STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DI DESA BULUH CINA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

SKRIPSI

OLEH: RADIATUL FADILLAH PUTRI NIM 151501154

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DI DESA BULUH CINA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH: RADIATUL FADILLAH PUTRI NIM 151501154

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

PENGESAHAN SKRIPSI

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DI DESA BULUH CINA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU OLEH: RADIATUL FADILLAH PUTRI NIM 151501154

Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada Tanggal: 14 Agustus 2019

Disetujui oleh: Panitia Penguji: Pembimbing,

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt. Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. NIP 197812052010121004 NIP 195709091985112001

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt. Ketua Program Studi Sarjana Farmasi, NIP 197812052010121004

Dr. Sumaiyah, S.Si., M.Si., Apt. Dra. Suwarti Aris, MSi, Apt. NIP 197712262008122002 NIP 195107231982032001

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama tama dan paling utama, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT atas segala limpahan berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Studi Pemanfaatan Tanaman

Sebagai Obat Tradisional di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau”.

Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi namun pada akhirnya penulis dapat melaluinya berkat dukungan dan bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberi petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Dr. Marline Nainggolan, MS,

Apt., selaku ketua penguji dan ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara ataupun seluruh civitas akademika Universitas

Sumatera Utara yang sudah membantu saya selama proses belajar baik secara formal maupun non formal. Keikhlasan Bapak Ibu semua telah menuntun saya hingga saya mampu berada pada posisi saat ini.

iv

Universitas Sumatera Utara

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Masrizal dan Ibunda Liberti atas segala doa dan dukungannya bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan pendidikan, untuk saudara-saudara tersayang Qairina, Arif Fajar Al-shiddiq, Yosi Noviani dan Ulfa Zulia atas nasehat serta pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan pendidikan, juga para penyemangatku Wirdayati Helmi Harahap, Reffy Mugrima, Siti Fatmala, pengurus DPP KAM Rabbani USU, DPW KAM Rabbani Farmasi USU, Ukmi Ath-

Thibb, Lingkaran Cahaya dan IZI (Inisiatif Zakat Indonesia) atas doa dan dukungannya. Serta tidak lupa pula kepada BBKSDA Riau, Pak Bustami, Bang

Agus dan Penduduk Desa Buluh Cina yang membantu penulis selama proses penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 14 Agustus 2019 Penulis,

Radiatul Fadillah Putri NIM 151501154

v

Universitas Sumatera Utara

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Radiatul Fadillah Putri

Nomor Induk Mahasiswa : 151501154

Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Studi Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat

Tradisional di Desa Buluh Cina Kabupaten

Kampar Provinsi Riau

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh

Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 14 Agustus 2019

Radiatul Fadillah Putri NIM 151501154

vi

Universitas Sumatera Utara

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DI DESA BULUH CINA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

ABSTRAK

Latar Belakang: Desa Buluh Cina merupakan desa yang terletak di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Di sekitar desa sendiri terdapat hutan rimbo adat tujuh danau yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Salah satunya adalah tanaman obat. Tanaman obat banyak tersebar di pemukiman warga juga di daerah kawasan hutan Desa Buluh Cina. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan tumbuhan obat dan jenis penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Cina. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan teknik observasi dan dokumentasi serta menggunakan metode wawancara terhadap responden dengan teknik snowball sampling. Hasil: Hasil penelitian pada Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau terdapat 27 jenis tumbuhan obat yang berasal dari 20 famili. Cara pemanfaatan obat terdiri dari cara pengolahan dan penggunaan. Cara pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau yaitu dibakar, direbus, dihaluskan, dikikis, ditumbuk/diperas, dan dikunyah. Sedangkan cara penggunaan tumbuhan obat yaitu ditempelkan, dimakan langsung, diminum dan digosok. Ada sebanyak 22 jenis penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Kesimpulan: Masyarakat Desa Buluh Cina banyak memanfaatkan tanaman obat untuk mengobati penyakit mulai dari akut hingga kronis

Kata Kunci: Pemanfaatan Tanaman, Obat Tradisional, Desa Buluh Cina

vii

Universitas Sumatera Utara

STUDY OF THE USE OF AS TRADITIONAL MEDICINES IN BULUH CINA VILLAGE KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE

ABSTRACT

Background: Buluh Cina Village is a village located in Kampar Regency, Riau Province. Around the village there are rimbo adat tujuh danau forest that have abundant natural resources. One of them is medicinal plants. Medicinal plants are spread in residential areas also in the forest area. Objective: The purpose of this study is to find out the types of plants used, how to use medicinal plants and types of diseases that can be treated with medicinal plants that are used by the people of Buluh Cina Village. Method: This study was a descriptive research that uses observation and documentation techniques and uses interview methods to respondents with a snowball sampling technique. Results: The results of the study in the Village of Buluh China, Kampar Regency, Riau Province, there were 27 types of medicinal plants from 20 families. The way to use medicinal plants consists of how to process and use. The way to process medicinal plants by the people of Buluh Cina Village, Kampar Regency, Riau Province, were to be burned, boiled, mashed, scraped, pounded / squeezed, and chewed. Whereas the method of using medicinal plants is affixed, eaten directly, drunk and rubbed. There were as many as 22 types of diseases that can be treated with medicinal plants that was used by the people of Buluh Cina Village, Kampar Regency, Riau Province. Conclusion: Many people in Buluh Cina used medicinal plants to treat various diseases from acute to chronic.

Keywords: Utilization, Traditional Medicines, Buluh Cina Village

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

JUDUL ...... i HALAMAN JUDUL ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv HALAMAN PERNYATAAN ...... vi ABSTRAK ...... vii ABSTRACT ...... viii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Perumusan Masalah ...... 3 1.3 Hipotesis Penelitian ...... 3 1.4 Tujuan Penelitian ...... 4 1.5 Manfaat Penelitian ...... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 5 2.1 Obat Tradisional ...... 5 2.2 Tumbuhan Obat ...... 6 2.3 Jenis Jenis Obat Tradisional ...... 7 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tumbuhan Obat ...... 10 2.5 Bagian Tumbuhan Obat ...... 11 2.6 Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...... 14 2.7 Desa Buluh Cina ...... 14 BAB III METODE PENELITIAN...... 17 3.1 Lokasi dan Waktu ...... 17 3.2 Objek dan Alat ...... 17 3.3 Tahap Persiapan ...... 17 3.4 Teknik Pengambilan Data ...... 18 3.5 Analisis Data ...... 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 20 4.1 Karakteristik Responden ...... 20 4.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat ...... 21 4.3 Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...... 29 4.3.1 Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian Tumbuhan Yang Digunakan ...... 32 4.3.2 Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Jenis Penyakit ...... 33 4.4 Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...... 35 4.5 Spesifikasi Tumbuhan Obat ...... 37 4.5.1 Tumbuhan Jahe ...... 37 4.5.2 Tumbuhan Kunyit ...... 38 4.5.3 Tumbuhan Kencur ...... 39 4.5.4 Tumbuhan Setawar...... 40 4.5.5 Tumbuhan Sedingin ...... 41 4.5.6 Tumbuhan Jarak ...... 42 4.5.7 Tumbuhan Sirih ...... 43 4.5.8 Tumbuhan Lengkuas ...... 44

ix

Universitas Sumatera Utara

4.5.9 Tumbuhan Pepaya ...... 45 4.5.10 Tumbuhan Pinang ...... 46 4.5.11 Tumbuhan Jambu Biji ...... 47 4.5.12 Tumbuhan Sirih Merah ...... 48 4.5.13 Tumbuhan Rengas ...... 49 4.5.14 Tumbuhan Ketapang ...... 50 4.5.15 Tumbuhan Sundak Langit ...... 51 4.5.16 Tumbuhan Kayu Tulang ...... 52 4.5.17 Tumbuhan Pasak Bumi ...... 53 4.5.18 Tumbuhan Mali Mali ...... 54 4.5.19 Tumbuhan Temu Putih ...... 55 4.5.20 Tumbuhan Tenggek Burung ...... 56 4.5.21 Tumbuhan Keduduk ...... 57 4.5.22 Tumbuhan Geronggang ...... 58 4.5.23 Tumbuhan Mahang ...... 59 4.5.24 Tumbuhan Manggis Hutan ...... 60 4.5.25 Tumbuhan Sigadabu / Kayu Hujan ...... 61 4.5.26 Tumbuhan Rotan ...... 62 4.5.27 Tumbuhan Bakung ...... 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 64 5.1 Kesimpulan ...... 64 5.2 Saran ...... 64 DAFTAR PUSTAKA ...... 65 LAMPIRAN ...... 70

x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

4.1 Spesies-spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau ...... 21

xi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

2.1 Logo Jamu ...... 7 2.2 Logo Obat Herbal Terstandar...... 8 2.3 Logo Fitofarmaka ...... 9 2.4 Peta Taman Wisata Alam Buluh Cina ...... 15 3.1 Teknik pengambilan sampel ...... 18 4.1 Jumlah spesies dan famili tumbuhan obat ...... 30 4.2 Grafik Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional...... 32 4.3 Grafik penyakit yang di obati ...... 34 4.4 Grafik cara pengolahan dan penggunaan obat ...... 36 4.5 Jahe ...... 37 4.6 Kunyit ...... 38 4.7 Kencur ...... 39 4.8 Setawar ...... 40 4.9 Sedingin ...... 41 4.10 Jarak ...... 42 4.11 Sirih ...... 43 4.12 Lengkuas ...... 44 4.13 Pepaya ...... 45 4.14 Pinang ...... 46 4.15 Jambu Biji ...... 47 4.16 Sirih Merah ...... 48 4.17 Rengas ...... 49 4.18 Ketapang ...... 50 4.19 Sundak Langit ...... 51 4.20 Kayu Tulang ...... 52 4.21 Pasak Bumi ...... 53 4.22 Mali Mali ...... 54 4.23 Temu Putih ...... 55 4.24 Tenggek Burung ...... 56 4.25 Keduduk ...... 57 4.26 Geronggang ...... 58 4.27 Mahang ...... 59 4.28 Manggis Hutan ...... 60 4.29 Sigadabu / Kayu Hujan ...... 61 4.30 Rotan ...... 62 4.31 Bakung ...... 63

xii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Famili ...... 70 2. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian Tumbuhan Yang Digunakan ...... 71 3. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Jenis Penyakit ...... 72 4. Cara Pengolahan Tanaman Obat ...... 73 5. Cara Penggunaan Tanaman Obat ...... 74 6. Pemanfaatan Tanaman Obat Masing-Masing Dusun Desa Buluh Cina ...... 75 7. Surat Izin Riset ...... 81 8. Foto Dokumentasi Kegiatan...... 82

xiii

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi, dari sekian banyak keanekaragaman tumbuhan, terdapat tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat- obatan dan telah digunakan sebagai pengobatan tradisional berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan secara turun temurun yang masih dimanfaatkan hingga saat ini. Obat-obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alamiah seperti akar, batang, daun, bunga dan buah (Sutardjo, 1999).

Rukmana (2006) mengatakan bahwa tanaman obat merupakan salah satu sumber daya kekayaan alam Indonesia yang potensial, namun belum banyak dimanfaatkan. Tanaman obat merupakan bahan obat tradisional yang sudah sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia, terutama di pedesaan. Penggunaan obat tradisional sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang.

Sejak zaman dahulu, masyarakat sudah menggunakan obat-obatan tradisional untuk meningkatkan kesehatan diri dan mengobati berbagai macam penyakit, baik dari yang ringan hingga berat. Indonesia sendiri memiliki kekayaan yang begitu melimpah sehingga banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Indonesia, khususnya dalam bidang kesehatan itu sendiri. Indonesia memiliki keanekaragaman suku atau etnis yang tersebar diseluruh Indonesia. Setiap masing masing suku memiliki pengetahuan obat tradisionalnya sendiri yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang terdahulu. Ada yang mewariskan dengan cara lisan dan langsung dipraktikkan maupun tulisan.

1

Universitas Sumatera Utara

Sebagian besar masyarakat Indonesia yang hidup di pelosok, hidup berkelompok membentuk suku-suku tertentu dan masih memegang erat pengetahuan atau kearifan lokal suku mereka termasuk cara pandang terhadap sakit, penyebabnya dan cara mengobatinya. Cara mengobati sakit sebagian besar dilakukan menggunakan tumbuhan yang berada di sekitar lingkungan mereka. Tak hanya sebagai obat, tumbuhan pun menjadi bagian dari semua aspek kehidupan mereka, mulai dari makanan, upacara adat dan sebagainya. Bila ditelaah lebih lanjut, tumbuhan berkhasiat obat tersebut berpeluang besar untuk dikembangkan, setidaknya dapat digunakan oleh masyarakat yang telah lama memanfaatkanannya dan lebih jauh lagi pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat kelompok lain. Persoalan mengenai akses dan biaya yang besar terhadap kebutuhan obat dapat diatasi dengan obat yang berasal dari tumbuhan yang mudah dan murah.

Mudah karena untuk dapat menggunakannya, masyarakat hanya tinggal mengambil dari pekarangan, kebun atau lingkungan sekitar mereka serta mengolahnya di rumah. Cara tersebut tentu lebih murah bila dibandingkan harus membawa si sakit ke rumah sakit (Rahayu, 2011).

Desa Buluh Cina merupakan desa yang terletak di Kabupaten Kampar

Provinsi Riau. Di sekitar desa sendiri terdapat hutan rimbo adat tujuh danau yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Salah satunya adalah tanaman obat. Tanaman obat banyak tersebar di pemukiman warga juga di daerah kawasan hutan Desa Buluh Cina. Sebagian kecil masyarakat masih menggunakan tanaman obat sebagai penunjang kesehatan.

Belum adanya dilakukan penelitian terkait dengan pemanfaatan tanaman obat di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau dan pengelolaannya sehingga penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi pe-

2

Universitas Sumatera Utara

manfaatan tanaman obat tradisional bagi warga setempat dan pengelolaan tanaman obat yang ada, sebagai bentuk pengetahuan tradisional dan informasi lengkap bagi masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

a. Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional

oleh masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau?

b. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Buluh

Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau?

c. Jenis jenis penyakit apa saja yang diobati dengan tumbuhan obat di Desa

Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Masyarakat Desa Buluh Cina banyak memanfaatkan berbagai jenis tanaman

sebagai obat tradisional.

b. Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Buluh Cina

Kabupaten Kampar Provinsi Riau terbagi dua yaitu cara pengolahan dan

cara penggunaan. Cara pengolahan dengan direbus dan ditumbuk (diperas).

Sementara itu, cara penggunaan dengan diminum, ditempelkan, atau

dibasuhkan dengan air pencuci.

c. Jenis penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat di Desa Buluh Cina

Kabupaten Kampar Provinsi Riau adalah dari penyakit akut hingga kronis.

