JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 2 NO.1 PEBRUARI 2004 : 1 - 55

MESINIAGA TOWER: TRADISIONALITAS DALAM BALUTAN MODERNITAS (SEBUAH APRESIASI KARYA ARSITEKTUR)

Oleh : Tri Anggraini Prajnawrdhi Dosen Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana E-mail: [email protected]

ABSTRAK Saat ini, inovasi pada bidang arsitektur telah demikian pesatnya. Pemikiran cemerlang dari para arsitek abad ini dalam menyikapi permasalahan permukiman, terutama terkait dengan keterbatasan pemanfaatan lahan, mengundang pro dan kontra di masyarakat. Beranjak dari hal tersebut, pada ulasan ini yang merupakan apresiasi terhadap karya arsitektur, mengangkat arsitektur bioklimatik oleh Ken Yeang. Ken Yeang berusaha memecahkan sebagian permasalahan permukiman yang sedang dihadapi saat ini, khususnya di sejumlah kota besar. Melalui penjajaran antara bangunan modern, dalam hal ini arsitektur bioklimatik, dengan bangunan tradisional di Asia Tenggara secara umum, terutama dari segi ruang, pencahayaan, penghawaan, lansekap, bentuk dan elemen bangunan, serta konsep perancangan. Ulasan ini ingin mengetengahkan paradigma baru di balik tampilan karya arsitektur spektakuler Ken Yeang pada Mesiniaga Tower di , , sehingga akan dapat membuka cakrawala baru dalam berarsitektur di Indonesia. Kata kunci : arsitektur bioklimatik, bangunan pencakar langit, iklim tropis, hemat energi.

ABSTRACT In this moment, the inovations of architecture designing are already grown at full speed. The brilliance ideas of architects to solve settlement problems, especially they have relation with shortage of land use, come people dilemas up. This paper describes a appreciation of architecture, bioclimatic architecture concept by Ken Yeang. He try to solve some of settlement problems in this time, especially in urban areas. This concept in modernity designing is inspirated from traditional building of South East Asian in generally. It is based on spatial designing, lighting, air conditioning, landscaping, form and element of building, and designing concepts. However, this paper appears the new paradigm in spectacular of architecture by Ken Yeang at Mesiniaga Tower in Kuala Lumpur, Malaysia. Finally, it will come the new paradigm of Indonesian architectural. Key words : bioclimatic architecture, , tropical climate, energy efficient.

PENDAHULUAN yang masih bertahan sampai saat ini. Kebutuhan manusia akan perlindungan terhadap alam juga Kemajuan teknologi yang pesat semakin berkembang seiring dengan memungkinkan manusia untuk berinovasi dalam perkembangan aktivitasnya. Kebutuhan ini menemukan sejumlah temuan baru, termasuk kemudian memunculkan bentukan baru dalam bidang arsitektur. Bermula dari peradaban desain bangunan, diantaranya high rise building. manusia nomaden hingga menetap, kemudian Bentukan ini merupakan salah satu alternatif berkembang menjadi permukiman tradisional bagi manusia untuk memanfaatkan keterbatasan

38

MESINIAGA TOWER: TRADISIONALITAS DALAM BALUTAN MODERNITAS (SEBUAH APRESIASI KARYA ARSITEKTUR) (TRI ANGGRAINI PRAJNAWRDHI) lahan dengan tingkat efisiensi penggunaan dan sebagai skema ruang kota yang efisien. Manusia fungsi yang tinggi. dapat tinggal di dalamnya dan dapat melakukan berbagai macam aktivitas di sana. Aktivitas ini Namun, pemunculan high rise building tidak hanya bekerja, namun juga tempat tinggal, menimbulkan kesetujuan dan ketidaksetujuan, tempat hiburan, tempat olah raga, dan terutama di negara beriklim tropis. Bentukan ini kebutuhan dasar manusia lainnya yang wajib bagaikan ‘kulkas’ yang nyaman di dalamnya, dipenuhi. namun menghabiskan enerji yang tinggi dan merupakan pemborosan yang demikian mahalnya. Beranjak dari hal tersebut, Kenneth Yeang, seorang arsitek Malaysia, membuat terobosan baru dalam mendesain bangunan tinggi di daerah tropis yang ramah lingkungan dengan melakukan penyimpangan terhadap tipe bangunan tinggi yang sangat tidak umum. Desain ini memanfaatkan bukaan untuk mengoptimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, yang kemudian dikenal dengan istilah arsitektur bioklimatik. Adapun ide ini diilhami dari bangunan tradisional di Asia Tenggara pada umumnya yang mampu menanggapi iklim dengan memperhatikan posisi bangunan terhadap arah pergerakan matahari dan arah angin. Tanggapan ini kemudian diterjemahkan ke dalam wujud arsitektur modern berupa bangunan pencakar langit. (lihat Gambar 1)

RUANG

Pembagian ruang dan pola ruang pada bangunan Mesiniaga Tower di Malaysia sangat berbeda dengan konsep bangunan tinggi lainnya.

