpengaruh Jenis Usaha yang dilakukan terhadap pendapatan adalah jumlah ang- Berdasarkan hasil kajian yang gota keluarga. Pengkaji-pengkaji seperti dilakukan maka diperoleh data menge- Firdaussy dan Tisdel (1992), Naude dan nai perempuan pesisir pengolah hasil Taylor (2001), Elbers dan Lanjouw perikanan (Gambar 5). (2001) menggunakan variabel jumlah Jenis usaha terbesar dilakukan anggota keluarga sebagai salah satu pada jenis usaha pengolah ikan asar faktor yang mempengaruhi pendapatan. sebesar 32%. Usaha olahan ikan asar Firdaussy dan Tisdel (1992) meng- menjadi jenis usaha yang lebih banyak gunakan data kerat rentas (cross section) dilakukan oleh perempuan dibandingkan untuk mengkaji pendapatan dan kemis- usaha lainnya. Hal ini didukung oleh kinan di tiga pedesaan Bali, Indonesia. ketersediaan bahan baku ikan yang lebih Jumlah keluarga adalah suatu memudahkan proses produksi. Terlihat faktor penting yang mempengaruhi bahwa perempuan dengan jenis usaha kemiskinan rumah tangga (contoh ikan asar berada pada daerah Borobudur Chemichovsky dan Meesok, 1984; Sigit, dan Sowi IV yang termasuk dalam 1985; Alamgir dan Ahmed, 1988; perkampungan nelayan, sebagian besar Kuznets, 1989; Gaiha, 1989; Firdaussy, mendapatkan bahan baku dari hasil 1992). Faktor ini mempengaruhi kemis- tangkapan suami yang merupakan kinan dalam dua arah: pertama, mung- nelayan. Usaha wisata kuliner memiliki kin secara langsung mempengaruhi persentase responden terbanyak kedua kemiskinan, selama pendapatan rumah yakni 27%. Usaha abon ikan dan ikan tangga tetap, meningkatnya jumlah kelu- asin sebanyak 14% dan terendahnya arga akan menekan tingkatan konsumsi adala adalah usaha bakso ikan dan riil anggota keluarga; kedua, sekalipun kerupuk. Tidak banyak perempuan tiap anggota rumah tangga mempunyai pesisir yang melakukan usaha pembu- pendapatan, pendapatan per kapita dapat atan bakso dan kerupuk ikan karena menurun dengan bertambahnya jumlah proses pembuatannya membutuhkan keluarga berkenaan dengan diminishing ketelitian dan waktu yang cukup lama. marginal productivity (Sigit, 1985, Kuznet, 1989, Firdaussy, 1992).

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 159

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Kerupuk dan bakso ikan wisata kuliner 13% 27% ikan asin 14%

Ikan asar 32% Abon ikan 14%

Gambar 5. Jenis Usaha Pengolahan Hasil Perikanan Perempuan Pesisir Manokwari

Analisi Pendapatan Manokwari berasal dari penerimaan jenis usaha bakso dan kerupuk ikan Komponen Penerimaan tenggiri, abon ikan tuna, ikan asin, ikan Sumber penerimaan perempuan asar dan makanan olahan tradisional. pengolah hasil perikanan di pesisir

Tabel 1. Sebaran Penerimaan Produk olahan perikanan (Rp/bln)

Jenis usaha pengolahan Maksimum (Rp) Minimum (Rp) Rata-Rata (Rp) Kerupuk dan bakso tenggiri 12,250,000.00 3,500,000.00 14,000,000.00 Pedagang ikan asin 6,000,000.00 4,000,000.00 8,000,000.00 Abon Ikan 11,250,000.00 4,500,000.00 13,500,000.00 Ikan asar 10,000,000.00 3,000,000.00 11,500,000.00 Olahan tradisional 7,500,000.00 3,000,000.00 9,000,000.00

Penerimaan hasil pengolahan ber- kuantitas dari produk yang dihasilkan dasarkan Tabel 1 diatas terlihat bahwa dan dipasarkan oleh perempuan pesisir dalam satu bulan, rata-rata penerimaan Manokwari. tertinggi digambarkan oleh jenis usaha Produksi olahan tertinggi adalah pengolahan kerupuk dan bakso tenggiri jenis usaha kerupuk dan bakso tenggiri, serta abon ikan tuna. Pengolahan keru- Abon Ikan, ikan asar, ikan asin dan puk dan bakso ikan tenggiri diproduksi olahan makanan tradisional. Permintaan sebanyak 12 kali dalam satu bulan dan akan olahan kerupuk dan bakso ikan sebesar 60% dari rata-rata penerimaan tenggiri dari KUBE Myos Aur Kam- dihasilkan oleh olahan bakso ikan, pung Myumfoka terus berlangsung dan selebihnya adalah berasal dari kerupuk rutin. Hal ini sangat tergantung kepada ikan yakni 40%. Jenis Usaha ikan asin ketersediaan pasar yang rutin sehingga memiliki rata-rata penerimaan yang produksi olahan dapat dihasilkan secara lebih rendah dari semua jenis olahan terus menerus. Empat olahan lainnya yang dilakukan oleh perempuan pesisir menjualkan hasil produksinya sendiri di manokwari sebesar Rp. 8,000,000, ikan pasar umum ataupun di toko-toko yang asin dibeli di Sorong dan dipasarkan ada di Kabupaten Manokwari, sehingga bersama dengan jenis usaha lainnya terjadi persaingan pasar dengan produk seperti warung sembako. Besarnya pro- yang sama dari tempat lain. duksi (Tabel 2) dipengaruhi oleh

160 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Tabel 2. Sebaran produksi olahan dalam satu bulan

Jenis usaha pengolahan Satuan Maksimum Minimum Rata-Rata Kerupuk dan bakso tenggiri bungkus 350 100 225 Pedagang ikan asin Kg 300 200 250 Abon Ikan Bungkus 150 75 113 Ikan asar Ekor 200 60 130 olahan tradisional piring 300 120 210

Komponen Biaya kelompok biaya yang digunakan adalah disesuaikan dengan jenis usaha yang Dalam penelitian ini komponen dilakukan. Biaya Tetap (kebutuhan alat biaya berasal dari Biaya Operasional produksi), Biaya Operasional (pinang (BO) dan Biaya Produksi (BP) yang dan rokok) dan Biaya Variabel seperti terdiri dari Biaya Variabel dan Biaya (ikan, es batu, kayu bakar). Tetap (BV + BTT) (Tabel 3). Dimana

Tabek 3. Komponen Biaya Pengolahan Hasil Perikanan (Rp/bulan) Biaya Biaya Produksi Jenis usaha pengolahan Total Biaya Opersional Biaya Variabel Biaya Tetap Kerupuk dan bakso tenggiri 60,000.00 2,100,000.00 200,000.00 2,360,000.00 Pedagang ikan asin 40,000.00 2,000,000.00 30,000.00 2,070,000.00 Abon Ikan 40,000.00 2,000,000.00 40,000.00 2,080,000.00 Ikan asar 100,000.00 1,500,000.00 500,000.00 2,100,000.00 Wisata kuliner 250,000.00 1,000,000.00 500,000.00 1,750,000.00

Biaya tertinggi dalam satu bulan oleh perempuan pesisir Kabupaten digunakan oleh jenis usaha kerupuk dan Manokwari. bakso tenggiri Rp. 2,360,000 dan te- Pendapatan per bulan tertinggi rendah pada jenis usaha olahan pada jenis usaha kerupuk dan bakso tradisional Rp. 1,750,000. Hal ini dise- tenggiri Rp. 10.460,000 dan produk babkan sebagian besar alat produksi abon ikan tuna Rp. 10,380,000. merupakan bantuan Pemerintah Daerah Produksi dalam satu bulan adalah bagi pemberdayaan kemandirian ekono- sebanyak 12 kali produksi dengan hari mi masyarakat. kerja yang telah ditetapkan selama satu minggu sebanyak tiga kali (Senin, Rabu

dan Jumat). Ketersediaan pasar yang Pendapatan baik menjadi salah satu faktor Pendapatan keluarga merupakan pendorong meningkatnya pendapatan jumlah seluruh hasil pemasukan kelu- usaha yang dilakukan. Pendapatan arga baik dari pendapatan suami dan terendah Rp. 4.895,000 adalah jenis pendapatan istri. Pendapatan istri atau usaha ikan asin. pendapatan wanita nelayan juga dipe- ngaruhi oleh hasil pemasaran yang dila- kukan dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan (Purwanti, 2010). Berdasarkan Tabel 4, Sebaran penda- patan dari jenis-jenis usaha yang dilaku- kan dalam pengolahan hasil perikanan

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 161

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Tabel 4. Distribusi Tingkat pendapatan pengolahan hasil perikanan (Rp/bln/kelompok)

Jenis usaha pengolahan Maksimum (Rp) Minimum (Rp) Rata-Rata (Rp)

Kerupuk dan bakso tenggiri 9,890,000.00 1,140,000.00 10,460,000.00

Pedagang ikan asin 3,930,000.00 1,930,000.00 4,895,000.00

Abon Ikan 9,170,000.00 2,420,000.00 10,380,000.00

Ikan asar 7,900,000.00 900,000.00 8,350,000.00

Wisata kuliner 5,750,000.00 1,250,000.00 6,375,000.00

Kontribusi Pendapatan Perempuan dangkan oleh Sabariah dkk. (2005) Pesisir dalam Rumah Tangga bahwa kontribusi perempuan Papua dalam pengolahan hasil perikanan di Kontribusi pendapatan perempuan kampung Borobudur dan Fanindi Pantai pesisir terhadap total pendapatan adalah sebesar 26%. Pada Tahun 2016 keluarga (RTP) dapat dilihat dari jenis terjadi peningkatan kontribusi penda- usaha perempuan pesisir dalam kegiatan patan oleh perempuan pesisir dalam ekonomi rumah tangga. Peran istri ter- melakukan usaha dibidang pengolahan hadap total pendapatan keluarga menu- hasil perikanan (Gambar 6). run dengan semakin baiknya kondisi keuangan rumah tangga. Peran wanita Trend peningkatan kontribusi dalam rumah tangga berkaitan dengan pendapatan dari jenis usaha aneka pekerjaan yang dilakukan di dalam kelu- olahan ikan (tahun 2005-2015) berda- arga nelayan. Perananya dalam mencari sarkan analisis regresi menunjukan nafkah dapat dilihat dari curahan jam peningkatan yang signifikan sebesar kerja untuk menghasilkan pendapatan, 70%. Hal ini menunjukan bahwa de- dengan demikian kondisi kontribusi ngan diversifikasi jenis usaha olahan wanita tidak dapat diabaikan begitu saja ikan memberikan peningkatan pendapa- (Hutapea, 2012). tan dalam Rumah Tangga Perikanan Kontribusi pendapatan perempuan yang didukung oleh lamanya curahan dalam pengolahan hasil perikanan di waktu bekerja. Curahan waktu kerja pesisir Kabupaten Manokwari berasal wanita secara garis besar dibagi menjadi dari kelompok usaha pengolahan dua yaitu: curahan waktu kerja untuk kerupuk dan bakso ikan di KUBE Myos kegiatan ekonomi (mencari nafkah) dan Aur dan pedagang ikan asin kegiatan non ekonomi yaitu kegiatan memberikan kontribusi sebesar 62%. dasar, kegiatan sosial dan kegiatan Usaha abon ikan sebasar 61%. Sedang- rumah tangga (Putri dkk., 2007). kan usaha ikan asar dan makanan olahan Hasil penelitian Firdaus dkk. tradisional (kuliner) Papua sebesar 80% (2015) di Desa Penjajab Kabupaten dari total pendapatan keluarga. Sambas, menunjukkan bahwa curahan Kontribusi pendapatan perem- waktu kerja istri nelayan rata-rata untuk puan yang bekerja disektor perikanan di kegiatan ekonomis adalah 4 jam/hari kampung Borobudur dari usaha ikan sedangkan untuk kepala keluarga yaitu 7 asar, penjual ikan segar dan olahan jam/hari. Jika diambil total nilai rata- makanan tradisional adalah sebesar rata waktu kerja dalam seminggu maka 60,58% menurut Emping (2013). Se-