3

Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat

tradisional oleh masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi

Riau.

b. Mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Buluh

Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

c. Mengetahui Jenis jenis penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat

di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi sumber informasi mengenai pengobatan tradisional menggunakan tanaman bagi masyarakat dan dapat menjadi sumber pertimbangan untuk melakukan pembudidayaan tanaman obat bagi pemerintah setempat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis terkait tanaman obat tradisional.

4

Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (BPOM,

2014).

Ciri dari obat tradisional yaitu bahan bakunya masih berupa simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti. Bentuk sediaan masih sederhana berupa serbuk, pil, seduhan atau rajangan simplisia, klaim kahsiatnya masih berdasarkan data empiris. Obat tradisional sendiri dibagi menjadi tiga yaitu, jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. (Anggraeni dkk., 2015).

Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) menunjukkan bahwa obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat. Umumnya, pemanfaatan obat tradisional lebih diutamakan sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan. Selain itu, ada pula yang menggunakannya untuk pengobatan suatu penyakit. Popularitas dan perkembangan obat tradisional kian meningkat seiring dengan slogan “kembali ke alam” yang kian menggema. Hal itu dibuktikan oleh semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional. Industri - industri tersebut berlomba-

5

Universitas Sumatera Utara

lomba memproduksi obat tradisional secara modern menggunakan mesin-mesin modern. Namun, masih banyak industri rumah tangga yang membuat obat tradisional secara sederhana. Mereka menerapkan resep-resep kuno yang dipercaya bermanfaat untuk kesehatan (Suharmiati dkk., 2006).

2.2 Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit dan berkhasiat yang diteliti secara ilmiah dan secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan obat adalah satu diantara bahan utama produk• produk jamu. Bahan tersebut berasal dari tumbuhan yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum diolah

(Zaman, 2009).

Secara umum, kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia diketahui secara lengkap karena pemeriksaan bahan kimia dari satu tanaman memerlukan biaya yang mahal. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi pendekatan secara farmakologi berhasil menghasilkan informasi dari kegunaan tumbuhan obat. Tumbuhan yang mengandung ratusan bahkan mungkin ribuan bahan-bahan kimia, akan berinteraksi di dalam tubuh melalui berbagai cara dan kondisinya. Dalam kondisi tertentu, tumbuhan obat menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, pengobatan dilakukan dengan jumlah yang sesuai dan sebaiknya tumbuhan obat tidak dikonsumsi secara berlebihan. Selain itu tumbuhan obat harus dalam keadaan bersih (Hariana, 2004).

6

Universitas Sumatera Utara

2.3 Jenis-Jenis Obat Tradisional

Didalam buku wasito (2011), berdasarkan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Indonesia tahun 2004, obat bahan alam di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. a. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang biasanya disediakan secara tradisional,

misalnya dalam bentuk sediaan seduhan, rajangan, pil dan cairan yang berisi

seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan

secara tradisional. Pada umumnya jamu dibuat dengan mengacu pada resep

peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang berkhasiat

yang jumlahnya cukup banyak sekitar 5-10 macam tanaman bahkan lebih.

Bentuk sediaan jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai klinis, namun

cukup dengan bukti empiris dari pengalaman penggunaan di masyarakat. Jamu

telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh-puluh bahkan mungkin

ratusan tahun yang lalu dan telah membuktikan keamanan dan manfaat secara

langsung untuk tujuan pengobatan atau menjaga kesehatan

Gambar 2.1 Logo Jamu

7

Universitas Sumatera Utara

Logo jamu berupa sebuah lingkaran yang secara filosofis menyatakan sebuah

proses serta tanda aman (oke) berwarna hijau serta kuning yang merupakan

perwujudan kekayaan alam Indonesia dengan ditengah-tengahnya terdapat

gambar stilasi jari-jari daun yang melambangkan suatu proses yang sederhana

yang merupakan gambaran dari proses pembuatan jamu yang sederhana. b. Obat Herbal Terstandar (Standarized Based Herbal Medicine)

Merupakan obat tradisional yang biasanya disajikan dari ekstrak atau hasil

penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, biodata laut

maupun mineral. Untuk membuat obat herbal terstandar dibutuhkan alat yang

lebih kompleks serta ditunjang oleh tenaga kerja yang mendukung dengan

pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak seperti standar

kandungan bahan berkhasiat dan bahan obat tradisional, standar pembuatan

ekstrak tanaman obat, serta dalam pembuatannya harus higienis. Selain proses

pembuatannya yang membutuhkan teknologi yang maju, obat herbal terstandar

pada umumnya telah ditunjang dengan bukti ilmiah berupa uji praklinik seperti

uji khasiat farmakologis dan uji toksisitas akut maupun klinis pada beberapa

hewan percobaan.

Gambar 2.2 Logo Obat Herbal Terstandar

8

Universitas Sumatera Utara

Logo obat herbal terstandar berupa lingkaran hijau dengan warna dasar dalam

lingkaran kuning yang memiliki filosofi yang sama dengan jamu serta pada

bagian dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilisasi jari-jari daun sebanyak

tiga pasang yang melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak

tumbuhan obat yakni uji laboratorium, uji toksisitas dan uji praklinis yang harus

dilalui dalam pembuatan obat herbal terstandar. c. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional yang terbuat dari bahan alam yang dapat

disejajarkan dengan obat modern karena dalam proses pembuatannya sudah

terstandar dengan ditunjang bukti ilmiah bahkan sudah sampai uji klinis pada

manusia, dengan uji klinis ini akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk

menggunakan obat tradisional di sarana pelayanan kesehatan.

Gambar 2.3 Logo Fitofarmaka

Logo fitofarmaka berupa lingkaran hijau dengan warna bagian dalam lingkaran

kuning serta pada bagian dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilisasi jari-

jari daun yang kemudian membentuk bintang yang melambangkan serangkaian

proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka seperti uji

laboratorium, uji toksisitas, uji praklinis serta uji klinis pada pasien.

9

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tumbuhan Obat

Meskipun kemajuan dalam bidang tegnologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat terus meningkat dan perkembangannya semakin maju. Hal ini dapat dilihat terutama dengan semakin banyaknya obat tradisional dan jamu-jamu yang beredar di masyarakat yang diolah oleh industri-industri. Menurut Supriono

(1997), ada beberapa manfaat tumbuhan obat, yaitu :

1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat tradisional (herbal) dalam

menunjang kesehatan telah terbukti secara empiric, penggunanya pun terdiri dari

berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjut usia.

2. Memperbaiki status gizi masyarakat. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat

dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatan gizi, seperti: kacang, sawo

dan belimbing wuluh, sayuran, buah-buahan sehingga kebutuhan vitamin akan

terpenuhi.

3. Menghijaukan lingkungan. Meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu

cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat. Penjualan hasil tumbuhan akan

menambah penghasilan keluarga.

Menurut Katno (2009) beralihnya masyarakat kepada obat tradisional karena harga lebih murah, bahan lebih mudah didapatkan bila ditanam sendiri, dan umumnya satu tanaman memiliki efek farmakologi lebih dari satu sehingga bermanfaat untuk pengobatan penyakit degeneratif dan metabolik.

Ada dua hal penting yang dapat kita ambil dari sistem pengobatan tradisional yang menguntungkan para pemakainya. Pertama, biaya relatif lebih murah dan cara mengolahnya sangat sederhana. Kedua, bahan-bahan yang

10

Universitas Sumatera Utara

digunakan tidak mengandung unsur kimia yang biasanya reaktif, di mana reaksi kimia kadang mempunyai efek samping yang kurang baik terhadap sel-sel saraf pada organ tubuh tertentu. Rendahnya risiko yang ditimbulkan oleh obat-obatan tradisional dikarenakan efek dari bahannya bersifat alamiah, tidak sekeras obat- obatan kimia. Tubuh manusia relatif lebih mudah menerima obat dari bahan tumbuh-tumbuhan dibandingkan denga obat-obatan kimia (Hayati, 2003).

Menurut Zein (2005), Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Kelemahan tumbuhan obat sebagai berikut: a. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan bedanya nama tumbuhan berdasarkan

daerah tempatnya tumbuh. b. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama dikalangan

dokter. c. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka kurang menarik

dibandingkan obat-obatan paten. d. Kurangnya penelitian komprehensif dan terintergrasi dari tumbuhan obat. e. Belum ada upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan obat.

2.5 Bagian Tumbuhan Obat

Obat tradisional sebagai obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun- temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan dan kebiasaan setempat, baik bersifat magic (spontan, kebetulan) maupun pengetahuan tradisional. Bagian (organ) tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan adalah

11

Universitas Sumatera Utara

akar (radix), rimpang (rhizome), batang (caulis), buah (fructus), daun (folia) dan bunga (flos) (Zaman, 2009).

Menurut Dalimartha dan Adrian (2013), simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi belum mengalami pengolahan apapun atau telah diolah secara sederhana.

1. Herba (herba)

Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang, daun,

bunga dan buah yang berasal dari tanaman jenis terna yang bersifat herbaceous.

Contohnya, pegagan.

2. Daun (folium)

Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan

dalam pembuatan ramuan herbal. Simplisia tersebut bisa berupa daun segar

atau kering dan dapat berupa pucuk daun seperti the atau daun tua seperti daun

salam.

3. Bunga (flos)

Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau

majemuk.

4. Buah (fructus)

Buah untuk simplisia biasanya dikumpulkan setelah masak

5. Kulit buah (pericarrpium)

Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk

6. Biji (semen)

Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang sudah masak

7. Kulit kayu (cortex)

Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman tingkat tinggi.

12

Universitas Sumatera Utara

8. Kayu (lignum)

Kayu yang biasanya digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit.

Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehingga permukaan menjadi

lebar. Kadangkala berupa serutan kayu.

9. Akar (radix)

Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah.

Tugas akar selain memperkuat tegaknya tumbuhan, menyerap air dan zat

makanan dari dalam tanah, kadang-kadang juga sebagai tempat untuk

meninmbun makanan. Menurut bentuknya, dibedakan dua macam akar yaitu

akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang hanya terdapat pada tumbuhan

yang ditanam dari biji. Akar untuk simplisia bisa dati tanaman rumput, perdu,

atau tanaman berkayu keras. Simplisia akar dikumpulkan ketika proses

pertumbuhannya terhenti. Contoh akar yang kerap dijadikan simplisia adalah

akar tanaman kompri.

10. Umbi (tuber)

Umbi merupakan penjelmaan batang atau akar sehingga dibedakan menjadi

umbi batang dan umbi akar. Untuk menjadi simplisia, umbi dipotong miring

agar permukaan menjadi lebar. Bila umbi bersifat toksik, sebelum digunakan

umbi perlu di proses terlebih dahulu dengan cara perendaman atau pengukusan.

Contoh umbi akar serabut adalah singkong dan umbi akar tunggang adalah

lobat, sementara contoh umbi batang adalah kentang.

11. Rimpang (rhizome)

Rimpang merupakan batang dan daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-

cabang, dan tumbuh mendatar. Dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul

ke atas tanah dan menjadi tumbuhan baru. Kunyit merupakan salah satu contoh

13

Universitas Sumatera Utara

jenis rimpang yang biasa dijadikan simplisia.

12. Umbi lapis (bulbus)

Umbi lapis merupakan perubahan bentuk dari batang beserta daunnya menjadi

umbi yang berlapis-lapis karena daunnya tebal, lunak dan berdaging. Contoh

dari umbi lapis antara lain bawang merah dan bawang Bombay.

2.6 Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang salah satu atau seluruh bagian pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang berkhasiat bagi kesehatan yang dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh penyakit (Dalimarta, 2000).

Bagian tumbuhan yang dimaksud adalah daun, buah, bunga, akar, rimpang, batang (kulit) dan getah (resin). Ada dua cara membuat ramuan obat dari tumbuhan yaitu dengan cara direbus dan ditumbuk (diperas). Sementara itu, penggunaan ramuan obat ada tiga cara yaitu diminum, ditempelkan, atau dibasuhkan dengan air pencuci. Penggunaan dengan cara diminum biasanya untuk pengobatan organ tubuh bagian dalam, sedangkan dua cara lainnya untuk pengobatan tubuh bagian luar (Kusuma dkk., 2005).

2.7 Desa Buluh Cina

Di Kabupaten Kampar bagian kiri yaitu Kecamatan Siak Hulu terdapat suatu daerah yang bernama Desa Buluh Cina. Desa Buluh Cina merupakan salah satu desa adat tertua yang mendorong lahirnya desa-desa yang ada di sekitarnya. Secara administratif desa ini berada di wilayah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Desa Buluh Cina di mekarkan menjadi sebuah desa pada tahun 1977 setelah

Kampar menjadi sebuah daerah Kabupaten (Putra, 2018).

14

Universitas Sumatera Utara

Penduduk yang terbagi dalam dua suku menurut garis keturunan ibu

(Matrilineal). Suku Melayu dengan Pucuk Adat Datuk Majolelo dan suku Domo dengan pucuk Adat Datuk Tumanggung. Suku yang ada di Desa Buluh Cina ini yaitu suku Melayu dan suku Domo yang merupakan bahagian dari rumpun Melayu

(Lestari, 2013).

Gambar 2.4 Peta Taman Wisata Alam Buluh Cina

Desa Buluh Cina yang masih memegang teguh adat-istiadat dan kebudayaan mereka dalam menjaga kelestariaan lingkungan alam sekitar tempat tinggal. Hutan adat rimbu tujuh danau adalah hutan adat yang menjadi sumber daya yang paling berharga bagi masyarakat dan sangat penting manfaatnya (Putra, 2018).

Berbagai macam flora dan fauna terdapat didalam Hutan Adat Rimbo Tujuh

Danau. Hutan Adat Rimbo Tujuh Danau juga menyimpan banyak potensi besar antara lain tempat pengembangbiakan flora dan fauna. Terdapat pohon-pohon

15

Universitas Sumatera Utara

diameter berukuran besar dengan umur ratusan tahun, tumbuh-tumbuhan yang sangat bermanfaat seperti rotan, damar, palas, sundak langit, kayu paupau, batang setawar, sirih, rumput rotan dan tumbuh-tumbuhan lainnya yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Semakin melengkapi keindahan hutan adat rimbo tujuh danau karena juga memiliki delapan danau yang terdapat didalamnya. Nama-nama danau tersebut adalah Danau Tuok Tonga, Danau Baru, Danau Tanjung Putus, Danau

Pinang Dalam, Danau Pinang Luar, Danau Rayo, Danau Tanjung Baling dan Danau

Bunte, Danau tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk menangkap atau menjaring ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menambah ekonomi masyarakat desa (Putra, 2018).

