Laporan Penelitian Seni

STRUKTUR DAN BENTUK MUSIK PADA TARI TIRIK PANDAHAN KALIMANTAN SELATAN

Peneliti: Maryanto, S.Sn.,M.Sn. NIP. 197509132009121001

Pembimbing: Dra. Nanik Mariani, M.Pd NIP. 195909281990102001

Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2013

1

2

3

4

ABSTRAK

Maryanto. 2013. Struktur dan Bentuk Musik pada Tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan. Penelitian Seni, Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Unlam Banjarmasin. Pembimbing: Dra. Nanik Mariani, M.Pd.

Kata Kunci: Struktur, Bentuk musik tari Tirik Pandahan.

Latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini ialah kurangnya literatur dan dokumentasi terhadap musik tradisi khususnya musik tari berdampak kurangnya pengetahuan generasi muda terhadap musik tersebut. Permasalahan dari penelitian ini, ialah (1) Bagaimana instrumentasi alat musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan?,(2) Bagaimana struktur musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan?,(3) Bagaimana bentuk musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan?. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan instrumentasi alat musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan, (2) Mendeskripsikan struktur musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan, (3) Mendeskripsikan bentuk musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan.

Teori yang digunakan adalah teori bentuk analisis musik untuk mendeskripsikan struktur dan bentuk musik Tirik. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa studi kepustakaan, audio dan narasumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan perekaman, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, penggolongan data, dan penarikan simpulan.

Simpulan hasil penelitian ini, yaitu Tirik merupakan musik vokal yang disajikan pada acara banyanyanyian. Selain itu, Musik Tirik juga berfungsi sebagai iringan tari Tirik atau yang lebih dikenal dengan tari Tirik Pandahan/Tirik Sisip. Musik tari Tirik Pandahan terdiri dari vokal dan instumental. Vokal berisi nyanyian yang berisi pantun-pantun berbahasa banjar, berdialek bahasa Banjar Hulu. Sedangkan musik instrumental terdiri dari biola sebagai pembawa melodi, agung dan babun sebagai pembawa ritme.

5

6

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR LAMPIRAN ...... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 6 1.3 Batasan Masalah………………………………….…………….6 1.4 Tujuan Penelitian ...... 6 1.5 Manfaat Penelitian ...... 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Musik Tradisi ...... 8 2.2 Fungsi Musik ...... 10 2.3 Fungsi Musik pada Tari ...... 15 2.4 Tirik Pandahan ...... 16 2.5 Musik Vokal dan Instrumental ...... 18 2.6 Pengertian dan Unsur-unsur Musik ...... 19 2.7 Musik Perkusi...... 24 2.8 Musik Ansambel ...... 33 2.9 Musik Gesek...... 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian...... 37 3.2 Teknik Pengumpulan Data ...... 37 3.3 Teknik Analisis Data ...... 40 3.4 Lokasi Penelitian ...... 41 3.5 Waktu Penelitian ...... 41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Tirik ...... 43 4.2 Instrumentasi Musik Tirik ...... 45 4.3 Analisis Struktur Musik Tirik ...... 58 4.4 Analisis Bentuk Musik Tirik ...... 73 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ...... 76 5.2 Saran ...... 76 DAFTAR PUSTAKA ...... 78 LAMPIRAN ...... 79

7

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara…………………………….…..……………...……. 79

Biodata narasumber ………………………………………………………. 81

Surat Izin Penelitian………..……………………..……………………….. 82

Score musik………………………………………………………………... 83

8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi musik ada bermacam-macam salah satunya adalah sebagai iringan tari, oleh sebab itu hubungan antara seni tari dengan musik iringannya sangatlah erat.

Meskipun sesungguhnya musik mampu berdiri sendiri sebagai sebuah karya seni, namun dalam konteksnya sebagai iringan tari, musik tidak bisa lepas dari tari yang diiringinya. Secara umum masyarakat sudah tahu bahwa pasangan dari seni tari adalah musik sebagai iringannya. Keduanya merupakan pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Antara seni tari dan seni musik sebagai iringannya pada kenyataannya berasal dari sumber yang sama yaitu dorongan atau naluri ritmis manusia. Seni tari menggunakan media utama gerak, suasananya tidak bisa hidup dan tidak bermakna tanpa hadirnya musik sebagai iringannya.

Ritme yang digunakan sebagai pijakan hitungan tari ditunjukkan melalui iringannya, sehingga unsur wirama sebagai salah satu persyaratan dalam tari dapat diwujudkan. Unsur wirama pada seni tari akan dikorelasikan dengan musik iringannya. Struktur musik menjadi dasar hitungan tari yang berkaitan dengan penggalan kalimat gerak sehingga sebuah kalimat gerak akan dapat terbaca melalui penerapan iringannya. Ragam gerak tari membutuhkan pola musik sebagai penekanan gerak. Begitu juga pembentukan suasana juga sangat membutuhkan iringan sebagai

9 pendukung alur cerita (atmosfir dibentuk dengan media seperangkat alat musik dan suara manusia).

Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono, 1978: 3). Elemen dasarnya adalah gerak dan ritme.

Adapun gerak yang dimaksud tentunya adalah gerak-gerak yang indah, tertata, dan mengandung irama, bukan hanya asal gerak. Mengenai hubungannya dengan musik atau iringan, pada dasarnya penari sendiri adalah sekaligus sebagai pemain musiknya.

Artinya secara sadar maupun tidak sadar si penari tersebut telah bergerak sesuai dengan ritme gerakannya. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa tari itu tidak dapat lepas dari unsur dasar musik yang berupa nada, ritme dan melodi.

Musik sebagai partner tari bukan hanya berfungsi sebagai pengiring saja namun yang lebih pokok adalah pendukung suasana gerak tari. Soetardjo (1983: 22) mengemukakan bahwa iringan dalam suatu pertunjukan tari merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebab tari dan iringan merupakan perpaduan yang harmonis. Dalam penggarapan musik sebagai partner tari, maka diperlukan suatu pemikiran untuk betul-betul menggarap musik tersebut sesuai dengan garapan tarinya. Iringan adalah salah satu elemen komposisi yang sangat penting dalam suatu penyajian tari. Iringan dalam suatu penyajian dramatari tersebut merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain

Sudarsono mengatakan elemen dasar dari tari adalah gerak dan ritme, Maka elemen dasar dari musik adalah nada Ritme dan Melodi. Sejak zaman prasejarah sampai sekarang dapat dikatakan dimana ada tari disitu pasti ada musik, musik dalam

10 tari bukan hanya sekedar pengiring, tetapi musik adalah patner tari yang tidak boleh ditinggalkan, musik dapat memberikan suatu irama yang selaras sehingga dapat membantu mengatur ritme atau hitungan dan dapat juga memberikan gambaran dalam ekspresi suatu gerak (1997 : 46)

Hubungan antara seni tari baik tari modern maupun tradisi dengan musik pengiringnya dapat terjadi pada aspek-aspek antara lain bentuk, gaya, ritme, suasana atau perpaduan dari aspek-aspek itu. Agar dapat dicapai kesatuan yang utuh antara tari dengan musik pengiringnya, penata tari hendaknya memahami penerapan elemen-elemen musik seperti ritme, melodi, harmoni, dan bentuk sesuai dengan tari yang digarap. Sebaliknya, penata iringan tari harus pula memiliki kepekaan terhadap gerak secara kinestetik (kandungan rasa gerak).

Beberapa aspek yang signifikan, misalnya: jenis musik, jenis lagu, dan ritme sangat diperlukan dalam pembangunan struktur dramatik sebuah penyajian tari.

Suasana adegan gembira, sedih, keagungan, ketenangan, ketegangan dan sebagainya akan terbentuk dengan dukungan unsur-unsur musikalitasnya. Penggarapan musikalitasnya tidak hanya berpijak pada garap instrumentasinya saja atau sajian garapan alat musik saja, tetapi bisa disajikan dalam bentuk perpaduan vokal dan instrumental atau bahkan hanya berupa garapan vokal saja (acapela).

Beberapa nama tarian tradisional sama dengan nama musiknya. Oleh karena itu mungkin istilah musik pengiring itu tidak terlalu cocok pula untuk dipakai secara harfiah, karena belum tentu tarian dahulu yang dibuat kemudian baru dicari musik

11 sebagai pengiringnya. Di dalam banyak kasus, tarian bisa juga disusun atas musik yang sudah ada.

Seperti jenis tari Tirik yang ada di Kalimantan selatan, Tirik merupakan lagu yang dinyanyikan oleh seorang wanita yang disebut panyanyian. Lagu ini merupakan nyanyian solo yang diiringi alat tabuhan yang terdiri dari biola, gong, dan gendang

(babun). Lagu ini biasa di pertunjukkan dalam acara banyanyanyian bersama lagu

Dua Marindu, Paris Tangkawang, dan Lalan walaupun sekarang acara tersebut sudah tidak dipertunjukkan. Selain itu, lagu ini juga digunakan sebagai pengiring tari yang juga bernama tari Tirik. Lagu ini sebenarnya ada dua versi, yaitu versi pandahan yang lebih populer dengan sebutan Tirik Pandahan/Tirik Sisip dan versi yang lain adalah versi Banjar yang disebut dengan lagu Tirik Kuala. Lagu Tirik Pandahan atau sisip digunakan sebagai iringan tari Tirik Pandahan, sedangkan lagu Tirik Kuala dipergunakan sebagai pengiring tari Tirik Kuala, yaitu tari Tirik yang digubah sebagai tari Tirik kreasi baru yang kini berkembang di daerah kodya Banjarmasin dan sekitarnya.

