Makam Noto Igomo Idham

MAKAM NOTO IGOMO (Arkeologi Makam Tokoh Agama di Tenggarong Kartanegara, Kalimantan Timur)

Tomb Noto Igomo (Arcaeological Tomb Tenggarong Religious Leaders in Kutai, )

IdhAM

Balai Penelitian dan Pengembangan Ab s t r A c t Agama Makassar Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar Essentially tomb archaeological research is an attempt to study various concepts, buildings Telp. (0411) 452952 Facs. (0411) and other things that grew in the past. The study can be applied to various types of buildings 452982 associated with various aspects of human life, both temporal and spiritual. Building which tell e-mail: [email protected] spiritual aspects of the past are represented in the tomb. This tomb archaeological research HP. 0813 56 100 100 Naskah diterima : 13 Januari 2014 aims to find out one of the tombs of religious figures in TenggarongKutaiKartanegara in Naskah direvisi: 19-29 Mei 2014 East Kalimantan. The tomb this research is going to study is the tomb of NotoIgomo. This Naskah disetujui: 18 Juni 2014 research descriptive qualitative analytical reasoning and data collection techniques, which includes assessments, surveys, interviews, and documentation. To reveal the typology of the tomb, this study uses morphological analysis, technology analysis, stylistic analysis, contextual analysis, and analysis of inscriptions. The researchshowedthatinEast Kalimantan, particularly in KutaiKartanegarathere are many sites the remains of the Islamic past the tombs ofreligious leaders. Keywords: Archaeology of tomb, the tomb morphology, religious leaders, Noto Igomo.

Ab s t r A k Pada dasarnya penelitian arkeologi makam merupakan suatu upaya untuk mempelajari berbagai konsep, baik bangunan maupun hal-hal lain yang berkembang pada masa lalu. Penelitian tersebut dapat diterapkan pada berbagai jenis bangunan yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan manusia, baik yang sifatnya keduniaan maupun kerohanian. Salah satu bagunan yang bersifat kerohanian adalah makam. Penelitian arkeologi makam ini bertujuan untuk mengetahui salah satu makam tokoh agama di Tenggarong Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Adapun tokoh yang menjadi sasaran penelitian adalah Noto Igomo. Sebagai penelitian arkeologi, penelitian ini menggambarkan tiga tingkatan dalam penelitian arkeologi mulai dari tahap observasi, deskripsi, hingga eksplanasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan penalaran deskriptif analitis, dengan Balai Penelitianteknik dan pengumpulan Pengembangan data, yaitu: Penjajagan, survei,Agama wawancara, Semarang dan dokumentasi. Untuk mengungkapkan tipologi makam, dilakukan analisis morfologis, analisis teknologi, analisis stilistik, analisis kontekstual, dan analisis inskripsi. Penelitian menunjukkan bahwa di Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara terdapat banyak situs dan tinggalan- tinggalan Islam masa lalu, salah satunya adalah makam tokoh agama. Kata kunci: Arkeologi makam, morfologi makam, tokoh agama, Noto Igomo.

117 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129

Pe n d a h u L u a n masyarakat memperlakukannya. Azyumardi Azra dalam kata pengantar Penelitian arkeologi makam telah banyak Arkeologi Islam , sebuah penghargaan dilakukan oleh para arekeolog. Pada zaman untuk Uka Tjandrasasmita mengatakan bahwa kolonial Belanda, diantaranya penelitian nisan- arkeologi merupakan salah satu ilmu yang nisan makam Islam yang berasal dari pesisir sangat dekat, bahkan lengket dengan sejarah, utara Aceh, yaitu Samudra-Pasai, diantaranya karena keduanya bertujuan sama: mengungkap telah diteliti Snouck Hurgronje pada tahun 1907. kehidupan manusia pada masa lalu (Azra, 2009: Penelitian pada peninggalan arkeologis di Gresik, ix) Didasarkan pada bukti-bukti arkeologis, yaitu makam Maulana Malik Ibrahim yang penulisan sejarah Islam Indonesia memperoleh pernah dicatat oleh Raffles tahun 1817, muncul pondasi yang kuat untuk menjelaskan masuknya dari Van Ronkel dan Th.W. Juynboll tahun 1910- Islam ke Nusantara, terbentuknya watak 1911. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh kosmopolitanisme dan dinamika lokal yang J.P. Moquette telah melangkah jauh pada tahun terjadi, sampai berlangsungnya proses akulturasi 1912 terhadap nisan-nisan makam, baik yang budaya. Salah satu data arkeologis yang ada di Aceh maupun yang ada di Gresik dengan menuntun ke arah tersebut adalah makam para membandingkannya dengan nisan makam yang tokoh agama. ada di Cambay-Gujarat (India) (Tjandrasasmita, Tokoh agama sebagai guru bangsa dan sebagai 2000: 23-24). panutan dalam kehidupan bermasyarakat adalah HJ. Cowan (1940: 15-21)meneliti sebuah nisan sosok yang mendapat tempat terhormat dalam di Meunasah Manchang Lhouksmawe (Aceh). realitas prilaku masyarakat. Penghormatan Hasil penelitiannya yang amat penting adalah terhadap mereka dalam konteks prilaku adanya hubungan antara Indonesia dengan Persia masyarakat dapat dijumpai dengan adanya (Iran) pada masa lampau. Karena nisan tersebut masyarakat tersebut mengikuti ajaran sang merupakan salah satu bukti yang memuat ghazal tokoh dan berupaya menerapkan sejumlah corak ciptaan Sa’adi. Tanda-tanda dan kata-kata nilai-nilai luhur yang dipastikan sebagai ajaran istilah pada akhir tiap bait yang terdiri dari 6 bait utama dari para tokoh tersebut. Semua tokoh atau 12 misra membenarkan dugaan itu. agama senantiasa menyerukan kedamaian Setelah Indonesia merdeka, khususnya hidup bermasyarakat, menjungjung tinggi pada tahun 1947, di Sulawesi Selatan diadakan persaudaraan dan memelihara persatuan di atas penelitian terhadap makam-makam di Watang nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesejahteraan Lamuru, Soppeng, Sengkang dan Tempe. Adapun dan kemanusiaan. Untuk itu, masyarakat perlu yang menarik perhatian para peneliti ini adalah kembali disadarkan dan dihadirkan di hadapan makam-makam yang ada di Watampone dan mereka bagaimana masyarakat dan tokoh agama Palima. Selanjutnya pada tahun 1948, tinggalan- ini sejak dahulu saling bersinergi menciptakan tinggalan Islam di Sulawesi Selatan diteliti kehidupan sosial yang aman dan damai. Perlu dalam rangka pemugaran pada makam-makam direview Balai bagaimana Penelitian dahulu masyarakat dan Pengembangan kita Agama Semarang di Bontobiraeng Tamalate Tallo, dan Watang menghormati para tokohnya dan bagaimana Lamuru. Nisan-nisan makam di Sulawesi Selatan para tokoh tersebut menempatkan diri sebagai amat menarik perhatian peneliti karena corak guru bangsa yang dapat diteladani. Hal ini dapat tameng yang di atasnya terdapat tonjolan yang dimulai dengan melihat kembali makam-makam bertuliskan huruf Arab bersisikan syahadat para tokoh agama dan menjadikan makam- (Tjandrasasmita, 2000: 63-64; Fadillah, 1999). makam tersebut sebagai data arkeologis yang Menilik dari beberapa penelitian di Indonesia, nantinya dapat bercerita tentang bagaimana ternyata penelitian tentang makam sudah banyak dahulu tokoh tersebut berperilaku dan bagaimana dilakukan, baik sebelum maupun sesudah

