Quick viewing(Text Mode)

Citra Kepahlawanan Dalam Film-Film Berlatar Sejarah

Citra Kepahlawanan Dalam Film-Film Berlatar Sejarah

Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

Volume 2 No. 1 September 2018 Halaman 54– 64

CITRA KEPAHLAWANAN DALAM FILM-FILM BERLATAR SEJARAH PADA LAYAR LEBAR PASCA-RUNTUHNYA REZIM SOEHARTO (STUDI KASUS FILM , HABIBIE-AINUN, DAN HADROTUSSYAIKH SANG KIAI)

Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Program Studi Kepariwisataan, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada [email protected]

Abstract

In Indonesia, film as a popular media developed significantly with the presence of films in various genres, one of which is historical film. Post-reform, various historical films emerged that were not previously discovered during the era. As is known, historical films in the New Order era were dominated by Soeharto as an actor, these historical films seemed to voice that there were many other heroes who also had contributions to Indonesia. These films then seem to want to show the self (keakuan) and nationalism possessed by these figures. This research wants to show the contestation of the self (keakuan) and nationalism of three films: Soegija, Habibie-Ainun, and Hadrotusyaikh the Kiai. This research is a qualitative descriptive study with a phenomenological approach.

Keywords: heroic image, historical film, post-New Order, Soegija film, Habibie-Ainun film, Hadrotussyaikh Sang Kiai film

Intisari

Di Indonesia, film sebagai media populer berkembang cukup signifikan dengan hadirnya film dalam berbagai genre, salah satunya film sejarah. Pasca reformasi, muncul berbagai film sejarah yang sebelumnya tidak ditemukan pada masa Orde Baru. Sebagaimana diketahui, film-film kesejarahan di masa Orde Baru lebih didominasi Soeharto sebagai aktor, film-film sejarah ini seakan ingin menyuarakan bahwa ada banyak sosok pahlawan lain yang juga memiliki kontribusi untuk Indonesia. Film-film ini kemudian terkesan ingin menunjukkan keakuan dan nasionalisme yang dimiliki oleh sosok-sosok tersebut. Penelitian ini ingin menunjukkan kontestasi keakuan dan nasionalisme dari tiga film: Soegija, Habibie-Ainun, dan Hadrotusyaikh Sang Kiai. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.

Kata kunci: citra kepahlawanan, film sejarah, pasca-Orde Baru, Film Soegija, Film Habibie-Ainun, Film Hadrotussyaikh Sang Kiai

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 54 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

PENDAHULUAN viii) Turunnya Soeharto pada 21 Mei Kembali kepada fenomena 1998 ternyata diikuti dengan banyaknya munculnya banyak buku-buku biografi buku yang terbit dalam berbagai macam ataupun otobiografi yang menonjolkan versi dan sudut pandang, khususnya ‘keakuan’ seseorang yang mempunyai mengenai hal-hal yang kontroversial peran dan kontribusi besar dalam sebuah selama 32 tahun kepemimpinan presiden rentang sejarah, fakta lain yang muncul kedua Indonesia itu. Isu-isu seputar bersamaan dengan hal itu adalah Gerakan 30 September, diskriminasi etnis banyaknya pengajuan pahlawan nasional Tionghoa di Indonesia ataupun drama di ke Direktorat Urusan Kepahlawanan balik turunnya Soeharto menjadi genre Nasional Kementrian Sosial RI pasca baru penerbitan buku di Indonesia. Buku 1998. Banyak orang yang mengajukan yang dilarang terbit pada masa rezim gelar yang didefinisikan sebagai “gelar Soeharto juga bermunculan. Selain itu, yang diberikan kepada warga Negara menjamurnya biografi ataupun Indonesia atau seseorang yang berjuang otobiorgafi yang mengisahkan ‘keakuan’ melawan penjajahan di wilayah yang seorang tokoh dalam banyak peristiwa sekarang menjadi wilayah Negara selama Soeharto bahkan Soekarno Kesatuan Republik Indonesia yang gugur memimpin negeri ini juga menjadi atau meninggal dunia demi membela sebuah fenomena menarik pasca- bangsa dan Negara, atau yang semasa runtuhnya Soeharto. Gerry van Klinken hidupnya melakukan tindakan mencatat, antara tahun 1995-2000, buku- kepahlawanan atau menghasilkan buku biografi dan otobiorgrafi yang terbit prestasi dan karya yang luar biasa bagi mencapai rata-rata 135 buku pertahun pembangunan dan kemajuan bangsa dan (Van Klinken, 2008, 126). Sebuah jumlah negara Republik Indonesia” . Artinya, yang tidak sedikit. banyak orang yang ingin menyematkan Selain buku yang memaparkan fakta gelar pahlawan kepada seseorang yang ataupun biografi/otobiografi, buku-buku mungkin terlupa atau sengaja dilupakan teori sejarah pun bermunculan. Jargon untuk disebut pahlawan ketika Orde Baru ‘pelurusan sejarah’, ‘perspektif baru berkuasa. Pada mas Orde Baru sendiri, penulisan sejarah Indonesia’, ataupun rezim lebih fokus membangun citra semangat untuk melepaskan sejarah dari kepahlawanan Soeharto, melalui belenggu otoriterian rezim menjadi monumen, museum, dan film tentunya episteme baru (meminjam Faucould) (Iriwanto, 2018, 87-108) dalam tradisi akademik sejarah di Berbicara kepahlawanan nasional Indonesia. Bahkan secara khusus pada dengan definisi di atas, perlu 2007, ada pernyataan menarik dari digarisbawahi bahwa definisi tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan dua hal yang spefisik tentang Juwono Sudarsono yang disampaikan di siapa pahlawan nasional menurut depan Masyarakat Sejarawan Indonesia pemerintah. Pertama adalah “seseorang bahwa buku Sejarah Nasional Indonesia yang berjuang melawan penjajahan di sudah tidak berlaku lagi. Buku yang wilayah yang sekarang menjadi wilayah menjadi simbol otoritarian rezim Negara Kesatuan Republik Indonesia Soeharto dalam penulisan sejarah yang gugur atau meninggal dunia demi Indonesia tersebut akan diganti dengan membela bangsa dan Negara”. Sedangkan buku yang lebih objektif memaparkan kedua adalah “seseorang yang semasa fakta-fakta dalam sejarah Indonesia yang hidupnya melakukan tindakan ditulis oleh sejarawan dari berbagai kepahlawanan atau menghasilkan wilayah di Indonesia (Adam, 2007, vii-

