Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

DARI MEMORIA PASSIONIS KE FORERI: SEJARAH POLITIK 1999-2000

I Ngurah Suryawan Fakultas Sastra, Universitas Negeri Papua, Manokwari Research Fellow Indonesian Young Leaders di Universitiet Leiden, [email protected]

ABSTRACT ABSTRAK

This paper focuses on Papua memory of suffering Makalah ini berfokus pada memori Papua orang in the tragedies of violations against humanity tentang penderitaan dalam tragedi pelanggaran (memoria passionis) under the authority of the terhadap kemanusiaan (Memoria Passionis) di Indonesian Government with brutal military bawah kewenangan Pemerintah Indonesia den- actions. Memoria Passionis was also a founda- gan tindakan militer yang brutal. Memoria Pas- tion of social movement in the urban people of sionis juga adalah dasar dari gerakan sosial di Papua in 1999-2000. FORERI (Forum Rekonsi- masyarakat perkotaan Papua pada 1999-2000. liasi Rakyat Irian Jaya – Forum of the Irian Jaya FORERI (Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya) People’s Reconciliation) and PDP (Presidium dan PDP (Presidium Dewan Papua) merupakan Dewan Papua- Papuan Presidium Council) were elite berpendidikan lokal berjuang kebebasan educated local elites who struggled for Papua Papua dengan damai. FORERI kemudian ber- freedom peacefully. FORERI then transformed transformasi menjadi Tim 100 yang bertemu into Tim 100 who met President Habibie in Feb- Presiden Habibie pada Februari 1999 dengan ruary 1999 with the claim that the people of tuntutan bahwa rakyat Papua menuintut kemer- Papua wanted independence (separation) from dekaan (memisahkan diri) dari Indonesia. Indonesia. They carry out MUBES (Great Coun- Mereka melaksanakan MUBES (Musyawarah cil) of Papuan people on 23 to 26 February 2000 Besar) Rakyat Papua 23-26 Februari 2000 dan and the Papuan Congress II from May to June Kongres Rakyat Papua II Mei-Juni 2000. Kon- 2000. Consolidation of democracy and social solidasi demokrasi dan gerakan sosial di Papua movement in Papua ended after Theys Hiyo berakhir setelah Theys Hiyo Eluay, salah satu Eluay, one of the leaders of PDP was killed by pemimpin dari PDP dibunuh oleh Angkatan Indonesian Army in 2001. Darat Indonesia pada tahun 2001.

Keywords: Papuan, memoria passionis, social movement, local elites

PENDAHULUAN sitas persoalan di Tanah Papua terjadi seiring dengan sejarah peralihan kekua- Heteroginitas etnik yang tinggi, saan-kekuasaan. Salah satu momen kebudayaan dan kompleksitas adat penting pentas kekuasaan terhadap serta gerakan sosial di tanah Papua tanah Papua terjadi pada tahun 1940-an memiliki sejarah yang kompleks dan hingga 1960-an. Saat itu terjadi Perang penuh dengan ketegangan dan konflik. Dunia II yang berimpikasi kepada Terdapat lebih dari 253 etnik dengan proses penyerahan kedaulatan Belanda bahasa, struktur sosial, tradisi, sistem atas Indonesia termasuk di dalamnya kepercayaan/agama, dan kondisi Papua. Proses peralihan kekuasaan di geografis yang berbeda-beda. Komplek- Papua berujung kepada Penentuan Pen-

Paramita Vol. 22 No. 2 - Juli 2012 [ISSN: 0854-0039] Hlm. 143—156 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248 dapat Rakyat (Pepera) Juli-Agustus 1969 Merdeka). Artikel ini juga memberikan yang menyatakan Papua menjadi bagian perhatian terhadap ingatan kekerasan dari Negara Kesatuan Republik Indone- dan penderitaan (memoria passionis) sia. Namun demikian, sejarah Papua yang menjadi salah satu sumber dari setelah 1969 menunjukkan bahwa hasil gerakan-gerakan aspirasi kemerdekaan Pepera itu justru menjadi salah satu rakyat Papua sepanjang tahun 1999- akar konflik yang berkepenjangan. 2000. Sepanjang pemerintahan Orde Baru sejak tahun 1969, Papua menjadi salah satu objek pembangunan tanpa Memoria Passionis: Ingatan Kekerasan rekognisi yang memadai pada komplek- dan Penderitaan sitas sejarah dan budaya Papua. Salah satu diantaranya dalam bentuk penye- Dalam tesisnya, John Giyai (2010: ragaman desa berdasar Undang- 91-92; Giay, 2000: 9) menyebutkan Undang Desa Nomor 5 Tahun 1979 dan bahwa memoria passionis adalah suatu eksploitasi sumber daya alam oleh per- ingatan masa lalu yang tak bisa lupa usahaan komersial. Pemaksaan- dari ranah kehidupannya karena pe- pemaksaan nilai terjadi melalui pendi- ngalaman suatu peristiwa yang me- dikan, birokrasi bahkan melalui lem- nyakitkan fisik maupun psikis dan baga-lembaga keagamaan. Catatan pe- ceritanya diingat oleh generasi ke gene- langgaran Hak Asasi Manusia (HAM) di rasi. Rentetan peristiwa kemanusiaan Papua dikenal secara internasional (violence) seperti inilah yang menjadi dalam intesitas yang tinggi. Berita me- ingatan penderitaan kolektif bagi ngenai Papua sarat dengan kisah-kisah bangsa Papua. Sejarah kekerasan itulah mengenai gerakan-gerakan perlawanan yang disebut dengan memoria passionis untuk merdeka dan protes pelanggaran dengan mengambil istilah dari seorang hak asasi manusia. Pasca reformasi, teolog Johan Baptist Metz. Memoria pas- pemberlaksuan Undang-Undang No- sionis mengacu pada kenangan akan mor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi trauma akibat kekerasan terbuka dan Khusus Provinsi Papua serta Inpres No- marginalisasi sosial dan ekonomis se- mor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran cara umum. daerah semakin mewarnai pergolakan Metz mengungkapkan, apabila kekuasaan terhadap tanah Papua. saya memandang memoria passionis seba- Artikel ini memfokuskan untuk gai satu-satunya kategori universal melihat sejarah politik Papua pada ta- mengenai kemanusiaan, saya tidak ber- hun 1999-2000 ketika zaman kebangkit- pikir tentang suatu ingatan yang hanya an gerakan-gerakan memperjuangkan menguatkan dan mendukung identitas aspirasi kemerdekaan rakyat Papua ber- kita (sebagai pihak yang menang dan langsung di seluruh bumi Cendera- beruntung), tetapi sebaliknya ingatan wasih, yang sering disebut dengan Pap- yang mempertanyakan identitas kita uan Spring atau Renaissance Papua yang telah terbangun dan dijaga ketat (Timmer, 2007; ICG, 2001). Momentum oleh kita yang maju dan menang. Ingat- pasca reformasi 1998 di Indonesia di- an ini adalah suatu ingatan yang berba- manfaatkan oleh kalangan-kalangan ak- haya, ia melemahkan seseorang, ia tivis Papua urban di kota-kota Papua membuka satu sisi kehidupan. Ia adalah untuk mengkonsolidasikan gerakan- peringatan yang tidak mau menjadikan gerakan kemerdekaan yang dikenal penderitaan sebagai alasan untuk kita dengan GERASEM (Gerakan Aspirasi menjadi lebih agresif, tetapi merenung-