162 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

diketahui bahwa untuk istri nelayan tenaga kerja yang jam kerjanya kurang yaitu 28 jam/minggu. Berdasarkan hal dari 35 jam/minggu tergolong kedalam tersebut diketahui bahwa istri nelayan tenaga kerja setengah menganggur. dapat tergolong kedalam kategori tenaga Untuk kepala keluarga tergolong dalam kerja setengah menganggur, sesuai tenaga kerja penuh karena jam kerjanya dengan kategori yang ditentukan oleh lebih dari 35 jam/minggu. Badan Pusat Statistik (2014) bahwa

100 90 80 70 60 y = 11.464x + 7.1429 R² = 0.7047 50 40 30 20 10 0 0 2 4 6 8

Persentase kontribusi pendapatan (%)pendapatan kontribusi Persentase Tahun

Gambar 6. Trend peningkatan kontribusi pendapatan perempuan dalam usaha pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Manokwari (Tahun 2005-2015)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Artini (2009) pada KESIMPULAN istri nelayan pembuat makanan olahan Berdasarkan hasil pengamatan dan di Kota Denpasar menunjukkan hal yang analisis data, maka kesimpulan yang sama, bahwa istri nelayan dilokasi dapat diambil dari penelitian mengenai tersebut tergolong pada tenaga kerja kontribusi pendapatan kelompok usaha setengah menganggur yang memiliki perempuan pesisir dalam pengolahan waktu kerja kurang dari 35 jam/minggu. hasil perikanan di Manokwari adalah Dengan memperhatikan rata-rata cura- sebagai berikut : han waktu bekerja istri nelayan (4 1. Lima jenis usaha yang dilakukan jam/hari), secara umum dapat dikemu- oleh perempuan pesisir Kabupaten kakan bahwa mereka masih mempunyai Manokwari adalah pengolah bakso alokasi waktu yang dapat digunakan dan kerupuk ikan tenggiri, abon ikan, untuk kegiatan lain, seperti mengurus ikan asin, ikan asar dan wisata rumah tangga, istirahat ataupun kegiatan kuliner. Pendapatan rata-rata per lain. bulan dari hasil olahan bakso dan Keikutsertaan wanita dalam kerupuk ikan tenggiri yang dikelola mencari tambahan nafkah bagi keluarga oleh KUBE Myos Aur dengan banyak menimbulkan perubahan bukan pendapatan tertinggi per bulan Rp. hanya perubahan yang menyangkut 10,460,000.00 dan terendah adalah curahan waktu kerja kaum wanita terha- pengusaha ikan asin Rp. dap pekerjaan rumah tangga (domestik) 4,895,000.00. tetapi juga perubahan mencari kebutu- 2. Kontribusi pendapatan perempuan han rumah tangga serta perubahan pengolah hasil perikanan dalam pen- adanya peningkatan pendapatan yang dapatan rumah tangga adalah sebesar diperoleh (Singgih, dkk., 1990 in 80% dari usaha ikan asar dan wisata Jume’edy,2005).

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id 163

Tebay et.al: Kontribusi Pendapatan Kelompok Usaha Perempuan p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

kuliner. Terjadi peningkatan kontri- kasus pada buruh wanita industri busi pendapatan perempuan pesisir jamur di desa hargo-binangun, Manokwari dalam Rumah Tangga kec Pakem, Kab Sleman DIY) Perikanan selama 10 tahun (2005- Piramida, Jurnal kependudukan 2015) sebesar 70%. dan pengemba-ngan SDM.III (I) hal 41 DAFTAR PUSTAKA Sabariah V., dan Tebaiy S. (2005). Peran Perempuan Papua dalam Emping JO, Widiastuti N. 2013. Peran Mening-katkan Pendapatan Kelu- Wanitanelayan dalam pemanfa- arga Khususnya Rumah Tangga atan sumberdaya perikanan di ke- Peri-kanan, (studi kasus nelayan luarahan Padarni Kabupaten Ma- asli di Manokwari). Jurnal Peri- nokwari. Skripsi. Tidak dipu- kanan dan Kelautan Berkala blikasi. Universitas Negeri Papua. Ilmiah Penelitian Perikanan dan Manokwari. Kelautan UNIPA, Vol 1 Nomor 2, Firdaus M, Rahadian R. 2005. Peran Novem-ber Istri Nelayan Dalam Mening- Singarimbun, M, dan S, Effendi. 1989. katkan Pendapatan Rumah Tang- Metode penelitian survey. LP3ES. ga (Studi Kasus Di Desa Penjajab, Jakarta Kecamatan Pemangkat, Kabu- Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. paten Sambas). Jurnal Sosek KP UI Press, Jakarta Vol. 10 No. 2 Tahun 2015: 241- Suparmoko, 1985. Research Practice 249 Method: for Socio and Economic Harper, S., Zeller D., Hauzer M., Pauly Science. BPFE. Yogyakarta. 294 D., Sumaila U.R. 2013. Women p. (in Indonesian). Riduwan Drs. and Fisheries: contribution of MBA. 2002. Skala Pengukuran food security and locall economis. variable-variabel penelitian. Pe- J.marpol, Vol. 39; 56-63. https:// nerbit Alfabeta Bandung, 189 hal. doi.org/10.1016/j.marpol.2012.10. Wahyono A. 2001. Pemberdayaan 018 masyarakat nelayan. Jogjakarta. Hikmah, I. 2007. Gender dalam Rumah Penerbit Media Pressindo. Tangga Masyarakat Nelayan. Yulistin M dan Nasution Z. 2009. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Produktivitas istri dalam pengu- Perikanan. atan ekonomi rumah tangga Jume’edy. 2005. Peran wanita dalam nelayan. Dinamika peran Gender meningkatkan pendapatan kelu- dan diseminasi inovasi. BBR- arga nelayan di kelurahan ujung SEKP, Badan Riset Kelautan dan batu kecamatan jepara kabupaten Perikanan, Departemen Kelautan jepara. Tesis. Program pasca- dan Perikanan. Jakarta. sarjana universitas diponegoro Zen L.W. 2008. Analisis Kontribusi program studi magister manajem Pendapatan Wanita Nelayan di sumberdaya pantai. Hal 13:14. Kelurahan Pasie Nan Tigo Kusnadi. 2003. Akar kemiskinan Kecamatan Koto Tangah Kota nelayan. Yogyakarta LKIS Padang. Fakultas Perikanan dan Kusnadi. 2014. Perempuan Pesisir. Ilmu Kelautan, Universitas Bung Yogyakarta LKIS Hatta Padang. Jurnal Mangrove Putri, N.P.K., Suratiyah, dan S. Har- dan Pesisir IX (1), Februari 2009: dyastuti. 2007. Wanita diantara 12-17 ISSN: 1411-0679. kerja dan rumah tangga (Studi

164 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017,www.ejournalfpikunipa.ac.id

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

KOMPOSISI JENIS DAN TINGKAT TROFIK (TROPHIC LEVEL) HASIL TANGKAPAN BAGAN DI PERAIRAN DESA OHOILILIR, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Species Composition and Trophic Level Of Lift Net Catch in Ohoililir Village Water, Southeast Maluku Regency

E. Almohdar1*, F. N. J Souisa1 1Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Poltek Tual, 39411, Indonesia. *Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Tingkatan trofik menggambarkan tahapan transfer material atau energi dari setiap tingkat atau kelompok ke tingkat berikutnya, yang dimulai dengan produsen primer, konsumen primer (herbivora), sekunder, tersier, dan predator puncak. Pada dasarnya tingkat trofik (trophic level) merupakan urutan tingkat pemanfaatan pakan atau material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan (food chain). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis komposisi jenis dan tingkat trofik hasil tangkapan bagan di perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara. Variabel yang diamati meliputi komposisi jenis, panjang dan berat ikan serta tingkat trofik hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan saat pengamatan adalah bagan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental fishing, yaitu berupa operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan. Hasil penelitian menunjukan tingkat trofik ikan pada alat tangkap bagan berada pada pengelompokan tingkat trofik (TL3) yakni didominasi oleh jenis Omnivora yang cenderung pemakan hewan, yang akan menyebabkan struktur komunitas ikan menjadi berubah dan piramida menjadi tidak stabil. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengelolaan sumberdaya ikan berdasarkan pendekatan interaksi trofik dengan mempertimbangkan komponen ekosistem seperti sumberdaya ikan dan berbagai pola hubungan makan memakan atau rantai dan jaring makanan.

Kata kunci : Komposisi jenis, Tingkat trofik dan Hasil tangkapan.

ABSTRACT Trophic level is position of a species or a group of species within a food chain or food web, where it showed phases of transfer energy and material inter and intra on each group. This study aimed to analyze species composition and trophic level of lift net catch in ohoililir village water, southeast maluku regency. Observation variables on this research were, species composition, length and weight of fish also trophic level of catch by using lift net. Experimental fishing was the methodology for data collecting. Results shows that, trophic level of fish which catch by lift net was categories included to trophic level three (TL3), means most of fish catch by lift net dominated by omnivorspecies, as the result the fish structure community and pyramid become unstable. In order to prevent this matter, better conservation of fish around the area based on trophic level by considering various ecosystem components like fish and its food chain.

Key words: Species composition, trophic level, catch

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 165

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PENDAHULUAN suatu penelitian yang mempelajari saling keterkaitan multi faktor dan megi- Kegiatan penangkapan di bebera- dentifikasi faktor kunci yang penga- pa daerah di Indonesia telah menyebab- ruhnya besar terhadap struktur dan kan terjadinya eksploitasi yang berlebi- dinamika pada setiap tingkat trofik han dan ini merupakan salah satu masa- (Kaswadji dkk, 2009). Informasi tentang lah utama pada pengelolaan sumberdaya hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam perikanan yang berkelanjutan. Perilaku merumuskan suatu pengelolaan sum- manusia dalam mengeksploitasi sumber- berdaya ikan yang berkelanjutan. Bebe- daya perikanan akan sangat mempenga- rapa penelitian mengenai tingkat trofik ruhi jumlah ikan yang berada di laut. sudah dilakukan namun informasi untuk Laju pertumbuhan populasi ikan akan menganalisis tingkat trofik hasil tang- terus meningkat dan kemudian menurun kapan bagan di perairan Desa Ohoililir setelah mencapai titik optimum pertum- belum dilakukan, sehingga penelitian ini buhannya, sedangkan perilaku manusia perlu dilakukan secara intensif untuk dalam mengekstraksi perikanan akan mewujudkan pengelolaan perikanan terus meningkat selama masih terlihat yang berkelanjutan. adanya keuntungan dari kegiatan pe- Tujuan utama dari penelitian ini nangkapan ikan. Data di banyak perairan adalah mengetahui komposisi jenis dan menunjukkan bahwa telah terjadi degra- menganalisis tingkat trofik hasil tangka- dasi populasi yang berujung pada penu- pan bagan di perairan Desa Ohoililir, runan produksi akibat tangkaplebih. Jika Kabupaten Maluku Tenggara. tangkap-lebih dilakukan pada jenjang trofik lebih rendah maka kegiatan terse- METODE PENELITIAN but akan mengurangi transfer biomassa pada jenjang trofik yang lebih tinggi. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam kondisi seperti itu, produktivitas Penelitian ini dilakukan di pera- primer fitoplankton yang tinggipun tidak iran Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku akan mampu mendukung jenjang trofik Tenggara selama dua bulan yakni mulai di atasnya (Kaswadji dkk. 2009). dari bulan Mei sampai Juni 2016. Upaya untuk mempertahankan Analisis sampel dilakukan di Labora- keanekaragaman jenis di dalam suatu torium Biologi Dasar, Politeknik Perika- ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan nan Negeri Tual. Peta lokasi penelitian oleh manusia merupakan bagian yang dapat dilihat pada Gambar 1. tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara keseluruhan. Tingkatan trofik Pengambilan dan Analisis Sampel menggambarkan tahapan transfer mate- rial atau energi dari setiap tingkat atau Metode yang digunakan dalam kelompok ke tingkat berikutnya, yang penelitian ini adalah metode experi- dimulai dengan produsen primer, kon- mental fishing, yaitu berupa operasi sumen primer (herbivora), sekunder, penangkapan ikan menggunakan alat tersier, dan predator puncak. Pada tangkap bagan. Metode ini digunakan dasarnya tingkat trofik (trophic level) untuk mengumpulkan data primer. Data merupakan urutan tingkat pemanfaatan primer yang digunakan untuk melihat pakan atau material dan energi seperti komposisi hasil tangkapan nelayan yang yang tergambarkan oleh rantai makanan tertangkap oleh bagan, dan diperoleh (food chain). dari hasil pengamatan langsung (pengu- Nelayan di Kabupaten Maluku kuran morfologi dan pengukuran hasil Tenggara sebagian besar melakukan tangkapan). penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan dan hasil tangkapan yang dipe- roleh biasanya di bawah ukuran ikan layak tangkap. Sehingga dibutuhkan

166 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 1. Peta Lokasi penelitian di Perairan Desa Ohoililir.

