EVALUASI PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT PANTAI (GERBANG MAPAN) DI KABUPATEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Administrasi Publik

Oleh: SITI MAEZAHROH 6661142851

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA , 2018

i

ii

iii

iv

JIKA KAMU TIDAK TAHAN AKAN LELAHNYA BELAJAR, MAKA KAMU HARUS SANGGUP MENAH LELAHNYA DIBODOHI SEUMUR HIDUPMU -IMAM SYAFI’I-

SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA ORANGTUAKU, ADIK, SAHABAT DAN MEREKA YANG SENATIASA SELALU MENDOAKAN

v

ABSTRAK

Siti Maezahroh. NIM. 6661142851. Skripsi. Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang. Pembimbing I: Drs. Oman Supriyadi, M.Si dan Pembimbing II: Riny Handayani, M. Si

Fokus penelitian adalah evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang. Permasalahan pada penelitian adalah kurang siapnya agen pelaksana di tingkat SKPD maupun aparatur desa, rendahnya partisipasi masyarakat, tidak sesuainya anggaran, belum adanya peningkatan ekonomi dan perbaikan infrastruktur dasar yang signifikan. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi Program Gerbang Mapan di Kabupaten Tangerang dan mengetahui sejauhmana pengaruh yang ditimbulkan dari Program Gerbang Mapan. Teori yang digunakan adalah teori Evaluasi Kebijakan Publik CIPP (Context, Input, procces, Product) oleh Daniel Stufflebeam (1966). Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif deskriptif. Analisis data yang digunakan dengan prosedur reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan oleh Matthew B. Milles dan Michael Huberman. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan Program Gerbang Mapan belum berjalan dengan optimal secara pelaksanaan masih banyak desa dan kegiatan yang belum dilaksanakan, Program Gerbang Mapan belum memberikan dampak signifikan, belum terbangunnya koordinasi di lingkungan SKPD maupun pemerintahan desa dan belum adanya pengawasan. Saran yang menjadi rekomendasi adalah merubah leading sector, melaksanakan program dengan bertahap sesuai potensi dan karakteristik desa, memberikan pengawasan dan pembinaan yang intensif pada penerima bantuan, menyelaraskan rencana Program Gerbang Mapan dengan rencana kerja dinas dan menjalin koordinasi yang lebih baik dengan SKPD maupun pemerintahan desa.

Kata Kunci : Evaluasi, Program Gerbang Mapan, Pesisir.

vi

ABSTRACT

Siti Maezahroh. NIM. 6661142851. Research Paper. The Evaluation of Coastal Community Development Movement Program in . First Supervisor: Drs. Oman Supriyadi, M.Si and Second Supervisor: Riny Handayani, M. Si

This research was focused on evaluation of coastal community development movement program in Tangerang Regency. The problems found in this research were the lack of agents’ readiness on either government agent level or the village apparatus, the low participation of the community, the inappropriate budget, the absence of significant economic improvement, the absence of basic infrastructure improvements. This research was intended to evaluate evaluation of coastal community development movement program in Tangerang Regency and to find out how far the influence of evaluation of coastal community development movement program was. Theory used was CIPP (Context, Input, Process, Product) Public Policy Evaluation theory by Daniel Stufflebeam (1966). Method used was desciptive qualitative method. Data analysis used was procedures of data reduction, data presentation, and conclusion by Matthew B. Milles and Michael Huberman. The results showed that evaluation of coastal community development movement program has not been optimally implemented; several villages and agendas have not been done, evaluation of coastal community development movement program has not provide a significant influence, the coordination in either government agent or village government environment has not been found and the supervision has not been conducted. Related to the results, the researcher offered some suggestions such as changing leading sector, implementing the program gradually according to the village's potential and characteristics, providing intensive supervision and guidance to beneficiaries, align the plans of evaluation of coastal community development movement program with the work plan, being better at coordinating with government agent or village apparaturs.

Keywords : Coast, Evaluation, Evaluation of Coastal Community Development Movement Program.

vii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Administrasi Publik pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Terimakasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu secara moriil maupun materiil dalam melakukan penelitian untuk kelancaran penyusunan skripsi ini, secara khusus untuk doa yang tiada henti dari Mama dan

Bapak, atas jerih payah yang tulus ikhlas, tidak pernah menyerah dalam mendidik dan memberi semangat serta untuk Adiya sebagai adik yang selalu menyemangati, mengingatkan serta menghibur selama proses penulisan skripsi. Sehubungan dengan hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirayasa.

3. Ibu Rahmawati S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i

4. Bapak Iman Mukhroman, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga sebagai

Dosen Pembimbing Metodologi Penelitian Administrasi.

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ibu Dr. Arenawati, S.Sos., M.Si.,Wakil Ketua Program Studi Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Ibu Rina Yulianti, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak arahan dan perhatian dalam perkuliahan dan penyusunan

skripsi ini.

9. Bapak Drs. Oman Supriyadi, M.Si., Dosen Pembimbing I yang selalu

memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi.

10. Ibu Riny Handayani, M.Si., Dosen Pembimbing II yang juga selalu

memberikan arahan, masukan dan kritik yang membangun serta semangat

dalam penyusunan skripsi.

11. Kepada seluruh Dosen Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah

mendidik dan membekali penulis dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang

bermanfaat selama perkuliahan.

ii

12. Para Staff Tata Usaha Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan

administrasi dan informasi selama perkuliahan.

13. Bapak SM. Agustin Hari Mahardika Selaku Kasubag TU Upt BBI Dinas

Perikanan Kab. Tangerang/Sekretaris Program Gerbang Mapan yang telah

memberikan informasi yang diperlukan, selalu memberikan semangat dan

menjadi teman diskusi dalam penelitian ini.

14. Kepada seluruh informan penelitian yang telah memberikan informasi dan

meluangkan waktu untuk penulis demi kelancaran penelitian.

15. Terima kasih kepada Pasukan Tempur (S)(K)R(I)(P)SI M. Irfan Nawawi,

Rifda Deliana, Rachmi Hidayati, Luthfan Dwi A.P., Ilham Gunawan, Dede

Ayub, Randy Arlan, Dhany Subarkah, Anggita Adeliani, Annisa Rizqiyah,

Megawati, Zetha Bernynda dan Anna Novita Sari yang selalu menyemangati

serta ikhlas mendengarkan keluh kesah selama menjalani penyusunan skripsi.

16. Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan Administrasi Publik Angkatan

2014, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah memberikan

kesan, tawa, serta dukungan agar kelak sukses bersama.

17. Terima kasih kepada kawan-kawan Himane 2015, Himane 2016 dan Bem

FISIP 2017 yang telah memberikan kebahagiaan dalam berorganisasi dan

hangatnya kekeluargaan

18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah membantu

selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.

iii

Atas segala bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik yang telah diberikan selama penyusunan skripsi, maka peneliti ucapkan terimakasih dan hanya dapat memanjatkan doa semoga kebaikan tersebut dibalas dengan pahala yang berlipat ganda dan merupakan suatu amal kebaikan di sisi Allah SWT.

Peneliti juga menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis berharap agar upaya ini dapat mencapai maksud yang diinginkan dan dapat menjadi tulisan yang berguna bagi semua pihak.

Serang, Juli 2018 Peneliti

Siti Maezahroh

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... v

DAFTAR TABEL...... vi

DAFTAR GAMBAR ...... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2 Identifikasi Masalah ...... 15

1.3 Rumusan Masalah ...... 15

1.4 Tujuan Penelitian ...... 15

1.5 Manfaat Penelitian ...... 16

1.6 Sistematika Penulisan ...... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN

ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka ...... 20

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ...... 20

v

2.1.2 Pengertian Evaluasi kebijakan ...... 24

2.1.3 Pengertian Evaluasi Program ...... 25

2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan ...... 27

2.1.4.1 Model Evaluasi Kebijakan William Dunn ...... 27

2.1.4.2 Model Evaluasi Kebijakan Leo Agustino ...... 31

2.1.4.3 Model Evaluasi Kebijakan CIPP ...... 33

2.1.5 Pengertian Wilayah dan Masyarakat Pesisir ...... 36

2.1.5.1 Pengertian Wilayah pesisir ...... 36

2.1.5.2 Pengertian Masyarakat Pesisir ...... 38

2.1.6 Pengertian Program Gerbang Mapan ...... 41

2.2 Penelitian Terdahulu ...... 47

2.3 Kerangka Berfikir ...... 53

2.4 Asumsi Dasar ...... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...... 55

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ...... 56

3.3 Lokasi Penelitian ...... 57

3.4 Variabel Penelitian ...... 57

3.4.1 Definisi Konsep ...... 57

3.4.2 Definisi Operasional ...... 59

3.5 Instrumen Penelitian ...... 60

3.6 Informan Penelitian ...... 61

3.7 Teknik pengumpulan Data ...... 62

vi

3.8 Teknik Analisis Data ...... 66 3.9 Uji Keabsahan Data ...... 68 3.10 Jadwal Penelitian ...... 70 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...... 71 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang ...... 72 4.1.2 Gambaran Kondisi Umum Pesisir Kabupaten Tangerang...... 83 4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang...... 86 4.2 Deskripsi Data Penelitian ...... 89 4.2.1 Daftar Informan Penelitian ...... 89 4.2.2 Deskripsi Data ...... 90 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ...... 92 4.3.1 Evaluasi Konteks ...... 93 4.3.2 Evaluasi Input ...... 103 4.3.3 Evaluasi Proses ...... 112 4.3.4 Evaluasi Produk ...... 125 4.4 Pembahasan ...... 132 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...... 160 5.2 Saran ...... 161 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Klasifikasi Rumah Tangga Miskin Kabupaten Tangerang .. 6

Tabel 2.1 Tahapan Kebijakan Publik ...... 23

Tabel 3.1 Informan Penelitian ...... 62

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...... 63

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ...... 70

Tabel 4.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Tangerang ...... 75

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang 2017 ...... 77

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tangerang 2014-2016 ..... 78

Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang 206 ...... 79

Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Tangerang 2016 ...... 81

Tabel 4.6 Luas Wilayah Kecamatan Pesisir ...... 84

Tabel 4.7 Luas Wilayah dan Nama Desa Kecamatan Pesisir 2017 ...... 85

Tabel 4.8 Informan Penelitian ...... 89

Tabel 4.9 Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan Program Gerbang Mapan ...... 118

Tabel 4.10 Desa-Desa Penerima Program Gerbang Mapan...... 150

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penelitian ...... 153

Tabel 4.12 Anggaran Program Gerbang Mapan Tahun 2014-2017 ...... 158

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Potensi Besar Laut ...... 2

Gambar 1.2 Tumpukan Sampah di Desa Pesisir ...... 7

Gambar 2.1 Model Evaluasi Leo Agustino ...... 31

Gambar 2.2 Diagram Pembagian Zonasi/Wilayah Kepesisiran ...... 37

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ...... 53

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ...... 66

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Tangerang ...... 74

Gambar 4.2 Peta Topografi Wilayah Pesisir Kabupaten Tangerang ...... 83

Gambar 4.4 Framework Program Gerbang Mapan...... 115

ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari lautan dan daratan, dimana Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Salah satu keunikan

Indonesia yaitu memiliki wilayah lautan yang lebih luas dibandingkan wilayah daratan. Luas wilayah laut Indonesia adalah dua per tiga dari seluruh luas Negara

Indonesia, yaitu sekitar 3.273.810 km² sedangkan luas daratan Indonesia adalah 1.919.440 km². Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil yang berawal dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik, menjadikan Indonesia sebagai negara kepualauan terbesar di dunia, terdiri dari lima pulau besar yaitu

Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua.

Bukan hanya pulau-pulau besar, Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil nan indah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai negara kepulauan terbesar (1.904 ribu km2) dan negara dengan garis pantai terpanjang kedua (55 ribu km2) setelah Kanada serta letaknya yang berada di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia dijuluki sebagai negara mega biodiversity, karena memiliki keragaman dan kekayaan sumberdaya yang melimpah. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada daratan Indonesia tetapi lautan

Indonesia juga memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Di dalam laut Indonesia tersimpan begitu banyak kekayaan alam yang tidak dimiliki negara lain. Bahkan

Indonesia menjadi habitat dari 37% spesies ikan terumbu karang dan 76% spesies

1 2

terumbu karang dunia. Kekayaan kelautan Indonesia juga dapat berpotensi menjadi pusat bisnis perikanan, pelayaran sampai pariwisata, dan diharapkan mampu menopang kehidupan 7,9 juta penduduk miskin yang bergantung pada laut Indonesia. Seperti yang terdapat pada gambar yang peneliti lampirkan di bawah ini.

Gambar 1.1 Potensi Besar Laut Indonesia

(Sumber : www.katadata.co.id, diakses pada 21 Desember 2017)

Besarnya potensi kelautan yang dimiliki Indonesia sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Sebagai negara maritim terbesar, pembangunan di wilayah pesisir dan laut belum mendominasi, sehingga kenyataan ini tidak serta merta menjadikan pembangunan sektor kelautan dan maritim sebagai primadona pembangunan. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu

3

pemilihan strategi pembangunan Indonesia yang tidak memihak pada kelautan sebagai salah satu penggerak utama pembangunan serta ketidakjelasan perencanaan pembangunan di wilayah pesisir. Kekayaan dan potensi yang sangat besar dari pengelolaan kelautan Indonesia sampai saat ini dirasa belum berperan besar bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam hal ekonomi maupun pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan yang pernah dikatakan Presiden Republik Indonesia saat ini Bapak Jokowi, kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk. Kini saatnya kita mengembalikan semuannya sehingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana”

(Sumber : kompas.com diakses pada 21 Desember 2017).

Sedangkan sekarang ini pemerintah belum memfokuskan pembangunan pada potensi kelautan Indonesia, hal ini diperkuat dengan Badan Pusat Satistik

Indonesia yang mencatat sekitar 7,87 juta jiwa penduduk miskin nasional menggantungkan hidupnya dari laut. Mereka tersebar di 10.666 desa pesisir yang berada di 300 kota/kabupaten di Indonesia, daerah pesisir masih menjadi daerah- daerah yang tertinggal di Indonesia dengan masih kurangnya infrastruktur dasar, sarana kesehatan, pendidikan dan sebagainnya. Masyarakat pesisir juga masih terikat pada pemikiran yang tertinggal dan tidak dapat mengoptimalkan potensi yang ada. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas dan kurang berkembangnya

4

kegiatan ekonomi yang berbasis pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan.

(Sumber: www.neraca.co.id)

Dari tiga puluh tiga provinsi yang dimiliki Indonesia, merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi laut dan wilayah pesisir yang besar, tetapi belum dapat mengoptimalkan pembangunan dari daerah pesisir maupun lautnya. Wilayah pesisir dan laut Provinsi Banten memiliki luas perairan

11.134,22 km2 (belum termasuk perairan nusantara/teritorial dan ZEEI yang dapat dimanfaatkan) dengan panjang garis pantai 509 km serta 55 pulau-pulau kecil dan pulau terluar yang menyimpan keragaman dan kekayaan sumberdaya pesisir dan laut. Banten terkenal dengan potensi lautnya seperti jejeran pantai-pantai (Anyer,

Carita, Sawarna) bahkan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan jumlah tangkapan ikan di Provinsi Banten sebanyak 60.000 ton/tahun. Jumlah tersebut mampu untuk pemenuhan di pasar lokal Banten, dijual ke pasar-pasar

Jakarta bahkan ekspor. Seperti yang disebutkan di atas, wilayah pesisir dapat menjadi daerah yang memiliki potensi ekonomi namun pada kenyataannya tidak didukung dengan pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir belum memiliki pengetahuan yang luas mengenai cara mengelola wilayah pesisirnya.

Sehingga di Provinsi Banten wilayah pesisir merupakan wilayah dengan daerah yang masih miskin (Sumber : Dokumen RPJM Provinsi Banten 2007-2012).

Pembangunan pesisir yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian menyebabkan desa pesisir dihadapkan dengan empat persoalan pokok, yaitu tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, kerusakan sumber daya pesisir,

5

rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan minimnya infrastruktur serta kesehatan lingkungan (Sumber: http://pdpt.gaismedia.com ).

Buruknya pengelolaan dan regulasi pada pemerintahan pusat tentu akan memberikan dampak pada daerah-daerah pesisir lainnya, karena kondisi yang sama juga ditemui di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional, dimana kondisi pesisir Kabupaten Tangerang juga cukup memperihatinkan. Permasalahan di wilayah pesisir Pantai Utara

Kabupaten Tangerang memang sangat krusial, banyak permasalahan- permasalahan yang sampai saat ini belum terselesaikan seperti permasalahan kemiskinan, sampah sampai pada abrasi yang menjadi bencana atau fenomena alam yang terus terjadi di Kabupaten Tangerang.

Menurut data yang diperoleh peneliti dari jurnaltangerang.com sebanyak 7% dari 3,1 jiwa masyarakat Kabupaten Tangerang tinggal di wilayah pesisir, yaitu sekitar 81.603 rumah tangga atau 314.351 penduduk miskin yang perlu dientaskan.. Dengan adanya sumberdaya laut semestinya masalah ini dapat diatasi, dengan membuat masyarakat yang lebih berdaya guna. Berikut daftar klasifikasi rumah tangga miskin berdasarkan kecamatan di pesisir Kabupaten

Tangerang yang disajikan pada tabel 1.1.

6

Tabel 1.1 Data Klasifikasi Rumah Tangga Miskin Kecamatan Pesisir Kabupaten Tangerang 2017 NAMA JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH KECAMATAN DESIL 1*) DESIL 2*) DESIL 3*) DESIL 4*) 1.958 2.041 3.539 2.409 9.947 MEKAR BARU 2.104 1.963 2.548 1.026 7.641 MAUK 1.875 1.964 3.874 3.556 11.269 KEMIRI 1.956 1.552 2.427 1.530 7.465 9.80 1.257 2.469 1763 6.469 3.544 4.158 6.104 2.596 16.402 3.136 3.191 4.927 2.204 13.458 KOSAMBI 1.474 1.923 3.524 2.031 8.952 TOTAL 17.027 18.049 29.412 17..115 81.603 *Catatan Desil 1 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia) Desil 2 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 11% - 20% terendah di Indonesia) Desil 3 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 21% - 40% terendah di Indonesia) Desil 4 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 31% - 40% terendah di Indonesia) (Sumber: Basis Data Terpadu Untuk Perlindungan Sosial, )

Masalah lain yang sangat penting adalah masalah sampah, sampah menjadi gambaran utama di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Hal ini dikarenakan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan hilir dari perjalanan panjang

Daerah Aliran Sungai Cisadane. Mulai dari Kabupaten Bogor sampai dengan

Kota DKI . Selain itu pencemaran juga terjadi di laut Kabupaten

Tangerang, hal tersebut dikarenakan laut Kabupaten Tangerang yang dilintasi oleh kapal-kapal yang akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok kemudian melakukan pertukaran air balas (Water Ballast Change), yang berisi zat-zat kimia dan membuat pencemaran pada air laut Kabupaten Tangerang. (Pemaparan Bupati

Tangerang pada kegiatan high level meeting integrated coastal management, pada

2 Februari 2018). Dan dibuktikan dengan dokumentasi peneliti sebagai berikut pada gambar 1.2.

7

Gambar 1.2 Tumpukan Sampah di Wilayah Pesisir Kabupaten Tangerang

(Sumber : Peneliti, 2018)

Selain itu wilayah pesisir Kabupaten Tangerang dihadapkan pula pada ancaman fenomena alam atau yang lebih dikenal dengan abrasi dengan tingkat yang cukup tinggi. Fenomena abrasi adalah permasalahan yang krusial dan sangat berpengaruh di wilayah pesisir. Abrasi yang terjadi di wilayah pesisir utara

Kabupaten Tangerang merupakan dampak negatif dari kegiatan pengembangan wilayah yang tidak diantisipasi pada pembangunan masa lampau. Abrasi di sepanjang pesisir pantai menimbulkan kerugian seperti penurunan luasan daratan dan terancamnya pemukiman dan aktivitas penduduk. Peristiwa abrasi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain hilangnya pohon bakau (Rhizopora sp.) dan api-api (Avicennia sp) yang seharusnya dapat menjadi gerbang utama penyelamat pantai dari ancaman gelombang, serta ancaman angin muson barat,

8

penggalian pasir baik secara legal maupun illegal dan adanya bangunan tegak lurus pantai yang mempercepat terjadinya abrasi.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Tangerang, abrasi yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten

Tangerang terhitung sejak tahun 1995-2015 sudah mencapai 579,8 Ha. Fenomena ini perlu penanganan serius, jika tidak hal ini berpotensi merusak sumberdaya alam dan mengakibatkan masyarakat kehilangan mata pencaharian karena masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumberdaya alam tersebut.

Potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Tangerang yang cukup tinggi, mulai dari tersedianya sumber bahan makanan utama seperti ikan dan rumput laut, potensi pariwisata dan lainnya seharusnya dapat menjadi keunggulan komparatif yang tinggi pula. Potensi keunggulan komparatif yang tinggi ini dapat dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif yang dapat dikembangkan oleh desa-desa di wilayah pesisir sehingga mampu meningkatkan kemajuan wilayahnya, meningkatkan pendapatan daerah, dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, strategi dalam mendorong pembangunan di wilayah pesisir harus berpegang pada prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan ekonomi wilayah berbasis sumberdaya dapat bertumpu pada tiga pilar yaitu sebagai sentral produsen, sentral konsumen, dan sentral sumberdaya itu sendiri. Ketiga pilar ini dapat dioptimalisasi secara bersamaan maupun parsial tergantung pada kondisi dan situasi wilayah serta kemampuan wilayah tersebut untuk mengembangkan potensinya.

9

Kabupaten Tangerang seharusnya mampu menjalankan pembangunan khususnya di wilayah pesisir dalam kerangka tiga pilar ini. Dalam konteks tersebut, Kabupaten Tangerang dapat dikatakan memiliki pilar pertama yaitu resources center. Sementara itu, peran provinsi sebagai pusat produsen

(producers center) bagi produk dan jasa kelautan dan perikanan juga memiliki arti penting dan cukup potensial. Sebagai pusat konsumen (consumers center),

Kabupaten Tangerang berpotensi menjadi salah satu pintu keluar bagi ekspor hasil kelautan dan perikanan (pasar ekspor) maupun menjadi salah satu pusat pertumbuhan pasar daerah (pasar domestik).

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, mendorong daerah-daerah untuk dapat mengurusi potensi daerahnya dengan mandiri sesuai dengan kondisi dan potensi daerah yang ada. Selain adanya wewenang untuk mengurusi wilayahnya sendiri, pada tahun 2012-2014

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI meluncurkan sebuah program untuk membantu membangun masyarakat dan wilayah pesisir. Program tersebut adalah

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh, program ini dilaksanakan di 16 kawasan pesisir kabupaten/kota yang ada di Indonesia dan salah satunya adalah

Kabupaten Tangerang. Program ini dilaksanakan di Kecamatan Teluknaga meliputi Desa Muara, Desa Tanjung Burung dan Desa Tanjung Pasir. Kata

“Tangguh” yang menjadi ciri khas dari program PDPT ini betul-betul menjadi pegangan kuat bagi masyarakat pesisir yang merasakan program tersebut. Sebagai catatan kecil, program ini mempunyai aturan main implementasi dalam kegiatan fisik tidak diberikan insentif khusus karena akan meruntuhkan semangat

10

partisipasi dan rasa kepemilikan (sense of belonging) terhadap apa yang sudah mereka bangun untuk desa. Semangat rasa kepemilikan ini menjadi penting guna menjamin keberlanjutan manfaat dari fasilitas tersebut terkait unsur pengelolaan dan pemeliharaan. Jika masyarakat merasa fasilitas itu dibuat oleh mereka dan untuk mereka sendiri, maka akan ada perasaan untuk selalu menjaga serta merawat fasilitas tersebut.

Program di atas menginspirasi Kabupaten Tangerang untuk mendorong pembangunan di wilayah pesisir yang berkelanjutan selepas dari berakhirnya program PDPT pada tahun 2014. Selain keberhasilan PDPT melihat banyaknya permasalahan yang ditemukan di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang, kemudian

Bupati Kabupaten Tangerang lewat Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang mencanangkan 25 program unggulan. Salah satunya yaitu Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan). Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program yang dibuat untuk menjalankan salah satu misi Bupati

“Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang terstruktur, khususnya program ini dirancang untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang, memperbaiki perekonomian masyarakat, perbaikan infrastuktur dasar dan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya. Program ini merupakan sebuah program lintas sektor, yang melibatkan lebih dari satu dinas pemerintahan. Program Gerbang Mapan juga mengusung pengelolaan pesisir berkelanjutan atau ICM yang dianggap mampu

11

membantu pelaksanaan program. Program ini dibuat dengan sasaran 25 desa pesisir yang tersebar di delapan kecamatan pesisir di Kabupaten Tangerang yaitu

Kecamatan Kronjo, Kecamatan , Kecamatam Kemiri, Kecamatan

Mauk, Kecamatan Sukadiri. Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Teluknaga dan

Kecamatan Kosambi.

Program ini mulai dirancang pada tahun 2014, dan bekerja sama dengan

PKSPL IPB sebagai rekan akademisi yang akan membantu dalam pendampingan dan penyusununan isu-isu strategis yang muncul serta merancang rencana aksi dari Program Gerbang Mapan, yang selanjutnya hasil kerjasama tersebut tertuang dalam sebuah dokumen perencanaan atau yang sering disebut Roadmap Gerbang

Mapan. Dari roadmap tersebut tertuang Program Gerbang Mapan memiliki tiga fokus utama yang hendak dicapai, yaitu peningkatakan perekonomian masyarakat pesisir, untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat pesisir, perbaikan infrastuktur dasar dan membangun masayarakat pesisir yang lebih berdaya.

Dari pelaksanaan Program Gerbang Mapan selama kurang lebih lima tahun belum semua desa pesisir menerima Program Gerbang Mapan, dari 25 desa yang menjadi sasaran program, yang menerima Program Gerbang Mapan ada 9 desa yaitu Desa Patramanggala, Desa Marga Mulya, Desa Muara, Desa Ketapang,

Desa Kronjo, Desa Muncung, Desa Tanjung Burung, Desa Surya Bahari dan Desa

Karang Serang. Dari Sembilan desa ini, penerimaan bantuan Program Gerbang

Mapan juga tidak sama dari desa dengan desa yang lainnya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan potensi desa dan tingkat keaktifan atau partisipasi masyarakat dalam Program Gerbang Mapan. Selain itu ketidakmerataan Program

12

Gerbang Mapan dikarenakan sudah bergesernya lahan perairan atau tambak menjadi daratan hal ini terjadi di Kecamatan Kosambi. Dengan demikian juga belum terjadi perubahan yang signifikan baik dari segi peningkatan perekonomian, perberdayaan masyarakat maupun perbaikan infrastruktur dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan Program Gerbang Mapan. Karena dari pelaksanaan program ini masih ditemukan beberapa permasalahan yang kemudian

Program Gerbang Mapan ini menjadi hambatan untuk dapat mencapai sasaran yang hendak dicapai. Peneliti akan mencoba menjabarkan masalah-masalah yang terjadi selama pelaksanaan Program Gerbang Mapan berlangsung.

Pertama, kurang siapnya agen pelaksana progam baik tingkat desa maupun ditingkatan SKPD. Rendahnya partisipasi dari aparatur desa terlihat pada tahun

2014 program ini mulai berjalan dengan sosialisasi dan FGD yang dilakukan oleh

Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Pada kegiatan ini hanya dihadiri oleh 15 perwakilan desa untuk mewakili desanya masing-masing, sehingga Porgram

Gerbang Mapan tidak banyaknya diketahui oleh aparatur desa maupun masyarakat desa pesisir. Hal ini juga berdampak kepada pelaksanaan Program Gerbang

Mapan, karena stakeholders yang dianggap bisa menjembatani antara pemerintah dengan masyarakat juga kurang kooperatif. Saat observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di desa-desa pesisir, peneliti menemukan aparatur desa yang tidak tahu dengan adanya pelaksanan Program Gerbang Mapan dan menunjukan sikap tidak peduli (apatis).

Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program lintas sektor, dimana pelaksanaan program ini akan melibatkan dinas-dinas lain. Dinas atau SKPD

13

terkait yang ikut serta dalam program ini diantaranya adalah Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan,

Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang dengan leading sector

Dinas Perikanan. Sebagai program lintas sektor tentu ada koordinasi yang dibangun dalam pelaksanaan program ini dan sudah dibentuk tim koordinasi

Gerbang Mapan yang dilegalkan dengan SK Bupati. Namun pada fakta di lapangan menurut pemaparan sekretaris maupun pendamping Program Gerbang

Mapan dari Dinas Perikanan, koordinasi yang diharapkan dari setiap sektor kurang berjalan dengan baik, hal ini terjadi salah satunya karena tidak sejalannya program unggulan dengan program dinas yang ada. Sehingga terjadi penumpukan dan tumpang tindih tugas atau program yang harus dijalankan. Sehingga tim koordinasi yang sudah dibentuk tidak berjalan dan tidak memaksimalkan pencapaian dari Program Gerbang Mapan. Dan dalam pelaksanaannya Program

Gerbang Mapan hanya mengandalkan Dinas Perikanan saja. Sedangkan untuk mencapai tiga fokus yang sebelumnya disampaikan harus dibantu oleh dinas-dinas lain. Sehingga bantuan yang diberikan terkesan tidak tuntas, sebagai contoh bantuan untuk mendistribusikan produk barang hasil olahan masyarakat yang dapat dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM, namun karena tidak berjalannya koordinasi hal tersebut tidak dapat dilaksanakan.

Masalah lain yang ditemukan yaitu masih rendahnya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Program Gerbang Mapan. Hal ini dikatakan oleh pendamping Program Gerbang Mapan saat peneliti melakukan wawancara, masalah ini juga merupakan dampak dari masalah ketidakpedulian aparatur desa

14

yang sebelumnya disampaikan, namun yang sangat sulit diatasi adalah karakteristik sosiologi masyarakat pesisir yang cuek dan terus ingin dibantu menjadi hambatan paling berat. Hal tersebut juga telah dikeluhkan oleh pemerintah karena sulitnya merubah mindset dari masyarakat pesisir. Dalam sebuah kebijakan, masyarakat berperan penting dalam keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan atau program tersebut. Lebih buruk lagi, orientasi masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang akan adanya program pemerintah adalah sebatas karena uang. Masyarakat akan mengikuti kegiatan pemerintah asal ada insentif yang diberikan seusai kegiatan. Masyarakat belum berpikir manfaat dan pengetahuan yang didapat dari kegiatan yang diikuti. Masyarakat yang demikian cenderung ingin cara-cara yang instan untuk mendapat uang, sehingga sebesar apapun bantuan yang diberikan pemerintah tidak akan dapat dimanfaatkan menjadi sebuah usaha dan yang terjadi bantuan yang diberikan akan habis untuk digunakan sehari-hari. Hal ini juga yang menyebabkan masyarakat belum dapat meningkatkan perekonomian dari hasil pengolahan maupun tangkapan ikan.

Masalah selanjutnya yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan Program

Gerbang Mapan adalah masalah anggaran Program Gerbang Mapan yang diberikan kerap kali dicairkan tidak sesuai dengan perencanaan, anggaran yang turun ada di akhir tahun dan hal tersebut mengakibatkan perlu adanya penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. Dengan anggaran yang terbatas dan untuk menjalankan tiga fokus atau tujuan yang hendak dicapai dengan beberapa masalah di atas tentu akan sulit ditambah lagi dengan masalah-masalah yang telah disebutkan di atas.

15

Melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Program

Gerbang Mapan di Kabupaten Tangerang, maka akan berpengaruh pada keberhasilan dan pencapaian tujuan dari Program Gerbang Mapan, maka dari itu perlu diadakan penelitian lebih dalam mengenai evaluasi Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Kurangnya siapnya agen pelaksana baik di tingkat SKPD maupun Aparatur Desa 2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 3. Ketidaksesuaian anggaran dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 4. Program Gerbang Mapan belum mencapai 25 desa pesisir yang menjadi sasarannya. 5. Program Gerbang Mapan belum menunjukan peningkatan pada tiga aspek utama yaitu ekonomi, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan oleh peneliti dan sesuai dengan identifikasi masalah maka peneliti menyimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Evaluasi Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan Program Gerbang Mapan dalam memperbaiki

16

perekonomian, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat pesisir di

Kabupaten Tangerang dan mengetahui dampak yang dirasakan wilayah pesisir dengan adanya Program Gerbang Mapan serta mengupayakan pemerintah/dinas menambah dan/atau, mengurangi hal-hal yang terdapat dalam program sehingga dapat memaksimalkan pelaksanaan program dan dapat dikembangkan diberbagai wilayah pesisir lainnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diharapkan peneliatian ini juga dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi perkembangan program studi Administrasi Publik khusunya mengenai evaluasi kebijakan publik dan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk peneliti lainnya.

Sedangkan manfaat praktis yang diharapakan peneliti adalah hasil penelitian ini dapat memberikan informasi-informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya pemerintahan daerah Kabupaten Tangerang dalam peningkatan kesejahteraan wilayah pesisir. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pemikiran untuk melakukan evaluasi Program

Gerbang Mapan oleh dinas terkait.

17

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari :

a. Latar belakang masalah, menjelaskan mengenai ruang lingkup dan

kedudukan peramasalahan yang akan menjadi alasan dilakukannya

penelitian tersebut.

b. Identifikasi masalah, menjelaskan mengenai identifikasi masalah yang

ditemukan oleh peneliti dan dikaitkan dengan topik/judul penelitian.

c. Rumusan masalah, menjelaskan mengenai penetapan masalah yang

dianggap paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian.

d. Tujuan penelitian, menjelaskan mengenai sasaran yang diinginkan peneliti

dalam penelitiannya dan harus sejalan dengan rumusan masalah yang ada.

e. Manfaat penelitian, menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari hasil

penelitian.

f. Sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN

ASUMSI DASAR

Terdiri dari :

a. Deskripsi teori, pada bagian ini peneliti mengkaji berbagai teori dan

konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian yang

kemudian akan menjadi pisau analisis untuk mendapatkan jawaban dari

penelitian yang dilakukan.

18

b. Penelitian sebelumnya, berisi ringkasan penelitian yang serupa yang telah

dilakukan sebelumnya sebagai bahan referensi dan masukan hal-hal yang

perlu ditambahkan atau dihilangkan. c. Kerangka berfikir, pada bagian ini peneliti akan menggambarkan alur

pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan

penjelasan kepada pembaca. d. Asumsi dasar, merupakan penjelasan atau kesimpulan awal dari peneliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini mencakup : a. Desain penelitian, dalam bagian ini peneliti menjelaskan mengenai metode

yang digunakan dalam penelitian, fokus dan lokus dalam penelitian yang

dilakukan, dan menjelaskan definsi konsep dan definisi operasional. b. Instrumen penelitian, akan menjelaskan mengenai alat yang digunakan

sebagai pencarian data yang diperlukan dalam penelitian. c. Informan penelitian, bagian ini menjelaskan siapa saja yang menjadi

sumber informasi dalam penelitian. d. Teknik pengumpulan data, menjelaskan cara-cara yang ditempuh atau

digunakan peneliti dalam mencari informasi mengenai penelitian yang

dilakukan. e. Teknik analisis data, bagian ini menjelaskan cara yang dipilih peneliti

untuk dapat menerjemahkan data-data yang didapat di Lapangan menjadi

sebuah narasi.

19

f. Uji keabsahan data, berisi teknik yang dipilih peneliti untuk menghasilkan

data yang kredibel. g. Jadwal Penelitian, berisi keterangan waktu selama proses penelitian ini

berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN a. Deskripsi lokasi penelitian, akan menjelaskan mengenai keadaan lokasi

penelitian yang kemudian dikaitkan dengan permasalahan. b. Deskripsi informan dan data lapangan, menjelaskan mengenai informan

sebagai sumber informasi dan mendeskripsikan informasi dan data yang

didapat dari informan. c. Pembahasan, menyusun jawaban yang didapat dari informan dan

diselaraskan dengan teori yang peneliti gunakan.

BAB V PENUTUP a. Kesimpulan, merupakan jawaban dan simpulan dari rumusan masalah

yang ada. b. Saran, merupakan rekomendasi yang diberikan peneliti dari kesimpulan

dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR

DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada subbab ini peneliti akan memaparkan beberapa teori yang dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian dan dianggap paling relevan untuk menganalisis objek penelitian. Teori dan konsep-konsep ini yang akan dipergunakan dalam penelitian dan tidak menutup kemungkinan akan bertambah sesuai dengan kondisi yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya, deskripsi teori menjadi pedoman dalam penelitian ini untuk menerjemahkan fenomena-fenomena sosial yang ada di dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai dengan uraian pada bab sebelumnya.

2.1.1 Kebijakan Publik

Sebelum membahas mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik, akan terlebih dahulu mengka ji apa yang dimaksud dengan kebijakan dan apa yang dimaksud dengan publik. Dalam sebuah negara harus ada „sesuatu‟ hal yang dibuat agar kehidupan masyarakat dapat berjalan baik dan selaras dengan landasan atau ideologi negara. Pada dasarnya „sesuatu‟ tersebut adalah peraturan yang berasal dari hasil pemikiran atau perundingan yang diputuskan oleh pemerintah, kemudian hasil dari putusan dapat disebut sebagai kebijakan dan lebih luasnya adalah kebijakan publik. Sedangkan kebijakan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

20 21

kepemimpinan dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.

Sedangkan menurut asal katanya (secara etimologis), istilah publik merupakan serapan dari bahasa inggris yang juga memiliki dua arti yaitu sebagai kata benda, the community in general or part of community having a particular interest in common (Leo Agustino 2016: 7). Dan kedua sebagai kata sifat, yang pengertiannya erat kaitannya dengan segala sesuatu yang menyangkut masyarakat.

Selanjutnya, kebijakan publik menurut Thomas R. Dye, menjelaskan bahwa kebijakan publik : “…what governments do, why they do it, and what difference it makes” (Dye 1992). Merujuk definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah (baik itu bertujuan untuk menyelesaikan masalah, meningkatkan sumberdaya manusia, menghentikan tindakan terorisme, ataupun lainnya) dan kerja tersebut menghasilkan sesuatu (what difference it makes). Dalam sudut pandang lain, Dye

(1992: 2) dalam Leo Agustino (2016: 15) kebijakan sebagai “Anything a government to do or not to do.” Dalam kalimat yang lebih mudah, kebijakan menurut Dye berarti sesuatu hal baik yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah.

Berbeda dengan definisi yang dituangkan oleh Willian I. Jenkins (1987), di mana beliau menjelaskan bahwa kebijakan publik merupakan sebuah proses, dan bukan hanya sekedar pilihan pemerintah. Lebih jelas lagi Jenkins mengatakan kebijakan publik adalah proses pembuatan serangkaian keputusan yang komprehensif menyertakan banyak stakeholders. Definisi ini diperkuat dan

22

semakin dilengkapi dengan pendapat dari Anderson, beliau mengatakan bahwa kebijakan merupakan keputusan yang diambil oleh beberapa aktor pembuat kebijakan, kebijakan yang terbaik sering kali muncul dari diskusi panjang para aktor yang melibatkan peran stakeholders.

Meskipun kebijakan publik belum dapat didefinisikan secara baku, dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menarik simpulan bahwa kebijakan publik adalah sebuah keputusan yang diambil melalui sebuah proses diskusi yang melibatkan aktor-aktor pembuat kebijakan dan dipergunakan sebagai sebuah pilihan untuk dapat menyelesaikan permasalahan publik dan dituangkan dalam bentuk dokumen (legal) atau sebuah produk hukum berupa Undang-Undang,

Perturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan seterusnya.