144 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan kan nasib mereka yang menderita pada Gerakan sosial di Tanah Papua masa lampau. Di mana saja tradisi dan adalah proses kesadaran melawan bu- ingatan masa lalu diangkat secara daya lupa dan upaya “menyelematkan serius, tradisi dan ingatan itu selalu masa lalu”. Masa lalu yang trautamis amat berbahaya terhadap mereka yang dan penuh dengan penderitaan di- memiliki tradisi dan ingatan itu, karena hadirkan ke masa kini, agar masa lalu mereka menuntut pertobatan dan trans- yang hilang dimakan “kelupaan” itu formasi. Ingatan itu harus kritis dan dapat diselamatkan. Tujuannya untuk subversif sebagai oposisi terhadap status mengingatkan kepada semua pihak, ter- quo keadaan sekarang untuk membebas- utamanya penguasa, untuk menyelesai- kan masyarakat dari kesadaran diri dan kan tugasnya untuk membawa kese- kutukan satu dimensi yang dibangun jahteraan dan menyebar kedamaian oleh kelompok yang dominan, sehingga serta keadilan yang belum pernah diwu- tradisi ini digunakan sebagai potensiali- judkan hingga kini. tas yang kritis dan membebaskan. Jadi Farhadian (2007) dalam sangatlah jelas bahwa masa lalu korban proyeknya tentang Kisah-kisah Hidup kekerasan negara inilah yang sering dia- Tokoh Papua: Kesaksian Mereka yang baikan yang kemudian menjadi per- Ditindas mengajukan betapa pentingnya hatian dari refleksi teologi Metz. Masa menghadirkan kesaksian-kesaksian lalu yang dibicarakan di sini tidaklah orang Papua sebagai korban dan pe- kosong, namun mengutip Walter Benja- juang dari tragedi kemanusiaan dan min, masa lalu adalah masa yang penuh penderitaan di tengah kekuatan kapital- dengan penderitaan karena berisi kisah- isme global yang mengepung Tanah kisah dan pengalaman-pengalaman Papua. Namun, di tengah situasi dunia penindasan (Metz, 1999 dalam Giay, yang mengglobal menyerang kampung- 2006: 24-25). kampung di Tanah Papua, suara-suara Metz mengungkapkan untuk rakyat Papua seolah ditelan dengan menggumuli kekerasan dan penderitaan kisah-kisah kesuksesan investor masa lalu dari masyarakat dalam menanamkan modalnya dan memberi- “sejarah sunyi” tersebut, beberapa pers- kan kesejahteraan kepada rakyat Papua. pektif yang perlu dijadikan pedoman Akan tetapi, mungkin kisah-kisah itu dalam “gerakan sosial” dari masyarakat adalah palsu dan kebohongan semata. adalah; memandang memoria (ingatan) Suara-suara rakyat Papua tenggelam mereka yang menjadi korban tidak lagi oleh kekuatan-kekuatan ahli strategi sebagai hiasan atau pelengkap atau se- pembangunan dan perusahaan- bagai “kekalahan”dan sikap menarik perusahaan eco-tourism yang terus- diri dari realitas. Selanjutnya adalah menerus mempromosikan alasan membangun kesadaran akan proyek mereka dengan mengeksploitasi keadilan dan keselamatan terhadap “keterbelakangan” rakyat Papua deng- identitas komunitas yang terancam an menyebutkan “ penduduk asli jaman yang belum diselesaikan. Dalam hal ini, batu yang terisolasi” untuk memapar- masyarakat (dan gereja) membangun kan secara pejoratif penduduk asli. solidaritas dengan mereka sebagai Berdasarkan kepada kesaksian korban kekerasan untuk bersama-sama iman Kristen yang membimbing dan mengaktualisasikan dirinya maupun menguatkan perjuangan kisah-kisah perjuangannya untuk menyelamatkan hidup tokoh-tokoh Papua ini, Fahardian masa lalu dan merehabilitasi identitas- (2007:vii) mengungkapkan bahwa ke- nya. saksian yang berarti menceritakan ke-

145 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248 benaran tentang suatu persoalan, kesan bagi prasangka dan sikap kasar apakah di pengadilan hukum atau di dan juga bagi realitas rakyat Papua kini dalam konteks religi. Pengadilan hukum yang samar. Penyajian identitas rakyat menjadi hukum moral kesadaran orang- Papua yang bersuku-suku sangat orang yang memiliki itikad baik di berkontribusi pada ilusi bahwa orang- dalam komunitas dunia. Konteks religi orang Papua adalah orang primitif dan yang menjadi perjuangan rakyat Papua membutuhkan bimbingan seperti anak- untuk melibatkan lingkungannya seba- anak. Inti dari semua persoalan tersebut gai penganut Kristen. Ketika orang ber- adalah orang-orang Papua ingin menga- saksi, ia akan mengaitkan pernyataan- tur dirinya sendiri. pernyataan sebagai saksi mata peristi- Proses keterdesakan rakyat Papua wanya. Kekuatan kesaksian berada di salah satunya disebabkan karena pro- dalam fakta bahwa kata-kata para saksi gram transmigrasi yang perlahan tapi didasarkan pada pengetahuan pribadi, pasti meminggirkan rakyat Papua oleh langsung dan disuarakan di dalam para pendatang yang didukung oleh orang pertama tunggal. pemerintah dan kekuasaannya. Rakyat Oleh karena itulah, narasi-narasi Papua adalah orang-orang yang mem- kesaksian rakyat Papua berada di ten- bentuk mayoritas hampir 2,2 juta pen- gah-tengah proses penundukan dan duduk yang tinggal di belahan barat pengabaian yang dilakukan oleh negara. kepulauan . Tapi dengan Pada kesaksian inilah kita akan mene- program transmigrasi oleh pemerintah mukan bagaimana iman dan pengalam- Indonesia, perpindahan penduduk me- an-pengalaman religi dan kemanusiaan lebihi hampir satu juta jiwa ke Tanah memberikan harapan, semangat, dan Papua. Mayoritas utama para transmi- keberanian untuk melawan penindasan gran ini secara ras berbeda dari rakyat dan kekejaman yang mereka hadapi. Papua yang adalah orang-orang Mela- Narasi dan kesaksian-kesaksian rakyat nesia. Sebagian besar pendatang ini juga Papua akan mencerminkan suatu yang tidak memiliki keimanan utama pen- sangat rumit (complicated) yang mencer- duduk Papua yaitu Kristen dan ani- minkan kehidupan orang-orang Papua misme. Selama beberapa dekade peme- hari ini. Orang-orang Papua secara kul- rintah pusat di Jakarta, yang mengguna- tural adalah orang Melanesia, sebagian kan kebrutalan militer dan polisi, me- besarnya penganut Kristen, dan berada maksa rakyat Papua keluar dari tanah- di tengah salah satu negara muslim ter- nya sendiri. Teror dan intimidasi ini bi- besar di dunia. Kehidupan orang-orang asanya dilakukan tanpa kompensasi un- Papua mencerminkan sebuah percam- tuk membuka jalan bagi komunitas- puran ranah sosial, kultural, politik, dan komunitas transmigran. Level pendidik- religius sekaligus. an dan keterampilan para pendatang Konstruksi kebudayaan Papua baru yang lebih tinggi dan disukai oleh yang “terkebelakang” dan “primitif” pemerintah dengan cepat meming- dipropagandakan oleh beberapa ma- girkan rakyat Papua. Perbedaan budaya jalah internasional dan juga majalah- dan iman rakyat Papua dengan para majalah Indonesia serta brosur-brosur pendatang juga menguatkan sikap rasis wisata. Mereka inilah yang mengambil mereka. keuntungan dari citra-citra rakyat Selama bertahun-tahun komunitas Papua yang dipublikasikan mengena- internasional dalam bentuk Bank Dunia, kan koteka, memegang busur dan anak Dana Moneter Internasional (IMF), pe- panah. Penggambaran ini memberikan merintah negara lain termasuk Amerika