118 Makam Noto Igomo Idham

Indonesia merdeka. analisis teknologi, analisis stilistik, analisis kontekstual, dan analisis inskripsi. Makam yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah makam yang secara fisik dapat ha s I L d a n Pe M b a h a s a n memberikan tanda akan ketokohan orang yang Kutai Kartanegara sebagai Lokus Penelitian dikubur di dalamnya, tanda tersebut dapat berupa inskripsi yang ada pada nisan, jirat atau Kutai berasal dari bahasa Tionghoa, yaitu Kho kijing makam. Sedangkan tokoh agama yang Thay yang berarti negeri yang besar (Soetoen, dimaksud adalah orang yang berperan terhadap 1971: 185). Dan Karta Negara yang menjadi perkembangan ajaran agama Islam. Salah satu pelengkap dari nama Kutai tersebut artinya makam tokoh agama yang banyak diziarahi mempunyai peraturan. Jadi Kutai Kartanegara di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara, adalah negeri besar yang mempunyai paraturan Kalimantan Timur adalah makam Noto Igomo (Kementerian Penerangan RI, 1950: 412). Ibu yang berada di Kompleks makam Kelambu kota Kutai Kartanegara adalah Tenggarong. Kuning Gunung Gandek Jl. Sultan Aji Muhammad Tenggarong berasal dari kata Tangga Arung. Perpaduan bahasa melayu, tangga dan bahasa Alimuddin. Bugis Arung (artinya tangga raja) (Idar, 1999; Berdasarkan pada latar belakang di atas, Soetoen, 1975). Pendapat lain menduga bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian kata itu berasal dari kata TangngarengArung ini, adalah “Bagaimanakah morfologi, gaya dan (bahasa bugis) yang berarti pandangan raja inskripsi makam dan hubungannya dengan (Sabang, 2003: 66). Pendapat yang lain tokoh yang dimakamkan?”. Ada dua pertanyaan mengatakan bahwa Tenggarong berasal dari mendasar yang akan dijawab pertanyaan ini, bahasa Dayak Benuaq dari kelompok Ningkah yakni: 1) bagaimana morfologi, gaya dan inskripsi Olo, yakni Tengkarukng, berasal dari akar kata makam Noto Igomo; dan 2) Siapakah Noto Igomo tengkaq dan bengkarukng, tengkaq berarti naik tersebut? atau menjejakkan kaki ke tempat yang lebih tinggi (seperti eniti anak tangga), bengkarukng adalah Me t o d e Pe n e L I t I a n sejenis tanaman akar-akaran.dimana orang Dayak Penelitian arkeologi, sebagaimana disiplin Benuaq menaiki tebing sungai Mahakam melalui ilmu yang lain, meliputi proses dan tingkatan akar bengkarukng yang lambat laun penyebutan penelitian mulai dari pengumpulan data, bengkarukng menjadi tenggarong (http: //www. pengolahan data, hingga penjelasan mengenai kerajaan nusantara.com/id/ kutai-kartanegara). hasil penelitiannya. James Deetz (dalam Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan Burhanuddin (ed): 1998: 12) menggambarkan kelanjutan dari Kesultanan Kutai Kartanegara tiga tingkatan dalam penelitian arkeologi mulai Ing Martadipura. Pada tahun 1947, kesultanan dari tahap observasi, deskripsi, hingga eksplanasi. berubah statusnya menjadi pemerintahan negeri Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan nama Daerah Swapraja Kutai. Pada tahun dengan penalaran deskriptif analitis,dengan Balai Penelitian dan Pengembangan1955 berubah Agama lagi menjadi Semarang Daerah Istimewa teknik pengumpulan data, yaitu: penjajagan, Kutai. Pada tahun 1959, setelah pemisahan survey,wawancara, dokumentasi. Adapun Kodya dan , nama daerah penelusuran makam tokoh agama dilakukan ini berubah lagi menjadi Kabupaten Kutai. Pada pada masyarakat, tokoh adat, tokoh pendidik, tahun 1999, terdapat pemekaran wilayah menjadi budayawan dan tokoh agama. Karena penelitian tiga kabupaten (Kutai, Kutai Barat, Kutai Timur) ini merupakan peneltian kualitatif maka analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif deskriptif dan satu Kota (). Dan sejak tahun dalam bentuk narasi. Untuk mengungkapkan 2002 kabupaten Kutai berganti nama menjadi tipologi makam, dilakukan analisis morfologis, kabupaten Kutai Kartanegara (Syaukani, 2002; Ahyat, 2000).