Dari pendapat-pendapat di atas kemudian dapat pula disimpulkan bahwa kebijakan publik memiliki karakteristik utama. Dalam (Agustino 2016: 19), menyebutkan beberapa karakteristik utama dari kebijakan publik, antara lain:

1. Kebijakan publik merupakan sebuah tindakan yang memiliki maksud atau tujuan tertentu; 2. Kebijakan publik dibuat oleh pihak yang berwenang; 3. Kebijakan publik pada dasarnya merupakan keputusan yang simultan dan bukan keputusan yang terpisah-pisah; 4. Kebijakan merupakan „apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah‟ dan bukan „apa yang hendak dikerjakan oleh pemerintah.‟ 5. Kebijakan publik bisa bersifat popular (pencabutan subsidi, penerapan suku bunga tinggi dan sebagainya) 6. Kebijakan dapat berbentuk positif maupun negatif. Untuk yang positif, kebijakan melibatkan tindakan untuk menangani masalah, sedangkan yang negatif kebijakan dapat melibatkan suatu keputusan untuk tidak melakukan suatu tindakann atau tidak mengerjakan apapun.

Sebuah kebijakan tentu tidak tercipta dengan cara yang instan, proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan

23

banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Beberapa ahli politik yang

menaruh minat untuk mengkaji kebijakan proses kemudian membagi proses

penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Berikut adalah tahapan

pembuatan kebijakan publik menurut Willian Dunn :

Tabel 2.1 Tahapan Kebijakan Publik

FASE KARAKTERISTIK ILUSTRASI Penyusunan Para Pejabat yang dipilih dan Legislator negara dan kosponsornya Agenda diangkat menempatkan masalah menyiapkan rancangan undang- pada agenda publik. Banyak undang mengirimkan ke Komisi masalah tidak disentuh sama Kesehatan dan Kesejahteraan untuk sekali, sementara lainnya ditunda dipelajari dan disetujui. Rancangan untuk waktu yang lama. berhenti dikomite dan tidak dipilih Formulasi Para pejabat merumuskan Peradilan negara bagian Kebijakan alternatif kebijakan untuk mempertimbangkan pelarangan mengatasi masalah. Alternatif penggunaan tes kemampuan standar kebijakan melihat perlunya seperti SAT dengan alasan bahwa membuat perintah eksekutif, tes tersebut cenderung bias terhadap keputusan peradilan, dan tindakan perempuan dan minoritas. legislatif. Adopsi Alternatif kebijakan yang diadopsi Dalam keputusan mahkamah agung Kebijakan dengan dukungan dari mayoritas pada kasus Roe .v. Wade tercapai legislative, konsesus di antara keputusam mayoritas bahwa wanita direktur lembaga, atau keputusan mempunyai hak untuk mengakhiri peradilan. kehamilan melalui aborsi Implementasi Kebijakan yang telah diambil Bagian Keuangan Kota mengangkat Kebijakan dilaksanakan oleh unit-unit pegawai untuk mendukung administrasi yang memobilisasi peraturan baru tentang penarikan sumberdaya finansial dan pajak kepada rumah sakit yang manusia. tidak lagi memiliki status pengecualian pajak. Penilaian Unit-unit pemeriksaan dan Kantor akutansi publik memantau Kebijakan akutansi dalam pemerintahan program-program kesejahteraan menentukan apakah badan-badan sosial seperti bantuan untuk eksekutif, legislatif dan yudikatif keluarga dengan anak tanggungan memenuhi persyaratan undang- (AFDC) untuk menentukan luasnya undang dalam pembuatan penyimpangan/korupsi. kebijakan dan pencapaian tujuan. (Sumber : William Dunn, 2003)

24

2.1.2 Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektivan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai serta untuk melihat sejauhmana kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Menurut Anderson dalam Winarno ( 2013:229), secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak pelaksanaan kebijakan tersebut.

Menurut Lester dan Stewart (Winarno, 2013:229) evaluasi kebijakan dapat dibedakan kedalam dua tugas yang berbeda, tugas pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi kebijakan merupakan persoalan fakta yang berupa pengukuran serta penilaian baik terhadap tahap implementasi kebijakannya maupun terhadap hasil (outcome) atau dampak

(impact) dari bekerjanya suatu kebijakan atau program tertentu, sehingga menentukan langkah yang dapat diambil dimasa yang akan datang.

Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi kebijakan publik adalah salah satu tahapan dari proses kebijakan publik. Evaluasi berarti memberikan penilaian atas berhasil atau tidaknya suatu kebijakan pemerintah atas pedoman-pedoman yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi kebijakan tidak selalu menjadi proses akhir tapi juga sudah mulai dilakukan selama sebuah

25

kebijakan mulai diimplementasikan. Evaluasi kebijakan publik juga akan memberikan rekomendasi-rekomendasi mengenai kebijakan yang sedang atau sudah diterapkan untuk selanjutnya menentukan kebijakan tersebut masih layak, perlu ditambahkan atau dikurangi agar sesuai dengan tujuan.

Tujuan dari evaluasi kebijakan menurut Subarsono (2005: 120-121), menjabarkan beberapa tujuan dari evaluasi kebijakan, antara lain :

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan. 2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan. 3. Mengukur tingkat keluaran (outcame) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan. 4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut evaluasi tujannya untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif. 5. Untuk mengetahui apabila terdapat penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target. 6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan kedepan, agar dihasilkan yang lebih baik.

2.1.3 Pengertian Evaluasi Program

Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Program merupakan sebuah implementasi dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat kemudian dilakukan turunan dari kebijakan tersebut sampai pada terbentuknya program. Hal ini sebagai bentuk kemudahan dan bentuk nyata dalam implementasi sebuah kebijakan dan dapat diterapkan pada masyarakat serta membantu mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat.

26

Beberapa definisi tentang evaluasi program yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (2007) “a program evaluation theory is a coherent set of conceptual , hypothetical, pragmatic, and ethical principles forming a general framework to guide the study and practice of program evaluation.” Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas. Hal ini berarti bahwa evaluasi program dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisis fakta, data dan informasi untuk mengumpulkan harga nilai evaluasi yang merupakan bagian terpenting dalam setiap kegiatan ataupun program, sehingga tidak ada satu kegiatan pun yang dapat terlaksana dengan baik tanpa evaluasi.

Menurut Nanang, evaluasi program adalah pembuatan pertimbangan menurut perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Rutman, evaluasi program adalah penerapan metode-metode ilmiah untuk mengukur implementasi dari hasil program untuk mengambil keputusan.

Sedangkan Brinkerhoff menyatakan bahwa evaluasi program adalah :

1. Proses menentukan sejauh mana tujuan dan sasaran program telah terealisasi. 2. Memberikan informasi untuk pengambilan keputusan. 3. Perbandingan kinerja dengan patokan-patokan tertentu untuk menentukan apakah terdapat kesenjangan. 4. Penilaian tentang harga dan kualitas. 5. Ukuran, pilih yang dikembangkan, dengan itu masing-masing tujuan ditentukan. 6. Investigasi sistematis mengenai nilai atau kualitas suatu objek.

27

2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan Publik

2.1.4.1 Model Evaluasi William Dunn

Mengevaluasi dampak suatu program atau kebijakan publik diperlukan adanya suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program atau kebijakan publik tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam menghasilkan informasi terdapat kriteria evaluasi dampak kebijakan publik yaitu sebagai berikut :

1. Efektivitas

Efektivitas (effectiveness) yang mengukur apakah suatu alternatif sasaran yang dicapai dengan suatu alternatif kebijakan dapat menghasilkan tujuan akhir (outcomes=effect) yang diinginkan. Jadi, suatu strategi kebijakan dipilih karena dilihat dari kapasitasnya memenuhi tujuan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan masyarakat.

Berdasarkan paparan diatas, bahwa efektifitas berarti menunjukan bahwa

semakin realisitis sebuah kebijakan atau program maka semakin besar pula

efektivitasnya. Seperti yang dikatakan di atas, apabila setelah adanya program

atau kebijakan publik ini ternyata tidak dapat menyelesaikan permasalahan

yang ada di tengah masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa program atau

kebijakan tersebut gagal. Ada kebijakan publik yang dapat mencapai tujuan

namun belum dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada, karena

ada kalanya sebuah kebijakan publik hasilnya tidak langsung efektif dalam

jangka pendek akan tetapi setelah melalui beberapa proses lainnya.

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin

besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka

semakin efektif organisasi, program atau kebijakan. Ditinjau dari pengertian

efektivitas usaha, maka data diartikan bahwa efektivitas adalah sejauhmana

28

dapat mencapai tujuan pada waktu yang tepat dalam pelaksanaan tugas pokok,

kualitas produk yang dihasilkan dan perkembangan. Dapat disimpulkan

efektifitas berarti suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan

dicapai serta kemampuan organisai, program atau kebijakan dalam

melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

2. Efisiensi

Pengertian ini bersamaan dengan berpikir ekonomi (economic rasionality)

yang mengukur besarnya pengorbanan atau ongkos yang harus dikeluarkan

untuk pencapaian tujuan atau efektivitas tertentu. Efisiensi sering dipakai

dalam ukuran-ukuran keuangan. Misalnya dalam mengukur biaya per unit,

seperti besarnya biaya per meter persegi sebuah bangunan dan besarnya biaya

per kubik air dari suatu irigasi. Oleh karena itu, kriteria efisiensi dianggap

sebagai kriteria keuangan.

Diantara kedua kriteria ini, yaitu efektivitas dan efisiensi selain terdapat

perbedaan dalam ukuran tujuan dan biaya, terdapat pula perbedaan orientasi.

Efisiensi lebih berorientasi kuantitatif, sedangkan efektivitas berorentasi pada

kualitatif.

Kriteria efisien berarti bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan

yang diharapkan dengan biaya dan waktu yang minim. Dan apabila

pelaksanaan dari sebuah program memakan biaya terlampau besar, maka

kebijakan telah melakukan pemborosan dan perlu dikaji ulang untuk

kelayakan kebijakan tersebut.

29

3. Kecukupan

Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya

masalah. Hal ini diukur di sini apakah suatu kebijakan dapat mecapai hasil

yang diharapkan dengan sumber daya yang ada. Kriteria cukup ini berkaitan

dengan variasi antara sumber daya dan tujuan yang ingin dicapai sebagai

berikut :

1. Pencapaian sasaran tertentu dengan biaya tertentu.

2. Pencapaian salah satu diantara banyak sasaran dengan biaya tetap.

3. Pencapaian tujuan tertentu dengan biaya yang dapat berubah.

4. Pencapaian salah satu diantara banyak sasaran dengan biaya yang

dapat berubah.

4. Kemerataan

Kriteria ini mengukur suatu strategi kebijakan dalam hubungannya dengan

penyebaran atau pembagian hasil dan ongkos atau pengorbanan diantara pihak

dalam masyarakat. Kriteria ini juga erat berhubungan dengan rasionalitas legal

dan sosial serta menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-

kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada

perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil

didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien dan

mencukupi apabila biaya dan manfaat merata.

Berdasarkan pendapat di atas, kemerataan berarti kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah haruslah dapat dirasakan bagi seluruh warga negara

30

tanpa membedakan antara golongan atau ras. Sehingga dengan adanya

kebijakan publik akan terciptanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dan

tidak ada diskriminasi serta terbentuknya kaum elit dan proletar. Dengan

pemerataan kebijakan pula akan terbentuk masyarakat yang lebih maju.

5. Responsivitas

Ini dimakasudkan bahwa strategi kebijakan tersebut dapat memenuhi

kebutuhan suatu golongan atau suatu masalah tertentu pada masyarakat.

Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon dari

suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas

penerapan suatu kebijakan. Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh

kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-

kelompok masyarakat tertentu. Keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui

tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanan setelah terlebih dahulu

memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika kebijakan akan dilaksanakan,

juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat

dirasakan dalam bentuk dukungan/berupa penolakan.

Responsivitas menjadi kriteria yang sangat penting, dalam sebuah

kebijakan publik, di mana yang menjadi sasaran adalah publik dalam hal ini

masyarakat, maka suatu kebijakan akan berhasil apabila mendapat tanggapan

dari masyarakat. Masyarakat sebagai subjek dari kebijakan diharapkan dapat

ikut serta menjalankan.

31

6. Ketepatgunaan

Pengertian tepat di sini sangat luas, karena ukuran ini merupakan ukuran

kombinasi dari kriteria-kriteria terdahulu. Dari pendapat di atas maka kriteria

ini dimaksud adalah sebuah penilaian terhadap pelaksanaan program atau

kebijakan oleh organisasi atau pemerintah, dengan cara mengevaluasi aspek-

aspek dampak kebijakan yang meliputi efektivitas, efisien, kecukupan,

perataan, responsivitas dan ketepatan pelaksanaan kebijakan tersebut ditinjau

dari aspek masyarakat sebagai sasaran kebijakan.

2.1.4.2 Model Evaluasi Leo Agustino

Sebuah evaluasi kebijakan menurut Leo Agustino harus meliputi lima

kriteria di atas, berikut penjelasannya :

Regulasi

Sumber Daya Finansial Evaluasi Aparatur Kebijakan Publik

Sarana, Prasarana Kelembagaan dan Teknologi

Gambar 2.1 Model Evaluasi Kebijakan Leo Agustino (2016 :180)

32

1. Sumber Daya Aparatur (SDA)

Sebuah pelaksanaan kebijakan yang akan dievaluasi hasilnya akan amat

bergantung oleh Sumber Daya Aparatur yang terlibat dalam pelaksanaan

kebijakan tersebut. Dalam kata lain, ketika melakukan evaluasi kebijakan,

maka evaluator haruslah mengevaluasi pelaksana atau aparatur pertama kali.

Keberhasilan sebuah kebijakan akan berbanding lurus dengan sejauhmana

para pelaksana atau aparatur mengerti dan memahami apa yang harus mereka

kerjakan, apa yang harus mereka buat dan sebagainya. Jika pelaksana atau

aparatur tidak memahai dan mengerti tugas dan fungsinya dalam melakukan

tugas, maka dapat dipastikan sebuah kebijakan atau program tidak berjalan

dengan baik dan hasil evaluasi tidak akan berbuah positif.

2. Sarana, Prasarana dan Teknologi

Sarana, prasarana dan teknologi merupakan kriteria lain yang dapat

digunakan untuk menilai suatu evaluasi publik. Pelaksanaan kebijakan

haruslah didukung dengan sarana, prasarana dan teknologi yang baik agar

pelaksanaan kebijakan dapat tercapai dengan maksimal, dan hasil evaluasi

kebijakan akan menunjukan hasil yang positif.

3. Finansial

Finansial dekat kaitannya dengan anggaran atau biaya, dukungan dana

yang baik dapat membantu melaksanakan kebijakan. Kriteria ini dapat

menunjang pemenuhan dari kriteria lainnya yang terlebih dulu disebutkan

yaitu sumber daya aparatur, sarana, prasarana dan teknologi, serta

kelembagaan dapat terpenuhi dengan baik pula.

33

4. Regulasi (Pendukung)

Suatu kebijakan terkadang memerlukan regulasi pendukung agar dapat

dioperasionalkan lebih aplikatif, contohnya adanya Juklak (Petunjuk

Pelaksanaan) dan Juknis (Petunjuk Teknis) yang bertujuan untuk

memudahkan banyak pihak yang menjadi subjek dari suatu kebijakan untuk

mengoperasionalkan kebijakan tersebut.

2.1.4.3 Model Evaluasi CIPP

Pada penelitian ini, akan digunakan model evaluasi kebijakan CIPP yang dikenalkan oleh Daniel Stufflebeam. Peneliti memilih untuk menggunakan model evaluasi kebijakan CIPP karena dianggap sesuai dengan permasalahan yang terjadi di lapangan dan diharapkan dapat menjadi pisau analisis untuk membantu peneliti menemukan jawaban yang diharapkan.

Model evaluasi CIPP mulai berkembang pada tahun 1966 oleh Daniel

Stufflebeam. Menurut Daniel, evaluasi merupakan proses melukiskan

(delineating), memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai aternatif-alternatif pengambilan keputusan. Melukiskan berarti menspesifikasikan, mendefinisikan dan menjelaskan serta memfokuskan informasi yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Memperoleh berarti memakai pengukuran dan statistik untuk mengumpulkan, mengorganissasi dan menganalisis informasi. Menyediakan artinya mensistesiskan informasi sehingga akan melayani dengan baik kebutuhan evaluasi para pemangku kepentingan.

34

Daniel menyatakan model evaluasi CIPP merupakan kerangka komprehensif untuk mengarahkan pelaksana evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi dan sistem.

Model evaluasi ini dikonfigurasi untuk dipakai oleh evaluator internal yang dilakukan oleh organisasi evaluator, evaluasi diri yang dilakukan oleh penyedia layanan individual yang dikontrak atau evaluator eksternal. Model evaluasi ini dipakai secara meluas di seluruh dunia dan dipakai untuk mengevaluasi berbagai disiplin dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan masyarakat, transportasi dan sistem evaluasi personalia militer (Stufflebeam,

2003).

Model evaluasi CIPP ini terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu evalusi konteks (context evaluation), evaluasi masukan (Input Evaluation), evaluasi proses (process evaluation) dan evaluasi produk (product Evaluation). Model

Evaluasi ini bersifat linear. Artinya evaluasi ini harus dilaksanakan secara bertahap dimulai dari evaluasi konteks-evaluasi input-evaluasi proses-evaluasi produk, dalam model evaluasi ini juga dikenal evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Dalam evaluasi formatif CIPP berusaha mencari jawaban atas pertanyaan:

Apa yang harus dilakukan? Bagaimana melakukannya? Apakah hal tersebut sedang dilakukan? Apakah berhasil? Evaluator sub unit memberikan informasi mengenai temuan kepada para pemangku kepentingan, membantu mengarahkan pengambilan keputusan dan memperkuat kerja staff. Saat evaluasi formatif

35

dilaksanakan dapat dilakukan penyesuaian dan pengembangan jika yang direncanakan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

Menurut Daniel, evaluasi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu ;

1. Evaluasi Konteks

Menurut Daniel, evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan “apa yang

perlu dilakukan?” (what needs to be done). Evaluasi ini mengidentifikasi

dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya program.

2. Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan “apa yang harus

dilakukan?” (what should be done). Evaluasi ini mengidentifikasi dan

menilai problem, aset dan peluang untuk membantu para pengambil

keputusan mendefinisikan tujuan, prioritas-prioritas dan membantu

kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan

manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana

tindakan, rencana staf dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost

effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Para

pengambil keputusan memakai evaluasi masukan dalam memilih diantara

rencana-rencana yang ada, menyusun proposal pendanaan, alokasi sumber-

sumber, menempatkan staf, menjadwalkan pekerjaan, menilai rencana-

rencana aktivitas dan penganggaran.

3. Evaluasi proses

Evaluasi proses berupaya mencari jawaban atas pertanyaan, apakah

program sedang dilaksanakan? Evaluasi ini berupaya mengakses

36

pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan

aktivitas dan kemudian membantu kelompok pemakai yang lebih luas

menilai program dan menginterpretasikan manfaat.

4. Evaluasi Produk

Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban atas pertanyan, Did it

succed? Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran

dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka

pendek maupun panjang. Keduanya untuk membantu staf menjaga upaya

memfokuskan pada pencapaian manfaat yang penting dan akhirnya untuk

membantu kelompok-kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan

upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.

2.1.5 Pengertian Wilayah dan Masyarakat Pesisir

Dalam penelitian yang dilakukan merupakan penilain sebuah program mengenai pembangunan masyarakat pantai, dimana lebih akrab dengan sebutan daerah atau wilayah dan masyarakat pesisir. Untuk itu baiknya, peneliti menginginkan keseragaman pemikiran serta pemahaman mengenai wilayah dan masyarakat pesisir. Dan dalam subbab ini, peneliti akan menajikan data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan wilayah dan masyarakat pesisir.

2.1.5.1 Wilayah Pesisir

Dalam konsep wilayah kepesisiran dikenal beberapa istilah yang terkait dengan zonasi kepesisiran. Zonasi kepesisiran menurut Ketchum (1973) dalam

37

Sunarto (2004) adalah suatu wilayah daratan yang kering serta wilayah daratan yang berair dan tenggelam di sekitarnya, yang pada wilayah tersebut terdapat proses-proses daratan dan penggunaan lahan yang memengaruhi proses-proses lautan dan penggunaan lahan juga dan sebaliknya. Zona kepesisiran adalah zona peralihan antara daratan dan laut atau lautan, kearah darat masih terpengaruh oleh aktivitas laut atau lautan dan ke arah laut atau lautan masih terpengaruh oleh aktivitas darat. Pembagian zona kepesisiran dapat dilihat pada gambar:

Zona Pecah Gelombang (breaker zone)

Pantai (shore) atau gisik Wilayah Kepesisiran (beach) (coastal region)

Pesisir (coast)

Dataran alluvial kepesisirann (coastal alluvial plain)

Gambar 2.2 Diagram Pembagian Zona/Wilayah Kepesisiran

Menurut Soegiarto (1976) dalam Dahuri (2001: 8) definisi wilayah pesisir yang digunakan Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia

38

di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Sedangkan menurut kesepakatan internasional terakhir, wilayah pesisir mencakup daerah ke arah darat yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley 1994) dalam Dahuri

(2001). Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu mendefinisikan wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Jadi, wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan yang dapat memanjang ke arah darat dan ke arah laut dengan luas yang beragam, tergantung pada keadaan topografi, tujuan dan kebutuhan serta program khusus dimana terdapat ekosistem yang saling berhubungan dan saling berinteraksi antara daratan, air dan udara. Dari pengertian di atas, dapat dikatakan pula wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang memiliki ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut.

Selain potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia.

2.1.5.2 Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir merupakan komunitas yang mendiami wilayah pesisir, yang pada umumnya masyarakat pesisir adalah nelayan dengan aktivitasnya yang erat dengan aspek kelautan. Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir ditentukan

39

oleh interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan (Nugraha dan

Rochmin, 2004: 251).

Aminah (2007: 15) memberikan tipikal ekologi atau geografis, ekonomi, dan sosial masyarakat pesisir sebagai berikut:

a. Secara ekologi masyarakat pesisir dihadapkan pada zona yang luas dengan

luasan area yang dikelola relatif sempit; aspek laut yang menyebabkan

produktivitas yang tinggi dalam suatu hari kegiatan pelayaran.

b. Secara sosial masyarakat pesisir memiliki akses yang amat terbatas akan

pelayaran sosial seperti layanan kesehatan dan pendidikan, adanya

intervensi orang luar untuk membentuk organisasi (self-help) yang

memberdayakan masyarakat, keeratan hubungan dalam masyarakat yang

cukup tinggi, dan ketidakbergantungan kepada hukum posistif.

c. Secara ekonomi, pendapatan masyarakat pesisir umumnya di bawah

standar nasional, kesenjangan pendapatan karena perbedaan sumber daya,

tipe armada dan alat tangkap.

Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir memiliki masyarakat dengan karakteristik tersendiri, ada tiga karakteristik yang membedakan dari wilayah lain yakni sebagai berikut:

1. Masyarakat Adat adalah kelompok masyarakat yang turun-menurun

bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul

leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan sumber daya pesisir dan pulau-

40

pulau kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,

politik, sosial, dan hukum.

2. Masyarakat Lokal adalah kelompok masyarakat yang menjelaskan tata

kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai

nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada

sumber daya pesisir dan pualu-pulau kecil tertentu.

3. Masyarakat Tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional yang masih

diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau

kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu yng berada dalam perairan

kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut tradisional.

Sedangkan menurut Purba (2005: 35), menyatakan bahwa masyarakat yang berdiam diri di pesisir setidaknya dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah pesisir dengan segala kondisi geografisnya, tiga kategori masyarakat tersebut, yaitu:

1. Masyarakat Perairan, yaitu masyarakat yang hidup dari sumber daya perairan

(laut, sungai atau pantai), cenderung terasing dari kontak-kontak dengan

masyarakat-masyarakat lain, lebih banyak berada di lingkungan perairan dari

pada di daratan dan selalu berpindah-pindah tempat di suatu wilayah perairan

tertentu. Kehidupan sosialnya cenderung egaliter dan hidup dalam kelompok

kelompok kekerabatan setingkat klien kecil. Hanya sedikit masyarakat asli

setempat yang benar-benar menggantungkan kehidupan ekonominya dari

sumber daya perairan.

41

2. Masyarakat Nelayan, yaitu masyarakat yang paling banyak memanfaatkan

hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan

hidupnya. Masyarakat nelayan umumnya telah bermukim secara tetap di

daerah-daerah yang mudah mengalami kontak-kontak dengan masyarakat-

masyarakat lain. Sistem ekonominya telah masuk ke dalam sistem

perdagangan, karena hasil laut yang mereka peroleh tidak dikonsumsi sendiri,

tetapi didistribusikan dengan imbal ekonomis kepada pihak-pihak lain.

Masyarakat nelayan lebih banyak menghabiskan kehidupan sosial budayanya

di daratan walaupun hidup mereka bergantung pada sumber daya perairan.

3. Masyarakat Pesisir Tradisional, yaitu masyarakat-masyarakat pesisir yang

berdiam di dekat periran laut, akan tetapi sedikit sekali menggantungkan

kelangsungan hidup dari sumber daya laut. Mereka lebih banyak bergantung

dari pemanfaatan sumber daya daratan, baik sebagai pemburu dan peramu

ataupun sebagai petani tanaman pangan ataupun jasa. Dalam kehidupan

sehari-hari mereka lebih menguasai pengetahuan mengenai lingkungan darat

daripada perairan, lebih mengembangkan kearifan lingkungan darat dari pada

laut. Sehingga masyarakat pesisir tradisional tidak dapat disamakan dengan

masyarakat nelayan ataupun masyarakat perairan yang memiliki

ketergantungan hidup sangat besar kepada sumber daya perairan.

2.1.6 Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang

Mapan) Kabupaten Tangerang

Gerbang Mapan merupakan program unggulan daerah Kabupaten

Tangerang yang didesain agar dapat memberikan percepatan bagi pembangunan

42

masyarakat pantai berbasis pada 3 (tiga) pilar pembangunan, yaitu percepatan pembangunan ekonomi, yang didukung dengan percepatan pembangunan infrastruktur, dan penguatan pemberdayaan masyarakat. Tiga pilar ini adalah penjabaran dari visi dan misi Kabupaten Tangerang sebagai rujukan utama program ini.

Adapun visi Kabupaten Tangerang adalah :

“Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan.”

Berdasarkan hasil iteratif hasil FGD di masing-masing kecamatan, site visit, dan dokumen-dokumen yang tersedia, maka passion gerakan pembangunan masyarakat pantai (Gerbang Mapan) disusun berdasarkan beberapa bangunan dasar, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Berkelanjutan b. Mandiri c. Bersih d. Tertata e. Sejahtera f. Wisata g. Ekonomi kerakyatan h. Pemerataan i. Integral/terintegrasi j. Aman k. Sumberdaya manusia yang berkualitas

Kesebelas bangunan visi tersebut kemudian diagregasi kembali menjadi 3 (tiga) komponen utama visi, yaitu sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan.

Masyarakat desa pantai di Kabupaten Tangerang sangat berharap mendapatkan kesejahteraan dan kemandirian secara berkelanjutan dari adanya program Gerbang

Mapan ini. Kesejahteraan dan kemandirian yang berkelanjutan ini diantaranya:

43

a. Sejahtera, mandiri dan berkelanjutan secara ekologis, dimana sumberdaya alam dan lingkungan dapat memberikan manfaat barang dan jasa secara terus menerus. b. Sejahtera, mandiri dan berkelanjutan secara sosial, dimana masyarakat dapat hidup secara layak dan berkecukupan, dan c. Sejahtera, mandiri dan berkelanjutan secara ekonomi, dimana masyarakat mendapatkan jaminan akan sumber pendapatan bagi kelangsungan hidupnya.

Dengan visi tersebut diharapkan masyarakat pantai dapat merasa sejahtera secara ekologis, ekonomis dan sosial serta memiliki kemandirian dalam menentukan arah dan keberhasilan pembangunan daerah dan kemakmurannya, di samping tetap mengedepankan prinsip penyeimbangan pembangunan ekonomi dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Tangerang.

Misi merupakan sebuah upaya yang hendak dicapai sebagai tangga perwujudan harapan visi yang telah ditetapkan. Secara umum, dengan melihat bangunan dasar yang telah dirumuskan di atas, maka misi gerakan pembangunan masyarakat pantai juga mengikuti misi Kabupaten Tangerang yaitu :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejahteraan sosial. 3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitas pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, dan sektorr informal. 4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang terstruktur. 5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan bertanggungjawab (Good Governance). 6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi percepatan aspek-aspek pembangunan.

44

7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi kritis dalam proses pembangunan. 8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan.

2.1.6.1 Tujuan

Tujuan merupakan gambaran harapan dan kebutuhan yang ingin dicapai agar dapat mewujudkan visi dan misi gerakan pembangunan masyarakat pantai:

1. Memberikan keleluasaan gerak pembangunan serta meningkatkan keterbukaan aksesibilitas dan konektivitas antar kawasan 2. Menambah ketersediaan infrastruktur dasar yang layak, memadai dan proporsional sesuai dengan standar pelayanan minimum dan proporsi kependudukannya. 3. Menyediakan produk-produk unggulan prioritas masing-masing kawasan yang didesain menjadi motor penggerak perekonomiannya. 4. Memberikan alternatif inovasi dan ekonomi kreatif yang potensial untuk menjadi lokomotif ekonomi baru bagi upaya pembangunan masyarakat pantai. 5. Melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat pantai dalam upaya mengelola keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir dan laut. 6. Melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat pantai melalui berbagai upaya pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM. 7. Melakukan harmonisasi kebutuhan ruang pembangunan dan penyediaan ruang wilayah berbasis pada kemampuan daya dukung dan daya tampung serta dinamika wilayah pesisir dan laut. 8. Meningkatkan tata kelola desa dalam implementasi pengelolaan pesisir terpadu.

2.1.6.2 Target dan Sasaran

Target dan sasaran adalah tolok ukur yang ingin dicapai dari dicanangkannya gerakan pembangunan masyarakat pantai. Target dan sasaran gerakan pembangunan masyarakat pantai diantaranya adalah:

a. Mudahnya aksesibilitas dan meningkatnya konektivitas antar kawasan dan

antar desa di wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang.

45

b. Tersedia sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat,

seperti pasar tradisional higienis setiap desa, BUMDes, dan lembaga

keuangan mikro pada setiap kecamatan pesisir. c. Tersedianya fasilitas kesehatan di masing-masing kecamatan pesisir. d. Tersedianya fasilitas pendidikan menengah pertama dan menengah atas

pada setiap kecamatan pesisir. e. Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana peribadatan . f. Terbangunnya fasilitas sanitasi dan kesehatan lingkungan. g. Tersedia fasilitas dan distribusi air bersih layak minum ke setiap desa

pesisir yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. h. Tersedianya fasilitas pemakaman umum yang layak dan memadai di

masing-masing desa pesisir di Kabupaten Tangerang. i. Layak huninya pemukiman seluruh komponen masyarakat pantai di

Kabupaten Tangerang. j. Berkembangnya produk-produk unggulan prioritas masing-masing

kawasan . k. Adanya bentuk-bentuk alternatif inovasi dan ekonomi kreatif yang

berkembang di setiap kawasan. l. Terselenggaranya program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

pesisir dan laut dan menjadi program unggulan desanya. m. Terselenggaranya program pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM

dan menjadi program unggulan desanya.

46

n. Tersedianya cadangan ruang yang memadai untuk mengakomodasi

dinamika pembangunan infrastruktur dan ekonomi masyarakat pantai.

o. Tertata dan terkelonya wilayah pesisir dan laut secara terpadu.

2.1.6.3 Indikator

Indikator adalah tolok ukur keberhasilan proses perencanaan dan implementasi gerakan pembangunan masyarakat pantai. Indikator gerakan pembangunan masyarakat pantai diantaranya adalah:

1. Dalam lima tahun aksesibilitas dan konektivitas antar kawasan dan antar desa di wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang dapat diakselerasi minimal 50 persen. 2. Dalam lima tahun ke depan tersedia sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat, yaitu pasar tradisional higienis setiap desa, BUMDes, dan 1 lembaga keuangan mikro per kecamatan pesisir. 3. Fasilitas kesehatan dalam lima tahun ke depan diharapkan dapat tersedia sebanyak 1 rumah sakit daerah yang merupakan representasi pelayanan untuk 4 kecamatan pesisir (wilayah barat dan wilayah timur) dan setiap desa memiliki 1 puskesmas/puskesmas pembantu sesuai dengan proporsi penduduknya. 4. Fasiitas pendidikan tersedia dalam lima tahun ke depan 1 SLTP untuk setiap 2 desa yang terkoneksi dan 1 SLTA untuk setiap kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang. 5. Kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana peribadatan dapat ditingkatkan, sehingga layak dan nyaman serta dapat menjadi sarana bagi pendidikan non formal keagamaan. 6. Fasilitas sanitasi dan kesehatan lingkungan, seperti SPAL dan drainase kawasan dalam lima tahun ke depan diharapkan dapat terbangun untuk mengatasi persoalan sanitasi lingkungan dan minimal mengurangi dampak bencana banjir. Setiap 10 rumah (dasa wisma) harus dapat mengakses MCK dan saluran antar desa dapat mengalir dengan baik dan lancer. 7. Fasilitas air bersih berupa distribusi air layak minum dalam lima tahun ke depan harus dapat dinikmati oleh setiap desa pesisir yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. 8. Fasilitas pemakaman umum yang layak dan memadai tersedia minimal 1 hektar pada masing-masing desa pesisir di Kabupaten Tangerang. 9. Minimal 75 persen masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang dalam lima tahun ke depan memiliki pemukiman layak huni.

47

10. Produk-produk unggulan prioritas masing-masing kawasan dapat berkembang dengan baik, masing-masing desa minimal mempunyai 1 produk unggulan yang menjadi penciri wilayah desanya. 11. Masing-masing desa minimal memiliki 5 bentuk alternatif inovasi dan ekonomi kreatif yang berfungsi sebagai salah satu motor penggerak ekonomi wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. 12. Setiap desa mempunyai minimal 1 profil program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir dan laut yang terukur dan terpadu serta menjadi salah satu program unggulan desanya. 13. Setiap desa mempunyai program pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM yang dilakukan secara rutin, terpadu dan berkelanjutan dan menjadi program unggulan desanya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan fokus dan permasalahan yang akan diteliti mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang

Mapan) di Kabupaten Tangerang. Penelitian sebelumnya juga dapat membantu peneliti untuk dijadikan sebagai sumbangsih pemikiran, agar penelitian yang dilakukan tepat sasaran dan sesuai dengan kaidah penelitian.

Penelitian terdahulu yang pertama adalah penelitian dari Sutiawan dalam skripsinya pada tahun 2017 dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Kecamatan Kemiri

Kabupaten Tangerang pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat pantai dalam Program Gerbang Mapan di Kecamatan Kemiri Kabupaten

Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut

Wrihartnolo dan Nugroho (2007) yaitu penyadaran, pengkapitasan dan pendayaan

48

dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitiannya adalah dalam pemberdayaan masyarakat melalui program ini masih menemukan hambatan- hambatan. Hambatan yang pertama adalah sulitnya untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan yang telah mengakar dan telah diterapkan dalam kehidupan sehari- hari oleh masyarakat. Masyarakat adalah elemen yang berpengaruh dalam program ini. Hambatan yang kedua ditemukan dalam pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi program, masyarakat masih sulit untuk menangkap maksud dan tujuan dari program sehingga butuh waktu yang lebih lama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Yang lebih buruk adalah hal itu dapat menyebabkan hilangnya semangat dan motivasi dari masyarakat untuk tetap mengikuti program tersebut. Sehingga tetap dibutuhkan pendampingan pada program ini. Masalah selanjutnya adalah kesulitan dalam permodalan dan pemasaran produk karena masyarakat masih terus bergantung pada Dinas terkait.

Persamaan dari penelitan terdahulu ini dengan yang sedang dilakukan adalah mengunakan metode yang sama yaitu metode kualitatif dan meneliti program yang sama, yang membedakan adalah fokus yang diteliti. Pada penelitian sebelumnya meneliti mengenai pemberdayaan masyarakat dalam program ini, sedangkan penelitian yang sedang dilakukan berfokus pada evaluasi kebijakan dimana menilai keberhasilan dari kebijakan tersebut.

Penelitian yang kedua yaitu oleh Asti Apriliyanti Putri dalam skripsinya pada tahun 2018 dengan judul Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan

Teluknaga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016) pada Program Studi

49

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa. Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah mengetahui pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam Program Gerbang Mapan tahun

2015-2016. Menggunakan teori pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dari

Dahuri (2008) dan dengan metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian ini menemukan hasil bahwa kurang terjakinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan Kabupaten Tangerang yang menyebabkan mundurnya kegiatan.

Temuan yang kedua rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga tidak dapat mengelola potensi yang ada dengan optimal dan tidak berkembang serta mengganggunya distribus bantuan untuk pengelolaan pesisir yang baik. Ketiga miniminya pembinaan yang berdampak pada rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan kegiatan program, keempat tidak adanya pengawasan berkelanjutan dan yang terakhir adalah tidak adanya sanksi dari pemerintah terkait penambangan pasir liar yang semakin memperparah abrasi di Desa Muara.

Persamaan penelitian yang telah dilakukan dengan yang akan dilakukan terletak pada penggunaan metode dan pendekatan penelitian yaitu kualitatif deskriptif dan sama meneliti pada program yang sama, sedangkan perbedaannya adalah fokus penelitian sebelumnya membahas menenai pegelolaan wilayah pesisir sedangkan penelitian yang sedang dilakukan akan membahas mengenai evaluasi dari pelaksanaan Program Gerbang Mapan.

50

Penelitian ketiga, yaitu oleh Andi Muhammad Ferdiansyah dalam skripsinya di tahun 2008 yang berjudul Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir Di Kecamatan Tugu Semarang pada Program Studi

Administrasi Publik Universitas Diponegoro. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Program PEMP apakah sesuai dengan pelaksanaan program. Penelitian ini mengunakan teori analisis indicator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak serta menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang belum berjalan, dari segi input salah satunya adalah sosialisasi dan dana yang mendukung kegiatan tersebut. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan belum mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat dan dana yang berasal dari pemerintah pun masih jauh dari harapan.

Dari segi output yaitu ketertarikan masyarakat akan program ini adalah untuk meningkatkan hasil tankapan, dan untuk mendukung hal tersebut sudah dibentuk lembaga keuangan mikro swamitra untuk memberikan akses kredit bagi masyarakat, namun adanya system kredit kembali menyulitkan masyarakat karena harus memberikan jaminan. Dari segi outcomes, penilaian masyarakat tehadap koperasi dan unit usaha masih dianggap kurang bermanfaat dan mereka takut kan keberlangsungan koperasi, ketakutan tersebut karena akan berurusan dengan perbankan. Dari segi benefit berdasarkan pengamatan kurang memberi hasil kepada masyarakat. Kelompok-kelompok yang dibentuk hanya merupakan instrumen untuk mendapatkan modal. Kegiatan pendampingan yang seharusnya dilakukan oleh kelembagaan yang telah dibentuk tidak optimal. Sedangkan kebutuhan alat yang merupakan kebutuhan utama masyarakat nelayan belum bisa

51

dipenuhi oleh kedai pesisir. Sedangkan dari segi impact atau dampak adalah penguatan kelembagaan masih dirasakan kurang berkembang. Ketidakberhasilan ini juga disebabkan kurang aktifnya partisipasi masyarakat akibat syarat keanggotaan yang memberatkan. Hal ini juga berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Persamaan dari penelitian ini adalah sama- sama membahas mengenai evaluasi program berbasis wilayah pesisir dan menggunakan metode yang sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada teori yang digunakan dan lokasi penelitiannya.