Umumnya pembagian ruang pada bangunan tinggi semata-mata berdasar pada konsep Gambar 1. ekonomi yang cenderung membuat maupun Mesiniaga Tower di Kuala Lumpur, Malaysia, membagi ruang seefisien mungkin dan sedapat merupakan paradigma baru dalam mungkin mengurangi ruang yang tidak bernilai rancang bangun gedung pencakar langit ekonomi. Ruang pada Mesiniaga Tower lebih (Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic Skyscraper”, hal. 58 ) mempertimbangkan aspek manusia guna melihat bangunan tinggi sebagai bentuk perencanaan vertikal ruang kota yang dapat memberikan Dengan arsitektur bioklimatiknya, Ken ruang gerak bagi kehidupan manusia. Ini Yeang telah menyangkal konsep utama merupakan paradigma baru dalam perencanaan penggunaan ruang pada bangunan tinggi, yaitu bangunan tinggi. Perencanaan fungsi ruang penggunaan ruang oleh manusia untuk disesuaikan dengan rencana tata guna lahan kota melakukan aktivitas yang sama pada jam yang yang konvensional. Selain itu, perencanaan sama pula. Aktivitas manusia kota mencakup bangunan ini melalui pendekatan pada jiwa banyak hal, sehingga aktivitas tersebut perlu bangunan tradisional dengan pemanfaatan diwadahi oleh bangunan tinggi, diantaranya, teknologi tinggi sesuai kepentingan arsitektur ruang terbuka, pusat kebudayaan dan hiburan, dan penciptaan ruang pusat kehidupan kota di serta taman. Ken Yeang menyebut Mesiniaga masa datang. Fungsi bangunan ini adalah Tower ini sebagai city in the sky karena