119 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129

Secara administratif, Kabupaten Kutai Adapun yang menjadi kajian utama adalah Kartanegara terbagi dalam 18 wilayah kecamatan makam Noto Igomo yang berada di kompleks dan 238 desa/kelurahan dengan penduduk Makam Kelambu Kuning, dengan berbagai berasal dari berbagai suku bangsa, yang hidup pertimbangan bahwa makam inilah yang banyak berdampingan dengan suku asli, Kutai dan dikunjungi oleh para peziarah. Selain itu, di Dayak. Dengan luas wilayah lebih dari 27.000 pemakaman ini terdapat makam seorang Sultan km2 dan perairan 4000 km2 (2012: 66), daerah (yakni Sultan Aji Muhammad Alimuddin). ini memiliki keanekaragaman, baik dari segi Dimana sama dimaklum bahwa pemakaman para sumber daya alam termasuk sektor pariwisata, raja Kutai Kartanegara telah disiapkan di dalam sejarah yang meliputi tinggalan-tinggalan umum kompleks istana (samping Museum Mulawarman maupun tinggalan Islam. sekarang).

Pada daftar cagar budaya tahun 2013 yang Arkeologi Makam Noto Igomo (pada dirilis oleh BP3 Samarinda (yang mengwilayahi Komplek Makam Kelambu kuning) semua provinsi di Kalimantan), terdapat 181 situs Makam Noto Igomo berada dalam kompleks yang dilindungi. Situs-situs tersebut tersebar di makam kelambu kuning. Nama kelambu kuning kabupaten-kabupaten/kota di Pulau Kalimantan. disematkan pada makam raja yang dimakamkan Khusus Kalimantan Timur terdapat 38 situs, di tempat ini yang berada dalam sebuah bilik dan dengan rincian: 1) dua situs di Kota Samarinda, di dalam bilik tersebut terdapat kelambu makam 2) Sembilan situs di Kabupaten Berau, 3) Lima berwarna kuning. Adalah makam Sultan Aji situs di Kabupaten Bulungan,4) Empat belas Muhammad Alimuddin (sultan Kutai Kartanegara situs di Kabupaten Kutai Kartanegara, 5) Empat ke-18) yang berada dalam kelambu kuning situs di Kabupaten Pasir, 6)Tiga situs di Kota tersebut. Sultan Aji Muhammad Alimuddin Balikpapan, dan 7) Satu situs di Kota Tarakan adalah mertua dari Noto Igomo. Kompleks makam (BP3 Kalimantan: 2013). kelambu kuning berada di Gunung Gandek Jalan Peneliti telah mengunjungi beberapa situs Sultah Aji Muhammad Alimuddin Kelurahan di Kalimantan Timur, diantaranya: Situs Masjid Melayu Kecamatan Tenggarong. Nama jalan itu Kuno Sirathal Mustaqim, kelurahan Masjid pun diambil dari nama Sultan yang di makamkan Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda; di daerah tersebut. Masjid Aji Hasanoeddin, Desa Panji Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara; Makam La Mohang Daeng Mangkona, Kelurahan Masjid Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda; Kompleks makam Raja Kutai Kartanegara, Desa Panji Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara; Makam Pangeran MangkunegoroBalai (belakang Penelitian Kodim) dan Gunung Pengembangan Agama Semarang Malau Kelurahan Timbau; Kompleks Makam Kelambu Kuning, Kelurahan Melayu Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara; Kompleks makam pada Kutai Lama kecamatan Anggana; Makam Tunggang Larangan di Kecamatan Anggana; Makam Sultan Aji dilanggar Gambar 10.1. Komplek Pemakaman Kelambu Kuning di Kecamatan Anggana Kutai Lama; Makam di Jl. Sultan Aji Muhammad Alimuddin, Gunung Sultan Aji Raja Mahkota di Kecamatan Anggana Gandek. Kutai Lama; dan lain-lain.

120 Makam Noto Igomo Idham

Jalan Sultan Aji Muhammad Alimuddin Pada sebelah selatan bangunan pertama, berada di sebelah timur makam. Karena daerah kedua dan ketiga terdapat pemakaman umum. makam adalah perbukitan, maka posisi makam Pada pemakaman ini tampak tidak teratur. Ada berada lebih tinggi dari jalan raya. Pada kompleks percampuran antara makam tua dan makam ini terdapat tiga buah bangunan berupa cungkup baru. Selain itu ada yang diatapi danada pula besar yang diperuntukkan untuk golongan aji yang tidak. Nisan dan jirat makampun sangat (Aji adalah gelar bangsawan Kutai Kartanegara. bervariasi, ada yang polos danada pula yang Ada bermacam-macam aji, antara lain: Aji diukir, ada baru danada pula yang tua, ada jirat Sultan, aji ratu, aji pangeran, aji puteri, aji dan nisan dari kayu ulin, batu, ataupun semen. raden, aji bambang, aji sayid, dan aji syarifah) Namun yang paling menonjol adalah adanya dan keluarganya. Bangunan cungkup pertama perbedaan yang menyolok antara nisan laki-laki (yang sudah sangat tua) beratapkan kayu sirap. dan perempuan. Nisan laki-laki berbentuk gada Di cungkup inilah berada dua buah bilik makam, dan nian perempuan berbentuk pipih. satu bilik makam untuk makam Sultan Aji Di sebelah utara dari bangunan cungkup Muhammad Alimuddin dan satu bilik makam pertama terdapat bangunan yang memanja ng untuk Makam Noto Igomo bersama istrinya, Aji sepanjang jalan berbentuk aula berukuran 8 m Aisyah binti Sultan Aji Muhammad Alimuddin x 18 m. Bangunan ini menjadi tempat istirahat (bergelar AR. Radminingpuri Istri Noto Igomo). bagi peziarah. Selain itu, tempat ini dijadikan Dua buah bangungan cungkup di sebelah barat tempat istighazah bagi peziarah yang datang cungkup tua merupakan bangunan baru. Kedua berkelompok, dan tempat acara haul tokoh yang bangunan tersebut tiang-tiangnya berupa kayu dimakamkan di sini. Pada sebelah utara gedung ulin dan kerangka atapnya dari aluminium terdapat sekteratiat penjaga makam.Pintu masuk dan beratapkan seng. Pada cungkup kedua di kompleks makam kelambu kuning ada dua, hanya terdapat enam makam yang masih baru, yakni di depan bangunan cungkup tua dan di sementara bangunan cungkup ketiga sama sekali sudut sebelah utara gedung aula. Sebelah utara belum ada makam di sana. Ketiga bangunan yang dari pintu masuk kedua terdapat toilet yang merupakan cungkup besar tersebut semuanya disediakan untuk para pengunjung. terbuka, tanpa dinding. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, Cungkup baru bahwa pada bangunan berupa cungkup besar B tanpa dinding, bertiangkan kayu ulin dan beratapkan kayu sirap ini terdapat dua bilik, yakni U S sebuah bilik untuk makam Sultan Aji Muhammad Cungkup baru Alimuddin dan sebuah bilik untuk makam Noto Pemakaman T Igomo dan istrinya. umum Bilik Bilik Makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin Teras sungkup tua penjaga Balai Penelitian dan PengembanganPada gambar Agama 1 tersebut Semarang di atas, terdapat bilik Aula B W A, yakni bilik makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin, Sultan Kutai Kartanegara ke-18 A C yang memerintah tahun 1899-1910. Bilik A ini merupakan cungkup dalam cungkup bangunan Jl. Sultan Aji Muhammad Alimuddin besar ini berukuran 465 cm x 345 cm dengan tinggi 337 cm. atap cungkup kecil ini berbentuk Gambar 10.2. Denah pemakaman Kelambu Kuning bersusun tiga (seperti bentuk masjid demak). (Kotak A Bilik makam Sultan Alimuddin, dan Adapun atapnya berasal dari kayu sirap. Atapnya kotak B Bilik Makam Noto Igomo dan istrinya). bersusun tiga dengan hiasan ukiran plora di