Data sekunder diperoleh dari penelitian, jumlah dan jenis hasil instansi atau lembaga yang terkait tangkapan ikan yang ada di desa serta dengan penelitian, yaitu Pemerintah informasi lain yang dapat menunjang Desa Ohoililir serta literatur yang penelitian ini. Teknik pengumpulan data relevan. Pengambilan data sekunder disajikan pada Tabel 1. terdiri dari kondisi perikanan lokasi

Tabel 1. Jenis data dan metode pengumpulannya

Jenis Data Metode Pengumpulan Alat dan Bahan Keterangan Hasil tangkapan Experimental fishing Alat tangkap bagan, alat tulis, Data primer nelayan dan wawancara kamera Panjang dan berat Pengukuran Papan ukur dan Data primer timbangan digital

Isi perut ikan Jumlah, gravimetrik, Alat bedah, mikroskop Data primer volumetrik dan binokuler, cawan petri, pipet frekuensi tetes, gelas objek, kejadian formalin 10 % dan aquades

1. Komposisi hasil tangkapan diana- botol sampel dan dibersihkan dari lisis dengan menggunakan soft- formalin ketika telah sampai di ware Microsoft Excel 2007 untuk laboratorium. Metode yang digu- melihat perbandingan jumlah dan nakan dalam mengamati isi perut bobot antar spesies. Semua hasil ikan-ikan herbivora dan pemakan tangkap diidentifikasi terlebih da- plankton (plankton feeders) ada- hulu dan dikelompokkan berda- lah metode volumetrik dan freku- sarkan spesiesnya, lalu diukur ensi kejadian. Isi usus dipisahkan panjang dan beratnya. Ikan dia- dari daging usus dengan cara me- wetkan menggunakan formalin 10 nekan daging usus sampai semua %. isinya keluar, diencerkan dengan 2. Analisis isi perut ikan (stomach aquades sebanyak 3-5 ml. Metode content analysis), sampel usus frekuensi kejadian untuk meng- ikan satu persatu dikeluarkan dari hitung organisme yang ditemukan

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 167

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

sebagai bahan makanan di lam- model pertumbuhan dengan kondisi bung ikan yang diteliti, namun morfometrik ikan yang tertangkap seca- lambung yang kosong tidak terhi- ra temporal. Persamaan umum yang di- tung. Persentase frekuensi kejadi- gunakan adalah W = aLb (a dan b adalah an suatu organisme yang dimakan konstanta). Dasar perhitungannya berda- sarkan regresi sehingga logaritma persa- oleh ikan contoh dengan demikian maan menjadi: log W = log a + b log L dapat dilihat secara langsung. Un- dengan Nilai a dan b harus ditentukan tuk mengamati isi perut ikan-ikan dari persamaan tersebut, sedangkan nilai selain herbivora dan plankton W (berat ikan) dan L (panjang ikan) di- feeders digunakan metode jumlah, peroleh dari hasil pengukuran (Effendie, gravimetrik dan frekuensi kejadi- 1979). Analisis panjang dan berat ikan an. Semua organisme serta benda- ini dilakukan menggunakan Solver pada benda lain yang dihitung satu per- Microsoft Excel. Nilai b sebagai pen- satu dan dipisahkan spesies demi duga kedekatan hubungan antara pan- spesies digunakan metode jumlah. jang dan berat dihitung dengan kriteria: Apabila masing-masing jumlah- 1) Nilai b = 3, merupakan hubungan nya sudah diketahui, maka dapat yang isometrik (pertambahan berat dibandingkan yang satu dengan seimbang dengan pertambahan yang lainnya dan dapat ditarik ke- panjang); simpulan dari macam-macam isi 2) Nilai b > 3, merupakan hubungan yang terdapat di dalam lambung alometrik positif (pertambahan berat ikan. Metode gravimetrik diguna- relatif lebih besar dari pertambahan kan, tetapi makanan ikan bukan panjang); diukur volumenya melainkan diu- 3) Nilai b < 3, merupakan hubungan kur beratnya. Demikian pula un- alometrik negatif (pertambahan berat tuk masing-masing organismenya. relatif lebih kecil dari pertambahan Hasilnya juga dinyatakan dalam panjang).

persentase berat dari makanan Tingkat Trofik Hasil Tangkapan ikan yang sedang diteliti. Tingkat trofik suatu jenis ikan Metode Analisa Data ditentukan berdasarkan komposisi ma- kanan dan trofik level masing-masing Komposisi Hasil Tangkapan fraksi makanannya (food items) yang Menentukan komposisi jenis ikan, diperoleh dari hasil analisis isi perut dianalisis dengan menggunakan persa- (Froese dan Pauly, 2000). Estimasi ting- maan Odum (1996), yaitu: kat trofik untuk setiap famili berda- sarkan komposisi makanan, dimana P = Σxi/Nx100% tingkat trofik setiap spesies digunakan untuk menghitung rata-rata tingkat trofik Keterangan : setiap famili. Rata-rata tingkat trofik P = Persentase jenis ikan jenis ke-i hasil tangkapan pada setiap alat tangkap Σ xi = Jumlah individu ikan jenis ke-i dihitung dengan rumus sebagai berikut N = Jumlah individu semua jenis (Mc Clanahan dan Mangi, 2004). ikan (jumlah total individu 푛 setiap pengambilan sampel). TL= ∑푖=1 Yi x TLk/Yi i = 1,2,3,...n; dimana: Hubungan Panjang dan Berat Ikan TLk: Trophic level makanan ke-i, Y : Fraksi makanan ke-i, Analisis hubungan panjang dan i TL : Rata-rata trophic level. berat ikan digunakan untuk mengetahui

168 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Hasil dari penelitian ini akan HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan metadata fishbase Komposisi Hasil Tangkapan (Froese dan Pauly, 2013) dan penge- lompokan menurut Stergiou dkk. (2007). Hasil penelitian menunjukan bah- Pengelompokan trofik level menurut wa hasil tangkapan selama penelitian (Stergiou dkk.) adalah sebagai berikut: berjumlah 1.365 ekor yang terdiri dari 3 spesies yaitu ikan layang, lemuru dan 2,1 ≤ TL2 ≤ 2,9 = Omnivora yang selar. Pengambilan hasil tangkapan se- cenderung cara acak pada alat tangkap bagan pemakan sebanyak 20 ekor. Pada bulan Juni hasil tumbuhan. tangkapan tertinggi yang berjumlah 212 2,9

30 25 20 15 Mei 10

Jumlah ikan Jumlah Juni 5 0 Layang Lemuru Selar Spesies

Gambar 2. Jumlah hasil tangkapan pada bulan Mei dan bulan Juni 2016

Hasil tangkapan terbayak pada ikan besar dari pertambahan panjang). Hasil lemuru dan terendah yaitu ikan layang. perhitungan ini dibandingkan dengan data yang dimiliki oleh metadata Fish Hubungan Panjang dan Berat Ikan Base. Hubungan panjang dan berat spesies yang lain beserta perbandi- Hasil analisis hubungan panjang ngannya dengan metadata Fish Base dan berat ikan layang, lemuru dan selar, (Froese dan Pauly 2013). Ikan layang menggunakan Solver pada Microsoft (Decapterus russeli) panjang total ter- Excel mendapatkan nilai b sebesar 3,23 tinggi ikan layang adalah 18,6 cm dan yang menunjukkan bahwa pola partum- panjang total terendah yaitu 12,2 cm buhan ikan tangkapan oleh nelayan di dengan berat tertinggi 50 gram dan berat perairan Desa Ohoililir adalah alometrik terendah 38 gram. Hubungan panjang positif (pertambahan berat relatif lebih

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 169

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929 dan berat ikan layang disajikan pada Ikan selar (Selar crumenopthal- Gambar 3. mus) hasil tangkapan ikan selar selama Ikan lemuru (Sardinella longi- penelitian setelah dilakukan pengukuran ceps) panjang total tertinggi ikan lemuru maka didapatkan panjang total tertinggi adalah 16,2 cm dan panjang total adalah 18,9 cm dan panjang total terendah yaitu 13,5 cm dengan berat terendah yaitu 13,2 cm dengan berat tertinggi 70 gram dan berat terendah 40 tertinggi 60 gram dan berat terendah 40 gram. Hubungan panjang dan berat ikan gram. Hubungan panjang dan berat ikan lemuru disajikan pada Gambar 4. selar disajikan pada Gambar 5.

60 50

(W) 40

30 erat

20 Ln Ln B 10 0 0 5 10 15 20 25 Ln Panjang (L)

Gambar 3. Hubungan panjang dan berat ikan layang

100 80

(W) 60

erat 40

Ln B Ln 20 0 0 5 10 15 20 25 Ln Panjang (L)

Gambar 4. Hubungan panjang dan berat ikan lemuru

100 80 y = 1.9654x + 32.155 R² = 0.0673 60 40

Ln Berat (gr) BeratLn 20 0 0 5 10 15 20 25 Ln Panjang (Cm)

Gambar 5. Hubungan panjang dan berat ikan selar

170 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Tingkat Trofik Hasil Tangkapan roleh makanan dapat menjadi suatu faktor yang mempengaruhi keberadaan Tingkat Trofik Hasil Tangkapan makanan dalam lambung ikan selain ikan dominan lebih nyata terlihat dalam faktor ketersediaan makanan. nilai jenis makanan yang dikonsumsi cukup besar. Faktor persaingan mempe-

Tabel 2. Jenis makan ikan hasil tangkapan Jenis Alat Jenis Makanan (%) Ikan Tangkap H. Ikan Krustasea H. karang bivalvia Sisik dan Duri Layang Bagan 6,24** 59,687* 15,855** 5,693*** 14,379** Lemuru Bagan 2,79*** 47,34* 12,78** - 34,45** Selar Bagan 21,41** 51,23* 18,327** - 14,409**

Dimana: * (Makanan utama) Kriteria : IP > 25% : makanan utama ** (Makanan pelengkap) 5 % ≤ IP ≥ 25% : makanan pelengkap *** (Makanan tambahan) IP < 5% : makanan tambahan H (Hancuran)

Hasil perhitungan indeks propen- plankton) antara lain ikan layang, den menunjukkan bahwa ikan layang, lemuru, dan selar yang akan menye- lemuru, dan selar memiliki makanan babkan struktur komunitas ikan menjadi utamanya berupa krustasea, dan maka- berubah dan piramida menjadi tidak nan pelengkapnya hancuran karang, si- stabil (Gambar 6). sik dan duri ikan. Sedangkan makanan Tingkat trofik ikan di perairan tambahan yaitu hancuran ikan dan Desa Ohoililir yang terlihat pada bivalvia. Berdasarkan tingkat trofik pada (Gambar 6), menunjukan bahwa seba- umumnya ikan di lokasi penelitian ini gian besar ikan dominan adalah omni- bersifat omnivora yang cenderung pe- vora (zooplanktivora) dengan nilai trofik makan hewan (zooplankton). Makanan berada pada trofik level 3. Kisaran nilai yang ada sebagai makanan utama yaitu tersebut menunjukkan bahwa ikan krustasea. dominan di perairan ini berada pada Hasil penelitian di perairan Desa tingkat trofik rendah. Semakin rendah Ohoililir menunjukkan bahwa ikan hasil nilai tersebut maka semakin kecil energi tangkapan di lokasi penelitian pada alat yang dibutuhkan oleh ikan dominan tangkap bagan memiliki penangkapan untuk memperoleh makanannya dan yang lebih besar yaitu berada pada TL3 tidak dapat tumbuh dengan jumlah yang yaitu jenis ikan pemakan hewan (zoo- lebih banyak. 3.14 3.13 3.12 3.11