39

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 2 NO.1 PEBRUARI 2004 : 1 - 55 bangunan ini memasukkan berbagai unsur kota, berselingan, layaknya berjalan-jalan di sebuah seperti taman terbuka pada puncak bangunan, kota dengan bangunan-bangunan yang dikitari olehnya disebut sebagai garden in the sky. taman maupun bangunan-bangunan yang Taman terbuka ini berfungsi sebagai tempat diselingi taman dan halaman tempat bermain. berolah raga, berekreasi, dan tempat untuk Perencanaan tapak bangunan ini pun melepaskan lelah setelah seharian bekerja dan mendapat perhatian serius. Bangunan pencakar bersosialisasi. langit ini harus mempunyai hubungan dengan Kenampakan bangunan terlihat sangat imej sistem kota dan level lingkungan, terutama dinamis. Setiap denahnya yang berbentuk dalam blok di mana bangunan tersebut berada. lingkaran, tidak semua bagian terisi penuh oleh Perencanaan ini menggunakan skala ruang ruang. Pada bagian yang kosong merupakan manusia dan pejalan kaki, sehingga pusat taman yang dirancang khusus untuk penyegaran aktivitas ruang kota dan sekitar bangunan dapat udara alami. Ruang pada bagian ini dirancang dijangkau oleh manusia yang tinggal di menjorok ke dalam, sehingga tidak memerlukan dalamnya. penghalang sinar matahari seperti pada bagian Jadi, pembagian ruang pada bangunan lainnya. Rancangan ini dijiwai oleh konsep ini sedemikian rupa sehingga ruang masif rumah tradisional di Asia Tenggara pada dengan ruang terbuka sama-sama memiliki umumnya. Halaman depan rumahnya merupakan posisi yang kuat dan penting. Keberadaan ruang tempat bersosialisasi dan penyegaran udara. terbuka menjadi kuat manakala ruang masif Pada bagian depan gedung ini terlihat melemah, demikian pula sebaliknya. Garden in rapat/padat yang difungsikan optimal sebagai the sky tampak hidup di sore hari, saat aktivitas area perkantoran. Jika dilihat dari pembagian rutin perkantoran terhenti, demikian pula fungsi ruang, prinsip ekonomi sangat diabaikan sebaliknya. Kekosongan pada ruang yang satu dan lebih ditekankan kepada aspek manusianya. akan terisi manakala terjadi kekosongan pada Demikian juga dengan kelengkapan fasilitas ruang yang lain. Ruang yang seakan menjadi yang ada, seperti ruang olah raga, perpustakaan pusat aktivitas pada saat-saat tertentu, justru serta perbelanjaan. tidak menjadi pusat aktivitas manakala ruang Lantai dasar/podium bangunan yang dianggap sebagai area pinggiran sebatas memegang peranan penting. Ruang lantai dasar pelengkap berfungsi dan hidup dengan segala merupakan ruang terbuka dengan ventilasi udara aktivitas di dalamnya. Jika komposisi ruang alami. Ruang ini berfungsi sebagai ruang transisi terbuka lebih mendominasi dengan penambahan yang menghubungkan antara ruang luar dengan taman dan pepohonan besar sebagaimana ruang dalam. Hal ini sangat berbeda dengan layaknya taman kota, tentu hal ini akan lebih konsep yang diterapkan pada bangunan tinggi memberikan kontribusi yang lebih baik bagi lainnya. Ruang bawah/podiumnya difungsikan lingkungan hidup manusia yang semakin hari sebagai lobby dan area komersial, seperti arkade. semakin sesak. Bangunan tersebut akan tampak Dengan ruang yang terbuka, tanpa didominasi sebagai high rise landscape yang menyejukkan benda maupun batas masif, akan mengalirkan pandangan daripada hanya sekedar high rise suasana kota di sekitarnya ke dalam sosok building yang melelahkan pandangan. Namun, bangunan tinggi. Suasana kota yang dialirkan tentu saja hal tersebut memiliki kendala, berupa kekontrasan antara penataan kota yang terutama pemeliharaannya. Tak bisa dihindari cenderung horisontal menuju kota baru dalam juga bahwa hal-hal yang terkait dengan faktor bentuk penataan vertikal. Penataan ruang ini ekonomi tetap memegang peranan, walau tidak akan menuntun langkah dan perasaan orang dominan. yang memasuki area transisi pada podium Konsep yang sama juga diterapkan oleh setahap demi setahap, sehingga tidak merasakan Ken Yeang pada bangunan rancangannya di kekontrasan antara bangunan dengan lingkungan daerah beriklim tropis, seperti pada bangunan JA di sekitarnya. Belum lagi sejumlah ruang terbuka Tower, MBF Tower, dan Hitecniaga Tower. JA yang disajikan untuk ditangkap oleh mata dan Tower merupakan bangunan perkantoran di rasa dengan komposisi yang dinamis dan saling