Tari Tirik Pandahan merupakan tari yang berasal dari desa Pandahan, kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Tari ini termasuk jenis tari yang ada sebelum kemerdekaan. Fungsi tari Tirik Pandahan selain sebagai tari hiburan/pertunjukkan juga berfungsi sebagai tari pergaulan muda-mudi. Lagu Tirik tidak hanya berkembang di pandahan saja, akan tetapi juga sudah berkembang ke seluruh daerah di Kalimantan Selatan. Hampir seluruh grup musik tradisi Kalimantan Selatan mengenal lagu tirik ini karena penggemarnya hampir semua kalangan dalam

12 masyarakat Banjar. Tetapi tari Tirik Pandahan sendiri tidak pernah dipertunjukkan lagi karena tari ini sudah dikembangkan menjadi tari Tirik Lalan oleh penata tari

Amir Hasan Bondan, yang mana tari ini gabungan dari tari tirik dan lalan. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Banjar sudah semestinya generasi muda turut memelihara kesenian tradisi dengan cara mengenal dan mempelajari kesenian tradisi tersebut. Pada umumnya tradisi diwariskan secara lisan dan turun-temurun. Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengungkapkan struktur dan bentuk musik pada tari Tirik Pandahan agar bentuk musik ini dapat dipelajari melalui pendekatan teoritis. Selain itu, tujuan peneliti menganalisis struktur dan bentuk musik tari Tirik

Pandahan adalah untuk mendokumentasikan struktur dan bentuk musik pada tari

Tirik Pandahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana instrumentasi musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan

Selatan?

2. Bagaimana struktur musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan

Selatan?

3. Bagaimana bentuk musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini, yaitu penelitian ini mengacu pada bagaimana instrumentasi, struktur, dan bentuk musik pada tari Tirik Pandahan.

13

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Menjelaskan instrumentasi musik Tirik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan

Selatan.

2. Mendeskripsikan struktur musik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan.

3. Mendeskripsikan bentuk musik pada tari Tirik Pandahan Kalimantan Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

musik pada umumnya, dan musik tari pada khususnya.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan seni

tradisional dan meningkatkan apresiasi seni tradisional. Selain itu, penelitian

ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan dokumen kebudayaan

daerah, serta dapat menjadi bahan acuan penelitian musik tari.

14

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Musik Tradisi

Musik tradisi adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ciri-ciri umum musik tradisi adalah:

a. Ide musik disampaikan oleh komponis tidak melalui tulisan berupa notasi atau

partitur tetapi secara lisan. Misalnya, pencipta menyanyikan karyanya pada

saat ada pertemuan dengan orang lain pada suatu kegiatan. Kemudian karya

itu dihafalkan dan dinyanyikan oleh pendengar tadi pada kesempatan lain di

hadapan orang lain pula, begitu seterusnya.

b. Musik tradisi diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi

berikutnya secara lisan. Para orang tua mengajarkan komposisi musik baik

vocal maupun instrumental secara lisan atau langsung di ajarkan kepada

berikutnya, demikian seterusnya, sehingga musik tradisi ini akan tetap dikenal

oleh masyarakatnya.

c. Syair lagu berbahasa daerah. Selain itu alunan melodi dan iramanya juga

menunjukkan ciri khas kedaerahan. Contoh, lagu dari daerah Jawa Tengah

syairnya berbahasa Jawa dan melodi menggunakan tangganada pentatonik.

15

d. Musik tradisi menggunakan alat-alat musik khas daerah. Iringan lagu Jawa

Tengah menggunakan gamelan, Nusa Tenggara menggunakan Sasando,

Minahasa menggunakan Kulintang, Jawa Barat Angklung, dan lain-lain.

Musik tradisional mempunyai ciri khas suatu suku atau lapisan masyarakat atau bangsa tertentu, dan nada-nada di mainkan dan diciptakan oleh alat-alat musik tradisional. Yaitu alat musik yg mempunyai silsilah sejarah dan tradisi untuk lapisan masyarakat tertentu yang mempunyai ciri khas dan jati diri.

Selain itu pengertian musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Musik tradisional biasa digunakan dalam upacara adat, upacara keagamaan, dan hiburan.

Hampir seluruh wilayah NKRI mempunyai seni musik tradisional yang khusus dan khas. Dari keunikan tersebut bisa nampak terlihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Seni tradisonal itu sendiri mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi, sehingga dapat dikenali karakter dan ciri khas masyarakat Indonesia, yaitu yang terkenal ramah dan santun.

Kehadiran musik juga sangat menentukan dalam mengungkapkan ekspressi tarian tetapi sifatnya hanya sebagai pengiring tari, dan penggarapan musik dalam hal ini terikat dengan tradisional ke bentuk komposisi musik yang mempunyai beberapa konsepsi ideal, pengembangan beberapa musik tradisi yang dianggap dapat disatukan atas pertimbangan kemampuan seseorang dalam mencermati hubungan unsur-unsur musikal yang sebelumnya berada pada musik tradisi masing-masing untuk kemudian

16 disatukan dalam bentuk baru. Saat ini musik tradisional lebih sebagai hiburan dari pada upacara yang mengandung mistis.

2.2 Fungsi musik bagi masyarakat pendukungnya

Musik sering memiliki hubungan fungsional dengan totalitas kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Musik dapat dikaji melalui peranannya dalam upacara yang profan maupun sakral. Kajian fungsi musik dalam upacara profan adalah musik yang dipergunakan untuk acara hiburan dimana peran musik tersebut lebih menekankan unsur keduniawian. Sedangkan upacara sakral lebih ditekankan pada unsur religi, hubungannya dengan Tuhan, arwah nenek moyang, dewa-dewa maupun roh-roh yang dianggap memiliki kekuatan gaib tergantung pada cara pandang masyarakatnya, suku atau etnis tertentu.

Dalam mengkaji fungsi musik bagi masyarakat pendukungnya kita dapat menganalisa musik yang dipandang sebagai sistem simbol dan Bahasa. Musik dikaji malalui studi musik sebagai sistem tanda-tanda, simbol. Kajian ini masih relatif baru dengan memunculkan pembahasan tentang semiotika musik. Berikut merupakan fungsi-fungsi musik, antara lain:

1. Sarana Upacara Budaya (Ritual)

Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Bunyi- bunyian dan nada-nada yang dihasilkan sangat memungkinkan untuk mendukung upacara budaya (Ritual). Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen

17 atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa musik tradisional dapat berfungsi sebagai sarana dalam suatu upacara budaya (Ritual).

2. Sarana Hiburan

Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondong mendatangi tempat pertunjukan untuk menonton. Pada jaman dahulu, pada masa kerajaan memerintah di daerah-daerah di Indonesia, setiap ada tamu kerajaan yang datang maka akan disambut oleh iringan-iringan musik tradisional sebagai upacara penyambutan dan sebagai sarana penghibur bagi para tamu kerajaan untuk melepas lelah.

3. Sarana Ekspresi Diri

Bagi para seniman musik (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.

4. Sarana Komunikasi

Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu

18 memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat

Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja. Pada jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa pada saat peperangan. Bunyi dan ritme genderang disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa musik dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi.

5. Sarana Pengiring Tarian

Musik dan tarian masing-masing mempunyai pola dan ritme yang saling berhubungan, suatu tarian tanpa diiringi irama musik maka akan terasa hampa

(kosong) dan menyulitkan bagi sang penari karena mereka tidak mempunyai gambaran ritme dan tempo yang akan mereka gunakan untuk menuntun mereka dalam menari. Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian-tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik-musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco-poco, dan sebagainya.

19

6. Sarana Ekonomi

Bagi para musisi dan artis professional, musik adalah sarana penghidupan ekonomi mereka. Mereka dihargai lewat karya (lagu) yang mereka buat dan yang mereka mainkan. Semakin bagus dan semakin populernya suatu karya seni musik maka akan semakin tinggi penghargaan yang diberikan baik penghargaan dalam bentuk materiil maupun moral. Dalam dunia industri musik, para musisi yang bekerja sama dengan industri rekaman, mereka akan merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD, para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia yang dapat menghasilkan pendapatan bagi mereka.

7. Sarana Perang

Pada point nomer empat telah disinggung sedikit bahwa Pada jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa pada saat peperangan.

Bunyi dan ritme genderang disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu strategi dalam berperang. Selain digunakan sebagai strategi dalam berperang, musik juga dapat

20 membangkitkan semangat juang para prajurit. Dalam setiap kesatuan militer pasti mempunyai Mars yang selalu mereka nyanyikan untuk meningkatkan dan membangkitkan semangat dalam peperangan.

2.3 Fungsi Musik Pada Tari

Oha Graha mengungkapkan beberapa fungsi musik dalam tari diantaranya adalah (1997 : 44).

1. Memberi irama (membantu mengatur waktu)

Kita kenal bahwa tari itu terdiri dari gerak-gerak yang berirama,

mengatur atau menentukan irama, sangat sulit menari tanpa musik. Dimana

irama dalam tari yaitu pengatur waktu (tempo) cepat dan lambatnya dari suatu

rangkaian gerak, dan perlu saling mengisi dan saling mengiringi.

2. Memberi ilustrasi atau gambaran suasana

Dalam tari, suasana atau ilustrasi sangat erat hubungannya dengan

watak penari, terutama pada tari tradisional yang sangat memerlukan berbagai

suasana. Adapun watak dalam suasana tari antara lain watak luguh/ halus,

watak lenyap/ ganjen, dan gagah.