121 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129 pinggirnya. Adapun dinding bilik ini terdiri atas kayu ulin berwarna coklat kehitaman dan kaca polos. Pintu masuk terdapat di sebelah timur menghadap jalan raya. Pada bagian dalam bilik terdapat empat tiang sebagai tempat menggantung kelambu kuning. Kelambu kuning terdapat dua bagian, yakni bagian atas menggantung dalam ukuran pendek bertuliskan dua kalimat syahadat. Adapun yang panjang disingkapkan ke empat tiang agar tidak mengalangi pengunjung. Kelambu kuning yang terdapat dalam bilik inilah yang menjadi dasar penamaan pemakaman tersebut. Dalam bilik ini tidak ada ruang untuk duduk karena selain empat tiang kelambu, jirat batu pualam tangga pertama hanya berjarak 25 cm ke didinding yang berukuran 410 cm x 298 cm, tangga kedua berukuran 324 cm x 214 cm, dan tangga ketiga berukuran 232 cm x 126 cm. pada tangga ketga inilah dletakkan Gambar 10.3: Bilik makam Sultan AM. Alimuddin jirat kayu ukuran bawah 224 cm x 114 cm, bagian dengan isnkripsinya tengah 198 cm x 88 cm, dan bagian atas 188 cm x 77 cm dengan ketinggian jirat kayu 72 cm dari jirat batu pualam. Adapun ketinggian jirat batu pualam yang bersusun tiga adalah 66 cm. pada bagian atas jirat terdapat dua buah nisan berbentuk gada dengan ukuran yang sama, yakni tinggi 100 cm dengan lingkaran bagian bawah 88 cm. antara kedua nisan terdapat lubang segi empat ukuran 80 cm x 32 cm, dan penutup yang juga terbuat dari kayu ulin memakai ensel. Penutup tersebut dalam kesehariannya selalu dalam keadaan setengah terbuka. Pada lubang inilah para peziarah biasanya menaburkan bunga dan membakar dupa. Pada pada kedua nisan terdapat inskripsi dalam tulisan Arab yang sama bentuk dan bunyinya. Inskripsi tersebut terdapat pada keduaBalai nisan, baikPenelitian utara dan selatan dan Pengembanganposisi Agama Semarang bagian dalam (berhadapan). Karena tidak adanya tempat untuk duduk, maka para pengunjung melakukan berdoa dalam posisi berdiri.