16

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Lokasi ini diambil karena Desa Buluh Cina merupakan Desa yang berbatasan langsung dengan Wisata Hutan. Pengambilan data dilakukan pada bulan November 2018

3.2 Objek dan Alat

Objek penelitian adalah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau dengan instrumen penelitian berupa panduan wawancara. Alat-alat yang digunakan, yaitu kamera dan alat tulis.

3.3 Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat dan bahan, serta kelengkapan administrasi dan melakukan observasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan

penelitian di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau. b. Menghubungi Kepala Pemerintah Kabupaten Kampar Kecamatan Siak Hulu

Desa Buluh Cina untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan

pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas Farmasi

USU.

17

Universitas Sumatera Utara

3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi). Wawancara dilakukan terhadap responden yang dipilih dengan teknik snowball sampling hasil modifikasi dari sugiono (2018), dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada Desa Buluh Cina terdapat 4 dusun yaitu Dusun I, Dusun II,

Dusun III dan Dusun IV. Dari ke-4 Dusun tersebut diperoleh 8 orang responden, dengan informan awal adalah Ketua Adat Dusun I.

F

E G

H

A C D

B

Gambar 3.1 Teknik Pengambilan Sampel Hasil Modifikasi Sugiono (2018)

Keterangan :

A = Ketua Adat Dusun I H = Pembudidaya Toga Dusun IV

B = Pengguna Obat Dusun I

C = Pengguna Obat Dusun I

D = Pengguna Obat Dusun II

E = Ketua Adat Dusun III

F = Pengguna Obat Dusun III

G = Bidan Anak Dusun III

18

Universitas Sumatera Utara

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Nama Ilmiah tumbuhan diperiksa melalui Plantlist.org. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi data spesies tumbuhan obat dan pemanfaatan tumbuhan obat. Data pemanfaatan tumbuhan obat meliputi bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat, kelompok penyakit / kegunaan tumbuhan obat dan cara pemanfaatan tumbuhan obat tersebut oleh masyarakat.

19

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Desa Buluh Cina terdiri dari 4 dusun dimana diperoleh 8 responden yang diwawancarai. Dusun I yaitu ketua adat dan 2 orang pengguna obat. Dusun II yaitu pengguna obat. Dusun III yaitu ketua adat, bidan anak dan pengguna obat.

Sedangkan dusun IV yaitu pembudidaya TOGA. Dari masing-masing responden memiliki perannya masing masing. Seluruh responden adalah pengguna obat tradisional di Desa Buluh Cina. Untuk mendapatkan informasi awal terkait pemanfaatan tanaman obat di Desa Buluh Cina, di dapat dari ketua adat dusun I.

Sehingga ketua adat dusun I kemudian memberikan rekomendasi responden yang bertugas sebagai pengobat dan juga masyarakat yang menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional.

Kisaran umur responden terbanyak 31-50 tahun, yang menunjukkan bahwa responden dengan usia 31-50 tahun mengetahui banyak jumlah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat dibanding dengan kisaran umur responden lainnya. Responden termuda berumur 23 tahun sedangkan responden tertua berumur ≥ 60 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tumbuhan obat ternyata dimanfaatkan dari oleh kalangan muda hingga tua. Meskipun frekuensi pemanfaatan dan pengetahuan tanaman obat berbeda oleh masing masing umur.

Umumnya, responden dengan usia muda mempunyai pengetahuan yang terbatas dibanding dengan responden usia tua. Namun responden dengan usia lanjut pun banyak memanfaatkan tanaman obat walaupun penggalian pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman obat terkendala dengan ingatan responden yang berkurang.

20

Universitas Sumatera Utara

4.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat

Hasil wawancara dari 8 responden yang terdiri dari beberapa tokoh masyarakat terdapat 27 spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Desa Buluh Cina, seperti terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Spesies-spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa

Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Penyakit yang Cara pengolahannya No Tumbuhan Obat diobati 1 Spesies : Zingiber officenalle . Masuk Angin Bagian yang Family : Zingiberaceae . Bisul digunakan adalah Lokal : Jahe rimpang

Masuk Angin : Ambil 1 buah rimpang jahe yang sudah dibersihkan. Rebus dengan 2 gelas air. Tambah secukupnya gula aren. Minum selagi hangat.

Bisul : Tumbuk 1 rimpang jahe. Lalu lengketkan pada bagian yang sakit kemudian dibalut dengan kain. 2 Spesies : Curcuma domestica . Nafsu Bagian yang Family : Zingiberaceae Makan digunakan adalah Lokal : Kunyit rimpang Bagian yang digunakan : Rimpang 2-3 rimpang kunyit, lalu potong potong. Kemudian rebus dengan air secukupnya. Setelah mendidih, saring. Tambahkan sedikit

21

Universitas Sumatera Utara

garam, minum selagi hangat. 3 Spesies : Kaempferia galanga . Batuk Bagian yang Family : Zingiberaceae digunakan adalah Lokal : Kencur rimpang

2-3 buah rimpang kencur diparut hingga halus. Rebus kencur yang sudah diparut dengan air hingga mendidih. Saring lalu minum selagi hangat. Konsumsi setiap hari 4 Spesies : Costus speciosus . Malaria Bagian yang Family : Costaceae . Luka digunakan adalah daun Lokal : Setawar . Demam Malaria : . Sembelit daun Setawar dicuci bersih. Kemudian di blender, Saring dan diminum. Konsumsi secara rutin

Bagian yang digunakan adalah Batang Luka : tumbuk batang setawar kemudian sapu pada kulit yang luka Demam : batangnya dikupas kemudian diremas hingga airnya keluar. Lalu minum airnya.

Bagian yang digunakan adalah rimpang Sembelit : Rimpang dicuci bersih,

22

Universitas Sumatera Utara

Kemudian di blender, saring dan diminum. Konsumsi rutin hingga tidak sakit lagi

5 Spesies : Bryophyllum . Demam Bagian yang pinnatum . Sakit Kepala digunakan adalah daun Family : Crassulaceae Lokal : Sedingin Rebus daun sedingin sebanyak 7 lembar + jahe secukupnya. Lalu minum air rebusannya

6 Spesies : Ricinus communis . Demam Bagian yang Family : . Campak digunakan adalah daun Lokal : Jarak Demam : Beberapa daun ditumbuk dan ditempelkan dibagian tempat yang panas Campak : 7 lembar daun jarak + kunyit direbus kemudian ditambah air rebusan beras. Diminum pagi, siang dan malam 7 Spesies : Piper betle . Penguat Gigi Bagian yang Family : Piperaceae . Penawar digunakan adalah daun Lokal : Sirih Racun Penguat Gigi : 2-3 lembar daun sirih yang sudah bersih ditumbuk, kemudian tempelkan pada gigi yang sakit Penawar Racun : 2-3 lembar daun sirih dibersihkan dan langsung di kunyah atau dimakan

23

Universitas Sumatera Utara

8 Spesies : Alpinia galanga . Panu Bagian yang Family : Zingiberaceae . Masuk Angin digunakan adalah Lokal : Lengkuas rimpang

Panu : 1 buah rimpang lengkuas dipotong potong kemudian gosokkan pada kulit yang berpanu. Masuk Angin : 2-3 buah rimpang lengkuas di rebus kemudian hasil rebusan diminum 9 Spesies : Carica papaya . Maag Bagian yang Family : Caricaceae . Malaria digunakan adalah daun Lokal : Pepaya . Nafsu Makan 5-7 lembar daun papaya dicuci bersih, kemudian ditumbuk dan ditambahkan air secukupnya. Lalu peras hingga airnya keluar. Minumlah air perasan dari daun pepaya setiap hari 10 Spesies : Areca catechu . Penguat Gigi Bagian yang Family : Arecaceae . Stamina digunakan adalah buah Lokal : Pinang Penguat Gigi : Buah pinang dikupas, dan langsung dimakan.

Bagian yang digunakan adalah akar Stamina : Akarnya direbus dengan air, setelah mendidih diamkan sebentar dan siap diminum.

24

Universitas Sumatera Utara

11 Spesies : Psidium guajava . Luka Bagian yang Family : Myrtaceae digunakan adalah daun Lokal : Jambu Biji 2-3 lembar daun ditumbuk kemudian ditempelkan pada kulit yang luka lalu dibalut dengan kain 12 Spesies : Piper ornatum . Diabetes Bagian yang Family : Piperaceae digunakan adalah daun Lokal : Sirih Merah 7 lembar daun direbus, saring kemudian diminum selagi hangat 13 Spesies : Gluta renghas . Demam Bagian yang Family : Anacardiaceae . Sakit Perut digunakan adalah buah Lokal : Rengas 2-3 Buah rengas langsung di cuci bersih, lalu dimakan langsung setiap hari 14 Spesies : Terminalia catappa . Kurap dan Bagian yang Family : Combretaceae Panu digunakan adalah daun Lokal : Ketapang Ambil beberapa daun. Gulung daunnya dan potong ujung nya, kemudian gosok pada kulit yang terkena kurap atau panu. 15 Spesies : Helminthostachys . Malaria Bagian yang zeylanica . Stamina digunakan adalah akar Family : Ophioglossaceae Lokal : Sundak Langit Malaria : Akarnya direbus dengan air. Minum selagi hangat secara rutin

Stamina : Akarnya direbus dengan air. Hasil rebusan dicampur

25

Universitas Sumatera Utara

dengan kuning telur. Siap diminum 16 Spesies : Galearia filiformis . Luka Bagian yang Family : Pandaceae . Memperlancar digunakan adalah daun Lokal : Kayu Tulang Kehamilan

Luka : 2-3 lembar daun ditumbuk kemudian ditempelkan pada kulit yang luka lalu dibalut dengan kain

Bagian yang digunakan adalah pucuk daun Memperlancar Kehamilan : 7-10 lembar pucuk daun kayu tulang direbus dengan air hingga mendidih, saring dan minum air rebusan setiap hari. 17 Spesies : Eurycoma longifolia . Demam Bagian yang Family : Simaroubaceae Berdarah digunakan adalah akar Lokal : Pasak Bumi Rebus akarnya dengan air sebanyak 2 gelas. Tunggu mendidih hingga air rebusan menjadi 1 gelas. Diminum pada pagi, siang dan malam hari

18 Spesies : Leea indica Merr . Luka Bagian yang Family : Vitaceae digunakan adalah daun Lokal : Mali mali Beberapa lembar daun di kunyah dan ditempelkan pada kulit yang luka

26

Universitas Sumatera Utara

19 Spesies : Curcuma zedoaria . Kanker Bagian yang Rosc digunakan adalah Family : Zingiberaceae rimpang Lokal : Temu Putih Beberapa rimpang dengan jumlah ganjil di rebus kemudian air rebusan diminum

setiap hari 20 Spesies : Euodia hortensis . Sakit Perut Bagian yang Forst digunakan adalah daun Family : Rutaceae Lokal : Tenggek Burung Beberapa daunnya direbus kemudian daunnya di tempelkan pada perut yang sakit. 21 Spesies : Melastoma . Luka Bagian yang malabathricum L. digunakan adalah daun Family : Melastomataceae Lokal : Keduduk Beberapa daun ditumbuk atau diremas kemudian ditempelkan pada kulit yang luka lalu dibalut dengan kain 22 Spesies : Cratoxylum . Luka Bagian yang arborescens . Koreng digunakan adalah kulit Family : Guttiferae batang Lokal : Geronggang Rebus kulit Batang Geronggang, kemudian hasil rebusan di oleskan pada kulit yang sakit

23 Spesies : Triloba . Luka Bagian yang Family : Euphorbiaceae digunakan adalah daun Lokal : Mahang Daunnya dikunyah dan letakkan pada kulit yang luka

27

Universitas Sumatera Utara

24 Spesies : Garcinia . Maag Bagian yang rigida Miq. digunakan adalah Family : Clusiaceae batang Lokal : Manggis Hutan Batang pohon manggis dibacok atau di kupas sehingga mengeluarkan air. Minum air yang keluar dari batangnya

25 Spesies : Spathodea . Sakit Perut Bagian yang campanulata digunakan adalah daun Family : Bignoneaceae Lokal : Sigadabu / kayu Rebus daun sigadabu hujan sebanyak 3, 5 atau 7 lembar dengan air secukupnya. Minum air rebusannya.

26 Spesies : Calamus rotang L. . Demam Bagian yang Family : Arecaceae . Malaria digunakan adalah Lokal : Rotan getah

Rebus getah rotan menggunakan air. Minum air rebusan dengan rutin

27 Spesies : Crinum asiaticum L. . Sakit Bagian yang Family : Amaryllidaceae Pinggang digunakan adalah daun Lokal : Bakung Dioleskan sedikit minyak goreng pada daun bakung, kemudian dibakar dengan api. Lengketkan atau lilitkan pad pinggang yang sakit

28

Universitas Sumatera Utara

Dari 27 spesies diatas dapat lihat bahwa masyarakat menggunakan tanaman tanaman tersebut untuk kesembuhan penyakit penyakit ringan, seperti luka, panu, demam, masuk angina, sakit perut dan sebagainya. Pemanfaatan tanaman tersebut sudah menjadi bagian yang melekat pada masyarakat Desa Buluh Cina. Namun masyarakat Desa Buluh Cina sendiri selain menggunakan tanaman obat berkhasiat juga menggunakan obat obatan kimia yang berasal dari dokter.

Di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar terdapat hutan seluas 2500 Hektar.

Didalamnya banyak terdapat spesies-spesies tumbuhan yang berguna sebagai obat obatan. Masyarakat Desa Buluh Cina banyak memanfaatkan tanaman tanaman obat yang ada di dalam hutan, karena selain banyaknya tanaman tanaman yang tumbuh juga lokasi hutan sangat dekat dengan pemukiman Masyarakat Desa Buluh Cina.

Tidak hanya didalam hutan saja, namun perkarangan rumah juga dimanfaatakan.

Masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau keluar masuk hutan sudah menjadi biasa, sebab salah satu mata pencaharian masyarakat tersebut adalah petani dan nelayan.

4.3 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Pada umumnya Desa Buluh Cina telah mengalami peningkatan mutu kesehatan, dimana akses masyarakat untuk mendapatkan penunjangan kesehatan seperti puskesmas sudah mudah didapat, namun selain mengonsumsi obat-obatan dokter, masyarakat juga masih menggunakan obat obat tradisional yang dipercayai ampuh untuk mengobati berbagai penyakit.

Dari penelitian yang dilakukan di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar

Provinsi Riau yang mewakili masing masing Dusun I, Dusun II, Dusun III dan

Dusun IV, jumlah tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Buluh Cina

29

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Kampar Provinsi Riau berjumlah 27 spesies dari 20 famili. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh Dusun Dusun secara umum tidak telalu berbeda.