146 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan

Serikat, berkonspirasi di dalam kebijak- pertambangan tembaga dan emas yang an Papua dari Pemerintah Indonesia di terkenal dan terbesar di dunia. Freeport Jakarta dengan menyediakan hibah dan Indonesia telah mulai beroperasi di ta- pinjaman yang besar untuk mendanai hun 1967, sebelum aneksasi Jakarta me- transmigrasi dan menyokong keluarga- lalui kesepakatan dengan mantan Presi- keluarga transmigran dengan kese- den Soeharto. hatan, pendidikan, benih tanaman, dan Freeport Indonesia telah menim- sertifikat tanah gratis. Sekalipun prog- bulkan polusi di sebagai besar pantai ram transmigrasi formal telah dihenti- selatan Papua dengan menggunakan kan, para migran “sukarela” terus ber- sistem sungai buatan untuk membuang datangan dan justru sangat massif. jutaan ton tailing (sisa olahan pertam- Kegagalan Jakarta menyediakan bangan). Perusahaan ini meratakan ben- layanan kesehatan, pendidikan dan tangan luas daratan hutan dan layanan dasar lainnya kepada rakyat menghancurkan pohon sagu penduduk Papua, khususnya di wilayah pedala- asli yang menjadi makanan pokok pen- man yang menjadi tempat bermukim duduk local. Tailing itulah yang kini te- rakyat Papua, menujukkan bahwa mar- lah mencapai laut dan karena arus ginalisasi rakyat Papua telah menjadi pasang sepanjang pantai menyebabkan kebijakan kelalaian yang disengaja dan tersebardan merusak hutan bakau pe- telah mengurat akar. Ketiadaan layanan lindung pantai. Freeport telah memaksa kesehatan bisa diartikan sebagai penduduk lokal angkat kaki tanpa kom- “hukuman mati” yang perlahan-lahan pensasi, meracuni air dengan asam sisa bagi rakyat Papua. HIV/AIDS dibawa pertambangan, dan mengeksploitasi masuk oleh militer Indonesia yang men- pekerja Papua selama bertahun-tahun. jalankan atau melindungi lingkaran pe- Pembayaran di Jakarta dan ke pi- lacuran yang menyebabkan penularan hak militer dan polisi untuk menjaga HIV/AIDS di Tanah Papua menjadi keamanaan menyebabkan Freeport yang tertinggi. merasa mendapatkan kebebasan. Selain Rakyat Papua juga menjadi itu, pembajakan liar dan operasi-operasi korban langsung dari pendatang baru perikanan seringkali dilindungi oleh lainnya yaitu perusahaan-perusahaan militer dan polisi Indonesia, dan untuk multinasional raksasa yang masuk de- beberapa kasus bahkan dimiliki oleh ngan silih berganti ke Tanah Papua. Per- pasukan keamanan tersebut. Praktik usahaan raksasa global ini masuk ke inilah yang telah merampok rakyat Tanah Papua seringkali melalui ke- Papua dari sumberdaya alamnya yang sepakatan-kesepakatan rahasia yang berlimpah. Ini diperparah lagi dengan sangat korup di Jakarta, yang dari bisnis prostitusi dan alkohol yang dibawa ma- gelap yang korup itu Presiden Soeharto suk militer ke Papua telah memberi ke- dengan keluarga dan kroni-kroninya untungan dan juga merongrong resis- mendapatkan keuntungan yang luar tensi rakyat Papua terhadap keputusan biasa selama lebih dari 30 tahun. Eks- sepihak Jakarta. (Edmund McWilliams ploitasi asing terhadap sumberdaya dalam Farhadian, 2007: xi-xiii) alam di Tanah Papua yang sangat besar “Jiwa yang patah” adalah istilah secara legal dan tentunya sangat banyak dari John Rimbiak, pembela hak-hak yang illegal terus berlangsung hingga asasi manusia Papua dan salah satu pu- hari ini tanpa henti. Freeport McMoran tera terbaik yang dimiliki bangsa Papua Cooper & Gold, Inc yang dimiliki oleh untuk menggambarkan bagaimana isi Amerika Serikat mengontrol operasi hati, harkat, dan jati diri rakyat Papua