Gambar 10.4: Nisan Sultan AM. Alimuddin dengan isnkripsinya

122 Makam Noto Igomo Idham

Jirat makam terdapat dua bagian, yakni kayu ulin berwarna coklat kehitaman dan kaca dari batu pualam berwarna putih keabu-abuan polos. Bagian dalam bilik terdapat gorden kain sebanyak tiga tingkat yang berada diatas lantai tipis warna putih yang dibagian atasnya terdapat yang bahan dasarnya sama dengan jirat batu gorden pendek menggantung berwarna hijau dan pualam. Diatas jirat batu pualam tiga susun kuning. Di dalam bilik terdapat dua buah lemari tersebut terdapat jirat dari kayu ulin. Jirat kayu kecil untuk buku-buku doa dan Alquran, serta tersebut berundak tiga. Bilik ini dilengkapi gorden lemari tempat kain putih dan kuning yang biasa tipis warna putih pada dinding sebelah dalam dibawa oleh para peziarah. Selain itu terdapat bilik makam. Di dalam bilik terdapat foto Sultan dua buah foto yang digantung, satu pas foro Noto dan doa yang dibingkai sera beberapa buku doa ingomo satu bingkai foto noto igomo beserta yang diletakkan diatas jirat. istrinya. Terdapat juga doa yang dibingkai dan digantung di bilik makam. Untuk masuk ke bilik Nisan terbuat dari kayu ulin berbentuk gada di ini ada dua pintu, yakni satu di sebelah timur, letakkkan di atas jirat tersebut terdapat inskripsi yakni bagian luar sebelah selatan dari bilik berhuruf Arab berbahasa Arab. Inskripsi tersebut terdapat pada kedua nisan dengan lafal yang makam Sultan Alimuddin, dan satunya lagi di bagian utara. sama dalam posisi berhadapan. Adapun bunyi isnkripsi tersebut adalah: Adapun lantai makam terbuat dari marmer warna putih yang dilapisi karpet warna hijau. Transliterasi: Dilantai inilah dua buah makam diletakkan. Pada Falamma tuwaffa maulana as sulthan ‘adil Muhammad Alimuddin ibn al Marhum Sulthan sebelah timur yang berdekatan dengan Sultan Istana Muhammad Sulaiman pada hari Alimuddin adalah Makam Noto Igomo. Makam khamis jam 11 tanggal 18 rabiul akhir ‘am 1327 ini bagian dasarnya ditinggikan 20 cm dari lantai rahmatullahi rahmatul abrar. dengan ukuran 224 cm x 113 cm. pada tempat Artinya: yang ditinggikan yang dimarmer inilah diletakkan Telah meninggal penghulu kami Sultan Adil jirat makam yang dibuat dari kayu ulin setinggi Muhammad Alimuddin anak al Marhum Sultan 73 cm. pada bagian dasar jirat berukuran 196 cm Istana Muhammad Sulaiman pada hari kamis x 85 cm, bagian tengah berukuran 172 cm x 62 jam 11 tanggal 18 Rabiul akir tahun 1327 yang cm dan bagian atas berukuran 156 cm x 46 cm. dirahmati Allah rahmat kebaikan. pada bagian atas jirat terdapat dua buah nisan yang terbuat dari kayu ulin berbentuk gada Bilik Makam Noto Igomo dengan ketinggian 93 cm dan lingkaran 62 cm di Pada Gambar 10.2. terdapat bilik B, yakni bilik bagian utara dan ketinggian 91 cm dan lingkaran makam Noto Igomo bersama istrinya. Bilik ini 62 cm di sebelah selatan. Di antara kedua nisan berada di sebelah barat dari bilik makam Sultan terdapat lubang segi empat dengan ukuran 95 cm Aji Muhammad Alimuddin. Kedua bilik makam x 23 cm tanpa penutup. Pada lubang inilah kita tersebut hanya diantarai oleh sebuah dinding dapat melihat nisan lama yang juga berbentuk pemisah.Balai Adapun Penelitian ukuran bilik dan makam Pengembangan noto gada yang terletak Agama persis Semarang di bawah kedua nisan Igomo bersama istrinya adalah 570 cm x 420 yang baru. Pada lubang ini pula para peziarah cm dengan tinggi ruang dari lantai ke plapon 275 menaburkan bunga dan tempat membakar cm. adapun atapnya berbentuk kubah dari bahan kemenyang. aluminium. Sementara dinding bilik berasal dari

123 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129

Bagian utara bertulisakan huruf Arab dan bagian selatan bertuliskan huruf latin dengan bunyi yang sama, yakni: Muhammad bin Ali bin Hasan bin Thoha bin Yahya. GLR P. Noto lahir di Masilah Hadramaut 1844 (1260 H), meninggal Jum’at 17-2-1947. 12 R. Awal 1366 H. Kaligrafi atau tulisan Arab yang indah merupakan salah satu kajian arkeologi, yakni kajian epigrafi. Epigrafi Islam (kaligrafi) merupakan seni dan kesenian Islam, puncak kesenian Islam yang mencermikan spirit islami, dan juga merupakan pusat ekspresi seni Islam. Penulisan kaligrafi Gambar 10.5. Makam Noto Igomo dan peziarah Islam mengalami pekembangan yang sangat pesat. Kaligrafi sangat banyak ragamnya, seperti: sulus, naskh, muhaqqaq, raihani, riqa, tauqi, dan lain- lain. Kaligrafi Islam, yang juga disebut epigrafi Islam telah menjadi alat para seniman Indonesia untuk memperlihatkan keindahan huruf Perso- , yang dimanifestasikan di berbagai media. Isi kaligrafi pada umumnya kutipan ayat-ayat Al- Qur’an yang diwujudkan pada media arsitektur dekoratif. Salah satu bentuk atau gaya paling arkais dalam kaligrafi Islam yang juga muncul dan dapat diumpai di berbagai nusantara ialah apa yang disebut gaya kufi. Gaya ini muncul Gambar 10.6. Jirat dan nisan Noto Igomo di Kufah (Irak) pada abad ke 7 M. di Indonesia bentuk huruf kufi terdapat di berbagai makam Nisan makam Noto Igomo yang terbuat dari kuno, sedangkan model tulisan yang lebih lazim kayu ulin baik utara maupun selatan bentuk dan dan dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak ukurannya sama. Inskripsinyapun sama. Berita ialah tulisan-tulisan gaya naskhi. Termasuk yang yang ingin disampaikan pada kedua nisan itu pun terdapat di pemakaman kelambu kuning, gaya sama. Yang membedakan hanyalah, inskripsi naskhi paling dominan. bagian utara semuanya ditulis dalam huruf Arab, sementara di bagian selatan ada yang ditulis Bukti-bukti epigrafis Islam (kaligrafi) dalam huruf Latin. pada kurun pertumbuhan Islam di Indonesia memperlihatkan sebuah konfigurasi data Pada nisan sebelah utara (setengah lingkaran, bagaimana Islam merambah wilayah Nusantara. arat utara)Balai terdapat Penelitian inskripsi dalam dan huruf PengembanganArab: Agama Semarang Bukti-bukti tersebut dapat dibedakan dalam La ilaha illallah uhammad Rasulullah - Inna dua kategori, yakni bukti-bukti epigrafi Islam Lillahi wa inna ilaihi raji’un. (kaligrafi) yang masing-masing memperlihatkan Pada nisan sebelah selatan (setengah anasir kebudayaan asing dan bukti epigrafis lingkaran, arah selatan) terdapat inskripsi: La yang merupakan perkembangan kreatifitas lokal ilaha illallah uhammad Rasulullah - Inna Lillahi (Ambary:1998). Selain itu, makam juga, melalui wa inna ilaihi raji’un. inskripsinya memberikan pengetahuan bahwa Pada kedua nisan (baik utara maupun selatan ia merefleksikan adanya perlakuan khususyang terdapat tulisan dalam lingkaran berupa bingkai. memberi kesan simbol-simbol status dari si