40

MESINIAGA TOWER: TRADISIONALITAS DALAM BALUTAN MODERNITAS (SEBUAH APRESIASI KARYA ARSITEKTUR) (TRI ANGGRAINI PRAJNAWRDHI) Malaysia, sedangkan MBF Tower merupakan tersebut tertutup dan taman berfungsi sebagai bangunan perkantoran dan apartemen yang juga green house yang akan membangkitkan suhu terletak di Malaysia. Hitecniaga Tower tinggi sehingga dapat mengurangi udara dingin merupakan bangunan pencakar langit di Kuala dalam bangunan. Maka, tampak jelas bahwa Lumpur, Malaysia, yang menerapkan prinsip konsep arsitektur bioklimatik tidak bisa bioklimatik, sama seperti pada Mesiniaga diterapkan secara utuh dan maksimal. Hal ini Tower. Rancangan bangunan ini merupakan karena potensi sekaligus kendala ternyata loncatan yang cukup ekstrim terhadap tipe awal muncul dari iklim itu sendiri yang justru menjadi bangunan tinggi yang telah ada sebelumnya. ide awal pembentukan konsep tersebut. Walaupun rancangan bangunan lainnya tidak Kelemahan konsep ini justru terletak pada seperti Mesiniaga Tower, karena pada ketiga kekuatannya. Keberadaannya akan tampak pada bangunan ini merupakan bangunan perkantoran saat ketidakberadaannya muncul. dan apartemen, sehingga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, walau bukan tujuan utama. PENCAHAYAAN Namun terlihat bahwa penerapan konsep bioklimatik pada bangunan tersebut masih dapat Pencahayaan yang terkait dengan dinikmati, sehingga bangunan ini memiliki komposisi serta pembagian ruang telah banyak perbedaan dibandingkan dengan bangunan tinggi diulas di atas. Penggunaan pencahayaan alami lain yang ada di sekitarnya. sangat dominan pada hampir keseluruhan ruang. Perencanaan ruang pada bangunan Pencahayaan alami ini diperoleh dari bukaan lainnya di daerah yang memiliki iklim yang agak pada jendela kaca yang telah diukur dimensinya berbeda dengan iklim Asia Tenggara, Ken melalui riset khusus tentang arah penyinaran Yeang juga tetap menerapkan prinsip matahari/solar chart. Melalui riset, Ken Yeang bioklimatik yang masih memungkinkan untuk menyarankan agar daerah bukaan diletakkan diterapkan, seperti pada bangunan China Tower pada sisi utara dan sisi selatan, sehingga 3. Bangunan ini merupakan bangunan apartemen matahari tidak secara langsung menembus ruang. dan perkantoran berikut fasilitas kota yang Penghalangan sinar matahari terdapat di dalam bangunan tersebut. Ken Yeang menggunakan sun-shield atau sun-shading. tidak melakukan penyimpangan tipe yang sangat (lihat Gambar 2). Pada Mesiniaga Tower, tidak ekstrim layaknya pada Mesiniaga Tower dengan semua ruang memakai sun-shield, hanya pada bukaan-bukaan yang terekspos jelas. Bukaan ruang untuk beraktivitas yang menggunakannya yang jelas hanya terdapat pada beberapa bagian secara optimal. Bentuk penghalang sinar tersebut bangunan yang berfungsi sebagai balkon dengan tidak seperti bentuk yang dikenal pada ruang yang menjorok ke dalam, sehingga disebut umumnya, yang cenderung menggunakan bentuk verandah in the sky. Rancangan bangunan ini vertikal dengan maksud untuk lebih banyak juga memanfaatkan penghawaan alami dan menghadang sinar matahari yang masuk. pencahayaan alami dengan mengatur arah Pemilihan bentuk melingkar ke arah horisontal, bukaan sedemikian rupa. Kondisi alam empat seperti spiral yang terputus pada bagian-bagian musim yang dimilikinya memungkinkan tertentu, sesuai dengan bentuk dan denah penggunaan penghawaan alami hanya pada saat- bangunan. Pemilihan bentuk ini menghadirkan saat tertentu. Demikian juga dengan tingkat pencahayaan yang berbeda ke dalam pencahayaan alami yang diatur di antara ruang yang terdapat di dalamnya. Sun shield sejumlah penghalang sinar matahari. terutama diletakkan pada posisi terik matahari Pencahayaan alami sangat dioptimalkan karena yang tinggi, sehingga tidak mengganggu waktu terang pada musim tertentu sangat aktivitas di dalamnya serta cukup menerima pendek. Pengaturan juga dilakukan pada saat terang langit yang terpantul dari cahaya matahari musim tertentu dengan waktu terang sangat tersebut. Bagian terbuka pada bangunan ini lama. Selain itu, penggunaan garden in the sky dibiarkan menerima cahaya matahari sebanyak- atau sky courts pada bangunan ini menghendaki banyaknya, tanpa menggunakan penghalang atap transparan. Pada saat musim dingin, atap sinar karena ruang tersebut merupakan area

41

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 2 NO.1 PEBRUARI 2004 : 1 - 55 sirkulasi yang membutuhkan tingkat penerangan menjorok ke dalam, sehingga ruang ini cukup tinggi. Selain itu, bagian terbuka ini juga menerima hamburan dan pantulan terang bagi merupakan area untuk menangkap terang aktivitas di dalamnya. matahari yang dapat menerangi ruang yang

Gambar 2. Detail sun-shading sebagai penangkal sinar matahari pada Mesiniaga Tower (Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic Skyscraper”, hal 59 )