Penelitian yang terakhir dari Neliyanti dan Meyzi Heriyanto dalam jurnal kebijakan publik yang berjudul Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Program

Pemberdayaan EKonomi Masyarakat Pesisir pada Lembaga Keuangan Mikro di

Kota Dumai. Dengan menggunakan teori dari William Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan dengan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian adalah Pelaksanaan kegiatan Program PEMP pada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Dumai didapatkan hasil efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan, dalam pelaksanaan kegiatan tidak terpenuhi. Efektifitas tidak terpenuhi dikarenakan tidak tercapainya tujuan program PEMP. Masyarakat pesisir belum dapat meningkatkan pendapatan mereka, penguatan LKM/USP melalui pengembalian pinjaman tunai DEP yang disalurkan kepada masyarakat tidak tercapai karena rendahnya tingkat pengembalian pinjaman tunai DEP oleh masyarakat, kurangnya penyaluran DEP

52

melalui pemberdayaan sumber daya perikanan dan kurangnya penyaluran DEP untuk kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya, hanya terfokus kepada pinjaman tunai kepada nelayan. Efisiensi tidak terpenuhi dikarenakan pengelolaan DEP belum tepat jumlah dan tepat tenaga. Masih banyaknya DEP yang tersisa tidak tersalurkan menunjukkan kurang maksimalnya pengelolaan DEP untuk disalurkan kepada masyarakat pesisir. Kurangnya tenaga/SDM yang mengelola DEP, sehingga menyebabkan banyaknya tungakan pinjaman karena tidak adanya pembinaan terhadap masyarakat. Kecukupan tidak terpenuhi karena tidak berjalannya pembinaan dalam pengelolaan DEP. Tidak adanya pembinaan menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan bantuan modal melalui pinjaman tunai DEP untuk keperluan lain dan juga tidak adanya pembinaan terhadap pengembangan usaha bagi masyarakat yang mendapatkan bantuan ini.

Persamaan pada penelitian ini adalah membahas fokus yang sama mengenai evaluasi program berbasir wilayah pesisir, perbedaannya adalah teori yang digunakan serta lokus penelitian.

53

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

EVALUASI PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT PANTAI (GERBANG MAPAN) DI KABUPATEN TANGERANG

(Input) Identifikasi Masalah : 1. Kurangnya siapnya agen pelaksana baik di tingkat SKPD maupun Aparatur Desa 2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 3. Ketidaksesuaian anggaran dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 4. Program Gerbang Mapan belum mencapai 25 desa pesisir yang menjadi sasarannya. 5. Program Gerbang Mapan belum menunjukan peningkatan pada tiga aspek utama yaitu ekonomi, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat

Bagaimanakah Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang?

(Proses) Evaluasi Kebijakan Menurut Teori Daniel Stufflebeam (1966) 1. Context Evaluation 2. Input Evaluation 3. Process Evaluation

4. Product Evaluation

(Output): (Outcome) Dapat Mengevaluasi dan Memberikan membantu memberikan Gambaran Pelaksanaan Program rekomendasi Gerakan Pembangunan keberlanjutan Program Masyarakat Pantai di Kabupaten Gerbang Mapan dan Tangerang. menerapkan di wilayah

pesisir lainnya.

(Sumber: Peneliti, 2018)

54

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi Dasar merupakan suatu anggapan atau dugaan yang diterima sebagai dasar untuk dijadikan landasan berfikir karena dianggap benar. Asumsi yang disimpulkan berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan yang menunjukan adanya pelbagai permasalahan. Selain itu peneliti juga menarik asumsi berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dengan cara studi dokumentasi, wawancara dan observasi yang didapatkan.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan kerangka berfikir yang disajikan peneliti, maka peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang belum menunjukan kemajuan baik dari segi peningkatan ekonomi, masyarakat yang berdaya dan infrastruktur dasar yang memadai di wilayah pesisir serta program ini masih mengalami pelbagai kendala dalam pelaksanaannya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Suatu penelitian dilakukan sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran dan mencari kembali suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Kegiatan penelitian menggambarkan suatu proses sirkuler yang memiliki mekanisme bersinambung

(helix). Menggunakan metode penelitian berarti penelitian dilakukan secara sistematis guna mencari jawaban atas suatu permasalahan melalui pengumpulan data empiris dan diolah berdasarkan teknik tertentu guna memperoleh kesimpulan yang benar (Djaman dan Aan 2010: 18).

Pendekatan kualitatif digunakan karena menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting tersebut berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori

(Djaman dan Aan 2010: 22). Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mendalami dengan memilih metode deskriptif, Menurut Nazir (1988), metode deskriptif merupakan metode penelitian membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga ini berkehendak melakukan akumulasi data dasar belaka, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas dari metode sejarah dan eksperimental. Pendekatan ini lebih bersifat holistik, detil, dan sangat kualitatif guna memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan dengan

55 56

perubahan waktu. Dengan pemilihan pendekatan kualitatif deskriptif pada penelitian Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di

Kabupaten Tangerang, peneliti mengaharapkan dapat menggambarkan secara menyeluruh dan jelas pelaksanaan Program Gerbang Mapan dan untuk mengetahui penyebab dari permasalahan yang diteliti dengan lebih fleksibel dan dinamis, mencoba melepaskan kekakuan, serta mengetahui apakah ada keterkaitan antara masalah yang sedang diteliti dengan masalah kehidupan lainnya seperti sosial, budaya, dan ekonomi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2 Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian

Fokus penelitian tentunya menjadi suatu aspek penting guna memfokuskan serta mengadakan batasan yang jelas dalam penelitian. Batasan bukan berarti mengkotak-kotakan obyek penelitian namun berfungsi untuk menjaga sasaran penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, penentuan informan, pengumpulan data hingga analisis data dan hasil penelitian nantinya akan tepat sasaran. Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada Evaluasi Program

Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten

Tangerang. Dimana peneliti akan menilai keberhasilan atau mengevaluasi dan memberikan gambaran dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan melalui tujuan, anggaran, sumberdaya manusia dan sebagainya.

57

3.3 Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti juga harus menentukan lokus atau lokasi, agar dalam pengumpulan data serta penentuan informan dan pemberian rekomendasi nantinya tepat sasaran. Dalam penelitian mengenai Evaluasi

Program Gerbang Mapan, dimana program ini diberikan untuk wilayah pesisir di

Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang sendiri memiliki wilayah pesisir yang tersebar di delapan kecamatan dan terdiri dari dua puluh lima desa pesisir, mulai dari Kecamatan Kosambi sampai dengan Kecamatan Mekarbaru. Selain itu program tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, maka peneliti juga akan mencari informasi di Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang dan beberapa stakeholder lainnya.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menjelaskan maksud dari konsep/teori tersebut, bersifat konstitutif (disepakati oleh banyak pihak dan telah baku di kamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak. Secara sederhana definisi konseptual adalah definisi yang disimpulkan oleh peneliti dari teori-teori yang sebelumnya dituliskan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran antara peneliti dan pembaca.

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan Publik adalah salah satu tahapan dari proses

kebijakan publik. Evaluasi berarti memberikan penilaian atas berhasil atau

58

tidaknya suatu kebijakan pemerintah atas pedoman-pedoman yang telah

ditentukan sebelumnya. Evaluasi kebijakan tidak selalu menjadi proses akhir

tapi juga sudah mulai dilakukan selama sebuah kebijakan mulai

diimplementasikan. Evaluasi kebijakan publik juga akan memberikan

rekomendasi-rekomendasi mengenai kebijakan yang sedang atau sudah

diterapkan untuk selanjutnya menentukan kebijakan tersebut masih layak,

perlu ditambahkan atau dikurangi agar sesuai dengan tujuan.

2. Evaluasi Program

Evaluasi program adalah sebuah pemberian penilaian pada sebuah

program yang sedang dan atau telah dilaksanakan. evaluasi program dilakukan

sebagai upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisis

fakta, data dan informasi untuk mengumpulkan harga nilai evaluasi yang

merupakan bagian terpenting dalam setiap kegiatan ataupun program,

sehingga tidak ada satu kegiatan pun yang dapat terlaksana dengan baik tanpa

evaluasi.

3. Program Gerbang Mapan

Gerbang Mapan merupakan program unggulan daerah Kabupaten

Tangerang yang didesain agar dapat memberikan percepatan bagi

pembangunan masyarakat pantai berbasis pada 3 (tiga) pilar pembangunan,

yaitu percepatan pembangunan ekonomi, yang didukung dengan percepatan

pembangunan infrastruktur, dan penguatan pemberdayaan masyarakat.

59

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi opersional merupakan definisi turunan atau penjabaran dari definisi konsep yang telah dibangun diatas, yang berfungsi untuk memudahakan peneliti dalam melakukan observasi dan wawancara. Definisi operasional dalam penelitian ini merujuk pada Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai di Kabupaten Tangerang dan dikaitkan dengan penjelasan pemikiran teori yang telah peneliti pilih sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini.

1. Evaluasi Konteks

Dalam hal ini Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Pantai, pertanyaan

yang dapat diajukan seperti, dari tiga tujuan program apakah yang belum

tercapai, kebutuhan apa saja yang belum tercapai, tujuan manakah yang mudah

dicapai, apakah tujuan realistis untuk dicapai.

2. Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-

sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk

mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya manusia, sarana dan

peralatan pendukung, dana atau anggaran, dan berbagai prosedur dan aturan

yang diperlukan.

3. Evaluasi proses

Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana

telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Dalam model CIPP,

60

evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakandalam

program, sudah terlaksana sesuai dengan rencana yang dibuat, serta hambatan-

hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan atau program

4. Evaluasi Produk

Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau

memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat

dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pertanyaan

yang diajukan bias berupa, sejauhmana program memberikan dampak pada

masyarkat pesisir, adakah dampak ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi ?

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Sebagai metode yang berlandaskan filsafat fenomenalogis, penelitian jenis ini mengutamakan penghayatan (verstehen) karena itu, selalu berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi manusia dalam situasi tertentu menurut persepektif peneliti sendiri.

Instrumen merupakan satu hal yang sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Hal ini dikarenakan, perolehan suatu informasi dan relevan tidaknya suatu data tergantung pada alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian mengenenai evaluasi Program Gerbang Mapan di Kabupaten Tangerang. instrument utama adalah peneliti itu sendiri dalam pengumpulan data. Oleh karena itu peneliti sebagai human instrument harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup sebelum terjun ke lapangan mengenai penelitian

61

kualitatif, bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

3.6 Informan Penelitian

Menurut Moleong (2006: 132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, seorang informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian dan dia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu key informan dan secondary informan. Key informan sebagai informan utama yang lebih mengetahui situasi fokus penelitian sehingga perannya tidak dapat digantikan oleh orang lain, sedangkan secondary informan sebagai informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi. Dalam penelitian kualitatif penentuan informan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik purposive dan snowball. Teknik ini digunakan karena peneliti sudah mengetahui informan yang akan dimintai informasi dan akan terus mengumpulkan informasi melalui teknik snowball kepada orang-orang yang dianggap relevan dan memiliki informasi mengenai pelaksanaan Program Gerbang Mapan sampai sudah tidak didapatkan lagi informasi baru atau terjadi pengulangan informasi. Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

62

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Jenis Informan Informan (I) 1. Key Informan Kepala Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Pelaksana Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Pengurus Program Gerbang Mapan Di desa pesisir Pendamping Program dari IPB 2 Secondary Kepala Seksi Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Informan Bangunan Kabupaten Tangerang.

Kepala Seksi Konservasi Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang. Kepala Bidang Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Tangerang

Ketua Kelompok Budidaya Ikan Tambak Ketua Kelompok Budidaya Mangrove Ketua Kelompok Nelayan Tangkap Ketua Kelompok Pengolahan

(Sumber: Peneliti, 2018)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Melihat sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti mengklasifikasi kedalam dua kategori yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer ini dapat diperoleh dengan cara wawancara ataupun observasi yang dilakukan langsung

63

oleh peneliti. Data lain yang juga digunakan adalah data-data sekunder, data sekunder sifatnya lebih mudah diperoleh karena sudah tersedia. Data-data sekunder biasanya sudah disediakan pada instansi-instansi maupun dapat diakses melalui internet, yang merupakan data sekunder diantaranya data statistik yang dapat diakses melalui web BPS.

Hal selanjutnya yang perlu dilakukan dalam penelitian adalah mnegumpulkan data-data terkait dengan fokus dan permasalahan yang ada dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan beberapa cara diantaranya : a. Wawancara/Interview

Wawancara/interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap mula antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2013:136). Wawancara dilakukan

agar peneliti mendapatkan data langsung dari pihak-pihak yang terlibat

langsung dalam Program yang sedang diteliti. Dalam penelitian kualitatif,

wawancara ini dilakukan secara mendalam agar data yang diperoleh bias

secara menyeluruh dan jelas.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

NO DIMENSI SUBDIMENSI INFORMAN 1. Evaluasi - Latar belakang Program - Kepala Bidang Konteks Gerbang Mapan. Pengembangan dan - Tujuan realistis Program Kelembagaan Dinas Gerbang Mapan. Perikanan dan Kelautan - Sasaran Program Gerbang Kabupaten Tangerang Mapan - Pelaksana Bidang - Kebutuhan dan Strategi Pengembangan dan

64

NO DIMENSI SUBDIMENSI INFORMAN yang dilakukan. Kelembagaan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang - Kepala Bidang Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Tangerang - Pendamping Program dari IPB 2. Evaluasi - Sarana dan Prasarana - Kepala Bidang Input Program Gerbang Mapan. Pengembangan dan - Ketersediaan dan kesiapan Kelembagaan Dinas sumber daya manusia Perikanan dan Kelautan dalam pelaksanaan Kabupaten Tangerang Program Gerbang Mapan. - Pelaksana Bidang - Ketersediaan dan Pengembangan dan ketepatan anggaran untuk Kelembagaan Dinas pelaksanaan Program Perikanan dan Kelautan Gerbang Mapan Kabupaten Tangerang - Karakteristik agen - Kepala Bidang Ekonomi pelaksana Program BAPPEDA Kabupaten Gerbang Mapan Tangerang - Pendamping Program dari IPB - Kelompok Masyarakat Pesisir 3. Evaluasi - Kesesuaian waktu - Kepala Bidang Proses pelaksanaan Program Pengembangan dan Gerbang Mapan . Kelembagaan Dinas - Hambatan-hambatan yang Perikanan dan Kelautan ditemukan selama Kabupaten Tangerang pelaksanaan Program - Pelaksana Bidang Gerbang Mapan. Pengembangan dan - Pemanfaatan sumberdaya Kelembagaan Dinas dalam pelaksanaan Perikanan dan Kelautan Program Gerbang Mapan Kabupaten Tangerang - Pendamping Program dari IPB - Kelompok Masyarakat Pesisir Evaluasi - Dampak sosial, ekonomi - Kepala Bidang Produk yang dirasakan Pengembangan dan masyarakat atau sasaran Kelembagaan Dinas program. Perikanan dan Kelautan - Dampak lingkungan yang Kabupaten Tangerang

65

NO DIMENSI SUBDIMENSI INFORMAN dihasilkan dari program. - Pelaksana Bidang - Dampak regulasi Pengembangan dan Kelembagaan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang - Kepala Bidang Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Tangerang. - Kelompok Masyarakat Pesisir (Sumber: Peneliti, 2018) b. Observasi/Pengamatan

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah

observasi atau dengan melakukan pengamatan, yang dapat diklasifikasikan

atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta.

Pada pengamatan tanpa peranserta peneliti hanya melakukan satu fungsi, yaitu

mengadakan pengamatan. Sedangkan pengamat berperanserta melalukan dua

peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota resmi

dari kelompok yang diamatinya (Moleong, 2006:176). Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan observasi berperanserta, karena dari beberapa kegiatan

pendukung program dapat diikuti secara lansung. c. Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dimaksudkan untuk menunjang hasil

penelitian dan membantu proses pengumpulan data dengan cara memfoto,

merekam pokok permasalahan melalui suara informan dan alat-alat lainnya.

Selain itu teknik dokumentasi juga daoat diartikan sebagai teknik

pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh

lembaga-lembaga yang menjadi bahan objek penelitian, baik berupa prosedur,

66

peraturan, gambar, hasil laporan pekerjaan berupa foto ataupun dokumen

elektronik.

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisi Data

Dalam penelitian kualitatif kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti melakukan kegiata pra-lapangan sampai dengan penelitian selesai. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Ketiga hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan/ Verifikasi

(Sumber: Miles and Huberman (1984) )

67

a. Reduksi Data

Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan

sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti

berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan

rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti.

Oleh karena itu, proses analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan.

Untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti dalam

pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi data. Reduksi data

dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung selama

proses pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan

berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas, dan membuat partisi. Proses

informasi ini berlanjut terus sampai laporan penelitian tersusun lengkap. b. Penyajian Data

Langkah penting selanjutnya adalah penyajian data. Secara sederhana

penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian singkat. Bagan, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data

bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan

tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.

68

c. Verifikasi

Tahap akhir dalam analisis interaktif adalah verifikasi data. Dari awal

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti hubungan-hubungan, mencatat

keteraturan, pola-pola, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang

dikemukakan diawal masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama

proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila

kesimpulan tersebut didukung oleh data yang valid dan konsisten yang peneliti

temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

3.9 Uji Keabsahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan tidak bisa langsung diterima secara mentah-mentah oleh peneliti. Peneliti harus bisa menguji kebenaran dari data atau informasi yang diperoleh dari informan. Maka peneliti perlu melakukan uji kebasahan data. Uji keabsahan data dalam penelitian Evaluasi Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang dapat dilakukan dengan uji tirangulasi dan member check.

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan sebuah cara dengan mengunakan multimetode

yang dilakukan oleh seorang peneliti pada saat mengumpulkan maupun

menganalisis data. Pada dasarnya bahwa dalam menjelaskan mengenai

fenomena dan gejala sosial yang terjadi dalam penelitian perlu dipahami

secara benar sehingga diperoleh tingkat kebenaran data yang tinggi jika dikaji

dari berbagai sudut pandang.

69

Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Di Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan

triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan

dengan menanyakan hal terkait dengan pelaksanaan Program Gerbang Mapan

dengan pihak lain yang masih memiliki kaitannya dengan masalah penelitian.

Triangulasi teknik, peneliti mengumpulkan data dengan wawancara, serta

observasi berperan serta, selain itu peneliti juga mengumpulkan data dari

dokumen-dokumen yang berkaitan, tulisan dan seterusnya. Dengan

mengumpulkan data dengan sumber dan cara yang berbeda tentu sudut

pandang yang diterima peneliti semakin kompleks dan luas. Hal ini akan

membantu peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan terpercaya.

2. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti

data tersebut sudah valid, semakin kredibel dan terpercaya. Tetapi apabila data

yang ditemukan peneliti dengan pelbagai penafsirannya tidak disepakati oleh

pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data.

Dan apabila perbedaa diantara keduanya tajam, maka peneliti harus mengubah

temuannya dan disesuaikan dengan yang diberikan oleh pemberi data.

70

3.10 Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan No Kegiatan 2017 2018 Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Pengajuan 1. judul Perijinan dan 2. observasi awal Pengumpulan 3. data Pembuatan 4. proposal Seminar 5. proposal Revisi 6. Sempro Observasi 6. lapangan Pengambilan 7. data Pengolahan 8. data Penyusunan 9. laporan 10. Sidang akhir 11. Revisi skripsi

(Sumber: Peneliti, 2018)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Wilayah pesisir merupakan sebuah daerah dengan keunikan khas yang dimiliki, uniknya masyarakat pesisir serta sumberdaya alam dimana antara laut dan daratan yang kemudian saling mempengaruhi. Wilayah pesisir yang ada di

Indonesia cukup luas dibandingkan dengan daratan yang ada, namun pembangunan yang cenderung lambat membuat wilayah pesisir seakan semakin tertinggal dengan wilayah perkotaan. Pesisir yang memiliki sumberdaya alam melimpah dapat dikatakan berbanding terbalik dengan pembangunan yang ada.

Masyarakat pesisir terus terpuruk dengan keadaan ekonomi yang tetap bahkan menurun. Kemerataan pembangunan harus segera dilaksanakan agar masyarakat pesisir juga merasakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan. Hal ini kemudian membangkitkan para pemegang kebijakan untuk menentukan program bantuan yang akan diberikan pada wilayah pesisir, salah satu yang kita ketahui adalah PDPT (Pemberdayaan Desa Pesisir Terpadu) yang diusung oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain pemerintah pusat yang memberikan perhatian kepada wilayah pesisir. Pemerintah daerah juga harus memiliki program yang sejalan dengan program pusat dan pemerintahan daerah memiliki wewenang untuk mengurusi wilayah pesisir juga harus ambil andil dalam penentuan kebijakan yang ada.

Selanjutnya pemerintah Kabupaten Tangerang, dalam hal ini merupakan sebuah daerah di Provinsi Banten memiliki wilayah pesisir yang potensial, tidak

71 72

ingin terus membiarkan wilayah pesisirnya terus berada pada kesejahteraan yang memperihatinkan kemudian Bupati terpilih di tahun 2013 mengusungkan sebuah program unggulan yang kemudian dikenal dengan nama Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) yang terinspirasi dari

Program PDPT, Program Gerbang Mapan ini kemudian fokus pada tiga aspek pembangunan yaitu perekonomian, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitian yang berjudul Evalusai Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai Di Kabupaten Tangerang, maka hal yang akan dipaparkan adalah sebagai berikut :

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang terbentuk pada tanggal 27 Desember 1943 yang selanjutnya dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten

Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang melesat pesat sebagai daerah lintasan dan sebagai daerah penyangga Ibukota karena lokasinya yang berdekatan dengan

Ibukota Negara Jakarta, apalagi setelah diterbitkannya Inpres Nomor 13 Tahun

1976 tentang Pengembangan Jabotabek dan Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,

Puncak, Cianjur.

Semenjak tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang Undang Nomor 2

Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang, wilayah Kota Administratif

Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari

Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 14

73

Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari

Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan .

Kabupaten Tangerang memiliki motto seperti yang tercantum dalam lambang daerahnya yaitu “Satya Karya Kerta Raharja” yang memiliki arti dengan dasar kesetiaan, dan ketaatan kepada Pemerintah Dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia disertai doa dan kerja keras, mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil makmur fisik material dan mental spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang- Undang Dasar 1945.

1. Kondisi Geografis Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten

yang posisinya berada di bagian Timur Provinsi Banten. Secara geografis

terletak pada koordinat 106°20‟-106°43‟ Bujur Timur dan 6°00‟-6°00‟20‟

Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak pada posisi geografis cukup strategis

dengan batas-batas administrasi wilayah lain sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Jawa (garis pantai ± 50 Km²)

 Sebelah Timur : Kota Tangerang dan DKI Jakarta

 Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok

 Sebelah Barat : Kabupaten Serang dan Lebak.

74

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Tangerang

(Sumber: Dokumen RZWP3K Kabupaten Tangerang)

Wilayah Kabupaten Tangerang terdiri dari daratan dan perairan dengan luas wilayah total sebesar 95,961 Ha atau 959,61 Km2, ditambah kawasan reklamasi pantai dengan luas ± 9.000 hektar. Wilayah ini di bagian utara dibatasi oleh Teluk Jakarta dan Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang ± 51 kilometer.

Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik

Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km, yang bisa ditempuh selama 1 jam.

Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan (tol)

Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau

Jawa dengan Pulau Sumatera.

75

Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta. Secara geografis menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan

Ibukota dan sebagai pintu gerbang antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang menumbuhkan fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah. Sebagai bentuk efek pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, sehingga terjadi bentuk hubungan yang sinergis.

Jumlah kecamatan yang dimiliki Kabupaten Tangerang, sebanyak 29

Kecamatan, terdiri 8 kecamatan pesisir dan 21 non pesisir (daratan). Luas terbesar berada di Kecamatan yaitu sebesar 5.370 Ha atau 5,60% dari luas wilayah

Kabupaten Tangerang, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil yaitu

Kecamatan yaitu 1.732 Ha atau 1,80 %. Kabupaten Tangerang terbagi ke dalam 29 kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 desa dengan pusat pemerintahan berada di Kecamatan Tigaraksa. Secara rinci, luas dan jumlah administrasi pemerintahan Kabupaten Tangerang.

Tabel 4.1 . Wilayah Administrasi Kabupaten Tangerang Luas Wilayah No. Kecamatan Keterangan ( Km2 ) 1 26.98 Non pesisir 2 29.01 Non pesisir 3 Tigaraksa 48.74 Non pesisir 4 J a m b e 26.02 Non pesisir 5 42.68 Non pesisir 6 34.93 Non pesisir 7 C u r u g 27.41 Non pesisir

76

Luas Wilayah No. Kecamatan Keterangan ( Km2 ) 8 24.38 Non pesisir 9 L e g o k 35.13 Non pesisir 10 45.69 Non pesisir 11 27.77 Non pesisir 12 Pasar Kemis 25.92 Non pesisir 13 37.15 Non pesisir 14 33.56 Non pesisir 15 Jayanti 23.89 Non pesisir 16 26.94 Non pesisir 17 K r e s e k 25.97 Non pesisir 18 Gunung Kaler 29.63 Non pesisir 19 K r o n j o 44.23 Kecamatan Pesisir 20 Mekar Baru 23.82 Kecamatan Pesisir 21 M a u k 51.42 Kecamatan Pesisir 22 K e m i r i 32.7 Kecamatan Pesisir 23 Sukadiri 24.14 Kecamatan Pesisir 24 R a j e g 53.7 Non pesisir 25 Sepatan 17.32 Non pesisir 26 18.27 Non pesisir 27 Pakuhaji 51.87 Kecamatan Pesisir 28 Teluknaga 40.58 Kecamatan Pesisir 29 Kosambi 29.76 Kecamatan Pesisir Jumlah 959.61 (Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2017)

2. Kondisi Demografis Kabupaten Tangerang

Gambaran umum demografis Kabupaten Tangerang meliputi berbagai

data/informasi terkait dengan kependudukan antara lain: jumlah penduduk,

laju pertumbuhan penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk.

Kondisi demografis ini tidak dapat dilepaskan dengan kondisi geografisnya,

seperti halnya Kabupaten Tangerang sebagai hinterland DKI Jakarta, sehingga

pertumbuhan penduduknya tidak hanya dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas),

tetapi juga oleh perpindahan (migrasi).

77

Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan jika

memiliki kualitas yang memadai, namun sebaliknya akan menjadi beban

pembangunan. Oleh karena itu, penanganan kependudukan tidak hanya pada

upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada

peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang,

seperti yang terlihat pada Tabel 4.2, jumlah penduduk pada Tahun 2016

sebanyak 3.477.495 jiwa, yang tersebar di 29 wilayah kecamatan. Juga dari

Tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa wilayah Kecamatan Pasar Kemis merupakan

wilayah berpenduduk paling besar, yaitu sebanyak 328.455 jiwa atau 8,82%

dari total penduduk Kabupaten Tangerang, sementara itu Kecamatan Mekar

baru merupakan wilayah berpenduduk paling sedikit, yaitu sebanyak 38.174

jiwa atau 1,37% dari total penduduk Kabupaten Tangerang.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2016

No Kecamatan Jumlah (jiwa) Persen (%) 1 Balaraja 131.566 3,87 2 Jayanti 72.724 2,15 3 Tigaraksa 154.897 4,60 4 Jambe 44.973 1,58 5 Cisoka 94.116 2,69 6 65.659 2,39 7 Kronjo 61.489 2,59 8 Mauk 82.768 2,91 9 Kemiri 43.977 1,57 10 Sukadiri 56.199 2,26 11 Rajeg 171.579 4,74 12 Pasar Kemis 328.455 8,82 13 Teluknaga 163.176 4,78 14 Kosambi 162.241 3,90 15 Pakuhaji 114.517 3,71 16 Sepatan 118.532 3,64

78

No Kecamatan Jumlah (jiwa) Persen (%) 17 Curug 207.906 5,40 18 Cikupa 279.785 6,59 19 Panongan 136.925 3,45 20 121.577 3,58 21 Pagedangan 117.317 3,11 22 Cisauk 82.941 2,47 23 Sukamulya 65.911 2,12 24 Kelapa Dua 227.782 5,52 25 Sindang Jaya 93.973 2,70 26 Sepatan Timur 94.929 2,87 27 Solear 90.946 2,75 28 Gunung Kaler 52.443 1,89 29 Mekar Baru 38.174 1,37 Jumlah 3.477.495 100,00 (Sumber: BPS Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017)

Sementara itu besarnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) rata-rata

selama kurun waktu tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016 sebesar 3,17%.

Kecamatan Pasar kemis merupakan kecamatan yang mempunyai LPP paling

tinggi yaitu 5,16%, sedangkan Kecamatan Sukadiri merupakan kecamatan

yang mempunyai (LPP) paling rendah yaitu 0,59%. Seperti terlihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2015 LPP 2014- Jumlah (jiwa) No Kecamatan 2016 2014 2015 2016 (%) 1 Balaraja 118.007 117.471 131.566 2,48 2 Jayanti 62.739 65.314 72.724 1,94 3 Tigaraksa 131.982 139.381 154.897 4,12 4 Jambe 46.772 47.994 44.973 1,51 5 Cisoka 77.301 81.474 94.116 2,66 6 Kresek 68.567 72.490 65.659 0,96 7 Kronjo 71.674 78.504 61.489 1,47 8 Mauk 85.183 88.105 82.768 0,75 9 Kemiri 45.052 47.666 43.977 0,95 10 Sukadiri 67.339 68.477 56.199 0,59 11 Rajeg 137.693 143.573 171.579 3,97

79

LPP 2014- Jumlah (jiwa) No Kecamatan 2016 2014 2015 2016 (%) 12 Pasar Kemis 261.497 267.400 328.455 5,15 13 Teluknaga 138.922 144.806 163.176 2,48 14 Kosambi 114.118 118.131 162.241 3,30 15 Pakuhaji 107.331 112.564 114.517 1,38 16 Sepatan 107.041 110.436 118.532 3,91 17 Curug 155.542 163.697 207.906 3,52 18 Cikupa 191.169 199.715 279.785 3,41 19 Panongan 95.447 104.511 136.925 5,67 20 Legok 104.426 108.674 121.577 3,30 21 Pagedangan 94.251 94.160 117.317 3,21 22 Cisauk 71.714 74.750 82.941 4,04 23 Sukamulya 62.034 64.330 65.911 1,50 24 Kelapa Dua 164.034 167.464 227.782 3,87 25 Sindang Jaya 77.868 81.750 93.973 3,03 26 Sepatan Timur 82.099 86.859 94.929 2,21 27 Solear 80.206 83.325 90.946 3,18 28 Gunung Kaler 54.730 57.200 52.443 1,22 29 Mekar Baru 37.272 41.503 38.174 0,85 Kabupaten 2.912.010 3.031.724 3.477.495 3,17 Tangerang (Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka, 2017)

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah rumah

tangga juga semakin bertambah. Penambahan jumlah rumah tangga sangat erat

kaitannya dengan penyediaan pemukiman dan lapangan pekerjaan dalam

rangka memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial. Penduduk Kabupaten

Tangerang Tahun 2016 jika diklasifikasi menjadi rumah tangga yang

didasarkan pada kepemilikan Kartu Keluarga (KK) dapat dilihat pada berikut

ini.

Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang (Menurut Kepemilikan Kartu Keluarga) Tahun 2016

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga 1 Balaraja 37.200 2 Jayanti 16.695

80

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga 3 Tigaraksa 34.401 4 Jambe 10.852 5 Cisoka 21.918 6 Kresek 16.991 7 Kronjo 15.278 8 Mauk 20.486 9 Kemiri 10.330 10 Sukadiri 14.534 11 Rajeg 37.992 12 Pasar Kemis 79.393 13 Teluknaga 39.505 14 Kosambi 40.162 15 Pakuhaji 28.945 16 Sepatan 26.547 17 Curug 56.516 18 Cikupa 83.571 19 Panongan 28.692 20 Legok 28.271 21 Pagedangan 26.958 22 Cisauk 18.259 23 Sukamulya 16.812 24 Kelapa Dua 55.345 25 Sindang Jaya 21.167 26 Sepatan Timur 22.795 27 Solear 20.248 28 Gunung Kaler 13.316 29 Mekar Baru 10.067 Jumlah 853.246 (Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka, 2017)

Dari data di atas terlihat jumlah kepala keluarga terbanyak terdapat di

Kecamatan Cikupa sebesar 83.571 kepala keluarga, sedangkan jumlah kepala keluarga paling sedikit di Kecamatan Mekar Baru sebesar 10.067 kepala keluarga. Lebih lanjut, hal yang bisa dilihat dari kondisi dan data demografi adalah pola persebaran atau distribusi penduduk yang dapat dilihat melalui keterkaitan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Distribusi penduduk ini pada dasarnya merupakan komposisi penduduk berdasarkan geografis,

81

sehingga akan lebih bermakna apabila dikaitkan dengan kepadatan penduduk

sebagaimana dapat dilihat pada berikut ini:

Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 (jiwa/km2) Kepadatan No Kecamatan Jumlah (Jiwa) Luas (km2)* (Jiwa/km2) 1 Balaraja 131.566 33,56 3.920 2 Jayanti 72.724 23,89 3.044 3 Tigaraksa 154.897 48,74 3.178 4 Jambe 44.973 26,02 1.728 5 Cisoka 94.116 26,98 3.488 6 Kresek 65.659 25,97 2.528 7 Kronjo 61.489 44,23 1.390 8 Mauk 82.768 51,42 1.610 9 Kemiri 43.977 32,7 1.345 10 Sukadiri 56.199 24,14 2.328 11 Rajeg 171.579 53,7 3.195 12 Pasar Kemis 328.455 25,92 12.672 13 Teluknaga 163.176 40,58 4.021 14 Kosambi 162.241 29,76 5.452 15 Pakuhaji 114.517 51,87 2.208 16 Sepatan 118.532 17,32 6.844 17 Curug 207.906 27,41 7.585 18 Cikupa 279.785 42,68 6.555 19 Panongan 136.925 34,93 3.920 20 Legok 121.577 35,13 3.461 21 Pagedangan 117.317 45,69 2.568 22 Cisauk 82.941 27,77 2.987 23 Sukamulya 65.911 26,94 2.447 24 Kelapa Dua 227.782 24,38 9.343 25 Sindang Jaya 93.973 37,15 2.530 26 Sepatan Timur 94.929 18,27 5.196 27 Solear 90.946 29,01 3.135 28 Gunung Kaler 52.443 29,63 1.770 29 Mekar Baru 38.174 23,82 1.603 Kabupaten 959,61 3.477.495 112.051 Tangerang (Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka,2017)

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa Kabupaten Tangerang merupakan

daerah yang cukup padat, dengan kepadatan sebesar 112.051 jiwa/km2. Pada

82

Tahun 2015, Kecamatan Pasar Kemis merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi (12.672 jiwa/km2) dan Kecamatan Kemiri merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduknya terendah hanya mencapai 1.345 jiwa/km2.

3. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Tangerang

Arah kebijakan umum Pemerintah Kabupaten Tangerang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, yang diarahkan untuk pencapaian visi dan misi daerah, yaitu: a. Visi :

Mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur,

religius, dan berwawasan lingkungan. b. Misi :

1) Peningkatan pemerataan akses dan fasilitas pelayanan pendidikan dan

kesehatan bagi masyarakat.

2) Peningkatan pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian

masyarakat.

3) Peningkatan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam

penyelenggaraan pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat.

4) Penciptaan iklim investasi dan usaha yang kondusif yang didukung oleh

peningkatan pembangunan infrastruktur dasar yang merujuk pada

keseimbangan ruang dan lingkungan.

5) Peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang

bersih, professional, berwibawa, transparan dan bertanggung jawab.

83

4.1.2 Gambaran Kondisi Umum Wilayah Pantai Utara (Pesisir) Kabupaten

Tangerang

Gambar 4.2 Peta Topografi Wilayah Pesisir Kab. Tangerang

(Sumber: Dokumen RZWP3K Kabupaten Tangerang) Wilayah pesisir kabupaten Tangerang memiliki garis pantai sepanjang ±

51 kilometer yang membentang dari Kecamatan Kosambi hingga ke Kecamatan

Mekarbaru. Di sebelah Timur berbatasan dengan perairan DKI Jakarta dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang. Pada perairan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.

Sebagaimana, telah diuraikan di atas bahwa terdapat 8 (delapan) kecamatan pesisir yang merupakan bagian dalam perencanaan zonasi ini.

84

Delapan kecamatan pesisir tersebut adalah Kecamatan Kosambi,

Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri, Kecamatan

Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Mekar Baru.

Kecamatan Mekarbaru merupakan pemekaran dari Kecamatan Kronjo yang ditetapkan juga sebagai kawasan pesisir pada RSWP3K dan RTRW Kabupaten

Tangerang.

Definisi kecamatan pesisir yang digunakan dalam kajian ini adalah kecamatan yang berbatasan langsung secara ekologis dengan garis pantai dan secara sosial ekonomi memiliki karakteristik mata pencaharian yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut. Berdasarkan data Kabupaten

Tangerang Dalam Angka 2017, luas total kecamatan pesisir adalah 298.52 Km2 atau 31,11% dari total luas Kabupaten Tangerang. Namun luasan ini sedikit berbeda bila dilihat dari analisis perhitungan pada peta RTRW Kabupaten

Tangerang dimana luas daratan kecamatan pesisir sebesar 316,58 km2, dan luas perairan lautnya 195,881 km2. Dengan demikian maka luas keseluruhan wilayah pesisir sebesar 512.459 Km2. Hal ini tentunya perlu dilakukan koreksi geometrik terhadap luasan wilayah pesisir Kabupaten Tengerang.

Tabel 4.6 Luas Wilayah Kecamatan Pesisir Jumlah No. Kecamatan Pesisir Luas (Km2) Persentase Desa/Kel 1. Kosambi 29.76 3.10% 11 2. Teluknaga 40.58 4.23% 13 3. Pakuhaji 51.87 5.41% 14 4. Sukadiri 24.14 2.52% 10 5. Mauk 51.42 5.36% 12 6. Kemiri 32.70 3.41% 7 7. Kronjo 44.23 4.61% 9 8. Mekar Baru 23.82 2.48% 9

85

Jumlah No. Kecamatan Pesisir Luas (Km2) Persentase Desa/Kel JUMLAH 298.52 31.11% 85 Kecamatan Non Pesisir 661.09 68.89% 161 Luas Kab. Tangerang 959.61 100.00% 246 (Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017)

Secara administratif, terdapat 85 (delapan puluh lima) desa pesisir yang tersebar di kecamatan-kecamatan pesisir. Nama-nama desa pesisir diuraikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.7 Luas Wilayah dan Nama Desa Kecamatan Pesisir (2017) Kecamatan Luas No. Nama Desa Pesisir Pesisir (Km2) Jatimulya, Belimbing, Cengklong, Rawa Burung, Rawa Renges, Salembaran Jati, 1. Kosambi 29.76 Salembaran Jaya, Salembaran, Dadap, Kosambi Barat, Kosambi Timur Bojong Renged, Teluknaga, Kebon Cau, Babakan Asem, Kp. Melayu Barat, Kp. Melayu 2. Teluknaga 40.58 Timur, Kp. Besar, Lemo, Muara, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Tanjung Burung, Pangkalan Kampung Kali Mati Pakualam, Buaran Mangga, Buaran Bambu, Bonisari, Rawa Boni, Laksana, Kohod, 3. Pakuhaji 51.87 Sukawali, Kramat, Surya Bahari, Kiara Payung, Gaga, Kali Baru, Pakuhaji Kondang, Gintung, Kampung Masjid, Mekar 4. Sukadiri 24.14 Kidung, Buaran Jati, Kampung Seberang, Rawa Kidung, Sukadiri, Karang Serang, Tuis Mauk Barat, Tegal Kunir Kidul, Tegal Kunir Lor, Sasak, Gunung Sari, Kedung Dalem, 5. Mauk 32.70 Marga Mulya, Tanjung Anom, Jatiwaringin, Banyu Asih, Ketapang, Mauk Timur Kemiri, Patra Manggala, Karang Anyar, Desa 6. Kemiri 51.42 Klebet, Lontar, Ranca Labu, Buniayu Muncung, Kronjo, Pagedangan Ilir, 7. Kronjo 44.23 Pagedangan Udik, Pasilihan, Blukbuk, Bakung, Pasir, Cirumpak Jenggot, Kedaung, Cijenuk, Waliwis, Klutuk, 8. Mekar Baru 23.82 Kosambi Dalam, Mekar Baru, Gandaria, Pangenjahan (Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017)

86

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

1. Visi

Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada masa mendatang oleh pimpinan dan seluruh staf Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Visi tersebut mengandung makna bahwa Kabupaten Tangerang dengan potensi, keragaman dan kompleksitas masalah yang tinggi, harus mampu dibangun menuju

Kabupaten Tangerang Gemilang.