3. Membantu mempertegas ekspresi gerak

Dalam tarian sudah barang tentu mempunyai tekanan-tekanan gerak

yang diatur oleh tenaga. Mempertegas ekspresi gerak

akan lebih sempurana di iringi atau di pertegas oleh

hentakan instrumen musik sebagai pengiring tari.

4. Ransangan bagi penari

21

Sudarsono mengatakan elemen dasar dari tari adalah gerak dan ritme,

Maka elemen dasar dari musik adalah nada Ritme dan Melodi. Sejak zaman

prasejarah sampai sekarang dapat dikatakan dimana ada tari disitu pasti ada

musik, musik dalam tari bukan hanya sekedar pengiring, tetapi musik adalah

patner tari yang tidak boleh ditinggalkan, musik dapat memberikan suatu

irama yang selaras sehingga dapat membantu mengatur ritme atau hitungan

dan dapat juga memberikan gambaran dalam ekspresi suatu gerak (1997 : 46).

2.4 Tirik Pandahan

Tari ini disebut tari Tirik Pandahan karena tari ini berasal dari desa Pandahan, kecamatan Tapin Tengah, kabupaten Tapin, propinsi Kalimantan Selatan. Pemberian nama tambahan dengan Pandahan ini untuk membedakan dengan tari Tirik Kuala yaitu tari Tirik yang digubah sebagai tari Tirik kreasi baru yang kini berkembang di daerah Banjarmasin dan sekitarnya. Tari ini sampai sekarang masih berkembang sebagai tari hiburan/pergaulan. Kalau tari Tirik Kuala hanya berkembang di daerah

Banjarmasin sebagai daerah kuala sungai Barito, sedangakan tari Tirik Pandahan telah berkembang di daerah kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Hulu

Sungai Selatan, dan kabupaten lainnya di propinsi Kalimantan Selatan.

Berbeda dengan tari Tirik Kuala yang khusus sebagai tari pertunjukan, maka fungsi tari Tirik Pandahan di samping sebagai tari hiburan/pertunjukan juga berfungsi sebagai tari muda-mudi. Daerah Pandahan merupakan daerah pertanian sawah tadah hujan serta daerah rawa sebagai sumber penghasil ikan. Oleh karena itu, mata pencaharian masyarakatnya sehari-hari selain di sawah juga mencari ikan di rawa-

22 rawa. Sebagai pelepas lelah serta hiburan masyarakat di malam hari maka sering diadakan pegelaran tari Tirik. Pada mulanya tari Tirik ini ditarikan oleh penari-penari khusus dari grup tari, kemudian penonton ikut masuk menari bersama-sama secara berpasang-pasangan.

Jumlah penari khusus dari tari ini biasanya terdiri dari 2 sampai 3 pasang muda-mudi yang berumur 15 sampai 20 tahun. Alat musik pengiring tari terdiri dari biola, babun, dan gong dengan lagu pengiring adalah lagu Tirik Pandahan. Karena tari ini adalah tari pergaulan, maka dalam pegelarannya tidak memerlukan panggung khusus, tetapi cukup di tempat terbuka, yaitu di halaman rumah maupun di dalam ruangan yang cukup lebar. Pakaian serta tata rias penari terdiri dari:

1) Penari wanita

 Baju kurung pendek

 Tapih lasam

 Hiasan sanggul kembang goyang

2) Penari pria

 Baju raja

 Celana panjang dengan pakai strip di samping

 Ikat kepala laung tutup dengan hiasan

 Bulu burung merak

Sedang pakaian penari dari penonton adalah pakaian biasa yaitu pakaian mereka sehari-hari sebagaimana yang dipakai oleh masyarakat tani. Pegelaran tari ini

23 biasanya dilaksanakan pada malam hari selepas isya sampai tengah malam. Hal ini disebabkan pegelaran tari ini adalah sebagai sarana pelepas lelah serta pergaulan muda-mudi setelah seharian mereka bekerja keras di sawah maupun mencari ikan di rawa-rawa

2.5 Musik Vokal dan Instumental

a. Musik vokal

Musik vokal berasal dari kata voce (Italia) atau voice (Inggris) yang berarti suara dihasilkan oleh organ tubuh makhluk hidup yakni manusia dan binatang. Kita tidak mengatakan bunyi burung tetapi suara burung. Saat orang bernyanyi maka orang tersebut telah membuat atau membawakan musik vokal. Musik dengan media suara manusia ini dapat dinyanyikan perorangan maupun oleh lebih dari satu orang.

Ada nyanyian yang terdiri atas satu suara saja, disebut nyanyian bersuara tunggal atau bersuara satu. Sedangkan nyanyian yang terdiri dari beberapa bagian suara disebut nyanyian paduan suara. Musik vokal bukan hal yang asing bagi manusia, karena merupakan ungkapan isi hati dan perasaan yang dicetuskan melalui suara. Dengan kata lain musik vokal adalah musik yang menggunakan suara manusia sebagai media/ alat ekspresi yang pada umumnya dalam bentuk nyanyian.

b. Musik instrumental

Musik instrumental ialah musik yang sumber suaranya bukan berasal dari makhluk hidup, tetapi berasal dari alat musik yang menghasilkan bunyi. Menurut cara memainkan dan sumber bunyi alat musik dikelompokkan menjadi alat musik dawai yang dipetik atau digesek, seperti gitar, harpa, biola; alat musik tiup dari kayu atau

24 logam, seperti seruling, flute, horn, dll.; serta alat musik pukul berpapan bilah dan tidak berbilah, seperti piano, organ, calung, dll.

2.6 Pengertian dan Unsur-unsur Musik

Pengertian musik dari The New Ensyclopedia of Music and Musicians, musik dalam arti umum adalah keindahan nada yang menimbulkan kepuasan estetis melalui indra pendengaran. Musik adalah tatanan bunyi yang indah seperti yang diungkapkan oleh Sydney Lanier seorang penyair, musik seperti cinta yang sedang mencari kata.

Dengan kata lain musik adalah curahan hati melalui bunyi sebagai perantara atau media. Musik memiliki unsur-unsur yang menghidupkannya. Berikut merupakan unsur-unsur musik.

1. Nada

Nada ialah bunyi yang teratur, artinya: mempunyai bilangan getar

(frekuensi) yang tertentu. Tinggi rendahnya bunyi (suara) bergantung pada

besar kecilnya frekuensi tersebut. Dalam musik, tinggi rendah dan panjang

pendeknya nada dapat ditunjukkan dengan tanda yang disebut titinada atau

not, not berfungsi sebagai huruf musik.

2. Birama

Birama adalah pengelompokkan ketukan menjadi unit-unit hitungan,

dimana musik dihitung dalam hubungannya dengan kerangka waktu. Birama

di dalam musik pola-polanya diperoleh dengan adanya tekanan (tesis) dan

tidak bertekanan (arsis). Tiap-tiap birama dibatasi oleh garis-garis tegak yang

disebut garis-garis birama. Di dalam tiap birama terdiri dari beberapa bagian

25 yang disebut bagian birama. Tanda birama berupa sebuah angka pecahan, yang terdapat pada permulaan lagu, misalnya ¾; 4/4; 6/8 dan sebagainya.

Pembilang menunjukkan jumlah bagian (jumlah pukulan) dalam tiap-tiap birama. Sedangkan penyebut menunjukkan nilai nada dalam setiap pukulan.

3. Irama

Alat musik ritmik atau perkusi dapat dibagi dua yaitu alat perkusi irama dan alat perkusi melodi. Alat musik perkusi irama adalah alat yang dapat digunakan untuk memperdengarkan bermacam-macam irama, tetapi tidak dapat dimainkan untuk melodi atau lagu, seperti gendang, tamburin, tam-tam dan lain-lain. Alat perkusi melodi, selain dapat dipakai untuk irama, dapat pula menghasilkan nada-nada, seperti silofon, tabular bells, dan lainnya.

4. Melodi

Berbagai tinggi dan rendah nada dalam berbagai kemungkinan dikombinasikan dengan nilai nadanya disebut melodi. Melodi yang disusun dengan gubahan memberikan kesan pada awal, pertengahan sampai akhir.

Melodi tidak hanya membawa karakter dari musik tetapi juga pengulangan untuk menentukan ciri musik dapat dilihat dari melodi dalam sebuah komposisi. Dalam sebuah komposisi melodi terdiri dari beberapa kalimat atau frase yang berirama dan membentuk ritme tersendiri.

26

5. Notasi

Bahasa tulisan untuk musik disebut notasi musik. Tulisan ini dilukiskan dengan lambang-lambang. Untuk melambangkan nada antara lain digambarkan dengan lambang yang disebut not balok. Notasi musik yang kita kenal adalah notasi balok dan notasi angka. Notasi balok diletakkan pada para nada disebut balok not. Notasi angka adalah notasi balok yang diterjemahkan ke dalam not angka untuk mempermudah menyanyikan sebuah lagu disebut juga solmisasi. Dengan penempatan not balok pada para nada maka akan tampak penempatan nada tinggi dan nada rendah. Para nada terdiri dari 5 garis horisontal sejajar dan berjarak sama, dan 4 spasi (ruang antara garis). Not-not yang diletakkan pada garis atau spasi belum mempunyai arti ataupun bunyi.

Untuk itu perlu tanda kunci. Tanda kunci dalam musik yang umum digunakan adalah kunci G dan kunci F.

Awal kunci G adalah dari huruf g, fungsinya sebagai pengikat garis kedua. Jadi garis tersebut adalah garis g dan semua not yang terletak pada garis tersebut menjadi bernama not g. Kunci G digunakan untuk suara sopran.