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 55 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

prestasi dan karya yang luar biasa bagi bahwasanya nasionalisme itu pembangunan dan kemajuan bangsa dan ditunjukkan dalam rangka menghindari negara Republik ajaran Komunisme/Marxisme Indonesia.” (Kemensos.go.id, diakses 24 sebagaimana tertuang dalam TAP MPRS Juni 2013) Namun, sayangnya, definisi No. XXV/MPRS/1966, maka film pahlawan kemudian menyempit hanya Pengkhianatan G30S/PKI menjadi bagian terbatas yang mengangkat senjata dan dari propaganda nasionalisme itu. Trilogi terlibat dalam dar-der-dor saja dan film Enam Djam di Jogja, Djanur Kuning menafikan yang kedua. Hal ini diamini dan Serangan Fadjar, produk Orde Baru oleh sebagian masyarakat Indonesia yang juga berhasil membangun image bahwa masih terjebak bahwa pahlawan hanya nasionalisme itu ada pada diri orang- diartikan dengan terminologi politik dan orang yang terlibat dalam perang belum yang lain, seperti olahraga, seni, kemerdekaan dan itu dilakukan oleh para temuan ilmiah mutakhir, dsb. pendiri Orde Baru, salah satunya Nasionalisme yang menyala masih Soeharto. Pun dengan kehadiran film-film dianggap hanya muncul dari perang dan berlatar sejarah yang menjamur setelah bukan dari ajang yang lain. Itulah runtuhnya Soeharto, dengan episteme mengapa yang terjadi setiap beberapa kebebasan era reformasi, maka semua bulan menjelang 10 November (yang berlomba-lomba untuk ‘meluruskan dijadikan hari Pahlawan), kontestasi sejarah’ yang salah tulis atau sengaja untuk merebutkan gelar pahlawan ditulis salah dengan ragam nasionalisme bergejolak. Nasionalisme yang menurut yang dipersepsikan masing-masing. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna “paham (ajaran) untuk METODE PENELITIAN mencintai bangsa dan negara sendiri’ Artikel yang merupakan penelitian inilah yang dikontestasikan dan deskriptif kualitatif dengan pendekatan diperebutkan setiap tahun khususnya fenomenologis ini akan mengulas dan setelah 1998 (Pusat Bahasa Depdiknas RI, menganalisis singkat ‘keakuan’ dan 2008, 997). Belum cukup nasionalis kalau penonjolan nasionalisme pada seorang belum disebut sebagai pahlawan. tokoh dalam beberapa film yang berlatar Begitulah kira-kira yang ada dalam belakang sejarah yang muncul setelah pikiran orang-orang yang berkontestasi. tumbangnya rezim Orde Baru. Dari Sebagai contoh, tahun 2012 lalu, ada 9 sekian banyak film berlatar belakang nama yang lolos untuk dianugrahi gelar sejarah yang muncul, penulis akan pahlawan nasional baru yang diajukan membatasi pada tiga film terbaru berlatar oleh berbagai daerah. sejarah yang diputar di bioskop-bioskop Untuk menunjukkan seberapa besar di Indonesia, yakni Soegija (2012), kecintaan kepada bangsa dan negara Habibie dan Ainun (2012) dan tidak cukup hanya dengan ditulis dalam Hadrotussyaikh Sang Kiai (2013). biografi/otobiografi ataupun diberi gelar Satu hal yang menarik dari pahlawan nasional. Media lain yang akan ketiganya adalah sekelompok orang yang menjelaskan hal-hal yang belum jelas berada di balik pembuatan film-film ataupun menjawab keraguan orang atas tersebut. Apa yang diinginkan oleh nasionalisme yang dimiliki seorang tokoh mereka dengan hadirnya film-film itu? adalah film. Sejak rezim Soeharto Nasionalisme seperti apa yang ingin berkuasa, sebenarnya film sudah ditampilkan dalam film-film tersebut? dijadikan sebagai media propaganda Sejauh apa pengaruhnya bagi konsumen nasionalisme. Ketika episteme yang dipakai oleh rezim Soeharto berkuasa