3.1 Trophiclevel 3.09 3.08 Layang Lemuru Selar Spesies

Gambar 6. Trofik level hasil tangkapan pada lokasi penelitian

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 171

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Dari hasil penelitian ikan beru- penangkapan adalah penetapan jumlah kuran relatif lebih kecil (ukuran tubuh tangkapan yang diperbolehkan, pemba- ikan normal) banyak tertangkap diban- gian kuota individu menurut armada, dingkan ikan yang berukuran relatif perusahaan dan nelayan. besar. Hal ini diduga karena frekuensi penangkapan yang dilakukan oleh para KESIMPULAN DAN SARAN nelayan lebih tinggi. Untuk mengatasi Kesimpulan hal tersebut dibutuhkan pengelolaan sumberdaya ikan berdasarkan pende- Berdasarkan hasil penelitian maka katan interaksi trofik dengan memper- hasil tangkapan bagan selama penelitian timbangkan komponen ekosistem seperti berjumlah1.365 ekor yang terdiri dari 3 sumberdaya ikan dan berbagai pola spesies yaitu ikan layang, lemuru dan hubungan makan memakan atau rantai selar. Hasil tangkapan tertinggi yaitu dan jaring makanan. Pengelolaan sum- ikan lemuru dan yang terendah yaitu berdaya ikan diarahkan agar peman- ikan layang. Hasil tangkapan pada alat faatan sumberdaya ikan menjadi optimal tangkap bagan lebih banyak menangkap dengan menjamin kelestariannya. Se- ikan-ikan berukuran kecil yaitu berada hingga dengan mengetahui komposisi pada TL3 (ikan layang, lemuru, dan jenis dan tingkat trofik hasil tangkapan selar). Ikan-ikan yang berada di TL3 maka salah satu alternatif yang didu- adalah jenis ikan pemakan hewan kung oleh konsep ilmiah adalah dengan (zooplankton). memperhatikan ukuran ikan yang ter- tangkap pada tingkat trofik, sehingga Saran pengubahan ukuran mata jaring harus Untuk memperoleh hasil tangka- dilakukan agar ikan-ikan yang tertang- pan yang lebih baik harus memper- kap minimal yang sudah pernah memi- hatikan prinsip-prinsip ekologis agar jah atau berada pada tingkat trofik yang tidak berpotensi merusak keseimbangan seimbang. Pengaturan alat tangkap dapat ekologi pada perairan. dilakukan dengan mengatur ukuran mata jaring, dalam hal ini berarti memper- DAFTAR PUSTAKA besar ukuran mata jaring maka ikan-ikan yang berukuran kecil tidak ikut tertang- Effendie MI. 1979. Metoda Biologi kap. sehingga pengelolaan perikanan Perikanan. Yayasan Dewi Sri. yang berkelanjutan dapat tercapai. Bogor (ID). 112 hlm. Kondisi seperti ini mengharuskan Froese R, Pauly D. 2013. Fish Base. adanya upaya pengelolaan sumberdaya World Wide Web electronic perikanan dengan memperhatikan aspek publication. www. Fishbase. kelestarian. Kontrol input melalui pem- Kaswadji R, Hatta M, Umar NA. 2009. batasan terhadap upaya penangkapan Penyusunan Model untuk yang diizinkan merupakan salah satu Penangkapan Berkelanjutan Ikan strategi pengelolaan yang dapat dilaku- Pelagis dengan Pendekatan kan, di samping strategi pengelolaan Jenjang Trofik di Selat Makassar. lainnya seperti regulasi selektivitas alat Jurnal Natural Indonesia 12:1 hal tangkap dan pembatasan waktu penang- Mc Clanahan TR, S Mangi. 2004. Gear- kapan (Purbayanto dkk, 2010). Lebih based management of a tropical lanjut Widodo dan Suadi (2005) artisanal fishery based on species menyatakan bahwa, prinsip pengaturan selectivity and capture size. perikanan dapat didekati dengan dua Fisheries Management and metode yaitu pengaturan input berupa Ecology 11:51–60. pembatasan upaya melalui perijinan, Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi pembatasan ukuran kapal, pembatasan (terjemahan) Gadjah mada Uni- ukuran alat tangkap dan pembatasan unit versity Press. Yogyakarta. 967 waktu, sedangkan pengaturan output hal.

172 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Purbayanto A, Riyanto M, Fitri ADP. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan Pada Perika-nan Tangkap. Bogor: IPB Press. Stergiou KI, Moutopoulus DK, Casal HJA, Erzini K. 2007. Trophic Signatures of Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conser- vation and Management. Marine Ecology Progress Series. No. 333: 117-128. Wiadnya DGR, Djohani R, Erdman MV, Halim A, Knight M, Mous PJ, Pet J, Soede LP. 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Di Indonesia: Menuju Pembentukan Kawasan Perlindu- ngan Laut. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 11. No 3. eISSN: 2502-6542 DOI: http:// dx.doi.org/10/15578/jppi.11.3.200 5.65-77 Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni- versity Press.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 173

Almohdar et.al: Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

174 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

KARAKTER DANAU LAUT BALBULLOL DI MISOOL RAJA AMPAT

Marine Lake Balbullol Character at Misool Raja Ampat

Gandi Y.S. Purba1,2*, Eko Haryono1, Sunarto1

1Fakultas Geografi, UGM, Bulak Sumur, Yogyakarta, 55281 Indonesia 2Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK, UNIPA, Manokwari, 98314 Indonesia *Korespondensi: [email protected], [email protected]

ABSTRAK Danau laut adalah ekosistem unik yang ditemukan terfokus hanya di empat lokasi di dunia, salah satunya di Raja Ampat. Diantara kepulauan karst di Misool, Raja Ampat selatan, danau laut dapat dijumpai. Danau-danau tersebut memiliki karakter yang unik sesuai tingkat koneksinya dengan laut. Danau Balbullol adalah danau yang paling dalam diantara danau laut di Misool, terasing, dan belum pernah dikaji. Melalui studi ini ingin mengetahui karakter dari Danau Balbullol. Deskripsi danau dilakukan dengan serangkaian survei lapangan dan perekaman logger untuk mengetahui karakter fisik, kualitas air, dan kehadiran biota. Hasilnya diketahui luas danau adalah 1,94 ha dengan kedalaman maksimum 38 m. Suhu dan salinitas memperlihatkan profil vertikal yang homogen, sehingga membentuk tipe danau holomiktik. Selama 6 bulan rekaman logger, menunjukan suhu di danau selalu lebih panas dari pada di laut, demikian juga salinitas yang lebih salin di danau. Pasut di danau tertunda 4 jam daripada laut, walaupun jarak antara danau dan laut sangat dekat (<45 m). Amplitudo pasut hanya 25% daripada laut. Berdasarkan karakter pasut ini, Danau Balbullol merupakan danau yang terisolasi, namun tidak ditemukan biota sebagai indikator danau terisolasi. Ditemukan minimal 7 karang lunak dengan atribut banyak dan melimpah mendiami danau ini.

Kata kunci: Danau laut, Misool, Raja Ampat, Mastigias sp., Anchialine

ABSTRACT Marine lake is a unique ecosystem. It focuses at four locations in the world, one of them is in Raja Ampat. Among karst islands at Misool, south Raja Ampat, marine lakes may found. Each lake have a unique character according to the level of connection with the sea. Lake Balbullol is the deepest lake from the sea lakes in Misool, alienated, and has never been studied. This study want to know the character of Lake Balbullol. Description of the lake was done by a series of field surveys and loggers recording to determine the physical character, water quality, and presence of the biota. Lake’s width was 1.94 ha and the maximum depth was 38 m. Temperature and salinity showed a homogeneous vertical profile, thus forming a holomictic type. During 6 months recording, the temperature was always warmer than at the ocean, as well as salinity. Although the distance between the lake and the sea is very close (<45 m), the tide on the lake was delayed 4 hours rather than the sea. Tidal amplitude was only 25% of the ocean. From these tide characters, Lake Balbullol was isolated lakes, however, there were no biota as an indicator of isolated lakes exist. There were at least 7 soft corals with attributes many and abundant exist in this lake.

Key words: Marine lake, Misool, Raja Ampat, Mastigias sp., Anchialine

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 175

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PENDAHULUAN wan. Bahkan setahun terakhir telah berdi- ri dua buah homestay di pantai sebelum Danau anchialine adalah badan air masuk ke Danau Lenmakana. yang keseluruhan dikelilingi oleh daratan Danau Balbullol terletak paling dan sangat bervariasi pada bentuk, timur semenanjung Kaunutklolo. Berbe- ukuran dan jarak dari laut. Istilah yang da dengan Danau Lenmakana yang meru- paling lazim adalah danau laut. Holthuis pakan objek wisata, Danau Balbullol ( 1973) mengartikan anchialine adalah adalah danau yang minim kunjungan genangan tanpa koneksi permukaan wisata. Hanya segelintir orang yang dengan laut, terdiri dari air asin atau pernah sampai di danau ini. Danau payau dan berfluktuasi karena pasut. Lenmakana telah lebih dahulu mendapat Terdapat sekitar 200 danau laut di tekanan kunjungan wisatawan sebelum dunia yang terkonsentrasi di Bahamas, diketahui karakter alamiah danau ini. Palau, Vietnam dan Indonesia (Dawson Padahal ekosistem danau laut adalah dkk. 2009). Lokasi-lokasi ini memiliki ekosistem yang sangat sensitif terhadap karakteristik karst semi-submerged terha- pengaruh manusia maupun alam. Mela- dap laut. Di Raja Ampat baru diketahui lui kajian di Danau Balbullol akan sekitar 55 danau laut, 15 diantaranya dideskripsikan karakter danau yang terdapat di Wayag dan Gam, dan 40 meliputi aspek fisik, kualitas air, dan lainnya di Misool (Becking dkk. 2009; biota sebagai pangkalan data kondisi Becking dkk. 2014). alami danau. Data ini berguna untuk Kajian tentang danau laut dimulai pengelolaan danau agar dalam pemanfa- di Palau dan sampai sekarang masih atannya dapat memiliki tolak ukur untuk menjadi lokasi riset terbanyak tentang mengontrol eksploitasi berlebihan danau danau laut. Awal penelitian danau laut di laut di Misool. Palau dilakukan oleh Hamner dkk.

