Bahasa Dan Susastra Dalam Gunting N

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bahasa Dan Susastra Dalam Gunting N BAHASA DAN SUSASTRA DALAM GUNTING N NOMOR 169 AGUSTUS 1999 PERPUSTAKAAN PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA Ja an Oaksmapali Bara! IV Ja arta 13220. Telepon 4896558, 4706287, 4706288 - DAFTAR ISI BAHASA BAHASA DAERAH-ULASAN "Perkembangan Bahasa Nusantara Bel urn Memperoleh Lahan Segar" . 1 "Ayip Rosyidi: Bahasa Daerah Merana" 2 "Ajip Rosjidi 'Rancang'" 3 "Bahasa Daerah tak Ganggu Bahasa Indonesia" 4 BAHASA INDONESIA-PEMBINAAN "Wisata Bahasa: Hal-hal Kecil yang terabaikan (1)" 5 "Wisata Bahasa: Hal-hal Kecil yang Terabaikan (2)" 6 "Wisata Bahasa: Hal-hal Kecil yang Terabaikan (3)" 7 "Bingung oleh 'Pun' Pisah, 'Pun' Sambung, dan 'Per'" 8 "Wisata Bahasa: Bentuk Kata Hiperkorek" 10 BAHASA INDONESIA-ISTILAH "Kosakata Hari Ini" 11 "Isti 1 ah Ekonomi " 14 BAHASA INDONESIA-ULASAN "Bambang Kaswanti, Jatuh Cinta pada Linguistik" 19 "Perkembangan Bahasa Indonesia tak Perlu Dirisaukan" 21 "Bahasa Indonesia ala Soeharto" 23 "Membaca Memelihara Kemampuan Berbahasa" . 24 BAHASA LISAN-ULASAN "Sul it Berbahasa Lisan" 26 BAHASA POLITIK-ULASAN "Selamat Datang Bahasa Politik Orde Reformasi" 27 SASTRA CERPEN INDONESIA-ULASAN "Tiga Dunia dalam 'Derabat'" 30 KESUSASTRAAN INDONESIA-ULASAN "A1 bum" 33 "Linus 'Masih' di Yogya" 33 Aksi Peduli Linus Membaca'Pengakuan Pariyem" 35 Menapak Imajinasi dan Petualangan Motinggo" 37 Kolom Umar Kayam: Linus" *. 33 Pembacaan Puisi: Guyon Sang Darmanto" 40 Kritik Sastra Harus Ikuti Perkembangan Sastra" 42 Guru Ujung Tombak Tingkatkan Apresiasi Sastra Anak Didik" .. 43 Navis Raih Penghargaan Sastra Anak Unesco" 44 Mengenang Linus Suryadi AG" *. * 45 Mochtar Lubis: Usia Tak Mengubah Semangatnya" 48 Linus Suryadi AG Budaya (Juga Kerusuhan Etnis dan Strategi" 50 Lirik-lirik Linus Suryadi Ag." 54 Linus dan Pariyem" 56 'Horison' Lirik Guru dan Pelajar" 58 Para Pengarang Yogya Berharap Penerbit Perhatikan Sastra" .. 59 Tragedi Aceh, Ambon, Ketapang, dan Sastra" 61 Cara Menjadi Bangsa yang Rabun Sastra dan yang Lumpuh Menu! is" 62 Keterbukaan Sastra dalam 'Erotisms'" 64 Romo Mangun, si 'Mesin' Buku" 65 Malam Jahanam: Manusia-manusia yang Terbelah" 68 Mengindahkan Rumah Peradapan" 70 Karya Sastra, Karya Fiksi , itu Bohong yang Nikmat" 71 Sastra dan Seni Rupa Mau Ketemu" 75 Peta Kepenyairan Indonesia" 76 Sastra dan Bonafiditas Hantu" 77 Bukan untuk Priayi" 80 Pluralitas itu Bergema di Bandung" 82 Dalam Sastra Indonesia: Boleh tidak Realitas" 84 ^enyair Muda: Siapa Bilang Mereka Tiada" 84 Makassar Art Forum: Kegagalan Pusat dalam Wacana 'Melting Pot'" 86 Keberaksaraan Jurnalisme Sastra" 89 KESUSASTRAAN MELAYU-ULASAN- "Hikayat Perang Sabil dari Aceh" 91 NOVEL INDONESIA-ULASAN "1966-1998 Novel Perdana SN Ratmana" 93 PUISI-ULASAN "Linus Dimakamkan dengan Iringan Puisi" 96 "Penyair Harus Datang ke Madrasah?" !*.! *. *. 97 "Tiga Serangkai Karya Tutty Alawiyah AS" 99 "Penyair Aceh: Lagu Tak Habis-habis" 102 "Puisi, Pipa Gas, Rakyat Miskin.. ." 104 "Puisi Simpati bagi Ambon" io5 "'Malam Puisi Merah Putih': Sebuah Bangsa "yarig Bel urn Merdeka ..." ^ Apresiasi Sastra: Mempersoalkan Apresiasi Sastra (II)"*.'.' .*.".