124 Makam Noto Igomo Idham pemilik makam (si mati). Sebagai contoh, pada (Hadramaut), kemudian ke kota Aden melalui kedua makam di kelambu kuning tersebut, Tarim. Selanjutnya ke atau Batavia pada baik Sultan Alimuddin maupun Noto Igomo saat itu. Dari Batavia beliau ke terus menggunakan gelar kebangsawanan selain nama ke Ambon dan terakhit sampai di Tenggarong. aslinya. Perjalan ini dilakukan untuk pergi mengunjungi habib-habib yang telah ada bermukim di daerah Makam Sultan Alimuddin dan makam tersebut. Versi kedua, mengatakan bahwa beliau Noto Igomo di pemakaman kelambu kuning, pada jiratnya tidak terdapat inskripsi, inskripsi dari Masilah Hadramaut, kemudian ke kota Aden hanya dapat dilihat pada nisan kedua makam melalui Tarim. Selanjutnya ke Batavia. Dari Batavia ke Surabaya terus ke Ambon, kemudian tersebut. Nisannya yang berbentuk gada bundar kembali lagi ke Surabaya dan Terakhir menetap polos, menandakan kebersahajaan kedua tokoh di Tenggarong hingga beliau wafat. tersebut. Adapun makam-makam di luar kedua makam tersebut sangat bervariasi, baik bahan, Antara versi pertama dan kedua, hanya bentuk, dan isnkripsinya. Selain kaligrafi, yang memiliki perbedaan tentang jalur, yakni versi ditulis dengan gaya naskhi yang tersusun cukup pertama dari Batavia ke Surabaya, lalu ke Ambon indah pada hampir semua makam di pemakaman dan langsung ke Tenggarong. Sedangkan versi kelambu kuning, juga diperkaya dengan hiasan kedua, adalah langsung dari Batavia, ke Surabaya, flora yang menggambarkan pertautan ranting dan ke Ambon, lalu ke Tenggarong. Namun tujuan daun. Pola hias daun-daunan ini menunjukkan perjalannya adalah sama, yakni menziarahi pola hias yang hampir ada pada makam-makam keluarganya yang sudah lama menetap di di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa dalam rantau. kurung waktu tertentu, pahatan kaligrafi dan Informasi lain menyebutkan bahwa selain flora dipahami hampir sama oleh pemeluk bertujuan mengunjungi kerabat beliau di daerah agama Islam di Indonesia. Boleh jadi ini terjadi rantau, beliau juga berdagang dan berdakwah. karena adanya larangan seorang muslim untuk Adapun kerabat-kerabat beliau yang dikunjungi menggambar makhluk hidup. anta alain: Habib Abu bakar bin Thaher (paman) yang berada di Batavia dan saudara sepupu beliau Biografi Singkat Noto Igomo di Ambon yang bernama Habib Abdullah bin Ali Noto Igomo adalah gelar yang diberikan oleh bin Abdurrahman bin Thaher. Sebagai seorang Sultan Aji Muhammad Alimuddin karena peran pengembara yang haus akan ilmu, di Surabaya beliau dalam menata kehidupan beragama di (tepatnya di Batu Putih), beliau sempat berguru Kutai Kartanegara kala itu. Nama asli atau nama kepada Habib Syekh Bafaqih. Selama dalam lengkap beliau adalah Habib Muhammad bin perjalanan beliau yang cukup lama, beliau sangat Ali bin Hasan bin Thaha bin Yahya. Noto Igomo berhati-hati di dalam memelihara kehormatan adalah kelahiran Masilah Hadramaut pada tahun dirinya sesuai dengan tuntutan Allah Swt. 1260 H atau 1844 M. berdasarkan silsilah yang kini masihBalai disimpan Penelitian oleh sebahagian dan Pengembangan besar Dalam Agama perjalanan Semarang beliau dari Masilah anak cucu beliau, diketahui bahwa nasab beliau (Samailah) Hadramaut ke Indonesia, maka beliau adalah keturunan ke-34 dari Nabi Muhammad harus melewati Aden melalui Traim. Di Tarim ini saw (Wawancara Habib Muhammad Thaha, 12 beliau menginap disebuah rumah yang pemiliknya September 1013). terkena penyakit kusta. Dengan perkenan Allah Swt pemilik rumah yang terkena penyakit kusta Ada dua persi terhadap perjalanan Noto ini diobati oleh beliau dan sembuh. Sebagai Igomo, kelahiran Masilah Hadramaut ini hingga rasa syukur pemilik rumah ini mengawinkan sampai di Kutai Kartanegara. Versi pertama, keponakannya dengan beliau walaupun dia tahu mengatakan bahwa beliau berangkat dari Masilah bahwa Habib Muhammad Bin Yahya hanya