Awal kunci F adalah dari huruf F, fungsinya sebagai pengikat garis keempat.

Jadi garis tersebut adalah garis F dan semua not yang terletak pada garis tersebut menjadi bernama not F. Kunci F digunakan untuk suara rendah laki- laki atau kontra bass.

6. Harmoni

27

Harmoni adalah kesesuaian dan keselarasan bunyi dari setiap instrumen yang tampil sebagai suatu bentuk yang utuh, enak didengar, dan memenuhi syarat suatu karya musik. Hubungan melodi dan harmoni adalah kalau melodi memenuhi aspek musik secara horisontal, maka harmoni adalah aspek vertikalnya. Akor sebagai elemen harmoni adalah sekelompok nada- nada yang dipergunakan secara simultan, sedang sebuah melodi merupakan rangkaian dari nada-nada yang diperdengarkan secara individu.

7. Tempo

Tempo adalah istilah untuk kecepatan seperti lambat, sedang maupun cepat. Ukuran untuk menentukan tempo tersebut adalah beat yaitu ketukan dasar. Ketukan dasar dalam ukuran antara nada yang satu dengan nada yang lainnya. Tempo dapat diungkapkan dengan tanda seperti M .= 60, biasanya tertulis di sebelah kiri atas karya musik, artinya terdapat 60 ketuk dalam setiap menit.

Indikasi tersebut merupakan tanda metronom. Metronom adalah suatu alat elektrik/mekanik yang menyatakan jumlah ketukan dalam setiap menit.

Komposer memberikan tanda tempo selalu menggunakan istilah baku dari

Italia dan istilah-istilah tersebut dipergunakan juga oleh semua bangsa, seperti

Adagio artinya lambat, Moderato artinya sedang (rata-rata), Allegro artinya cepat, dan lain-lain.

28

8. Dinamik

Dinamika didefinisikan sebagai volume bunyi yang kuat, lembut, dan

perubahan yang berangsur-angsur dari kuat ke lemah dan sebaliknya. Dinamik

dan tempo sangat mendukung ekspresi musik. Perubahan-perubahan dalam

komposisi musik kadang-kadang ditulis kadang-kadang tidak. Pemain musik

sendiri yang menentukan perubahannya. Secara tradisional komposer

menggunakan kata-kata dan singkatan dalam bahasa Italia untuk menyatakan

dinamik, seperti Pianissiono (pp) artinya sangat lembut, Piano (p) artinya

lembut, dan lain-lain.

2.7 Musik Perkusi

Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat menghasilkan suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen perkusi biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam suatu permainan musik.

29

2.3.1 Sejarah

Antropolog dan sejarawan umumnya berpendapat instrumen musik perkusi merupakan alat bantu bermain musik pertama yang pernah diciptakan, sementara suara manusia merupakan alat musik pertama yang digunakan manusia. Instrumen perkusi seperti tangan, kaki, tongkat, batu, dan batang kayu sangat mungkin masuk sebagai generasi selanjutnya dalam evolusi musik.

Seiring dengan dibuatnya perkakas yang digunakan untuk berburu, dan bertani, keahlian dan teknologi yang ada membuat manusia mampu untuk membuat instrumen yang lebih kompleks. Sebagai contoh, batangan kayu sederhana dilubangi agar menghasilkan bunyi dalam intonasi yang lebih panjang (sebagai contoh: bedug, gendang), dan beberapa instrumen tersebut selanjutnya dikombinasikan untuk menghasilkan ragam suara yang berbeda.

2.3.2 Klasifikasi

Instrumen perkusi diklasifikasikan ke dalam bermacam-macam kriteria, kadang-kadang bergantung pada konstruksinya, adat istiadat/tradisi, fungsi dalam teori musik dan orkestra, atau kelaziman dengan pengetahuan umum yang ada.

Instrumen perkusi kadang-kadang dikasifikasikan sebagai "instrumen berintonasi" atau "instrumen tak berintonasi". Meskipun benar, klasifikasi demikian secara luas terlihat masih kurang tepat. Klasifikasi yang dianggap lebih informatif dalam menjelaskan suatu instrumen perkusi adalah berdasarkan satu atau beberapa dari empat paradigma berikut:

30

a. Berdasarkan suara yang dihasilkan.

Banyak literatur, termasuk dalam Teaching Percussion oleh Gary Cook dari

Universitas Arizona, mulai meneliti karakteristik fisik dari instrumen dan cara suara dihasilkan. Paradigma ini dianggap sebagai metode yang paling dapat diterima secara keilmuan dan memudahkan untuk membuat model penamaan dibandingkan dengan paradigma lain yang lebih bergantung pada sejarah dan lingkungan sosial yang ada.

Dari hasil observasi dan sejumlah eksperimen, penentuan berdasarkan klasifikasi dari metode suara dihasilkan bisa dimasukkan pada salah satu dari lima kategori berikut:

1. Idiofoni

Idiofoni menghasilkan suara melalui getaran dari seluruh badan instrumen.

Contoh instrumen-instrumen yang termasuk dalam kategori idiofoni; triangle,

vibraphone, wood block, xylophone dan lain-lain.

2. Membranofoni

Kebanyakan instrumen perkusi yang dikenal sebagai "drum" termasuk dalam

kategori membranofoni. Membranofoni menghasilkan suara saat membran

tersebut dipukul. Contoh instumen-instrumen yang termasuk dalam kategori

membranofoni: snare drum, tom-tom, drum bass, timpani dan lain-lain.

3. Kordofoni

Hampir semua jenis instrumen yang termasuk dalam kategori "kordofoni"

didefinisikan sebagai , beberapa contoh instrumen yang

termasuk dalam kategori ini adalah hammered dulcimer, piano, onavillu,

harpsichord dan lain-lain.

31

4. Aerofoni

Hampir semua jenis instrumen yang masuk dalam kategori "aerofoni"

didefinisikan sebagai instrumen musik tiup kayu seperti saksofon, pada instrumen

tersebut suara dihasilkan karena tiupan udara kedalam instrumen. Namun

beberapa jenis instrumen berikut, jika digunakan dalam suatu permainan musik,

dimainkan sebagai bagian dalam ensembel perkusi, seperti whip crack, sirine dan

pistol, ledakkan pistol dikategorikan sebagai bentuk suara yang dihasilkannya.

5. Elektrofoni

Elektrofoni termasuk pula sebagai instrumen perkusi. Dalam konteks yang

lebih sempit, setiap instrumen yang masuk dalam kategori elektrofoni

membutuhkan spiker (benda yang termasuk dalam kategori "idiofoni" yang

menekan udara sehingga menciptakan gelombang suara). Beberapa contoh

instrumen yang termasuk dalam kategori ini adalah komputer dan instrumen

MIDI (contoh: drum machine atau zenddrum) dan theremin.

b. Berdasarkan fungsi pada permainan musik atau orkestra

Pengklasifikasian berdasarkan fungsi dibedakan pada: instrumen perkusi bernada, dan instrumen perkusi tak bernada. Sebagai contoh, beberapa instrumen perkusi (seperti Marimba dan timpani) menghasilkan suara pada intonasi yang kuat sehingga dapat memainkan melodi dan berfungsi menciptakan harmoni dalam permainan musik. Instrumen lain seperti simbal dan snare drum menghasilkan suara tak bernada.

32

1. Instrumen musik perkusi bernada

Instrumen perkusi dalam kelompok ini kadang-kadang disebut sebagai

"tuned", "pitched" atau sederhananya "pit". Contoh instrumen perkusi bernada:

chimes, crotales, glass harp, glass harmonica dan lain-lain.

2. Instrumen musik perkusi tak bernada

Instrumen yang termasuk dalam kategori ini kadang-kadang disebutkan

sebagai "non-pitched", "unpitched", atau "untuned". Fenomena atas ini muncul

disebabkan suara yang dihasilkan oleh instrumen memiliki frekuensi yang

kompleks sehingga tidak dapat ditentukan sebagai sebuah nada. Contoh instrumen

perkusi tak bernada: anvil, drum bass, castanets, simbal, gong dan lain-lain.

c. Berdasarkan kelaziman menurut pengetahuan umum

Meskipun sulit untuk mendefinisikan arti dari "pengetahuan umum", terdapat beberapa instrumen yang digunakan oleh perkusionis dan komposer dalam permainan musik yang tidak dapat layak dimasukkan sebagai sebuah instrumen musik .

Karenanya, untuk membedakan instrumen satu dengan lainnya adalah berdasarkan penerimaan dan pertimbangan dari pendengar secara umum. Contoh, banyak kalangan menganggap anvil, brake drum, atau kaleng drum yang digunakan untuk menampung minyak sebagai instrumen musik, meski benda-benda tersebut cukup sering digunakan oleh komposer dan perkusionis dalam musik modern yang ada saat ini. Beberapa jenis instrumen musik perkusi yang termasuk dalam kategori ini adalah:

Populer

33

 Drum kit

 Gong

 Tamborin

Kurang populer

 Sapu

 Pot bunga

 Botol galon

 Kaleng minuman

d. Berdasarkan Adat istiadat/tradisi

Diskusi atas instrumen perkusi terkait dengan budaya asal atas instrumen tersebut merupakan hal yang tidak umum dilakukan karena cenderung akan membuat pemisahan divisi atara instrumen yang masuk dalam kategori "umum" atau "modern", dengan instrumen tradisional yang memiliki kegunaan atau nilai sejarah yang kuat pada tradisi masyarakat ataupun suku bangsa tertentu. Instrumen perkusi tradisional.