(1982) yang menulis tentang karakte- METODE PENELITIAN ristik Danau Ubur-ubur, yang meliputi karakter fisik, kimia, dan biologi. Lokasi Penelitian Kemudian oleh peneliti yang sama Penelitian ini dilakukan di Danau penelitian berlanjut ke tiga belas danau Balbullol, yang terletak di pulau Misool terstratifikasi yang lain di Palau. Danau sebelah Tenggara (Gambar 1). Misool stratifikasi adalah tipe danau yang tidak Tenggara adalah Konservasi Laut Daerah lazim ditemukan di daerah tropis namun (KKLD) yang memiliki luas 343,200 ha sesuatu yang menarik karena semua berdasarkan Perbup No. 66/2007, Perda ubur-ubur yang merupakan maskot No. 27/2008, dan Perbup No. 5/2009 beberapa danau hanya ditemukan di (Mangubhai dkk. 2012). danau statifikasi. Hamner and Hamner

(1998) menjelaskan kondisi tersebut Metode Pengumpulan data dapat terjadi karena beberapa faktor spesifik yang ada di lokasi danau ter- Morfometri dan Kedudukan Danau sebut. Morfometri danau didapatkan de- Di Raja Ampat penelitian tentang ngan cara pemeruman. Untuk mengukur danau laut telah dilakukan oleh Becking kedalaman cara yang digunakan adalah dkk. (2011). Sebelumnya, Becking dkk. dengan mengumpulkan data kedalaman (2009) telah melakukan serangkaian sebanyak-banyaknya dari titik-titik pe- survei udara untuk mendeteksi kebera- meruman. Hal ini dilakukan karena me- daan danau laut. Di Misool, Becking dkk. netapkan lajur pemeruman yang rapat (2014) melaporkan ditemukannya tiga dan konsisten sulit dilakukan di lapangan danau laut yang dihuni oleh ubur-ubur. karena sarana apung yang digunakan Salah satunya adalah Danau Lenmakana adalah pelampung tidak bermesin. yang sekarang ramai dikunjungi wisata-

176 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 1. Lokasi Danau Balbullol

Pelampung ini sangat dipengaruhi dengan data kedalaman hingga menam- oleh aliran arus dan angin. Penetapan pilkan profil vertikal suhu dan salinitas. lajur sederhana dilakukan dengan mem- Parameter kualitas air insitu bagi danau menjadi dua bagian dengan menggunakan alat multimeter, yakni lajur yang berbeda pada saat kembali ke mengukur keasaman dengan menggu- titik awal. Dengan demikian luasan da- nakan pH meter Hana Instruments HI nau akan mendapat empat lajur. Aplikasi 9025, suhu dan Oksigen terlarut meng- OSM Tarcker untuk Android sangat gunakan YSI 550A, dan salinitas membantu untuk mendapatkan bentuk menggunakan Atago hand-held refracto- danau dengan cara mengelilingi danau. meter. Kedalaman danau juga diukur saat me- ngelilingi danau. Setelah nilai x, y, z Data Rangkaian Waktu yang merupakan lintang, bujur dan Data rangkaian waktu yang diukur kedalaman didapatkan, selanjutnya kum- meliputi data muka air laut, suhu, dan pulan nilai diplotkan dengan bantuan salinitas. Parameter ini diukur dengan perangkat lunak ArcGIS 10.1. menggunakan logger, yakni logger muka

air HOBO U20L dan logger konduk- Parameter Kualitas Air Danau tivitas HOBO U24-002-C (Gambar 2). Parameter suhu dan salinitas Kedua logger ini dipasang di danau, laut, vertikal didapatkan dengan mengguna- dan udara. Penggikatan logger di danau kan logger konduktivitas yang diikat di dan laut dilakukan di bawah permukaan kawat stainless berpemberat. Kawat ini air, tetap terendam ketika surut terendah. akan diulur ke dalam air per satu meter. Di danau pada kedalaman 2 m dan di laut Bersamaan dengan itu logger akan turut pada kedalaman 3,5 m. Logger di udara merekam. Pengukuran dilakukan di 3 diikat setinggi 5 m. Logger di laut dan di titik danau, sebelah utara, tegah, dan sela- udara diikat di Kampung Harapan Jaya tan. Data suhu dan salinitas dipasangkan sebagai tempat logistik. Kemudian data series danau dan laut diplotkan di grafik.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 177

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Perbandingan antara grafik danau dan visual. Dinding vertikal terendah sebe- laut ataupun fluktuasi grafik di masing- lum mencapai danau berbatasan langsung masing danau atau laut akan memperli- dengan air danau, hingga tidak memung- hatkan perbedaan keduanya. Terdapat kinkan menggunakan kuadran dan juga analisis statistika sederhana yang menghitung individu biota. Biota diberi- meliputi nilai maksimum, minimum, kan atribut sedikit, sedang, banyak dan mean, dan standar deviasi. berlimpah. Sedikit berarti biota terlihat hadir di danau. Sedang berarti biota lebih mudah terlihat di berbagai bagian danau. Banyak berarti biota sering terlihat di banyak bagian danau. Melimpah berarti biota terlihat mendominasi di seluruh bagian danau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Danau Balbullol berada pada 02o01S 130o40'BT, terletak di ujung pa-

ling timur Semenanjung Kaunutlol. Dari mulai pintu masuk sampai mencapai danau, batuan karst sangat terjal dan curam. Walaupun tergolong sulit dan Gambar 2. Logger muka air HOBO harus sangat hati-hati, jarak tempuh dari U20L dan konduktivitas HOBO U24- pintu masuk sampai di danau hanya 002-C memakan waktu sekitar 10 menit. Mendapatkan nilai fluktuasi pasut Gambar 3 adalah panorama Danau Bal- perjamnya yakni dengan cara mengu- bullol. rangi nilai minimal dari keseluruhan data Hubungan dengan laut terjadi muka air dengan masing-masing nilai secara periodik bersamaan dengan pasut. muka air. Di saat pasang atau surut air akan masuk atau keluar melalui saluran-saluran Biota penghubung berupa pori, lubang, dan Semua flora dan fauna di danau rekahan (Gambar 4). Tidak ditemukan diamati, diidentifikasi, dan didokumen- gua permukaan atau terusan. tasi. Identifikasi menggunakan bantuan Karakter Danau Balbullol dirang- laporan survei sebelumnya di Palau, kum pada Tabel 1 untuk kemudian Kakaban, Vietnam dan situs identifikasi diuraikan pada pembahasan selanjutnya. online. Pengamatan biota hanya secara

Tabel 1. Karakter Danau Balbullol Parameter Posisi 02o01S 130o40'BT Jarak terdekat dg laut 44,63 Luas (ha) 1,94 Kedalaman mak. (m) 38,00 Rata-rata suhu insitu (0C} 27,37 Rata-rata salinitas insitu (ppt) 32,50 DO 9,42 PH 7,35 Tertundanya pasut 3-4 jam Koneksi pori, lubang, rekahan

178 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 3. Panorama Danau Balbullol

Gambar 4. Air yang mengalir ke luar danau ketika surut

Waktu terbentuknya Danau Balbullol terdalam dari semua danau di Misool (Purba dkk, 2017). Jadi danau di Misool Colin (2009) menyatakan formasi dengan kedalaman 38 m, menurut umur danau erat hubungannya dengan kenaikan geologi masih lebih muda dari pada di muka laut. Danau yang lebih dalam ada- Palau. Purba dkk (2017) memperkirakan lah danau yang lebih dulu tergenang air. Danau Balbullol berumur dan mulai terisi Kedalaman maksimum Danau Balbullol semenjak 9.250 tahun yang lalu. Selan- adalah 38 m (Gambar 5). Artinya danau di jutnya setelah 9.250 BP muka air terus Misool berumur lebih muda daripada di naik mengisi bagian-bagian yang cekung Palau, dimana danau terdalam ditemukan yang lebih dangkal lainnya. 60 m, yakni Lake Tketau. Danau ini mulai terbentuk kira-kira 12.000 tahun yang lalu, sedangkan yang lebih dangkal kira- kira 4.000-5.000 tahun yang lalu. Untuk sementara, Danau Balbullol adalah danau

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 179

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 5. Peta kedalaman Danau Balbullol

Kualitas Air ruh pergantian cuaca ekstrim seperti di wilayah subtropis. Namun di Palau, dari Profil Suhu dan Salinitas 57 danau laut, ditemukan 12 danau laut Pengukuran profil vertikal danau yang bertipe meromiktik (Hamner dan pada Gambar 6 memperlihatkan suhu Hamner, 1998). Ada beberapa faktor menurun dengan bertambahnya kedala- pendukung yang saling mendukung, di- man. Kondisi sebaliknya terjadi untuk antaranya tingginya curah hujan pertahun salinitas. Perubahan suhu dan Sali-nitas (3000-3500 mm/th), sebagian besar danau yang sedikit ini hanya disebabkan oleh dikelilingi oleh mangrove hingga akarnya pengaruh atmosfer terhadap permu-kaan memperkecil percampuran oleh pasut, dan danau. Selanjutnya parameter men-jadi adanya percampuran di kedalaman tengah homongen sampai ke dasar sehingga karena ada arus pasut yang kuat masuk ke Danau Balbullol bertipe holomiktik. Di danau (Hamner dan Hamner, 1998). wilayah tropis, danau holomiktik memang Kondisi ini tidak ditemukan di danau laut lazim ditemukan karena tidak ada penga- Danau Balbullol.

Gambar 6. Profil vertikal dari Suhu dan Salinitas di Danau Balbullol

180 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 7. Time series suhu di laut Harapan Jaya dan Danau Balbullol. Logger di pasang di kedalaman 3,5 m dan 2 m

Gambar 8. Time series salinitas di Laut Harapan Jaya dan Balbullol Logger di pasang di kedalaman 3,5 m dan 2 m

Data series suhu dari perekaman 6 Januari berkurang hingga 3 ppt karena bulan menujukkan suhu di Danau Balbu- tingkat presipitasi meningkat dengan llol lebih panas 1oC daripada di laut. adanya musim penghujan di wilayah Raja Danau yang berbentuk basin dangkal akan Ampat. lebih mudah panas ataupun dingin. Namun demikian keduanya memiliki pola Tinggi Muka air time series yang hampir sama. Artinya, air Tipe pasut di perairan Indonesia di dalam danau adalah air yang berasal timur secara luas dan perairan Misool dari laut, yang mengalami pemanasan khususnya adalah pasut bertipe ganda sesuai dengan kondisi di danau. campuran. Terjadi dua kali pasang dan Salinitas di Danau Balbullol lebih surut dalam sehari, dengan tinggi puncak tinggi daripada di laut (Gambar 8). pasang atau lembah surut yang tidak sama Salinitas sangat stabil dengan fluktuasi (Gambar 9). dari nilai rata-rata hanya 0,3 ppt. Salinitas di laut pada awal November sampai akhir

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 181

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 9. Fluktuasi tinggi muka air dari logger muka air yang dipasang di kedalaman 2 m dan 3,5 m di Danau Balbullol dan Laut Desa Harapan Jaya. Data yang dipakai dari 8 Desember 2015 (08:00 AM) sampai 10 Desember 2015 (08:00 AM)

Di Danau Balbullol memperli- yang terbatas dengan laut, yakni hanya hatkan jarak fase bulan kuarter akhir ke melalui pori dan lubang menjadikan air fase bulan penuh terjadi selama 6 hari 4 laut lebih lambat masuk ke danau. jam. Pada saat fase bulan penuh, air pa- Dari data 15 hari ini, jangkauan sang terjadi 3 jam lebih lambat daripada pasut di Danau Balbullol adalah 0,49 m laut (06:00), sedangkan air surut terjadi dan nilai deviasi standar sejauh 0,11 m. pada 14:00, lebih lama 4 jam daripada Mean amplitudo pasut adalah 0,39 m, laut. Dari beberapa referensi Becking dkk. sedangkan di laut 1,58 m. Perbedaan mean (2011), Colin (2009), Dawson dan amplitudo pasut Danau Balbullol dengan Hamner (2005), Hamner dan Hamner laut sangat signifikan, hanya 24% dari (1998), Santodomingo (2009), penunan- laut. Menurut penggolongan Becking daan pasut di Balbullol lebih lama (2011), Danau Balbullol tergolong danau daripada beberapa danau di Palau, yang memiliki tingkat isolasi yang tinggi Vietnam, dan Berau. Waktu tunda pasut karena pengurangan pasut melebihi 50% yang lebih lama ini tidak sebanding dari pasut laut. Demikian juga tertun- dengan jarak terdekat danau terhadap laut danya pasut yang lebih dari dua jam. yang hanya 44,3 m, Tingkat komunikasi

Gambar 10. Tinggi muka air Danau Balbullol dari 19 Oktober 2015 sampai 04 November 2015