* 107 SASTRA JAWA-ULASAN "'Pengakuan Pariyem' dan Kepergian Linus Suryadi Mengalir Leluasa Nuansa 'Jawa-Indonesia'" 109 "Kehidupan Sastra Jawa Mengerikan" 110 SASTRA SUNDA-ULASAN "Membicarakan Sastra Sunda Mutakhir" Ill BAHASA QAERAH-ULASAN } ^.r .. • •• • ,• -., ^ "•, |Cndni,\\b^ kcmbimg. Padahal radio me- daerah/Nusantara berkem-^ '-•' Pertembangan :bahasa Nu* rupakan media yang paling bang karena kedntaan war^; santara selania ini masih belum tepat daliam mengembang* nya sendiri. Bukan*^ luu^na mendapai lahan -<1311 ruang kan bahasa Nu^tara," kata lingkungw segar yang diberi- y^gseganPadah^jbahasaNu- i^ip Rosidi dalam jumpa pers kan pemerint^","ujar^ip.- saiitara mempunyai btinjak pe Pagelaran Budaya Nusantara Disaimping itu, di mata gene- nman dalain mcningkaikin ik- (PBN) di Gedung Graha rasi muda,b^asa daerah masih liin >ang scgar di inas}'anikau Bh^ti Budaya, Taman Ismail menjadi halangan.; Generasi Sebab, balvasa Nusaniara me- , Maheuki, Rabu (18/8). muda masih merasa bahwa ba iniliki kekiiyaan ilnui pcngcia- Dikatakan ^ip, bahasa dae- hasa Nusantara biikan merupa- huan dan digunakan sebagai rah yang dimasukkan dalam kan mata pencaharian dan bu- iKiliasa pengantar,lerutania ba- program pendidikan juga ikut kan sesuatu yang dibanggakan. , ;gi merekarmereka-yang tinggal •inemben andil yangcukup be- Kesulitan-ke^tan inilah fdi. pedalamari. seba^.. akibat sar da%n mengh^bat per- yang akim diterobos oleh PBN ^masiK'l^my^-niasyaRdc^ yang. Jseihbiui^ .bahasa ...Nusan yang^rg^Wg dalam Festfwl . ;.beluin .bisa'meiiggunakan ba- tara.'!"Anak'sekolah' diharus- Budaya' Daer^'.(FBD) j^gi hasa Indonesia. kw imtuk mengeni tingkatan akan digelar di empat kota'^ v Sayangnya,perkeml^gan- bahasa daerahnya. Bagaimana sah DehpakuTrPondanak, liya bah^ Nusantara selama mungkin anak sekolah bisa jung Pinang danJakarta, mulai ini msisih mcndapat berbagai memahaminya?" kata.^ip. September hingga Oktpber. ■ :tekanan. Tak -hanya dalam Dijelaskan, usia yang tepat Dalam kes^patan itu'pihak •pergaulan sehari4iari. mclain- imtuk mempelajari dngkatan PBN a^n mengadakan.bdba- ;kan juga melalui pendidikan baliasa adalah mahasiswa.Ja- gm acara sep^j;elar. diskusi, mediamassa.' '' ■ ngan.mengharuskanLnya pada' seminar, gem ."Padio saja(ak di^rboleh' smak .'selcolah, I^ena:; hanya an, peltmciu^ bid^ •' i ;.:i.i '{kw untukm^yiark^'bahasa. £d(an membuatanak'inakin ti- jukl^'dw;ba^,.Kes^ii^ ji^eph, bagaimana.ihungkin dak . meriyukaiii^ "Selama akan digdsm sdania du^jbut^ itii.'aka^ ber- ini^ perkembai^faui^ Ixdiasa bersamamnaT^ •; Warta Kota, 20 Agustus 1999 •J m JAKARFA^Heoia)wuq^awaif n^o Kcsraffiara Ajnp Rbs:^dS5^^ii-keliii^paii,£^^^^Ay^^^^^ paltii^ytm hoifii ^/laiai^hM^ftt^fiiM^eiiitiriniPmrlflli v'l^mncih-alrtifjsi^ neh^aiaf iiiaha<fl irlt%]&^t^enfif^ RA4 (;nn,'daiafl^ K^umiaKWiOiseiraggara^iUi^^^^^ ^pe^ sekarang, pem6riri-.r^tercapai.^^>ji^HW^»^^ • kanny^P^eiy^Elkba^&Nusant^ I tah<mewajibk^ tapi;peinerintah juga -i Program.jUga^n^ .(PB^^9 Septemb'er-^19. Oktobef-dijf.yang' membiarkan!" tegas.Ayipryang-; pemetaan bidi^ Nusantafai'Tenlirii i berbagu kbta di Indonesia??, Udrt sejak.l1 tahun lalti memprakarsai pern- << atas delapaii^ bidang kegiataii^ yaitu: i h: Mahtani;Ketu& Ikatab'Pbnbibit In- vt'.berian 'Hadlah Sastra Rancage* bagi pa- pengajaran diSD dan lanjutan, peneli-i idonesia<XIkapi);itu-;mengein^akan ura sastrawan Sunda; Jawa^ dan Ball, dan dwpendidikandipefguruan ting-' rContohmengenai'md^a^Tnya^ahaniKAyipJuga mengaku bersyi^r karena .gi/niediaelektron^penyiaran radio. : Ra.Haerah,.aiitara laio'ada scmentara''./saatini masih ada majalah atau pener- r- (radio,TVtindustii rekaman), media orangyang menganggaipbahaisadae-ri tbitan. berbahasa daerah,^- antara Iain . cetak/penerbitan^-'tradisi-'lisan dani rah.tidak!parlii^)rLebih:ba^, bahasau;Afang/e, Go/urd,dan 5/mp(^yang bet-'> kesenian,penggonaanbaha^sehari-l dae^ dibunuJLsaja%^:-;t|.jf:^i?i^^^^ Sunda, serta'Panyebar 5emo->j.hari,dan'8un^-sumber tcrtulisi. v'ri !.ro;Pad4\Ji97^";Dep<dkbudjniierigha^ !