<<

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

BERIMAN SECARA KREATIF: Sebuah Studi atas Penghayatan Menurut Pelukis Katolik Beraliran Abstrak di Malang .

Fransiskus Mayrezky Diaz Widya Sasana Malang [email protected]

ABSTRAK

Jurnal ini berjudul: Beriman Secara Kreatif: Sebuah Studi atas Penghayatan Iman Menurut Dua Pelukis Katolik Beraliran Abstrak di Malang. Fokus utama riset ini pemaknaan iman menurut dua pelukis Kristiani aliran abstrak di kota Malang. Sehubungan dengan fokus itu, perlu dilihat apakah iman memiliki pengaruh dalam aktivitas berkesenian mereka. Mengikuti teori Interaksionisme simbolik Mead (Mead,1972), penulis menduga bahwa melukis abstrak adalah tindakan yang para seniman lakukan untuk menghadirkan iman dalam simbol, yaitu lukisan. Penulis menemukan bahwa tindakan mereka sebagai cara untuk mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi batin mereka. Iman mempengaruhi mereka dalam melukis abstrak, karena lewat lukisan abstrak mereka mengungkapkan imannya. Gaya abstrak dianggap lebih memuaskan kreativitas mereka dalam mengekspresikan iman mereka. Pesan iman itu muncul dari kegelisahan mereka akan makna terdalam imannya. Dengan menggumuli permasalahan tersebut dan dengan menghadirkannya dalam lukisan abstrak, mereka telah beriman secara kreatif. Artikel ini dibingkai oleh kegelisahan penulis akan beberapa pertanyaan: mengapa mereka mengungkapkan iman mereka dalam lukisan abstrak yang sulit dimengerti oleh orang awam? Apa makna iman bagi mereka? Apa yang melatarbelakangi mereka melukis dengan gaya abstrak? Bagaimana penafsiran mereka terhadap karya-karya mereka yang abstrak itu. Artikel ini hendak membahas tentang pengungkapan iman lewat lukisan abstrak. Tema ini menarik perhatian penulis, karena pelukis responden mengungkapkan imannya secara visual dan dalam gaya abstrak. Sementara tidak banyak orang yang bisa melihat bahwa lukisan yang tidak berwujud itu adalah lukisan yang mengungkapkan iman sang pelukis. Bahkan lukisan abstrak itu memiliki nilai yang lebih kaya dan multi-interpretasi daripada lukisan-lukisan dari aliran lain yang memiliki wujud yang jelas.

Kata Kunci: Iman, Abstrak, interaksionisme simbolik, Kreatif.

1

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

PENDAHULUAN

Lukisan mencerminkan ide melukiskan bunga seperti wujud bunga itu pelukisnya. Pengalaman eksistensial sendiri, tetapi mereka melukiskan pelukis, seperti kegelisahannya, keindahan bunga dalam komposisi warna kesedihannya, kegembiraannya, dan tekstur tertentu di atas kanvas. kebingungannya bahkan pengalaman Lukisan adalah satu sarana utuk imannya tersirat di dalam lukisannya. mengungkapkan iman. Lukisan yang Pelukis yang sedang gembira tidak akan terkenal, seperti The Last Supper karya menghasilkan lukisan bernuansa Leonardo da Vinci, merupakan satu contoh kematian. Dahaga seorang pelukis juga nyata dalam pengungkapan iman akan terpuaskan ketika mereka pelukisnya. Peristiwa Kitab Suci yang menemukan satu gaya yang dianggap dihadirkan pelukis dalam lukisannya paling tepat untuk mengungkapkan adalah hasil kontemplasi dari sang pelukis pengalaman eksistensial mereka. dari apa yang ia imani. Iman yang dihayati Akibatnya, muncullah berbagai macam tidak selalu diungkapkan dalam wujud gaya lukisan dalam seni lukis, seperti gambar yang jelas. satu hasil naturalisme, realisme, surealisme dan pengungkapan iman dengan cara ini abstrak (Kusrianto, 2011). adalah lukisan abstrak. Gaya lukisan yang para seniman Lukisan abstrak ini menarik pakai untuk mengungkapkan pengalaman perhatian penulis untuk meneliti makna mereka tersirat dalam wujud lukisan yang perilaku pelukisnya. Ada beberapa pelukis mereka hasilan. Ketika seorang pelukis aliran abstrak yang tinggal di Kota Malang, melukis bunga di taman sebagaimana jawa Timur. Latar belakang penelitiuan ini wujud aslinya, ia adalah seorang pelukis adalah ketertarikan penulis pada lukisan- naturalis. Seorang pelukis surealis tidak lukisan abstrak yang dipamerkan oleh melukiskan bunga yang tumbuh di atas kelompok Pelukis Rohani Katolik (Warta tanah tapi mungkin saja di atas awan. Sembilan) yang dipamerkan pada suatu Halnya demikian karena mereka kesempatan pameran. Lukisan-lukisan melukiskan sesuatu di luar rasionalitas mereka bergaya abstrak, namun diberi manusia atau di luar realitas keseharian judul bernuansa kristiani. Mereka hidup. Seorang pelukis abstrak tidak membuat lukisannya tidak secara realis,