Visi Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Tahun 2013 - 2018 adalah

“Mewujudkan Masyarakat Perikanan Kabupaten Tangerang Yang Cerdas, Produktif, Sejahtera, Berwawasan Lingkungan Dan Berkelanjutan “

2. MISI

Sedangkan untuk mewujudkan Visi Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang Tahun 2013 - 2018 tersebut diatas dilaksanakan Misi sebagai berikut:

a. Peningkatan Produksi Perikanan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur dan pelayanan pada

Sektor Perikanan

b. Pengembangan ekonomi Perikanan berbasis industri, UMKM agar daya

beli dan kemakmuran masyarakat meningkat

3. Tujuan Dan sasaran

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu

1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada

pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisa strategis.

87

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Istansi Pemerintah

dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih

pendek dari tujuan. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun

waktu tertentu / tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Sasaran yang ditetapkan untuk mencapai Visi dan Misi Dinas

Perikanan Tahun 2013 - 2018 sebanyak 2 (dua) sasaran strategis.

4. Tugas dan Funsgi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun

2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten

Tangerang dan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 106 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas, dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas

Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai tugas dan kewajiban.

Dalam menyelenggarakan tugas dan kewajiban tersebut Dinas

Perikanan mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang perikanan

b. elaksanaan kebijakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

bidang perikanan

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perikanan

d. Pelaksanaan administrasi dinas perikanan

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan

tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban Dinas dipimpin oleh Ir. H.

Herry Wibowo, MM yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh pejabat

struktural sebagaimana terdapat dalam struktur organisasi dibawah ini:

88

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERIKANAN

KEPALA DINAS DINAS

Jabatan Fungsional Sekretaris

Ka Sub Bag Ka Sub Bag Umum Perencanaan dan dan Kepegawaian Keuangan

Ka Bid Pengelolaan dan Ka Bid Pengelolaan dan Ka Bid Pengembangan Pemberdayaan Nelayan Pemberdayaan dan Kelembagaan Pembudidaya Perikanan

Kasi Pengembangan Kasi Teknologi Produksi Kasi Teknologi Hasil Sarana Nelayan dan Usaha Budidaya Perikanan

Kasi Pengelolaan , Kasi Pemberdayaan Kasi Akses Pasar, Pemberdayaan dan Pembudidaya dan Permodalan dan Perlindungan Nelayan Pengelolaan Kawasan Kelembagaan Perikanan Budidaya

Ka UPT TPI Ka UPT BBI

Ka Sub Bag UPT Ka Sub Bag UPT TPI BBI

Gambar. 4.3 Struktur Organisasi Dinas Perikanan

89

4.2 Deskripsi Data Penelitian

4.2.1 Daftar Informan Penelitian

Pada BAB sebelumnya yang membahas mengenai metodelogi penelitian telah dijelaskan mengenai pemilihan informan dari kunjungan lapangan yang dipilih secara purposive dan snowball. Informan tersebut ditentukan bukan berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan atas dasar pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai dengan fokus masalah penelitian. Adapaun dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang, peneliti memilih informan yaitu Pemerintahan Kabupaten Tangerang yaitu SKPD yang terlibat dalam

Program Gerbang Mapan, masyarakat baik penerima langsung atau tidak langsung manfaat program, serta stakeholder yang mengetahui informasi terkait Program

Gerbang Mapan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Informan Penelitian

Kode No. Nama Informan Status Informan Informan Key Informan 1. Sm. Agustin Hari Kasubag Tu Upt BBI Dinas Perikanan I1-1 Mahardika, S.Pi., Kab. Tangerang/Sekretaris Program MM. Gerbang Mapan 2. Ruslan Farid, SP. Kasubid Ketahanan Pangan Dan I1-2 Mm Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Kab. Tangerang 3. M. Arsyad Al- Peneliti PKSPL IPB I1-3 Amin 4. Mulyana Ketua Kelompok Mangrove Tunas I1-4 Harapan Desa Patramanggala

90

Kode No. Nama Informan Status Informan Informan Secondary Informan

5. Erni Nurlaeni Kasi Perencanaan Tata Ruang– Dinas I2-1 Tata Ruang &Bangunan Kab. Tangerang 6. Endang Setiawan, Kepala Seksi Konservasi I2-2 Sp Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kab. Tangerang 7. Ahmad Yani Ketua Kelompok Budidaya Tunas I2-3 Tambak Mandiri Desa Patramanggala 8. Yuliah Ketua Kelompok Pengolahan Ikan I2-4 Manggala Putri Desa Patramanggala 9. Joko, S.Pd Kasi Pemerintahan Desa Marga Mulya I2-5 10. Sumaryanto Penyuluh Swadaya/Pengurus Tpi Kronjo I2-6 11. Tati Haryati Ketua Kelompok Pengolahan Ikan I2-7 Bunga Mawar Desa Kronjo 12. Muhammad Ketua Kelompok Budidaya Tambak I2-8 Mush‟ab Desa Kronjo 13. Abdul Kholiq Ketua Kelompok Pengolahan Ikan I2-9 Barokah Desa Muara 14. Tata Pengelola Prpm Desa Ketapang I2-10 15. Alfian Ketua Kelompok Nelayan Wijaya I2-11 Kusuma Desa Ketapang 16. Awing Ketua Kelompok Nelayan Desa Tanjung I2-12 Burung 17. Usman Ketua Kelompok Nelayan Mina Relasi I2-13 Desa Surya Bahari 18. Diah Relawan Pesisir Mengajar I2-14 Sumber: Peneliti, 2018

4.2.2 Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, selama proses penelitian berlangsung. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program

Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang peneliti

91

menggunakan Teori Evaluasi Kebijakan menurut Daniel Stufflebeam (1966), yang dikenal dengan teori CIPP, yang meliputi Context, Input, Process, Product

Dalam penelitian Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang, peneliti memilih metode kualitatif deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan

Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting diantaranya: reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, merangkum dan

memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan

kode pada aspek tertentu yaitu:

a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan

b. Kode A untuk menunjukan item

c. Kode Q1, Q2, Q3, Q4 dan seterusnya menunjukkan daftar urutan

pertanyaan

d. Kode I menunjukkan informan

e. Kode I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, menunjukkan daftar urutan informan dari

kategori pihak utama atau key informan

f. Kode I2-1, I2-2, I2-3, I2-4, I2-5, I2-6, I2-7, I2-8 ……, I2-13 menunjukkan daftar

urutan informan dari kategori secondary informan.

Setelah tahap reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data yang

merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

92

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lainnya,

Penyajian data yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikannya, maka akan memudahkan

peneliti maupun pembaca untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Setelah data yang didapatkan

bersifat jenuh artinya tidak didapat informasi baru atau telah ada pengulangan

informasi, maka kesimpulan tersebut dapat dijadikan jawaban atas masalah

penelitian. Selanjutnya untuk memperoleh data yang kredibel kemudian

dilakukan pengujian. dengan teknik triangulasi dan member check yaitu proses

check and recheck antara sumber data yang satu dengan sumber data lainnya.

Setelah semua proses analisis data telah selesai dilakukan oleh peneliti maka

langkah selanjutnya dapat dilakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat

diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data yang diperoleh peneliti telah

bersifat kredibel dan sudah jenuh.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai pada dasarnya

adalah sebuah program yang dibuat dalam upaya peningkatan kualitas hidup

masyarakat pesisir dan perbaikan wilayah pesisir dengan menekankan pada

tiga aspek yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastruktur dasar, dan

pemberdayan masyarakat. Dalam Program Gerbang Mapan, strategi,

kebijakan maupun kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan

93

masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang. Untuk mengetahui bagaimana mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di

Kabupaten Tangerang dengan menggunakan model Teori Evaluasi Kebijakan

CIPP menurut Daniel Stufflebeam (1966), model evaluasi kebijakan ini harus dilakukan secara linear dan berurutan meliputi 4 tahapan, yaitu:

4.3.1 Evaluasi Konteks

Evaluasi terhadap konteks adalah evaluasi tahap pertama yang

dilakukan dalam evaluasi Program Gerbang Mapan, tahapan ini dilakukan

untuk mengetahui latar belakang dan tujuan program serta mengetahui

strategi dan kebutuhan apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program

Gerbang Mapan. Sebuah kebijakan lahir bukan tidak ada sebabnya, bukan

merupakan pemikiran asal dan proses yang singkat. Pembuatan kebijakan

adalah sebuah proses panjang yang melibatkan stakeholders terkait, demi

membentuk kebijakan atau program yang dapat digunakan sebagai alat

penyelesaian masalah publik yang sedang dan atau akan terjadi.

Latar belakang adanya Program Gerbang Mapan adalah berawal dari

adanya program bantuan pusat yaitu PDPT (Pengembangan Desa Pesisir

Tangguh) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

di beberapa wilayah pesisir Indonesia dan salah satu desa pesisir yang

menerima Program PDPT adalah Desa Muara Kecamatan Teluknaga yang

berada di wilayah administrasi Kabupaten Tangerang. Program ini dimulai

tahun 2011-2014, dalam program tersebut ada beberapa kegiatan yang

94

sangat membantu pembangunan wilayah dan masyarakat pesisir. Seperti yang dikatakan oleh I1-1:

Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program yang terinspirasi dari program pusat yang kita kenal dengan nama PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang didalamnya ada beberapa kegiatan-kegiatan yang menjadi andalan seperti bina sumberdaya manusia, bina lingkungan termasuk didalamnya adalah pembangunan infrastruktur desa, bina ekonomi dan yang lainnya. Karena pada tahun 2014 program tersebut akan berakhir dan Kabupaten Tangerang memiliki Bupati baru yang berjanji untuk memperbaiki wilayah pesisir (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas program yang berakhir pada tahun 2014 ini bersamaan dengan habisnya masa kepemimpinan Bupati dan akan digantikan Bupati yang baru. Melihat kegiatan yang bagus dan menjadi andalan Program PDPT, calon Bupati pada masa itu mencoba menyelaraskan kebijakan pusat dengan kebijakan daerah dengan membuat atau meneruskan program yang telah ada dan membentuknya pada skala kabupaten. Hal ini juga disampaikan oleh I1-2:

“Latar belakang dibentuknya Program Gerbang Mapan memang salah satunya adalah terinspirasi dari program pusat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang sebelumnya pernah sukses diterapkan disalah satu desa di Kabupaten Tangerang yaitu Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, karena banyak juga progam-program unggulan Kabupaten Tangerang yang meniru program pusat seperti Gebrak Pak Kumis, PNPM Kabupaten Tangerang dan juga Gerbang Mapan itu sendiri. Selain itu Program Gerbang Mapan dibuat karena kondisi wilayah dan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang yang masih memperihatinkan dan butuh pendampingan.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Berdasarkan wawancara tersebut, melihat kondisi pesisir

Kabupaten Tangerang yang memprihatinkan dan butuh pendampingan

95

maka dalam kampanyenya calon Bupati mencoba menawarkan sebuah program dengan tujuan untuk menata kembali wilayah pesisir Kabupaten

Tangerang. Kondisi pesisir Kabupaten Tangerang memiliki masalah utama yaitu permasalahan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kerusakan lingkungan yang semakin meluas. Dengan permasalahan yang terjadi,

Bupati terpilih mencoba merealisasikan janji kampanyenya dalam sebuah program yang kemudian diberi nama Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai yang kemudian lebih sering disebut sebagai Program

Gerbang Mapan. Program Gerbang Mapan ini berlandasakan Peraturan

Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Dokumen Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018. Dalam dokumen RPJMD Kabupaten Tangerang tahun 2013-2018 Program

Gerbang Mapan dicantumkan sebagai salah satu dari 25 program unggulan yang memiliki tiga fokus utama yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan akan terciptanya percepatan perekonomian melalui masyarakat yang lebih berdaya dengan didukung oleh infrastruktur dasar pendukung ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.

Sebagai Badan yang bertugas menterjemahkan visi dan misi kepala daerah kedalam sebuah kebijakan maupun program, Bappeda kemudian membuat sebuah rapat koordinasi dengan menghadirkan SKPD terkait untuk membahas mengenai Program Gerbang Mapan yang merupakan program lintas sektor dan memilih Dinas Perikanan sebagai leading sector

96

dan akan dibantu oleh SKPD-SKPD terkait dalam pelaksanaannya seperti yang disampaikan oleh I1-1 :

kemudian kami dipanggil oleh Bappeda diberitahukan sebuah top down program, dimana program tersebut sudah memiliki nama yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan). Yang secara terminologi kurang sesuai karena tidak menggunakan istilah pesisir, namun diakhir kita malah bersyukur karena setelah ada UU No.23 Tahun 2014 tidak boleh lagi digunakan istilah pesisir. (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, Dinas Perikanan adalah

SKPD yang kemudian dipercaya dalam memegang Program Gerbang

Mapan, karena pada awalnya Dinas Perikanan masih mengurusi mengenai kela utan dimana identik dengan perikanan, nelayan dan kehidupan pesisir meskipun diawal tidak ada istilah pesisir yang digunakan dalam program tersebut. Namun setelah adanya UU No. 23 Tahun 2014, kewenangan laut tidak lagi berada pada tataran pemerintah kabupaten dan tidak lagi menggunakan istilah-istilah pesisir. Program Gerbang Mapan yang merupakan bentuk realisasi dari janjinya sebagai bupati terpilih, seperti yang disampaikan oleh I1-3 :

“Program Gerbang Mapan ini sebenarnya merupakan janji bupati atau top down program yang dipadukan dengan bottom up program, karena selain inisiasi dari bupati terpilih kita juga meminta setiap desa untuk melakukan musyawarah desa dengan melibatkan masyarakat untuk menarik isu-isu permasalahan yang ada di setiap desa di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas bahwa Program

Gerbang Mapan dilakukan dengan menggabungkan bottom up program dengan top down program dimana kebijakan tersebut disesuaikan

97

kebutuhan masyarakat. Untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan masyarakat, terlepas dari janji Bupati kondisi wilayah pesisir Kabupaten

Tangerang yang masih memprihatinkan juga mendorong latar belakang

Program Gerbang Mapan ini adalah seperti yang disampaikan I2-2:

“Program ini dibentuk sebagai alat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pantai, untuk melestarikan lingkungan pesisir serta diharapkan dengan adanya Program Gerbang Mapan akan membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatan perkapita. (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I2-1 :

“Sebenarnya saya juga kurang mengikuti Program Gerbang Mapan ini, tapi saya rasa program ini dibuat pasti beralasan, salah satunya ya mba yang mungkin mba tau juga kalau wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang memang masih rendah kesejahteraannya dan butuh pendampingan. Selain itu dari sisi lingkungan juga masih sering terjadi abrasi, pencemaran sungai, mangrove juga yang masih kurang dan juga ekonomi nelayan yang masih jauh dari garis kesejahteraan. Dari sisi kesehatan juga masih banyak masyarakat yang dolbon atau BAB di sawah, yang tentu masyarakat dan wilayah seperti ini butuh penataan ruang baik jalan, sanitasi dan infrastruktur lainnya. (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 di Kantor Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kab. Tangerang)

Berdasarkan wasil wawancara diatas, latar belakang yang melihat masih buruknya kondisi di wilayah pesisir maka tujuan dari Program

Gerbang Mapan haruslah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pesisir.

Melihat sudah dilakukan juga perpaduan antara kebijakan dari eksekutor dengan melibatkan masyarakat didalamnya, dimana dalam gaungnya tujuan Program Gerbang Mapan merupakan program yang dapat membantu percepatan perekonomian, peningkatan infrastruktur dan

98

meningkatkan masyarakat yang lebih berdaya. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I1-1 :

“Dalam Program Gerbang Mapan itu ada tiga yang menjadi tujuan utama yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kita melakukan kajian dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di pesisir, saya rasa sangat relevan. Karena Roadmap Program yang sudah kami buat pun sejalan dengan rumusan Bappeda dimana merupakan janji- janji yang diutarakan Bupati terpilih.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas bahwa untuk membuat tujuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sudah dilakukan observasi langsung dan mengkaji kebutuhan masyarakat dan wilayah pesisir. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari I1-2 :

“Tentu tujuannya untuk menata wilayah pesisir, membangun masyarakatnya, lingkungannya dan saya rasa tujuan ini memang sudah relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Hal serupa juga disampaikan oleh I2-1 “Saya rasa sih relevan ya mba dengan kondisi pesisir yang sudah saya sebutkan tadi.” Begitupun dengan pernyataan dari I2-2 bahwa :

“Sangat relevan tujuan dari program dengan kebutuhan masyarakat pesisir seperti yang bidang saya lakukan yaitu penanaman atau konservasi mangrove dengan memberdayakan masyarkat serta bermanfaat untuk mengurangi abrasi yang terjadi di wilayah pesisir.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-3, namun ada yang berbeda dengan pernyataannya yaitu: “Menurut saya sudah relevan, program ini juga melibatkan masyarakat untuk menentukan isu permasalahan yang ada di desa

99

masing-masing sehingga bisa sejalan antara kebutuhan dengan program yang ada. Namun Program Gerbang Mapan ini merupakan program pembangunan yang menyasar hampir semua aspek atau pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada wilayah pesisir. Dengan wilayah pesisir Tangerang yang sangat luas dan kondisi SDM yang kurang maka program ini tentu tidak berjalan dengan mudah.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Berdasarkan hasil kutipan-kutipan wawancara di atas bahwa tujuan dari Program Gerbang Mapan sudah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan masyarakat di wilayah pesisisr, namun tujuan yang telah relevan sedikit tidak realistis bila melihat sasaran Program Gerbang Mapan karena luasnya cakupan wilayah yang menjadi sasaran program, yaitu terdiri dari

8 kecamatan atau 25 desa pesisir yang tersebar di Pantai Utara Kabupaten

Tangerang.

Dinas Perikanan sebagai leading sector Program Gerbang Mapan kemudian meminta untuk menghadirkan pihak ketiga untuk membantu merencanakan perjalanan program, mulai dari menggali isu-isu dan permasalahan strategi yang perlu diselesaikan melalui Program Gerbang

Mapan. Hal ini merupakan hal yang dibutuhkan dalam perencanaan program dan strategi untuk memaksimalkan Program. Strategi sangat dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah kebijakan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Dalam Program Gerbang Mapan sebagi strategi awal yang dilakukan Dinas Perikanan adalah dengan

100

memilih calon pihak ketiga diantaranya UGM, UNBRAW, UNDIP dan

IPB.. Seperti yang disampaikan oleh I1-1 :

“Pertama pemilihan pihak akademisi yang kita ambil dari universitas negeri dan tidak mengambil dari universitas swasta karena hasilnya yang kurang memuaskan. Dengan menggandeng IPB ini memberikan kualitas-kualitas dan masukan masukan baru untuk Kabupaten Tangerang.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan kutipan diatas bahwa Dinas Perikanan memilih

PKSPL IPB dengan menilai efektifitas dan efisiensi menimbang IPB merupakan Universitas negeri terdekat dengan Kabupaten Tangerang dan

PKSPL IPB merupakan organisasi yang sudah berpengalaman dalam membantu pembangunan pesisir dibeberapa wilayah di Indonesia.

Sehingga tentu akan lebih mudah untuk mempelajari keadaan Kabupaten

Tangerang.

Strategi lain yang perlu dilakukan adalah mengenalkan Program

Gerbang Mapan kepada pihak-pihak yang terlibat. Sosialisasi merupakan hal yang penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan. Sosialisasi merupakan sebuah pemberian pelajaran maupun pemahaman kepada agen- agen pelaksana yang terlibat dalam Program Gerbang Mapan baik dengan

SKPD di Kabupaten Tangerang maupun masyarakat sebagai penerima kebijakan. Dengan dilakukan sosialisasi yang baik akan dihasilkan kesamaan pikiran dan pandangan mengenai Program Gerbang Mapan sehingga pelaksanaan program akan semakin mudah dan efektif.

101

Sosialisasi yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan dilakukan secara bertahap. Seperti yang dikatakan oleh I1-1 :

“Sosialisasi yang kita lakukan bertahap, yang pertama dilakukan saat penyusunan roadmap, yang diberikan saat pelatihan-pelatihan dilakukan dan ketiga saat pelaksanaan masing- masing kegiatan.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas sosialisasi yang dilakukan tidak secara khusus diberikan pengenalan kepada masyarakat tapi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan program. Namun dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sosialisasi pada tahap pertama dirasa tidak terlaksana dengan baik, sosialisasi yang dilakukan adalah melalui forum yang berisi SKPD-SKPD terkait beserta aparatur desa dan masyarakat. Namun berdasarkan data yang didapatkan dari dokumen evaluasi Program Gerbang Mapan, kegiatan itu diikuti hanya oleh beberapa SKPD dan 15 desa dari 25 desa pesisir yang ada. selanjutnya hanya 3 kepala daerah yang berhasil merampungkan RPDP (Rencana

Pengembangan Desa Pesisir). Dengan buruknya sosialisasi yang ada maka, akan terputusnya informasi mengenai Program Gerbang Mapan kepada desa dan masyarakat. Hal ini kemudian menyebabkan masyarakat banyak yang tidak mengetahui terkait dengan Program Gerbang Mapan. Hal ini terjadi di Desa Ketapang, Desa Tanjung Anom, Desa Kronjo, Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Kosambi, Desa Surya Bahasri, Desa Karang

Serang dan lainnya. Baik aparatur desa maupun masyarakat cenderung tidak mengetahui dengan baik dan bersifat cuek terhadap adanya Program

102

Gerbang Mapan meskipun diantaranya telah menerima bantuan dari

Program Gerbang Mapan. Seperti yang disampaikan oleh (I2-12) “Kalau

programnya saya sebenarnya kurang tau sih” begitu juga dengan I2-13

“Programnya kurang tau mba tapi pernah sih dapat bantuan dari

perikanan.” Hal serupa juga disampaikan oleh I2-9 :

“Kalau Program Gerbang Mapan sendiri awalnya saya memang tidak tahu, awalnya itu saya tiba-tiba dipanggil oleh kades, ada ibu-ibu PKK dan ibu Hj Tamimah selaku sekretaris Dinas Perikanan dan bicara mengenai olahan bandeng presto dan saya ini dianggap bisa untuk hal tersebut. Nah dari kegiatan itu baru lah dibuat kelompok pengolahan ini. Saya ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok, dan dikelompok memang dibagi-bagi tugasnya ada yang produksi, ada yang pemasaran tapi selanjutnya warga sini atau ibu-ibu PKK yang sebelumnya ikut kegiatan tersebut malah tidak mau meneruskan. Jadinya sekarang saya dan keluarga menjalankan usaha olahan ikan ini, sampai Alhamdulillah saya sudah bisa buka cabang rumah makan.” (Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11, di Rumah Makan Barokah Desa Muara)

Hal serupa disampaikan oleh I2-7 : “kalau tau atau paham Program Gerbang Mapannya sendiri sih ibu sebenernya kurang tau ya, paling sering ikutnya itu pelatihan-pelatian pengolahannya aja. Dan bantuan kayak gini ya dari Dinas Perikanan.” Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas menunjukkan pengetahuan masyarakat mengenai Program Gerbang Mapan sangat minim, bahkan setelah mendapat bantuan mereka masih belum mengetahui asal bantuan tersebut. Padahal selain melalui FGD, sosialisasi juga telah menggunakan beberapa pihak untuk dapat menyampaikan baik dari kecamatan, desa dan tokoh masyarakat serta spanduk saat kegiatan berlangsung.

103

1.3.2 Evaluasi Input

Evaluasi terhadap masukan dilakukan untuk menilai masukan yang

ada dalam Program Gerbang Mapan diantaranya sumberdaya manusia

sebagi agen pelaksana Program dan Sumberdaya finansial yang digunakan

dalam Program Gerbang Mapan selain itu sebenarnya masukan dalam

suatu program juga termasuk didalamnya sarana dan prasarana

pendukung. Dalam Program Gerbang Mapan sarana dan prasarana

pendukung tersebut tidak menjadi fokus khusus dalam pelaksanaan

program. Berbicara sebuah keberhasilan kebijakan atau program akan

ditentukan maksimal atau tidaknya dari bagaimana memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia. Sumberdaya manusia dengan sumberdaya

finansial adalah masukan yang saling terkait, sumberdaya manusia yang

cukup dan berkompeten tapi tidak diimbangi dengan sumberdaya finansial

yang memadai tentu program akan sulit dilaksanakan karena untuk

menjalankan suatu program memerlukan biaya, begitu sebaliknya

anggaran yang cukup tapi tidak ada sumberdaya manusia yang

menjalankan maka program juga tidak akan berjalan dengan optimal.

Proses pelaksanaan kebijakan menuntut adanya sumberdaya

manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaannya yang diisyaratkan

oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi saat kompetensi

dan kapabilitas dari sumber daya itu nihil maka kinerja kebijakan publik

sangat sulit diharapkan. Dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan

sebagai program lintas sektor, sumberdaya manusia yang terlibat hampir

104

dari semua sektor, diantaranya pemerintah daerah, pemerintahan desa, organisasi masyarakat, akademisi dan lembaga lain yang relevan dengan

Progam Gerbang Mapan. Lembaga pemerintah yang dimaksud adalah dinas-dinas teknis yang relevan terhadap Program Gerbang Mapan diantaranya Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Lingkungan

Hidup dan Kebersihan, Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Bina Marga,

Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian dan Ketahaan Pangan dan lainnya.

Dengan melihat SKPD yang terlibat, menurut peneliti secara kuantitas sumberdaya manusia yang ada sudah mencukupi, Seperti yang disampaikan oleh I2-2:

“Dilihat dari tim koordinasi yang dibentuk, saya rasa sudah cukup karena didalamnya sudah ada Dinas Perikanan, Bappeda, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Cipta Karya dan lainnya. Apabila bicara sikap mereka terkait Gerbang Mapan saya juga kurang tahu pasti, tapi satu dua kali bertemu cukup baik semisal ada rapat atau kunjungan lapangan mereka turut serta.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Dan secara kualitas melihat sumberdaya manusia ini berasal dari hasil seleksi yang cukup ketat maka profesionalitasnya sudah tidak diragukan lagi. Hal serupa juga disampaikan oleh I1-2:

“Sumber Daya Manusia yang ada sih cukup karena dinas- dinas teknis juga sudah professional, hanya saja kendalanya masih lemahnya koordinasi antara SKPD terkait dan Bappeda hanya diawal selanjutnya dinas perikanan yang mengadakan koordinasi hanya saja memang apabila yang melakukan koordinasi adalah perikanan sebagai dinas teknis akan sulit beda dengan Bappeda yang menjangkau semua SKPD.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas kecukupan sumberdaya dengan adanya tim yang ada bisa dikatakan cukup namun kecukupan tanpa

105

didorong dengan sikap mau ikut andil dan berkontribusi belum dapat dipastikan. Hal berbeda disampaikan oleh I1-1:

“Sebenernya sumberdaya manusia yang ada untuk melaksanakan program cukup, namun karena di Kabupaten ini terlalu banyak program unggulan sehingga SDM tersebut pun sibuk untuk melaksanakan program unggulan lain. Untuk rapat- rapat koordinasi yang diadakan juga sulit sekali mengumpulkan. Jadi yang seharusnya dapat dikerjakan bersama malah tidak dikerjakan, dan harapan saya kedepan hal tersebut dapat terlaksana.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan wawancara diatas bahwa rasa ingin terlibat dan kemauan dalam program menjadi salah satu pemicu dari keberhasilan

Program Gerbang Mapan. Karena yang sangat diperlukan dalam Program lintas SKPD/dinas adalah koordinasi yang terus terjaga dengan baik.

Dengan koordinasi yang terbangun maka akan mudah untuk melaksanakan tugas dan fungsi tanpa adanya tekanan maupun perintah dari pimpinan.

Hal ini diperkuat dengan penyataan I1-3 :

“Dengan sistem ICM, dimana pembangunan pesisir itu adalah pembangunan yang terintegrasi dan terpadu dengan melibatkan berbagai SKPD terkait rasanya untuk kecukupan SDM sangat cukup namun kedala yang ditemukan adalah kurangnya koordinasi yang dibangun dalam tim Gerbang Mapan sehingga kerjasama yang diharapkan kemudian tidak tercapai.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sumberdaya manusia yang cukup secara kuantitas dan baik secara kualitas adalah sumberdaya yang mampu melaksanakan sebuah program atau kebijakan dengan baik, namun yang tidak kalah menjadi sorotan adalah koordinasi dan komunikasi yang dibangun dengan sesama agen pelaksana.

106

Karena yang kemudian menjadi permasalahan dalam Program Gerbang

Mapan adalah koordinasi dan komunikasi yang terjalin antar sumberdaya manusia tidak berjalan dengan baik, meskipun sudah dibentuk tim koordinasi untuk memudahkan pola koordinasi dan komunikasi yang dibangun dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan.

Berdasarkan data yang ditemukan peneliti dilapangan koordinasi yang tidak baik ini didasarkan karena kurangnya rasa memiliki dan kesadaran dari SKPD yang terlibat dalam Program Gerbang Mapan. Hal ini disebabkan karena terlalu banyaknya program unggulan yang dimiliki daerah, dan dibebankan kepada SKPD yang ada. Sehingga SKPD yang ada disibukkan dengan program masing-masing, karena program tersebu juga harus dijalankan dan dipertanggung jawabkan. Menurut peneliti, selain itu koordinasi yang kurang baik juga terjadi karena adanya tumpang tindih dan kerja ganda, karena perencanaan Program Gerbang Mapan yang tidak disesuaikan dengan program unggulan lain dan program dinas yang ada. apabila perencanaan dibuat selara maka pekerjaan setiap dinas akan lebih terstruktur dan lebih ringkas lagi sehingga tujuan dari setiap program akan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Selain koordinasi antar SKPD yang belum berjalan dengan baik, koordinasi yang dibangun dengan pemerintahan desa juga tidak berjalan dengan mulus. Banyak desa-desa pesisir yang tidak mengindahkan

Program Gerbang Mapan khusunya dalam bekerja sama dalam menyukseskan Program Gerbang Mapan. Hal ini juga bermula dari

107

sosialisasi yang kurang berjalan dengan baik dan tidak diindahkan oleh pemerintah desa. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya masih banyak desa atau aparatur desa yang tidak mengetahui Program Gerbang

Mapan. Selain itu koordinasi dengan desa yang buruk disebabkan pula ada pergantian pemerintahan desa sehingga, informasi yang diturunkan tidak secara jelas tersampaikan sehingga koordinasi dan komunikasi menjadi tidak berlanjut.

Selanjutnya masukan yang dievaluasi oleh peneliti adalah sumberdaya finansial yang digunakan untuk membiayai Program Gerbang

Mapan. Program Gerbang Mapan yang merupakan salah satu program unggulan mendapat pembiayaan program yang berasal dari APBD

Kabupaten Tangerang. Hal ini dinyatakan oleh I1-1 bahwa “Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD Kabupaten

Tangerang”, hal senada juga disampaikan oleh I1-3 “Asal anggaran yang digunakan adalah APBD Kabupaten Tangerang.” Hanya saja Program

Gerbang Mapan yang merupakan program unggulan Kabupaten

Tangerang memiliki pagu anggarannya sendiri, hal ini disampaikan oleh

I1-2 :

“Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD Kabupaten Tangerang. Anggaran program unggulan maupun program dinas itu sama yaitu dari APBD. Di APBD ada pagu wajib dan strategis, Program Gerbang Mapan masuk pada pagu strategis dan unggulan berbeda dengan anggaran dinas.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

108

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa setiap program memiliki pagu anggarannya yang berbeda-beda, hal ini membuktikan kesiapan daerah untuk membantu setiap programnya agar mendapat pendanaan yang cukup. Anggaran atau dana adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan sebuah program, sumberdaya manusia yang berkompeten sekalipun apabila anggaran untuk melaksanakan program tidak tercukupi maka program atau kebijakan tersebut akan sulit terlaksana. Secara jumlah anggaran yang diberikan dalam Program

Gerbang Mapan memang tidak disebutkan besaran anggaran dari APBD.

Anggaran program unggulan khususnya Program Gerbang Mapan sepenuhnya dipegang Bappeda, dinas teknis bisa menganggarkan belanja kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan roadmap Gerbang Mapan dan melaporkan kepada Bappeda. Secara kecukupan, Program Gerbang Mapan mendapat anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan seperti yang disampaikan oleh I1-2:

“Untuk kecukupan anggaran di Program Gerbang Mapan sangat cukup. Dan pembagian anggaran ditiap dinas disesuaikan dengan pembagian tugas yang ada di roadmap. Tapi karena penganggaran Gerbang Mapan yang belum selaras dengan program kerja dinas maka sulit juga dan biasanya akan disesuaikan diperubahan anggaran.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa anggaran yang diberikan memang sudah cukup untuk melaksanakan Program Gerbang

Mapan, tiap dinas harus memberikan rencana anggaran yang sesuai

109

dengan yang telah disetujui dalam roadmap Gerbang Mapan. Berbeda dengan yang disampaikan oleh I2-2:

“Anggaran yang digunakan tentu adalah anggaran dinas lingkungan hidup dan tidak ada anggaran khusus yang kami dapat dari Progam Gerbang Mapan.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Berdasarkan wawancara di atas bahwa Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang tidak mendapatkan anggaran yang berasal dari Program Gerbang Mapan, karena seperti yang sudah dikatakan pembagian anggaran yang dilakukan oleh Bappeda dibagi sesuai dengan pekerjaan yang tertera pada roadmap dan harus memberikan rencana anggarannya. Hal ini terjadi juga karena kurang terintegrasinya Program

Gerbang Mapan dengan kegiatan dinas menimbulkan double job, yang dimaksud adalah yang sudah ada dalam Program Gerbang Mapan kembali direncanakan di kegiatan dinas sehingga akan sulit menentukan anggaran yang digunakan, dengan kurangnya koordinasi tentu akan lebih mudah menggunakan anggaran dinas sendiri. Karena bukan tidak ada anggaran, anggaran yang disediakan cukup besar untuk Program Gerbang Mapan, seperti yang disampaikan oleh I1-1 :

“Dari segi anggaran dapat dikatakan cukup bahkan lebih, saya pernah ditawari untuk nilai anggaran mencapai 2-5 milyar namun dengan keadaan yang seperti ini, hanya bergerak sendiri dan banyak hal administratif yang perlu dilakukan dan harus seimbang dengan yang dilakukan di lapangan saya merasa sulit

110

untuk mempertanggung jawabkan uang tersebut.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan wawancara di atas, anggaran Program Gerbang

Mapan yang ditawarkan cukup besar, namun dalam birokrasi pemerintahan setiap anggaran yang diberikan harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya dan secara transparan.

Dengan kondisi seperti ini, menjalankan program dengan koordinasi yang kurang baik dan bergerak sendiri sehingga akan kesulitan dalam menyesuaikan antara kegiatan adminsitratif yang harus dibuat sebaik- baiknya dan harus fokus memantau penyerapan anggaran di lapangan.

Selain kecukupan anggaran, ketepatan anggaran yang turun juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Anggaran yang tidak sesuai waktu tentu akan membuat eksekutor kebingungan menjalankan program, yang mana setiap program perlu dana untuk pelaksanannya. Seperti yang terjadi pada Program Gerbang Mapan, anggaran yang diberikan memang cukup namun dari segi pencairan anggaran tidak tepat waktu seperti yang disampaikan oleh I1-2:

“Namun bila dari sisi ketepatan anggaran, memang anggaran yang turun suka terlambat kadang turun di akhir tahun jadi pelaksanaan program juga mundur dan di lakukan di tahun berikutnya.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Hal serupa juga disampaikan oleh I1-1 :

“Dari segi ketepatan anggaran, mungkin hal ini yang kemudian menjadi hambatan dalam pelaksanaan program Gerbang Mapan. Distrubusi Anggaran yang turun untuk Program Gerbang Mapan (Program Top Down) dipisahkan dari pagu anggaran dinas

111

tapi pencairan selalu dilakukan diakhir tahun. Dimana hal ini membuat pelaksanaan Program menjadi terganggu dan mesti banyak dilakukan penyesuaian di sana sini.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas adalah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan adalah dana yang tidak sesuai penurunnanya, sampai dengan tahun 2017 kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan terus mengalami penyesuaian agar tetap berjalan meskipun dana yang turun terlambat.

Dapat disimpulkan bahwa dalam Program Gerbang Mapan yang kemudian menjadi permasalahan adalah anggaran yang turun sangat tidak pas dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga terus dilakukan perubahan-perubahan agar Program Gerbang Mapan tetap berjalan. Seharusnya kecukupan dan ketepatan anggaran dapat berjalan beriringan agar kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dapat diimplementasikan tepat pada waktunya sehingga maksimal tujuan yang hendak dicapai.

Dalam evaluasi masukan mengenai Program Gerbang Mapan juga membahas mengenai sarana dan prasarana pendukung program, namun dalam Program ini sarana dan prasarana pendukung tidak difokuskan karena seperti halnya kendaraan operasional setiap dinas sudah memiliki dan hal lain seperti ruangan atau tempat untuk mengadakan pelatihan maupun rapat berdasarkan observasi peneliti sudah cukup bagus dengan mengadakan pelatiha atau rapat di Hotel, Rumah Makan maupun tempat- tempat yang mendukung lainnya, selain itu juga dalam Program Gerbang

112

Mapan ini banyak juga dilakukan fasilitasi studi banding bagi masyarakat,

yang merupakan sarana yang cukup baik untuk melaksanakan Program

Gerban Mapan.

1.3.3 Evaluasi Proses

Tahapan yang ketiga dalam model evaluasi CIPP adalah evaluasi terhadap proses, dalam evaluasi ini yang dilakukan adalah mengevaluasi pelaksanaan program mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan yang dilakukan selama Program Gerbang Mapan. Selain itu perlu juga mengidentifikasi hal yang menjadi hambatan atau masalah dalam program sehingga peneliti dapat menganalisi lebih dalam pelaksanaan

Program Gerbang Mapan.

Pertama adalah perencanaan, perencanaan merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penyusunan sebuah kebijakan atau sebuah program.

Perencanaan menjadi ujung tombak dari sebuah pelakasanaan kebijakan.