182 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Biota dan melimpah. Hidup juga tiga jenis Terdapat dua jenis alga hijau yang karang keras, yakni Diploria strigrosa, hidup di danau, yakni Cladophora sp. dan Euphyllia glabrescens, Siderastrea side- Caulerpa lentifera yang hanya tumbuh di rea dengan kelimpahan sedang dan ba- sebelah timurlaut. Tidak ditemukan alga nyak. Bahkan dinding danau di bawah di bagian lain danau. Moluska yang dite- permukaan air ditumbuhi dengan berma- mui adalah koloni spesies bivalvia Bra- cam-macam karang dan karang lunak. Di chidontes puniceus dan bulu babi danau ini ditemukan banyak Lytocarpus Diadema setosum. Bulu babi ini hadir sp. Substrat danau adalah karang mati dan sebagai bagian dari ekosistem terumbu pecahan cangkang Brachidontes spp. karang, yakni sebagai predator karang. Gambar 11 di bawah memperlihatkan Balbullol memang memiliki diversitas persentasi jenis-jenis biota di Danau karang lunak yang tinggi. Ada minimal Balbullol, yang kemudian diuraikan pada tujuh jenis karang lunak yang hidup di Tabel 2. danau ini. Beberapa diantaranya banyak

Gambar 11. Persentase jenis biota dari keseluruan biota di Danau Balbullol

Komposisi biota yang terdapat di Ha Long Bay Vietnam. Spesies ini tidak danau laut belum dapat memperlihatkan hadir di Danau Balbullol yang amplitudo secara jelas hubungan dengan tingkat pasutnya 25% dan penundaan waktu keterisolasian danau tersebut. Situasi pasut sampai empat jam dari laut. yang sama diungkapkan juga oleh Azzini dkk. (2007) yang meneliti Demosponges spesies di 15 tempat di Ha Long Bay Vietnam. Delapan diantaranya adalah danau laut. Demikian juga yang dilakukan oleh Becking dkk. (2011) di habitat anchialine Kalimantan timur dan Raja Ampat. Danau yang dianggap memiliki konektivitas sedang berdasarkan penggecilan amplitudo pasut, justru ditemukan spesies yang eksis di sistem yang terisolasi. Jenis karang lunak Suberites diversicolor yang hadir di danau terisolasi di Raja Ampat dan Kalimantan juga hadir di danau yang memiliki salinitas rendah dan suhu yang tinggi di

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 183

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Tabel 2. Biota laut yang hidup di Danau Balbullol

Biota Atribut Biota Atribut Alga H. Plumulariidae Cladophora sp. + Lytocarpus sp. +++ Caulerpa lentifera ++ Sponges Moluska Cinachyrella alloclada +++ Brachidontes erosa + Paratetilla sp. +++ Brachidontes puniceus + Mycale armata +++ Pinctada sp. ++ Oceanapia sp. ++++ Karang Spongia officinalis +++ Diploria strigrosa +++ Theonella sp. +++ Euphyllia glabrescens ++ Zygomicale parishii +++ Siderastrea sidereal ++ Echinodermata Ikan Diadema setosum +++ Tylosurus sp. + Euapta godeffroyi ++ Keterangan : - absen, + sedikit, ++ sedang, +++ banyak, ++++ berlimpah

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Danau Balbullol adalah danau laut Azzini F, Calcinai B, Cerrano C, bertipe holomiktik dan terisolasi dari laut. Bavestrello G, Pansini M. 2007. Suhu dan salinitas air laut membentuk Sponges of the Marine Karst Lakes karakternya sendiri setelah masuk ke and of the Coast of the Islands of Ha danau. Antara danau dan laut tidak Long Bay ( North Vietnam ). April terkoneksi dengan baik. Dengan demi- 2003: 157–64. kian, danau ini adalah danau yang sangat Becking LE, de Leeuw C, Vogler C. 2014. sensitif karena sukar menetralisir kondisi Newly Discovered ‘Jellyfish La- di danau dengan ruang yang lebih luas kes’ in Misool, Raja Ampat, Papua, (laut). Jikalau mendapat tekanan dari Indonesia. Marine Biodiversity manusia ataupun alam, ekosistem di 45(4): 597–98. Danau Balbullol sangat mudah terganggu dan rusak. Becking LE, Renema W, Dondorp. 2009. Marine Lakes of Raja Ampat, West UCAPAN TERIMA KASIH Papua, Indonesia : General Over- view of First Sightings. Laporan Penelitian ini tidak akan terlaksana Survei: 1–26. tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terimakasih disampaikan kepada TNC Becking LE, Renema W, Santodomingo Raja Ampat Marine Program, Wage- N, Hoeksema BW, Tuti J, Voogd de ningen University Netherland, BLUD NJ. 2011. Recently Discovered Raja Ampat, mahasiswa FPIK UNIPA Landlocked Basins in Indonesia pengontrak matakuliah Tugas Akhir, dan Reveal High Habitat Diversity in tim yang sudah membantu di lapangan. Anchialine Systems. Hydrobiolo- Sebagian pendanaan penelitian dibiayai gia. oleh Hibah Penerapan Produk Terapan Cerrano C, Azzini F, Bavestrello G, 2016, Kementerian Riset Teknologi dan Calcinai B, Pansini M, Sarti M, pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Thung D. 2006. Marine Lakes of Karst Islands in Ha Long Bay (Vietnam). Chemistry and Ecology

184 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

22(6): 489–500. Purba GYS, Haryono E, Sunarto. 2017. Kapan Terbentuknya Danau Laut di Colin PL. 2009. Marine Enviroments of Misool Raja Ampat? Prosiding Palau. Sand Diego: Indo-Pacific Seminar Nasional Geografi UMS Press. 2017, 22 Mei 2017. Fakultas Geo- Dawson MN, Hamner WM. 2003. grafi Universitas Muhamadyah Su- Geographic Variation and Behavi- rakarta. ISBN 978-602-361 072-3. oral Evolution in Marine Plankton: hal. 655-662. The Case of Mastigias (Scyphozoa, Santodomingo N. 2009. Unravelling the Rhizostomeae). Marine Biology Moon Sponges: On the Ecology 143(6): 1161–74. and Phylogeni of Cinchyrella Spp. Dawson MN, Martin LE, Bell LJ, Patris S. and Paratetilla Spp. (Spirophorida: 2009. Marine Lakes. In Encyclo- Tetillidae) in Indonesian Anchia- pedia of Islands, eds. R Gillespie line Lakes. Master Pro. Laiden Uni- and D.A Clague. Barkeley: Unver- versity. sity California Press, 603–7.

Dawson MN, Martin LE, Penland LK.

2001. Jellyfish Swarms, Tourists, and the Christ-Child. Hydrobiolo- gia 451: 131–44.

Hamner WM, Gilmer RW, Hamner PP.

1982. The Physical, Chemical, and Biological Characteristics of a Stratified, Saline, Sulfide Lake in Palau. Limnol. Oceanogr 27(5): 896–909. Hamner WM, Hamner PP. 1998. Strati- fied Meromictic Lakes of Palau (Western Caroline Island). Physical Geography: 175–220. Holthuis LB. 1973. Caridean Shrimps Found in Land-Locked Saltwater at Indo-West Pacific Localites Islands (Sinai Peninsua, Funafuti Atol, Maui and Hawaii Isalnds) With the Desription of One New Genus and Four New Spesies : 1–53. Mangubhai S, Erdmann MV, Wilson JR, Huffard CL, Ballamu F, Hidayat NI, Hitipeuw C, Lazuardi M, Muhajir, Pada D, Purba G, Rotinsulu C, Rumetna L, Sumolang K, Wen W. 2012. Papuan Bird’s Head Seascape: Emerging Threats and Challenges in the Global Cen- ter of Marine Biodiversity. Marine Pollution Bulletin 64(11): 2279–95. http://dx.doi.org/10.1016/j.marpolb ul.2012.07.024.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 185

Purba et.al: Karakter Danau Laut Balbulol di Misool p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

186 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

Souisa et.al: Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

POLA SEBARAN PLANKTON SECARA HORIZONTAL DI PERAIRAN DESA OHOILILIR, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Plankton Distribution Pattern Horizontally In Ohoililir Water, Southeast Maluku Regency

Fabian N.J. Souisa1*, Erna Almohdar 2

1Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Poltek Tual, 39411, Indonesia. 2Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Poltek Tual, 39411, Indonesia. *Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Plankton dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis yang hidup melayang-layang di permukaan air, sedangkan zooplankton herbivora atau karnivora yang bersifat planktonik. Tujuan untuk mengetahui pola sebaran horizontal plankton di perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tengga. Pengambilan sampel plankton pada Oktober 2015 dengan menggunakan plankton net yang mempunyai ukuran mata jaring 80 μm pada 4 stasiun. Kelimpahan total plankton berkisar antara 1,785,000-3,015,000 sel/m3 dan zooplankton kelas Crustacea mendominansi perairan tersebut. Spesies dominan di perairan ini dan selalu ada di setiap stasiun adalah spesies Branchionus angularis dengan kelimpahan tertinggi (49,000 sel/m3). Kelimpahan plankton tertinggi terjadi di stasiun ke 2 dan terendah di stasiun 4. Pola sebaran horizontal dengan konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun ke-2 dengan nilai kelimpahan lebih dari 30.000 sel/m3.

Kata kunci: Sebaran, Plankton, Maluku Tenggara

ABSTRACT

Plankton is divided into two classes phytoplankton and zooplankton, where phytoplankton is microscopic plants that buoyant and float in the upper part of the ocean, whereas herbivor and carnivore zooplankton have more planktonic characteristic. This research aimed to figure plankton distribution pattern horizontally in Ohoililir water, Southeast Maluku Regency. Collecting data conducted on October, 2015 by using plankton net with 80 μm mesh size on four stations. Total Profusion plankton were around 1,785,000-3,015,000 cell/m3 which the most dominant zooplankton found were from crustacean class and Branchionusangularis genus as high as 49,000 cell/m3. The highest profusion was on second station and the lowest was on fourth station. Highest distribution pattern horizontally was on second station with profusion value more than 30.000 cell/m3.

Key words: Distribution, Plankton, Southeast Maluku

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 187

Souisa et.al: Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PENDAHULUAN langsung sangat dipengaruhi oleh pertum- buhan dan kerapatan plankton menjadi Desa Ohoililir merupakan daerah makanan utamanya (Hickman et al. 2009). strategis bagi masyarakat, dimana perairan Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini dibagi dalam 4 zona. Pertama adalah ini adalah untuk mengetahui sebaran zona pemukiman penduduk, pada zona ini plankton secara horizontal di perairan Desa masyarakat bebas melakukan aktifitasnya Ohoililir Kabupaten Maluku Tenggara. baik penangkapan, pariwisata dan lainnya.

Kedua adalah zona penangkapan dimana METODE PENELITIAN pada zona ini masyarakat bebas melakukan kegiatan penangkapan. Ketiga adalah zona Waktu dan Tempat usaha, pada zona ini terdapat usaha budi- Penelitian dilakukan di perairan Desa daya rumput laut. Keempat zona wisata, Ohoililir Kabupaten Maluku Tenggara dimana pada zona ini terdapat kawasan wi- selama 1 (satu) bulan yakni pada bulan sata yang menyediakan panorama keinda- Oktober 2015. Analisis sampel dilakukan di han bagi pengunjung dan terdapat pasir Laboratorium Hama dan Penyakit, Politek- panjang yang luas membentang. Adanya nik Perikanan Negeri Tual. Pengambilan kegiatan yang berbeda pada masing-masing sampel plankton dilakukan pada empat zona di perairan ini menyebabkan perbe- lokasi yaitu: lokasi pemukiman penduduk, daan kesuburan perairan pada masing- lokasi penangkapan, lokasi usaha budidaya masing zona tersebut. Kesuburan perairan dan, lokasi wisata. Lokasi penelitian dapat dapat diketahui salah satunya dengan dilihat pada Gambar 1. mengukur sebaran plankton.