2

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

tidak berpaku pada dogma ajaran Katolik TINJAUAN PUSTAKA dan tidak demi sekedar “menyelesaikan Riset ini juga dilengkapi dengan pesanan” orang. Mereka menyimpan literatur yang diperlukan sebagai acuan lukisan itu di dalam galerinya untuk dan pembanding temuan. dipamerkan dalam pameran-pameran 1. Seni Abstrak selanjutnya. Mereka menyampaikan Penulis menggunakan buku pesan dalam lukisan abstrak tak berwujud History of Art (Kusrianto,2011) sebagai sementara pameran adalah forum publik. pengantar untuk memahami sejarah dan Lalu, bagaimana mereka menghayati dan perkembangan seni lukis, secara khusus mengkomunikasikan pesan “iman” mereka seni abstrak. Seni abstrak adalah aliran melalui lukisan abstrak itu? seni yang bentuk penyampaiannya tidak Menurut Susanne K. Langer, secara langsung, juga dikatakan salah Manusia adalah animal symbolicum atau satu kesenian kontemporer yang tidak manusia simbolik. Kehebatan manusia menggambarkan objek dalam bentuk asli, dibandingkan dengan binatang adalah ia tetapi menggunakan warna dan bentuk mampu menghasilkan simbol-simbol yang dalam cara non representasional telah disepakati bersama untuk menjalin (Kusrianto, 2011). Istilah abstrak menunjuk interaksi dengan sesamanya pada seni seperti kubisme dan seni (Yudhosukmono, 2005). Simbol-simbol ini futuristik pada awal abad ke-20. Dalam menurut Mead, lahir dari pemaknaan seni abstrak, bentuk-bentuk benda yang individu terhadap lingkungan sosial di digambarkan diubah bentuknya atau sekitarnya (Ritzer, 2011). Simbol-simbol ini didistorsi sehingga bentuk aslinya hilang. digunakan individu untuk menyampaikan Teknik gambar seperti ini sering kali pesan kepada masyarakat. Teori dari menyulitkan kaum awam untuk Mead disebut Teori Interaksionisme menangkap maknanya. Simbolik. Teori inilah yang akan menjadi Gambar abstrak memiliki pisau bedah bagi penulis untuk meneliti beberapa bentuk. Seni abstrak tidak hanya perilaku dua pelukis abstrak di kota berupa bidang datar atau lukisan tapi juga Malang: bagaimana mereka mengahayati dalam bentuk tiga dimensi (seni patung imannya dan menyampaikannya secara dan arsitektur). Dalam seni lukis sendiri, simbolis lewat lukisan abstrak. abstrak memiliki beberapa gaya seperti, kubisme, futurisme dan suprematisme.

3

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

Kubisme merupakan pelukisan sesuatu sebagai bapak seni abstrak Indonesi yang dengan bentuk yang lebih disederhanakan muncul di Bandung tahun 1950-an di dalam bentuk-bentuk geometris. Pelukis bawah bimbingan Ries Mulder (Grolier, yang termasuk dalam aliran ini adalah 2002). Ahmad Sadali adalah alumnus Kazimir Malevich, Pablo Picasso, Georges jurusan seni di Institut Teknologi Bandung Braque. Sementara futurisme adalah (ITB). ITB pada waktu itu tempat kelahiran sebuah aliran seni yang avant-garde atau seni abstrak di Indonesia. Ries Mulder sebelum masanya, terutama pada tahun adalah seniman otodidak Belanda yang 1909 (Kusrianto, 2011). Pelukis terkenal datang ke Indonesia pada tahun 1939 dan yang menganut gaya ini adalah Marcel mengajar di akademi seni tersebut di ITB. Duchamp (1887-1968). Suprematisme Seni lukis abstrak Ahmad Sadali memiliki merupakan aliran dalam seni lukis abstrak daya tarik keagamaan. yang mencari bentuk-bentuk yang tidak Ada beberapa buku pendukung dibebani oleh muatan gaya lukis apa pun. dalam wacana apresiasi dan kritik seni Gaya lukis ini berwujud bentuk-bentuk rupa, yang sangat membantu dalam geometris secara datar pada permukaan menuntun peneliti dengan metode-metode kanvas. dalam penulisan karya ilmiah kritik seni, Aliran seni abstrak pertama kali diantaranya: buku Nooryan Bahari (2008) diperkenalkan pada tahun 1915 oleh yang berjudul Kritik Seni; Wacana Kazimir Malevich, pelukis Rusia. Pada Apresiasi dan Kreasi, Kemudian buku tahun yang sama Kazimir Malevich Darsono Sony Kartika (2004) yang memamerkan lukisannya yang berjudul berjudul Seni Rupa Modern dan Pengantar Black Square on a White Ground. Lukisan Estetika dan buku A.A.M. Djelantik (2004) ini menjadi pemibicaraan banyak kritikus yang berjudul Estetika; Sebuah Pengantar. seni lukis. Ia juga memamerkan lukisannya Penelitian terhadap karya yang bergaya futurisme, kubisme dan seniman sebelumnya pernah dibuat oleh suprematis. Kadang para kritikus memberi Fitri Evita dalam penelitian disertasinya interpretasi yang berlebihan atas karyanya yang berjudul “Narasi Simbolik Karya Seni supaya dianggap mengerti seni aliran ini. Rupa Seniman Medan” (2017). Di Indonesia, seni lukis aliran Penelitiannya dapat dilihat dan dibaca di abstrak dipelopori oleh Ahmad Sadali. http://www.magisterseniusu.com/uploads/ Ahmad Sadali sering kali dianggap 1/8/0/0/1800340/tesis-fitri-evita.pdf. Ia