>iga/, A/efaiwan, dan Joyoboyo yang.W>i Acara Imn seperti pameran; bazar,' ;p^I^.pelajarE(n-;bab^aidaer^ darij|.;berbahasa'Jawa^ . mi peitunjukan,< konferensi dan diskusi,. isekolah,pad^albelui^Kinuia*t>rsm Femetaan bahasa i<. peluncuran buku;^daii gelar wicara> bisa.bah^'^^'dOiiesia(^laiiijbahasa>d ilcSemehtaiaitu,bericaitandengan aca^/iakandigdardalamacaratersebut Me- jbmi'^^u&Guternui^Jawi^BaratiujaPergelaran Bahasa Nuswtara,Ketua' .norut rencana,PBN akan miilai dica^- iwaktuyttitet^'inempe^ bah^;jPeIaksan'aiSaii Madjid mengatakan.: nangkandiTirtagwgga,Karangasem, ^Yfavbiofiq^.id SD^baIiwa.PBN)yang didukung sepenuli^ii7Bali;pada9.Septeinbef.Puncakacarai Media Indonesia» 19 Agustus 1999 AjipRosjidi "Rancage" SAIAH satu sasuswaii Indonesia yang sangai konsen dalam perkembangan bahasa daerah adalah Ajip Rosidi. Sastrawan ini sampai rela mengeluarkan biaya untuk mem- buat hadiah sastra Rancage bagi penulis buku dalam bahasa daerah. "Pemberian hadiah Rancage ini benar-benar usaha sNNasta," kata Ajip Rosidi dalam jumpa pere Pagelaran Bahasa Nusantara (PEN). Rabu (18/8) lalu. Karena merupakan pemberian suasta maka pemerintah udak pemah ikutserta di dalamnya. Padahal sudah 11 tahun pemberian hadiah sastra icu dilaksanakan. &mentar^ p^ merintah belum pemah sekali pun ikut andil dalam memberikan subsLsi untuk hadi ah sasua iiu. "Pemerintah tidak pemah menghubungi sa>a mengenai Rancage, tu- Karena itulah maka Ajip juga udak pemah meminia pemerintah untuk memban- tunya. Bagi Ajip, ada atau tidak adanya subsidi, bukan masalali. Warta Kota, 21 Agustus 1999 Bahasa Daerah tak Gan^u ^'ahasa Indonesia JAKARTA—Peng^n^ba dan sikap positif terhadap bahasa hasa daerah secara aktif tak akan daerah. Menurut ketua panitia mendatangkan disintegrasi. Hal itu PBN Djabatin,dengan mempera- ditandaskw sastiawan Ayip Rosyi- gakan pemakaian bahasa daerah di saatjumpa persPagelaian Baha dalam beibagai caradan aspeknya, sa Nusantara di lobi Graha Bhakti baik secara tradisional maupun Budaya HM,beberapa saat lalu. kontemporer diharapkan tujuan "Ti(M pemah teijadi bahwa suatu tersebut dapat dicapai. daerah, Aceh misalnya,ingin ber- Selain itu, sambung Djabatin, pisah dari republik ini karena per- perlujuga diperlihatkan dan sekali- soalan bahasa," tandas pencetus gus didiskusikan materi-materi hadiah sastra daerah Rancage ini. yang bedcaitan dengan keberadaan Hal itu, katanya, sudah semesti- bahasa daerah dan situasi yang di- nya menjadi agenda penting dalam hadapinya pada masa lalu dan ma- PBN yang akan diselenggarakan
Recommended publications
  • Lampiran SINOPSIS SRI SUMARAH Sri Sumarah Merupakan Nama Asli