25

20

15 Jumlah

10

5

0 Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Lokasi

Spesies Famili

Gambar 4.1 Jumlah spesies dan famili tumbuhan obat disetiap dusun di Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Spesies tumbuhan yang berasal dari famili Zingiberaceae merupakan spesies tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa

Buluh Cina yaitu diantaranya Zingiber officinale, Curcuma domestica, Kaempferia galanga L.

Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan hujan tropis, terutama Indo-Malaya. Zingiberaceae dapat hidup dari dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl terutama di daerah

30

Universitas Sumatera Utara

dengan curah hujan yang tinggi (Washikah, 2016).

Tumbuhan dengan famili Zingiberaceae sangat banyak digunakan oleh masyarakat Desa Buluh Cina karena sangat mudah dijumpai, selain dipekarangan masyarakat juga tumbuh subur di Hutan Taman Wisata Buluh Cina dekat dengan pemukiman masyarakat setempat. Selain juga digunakan sebagai bumbu masakan tumbuhan dengan famili Zingiberaceae ini juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dari famili Zingiberaceae tersebut adalah bagian rimpang.

Jahe atau yang disebut dengan Zingiber officenale pada umumnya dimanfaatkan oleh masing masing dusun yang ada di Desa Buluh Cina untuk mengobati masuk angin, untuk mengobati bisul dimanfaatkan oleh dusun I dan dusun III. Cara pengolahannya sangat sederhana, untuk mengatasi masuk angin cukup direbus 1 rimpang jahe dengan gula aren secukupnya kemudian air rebusan diminum, sedangkan untuk mengatasi bisul, cukup ambil 1 ruas rimpang jahe, tumbuk lalu balut dengan kain.

Kunyit atau yang disebut dengan Curcuma domestica dimanfaatkan oleh seluruh dusun yang ada di Desa Buluh Cina sebagai penambah nafsu makan untuk anak-anak. 2-3 buah rimpang kunyit lalu dipotong-potong, kemudian di rebus dengan air secukupnya. Setelah mendidih, saring dan tambahkan sedikit garam lalu minum selagi hangat.

Kencur atau yang disebut dengan Kaempferia galanga L. juga dimanfaatkan oleh seluruh dusun yang ada di Desa Buluh cina untuk mengobati batuk. Bagian yang dimanfaatkan dari tumbuhan ini adalah rimpang. Cara pengolahannya adalah parut 2-3 rimpang kencur hingga halus, rebus dengan air hingga mendidih kemudia saring dan minum selagi hangat. Konsumsi setiap hari hingga sembuh.

31

Universitas Sumatera Utara

4.3.1 Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian Tumbuhan Yang Digunakan

Organ tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Cina adalah buah, akar, getah, daun, batang, kulit batang, rimpang dan pucuk daun. Dari

Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa organ tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai pengobatan yaitu daun.

16

14

12

10

8 Jumlah Jumlah Spesies 6

4

2

0 Buah Akar Getah Daun Batang Kulit Rimpang Pucuk Batang Daun Bagian Tumbuhan

Gambar 4.2 Grafik bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional

Spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dapat memiliki satu atau lebih khasiat yang berbeda dari berbagai organ tumbuhan yang dimiliki, pada umumnya yaitu akar, rimpang, batang, daun, buah, biji, dan bunga. Adanya satu atau lebih khasiat yang berbeda dalam bagian tumbuhan obat menunjukkan kandungan zat-zat yang berbeda pula.

32

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa tanaman obat yang memiliki lebih dari satu khasiat yaitu salah satunya pepaya (Carica papaya) dengan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun. Dusun I memanfaatkan daun pepaya untuk mengobati malaria dan maag. Dusun III memanfaatkan daun pepaya untuk mengobati malaria, maag dan sebagai penambah nafsu makan untuk anak anak. Sedangkan, Dusun IV memanfaakan daun pepaya untuk mengobati malaria dan maag. Untuk pengolahannya sendiri dengan cara bersih kan 5-7 lembar daun pepaya, tambah air secukupnya kemudian ditumbuk dan diperas. Minum air hasil perasan daun pepaya.

Tinggi nya pemanfaatan daun sebagai pengobatan karena produktivitas daun jauh lebih banyak dibanding dengan organ tumbuhan lainnya. Selain itu, daun juga mudah didapat dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keberadaan senyawa aktif dalam tumbuhan yang memberikan efek sebagai obat dapat dimengerti mengingat tumbuhan pada tahap awal melakukan proses fotosintesis menghasilkan glukosa, yang selanjutnya melalui proses biokimia tumbuhan menghasilkan metabolit primer karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Metabolit primer ini melalui tiga macam alur biosintesis (alur asetil koenzim A, asam mevalonate dan asam sikimat) dan sifat genetika masing-masing dan dengan bantuan enzim dapat menghasilkan ratusan hingga ribuan macam senyawa kimia alami yang disebut dengan metabolit sekunder yang berguna bagi tumbuhan sendiri dan bagi lingkungannya (termasuk khasiat sebagai obat untuk manusia) (Supriyatna dkk., 2015).

4.3.2 Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Jenis Penyakit

Terdapat 22 jenis penyakit yang dapat di obati oleh masyarakat dengan memanfaatkan tumbuhan obat, seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. Pemanfaatan

33

Universitas Sumatera Utara

tumbuhan obat yang paling banyak adalah pada jenis penyakit luka dengan 7 jenis tumbuhan obat. Adapun jenis tumbuhan yang dapat mengobati penyakit luka yaitu batang setawar (Costus speciosus), kulit batang geronggang (Cratoxylum arborescens), daun keduduk (Melastoma malabathricum L.), daun jambu biji

(Psidium guajava L.), daun mali mali (Leea indica Merr), daun mahang

(Macaranga Triloba) dan daun kayu tulang (Galearia filiformis).

8

7

6

5

4 Jumlah Spesies Jumlah

3

2

1

0

Penyakit yang diobati

Gambar 4.3 Grafik penyakit yang dapat diobati

34

Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan spesies-spesies tumbuhan tersebut merupakan pengobatan alternatif yang digunakan oleh masyarakat setempat. Selain dapat dijangkau, cara pengolahannya pun tidak memakan banyak waktu dan juga tidak memerlukan teknik kusus dalam pengolahannya. Dalam segi biaya, penggunaan tumbuhan obat pun relatif lebih murah dibanding penggunaan obat kimia.

4.4 Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Cara pengolahan adalah proses pemanfaatanan spesies tumbuhan obat untuk dapat siap digunakan. Roosita et al (2011) mengatakan bahwa cara pengolahan tumbuhan obat dari bahan segar merupakan proses terpenting dalam pengobatan secara herbal. Cara pengolahan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Desa Buluh Cina yaitu dibakar, direbus, dihaluskan, dikikis, ditumbuk/diperas dan dikunyah. Dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Cara penggunaan tumbuhan obat merupakan suatu cara yang menjadikan suatu spesies tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat yang telah diolah dapat dirasakan manfaatnya untuk pengobatan. Cara penggunaan dikategorikan ke dalam empat cara, yaitu cara penggunaan secara oral atau dimasukan ke dalam tubuh penderita, cara penggunaan pada bagian luar tubuh penderita, cara penggunaan dengan memandikan penderita dengan air atau uap dari ramuan tumbuhan obat dan gabungan dua atau beberapa cara penggunaan tersebut. Cara penggunaan spesies tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat secara oral/dimasukan ke dalam tubuh penderita, yaitu dengan cara diminum dan dimakan. Cara penggunaan dengan pada bagian luar tubuh penderita dilakukan dengan cara dibalurkan, dioleskan dan ditempelkan/dikompreskan (Rahayu, 2011). Adapun cara penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Cina yaitu ditempelkan, dimakan langsung , diminum dan digosok. Dapat dilihat pada Gambar 4.4.

35

Universitas Sumatera Utara

18 16 14 12 10 8 6

Jumlah Jumlah Spesies 4 2 0

Cara Pengolahan

(a)

20 18 16 14 12 10 8

Jumlah Jumlah Spesies 6 4 2 0 Ditempelkan Dimakan Diminum Digosok langsung Cara Penggunaan

(b)

Gambar 4.4 Grafik Cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan obat : (a) cara pengolahan, (b) cara penggunaan.

Pengolahan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Desa Buluh Cina lebih banyak direbus. Pengolahan dengan cara di rebus jauh lebih praktis dan lebih mudah untuk mengambil khasiat tumbuhannya dari pada pengolahan yang lain.

Penggunaan dengan diminum adalah cara penggunaan terbanyak oleh masyarakat

Desa Buluh Cina, ini sebanding dengan banyaknya pengolahan dengan cara direbus.

36

Universitas Sumatera Utara

4.5 Spesifikasi Tumbuhan Obat

4.5.1 Tumbuhan Jahe

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan jahe dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officenale Gambar 4.5 Jahe

Jahe merupakan salah satu rempah rempah yang banyak digunakan untuk konsumsi dan juga untuk kesehatan salah satunya adalah untuk mengatasi mual muntah. Jahe merupakan bahan yang mampu mengeluarkan gas dari dalam perut.

Jahe juga merupakan stimulan aromatik yang kuat, disamping dapat meningkatkan gerakan peristaltic usus. Senyawa di dalam jahe telah terbukti memiiki aktivitas anti emetik yang manjur. Efek farmakologis jahe adalah menambah nafsu makan, memperkuat lambung, peluruh kentut, peluruh keringat, pelancar sirkulasi darah, penurun kolesterol, anti muntah, anti radang, anti batuk, dan memperbaiki pencernaan (Rofi’ah dkk., 2017).

Komponen dalam oleoresin jahe terdiri dari gingerol, zingiberen, shagaol, minyak aksiri, dan resin. Pemberi rasa pedas pada jahe yang utama adalah zingerol,

Rimpang jahe juga mengandung flavonoid. Karakteristik hangat dari jahe berkhasiat menghangatkan tubuh dan membantu menstimulasi sirkulasi darah

(Harmawati dkk., 2018).

37

Universitas Sumatera Utara

4.5.2 Tumbuhan Kunyit

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan kunyit dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Gambar 4.6 Kunyit

Kunyit adalah tanaman tropis yang banyak terdapat di benua Asia yang secara ekstensif dipakai sebagai zat pewarna dan pengharum makanan. Kunyit juga digunakan sebagai bahan pewarna, obatan dan perasa sejak 600 SM. Kunyit dianggapkan sebagai salah satu herba yang sangat bernilai kepada manusia. Dalam sejarah perobatan rakyat India, kunyit dianggapkan sebagai bahan antibiotik yang terbaik sementara pada masa yang sama kunyit juga digunakan untuk memudahkan proses pencernaan dan memperbaiki perjalanan usus. Di India, secara tradisional kunyit telah digunakan sebagai pelawanan penyakit yang berhubungan dengan empedu maupun “hepato-biliary disorders”, batuk, diabetes dan penyakit hepatik, reumatik dan sinusitis (Shan dkk., 2018).

Kandungan kunyit mempunyai fungsi sebagai antibakteri dan antioksidan.

Kurkumin yang terkandung di dalam kunyit memiliki khasiat yang dapat mempengaruhi nafsu makan karena dapat mempercepat pengosongan isi lambung sehingga nafsu makan meningkat dan memperlancar pengeluaran empedu sehingga meningkatkan aktivitas saluran pencernaan (Muliani, 2015).

38

Universitas Sumatera Utara

4.5.3 Tumbuhan Kencur

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan kencur dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galangal Gambar 4.7 Kencur

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman herbal dan sudah di kenal luas di masyarakat baik sebagai pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul, diare dan anti toksin seperti keracunan tempe bongkrek dan jamur. Selain itu dikenal juga untuk bumbu makanan. Minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin dan kelelahan. Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri (Fajeriyati dkk., 2017).

Kandungan kimia dalam ekstrak minyak atsiri dari kencur yang telah diteliti

3 diantaranya yaitu 1,21-dokosadin, asam tridekaoat, pentadekan, asam propionate, beta-sitosterol dan kandungan kimia terbesar didalam kencur yaitu Etil p- metoksisinamat, juga disebutkan bahwa kandungan eukaliptol, karvon, pentadekan dan metal sinamat. Salah satu zat kimia pada rimpang kencur bersifat antiinflamasi atau antiradang, yaitu kaempferol. Kaempferol mempunyai kemampuan menghambat proses inflamasi dengan cara menghambat ekspresi enzim cyclooxygenase-2 (COX-2) (Riasari dkk., 2018).

39

Universitas Sumatera Utara

4.5.4 Tumbuhan Setawar

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan setawar dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Costaceae

Genus : Costus

Spesies : Costus speciosus Gambar 4.8 Setawar

Costus speciosus mengandung senyawa fenolik, diosgenin, sapogenin, tigogenin, steroids dan alkaloid yang dapat bersifat sebagai antibakterial, antifungal, antioksidan, antiinflamasi, antipiretik dan analgesik (Pawar, 2014).

Rimpang Costus speciosus memiliki sifat antifertilitas, anticholinestrase, antiinflamasi, antipiretik dan kegiatan antihelminthic. Dalam Ayurveda (Ilmu pengobatan tradisional di India), rimpang pahit dari Costus speciosus digunakan sebagai obat cacing, ekspektoran, tonik dan berguna dalam mengurangi rasa terbakar, sembelit, kusta, asma, bronkitis, anemia dan penyakit kulit lainnya.

Rimpang Costus speciosus memiliki sifat hepatoprotektor. Pasta rimpang digunakan untuk mengobati bisul dan juga untuk membuat hormon seksual dan kontrasepsi. Daun digunakan untuk kudis dan penyakit perut. Batang yang digiling menjadi pasta dan digunakan untuk mengobati lecet. Rimpang juga digunakan untuk mengobati gigitan ular, zat diuretik, dan bersifat antiseptik dan juga digunakan untuk membuat vata dan kapha dan untuk menghaluskan kulit. (Rani et al., 2012).

40

Universitas Sumatera Utara

4.5.5 Tumbuhan Sedingin

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan sedingin dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Famili : Crassulaceae

Genus : Kalanchoe

Spesies : Bryophyllum pinnatum Gambar 4.9 Sedingin

Pada penelitian (Safitri, 2013) di dapat bahwa tumbuhan cocor bebek

(sedingin) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin yang tanaman ini memiliki efek analgesik.

Bryophyllum pinnatum adalah ramuan sukulen liar yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional yang di tumbuh di negara tropis seperti Afrika, Indonesia, dan India. Bryophyllum pinnatum telah digunakan untuk mengobati berbagai macam gangguan yang disebabkan oleh kondisi hiperaktif. Berbagai metabolit sekunder Bryophyllum pinnatum, terutama flavonoid dan bufadienolid, telah dilaporkan oleh beberapa studi farmakologis sebagai potensi terapi dengan spektrum luas seperti imunomodulator, sitotoksik dan antitumor, anti alergi, anti- inflamasi, antioksidan, analgesik, dan antihipertensi. Senyawa lain dari

Bryophyllum pinnatum termasuk steroid, triterpen, fenantren, dan beberapa senyawa lainnya. Meskipun memiliki potensi terapi dengan spektrum luas, aktivitas imunomodulator dari Bryophyllum pinnatum secara umum dan sel B apoptosis berkhasiat menginduksi namun belum dieksplorasi (Handono dkk., 2017).