Pengaturan posisi sun shield serta yang dipakai selama ini yang cenderung bentuk yang tidak seperti biasanya menggunakan bentuk datar dan bersilangan menghadirkan pembayangan khusus pada ruang- antara vertikal dan horisontal. ruang yang ada di dalamnya selama pergerakan Konsep penghalang sinar pada bangunan waktu dan lama penyinaran matahari. JA Tower maupun MBF Tower tidak Pembayangan ini menimbulkan efek gelap dan menggunakan bentukan khusus, melainkan terang pada bagian-bagian tertentu, layaknya dengan mengatur posisi ruang yang lebih gang-gang kecil. Area sirkulasi yang ada di menjorok ke dalam. Maksudnya, agar dapat tengah kota, terjepit di antara bangunan tinggi di mengantisipasi kelebihan cahaya yang masuk. sekitarnya. Namun, pada bangunan China Tower, Bangunan tinggi lainnya di Malaysia, penggunaan penghalang sinar cenderung terlihat seperti Shop Office, lebih samar, seperti grid-grid kecil, karena mengoptimalkan penggunaan sun shield pada kondisi iklim yang lebih sedikit menerima seluruh bukaan yang ada. Optimalisasi ini cahaya matahari. memungkinkan pengaturan jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruang. Bentuk dan pengaturan PENGHAWAAN posisi sun shield sangat dominan dan benar- benar tampak sebagai penghalang, seperti pada Tidak jauh berbeda dengan apa yang bangunan tinggi lainnya. Penggunaan sun shield telah diungkapkan di atas, penggunaan cukup atraktif, dinamis, dan ekspresif dalam penghawaan alami dilakukan dengan bukaan bentuk vertikal dan horisontal. Bentukan ini ruang, seperti jendela dan taman yang akan sangat berbeda dengan bentuk penghalang sinar

42

MESINIAGA TOWER: TRADISIONALITAS DALAM BALUTAN MODERNITAS (SEBUAH APRESIASI KARYA ARSITEKTUR) (TRI ANGGRAINI PRAJNAWRDHI) mengalirkan udara ke dalam ruang. Posisi Pergantian dan perputaran udara dalam ruang bukaan ini juga berorientasi pada arah peredaran terjadi lebih cepat, dan terhindar dari suhu panas matahari. Bukaan berada pada posisi utara dan yang berlebih, mengingat kondisi iklim makro selatan, sehingga orang yang bersantai-santai di Asia Tenggara. Aliran udara yang masuk tidak balkon tidak terganggu oleh cahaya matahari hanya diperoleh secara langsung dari bukaan yang berlebihan. yang ada, melainkan juga dari pembelokan aliran angin yang telah dihadang oleh bagian tertutup Penghawaan pada bangunan ini bangunan, sehingga angin dialirkan dengan lebih memanfaatkan jendela ruang dan lubang-lubang lunak karena aliran tersebut telah dipecah oleh pada denah bangunan. Lubang ini tidak bagian bangunan, dan cenderung sebagai angin diwujudkan ke dalam bentukan ruang, melainkan sepoi yang berhembus menuju bukaan pada difungsikan sebagai bukaan untuk mengalirkan ruang yang ada. (lihat Gambar 3) udara ke dalam ruang yang memiliki bukaan.

Gambar 3. Sketsa tangan konsep bioklimatik pada rancangan Mesiniaga Tower oleh Ken Yeang (Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic Skyscraper”, hal. 62)

Bukaan pada China Tower 3 yang angin yang cenderung semakin ke atas semakin berfungsi untuk mengalirkan udara segar ke tinggi, maka bukaan pada balkon cenderung dalam bangunan cenderung lebih sempit dan dibuat menjorok ke dalam dan terkesan terjepit lebih sedikit, tidak se-ekstrim pada Mesiniaga di antara dua buah sisi bangunan. Rancangan Tower, mengingat kondisi iklim kedua negara bangunan seperti ini mampu menghalangi angin ini yang berbeda. Untuk mengatasi tekanan agar tidak masuk secara berlebihan ke dalam

43

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 2 NO.1 PEBRUARI 2004 : 1 - 55 ruang. Demikian juga yang diterapkan pada JA mengairi/menyirami taman. Ini merupakan Tower dan MBF Tower. penghematan enerji air. Pelindung tanaman dari sinar matahari pada sky court juga berfungsi Penghawaan alami pada bangunan tinggi sebagai penyerap tenaga matahari yang merupakan hal yang tidak biasa karena kemudian disalurkan ke pusat enerji menjadi penghawaan yang sangat umum digunakan sumber enerji bangunan. adalah penghawaan buatan yang berasal dari AC. Penggunaan AC membutuhkan enerji yang Pembuatan sky court pada puncak sangat besar, berbeda dengan konsep arsitektur menara ini merupakan hal yang sangat unik dan bioklimatik. baru. Umumnya, pada puncak bangunan difungsikan sebagai helipad, maupun sebagai LANSEKAP bagian ruang yang tidak memiliki nilai estetika karena biasanya difungsikan sebagai tempat Penggunaan tanaman untuk penghijauan utilitas bangunan outdoor. Kalaupun pada telah umum dikenal. Namun penggunaannya puncak bangunan tersebut ditata, cenderung pada bangunan tinggi/pencakar langit merupakan hanya sebagai mahkota hiasan yang hanya bisa sesuatu yang baru dan tidak umum. Pemanfaatan dinikmati dari luar. (lihat Gambar 4). unsur penghijauan pada bangunan tinggi akan memberikan kontribusi terhadap estetika, ekologi, penghematan enerji, selain juga sebagai tanggapan terhadap kondisi iklim setempat (angin, matahari, hujan). Ide ini diilhami dari rumah tradisional dan keinginan untuk mengangkat taman kota dalam wujud vertikal, sehingga lebih ramah terhadap manusia (mata dan pikiran), alam dan lingkungan, serta tidak menambah kerusakan ozon yang lebih parah akibat bangunan tinggi lainnya yang sudah ada sejak dulu.