147 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248 untuk membebaskan dirinya telah ditutupi oleh rezim otoritarian negara. dirampas oleh berbagai tindakan Ingatan sosial kekerasan dan penderi- kekerasan terhadap kemanusiaan yang taan rakyatnya adalah sebuah ancaman telah dilakukan negara dan kekua- serius yang distigma “separatis”, saannya (baca: Indonesia). Mereka men- “terkebelakang”, “barbar” dan “tidak galami “Jiwa yang Patah” (hilang per- berbudaya” untuk membenarkan tin- caya diri, frustrasi, apatis, mengendap- dakan kekerasan dan diskriminasi. kan dendam dan kebencian yang men- Memori subyektif rakyat Papua dalam terhadap pihak yang membuat tentunya menjadi ancaman serius bagi mereka menderita). Secara sosial, rakyat stabilitas “keamanan dan ketertiban” terpecah belah dan saling tidak percaya yang dibangun negara. Setiap rezim satu sama lain. Suatu kenyataan yang, otoriter/totaliter senantiasa meman- selain berbagai faktor lainnya, juga me- dang memori sebagai ancaman serius. latar-belakangi mengapa rakyat Papua Sebab, memori yang diartikulasikan se- saat ini menuntut untuk melepaskan cara publik bisa membuat segala bentuk diri dari Negara Kesatuan Republik In- kekerasan politik yang dilakukan rezim donesia sebagai bangsa yang merdeka. itu menjadi tampak telanjang. Itulah se- Dalam sebuah essaynya yang ins- babnya rezim yang demikian senantiasa piratif, John Rumbiak menulis dengan berusaha membungkam atau memutar- tajam, “Penjajahan didukung oleh teori- balikkan memori tentang kejahatan atas teori kebudayaan yang rasialis. Kaum kemanusiaan. Dengan teknik pengenda- penjajah beranggapan bahwa kelompok lian ingatan semacam ini, penguasa me- masyarakat yang dijajah tidak berkebu- lakukan normalisasi kebohongan, yang dayaan atau kebudayaannya rendah dilakukan sedemikian rupa sehingga dan oleh karena itu berbagai kebijakan kebohongan itu diterima sebagai dilakukan untuk memperadabkan seka- "kebenaran. (Budiawan, 2004) ligus menaklukkan kelompok masyara- Di Tanah Papua, sudah menjadi kat tersebut.” Ia mengutip tokoh Pembe- pemandangan umum bahwa aparat basan Frantz Fanon, seorang psikiater TNI/Polri akan jauh melebihi guru- asal Caribia yang kemudian mendu- guru dan tenaga kesehatan. Sekolah- kung perjuang bangsa Aljazair dari pen- sekolah dan Puskesmas akan tampak jajahan Perancis. Hal yang sama juga lengang karena kekurangan tenaga atau dilihat John Rumbiak dalam konteks meninggalkan tugas, sementara aparat penjajahan Indonesia terhadap bangsa keamanan dan pos-pos penjagaan tidak Papua Barat. terhitung jumlahnya. Wilayah-wilayah Selain kompleksitas sejarah dan dimana kehadiran TNI dan/ atau Polri manipulasi status politik, ingatan amat dominan biasanya rentan meng- kekerasan dan penderitaan adalah per- alami konflik dan bentrokan antara soalan akut dan paling membekas rakyat, gerakan perlawanan, dan aparat dalam sejarah kekerasan dan ingatan keamanan. Wilayah itu mencakup penderitaan rakyat Papua. Ingatan wilayah perbatasan RI-PNG, jalur sosial kejahatan kemanusiaan yang dila- pegunungan Tengah (Paniai sampai kukan pemerintah Indonesia melalui Pegunungan Bintang), wilayah-wilayah aparat TNI/Polri diwariskan secara tu- yang memiliki eksploitasi sumber alam run-menurun tumbuh menjadi “ingatan yang kaya seperti Teluk Bintuni dan penderitaan bangsa Papua” dan dasar Timika. gerakan sosial pembebasan bangsa Rentetan panjang sejarah pelang- Papua. Namun, ingatan penderitaan ini garan berat HAM telah mendorong

148 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan masyarakat Papua untuk menamai lah besar. Operasi Militer yang dimak- perasaan dan pengalaman tak dilin- sudkan adalah Operasi Sadar (1965- dungi dengan istilah genosida. Istilah 1967), Operasi Brathayuda (1967-1969), ini sebenarnya adalah istilah hukum Operasi Wibawa (1967-1969),Operasi HAM internasional dari Konvensi PBB Pamungkas (1969-1971) Operasi militer tentang Genosida tahun 1948 untuk di Kabupaten Jayawijaya (1977), Operasi menamai kejahatan terhadap kemanu- Sapu Bersih I dan II (1981), Operasi siaan yang paling serius setara dengan Galang I dan II (1982), Operasi Tumpas kejahatan perang. Intinya adalah tindak (1983-1984) dan Operasi Sapu Bersih kejahatan yang secara sengaja dan teren- (1985), Operasi Militer di Mapnduma cana berniat membasmi sebagian atau (1996). Kemudian jalan kekerasan sete- seluruh kelompok masyarakat, suku, ras lah pemberlakukan Otonomi Khusus atau agama. Meski secara teknis hukum, adalah pelanggaran HAM di Wasior genosida yang berkembang di Papua (2001), Operasi militer di Wamena belum memenuhi syarat-syarat yang (2003) dan di Kabupaten Puncak Jaya amat ketat terutama mengenai motif (2004) (Tebay, 2009:2; Giyai, 2010: 91) dan kebijakan negara serta jumlah John Rumbiak secara periodik korban, tetapi inti perasaan dan terlebih menuliskan bagaimana pemerintah In- pengalaman tak terlindung makin hari donesia telah melakukan “perang” me- makin kuat. lawan bangsa Papua sejak 1963 dengan Hak hidup orang Papua makin serangkaian kejahatan terhadap ke- sulit dijamin ditambah lagi jumlahnya manusiaan yang dilakukan oleh TNI/ yang jauh lebih kecil dibandingkan den- Polri. Saya akan kutip secara utuh ba- gan seluruh penduduk Indonesia. Kini gaimana periode-periode penindasan perbandingan antara pribumi dan pen- terhadap rakyat Papua dilakukan oleh datang hampir sama, yakni 58% : 42%. Pemerintah Indonesia. Umumnya, pendatang menguasai sek- Periode 1963 – 1969 adalah masa tor ekonomi menengah ke atas dan se- transisi di mana sesudah kedaulatan cara geografis, mendiami wilayah per- Papua Barat, berdasarkan New York kotaan; sementara pribumi Papua Agreement 15 Agustus 1962, dilim- umumnya tidak memiliki akses ke sek- pahkan dari Pemerintah Belanda ke Pe- tor ekonomi/bisnis serta lebih banyak merintah Indonesia dan persiapan tinggal di wilayah pedalaman. Perasaan menuju ke apa yang disebut “Act of Free dan pengalaman terpojok, tersudut, dan Choice” pada tahun 1969. Pada masa ini tak terlindung inilah yang menjadi sum- pemerintah dan angkatan bersenjata ber gerakan perlawanan rakyat Papua. Republik Indonesia memasukkan (Hernawan, 2006) ribuan aparat keamanan dan petugas- Dalam sejarah Indonesia, pada petugas pemerintah untuk memastikan zaman pemerintah Soeharto, Provinsi bahwa rakyat Papua Barat menjadi Papua dijadikan Daerah Operasi Militer bagian integral dari Republik Indonesia (DOM), sehingga beberapa kali terjadi bilamana Act of Free Choice terjadi. Operasi Militer yang dilakukan oleh Rakyat diintimidasi, terjadinya penang- ABRI atau sekarang disebut TNI. Pada kapan dan penahanan di luar hukum, tanggal 1 Mei 1963, pemerintah Indone- pembunuhan-pembunuhan. Akibatnya sia menempatkan TNI dalam jumlah hanya 1025 saja dari total 800.000 rakyat besar di seluruh Tanah Papua dan dila- Papua waktu itu yang ditentukan oleh kukan operasi besar-besaran terjadi dan Pemerintah Indonesia untuk secara ter- menewaskan rakyat Papua dalam jum- paksa memilih menjadi bagian dari Ne-