4

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

membuat penlitian dalam sudut pandang Interaksi simbolik ada karena etnografi. Namun dalam Tesis ini penulis beberapa ide dasar dalam membentuk tidak berfokus pada hasil karya seniman, makna yang berasal dari pikiran manusia melainkan pemaknaan seniman atas (Mind) mengenai diri (Self), dan karyanya. bagaimana hubungannya di tengah interaksi sosial. Tujuan akhirnya adalah 2. Teori Interaksionisme Simbolik untuk memediasi, serta menginterpretasi Landasan teori ini diambil dari makna di tengah masyarakat (Society) gagasan Herbert Mead tentang dimana individu tersebut menetap. Makna interaksionisme simbolik. Teori ini itu berasal dari interaksi, dan tidak ada menekankan bahwa tindakan-tindakan cara lain untuk membentuk makna, selain manusia mengikuti penafsiran atas dengan membangun hubungan dengan tindakannya sendiri (Ritzer, 2011). individu lain melalui interaksi (Mead, Tindakan sosial yang dilakukan oleh 1972). Definisi singkat dari ke tiga ide individu didorong oleh hasil pemaknaan dasar dari interaksi simbolik, antara lain: sosial terhadap lingkungan sekitarnya. 1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan Makna dari perbuatan individu diperoleh untuk menggunakan simbol yang melalui proses interpretasi dan komunikasi mempunyai makna sosial yang terhadap simbol-simbol di sekitarnya. sama, dimana tiap individu harus Tanda-tanda tersebut menjadi simbol yang mengembangkan pikiran mereka digunakan untuk dapat membagikan melalui interaksi dengan individu pesan kepada orang lain. Salah satu lain. simbol yang digunakan manusia adalah 2. Diri (Self) adalah kemampuan bahasa. untuk merefleksikan diri tiap Teori interaksionisme simbolik individu dari penilaian sudut menganalisis individu berdasarkan pandang atau pendapat orang tindakan subjektif yang diciptakan individu lain, dan teori interaksionisme sebagai basis perilaku dan tindakan simbolis adalah salah satu cabang sosialnya. Individu bertindak lebih dalam teori sosiologi yang berdasarkan apa yang diyakini atau yang mengemukakan tentang diri diimaninya, bukan berdasarkan pada apa sendiri (The-Self) dan dunia yang secara objektif benar. luarnya.

5

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

3. Masyarakat (Society) adalah mematuhi begitu saja struktur sosial jejaring hubungan sosial yang disekitarnya. Tindakan mereka lahir dari diciptakan, dibangun, dan pemaknaan subjektif. Dengan demikian dikonstruksikan oleh tiap individu teori interaksionisme simbolik ini muncul. ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam METODE PENELITIAN perilaku yang mereka pilih secara 1. Dasar Penelitian aktif dan sukarela, yang pada Metode penelitian yang digunakan akhirnya mengantarkan manusia penulis dalam penelitian ini adalah metode dalam proses pengambilan peran pendekatan kualitatif. Kedua pelukis di di tengah masyarakatnya. atas dipilih menjadi responden atas Buku berjudul ”Mind, Self and penelitian dalam artikel ini karena mereka Society” merupakan buah karya George adalah pelukis abstrak beragama Katolik. Herbert Mead yang paling terkenal. Buku Selain itu, pendapat mereka tentang tersebut memfokuskan pada tiga tema pengungkapan iman lewat lukisan abstrak konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk cukup senada. Dengan demikian, menyusun diskusi mengenai teori interaksi pertanyaan besar yang membingkai simbolik. Tiga tema konsep pemikiran seluruh artikel ini terjawab secara objektif George Herbert Mead yang mendasari atau cukup mewakili pikiran semua pelukis interaksi simbolik antara lain: 1) abstrak beragama Katolik di kota Malang. Pentingnya makna bagi perilaku manusia. 2. Lokasi Penelitian 2) Pentingnya konsep mengenai diri 3) Penelitian dilakukan dalam rumah Hubungan antara individu dengan masing-masing pelukis abstrak di Kota masyarakat. Malang yang menjadi subjek penelitian. Sebelum teori ini muncul para 3. Subjek Penelitian sosiolog cenderung menekankan Yon Wahyuono adalah seorang besarnya pengaruh struktur sosial dalam pelukis kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur. membentuk perilaku individu. Struktur Sekarang ia brdomisili di Jalan Menur 8, sosiallah yang membentuk perilaku malang. Secara gerejawi, wilayah ini individu pada hal individu memiliki termasuk dalam wilayah teritorial Paroki kehendak bebas padahal kehendak “St. Albertus de Trapani” Belimbing, bebasnya itu membuat mereka tidak Malang. Ia menamatkan pendidikan

6

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

terakhirnya di IKIP Malang, sebagai Artikel ini ditulis berdasarkan riset sarjana seni rupa. Ia punya pengalaman eksploratif yang penulis lakukan pada mengajar senirupa, mulai dari mengajar tanggal 24 dan 29 November 2018 dengan SD sampai menjadi dosen di mewawancarai dua orang pelukis abstrak Almamaternya, di IKIP Malang (sekarang Katolik dari Kota Malang. Metode Universitas Negeri Malang). Ia sekarang wawancara digunakan dalam riset ini, tinggal bersama isterinya, Yana Ernawati. supaya penulis dapat mengetahui Sejak tahun 1974, Ia giat berpameran di pemikiran mereka secara langsung atau berbagai kota, mulai dari malang, spontan. Dengan demikian jawaban surabaya, Blitar, Banyuwangi, Bali, mereka menjadi lebih autentik. Bontang, Kalimantan Timur, Madiun, Solo, Wawancara dilakukan tanpa diketahui oleh Yogyakarta, Semarang, sampai Jakarta. Subjek bahwa mereka sedang Didik Mintadi adalah seorang pelukis diwawancara. Mereka dapat kelahiran Kediri. Ia sekarang berdomisili di mengungkapkan pemikiran mereka Jalan Maninjau Barat IV-B3, G26 Malang. sebebasnya. Penulis menganggap Wilayah ini masuk dalam Paroki “Ratu metode ini sangat baik untuk melakukan Rosari” Ksatrian, Malang. Ia menamatkan pendekatan secara personal dengan para pendidikan terakhirnya di IKIP Malang pelukis yang menjadi responden. (sekarang Universitas Negeri Malang) 5. Metode Analisis Data sebagai sarjana S1 jurusan pendidikan Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi seni rupa. Sekarang ia tinggal bersama pokok permasalahan dalam artikel ini istri dan anak bungsunya. Ia adalah suami tidaklah dijawab dalam perspektif dari Lilik Indrawati yang adalah juga dogmatis Gereja Katolik melainkan seorang pelukis dan dosen di seni rupa di dijawab dalam perspektif sosiologis. Artikel Universitas Negeri Malang. Sedangkan ini dimaksudkan untuk memaparkan Didik Mintadi adalah pensiunan guru di pemaknaan iman mereka dan bagaimana SMAK St. Albertus Dempo. Lukisan- iman itu diungkapkan dalam lukisan lukisannya sudah sering dipamerkan di abstrak. Mengingat bahwa jarang sekali beberapa kota, seperti Solo, Bali, ada pembahasan tentang lukisan abstrak Surabaya dan lain sebagainya. bertema iman Kristiani, maka penulis berharap artikel ini dapat menjadi 4. Metode Pengumpulan data sumbangan yang berharga untuk