Taman/lansekap pada balkon, maupun pada sky court atau garden in the sky memungkinkan hawa sejuk masuk ke dalam ruang dan dapat memberikan nuansa yang berbeda dalam ruang. Warna tanaman dapat menyejukkan pandangan, menghilangkan Gambar 4. kepenatan yang dirasakan sehari-hari, serta Penggunaan sky court pada puncak Mesiniaga Tower menghilangkan kejenuhan dari benda mati yang (Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic Skyscraper”, ada di sekeliling. Bau tanah dan tanaman yang hal. 61) basah membawa pikiran dan perasaan untuk lepas dan terbang menuju tempat yang tenang BENTUK DAN ELEMEN BANGUNAN dan damai. Bangunan ini menjadi sangat berbeda dengan bangunan tinggi pada umumnya. Pipa Arsitektur bioklimatik cenderung saluran air hujan dibuat sedemikian rupa secara mengambil bentuk lingkaran maupun ellips, melingkar dan lebih ekstrim. Kenampakan ini terutama pada badan bangunan maupun pada sama seperti pada bangunan Tokyo Nara Tower elemen lainnya, seperti bentuk sun shield. Ini di Jepang, menara 80 lantai, yang menggunakan terlihat jelas pada Mesiniaga Tower maupun lansekap vertikal berbentuk spiral (dikenal Hitecniaga Tower. Konsep ini adalah semata- dengan istilah spiraling vertical landscape). mata pikiran yang cerdas dari perancang yang Lansekap vertikal ini dilengkapi dengan saluran sudah memperhitungkan konsekuensi bangunan pipa air hujan yang lurus sesuai dengan bentuk tinggi yang menggunakan penghawaan alami. taman dan dipergunakan untuk

44

MESINIAGA TOWER: TRADISIONALITAS DALAM BALUTAN MODERNITAS (SEBUAH APRESIASI KARYA ARSITEKTUR) (TRI ANGGRAINI PRAJNAWRDHI) Karena tekanan angin yang sangat tinggi, Konsep ini juga diterapkan pada bentuk terutama pada bagian atas, maka sangat dan arah penempatan ventilasi pada China diperlukan bentuk aerodinamis yang dapat Tower 3, pada bentuk Tokyo Nara Tower, JA memecah tekanan angin. Bentuk aerodinamis Tower, maupun MBF Tower yang pada setiap yang tepat adalah bentuk lingkaran maupun ujung bangunannya memiliki bentuk ellips. Bentuk ini diletakkan pada posisi yang membulat/ellips. Hal ini sangat berbeda dengan terkena angin paling keras, dan bukaan bangunan pencakar langit umumnya yang diletakkan pada bagian/sisi yang berlawanan sebagian besar menggunakan bentuk kotak/segi dengan arah angin, sehingga angin yang masuk empat. Penggunaan bentuk kotak/segi empat melalui bukaan tersebut tidak sekencang pada lebih menekankan pada nilai ekonomi, awalnya karena sebagian sudah dibelokkan. kemudahan pengerjaan, dan keefektifan ruang di (lihat Gambar 5). dalamnya.