Perencanaan sekaligus sosialisasi diawali dengan mengadakan FGD dan juga musrembangdes di 25 desa dan 8 kecamatan pesisir, guna untuk penggalian isu-isu, permasalahan dan potensi dimasing-masing desa.

Perencanaan ini dilakukan bersama dengan PKSPL IPB kemudian menghasilkan dokumen perencanaan yang dikenal dengan roadmap

Gerbang Mapan dan disosialisasikan kepada SKPD terkait. Di dalam roadmap tersebut terdapat profil Kabupaten Tangerang sampai dengan profil desa-desa pesisir lengkap dengan isu strtegis dan permasalahan serta

113

sudah dirancang rencana aksi yang jelas siapa melakukan apa dan lokasinya pun sudah jelas. Hal ini disampaikan oleh I1-3 :

“Dalam perencanaan Program Gerbang Mapan kita diawali dengan membuat roadmap Gerbang Mapan, didalamnya sudah sangat lengkap dan bagus karena sudah berisikan mengenai profil wilayah pesisir, pemaparan mengenai isu-isu strategis yang ada di wilayah pesisir sampai dengan rencana aksi Program Gerbang Mapan lima tahun kedepan. Dalam pembuatan roadmap kami berperan sebagai penggali isu-isu stratregis desa dan juga ikut serta merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang kemudian bisa menjadi solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu kami juga melakukan capacity building salah satunya dengan bimbingan mengenai ICM (Integrated Coastal Management) kepada aparatur desa dan SKPD terkait, hal ini dilakukan untuk menyamakan pandangan bahwa pembangunan pesisir merupakan sebuah pembangunan yang bersifat berkelanjutan dan perlu melibatkan banyak aspek/SKPD.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan dalam tahap

perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dan PKSPL IPB tidak

hanya sebagai penggali isu strategis dan membantu menyusun roadmap

Gerbang Mapan tetapi PKSPL IPB membantu mengusulkan kegiatan-

kegiatan yang baik dilakukan dalam Program Gerbang Mapan sebagai

bentuk solusi dari permasalahan yang ada, selain itu PKSPL juga bersama

Dinas Perikanan membangun masyarakat melalui capacity building

sebagai bekal masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan pesisir

dan membentuk pola pikir masyarakat dalam pembangunan pesisir yang

harus dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu capacity building yang

dilakukan adalah pelatihan ICM (Integrated Coastal Management). Selain

bersama PKSPL IPB perencanaan juga melibatkan SKPD-SKPD yang

114

masuk dalam tim koordinasi Gerbang Mapan, Seperti yang yang disampaikan oleh I1-3 adalah:

“Dalam perencanaan Bappeda berperan dalam koordinasi terkait perencanaan program dan penganggaran program, selebihnya yang melakukan adalah dinas teknis. Satu lagi yang dilakukan Bappeda adalah membentuk tim koordinasi yang terdiri dari beberapa SKPD Kabupaten Tangerang antara lain Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Koperasi dan UMKM dan lainnya. Penganggaran yang dilakukan juga kita lakukan sesuai dengan roadmap yang ada, apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa mengerjakanan apa akan kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Berdasarkan hasil wawancara di atas Bappeda sebagai badan yang memiliki kewenangan dalam menjangkau setiap SKPD, berperan sebagai koordinator dalam Program Gerbang Mapan selain itu juga berperan sebagai badan penganggaran. Selain Bappeda dalam perencanaan ini dinas-dinas terkait juga dilibatkan sebagai tim koordinasi yang telah ditetapkan. Menurut peneliti sudah cukup baik karena mencakup hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sampai lima tahun kedepan, dan telah memadukan antara keinginan pemerintah daerah dengan kebutuhan masyarakat menggunakan metode FGD dan observasi, sehingga yang direncanakan akan selaras dengan tujuan yang relevan seperti sudah dikatakan sebelumnya. Namun yang menjadi permasalahan dalam perencanaan Program Gerbang Mapan adalah tidak selaras dan terintergrasinya perencanaan program unggulan dengan program umggulan lainnya maupun kegiatan dinas. Program unggulan khususnya

Program Gerbang Mapan dikerjakan setelah setiap dinas selesai membuat

115

rencana kerja dinas, sehingga sulit untuk memadukan rencana yang sudah rampung, dan sulit untuk menyesuaikannya ditahun pertama. Namun hal tersebut terjadi pada tahun-tahun selanjutnya sehingga tetap sulit mengkoordinasikan Program Gerbang Mapan dengan kegiatan dinas atau

SKPD teknis.

Dalam roadmap yang telah dibuat juga dituliskan kerangka kerja dari Program Gerbang Mapan, sebagai berikut:

Gambar 4.4 Framework Gerbang Mapan

(Sumber: Roadmap Gerbang Mapan)

Dalam gambar diatas terlihat bahwa tahun 2014 merupakan tahapan perencanaan, yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2015 dengan melaksanakan Program Gerbang Mapan pada tiga desa yang dipilih berdasarkan pada potensi dan karakteristik msayarakat desa yang menunjukkan keinginan untuk turut serta dalam Program Gerbang Mapan.

Tida desa yang terpilih adalah Desa Patramanggala Kecamatan Kemiri,

Desa Marga Mulya Kecamatan Mauk dan Desa Muara Kecamatan

Teluknaga. Dalam pelaksanaannya setiap desa memberikan respon dan

116

hasil yang berbeda terhadap Program Gerbang Mapan. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2015 diantaranya ada pelatihan mangrove, pelatihan budidaya, pelatihan pengolahan ikan, pembangunan sarana air bersih, perbaikan turap atau saluran air tambak dan bantuan bibit bandeng.

Desa Patramanggala yang kemudian menjadi desa yang menunjukkan kemajuan dari adanya Program Gerbang Mapan, ditunjukkan dengan berjalannya kelompok-kelompok masyarakat yang didirikan mulai dari kelompok mangrove, budidaya tambak sampai pengolahan. Dari ketiga kegiatan tersebut perekonomian masyarakat mulai terbantu dan menunjukkan adanya peningkatan. Berbeda dengan Desa Muara, di Desa

Muara kelompok masyarakat yang ada tidak berjalan dengan baik, kelompok pengolahan yang telah mendapat bantuan tidak berjalan karena masyarakat tidak ada yang ingin bergabung. Sehingga anggota kelompok diisi oleh keluarga dari ketua kelompok, namun bantuan sarana air bersih di Desa Muara memberikan dampak bagi masyarakat sekitar khususnya untuk air minum walaupun dari dua sarana air bersih yang ada hanya 1 yang dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan masyarakat nelayan dan pembudidaya tambak belum merasakan adanya bantuan Program Gerbang

Mapan, untuk mangrove Desa Muara telah memiliki hutan mangrove yang lebih baik dari desa-desa lainnya. Namun kepemilikannya diakui oleh perorangan. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian dari aparatur Desa

Muara terhadap Program Gerbang Mapan. Hal yang sama terjadi di Desa

Marga Mulya, Program Gerbang Mapan sangat tidak terasa menyentuh

117

desa ini, hanya bantuan sarana air bersih yang dirasakan dan bantuan bak sampah. Wilayah yang terkena abrasi semakin luas, hal ini terjadi karena adanya peralihan kekuasaan pada tahun 2015, sehingga koordinasi

Program Gerbang Mapan yang dibangun pada masa kepemimpinana sebelumnya tidak diwariskan dengan baik sehingga Program Gerbang

Mapan tidak berjalan optimal. Namun melihat keberhasilan yang terjadi di

Desa Patramanggala, bertepatan pada tahun 2016 dilakukan panen ikan bandeng pertama dari Program Gerbang Mapan di Desa Patramanggala, maka pemerintah menambah 6 desa untuk penerapan Program Gerbang

Mapan selanjutnya. Desa tersebut adalah Desa Kronjo, Tanjung Burung,

Ketapang, Karang Serang, Muncung, Kramat, dan Surya Bahari.

Pada tahun 2016, pemberdayaan yang dilakukan tidak jauh berbeda namun ada tambahan yaitu pesisir mengajar, dan dibidang ekonomi ada bantuan budidaya udang busmetik, bantuan alat tangkap ramah lingkungan serta untuk infrastuktur dasar ada bantuan sarana reverse osmosi agar air yang dihasilkan bisa langsung layak minum dan perbaikan TPI (Tempat

Pelelangan Ikan) di Kronjo, Surya Bahari dan Tanjung Pasir. Pada tahun

2017 tidak ada penambahan desa dan bentuk kegiatan lain yang dilakukan, namun lebih mengarah pada kelanjutan kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya, pada pemberdayaan masyarakat yang dilakukan adalah kegiatan Pesisir Mengajar dan infrastruktur dasar penataan PRPM di

Ketapang. Berikut rekapitulasi kegiatan sampai dengan tahun 2017:

118

TAHUN PENYUSUNAN ROADMAP PELATIHAN ICM 2014 - 1 MOU dengan IPB dan PKSPL - 25 Aparat desa - 8 FGD dengan 8 Kecamatan - 20 SKPD terkait - 25 FGD dengan 25 desa pesisir - 1 PKSPL IPB (fasilitator) - 1 tim kerja lintas SKPD dengan SK Bupati PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUATAN EKONOMI INFRASTRUKTUR DASAR 2015 - 20 pelatihan ICM di tiga desa, 3 kecamatan - Membuat 3 kelompok mangrove - 1 perencanaan jalan dan dan SKPD - 150 pelatihan dan bantuan alat jembatan - 25 pelatihan HE dan praktek di Desa composer sampah organik - 2 FS Embung air Patramanggala - 50 hektar stimulant tambak bandeng - 4 paket air bersih komunal - 45 pelatihan mangrove di Desa - 10 paket pintu air tambak di Patramanggala, Desa Muara dan Desa desa patramanggala Margamulya - 25 pelatihan pengolahan bandeng di Desa Patramanggala, Desa Muara dan Desa Margamulya 2016 - 30 Pelatihan ICM dan SOC - Teknologi udang Bumestik - 5 paket air bersih komunal di - 20 pelatihann Relawan Pesisir Mangajar - 1 Masterplan PRPM Desa Ketapang Desa Muara, Tanjung Burung, - 10 Pelatihan Mangrove di Desa - Paket alat pengolahan untuk 3 desa Karang Serang, Ketapang dan Patramanggala, Desa Muara dan Desa - 5 hektar stimulant tambak bandeng Margamulya Margamulya - 390 alat tangkap ramah lingkungan - 2 reverse osmosis di Desa - 38 GPS Patramanggala dan Muara 2017 - 20 pelatihan ICM dan SOC - DED PRPM Ketapang 14,5 - 60 Pelatihan Pesisir Mengajar Ha - 4050 Gerakan Makan Ikan Bersama Anak - 1 Pembangunan kantor dan

SD di pesisir penataan PRPM 14,5 Ha

118

119

Berdasarkan tabel di atas bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam

Program Gerbang Mapan belum semua dilaksanakan, ada sekitar 100 kegiatan yang direncanakan dalam roadmap Gerbang Mapan. Dalam pelaksanaannya Program Gerbang Mapan memang belum sesuai dengan perencanaan diawal seperti yang disebutkan oleh I1-3 :

“Masih banyak sekali kegiatan-kegiatan dalam program yang kemudian belum terlaksana, baik dari segi peningkatan ekonomi maupun peningkatan infrastuktur dasar. Memang yang paling terlihat dari program ini adalah kegiatan Pesisir Mengajar dari segi pemberdayaan masyarakat, hanya kegiatan ini yang telah menyisir seluruh desa pesisir atau sekitar 31 sekolah dasar di wilayah pantai utara yang merasakan kegiatan ini.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00, Di PKSPL IPB Bogor)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas, kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Gerbang Mapan belum tuntas karena dari segi tiga fokus utama juga belum berjalan, seperti yang dikatakan oleh I1-1:

“Ada, apalagi dengan koordinasi yang kurang baik. Terkadang bantuan yang diberikan menjadi tidak tuntas seperti halnya bantuan pelatihan pengolahan dan bantuan alat pengolahan ikan yang kemudian tidak dilanjutkan dengan bantuan pemasaran dari dinas bersangkutan itu contoh saja. Dinas Perikanan sendiri menilai dari keseluruhan kegiatan yang berjalan mungkin baru mencapai 20%, kegiatan yang saya paling konsisten dan mencapai di seluruh wilayah pesisir adalah kegiatan pesisir mengajar karena dilihat dari segi sumberdaya manusia dan anggaran kegiatan ini lah yang sangat mungkin untuk dilakukan.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan)

Dari hasil kutipan wawancara di atas bahwa kegiatan yang dilaksanakan pada Program Gerbang Mapan bahkan belum mencapai setengah dari perencanaan yang dilakukan. Namun dapat kita lihat dari kedua hasil wawancara tersebut bahwa ada kegiatan yang memang dapat dilakukan secara baik yaitu pesisir mengajar. Pesisir mengajar ini

120

merupakan salah satu kegiatan yang dianggap paling mungkin dilakukan dengan segala hambatan yang ada pada Program Gerbang Mapan.

Karena pada dasarnya, setiap program tentu tidak selalu berjalan mulus, pasti ada hambatan dan kendala yang ditemukan selama pelaksanaan program. Sama halnya dengan Program Gerbang Mapan ini, dalam perencanaan yang telah dibuat dan disosialisasikan masih banyak sekali kegiatan-kegiatan yang tidak dijalankan. Karena untuk mewujudkan hal itu di tengah kondisi Kabupaten Tangerang dengan 25 program unggulannya menjadi sebuah hambatan dalam pelaksanaan Program

Gerbang Mapan. Seperti yang disampaikan oleh I1-2:

“Namun Program Gerbang Mapan ini merupakan program pembangunan yang menyasar hampir semua aspek atau pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada wilayah pesisir. Dengan wilayah pesisir Tangerang yang sangat luas dan kondisi SDM yang kurang maka program ini tentu tidak berjalan dengan mudah.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Hal serupa juga disampaikan oleh I1-3 bahwa:

“Salah satunya adalah wilayah pesisir kita yang luas dan Gerbang Mapan ini mengarah pada semua aspek dan harus melibatkan semua stakeholder. Selain itu juga kordinasi yang tidak berjalan. Hambatan utamanya ya koordinasi itulah yang sulit.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas luasnya sasaran wilayah Program Gerbang Mapan menjadi salah satu faktor Program

Gerbang Mapan belum berjalan dengan optimal, ditambah lagi dengan kondisi sumberdaya manusia, juga disampaikan bahwa kurangnya

121

koordinasi yang terjalin baik antar agen pelaksana. Hal ini juga disampaikan oleh I2-1 :

“Hambatannya mungkin karena saya sendiri tidak mengikuti secara continue jadi susah ya, di Kabupaten Tangerang sendiri juga terlalu banyak program unggulan menyebabkan setiap SKPD pasti sibuk dengan program unggulannya masing-masing.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 di Kantor Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kab. Tangerang)118118

Hal yang sama disampaikan oleh I2-2 :

“Mungkin hambatannya adalah koordinasi yang dibangun dari setiap SKPD terlibat, kalau rapat-rapat koordinasi saya hanya ditanya dari DLHK apa yang bias dikerjakan? Karena kita fokus pada mangrove maka kita ambil untuk konservasi mangrove tersebut. Pengadaan air bersih juga sekarang bukan lagi di dinas kami.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Begitupun yang disampaikan oleh I1-1 :

“Hambatan yang berarti adalah koordinasi dan komunikasi dengan para stakeholder dan SKPD yang masih buruk, anggaran yang turun tidak pada waktu yang tepat, serta mindset masyarakat pesisir yang masih belum berubah.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Pernyataan yang sedikit berbeda disampaikan oleh I1-2

“Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, hambatan yang sangat berat adalah koordinasi antar SKPD di pemerintahan Kabupaten Tangerang. Dengan terputusnya koordinasi yang terbangun maka perencanaan yang telah dirancang akan sulit sekali untuk diimplementasikan, terbukti dari progam atau kegiatan yang dilakukan baru hanya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan, hal ini juga adalah karena kesalahan yang menjadikan Dinas Perikanan sebagai leading sector, karena Dinas Perikanan juga merupakan dinas teknis maka akan sulit untuk melakukan koordinasi dan evaluasi mengingat tidak adanya kewenangan akan hal itu. Selanjutnya adalah lokasi yang luas dengan SDM yang tidak mendukung juga semakin membuat sulit mencapai keberhasilan Program Gerbang Mapan, mungkin kita harus melakukan secara bertahap dengan memilih desa-desa prioritas agar kegiatan juga terfokus dan memberikan hasil yang maksimal.”

122

(Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Berdasarkan pada kutipan wawancara di atas yang menjadi hambatan utama dari Program Gerbang Mapan adalah koordinasi yang dibangun dengan tim koordinasi SKPD. Dengan lemahnya atau tidak terciptanya hubungan dan komuniksai yang baik sehingga pembagian tugas yang telah dibagikan tidak berjalan sesusai dengan rencana yang ada. Jauh di belakang tidak berjalannya koordinasi yang baik adalah kesalahan pemilihan Dinas Perikanan sebagi leading sector dari Program

Gerbang Mapan karena dengan pemilihan dinas teknis sebagai leading sector maka yang akan terjadi adalah kesulitan untuk melakukan pengawasan, evaluasi atau memberikan sanksi kepada dinas teknis lain apabila tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya.

Selain koordinasi antar SKPD yang tidak berjalan dengan baik, koordinasi dengan pemerintahan desa juga masih dianggap kurang berjalan dengan baik. Setelah peneliti datang ke desa-desa pesisir, yang ditemui adalah banyak aparatur desa yang kurang mengetahui tentang

Program Gerbang Mapan. Seperti yang ditemui di Desa Ketapang, Desa

Tanjung Anom, Desa Tanjung Pasir, Desa Muara, dan beberapa desa lainnya.

Selain wilayah yang luas dan sumberdaya manusia yang berperan aktif tidak mencukupi untuk melakukan program di seluruh desa pesisir di

Kabupaten Tangerang. Hambatan yang ketiga terletak pada masyarakat pesisir itu sendiri. Seperti yang disampaikan I1-4:

123

“Hambatannya masih sulitnya memberikan pemahaman ke kelompok maupun masyarakat mengenai manfaat dari mangrove, masih banyak masyarakat yang menolak tambaknya ditanam mangrove. Bahkan dikelompok harusnya bisa bekerja swadaya tapi saya harus bisa memberikan bayaran biar anak-anak juga pada semangat, istilahnya mah jangan sampe mereka kecewa jadi besok mau lagi kalo disuruh nanem. Sebagai ketua saya harus bisa muter uang modal dan pendapatan, kadang dari hasil tambak yang penting anak-anak dikasih. insyaAllah saya ikhlas karena selain memang mendapat penghasilan tambahan setidaknya saya mungkin dapat pahal karena sudah mau menjaga lingkungan.” (Jumat, 11 Mei 2018, Pukul 15.00 di Sekretariat Tunas Mandiri)

Berdasarkan wawancara diatas bahwa masyarakat yang tergerak belum atas dasar kesadaran diri mereka sendiri, tidak munafik memang duit adalah hal yang sangat dibutuhkan. Maka ada uang pasti jalan. Hal yang hampir sama disampaikan oleh I2-9:

“Hambatannya ini sih karakter orang-orang disini, ya bisa dibilang sih males ya dek, tidak mau untuk diajak berusaha. Kalau saya jujur memang bukan orang asli sini, istri saya walaupun buta huruf tapi dia mau berusaha ada kemauan jadi Alhamdulillah bisa maju seperti sekarang. Bahkan saat pergantian kepala Desa Pak Yasin, pengurus PKK yang baru juga sudah sempet diberikan modal oleh dinas tapi ya begitu tidak berjalan. Saya juga setelah dapat pelatihan ingin ngumpulin warga tapi ya ada saja alasannya. Padahal kalau berjalan kelompok ini oleh masyarakat pasti akan membantu walaupun sedikit. Sekarang paling yang bisa saya lakukan untuk membantu masyarakat adalah dengan menarik sebagai karyawan saja itu juga saya pilih yang benar-benar jujur dan rajin. hambatan selanjutnya dari pihak desa memang kurang perhatian dan kurang aktif kepada pemerintah daerah jadi kita juga sulit berkembang dan sekarang alat-alat pengolahan juga sudah ditarik oleh desa dan disimpan, saya juga kurang tau dipakai atau tidaknya. Jadi bisa dibilang kelompok juga sekarang sudah ga aktif lagi.” (Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11, di Rumah Makan Barokah Desa Muara)

Berdasarkan wawancara di atas bahwa karakteristik masyarakat sulit sekali dibentuk bahkan untuk kebaikan diri sendiri saja susah.

124

Menurut peneliti, masyarakat pesisir memiliki karakteristik yang berbeda.

Masyarakat pesisir cenderung sulit untuk menerima perubahan dan

memiliki sifat boros. Sehingga disaat masyarakat diberikan kegiatan

mereka enggan untuk menjalankan, disaat menerima bantuan tidak

digunakan sebaik-baiknya sebagai modal usaha dan diperuntukan

keberlanjutan agar berdampak pada peningkatan ekonomi. Sehingga

bantuan yang diberikan oleh pemerintah menjadi tidak efektif. seperti yang

disampaikan oleh I2-9 :

“Bantuan yang diberikan dari pemerintah itu saya lihat kurang efektif, karena selanjutnya pendampingan dan pengawasannya tidak dilakukan. Jadi bantuan tersebut malah kearah konsumtif, maksudnya penerima bantuan ini terus mengandalkan bantuan yang diberikan tapi tidak mampu mengembangkan. Jadi mau mulai berusaha itu menunggu bantuan dulu, dan hasil panen tersebut tidak digunakan dengan baik sebagai modal berikutnya. Jadi usaha tidak berkembang, memang kalau yang saya lihat itu karena faktor dari masyarakatnya sendiri sih. Kalau seperti H. Kamisan, beliau bisa berkembang tapi anggota- anggota kelompoknya tidak mengikuti hasil tambaknya juga masih stagnan beda dengan H.Kamisan yang sudah sangat maju terbaik lah udangnya di Kronjo. Dan saya rasa memang perlu pendampingan yang intensif dari pemerintah setiap kali memberikan bantuan, jadi bantuan yang diberikan tidak bersifat konsumtif tapi continue dan dapat merubah taraf perekonomian masyarakat.”

Berdasarkan kutipan wawancara di atas masyarakat belum bisa memanfaatkan bantuan yang diberikan dan kelompok yang dibentuk sebagaimana mestinya. Sehingga yang terjadi adalah kesenjangan ekonomi yang tetap terjadi dan peningkatan ekonomi tidak terjadi secara merata. Dan terus mengandalkan bantuan yang diberikan, hal serupa juga disampaikan oleh I2-12 bahwa “Ya kalau bisa sih dibantu terus tapi kan ada gilirannya

125

harus bagi-bagi juga sama daerah yang lain.” Pernyataan ini memunculkan persepsi masyarakat senang terus dibantu dan cenderung tidak ada keinginan untuk bisa mandiri.

1.3.4 Evaluasi Hasil

Evaluasi terakhir yang dilakukan adalah evaluasi terhadap hasil.

Pada dasarnya sebuah kebijakan atau program dibuat untuk dapat memberikan pengaruh atau membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada masyarakat. Evaluasi terhadap hasil yang dilakukan pada evaluasi Program Gerbang Mapan hanya dilakukan kepada daerah atau desa-desa yang telah menerima Program Gerbang Mapan. Karena dalam pelaksanaannya Program Gerbang Mapan belum dilaksanakan pada 25 desa pesisir di Kabupaten Tangerang, tapi diyakini Program Gerbang Mapan telah memberikan dampak, seperti yang disampaikan oleh I1-2 :

“Secara menyeluruh kami belum melakukan evaluasi terkait hal tersebut. Tapi melihat target yang dicapai memang mencapai target, namun indikator yang digunakan hanya desa atau sudah dilakukan di desa tersebut meskipun belum merubah sesuatu tapi sudah dianggap telah tercapai. Namun dampak pasti ada yang terjadi di masyarakat yang mendapatkan program, pasti ada peningkatan ekonomi, masyarakat yang lebih berdaya guna dan infrastuktur dasar yang terbangun dari Program Gerbang Mapan.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Hal serupa juga disampaikan oleh I2-2 : “Dampak secara makro untuk Dinas Tata Ruang sendiri sih saya rasa tidak ya, tapi kalau untuk penerima bantuan/program langsung pasti ada dampak yang diterima. Dan kalau untuk yang telah kita lakukan pemetaan tersebut akan memberikan kekuatan hukum karena sudah tertuang dalam RTRW Kabupaten Tangerang sehingga apabila ada program terkait bisa lebih mudah dan lebih kuat.”

126

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun

Program Gerbang Mapan belum secara tuntas terlaksana tapi sudah memberikan dampak bagi masyarakat, dan telah dilakukan pemetaan di wilayah pesisir sehingga wilayah yang sudah ditentukan sebagai wilayah mangrove, budidaya tambak dan lainnya sudah menjadi legal. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, Program Gerbang

Mapan telah memberikan dampak kepada masyarakat yang menerima

Program Gerbang Mapan secara langsung diantaranya dampak ekonomi, sosial, lingkungan dan dampak lainnya. Namun evaluasi hasil yang dilakukan oleh peneliti hanya dlakukan pada desa-desa yang menerima

Program Gerbang Mapan diantaranya Desa Patramanggala, Desa Muara,

Desa Marga Mulya, Desa Ketapang, Desa Karang Serang, Desa Tanjung

Anom, Desa Kronjo, Desa Tanjung Burung dan Desa Muncung. Karena evaluasi dampak ini tidak dapat ditarik secara umum, seperti yang disampaikan oleh I1-2 :

“Dalam tujuan gerbang mapan ada mengenai peningkatan ekonomi, peningkatan ekonomi mungkin dirasakan oleh beberapa penerima bantuan langsung, namun untuk secara luas Gerbang Mapan belum mampu untuk merubah perekonomian masyarakat pesisir. Hal ini dikarenakan juga beberapa faktor salah satunya adalah karakteristik masyarakat pesisir yang tidak biasa untuk menabung, boros dan ingin hal yang instan. Ini juga mengapa pembangunann di wilayah pesisir menjadi sangat lambat.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Evaluasi terhadap hasil yang pertama adalah terhadap perekonomian masyarakat di desa-desa yang mendapat Program. Seperti yang disampaikan oleh I1-4 :

127

“Dampak yang kita rasakan sangat signifikan yah, untuk kelompok secara kehidupan ekonomi perlahan meningkat, ada yang bisa membiayai anaknya sekolah tanpa harus pinjam sana sini, dari yang punya satu perahu jadi punya tiga, selain itu juga bisa menjadi modal untuk budidaya di tambak.” (Jumat, 11 Mei 2018 di Sekretariat Tunas Harapan)

Berdasarkan wawancara di atas Program Gerbang Mapan sudah memberikan perubahan taraf hidup dan sampai menambah kepemilikan asset untuk usaha. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I2-3:

“Dampak positif tentu ada yaa, terutama untuk anggota kelompok seperti dampak ekonomi. Produksi budidaya tambak juga setelah mendapat bantuan semakin meningkat dan timbul kemandirian di anggota kelompok.” (Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 10.18, di Sekretariat Tunas Tambak Mandiri) Berdasarkan wawancara di atas selain pendapatan atau nilai ekonomi yang meningkat pada anggota kelompok, dari sisi pemberdayaan juga mulai tumbuh. Dalam hal ini kemandirian kelompok sudah mulai tumbuh. Dampak peningkatan ekonomi juga dirasakan di tempat lain seperti yang disampaikan oleh I2-4:

“Dampak dari Program Gerbang Mapan yang pertama sih ini terbentuknya kelompok pengolah ini, jadi ibu-ibu bisa ada kerjaan. Nantikan penghasilan dari produknya kita bagi rata, lumayan untuk bantu ibu-ibu disini. Setelah ada Program juga kan produksinya meningkat memang belum banyak tapi sudah sering, karena kan kadang kita ada pesanan dari dinas atau ikut di bazaar- bazaar.” (Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 11.15 di Tempat Produksi Pengolahan Ikan)

Hal serupa juga dinyatakan oleh I2-9: “Dampak yang diberikan pasti ada, dari segi ilmu saja saya juga sudah dapat banyak ilmu yang banyak, apalagi dari segi ekonomi saya pribadi bisa terus mengembangkan menu-menu yang disajikan di rumah makan saya.” (Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11 di Rumah Makan Barokah)

128

Pernyataaan yang sama juga dilontarkan oleh I2-7:

“Sangat membantu, apalagi saya suami hanya pegawai negeri anak dua kuliah semua. Jadi kalau ngandelin suami ga bisa. Jadi dengan adanya kelompok pengolahan ini sangat membantu perekonomian saya dan anggota kelompok sendiri. Hasilnya memang lumayan sebulan itu bisa sekitar 30an, dibagi untuk modal dan sisanya dibagi rata ke anggota kelompok.” ( Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.58 di Sekretariat Poklahsar Bunga Mawar)

Berdasarkan kutipan-kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Program Gerbang Mapan telah memberikan perubahan pada perekonomian masyarakat yang menerima bantuan secara langsung. Namun hal lain disampaikan oleh I2-8 :

“Berbicara dampak sebenarnya kalau bantuan yang diberikan dari pemerintah itu saya lihat kurang efektif, karena selanjutnya pendampingan dan pengawasannya tidak dilakukan. Jadi bantuan tersebut malah kearah konsumtif, maksudnya penerima bantuan ini terus mengandalkan bantuan yang diberikan tapi tidak mampu mengembangkan. Jadi mau mulai berusaha itu menunggu bantuan dulu, dan hasil panen tersebut tidak digunakan dengan baik sebagai modal berikutnya. Jadi usaha tidak berkembang, memang kalau yang saya lihat itu karena faktor dari masyarakatnya sendiri sih. Kalau seperti H. Kamisan, beliau bisa berkembang tapi anggota-anggota kelompoknya tidak mengikuti hasil tambaknya juga masih stagnan beda dengan H.Kamisan yang sudah sangat maju terbaik lah udangnya di Kronjo. Dan saya rasa memang perlu pendampingan yang intensif dari pemerintah setiap kali memberikan bantuan, jadi bantuan yang diberikan tidak bersifat konsumtif tapi continue dan dapat merubah taraf perekonomian masyarakat.” (Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.20 di Tambak Udang Vaname)

Berdasarkan kutipan di atas, pembudidaya di Kronjo belum secara merata merasakan adanya peningkatan perekonomian dari bantuan yang didapat, karena memang bantuan yang dirasakan masih belum merata diperoleh anggota kelompok. Dan baru dirasakan oleh pihak-pihakyang memiliki kekuatan. Berdasarkan hasil kutipan wawancara bahwa

129

sebenarnya bantuan yang diberikan akan berdampak baik atau buruk tergantung kepada penerima bantuan tersebut, namun memang dibeberapa desa pesisir masih menunjukkan tingkat perekonomian yang masih sulit dan selalu bergantung pada bantuan pemerintah dan selalu ingin mendapatkan bantuan tanpa berfikir bagaimana caranya untuk mandiri.

Selain dampak ekonomi yang dirasakan sebagian masyarakat, ada dampak sosial yang juga muncul setelah adanya Program Gerbang Mapan.

Seperti yang disampaikan oleh I1-1:

“Dampak sosial yang kita hasilkan salah satunya berasal dari kegiatan pesisir mengajar, sudah mulai timbul kesadaran- kesadaran baru bagaimana hidup secara baik di lingkungan pesisir, mengetahui hal-hal untuk melestasrikan dan menjaga lingkungan pesisir, serta mengetahui kehidupan yang sehat di lingkungan pesisir.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikanoleh I1-3:

“Dampak sosial yang masyarakat kini semakin tahu bahwa pentingnya menanam mangrove untuk kestabilan lingkungan pesisir, dalam kegiatan pesisir mengajar menciptakan mindset anak-anak agar biasa hidup sehat dan gemar makan ikan sebagai penghasilan utama mereka.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-4 : “Dulu sebelum Gerbang Mapan saya sendiri belum memahami pentingnya mangrove untuk pantai ataupun tambak, malah saya suka nebangin kalo tumbuh disekitar tambak tapi setelah ada Program Gerbang Mapan dan ikut beberapa pelatihan sekarang jadi paham. Dengan banyak pohon mangrove juga sekarang ikut meningkatkan pendapatan nelayan kepiting bakau dan kakap, dan mangrove yang ada di Desa Patramanggala juga diharapkan bisa jadi tempat wisata.” (Jumat, 11 Mei 2018, Pukul 15.00 di Sekretariat Tunas Harapan)

130

Berdasarkan kutipan-kutipan wawancara diatas dapat dikatakan bahwa melalui Program Gerbang Mapan telah mampu menciptakan pemahaman baru baik anak-anak SD dari kegiatan Pesisir Mengajar maupun masyarakat melalui pentingnya menanam mangrove. Hal yang berbeda disampaikan oleh I2-3 bahwa ada dampak sosial lain dari Program gebrnag mapan yaitu “Dampak negatifnya timbul kecemburuan social karena anggaran yang terbatas jadi tidak semua anggota bisa dapat bantuan” hal serupa juga disampaikan oleh I2-8:

“Segi sosial, begini biasanya 1 kelompok itu kan ada sekitar 10 orang ketika mendapat bantuan ketuanya tidak membagi rata bantuan, seperti yang hanya tercantum nama dalam kelompok tapi tidak dapat apa-apa. Kalau pakan atau bibit kan mungkin bisa dibagi rata tapi kalau seperti plastik atau mesin biasanya ketua mengambil alih jadi bisa dibilang digunakan secara perorangan. Harusnya kan kalau namanya kelompok itu diundingin dan dimiliki bersama inginnya seperti apa. kalau begitu kan jadinya malah mengecewakan dan jadi ga kompak lagi dan kelompok paling aggotanya cuman 1, bisa dibilang ya ada kecemburuan dari ketidakmerataan bantuan tersebut.” (Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.20 di Tambak Udang Vaname)

Berdasarkan kutipan diatas dampak sosial yang mengarah kepada kecemburuan sosial adalah berasal dari ketidakmampuan kelompok untuk mengelola bantuan yang didapat dari pemerintah secara adil dan merata.

Hal ini juga bisa timbul dari keegoisan ketua kelompok atau orang yang memiliki pengaruh besar dalam kelompok tersebut.

Program Gerbang Mapan selain memberikan dampak sosial dan ekonomi, juga memberikan dampak perbaikan lingkungan yang signifikan di Desa Patramanggala budidaya mangrove sudah semakin berkembang

131

dan menuju ke arah lebih maju, di Desa Marga Mulya sekarang juga sudah terlihat pohon-pohon mangrove di bibir pantai yang langsung berbatasan dengan jalan. Dan terus dilakukan rehabilitasi mangrove di berbagai desa pesisir di Kabupaten Tangerang. Hal ini sempat disampaikan oleh I2-2 :

“Dampak dari Program Gerbang Mapan tentunya ada walaupun saya tidak tahu secara jelas ya. Namun untuk kegiatan yang kita lakukan, setidaknya kita telah membantu untuk memperkuat wilayah pesisir agar abrasi dapat dikurangi.”(Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Berdasarakan kutipan di atas adalah kegiatan rehabilitasi mangrove telah membantu lingkungan pesisir menjadi lebih kuat dan mengurangi abrasi meskipun secara jelas berapa pengurangan abrasi yang terjadi belum juga dilakukan pengukuran oleh dinas terkait. Selain itu dampak bagi lingkungan disampaikan juga oleh I1-1

“Dampak lingkungan yang dihasilkan kini sudah semakin banyak desa-desa yang mulai lagi menanam mangrove dan greenbelt di sepanjang pantai utara juga sudah kembali lagi sehingga abrasi akan bisa diminimalisasi.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kini sudah semakin tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya mangrove bagi kestabilan wilayah pesisir. Baik untuk menahan abrasi maupun untuk kepentingan budidaya tambak. Hal ini terjadi juga karena kepedulian masyarakat yang sudah tersadarkan untuk terus memberikan pemahaman dan tidak lelah bila diminta untuk membantu proses budidaya mangrove.

132

4.4 Pembahasan

Langkah berikutnya adalah pembahasan, yaitu melakukan kegiatan interpretasi hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini merupakan penapsiran terhadap hasil akhir dalam melakukan pengujian data dengan teori dan konsep para ahli sehingga bisa mengembangkan teori atau bahkan menemukan teori baru serta mendeskripsiskan hasil data dan fakta di lapangan. Peneliti dalam hal ini menghubungkan temuan hasil penelitian di lapangan dengan dasar operasional yang telah ditentukan sejak awal, dalam hal in adalah model teori evaluasi CIPP. Teori ini menjelaskan tahapan evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai (Gerbang Mapan) yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang. Setelah melakukan penelitian di lapangan dapat dilihat bahwa hasil evaluasi Program Gerbang mapan adalah sebagai berikut:

4.4.1 Evaluasi Program

Setelah melakukan penelusuran langsung ke lapangan dan

mengumpulkan data dapat dilihat evaluasi Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) dari tahap-tahap evaluasi yang telah

ditelaah sebagai berikut:

4.4.1.1 Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks untuk mengetahui latar belakang Program

Gerbang Mapan, tujuan Program Gerbang Mapan dan kebutuhan yang

diperlukan untuk implementasi serta strategi yang dipilih dalam

133

pelaksanaan Program Gerbang Mapan dan telah disebutkan secara rinci adalah sebagai berikut:

A. Latar Belakang Program Gerbang Mapan

Hal terpenting yang dilakukan seorang pemimpin yang telah dipilih rakyatnya adalah melaksanakan apa yang sebelumnya telah digaung- gaungkan atau dijanjikan kepada masyarakat sehingga akhirnya memutuskan memilih sang calon. Dalam visi yang dimaksud adalah mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur, religius, dan berwawasan lingkungan dan dalam salah satu misinya yaitu mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang terstruktur, yang kemudian dilakukan Bupati Kabupaten

Tangerang terpilih di tahun 2013, dengan dibantu BAPPEDA menyusun

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kabupaten

Tangerang tahun 2013-2018 yang sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi bupati terpilih, yang selanjutnya diterjemahkan dalam satu Program yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai.

Di belakang itu Program Gerbang Mapan ini merupakan program yang diadopsi dari Program PDPT (Pembangunan Daerah Pesisir Tangguh) yang merupakan program pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan

Pusat RI dan akan segera berakhir diawal kepemimpinan Bupati, melihat keberhasilan pelaksanaan Program PDPT di salah satu desa pesisir yaitu

134

Desa Muara, maka Bupati tergerak untuk melanjutkan program tersebut.

Sebagai bentuk keselarasan kebijakan pusat dan kebijakan daerah.

Namun dari hasil wawancara yang telah dianalisis oleh peniliti, selain dua hal di atas yang menjadi latar belakang terkuat dibentuknya Program

Gerbang Mapan adalah masih perlunya wilayah dan masyarakat pesisir mendapat pendampingan guna untuk menata kembali lingkungan dan kehidupan yang selama ini berada pada taraf yang kurang sejahtera, dimana masih terjadi permasalahan-permasalahan perekonomian seperti kurangnya modal, keterbatasan alat sampai pada ketergantungan kepada tengkulak, selain daripada itu pembangunan di wilayah pesisir juga masih sangat minim infrastruktur dasar masih sangat minim bahkan sampai hal yang paling dibutuhkan seperti sarana air bersih dan pembuangan sampah.

Ditambah dengan masih sangat minimnya sarana kesehatan dan pendidikan yang menunjang di wilayah Pantai Utara Kabupaten

Tangerang. Selain itu, masyarakat-masyarakat pesisir juga masih belum berdaya guna, masih terus bergantung dan kurang memiliki keterampilan.