Plankton dibagi menjadi dua golo- Metode Pengambilan Sampel ngan yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis Metode pengumpulan data pada yang hidup melayang-layang di permukaan penelitian ini menggunakan metode purpo- air, sedangkan zooplankton pemakan herbi- sive random sampling pada daerah yang vora atau karnivora yang bersifat plank- telah ditentukan. Plankton net yang digu- tonik. Fitoplankton bersifat autotrof dan nakan mempunyai ukuran mata jaring 80 menjadi produsen primer perairan, sedang- μm, diameter mulut jaring 0,31 m pada 4 kan zooplankton merupakan konsumen stasiun. Pengambilan sampel menggunakan tingkat pertama yang langsung memangsa satu jenis jaring yang ditarik dari dasar fitoplankton. Dalam rantai makanan selan- menuju permukaan perairan (horizontal). jutnya zooplankton menjadi sumber maka- Identifikasi plankton secara deskripsi nan organisme yang lebih tinggi tingka- meng-gunakan buku kunci identifikasi tannya. Perubahan fungsi perairan sering plankton dari Hutabarat dan Evans (1986), diakibatkan perubahan struktur dan nilai Needham, (1962), Smith (1952), dan Wells kuantitatif zooplankton. Perubahan ini (1961). Sampel plankton diberi pengawet dapat disebabkan faktor fisika, kimia mau- formalin 4 % dan disimpan dalam botol pun aktivitas manusia. Hal ini tergantung selanjutnya diberi label dan dibawa ke labo- dari kondisi beberapa faktor oseanografi ratorium untuk diidentifikasi. Di labora- pada perairan tersebut, yang meliputi torium pada saat pengamatan, tiap botol kedalaman, kecerahan, kecepatan dan arah sampel plankton dikocok agar merata, arus, suhu, salintas, oksigen terlarut dan kemudian diambil sebanyak satu mililiter nutrien. Berbagai jenis ikan pe!agis kecil, dan diletakkan pada gelas sadwick rafter, pelagis besar dan demersal serta biota air selanjutnya diamati pada mikroskop dengan lainnya sangat melimpah dan menjadi pembesaran 40x. Tiap sampel plankton sasaran tangkapan nelayan. Kelimpahan diidentifikasi hingga tingkat genus. berbagai jenis ikan pelagis kecil, terutama ikan pemakan plankton (planktivor), secara

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 188

Souisa et.al: Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Gambar 1. Peta Lokasi penelitian di Perairan Desa Ohoililir.

Kelimpahan plankton dihitung dengan Dimana: formula berikut. E = Indeks Keanekaragaman N = n i x (Vr/Vo) x (1 /Vs) H’max = Keanekaragaman Maksimum Keterangan: S = Jumlah seluruh spesies N = Jumlah individu plankton genus (i/m3) HASIL DAN PEMBAHASAN Vr = Volume air tersaring (ml) Berdasarkan hasil penelitian pada Vo = Volume yang diamati (ml) empat stasiun pengamatan maka pada sta- Vs = Volume air yang disaring (m3) siun ke dua yaitu lokasi penangkapan Ni = Jumlah plankton genus i pada terdapat plankton tertinggi. Jumlah kelim- volume air yang diamati (individu). pahan total plankton yaitu 3.015.000 sel/m3

yang terdiri dari 10 jenis fitoplankton dan Beberapa indeks biotis dihitung 10 jenis zooplankton. Dimana jumlah fito- untuk mengetahui kondisi komunitas plank- plankton yang dominan adalah Nitzschia ton antar stasiun penelitian. lndeks yang commulata (566,67 %). Untuk jenis zoo- dihitung adalah “Shannon Index of plankton yang dominan yaitu Coscino- Diversity” (Odum, 1994), untuk mengeta- discus (3,296 %). Selain itu jumlah hui keanekaragaman spesies (H). Penghi- plankton terendah terdapat pada stasiun 4 tungan indeks dilakukan dengan formula yaitu lokasi wisata dengan jumlah berikut: 2.190.000 sel/m3 (Gambar 2). H = -Ʃ (ni/N) ln (ni/N) Prinsip penyebaran plankton secara Dimana : horizontal adalah ketidakmerataan atau H = Indeks Keanekaragaman ketidaksamaan. Pada suatu perairan biasa- Ni = Jumlah Individu setiap spesies nya terjadi ketidakmerataan penyeba-ran N = Jumlah Individu Keseluruhan plankton. Umumnya penyebaran fito-

plankton cenderung mempunyai penye- Sedangkan untuk Indeks keseraga- baran yang lebih merata dari pada penye- man/kemerataan, dihitung menggunakan baran zooplankton. Kelimpahan zooplank- “Evenness Index” (Odum, 1994), dengan ton di suatu perairan lotik jauh lebih sedikit persamaan : dibandingkan dengan fitoplankton. Barus E = H’/H’max (2002) menyatakan bahwa kecepatan arus H’max = ln S terhadap zooplankton jauh lebih kuat

dibandingkan pada fitoplankton. Oleh

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 189

Souisa et.al: Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

karena itu umumnya zooplankton banyak yang merupakan ambang batas atas suhu ditemukan pada perairan yang mempunyai optimal bagi kehidupan plankton. Menurut kecepatan arus yang rendah. Hardjosuwarno (1990) indeks keaneka- Kelimpahan plankton pada masing - ragaman tergolong tinggi. Hal ini menun- masing zona di perairan Ohoililir tergolong jukkan keanekaragaman (H), kemerataan tinggi, karena kelimpahan plankton berkisar (J), dan dominansi (C) merupakan 3 hal 3.015.000 sel/m3. Nilai keanekaragaman yang saling berkaitan dan mempengaruhi, plankton pada zona penangkapan (24,678), dimana jika indeks kemerataan yang tinggi zona budidaya (20,736) dan zona pariwisata akan meningkatkan nilai indeks (20,07) sedangkan pada zona pemukiman keanekaragaman, dan jika dominansi antar penduduk keanekaragaman menurun spesies juga tinggi menunjukkan pada (2,697). Rendahnya nilai keanekaragaman ekosistem tersebut ada jenis yang plankton pada stasiun 1 diduga dipengaruhi mendominasi, hal ini kemungkinan dise- oleh kondisi suhu perairan yang relatif babkan tingginya tingkat keanekaragaman tinggi berkisar antara 280C sampai 300C plankton pada ekosistem tersebut.

3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000

Kelimpahan Kelimpahan Sel/mª 500,000 - 1 2 3 4 Stasiun

Gambar 2. Grafik Kelimpahan total pada setiap stasiun di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara.

Seperti halnya pada plankton, nilai keanekaragaman zooplankton. Adanya keanekaragaman zooplankton yang tinggi keterkaitan antara 3 hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya nilai indeks menunjukkan bahwa kemerataan yang kemerataan zooplankton pada ekosistem tinggi akan meningkatkan indeks tersebut, karena dengan nilai indeks keme- keanekaragaman karena kemerataan yang rataan yang tinggi menunjukkan penye- tinggi menunjukkan kondisi ekosistem baran zooplankton itu merata, sehingga perairan yang stabil. Pola sebarannya keanekaragaman zooplankton menjadi kurang merata dengan indeks kemerataan tinggi, hal ini juga berpengaruh tehadap berkisar antara 0,21-0,63. Koefisien dominansi zooplankton di perairan menjadi variasinya sebesar 47,48%. tinggi karena akibat dari tingginya indeks

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 190

Souisa et.al: Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

35.000

30.000

25.000

20.000

15.000

10.000 Keanekaragaman/ind 5.000

0.000 st 1 st 2 st 3 st 4 Stasiun

Gambar 3. Grafik Keanekaragaman total pada setiap stasiun di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara.

Selain pengaruh dari faktor lingku- ngan berupa suhu perairan kemungkinan KESIMPULAN juga disebabkan karena adanya beberapa Jumlah total kelimpahan plankton kendala pada waktu pengambilan sampel. yaitu 3.015.000 sel/m3 yang terdiri dari 10 Kendala yang dihadapi antara lain keterba- jenis fitoplankton dan 10 jenis zooplankton. tasan kemampuan alat-alat penelitian yang Dimana jumlah fitoplankton yang dominan tidak memenuhi standar dalam pengam- adalah Nitzschia commulata (566,67 %). bilan sampel. Sebaran plankton di perairan Untuk jenis zooplankton yang dominan sekitar Pulau Ohoililir memperlihatkan yaitu Coscinodiscus (300 %). Selain itu perubahan musiman yang tidak jelas karena jumlah plankton terendah terdapat pada berada di daerah tropis, meskipun sangat stasiun 4 yaitu lokasi wisata dengan jumlah dipengaruhi oleh musim barat dan timur 2.190.000 sel/m3. Jumlah fitoplankton namun yang paling berperan adalah peru- dominan adalah Nitzschia commulata (300 bahan ketersediaan bahan gizi atau unsur %) dan zooplankton dominan yaitu Diacria hara. Kondisi iklim dan cuaca memegang Quadridentata (225 %), Pola sebarannya peranan yang penting terhadap dinamika kurang merata dengan indeks kemerataan populasi fitoplankton dan zooplankton berkisar antara 0,21-0,63. Koefisien (Eslinger 2001). Pada musim penghujan variasinya sebesar 47,48%. pertumbuhan populasi fitoplankton cende- rung tinggi dan melimpah, menyebabkan DAFTAR PUSTAKA biota air lainya, misalnya ikan, melakukan perkembangbiakan karena tersedia cukup Amundsen PA at el., (2008). Seasonal and makanan (Amundsen et al. 2008). Karena ontogenetic variations in resource use pada waktu pengambilan water sampel by two sympatric Arctic charr seringkali memutar saat berada di dalam air morphs. Environ Biol Fish. 83,45-55. dan tutup water sampel seringkali sudah Barus, I.T.A. (2002). Pengantar Limnologi. membuka sebelum mencapai kedalaman Medan : Jurusan Biologi FMIPA yang diinginkan. Hal ini kemungkinan USU. menyebabkan sampel yang didapat tidak Eslinger at el., (2001). Plankton dy nam ics: maksimal karea kemampuan alat-alat pene- obser ved and modelled responses to litian merupakan faktor utama dalam physical conditions in Prince William penelitian ini.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 191

Souisa et.al: Pola Sebaran Plankton Secara Horizontal p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

Sound, Alaska. Fish. Oceanogr. 10 Needham, J.G and Paul R Needham. (suppl. 1), 81--96. (1962). Fresh Water Biology . New Hardjosuwarno, S. (1990). Dasar-Dasar York : Mc. Graw Hill Book Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta : Company. Fakultas Biologi UGM Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar ekologi Hickman A.A at el., (2009). Dist ribut ion (terjemahan). Gajah Mada and ch rom a tic ad apt at ion of University. Yogyakarta. 477hlm. phytoplankton within a shelf sea Smith G.M. (1950). The Fresh Water lgae thermocline. Limnol. Oceanogr., of the United States. New York : Mc 54(2), 525-536. Graw Hill Book Company. Hutabarat, S. dan S.M. Evans. (1986). Wells T.A.G. (1961). Invertebrate Types. . Kunci Indentifikasi Zooplankton. New York : Mc. Graw Hill Book Jakarta: Universitas Indonesia. Company.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 2 November 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 192

Petunjuk Penulisan dan Pengiriman Naskah p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

PETUNJUK PENULISAN DAN PENGIRIMAN NASKAH JURNAL SUMBERDAYA AKUATIK INDOPASIFIK FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PAPUA

Petunjuk Umum Penulisan Naskah

Naskah yang disubmit belum pernah dipublikasikan sebelumnya dan tidak sedang dalam pertimbangan untuk publikasi di jurnal lain. Semua penulis naskah diharapkan sudah menyetujui pengiriman naskah ke Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasfik dan menyetujui urutan nama penulisnya. Corresponding author juga diharapkan sudah memperoleh persetujuan dari semua penulis untuk mewakili mereka selama proses penyuntingan dan penerbitan naskah. Untuk menghindari adanya plagiarism, penulis wajib mengisi dan menandatangani Statement of Originality dan melampirkannya pada bagian Upload Supplementary Files pada saat mensubmit naskahnya. Penulis yang naskahnya sudah dinyatakan Accepted, wajib mengisi lembar Copyright Transfer Agreement dan mengirimkannya ke Redaksi Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasfik. Naskah harus mengandung komponen-komponen naskah ilmiah berikut (sub judul sesuai urutan), yaitu: (a) JUDUL (Bahasa Inggris dan Indonesia), (b) Nama Penulis, (c) Afiliasi penulis, (d) Alamat email semua penulis, (e) ABSTRCT dan Key Words (bahasa Inggris) (f) ABSTRAK dan Kata Kunci (Bahasa Indonesia), (g) PENDAHULUAN, (h) METODE PENELITIAN, (i) HASIL DAN PEMBAHASAN, (j) KESIMPULAN, (k) UCAPAN TERIMA KASIH (jika ada), dan (l) DAFTAR PUSTAKA. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan jumlah halaman maksimum 25 termasuk gambar dan tabel. Naskah harus ditulis dengan ukuran bidang tulisan A4 (210 x 297 mm) dan dengan format margin kiri, kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Naskah harus ditulis dengan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran font 11pt, berjarak 2 spasi kecuali judul, afiliasi penulis, dan abstrak, dalam format satu kolom. Kata- kata atau istilah asing dicetak miring. Sebaiknya hindari penggunaan istilah asing untuk naskah berbahasa Indonesia. Paragraf baru dimulai 10 mm dari batas kiri, sedangkan antar paragraf tidak diberi spasi antara. Semua bilangan ditulis dengan angka arab, kecuali pada awal kalimat. Penjelasan lebih lanjut:

A. Judul Judul naskah ditulis secara singkat dan jelas, serta harus menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak dikemukakan dan tidak memberi peluang penafsiran yang beraneka ragam. Judul naskah tidak boleh mengandung singkatan kata. Judul ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Judul Bahasa Indonesia ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran 14, Bold, Spasi 1. Judul Bahasa Inggris ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran 14, regular , Spasi 1. Jarak antara Judul Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris adalah 12 pt (satu kali enter).