149 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248 gara Kesatuan Republik Indonesia. diperkosa, 166 rumah penduduk dan 13 Periode 1970–1984 adalah periode gereja (Gereja Kemah Injil Indonesia) perlawanan rakyat Papua yang mem- dibakar musnah. protes hasil Act of Free Choice dalam Periode 1998 – 2000 adalah masa bentuk berdirinya Organisasi Papua tumbangnya kekuasaan otoritarian Merdeka (OPM) menjustifikasi berlang- rezim Suharto. Namun di Tanah Papua sungnya operasi-operasi militer di pada bulan Mei 1998 berbagai tindak wilayah-wilayah yang diidentifikasi se- kekerasan dilakukan oleh aparat kea- bagai kantong-kantong gerakan OPM. manan terhadap rakyat Papua Barat Ribuan pasukan militer diturunkan di yang melakukan hak kebebasan berek- wilayah-wilayah tersebut, kebebasan spresi dengan berdemonstrasi dan me- rakyat dipasung dan pembantaian ter- ngibarkan bendera Papua Barat hadap rakyat pun digelar. Operasi- (Bintang Fajar) di berbagai kota di operasi militer tersebut antara lain: Ka- Tanah Papua. sus Biak (1970/1980); Kasus Wamena (1977) dan Kasus (1970/1980). Kasus 1984 di mana Arnold C. Ap dan Nasionalisme Papua dan Benih Gera- Eduard Mofu, dua seniman Papua kan Sosial Urban: Politik Papua 1999- dibunuh dan 12 000 penduduk ke- 2000 mudian mengungsi ke Papua New Guinea. Melihat begitu maraknya pelang- Periode 1985 – 1995 mencatatkan garan HAM di Tanah Papua, maka bagaimana operasi militer untuk hadirlah Lembaga Studi dan Advokasi menumpas OPM terus dilancarkan Hak Asasi Manusia (ELSHAM) Papua aparat keamanan, terutama di kawasan yang menjadi jawaban atas situasi pegunungan tengah Papua Barat. Dari kekerasan kemanusiaan yang begitu semua peristiwa yang terjadi ‘Kasus massif. Konflik dan kekerasan yang ter- Timika 1994/1995’ yang melibatkan PT. jadi di Tanah Papua, telah mendorong Freeport Indonesia yang dilaporkan terjadinya rangkaian pelanggaran HAM Keuskupan Gereja Katolik Jayapura di secara sistematik dan meluas di Papua. mana 16 orang dibunuh, 4 orang hilang Meningkatnya eskalasi kekerasan yang dan puluhan lainnya ditahan dan disertai dengan pelanggaran HAM, te- disiksa serta 5 perempuan ditahan dan lah menimbulkan kekhawatiran terha- diperkosa. dap eksistensi orang Papua, termasuk Periode 1996 – 1998 kembali dila- didalamnya upaya penyelesaian konflik kukan operasi militer menumpas OPM secara komprehensif. pimpinan Kelly Kwalik yang menyan- Berawal dari diskusi terbatas yang dera para ilmuwan barat di wilayah dilakukan oleh beberapa individu yang Mapnduma, Pegunungan Tengah Papua peduli dengan situasi HAM di Papua, Barat dalam jangka waktu 1996 – 1998. dibentuklah Irian Jaya Working Group for Menurut ELSHAM Papua Barat (Mei Justice and Peace (IWGJP) 1995. Ke- 1998), drama penyanderaan ini menjadi hadiran IWGJP telah berhasil untuk me- alasan bagi pihak militer Indonesia un- lakukan monitoring dan investigasi ter- tuk kemudian melacnarkan operasi mili- hadap serangkaian kasus pelanggaran ter baik pada masa penyanderaan, ope- HAM yang terjadi di daerah Asmat, rasi pembebasan sandera dan pasca Bade dan Tembagapura. Melalui kerja pembebasan sandera di mana sekitar 35 sama dengan ACFOA di Australia, Her- penduduk sipil dibunuh, 13 perempuan man Muninghoff, OFM (Uskup

150 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan

Jayapura), mengirimkan laporan situasi (1945-1963) sama sekali tidak melibat- pelanggaran HAM yang terjadi di seki- kan rakyat Papua. Papua juga tidak per- tar areal konsesi PT. Freeport Indonesia, nah ikut (diikut-sertakan) dalam tepatnya di kampung Arwanop dan peristiwa historis seperti Sumpah Pe- Mbanti. Laporan tersebut menjadi lang- muda 1928. Maka konsepsi dan wacana kah awal dari pengungkapan sejumlah lokal Papua berkembang sendiri untuk kasus pelanggaran HAM yang terjadi di jangka waktu lama dan kemudian dibe- Papua, yang sejak tahun 1963, tidak bani pula oleh rezim otoritarian Orde terungkap ke publik. Baru dengan perilaku kekerasan dan Memandang pentingnya peman- diskriminasi terhadap orang Papua. tauan, penyelidikan dan publikasi se- Singkatnya, nasionalisme Papua cara lebih efektif dan kontinyu, maka berkembang dari kesadaran-lokal, kesa- sejumlah individu bersepakat untuk daran etnik dan menjadi kental akibat membentuk lembaga independen yang pengalaman pahit dan tragis di bawah secara permanen bekerja untuk melaku- Orde Baru. kan advokasi yang lebih intensif terha- Dr. Benny Giay, seorang antro- dap kasus-kasus pelanggaran HAM di polog dan teolog Papua seperti dikutip Papua. Akhir 1997, bertempat di Honai Santoso (2001) mengungkapkan pada Yayasan Pengembangan Masyarakat hakekatnya nasionalisme Papua terdiri Desa (YPMD), IWGJP memprakarsai atas tiga unsur: kesadaran etnik ke- pertemuan yang dihadiri oleh beberapa Papua-an; protes besar terhadap Orde individu seperti: Pdt. Herman Saud, Baru; dan protes terhadap permainan MTh, Uskup Herman Muninghoff. dunia luar. Di bawah Orde Baru, untuk OFM, Zadrak Wamebu, Edison Giay, pertama kali dalam sejarah, Barend Rumaikeuw, John Rumbiak, Papua mengalami suatu kolonialisme Aloy Renwarin, Johanes Bonay, Fien yang bukan cuma menyerap sumber Jarangga, Yan C.H. Warinusi, Demianus daya alam ke wilayah lain, tapi juga Waney, Robert Mandosir, Silvester memperkenalkan pembantaian manu- Wogan, Deny Yomaki, Yoseph Bawen sia oleh aparat negara. Itulah pasal dan Ferry Marisan. Pertemuan tersebut pokoknya, kata orang di sini. Dalam kai- kemudian memberikan rekomendasi tan itu, ada permainan dunia interna- untuk mendirikan lembaga yang kini sional terhadap Papua. Yang terakhir dikenal sebagai ELSHAM Papua. ini merujuk pada peranan Belanda, In- Berlangsungnya kejahatan terha- donesia, PBB dan Amerika Serikat yang dap kemanusiaan di Tanah Papua inilah akhirnya melahirkan kompromi Perjan- yang mengakibatkan tumbuh suburnya jian New York 1962 dan Pepera gerakan nasionalisme Papua dan me- (Penentuan Pendapat Rakyat) 1969. nyemaikan gerakan-gerakan sosial baru Amerika, dengan obsesi Perang Dingin dari kalangan Lembaga Swadaya kala itu, membantu Presiden Soekarno Masyarakat (LSM), perempuan, or- menuntut hak atas Irian Barat. Adalah ganisasi pembebasan Papua, dan gereja ulah jendral-jendral Orde Baru seperti di daerah-daerah perkotaan di Tanah Ali Moertopo yang tak pernah hormat Papua. Ruang politik kelompok pada demokrasi dan hak hak bangsa masyarakat sipil ini terbuka saat refor- lain, yang kemudian memanipulasi masi 1998 membuka saluran politik dan Pepera tersebut, dengan memperdaya aspirasi rakyat Papua. 1026 wakil Papua pada 1969. Sekarang, Masa-masa penting dalam pem- orang Papua tidak mau dipecundangi bentukan identitas ke-Indonesia-an lagi.