Dan masalah yang penting lainnya adalah fenomena abrasi yang setiap tahun semakin bertambah. Sehingga pemerintah Kabupaten Tangerang terutama Bupati menginginkan untuk adanya sebuah program untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat dan lingkungan pesisir, agar pertumbuhan ekonomi lebih terbangun, infrastruktur lebih memadai dan masyarakat bisa lebih berdaya guna.

135

Pemerintah Kabupaten Tangerang memulai Program Gerbang Mapan ini dengan menjadikan Dinas Perikanan sebagain leading sector dengan dibantu oleh SKPD-SKPD lain yang terkait dengan Program Gerbang

Mapan.

B. Tujuan Program Gerbang Mapan

Dalam membuat sebuah kebijakan tentunya ada alasan dan tujuan yang hendak dicapai oleh eksekutor. Dalam hal ini Program Gerbang Mapan memiliki tiga fokus utama yang menjadi tujuan, yang pertama ada meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir pantai dimana yang secaraa umum bergerak pada mata pencaharian sebagai nelayan, tambak dan petani. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir seperti memberikan pengetahuan budidaya ikan maupun udang untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dengan cara budidaya yang berebeda, memberikan bantuan alat tangkap, perahu maupun mesin. Dan juga mengerakan ibu-ibu masyarakat pesisir dengan memproduksi olahan ikan agar mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan sekitar.

Tujuan yang kedua adalah memberdayakan masyarakat pesisir, masyarakat pesisir yang cuek mulai diajak untuk berkumpul dan berorganisasi. Karena lewat organisasi akan lebih mudah untuk mengumpulkan masyarakat dan memberikan pelatihan-pelatihan. Di desa- desa pesisir juga mulai dibentuk kelompok-kelompok sesuai dengan profesinya masing-masing. Ada kelompok budidaya mangrove, kelompok

136

budidaya tambak, kelompok nelayan tangkap dan kelompok pengolahan ikan.

Tujuan yang ketiga adalah memperbaiki infrastuktur dasar yang ada di wilayah pesisir, pesisir Kabupaten Tangerang yang berada cukup jauh dari pusat kota seperti kurang mendapat perhatian pembangunan selama ini.

Salah satu yang sangat dibutuhkan adalah penyediaan air bersih, tempat atau bank sampah, pemakaman umu, sarana pendidikan dan kesehatan yang masih sangat minim. Sampai pada tahun 2018 Program Gerbang

Mapan baru memberikan paket air bersih di beberapa desa saja dan juga ada yangsudah mendapat reverse osmosis yang berguna untuk memfilter air untuk langsung siap minum.

Dari ketiga tujuan utama Program Gerbang Mapan dan dikaitkan dengan permasalahan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang sudah peneliti paparkan tadi, dapat dikatakan tujuan program dengan kebutuhan masyarakat sudah relevan dan diharapkan Program Gerbang Mapan dapat membantu menyelesaikan permasalahanyang terjadi di wilayah pesisir

Kabupaten Tangerang. Selain tujuan ada pula sasaran dari Program

Gerbang Mapan, melihat wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 8 kecamatan dan 25 desa pesisir maka sebagai program yang diberikan untuk wilayah pesisir maka sasaran yang dituju ada meliputi 8 kecamatan dan 25 desa yang dimulai dari Kecamatan Kosambi sampai dengan Kecamatan Kronjo.

137

Dari hasil penelitian dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa dengan tujuan Program Gerbang Mapan meliputi pembangunan disemua aspek yaitu ekonomi, masyarakat dan sarana-prasarana maka sasaran yang luas dirasa kurang realistis melihat waktu dan sumberdaya yang terbatas.

Dalam evaluasi yang telah dilakukan mengenai tiga tujuan dari Program

Gerbang Mapan, memang belum menunjukkan hasil yang signifikan dan peneliti tidak bisa menarik secara umum. Namun yang terjadi di lapangan ketiga fokus tersebut memang belum tercapai secara maksimal namun sudah mulai ada peningkatan di desa-desa yang sudah merasakan Program

Gerbang Mapan.

C. Kebutuhan dan Strategi Program Gerbang Mapan

Apa yang menjadi kebutuhan dalam pelaksanaan Program Gerbang

Mapan perlu diketahui secara jelas bagi agen pelaksana program agar tujuan yang hendak dicapai akan efektif dan efisien. Sedangkan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien perlu strategi untuk melaksanakan Program. Dalam evaluasi Program Gerbang Mapan yang telah dilakukan peneliti dilihat dari observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan kebutuhan Dinas Perikanan dalam pelaksanaan awal atau perencanaan program adalah mengetahui secara jelas permasalahan- permasalahan setiap desa pesisir dan apa yang menjadi prioritas dalam solusi yang dibutuhkan. Dan untuk melakukan hal itu dibutuhkan pihak ketiga yang lebih memahami dan berpengalaman untuk dapat mengetahui kebutuhan masyarakat pesisir, kemudian Dinas Perikanan mengadakan

138

MOU kerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan negeri yaitu

PKSPL IPB untuk membantu dalam perencanaan Program Gerbang

Mapan. Yang dilakukan adalah membuat perencanaan yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan masyarakat serta mencarikan solusi yang tepat untuk masalah yang ada di Lapangan. Pemilihan PKSPL IPB adalah sebagai strategi Dinas Perikanan, dimana PKSPL telah jauh berpengalaman dalam menangani wilayah-wilayah pesisir di Indonesia.

Hal ini diharapkan merupakan langkah awal yang tepat untuk merencanakan program dalam lima tahun kedepan. Perencanaan yang telah dilakukan kemudian menghasilkan sebuah dokumen yang berisi rencana aksi Program Gerbang Mapan selama lima tahun, dan selanjutnya hal yang harus dilakukan oleh Dinas Perikanan adalah menyampaikan atau melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait baik agen pelaksana program maupun masyarakat sebagi penerima program.

Sosialisasi merupakan tahapan awal yang penting untuk pengenalan

Program Gerbang Mapan, sosialisasi ini bisa membentuk kesamaan pikiran dan pandangan dalam melihat permasalahan yang sama sehingga dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan nantinya akan lebih mudah karena sudah pada frekuensi yang sama pada Program Gerbang Mapan.

Dalam pelaksanaannya Program Gerbang Mapan menggunakan system

Integrated Coastal Management (ICM), sistem ini adalah sistem manajemen atau mengatur wilayah pesisir secara terpadu dan terintegrasi.

Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perikanan selain memberikan

139

pendidikan mengenai ICM juga mengadakan FGD dengan mengundang setiap SKPD terkait dan aparatur desa.

Namun faktanya, sosialisasi Program Gerbang Mapan tidak berjalan dengan baik. Harapan dapat dihadiri setiap pelaku progam tidak tercapai, dari pihak masyarakat saja hanya dihadiri oleh lima kepala desa dan hanya tiga desa yang mengikuti kegiatan sosialisasi dan FGD sampai akhir. Hal ini kemudian menimbulkan kurangnya informasi mengenai Program

Gerbang Mapan seperti yang disampaikan informan yang telah peneliti temui. Selain itu sikap tidak kooperatif dari masyarakat pada saat sosialisasi dilakukan adalah aparatur desa dan masyarakat cenderung cuek dengan adanya Program Gerbang Mapan. Masyarakat adalah objek vital dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sehingga apabila masyarakat sudah apatis maka Program Gerbang Mapan akan sulit mencapai tujuannya.

4.4.1.2 Evaluasi Masukan

Evaluasi tahap kedua adalah evaluasi masukan, dalam pelaksanaan

Program Gerbang Mapan yang peneliti evaluasi mengenai masukan adalah sumberdaya manusia, sumberdaya finansial dan sarana prasarana pendukung Program Gerbang Mapan.

A. Sumberdaya Manusia

Program Gerbang Mapan yang merupakan program lintas dinas tentu melibatkan SKPD-SKPD lain. SKPD yang terlibat diantaranya Dinas Bina

Marga, Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Tata Ruang dan Bangunan,

140

Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Dengan banyaknya SKPD yang terlibat secara kuantitas atau jumlah tentu sudah mencukupi dan secara kualitas sudah baik karena setiap SKPD yang dilibatkan diberikan tugas sesuai dengan tugas dan fungsi dinas terkait.

Selain itu untuk lebih mudah menjalankan Program Gerbang Mapan ini telah dibentuk sebuah tim koordinasi Gerbang Mapan.

Dilihat karakteristik ataupun sikap dari agen pelaksana Program

Gerbang Mapan cenderung baik dalam mengikuti Program Gerbang

Mapan hal tersebut dibuktikan dengan masih hadrnya disetiap rapat-rapat koordinasi, namun rasa kepemilikan dari agen pelaksana terhadap Program

Gerbang Mapan masih cenderung kurang kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya sebatas dilaksanakan tanpa memperhatikant dampak setelah diberi program. Sumberdaya manusia yang terlibat belum sepenuhnya tersadarkan akan pembangunan pesisir yang sangat membutuhkan kerjasama dan perlu keberlanjutan pembangunan.

Masalah selanjutnya yang sangat krusial dalam masukan sumberdaya manusia adalah, kurang terbangunnya koordinasi antar dinas terkait dalam implementasi Program Gerbang Mapan. Pelimpahan leading sector

Program Gerbang Mapan ditangan Dinas Perikanan membuat sulitnya rentang kendali yang dilakukan untuk mengontrol jalannya program

Gerbang Mapan. Dinas Perikanan yang berlaku sebagai dinas teknis tentu tidak memiliki wewenang untuk menegur dinas lain yang tidak menjalankan tugas dengan baik. Permasalahan yang terjadi dalam

141

sumberdaya manusia adalah walaupun sudah cukup dan professional namun karena setiap dinas juga disibukkan dengan kegiatan-kegiatan dinas lain serta memiliki program unggulannya sendiri, sehingga mereka cenderung menyampingkan Program Gerbang Mapan dan mendahulukan kegiatan dinas masing-masing

B. Sumberdaya Finansial

Program Gerbang Mapan yang merupakan program unggulan

Kabupaten Tangerang yang mendapat dana murni dari Anggaran Belanja

Pedapatan Daerah Kabupaten Tangerang. Di APBD Kabupaten Tangerang program unggulan mendapat pagu anggaran strategis hal itu berarti pagu anggaran berbeda dengan anggaran kerja dinas biasa. Anggaran yang diberikan pada Program Gerbang Mapan mencapai 9 milyar rupiah namun yang terserap hanya sekitar 7 milyar rupiah. Namun apabila bicara mengenai ketepatan anggaran, dalam hal ini bicara mengenai waktu pencairan anggaran sangat jauh dari harapan. Anggaran yang turun biasa cair di akhir-akhir tahun sekitar bulan September, dimana rencana kegiatan sudah dirancang dari awal tahun, sehingga Dinas Perikanan perlu berfikir ulang dan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana yang sudah dibuat. Hal ini tentu menghambat pelaksanaan Program Gerbang

Mapan dan menyebabkan kegiatan Program tidak sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.

Selain terlambatnya anggaran yang turun, permasalahan lain adalah dinas-dinas lain lebih menggunakan anggaran dinasnya karena tidak

142

mengajukan ke Bappeda sebagai badan yang memiliki keweanangan anggaran. Untuk hal ini dinas perikanan telah meminta ke Bappeda untuk melakukan koordinasi namun urung dilakukan.

C. Sarana dan Prasarana Program

Selain dua aspek diatas, sarana dan prasarana penunjang Program memang tidak banyak dibahas namun sarana dan prasarana yang ada selama ini sudah tersedia secar baik dan dapat mendukung pelaksanaan

Program Gerbang Mapan dari segi kendaraan operasional setiap dinas sudah tersedia, untuk pelaksanaan pelatihan-pelatihan biasanya menggunakan ruangan-ruangan yang tersedia di Gedung Pemerintahan

Kabupaten Tangerang atau bahkan dilaksanakan di hotel-hotel meskipun tidak mendapat perhatian khusus sarana dan prasarana pendukung program sudah cukup baik.

4.4.1.3 Evaluasi Proses

Pada tahapan ini evaluasi yang dilakukan mengenai proses berlangsungnya program dimulai dari perencanaan sampai pengawasan yang dilakukan selama Program Gerbang Mapan berlangsung. Sub indikator dalam evaluasi proses diantarnya perencanaan Program Gerbang

Mapan, waktu pelaksanan program Gerbang Mapan. Kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan yang dibuat, hambatan Program Gerbang

Mapan secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

143

A. Perencanaan Program Gerbang Mapam

Perencanaan merupakan tahapan penting dalam menentukan arah pelaksanaan Program Gerbang Mapan kedepan. Untuk menghasilkan hasil yang maksimal dan tepat sasaran Dinas Perikanan selaku leading sector dari Program Gerbang Mapan kemudian menggandeng PKSPL IPB yang dianggap sesuai dan dapat membantu untuk membuat perencanaan awal

Program Gerbang Mapan. Dinas Perikanan dan rektor IPB kemudian membuat MOU kerjasama untuk membuat roadmap Gerbang Mapan.

Pembautan Roadmap Gerbang Mapan merupakan dilakukan di 8 kecamatan pesisir untuk menangkap masukan-masukan masyarakt pesisir serta melakukan observasi untuk dapat menarik isu-isu strategis dan permasalahan yang menjadi prioritas pada desa pesisir. Peran serta PKSPL

IPB juga sebagai pencari solusi dari permasalahan yang ada pada masyarakat sehingga kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan merupakan jawaban dari kegusaran masayarakat pesisir. Perencanaan yang dilakukan dengan metode FGD dan observasi ini merupakan langkah baik dalam Program Gerbang Mapan karena dengan hal ini tentu kebutuhan- kebutuhan dalam Program Gerbang Mapan menjadi realistis dan relevan dengan keadaan atau kondisi pada pesisir Kabupaten Tangerang. meskipun sudah realistis dan relevan dalam merencanakan kebutuhan Program

Gerbang Mapan, namun kendala tetap masih ditemukan seperti perencanaan yang dilakukan tidak disesuaikan dengan rencana kegiatan

SKPD yang sebelumnya telah dibuat. Sehingga hasilnya ada beberapa

144

kegiatan yang sama antara Program Gerbang Mapan dengan kegiatan

SKPD yang seharusnya dapat disinergikan.

B. Pelaksanaan Program Gerbang Mapan

Sesuai dengan masa kepemimpinan Bupati terpilih serta RPJMD yang telah dibuat, pelaksanaan program Gerbang Mapan berjalan mulai tahun

2014 sampai dengan tahun 2018. Kegiatan awal yang dilakukan pada program Gerbang Mapan adalah pada tahun 2014 yaitu membuat dokumen perencanaan Program Gerbang Mapan. Kegiatan ini didukung dengan kegiatan FGD di setiap kecamatan dan desa pesisir guna menentukan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan masayarakat. Selanjutnya ditahun 2015 Program Gerbang Mapan memilih tiga desa yang dianggap siap untuk implementasi Program Gerbang Mapan, diantaranya adalah

Desa Patramanggala, Desa marga Mulya dan Desa Muara. Program

Gerbang Mapan dilanjutkan ditahun 2016 melihat keberhasilan di desa

Patramanggala, kemudian menambah enam desa lagi hingga ada Sembilan desa yang telah diberikan Program Gerbang Mapan. Dan selanjutnya ditahun 2017 dan 2018 Program Gerbang Mapan belum lagi menambah jangkauan desa tapi fokus pada implementasinya.

Dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan, sebelumnya telah dibuat dokumen perencanaan atau roadmap Gerbang Mapan yang berfungsi sebagi panduan atau pedoman untuk pelaksanaan program karena di dalam dokumen tersebut telah dirincikan siapa berbuat apa dan dilengkapi dengan lokasinya. Namun selama Program Gerbang Mapan berjalan

145

pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam roadmap Gerbang Mapan. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan beberapa

SKPD lebih banyak hanya dilakukan oleh Dinas Perikanan saja. Kegiatan- kegiatan yang telah dirancang juga tidak semua terlaksana, kurang lebih ada 100 kegiatan yang ada pada roadmap Gerbang Mapan hanya saja baru sekitar 10-20% yang baru dijalankan. Pelaksanaan Program Gerbang

Mapan yang memiliki tiga fokus utama juga belum dapat berjalan dengan optimal, aspek yang banyak dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat dan dua aspek lainnya masih belum dapat berjalan optimal. Selain dua hal di atas, pelaksanaan Program Gerbang Mapan yang sasarannya adalah 25 desa pesisir juga belum dapat berjalan sampai pada tahun 2018 baru ada 9 desa yang menerima Program Gerbang Mapan yaitu Desa Patramanggala,

Desa Margamulya, Desa Muara, Desa Kronjo, Desa Karang Serang, Desa

Ketapang, Desa Surya Bahari, Desa Muncung, dan Desa Tanjung Burung

C. Pengawasan program

Selain evaluasi yang dilakukan dalam sebuah kebijakan, pengawasan merupakan hal yang terlebih dahulu dilakukan selama Program Gerbang

Mapan ini berlangsung. Secara pengawasan dalam Program Gerbang

Mapan memang peneliti menganggap masih sangatlah rendah pengawasan yang dilakukan. Pengawasan yang rendah dikarenakan Dinas Perikanan yang dipilih sebagai leading sector merupakan dinas teknis yang sama kedudukannya dengan dinas atau SKPD lainnya sehingga tidak memiliki

146

kewenangan untuk menjangkau seluruh SKPD terkait dan memberikan sanksi kepada SKPD yang tidak menjalankan tugasnya. Sedangkan Bupati yang merupakan pencetus dari program unggulan tentu tidak secara langsung mengawasi pelaksanaan Program Gerbang Mapan, karena masih banyak lagi program-program lain yang perlu dipantau dan juga masalah- masalah yang perlu dihadai oleh bupati.

D. Hambatan program

Hambatan tentu akan terjadi disetiap kebijakan atau progam yang dikeluarkan oleh pemerintah, begitu juga dalam pelaksanaan Program

Gerbang Mapan tentu akan ditemukan hambatan-hambatan. Hambatan yang pertama adalah lemahnya koordinasi yang dibangun oleh pelaksana program. Program Gerbang Mapan merupakan program pembangunan pesisir pantai dengan metode ICM dimana membutuhkan banyak pihak untuk dapat bergabung dan membangun secara terus-menerus serta saling berintegrasi. Koordinasi yang harus terbangun mulai dari koordinasi antar dinas, pemerintah kabupaten dengan desa dan desa dengan desa.

Koordinasi ini harusnya dibangun agar pembangunan dan rencana aksi yang sudah ada dapat dijalankan sesuai dengan tupoksi masing-masing.

Selain bicara mengenai koordinasi SKPD, koordinasi yang terbangun dalam aparatur desa juga tidak terjalin dengan baik. Masih banyak aparatur desa yang tidak mengetahui Program Gerbang Mapan, hal itu juga disebabkan karena pemberian bantuan Program Gerbang mapan yang langsung diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat berupa

147

barang, hal tersebut membangun pemikiran tidak perlu lagi desa untuk mengurus hal tersebut. Padahal yang diharapkan antara desa dengan kelompok tetap terbentuk kerjasama yang baik.

Hambatan lain yang ditemukan dalam pelaksanaan Program Gerbang

Mapan adalah jangkauan wilayah yang luas dengan waktu hanya lima tahun tentu bukan hal yang udah untuk menciptakan hutan mangrove dalam waktu singkat terntu butuh cukup waktu dan proses yang lama, dan juga mengarahkan bahkan mengubah pola piker masyarakat tidak hanya bisa dilakukan satu dua kali namun harus terus dilakukan sepanjang waktu sampai pada timbulnya kesadaraan dari masyarakat.

Hambatan lain adalah masyarakat itu sendiri, seperti yang sebelumnya dikatakan bahwa mngubah pola piker sebuah masyarakat bukanlah yang mudah. Karena karakteristik masyarakat pesisir sendiri memang berbeda dengan petani atau profesi lainnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan banyak masyarakat yang engga untuk membangun kehidupan yang lebih baik, masyarakat cenderung malas dan hanyay mengandalkan bantuan-bantuan dari pemerintah. Seperti halnya yang terjadi di Program

Gerbang Mapan, sebagian masyarakat belum mau untuk berkontribusi di kelompok-kelompok pengolah dan lainnya. Dan juga masyarakat bergantung pada bantuan yang diberikan, bukan malah menjadikan bantuan sebagai batu loncatan untuk membangun perekonomian yang lebih maju.

148

4.4.1.4 Evaluasi Produk

Dalam sebuah kebijakan atau program yang dikeluarkan pemerintah tentu yang diharapkan adalah adanya perubahan kearah yang lebih baik dari aspek-aspek kehidupan dikemudian hari. Evaluasi produk ini akan coba memaparkan dampak apa saja yang kemudianterlihat setelah adanya

Program Gerbang Mapan yang diterima

A. Dampak Ekonomi

Salah satu tujuan dari Program Gerbang Mapan adalah untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Setelah adanya Program Gerbang Mapan berdasar pada data di lapangan bahwa

Program Gerbang Mapan belum memberikan dampak ekonomi yang signifikan, namun perlahan menujukan kemajuan ekonomi yang lebih mandiri khususnya untuk budidaya tambak dan pengolahan. Sedangkan untuk masyarakat nelayan perubahan ekonomi belum dapat dirasakan, terutama tetap adanya sistem tengkulak yang terus mencekik para nelayan di Kabupaten Tangerang.

B. Dampak Sosial

Program Gerbang Mapan perlahan dengan membentuk organisasi- organisasi masyarakat sedikitnya memberikan pemahaman yang lebihluas kepada masyarakat. Meskipun belum banyak, tapi sudah ada masyarakat- masyarakat yang kemudian timbul rasa kepedulian terhadap lingkungan pesisir dan sedikit merubah pola pikir masyarakat pesisir.

149

C. Dampak Lingkungan

Salah satu yang menjadi andalan dalam Program Gerbang Mapan adalah budidaya dan rehabilitasi mangrove yang sekarang semakin banyak dilakukan mulai dari kecamatan Kronjo sampai Kecamatan Teluknaga.

Greenbelt yang sebelumnya tidak ada sekarang sudah mulai menunjukan hasil yang lebih baik, abrasi pantai juga tentu akan menurun dengan kuatnya pertahanan mangrove. Selain di bibir pantai mangrove juga mulai kembali ditanam di tambak-tambak miliki warga untuk membantu produktifitas tambak tersebut.

D. Dampak lain

Meskipun tiga fokus Program Gerbang Mapan belum tercapai maksimal namun melalui Program Gerbang Mapan ada dampak-dampak lain yang timbul seperti pesisir Kabupaten Tangerang kini mulai aktif dalam organisasi pesisir asia atau yang lebih dikenal dengan PEMSEA, selain itu Program Gerbang Mapan juga mampu menarik perusahaan- perisahaan yang tumbuh di wilayah pesisir untuk mau memberikan CSR dan bekerjasama dengan pesisir Kabupaten Tangerang

150

Tabel 4.10 Desa-desa Penerima Bantuan Program Gerbang Mapan 2015-2017

Nama Desa Tahun Infrastruktur Peningkatan Pemberdayaan Dasar Ekonomi Masyarakat 2014 Penyusunan Road Map Gerbang Mapan  MOU dengan PKSPL IPB  Pelatihan ICM PatraManggala 2015  Perencanaan  Membuat  Pelatihan Saluran air bersih kelompok ICM  Paket Saluran Air Mangrove  Pelatihan Bersih Komunal  Pelatihan Hybird  Perencanaan Jalan dan alat Engineering dan Jembatan composer dan praktek  FS embung air Sampah  Pelatihan  Paket Pintu Air Organik Mangrove Tambak  Stimulan  Pelatihan Bandeng Pengolahan Bandeng 2016  Pengadaan  Teknologi  Pelatihan Reverse Osmosis Udang ICM dan dan Filter Air Busmetik SOC  Bantuan  Pelatihan paket Alat Mangrove Pengolahan  Stimulan tambak Bandeng  Bantuan Kapal 2 GT, jarring Rampus dan GPS 2017  Pelatihan ICM dan SOC Marga Mulya 2015  Paket Air Bersih  Membuat  Pelatihan Komunal kelompok ICM  Pelatihan Mangrove  Pelatihan mangrove dan  Pelatihan Mangrove titik geolistrik dan alat  Pelatihan composer Pengolahan Sampah Bandeng Organik

151

Nama Desa Tahun Infrastruktur Peningkatan Pemberdayaan Dasar Ekonomi Masyarakat

2016  Kapal 2 GT,  Pelatihan Jaring ICM dan Rampus dan SOC GPS  Pelatihan  Konservasi Mangrove Mangrove 2017  Pelatihan ICM dan SOC Muara 2015  Paket Air Bersih  Membuat  Pelatihan Komunal kelompok ICM  Pelatihan Mangrove  Pelatihan mangrove dan  Pelatihan Mangrove titik geolistrik dan alat  Pelatihan composer Pengolahan Sampah Bandeng Organik

2016  Pengadaan  Kapal 2 GT,  Pelatihan Reverse Osmosis Jaring ICM dan Dan Filter Air Rampus dan SOC GPS  Pelatihan  Konservasi Mangrove Mangrove 2017  Pelatihan ICM dan SOC  Pelatihan Mangrove Ketapang 2016  Paket Air Bersih  Bantuan Alat  Pelatihan  Masterplan Tangkap ICM dan PRPM Ramah SOC Lingkungan  Pelatihan Mangrove 2017  DED PRPM 14,5 Ha  Penataan Bangunan PRPM 14,5 Ha Surya Bahari 2016  Pengadaan Paket  Bantuan  Pelatihan Air Bersih Kapal 2 GT, ICM dan

152

Nama Desa Tahun Infrastruktur Peningkatan Pemberdayaan Dasar Ekonomi Masyarakat Jaring SOC rampus dan  Pelatihan GPS Mangrove Karang Serang 2016  Pengadaan Paket  Bantuan Alat  Pelatihan Air Bersih Tangkap ICM dan Nelayan SOC Ramah Lingkungan Tanjung 2016  Pengadaan Paket  Pelatihan Burung Air Bersih ICM dan SOC Muncung 2016  Bantuan bibit  Pelatihan bandeng ICM dan SOC  Pelatihan budidaya tambak ikan bandeng Kronjo 2016  Pelatihan  Pelatihan Pengolahan ICM dan Ikan SOC  Pemberian Bantuan Alat Pengolahan  Bantuan Budidaya Udang Vaname *Program Pesisir Mengajar tahun 2016-2017 (30 Sekolah Dasar ) di Desa Pesisir Kabupaten Tangerang.

153

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penelitian

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian 1. Evaluasi a. Latar  Merupakan penyelarasan dari Program Konteks Belakang Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) yang kemudian diadopsi dalam tingkat Kabupaten.  Merupakan realisasi Bupati untuk penataan wilayah pesisir yang masih membutuhkan pendampingan dan perhatian. Mengingat masyarakat pesisir yang masih memiliki karakteristik oportunis dan memiliki mindset yang kurang berkembang dan didukung dengan kerusakan wilayah pesisir yang semakin meluas. b. Tujuan  Untuk meningkatkan perkonomian masyarakat, perbaikan infrastruktur dan pemerdayaan masyarakat.  Tujuan ini relevan dengan kebutuhan masyarakat, dimana masyarakat pesisir yang masih kurang berkembang dari segi ekonomi baik cara maupun kegiatan ekonomi yang dilakukan, pesisir Kabupaten Tangerang juga membutuhkan pembangunan infrastruktur pendukung seperti sarana ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lainnya.

c. Kebutuhan  Dinas Perikanan telah membentuk tim dan Strategi koordinasi untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan, karena pembangunan wilayah pesisir merupakan pembangunan yang melibatkan banyak sektor dan pembangunan yang harus dilakukan secara berkelanjutan.  Dinas Perikanan telah mengandeng PKSPL IPB, selaku akademisi yang dapat membantu penyusunan hal-hal yang harus dilakukan dan dibutuhkan.  Dinas Perikanan telah melakukan sosialisasi kepada SKPD yang terlibat

154

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian dalam tim koordinasi dan masyarakat pesisir, guna untuk menyamakan pandangan dan pola pikir dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 2. Evaluasi a. Sumberdaya  Program Gerbang Mapan melibatkan Input Manusia beberapa SKPD diantaranya Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Bina Marga dan lainnya.  Sumberdaya manusia yang ada secara kuantitas dan kualitas sudah baik mengingat banyaknya SKPD yang terlibat dan merupakan pihak-pihak yang sudah professional.  Dalam Pelaksanaanya sumberdaya manusia yang ada tidak berkoordinasi dan memiliki komunikasi yang baik dikarenakan tumpang tindih kegiatan yang dilakukan dan fokus pada program-program SKPD masing- masing. b.Sumberdaya  Anggaran yang digunakan berasal dari Finansial APBD.  Anggaran Program Gerbang Mapan Tahun 2014-2017 sebesar Rp 9.230.774.000, sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 7.053.213.650  Anggaran yang disiapkan untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan cair pada akhir tahun sekitar pada bulan September. c. Sarana  Dalam pelaksanaan kegiatan Program Prasarana Gerbang Mapan, sarana dan prasaran sudah memadai, banyak kegiatan- kegiatan pelatihan yang dilakukan di gedung serbaguna Pemerintahan Kabupaten Tangerang sampai pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di beberapa hotel dan rumah makan di Kabupaten Tangerang.  Terkait dengan kendaraan operasional yang digunakan adalah kepemilikan dari SKPD masing-masing.

155

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian 3. Evaluasi a. Perencanaan  Perencanaan melibatkan PKSPL IPB, Proses sebagai rekan akademisi yang mampu membantu menggali mengenai isu dan permasalahan yang terjadi di pesisir Kabupaten Tangerang.  Perencanaan dilakukan dengan metode FGD dan observasi langsung guna mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.  Perencanaan menghasilkan sebuah dokumen perencanan yang disebut roadmap Gerbang Mapan berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. b. Pelaksanaan  Program Gerbang Mapan dilaksanakan mulai dari tahun 2014-2018  Pelaksanaan Program Gerbang Mapan belum sesuai dengan dokumen perencanaan yang dibuat. Dalam pelaksanaannya masih banyak kegiatan- kegiatan yang belum terlaksana. Hal ini disebabkan karena beberapa SKPD terkait belum melaksanakan kegiatan yang terdapat dalam roadmap, pelaksanaan Program Gerbang lebih banyak dilaksanakan oleh Dinas Perikanan.  Program Gerbang Mapan baru dilaksanakan pada 9 desa pesisir dari 25 desa yang menjadi sasaran Program Gerbang Mapan. Tiga desa pada tahun 2015 dan menambah 6 desa di tahun 2016. Desa tersebut adalah Desa Patramanggala, Desa Margamulya, Desa Muara, Desa Ketapang, Desa Surya Bahari, Desa Kronjo, Desa Muncung, Desa Tanjung Burung dan Desa Karang Serang.

c. Pengawasan  Dalam pelaksanaannya, pengawasan masih sangat minim dilakukan. Dimana yang menjadi leading sector adalah dinas teknis yaitu Dinas Perikanan maka tidak memiliki kewenangan untuk

156

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian memberikan sanksi dan evaluasi terhadap SKPD lain yang tidak menjalankan tugasnya.

d. Hambatan  Buruknya koordinasi dan komunikasi yang dibangun dalam tim yang telah dibuat untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan.  SKPD-SKPD terkait sibuk dengan program unggulan masing-masing.  Anggaran Program yang kerap terlambat dalam pencairannya.  Masyarakat yang masih apatis dan oportunis terhadap Program Gerbang Mapan.  Luasnya sasaran Program Gerbang Mapan yaitu 25 desa pesisir dengan sumberdaya yang kurang. 4. Evaluasi a. Dampak  Manfaat yang dirasakan adanya Hasil Ekonomi peningkatan pendapatan bagi kelompok pengolah, pembudidaya tambak bandeng maupun udang vaname, dan peningkatan kepemilikan asset seperti alat tangkap, mesin maupun kapal.  Namun peningkatan ekonomi ini baru dirasakan beberapa kelompok saja. Hal ini dikarenakan pemberian bantuan baik dari pemerintah maupun dalam kelompok. Selain itu, bantuan yang diberikan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan ketergantungan masyarakat akan bantuan dan belum terciptanya peningkatan ekonomi.  Dampak ekonomi yang signifikan dirasakan di Desa Patramanggala dan Desa Kronjo b. Dampak  Masyarakat mulai menyadari Sosial pentingnya mejaga lingkungan pesisir salah satunya dengan budidaya mangrove baik di sepanjang bibir pantai maupun di tambak sebagai penahan abrasi dan memperbaiki habitat ikan.  Namun dampak sosial lainnya adalah

157

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian timbulnya kecemburuan sosial antar anggota kelompok karena bantuan yang diberikan kurang didistribusikan dengan baik. c. Dampak  Greenbelt di sepanjang bibir pantai Lingkungan utara Kabupaten Tangerang yang tadinya gundul sekarang sudah ditumbuhi oleh mangrove.  Tanaman mangrove juga sudah banyak di tanam pada tambak-tambak masyarakat sebagai penghalang abrasi dan memperbaiki habitat ikan dan kepiting tambak.  Pantai Utara Kabupaten Tangerang memiliki beberapa hutan mangrove diantaranya hutan mangrove di Desa Muara, Tangerang Mangrove Centre di Tanjung Pasir dan Pusat Restorasi dan pembibitan Mangrove di Desa Ketapang. d. Dampak  Tersedianya paket air bersih di Desa Lainnya Patramanggala, Desa Margamulya, Desa Muara, Desa Ketapang, Desa Tanjung Burung dan Karang Serang.  Bergabungnya Kabupaten Tangerang dalam organisai PEMSEA  Dari Program Gerbang Mapan, Pesisir Tangerang menerima bantuan dari beberapa perusahaan yang ada di sekitar wilayah pesisir seperti PLTU Lontar, YKK AP, PT Doulton, Indonesia Power, Alfamart. Bantuan yang diberikan berupa bibit mangrove, dan sikat gigi gratis

158

Tabel 4.12 Anggaran Program Gerbang Mapan 2014-2017 PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN REALISASI (Rp) (Rp) 2014 Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir 500.000.000,- 500.000.000,- 1. Penyusunan Road Map Gerbang Mapan 400.000.000,- 400.000.000,- 2. Pelatihan ICM (Pengelolaan Pesisir Terpadu) 100.000.000,- 100.000.000,-

2015 Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir 545.800.000.- 307.800.000,- 1.Pelatihan ICM (Pengelolaan Pesisir Terpadu) 100.000.000,- 100.000.000,-

Pengelolaan Lingkungan Pesisir Berbasis Pem. Masyarakat 720.000.000,- 302.900.000,- 1.FS Embung Air Di Kecamatan Kemiri 2. FS Embung di Desa Muara Kec. 135.790.000,- Teluknaga 3. Dokumen Perencanaan Sarana Air Bersih + Geolistrik 3.Sarana Air Bersih Komunal 400.000.000.- 300.000.000,- 4. Rehab Sarana Irigasi Tambak 160.000.000,- 0

Pemberdayaan Masyarakat pesisir Gerbang Mapan 325.000.000,- 31.160.000,- 1. Pelatihan Pembenihan Mangrove 2. Pelatihan Hybrid Engenering 3. Pelatihan Pengolahan bandeng 4. Belanja Sarana Praktek Pelatihan Pembenihan Mangrove 5. Belanja Sarana Praktek Pelatihan 226.710.000,- 1.550.000,- HE 6. Belanja Sarana Praktek Pelatihan Pengolahan Bandeng

Penguatan Ekonomi Masyarakat Pesisir 703.525.000,- 4.100.000,- 1. Pembibitan mangrove 61.040.000,- 0 2. Stimulan Bandeng 415.000.000,- 0 3. Sarana Pengolahan Sampah 200.000.000,- 0

159

/Komposter

2016 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir 1,600,000,000 1,110,200,000 Pembinaan kelompok ekonomi masyarakat pesisir 237,670,000 224,890,000 Pendampingan pada Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (Poklahsar) 162,330,000 60,764,000 Peningkatan Ekonomi Nelayan Tangkap Gerbang Mapan 700,000,000 344,185,000 Penguatan Ekonomi Pembudidaya Ikan/ Udang Gerbang Mapan 200,000,000 182,435,000 Penguatan Ekonomi Pengolah dan Pemasar Gerbang Mapan 300,000,000 297,926,000 Program pengembangan sumber daya perikanan dan kelautan 750,000,000 743,872,750 Pengelolaan sumber daya hayati pesisir dan laut 350,000,000 344,142,750 Pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir 400,000,000 399,730,000 Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam pesisir 1,456,500,000 1,423,231,900 Pengelolaan lingkungan pesisir berbasis pemberdayaan masyarakat 700,000,000 694,936,000 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Gerbang Mapan 156,500,000 155,550,000 Konservasi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Gerbang Mapan 300,000,000 290,405,900 Budidaya Perikanan Berbasis Lingkungan Gerbang Mapan 300,000,000 282,340,000

2017 Pembangunan Kawasan Budidaya 377.900.000 377.900.000 Peningkatan Sarana Kawasan 1.100.000.000 1.100.000.000 Budidaya Peningkatan Sumberdaya Perikanan 700.000.000 700.000.000 Budidaya Dana dari PEMSEA 452.049.000 452.049.000 TOTAL 9.230.774.000 7.053.213.650

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengumpulan data dan hasil yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai evaluasi Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan pada tahun 2014-2018 belum berjalan dengan optimal. Hal ini disampaikan karena selama pencarian dan analisis data masih banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan Program Gerbang

Mapan. Hasil evaluasi pelaksanaan Program Gerbang Mapan diantaranya:

Program Gerbang Mapan selama lima tahun baru dilaksanakan pada 9 desa yaitu Desa

Patramanggala, Desa Muara, Desa Marga Muya, Desa Kronjo, Desa Ketapang, Desa Tanjung

Burung, Desa Karang Serang, Desa Surya Bahari dan Desa Muncung, hal ini tidak sesuai pada target awal diimplementasikan pada 25 desa pesisir di Kabupaten Tangerang. Karena terlalu luasnya wilayah Program tanpa dukungan sumberdaya manusia dan finansial yang cukup. Dari Sembilan desa yang telah dilaksanakan Program Gerbang Mapan, yang menunjukan adanya dampak atau pengaruh yang cukup signifikan baru terjadi di Desa

Patramanggala Kecamatan Kemiri. Masih banyaknya kegiatan yang tidak dilaksanakan pada

Program Gerbang Mapan, karena beberapa SKPD belum melaksanakan rencana aksi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Masih buruknya koordinasi dan komunikasi antar SKPD teknis karena adanya tumpang tindih pekerjaan dan juga belum ada rasa kepemilikan dan kesadaran akan pembangunan pesisir yang harus dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi. Belum adanya pengawasan yang dilakukan pada Program Gerbang Mapan, karena Dinas Perikanan sebagi leading sector yang merupakan dinas teknis tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan dan evaluasi kepada sesama dinas teknsi lainnya. Dan masih rendahnya partisipasi dari masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang.

161

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dijelaskan diata, maka peneliti akan mencoba memberikan masukan diantaranya

1. Merubah leading sector Program Gerbang Mapan kepada Bappeda sebagai badan

yang dapat menjangkau seluruh SKPD dan memiliki kewenangan malakukan

pengawasan apabila program tidak berjalan.

2. Pelaksanaan program dapat dibuat bertahap dengan memfokuskan kepada desa-desa

yang berpotensi dan dalam cakupan yang lebih kecil.

3. Memberikan pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif agar bantuan yang

diberikan jelas menghasilkan output kepada masyarakat

4. Menyelaraskan dokumen perencanaan Program Gerbang Mapan dengan dokumen

perencanaan kerja dinas agar tidak terjadi tumpang tidih dan pekerjaan ganda.