7

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

membantu umat Kristiani dalam adanya penarikan kesimpulan dan memahami pesan iman yang tertuang di pengambilan tindakan. Penyajian data dalam lukisan abstrak. Dengan meliputi hasil wawancara, bukti transkrip pemahaman itu, umat Kristiani diharapkan wawancara dan gambar. Penulis semakin menghargai seni lukis aliran menyajikan data dalam bentuk deskripsi abstrak. naratif yang dikaji sesuai fokus penelitian Metode analisis data yang penulis yaitu makna iman para pelukis abstrak gunakan dalam penelitian ini adalah dalam terang teori interaksionisme metode analisis dari Miles. Tahap-tahap simbolik. analisis data dari Miles mencakup Pada tahap akhir, penulis pengumpulan data, reduksi data, memberikan verifikasi data atau penarikan penyajian data dan verifikasi data atau kesimpulan. Pada tahap penarikan penarikan kesimpulan. kesimpulan ini, penulis menyimpulkan data Dalam proses pengumpulan data, yang sudah diperoleh melalui observasi, peneliti mencatat semua data secara wawancara dan studi dokumentasi di objektif dan sebagaiaman adanya sesuai lapangan. dengan hasil observasi dan wawancara. Langkah selanjutnya adalah reduksi data. PEMBAHASAN Dalam prosesnya, penulis 1. Iman itu Inspiratif menggolongkan, mengarahkan dan Iman itu sangatlah inspiratif. Bagi membuang data yang tidak perlu. pelukis tertentu, iman yang dihayatinya itu Mengorganisasikan data-data yang menjadi sumber inspirasinya untuk direduksi memberikan gambaran yang melukis. Inspirasi itu berawal dari lebih tajam tentang hasil pengamatan dan kegelisahan. Kegelisahan ini menuntut mempermudah penulis untuk mencari data orang pada suatu pencarian yang yang dibutuhkan sewaktu-waktu. Data bermuara pada pengungkapan makna. yang tidak dibutuhkan tidak dimunculkan Bagi seorang pelukis, kegelisahan ini tidak oleh penulis dalam pembahasan agar lebih akan pernah terpuaskan apabila tidak mengarah pada fokus pembahasan. diekspresikan dalam sebuah karya seni. Setelah melakukan reduksi data, Terkait dengan hal ini, Yon Wahyuono penulis memberikan sekumpulan informasi mengatakan: tersusun yang memberikan kemungkinan

8

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

Momen/ peristiwa itu yang sering berbeda menimbulkan satu pertanyaan: menggoda saya. Tuhan kok tak bisa mengapa Yesus yang adalah Tuhan tidak menyelesaikan masalahnya sendiri? Sebagai manusia, Ia pun merasakan bisa menyelesaikan masalah-Nya sendiri? keperihan. “Tuhanku..Tuhanku, mengapa Karena itu ia menumpahkan Engkau meninggalkan Aku?” Apa artinya itu? Dengan kata-kata itu saya terganggu. kegelisahannya dalam bentuk lukisan Itu yang memberi inspirasi pada saya. abstrak. Dengan begitu, kegelisahannya Itulah yang harus ditampilkan di situ (Wahyuono, 2018). dapat teraktualisasikan.

Tidak hanya berangkat dari Kutipan di atas diambil dari kegelisahan hidup, Yon Wahyuono juga penjelasan Yon Wahyuono tentang menimba inspirasi dari sumber Kitab suci Lukisannya yang berjudul “Eloi, Eloi Lama yang tidak pernah kering yaitu Injil. Ia mengatakan demikian: Saya, sebagai pelukis memberikan apa yang paling saya bisa.seorang creator harus senantiasa mencari.apa yang bisa saya berikan, saya berikan. Dibutuhkan reativitas dalam meneladani Yesus. Itulah penghayatan saya sebagai orang Katolik yang bisa melukis. Sumber yang tidak pernah kering adalah Injil (Wahyuono, 2018).