41

Universitas Sumatera Utara

4.5.6 Tumbuhan Jarak

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan jarak dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Ricinus

Spesies : Ricinus communis L. Gambar 4.10 Jarak

Tanaman Ricinus communis L merupakan tanaman yang memiliki bagian daun, buah, batang dan akar sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit karena mengandung senyawa kimia yang berperan sebagai sebagai tanaman obat. Penelitian terdahulu menunjukkan menunjukkan bahwa Ricinus communis L mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, senyawa fenolik, steroid dan terpenoid. Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan, diketahui bahwa daun jarak kepyar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik dan terpenoid.

Senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri

(Sarfina dkk., 2017).

Minyak jarak yang diperoleh dari biji tanaman masih banyak digunakan secara tradisional dan herbal sebagai obat. Benih tanaman adalah digunakan sebagai pupuk setelah minyak diekstraksi dari biji dan dimasak untuk menghancurkan toksin dan dimasukkan ke pakan ternak. Itu Penggunaan utama minyak jarak adalah sebagai pencahar dan pencahar. Itu juga digunakan sebagai pelumas, lampu bahan bakar, komponen kosmetik dll (Jena dkk., 2012).

42

Universitas Sumatera Utara

4.5.7 Tumbuhan Sirih

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan sirih dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L. Gambar 4.11 Sirih

Saat ini daun sirih hijau telah banyak dikenal dan digunakan sebagai obat antibakteri, serta merupakan tumbuhan dari jenis piperaceae. Umumnya daun sirih memiliki kandungan kavikol, karvakol, kavibetol, kariovilem, 1-4,2% hidroksikavikol, terpene, asam askorbat, fenil propane, enzim diastase 0,8-1,8%, serkuiterpena, enzim katalase, metal eugenol, vitamin A, B, C, asam-asam lemak gula, dan pati. Berdasarkan hasil penelitian 82,8% kandungan minyak atsiri terdiri dari senyawa fenol dan 18,2% adalah kandungan senyawa non fenol, yang mana senyawa antibaktgeri yang dihasilkan dapat bersifat gemnisidal, fungisidal dan bakterisidal (Mangesa dkk., 2019).

Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent, dan antiseptik. Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak astari. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Senyawa ini akan mersak membran sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa flavonoid diduga memiliki mekanisme kerja mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Carolia dkk., 2016).

43

Universitas Sumatera Utara

4.5.8 Tumbuhan Lengkuas

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan lengkuas dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia galangal L. Gambar 4.12 Lengkuas

Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol, saponin, flaronoida, polifenol dan Kristal koning. Khasiat dari lengkuas dapat mengobati rematik, sakit limfa, membangkitkan gairah seks, menambah nafsu makan, mengobati bronchitis, campak, radang kembung, menghilangkan bercak-bercak kulit dan tahi lalat, mempercepat pembersihan Rahim serta mengobati panu

(Septiatin,2008).

Lengkuas putih (Alpinia galanga L. Swartz) merupakan tanaman obat tradisional yang sudah digunakan secara turun temurun dan khasiatnya sudah terbukti secara empiris dapat mengobati berbagai penyakit seperti nyeri dada, radang tenggorokan, pelega tenggorokan, radang lambung, rematik, diabetes, tuberculosis, penyakit ginjal, liver, obat kuat dan penyakit kulit seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng dan bisul (Hasan dkk., 2019).

Berdasarkan penelitian Putranti et all (2018) menunjukkan bahwa pada rimpang lengkuas terdapat senyawa fenolik yang bersifat antijamur.

44

Universitas Sumatera Utara

4.5.9 Tumbuhan Pepaya

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan pepaya dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Violales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L. Gambar 4.13 Pepaya

Bagian yang sering dimanfaatkan pada tanaman pepaya (Carica papaya L) adalah daun pepaya (Carica papaya L) karena mengandung zat atau bahan aktif yang bersifat sebagai antibakteri, pencegahan kanker, menambah nafsu makan dan mengobati beberapa penyakit yang disebabkan oleb bakteri. Kandungan senyawa kimia dari daun pepaya yaitu enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo-karpaina, glikosid, karposid, flavonoid dan saponin (Sugito dkk., 2017).

Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental methanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap isolate triterpenoid menunjukkan bahwa isolate dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphilococcus aureus pada konsentrasi 1000 ppm. Terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri diduga disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Senyawa golongan terpenoid dapat berikatan dengan protein dan lipid yang terdapat pada membrane sel dan bahkan dapat menimbulkan lisis pada sel (Pangesti dkk., 2013).

45

Universitas Sumatera Utara

4.5.10 Tumbuhan Pinang

Menurut Plantamor (2019), kedudukan pinang dalam sistematika tumbuhan

(taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Areca

Spesies : Areca catechu L Gambar 4.14 Pinang

Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid di antaranya tanin, yang dapat menguatkan gigi.

Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan kapur, yang berkhasiat untuk menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan penguat gigi. Diduga bahwa tanaman pinang mengandung sejumlah komponen utama senyawa berbasis Se sebagai antibakteri (Yulineri dkk. 2006).

Berdasarkan hasil review dari berbagai penelitian, dilaporkan bahwa Areca catechu atau pinang merupakan tanaman antidiabetik yang dapat menurunkan hiperglikemia. Pinang merupakan tanaman herbal yang sering dimanfaatkan masyarakat Aceh untuk pengobatan tradisional. Pinang dilaporkan mengandung senyawa alkaloid arekolin yang memiliki aktivitas antihiperglikemik (Sari dkk.,

2016).

Biji pinang mengandung proantosianidin yaitu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid yang mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antialergi, antiinflamasi, vasodilator (Dalimartha, 2009).

46

Universitas Sumatera Utara

4.5.11 Tumbuhan Jambu Biji

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan jambu biji dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L. Gambar 4.15 Jambu Biji

Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) ditemukan di seluruh kawasan

Indonesia. Daunnya mengandung tanin yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri dan antijamur. Daun Jambu biji telah banyak dimanfaatkan untuk mengobati diare, mencret, dan sakit kembung. Kandungan daun jambu biji adalah senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat. Penelitian

Claus dan Tyler, tanin mempunyai daya antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur (Nuryani dkk., 2017).

Aktivitas farmakologi untuk tanaman jambu biji ini sendiri sangat banyak.

Hampir seluruh bagian dari tanaman ini memiliki efek farmakologis, mulai dari antidiare, antidiabetes, antiinflamasi, antibakteri, antikanker, analgesic, antipiretik, antihiperlipidimia, antioksidan dan masih banyak lagi (Sukmawaty, 2015).

Penapisan fitokimia terbukti mengandung flavonoid dan tanin yang bersifat sebagai antiseptik yang berperan penting dalam melindungi luka dari pertumbuhan bakteri pada fase inflamasi dan dapat membantu mempercepat penyembuhan luka

(Desiyana dkk., 2016)

47

Universitas Sumatera Utara

4.5.12 Tumbuhan Sirih Merah

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan sirih merah dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper ornatum Gambar 4.16 Sirih Merah

Hasil skrining kandungan kimia menunjukkan bahwa daun sirih merah mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, tanin-polifenol, steroid- terpenoid, dan saponin (Parfati dkk., 2016). Dalam daun sirih merah terkandung senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan. Antioksidan dapat mengikat radikal hidroksil yang merusak sel β pulau langerhans pankreas. Sehingga produksi insulin akan menjadi maksimal. Secara empiris daun sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, kanker, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan diabetes mellitus (Dewi dkk.,

2014).

Dalam pengobatan tradisional, sirih merah banyak dimanfaatkan untuk pengobatan hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kanker payudara, nyeri sendi, penurun dan pengontrol kadar gula darah, kosmetika, obat gangguan jantung, TBC tulang, keputihan akut, tumor payudara, antiseptik untuk mengeliminasi mikroorganisme dari kulit atau luka (Parfati dkk., 2016).

48

Universitas Sumatera Utara

4.5.13 Tumbuhan Rengas

Menurut Plantamor (2019), kedudukan rengas dalam sistematika tumbuhan

(taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Gluta

Spesies : Gluta renghas L. Gambar 4.17 Rengas

Tumbuhan rengas dikenal karena getahnya sangat beracun yang dapat menyebabkan iritasi berat dan alergi pada kulit . Meskipun demikian, getah rengas punya khasiat untuk membasmi jamur. Melihat keunikan dari tumbuhan tersebut, maka dirasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut akan kandungan dari tumbuhan rengas tersebut. Selain itu, studi untuk memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai kandungan komponen aktif yang terdapat dalam tumbuhan dan penjelasan terhadap bioaktivitasnya juga perlu dikembangkan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa getah rengas dilaporkan mengandung senyawa ursiol, rengol, glutarengol, laccol dan thitsiol6 (Suryati dkk., 2017).

Berdasarkan studi pustaka, tumbuhan ini belum banyak diteliti. Penelitian sebelumnya pada getah rengas dilaporkan senyawa ursiol, rengol, glutarengol, laccol dan thitsiol. Penelitian pada kayu rengas dilaporkan senyawa golongan steroid, lipid, benzenoid dan flavonoid, sedangkan penelitian pada bagian tumbuhan lainnya seperti akar, buah, bunga, kulit batang dan lain-lain belum banyak dilaporkan (Nursal dkk., 2016).

49

Universitas Sumatera Utara

4.5.14 Tumbuhan Ketapang

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan ketapang dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Combretaceae

Genus : Terminalia

Spesies : Terminalia catappa Gambar 4.18 Ketapang

Ketapang diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Daun dari tanaman ini telah sejak lama digunakan oleh masyarakat di Asia untuk mengobati dermatitis dan hepatitis. Ekstrak dari daun tersebut menunjukan efek anti inflamasi, anti oksidan dan juga berperan sebagai hepatoprotektor. Beberapa tahun terakhir ketapang pun banyak diteliti khasiat medisnya, terutama perannya sebagai anti kanker dan efeknya untuk pencegahan diabetes. Ekstrak berasal dari kulit kayu dan daun pohon ketapang (Terminalia catappa L.) berisi campuran kompleks flavonoid, fitosterol, tanin, saponin, dan senyawa fenolik. Ekstrak dari daunnya memberikan efek antijamur, antibakteri, dan kemampuan anti inflamasi (Ramadhian dkk., 2017).

Tumbuhan ketapang memiliki metabolit sekunder yang terdapat pada bagian daun yang terdiri. Metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun ketapang yang diduga bersifat antibakteri adalah tanin dan flavonoid. Tumbuhan obat yang memiliki kandungan flavonoid , steroid dan tanin yang tinggi efektif sebagai bakterisida dan berperan penting dalam penyembuhan penyakit yang disebabkan infeksi oleh bakteri dan jamur (Istarina dkk., 2015).

50

Universitas Sumatera Utara

4.5.15 Tumbuhan Sundak Langit

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan sundak langit dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Psilotopsida

Ordo : Ophioglossales

Famili : Ophioglossaceae

Genus : Helminthostachys

Spesies : Helminthostachys zeylanica Gambar 4.19 Sundak Langit

Tanaman ini secara tradisional digunakan dalam pengobatan tuberkulosis, asma, gigitan ular, malaria dan diare. Sifat antioksidan dari H. zeylanica telah ditandai dengan baik. Flavonoid diisolasi dari ekstrak rimpang, yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas dengan sangat baik (Yenn et all., 2018).

H. zeylanica digunakan sebagai sumber makanan, obat, dan serat. Daun dan tangkai daun mudanya dimakan mentah atau dimasak seperti salad. Akar rimpangnya untuk obat desentri, katarak, TBC stadium awal, batuk, sipilis, malaria, serta untuk laksatif dan tonik. Selain itu tumbuhan ini juga mempunyai kegunaan lain yaitu tangkai daunnya dapat digunakan untuk kerajinan tangan dan bahan anyaman. Selain itu juga ditanam sebagai tanaman hias. Tunjuk langit

(Helminthostachys zeylanica (L.) Hook) adalah tumbuhan paku-pakuan yang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Bagian akar dari tumbuhan ini digunakan sebagai obat batuk 100 hari, disentri, penyakit hidung atau tenggorokan dan permulaan penyakit paru-paru. Selain itu juga digunakan sebagai obat kuat dan impotensi. Sedangkan batangnya untuk obat diare (Hartini, 2011)

51

Universitas Sumatera Utara

4.5.16 Tumbuhan Kayu Tulang

Berdasarkan Global Biodiversity Information Facility (2017), kedudukan kayu tulang dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo :

Famili : Pandaceae

Genus : Galearia

Spesies : Galearia filiformis Gambar 4.20 Kayu Tulang

Tanaman berupa perdu hingga pohon kecil dengan tinggi 10 m, batang sampai dengan 3 m, diameter sampai 15 cm ; cabang berbunga. Batang pohon berwarna cokelat tua dan kuning atau kuning saja. Kulit pohon retak dan sangat keras. Panjang tangkai daun 2-3,5 mm, bagian permukaan atas daun datar, berbulu, berbentuk memanjang atau bulat telur sampai elips, panjang 3 – 25 cm dan lebar

1,7 – 8 cm, berwarna coklat hijau ketika muda, umumnya setelah pengeringan daun berwarna hijau, tipis, datar, permukaan bawah sedikit berbulu. Dari hasil uji skrinning fitokimia, Galearia filiformis atau kayu tulang mengandung metabolit sekunder yaitu alkaloid, glikosida, tani dan sterol-Terpen (Bangun, 2011)

Secara umum komunitas dayak mengenal tumbuhan tersebut sebagai sengkubak. Daunnya sering digunakan untuk menambah rasa manis pada setiap masakan (Afrianti, 2007). Sedangkan pada Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar

Provinsi Riau dikenal dengan nama tumbuhan Kayu Tulang, dimana tumbuhan tersebut berkhasiat obat untuk menyembuhkan luka dan memperlancar kehamilan.

52

Universitas Sumatera Utara

4.5.17 Tumbuhan Pasak Bumi

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan pasak bumi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsidarenga

Ordo : Geraniales

Famili : Simaroubaceae

Genus : Eurycoma

Spesies : Eurycoma longifolia Gambar 4.21 Pasak Bumi

Eurycoma longifolia mengandung quassinoid yaitu zat pahit yang ditemukan di famili Simaroubaceae yang memiliki banyak aktivitas biologis sebagai antikanker, antimalaria,antivirus, antiinflamasi, antifeedant, insektisida, amoebicidal, antidiabetik, antiulcer dan aktivitas herbisida (Yusuf et all., 2013).