125 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129 sebentar di Tarim karena akan melanjutkan Meling dan Aji Muhammad Parikesit. Dari istri- perjalanan ke Indonesia. Dari perkawinan ini istri yang lain Sultan Alimudddin memperoleh beliau tidak mendapatkan keturunan. 14 orang anak, yaitu: Setelah bertahan di Tarim beberapa lamanya, 1. Aji Ipe gelar Pangeran Sumantri Habib Muhammad Bin Yahya terus melanjutkan 2. Aji Mahmud gelar Raden Sujono kemudian Aji perjalanan ke Aden dan kemudian terus ke Pangeran Sostro Negoro. Jakarta. Dari Jakarta terus ke Surabaya. Di Surabaya, beliau menikah dan dikaruniai seorang 3. Aji Addin gelar Aji Raden Yudo Pranoto puteri bernama Syarifah Fatimah. Puteri beliau kemudian Aji Pangeran Tumenggung ini dikawinkan dengan salah seorang keponakan Pranoto. beliau, yakni Habib Abdullah Bin Yahya yang 4. Aji Uddin gelar Aji Raden Judo Prawiro waktu itu berdomisili di jalan Nyamplungan kemudian Aji Pangeran Kartanegara nomor 4 surabaya. Habib Abdullah Bin Yahya 5. Aji Mariam adalah anak saudara sekandung beliau Habib Thaha bin Ali bin Hasan bin Thaha bin Yahya. 6. Aji Hadijah Dari perkawinan anak beliau ini, beliau dikaruniai 7. Aji Saidah seorang cucu bernama Thaha.Dari Surabaya 8. beliau melanjutkakn perjalanan ke Ambon. Aji Majenah Di Ambon beliau menikah dengan seorang 9. Aji Sendoro gelar Aji Raden Sitti Sendoro perempuan marga sangaji dan dikaruniai seorang 10. Aji Sendari gelar Aji Raden Sitti Sendari anak laki-laki bernama Ali. 11. Aji Lebah gelar Aji Raden Ratminingpuri Terakhir beliau ke Kalimantan Timur dan tiba di tenggarong pada tahun 1877 M dimana 12. Aji Lengge gelar Aji Raden Lesmaningpuri pada waktu itu beliau berusia 33 tahun. Selama 13. Aji Badui gelar Aji Raden Anggoro di Tenggarong, isteri beliau yang sebelumnya 14. Aji Masiah. ( D.Adham. 2002). Pada anak ke-11 dinikahi tidak ada yang mengikuti perjalanan dengan yang tertera di makam ada perbedaan, beliau.Di Tenggarong beliau diminta oleh yakni dalam salasilah kutai tertulis Aji Lebah Sultan Kutai Aji Muhammad Alimuddin untuk gelar Aji Raden Ratminingpuri sementara mengobati puteri beliau yang sedang sakit. di makan tertulis Aji Aisyah gelar Aji Raden Alhamdulillah dengan berkat dari Allah Swt puteri Resminingpuri. Sultan tersebut dapat disembuhkan. Dengan rasa syukur dan senang hati sultan Aji Muhammad Aji Aisyah gelar Aji Raden Resminingpuri Alimuddin meminta agar Habib Muhammad Bin adalah kakak dari raja terakhir Kerajaan Kutai Yahya dapat mengawini puterinya yang bernama Kartanegara Aji Muhammad Parikesit. Dari Aji Aisyah gelar Aji Raden Resminingpuri (putri perkawinan beliau dengan Aji Aisyah, yang ke-11). merupakan perkawinan terakhir beliau, beliau Balai Penelitian dan Pengembangandianugerahi 9 orang Agama anak, 6 Semarangorang laki-laki (Sayid Aji Muhammad Sulaiman meninggal dunia Ahmad, Sayid Umar, Sayid Ali, Sayid Barri, Sayid pada tahun 1899. Setelah meninggal beliau diberi Abdul Maula, dan sayid Husein) dan 3 orang gelar sultan Istana. Putera sulung almarhum, Aji perempuan (Sarifah Sehhah, Sarifah Nur, dan Dabok dinobatkan menjadi raja Kutai Kertanegara Sarifah Fatimah).Oleh Sultan Aji Muhammad ing Martapura dengan memakai nama sultan Alimuddin, Allah Yarham Habib Muhammad Bin Aji Muhammad Alimuddin. Adapun permaisuri Yahya selama di kota tenggarong, diberi jabatan Aji Sultan Muhammad Alimddin bernama Aji untuk pengaturan yang berkenaan dengan Limah gelar Aji Rebaya Agung. Dari permaisuri urusan keagamaan islam serta memperoleh ini sultan dikaruniai dua orang anak, yaitu: Aji

126 Makam Noto Igomo Idham gelar dari Sultan dengan gelar “RADEN SYARIF dijawab besok. Habib Muhammad Bin Yahya PENGHULU”. dan kemudian gelar tersebut kelihatan termenung dan agaknya kurang dilanjutkan dengan gelar “PANGERAN NOTO berkenan dengan jawaban tersebut, sehingga IGOMO”. oleh Habib Gasim hal tersebut ditanyakan kepada beliau. Oleh beliau diceritakan bahwa Selama memangku jabatan tersebut beliau mendapat alamat sedang diatas perahu dikesultanan Kutai, Pangeran Noto Igomo di samarinda,sedang keadaan kota samarinda mengajarkan agama Islam baik hukum-hukum dalam keadaan gelap. Sekembalinya Habib gasim syariat maupun tasawuf kepada masyarakat Baragbah ke samarinda ternyata penduduk Tenggarong dan sekitarnya. Bahkan banyak di sedang panik mencari perlingdungan akibat antara murid beliau dari luar daerah. Di antara serangan sekutu. murid beliau adalah KH. Ahmad Mukhsin yang dikenal selama perang kemerdekaan dipercayai Pada tahun 1945 Habib Gasim Baragbah memegang jabatan Kesultanan Kutai menamu kembali di tenggarong dan menginap di Kartanegara. rumah Al Habib Muhammad Bin Yahya. Setelah Selama memangku jabatan memimpin yang sholat Dzuhur, beliau bercerita mendapat alamat bahwa pendudukan Jepang insya allah berakhir mengurus masalah keagamaan, A.Yarham Habib di dalam bulan puasa yang akan datang sekitar Muhammad benar-benar mencurahkan segenap bulan agustus. Ternyata alamat tersebut benar- kemampuan yang dimilikinya untuk kepentingan benar terjadi. agama Islam dan kemaslahatan umat dan masyarakat di Kerajaan Kutai dan sekitarnya. Ketika sedang diadakan syukuran atas Disamping mengurus dan mengajarkan kekalahan Jepang yang dihadiri oleh toko agama, beliau juga memperhatikan masalah masyarakat dan dari samarinda sebanyak kesejahteraan masyarakat yaitu mengajak 200 orang dan bertepatan pula dengan acara Idul masyarakat menggarap perkebunan. Bersama Fitri hari kedua, sebagaimana kebiasaan setiap masyarakat beliau membuka perkebunan kelapa tahun maka acara syukuran disamping pengajian di pulau Senumpak Kecamatan Sangkulirang, juga diadakan Hadrah Madura dan Samrah Perkebunan Rotan di Susuk Kecamatan dari samarida. Karena adanya acara tersebut Sangkulirang dan Perkebunan Karet Di Bukit penduduk kota teggarong berbondong-bondong Jering Kecamatan Muara Kaman. turut menghadirinya, sehingga pada waktu hidangan disajikan ternyata persediaan nasi tidak Pada tanggal 26 rabiul Awal tahun 1366 mencukupi dan tidak munkin mananak nasi lagi. Hijriah atau bertepatan 17 Februari 1947, Habib Hal ini dilaporkan pada beliau. Beliau menuju Muhammad bin Ali bin Hasan bin Thaha bin Yahya tempat nasi tersebut yang berada didalam sebuah berpulang ke rahmatullah dan di makamkan panci yang tertutup nyiru. Beliau membaca do’a disamping mertua beliau Sultan Aji Muhammad dan kemudian memindahkan tasbih dari tangan Alimuddin di komplek pekuburan kelambu kanan ke tangan kiri sambil menepuk tutup panci kuning Balaijalan gunung Penelitian gandek tenggarong. dan Pengembangan Agama Semarang tersebut seraya berkata : “ambil nasi yang ada di Sebagai seorang yang khawasul khawas, panci ini tapi jangan melihat kedalamnya dan sangat banyak keistimewaan-keistimewaan jangan berkata-kata”. Alhamdulillah berapapun yang merupakan karomah beliau yang pernah banyaknya nasi yang diambil tetap mencukupi disaksikan oleh mereka yang hidup sezaman. untuk keperluan semua tamu yang hadir. Diantaranya adalah: dimasa pendudukan Jepang, Habib Gasin Baragbah menginap satu Pe n u t u P malam dirumah Al Magfurlah Habib Muhammad Dari permasalahan dan pembahasan di atas, Bin Yahya. Beliau menanyakan kapan kembali penelitian ini berkesimpulan: ke samarinda dan oleh Habib Gasim Baragbah