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 56 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

film? Artikel ini akan menganalisis ketiga bangsa dan negara mereka. Menguatkan film tersebut dengan menggunakan pendapat Ben, Ernest Renan mengatakan metode analisa percakapan dan konten bahwa unsur utama dalam pembentukan yang mencoba mengumpulkan data suatu bangsa adalah le desir de’etre percakapan dari beberapa scene film ensemble (keinginan untuk bersatu) serta beberapa konten pokok film dan (Abdullah, 2001, 49). Persatuan inilah dipilih unsur yang terkait dengan yang menurut Dewi Yuliati kemudian nasionalisme kemudian dianalisis membangun solidaritas dan identitas bagaimana penggambaran film atas tokoh yang satu (Yuliati, 2009). utama dari ketika film tersebut yakni Menurut Ita Muriara Dewi, Soegijapranata, BJ Habibie dan Hasyim nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari Asy’ari. Meskipun menyajikan dan unsur konsep nation, nasional dan isme. menganalisa aspek historis tetapi artikel Nasionalisme bukan merupakan ideologi ini tidak bisa dikateforikan sebagai karena ideologi lebih bersifat mendalam. tulisan sejarah karena metode yang Ideologi adalah pemikiran yang digunakan untuk menyajikan data dan mendasar dan menyeluruh tentang menganalisisnya tidaklah menggunakan manusia, alam dan kehidupan yang metode penelitian sejarah. memunculkan aturan atau sistem Jika kata ‘nasionalisme’ disebutkan operasional dalam menjalankan berbagai maka yang terbesit kemudian adalah kata aspek kehidupan. Nasionalisme secara cinta, komitmen, emosional, atau rasa konseptual memiliki makna yang memiliki terhadap tanah air, bangsa dan beragam. Ada yang mengartikan negara. Oleh karena itu, nasionalisme nasionalisme sebagai (1) kulturnation terkadang buta, itulah mengapa Benedict dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan Anderson menyatakan bahwa “nation nasional) dan keinginan menegakkan (bangsa) adalah suatu komunitas politik negara; (3) identitas budaya dan bahasa, yang terbatas dan beradaulat yang dan sebagainya (Dewi, 2008: 1). dibayangkan (imagined communities). Satu hal yang perlu diperhatikan Komunitas politik itu dikatakan sebagai bahwa terminologi nasionalisme imagined communities sebab suatu memiliki perbedaan dengan patriotisme, komunitas tidak mungkin mengenal chauvimisme dan primordialisme seluruh warganya, tidak mungkin saling Patriotisme adalah sikap seseorang yang bertemu, atau saling mendengar. Akan bersedia mengorbankan segala-galanya tetapi, mereka memiliki gambaran atau untuk kejayaan dan kemakmuran tanah bayangan yang sama tentang komunitas airnya atau semangat cinta tanah air. mereka. Inilah hal yang aneh menurut Chauvinisme adalah paham (ajaran) cinta Ben dan karena hal inilah sebuah bangsa tanah air secara berlebih-lebihan bisa terbentuk. Namun, tentu dengan sehingga melahirkan sentimen kepada syarat jika sejumlah warga dalam suatu warga negara lain yang besar dan komunitas mau menetapkan diri sebagai cenderung merendahkan yang lain. suatu bangsa yang mereka angankan atau Meskipun demikian, antara nasionalisme, bayangkan” (Anderson, 2012, 15). Oleh patriotisme dan chauvinisme sama-sama karena komitmen dan keinginan untuk berkaitan dengan paham cinta tanah air mengikatkan diri dalam komunitas atau bangsa/negaranya dalam institusi bangsa ini, dapat muncul kesetiaan yang negara bangsa (nation-state). tinggi pada nation state (negara kebangsaan). Bahkan, banyak warga Kaitan film dan nasionalisme tentu suatu negara kebangsaan rela bisa ditarik benang merahnya bahwa mengorbankan jiwa-raga untuk membela