Pasak bumi yang merupakan salah satu jenis tumbuhan obat dan telah dikenal di Kalimantan sejak jaman dahulu dan memiliki berbagai khasiat. Akar pasak bumi mengandung senyawa erikomanon yang ampuh mengobati malaria.

Senyawa kuasinoid P dapat melumpuhkan lasmodium falcifarum yaitu bakteri yang hidup dalam tubuh nyamuk Anopiles betina penyebab penyakit malaria. Senyawa kuasinoid dan alkaloid yang terkandung dalam pasak bumi dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Pasak bumi disamping mempunyai senyawa kuasinoid dan alkaloid seperti yang telah dikemukakan diatas juga mempunyai senyawa aktif flavonoid yang berfungsi untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang, antioksidan dan antibiotik

(Edwar, 2015).

53

Universitas Sumatera Utara

4.5.18 Tumbuhan Mali Mali

Menurut Plantamor (2019), kedudukan Mali mali dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae

Genus : Leea

Spesies : Leea indica Merr Gambar 4.22 Mali mali

Leea indica (Vitaceae), umumnya dikenal sebagai ‘Huo Tong Shu ’di

Malaysia, secara tradisional digunakan sebagai obat alami dalam pengobatan tradisional oleh penduduk setempat. Tanaman ini dapat ditemukan di negara tropis dan subtropis, seperti Thailand, Malaysia, India dan Cina. Daun dan akar Leea indica secara tradisional digunakan untuk pengobatan kanker, diabetes, diare, disentri, kejang dan penyakit kulit (Reddy et all., 2012).

Tes metabolit sekunder kualitatif menunjukkan bahwa L. indica memiliki alkaloid, terpenoid, steroid dan flavonoid. Tanaman banyak digunakan pada diare, disentri, kolik, bisul, kulit penyakit, vertigo, dan sakit kepala. Daun dan akar L. indica digunakan untuk mengobati diabetes, penyakit jantung, dan berbagai penyakit seperti demam, sakit kepala, pusing, nyeri, eksim, keseleo, kusta, patah tulang, sakit tubuh, kejang otot, diare, dan disentri (Bais, 2013).

Dari hasil skrining fitokimia daun Mali-mali (Leea indica) terdapat metabolit sekunder aktif secara medis yaitu: alkaloid, glikosida, terpenoid, flavonoid dan steroid (Nasution dkk., 2017).

54

Universitas Sumatera Utara

4.5.19 Tumbuhan Temu Putih

Menurut Plantamor (2019), kedudukan Temu putih dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Liliopsida Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma zedoaria Gambar 4.23 Temu Putih

Curcuma zedoaria memiliki metabolit sekunder utama berupa terpenoid khususnya seskuiterpenoid, fenolik, tannin, saponin, alkaloid, dan steroid. Curcuma zedoaria memiliki khasiat sebagai kolesterol, anti tumor / kanker, anti inflamasi, demam, antipiretik dan analgesik (Silalahi, 2018).

Curcuma zedoaria atau temu putih merupakan tanaman dari famili

Zingiberaceae yang tumbuh terutama di negara-negara Asia dan telah digunakan secara tradisional untuk pengobatan dispepsia, gangguan menstruasi, dan bahkan untuk mengatasi kanker. Beberapa studi menunjukkan bahwa senyawa fenolik yang terkandung dalam temu putih memiliki aktivitas antioksidan serta memiliki aktivitas antiinflamasi dan antikarsinogenik. Pada penelitian tahun 2005, diketahui ekstrak etanol temu putih memiliki potensi yang tinggi melawan sel kanker dan kurang aktif pada sel normal dengan IC50 sebesar 6,05, 17,84 dan 55,50 µg/ml masingmasing terhadap sel kanker paru, kanker prostat dan sel normal. Rimpang temu putih juga telah diketahui memiliki LD50 sebesar 1000 mg/kgBB (Amin dkk.,

2018).

55

Universitas Sumatera Utara

4.5.20 Tumbuhan Tenggek Burung

Menurut Plantamor (2019), kedudukan tenggek burung dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Euodia

Spesies : Eudia hertensis Forst Gambar 4.24 Tenggek Burung

Daunnya sebagai anti inflamasi, obat penurun panas dan pencahar. Daunnya dikunyah sebagai obat untuk sakit gigi atau sakit perut. Infus digunakan untuk mengurangi demam. Cairan dari daunnya digunakan sebagai obat untuk testis yang bengkak. Daunnya dihancurkan, dicampur dengan minyak dan dioleskan pada gusi yang sakit. Daunnya juga digunakan untuk menyembuhkan sakit kepala dan sakit telinga, dan dipanaskan kemudian digosokkan ke yang memar. Kulitnya kadangkala merupakan bagian dari obat internal yang digunakan untuk meringankan kondisi seperti sariawan, untuk memperlambat menstruasi, dan untuk menghilangkan rasa sakit saat melahirkan. Cairan dari kulit kayu digunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala mata kuning dan urin kuning. Kulit kayunya dapat dikunyah dengan kacang sirih dan digosokkan ke bagian tubuh yang sakit.

Cairan dari batang digunakan untuk mengobati anak-anak dengan gejala kejang- kejang. Tanaman ini mengandung minyak esensial (caryophyllene, alpha-copaene, arcucumene), menthofuran, evodone, hortensol, berberin, furoquinoline, dan alkaloid asidon (Fern, 2019).

56

Universitas Sumatera Utara

4.5.21 Tumbuhan Keduduk

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan keduduk dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae

Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma malabathricum Gambar 4.25 Keduduk

Melastoma malabathricum adalah pohon kecil setinggi 2-5 m dan juga dikenal sebagai 'senduduk' (Melayu) dan straits rhododendron (Bahasa Inggris).

Dalam penelitian ini, ditunjukkan bahwa ekstrak menahan pertumbuhan Bacillus brevis dengan zona hambat 21 mm, Vibrio kolera (20 mm), Candida kruesi (13 mm) dan B. subtilis (13 mm) dengan metode penggoresan pada media agar.

Aktivitas antimikroba dari straits rhododendron disebabkan oleh adanya asam asiatik, senyawa terpene: quercetin, senyawa flavonoid dan striktinin, senyawa tannin (Mustapha et all., 2017).

Adanya kandungan polifenol yang terdapat pada daun Melastoma malabathricum terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian terkait yang pernah dilakukan terhadap aktivitas antioksidan daun Melastoma malabathricum dengan menggunakan metode DPPH (Senyawa kimia organic 2,2- diphenyl-1-picrylhydrazyl) menunjukkan bahwa daun Melastoma malabathricum memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi 200 ppm dengan nilai persen inhibisi sebesar 99,1±0,5% (Luliana dkk., 2016).

57

Universitas Sumatera Utara

4.5.22 Tumbuhan Geronggang

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan geronggang dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Hypericaceae

Genus : Cratoxylon

Spesies : Cratoxylon arborescens Gambar 4.26 Geronggang

Di Malaysia dan Thailand, bagian-bagian lain dari tanaman gerunggang seperti daun, kulit batang, batang, dan akar telah lama dikenal sebagai bahan obat tradisional yang dapat mengobati demam, batuk, diare, dan penyakit lainnya. Di

Malaysia penelitian ilmiah mengenai bioaktif yang terkandung dalam tanaman gerunggang telah banyak dilakukan. Sementara itu, di negara kita pemanfaatan getah dari bagian akar dimanfaatkan sebagai obat malaria. Penelitian terbaru melaporkan bahwa spesies tanaman ini merupakan sumber yang bagus dari xanthon teroksigenasi dan terprenilasi, antraquinon, flavonoid, dan sterol (Alimah, 2016).

Geronggang menunjukkan bahwa kulit kayu, akar dan daun telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati demam, batuk, diare, gatal, bisul, dan keluhan perut. Ada beberapa laporan phytochemical tentang spesies

Cratoxylum. Namun, beberapa penyelidikan pada phytochemistry dari genus ini telah mengungkapkan bahwa ia kaya akan flavonoid, xanthones dan triterpenoids.

Konstituen antibakteri, sitotoksik dan anti HIV juga telah dilaporkan dalam penelitian terbaru tentang spesies Cratoxylum (Sim et all., 2011).

58

Universitas Sumatera Utara

4.5.23 Tumbuhan Mahang

Menurut Plantamor (2019), kedudukan rengas dalam sistematika tumbuhan

(taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Filum : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiale

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Macaranga

Spesies : Macaranga Triloba Gambar 4.27 Mahang

Berdasarkan kajian literatur diketahui bahwa apigenin, senyawa flavonoid telah diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak metanol daun Macaranga gigantia.

Dalam uji aktivitas antikanker secara in vitro terhadap garis sel leukimia P-388 menunjukkan aktivitas

(Rosawanti dkk., 2018).

Secara empiris daun mahang (Macarang triloba (Thunb.) Mull. Arg) telah digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Suku Dayak Iban dan Suku Dayak

Seberuang di Kalimantan Barat serta Suku Dayak Dusun Deyah di Kalimantan

Selatan menggunakan kulit batang tumbuhan mahang untuk mengobati diare.

Penelitian etnobotani belum mengungkap penggunaan daun mahang dalam pengobatan jerawat, tetapi masyarakat Polahi di Gorontalo dan masyarakat Dayak

Ngaju di Kalimantan Tengah menggunakan daun tumbuhan mahang untuk mengobati luka di kulit. Pada penelitian ini daun mahang mampu berkhasiat sebagai anti jerawat karena mampu menghambat bakteri penyebab jerawat yaitu

Propionibacterium acnes (Warnida, 2018).

59

Universitas Sumatera Utara

4.5.24 Tumbuhan Manggis Hutan

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan Manggis Hutan dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Filum : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Clusiaceae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia rigida Miq Gambar 4.28 Manggis Hutan

Beberapa penelitian terhadap spesies-spesies Garcinia antara lain memiliki aktifitas biologis dan farmakologis seperti anti jamur dari kulit buah Garcinia mangostana, anti fertilitas dari daun Garcinia mangostana, anti HIV-1 Rt dari batang dan daun Garcinita multifora Champ., obat penyakit telinga dan setelah persalinan dari daun Garcinita artroviridis Griff. (asam gelugur), obat penyakit gondok dari daun dan biji Garcinia dulcis Kurz.,dan getah berwarna kuning dari

Garcinia Morella (Gaertner) Desr. (India) merupakan sumber cat gamboges (Elya dkk., 2009).

Pada umumnya hidup di hutan tropis yang lembab dihampir seluruh kawasan Asia Tenggara dan banyak karakteristik hutan-hutan di Malaysia dan

Indonesia. Jumlah total spesies diantaranya yang tersebar di Asia Tenggara mencapai 400 spesies dan hanya 40 spesies diantaranya yang dapat di manfaatkan buahnya. Salah satu Garcinia yang rasanya manis dan telah dibudidayakan adalah

Garcinia mangostana L. (manggis sejati), dimana ekstrak etanol kulit buahnya memiliki efek antibakteri dan antidiare pada tikus putih (Elya dkk., 2009).

60

Universitas Sumatera Utara

4.5.25 Tumbuhan Sigadabu / Kayu Hujan

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan Sigadabu / Kayu hujan dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Filum : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Bignoniaceae

Genus : Spathodea

Spesies : Spathodea campanulata Gambar 4.29 Sigadabu

Ekstraksi dan isolasi terhadap senyawa-senyawa penyusun bagian tanaman

Angsret, S. campanulata P Beauv (Bignonaceae) yang telah dikerjakan peneliti sebelumnya yaitu ekstraksi dan isolasi flavonoid dari bagian bunga, serta menguji aktivitas antioksidan terhadap isolat yang diperoleh. Beberapa penelitian lain yang telah dikerjakan dengan menggunakan bagian tanaman angsret ini adalah aktif sebagai antioksidan, antimalaria, antiinflamasi, antiviral. Hasil uji pendahuluan terhadap ekstrak kulit batang tanaman ini memberi indikasi keberadaan senyawa golongan fenolik, dan triterpenoid (Masruri dkk., 2008).

Spathodea campanulata digunakan untuk pengobatan herbal. Itu dievaluasi dari sifat analgesik dan anti-inflamasi. Aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol daun dan bunga Spathodea campanulata, dievaluasi dan dilaporkan ekstrak bunga menunjukkan aktivitas yang baik dibandingkan dengan daun. Studi ekstrak metanol bunga Spathodea campanulata L. sebagai penangkal sinar matahari. Ekstrak daun etanol adalah dilaporkan untuk aktivitas antikonvulsan. Itu turunan quinazoline dari sigadabu memiliki sifat anti-oksidan (Pulipati dkk., 2013)

61

Universitas Sumatera Utara

4.5.26 Tumbuhan Rotan

Berdasarkan Plantamor (2019), kedudukan rotan dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Calamus

Spesies : Calamus rotang L Gambar 4.30 Rotan

Resin jernang (dragon blood) merupakan getah termahal di dunia dan sangat dicari oleh dunia farmasi. ini dikarenakan dalam getah jernang (resin) terdapat kandungan senyawa Dracohordin yang sangat dibutuhkan oleh dunia farmasi.

Dracorhodin merupakan konstituen utama yang ditemukan dalam buah jernang

(Dragon Blood). Dracorhodin termasuk Senyawa antosianin alami dan digunakan sebagai zat farmasi ampuh karena aktivitas biologis dan farmakologisnya seperti antimikroba, antivirus, antitumor, dan aktivitas sitotoksik (Saifuddin, 2017).

Calamus rotang L. (pohon rotan), adalah sebuah semak tumbuh yang umum di Bangladesh. Ini adalah tanaman asli dari Asia barat daya. Buahnya dapat di konsumsi segar atau disiapkan menjadi acar dan dimakan bersama. orang suku yang ada disekitar menggunakan tunasnya sebagai agen antihelminthic. Getah daun digunakan untuk mengobati masalah mata. Saponin di batang, alkaloid dalam daun dan flavonoid dalam akar telah diisolasi dari Calamus rotang yang digunakan dalam pengobatan kejang-kejang dan kram. Daun Calamus rotang digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati diare (Ripa dkk., 2015).

62

Universitas Sumatera Utara

4.5.27 Tumbuhan Bakung

Menurut Plantamor (2019), kedudukan rengas dalam sistematika tumbuhan

(taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Filum : Tracheophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Amaryllidaceae

Genus : Crinum

Spesies : Crinum asiaticum L. Gambar 4.31 Bakung

Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun bakung antara lain adalah senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid (Azis, 2010).

Diketahui flavonoid mempunyai aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat beberapa enzim seperti aldose reduktase, xanthine oxidase, phospodiesterase,

Ca2+ A Tpase, lipoxigenase dan cylooxygenase (Narayana dkk., 2001).