    101 Lampiran SINOPSIS SRI SUMARAH Sri Sumarah merupakan nama asli dari Bu Martokusumo, sebelum menikah dengan seorang Mantri guru bernama Martokusumo. Sri seorang keturunan priyayi meskipun bukan priyayi kaya. Orangtuanya meninggal sejak ia masih kecil, kemudian ia diasuh oleh embahnya sampai dewasa. Embahnya mendidik dan memelihara Sri dengan baik. Sri disekolahkan hingga tingkat Sekolah Kepandaian Putri (SKP), setelah lulus ia dinikahkan. Sebelumnya, ia dibekali embahnya ilmu kesempurnaan berumah tangga dan memberi wejangan supaya membiasakan diri mengkonsumsi kencur dan kunyit mentah serta jamu supaya kesegaran tubuhnya tetap terjaga. Pernikahan Sri dengan Martokusumo dikaruniai satu putri bernama Tun. Beberapa tahun kemudian, saat Tun berumur 4 tahun suami Sri meninggal karena kecapekan mengurusi penderita eltor di desanya. Sejak itulah Sri mulai hidup mandiri, memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Ia berusaha menjadi ibu yang baik dengan tetap mendidik, memelihara, dan berusaha memberikan putrinya yang terbaik. Sri bekerja sebagai tukang jahit, menerima pesanan pisang goreng, dan terakhir menjadi tukang pijit. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang menjadi sumber penghasilan Sri dalam menjalani kehidupan. Sri menikahkan Tun, putri tunggalnya dengan Yos, laki-laki yang telah menghamili Tun sebelum menikah. Keduanya dikarunia satu putri bernama Ginuk. Kebahagiaan Sri menjadi lengkap karena ia bisa memangku cucu seperti harapannya dulu. Namun, setelah beberapa lama kebahagiaan itu berkurang setelah Sri mengetahui bahwa menantu dan putrinya terlibat dalam pemberontakan PKI. Yos akhirnya terbunuh dan Tun menyerahkan diri kepada negara untuk mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu penjara. Sejak itulah Sri menjadi orangtua bagi Ginuk, cucunya semata wayang. Ia merawat Ginuk dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan Ginuk, Sri bekerja 102 menjadi tukang pijit panggilan, langganannya semakin banyak.
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 306 International Symposium on Social Sciences, Education, and Humanities (ISSEH 2018) Javanese Local Colours in the Fictions of Umar Kayam Hartono Hartono, Suroso Suroso Faculty of Languages and Arts Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia [email protected] Abstract—One of the phenomena of writing literary works in since the last few decades is the tendency to promote regional Indonesia since the last few decades are the tendency to promote culture in accordance with the socio-cultural background of the regional culture in accordance with the socio-cultural author. One of the regional cultures that has been raised to the background of the author. The purpose of this study is to explain surface is Javanese culture [5]. Modern Indonesian literature the form of local colours represented by Umar Kayam in his has never broken its connection with traditional literature [2]. fiction works. This study, the sociological approach is used as a There is continuity between traditional literature and old social reflection of the community. There are two novels by Umar literature with modern Indonesian literature. Kayam which become the subject of this study, namely Para Priyayi (1992) and Jalan Menikung (1999). Data is collected by In the 80s the tendency to boost local colours in Indonesian reading repeatedly and intensively to find data in the form of literature began to strengthen. One of the triggers is the birth of phrases or sentences and discourses that reveal the discussion of two phenomenal novels, namely Ronggeng Dukuh Paruk by local Javanese colours.
