92 Jenius Lokal Dan Transformasi Budaya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JENIUS LOKAL DAN TRANSFORMASI BUDAYA Membaca Ulang Pemikiran Umar Kayam sebagai Refleksi Sejarah untuk Melihat Masa Depan Arifuddin Kunu Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Respati Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto, Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta 55281 E-mail: [email protected] Abstrak Perkembangan kajian kebudayaan saat ini tidak dapat pisahkan dari beragam pemikiran yang mengisi ruang diskursus kebudayaan. Kebudayaan dituntut untuk dapat memberikan solusi bagi persoalan bangsa, kini tidak pernah sepi dari perdebatan. Di tengah riuhnya perdebatan tentang kebudayaan yang makin santer, menilik ulang pemikiran kebudayaan dari para pemikir lokal, menjadi penting untuk dilakukan, mengingat peran budaya yang cukup strategis dalam memberikan alternatif pemecahan berbagai problem keseharian masyarakat [ekonomi, politik, sosial dan budaya]. Salah satu pemikir lokal yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan diskursus kebudayaan itu adalah Umar Kayam. Melalui gagasannya tentang “Transformasi Budaya”, kita seolah diingatkan untuk memahami proses transformasi budaya yang telah menyejarah di Nusantara dan dilakukan oleh bangsa ini sejak berabad silam. Kelenturan yang dimiliki nenek moyang kita saat “berdialog” dengan budaya luar ternyata sanggup menghasilkan sintesis budaya yang begitu mengagumkan. Katakunci: transformasi, kebudayaan, dialog, sintesis, Umar Kayam LOCAL GENIUS AND CULTURAL TRANSFORMATION Abstract The development of cultural studies today cannot be separated from the various thoughts that fill the cultural discourse space. Culture is demanded to be able to provide solutions to the nation's problems, now it is never devoid of debate. In the midst of the lively debate about culture, reviewing the cultural thinking of local thinkers, becomes important to do, given the strategic role of culture in providing alternative solutions to various daily problems of society [economic, political, social and cultural]. One local thinker whose existence cannot be separated from that cultural discourse is Umar Kayam. Through his ideas on "Cultural Transformation", we are reminded to understand the process of cultural transformation that has been historical in the archipelago and carried out by this nation since centuries ago. The flexibility possessed by our ancestors when "dialoguing" with foreign cultures turned out to be able to produce a culture of synthesis that was so amazing. Keywords: transformation, culture, dialog, synthesis, Umar Kayam 92 Journal Communication Spectrum: Capturing New Perspectives in Communication Vol. 4 No. 2 August 2014-January 2015 To cite this article (7th APA style): Kunu, A. (2014). Jenius Lokal dan Transformasi Budaya: Membaca Ulang Pemikiran Umar Kayam sebagai Refleksi Sejarah untuk Melihat Masa Depan [Local Genius and Cultural Transformation]. Journal Communication Spectrum, 4(2), 92-109 Pendahuluan tatanan budaya Negara-kebangsaan, 2) Transformasi budaya Indonesia yang Gagasan tentang transformasi menggeser budaya agraris tradisional ke budaya disampaikan oleh Umar Kayam tataran budaya industi modern. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Sastra (sekarang Transformasi budaya pertama disebut Fakultas Ilmu Budaya) adalah konsekuensi dari komitmen Universitas Gajah Mada, pada 19 Mei bangsa Indonesia untuk bersedia bersatu 1989. Meskipun gagasan tersebut telah bernaung di bawah satu Negara- berusia genap seperempat abad, namun kebangsaan yang berbentuk satu semangatnya masih sangat relevan di republik satu kesatuan. Sedangkan tengah kondisi kekinian bangsa yang transformasi kedua adalah konsekuensi didera berbagai macam persoalan. dari komitmen untuk mengubah sistem ekonomi pertanian tradisi menjadi suatu Tulisan ini akan berfokus pada sistem ekonomi industri dan gagasan Umar Kayam perihal perdagangan. transformasi budaya kita [baca: bangsa Indonesia] dengan kebudayaan luar yang Pada transformasi budaya etnik telah berlangsung sejak awal abad menjadi budaya negara-kebangsaan pertama. Gagasan Umar Kayam tersebut tantangan yang dihadapi adalah seperti menghimbau kita untuk bagaimana menciptakan kondisi yang membebaskan berbagai macam budaya sehat serta menguntungkan bagi lokal Nusantara sehingga berkembang terciptanya dialog budaya antar nilai- tanpa dikerdilkan atau dikungkung oleh nilai etnik dengan nilai-nilai Negara- wacana tunggal. Dari perjumpaan kebangsaan. Adapun nilai-nilai etnik berbagai budaya di Indonesia diharapkan adalah nilai-nilai tradisional yang diwarisi muncul dinamika yang akan oleh lingkungan etnik dari pemantapan menggerakkan kreativitas budaya struktur masyarakat-masyarakat yang Indonesia. mendahului mereka. Sedangkan nilai- nilai Negara-kebangsaan adalah nilai- Menurut