Secara empiris daun bakung bisa menyembuhkan memar atau pembengkakan dengan cara olesi daun bakung dengan minyak kelapa lalu layukan diatas api kecil kemudian ditempelkan dibagian tubuh yang sakit. Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun bakung antara lain adalah senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, steroid, triterpenoid. Diketahui flavonoid mempunyai aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat beberapa enzim seperti aldose reductase, xanthine oxidase, phosphodiesterase, Ca2+ ATPase, lipoxygenase dan cyclooxygenase. Tanin mempunyai efek antiinflamasi karena dapat menghambat pengeluaran prostaglandin pada jalur arakhidonat yang merupakan mediator peradangan (Mirani dkk., 2018).

63

Universitas Sumatera Utara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Desa Buluh

Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau adalah sebanyak 27 jenis tanaman

yang berasal dari 20 famili. Dari ke 27 jenis tanaman obat tersebut yang

paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik Dusun I, Dusun II, Dusun

III dan Dusun IV adalah diantaranya Zingiber officinale, Curcuma

domestica, Kaempferia galanga L.

b Cara pemanfaatan tumbuhan obat terdiri dari cara pengolahan dan

penggunaan. Cara pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Buluh

Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau yaitu dibakar, direbus, dihaluskan,

dikikis, ditumbuk/diperas dan dikunyah. Sedangkan cara penggunaan

tumbuhan oleh masyarakat Desa Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi

Riau yaitu ditempelkan, dimakan langsung, diminum dan digosok. Cara

yang paling banyak digunakan masyarakat adalah dengan direbus.

c Penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat di Desa Buluh Cina

Kabupaten Kampar Provinsi Riau sangat beragam. Namun penyakit yang

paling banyak disembuhkan adalah luka, demam dan malaria.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti aktivitas farmakologi

dari tanaman obat yang masih belum banyak diteliti seperti Eudia hertensis

Forst dan Galearia filiformis.

64

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, U. R. 2007. Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] Dikabupaten Sintang Kalimantan Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Alimah, D. 2016. Kandungan Bahan Aktif Gerunggang (Cratocylon arborescens (Vahl.) Blume) Dan Potensi Pemanfaatannya. Galam. 2(1): 33-37. Amin, F., Nur, I. Y., Sartini., Sumarheni. 2018. Efek Pemberian Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) Terhadap Perubahan Kadar Protein Total Dan Alkali Fosfatase Pada Tikus (Rattus norvegicus) Yang Dipaparkan Asap Rokok. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 22(3): 99-103. Anggraeni, D.L., Rusdi, B., Hilda, A.W. 2015. Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dan Deksametason Pada Jamu Pegal Linu Menggunakan Metode Ekstraksi Fasa Padat dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Spesia Unisba. 5(2): 104-105. Bais, S. 2009. A Phytopharmacological Review on an Important Medicinal Plant: Leea indicaI. Inventi Rapid: Ethnopharmacology. 2013(1): 1-4. Bangun, A. 2011. Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa-Glukosidase Dan Penapisan Fitokimia Pada Beberapa Tanaman Famili Euphorbiaceae. Skripsi. Jurusan Farmasi. Universitas Indonesia. Depok. Badan POM. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Jakarta: Kelompok Kerja Profil Nasional Badan POM. Carolia, N., Wulan, N. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris. Majority. 15(1): 140-144. Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya. Dalimartha, S., Adrian, F. 2013. Ramuan Herbal Tumpas Penyakit. Jakarta: Swadaya. Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia,Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Desiyana, L. S., Muhammad, A. H., Seila, Z. 2016. Uji Efektivitas Sediaan Gel Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Natural. 16(2): 23-32. Dewi, Y. F., Made, S. A., Gde, O. D. 2014. Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Yang Diinduksi Aloksan. Buletin Veteriner Udayana. 6(1): 73-79. Edwar, F. (2015). Permen Dan Jelli Sebagai Produk Inovasi Dari Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack). Jurnal Litbang Industri. 5(1): 45-52. Elya, B., Atiek, S., Farida. 2009. Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis Hutan (Garcinia rigida Miq). Majalah Ilmu Kefarmasian. 6(1): 9-17. Fajeriyati, N., Andika. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.) Pada Bakteri Bacillus subtilis Dan Escherichia coli. Journal of Current Pharmaceutical Sciences. 1(1): 36-41. Fern, K. 2019. Evodia hortensis. [online]. http://www.tropical.theferns.info [diakses: 13 Juni 2019].

65

Universitas Sumatera Utara

GBIF Backbone . 2017. Galeria Filiformis Boerl in GBIF Secretariat. [online]. https://doi.org/10.15468/39omei [diakses: 21 Maret 2019]. Handono, K., Tri, W. I. D., Elvira, S. D., Mirza, Z. P., Nurdiana. 2017. Bryophyllum pinnatum Leaves Ethanol Extract Inhibit Maturation and Promote Apoptosis of Systemic Lupus Erythematosus BALB/e mice B cells. Medical Journal Of Indonesia. 26(4): 253-260. Hariana, H. A. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Niaga Swadaya. Harmawati., Ayu, G. N., Debi, Y. 2018. Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber officinale rosc.Var.rubrum) Terhadap Derajat Nyeri Menstruasi (Dismenorrhea) Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 12 Sungai Penuh Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Saintika Mediatory. 1(1): 7-13. Hartini, S. 2011. Helminthostachys zeylanica (L.) Hook.: Potensinya Sebagai Obat Masa Depan. Warta Kebun Raya. 11(1): 34-37. Hasan, P. H. S., Fatimawali., Widdhi, B. 2019. Uji Daya Hambat Ekstrak Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia galanga L. Swartz) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Klebsiella pneumoniae Isolat Sputum Pada Penderita Pneumonia Resisten Antibiotik Seftriakson. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 8(1): 22-29. Hayati, M. 2003. Terampil Membuat Ekstrak Temu-Temuan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Istarina, D., Siti, K., Masnur, T. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah Ketapang (Terminalia catappa Linn.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus epidermidis Dan Salmonella typhi. Jurnal Protobiont. 4(3): 98-102. Jena, J., Ashish, K. G. 2012. Ricinus communis Linn: A Phytopharmacological Review. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(4): 4-8. Katno, P.S. 2009. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM. Kusuma, F. R., B, M., Zakky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka. Lestari, M. 2013. Sejarah Terbentuknya Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Riau. Pekanbaru. Luliana, S., Nera, U. P., Kris, N. M. 2016. Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Pharm Sci Res. 1(1): 13-20. Mangesa, R., Febiayu, A. 2019. Efektifitas dan Kandungan Fraksi Aktif Metanol Daun Sirih Hijau (Piper betle L) sebagai Antibakteri Salmonellatyphi. Biosfer Jurnal Tadris Biologi. 10(1): 62-69. Masruri., Soebiantoro., Retnowati, R. 2008. Karakterisasi Senyawa Triterpenoid Dari Kulit Batang Tanaman Angsret, Spathodea campanulata P. Beauv (Bignonaceae). Natural. 12(1): 12-22. Mirani, H., Sonlimar, M. 2018. Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Bakung (Crynum aslaticum L.) Pada Tikus Putih Jantan Setelah Diinduksi Karagenan. Jurnal Kesehatan Palembang. 13(1): 42-48. Muliani, H. 2015. Effect of Turmeric (Curcuma domestica Vahl.) Extract on Broiler Blood Cholesterol Levels. Jurnal Sains dan Matematika. 23(4): 107-111.

66

Universitas Sumatera Utara

Mustapha, F. A., Jai, J., Hamidon, F., Sharif, Z. I. M., Yusof, N. M. 2017. Antimicrobial Agents From Malaysian Plants and Their Potential Use In Food Packaging Material: Review. Chemical Engineering Research Bulletin. 19(1): 57-66. Narayana, K. R., Reddy, M. R., Chaluvadi, M. R. 2001. Bioflavonoids Classification, Pharmacological, Biochemical Effects And Therapeutic Nasution, A. M., MT, K., Theodorus. (2017). Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Daun Mali-Mali (Lea indica) Terhadap Jumlah Leukosit Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Majalah Kedokteran. 49(3): 110-117. Nursal., Sri, W., Budi, S. R. 2016. Uji Toksisitas Ekstrak Kulit Batang Rengas (Gluta renghas) Terhadap Larva Udang Artemia salina. Jurnal Biogenesis. 13(1): 11-18. Nuryani, S., R, Fx. S. P., Darwani. 2017. Pemanfaatana Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Sebagai Antibakteri Dan Antifungi. Jurnal Teknologi Laboratorium. 6(2): 41-45. Pangesti, T., Ika, N. F., Firdiawan, E., Andi, H. 2013. Sweet Papaya Srrd Antibacterial Escherichia coli Candy With Papaya Seed (Carica papaya L.). Pelita. 7(2): 156-163. Parfati, N., Tri, W. 2016. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Kajian Pustaka Aspek Botani, Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologi. Media Pharmaceutical Indonesia. 1(2): 106-115. Plantamor. 2019. Plant Gallery Plant List Products. [online]. http://www.plantamor.com/ [diakses: 21 Maret 2019]. Pulapati, S., Sk, H. P., R, K. B., G, V., Srinivasa, B. P. 2013. Pharmacognostical and Physicochemical Standardization of Leaves of Spahtodea Campanulata P. Beauv. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, Vol.2, No.2 Putra, F. A. 2018. Fungsi Hutan Adat Rimbo Tujuh Danau Di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. JOM FISIP. 5(1): 12-17. Putranti, W., Novia, A. D., Lina, W. 2018. Standarisasi Ekstrak dan Karakteristik Formula Emulgel Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal (L.) Willd). Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 18(2): 81-91. Rahayu, M. S. 2011. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Subang, Jawa Barat: Studi Kasus Di Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan Dan Kecamatan Tambakdahan. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ramadhian, M. R., Tri, U. S., Rizki, H., Hanarisha, P. A. 2017. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Terhadap Kepadatan Serabut Kolagen Pada Penyembuhan Luka Sayat Mencit (Mus musculus). Jurnal AgromedUnila. 4(1): 17-24. Rani, A. S., Sulakshana, G., Patnaik, S. 2012. Costus speciosus, an Antidiabetc Plant-Review. Jurnal Kesehatan. 3(1): 52-53. Reddy, N. S., Suerialoasan, N., Saravana, K. S., Norhanom, A. W., Kae, S. S. 2012. Phenolic Content, Antioxidant Effect and Cytotoxic Activity of Leea indica Leaves. BMC Complementary and Alternative Medicine. 12(128): 1-7. Ripa, F. A., Dash, P. R., Podder, A. k. 2015. Anti-diarrheal and Hypoglycemic Activities Of Methanol Extract Of Calamus rotang L. Seed In Rat. Research Journla Of Pharmacognosy. 3(2): 33-40. Rofi’ah, S., Esti, H., Tety, R. 2017. Efektivitas Konsumsi Jahe Dan Sereh Dalam Mengatasi Morning Sickness. Jurnal Ilmiah Bidan. 2(2): 57-63.

67

Universitas Sumatera Utara

Roosita K, Kusharto CM, Sekiyama M, Fachrurozi Y, Ohtsuka R. 2007. Medicinal Plants Used by Teh Villagers of a Sundanese Community in West Java Indonesia. [online]. http://www.sciencedirect.com [diakses: 21 Maret 2019]. Rosawanti, P., Dewi, S. M., Syahrida, D. A. 2018. Kandungan Antioksidan Daun Mahang Damar (Macaranga triloba (BI.) Muell Arg.). Jurnal Surya Medika. 3(2): 122-130. Rukmana, R. 2006. Mengkudu Budi Daya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Kanisius. Safitri, A.R. 2013. Uji Efek Analgetik Infusa Daun Cocok Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)Pers.) Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Yang Diinduksi Dengan Asam Asetat. Naskah Publikasi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Saifuddin., Nahar., Indra, M. 2017. Ekstraksi Resin dari Buah Jernang (Dragon Blood) Metode Under Kritis Pelarut Untuk Peningkatan Kualitas Mutu Resin Jernang Sesuai SNI 1671:2010. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 6(1): 1-9. Sarfina, J., Nurhamidah., Dewi, H. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Daun Ricinus communis L (Jarak Kepyar). Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia. 1(1): 66-70. Sari, M. S., Ahmad, R. 2016. Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang Terhadap Densitas GLUT4 Pada Sel-Sel Otot Rangka Mencit Yang Terinduksi Hiperglikemia. Jurnal Sumberdaya Hayati. 2(2): 52-58. Septiatin, E. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias dan Tanaman Liar. Bandung: Yrama Widya. Silalahi, M. 2018. Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe (Manfaat dan Bioaktivitas). Jurnal Pro-Life. 5(1): 551-525. Sim, W. C., Gwendoline, C. L., Sukari., Mohd, A., Lim, C. J. 2011. Cratoxylum glaucum and Cratoxylum arborescens (Guttiferae) Two Potential Source of Antioxidant Agents. Asian Journal Of Chemistry. 23(2): 569-572. Sugito., Edy, S. 2017. Efektifitas Ekstrak Ethanol Daun Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Dengan Metode Difusi. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. 1(1): 21-25. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Evaluasi Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Suharmiati., Lestari, H. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: Agro Pustaka. Sukmawaty, D. R. 2015. Jambu Biji (Psidium guajava). Journal Review. Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Supriyatna., R, M. F., Dewanto., Indra, W., Ferry, F. 2015. Fitoterapi Sistem Organ: Pandangan Dunia Barat Terhadap Obat Herbal Global. Yogyakarta: Deepublish. Supriono. 1997. Kedelai dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Suryati., Sanusi, I., Enda, D. A. 2017. Uji Aktivitas Sitotoksik Dan Antibakteri Ekstrak Daun Rengas (Gluta renghas L). Jurnal Kimia Unand. 6(2): 37-41. Sutardjo, R. M. E. 1999. Pengobatan Tradisional. Semarang: Aneka Ilmu.

68

Universitas Sumatera Utara

Warnida, H., Dewi, M., Supomo., Yullia, S. 2018. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Mahang (Macaranga triloba) Sebagai Obat Anti Jerawat. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. 4(1): 9-18. Washikah. 2016. Tumbuhan Zingiberaceae Sebagai Obat-Obatan. Serambi Saintia. 4(1): 5-9. Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yenn, T.W., Leong, C. R., Khairul, A. Z., Muhammad, S. A. R., Wen, N. T., Bintul, J., Shaik, A. 2018. Chemical Composition and Antimicrobial Efficacy of Helminthostachys zeylanica Against Foodborne Bacillus cereus. Natural Product Sciences. 24(1): 56-65. Yulineri, T., Ernawati, K., Novik, N. 2006. Selenium dari Ekstrak Biji dan Akar Pinang (Areca cathechu L.) yang Difermentasi dengan Konsorsium Acetobacter Saccharomyces sebagai Antiseptik Obat Kumur. BIODIVERSITAS. 7(1): 18-20. Yusuf, H., Mustofa., Wijayanti, M. A., Sulidarti, R. A., Asih, P. B. S., Suryawati., Sofia. 2013. A New Quassinoid of Four Isolated Compounds From Extract Eurycoma longifolia, Jack Roots and Their In-Vitro Antimalarial Activity. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Science. 4(3): 728-734. Zaman, M. Q. 2009. Etnobotani Tumbuhan Obat di Kabupaten Pemekasan Madura Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Meningkatkan Pemeliharaan Kesehatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan.