    [Show full text]
  • Esai/Kritik Sastra Dalam Minggu Pagi, Masa Kini, Dan Semangat
    i ii ESAI/KRITIK SASTRA DALAM MINGGU PAGI, MASA KINI, DAN SEMANGAT iii Sanksi Pelanggaran Pasal 72: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). iv TIRTO SUWONDO ESAI/KRITIK SASTRA DALAM MINGGU PAGI, MASA KINI, DAN SEMANGAT v ESAI/KRITIK SASTRA DALAM MINGGU PAGI, MASA KINI, DAN SEMANGAT Tirto Suwondo All Right Reserved © 2007 Diterbitkan oleh: GAMA MEDIA Jln. Lowanu 55 Yogyakarta 55162 Telp./Faks. 0274-384830 email: [email protected] Editor : Evriza Marantika Cover & Layout : Bambang Suparman Cetakan 1 : Juni 2007 Ukuran Buku : 14 x 20 cm Tebal Buku : x + 98 hlm. Kode Penerbitan : GM.232.9193.07 ISBN: 978-979-26-0141-1 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit. vi KATA PENGANTAR paya Balai Bahasa Yogyakarta dalam mengungkap data kesejarahan sastra Indonesia di daerah merupakan tero- Ubosan menarik dan patut diteladani oleh daerah-daerah lain.
    [Show full text]
  • Multiculturalism and Javanese Ways of Behaving As Reflected in Umar Kayam’S Works of Fiction
    ISSN 2411-9598 (Print) European Journal of Jan-Apr 2017 ISSN 2411-4103 (Online) Language and Literature Studies Vol.7, Nr. 1 Multiculturalism and Javanese Ways of Behaving as Reflected in Umar Kayam’s Works of Fiction Suroso Faculty of Languages and Arts, Yogyakarta State University Abstract This study aimed to describe the construction of multiculturalism in Umar Kayam's works of fiction in terms of the forms of multiculturalism, the factors causing multiculturalism and the effects of multiculturalism. This study used sociology of literature approach that sees literature as a reflection of society. There were three short stories and two novels that became the subjects of this study. They were Seribu Kunang-kunang di Manhattan (1988), Sri Sumarah, Bawuk (1988), Para Priyayi (1991), and Jalan Menikung (1993). The results showed that (1) the forms of multiculturalism found in Umar Kayam’s works are recognition of difference, democracy, justice and equality before the law, cultural values and ethos, unity in diversity, respect for other’s ethnicity and nationality as well as religious belief, implementation of cultural philosophy, appreciation of the private and public domain, respect for human rights and freedom to choose culture in a community; (2) the causes of multiculturalism are migration, intra-ethnic and inter-ethnic marriage, occupation, and devotion to somebody/"ngenger", (3) the effects of multiculturalism are reflected in the tolerant nature, respect for individual or group of people, surrendered life, willingness to help others, humility, and respect for religious beliefs. Keywords: Multiculturalism, fiction, Sociology of Literature Introduction Literary work is a literary response to the surrounding world.
    [Show full text]
  • Pertemuan Ilmiah Bahasa Dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVI I
    Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVI i ii Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVI Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVI iii P R O S I D I N G SEMINAR INTERNASIONAL PERTEMUAN ILMIAH BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PIBSI) XXXVI Yogyakarta, 11-12 Oktober 2014 Membangun Citra Indonesia di Mata Internasional melalui Bahasa dan Sastra Indonesia Editor Associate Prof. Dr. Yang Xiaoqiang Christopher A. Woodrich, M.A. Nicholas Jackson, B.A. Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum. Dra. Triwati Rahayu, M.Hum. Wachid Eko Purwanto, M.A. Roni Sulistiyono, M.Pd. Yosi Wulandari, M.Pd. Penyunting Bahasa Dedi Wijayanti, M.Hum. Siti Salamah, M.Hum. Hermanto, M.Hum. M. Ardi Kurniawan, M.A. Denik Wirawati, M.Pd. Iis Suwartini, M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN iv Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVI Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL Membangun Citra Indonesia di Mata Internasional melalui Bahasa dan Sastra Indonesia Editor Associate Prof. Dr. Yang Xiaoqiang Christopher A. Woodrich, M.A. Nicholas Jackson, B.A. Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum. Dra. Triwati Rahayu, M.Hum. Wachid Eko Purwanto, M.A. Roni Sulistiyono, M.Pd. Yosi Wulandari, M.Pd. Penyunting Bahasa Dedi Wijayanti, M.Hum. Siti Salamah, M.Hum. Hermanto, M.Hum. M. Ardi Kurniawan, M.A. Denik Wirawati, M.Pd. Iis Suwartini, M.Pd. Penerbit Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Jl. Pramuka, No.42, Sidikan, Yogyakarta, 55161 Telp.(0274) 563515, 511830, 379418, 371120, Fax.