151 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Sementara gerakan sosial pasca itu berat. Uncen mulai takut karena per- nasionalisme etnik tersebut bertransfor- soalan kritis yang dilontarkan oleh IR- masi menjadi gerakan-gerakan sosial JADISC dan YPMD. IRJADISC Uncen berbasis pada LSM dan gereja. Adalah kemudian ditinggalkan dan orang- pada tahun 1980 ketika dilakukan orangnya masuk ke YPMD plus KDK diskusi di di Biara APO dan Keuskupan hingga mulai dikenal di luar negeri. Jayapura. Tujuan dari diskusi itu adalah Pada tahun itu juga LBH didirikan di untuk melihat kemungkinan bagaimana Papua. Gereja Katolik dan GKI meminta cara mengangkat permasalahan- kepada YLBHI agar LBH didirikan di permasalahan HAM di Papua kepermu- Papua (Baab dan Mambor, 2011). kaan, termasuk ke tingkat Internasional. Konsolidasi demokrasi bagi elite- Maka terbentuklah KKO (Kelompok elite lokal Papua terbuka saat jatuhnya Kerja Oikumene) yang kemudian mem- rezim otoritarian Soeharto 1998. Alter- bentuk IRJADISC yang berbasis di lem- natif yang tersedia adalah bergabung baga Antropologi Uncen sehingga sang- dengan perlawanan bersenjata OPM at dekat hubungannya dengan kurator (Organisasi Papua Merdeka), membang- Museum Uncen yaitu Arnorld Ap mau- un bentuk perlawanan lainnya atau pun Ketua Lembaga Antropolodi Un- memilih berjuang di jalur pengasingan. cen, Dr Daan Ajamiseba. IRJA DISC Namun, pada Agustus 1998, selang be- menjadi lembaga hukum yang solid berapa pekan setelah dilakukan pem- dengan diberi nama Yayasan Pengem- bungkaman demonstrasi kemerdekaan bangan Masyakat Desa.(YPMD). Tahun di Jayapura, Sorong, Wamena dan Biak, 1984, gerakan masyarakat sipil ini para intelektual, pemuka gereja dan ak- dalam situasi yang rumit. Karena Ar- tivis membentuk Forum Rekonsiliasi nold Ap dituduh otak dibalik eksodus Rakyat Irian Jaya (FORERI). Foreri beru- 10.000. orang ke Papua New Guinea dan paya untuk mencari peluang bagi orang dituding sebagai Menteri Kebudayaan Papua untuk mengelola masalah Republik Papua Merdeka dibawah Ko- mereka sendiri, melalui otonomi, system mando Brigjen Zet Rumkorem. Ia di- federal atau kemerdekaan. Ada kesada- tangkap oleh Kopasanda, dijebak dan ran diantara para aktivis di Jayapura melarikan diri dan dibunuh di Pasir 6. khususnya bahwa mereka perlu men- Ini tentu menjadi pukulan yang sangat jauhkan diri dari OPM setelah perstiwa berat bagi IRJA DISC. penculikan Ekspedisi Lorentz pada ta- Berita dari kampung pun terbit hun 1996. yang kemudian berubah nama menjadi FORERI dengan dukungan tiga Kabar Dari Kampung (KDK). KDK se- gereja terbesar (Gereja Kristen Injil, lalu diasuh dalam bahasa Indonesia Gereja Katolik, dan Gereja Kristen Injil populer dan bahasa Indonesia-Papua. Indonesia), pemuka intelektual dan Waktu itu KDK merupakan majalah LSM serta sejumlah pemuka adat, mun- yang banyak dibaca oleh masyarakat cul sebagai wahana utama bagi cita-cita desa dan masyarakat di Papua. Itulah orang Papua. Foreri menjadi mitra dia- spiritnya Arnorld Ap, termasuk yang log dengan pemerintah Indonesia dalam lainnya yaitu pentingnya mengetahui serangkaian pertemuan–pertemuan in- struktur budaya, sistem budaya, sistem formal menuju pertemuan Tim 100 sosial masyarakat diberbagai di Papua Pemimpin Papua dengan Presiden sebagai entripoint sewaktu introduksi Habibie pada Februari 1999. 100 ang- sosial. Tetapi ketergantungan IRJADISC gota delegasi tersebut secara luas me- pada Universitas Cenderawasih (Uncen) wakili para elite Papua baik secara