Tentang peranan Injil sebagai sumber inspirasi, Santo Yohanes Paulus II

Gambar 1. “Eloi, Eloi Lama Saba/khtani” dalam suratnya kepada para artis

Pelukis: Yon Wahyono (seniman-seniwati) menyatakan bahwa

Dok. penulis kesenian akan menjadi miskin seandainya

Gambar diambil tgl 24 November 2018 meninggalkan tambang Injil yang tak dapat dihabiskan (Yohanes Paulus, 2000). Sabakhtani”. Lukisan tersebut terlahir dari Berbeda dengan Yon Wahyuono, kegelisahan imannya yang sering Didik Mintadi tidak melukiskan iman mengganggunya. Kata-kata “Eloi, Eloi secara dogmatis, dan literer (mengambil Lama Sabakhtani” yang ia dengar di gereja inspirasi dari Kitab Suci). Yang ia lukiskan tiap tahun, yang ia baca dalam Kitab Suci adalah nilai dibalik keimanan itu. Berkaitan maupun kritik tentang kata-kata tersebut dengan hal ini ia mengatakan: dari umat yang memiliki kepercayaan yang

9

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

Secara dogmatik, tidak. Tetapi, semua lukisan abstrak memiliki kesamaan. Iman karya saya selalu mencerminkan tentang sama-sama diejawantahkan dalam bentuk keimanan, hanya saja orang tak bisa melihat secara kasat mata seperti realis. perasaan, baik itu dari penglihatan Orang harus melalui pendekatan. Bagi maupun dari pendengaran. saya, kesedihan itu iman, kegembiraan itu juga adalah iman. Suasananya mewarnai lukisan saya, mau tidak mau. Nilainya 2. Iman itu Personal yang saya ambil (Mintadi, 2018). Masing-masing responden memiliki Dari kedua jawaban responden di pemaknaan iman yang berbeda. Di bawah atas, halnya jelas bahwa iman ini, penulis menyajikan pendapat berpengaruh besar dalam aktivitas responden tentang makna iman menurut berkesenian mereka. Atau dengan kata mereka. Bagi Yon Wahyuono, iman itu lain, iman sungguh-sungguh adalah. menginspirasi mereka dalam melukis. Bagi suatu pertumbuhan. Iman itu harus tumbuh dalam perkataan dan perbuatan. Yon Wahyuono, karyanya banyak Kita lahir tidak tiba-tiba. Ada rencana dari diinspirasi oleh Injil dan Kitab Suci. Bagi Tuhan untuk kita. Setelah kita percaya, iman juga harus menjadi bagian dari hidup Didik Mintadi, karyanya juga diinspirasi kita. Kalau kekurangan kita tidak oleh nilai-nilai keimanan, seperti diperbaiki, Mohon maaf saja tidak cukup. Iman itu harus dipertanggungjawabkan. kegembiraan, harapan dan cinta kasih Kita juga harus mempertanggung (Didik Mintadi, 2018). jawabkan iman kita, terutama kepada Gusti Yesus (Wahyuono,2018). Bagi Didik Mintadi, Seni abstrak itu layaknya sebuah nyanyian. Dalam Didik Mintadi memaknai iman nyanyian, iman dihayati sebagai secara berbeda, baginya iman adalah kegembiraan penuh semangat, cinta penyerahan diri kepada Tuhan, secara kasih, dan dambaan penuh kepercayaan total. akan campur tangan Allah yang Soal saya bisa atau tidak, itu tergantung menyelamatkan umat manusia (Yohanes perjalanan hidup saya. Saya mungkin bukan seorang Katolik yang baik. Saya Paulus, 2000). Berkaitan dengan hampir tak pernah membaca Injil, kitab nyanyian, Didik Mintadi berpendapat Suci. Tetapi ketika saya membacanya, sebenarnya banyak hal yang sudah saya bahwa nyanyian adalah seni yang paling temui dalam hidup, dan saya tahu. Tapi abstrak karena pesan iman di dalamnya sering kali saya tak bisa menjalani hukum kasih, misalnya. Sebenarnya, dalam hidup hanya bisa dirasakan tapi tidak bisa dilihat. sehari-hari kita sudah menemukan hal itu. Dalam hal ini, nyanyian gerejawi dan Tapi susah kita melaksanakannya. Bukan

10

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

berarti saya tak mau, tapi saya pun berusaha (Mintadi, 2018). Didik Mintadi juga mengatakan hal

yang senada: Keimanan yang terletak di dalam Pendekatan orang terhadap lukisan keindahan adalah milik semua orang. abstrak, itu sama dengan orang yang jatuh Tentu saja pesan iman yang terletak dalam cinta pada pandangan pertama. Ketika pandangan pertama, orang merasa lukisan abstrak tak bisa ditangkap orang senang. Kemudian, tidak usah dicari tahu, secara kasat mata seperti pada lukisan itu gambar apa? Nanti malah akan kembali lagi ke realis, ke naturalis...aku senang realis. Lalu bagaimana cara para pelukis dengan tata susunannya, komposisi abstrak menuntun para pemandang warnanya..itu dari segi visualnya, biasakan seperti itu. Untuk mengadakan lukisannya agar bisa sampai pada pesan pendekatan jiwanya, itu memang harus iman yang mereka wartakan? Apakah melalui proses, tak bisa langsung menebak apa maknanya. Ketika saya mereka perlu menjelaskan pesan iman sedang dilanda konflik batin, maka akan yang mereka ungkapkan itu? Bagaimana terlihat bahwa lukisan saya, selalu didominasi warna gelap. Ketika saya cara memahami lukisan abstrak yang sulit mengalami sesuatu yang menyenangkan, itu? itu juga punya pengaruh besar untuk lukisan saya. Sadar atau tidak. Jadi dalam Menikmati lukisan abstrak ternyata mengerti lukisan abstrak, pertama-tama membutuhkan suatu cita rasa keindahan di harus merasa seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan seni yang paling dalam diri orang yang memandangnya. abstrak adalah seni musik. Itu bukan untuk Seseorang tidak perlu langsung menafsir dilihat, tapi dirasakan (Mintadi, 2018). apa makna dari suatu lukisan abstrak. Hal Dari kedua peryataan responden di yang perlu dilakukan adalah menikmati atas, tampak bahwa lukisan abstrak keindahan yang terdapat di dalam lukisan adalah lukisan yang tidak mudah abstrak tersebut. Hal ini secara jelas dimengerti begitu saja, apalagi mengerti dinyatakan oleh Yon Wahyuono: iman yang diungkapkan dalam bentuk Saya punya lukisan abstrak yang bercerita tentang harmoni alam. Lalu bagaimana lukisan Kristiani abstrak. Namun satu hal mengertinya, padahal di sana tak ada yang menjembatani pendapat mereka gunung, sungai, rumput lembah yang subur? Anda cukup memandangnya saja, berdua adalah bahwa lukisan abstrak melihat komposisi warnanya, kok bagus. pertama-tama menggambarkan suatu ide Cukup memandang indahnya saja, Anda sudah melakukan apresiasi terhadap keindahan, bukan wujud dari keindahan. keindahan. Jangan langsung ditafsirkan Untuk mengerti lukisan abstrak adalah apa maknanya, dan sebagainya. Cukup pandangi dan rasakan keindahannya dengan merasa. Pemandang pertama- (Wahyuono, 2018).