    [Show full text]
  • 1 Hipogramatik Cerita Wayang Dalam Karya Sastra
    HIPOGRAMATIK CERITA WAYANG DALAM KARYA SASTRA INDONESIA MODERN Ahmad Bahtiar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [email protected] Abstrak Sebuah karya sastra tidak hadir atau dicipta karena kekosongan budaya termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra tidak dapat lepas dari hal-hal yang menjadi latar penciptaan tersebut, baik secara umum maupun khusus.Karya sastra yang dijadikan dasar penulisan bagi karya sastra yang kemudian disebut hipogram. Salah satu tradisi yang dikenal baik oleh masyarakat Indonesia adalah wayang.Cerita wayang merupakan hasil karya seni yang adi luhung, monumental, dan sangat berharga, bukan saja karena kehebatan cerita dan unsur-unsur lainnya tetapi tetapi juga filosofi dan ajaran-ajarannya tidak ternilai sehingga saat kini. Cerita wayang yang dijadikan latar dalam penulisan sastra tersebut diolah secara kreatif sehingga karya sastra yang diciptakan tersebut merupakan respons atau tanggapan pengarang. Karena pada hakikatnya, karya sastra merupakan respons (serapan, olahan, mosaik kutipan, transformasi) terhadap apa yang telah ada dalam karya sastra lain. Pengangkatan cerita wayang tidak hanya mengenalkan wayang kemasyarakat yang lebih luas tetapi membuktikan bahwa tradisi-tradisi lama dapat memperkaya kesusastraan Indonesia modern baik puisi, prosa, maupun drama. Kata kunci : hipogramatik, wayang, sastra Indonesia PENDAHULUAN Untuk memberikan makna secara lengkap atau penuh sebuah karya sastra harus dilihat karya-karya yang ditulis dan diciptakan sebelumnya. Karya tersebut biasanya, berdasar pada karya yang sebelumnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara meneruskan maupun menyimpangi (menolak, memutarbalikkan esensi) konvensi. Pemunculan sebuah karya sastra sering ada kaitannya dengan unsur kesejarahannnya. Sehingga pemberian maknanya akan lebih lengkap jika keseluruhan makna digali dan diungkap secara tuntas dalam kaitannya dengan unsur kesejarahan tersebut.
    [Show full text]
  • Bb Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa Provinsi Daerah Istlmewa Yogyakart
    :14 ~ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bb Balai Bahasa Provinsi Daerah Istlmewa Yogyakarta 6!^ PERPUSTAKMM BADAN BAHASA I KElEf^TrR'A^j PEMDiOiKAN I 00005126 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN bb BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA BALAI BAHASA PROVINSIDAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA Membaca Sastra Jogja Editor: M-' /iv! Qi'U" Herry Mardianto \ i'yuQ it'll lilies I No. Induk: ^^40, Pengumpul Data: V. Risti Ratnawati Herry Mardianto Achmad Abidan Ahmad Zamzuri Cetakan Fertama: November 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Diterbitkan pertama kali oleh: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Katalog Dalam Terbitan (KDT) Membaca Sastra Jogja, Herry Nlardianto (Editor), Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 (xii, 178 him.; 21cm) ISBN 978-979-185-402-3 Sanksi Pelanggaran Pasal 72, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara maslng-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
    [Show full text]
  • Feminist Education in Indonesian Novels Under the Domination of Patriarchy
    International Journal of Gender and Women’s Studies December 2018, Vol. 6, No. 2, pp. 42-51 ISSN: 2333-6021 (Print), 2333-603X (Online) Copyright © The Author(s). All Rights Reserved. Published by American Research Institute for Policy Development DOI: 10.15640/ijgws.v6n2p5 URL: https://doi.org/10.15640/ijgws.v6n2p5 Feminist Education in Indonesian Novels Under the Domination of Patriarchy Wiyatmi1 Abstract This article is aimed at studying the representation of feminist education in Indonesian novels. This objective is inspired by the fact that, since the beginning of its development, Indonesian novels have raised the issues of women education which, in the tradition of feminism studies, is known as feminist research. Research shows that, although there emerges awareness of the importance of education for women, they are still positioned within the domestic arena. After pursuing their education, mostly in elementary and secondary schools, they must return to home, getting married, playing the role as wife and mother expected to be capable of taking care of the home well, and serving their husband. This points out to the dominance of the patriarcical ideology that places women in the domestic arena and men in the public arena. Such awareness truly is not always followed by permitting and giving women these educated women to make use of their knowledge to take part in the public sector; not even to merely exercise their autonomy in their own home. This is shown in the novels Azab dan Sengsara by Armijn Pane, Sitti Nurbaya by Marah Rusli, Kehilangan Mestika by Hamidah, Widyawati by Arti Purbani, and Para Priyayi by Umar Kayam.