Beberapa jenis instrumen perkusi yang termasuk dalam kategori ini adalah:

 Berimbau

 bodhrán

 Bombo legüero

 Cajon

 Djembe

34

 Gamelan

 Kolintang

 Kpanlogo

 Lagerphone

 Latin percussion

 Marimbula

 Pogo cello

 Steelpan

 Urumee

 Udukai

 Taiko

 Timbal

 Tonbak

Drum umum

Kategori berikut mencakup instrumen-instrumen yang populer dan luas digunakan di dunia:

 Drum kit, typically consisting of:

o Drum bass

o Snare drum

o Floor tom

35

o Tom-tom drums

o Hi-Hat cymbals

o Crash cymbal

 Instrumen musik perkusi marching band

 Instrumen musik perkusi orkestra

2.3.3 Fungsi

Instrumen musik perkusi tidak hanya dimainkan sebagai pengiring/ritmis, melainkan pula sebagai melodi dan memainkan harmoni. Perkusi umum dianggap sebagai "tulang punggung", atau "jantung" dari sebuah pertunjukan musik, dalam permainan seringkali dikolaborasikan bersama instrumen bass. Pada musik jazz dan musik populer, bassis dan drummer seringkali dikelompokkan sebagai seksi ritmis.

Kebanyakan musik-musik klasik yang ditulis untuk penampilan sebuah orkestra penuh sejak zaman Hadyn dan Mozart menggunakan alat-alat musik string, tiup kayu, dan tiup logam. Namun demikian, seringkali setidaknya sepasang timpani diikutsertakan di dalamnya, meski tidak digunakan secara aktif dalam keseluruhan pertunjukkan (hanya mengisi bagian-bagian tertentu).

Pada abad ke delapan belas dan sembilan belas, jenis instrumen musik perkusi yang digunakan mulai beragam seperti triangle dan simbal, meski masih berfungsi seperti halnya timpani, untuk memberi penekanan pada bagian tertentu dalam musik.

Barulah pada abad ke dua puluh instrumen musik perkusi mulai sering digunakan dalam pertunjukkan musik-musik klasik.

36

Dalam setiap jenis musik, perkusi memainkan peranan yang penting. Dalam pertunjukkan marching band, perkusi digunakan sebagai penjaga tempo, dan beat yang memungkinkan para pemain berjalan secara serempak dan dalam irama dan kecepatan yang sama. Dalam musik jazz klasik, pendengar dapat dengan segera membedakan jenis ritme dari hi-hat atau bunyi simbal saat kata "swing" diucapkan.

Dalam kultural musik yang lebih populer, hampir tidak mungkin untuk menamakan tiga atau jenis irama pada musik rock, hip-hop, rap, funk atau bahkan soul karena pola permainan perkusi tidak memiliki irama dengan beat yang sama.

Disebabkan ragam jenis instrumen perkusi yang luas, tidak jarang ditemukan ensembel musik besar dengan keseluruhan instrumen yang dimainkannya adalah instrumen perkusi. Ritmis, melodi, dan harmoni semua muncul dan hidup dalam penampilan tersebut, dan seringkali merupakan pertunjukan yang menarik.

2.8 Musik Ansambel

Ansambel musik berasal dari kata ensamble berasal dari bahasa Perancis yang berarti bersama-sama. Dengan dasar arti tersebut, musik ansambel dapat dimaknai sebagai sebuah sajian musik yang dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan satu jenis atau berbagai jenis alat musik. Menurut Bastomi (1992: 47), yang dimaksud dengan ansambel musik adalah bermain musik yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok dengan menggunakan alat-alat musik sederhana.

Jadi yang dimaksud dari ansambel musik adalah bermain musik secara bersama-sama lebih dari satu orang (kelompok) dengan menggunakan satu alat musik yang sejenis

37 maupun campuran. Menurut Sugiyanto, dalam ansambel musik dibedakan berdasarkan jumlah pemain dan bentuk penyajian musik, yaitu

a. Berdasarkan jumlah pemain ansambel dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Ansambel kecil

2. Ansambel sedang

3. Ansambel besar

b. Berdasarkan bentuk penyajian musik ansambel dibedakan menjadi dua

macam, yaitu:

1. Ansambel sejenis, yaitu ansambel musik yang penyajiannya menggunakan

alat musik sejenis .

2. Ansambel campuran, yaitu ansambel musik yang menggunakan beberapa

macam alat musik dalam penyajiannya.

Ansambel musik biasanya terdiri dari beberapa jenis alat musik yang

dimainkan, diantaranya adalah:

a. Alat musik melodis, yaitu alat musik yang berfungsi untuk membawakan

melodi lagu.

b. Alat musik ritmis, yaitu alat musik yang berfungsi sebagai pengendali irama.

c. Alat musik harmonis, yaitu alat musik yang berfungsi untuk mengiringi lagu

dengan akord-akord tertentu.

2.9 Musik Gesek

Alat musik berdasarkan cara memainkan, yaitu: alat musik tiup, seperti terompet dan suling; alat musik pukul, seperti kolintang, drum; alat musik petik,

38 seperti gitar; dan alat musik gesek, seperti biola dan cello.

Biola Eropa modern dipengaruhi oleh berbagai alat musik, terutama dari

Timur Tengah dan Bizantium. Tiga jenis alat musik mula-mula yang biasanya disebut sebagai cikal-bakal biola adalah rebec (yang diturunkan dari harpa tangan Bizantium dan ), vielle (biola abad Renaisans), dan lira da braccio (yang juga diturunkan dari harpa tangan Bizantium). Salah satu deskripsi terawal tentang biola, termasuk cara penyetelannya, ada di dalam Epitome musical karya Jambe de Fer, yang diterbitkan di Lyon pada 1556. Perlahan-lahan biola mulai menyebar ke seluruh

Eropa

Sebuah biola dibagi menjadi beberapa bagian; badan biola, leher biola, jembatan biola, papan jari, senar, dan beberapa macam perangkat pembantu.

Perangkat pembantu tersebut antara lain pasak penyetel untuk setiap senar, ekor biola untuk menahan senar, pin dan tali untuk menahan ekor biola, beberapa penyetel tambahan pada ekor biola bila diperlukan, dan sebuah penyangga dagu. (Penyangga dagu tersebut dapat tergabung dengan ekor biola ataupun dipasang di sebelah kirinya.)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh dalam suatu penelitian, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, melalui paradigma kajian kualitatif, yaitu prosedur yang menghasilkan data-data tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang diamati. Moelong (2000: 6) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu individu, keadaan, atau gejala dari kelompok tertentu yang diamati.

Penelitian ini bermaksud menggambarkan bentuk dan struktur musik pada tari

Tirik Pandahan Kalimantan Selatan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang musik pada tari Tirik Pandahan berdasarkan bentuk penyajian dan strukturnya. Dengan metode deskriftif kualitatif peneliti dapat memecahkan semua permasalahan yang sudah dirumuskan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data, teknik pengumpulan data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Studi Pustaka

40

Studi pustaka adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data

dan informasi dari sumber yang tertulis, seperti buku, artikel, penelitian,

makalah dan lain-lain yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Data primer

yang dipakai untuk penelitian ini adalah audio tari Tirik Lalan yang

merupakan tari pengembangan dari Tirik Pandahan. Selain itu, sumber tertulis

yang menjadi referensi penelitian adalah buku Ensiklopedi Musik dan Tari

Daerah Kalimantan Selatan yang diterbitkan oleh Departemen P dan K

propinsi Kalimantan Selatan. Studi pustaka juga bertujuan untuk mengetahui

keaslian sebuah karya ilmiah. Keaslian penelitian ini dapat diketahui dari

pemaparan beberapa penelitian. Dengan studi pustaka peneliti dapat

memperoleh referensi-referensi yang mendalam tentang objek penelitian. b. Wawancara

Wawancara adalah teknik mengumpulkan data, yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-

cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan

keterangan pada peneliti. Wawancara dapat terarah dan tak terarah. Dalam hal

ini peneliti melakukan wawancara terarah dengan informan yang dianggap

mengetahui seluk beluk kesenian ini melalui pertanyaan yang sudah disiapkan

sebelumnya dalam pedoman wawancara (terlampir). Melalui wawancara ini

peneliti dapat memperoleh informasi dan data yang berkaitan dengan

penelitian. Informan yang memberikan keterangan secara langsung dalam

penelitian ini, antara lain:

41

1. Drs. Heriyadi (52)

Beliau bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Birokesra. Beliau juga

merupakan seniman tari Kalimantan Selatan yang sudah

berpengalaman menata tari pada festival lokal Banjarmasin maupun

nasional. Selain itu, beliau juga aktif sebagai pelatih tari di sanggar

perpekindo Banjarmasin.

2. Hendra Cipta (37)

Merupakan Sarjana Pendidikan jurusan Tari yang sudah lama

berkecimpung dalam kesenian tradisi khususnya musik dan tari.

Beliau juga merupakan seorang guru musik di sekolah menengah atas.

Beliau aktif bergabung dalam sanggar seni saraba sanggam

Banjarmasin. c. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan

melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi

dilakukan sebagai studi untuk mengenal, mengamati, dan mengidentifikasi

masalah yang akan diteliti. d. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah sebuah teknik penelitian didalam

mendapatkan informasi atau data mengenai objek yang diteliti dengan

mendokumentasikan objek penelitian tersebut (Arikunto, 1991: 129). Teknik

42

dokumentasi dilakukan untuk pengkajian dokumen-dokumen penting dalam

bentuk audio visual maupun dokumen tertulis. Selain itu, untuk melengkapi

semua data hasil pengamatan didokumentasikan melalui perekaman dan

dokumentasi tertulis, adapun alat yang digunakan untuk perekaman adalah

catatan lapangan dan kamera (photo dan video).