11

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

tama perlu merasakan keindahan yang interpretasi atas lukisan rohani abstraknya diungkapkan pelukis abstrak dalam yang berjudul “Bidang Berdekorasi Litani”. komposisi warna lukisannya, kedinamisan Lalu Didik Mintadi menjawab demikian: warna yang ada di sana. Sehubungan dengan hal iman, dalam mengerti lukisan Saya tidak bisa menjelaskan. Kalau saya menjelaskan, berarti saya malah bohong abstrak, berarti pemahaman iman tidak sendiri. Saya nanti malah menjual ide hanya ditampakkan dalam gagasan iman saya. Saya malah membual, supaya karya saya dianggap bagus. Amatilah dan pelukisnya, tetapi malah dikembalikan rasakan sendiri apa yang anda lihat. kepada interpretasi orang yang Adakah sesuatu? Kalau Anda mau mengetahui lebih jauh, memang tidak bisa memandang lukisannya. Pelukis memberi sekali dua kali. Anda harus merenung. kebebasan bagi orang lain untuk Mengamati ini seperti orang berdoa. Harus ada kekosongan jiwa. Kalau Anda mau menginterpretasikan lukisannya bercerita tentang lukisan itu ya..silakan berdasarkan perasaannya masing- anda bercerita sendiri tentang apa yang anda lihat dan itu sah saja. Tapi pertama- masing. tama kalau anda mau melihat ya..dilihat visualnya dulu, apa yang menjadi ketertarikan Anda ketika Anda melihatnya pada pandangan pertama (Mintadi, 2018).

Yon Wahyuono juga belum memberikan penjelasan yang pasti mengenai lukisan rohani abstraknya yang berjudul “Eloi, Eloi lama Sabakhtani itu”.

Sebetulnya secara alami maupun yang diyakini, warna itu menyiratkan simbol. Gambar 2. “Bidang Berdekorasi Litani” Dan manusia itu begitu beragam. Dan secara umum saya tak Pelukis: Didik Mintadi membayangkan apa yang mau saya buat Dok. Penulis sesuai warnanya, sengaja atau tak

Gambar diambil tanggal 29 November 2018 sengaja..sret..sret..sret... Dan ketika kita mengayunkan cat, kita sudah “nyuwun” Lalu bagaimana pelukisnya atau meminta, mungkin ada kekuatan Roh Allah yang bekerja di sana. Biasanya, memberi penafsiran atas karya abstraknya setelah selesai baru kita sadar sendiri? Berkaitan dengan hal ini, pelukis (Wahyuono, 2018). pernah meminta salah satu responden yaitu Didik mintadi untuk melakukan

12

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

Berdasarkan hasil responden di 3. Mengapa Abstrak? atas, terlihat bahwa mereka tidak dapat Mengapa para pelukis memiliki menjelaskan lukisan abstrak mereka, atau gaya yang berbeda-beda dalam melukis? bahkan menolak menjelaskannya kepada Gaya mereka ini terkait dengan selera orang lain. Dari tanggapan mereka ini mereka dalam mengungkapkan ide penulis menarik penafsiran bahwa iman itu mereka. selera mereka ini ternyata berasal sangat personal, sedemikian personalnya dari pencarian yang terus menerus. bahkan mereka tak membuat orang Proses pencarian itu akhirnya bermuara segera mengerti apa pengalaman iman pada satu gaya yang dianggap mewakili yang mereka ungkapkan dalam aktualisasi diri mereka. Pernyataan ini lukisannya. Ini bukan berarti mereka egois, ditegaskan oleh Yon Wahyuono. tetapi hanya mereka yang benar-benar tahu dan memaknai bahwa apa yang Saya ini seorang eksperimentalis, suka nyoba-nyoba. Sebelum abstrak, saya mereka lakukan itu adalah sebuah memulai dari realis. Saya tidak berhenti di ungkapan beriman. Ungkapan beriman satu style. Namun apakah ada pesan yang mau disampaikan? Iman kita memberi semacam itu adalah mereka sendiri yang warna. Banyak orang yang tidak memiliki (Mintadi, 2018). Hanya mereka mengerjakan abstrak, saya justru senang karena saya bisa berbeda dengan yang yang mengenal iman mereka sendiri dan lain. Kiat dari kesenian itu adalah itu. iman itu benar-benar otentik. Bahkan kata- Resikonya, tidak setiap hari lukisan saya dipesan orang. Perjamuan akhir itu bisa kata tidak cukup mampu menjelaskan laris kalau saya mau berbisnis. Tapi itu kan iman yang mereka ungkapkan. Hanya satu meniru yang sudah ada. Ssaya tidak merendahkan mereka, namun Saya harus cara yang ditawarkan dan itupun tidak punya sisi lain (Wahyuono, 2018). mudah, yaitu merasa, sebagaimana yang ditekankan oleh yon Wahyuono dan Didik Didik Mintadi juga mengatakan hal Mintadi. Mengerti pesan iman dalam yang senada: lukisan abstrak pertama-tama adalah merasa, bukan melihat. Tidak cukup hanya Menurut saya, itulah yang paling pas dengan hati dan jiwa saya. Karena abstrak dengan merasakan satu lukisan saja, itu sebenarnya multi interpretasi. Ketika tetapi pemandang juga harus memandang orang berhadapan dengan karya abstrak, orang tidak di-kaca mata-i kuda. Dalam beberapa lukisan. abstrak, kita bisa menginterpretasikannya sesuai dengan pengalaman keindahan kita. Misalnya, ketika Anda tidur di