    [Show full text]
  • Lontar Newsletter Email: [email protected] July 2020
    Lontar Newsletter Email: [email protected] July 2020 Greetings from the RuminationsRuminations by by John John McGlynn: McGlynn Executive Director Poetic Suasion Slowly but surely we are getting used to the The recent death of Sapardi Djoko Damono (20 March 1940–19 July limitations imposed by the seemingly never- 2020), one of Lontar’s founders, has had me thinking of the suasive role ending Covid-19 pandemic. Many of us that poetry has played in my life. have been compelled to become more Poetry was not a focus in any of my literature courses either in innovative and creative in what we do—a primary school or in high school. As a sixth grader at Saint Anthony’s, trend that has been most evident in Jakarta’s Sister Aurea gave me extra points for memorizing Longfellow’s “The arts and culture community. Wreck of the Hesperus” and, as a junior at Weston High School, Mr. Gates Starved for live entertainment, with no (who suffered from muscular dystrophy and spoke with a tremor) had me film showings at theaters, no concerts or record Shakespearean sonnets for our English literature class to listen to, performances, and no arenas hosting sports but most all “assigned” poems were lofty in tone and meant to “elevate the events, the Indonesian public mind”—whatever that meant. enthusiastically welcomed the recent airing It was my father, an avid and eclectic reader, who first showed me that on YouTube of Sandiwara Sastra (“Literary poetry could be fun. His collection of brief poems by Ogden Nash, with Plays”), a series of 30-minute audio plays such titles as “Fleas” (Adam Had ‘em) and “I Love Me” (I’m always my own presented by a number of well-known best cheerer; / Myself I satisfy / Till I take a look in the mirror / And see things I to actors.
    [Show full text]
  • Dekonstruksi Makna Priyayi Dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam
    NUSA, Vol. 15 No. 3 Agustus 2020 Devi Cintia K. dan Wahyuningsih, Dekonstruksi Makna Priyayi dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam Dekonstruksi Makna Priyayi dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam Devi Cintia Kasimbara¹, Wahyuningsih² Universitas PGRI Madiun [email protected] Abstract Kepriyayian is identical to someone's social status in the eyes of society. Priyayi as seen as the people who have high social status and respect. Can be caused by they had a high social status family or had high social status in work. In the Para Priyayi the ideal meaning is turned upside down by Umar Kayam. This study aims to find the overturned meaning of priyayi in Para Priyayi's novel by using Derrida's deconstruction theory by finding opposing oppositions in Para Priyayi's novel. This study shows that Umar Kayam shows that belief is not just a lifestyle or social status, but more to the personality itself, and how a person is useful for society. This overturns the essence of the meaning of priyayi which has a strong power in the hearts and minds of the people whose kepriyayian is very closely related to lifestyle and social status. Keywords: Deconstruction; priyayi;Derrida; Umar Kayam; priyayi. Intisari Kepriyayian identik dengan status sosial seseorang dalam pandangan masyarakat. Priyayi dipandang sebagai orang yang memiliki status sosial yang tinggi dan terpandang. Bisa karena keturunan dari keluarga terpandang ataupun karena memiliki pekerjaan yang berstatus sosial tinggi. Dalam novel Para Priyayi makna yang ideal tersebut dijungkirbalikkan oleh Umar Kayam. Penelitian ini bertujuan menemukan makna priyayi yang dijungkirbalikkan dalam novel Para Priyayi dengan menggunakan teori dekonstruksi Derrida dengan cara menemukan oposisi-oposisi berlawanan pada novel Para Priyayi.