152 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan geografis maupun latarbelakang social MUBES Papua inilah didirikan PDP dan agama. Pada pertemuan Tim 100 (Presidium Dewan Papua) yang menjadi dan Presiden Habibie inilah Tom Beanal organisasi politik utama dalam perju- sebagai pemimpin Tim 100 memba- angan kemerdekaan Papua. cakan pernyataan sikap bahwa Irian PDP terdiri atas 22 anggota den- Jaya ingin memisahkan diri dari Indone- gan dua ketua umum dan dua modera- sia dan agar dibentuk pemerintahan tor. Sebagai badan eksekutif anggota peralihan di Irian jaya di bawah penga- dewan bertanggungjawab kepada se- wasan PBB dan bila perlu PBB menjadi buah panel yaitu sebuah badan legislatif bagian dari dialog internasional antara terdiri atas 200 wakil dari kabupaten- Pemerintah Indonesia dengan rakyat kabupaten dan masyarakat-masyarakat Papua (ICG, 2001: 11-12) Papua di luar negeri. PDP mendirikan Pertemuan dengan Presiden dirinya sebagai sebuah kepemimpinan Habibie yang dilakukan Tim 100 dan kolektif. Presidium memberikan struk- terbentuknya FORERI menjadi babak tur kepemimpinan bagi semua kekuatan baru dalam perjuangan demokrasi di yang berlainan yang menghendaki ke- Papua. Pertemuan dengan Presiden merdekaan, selain memberi legitimasi Habibie menjadi tahapan penting dalam bagi dialog yang tengah berjalan dengan perubahan perlawanan orang Papua pemerintah Indonesia (ICG, 2001; Alua, dengan munculnya kepemimpinan baru 2002, 2002a, 2002b). Akhir dari gerakan pada kelas menengah urban di perko- PDP adalah ketika pemimpinnya Theys taan. Pertemuan tersebut memberikan Hiyo Eluay ditemukan terbunuh pada legitimasi kepada Tim 100 dan me- 2001 dan Tom Beanal direkrut menjadi mungkinkan diberlakukannya strategi komisaris PT Freeport Indonesia. gerakan sosial tanpa kekerasan untuk Mulai berkembangnya gerakan mencapai kemerdekaan. Lahirnya masyarakat sipil pada 1999-2000 dengan FORERI juga menunjukkan konsolidasi dukungan gereja direspon dengan ding- gerakan masyarakat sipil dan gereja- in dan hati-hati oleh pemerintah Indo- gereja untuk memperjuangkan hak nesia. Catatan yang menarik dilakukan politik orang Papua. oleh SKP (Sekretariat Keadilan dan Per- FORERI sejak November 1999 me- damaian) Jayapura (2001). Gaya pena- lalui pemimpin-pemimpinnya (Tom nganan pemerintah sejak 1998 hingga Beanal, Benny Giay, , dan 2000 boleh disebut kebijakan menebar yang lainnya) melakukan serangkaian jala. Mula-mula segala ungkapan hati, pertemuan-pertemuan dengan tujuan kejengkelan, demo-demo, reaksi anti utama untuk menggalang dukungan, militer/ polisi, teriakan Merdeka dibiar- memantapkan kepemimpinan, dan kan tanpa ada pelarangan apalagi mengutarakan tuntutan-tuntutan penangkapan. Seluruh lapisan masyara- kepada pemerintah Indonesia dan ko- kat Papua seakan-akan mendapat ruang munitas internasional. Berbagai perte- hidup seluas-luasnya. Tim 100 boleh muan-pertemuan politik dilakukan un- bertemu dengan Presiden BJ. Habibie. tuk memobilisasi massa dan melakukan Boleh diadakan Mubes dan Kongres. konsolidasi gerakan social. Ujung dari Boleh dikibarkan bendera Papua dan transformasi gerakan sosial yang dilaku- dinyanyikan lagu "Hai, Tanahku kan oleh FORERI adalah terlaksananya Papua". Boleh didirikan Satgas Papua MUBES (Musywarah Besar) Papua 2000 berikut posko-poskonya. Jala ditebarkan pada 23-26 Februari 200 dan Kongres dalam-dalam hingga akhirnya ikan ma- Papua II pada Mei-Juni 2000. Pada suk dan jala ditarik. Inilah yang terjadi

153 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248 dengan instruksi penurunan bendera yang terdiri atas elemen-elemen Ang- Papua tanggal 29 September 2000 dari katan Bersenjata dan Pemerintah Sipil. Kapolri yang menjadi gebrakan awal TNI/Polri dan aparat birokrasi berga- untuk melakukan langkah represi luar bung dalam kegiatan-kegiatan yang biasa. dirancang untuk membuat masyarakat- Terhadap gerakan massa, represi masyarakat pedalaman Papua beradab dilakukan dengan begitu mudahnya dan untuk mengembangkan serta men- masyarakat dianiaya, ditangkap, ciptakan kondisi-kondisi sosial, budaya, disiksa, dan ditembak mati sedangkan ekonomi dan politik, yang akan diguna- pemimpin-pemimpin rakyat ditahan. kan untuk pengembangan Papua lebih Represi ini mendatangkan dampak yang lanjut, dengan tujuan utamanya mencip- tidak sederhana: (1) kekerasan antar takan ide-ide nasional (dalam perspektif kelompok masyarakat seperti telah ter- Indonesia) yaitu, masyarakat yang adil bukti di Wamena (6 Oktober), Merauke dan makmur berdasarkan Pancasila dan (2 Desember); (2) pengungsian baik Undang-undang Dasar 1945. warga Papua maupun non-Papua; (3) Operasi Koteka adalah kampanye ketakutan yang bersifat sistemik di ting- militer Indonesia yang bertujuan untuk kat masyarakat; (4) kecurigaan antar mempengaruhi orang asli Papua di berbagai kelompok dalam masyarakat; pegunungan untuk meninggalkan aspek (5) kebingungan karena kehilangan ke- -aspek dari kebudayaan asli mereka, pemimpinan; (6) makin menipisnya ke- bersekolah, menjadi modern secara eko- percayaan masyarakat kepada pemerin- nomi, dan mengadaptasi identitas Indo- tah di segala tingkat. Nada dasar dari nesia yang lebih umum. Para pejabat semua ini adalah diciptakannya suasana berusaha untuk memaksa masyarakat konflik dan kekerasan yang pelan-pelan suku Dani sebagai orang Pegunungan diidentikkan sebagai ciri perjuangan Papua untuk menukar Koteka mereka orang Papua. Semua tindakan ini sangat dengan pakaian bergaya Indonesia. tidak proporsional mengingat bahwa Dengan demikian, strategi memper- seluruh perjuangan rakyat Papua di- malukan (humiliation strategy) diguna- jalankan secara damai; maka sangat kan dalam proses pembangunan di sinis bahwa aparat negara hanya tahu kalangan masyarakat Dani untuk mem- menjawab dengan menahan "tokoh- buat mereka lebih terlibat dalam per- tokoh perjuangan damai", dan hanya ubahan sosial. Ketidakberimbangan ke- tahu turut mengubah suatu iklim damai kuasaan tercermin dalam persepsi ter- menjadi suatu iklim kekerasan. hadap penduduk asli melalui pelecehan Dalam konteks budaya, masyara- terhadap budaya-budaya tradisional kat dong juga menjadi korban dengan lokal dan melabel budaya tersebut seba- pemaksaan nilai “keberadaban” yang gai “terbelakang” dan “tidak beradab”. dilakukan dalam program-program pe- Atas nama pembangunan modern dan merintah. Salah satunya adalah operasi kemajuan, strategi mempermalukan koteka. Identitas kolektif orang asli yang meyakinkan masyarakat atas keti- Papua sebagai sebuah masyarakat yang dakberhargaan diri dan budaya mereka modern dan beradab dipaksakan me- tidak berharga sehingga mereka merasa- lalui program pemerintah tersebut. Ta- kan inferiority complex dan dipaksa un- hun 1971-1973, pemerintah Indonesia tuk terlibat dalam perubahan sosial. melaksanakan Operasi Koteka (penutup Akumulasi keputusasaan pen- penis dari sejenis labu, sebagai pakaian duduk asli Papua dilanjutkan dengan tradisional di dataran tinggi di Papua) pengabaian hak-hak budaya sebagai