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton, dalam Moleong (2000: 103) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif.

Pengolahan data adalah kegiatan untuk menyeleksi serta mengklasifikasikan data yang terkumpul berdasarkan kebutuhan kemudian dianalisis secara sistematis untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang diteliti.

Data yang terkumpul dari hasil studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian diolah, dianalisis, dan uraikan berdasarkan metode yang digunakan. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data, yaitu setelah data terkumpul kemudian data dibaca, dipelajari, ditranskrip, dan ditelaah selanjutnya peneliti mengadakan reduksi data untuk memilah data yang diperlukan atau tidak diperlukan, serta dapat diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ada dalam lapangan. Kemudian dilanjutkan pada proses verifikasi untuk mengecek validitas atau keabsahan data.

43

Proses yang ketiga dilanjutkan dengan analisis data dan proses yang terakhir yaitu penarikan simpulan.

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan Kota Madya Banjarmasin Kalimantan Selatan karena Taman Budaya Kalimantan Selatan yang terletak di kodya Banjarmasin merupakan instansi yang menginventaris dokumen-dokumen kesenian daerah.

3.6 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dapat dirinci berdasarkan tahapan penelitian, yaitu sebagai berikut:

a) Pada Agustus 2013 merupakan tahap pra penelitian, meliputi; survai,

penentuan judul dan lokasi penelitian, dan penyusunan proposal.

b) Pada September dan Oktober 2013 merupakan tahap Pelaksanaan penelitian,

meliputi; pengumpulan data, observasi, wawancara, pengumpulan literatur,

dan lain-lain.

c) Pada November 2013 merupakan Penyusunan laporan, meliputi; tahap

analisis data, pengolahan data, dan penyajian data.

44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Tirik

Tirik merupakan jenis lagu yang berasal dari kampung Tirik daerah

Kabupaten Tapin, propinsi Kalimantan Selatan. Karena itulah lagu tersebut dinamai lagu Tirik. Selain digunakan dalam acara banyanyanyian (berlagu-lagu) bersama lagu

Dua marindu, Paris tangkawang, dan Lalan, lagu ini digunakan pula sebagai pengiring tari yang juga bernama tari Tirik.

Lagu ini adalah nyanyian solo yang diiringi alat tabuhan yang terdiri dari biola, gong, dan gendang (babun). Dinyanyikan oleh seorang penyanyi wanita yang disebut panyanyian. Mengenai susunan performannya sama dengan penyanyi dalam lagu Dua Marindu, Paris Tangkawang, dan Lalan, yang duduknya bergabung dengan penabuh. Duduknya kadang-kadang berjejer bersama penabuh lainnya, dan kadang- kadang pula duduk di barisan muka bersama pemain biola.

Bila digunakan sebagai pengiring tari, lagu ini dinyanyikan dua atau tiga pantun, yaitu selama tari itu dipergelarkan. Jika digunakan dalam acara banyanyanyian maka dinyanyikan dengan berbagai pantun muda-mudi yang lamanya kurang lebih 10 hingga 15 menit.

Tangga nada yang digunakan adalah tangga nada diatonik, sedangkan alat pengiringnya merupakan gabungan antara diatonik dan pentatonik. Alat yang

45 termasuk diatonik ialah biola dan yang termasuk pentatonik ialah gong. Gong yang dipakai disini ialah gong kecil yang bergaris tengah kurang lebih 35 cm dan bunyinya setala dengan laras enam pada gamelan selendro. Sedangkan gendang yang dinamai babun termasuk kategori membranophone dapat berfungsi sebagai pengiring tangga nada diatonik dan pentatonik. Notasinya sudah tertentu dan syairnya menggunakan pantun daerah Banjar yang sesuai dengan situasi dan keadaan pada saat itu.

Fungsi musik vokal ini, selain untuk hiburan juga sebagai pengiring tari Tirik.

Sifat penyanyi hanyalah sebagai penyanyi biasa saja , baik dalam acara banyanyian maupun iringan tari. Lagu Tirik tidak hanya populer di daerah Pandahan tetapi juga berkembang ke seluruh daerah Kalimantan Selatan. Lagu ini sebenarnya ada dua versi, yaitu versi pandahan yang lebih populer dengan sebutan Tirik Pandahan/Tirik

Sisip dan versi yang lain adalah versi Banjar yang disebut dengan lagu Tirik Kuala.

Lagu Tirik Pandahan atau sisip dipakai sebagai iringan tari Tirik Pandahan, sedangkan lagu Tirik Kuala dipergunakan sebagai pengiring tari Tirik Kuala.

Pertunjukan lagu Tirik sebagai hiburan atau pengiring tari ini biasanya ditampilkan di area yang cukup luas baik area tertutup maupun terbuka, seperti lapangan atau halaman yang luas. Karena syair lagu Tirik ini diambil dari pantun- pantun daerah Banjar, maka bahasa yang dipakai dalam lagu ini adalah bahasa Banjar dengan dialek Hulu untuk lagu Tirik Pandahan dan bahasa Banjar dialek Kuala untuk lagu Tirik Banjar/Tirik Kuala.

46

4.2 Instrumentasi Musik Tirik

Musik pengiring tari Tirik Pandahan terdiri dari vokal dan instrumental yang terdiri dari agung (gong), babun, dan biola.

4.2.1 Agung

Dalam bahasa Indonesia alat ini biasa disebut dengan gong. Menurut organologinya alat ini termasuk kategori idiophone. Prinsip penyuaraannya adalah getaran udara yang ditimbulkan oleh getaran dari benda padu yang lentur. Dilihat dari dada bidangnya, bentuk agung adalah lingkaran. Bagian-bagian dari agung tersebut yaitu:

a. Dada agung yang kelihatannya seperti lingkaran

b. Dada tengah yang terdapat di antara dada sisi dengan susu agung.

c. Susu agung yang terdapat di bagian tengah yang agak menonjol

d. Tapih agung yang terdapat di bagian sisi yang merupakan bingkai.

Bagian-bagian Agung

4

1 3

2

47

Keterangan gambar:

1. Susu agung

2. Dada tengah agung

3. Dada atau bagian muka agung

4. Tapih agung

Di daerah Kalimantan Selatan, terdapat tiga macam agung, yaitu:

1. Agung kecil yang sering disebut dengan Kakampul. Agung yang semacam ini sering digunakan orang dalam permainan silat, kuda gipang yang memakai kurung-kurung (angkelong). Ukuran agung kecil, yaitu garis tengah dada mukanya

34 cm, dada tengahnya berdiameter 20 cm, garis tengah susunya 8½ cm, dalam susunya 4 cm, garis tengah bagian belakang 28 cm, dan lebar tapihnya 12 cm.

2. Agung biasa yang bentuknya lebih besar dari Kakampul. Jenis agung ini

digunakan sebagai pengiring dalam kesenian Kuda Gipang yang memakai gamelan, kesenian Mamanda, kesenian Japen, dan banyanyian (berlagu-lagu).

Ukuran agung biasa yaitu garis tengah dada mukanya 55 cm dada tengahnya berdiameter 34 cm, garis tengah susunya 13 cm, dalam susunya 5 cm, garis tengah bagian belakang 45 cm, dan lebar tapihnya 13½ cm.

3. Agung Basar (besar) yang digunakan orang dalam kesenian Wayang

kulit, Wayang gung (wayang orang), serta jenis tarian Baksa. Ukuran

agung besar, yaitu garis tengah dada mukanya 75 cm, dada tengahnya

48

berdiameter 52 cm, garis tengah susunya 17 cm, dalam susunya 4½ cm,

garis tengah bagian belakang 66 cm, dan lebar tapihnya 18 cm.

Agung ini ada yang terbuat dari gangsa bercampur kuningan, dan ada pula yang terbuat dari besi biasa. Menurut keterangan bahwa agung yang ada sekarang ini kebanyakan warisan dari nenek moyang mereka ratusan tahun yang lewat. Hal itu mereka ketahui dari penuturan nenek dan orang tua mereka secara turun- temurun. Untuk memainkan alat musik yang bernama agung ini, biasanya duduk dengan tertib. Apabila laki-laki, biasanya duduk bersila dan bagi perempuan biasanya duduk bersimpuh menghadapi agung yang tergantung di hadapannya. Apabila tangan kanan memegang pemukulnya sambil menunggu irama, maka tangan kiri memegang susu agung yang akan dipukul, begitup sebaliknya. Jadi setelah agung dipukul maka tangan satunya segera memegang susu agung tersebut. Cara tersebut bertujuan untuk menghilangkan dengung agung yang berkepanjangan.

Dalam penelitian ini gong ditulis menggunakan notasi balok dengan single line (satu garis), karena gong merupakan alat bernada pentatonik dan tidak mengacu pada tangga nada. Berikut contoh penulisan gong :

4.2.2 Babun

Dalam bahasa Indonesia alat ini disebut dengan gendang. Menurut organologi, babun termasuk kategori membranophone. Produksi suara alat ini dihasilkan oleh getaran membran yang ada di kedua tampuk babun tersebut. Getaran

49 ini diteruskan oleh udara yang ada di dalamnya dan keluar melalui lubang kecil yang ada pada rongga babun itu. Bagian pertama dari babun adalah adalah rongga yang mana dalam istilah daerah disebut karungkung. Karungkung babun ini dibuat dari kayu taras jingah, belangiran dan sering pula dari batang kelapa.