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 57 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

citra yang dibangun oleh film untuk yang menunjukkan dukungan kepada menggambarkan ketokohan seseoranglah Republik yang juga memindahkan yang diharapkan menjadi modal sosial keuskupan ke sebuah kelompok untuk menunjukkan ketika ibukota berpindah dari ke seberapa besar jasa, pengorbanan Yogyakarta setelah perjanjian Renville. ataupun pengabdian yang telah diberikan Dan terakhir, Hadrotusyaikh Sang Kiai kepada bangsa dan negara. Selain itu, film menceritakan riwayat KH. Hasyim juga berfungsi untuk menunjukkan fakta- Asy’ari, pendiri Nahdhotul Ulama’ pada fakta yang selama ini masih kabur atas kurun 1938 hingga meninggalnya pada seorang tokoh dalam sebuah peristiwa 1947. Kedudukannya sebagai pemimpin yang justru menjadi titik poin kecintaan pesantren Tebuireng dan Ketua Masyumi terhadap tanah air yang memang sengaja dihadapkan dengan kepentingan Jepang dikonstruk oleh film tersebut. Dan film ketika menduduki Indonesia. Sedangkan berlatar sejarahlah salah satu yang bisa Habibie dan Ainun mengisahkan menghadirkan citra nasionalisme ini. perjalanan hidup BJ Habibie, presiden Sejak 1998, telah hadir banyak film ketiga RI mulai ketika duduk di bangku berlatar belakang sejarah dalam layar SMA yang di sana dia bertemu dengan lebar Indonesia, namun untuk Ainun yang kelak dinikahinya pada 1962 menyajikan artikel ini, perlu sampai meninggalnya istrinya pada Mei mempersempit kategorisasi film berlatar 2010. Film ini tidak sekedar belakang tersebut menjadi film yang menghadirkan adegan cinta antara berlatarkan peristiwa faktual, tidak fiktif keduanya, tetapi juga menghadirkan dan mengangkat tokoh utama yang tidak kisah Habibie mulai dari menjadi Menristek hingga presiden RI ketiga. Film fiktif pula. Jadi, berdasarkan pembatasan itu, yang terkategorikan film berlatar -film tersebut seperti halnya otobiografi sejarah di Indonesia, antara lain Gie yang dikemas dengan media lain karena (2004), Sang Pencerah (2010), Soegija memuat beberapa sekuel perjalanan (2012), Habibie-Ainun (2012) dan hidup masing-masing dan pernyataan Hadrotussyaikh Sang Kiai (2013). sikap dan pilihan langkah dalam Sebelum 1998, pada era 1980an juga perjalanan hidup mereka.ku atau website sudah pernah ada dua film berlatar yang sesuai. sejarah yang dirilis yakni (1981) dan Tjoet Nyak Dien (1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Gie mengisahkan tentang aktivis Film Soegija Tionghoa, Soe Hok Gie yang meninggal Mgr SJ pada 1966. Film ini berlatar tahun adalah Uskup Katholik pribumi pertama 1960an ketika pengaruh komunisme yang diangkat oleh Paus Pius XII pada menguat di Indonesia dan mempengaruhi 1940. Sebagai seorang pribumi, ideologi gerakan mahasiswa ketika itu. kedudukan sebagai seorang Jesuit sangat Sedangkan Sang Pencerah berlatar tahun stategis karena posisi yang diemban 1868 ketika lahir hingga ia Soegija adalah pemimpin ummat Katholik mendirikan Muhammadiyah pada 1912. di Indonesia yang berkedudukan di Film ini memvisualkan modernitas KH. Semarang. Sebelumnya dia diangkat, di Ahmad Dahlan dalam memahami Islam Hindia Belanda sendiri seluruh Jesuit dan menghadapi tradisi kebudayaan yang berasal dari Eropa Mgr Peter Johannes membelenggu. Willekens SJ sebagai Vikaris Apostolik Soegija yang berlatar pada 1940- yang berkedudukan di Batavia; Mgr 1949 menceritakan kisah Soegijapranata, seorang Jesuit Katolik pribumi pertama Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 58 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