5. Menjalin koordinasi yang lebih baik antar SKPD maupun dengan aparatur desa untuk

mendapat dukungan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan yang lebih mudah

di setiap desa dan Membuat forum diskusi dalam rangka penyamaan pandangan

terkait dengan pembangunan pesisir antara SKPD terkait, aparatur Desa dan

masyarakat terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abidin, Zaid Zainal. 2012. Kebijakan Publik Edisi 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Agustino, Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik (Edisi Revisi). Bandung: ALFABETA, Cv.

Aminah, Siti. 2007. Kearifan Lokal dalam Pengembangan KomunitasPesisir. Bandung: CV. Citra Praya.

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi; Format-format Kuantitaif dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran. Jakarta: Kecana. Creswell, Jhon W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahuri, Jacub Rais, Sapta Putra Ginting dan M.J Sitepui. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press)

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugraha, Iwan dan Rochmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: Prespektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. Satori, Djam‟an, Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA,Cv. Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunarto, Muh. Aris Marfai dan Muhammad Anggri Setiawan. 2014. Geomorfologi dan Dinamika Pesisir Jepara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus. Jakarta: PT. Buku Seru. Wirawan. 2011. Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi. Depok: PT. Rajagrafindo Persada. Dokumen

Dokumen Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tangerang 2013-2018. Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pualu-Pulau Kecil Kabupaten Tangerang. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Tahun 2016-2017 Roadmap Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang.

Sumber Lain

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2017. Publikasi Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017. https://tangerangkab.bps.go.id. Diakses pada 26 Desember 2017. KATADATA. 2017. Potensi Besar Laut Indonesia. https://katadata.co.id/infografik/2017/02/13/potensi-besar-laut-indonesia. Diakses pada 20 Desember 2017. Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh. 2017. Permasalahan Yang dihadapi Wilayah Pesisir. http://pdpt.gaismamedia.com/tentang-kami/. Diakses pada 20 Desember 2017. Koran sindo, 2017. Perikanan Jadi Komoditi Andalan Provinsi Banten. https://daerah.sindonews.com/read/1267082/174/perikanan-jadi-komoditi-andalan- provinsi-banten-1513680111. Diakses pada 20 Februari 2018.

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Dimensi Subdimensi Pernyataan Evaluasi 1. Latar Belakang dibuatnya Program Gerbang

Dimensi Subdimensi Pernyataan Konteks Mapan di Kabupaten Tangerang. 2. Tujuan dibuatnya Program Gerbang Mapan. 3. Perencanaan yang dilakukan sebelum Program Gerbang Mapan dilaksanakan. 4. Hal-hal yang dilakukan sebelum pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 5. Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 6. Strategi yang digunakan agar tercapai tujuan dari Program Gerbang Mapan. 7. Sasaran Program Gerbang Mapan. 8. Hal-hal yang diharapkan dari perencanaan Program Gerbang Mapan Evaluasi Input 9. Asal anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan. 10. Perbedaan anggaran program unggulan dengan pogram dinas lainnya.(Mis jumlah) 11. Kecukupan anggaran 12. Ketepatan waktu pemberian anggaran 13. Ketepatgunaan anggaran yang diberikan. 14. Sumberdaya manusia yang dibentuk untuk melaksanakan program. 15. Penanggung jawab tim yang dibentuk. 16. Karakteristik/sikap agen pelaksana (SDM). 17. Kejelasaan pembagian tugas di setiap SKPD 18. Kualitas dan kuantitas SDM pelaksana program. 19. Hambatan yang ditemukan pada SDM. 20. Dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program Gerbang Mapan 21. Kecukupan sarana dan prasarana pendukung program 22. Kondisi sarana dan prasarana Evaluasi Proses 23. Waktu pelaksanaan Program Gerbang Mapan 24. Kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan. 25. Pemanfaatan anggaran yang telah diberikan. 26. Pelaksanaan tugas yang telah diberikan kepada agen pelaksana program. 27. Hambatan yang ditemukan selama pelaksanaan program. 28. Ketercapaian program (per tahun) 29. Hal-hal yang tidak terlaksana selama program dilaksanakan. 30. Perubahan atau penyesuaian yang dilakukan selama program berlangsung. Evaluasi 31. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat Dampak pesisir. 32. Dampak sosial yang terjadi dengan adanya

Dimensi Subdimensi Pernyataan program 33. Dampak ekonomi yang dialami dengan adanya program. 34. Hal-hal yang dihasilkan dari Program Gerbang Mapan. 35. Dampak Regulasi dengan adanya Program Gerbang Mapan.

Pedoman Wawancara (Masyarakat)

Dimensi Subdimensi Pernyataan Evaluasi Input 1. Kecukupan anggaran 2. Ketepatan waktu pemberian anggaran 3. Ketepatgunaan anggaran yang diberikan. 4. Sumberdaya manusia yang dibentuk untuk melaksanakan program. 5. Kualitas dan kuantitas SDM pelaksana

program. 6. Pendampingan yang dilakukan pemerintah 7. Dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program Gerbang Mapan 8. Kecukupan sarana dan prasarana pendukung program 9. Kondisi sarana dan prasarana Evaluasi Proses 1. Waktu pelaksanaan Program Gerbang Mapan 2. Pelaksanaan tugas yang telah diberikan kepada agen pelaksana program. 3. Hambatan yang ditemukan selama pelaksanaan program. 4. Kegiatan yang dilakukan selama Program diberikan Evaluasi 1. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat Dampak pesisir. 2. Dampak sosial yang terjadi dengan adanya program 3. Dampak ekonomi yang dialami dengan adanya program. 4. Hal-hal yang dihasilkan dari Program Gerbang Mapan.

Member Check

Nama Informan : SM. Agustin Hari Mahardika, SPi, MM (I1)

Jabatan : Kasubag TU UPT BBI Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

Waktu wawancara : Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 10.22 WIB

Tempat wawancara : Ruangan Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program yang terinspirasi dari program pusat yang kita kenal dengan nama PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang didalamnya ada beberapa kegiatan-kegiatan yang menjadi andalan seperti bina sumberdaya manusia, bina lingkungan termasuk didalamnya adalah pembangunan infrastruktur desa, bina ekonomi dan yang lainnya. Karena pada tahun 2014 program tersebut akan berakhir dan Kabupaten Tangerang memiliki Bupati baru yang berjanji untuk memperbaiki wilayah pesisir, kemudian kami dipanggil oleh Bappeda diberitahukan sebuah program top down, dimana program tersebut sudah memiliki nama yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan). Yang secara terminologi kurang sesuai karena tidak menggunakan istilah pesisir, namun diakhir kita malah bersyukur karena setelah ada UU No.23 Tahun 2014 tidak boleh lagi digunakan istilah pesisir. 2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang? Dalam Program Gerbang Mapan itu ada tiga yang menjadi tujuan utam yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kita melakukan kajian dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di pesisir, saya rasa sangat relevan. Karena Roadmap Program yang sudah kami buat pun sejalan dengan rumusan Bappeda dimana merupakan janji-janji yang diutarakan Bupati terpilih. 3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan untuk Program Gerbang Mapan? Sosialisasi yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pertama saat dilaksanakan FGD di tiap kecamatan, yang kedua saat dilaksanakan pelatihan-pelatihan dan yan terakhir

saat pelaksanaan kegiatan Program Gerbang Mapan. Kita juga telah mengerahkan beberapa pihak mulai dari kecamatan, desa sampai tokoh masyarakat. 4. Apa yang dilakukan pada tahap perencanaan Program Gerbang Mapan? Hal yang pertama dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan dengan pihak akademisi, dengan opsi UGM, UB dan IPB. Selanjutnya IPB lah yang terpilih menjadi rekan akademisi karena dianggap relevan, efektif dan efisien. Setelah menjalin kerja sama kemudian yang dilakukan adalah mengidentifikasi isu-isu permasalahan yang menjadi prioritas di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang dengan cara FGD di tiap kecamatan pesisir dan juga observasi di lapangan, kemudian dituangkan kedalam sebuah dokumen yang kemudian dikenal sebagai roadmap Gerbang Mapan untuk menjadi landasan pelaksanaan program. 5. Strategi yang kemudian dijalankan oleh dinas perikanan ? Pertama pemilihan pihak akademisi yang kita ambil dari universitas negeri dan tidak mengambil dari universitas swasta karena hasilnya yang kurang memuaskan. Dengan menggandeng IPB ini memberikan kualitas-kualitas dan masukan masukan baru untuk Kabupaten Tangerang. 6. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang Mapan? Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD Kabupaten Tangerang 7. Bagaimanakan kecukupan dan ketepatan anggaran yang ada ? Dari segi anggaran dapat dikatakan cukup bahkan lebih, saya pernah ditawari untuk nilai anggaran mencapai 2-5 milyar namun dengan keadaan yang seperti ini, hanya bergerak sendiri dan banyak hal administratif yang perlu dilakukan dan harus seimbang dengan yang dilakukan di lapangan saya merasa sulit untuk mempertanggung jawabkan uang tersebut. Dari segi ketepatan anggaran, mungkin hal ini yang kemudian menjadi hambatan dalam pelaksanaan program Gerbang Mapan. Distrubusi Anggaran yang turun untuk Program Gerbang Mapan (Program Top Down) dipisahkan dari pagu anggaran dinas tapi pencairan selalu dilakukan diakhir tahun. Dimana hal ini membuat pelaksanaan Program menjadi terganggu dan mesti banyak dilakukan penyesuaian di sana sini. 8. Apakah anggaran didistribusikan dengan baik kepada stakeholder terkait?

Pengadaan anggaran adanya di Bappeda, namun belum dimaksimalkan. Pernah saya meminta untuk dikumpulkan dan diadakan rapat kordinasi tapi tidak juga dilaksanakan dan baru terlaksana 2 tahun belakangan. 9. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan cukup secara kuantitas? Sebenernya sumberdaya manusia yang ada untuk melaksanakan program cukup, namun karena di Kabupaten ini terlalu banyak program unggulan sehingga SDM tersebut pun sibuk untuk melaksanakan program unggulan lain. Untuk rapat-rapat koordinasi yang diadakan juga sulit sekali mengumpulkan. Jadi yang seharusnya dapat dikerjakan bersama malah tidak dikerjakan, dan harapan saya kedepan hal tersebut dapat terlaksana. 10. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan? Program Gerbang Mapan mulai naik dari tahun 2013 setelah bupati terpilih naik, selanjutnya di tahun 2014 diawali dengan menyusun roadmap Gerbang Mapan dan mengadakan sosialisasi dan Pelatihan ICM yang diberikan kepada 25 Kepala desa, aparatur desa serta stakeholder terkait. Di tahun 2015 kita memulai dengan tiga desa yang difokuskan dan 6 desa di 2016. Di tahun 2017 dan 2018 tinggal melanjutkan saja. 11. Bagaimanakan kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan Program Gerbang Mapan? Perencanaan pada program unggulan sebenarnya disusun saat SKPD tengah menyusun renstra sehingga sulit untuk menyusupkan kegiatan program unggulan di kegiatan dinas, sehingga perencanaan yang telah tercantum dalam roadmap, belum berjalan secara maksimal ditahun pertama, namun tahun berikutnya diharapkan sudah bisa langsung menyesuaikan tapi ternyata tidak juga. 12. Adakah kegiatan-kegiatan yang belum dilaksanakan? Ada, apalagi dengan koordinasi yang kurang baik. Terkadang bantuan yang diberikan menjadi tidak tuntas seperti halnya bantuan pelatihan pengolahan dan bantuan alat pengolahan ikan yang kemudian tidak dilanjutkan dengan bantuan pemasaran dari dinas bersangkutan itu contoh saja. Dinas Perikanan sendiri menilai dari keseluruhan kegiatan yang berjalan mungkin baru mencapai 20%, kegiatan yang saya paling konsisten dan mencapai di seluruh wilayah pesisir adalah kegiatan pesisir mengajar karena dilihat dari segi sumberdaya manusia dan anggaran kegiatan ini lah yang sangat mungkin untuk dilakukan.

13. Apa yang menjadi keunggulan Program Gerbang Mapan? Dengan segala keterbatasan baik SDM dan anggaran, kami coba mencari jalan keluar, dan ada diantara kegiatan-kegiatan dalam roadmap yaitu pesisir mengajar. Saya rasa kegiatan inilah yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Karena sumberdaya manusia yang terlibat juga kami adakan rekrutmen sehingga bisa fokus dalam kegiatan tersebut. dan menurut saya ini lah yang menonjol dari Program Gerbang Mapan di samping Mangrove. 14. Adakah pengawasan yang dilakukan dalam program ini? Untuk pengawasan kami selaku leading sector sulit untuk melakukan teguran kepada dinas lain, karena secara kewenangan pun kami tidak bisa, berbeda dengan Bappeda yang memiliki kemampuan untuk menjangkau seluruh SKPD. Selain itu setiap dinas juga memiliki program unggulan yang kemudian harus dilaksanakan juga dan kami tidak bisa egois memaksa melaksanakan program unggulan kami. 15. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Hambatan yang berarti adalah koordinasi dan komunikasi dengan para stakeholder dan SKPD yang masih buruk, anggaran yang turun tidak pada waktu yang tepat, serta mindset masyarakat pesisir yang masih belum berubah. 16. Dampak ekonomi yang dihasilkan dari program Gerbang Mapan? Dalam tujuan gerbang mapan ada mengenai peningkatan ekonomi, peningkatan ekonomi mungkin dirasakan oleh beberapa peneriman bantuan langsung, namun untuk secara luas. Gerbang Mapan belum mampu untuk merubah perekonomian masyarakat pesisir. Hal ini dikarenakan juga beberapa faktor salah satunya adalah karakteristik masyarakat pesisir yang tidak biasa untuk menabung, boros dan ingin hal yang instan. Ini juga penyebab mengapa pembangunann di wilayah pesisir menjadi sangat lambat. 17. Dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari Program Gerbang Mapan ? Dampak sosial yang kita hasilkan salah satunya berasal dari kegiatan pesisir mengajar, sudah mulai timbul kesadaran-kesadaran baru bagaimana hidup secara baik di lingkungan pesisir, mengetahui hal-hal untuk melestasrikan dan menjaga lingkungan pesisir, serta mengetahui kehidupan yang sehat di lingkungan pesisir. Dampak lingkungan yang dihasilkan kini sudah semakin banyak desa-desa yang mulai lagi menanam mangrove dan greenbelt di sepanjang pantai utara juga sudah kembali lagi sehingga abrasi akan bisa diminimalisasi.

Dampak lain yang kemudian timbul adalah sudah bayak masyarakat yang semakin mengetahui pentingnya tanaman mangrove untuk menjaga keseimbangan lingkungan mereka dan tidak menganggap mangrove sebagai hama (untuk tambak). Namun ada juga dampak negative yang kemudian timbul ada masyarakat yang kecewa dengan program Gerbang Mapan yang menganggap bantuan tidak sebesar dengan apa yang dibayangkan. Pada Program Gerbang Mapan bantuan lebih bersifat pengadaan barang atau tidak berbentuk uang. Selain dari dampak diatas pencapaian Gerbang Mapan juga adalah kini Kabupaten Tangerang tergabung dalam organisasi internasional untuk mengurusi wilayah pesisir yaitu PEMSEA, Gerbang Mapan juga mampu mengajak berbagai perusahaan swasta yang ada di wilayah pesisir untuk membuat MOU kerjasama dalam penanganan wilayah pesisir seperti PT Indonesia Power, PLTU Lontar, dll.

Member Check

Nama Informan : M. Arsyad Al-Amin (I1-3)

Jabatan : Peneliti PKSPL LPPM IPB

Waktu wawancara : Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 WIB

Tempat wawancara : Ruangan PKSPL IPB

1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan Program Gerbang Mapan ini sebenarnya merupakan janji bupati atau top down program yang dipadukan dengan bottom up program, karena selain inisiasi dari bupati terpilih kita juga meminta setiap desa untuk melakukan musyawarah desa dengan melibatkan masyarakat untuk menarik isu-isu permasalahan yang ada di setiap desa di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. 2. Bagaimana bisa kemudian IPB dipilih sebagai rekan akademisi untuk melaksanakan Program? Untuk hal ini sebenarnya mba ada dua sumber yang harus ditanya, yaitu menanyakan kepada pihak pemerintahan Kabupaten Tangerang, karena itu merupakan keputusan dari pemerintah khususnya Dinas Perikanan. Namun menurut saya pemilihan tersebut karena PKSPL (Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut) IPB memang fokus pada program-program berbasis pembangunan pesisir dan sudah banyak melakukan kerjasama dengan wilayah pesisir lainnya. 3. Apakah tujuan Program Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang? Menurut saya sudah relevan, program ini juga melibatkan masyarakat untuk menentukan isu permasalahan yang ada di desa masing-masing sehingga bisa sejalan antara kebutuhan dengan program yang ada. Namun Program Gerbang Mapan ini merupakan program pembangunan yang menyasar hampir semua aspek atau pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada wilayah pesisir. Dengan wilayah pesisir Tangerang yang sangat luas dan kondisi SDM yang kurang maka program ini tentu tidak berjalan dengan mudah. 4. Bagaimana peran PKSPL IPB dalam perencanaan Program Gerbang Mapan?

Dalam perencanaan Program Gerbang mapan kita diawali dengan membuat roadmap Gerbang Mapan, didalamnya sudah sangat lengkap dan bagus karena sudah berisikan mengenai profil wilayah pesisir, pemaparan mengenai isu-isu strategis yang ada di wilayah pesisir sampai dengan rencana aksi Program Gerbang Mapan lima tahun kedepan. Dalam pembuatan roadmap kami berperan sebagai penggali isu-isu stratregis desa dan juga ikut serta merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang kemudian bisa menjadi solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu kami juga melakukan capacity building salah satunya dengan bimbingan mengenai ICM (Integrated Coastal Management) kepada aparatur desa dan SKPD terkait, hal ini dilakukan untuk menyamakan pandangan bahwa pembangunan pesisir merupakan sebuah pembangunan yang bersifat berkelanjutan dan perlu melibatkan banyak aspek/SKPD. 5. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang Mapan? Asal anggaran yang digunakan adalah APBD Kabupaten Tangerang 6. Bagaimanakan kecukupan dan ketepatan anggaran yang ada ? Saya rasa untuk anggaran yang diberikan di Progam Gerbang Mapan kurang mencukupi terutama untuk melaksanakan program di lokasi yang luas yaitu 25 desa pesisir yang ada. Selain itu dana yang digulirkan kerap terlambat sehingga perencanan kegiatan yang telah dilakukan menjadi molor dan tertunda.

7. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan cukup secara kuantitas? Dengan sistem ICM, dimana pembangunan pesisir itu adalah pembangunan yang terintegrasi dan terpadu dengan melibatkan berbagai SKPD terkait rasanya untuk kecukupan SDM sangat cukup namun kendala yang ditemukan adalah kurangnya koordinasi yang dibangun dalam tim Gerbang Mapan sehingga kerjasama yang diharapkan kemudian tidak tercapai 8. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan? Program Gerbang Mapan dimulai pada tahun 2014 dengan membuat roadmap dan FGD dengan aparatur desa dan SKPD terkait. Di tahun 2015 kita mulai mencoba dengan tiga desa terlebih dahulu dan ditahun selanjutnya menambah desa dan meneruskan progam.

9. Bagaimanakah kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan Program Gerbang Mapan? Perencanaan memang sudah tertuang jelas dalam roadmap, apa saja yang harus dikerjakan, siapa berbuat apa, dilakukan dimana. Namun kembali lagi ke masalah koordinasi yang masih buruk, sehingga terkesan dalam Program Gerbang Mapan bukan lagi lintas sektor tapi hanya Dinas Perikanan yang melaksanakan program. Apabila mba mau mengevaluasi silahkan dengan menilai kegiatan-kegiatan mana saja yang sudah dilaksanakan, sejauh ini baru kegiatan-kegiatan Dinas Perikanan yang berjalan dan kami pun dalam monitoring hanya melakukan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Perikanan, mengingat tidak adanya laporan terkait sudah atau belum terlaksananya kegiatan di luar Dinas Perikanan 10. Kegiatan-kegiatan apa saja yang tidak terlaksana dalam Program ? Masih banyak sekali kegiatan-kegiatan dalam program yang kemudian belum terlaksana, baik dari segi peningkatan ekonomi maupun peningkatan infrastuktur dasar. Memang yang paling terlihat dari program ini adalah kegiatan Pesisir Mengajar dari segi pemberdayaan masyarakat, hanya kegiatan ini yang telah menyisir seluruh desa pesisir atau sekitar 31 sekolah dasar di wilayah pantai utara yang merasakan kegiatan ini. 11. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, hambatan yang sangat berat adalah koordinasi antar SKPD di pemerintahan Kabupaten Tangerang. Dengan terputusnya koordinasi yang terbangun maka perencanaan yang telah dirancang akan sulit sekali untuk diimplementasikan, terbukti dari progam atau kegiatan yang dilakukan baru hanya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan, hal ini juga adalah karena kesalahan yang menjadikan Dinas Perikanan sebagai leading sector, karena Dinas Perikanan juga merupakan dinas teknis maka akan sulit untuk melakukan koordinasi dan evaluasi mengingat tidak adanya kewenangan akan hal itu. Selanjutnya adalah lokasi yang luas dengan SDM yang tidak mendukung juga semakin membuat sulit mencapai keberhasilan Program Gerbang Mapan, mungkin kita harus melakukan secara bertahap dengan memilih desa-desa prioritas agar kegiatan juga terfokus dan memberikan hasil yang maksimal. 12. Adakah Pengawasan yang dilakukan ? Bicara mengenai pengawasan karena ini program dibawah instruksi langsung bupati, maka bupati bisa menjadi pengawas dalam program ini. Kalau untuk Dinas Perikanan

yang melakukan tidak bias karena secara hierarki pun kewenangannya sama dengan dinas teknis lainnya. Kami juga sebenarnya ikut memonitoring program ini, namun kami hanya sebatas mengevaluasi bahwa kegiatan ini belum berjalan tidak sampai pada memberikan peringatan kepada SKPD terkait. 13. Dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dihasilkan dari Program Gerbang Mapan? Meskipun belum banyak yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan, namun setidaknya sudah ada beberapa dampak yang dihasilkan. Seperti dampak sosial yang masyarakat kini semakin tahu bahwa pentingnya menanam mangrove untuk kestabilan lingkungan pesisir, dalam kegiatan pesisir mengajar menciptakan mindset anak-anak agar biasa hidup sehat dan gemar makan ikan sebagai penghasilan utama mereka. Secara ekonomi meskipun tidak signifikan ada masukan dari pegolahan ikan yang dilakukan ibu-ibu di wilayah pesisir. Namun diluar dampak yang sudah dijelaskan ada juga hal-hal yang dihasilkan dari Program Gerbang Mapan ini, salah satunya Program Gerbang Mapan bisa menarik CSR perusahaan yang berdiri di wilayah Pantai Utara Tangerang untuk diberikan untuk kepentingan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.

Member Check

Nama Informan : Ruslan Farid, SP. MM. (I1-2)

Jabatan : Kasubid Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Kabupaten Tangerang

Waktu wawancara : Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 WIB

Tempat wawancara : Ruangan Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Tangerang

1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan Latar belakang dibentuknya program Gerbang Mapan memang salah satunya adalah terinspirasi dari program pusat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang sebelumnya pernah sukses diterapkan disalah satu desa yaitu Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, karena banyak juga progam-program unggulan Kabupaten Tangerang yang meniru program pusat seperti Gebrak Pak Kumis, PNPM Kabupaten Tangerang dan juga Gerbang Mapan itu sendiri. Selain itu Program Gerbang Mapan dibuat karena kondisi wilayah dan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang yang masih memperihatinkan dan butuh pendampingan. 2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang? Tentu tujuannya untuk menata wilayah pesisir, membangun masyarakatnya, lingkungannya dan saya rasa tujuan ini memang sudah relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang.

3. Apa yang Bappeda lakukan pada tahap perencanaan Program Gerbang Mapan? Dalam perencanaan Bappeda berperan dalam koordinasi terkait perencanaan program dan penganggaran program, selebihnya yang melakukan adalah dinas teknis. Satu lagi yang dilakukan Bappeda adalah membentuk tim koordinasi yang terdiri dari beberapa SKPD Kabupaten Tangerang antara lain Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Koperasi dan UMKM dan lainnya.

Penganggaran yang dilakukan juga kita lakukan sesuai dengan roadmap yang ada, apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa mengerjakanan apa akan kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah. 4. Strategi yang kemudian dijalankan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan? Karena yang menjalankan adalah dinas teknis maka strategi diserahkan kepada dinas teknis, namun untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan tentu mengikuti alur kerja dari roadmap yang telah dibuat dan disetujui tersebut. 5. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang Mapan? Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD Kabupaten Tangerang. Anggaran program unggulan maupun program dinas itu sama yaitu dari APBD. Di APBD ada pagu wajib dan strategis, Program Gerbang Mapan masuk pada pagu strategis dan unggulan berbeda dengan anggaran dinas. 6. Bagaimanakan kecukupan dan ketepatan anggaran yang ada ? Untuk kecukupan anggaran di Program Gerbang Mapan sangat cukup. Dan pembagian anggaran ditiap dinas disesuaikan dengan pembagian tugas yang ada di roadmap. Tapi karena penganggaran Gerbang Mapan yang belum selaras dengan program kerja dinas maka sulit juga dan biasanya akan disesuaikan diperubahan anggaran. Namun bila dari sisi ketepatan anggaran, memang anggaran yang turun suka terlambat kadang turun di akhir tahun jadi pelaksanaan program juga mundur dan di lakukan di tahun berikutnya. 7. Apakah anggaran didistribusikan dengan baik kepada stakeholder terkait? Seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau yang ada di roadmap belum selaras dengan program kerja dinas. Kadang ada yang tidak tahu kalau kegiatan dinas sama dengan kegiatan yang ada di roadmap sehingga anggaran yang digunakan untuk kegiatan menggunakan anggaran dinas bukan Program Gerbang Mapan. 8. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan cukup secara kuantitas? Sumber Daya Manusia yang ada sih cukup karena dinas-dinas teknis juga sudah professional, hanya saja kendalanya masih lemahnya koordinasi antara SKPD terkait dan Bappeda hanya diawal selanjutnya dinas perikanan yang mengadakan koordinasi hanya saja memang apabila yang melakukan koordinasi adalah perikanan sebagai dinas teknis akan sulit beda dengan Bappeda yang menjangkau semua SKPD

9. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan? Secara mendetail saya kurang tahu bagaimana pelaksanaannya, namun apabila hanya melihat target hal tersebut tercapai dengan baik. 10. Bagaimanakan kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan Program Gerbang Mapan? kalau untuk sesuai atau tidaknya perencanaan dengan yang dijalankan mungkin memang belum semua sesuai, karena kan masih banyak juga kegiatan-kegiatan yang belum dilaksanakan dan wilayah pesisir juga mendapat bantuan. Seperti di sektor peningkatan ekonomi dan infrastruktur dasar belum berjalan karena selama ini yang aktif memang Dinas Perikanan di sektor pemberdayaan masyarakat. Dan yang saya tahu itu ada namanya pesisir mengajar, itu menjadi kegiatan yang sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada. 11. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Salah satunya adalah wilayah pesisir kita yang luas dan Gerbang Mapan ini mengarah pada semua aspek dan harus melibatkan semua stakeholder. Selain itu juga kordinasi yang tidak berjalan. Hambatan utamanya ya koordinasi itulah yang sulit 12. Dampak yang dirasakan setalah adanya program gerbang mapan ? Secara menyeluruh kami belum melakukan evaluasi terkait hal tersebut. Tapi melihat target yang dicapai memang mencapai target, namun indikator yang digunakan hanya desa atau sudah dilakukan di desa tersebut meskipun belum merubah sesuatu tapi sudah dianggap telah tercapai. Namun dampak pasti ada yang terjadi di masyarakat yang mendapatkan program, pasti ada peningkatan ekonomi, masyarakat yang lebih berdaya guna dan infrastuktur dasar yang terbangun dari Program Gerbang Mapan.

Member Check

Nama Informan : Endang Setiawan, SP (I2-2)

Jabatan : Kepala Seksi Konservasi DLHK Kabupaten Tangerang

Waktu wawancara : Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 WIB

Tempat wawancara : Ruangan bidang Konservasi DLHK Kabupaten Tangerang

1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan ? Program ini dibentuk sebagai alat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pantai, untuk melestarikan lingkungan pesisir serta diharapkan dengan adanya Program Gerbang Mapan akan membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatan perkapita. 2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang? Sangat relevan tujuan dari program dengan kebutuhan masyarakat pesisir seperti yang bidang saya lakukan yaitu penanaman atau konservasi mangrove dengan memberdayakan masyarkat serta bermanfaat untuk mengurangi abrasi yang terjadi di wilayah pesisir. 3. Bagaimana peran DLHK dalam Program Gerbang Mapan? Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dalam program ini hanya berperan untuk menangani konservasi mangrove. Konservasi ini melibatkan masyarakat seperti pengadaan bibit yang mengadakan adalah masyarakat itu sendiri. Peran kita hanya sebatas itu sampai saat ini. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan konservasi mangrove? Anggaran yang digunakan tentu adalah anggaran dinas lingkungan hidup dan tidak ada anggaran khusus yang kami dapat dari Progam Gerbang Mapan. 4. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan cukup secara kuantitas?

Mengenai sumberdaya manusia yang melaksanakan konservasi mangrove tentu dari orang-orang DLHK, namun untuk secara besar Program Gerbang Mapan seharusnya cukup karena merupakan program yang lintas sektor 5. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan? Waktu pelaksanaan kami mengikuti tahun anggaran yang sudah kita buat saja, tidak atas nama Gerbang Mapan soalnya. Hanya saja kegiatan yang ada di kami kebetulan sama sehingga kita melaksanakan kegiatan tersebut. Desa desa yang telah kita lakukan kegiatan adalah Marga Mulya, Ketapang dan lontar. 6. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Mungkin hambatannya adalah koordinasi yang dibangun dari setiap SKPD terlibat, kalau rapat-rapat koordinasi saya hanya ditanya dari DLHK apa yang bias dikerjakan? Karena kita fokus pada mangrove maka kita ambil untuk konservasi mangrove tersebut. Pengadaan air bersih juga sekarang bukan lagi di dinas kami. 7. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Dampak dari Program Gerbang Mapan tentunya ada walaupun saya tidak tahu secara jelas ya. Namun untuk kegiatan yang kita lakukan, setidaknya kita telah membantu untuk memperkuat wilayah pesisir agar abrasi dapat dikurangi.

Member Check

Nama Informan : Erni Nurlaeni (I2-1)

Jabatan : Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang

Waktu wawancara : Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 WIB

Tempat wawancara : Ruangan seksi Perencanaan Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang

1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan Sebenarnya saya juga kurang mengikuti Program Gerbang Mapan ini, tapi saya rasa Program ini dibuat pasti beralasan, salah satunya ya mba yang mungkin mba tau juga kalau wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang memang masih rendah kesejahteraannya dan butuh pendampingan. Selain itu dari sisi lingkungan juga masih sering terjadi abrasi, pencemaran sungai, mangrove juga yang masih kurang dan juga ekonomi nelayan yang masih jauh dari garis kesejahteraan. Dari sisi kesehatan juga masih banyak masyarakat yang dolbon atau BAB di sawah, yang tentu masyarakat dan wilayah seperti ini butuh penataan ruang baik jalan, sanitasi dan infrastruktur lainnya. 2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang? Saya rasa sih relevan ya mba dengan kondisi pesisir yang sudah saya sebutkan tadi. 3. Bagaimana peran Dinas Tata Ruang dalam Program Gerbang Mapan? Dalam perencanaan kami juga dilibatkan oleh Bappeda dan Dinas Perikanan walaupun bukan saya yang hadir. Diawal sudah diberitahu ada kerjasama dengan PEMSEA dan akan dibentuk tim koordinasi juga. Untuk peran Dinas Tata Ruang sendiri adalah kami memetakan ruang-ruang yang ada di wilayah pesisir dengan membuat peta yang menandakan dimana saja wilayah mangrove, wilayah pemukiman dan lainnya termasuk juga pemetaan Tangerang mangrove Center dan selain itu juga kami sudah memasukan perubahan itu kedalam revisi RTRW Kabupaten Tangerang.

4. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang Mapan? Anggaran Gerbang Mapan itu dibebankan pada APBD dan diserahkan kepada dinas- dinas terkait, tapi untuk dinas Tata Ruang dan Bangunan sendiri memang tidak mendapat angg aran tersebut. Karena halyang dikerjakan tersebut tidaklah berbentuk secara fisik, seperti penyusunan DED yang khusus Gerbang mapan itu tidak ada. Namun sifatnya ini berlaku untuk semua SKPD kami menyokong kegiatan pemetaan (updating SIG) SKPD termasuk juga Program Gerbang Mapan, seperti pemetaan Tangerang mangrove Center di Tanjung pasir. Siapapun dinas yang meminta hal itu tentu akan kami bantu. 5. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan cukup secara kuantitas? Dilihat dari tim koordinasi yang dibentuk, saya rasa sudah cukup karena didalamnya sudah ada Dinas Perikanan, Bappeda, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Cipta Karya dan lainnya. Apabila bicara sikap mereka terkait Gerbang Mapan saya juga kurang tahu pasti, tapi satu dua kali bertemu cukup baik semisal ada rapat atau kunjungan lapangan mereka turut serta. 6. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan? Untuk pelaksanaannya saya tidak mengetahui secara jelas ya mba, karena kan kalau tata ruang sendiri hanya memetakan ruang dan tidak perlu waktu khusus. 7. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Hambatannya mungkin karena saya sendiri tidak mengikuti secara continue jadi susah ya, di Kabupaten Tangerang sendiri juga terlalu banyak program unggulan menyebabkan setiap SKPD pasti sibuk dengan program unggulannya masing-masing. 8. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Dampak secara makro untuk Dinas Tata Ruang sendiri sih saya rasa tidak ya, tapi kalau untuk penerima bantuan/program langsung pasti ada dampak yang diterima. Dan kalau untuk yang telah kita lakukan pemetaan tersebut akan memberikan kekuatan hokum karena sudah tertuang dalam RTRW Kabupaten Tangerang sehingga apabila ada program terkait bisa lebih mudah dan lebih kuat.

Member Check

Nama Informan : Mulyana (I1-4)

Jabatan : Ketua Kelompok Mangrove Tunas Harapan Desa Patramanggala

Waktu wawancara : Jumat, 11 Mei 2018, Pukul 15.00 WIB

Tempat wawancara : Sekretariat Kelompok Mangrove Tunas Harapan

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Program Gerbang Mapan itu kan dari janji pak bupati, lalu diteruskan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Tujuannya itu untuk peningkatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan perbaikan infrastruktur. Banyak kegiatannya tapi saya fokus di budidaya mangrove. 2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ? Banyak yang tahu mengenai Program Gerbang Mapan tapi tahu bukan berarti mereka ikut serta. Di Desa Patramanggala sendiri masih banyak masyarakat yang mikirnya males kalau tidak dapat uang. 3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Pertama itu tahun 2015 dikasih stimulan bibit bandeng tapi kalau di kita kelompok budidaya mangrove itu kita diberi pelatihan tentang cara budidaya mangrove, karena kan ga mudah ini saja sudah beberapa kali gagal, selain itu kita juga diberikan bantuan berupa bibit mangrove (propagul), polybag dll. Sekarang mangrove saya sudah berhasil, saya juga sering diajak studi banding kedaerah-daerah lain seperti ke Lombok, Ke Brebes. Selain budidaya di Desa Patramanggala kelompok kami juga sering menanam untuk perusahaan-perusahaan swasta yang ada di sekitar.

4. Bagaimana peran desa untuk Program Gerbang Mapan Sebenarnya Program Gerbang Mapan ini diawali memang dari desa. Bapak juga sebenarnya dulu aparatur desa makanya ikut sosialisasi ICM yang di Tigaraksa itu. Tapi sekarang keadaan sulit bapak seperti dijauhi oleh aparatur desa lainnya. Karena mereka ini menganggap kalau dana dikasih dari dinas itu di saya dan juga dikiranya saya ini banyak dapat untung. Padahal bantuan yang dikasih selalu bentuk barang,

memang ga ngilangin kalau ada tambahan dari mangrove dan tambak tapi kan ga melulu, kalau lagi sepi saya juga yang harus putar otak. 5. Apakah dilakukan pendampingan oleh Dinas Perikanan ? Iya, pak Hari dan yang lain selalu memantau perkembangan dan saya juga masih sering diajak pelatihan-pelatihan mangrove bahkan saya juga sering diminta untuk menjadi pemateri di beberapa desa. 6. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan? Pelaksanaannya pertama itu tahun 2015 dikasih pelatihan dan sosialisasi, tahun 2015 juga diberi stimulan. Tapi kalau budidaya mangrove kita terus jalankan. 7. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Hambatan yang masih berasa adalah akses jalan dari tambak yang rusak dan sulitnya menuju ke tambak, ini memang permasalahan yang belum dapat diselesaikan karena katanya jalan ini bukan wewenang dari kabupaten, tapi baiknya dicarikan solusi akan itu. Hambatan yang kedua masih sulitnya memberikan pemahaman ke kelompok maupun masyarakat mengenai manfaat dari mangrove, masih banyak masyarakat yang menolak tambaknya ditanam mangrove. Bahkan dikelompok harusnya bisa bekerja swadaya tapi saya harus bisa memberikan bayaran biar anak-anak juga pada semangat, istilahnya mah jangan sampe mereka kecewa jadi besok mau lagi kalo disuruh nanem. Sebagai ketua saya harus bisa muter uang modal dan pendapatan, kadang dari hasil tambak yang penting anak-anak dikasih. insyaAllah saya ikhlas karena selain memang mendapat penghasilan tambahan setidaknya saya mungkin dapat pahal karena sudah mau menjaga lingkungan. 8. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Dampak yang kita rasakan sangat signifikan yah, untuk kelompok secara kehidupan ekonomi perlahan meningkat, ada yang bisa membiayai anaknya sekolah tanpa harus pinjam sana sini, dari yang punya satu perahu jadi punya tiga, selain itu juga bisa menjadi modal untuk budidaya di tambak. Dulu sebelum Gerbang Mapan saya sendiri belum memahami pentingnya mangrove untuk pantai ataupun tambak, malah saya suka nebangin kalo tumbuh disekitar tambak tapi setelah ada Program Gerbang Mapan dan ikut beberapa pelatihan sekarang jadi paham. Dengan banyak pohon mangrove juga sekarang ikut meningkatkan pendapatan nelayan kepiting bakau dan kakap, dan mangrove yang ada di Desa Patramanggala juga diharapkan bisa jadi tempat wisata.