Bentuk rongganya bulat panjang yang terdiri dari dua tampuk. Tampuk yang kecil biasanya ditutupi dengan kulit kambing yang sering disebut tampuk pang atau sering pula disebut rumpiang. Sedangkan tampuk yang besar biasanya ditutupi dengan kulit sapi yang disebut tampuk bam dan dengan istilah lain disebut pambaduk. Di rongga babun itu diberi dua lubang kecil yang sejajar disebut luang angin. Gunanya untuk jalan keluarnya udara yang bergetar akibat getaran membran, hingga suaranya kedengaran baik. Jika kedua lubang itu tertutup, suara babun itu kedengaran lembab. Di tiap tampuk rongga babun itu diberi dua buah bingkai. Yang pertama adalah untuk menggulung sisi kulit yang menutupinya, sedang bingkai yang satunya lagi untuk merenggangkan kulit penutup yang ada di kedua tampuk tersebut.

Bingkai yang paling luar di kedua tampuk itu dililit dengan rotan yang telah diraut dan ditipiskan sedemikian rupa. Kedua bingkai tersebut adalah untuk meletakkan tali peregang yang disebut tali rajut. Tali peregang itu dibuat dari rotan yang dibelah dua atau tiga yang kemudian diratakan/diraut. Di bagian bam (pambaduk) tali rajut tersebut didempetkan sedimikian rupa dengan rotan yang dianyam atau dengan kulit yang dipotong kurang lebih 3 x 9 cm yang kemudian digulungkan ke tali rajut yang telah didempetkan tadi, sehingga dapat berfungsi sebagai alat peregang dari kedua membrannya. Alat peregang itu dalam istilah daerah disebut panggancang babun.

50

Pang (rumpiang) Bam (pambaduk)

7 4 6

5

3 2

1 8

Keterangan gambar:

1. Rangka yang disebut Karungkung Babun

2. Pang (rumpiang) ditutup dengan kulit kambing

3. Bam (pambaduk) ditutup dengan kulit sapi

4. Bingkai penggulung kulit

5. Bingkai tempat memasukkan tali peregang

6. Tali peregang atau tali rajut, terbuat dari rotan

51

7. Alat peregang yang terbuat dari kulit sapi dan kambing

8. Lubang udara yang disebut Luang angin

Bentuk babun di Kalimantan Selatan ada tiga macam, yaitu:

5. Babun Kantingan; panjangnya 59 cm dan diameter tampuk pang

(rumpiang) 18 cm, diameter tampuk bam (pambaduk) 21 cm. Keliling

bagian besarnya adalah 80 cm.

6. Babun Biasa; panjangnya 66 cm dan diameter tampuk pang (rumpiang) 32 cm, diameter tampuk bam (pambaduk) 35 cm. Keliling bagian besarnya adalah

130 cm.

7. Babun Basar (besar) yang sering juga disebut dengan istilah Babun

Ganal; panjangnya 78 cm dan diameter tampuk pang (rumpiang) 27

cm, diameter tampuk bam (pambaduk) 32 cm. Keliling bagian besarnya

adalah 131 cm.

Untuk mendapatkan bunyi yang baik, maka kulit penutup kedua tampuk itu direnggangkan. Jika tampuk pang (rumpiang) yang akan direnggangkan, maka kita harus memukul bingkai yang ada di tampuk tersebut sambil menggeser alat perenggang yang terletak di dekat tampuk bam di sekeliling rongga babun tersebut.

Begitu pula sebaliknya, jika akan merenggangkan tampuk bam (pambaduk), maka bingkai yang ada di tampuk bam (pambaduk) itu dipukul arah ke tengah sambil menggeserkan alat perenggangnya.

52

Babun dapat menghasilkan bunyi dung, deng, duk, blang, pang, pak, ding, dut, dering. Untuk menimbulkan bunyi tersebut dilakukan dengan teknik sebagai berikut.

a. Bunyi dung, seluruh tapak tangan selalu dipukulkan pada bam (pambaduk)

dan setelah dipukulkan segera dilepas.

b. Bunyi deng, empat buah ujung jari dipukulkan pada bam (pambaduk) dan

empat buah jari tangan satunya ditekankan pada pang (rumpiang)

c. Bunyi duk, seluruh tapak tangan harus dipukulkan dan selalu ditekan rapat

dan kuat pada bam (pambaduk) kemudian di sebelah pang (rumpiang) juga

ditekan kuat dengan tapak tangan yang berada di sebelah pang (rumpiang)

tersebut.

d. Bunyi blang, seluruh tapak tangan dipukulkan kuat kemudian segera dilepas

pada sebelah bam (pambaduk) dan di sebelah rumpiang juga dipukul dengan

telapak tangan, tetapi sedikit dilambatkan dari pukulan bam (pambaduk) tadi,

yang juga kemudian segera dilepaskan dari kulitnya.

e. Bunyi pang, tapak tangan seluruhnya dipukulkan pada kulit rumpiang dengan

kuat dan segera dilepaskan, tetapi pada bam selalu ditekan dengan tapak

tangan sebelahnya.

f. Bunyi pak, tapak tangan dipukulkan pada kulit pang (rumpiang) dengan kuat

dan didiamkan, sedangkan di bam (pambaduk) seluruh tapak tangan di tekan

dengan rapat dan jangan dilepaskan.

53

g. Bunyi ding, empat buah ujung jari selalu dipukulkan di bagian sisi pang

(rumpiang) sebelah tempat kita duduk, dan di sebelah bam (pambaduk) harus

ditekan rapat dengan tapak tangan lainnya dan jangan dilepaskan.

h. Bunyi duut, ujung jari tengah yang disatukan rapat dengan ibu jari dan selalu

digeserkan pada kulit pang (rumpiang) persis di tengah-tengah, dan sebelah

digeserkan sedikit didahului dengan getaran bam (pambaduk) oleh empat

ujung jari yang kemudian terus dilekatka saja pada bam (pambaduk) tersebut.

i. Bunyi deriing, empat buah ujung jari tangan sebelah bam (pambaduk) dan

sebelah pang (rumpiang) selalu dipukulkan di bagian sisi pang (rumpiang).

Di tengah kulit bagian sebelah bam (pambaduk) dengan silih berganti dipukul

dengan cepat.

Alat musik babun ini biasanya ditabuh oleh pria dengan duduk bersila. Penabuh babun ini dapat menempatkan babunnya sesuai dengan keahlian dan kebiasaan tangannya. Jika dia sering bekerja dengan tangan kanan, maka bagian pang

(rumpiang) ditempatkan di sebelah kanan dan tampuk bam (pambaduk) di tempatkan di sebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Satu hal yang harus diperhatikan ketika menabuh babun, yaitu lubang udara yang di sebut luang angin jangan sampai tertutup atau tersumbat.

Dalam penelitian ini babun ditulis menggunakan notasi balok dengan lima garis nada tanpa tanda kunci (karena babun tidak bernada maka tidak memerlukan tanda kunci), ke lima garis tersebut untuk membedakan warna bunyi babun. Dalam penulisan notasi, babun hanya menggunakan pola dasar yaitu bunyi dung, pang,

54 pak.Namun pada permainannya penabuh dapat mengembangkan pada bunyi yang lain. Berikut contoh penulisan babun :

Keterangan : not yang terletak pada garis ke dua dari bawah adalah bunyi dung, not yang terletak pada sepasi ke empat adalah bunyi pang, dan not tanda silang yang terletak pada sepasi ke tiga adalah bunyi pak.

4.2.3 Biola

Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek.

Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Di antara keluarga biola, yaitu dengan viola dan cello, biola memiliki nada yang tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G. Sebuah nama yang lazim dipakai untuk biola ialah fiddle, dan biola seringkali disebut fiddle jika digunakan untuk memainkan lagu-lagu tradisional. Di dalam bahasa Indonesia, orang yang memainkan biola disebut pemain biola (pebiola), atau violinis Orang yang membuat atau membetulkan alat musik berdawai disebut luthier.

Alat musik dawai yang mula-mula biasanya dimainkan dengan cara dipetik

(misalnya harpa tangan Yunani). Alat musik gesek diperkirakan berasal dari budaya

55 penunggang kuda di kawasan Asia tengah, contohnya alat musik bangsa Mongolia

Morin huur. Alat musik gesek berdawai dua bangsa Turki dan Mongolia dawainya dari surai kuda, dimainkan dengan busur surai kuda, dan memiliki ukiran kepala kuda di bagian kepalanya. Biola, viola, dan cello yang busurnya masih dibuat dari surai kuda, adalah peninggalan bangsa nomaden tersebut.

Dipercayai bahwa alat musik mula-mula tersebut dibawa ke Asia Timur,

India, Bizantium dan Timur Tengah; di tempat-tempat tersebut mereka menyesuaikan dengan lingkungannya dan berkembang menjadi alat musik erhu, esra, harpa tangan

Bizantium, dan rebab. Biola dalam bentuk modern bermula dari Italia Utara pada awal abad ke-16, terutama di kota pelabuhan Venice dan Genoa yang berhubungan langsung ke Asia Tengah lewat jalur sutera.

Bagian-bagian biola

Dalam penelitian ini biola di tulis menggunakan tagga nada minor diatonis yaitu E minor yang tentu vokal juga mengacu pada wilayah tangga nada tersebut.

Namun dalam penerapannya pemain dapat menggunakan tangga nada yang lain

56 dengan ketentuan kategori tangga nada minor diatonis. Berikut contoh notasi tangga nada yang digunakan biola dalam perannya sebagai pembawa melodi pada lagu tirik :

Keterangan : biola menggunakan nada nada pada oktaf ke dua.