69

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Famili No Famili Nama Latin Nama Lokal 1. Amaryllidaceae Crinum asiaticum Bakung L. 2. Anacardiaceae Gluta renghas Rengas 3. Arecaceae Areca catechu L. Pinang Calamus rotang L. Rotan 4. Bignoneaceae Spathodea Sigadabu / kayu hujan campanulata 5. Caricaceae Carica papaya Pepaya L. 6. Clusiaceae Garcinia Manggis hutan rigida Miq. 7. Combretaceae Terminalia catappa Ketapang L. 8. Costaceae Costus speciosus Setawar 9. Crassulaceae Bryophyllum Sedingin pinnatum 10. Euphorbiaceae Ricinus communis Jarak Macaranga Triloba Mahang 11. Guttiferae Cratoxylum Geronggang arborescens 12. Melastomataceae Melastoma Keduduk malabathricum L. 13. Myrtaceae Psidium guajava Jambu Biji L. 14. Ophioglossaceae Helminthostachys Sundak Langit zeylanica 15. Pandaceae Galearia filiformis Kayu Tulang 16. Piperaceae Piper betle Sirih Piper ornatum Sirih Merah 17. Simaroubaceae Eurycoma Pasak Bumi longifolia 18. Rutaceae Euodia hortensis Tenggek Burung Forst 19. Vitaceae Leea indica Mali mali Merr 20. Zingiberaceae Zingiber officinale Jahe Curcuma Kunyit domestica Curcuma zedoaria Temu Putih Rosc Alpinia galanga Lengkuas L. Kaempferia Kencur galanga L.

70

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian Tumbuhan Yang Digunakan No Bagian yang Nama Latin Nama Lokal digunakan 1. Buah Gluta renghas Rengas Areca catechu L. Pinang Areca catechu L. Pinang 2. Akar Helminthostachys Sudak Langit zeylanica Eurycoma Pasak Bumi longifolia 3. Getah Calamus rotang L. Rotan Spathodea Sigadabu/ Kayu Hujan campanulata Carica papaya L. Pepaya Terminalia catappa Ketapang L. Costus speciosus Setawar Bryophyllum Sedingin pinnatum Ricinus communis Jarak 4. Daun Macaranga Triloba Mahang Melastoma Keduduk malabatrhicum L. Psidium guajava L. Jambu Biji Galearia filiformis Kayu Tulang Piper betle Sirih Piper ornatum Sirih Merah Leea indica Merr Mali mali Euodia hortensis Tenggek Burung Forst Costus specious Setawar 5. Batang Garcinia Manggis hutan rigida Miq. Cratoxylum Geronggang arborescens 6 Kulit Batang Costus speciosus Setawar Zingiber officinale Jahe Curcuma Kunyit domestica 7. Rimpang Curcuma zedoaria Temu Putih Rosc Alpinia galangal L. Lengkuas Kaempferia Kencur galangal L. Costus speciosus Setawar 8 Pucuk Daun Galearia filiformis Kayu Tulang

71

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Jenis Penyakit No Penyakit yang Nama Latin Nama Lokal diobati 1. Gluta renghas Rangas Demam Calamus rotang Rotan Bryophyllum pinnata Sedingin Ricinus communis Jarak Costus specious Setawar 2. Sakit Perut Gluta renghas Rengas Spathodea campanulata Sigadabu/ Kayu Hujan Euodia hortensis Forst Tenggek Burung 3. Stamina Areca catechu L. Pinang Helminthostachys zeylanica Sundak Langit 4. Gigi Calamus rotang L. Rotan Piper betle Sirih 5. Calamus rotang L. Rotan Malaria Carica papaya L. Pepaya Costus specious Setawar Helminthostachys zeylanica Sundak Langit 6 Nafsu Makan Carica papaya L. Pepaya Curcuma domestica Kunyit 7. Maag Carica papaya L. Pepaya Garcinia rigida Miq. Manggis hutan 8. Kurap/Panu Terminalia catappa L. Ketapang Alpania galanga L. Lengkuas Costus speciosus Setawar Macaranga Triloba Mahang 9. Luka Melastoma malabathricum L. Keduduk Psidium guajava L. Jambu Biji Galearia filiformis Kayu Tulang Leea indica Merr Mali mali Cratoxylum arborescens Geronggang 10. Sembelit Costus speciosus Setawar 11. Sakit Kepala Bryophyllum pinnatum Sedingin 12. Campak Ricinus communis Jarak 13. Kehamilan Galearia filiformis Kayu Tulang 14. Penawar Racun Piper betle Sirih 15. Diabetes Piper ornatum Sirih Merah 16. DBD Eurycoma longifolia Pasak Bumi 17. Masuk Angin Zingiber officinale Jahe Alpinia galanga L. Lengkuas 18. Bisul Zingiber officinale Jahe 19. Keteguran Curcuma domestica Kunyit 20. Batuk Kaempferia galanga L. Kencur 22. Kanker Curcuma zedoaria Rosc Temu Putih 22. Sakit Pinggang Crinum asiatikum L. Bakung

72

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Cara Pengolahan Tanaman Obat No Cara Bagian Nama Latin Nama Lokal Pengolahan tumbuhan yang digunakan 1. Dibakar Daun Crinum asiatikum Bakung L. 2. Direbus Akar Areca catechu L. Pinang Getah Calamus rotang Rotan Daun Spathodea Sigadabu/ Kayu campanulata Hujan Daun Bryophyllum Sedingin pinnatum Daun Ricinus communis Jarak Kulit batang Cratoxylum Geronggang arborescens Akar Helminthostachys Sundak Langit zeylanica Pucuk daun Galearia filiformis Kayu Tulang Daun Piper ornatum Sirih Merah Akar Eurycoma Pasak Bumi longifolia Daun Euodia hortensis Tenggek Burung Forst Rimpang Zingiber officinale Jahe Rimpang Curcuma domestica Kunyit Rimpang Curcuma zedoaria Temu Putih Rosc Rimpang Kaempferia Kencur galanga L. Rimpang Alpinia galanga L. Lengkuas 3. Dihaluskan Daun Carica papaya L. Pepaya Daun Costus specious Setawar Rimpang Costus specious Setawar 4. Dikikis Batang Garcinia Manggis hutan rigida Miq. 5. Ditumbuk/dipe Batang Costus specious Setawar ras Daun Melastoma Keduduk malabatrhicum L. Daun Ricinus communis Jarak Daun Psidium guajava Jambu Biji L. Daun Galearia filiformis Kayu Tulang Daun Piper betle Sirih Rimpang Zingiber officinale Jahe 6. Dikunyah Daun Macaranga Triloba Mahang

73

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Cara Penggunaan Tanaman Obat No Cara Bagian Nama Latin Nama Lokal Penggunaan tumbuhan yang digunakan 1. Ditempelkan Daun Crinum asiatikum L. Bakung Daun Ricinus communis Jarak Daun Macaranga Triloba Mahang

2. Dimakan Buah Areca catechu L. Pinang langsung Buah Gluta renghas Rengas 3. Diminum Akar Areca catechu L. Pinang Getah Calamus rotang Rotan Daun Spathodea Sigadabu/ Kayu campanulata Hujan Daun Carica papaya L. Pepaya Batang Garcinia Manggis hutan rigida Miq. Rimpang Costus specious Setawar Daun Costus specious Setawar Rimpang Costus specious Setawar Daun Bryophyllum Sedingin pinnatum Daun Ricinus communis Jarak Akar Helminthostachys Sundak Langit zeylanica Akar Helminthostachys Sundak Langit zeylanica Daun Piper ornatum Sirih Merah Pucuk Daun Galearia filiformis Kayu Tulang Akar Eurycoma longifolia Pasak Bumi Rimpang Zingiber officinale Jahe Rimpang Curcuma domestica Kunyit Rimpang Curcuma zedoaria Temu Putih Rosc Rimpang Kaempferia galanga Kencur L. Rimpang Alpinia galanga Lengkuas L. 4. Digosok Daun Terminalia catappa Ketapang L. Rimpang Alpania galanga L. Lengkuas Batang Costus specious Setawar Kulit batang Cratoxylum Geronggang arborescens Rimpang Curcuma domestica Kunyit

74

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Pemanfaatan Tanaman Obat Pada Masing – Masing Dusun Desa …………….a,Buluh Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Penyakit Bagian Nama Nama Responden Nama Latin yang yang Dusun Lokal diobati digunakan Dusun Ketua Adat Zingiber Masuk Jahe Rimpang I officinale Angin Jambu Psidium Luka Daun Biji Guajava L. Kayu Galearia Luka Daun Tulang filiformis Melastoma Keduduk malabathricum Luka Daun L. Kaempferia Kencur Batuk Rimpang galangal L. Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica Makan

Pepaya Carica papaya Malaria Daun

Rengas Gluta renghas Demam Buah

Sakit Daun Sedingin Bryophyllum Kepala pinnatum Demam Daun

Demam Batang Costus Setawar speciosus Malaria Daun

Perkuat Sirih Piper betle Daun gigi Pengguna Masuk Rimpang Obat Zingiber Angin Jahe officenale Bisul Rimpang

Kaempferia Kencur Batuk Rimpang galangal L.

Terminalia Kurap dan Ketapang Daun catappa L. Panu

75

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 (lanjutan)

Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica Makan Macaranga Mahang Luka Daun triloba Leea indica Mali-mali Luka Daun Meer Manggis Garcinia Maag Batang Hutan rigida Miq. Malaria Daun Pepaya Carica papaya Maag Daun Sakit Bryophyllum Kepala Sedingin Daun pinnatum dan Demam

Demam Batang Costus Setawar speciosus Malaria Daun

Stamina Akar Sundak Helminthostac Langit hys zeylanica Malaria Akar

Tenggek Euodia Sakit Perut Daun Burung hortensis Forst Pengguna Masuk Rimpang Obat Zingiber Angin Jahe officenale Bisul Rimpang

Ricinis Jarak Campak Daun communis Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica Makan Alpinia Lengkuas Panu Rimpang galanga L. Pasak Eurycoma Demam Akar Bumi longifolia Berdarah Perkuat Pinang Areca catechu Buah Gigi

76

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 (lanjutan)

Demam Batang Costus Setawar speciosus Malaria Daun

Dusun Pengguna Zingiber Masuk Jahe Rimpang II Obat officinale Angin Melancark Pucuk an proses Daun Kayu Galearia kehamilan Tulang filiformis Luka Daun

Kaempferia Kencur Batuk Rimpang galanga L. Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica makan Alpinia Lengkuas Panu Rimpang galanga L. Leea indica Mali-Mali Luka Daun Merr Areca catechu Perkuat Pinang Buah L. gigi

Malaria Daun Costus Setawar specious Sembelit Rimpang

Perkuat Sirih Piper betle Daun gigi Sirih Piper ornatum Diabetes Daun Merah Dusun Gerongga Cratoxylum Luka, Kulit Ketua Adat III ng arborescens koreng Batang Zingiber Masuk Jahe Rimpang officenale Angin Psidium Jambu Biji Luka Daun guajava L. Ricinus Jarak Demam Daun communis Terminalia Kurap, Ketapang Daun catappa L. Panu

77

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 (lanjutan)

Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica makan Sakit Perut Rengas Gluta renghas dan Buah demam Demam Calamus Rotan dan Getah rotang L. malaria Sakit Bryophyllum Kepala Sedingin Daun pinnatum dan demam

Demam Batang Costus Setawar speciosus Luka Batang

Penawar Daun racun Sirih Piper betle Gigi Daun

Stamina Akar Sundak Helminthostac Langit hys zeylanica Malaria Akar

Pengguna Zingiber Masuk Jahe Rimpang Obat officenale Angin Ricinis Jarak Demam Daun communis Kaempferia Kencur Batuk Rimpang galanga L. Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica makan Sakit Bryophyllum Kepala Sedingin Daun pinnatum dan demam

Sirih Piper betle Gigi Daun

Sirih Piper ornatum Diabetes Daun Merah

78

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 (lanjutan)

Masuk Bidan Anak Rimpang Zingiber Angin Jahe officenale Bisul Rimpang

Demam Daun Ricinus Jarak communis Campak Daun

Kaempferia Kencur Batuk Rimpang galanga L. Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica makan Masuk Rimpang Alpinia angin Lengkuas galanga L. Panu Rimpang

Nafsu Daun makan,

Pepaya Carica papaya Malaria Daun

Maag Daun

Sakit Daun Bryophyllum Kepala Sedingin pinnatum Demam Daun

Malaria Daun

Demam Batang Costus Setawar speciosus Luka Batang

Sembelit Rimpang

Dusun Pembudida Crinum Sakit Bakung Daun IV ya TOGA asiaticum L. pinggang Zingiber Masuk Jahe Rimpang officinale Angin

79

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 (lanjutan)

Psidium Jambu Biji Luka Daun guajava L.

Demam Daun Ricinis Jarak communis Campak Daun

Kaempferia Kencur Batuk Rimpang galanga L. Curcuma Nafsu Kunyit Rimpang domestica makan Masuk Rimpang Alpinia angin Lengkuas galanga L. Panu Rimpang

Pasak Eurycoma Demam Akar Bumi longifolia Berdarah

Malaria Daun Pepaya Carica papaya Maag Daun

Stamina Akar Areca catechu Pinang L. Penguat Buah gigi Sigadabu/ Spathodea Kayu Sakit perut Daun campanulata Hujan Penguat Sirih Piper betle Daun gigi Sirih Piper ornatum Diabetes Daun Merah Temu Curcuma Kanker Rimpang Putih zedoaria Rosc

80

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Surat Izin Riset

81

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Foto Dokumentasi Kegiatan

Keterangan: lokasi penelitian Keterangan: Observasi Tanaman Obat

Keterangan: Ketua Adat Dusun I Keterangan: Pengguna Obat Dusun I

Keterangan: Pengguna Obat Dusun I Keterangan: Pengguna Obat Dusun II

Keterangan: Ketua Adat Dusun III Keterangan: Pengguna Obat Dusun III

82

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8 (lanjutan)

Keterangan: Bidan Anak Dusun III Keterangan: Penanam TOGA Dusun IV

83

Universitas Sumatera Utara