Mattia Leonardo Trudone Brans OFMCap, Film Soegija mencoba Vikaris Apostolik di Padang; Mgr menghadirkan sikap dukungan kepada Tarcisius Henricus Josephus van pemerintah Republik Indonesia pasca- Valenberg OFMCap, Vikaris Apostolik di proklamasi kemerdekaan. Setelah Pontianak; dan Mgr Heinrich Leven SVD, ditandatanganinya perjanjian Renville Vikaris Apostolik Isole della Piccola yang membatasi wilayah Republik Sonda di Ende, . Artinya, secara Indonesia hanya mempunyai wilayah di sosiologis bisa dijelaskan bahwa Soegija Yogyakara, maka Romo Soegija punya kedudukan sosial yang tinggi dan memindahkan keuskupan yang sejajar dengan uskup-uskup Eropa yang berkedudukan di Semarang untuk pindah lain. Diangkatnya uskup pribumi pada ke Yogyakarta dan menempati Gereja 1940 bisa dilihat dari sudut politik bahwa Bintaran. Satu quote Soegija dalam film posisi Belanda yang semakin melemah yang menggambarkan loyalitasnya atas akibat Perang Dunia II dan desakan Republik Indonesia adalah “Seratus Jerman memaksa mereka untuk persen Katolik itu ya seratus persen mengatur strategi untuk Republik”. Petikan kalimat Soegija itu mempertahankan struktur keuskupan. bisa dilihat bahwa film ini ingin Memilih seorang pribumi untuk menjadi menghadirkan wajah lain nasionalisme uskup menjadi pilihan terbaik ketika yang juga muncul dari kalangan Katolik. kelak mereka harus meninggalkan Hindia Loyalitas orang-orang Katolik untuk -Belanda. mendukung Republik juga ditampilkan Film yang rilis pada 7 Juni 2012 dan dalam adegan perang, perlindungan yang berdurasi 118 menit ini menceritakan diberikan otoritas gereja kepada para pengungsi dan para pejuang yang tentang kehidupan Soegijapranata pada kurun 1940-1949 yang melintasi tiga tentunya dibalut dengan unsur dan zaman Hindia-Belanda, Jepang dan pasca- identitas Katolik. proklamasi kemerdekaan. Ketika Jepang Siapa di balik film ini? Film ini datang ke wilayah Hindia-Belanda pada diolah di Studio Audio Visual Puskat 1942, Jepang berusaha menguasai Yogyakarta dan diproduseri oleh oleh seluruh aset yang dimiliki Belanda, Djaduk Ferianto, Murti Hadi Wijayanto termasuk Gereja Katedral Randusari, SK, Tri Giovani yang menghabiskan 12 Semarang. Soegija yang menjadi uskup di miliar rupiah. Sutradara film ini adalah sana melawan dengan mempertahankan . Bisa dijelaskan bahwa otoritas dan hak milik gereja. Satu keinginan untuk menampilkan kalimat yang disampaikan Soegija kepada nasionalisme dari kaum Katoliklah yang pimimpin Jepang ketika itu adalah bahwa kemudian mendorong Puskat Yogyakarta "Gereja Katolik bukan bagian dari menghadirkan film ini dalam rangka Pemerintah Hindia Belanda, melainkan mengimbangi narasi nasionalisme berada di bawah Pemerintah Vatikan, Indonesia yang cenderung beridentitas yang juga punya hubungan diplomatik Islam. dengan Pemerintah Jepang." Artinya, Film Habibie dan Ainun Jepang tidak bisa menduduki gereja tersebut. Film ini juga menggambarkan Film yang disutradarai oleh Faozan bagaimana situasi pendudukan Jepang Rizal ini hadir tidak lama setelah BJ. dan perang mempertahankan Habibie melalui The Habibie Center-nya kemerdekaan yang banyak memakan menerbitkan buku memoar yang berjudul korban perempuan dan anak-anak. Unsur sama Habibie dan Ainun pada November kemanusiaan yang dilanggar oleh perang 2010. Sekilas yang tampak dari film yang coba disuarakan oleh film ini.

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 59 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

rilis 20 Desember 2012 ini adalah film Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan percintaan yang menceritakan kisah cinta kemudian menjabat Kepala Divisi Metode Habibie dan istrinya, Hasri Ainun, tetapi dan Teknologi pada industri pesawat jika dicermati lebih dalam ternyata, film terbang komersial dan militer di MBB ini juga memuat beberapa quote politik (1969-1973). 4 tahun kemudian, atas Habibie ketika ia mendapatkan kinerja yang baik, ia dipercaya sebagai kepercayaan sebagai Menteri Riset dan Vice President sekaligus Direktur Teknologi (Menristek) RI (1978-1997) Teknologi di MBB periode 1973-1978 ketika Presiden Soeharto menjabat serta menjadi Penasihast Senior bidang hingga ia ditunjuk sebagai Wakil Presiden teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1997-1998) dan Presiden RI (1998- (1978). Ketika itu, dialah satu-satunya 1999). Bahkan, cerita berunsur politik orang Asia yang berhasil menduduki beberapa saat menjelang Habibie jabatan nomor dua di perusahaan dipanggil kembali ke Indonesia setelah pesawat terbang Jerman ini. Selama menyelesaikan studinya pada 1965 dan bekerja di MBB Jerman, Habibie menjadi wakil presiden perusahaan menyumbang berbagai hasil penelitian kosntruksi pesawat MBB (1973-1978) di dan sejumlah teori untuk ilmu Jerman oleh Soeharto juga dihadirkan pengetahuan dan teknologi di bidang dalam film ini. Thermodinamika, Konstruksi dan Film karya MD Pictures dan Aerodinamika. Beberapa rumusan diproduseri oleh Dhamoo Punjabi dan teorinya dikenal dalam dunia pesawat Manooj Punjabi ini bermula ketika terbang seperti “Habibie Factor“, Habibie masih duduk di bangku SMA dan “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“. kenal dengan salah seorang teman sekelasnya yang bernama Hasri Ainun Ketika Habibie berada di puncak Besari. Selepas SMA, Habibie melanjutkan karirnya dalam industri pesawat terbang, ke Jurusan Teknik Mesin Institut ia diminta kembali ke Indonesia oleh Teknologi sedangkan Ainun ke Presiden Soeharto. Dia diyakinkan bahwa Jurusan Kedokteran Universitas Indonesia sudah menunggu kiprah Indonesia. Selepas studi, Habibie Habibie. Puncak karir itupun melanjutkan ke Rhenisch Wesfalische ditinggalkan. Inilah salah satu bentuk Tehnische Hochscule. Jerman pada 1955. nasionalisme yang dihadirkan oleh film Mereka dipertemukan kembali di ini. Pilihan bekerja di tempat yang Indonesia ketika Habibie harus menjalani nyaman untuk pengembangan karirnya masa-masa pengobatan ketika mengidap dan gaji yang besar harus ditinggalkan penyakit TBC tulang saat menjalani studi untuk memenuhi panggilan negara. di Jerman. Pertemuan itu kemudian Dijemput langsung oleh Ibnu Soetowo membawa mereka berdua menuju yang ketika itu menjadi salah satu orang jenjang pernikahan. Habibie pun kepercayaan Soeharto, setibanya di membawa Ainun ke Jerman untuk Indonesia dia langsung diantar menemaninya menjalani studi S3 di menghadap Soeharto. Dalam kesempatan Aachen. Beberapa saat kemudian, Ainun itu, Habibie memaparkan rencananya juga mengambil spesialis anak di Jerman dalam membangun industri pesawat dan lulus sebagai dokter spesialis anak. terbang sebagai industri strategis Perjalanan Habibie selanjutnya nasional yang mempunyai beribu-ribu berlanjut di Jerman ketika bekerja di pulau. Film ini juga menampilkan sosok orang yang mencoba merebut grand Messerschmitt-Bo lkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala desain perancangan industri pesawat Penelitian dan Pengembangan pada