Gambar 5. Sketsa menunjukkan bentuk bangunan, lansekap, dan balkon pada rancangan Mesiniaga Tower oleh Ken Yeang (Sumber: Kenneth Yeang, 1994, “Bioclimatic Skyscraper”, hal 62)

KOTA AWAN dan taman bermain di depan, di samping, maupun di belakang rumah. Saat ini konsep Sulit dipercaya bahwa pada Mesiniaga tersebut semakin sulit diwujudkan karena Tower ini menjadi bentuk perwujudan kota di masyarakat cenderung membangun bangunan awan. Dengan penerapan konsep bioklimatik, modern dan ekonomis, tanpa disadari telah yang terlihat sangat ekstrim bila dibandingkan merusak lingkungan tempat tinggalnya sendiri. dengan bangunan tinggi lainnya, memang Bangunan ini seakan merekam dan membutuhkan pemikiran yang berani dan memutar ulang nostalgia bangunan tradisional matang. Tidak hanya berdasarkan pada nilai yang sempat berjaya ke dalam suatu lingkungan lahan yang semakin tinggi dan semakin sulit tersendiri. Perwujudan bangunan yang dijangkau, melainkan juga keinginan sang mengambil bentuk kota berikut fasilitas yang perancang untuk membawa dan mewujudkan terdapat di dalamnya, seakan menghidupkan kembali prinsip arsitektur tradisional di Asia kembali sebuah kota tua/tradisional dalam Tenggara yang kaya dengan pencahayaan dan bentuk serta aktivitas yang lebih beragam dan penghawaan alami, serta penyediaan halaman berbeda. Perwujudannya tidak secara horisontal,

45

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 2 NO.1 PEBRUARI 2004 : 1 - 55 melainkan secara vertikal, sebagai varian baru DAFTAR PUSTAKA dari gedung tinggi maupun kota mandiri. Lawson, Bryan. 1999. Design in Mind. Fenomena baru pada bangunan pencakar langit telah muncul. Selama ini bangunan Leupen, Bernard; Grafe, Christoph; Kornig, pencakar langit sering terlihat sebagai sebuah Nicola; Lampe, Marc; de Zeeuw, ‘kotak kaca’ yang dibangun seragam dan Peter. 1997. Design and Analysis. memiliki hawa dingin di dalamnya, layaknya New York: Van Nostrand Reinhold. ‘kulkas’, dengan penggunaan enerji yang boros Maxwell, Robert. 1993. Sweet Disorder and the dan penggunaan AC yang semakin merusak Carefully Careless. London: lapisan ozon. Kini kita dapat melihat bangunan Princetown Architectural Press. tinggi tidak hanya sebagai bangunan vertikal semata, namun mempunyai esensi yang lebih McHarg, Ian. 1997. ‘Design with Nature’ dalam dari itu. Mesiniaga Tower ini memiliki keunikan Theories and Manifestoes of dan perbedaan dari bentuk aslinya (tipe Contemporary Architecture. Charles bangunan tinggi secara umum), serta memiliki Jencks and Karl Kropf (Editor). karakteristik tersendiri yang mencerminkan Great Brittain: Academy Edition. kealamiahannya (Oechlin, 1968). Terutama ini Schneekloth, Lynda H. 1994. Ordering Space, terlihat dari sistem struktur, plumbing, serta Types in Architectural and Design. mekanikal dan elektrikal yang tetap menerapkan Karen A. Franck (Editor). New prinsip bangunan tinggi. Jadi, bangunan ini York: Van Nostrand Reinhold. sangat layak memperoleh penghargaan Aga Khan Award for Architecture 1996 dan Arcasia Wongso, Victor. 1997. ‘Perancangan Kota Award 1966. Bioklimatik’. Majalah Konstruksi Edisi April 1997. Hal. 13-15 WASANA KATA Yeang, Kenneth. 1994. Bioklimatic Skyscraper. London: Artemis London Limited. Penyimpangan kaidah tipologi gedung tinggi yang dilakukan oleh Ken Yeang pada Mesiniaga Tower serta karya-karya lainnya, telah memberikan sudut pandang baru bagi para arsitek lain untuk memandang wujud gedung tinggi secara lebih manusiawi. Gedung tinggi, adalah juga karya arsitektur, tidak dilihat dari fisik semata, layaknya gedung pencakar langit pada umumnya. Namun, nafas kedaerahan yang berkolaborasi dengan teknologi maju saling bahu-membahu dalam mewujudkan sebuah maha karya yang dapat dinikmati manusia tanpa mengorbankan alam, sehingga dapat menciptakan atmosfer baru dalam berarsitektur saat ini. “Tidak seperti bidang seni lainnya, karya arsitektur mengusulkan pandangan yang luas, jalan baru untuk hidup dalam lingkungan, dan ikut serta mengambil bagian dalam aspek yang tidak hanya menggolongkannya sebagai seni, tetapi cenderung sebagai komunikasi massal”. (Francescato)