154 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248Dari Memoria Passionis ke Foreri - I Ngurah Suryawan cerminan martabat kolektif mereka. tandai dengan gerakan FORERI dan Masyarakat asli Papua merasa martabat Tim 100 untuk melaksanakan MUBES dan identitas mereka tidak diakui (Musyawarah Besar) Rakyat Papua 23- (contoh: proses yang tidak melibatkan 26 Februari 2000 dan Kongres Rakyat mereka dalam kebijakan seperti pro- Papua II Mei-Juni 2000. Dalam momen- gram transmigrasi, penolakan penga- momen penting sejarah politik Papua kuan terhadap tanah ulayat atau 1999-2000 inilah terbentuk PDP wilayah nenek moyang, eksploitasi (Presidium Dewan Papua) sebagai or- sumber daya alam, kurangnya kesem- ganisasi perjuangan politik rakyat patan bagi masyarakat lokal untuk ber- Papua untuk kemerdekaan. Namun se- partisipasi dalam administrasi negara, jarah politik Papua 1999-2000 dan kon- dan sebagainya). Masyarakat asli Papua solidasi gerakan masyarakat sipil me- mengekspresikan kefrustasian mereka lalui FORERI, Tim 100, dan PDP yang sudah terakumulasi sejak lama diakhiri dengan kembalinya kekerasan melalui pelbagai demonstrasi damai. dilakukan oleh Pemerintah Indonesia (Sugandi, 2008:5-6) dengan mengakhiri riwayat hidup salah satu pimpinan PDP dan masyarakat adat Papua, Theys Hiyo Eluay. Ling- SIMPULAN karan kekerasan dan penderitaan dan ekspresi demokrasi yang didapat rakyat Sejarah politik Papua 1999-2000 Papua selama 1999-2000 kembali ditandai dengan terbukanya gerakan- terkubur oleh aksi-aksi kekerasan. gerakan untuk mengekspresikan tun- tutan kemerdekaan. Elite-elite lokal Papua di perkotaan membangun sebuah gerakan sosial masyarakat sipil yang DAFTAR PUSTAKA melakukan perjuangan tanpa kekerasan.

Berdasarkan ingatan akan kekerasan Alua, Agus A. 2002. Mubes Papua 2000 23-26 dan penderitaan (memoria passionis) Februari : Jalan Sejarah, Jalan Kebenaran, rakyat Papua di bawah pemerintah In- Jayapura: Sekretariat Presidium De- donesia dan keyakinan akan keberbe- wan Papua dan Biro Penelitian STFT daan sejarah dengan negara Indonesia, Fajar Timur. gerakan masyarakat sipil urban ini se------. 2002a. Dialog Nasional Papua dan Indo- makin mendapatkan legitimasinya den- nesia 26 Februari 1999: Kembalikan Ke- gan terbentuknya FORERI (Forum Re- daulatan Papua Barat, Pulang dan Re- konsiliasi Rakyat Irian Jaya) pada Agus- nungkan Dulu, Jayapura: Sekretariat tus 1998. Forum elite-elite lokal Papua Presidium Dewan Papua dan Biro Penelitian STFT Fajar Timur. urban inilah yang melakukan mediasi ------. 2002b. Kongres Papua 2000 21 Mei- 04 dan serangkain pertemuan-pertemuan Juni: Marilah Kita Meluruskan Sejarah yang melibatkan seluruh elemen rakyat Papua Barat, Jayapura: Sekretariat Pre- Papua untuk berdialog dengan Pemer- sidium Dewan Papua dan Biro Peneli- intah Indonesia. FORERI kemudian ber- tian STFT Fajar Timur. transformasi menjadi Tim 100 yang ------. 2006. Papua Barat dari Pangkuan ke bertemu Presiden Habibie pada Febru- Pangkuan: Suatu Ikhtisar Kronologis, ari 1999 dengan tuntutan bahwa rakyat Jayapura: Sekretariat Presidium De- Papua menuntut kemerdekaan wan Papua dan Biro Penelitian STFT Fajar Timur. (memisahkan diri) dari Indonesia. Se- Budiawan. 2004. “Sejarah dan Emansipasi jarah politik Papua 1999-2000 juga di- Poltik” (resensi buku Tahun yang Tak

155 Paramita Vol. 22, No. 2 - Juli 2012: 131—248

Pernah Berakhir: Memahami Pengalaman Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Korban 65: Essay-essay Sejarah Lisan), Jayapura. Kompas, 24 Juli 2004. ICG. 2006. “Bahaya yang Dapat Timbul Jika Fahardian, Charles. 2007. Kisah-kisah Hidup Menghentikan Dialog”, Update Brief- Tokoh Papua: Kesaksian Mereka yang ing, Asia Briefing No. 47. Jakarta/ Ditindas. Jayapura: Penerbit Deiyai Brussels, 23 Maret 2006. “Gerakan Masyakarat Sipil di Papua”, ICG. 2002. “Sumberdaya dan Konflik di Wawancara Simone Baab dan Victor Papua”, Update Briefing, Asia Brief- Mambor dengan George Junus Adit- ing No. 39. Jakarta/Brussels, 13 Sep- jondro, fokerlsmpapua.org (diakses tember 2002. 10 April 2011) Rumbiak, John. Kejahatan terhadap Kemanu- Giay, Benny. 1986. Kargoisme di Irian Jaya. siaan di Papua Barat (Demi Persatuan Sentani: Region Press. Nasional dan Pembangunan), (artikel ------. 2000. Menuju Papua Baru: Beberapa tanpa tahun), elsahmnewsservice Pokok Pikiran sekitar Emansipasi Orang (diakses Januari 2011) Papua. Jayapura: Deiyai/Els-ham Salftford, John., 2003, The United Nations and Papua. the Indonesian Takeover of West Papua, ------. 2008. Mari Mengambil Alih Kendali Ke- 1962-1969, London: Routledge Cur- hidupan: Memperjuangkan Pemulihan zon . Negeri Ini (Kumpulan Renungan Pdt. Santoso, Aboeprijadi, 2001, “Bintang Kejora Benny Giay). Jayapura: Penerbit Dei- Nasionalisme Etnik Papua Berkem- yai. bang Alamiah,” Radio Hilversum, 26 Giyai, John Yontinus. 2010. “Resistensi Januari 2001. Masyarakat Mimika terhadap Pelak- Tebay, Neles. 2009. Dialog Jakarta-Papua Se- sanaan Otonomi Khusus di Kabu- buah Perspektif Papua. Jakarta: SKP paten Mimika, Provinsi Papua”, tesis Jayapura. di Program Magister Kajian Budaya, Timmer, Jaap, 2007, “Desentralisasi Salah Program Pascasarjana Universitas Kaprah dan Politik Elit di Papua”, Udayana 2010. dalam Henk Schulte Nordhold dan Hernawan OFM, J. Budi. 2006.“Membangun Gerry van Klinken (eds.), Politik Lokal Papua Sebagai Tanah Damai: Sum- di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, bangan Gagasan untuk Sinode Keusk- Jakarta, hal. 595-625 upan Jayapura”. Makalah. Sekretariat

156