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 60 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

yang masih dalam proses diajukan politik yang menguntungkan salah satu Habibie kepada Soeharto yang golongan. Menurutnya, keputusan paling menyiratkan bahwa Habibie ingin logis dan rasional lah yang harus diambil. menyuarakan bahwa banyak orang-orang Tanpa dukungan partai politik karena yang berkepentingan atas rencana memang dia tidak memilih partai sebagai Habibie itu. kendaraan politiknya, Habibie akhirnya Perjalanan Habibie sebagai ditutunkan dalam Sidang Istimewa MPR Menristek RI (1978-1997) tidaklah RI 1999 yang menghasilkan keputusan mulus. Wewenang yang diberikan untuk melaksanakan pemilihan umum Soeharto yang terlampau besar dengan untuk memilih Presiden RI yang baru. menjadi Kepala Badan Pengkajian dan Film Hadrotussyaikh Sang Kiai Penerapan Teknologi (PPPT) dan Dewan Film yang rilis 30 Mei 2013 ini Riset Nasional membuat lawan-lawan menghadirkan kisah KH. Hasyim Asyari, politik yang kecewa karena gagal pemimpin pondok Tebuireng, Jombang mengambil keuntungan atas langkahnya sekaligus pendiri Nahdhatul Ulama’. Film dalam pengembangan industri pesawat ini bermula pada kurun jelang datangnya terbang nasional menekan dengan Jepang ke wilayah yang disebut Hindia menghembuskan isu bahwa usaha Belanda setelah memenangkan Perang Habibie hanyalah memboroskan APBN. Asia Timur Raya. Kiai Hasyim tinggal di Pada adegan ini, Habibie sebenarnya wilayah pedalaman Jombang yang ingin mengatakan bahwa industri mayoritasnya adalah petani. Salah satu pesawat terbang adalah investasi jangka potongan kehidupan pesantren panjang yang tidak murah harganya, Tebuireng pada 1930an dihadirkan oleh maka wajar jika investasi negara untuk film ini dengan proses penerimaan santri hal ini juga besar. Puncaknya, pada 1995 baru yang menggunakan hasil bumi ketika pesawat CN-250 ‘Gathotkaca’ akan sebagai pembayarannya. Selebihnya, diterbangkan perdana sempat diterpa isu pesantren berusaha mandiri dengan bahwa Presiden Soeharto berhalangan mencukupi kehidupan sehari-hari santri untuk hadir. dan kiainya dengan menanam padi dan Statemen politis Habibie dalam film dikelola oleh para santri sendiri. ini juga muncul ketika harus mengizinkan Kehidupan pesantren yang damai lepasnya Timor Timur menjadi negara kemudian berubah ketika Jepang datang berdaulat pada 1999. Tekanan dunia ke sana dan hendak menangkap Kiai internasional dikarenakan tidak bisa Hasyim dengan tuduhan memprovokasi terkontrolnya TNI di sana dengan baik masyarakat untuk berdemo di pabrik ketika gejolak mulai terjadi, terus gula Tjoekir, Jombang. Kiai Hasyim pun menguat. Referendum menurut Habibie bersedia ikut dengan pasukan Jepang dan dalam film tersebut menjadi pilihan ditawan di penjara Jombang. terbaik. Konsekwensinya, lawan-lawan Ikatan pratron-klien antara klai dan politik Habibie muncul di banyak media santri digambarkan dengan jelas dalam cetak dan elektronik dan mencibir film ini. Ketika Kiai Hasyim ditangkap, Habibie bahwa dia hanyalah seorang gelombang demontrasi dari para santri insinyur maka tidak pantas menjadi terus mengalir. Beberapa kali penjara presiden. Melalui film ini, Habibie ingin Jombang didatangi oleh para santri menjawab bahwa jabatan presdien Tebuireng. Bahkan ketika Kiai Hasyim tidaklah menjadi ambisi pribadi dia. Maka dipindahkan ke penjara Mojokerto pun, keputusan-keputusan berat yang harus santri-santri tetap berdatangan untuk dia ambil setelah turunnya Presiden Soeharto sama sekali tidak bermuatan