Umar Kayam, transformasi nilai kontemporer yang diletakkan oleh besar budaya Indonesia menyangkut dua persyaratan minimal untuk membangun jalur transformasi besar yang saling sosok struktur Negara-kebangsaan berkaitan, yaitu: 1) Transformasi budaya tersebut. Indonesia yang menarik budaya etnik ke 93 Kunu, Local Genius... Untuk mewujudkan tranformasi ini penonjolan prestasi dan adu pendapat. tidaklah mudah. Ada kendala-kendala Pandangan dunia masyarakat ini tidak yang menghalangi terciptanya kondisi melihat dunia sebagai jagad yang statis yang diinginkan, yaitu: 1) Kemapanan melainkan dunia terus bergolak dan dan kekukuhan akar-budaya serta berkembang untuk maju. Sementara sistem-sistem tradisi dalam tubuh pandangan budaya tradisional menurut lingkungan etnik; dan 2) Sifat atau ciri mereka tidak menggalang kondisi dari sistem negara kebangsaan yang harmonis yang dinamis. cenderung imperatif (memerintah untuk tidak ditawar lagi) terhadap sistem nilai Tantangan dialog dua kubu ini lama yang dianggap akan menghalangi sangat mendasar dan prinsipil. Sejarah struktur baru itu. bangsa ini membuktikan bahwa masyarakat etnik Indonesia mampu Kondisi ini mendorong terciptanya mengembangkan dialog budaya dengan ketimpangan dan ketidak-sejajaran kebudayaan asing seperti Budha, Hindu dialog antara masing-masing masyarakat dan Islam. Namun saat mereka mesti etnik maupun antara masyarakat etnik menghadapi kebudayaan barat yang dengan Negara kebangsaan. Pada lajur diwakili oleh Portugis, Belanda, Inggris kedua, tranformasi budaya pertanian dan Perancis, mengapa kita tidak tradisonal ke budaya yang mengacu berdaya? Jawaban dari pertanyaan ini pada masyarakat industri modern juga dikarenakan Budha, Hindu dan Islam mengalami tantangan, yaitu bagaimana datang secara bertahap dan damai. menyiapkan masa transisi yang cukup Sedangkan budaya barat masuk ke membuka banyak kesempatan bagi negeri ini melalui perang, penaklukan, unsur-unsur budaya baru tersebut. dan penjajahan. Ciri utama dari budaya tradisional Bertitik tolak dari latar belakang di pertanian adalah pada penekanan atas, maka rumusan masalah dalam orientasi pandangan-dunia yang melihat tulisan ini akan mengelaborasi masyarakat sebagai suatu rumpun pertanyaan-pertanyaan berikut: bagian dari satu jagad yang bulat yang mesti dijaga keseimbangannya. 1. Apa dan bagaimana proses Perbedaan pendapat yang tajam, transformasi budaya yang terjadi konfrontasi, persaingan terbuka dan di Nusantara? sengit serta penonjolan prestasi yang 2. Faktor apa saja yang berlebihan, dipandang sebagai nilai-nilai menyebabkan proses yang kurang baik karena akan memicu transformasi budaya yang disharmoni. berlangsung sejak berabad silam itu, dapat menghasilkan sebuah Pandangan dunia budaya industri bentuk sintesis budaya yang modern justru menekankan persaingan mengesankan? yang terbuka, konflik dan konfrontasi, 94 Journal Communication Spectrum: Capturing New Perspectives in Communication Vol. 4 No. 2 August 2014-January 2015 3. Mengapa proses transformasi terwujudnya masyarakat tanpa klas yang budaya mengalami langgeng dan abadi. kemunduran/kegagalan di era kolonialisme barat? Baik Hegel maupun Marx, 4. Bagaimana gagasan membayangkan proses transformasi “Transfomasi Budaya Kita” yang tidak melalui suatu proses dialektik yang disampaikan oleh Umar Kayam, linier melihat perubahan tidak bergerak mampu dikontekstualisasikan di melalui suatu ilham besar seperti “spirit” era kekinian? atau “pertentangan klas yang disebut penguasaan alat produksi”. Akan tetapi, seperti yang dikutip Transformasi sebagai Proses Dialektis dari Max Weber misalnya, Umar Kayam membayangkan proses transformasi dan Umar Kayam mengandaikan perubahan melalui suatu proses transformasi sebagai tahap akhir dari evolusioner dari saling pengaruh- suatu proses perubahan. Transformasi mempengaruhi antara unsur dalam dapat digambarkan sebagai suatu proses suatu “ideal type” dalam masyarakat. yang lama dan bertahap namun dapat Karenanya, mengutip Weber, Umar pula dibayangkan sebagai suatu titik Kayam berargumen bahwa untuk balik yang cepat bahkan abrupt. Jika memahami transformasi masyarakat dialektika Hegel dan Marx, kapitalis orang tidak harus membayangkan suatu proses tawar- memahaminya sebagai suatu sintesis, menawar dialektik yang terus menerus tesa atau anti tesa dari suatu dialektika dengan kondisi-kondisi transformasi pertentangan klas, melainkan mesti untuk kemudian membayangkan akan memahaminya lewat suatu “ideal type” tercapainya transformasi akhir, besar masyarakat yang sengaja diciptakan dan langgeng. sebagai suatu model dan paradigma. Perbedannya: dialektika Hegel Cara pandang ini pula yang adalah dilektika “spiritual” di mana sang membawa Weber pada satu kesimpulan “spirit” akan terus mengilhami dialektika bahwa transformasi masyarakat Eropa tersebut untuk sampai pada menjadi masyarkat kapitalis karena