lapangan dan menghadap awan, maka

13

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

akan terbersit di benak Anda bahwa dengan lukisan rohani yang realis dan bentuk awan itu seperti pulau kalimantan, populer seperti lukisan The Last Supper kayak orang. Lalu apakah sebenarnya awan itu berbentuk seperti itu? Tidak. Itu yang sering dipajang di gereja-gereja dan hanya .....bahwa kita pernah melihat etalase toko-toko rohani Katolik. orang, pulau Kalimantan, dan itu adalah pengalaman estetik pribadi. Dalam Pesan dan makna lukisan abstrak abstrak, itu lebih multi interpretasi. Seni juga sangat interpretatif karena sekarang tambah gila, visual tidak terlalu penting, yang penting adalah nilai, konteks pemaknaannya bukan didasarkan pada yang digarap. Bahkan kadang-kadang lukisannya, tetapi dari orang yang teknisnya pun tidak benar (Mintadi, 2018). melihatnya. Pelukis tidak mendikte makna Dari pemaparan di atas, dapat dalam lukisannya. Meminjam istilah dari digambarkan bahwa faktor yang membuat Didik Mintadi, dengan lukisan Abstrak, mereka memilih lukisan abstrak, selain orang tak di “kacamatai kuda”. Orang tidak karena gaya itu sesuai dengan ungkapan secara langsung menginterpretasikan hati dan jiwa mereka, gaya abstrak itu juga lukisan itu secara langsung dan terarah kaya akan pesan dan nilai.Pesan dan nilai dengan melihat wujudnya seperti dalam dalam berkesenian lebih menarik mereka lukisan naturalis dan realis. Dalam lukisan daripada hanya sekedar untuk abstrak yang tanpa wujud, orang menyelesaikan “pesanan” dengan menafsirkannya lewat merasakan mengikuti model-model lukisan yang komposisi warna dalam lukisan. Dan sudah populer. Selain kaya akan pesan warna-warna itu menghantarkan orang dan nilai, lukisan abstrak juga memuat pada suatu penglihatan yang metafisis. unsur keunikan tersendiri. Semakin unik Dalam pendekatan interaksionisme dan jarang dinikmati, itulah yang mereka simbolik, warna-warna itu adalah simbol cari, sebab hakikat berkesenian adalah yang dipakai seniman untuk menciptakan yang berbeda dari yang lain. memungkinkan penikmat lukisannya Lukisan Yesus tidak berseni lagi dan membayangkan realitas metafisik seperti kehilangan daya pikatnya kalau diduplikasi keindahan, keagungan, kesedihan, alam sampai berjuta-juta untuk dijual. baka, suasana surgawi dan sebagainya Konsekuensinya adalah lukisan mereka (Ritzer, 2011). jarang dipesan orang (ini berdasarkan Selain sarat akan makna dan unik, pengalaman Pak Yon Wahyuono), sebab ada faktor lain yang membuat gaya orang awam biasanya lebih berminat

14

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

abstrak dipilih oleh responden. Yon lukisan tersebut halnya harus sama Wahyuono menambahkan: dengan berdoa (Mintadi, 2018). Salah satu lukisan abstraknya yang Kalau saya melukiskan tritunggal menarik adalah lukisan yang berjudul mahakudus secara naturalis,itu kan sudah ‘TRITUNGGAL’. Lukisan berlatarbelakang dikerjakan oleh orang lain. Kalau saya melukiskan seperti ini (abstrak), Tritunggal biru ini dihiasi dengan semburat warna itu bagi saya sudah utuh. Tuhan itu putih, kuning dan hijau. Dari hasil yang menurut Kitab Suci juga rasional. Ini adalah aktualisasi diri dan aktualisasi terlihat dapat dirasakan bahwa lukisan ini peristiwa. Di dunia ini ada yang isinya dikerjakan dengan sangat hati-hati, tidak realistis, kayak fotografi, sampai yang tidak berbentuk. Tapi semuanya itu kalau kita sembarang ketika mengayunkan kuas di pahami, ada. Dalam kebudayaan Jawa itu atas kanvas. ada yang disebut “Ada tapi ndak ada”. Tuhan itu Ada tapi ndak ada. Masyarakat, apalagi awam kan selalu mengerti pertama-tama apa yang ia lihat. Saya saja tidak tahu wajah Allah itu seperti apa (Wahyuono, 2018).