127 Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 halaman 117-129

1. Makam Noto Igomo terdapat pada kompleks BPS. 2012. Kutai Kartanegara Dalam Angka. makam kelambu kuning jalan Sultan Aji Tenggarong: BPS Kutai Kartanegara. Muhammad Alimuddin, Gunung Gandek. D.Adham. 2002. Salasilah Kutai. Tenggarong: Pada kompleks makam tersebut terdapat tiga Bagian Kehumasan dan Keprotokoleran cungkup besar, satu yang sudah lama dan yang Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai lainnya baru di bangun. Pada cungkup besar Kertanegara Kalimantan Timur. yang tua tersebut terdapat dua buah cungkup makam, yakni cungkup makam Noto Igomo HJ.Cowan. 1940. A Persian Inscription in North bersama istrinya, dan cungkup Sultan Aji Soematra. T.B.G. LXXX. Muhammad Alimuddin (sultan Kutai ke-18). http: //www.kerajaan nusantara.com/id/ kutai- Cungkup Sultan Alimuddin diberi kelambu kartanegara. Diakses 13 September 2013. berwarna kuning, dan kelambu berwarna Idar, Amir Hamzah, dkk. 1999. Sultan Aji kuning ini pulalah sehingga kompleks makam Muhammad Idris Peranannya Dalam ini disebut makam kelambu kuning. Pada Membina Semangat Kepahlawanan komleks kelambu kuning, selain pemakaman Patriotisme dan Persatuan Bangsa. keluarga raja, juga terdapat pemakaman Samarinda: Badan Perencanaan umum. Makam Noto Igomo bercungkup Pembangunan Daerah Kalimantan Timur kubah setengah lingkaran dengan dinding dari kayu dan kaca berbentuk segi empat. Idar, Amir Hamzah. 2000. Sultan Aji Jiratnya berundak tiga dengan nizan bentuk Muhammad Salehuddin (1816-1845): gada dengan inskripsi kaligrafi Arab dan juga KiatKiat Perlawanannya Mengusir tulisan huruf latin. Kolonialisme Inggeris dan Belanda dari Bumi Kutai Kertanegara. Samarinda: 2. Noto Igomo adalah gelar yang diberikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur oleh Sultan Aji Muhammad Alimuddin, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. yang juga mertua beliau. Noto Igomo adalah gelar tertinggi yang diberikan karena jasa- Fadillah, Moh. Ali. 1999. Warisan Budaya jasanya dalam mengembangkan agama Islam. Bugis di Pesisir Selatan Denpasar Nuansa Sebelumnya, beliau diberi gelar Raden Syarif Sejarah Islam di Bali. Jakarta: Departemen Penghulu. Noto Igomo adalah kelahiran Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Masilah Hadramaut dengan nama lengkap Arkeologi Nasional. Habib Muhammad bin Ali bin Hasan bin James, Deetz dalam Jajat Buhanuddin (ed). 1998. Thaha bin Yahya. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia. Jakarta: da f t a r Pu s t a K a Logos. Ahyat, Ita Syamtasiyah. 2000. Politik, Ekonomi, Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Kerajaan Kutai Dalam Perluasan Kekuasaan 1950. Provinsi Kalimantan. Samarinda: PemerintahBalai Hindia Penelitian Belanda didan Indonesia Pengembangan Agama Semarang Kementerian Penerangan RI. (1825-1910). Bogor: AkaDemiA. Laporan BP3 Kalimantan. 2013. Situs-Situs di Menemukan Ambary, Hasan Muarif. 1998. Kalimantan. Samarinda: BP3 Samarinda Peradaban . Jakarta: Wacana Ilmu. KalimantanTimur. Azra, Azyumardi. 2009. Arkeologi Islam Sabang, Sudirman. 2003. Hubungan Tanah Indonesia: Sebuah Penghargaan untuk Uka Wajo Dengan Kutai Kartanegara (Menurut Tjandrasasmita.dalam kata pengantar buku Silsilah Tanah Wajo). Wajo: Dinas Pariwisata Arkeologi Islam Nusantara yang ditulis oleh Kabupaten Wajo. Uka Tjandrasasmita. Jakarta: Gramedia.

128 Makam Noto Igomo Idham

Soetoen, Anwar. 1971. Pertumbuhan Syaukani RH. 2002. Kerajaan Kutai Kartanegara Pemerintahan Daerah Kabupaten Kutai dan (Perta Adat Erau 2002, Festival Keraton Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Nusantara ke-3 di Tenggarong Kalimantan dalam buku dari Swapraja ke Kabupaten Kutai. Timur). Tenggarong: Lembaga Kepustakaan Tenggarong: Museum Negeri Mulawarman. dan Penerbitan Pustaka Pulau Kumala. Soetoen, Anwar. 1975. From The Selfgovernment Tjandrasasmita, Uka. 2000. Penelitian Arkeologi To Wards The Regency of Kutai. Tenggarong Islam di Indonesia dari Masa ke Masa. The Council of Publishing Redaction Kudus.: Menara Kudus.

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

129