4.2.4 Vokal

Dalam penelitian ini vokal di tulis menggunakan tagga nada minor diatonis yaitu

E minor yang mengacu pada biola. Berikut contoh notasi tangga nada yang

digunakan vokal dalam perannya sebagai pembawa lagu tirik :

Keterangan : vokal menggunakan nada-nada pada oktaf ke dua.

57

4.3 Analisis Struktur Musik Tirik

Musik diawali dengan melodi yang dimainkan oleh biola dan diiringi dengan babun dan gong. Pada bagian ini dalam musik biasa disebut dengan istilah intro.

Berikut notasi musiknya :

58

59

Intro birama ketujuh pada pengulangan ketiga masuk gerakan I, yaitu gerakan dasar menuju perumahan masing-masing (berhadapan) :

60

Vocal masuk sebagai tanda gerak tari : Gerakan II, sig-sag ke samping, di mulai arah kanan dengan kaki kanan (ka) kemudian kekiri dengan kaki kiri (ki). Gerak dasar sig- sag: Kaki kanan (ka) jingkit, berat badan di kaki kiri (ki), tangan kiri (ti) bengkok di samping badan ke bawah dengan tapak menghadap ke bawah, tangan kanan (ta) bengkok di samping kanan (si) badan, tapak hadap ke atas dengan ujung jari ke muka

(Putera dan puteri gerakannya sama) :

61

62

Musik sebagai penghubung untuk bagian tari berikutnya.

Vocal masuk untuk bagian tari berikutnya, yaitu: tukar tempat dengan gerak dasar.

63

Musik sebagai penghubung ke pola gerakan berikutnya

64

Vocal masuk sebagai penanda pola gerakan III, yaitu gerak bunga;

Puteri: Gerak kaki lenggang biasa, tangan kiri (ti) di pinggang (punggung tangan), lengan kanan bengkok di sebelah kanan badan, tangan kanan (ta) diputar-putarkan.

Kepala, badan, dan pandangan mengikuti arah putaran tangan kanan (ta), dimulai kaku kanan.

Putera: Gerak seperti kuda berlari dengan kaki kanan (ka) tetap di depan, tangan kiri

(ti) di pinggang dan tangan kanan (ta) sama dengan gerakan puteri, hanya putaran tapaknya sekali-kali ke atas dan ke bawah.

65

Musik sebagai penghubung ke pola gerakan tari berikutnya.

66

Vokal masuk sebagai penada gerakan; tukar tempat dengan gerak bunga, baliknya putar ke kiri kemudian kembali ke tempat semula.

67

Musik sebagai penutup tarian.

68

4.4 Analisis Bentuk Musik Tirik

Secara bentuk lagu tirik terdiri dari delapan birama yang diulang-ulang dengan sukat 4/4. Dalam analisis, bentuk musik tersebut terdiri dari satu bagian.

Musik ini dimainkan dengan tempo cepat (MM=90). Tangga nada yang digunakan dalam musik tersebut adalah tangga nada minor diatonis. Wilayah melodi menggunakan tangga nada dua oktaf. Ritme banyak menggunakan not 1/8 dan not

1/16.

Dalam analisis bentuk, instrumen pada musik tirik mempunyai kedudukan masing-masing. Pertama, vokal sebagai pembawa lagu. Teknik vokal dalam menyanyikan lagu tirik tidak seperti teknik menyanyi pada umumnya melainkan menggunakan cengkok-cengkok khas Banjar. Syair lagu Tirik ini diambil dari pantun-pantun daerah Banjar. Apabila dalam iringan tari bisa dibawakan sampai empat pantun. Karena Tirik berasal dari daerah kabupaten Tapin yang merupakan wilayah Banjar Hulu, maka bahasa yang dipakai dalam lagu ini adalah bahasa Banjar dengan dialek Hulu. berikut merupakan pantun atau sampalan yang dinyanyikan pada tari Tirik Pandahan.

Jurang mana dingai jurang papari, Papari juranglah marakit wayah ini kadangan mayang, Jurang marakit dingai kadangan mayang. (Jurang mana dik jurang kira-kira, Kira juranglah merakit sekarang ini dengan mayang, Jurang merakit dik dengan mayang) Urang mana dingai datang ka mari,

69

Mari hatiku lah sakit wayah ini tabalik sanang, Hatiku sakit dingai tabalik sanang. (Orang mana dik datang ka mari, Mari hatiku lah sakit sekarang ini terbalik senang, Hatiku sakit dik terbalik senang)

Asah pisau dingai kilir ka batu, batu sajarilah jangan aduh ading dibari luka, sajari jangan aduh ading dibari luka. (Asah pisau dik kilir ke batu, Batu sejari jangan aduh dik diberi luka, Sejari jangan aduh dik di beri luka)

Mun tapisah dingai lawan badanku, Dan ku sahari lah jangan minta di bari lupa, Sahari jangan minta dibari lupa. (Jik terpisah dik dengan badanku, Dan aku sehari lah jangan minta jangan diberi lupa, Sehari jangan aduh dik diberi lupa)

Kedua, Biola sebagai pembawa melodi. Ketiga, Agung atau Gong sebagai pembawa ritme, gong yang dipakai adalah agung kecil atau bisa juga agung biasa. Agung dibunyikan pada ketukan pertama dalam birama. Keempat, Babun atau gendang sebagai pembawa ritme. Berdasarkan analisis pada data, pola pukulan babun meliputi bunyi pang, pak, dan dung. Tetapi pola ini dapat dikembangkan menjadi lebih bervariasi sesuai dengan keinginan dari penabuh.

70

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian diketahui bentuk dan stuktur musik tari Tirik Pandahan, yaitu sebagai berikut.

1) Musik Tirik merupakan jenis lagu yang terdiri dari vokal sebagai pembawa

lagu, yang berisikan pantun-pantun berbahasa Banjar, biola sebagai pembawa

melodi, babun dan agung sebagai pembawa ritme.

2) Selain dipertunjukkan pada acara banyanyanyian (berlagu-lagu,) Tirik juga

berfungsi sebagai Musik tari Tirik yang juga dikenal dengan tari Tirik

Pandahan/Tari Sisip. Tari Tirik Pandahan sekarang ini sudah tidak pernah

dipertunjukkan lagi, Tetapi bentuk asli tari ini dikembangkan menjadi sebuah

tari dengan komposisi baru oleh penata tari Amir Hasan Bondan yang dikenal

dengan Tirik Lalan, yaitu penggabungan antara Tirik dan Lalan. Dan musik

iringan nya tetap memakai musik Tirik.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, peneliti melihat bahwa musik tari mempunyai peran penting dalam mendukung penekanan gerak dan suasana dalam sebuah tarian. Musik

Tirik mempunyai latar belakang nilai sosio-kultural yang kental yang sudah

71 seharusnya diketahui dan diapresiasi oleh masyarakat. Dengan alasan ini, peneliti sangat menyarankan agar penelitian terhadap musik tari lebih ditingkatkan, selain itu usaha pelestarian terhadap musik tari juga dapat dilakukan melalui pemberian ruang agar dapat berkembang, seperti, pendokumentasian musik tari secara audio maupun tulisan (penotasian) dan pertunjukan supaya keberadaan seni tradisi tetap terjaga di tengah zaman yang terus berkembang.

72

DAFTAR PUSTAKA

Bramantyo, Triyono. 2003. Antropologi Musik. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Pekerti, Widia, dkk. 2007. Pendidikan Seni Musik-Tari/Drama. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pradoko, A.M. Susilo. 2007. Diktat Perkuliahan Mata Kuliah Etnomusikologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Prier SJ, Karl Edmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi

Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: PT Grasindo.

Soenarto, dkk. 1978. Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan: Departemen P dan K.

Sukohardi, Al. 2007. Teori Musik Umum. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Supanggah, R. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. wikipedia.org/wiki/Instrumen_musik_perkusi

73

PEDOMAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan

1. Profil narasumber  Nama  Umur  TTL  Suku  Alamat 2. Berapa pemain saat tampil 3. Kostum yang dipakai 4. tempat/panggung 5. Apakah ada ritual tertentu sebelum tampil 6. Apa perbedaan dengan tirik lalan dan tirik kuala

(Aspek fisik) 7. Unsur-unsur musik  Nada  Wilayah melodi  Garis melodi  Interval  Ornamentasi  Tempo  Ritme  Tangga nada  Model nyanyian lagu tirik  Lagu/syair 8. Instrumen musik  Penggolongan insrumen perkusi, gesek, petik  Bahan instrumen 9. Produksi musik 10. Komposisi  Struktur : beberapa bagian, patokannya lagu  Style 11. Pengiring tarian, bisa berdiri sendiri 12. Berapa bagian tariannya.

74

BIODATA NARASUMBER

Nama : Hendra Cipta, S.Pd Umur : 37 Th TTL : Banjarmasin, 1 oktober 1976 Suku : Banjar Pekerjaan : Guru dan seniman Bidang keahlian : Musik Alamat : Jl. Padat Karya Komplek Perdana Mandiri Blok D 2 No. 7 Sungai Andai Banjarmasin Utara Kalimantan Selatan

Nama : Drs. Heriyadi Umur : 52 Th TTL : Barabai, 14 Januari 1961 Suku : Banjar Pekerjaan : Pegawai Biro Kesra dan Seniman Bidang keahlian : Tari Alamat : Banjarbaru Kalimantan Selatan

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87