Makam Noto Igomo Idham
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Makam Noto Igomo Idham MAKAM NOTO IGOMO (Arkeologi Makam Tokoh Agama di Tenggarong Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur) Tomb Noto Igomo (Arcaeological Tomb Tenggarong Religious Leaders in Kutai, East Kalimantan) IDHAM Balai Penelitian dan Pengembangan ABSTR A CT Agama Makassar Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar Essentially tomb archaeological research is an attempt to study various concepts, buildings Telp. (0411) 452952 Facs. (0411) and other things that grew in the past. The study can be applied to various types of buildings 452982 associated with various aspects of human life, both temporal and spiritual. Building which tell e-mail: [email protected] spiritual aspects of the past are represented in the tomb. This tomb archaeological research HP. 0813 56 100 100 Naskah diterima : 13 Januari 2014 aims to find out one of the tombs of religious figures in TenggarongKutaiKartanegara in Naskah direvisi: 19-29 Mei 2014 East Kalimantan. The tomb this research is going to study is the tomb of NotoIgomo. This Naskah disetujui: 18 Juni 2014 research descriptive qualitative analytical reasoning and data collection techniques, which includes assessments, surveys, interviews, and documentation. To reveal the typology of the tomb, this study uses morphological analysis, technology analysis, stylistic analysis, contextual analysis, and analysis of inscriptions. The researchshowedthatinEast Kalimantan, particularly in KutaiKartanegarathere are many sites the remains of the Islamic past the tombs ofreligious leaders. Keywords: Archaeology of tomb, the tomb morphology, religious leaders, Noto Igomo. ABSTR A K Pada dasarnya penelitian arkeologi makam merupakan suatu upaya untuk mempelajari berbagai konsep, baik bangunan maupun hal-hal lain yang berkembang pada masa lalu. Penelitian tersebut dapat diterapkan pada berbagai jenis bangunan yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan manusia, baik yang sifatnya keduniaan maupun kerohanian. Salah satu bagunan yang bersifat kerohanian adalah makam. Penelitian arkeologi makam ini bertujuan untuk mengetahui salah satu makam tokoh agama di Tenggarong Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Adapun tokoh yang menjadi sasaran penelitian adalah Noto Igomo. Sebagai penelitian arkeologi, penelitian ini menggambarkan tiga tingkatan dalam penelitian arkeologi mulai dari tahap observasi, deskripsi, hingga eksplanasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan penalaran deskriptif analitis, dengan Balai Penelitianteknik dan pengumpulan Pengembangan data, yaitu: Penjajagan, survei,Agama wawancara, Semarang dan dokumentasi. Untuk mengungkapkan tipologi makam, dilakukan analisis morfologis, analisis teknologi, analisis stilistik, analisis kontekstual, dan analisis inskripsi. Penelitian menunjukkan bahwa di Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara terdapat banyak situs dan tinggalan- tinggalan Islam masa lalu, salah satunya adalah makam tokoh agama. Kata kunci: Arkeologi makam, morfologi makam, tokoh agama, Noto Igomo. 117 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129 PENDAHU L UAN masyarakat memperlakukannya. Azyumardi Azra dalam kata pengantar Penelitian arkeologi makam telah banyak Arkeologi Islam Indonesia, sebuah penghargaan dilakukan oleh para arekeolog. Pada zaman untuk Uka Tjandrasasmita mengatakan bahwa kolonial Belanda, diantaranya penelitian nisan- arkeologi merupakan salah satu ilmu yang nisan makam Islam yang berasal dari pesisir sangat dekat, bahkan lengket dengan sejarah, utara Aceh, yaitu Samudra-Pasai, diantaranya karena keduanya bertujuan sama: mengungkap telah diteliti Snouck Hurgronje pada tahun 1907. kehidupan manusia pada masa lalu (Azra, 2009: Penelitian pada peninggalan arkeologis di Gresik, ix) Didasarkan pada bukti-bukti arkeologis, yaitu makam Maulana Malik Ibrahim yang penulisan sejarah Islam Indonesia memperoleh pernah dicatat oleh Raffles tahun 1817, muncul pondasi yang kuat untuk menjelaskan masuknya dari Van Ronkel dan Th.W. Juynboll tahun 1910- Islam ke Nusantara, terbentuknya watak 1911. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh kosmopolitanisme dan dinamika lokal yang J.P. Moquette telah melangkah jauh pada tahun terjadi, sampai berlangsungnya proses akulturasi 1912 terhadap nisan-nisan makam, baik yang budaya. Salah satu data arkeologis yang ada di Aceh maupun yang ada di Gresik dengan menuntun ke arah tersebut adalah makam para membandingkannya dengan nisan makam yang tokoh agama. ada di Cambay-Gujarat (India) (Tjandrasasmita, Tokoh agama sebagai guru bangsa dan sebagai 2000: 23-24). panutan dalam kehidupan bermasyarakat adalah HJ. Cowan (1940: 15-21)meneliti sebuah nisan sosok yang mendapat tempat terhormat dalam di Meunasah Manchang Lhouksmawe (Aceh). realitas prilaku masyarakat. Penghormatan Hasil penelitiannya yang amat penting adalah terhadap mereka dalam konteks prilaku adanya hubungan antara Indonesia dengan Persia masyarakat dapat dijumpai dengan adanya (Iran) pada masa lampau. Karena nisan tersebut masyarakat tersebut mengikuti ajaran sang merupakan salah satu bukti yang memuat ghazal tokoh dan berupaya menerapkan sejumlah corak ciptaan Sa’adi. Tanda-tanda dan kata-kata nilai-nilai luhur yang dipastikan sebagai ajaran istilah pada akhir tiap bait yang terdiri dari 6 bait utama dari para tokoh tersebut. Semua tokoh atau 12 misra membenarkan dugaan itu. agama senantiasa menyerukan kedamaian Setelah Indonesia merdeka, khususnya hidup bermasyarakat, menjungjung tinggi pada tahun 1947, di Sulawesi Selatan diadakan persaudaraan dan memelihara persatuan di atas penelitian terhadap makam-makam di Watang nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesejahteraan Lamuru, Soppeng, Sengkang dan Tempe. Adapun dan kemanusiaan. Untuk itu, masyarakat perlu yang menarik perhatian para peneliti ini adalah kembali disadarkan dan dihadirkan di hadapan makam-makam yang ada di Watampone dan mereka bagaimana masyarakat dan tokoh agama Palima. Selanjutnya pada tahun 1948, tinggalan- ini sejak dahulu saling bersinergi menciptakan tinggalan Islam di Sulawesi Selatan diteliti kehidupan sosial yang aman dan damai. Perlu Balai Penelitian dan Pengembangandalam rangka pemugaranAgama padaSemarang makam-makam direview bagaimana dahulu masyarakat kita di Bontobiraeng Tamalate Tallo, dan Watang menghormati para tokohnya dan bagaimana Lamuru. Nisan-nisan makam di Sulawesi Selatan para tokoh tersebut menempatkan diri sebagai amat menarik perhatian peneliti karena corak guru bangsa yang dapat diteladani. Hal ini dapat tameng yang di atasnya terdapat tonjolan yang dimulai dengan melihat kembali makam-makam bertuliskan huruf Arab bersisikan syahadat para tokoh agama dan menjadikan makam- (Tjandrasasmita, 2000: 63-64; Fadillah, 1999). makam tersebut sebagai data arkeologis yang Menilik dari beberapa penelitian di Indonesia, nantinya dapat bercerita tentang bagaimana ternyata penelitian tentang makam sudah banyak dahulu tokoh tersebut berperilaku dan bagaimana dilakukan, baik sebelum maupun sesudah 118 Makam Noto Igomo Idham Indonesia merdeka. analisis teknologi, analisis stilistik, analisis kontekstual, dan analisis inskripsi. Makam yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah makam yang secara fisik dapat HAS il DAN PE M BAHASAN memberikan tanda akan ketokohan orang yang Kutai Kartanegara sebagai Lokus Penelitian dikubur di dalamnya, tanda tersebut dapat berupa inskripsi yang ada pada nisan, jirat atau Kutai berasal dari bahasa Tionghoa, yaitu Kho kijing makam. Sedangkan tokoh agama yang Thay yang berarti negeri yang besar (Soetoen, dimaksud adalah orang yang berperan terhadap 1971: 185). Dan Karta Negara yang menjadi perkembangan ajaran agama Islam. Salah satu pelengkap dari nama Kutai tersebut artinya makam tokoh agama yang banyak diziarahi mempunyai peraturan. Jadi Kutai Kartanegara di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara, adalah negeri besar yang mempunyai paraturan Kalimantan Timur adalah makam Noto Igomo (Kementerian Penerangan RI, 1950: 412). Ibu yang berada di Kompleks makam Kelambu kota Kutai Kartanegara adalah Tenggarong. Kuning Gunung Gandek Jl. Sultan Aji Muhammad Tenggarong berasal dari kata Tangga Arung. Alimuddin. Perpaduan bahasa melayu, tangga dan bahasa Bugis Arung (artinya tangga raja) (Idar, 1999; Berdasarkan pada latar belakang di atas, Soetoen, 1975). Pendapat lain menduga bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian kata itu berasal dari kata TangngarengArung ini, adalah “Bagaimanakah morfologi, gaya dan (bahasa bugis) yang berarti pandangan raja inskripsi makam dan hubungannya dengan (Sabang, 2003: 66). Pendapat yang lain tokoh yang dimakamkan?”. Ada dua pertanyaan mengatakan bahwa Tenggarong berasal dari mendasar yang akan dijawab pertanyaan ini, bahasa Dayak Benuaq dari kelompok Ningkah yakni: 1) bagaimana morfologi, gaya dan inskripsi Olo, yakni Tengkarukng, berasal dari akar kata makam Noto Igomo; dan 2) Siapakah Noto Igomo tengkaq dan bengkarukng, tengkaq berarti naik tersebut? atau menjejakkan kaki ke tempat yang lebih tinggi (seperti eniti anak tangga), bengkarukng adalah METODE PENE li T I AN sejenis tanaman akar-akaran.dimana orang Dayak Penelitian arkeologi, sebagaimana disiplin Benuaq menaiki tebing sungai Mahakam melalui ilmu yang lain, meliputi proses dan tingkatan akar bengkarukng yang lambat laun penyebutan penelitian mulai dari pengumpulan data, bengkarukng menjadi tenggarong (http: //www. pengolahan data, hingga penjelasan mengenai kerajaan nusantara.com/id/ kutai-kartanegara). hasil penelitiannya. James Deetz (dalam Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan Burhanuddin (ed): 1998: 12) menggambarkan kelanjutan dari Kesultanan Kutai Kartanegara