46

ISSN 1693 - 315X

JURNAL PERMUKIMAN

NN AA TT AA HH

VOLUME 2 NOMOR 1 PEBRUARI 2004

LABORATORIUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2004

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 2 NO. 1 HAL. 1 - 55 DENPASAR PEBRUARI 2004 ISSN 1693 - 315X

ISSN 1693 - 315X

JURNAL PERMUKIMAN

N A T A H VOLUME 2 NOMOR 1 PEBRUARI 2004

Pola Penataaan Ruang Unit Pekarangan di Desa Bongli Tabanan I Made Adhika

Transformasi Rumah: Prospeknya untuk Memperbaiki Keadaan Rumah di Indonesia (Suatu Studi Pendahuluan) Ngakan Putu Sueca

Providing Affordable Housing for Low Income Groups Teti Handayani

Eco House pada Perkembangan Rumah Tradisional Bali (Studi Kasus: Desa Adat Mengwi, Badung) I Made Widja

Mesiniaga Tower: Tradisionalitas dalam Balutan Modernitas (Suatu Apresiasi Karya Arsitektur) Tri Anggraini Prajnawrdhi Arsitektur untuk Rakyat? (Suatu Kajian tentang Pendekatan Perancangan Partisipatif) Anak Agung Gde Djaja Bharuna

ISSN 1693 - 315X

JURNAL PERMUKIMAN N A T A H

VOLUME 2 NOMOR 1 PEBRUARI 2004

Penerbit : Fakultas Teknik Universitas Udayana

Pelindung : Rektor Universitas Udayana

Penasehat : Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana

Pemimpin Umum : Ir. I Ketut Alit, MT

Ketua Redaksi : Ir. Ida Bagus Gede Wirawibawa Mantra, MT

Sekretaris : Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA

Anggota : Ir. Aik Soewarno, M.Erg Ir. Anak Agung Dharmayadnya Ir. Made Widja, MT Ir. I Made Suarya, MT Ir. Ngakan Putu Sueca, MT, Ph.D Ni Made Swanendri, ST, MT Ni Made Yudantini, ST, MSc. Ni Ketut Agusinta Dewi, ST, MT I Dewa Gede Agung Diasana Putra, ST, MT

Alamat Redaksi : Laboratorium Perumahan dan Permukiman Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Udayana Jl. P. B. Sudirman, Denpasar-Bali Phone (0361) 246163, 703384 Fax: (0361) 701806 E-mail: [email protected] atau [email protected]

Foto Cover Depan : “Desa Bayung Gede - Bangli” (Foto: Ngakan Putu Sueca)

JURNAL PERMUKIMAN “NATAH” yang terbit pertama kali Pebruari tahun 2003 adalah wadah informasi bidang perumahan permukiman dan arsitektur berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun tulisan ilmiah terkait. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan frekuensi terbit secara berkala 2 (dua) kali setahun yaitu Pebruari dan Agustus. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.

ISSN 1693 - 315X

JURNAL PERMUKIMAN N A T A H

VOLUME 2 NOMOR 1 PEBRUARI 2004

PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAH

TATA TULIS NASKAH : 1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer (aplikasi, ulasan, opini) dan diskusi. 2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4, spasi ganda, dengan batas atas, kanan dan bawah masing-masing 3cm, sedangkan batas kiri 4 cm dari tepi kertas. 3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5 halaman. 4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas (nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki). 5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulis dan alamat email dibawah nama. 6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar kata kunci (keyword) diletakkan setelah abstrak. 7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1 spasi. Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi. 8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf kapital. 9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dan tabel tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm). Gambar, grafik, dan tabel dicetak di atas kertas putih atau kalkir dengan tinta hitam. Foto dicetak pada kertas foto yang tidak mengkilat dan sedapatnya berwarna hitam putih. 10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas dengan huruf kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan untuk nomor dan judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan foto yang bersangkutan. 11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatan kaki yang berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip). Rumus-rumus hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan. Ukuran huruf dalam rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm). 12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasi diletakkan sebelum daftar pustaka. 13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 2 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannya harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. Tahun. Judul. Kota: penerbit dan. Judul dicetak miring.

KETERANGAN UMUM : 1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dan menyerahkan disket naskah dalam program pengolahan kata M.S. Word atau format teks/ASCII. 2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain. 3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis naskah untuk ditanggapi.

------