    [Show full text]
  • WARNA LOKAL DALAM NOVEL PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar
    WARNA LOKAL DALAM NOVEL PARA PRIYAYI KARYA UMAR KAYAM SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu Kependidikan Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Disusun Oleh : Rochmat Aji Nurcholiq NIM : 1211109258 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN 2016 PERSETUJUAN Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II mahasiswa. Nama : Rochmat Aji Nurcholiq NIM : 1211109258 Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Judul Skripsi : Warna Lokal dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut telah selesai dan siap untuk diujikan. Pembimbing I Dr. H. Basuki, M.M. NIP. 1950312 198003 1 003 Pembimbing II Dra. Hj. Indiyah Prana A,M.Hum NIP. 19620522 199001 2 001 ii PENGESAHAN Diterima dan disetujui oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Widya Dharma Klaten pada : Hari : Tanggal : November 2016 Tempat : Universitas Widya Dharma Klaten Dewan Penguji. Ketua, Sekertaris, Drs. Suhud EkoYuwono Dra. Sukini, M.Pd NIK. 691 092 128 NIK. 690 103 162 Penguji I Penguji II Dr. H. Basuki, M. M Dra. Hj. Indiyah Prana A,M.Hum NIP. 1950312 198003 1 003 NIP. 19620522 199001 2 001 Mengetahui, Dekan FKIP Drs. H. Udiyono, M.Pd NIP. 19541124 198212 1 001 iii PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini. Nama : Rochmat Aji Nurcholiq NIM : 12 111 09258 Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Warna Lokal dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam” adalah karya saya sendiri dan bebas dari plagiat.
    [Show full text]
  • Mengenang Linus Suryadi Ag Pada 30 Juli 2014
    Page 1 of 4 MENGENANG LINUS SURYADI AG PADA 30 JULI 2014 ASHADI SIREGAR Rabu 30 Juli 2014, Bentara Budaya Yogyakarta memperingati 15 tahun meninggalnya penyair dan esais Linus Suryadi AG. Sebagai seorang yang dianggap mengenali sosok dan mengetahui perjalanan karir penyair kelahiran Sleman Yogyakarta itu, panitia meminta agar saya menyampaikan kesan dan kisah mengenai dirinya. Bukan perkara mudah untuk membongkar kenangan. Sebab kepergian (apalagi perpisahan yang tidak mungkin lagi dijalin dengan imel atau FB atau Twitter) akan mengobrak-abrik perasaan. Kenangan saya yang paling awal, adalah, dia senantiasa membahasakan saya “mas”, kendati hampir setiap orang dari berbagai komunitas (seniman dan kampus) memanggil saya “bang” karena kesumateraan saya. Satu-satunya orang di Yogya yang konsekuen untuk menjadikan saya Jawa, ya Linus Suryadi. Tetapi saya tidak yakin bahwa saya dapat menjadi Jawa kendati disebut “mas”. Saya mencari tulisan yang dimuat sebagai epilog dalam buku Pengakuan Pariyem yang fenomenal. Tulisan bersifat anekdotal itu (Linus Suryadi AG yang saya kenal) saya bikin bulan Juni 1980, saat naskah Pengakuan Pariyem belum selesai, masih mengalami revisi berkali-kali oleh sang pengarang. Buku tersebut terbit 1981 (Penerbit Sinar Harapan, Jakarta). Membaca ulang, untuk kemudian mengingat-ingat pergaulan yang intens bersamanya, tidak pelak menggugah saya untuk mengambil kemanfaatan darinya. Dunia kepenyairan Linus Suryadi tentunya sudah tidak asing lagi. Buku kumpulan puisinya bertebaran, judul-judulnya dicantumkan di wikipedia maupun sejumlah blog milik person-person yang menaruh perhatian pada Linus dan karya-karyanya. Antologi puisi yang disuntingnya, dapat dilihat sebagai jejak kerja kerasnya yang tanpa pamrih dalam mengangkat perpuisian Indonesia. Selain itu Linus juga dikenal sebagai penulis esai, sejumlah buku kumpulan esainya juga dapat mentahbiskannya sebagai esais yang produktif.
    [Show full text]