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 61 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

meminta kiainya dibebaskan. Mereka Jepang untuk memaksa masyarakat berdemo dengan cara damai yakni untuk meningkatkan hasil bumi untuk dengan membaca shalawat. Cara ini kebutuhan Jepang. Masyumi pun menulis diambil setelah cara kekerasan dilakukan pada buletin yang disebarkannya di di penjara Jombang tidak membuahkan masyarakat dan kemudian menuai hasil, bahkan justru memakan banyak kontroversi. Film ini menampilkan korban jiwa dari para santri. Lobi awal di jawaban Hasyim Asy;ari terkait penjara ketika Jepang diyakinkan bahwa kontroversi dalam kasus instruksi Tebuireng mempunyai pengaruh yang meningkatkan hasil bumi bahwa besar di Jawa Timur dan Madura tidak Masyumi adalah alat Jepang untuk digubris Jepang. Pada adegan itu, film ini memeras rakyat. Statemen Hasyim mencoba menunjukkan kebesaran Asy’ari yang dimunculkan dalam film pesantren Tebuireng dan sosok Hasyim tersebut adalah bahwa yang dia Asyari di mata masyarakat Jawa Timur maksudkan adalah penyerahan hasil dan Madura. bumi itu kepada pemimpin yang tidak Dalam penjara, Hasyim Asy’ari dhalim kepada rakyat. Artinya, adegan itu dipaksa untuk menandatangani menjadi jawaban bahwa Masyumi pernyataan bahwa dia adalah yang sebenarnya tidak serta merta memprovokasi masyarakat untuk menginstruksikan pelipatgandaan hasil berdemo di Tjoekir dan bersedia tapi secara inplisit juga menuntut Jepang melaksanakan sakerei (penghormatan agar berbuat adil dan tidak dholim kepada Dewa Matahari) yang dilakukan kepada masyarakat ketika memang oleh pasukan Jepang setiap pagi. Film ini kemudian beras sudah diserahkan kepada mereka. memvisualkan bahwa permintaan itu ditolak oleh Kiai Hasyim. Dia punya Adegan lain yang dimunculkan prinsip teguh bahwa aqidah Islam dalam film ini adalah ketika Jepang kalah melarang sakerei karena berarti dalam perang Pasifik dan harus mengakui Tuhan lain selain Allah. Kiai meninggalkan Indonesia. Sekutu dan Hasyim pun terus disiksa bahkan pada diboncengi NICA menyebarkan brosur suatu ketika, penyiksaan itu didengarkan bahwa rakyat harus meninggalkan dengan pengeras suara kepada pada dalam 2x24 jam. Dalam rangka demonstran yang menuntut merespon hal itu, Kiai Hasyim diminta dibebaskannya Kiai Hasyim. Situasi fatwa oleh Bung Tomo dan kemudian berubah ketika lobi yang dilakukan lahirlah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 , putranya kepada yang berisikan kewajiban untuk pemerintah militer Jepang di Jakarta atas memerangi orang kafir, derajat yang akan bantuan seorang Jepang, berhasil. diraih oleh pejuang pembela tanah air Kebijakan Pemerintah Militer Jepang adalah syuhada’ dan orang yang kemudian memilih menggunakan para bekerjasama dengam Belanda adalah kiai untuk bisa meluaskan wajib dibunuh. Resolusi Jihad yang propagandanya di Indonesia yang dikeluarkan PBNU itu mengobarkan mayoritas Islam. semangat para santri dan elemen Setelah dibebaskan dari penjara, masayrakat lain di Jawa Timur khususnya legitimasi besar Hasyim Asy’ari dan yang memang basis NU dengan Tebuireng dimanfaatkan oleh Jepang membentuk pasukan Hizbullah. sebagai ketua Masyumi, gabungan Pesantren Tebuireng mengirim cukup banyak santri untuk menyambut organisais-organisasi Islam. Salah satu peristiwa yang divisualkan dalam film ini kedatangan pasukan NICA di Surabaya. adalah ketika Masyumi ditekan oleh

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 62 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