Member Check

Nama Informan : Ahmad Yani (I2-3)

Jabatan : Ketua Kelompok Tunas Tambak Mandiri Desa Patramanggala

Waktu wawancara : Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 10.18 WIB

Tempat wawancara : Sekretariat Kelompok Tunas Tambak Mandiri

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Kalo Program Gerbang Mapan yang bapak ketahui sih, ini memang program unggulannya pak bupati di tahun 2015 yang kerjasama dengan IPB, dan kita juga ikut serta dalam pembuatan roadmap. Program Gerbang Mapan sendiri memang banyak sih peruntukannya, namun kita ga pegang semua. Hanya dibudidaya dan mangrove saja. Dan di 2015 yang dikasih itu baru tiga desa yaitu Patramanggala, Marga Mulya, dan Tanjung Burung dan untuk tahun selanjutnya ada beberapa desa lagi dan seharusnya tahun ini (2018) rampung di 25 desa. Tapi untuk bantuan di budidaya stop sampai pada tahun 2016 dan dialihkan ke mangrove dan pesisir mengajar 2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ? Masyarakat sendiri juga sudah banyak yang tahu, Program Gerbang Mapan ini juga bisa dikatakan sudah booming. Masyarakat juga sudah banyak yang merasakan manfaatnya. Salah satunya masyarakat yang menerima manfaat adalah ibu-ibu yang karena Program Gerbang Mapan terbentuk kelompok pengolah dan mendapat anggaran juga. 3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Untuk bantuan sendiri yang diberikan itu ada banyak ya budidaya, konservasi, air bersih dan pesisir mengajar. Kalau budidaya sendiri di tahun 2015 itu kelompok kami mendapat bantuan benih bandeng dan 2017 mendapat bantuan benih kakap dan 2018 ada 1000 benih dari Balai Benih Lampung, kemarin juga sempat dapat bantuan perbaikan turap atau saluaran air tambak. . Selain itu ada juga bantuan air bersih yang ada di dekat rumah Pak Lurah, tapi memang belum maksimal sih karena air yang dihasilkan masih asin juga.Program Gerbang Mapan juga tidak pernah memberikan bantuan berupa uang tapi langsung berupa produk dengan pengadaan oleh pihak ketiga, seperti bentuknya mesin atau bantuan pakan

4. Apakah pihak desa mengetahui Program Gerbang Mapan ini? Tentu tahu, karena pada awal mulanya Program ini kan dari desa dulu, karena progam ini sebenarnya bukan Program Dinas tapi dari pemerintahan Daerah (Bupati) 5. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Dampak positif tentu ada yaa, terutama untuk anggota kelompok seperti dampak ekonomi. Produksi budidaya tambak juga setelah mendapat bantuan semakin meningkat dan timbul kemandirian di anggota kelompok. Sedangkan dari segi pengetahuan budidaya belum ada ya dari Program Gerbang Mapan. Selain itu dampak tanaman mangrove yang ada di sekitar tambak juga sekarang meningkat sekitar 30%. Tapi kalo dampak negatifnya timbul kecemburuan social karena anggaran yang terbatas jadi tidak semua anggota bisa dapat bantuan. 6. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Kalau hambatan sih menurut bapak mah ga ada ya. Cuman itu saja sih ada aja kecemburuan social yang timbul Karena kan bantuannya terbatas ya.

Member Check

Nama Informan : Yuliah (I2-4)

Jabatan : Ketua Kelompok Pengolahan Manggala Putri Desa Patramanggala

Waktu wawancara : Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 11.15

Tempat wawancara : Rumah Ibu Yuliah

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Banyak sih ya neng, kayak budidaya bandeng, pengolahan ikan sama mangrove. Cuman kalau ibu kan di pengolahan aja. 2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ? Kalau di Desa Patra mungkin sudah banyak yang tau ya, karena disini kan juga tambaknya jalan dan mangrove juga jalan. 3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Barang-barang, seperti presto, freezer, steamer, pemotong. Pokoknya alat-alat begitu deh. Selain itu juga sering ada pelatihan-pelatihan, saya suka diajak sama dinas ke Jawa Tengah waktu itu juga saya ke Lombok buat belajar pengolahan ikan. 4. Produk olahan apa saja yang dihasilkan ? Kalau di kelompok kami buatnya bandeng presto, bandeng cabut duri sama surimi. Surimi itu bentuknya seperti kornet tapi bahannya dari ikan. 5. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Dampak dari Program Gerbang Mapan yang pertama sih ini terbentuknya kelompok pengolah ini, jadi ibu-ibu bisa ada kerjaan. Nantikan penghasilan dari produknya kita bagi rata, lumayan untuk bantu ibu-ibu disini. Setelah ada Program juga kan produksinya meningkat memang belum banyak tapi sudah sering, karena kan kadang kita ada pesanan dari dinas atau ikut di bazaar-bazaar 6. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Kalau hambatan yang kita alamin sih pertama tempat yah, kita sekarang masih numpang di rumah Pak Kades, karena itu kita terhambat juga untuk punya nomor izin produk jadi produk kita belum bisa untuk dipasarkan lebih luas. Hambatan lain juga bantuan pemasaran belum ada paling kita jual pertama kalau ada pesanan, untuk

rapat-rapat dinas perikanan atau ada bazaar aja. Jadi kalau bisa kita lebih dibantu lagi dalam masalah pemasaran dan bantuan untuk pengadaan rumah produksi sendiri.

Member Check

Nama Informan : Joko, S.Pd (I2-5)

Jabatan : Kasi Pemerintahan Desa Marga Mulya

Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 11.27 WIB

Tempat wawancara : Kantor Desa Marga Mulya

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Jadi yang tergambar dari Program Gerbang Mapan itu adalah Gerakan Masyarakat Pesisir Pantai yah, yang memang ekspektasi dari program tersebut ada pengadaan air bersih, pembangunan masyarakat pesisir secara ekonomi atau finansial. Dan memang yang mendapatkan program tersebut adalah desa-desa yang memang langsung berbatasan dengan pesisir pantai. 2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ? Bicara masalah sosialisasi karena banyak sekali program yang masuk di desa kita, masyarakat sendiri kurang mengetahui dan masyarakat responnya biasa saja. Kalau ko ordinasi dengan pemerintah mereka setiap ada kegiatan, karena program ini kan memang dari bupati di tahun 2014 dan kami sebagai aparatur desa yang baru di tahun 2015 kami hanya tinggal menjalankan saja ya. Kalau koordinasi biasanya dengan mas hari dan tetap dilakukan dengan kepala desa. Tapi setahun ini yang saya tahu ya belum ada silaturahmi atau kunjungan dari dinas. 3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Kalau bantuan yang diberikan dari program Gerbang Mapan sendiri di Desa Marga Mulya baru bantuan air bersih, itu juga hanya ada satu di RT 01 RW 02. Untuk ke nelayan sendiri bantuan ga ada karena nelayan kita juga sekarang sudah hampir ga ada, mungkin hanya sebagai buruh harian lepas begitu juga dengan tambak-tambak secara kepemilikan juga sudah bukan milik sendiri. Kalau urusan mangrove itu sekarang lebih concern memang di Desa Ketapan, kalau di sini yang mengurus mangrove ada dari POKMASWAS 4. apa yang menjadi kekurangan dari Program Gerbang Mapan?

Kekurangan yang kami rasakan dari Program Gerbang Mapan adalah ketidaksesuaian antara yang digaung-gaungkan begitu besar namun pelaksanaannya berbeda. Selain itu adalah sosialisasi dan pemberian pemahaman yang kurang kepada masyarakat dan biasanya program pemerintah ini banyak berbelit-belit dari birokrasi dan terlambat. Pesan untuk gerbang mapan kalau memang menjadi andalan ya tolong di realisasikan dengan tepat sasaran dan dijalin hubungan dengan desa yang lebih baik, karena yang paling tahu kondisi masyarakat dibawah kan kita dan harus kombinasikan dengan kearifan lokal yang ada 5. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Damapak secara signfikan sih belum ada yaa. Tapi untuk bantuan air bersih pasti memberikan dampak terutama di Rt 01 dan w 02 tersebut karena untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari

Member Check

Nama Informan : Abdul Kholik (I2-9)

Jabatan : Ketua Kelompok Pengolahan Barokah Desa Muara

Waktu wawancara : Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11 WIB

Tempat wawancara : Warung Makan Barokah

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Kalau Program Gerbang Mapan sendiri awalnya saya memang tidak tahu, awalnya itu saya tiba-tiba dipanggil oleh kades, ada ibu-ibu PKK dan ibu Hj Tamimah selaku sekretaris Dinas Perikanan dan bicara mengenai olahan bandeng presto dan saya ini dianggap bisa untuk hal tersebut. Nah dari kegiatan itu baru lah dibuat kelompok pengolahan ini. Saya ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok, dan dikelompok memang dibagi-bagi tugasnya ada yang produksi, ada yang pemasaran tapi selanjutnya warga sini atau ibu-ibu PKK yang sebelumnya ikut kegiatan tersebut malah tidak mau meneruskan. Jadinya sekarang saya dan keluarga menjalankan usaha olahan ikan ini, sampai Alhamdulillah saya sudah bisa buka cabang rumah makan. 2. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Bantuan yang diberikan berupa alat-alat pengolahan kira-kira total sekitar 40 juta, seperti ciller, presto, steamer, freezes, juicer dan juga saya bersama istri suka diajak untuk studi banding ke Padang, Bangka Belitung dan terakhir Lombok. Dan kita juga sering mengajak warga-warga sini tapi merekanya tidak mau, jadi yang berangkat ibu saja dengan saya. Padahal disana itu banyak sekali ilmu yang didapatkan seperti cara mengolah ikan seripit bagaimana, cara mengolah rumput laut, karena kalau disana pengolahan benar-benar fokus. 3. Olahan apa saja yang dihasilkan ? Pengolahan disini yang kita kerjakan seperti bandeng presto, bandeng cabut duri, bandeng yang diolah jadi kroket. 4. Apakah dilakukan pendampingan oleh Dinas Perikanan ? Kalau pendampingan ada, buktinya daya juga terus diajak untuk studi banding ke daerah-daerah lain.

5. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Hambatannya ini sih karakter orang-orang disini, ya bisa dibilang sih males ya dek, tidak mau untuk diajak berusaha. Kalau saya jujur memang bukan orang asli sini, istri saya walaupun buta huruf tapi dia mau berusaha ada kemauan jadi Alhamdulillah bisa maju seperti sekarang. Bahkan saat pergantian kepala Desa Pak Yasin, pengurus PKK yang baru juga sudah sempet diberikan modal oleh dinas tapi ya begitu tidak berjalan. Saya juga setelah dapat pelatihan ingin ngumpulin warga tapi ya ada saja alasannya. Padahal kalau berjalan kelompok ini oleh masyarakat pasti akan membantu walaupun sedikit. Sekarang paling yang bisa saya lakukan untuk membantu masyarakat adalah dengan menarik sebagai karyawan saja itu juga saya pilih yang benar-benar jujur dan rajin. hambatan selanjutnya dari pihak desa memang kurang perhatian dan kurang aktif kepada pemerintah daerah jadi kita juga sulit berkembang dan sekarang alat-alat pengolahan juga sudah ditarik oleh desa dan disimpan, saya juga kurang tau dipakai atau tidaknya. Jadi bisa dibilang kelompok juga sekarang sudah ga aktif lagi. 6. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Dampak yang diberikan pasti ada, dari segi ilmu saja saya juga sudah dapat banyak ilmu yang banyak, apalagi dari segi ekonomi saya pribadi bisa terus mengembangkan menu-menu yang disajikan di rumah makan saya. Member Check

Nama Informan : Mush‟ab (I2-8)

Jabatan : Ketua Kelompok Tambak Desa Kronjo

Waktu wawancara : Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.20 WIB

Tempat wawancara : Tambak Udang Vaname Desa Kronjo

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Kalau yang saya tahu memang Program Gerbang Mapan ini adalah Program bantuan dari Bupati, untuk budidaya tambak sendiri memang kita diberikan bantuan berupa bibit bandeng pernah juga bibit kakap dan yang terakhir adalah pelatihan budidaya udang vaname dan juga bantuan berupa keperluan untuk budidaya Busmetik. Bantuan

ini memang diberikan untuk penambak yang sudah terbentuk kedalam kelompok- kelompok secara resmi. 2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ? Kalau yang saya tahu bantuan yang diterima itu ada syaratnya yaitu harus masuk dalam kelompok perikanan yang legal, baru kelompok tersebut bisa ikut dalam Program Gerbang Mapan. Di Kronjo sendiri memang sudah ada beberapa kelompok, seperti Kelompok Mina Glarisaria dengan ketua H. Kamisan. 3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Bantuan yang pernah diberikan disini pertama dikasih pada Kelompok Mina Glarisaria ketuanya H. Kamisan, dapat budidaya HDPE dan bibit pakan, untuk kelompok H. Ubed dapat plastik HDPE ini dan kalau kelompok yang lain pernah dapat bantuan bibit bandeng atau bibit kakap. Dan sampai saat ini yang memang sudah berkembang itu H. Kamisan, memang setelah dapat HDPE dan ditambah dengan pembinaan menjadi semakin maju. 4. Kalau perbedaan produksi ikan windu (sebelumnya) dengan vaname Sebenarnya yang menjadi masalah dalam budidaya udang adalah rentannya udang apabila sudah terkena penyakit makan akan sulit diatasi. Sehingga yang sering terjadi adalah gagal panen. Beda dengan menggunakan metode HDPE dalam budidaya udang vaname ini yang lebih, memang lebih kuat. Selebihnya dari biaya produksi dan harga jual tetap sama dengan menggunakan sistem yang sama. Karena produktivitas yang semakin tinggi pasti butuh cost yang tinggi pula. 5. Apakah dilakukan pendampingan oleh Dinas Perikanan ? Kita sering sih diberikan pelatihan pernah juga ke Ciamis, beberapa bulan lalu juga ke Lampung. 6. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Berbiara dampak sebenarnya kalau bantuan yang diberikan dari pemerintah itu saya lihat kurang efektif, karena selanjutnya pendampingan dan pengawasannya tidak dilakukan. Jadi bantuan tersebut malah kearah konsumtif, maksudnya penerima bantuan ini terus mengandalkan bantuan yang diberikan tapi tidak mampu mengembangkan. Jadi mau mulai berusaha itu menunggu bantuan dulu, dan hasil panen tersebut tidak digunakan dengan baik sebagai modal berikutnya. Jadi usaha tidak berkembang, memang kalau yang saya lihat itu karena faktor dari masyarakatnya sendiri sih. Kalau seperti H. Kamisan, beliau bisa berkembang tapi anggota-anggota kelompoknya tidak mengikuti hasil tambaknya juga masih stagnan

beda dengan H.Kamisan yang sudah sangat maju terbaik lah udangnya di Kronjo. Dan saya rasa memang perlu pendampingan yang intensif dari pemerintah setiap kali memberikan bantuan, jadi bantuan yang diberikan tidak bersifat konsumtif tapi continue dan dapat merubah taraf perekonomian masyarakat. Segi sosial, begini biasanya 1 kelompok itu kan ada sekitar 10 orang ketika mendapat bantuan ketuanya tidak membagi rata bantuan, seperti yang hanya tercantum nama dalam kelompok tapi tidak dapat apa-apa. Kalau pakan atau bibit kan mungkin bisa dibagi rata tapi kalau seperti plastik atau mesin biasanya ketua mengambil alih jadi bisa dibilang digunakan secara perorangan. Harusnya kan kalau namanya kelompok itu diundingin dan dimiliki bersama inginnya seperti apa. kalau begitu kan jadinya malah mengecewakan dan jadi ga kompak lagi dan kelompok paling aggotanya cuman 1, bisa dibilang ya ada kecemburuan dari ketidakmerataan bantuan tersebut. 7. Masukan untuk gerbang mapan lebih baik Masukan nya sih bukan untuk perikanan tapi lebih mendasar lagi. Jadi untuk pemerintah harus lebih intensif melalui penyuluh-penyuluh yang diturunkan ke lapangan, dan perlu gerbrakan baru dari program yang diberikan. Biasanya bimtek- bimtek yang dilakukan keluar daerah sekarang lakukan saja disatu daerah di Tangerang yang memiliki potensi perikanan yang maju. Yang kedua dari masyarakat, dengan kultur masyarakat yang oprtunitis atau tidak mau berkembang akan sulit ketemu ditambah lagi pemerintahnya yang kurang strength dalam membina masayaraktnya. Jadi program sebatas program selesai dan tidak ada keberlanjutnannya. .

Member Check

Nama Informan : Tati

Jabatan : Ketua Kelompok Pengolahan Ikan Bunga Mawar Desa Kronjo

Waktu wawancara : Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.58 WIB

Tempat wawancara : Sekretariat Kelompok Pengolahan Ikan Bunga Mawar Desa Kronjo

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan kalau tau atau paham Program Gerbang Mapannya sendiri sih ibu sebenernya kurang tau ya, paling sering ikutnya itu pelatihan-pelatian pengolahannya aja. Dan bantuan kayak gini ya dari Dinas Perikanan 2. Kelompok bunga mawar ini kapan bu dibentuknya? Sudah dari tahun 1987, tapi dulu itu kita hanya pengolahan ikan asin saja tidak seperti sekarang. Nah mulai ada bantuan dari perikanan kita mulai pengolahan yang lebih variasi. Dikelompok kita itu anggotanya ada sekitar 10 orang de, dan semua aktif dan sudah bisa produksi sendiri 3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? Kalau bantuan yang dikasih sama dinas perikanan banyak neng. Ini salah satunya freezer, gilingan ikan, pemotong pengaduk adonan, adanya juga pencetak bakso. Tapi ada juga yang saya beli sendiri tapi uang hasil dari ibu menang lomba pengolahan jadi tempat juga udah dirapihin suapay lebh luas dan nyaman kalau ada mahasiswa atau pemerintah dating kesini. 4. Produk yang dihasilakan apa saja Kita buat paling otak-otak, nugget ikan terus ada juga bakso ikan 5. Kekurangan atau Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program? Sebenernya ini sih kalo kekurangan atau hambatan itu dari segi pemasarannya. Jadi pemasaran kita masih kurang dibantu, kan harusnya ada tempat untuk kita seperti supermarket gitu kita dikasih tempat. Memang sih produk kita juga belum standar SNI karena memang secara alur, tempat pengolahan juga memang masih seadanya. Susahnya penjualan kita juga kita ditolak dipasar-pasar karena mereka gamau, kan produk kita ga pake pengawet makanya mereka gamau. Jangkauan jualan kita paling ke warung-warung itu juga kita harus nyediain kulkas atau freezer buat naro

barangnya, ke acara-acara dinas perikanan, bazaar-bazaar yang suka ada tuh di kabupaten, ke citra. Kalau label udah ada cuman kita ya biasa ajah 6. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Sangat membantu, apalagi saya suami hanya pegawai negeri anak dua kuliah semua. Jadi kalau ngandelin suami ga bisa. Jadi dengan adanya kelompok pengolahan ini sangat membantu perekonomian saya dan anggota kelompok sendiri. Hasilnya memang lumayan sebulan itu bisa sekitar 30an, dibagi untuk modal dan sisanya dibagi rata ke anggota kelompok. Karena kita juga kan produksinya rutin cuman ini aja bulan puasa jadi sedikit doang produksinya dan kalau ada pesanan ajah.

Member Check

Nama Informan : Sumaryanto (I2-6)

Jabatan : Penyuluh Swadaya/pengelola TPI Kronjo

Waktu wawancara : Senin, 21 Mei 2018, Pukul 09.37 WIB

Tempat wawancara : TPI Kronjo

1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan Gerbang Mapan mah di Kemeri kalau di Kronjo kurang fokus karena prioritas di Patramanggala. Disini juga ga popular sih Program Gerbang Mapan sendiri, tapi disini lebih terkenal Program Minapolitan walaupun memang Program gerbang mapan ini mulai dari Kronjo sampai tanjung kait. Kita sih kalau Program Gerbang Mapan ibaratnya hanya pelengkap atau penyangga saja, tapi masuk sih Programnya juga. 2. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan? kalau untuk di TPI, kemarin sempet ada renovasi juga, TPI yang sekarang sedikit lebih besar. Bangunan ini sama yang didepan juga baru, sama parkiran sekarang ada kanopinya. Sempat juga ada pengurukan pendaratan kapal karena kan pesisir Tangerang keluhannya ada di pendangkalan. 3. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ? Alhamdulilah kalau dapat bantuan pasti bermanfaat yah, pelelangan kan jadi lebih banyak dilaksanakan, pengerukan juga membantu nelayan jadi gampang buat mendarat.

Member Check

Nama Informan : Awing (I2-12)

Jabatan : Ketua Nelayan Desa Tanjung Anom

Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 13.37

Tempat wawancara : Rumah Bapak Awing

1. Apa yang diketahui terkait Latar belakang Program Gerbang Mapan Kalau programnya saya sebenarnya kurang tau sih. Tapi udah ada dari tahun 2015. 2. Bantuan yang didapat dari program Gerbang Mapan Bantuan yang dikasih itu mesin sama bubu, karena sekarang kan udah tidak boleh lagi pakai cantrang makanya dikasih tuh alat tangkap ramah lingkungan 3. Kalau nelayan disini alat tangkapnya pakai apa pak? Kalo orang-orang sini mah ga ada pakai cantrang apalagi kalo udah dilarang udah gamau orang sini ngejalaninnya. Walaupun dapetnya banyak ikannya tapi bisa ngerusak lingkungan. 4. Biasanya jual ikan kemana pak? Di TPI Cituis, tapi ga saya yang jual langsung ke bos dulu nyerahin. 5. Kenapa ga jual sendirin? Gabisa neng, sistemnya udah kayak gitu. Kalaupun kita jual sendiri nih bawa ke TPI bos udah nungguin disana. Lagian kalo ga ke bos jual ikannya nanti kita juga yang susah. Kan bos suka nalangin kalo kita mau jalan nih 6. Bagaimana Keaktifan masyarakat terhadap kegiatan pemerintah? Masyarakat disini mau sih ikut-ikutan kalau ada pelatihan gitu karena lumayan ilmu yang didapet juga. Kadang kan susah tuh kalo ga ada uangnya, tapi orang sini sih mikirnya ilmunya 7. Kalau kerang hijau disini ada juga pak? ada, itu di depan rumah lagi pada ngupasin kerang. Tapi kalo buat pengolahan kerang hijau itu kita ga pernah dapet bantuan karena udah uji lab kandungannya emng ga lolos buat kerang hijau. 8. Budidaya mangrove di Desa Tanjung Anom ada ga pak?

ada, keliatan tuh kalo dari pantai, tapi ya gitu banyak nanemin pada mati jadi cuman tinggal dikit. Biasanya dari kelurahan itu yang suka nanem, pake kuli ntar dibayar. 9. Manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah? Bagus sih ada bantuan gitu jadi kalau alat kita rusak ada gantinya, mesin juga sama jadi tetep bisa melaut. Ya kalau bisa sih dibantu terus tapi kan ada gilirannya harus bagi-bagi juga sama daerah yang lain. 10. Adakah masukan untuk pemerintah Saya mewakili seluruh nelayan disini kita sangat butuh namanya pemecah ombak atau tanggul biar kalau ada air pasang ga sampe naik kedarat. Tanggul yang ada sekarang kan udah pendek tuh jadi kelewat kalau ada air pasang.

Member Check

Nama Informan : Afian (I2-11)

Jabatan : Ketua Nelayan Wijaya Kusuma Desa Ketapang

Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 10.13 WIB

Tempat wawancara : Rumah Bapak Alfian

1. Apa yang diketahui terkait Latarbelakang Program Gerbang Mapan Kalau Gerbang Mapan banyaknya memang di Patramanggala sama di Muara kalau di Ketapang sendiri memang belum ada sih saya juga tahu sedikit ajah 2. Bantuan yang didapat dari program Gerbang Mapan Kalau bantuan memang kita pernah dapat alat tangkap ramah lingkungan lebih kenalnya mah bubu sama mesin kalau di Ketapang 3. Kalau nelayan disini alat tangkapnya pakai apa pak? Di kita amah dari jaman dulu juga ga pernah yang namanya pakai cantrang, karena dari dulu juga kita udah ditanamin, diajarin sama orangtua kalo cantrang itu bisa merusak lingkungan. Karena kan bukan cuman ikan yang ketarik tapi semua habitat ikan juga bisa ikut. Jadi kita ga mikirin buat makan kita sekarang ajah tapi nyisain buat nanti anak cucu kita. 4. Biasanya jual ikan kemana pak? Kita mah cuman nelayan kecil jadi jualan paling langsung lelang TPI, disini kana da TPI tuh. 5. Bagaimana perhatian pemerintahan desa ke nelayan? Selama ini sih yang saya rasain yah jauh sekali. Pembangunan tuh yang prioritas jalan terus, ga ada perhatiannya ke nelayan. Sedangkan kita mayoritas nelayan seharusnya ekonomi masyarakat lah yang jadi prioritas. Kalau ada bantuan juga turun ke desa nanti banyak tuh sunatannya jadi sama ajah masyarakat kecil begini ga dapet apa-apa 6. Jadi di Ketapang ini mayoritas nelayan ya pak? Iyah, tapi ga cuman ikan biasanya kita juga nangkepin kerang hijau, walaupun dilarang tapi kerang hijau kan bisa jadi peralihan karena ikan juga ga selalu banyak. 7. Manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah?

Kalau bantuan yang dikasih pasti bermanfaat cuman ya itu kita jadi terhambat pembangunannya karena pemerintah desa nya juga masih begitu, jadi dampak ekonomi juga belum ada 8. Adakah masukan untuk pemerintah Pengennya mah pemerintahan desa lebih perhatian ke kami para nelayan, karena posisi kami kan adanya di akar rumput kami yang paling merasakan gimana susahnya. Kalau bisa bantuan-bantuan pemerintah juga langsung ke kelompok saja biar ga lama turunnya.

Member Check

Nama Informan : Usman (I2-13)

Jabatan : Ketua Nelayan Mina Relasi Desa Surya Bahari

Waktu wawancara : Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 08.39 WIB

Tempat wawancara : Rumah Bapak Usman

1. Apa yang diketahui terkait Latarbelakang Program Gerbang Mapan Kalau programnya saya gatau mba tapi pernah dapet bantuan dari perikanan 2. Bantuan yang didapat dari program Gerbang Mapan Mesin 30 peka sam 20 peka, jarring rapus. Saya juga sering sih dapet pealtihan- pelatihan gitu kadang di Tigaraksa pernah juga di bamboo ojo. Pelatihannya seperti pembuatan fiber untuk diperahu teru ada pelatihan perbaikan mesin perbaikan alat tangkap 3. Kapan berdirinya kelompok Tahun 2013 4. Berapa jumlah anggota 20 orang 5. Bagaimana kalau bagi bantuan yang ga bisa dibagi rata ? Kan mesin ini bantuan cuman ada dua nih jadi kita lempar ke anggota dilelang siapa yang mampu nayarin, nanti bayarannya itu kita bagi ke yang ga dapet bantuan jadi kan seengganya kebantu semua meskippun bukan bentuk barang 6. Kalau nelayan disini alat tangkapnya pakai apa pak? Jarring rapus, aga pernah pake ramah lingkungan. Ga pernah paek cantrang tapi disini memang ada aja yng apake cantrang biasanya itu nelayan-nelayan yang dari luar daerah sini. Tapi peraturannya kaya ga tuntas mba, sebelumnya dibilang ga boleh sekarang boleh lagi, kalaubegitu kan sebenarnya merugikan. 7. Biasanya jual ikan kemana pak? Kita jualan di TPI, tapi nanti setelah jualan kita laporan sama langgan, nanti sama bos pendapatan kita masih dipotong sama bos itu. 8. Kenapa harus dipotong ke bos?

karena kan bos yang pinjemin kita modal awal buat melaut itu, jadi ibaratnya uang terima kasih. Semua nelayan sdi daerah sini begitu sih semuanya 9. Manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah? Bagus sih ada bantuan gitu jadi kalau alat kita rusak ada gantinya, mesin juga sama jadi tetep bisa melaut. Ya kalau bisa sih dibantu terus tapi kana da gilirannya harus bagi-bagi juga sama daerah yang lain. 10. Adakah masukan untuk pemerintah Jujur nelayan disini sangat kesulitan untuk pendaratan kapal jadi berangkat sama pulang melaut susah, kalau bisa dilakukan pengerukan sedimentasi jangan hanya omongannya saja tapi tidak pernah ada dikerjaan dan dibenahi tempat pendaratan kapal ini, saking sulitnya sampe kadang berantem sesama nelayan karena rebutan untuk masuk dan parker kapal. Satu lagi yang paling penting sih kalau bisa KUD itu diaktifkan lagi biar nelayan-nelayan bisa lagi pinjam uang ke KUD ga lagi pinjam sama bos. Karena kalo sama bos itu kita bener-bener diperas, hasil melaut kita ngasih juga tapi belum dihitung kita bayar utang, jadi beda lagi kalu bayar. Kalau pinjem di KUD kan pendapaan kita dipotong langsung buat bayar hutang. Kalo terus-terusan begitu kita ga ada buat nyelenginnya.

Member Check

Nama Informan : Tata (I2-10)

Jabatan : Pengurus PRPM Ketapang

Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 09.37 WIB

Tempat wawancara : PRPM Desa Ketapang

1. Program gerbang Mapan masuk ke Ketapang mulai tahun kapan ? Saya juga kurang tahu ya kalo itu, tapi kalau untuk mangrove ini memang baru dari tahun kemarin aja (2017) kerja sama dengan IPB. Saya juga karena pensiunan dari dinas perikanan maka diberi tugas untuk ngurusin lahan dinas ini 2. Dampak dari adanya PRPM ? Kalau sekarang memang belum tersa kan ini juga baru nanem, tapi kalo 1-2 tahun kedepan mungkin aka nada pengaruhnya untuk kesuburan tanah. Mungkin keligkungkan juga akan lebih adem 3. Tujuan dibuat PRPM ini utntuk apa ? Kalo katanya mah ini akan dijadikan hutan mangrove, nantinya bisa jadi wisata mangrove 4. Yang ditanamin jenis apa pak? Ada jenis api-api, rizhopora 5. Siapa saja yang terlibat dalam PRPM ini? Utamanya sih dinas, karena ini miliki dinas. Kalau untuk masyarakat belum begitu besar paling baru lima orangan yang bantu urus ini.

Member Check

Nama Informan : Diah (I2-14)

Jabatan : Relawan Pesisir Mengajar

Waktu wawancara : Selasa, 22 Mei 2018, Pukul 09.25

Tempat wawancara : Kantor Dinas Perikanan

1. Apa yang diketahui tentangg Gerbang Mapan? Program Gerbang Mapan setauku Program Unggulan dan outputnya adalah untuk memperbaiki tata kelola wilayah pesisir, baik infrastuktur maupun masyarakatnya. Dijalankan selama lima tahun dimulai dari tahun 2014. 2. Apa yang melatar belakangi kegiatan Pesisir Mengajar? Kegiatan ini sebenarnya memang sudah tertuang dalam rencana kegiatan, tapi pesisir mengajar ini ada karena permasalahan di wilayah pesisir itu ada tiga yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Nah pesisir mengajar ini menjangkau masyarakat melalui pola pendidikan. 3. Untuk sasaran kegiata ini siapa ka? Sekolah-sekolah dasar yang ada di pesisir dan kita memilih anak-anak kelas 5 4. Kegiatan yang dilakukan di Pesisir Mengajar ? Selama 2 tahun ini kegiatan yang dilakukan lebih banyak di sekolah. Lebih banyak pengenalan tentang ekosistem pesisir. Kegiatannya Gemarikan (Gerakan Gemar Makan Ikan), sikat gigi sehat dan cuci tangan bersih, sama akhir bulan itu ada lomba menggambar tentang pesisir. 5. Anggaran yang digunakan darimana ? Kalau tahu 2016-2017 kita dapat dari APBD, tahun ini sepertinya kita fight sendiri 6. Dampak negative/positif dari kegiatan Pesisir Mengajar ? Selama ini yang aku rasain sih gak ada dampak negatifnya ya. Kalau dampak positifnya, bagi masyarakat mereka khususnya guru-guru sangat mengapresiasi adanya kegiatan pesisir mengajar ini. Karena turun langsung ke anak-anak SD di pesisir dampaknya pun langsung dirasakan oleh mereka. Apalagi tahun 2017 kita ada

dua kloter untuk beasiswa itu sangat membantu ssekali bagi siswa yang mendapatkannya. Kalau dampak bagi relawan khususnya saya yang bukan orang pesisir, jadi lebih tahu kondisi di pesisir Kabupaten Tangerang. Khusus dibidang pendidikan tingkat SD sih belum banyak berbeda dengan daerah non pesisir. Namun yang buat saya sedih itu, di SD yang saya ajar pelajaran Bahasa Inggris ditiadakan dan diganti Bahasa Arab. Untuk anak-anak Sd di sekolah ku pun 100% sudah bisa memaca namun hitungan mereka masiih harus berfikir lama. 7. Masukan untuk pemerintahan Kabupaten Tangerang terkait dengan kondisi pesisir ? Harapannya, karena pesisir Kabupaten Tangerang punya potensi SDA yang sangat baik diharapkan pemerintah bisa memperbaiki infrastruktur perikanan untuk nelayan, menghilangkan tengkulak dan bisa meningkatkan pariwisata pesisir. Itu semua dirasa penting untuk bisa membangkitkan perekonomian wilayah pesisir.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN KEPUTUSAN BUPATI TANGERANG NOMOR: 902/Kep.226-Huk/2017 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEGIATAN FASILITASI PEMBANGUNAN KAWASAN BUDIDAYA TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang mendapatkan alokasi anggaran untuk kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir; b. bahwa agar dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a datas dapat berjalan dengan baik dan lancer, maka perlu dibentuk Tim Kerja yang ditetapkan dengan keputusan Bupati; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peratutan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0108); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2009 tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0209); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2014 tenteng Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1415); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2015 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1510); 13. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 133 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2016 Nomor 135); MEMUTUSKAN: Menetapkan :

KESATU : Membentuk Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Tahun Anggaran 2016, dengan susunan keanggotaan sebagaimana berikut: I . Pengarah : Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang; II. Penanggungjawab : Kepala Dinas Perikanan III. Ketua : Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang; IV. Sekretaris : SM. A. Hari Mahardika, S.Pi VI. Anggota :

1. Sekretaris Dinas Perikanan Kabuaten Tangerang 2. Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang; 3. Kepala Bidang Konservasi Pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang; 4. Kepala Bidang Pengelolaan Dan Pemberdayaan Budidaya Pada Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Tangerang; 5. Kepala Bidang Pengelolaan Dan Pemberdayaan Nelayan Pada Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Tangerang; 6. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang Pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang; 7. Kepala Seksi Kawasan Budidaya Pada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang; 8. Kepala Seksi Akses Pasar, Permodalan dan Kelembagaan Perikanan Pada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang;

KEDUA : Tim sebaigaimana dimaksud Diktum KESATU, mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Pengarah a. Merekomendasikan kebijakan untuk keberlanjutan pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;

b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran, bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan; 2. Penanggungjawab. a. Merekomendasikan keberlanjutan pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir; b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran, dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan;

3. Ketua a. Melakukan identifikasi permasalahan prioritas berkaitan dengan aspek manusia, usaha, sumberdaya, infrastruktur /lingkungan, bencana dan perubahan iklim, serta kelembagaan desa sasaran; b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan; c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana diperlukan dalam pelaksanaan dan keberlanjutan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di daerah. 4. Sekretaris a. Membantu Ketua Tim Kerja melakukan identifikasi permasalahan prioritas berkaitan dengan aspek manusia, usaha, sumberdaya, infrastruktur/ lingkungan bencana dan perubahan iklim, serta kelembagaan desa sasaran; b. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran, dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan; c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana di perlukan dalam membantu Ketua Tim Kerja melaksanakan dan keberlanjutan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di daerah. d. Pengarsipan semua dokumen yang berkaitan dengan tim kerja. 5. Anggota a. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan; b. Melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di daerah;

KETIGA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2017, pada kegiatan Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya KEEMPAT : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tigaraksa Pada tanggal Maret 2017 BUPATI TANGERANG,

A.ZAKI ISKANDAR :

TEMBUSAN : 1. Yth. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang; 2. Inspektur Kabupaten Tangerang;

LAMPIRAN

Wawancara dengan Bpk. Ruslan Farid selaku Kabid Pemberdayaan Masyarakat Wawancara dengan Bpk. Hari Mahardika Bappeda Kab. Tangerang selaku Sekretaris Program Gerbang Mapan dan Pendamping Program

Wawancara dengan Bpk. Mulyana selaku wawancara dengan Bpk. Pohan selaku Ketua Kelompok Mangrove Desa seksi permodalan Dinas Perikanan Patramanggala

Wawancara dengan Bpk Joko selaku Kasi Wawancara dengan Bpk Alfian selaku pemerintahan Desa Marga Mulya ketua kelompok nelayan Desa Ketapang dan Bpk. Tata selaku pengurus PRPM Ketapang

Wawancara dengan Bpk Ahmad Yani selaku ketua kelompok Tunas Tambak Mandiri Desa Patramanggala Wawancara dengan pembudidaya udang vaname Desa Kronjo

Wawancara dengan ketua kelompok pengolah ikan Desa Patramanggala Waancara dengan Ibu ketua kelompok Bunga Mawar Desa Kronjo

Wawancara dengan ketua kelompok Wawancara dengan ketua kelompok nelayan “Mina relasi” Desa Surya Bahari nelayan Desa Tanjung Anom

Kondisi pengolahan kerang hijau di Desa Tanjung Anom Hutan Mangrove Desa Muara

Papan Nama Kelompok Pengolah Barokah Sarana air bersih dan reverse osmosis

Hasil Olahan Dari Kelompok Barokah

TPI Desa Ketapang Desa Muara

Kondisi PRPM Ketapang Hasil Panen Udang Vaname

Perbaikan Saluran Tambak/turap di Desa Patramanggala

Wawancara dengan Peneliti PKSPL IPB Kondisi lelang ikan TPI Surya Bahari

Kondisi TPI Kronjo

CURRICULUM VITAE (CV)

Motto Hidup “You Reap What You Sow”

Data Pribadi Nama Lengkap : Siti maezahroh Tempat, Tanggal Lahir : Kuningan, 7 Mei 1996 Agama : Islam Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 60 kg Alamat : Jalan H. Sugito Blok M6 No.32 RT 04/RW08, Kelurahan Alam Jaya, Kecamatan , Tangerang – Banten Kode Pos : 15133 Nomor Telepon : 081774833888 Email : [email protected]

Pendidikan Formal 1. SD Negeri Doyong 4 Kota Tangerang : 2002 - 2008 2. SMP Negeri 9 Kota Tangerang : 2008 - 2011 3. SMA Negeri 1 Kota Tangerang : 2011 - 2014 4. S-1 Administrasi Publik FISIP UNTIRTA : 2014 – 2018

259

Pengalaman Organisasi 1. Anggota Ekstrakurikuler Bola Voli SMPN 9 Kota Tangerang : 2008-2011 2. Anggota MPK SMPN 9 Tangerang : 2008 - 2009 3. Anggota Ekstrakulikuler Samanitra SMAN 1 Kota Tangerang : 2011 - 2012 4. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat HIMANE UNTIRTA : 2015 - 2016 5. Sekretaris Kabinet HIMANE FISIP UNTIRTA : 2016 – 2017 6. Sekretaris Kabinet BEM FISIP UNTIRTA : 2017-2018

Keahlian Tambahan 1. Mampu mengoperasikan komputer dengan baik (ms. word. ms. excel, ms. power point) 2. Mampu bekerja secara team work atau sendiri, dan dapat menjalankan tanggungjawab yang diemban dalam bekerja.

Seminar 1. Sekolah Parlemen Kampus Tingkat Mahasiswa se-Provinsi Banten Tahun 2016 2. Seminar Nasional “Kebijakan Publik Untuk Solusi Melawan Asap” Tahun 2015 3. Diskusi Publik “Mewujudkan Generasi Muda yang Sehat dan Bebas dari Penyalahgunaan Narkoba” Tahun 2016 4. Seminar Nasional “Bangkitkan Potensi Banten Menjadi Poros Pariwisata Indonesia” Tahun 2016 5. Seminar Nasional “Kepemimpinan dan Perubahan dalam Nawacita Pemerintahan Jokowi dan JK” Tahun 2016 6. Seminar Nasional “Peran Kebijakan Pemerintah dalam Melindungi Produk UMKM” Tahun 2016 7. Seminar Internasional “Poros Maritim Dunia” Tahun 2016 8. Seminar Nasional “Empat Pilar Kebangsaan” Tahun 2017