B. Nama Penulis Nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar, dengan huruf Times News Roman ukuran, ukuran 11, Bold. Jika penulis lebih dari satu, tuliskan nama-nama penulis dengan dipisahkan oleh koma (,). Jika nama penulis hanya terdiri atas satu kata, tuliskan nama sebenarnya dalam satu kata, namun demikian di versi online (HTML) akan dituliskan dalam dua kata yang berisi nama yang sama (berulang). Nama penulis ditulis dengan jarak 12 pt (satu kali enter) dari judul Bahasa Inggris. Penulis korespondensi diberi tanda *. Editor hanya akan melakukan komunikasi pada penulis korespondensi.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 193 Petunjuk Penulisan dan Pengiriman Naskah p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

C. Afiliasi Penulis Afiliasi penulis atau nama institusi penulis ditulis dibawah nama penulis dengan jarak 12 pt (satu kali enter) dari nama penulis. Penulis yang tidak berada pada institusi yang sama, harus ditandai dengan angka “1” dan seterusnya. Afiliasi ditulis dengan mencantumkan nama Jurusan/Departemen, singkatan Fakultas dan singkatan Universitas, Kota institusi, kodepos dan Negara. Afiliasi penulis ditulis dengan huruf TNR, ukuran 11 pt, regular. Contoh penulisan Afiliasi penulis: 1Jurusan Perikanan, FPIK UNIPA, Manokwari, 98314, Indonesia

D. Alamat email penulis Semua penulis wajib mencantumkan alamat emailnya masing masing dan ditulis di bawah afiliasi penulis tanpa ada jarak.

E. Abstract dan Keyword Abstract bahasa inggris ditulis dengan menggunakan huruf TNR, ukuran 11 pt, regular. Abstrak ditulis sepanjang 150 sampai dengan 300 kata, memuat inti permasalahan yang akan dikemukakan, metode pemecahannya, dan hasil-hasil temuan saintifik yang diperoleh serta kesimpulan yang singkat. Abstrak untuk masing-masing bahasa hanya boleh dituliskan dalam satu paragraf saja dengan format satu kolom. Jarak antar baris adalah satu spasi pada format ini. Setiap artikel harus memiliki Abstract Bahasa inggris dan Abstrak Bahasa Indonesia. Keyword ditulis dibawah abstract dengan jarak 12 pt dari baris terakhir abstract. Keyword berisi 5 kata kunci yang berhubungan dengan penelitian yang ditulis.

F. Abstrak dan Katakunci Abstrak bahasa Indonesia ditulis dengan menggunakan huruf TNR, ukuran 11 pt, regular. Abstrak ditulis sepanjang 150 sampai dengan 300 kata, memuat inti permasalahan yang akan dikemukakan, metode pemecahannya, dan hasil-hasil temuan saintifik yang diperoleh serta kesimpulan yang singkat. Abstrak untuk masing-masing bahasa hanya boleh dituliskan dalam satu paragraf saja dengan format satu kolom. Jarak antar baris adalah satu spasi pada format ini. Setiap artikel harus memiliki Abstract Bahasa inggris dan Abstrak Bahasa Indonesia. Kata kunci ditulis dibawah abstrak dengan jarak 12 pt dari baris terakhir abstract. Keyword berisi 5 kata kunci yang berhubungan dengan penelitian yang ditulis.

G. Pendahuluan Bagian pendahuluan ditulis dengan TNR, ukuran 11, Spasi 2. Judul Bab seperti PENDAHULUAN, METODE PENELITIAN dst, ditulis dengan huruf besar, cetak tebal, Rata Kiri. Jarak antara judul bab ke baris pertama paragraph adalah 6 pt (pada bagian after tambahkan 6 pt). Isi dari bab ditulis dengan rata kanan kiri. Aturan ini berlaku juga untuk bagian Metode penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, dan Ucapan Terimakasih.

H. Daftar Pustaka Semua rujukan yang diacu dalam teks naskah harus didaftarkan di Daftar Pustaka, demikian juga sebaliknya. Daftar Pustaka harus berisi pustaka-pustaka acuan berasal dari sumber primer (jurnal ilmiah dan berjumlah minimum 80 % dari keseluruhan daftar pustaka) diterbitkan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Setiap naskah paling tidak berisi 10 (sepuluh) daftar pustaka acuan dan penulisannya diurutkan sesuai abjad. Rujukan atau sitasi ditulis di dalam uraian/teks. Untuk naskah berbahasa Indonesia, jika rujukannya dua penulis, ditulis: Smith dan Jones (2009) atau (Smith dan Jones, 2009). Namun jika tiga penulis atau lebih, penulisannya: Smith dkk. (2009) atau (Smith dkk.,

194 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id Petunjuk Penulisan dan Pengiriman Naskah p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

2009). Untuk naskah yang berbahasa Inggris: Smith and Jones (2005) atau Smith et al., 2005. Pustaka yang ditulis oleh penulis yang sama pada tahun yang sama dibedakan dengan huruf kecil a, b, dst. baik di dalam teks maupun dalam Daftar Pustaka (misalnya 2005a atau 2005a, b). Referensi ditulis dengan format Harvard reference style. Disarankan untuk menggunakan aplikasi pengelolaan daftar pustaka misalnya Mendeley, Zotero, Refworks, Endnote, dan Reference Manager.

AOAC, 2002. Guidelines for single laboratory validation of chemical methods for dietary supplements and botanicals. AOAC Int. 1–38. Belitz, H.-D., Grosch, W., Schieberle, P., 2009. Food Chemistry, 4th ed. Springer-Verlag, Berlin. Hua, X., Yang, R., 2016. Enzymes in Starch Processing, in: Ory, R.L., Angelo, A.J.S. (Eds.), Enzymes in Food and Beverage Processing. CRC Press, Boca Raton, pp. 139– 170. doi:10.1021/bk-1977-0047. OECD-FAO, 2011. OECD-FAO Agricultural Outlook - OECD [WWW Document]. Pratiwi, T.. Uji Aktivitas Ekstrak Metanolik Sargassum hystrix dan Eucheuma denticulatum dalam Menghambat α-Amilase dan α-Glukosidase. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, Indonesia. Setyaningsih, W., Saputro, I.E., Palma, M., Barroso, C.G., 2016. Pressurized liquid extraction of phenolic compounds from rice (Oryza sativa) grains. Food Chem. 192. doi:10.1016/j.foodchem.2015.06.102. Setyaningsih, W., Saputro, I.E., Palma, M., Carmelo, G., 2015. Profile of Individual Phenolic Compounds in Rice ( Oryza sativa ) Grains during Cooking Processes, in: International Conference on Science and Technology 2015. Yogyakarta, Indonesia.

Bagian Tabel dan Gambar

Tabel dan Gambar diletakkan di dalam kelompok teks, sesudah tabel atau gambar tersebut dirujuk. Setiap gambar harus diberi judul tepat di bagian bawah gambar tersebut dan bernomor urut angka Arab. Setiap tabel juga harus diberi judul tabel dan bernomor urut angka Arab, tepat di atas tabel tersebut. Gambar-gambar harus dijamin dapat tercetak dengan jelas, baik ukuran font, resolusi, dan ukuran garisnya. Gambar, tabel, dan diagram/ skema sebaiknya diletakkan sesuai kolom di antara kelompok teks atau jika terlalu besar diletakkan di bagian tengah halaman. Tabel tidak boleh mengandung garis-garis vertikal, sedangkan garis-garis horisontal diperbolehkan tetapi hanya bagian yang penting saja.

Template Penulisan Naskah

Pembuatan template bertujuan untuk memudahkan penulis dan menyeragamkan persepsi format penulisan yang digunakan. Teks dapat di-copy paste ke template ini sehingga penulis tidak lagi kesulitan untuk menyesuaikan dengan format penulisan yang dimaksudkan. Penting untuk diketahui, template berikut menggunakan MS-Word tipe 2013 sehingga penulis dianjurkan menggunakan tipe yang sama dengan tujuan mencegah perbedaan tulisan. Penggunaan MS Word tipe 2010 masih dapat diterima namun tidak direkomendasikan. Template naskah atau manuscript dapat di unduh dari website Jurnal dengan alamat www.ejournalfpikunipa.ac.id.

Petunjuk Submit Naskah secara Online

Naskah yang sudah memenuhi petunjuk penulisan Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik dikirimkan melalui cara berikut ini:

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 195 Petunjuk Penulisan dan Pengiriman Naskah p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

1. Pengiriman naskah dengan Online Submission System di portal e-journal, pada alamat http://ejournalfpikunipa.ac.id 2. Penulis mendaftarkan sebagai Author dengan meng-klik bagian “Daftar atau Register” atau pada alamat http://ejournalfpikunipa.ac.id/index.php/JSAI/user/register 3. Lengkapi semua form yang diminta dan klik Daftar 4. Kemudian lakukan login dengan menggunakan username dan password yang tadi anda daftarkan. 5. Setelah Penulis login sebagai Author, klik “New Submission”. Submit naskah terdiri atas 5 tahapan, yaitu: (1) Start, (2) Upload Submission, (3) Enter Metadata, (4) Upload Supplementary Files, dan (5) Confirmation. 6. Pada bagian Start, pilih Journal Section (Full Article), centang semua checklist. 7. Pada bagian Upload Submission, silakan unggah file naskah dalam MS Word tipe 2013 atau versi lebih baru. Sangat tidak disarankan menggunakan format file office 2003,2007. 8. Pada bagian Enter Metadata, masukkan data-data lengkap semua penulis dan afiliasinya, diikuti dengan judul, abstrak, dan indexing keywords. 9. Pada bagian Upload Supplementary Files, diperbolehkan mengunggah file data-data pendukung, surat pengantar, termasuk surat pernyataan keaslian naskah, atau dokumen lainnya. 10. Pada bagian Confirmation, klik “Finish Submission” jika semua data sudah benar.

Untuk tutorial secara lengkap dapat dilihat pada video tutorial di link berikut:

1. Tutorial mendaftar sebagai penulis link: https://youtu.be/kDMF1vSwiDw 2. Tutorial Mengedit profil penulis : https://youtu.be/HWtwm9N7Nu4 3. Tutorial SUbmit artikel : https://youtu.be/EJImHZPZmrw 4. Tutorial memperbaiki artikel hasil review: https://youtu.be/2-eghy2qIQ

196 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id Petunjuk Penulisan dan Pengiriman Naskah p-ISSN 2550-1232 e-ISSN 2550-0929

JURNAL SUMBERDAYA AKUATIK INDOPASIFIK Berkala Ilmiah Penelitian Perikanan dan Kelauatan Volume 1, Nomor 2, November 2017

Print ISSN: 2550-1232 Elektronik ISSN: 2550-0929 Jurnal Online : www.ejournalfpikunipa.ac.id

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 197