Film ini secara implisit menyatakan Soegijapranata dan Hasyim Asy’ari bahwa pasukan Hizbullah lahir di ternyata belum cukup bagi orang-orang Tebuireng dan Kiai Hasyim mempunyai di sekililingnya untuk menunjukkan peran besar atas kelahiran pasukan betapa besar bentuk ‘kepahlawanan’ yang Hizbullah di berbagai wilayah lain di luar sudah dilakukan dan nasionalisme yang Jombang. ditunjukkan untuk bangsa dan negara. Nasionalisme Kiai Hasyim yang Nasionalisme yang dihasilkan oleh telah coba dihadirkan oleh film ini film-film berlatar sejarah seperti ini memang sarat sudut pandang Islam dan adalah nasionalisme primordial yang NU. Film yang diproduseri oleh Gope T. masih menonjolkan keagamaan ataupun Samtani dan disudradarai oleh Rako golongan tertentu. Apa yang ditunjukkan Prijanto ini digarap di studio Rapi Films. Soegija tentu adalah nasionalisme Katolik Satu hal lain yang menarik dari film ini karena pesan yang ingin disampaikan adalah upaya untuk merekonstuksi pembuat film adalah kontribusi kaum sejarah yang menurut saya sangat Katolik dalam perjuangan bangsa. Begitu kontroversial. Ada sosok fiktif yang juga dengan Sang Kiai, nasionalisme yang dihadirkan dalam film ini yang bernama ditunjukkan dari sosok KH. Hasyim Harun, seorang santri Tebuireng. Dial ah Asy’ari dan para santri pesantren yang divisualkan oleh film ini sebagai Tebuireng adalah nasionalisme golongan pembunuh Brogadir Jendral Aubertin Islam. Sedangkan dalam Habibie dan Mallaby, komandan pasukan Inggris saat Ainun lebih menonjolkan nasionalisme datang ke Surabaya pada 30 Oktober kebangsaan yang memang dihadirkan 1945 sebelum akhirnya mobil Mallaby untuk ‘membela diri’ dari pandangan- yang sering dihadirkan dalam buku-buku pandangan sinis mengenai Habibie sejarah meledak. Peristiwa inilah yang sepanjang kiprahnya dalam birokrasi menjadi salah satu penyebab pecahnya Republik Indonesia dari tahun 1979 peristiwa 10 November 1945 di hingga 1999. Surabaya. Film ini memang disajikan dalam layar lebar dan sepanjang tayang di KESIMPULAN bioskop telah mencat kuantitas penonton Film sejarah layaknya sebuah yang berbeda. Habibie dan Ainun yang tulisan sejarah, akan hadir dengan mencapai angka tertinggi, hingga 4,1 juta subjektivitas yang dibangun. penonton. Sedangkan Soegija dan Sang Subjektivitas inilah yang kemudian Kiai berkisar antara 1-2 juta. Habibie dan mendorong untuk memunculkan ke- Ainun meraih lebih banyak dikarenakan ‘akuan’ dalam perjalanan hidup seorang ‘kenetralan’ film yang disajikan. tokoh. Subjektivitas inilah yang juga Sedangkan Soegija dan Sang Kiai yang menghadirkan citra nasionalisme yang ‘segmented’ untuk golongan Katolik dan coba disajikan secara natural oleh film- Islam (meskipun sebenarnya juga film berlatar belakang sejarah. Citra ditujukan untuk semua) berimbas pada nasionalisme dalam film-film tersebut jumlah penonton yang terbatas. Namun, seperti halnya kontestasi untuk yang akan dilihat kaitannya dengan menunjukkan banyak hal yang pembahasan citra kepahlawanan menyangkut tentang kecintaan, jasa bukanlah kuantitas namun seberapa jauh besar, dan kontribusi terhadap bangsa kemudian film-film menjadi propaganda yang belum diketahui oleh khalayak dan yang mendekonstruksi pemahaman belum tercatat dalam buku-buku sejarah. masyarakat selama ini. Memang belum Terkecuali BJ Habibie, gelar pahlawan bisa dilihat lebih jauh mengenai hal ini. nasional yang sudah diraih oleh Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 63 Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi Citra Kepahlawanan dalam Film-Film Berlatar Sejarah...

Satu hal yang bisa dilihat adalah Penulisan tentang Diri Sendiri legitimasi yang berhasil didapatkan dari pada Masa Orde Baru” dalam masing-masing yang menyuarakan dan Perspektif Baru Penulisan Sejarah membuat film ini. Indonesia. Jakarta: Obor dan KITLV Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Anderson, B. (2012). Imagined Community. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asvi Warman Adam. (2007). Pelurusan Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Dewi Yuliati. “Menyibak Fajar Nasionalisme Indonesia”. Makalah Sarasehan Sejarah Regional Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, di Hotel Pondok Tingal , 23 Mei 2009. Diunduh via .

Irawanto, Budi. (2018) Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Warning Books & Jalan Baru.

Ita Mutiara Dewi. “Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong” dalam Mozaik Vol.3 No. 3, Juli 2008. Diunduh via Google.

Kementrian Sosial RI. “Prosedur Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional” dalam http://www. kemsos.go.id/modules.php? name=Pahlawan, diakses pada 24 Juni 2013.

Pusat Bahasa Depdiknas RI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas RI.

Abdullah, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Jakarta: Satya Historika.

Van Klinken, G. (2008). “Aku yang berjuang: Sebuah Sejarah

Diplomatika, Vol. 2, No. 1 September 2018 64