Konsep pemikiran Yon Wahyuono di atas secara jelas menekankan misteri Allah yang transendental. Allah ada sekaligus tidak ada. Halnya berarti bahwa Allah yang dari pada-Nya segala sesuatu Gambar 3. “TRITUNGGAL”

‘mengada’, tidak diragukan eksistensi- Pelukis: Yon Wahyono

Nya, namun Ia tidak bisa dilihat secara Dok. Penulis kasat mata (tidak ada/tersembunyi). Gambar diambil 24 November 2018 Demikian halnya dengan lukisan abstrak. Secara visual, lukisan abstrak tampak Menurutnya, Allah Tritunggal adalah tidak menghadirkan peristiwa iman utuh, satu dan tidak terbagi. Refleksi iman tertentu secara jelas, tapi iman itu sendiri akan keutuhan Allah Tritunggal tercermin terkandung di dalam corak warna maupun dalam lukisan abstraknya. Keutuhan tekstur dan garis-garis pada lukisan tersebut membentuk sebuah abstrak. Iman itu hanya bisa dirasakan dan keharmonisan yang dipresentasikan dilihat dengan kekosongan jiwa. Melihat dalam ketiga warna yang bergabung. Bergabung dan bukan tercampur! Halnya

15

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

berarti bahwa ketiga warna yang ada di memandang, dan merasakan keindahan di dalam lukisan di atas tidak tercampur dalamnya melalui kesatuan garis-garis, menjadi satu sehingga menghasilkan komposisi warna, dan irama tertentu yang warna yang baru. Ketiga warna tersebut dihadirkan dalam lukisan. Tetapi bukankah tetap tampak secara jelas, namun dengan begitu orang hanya mendapatkan disatukan dalam satu pola. Bukan wujud kesan saja dari apa yang ia lihat? yang ia tampilkan dalam lukisannya, Bagaimana orang bisa melihat pesan iman sebagaimana lukisan-lukisan rohani pada yang ditampilkan pelukis lewat warna- umumnya tentang Allah Tritunggal. Yon warna, susunan garis yang hanya Wahyuono lebih menampakkan makna. menampilkan kesan? Tidak sembarang makna, tapi makna Pemahaman akan pesan itulah yang telah ia hayati dan ia bawa dikembalikan lagi pada penghayatan iman dalam pengalaman hidupnya akan Tuhan. yang personal dari pelukis. Pelukis merasa Itulah iman yang coba ia komunikasikan tidak berhak untuk membatasi interpretasi dalam lukisannya. masing-masing orang yang memandang lukisannya sesuai dengan pikiran pelukis. PENUTUP: Beriman Secara Kreatif Seniman tidak memiliki otoritas untuk Para pelukis Kristiani abstrak memberikan arti dari karyanya (Dharsono, mengungkapkan iman mereka secara 2007) sehingga, menjadi masuk akal abstrak. Mereka melukis abstrak karena bahwa pelukis abstrak yang menjadi mereka meyakini di dalam dunia ini ada responden dalam penelitian ini menolak yang disebut “Ada tapi tidak Ada”, untuk menafsirkan karyanya sendiri. misalnya, Tuhan. Lukisan abstrak kaya Inti iman Katolik adalah berkisah, akan interpretasi dan dengan membiarkan yakni berkisah tentang kasih mesra Allah orang lain memberikan tafsiran apa saja kepada setiap orang dan tentang atas lukisan mereka, para pelukis abstrak tanggapan bebas setiap orang (menerima menunjukkan bahwa mereka menghayati atau menolaknya). Tema-tema ini akhirnya imannya secara personal. Lukisan mereka mendorong mereka untuk membuka merupakan hasil pergumulan dan kreativitas mereka terhadap tema-tema itu. kegelisahan akan hidup beriman mereka. Gereja menolong mereka untuk Bagaimana menangkap pesan iman dalam menyelami lubuk hati mereka sendiri, lukisan abstrak? Caranya adalah dengan menyuarakan kerinduan rohani yang

16

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

mereka gumuli. Hasilnya, dengan caranya Bertanya dalam beriman tidak mengurangi masing-masing Yon Wahyuono dan Didik arti beriman itu sendiri (Pareira, 2012). Mintadi mencoba untuk Orang yang bertanya justru mau mengungkapkannya dalam gaya lukisan menyerahkan dirinya kepada Tuhan abstrak mereka. Lukisan itu menjadi secara lebih dalam. Kepasrahan ini simbol yang kadang-kadang tidak bisa ditampakkan oleh Didik Mintadi ketika ia ditafsirkan maknanya begitu saja seperti mau melukis. Keunikan abstrak adalah halnya kode yang sulit dipecahkan yang orang tidak mempunyai konsep apa-apa timbul dari pemaknaan subjektif mereka akan apa yang hendak ia lukiskan. akan iman. Kepasrahan kepada Tuhan akan Dari hal di atas, penulis melihat menuntun intuisi mereka untuk perlunya beriman secara kreatif. Gereja menyelesaiakan sebuah lukisan yang telah membantu para seniman untuk sebelumnya tidak terkonsep di dalam mengembangkan kreativitas mereka pikiran mereka. sampai ke batas-batasnya. Dengan Beriman secara kreatif adalah iman lukisan, para seniman telah berteologi yang memberi tanggapan akan persoalan- secara kreatif. Berteologi adalah suatu persoalan yang berhubungan dengan kegiatan beriman. Kegiatan beriman ini iman. Pelukis abstrak senantiasa dipacu adalah bertanya tentang imannya (Pareira, untuk produktif menghasilkan lukisan- 2012). Dengan bertanya orang mendapat lukisan yang mencermikan tanggapan kepastian yang mendalam tentang mereka akan persoalan iman yang aktual. imannya. Yon Wahyuono bertanya tentang imannya: “Mengapa Tuhan sepertinya KESIMPULAN tidak bisa menyelesaikan permasalahan- Iman pelukis abstrak sangat Nya sendiri, sampai-sampai Ia merasa mempengaruhi hasil karya Seniman.Teori ditinggalkankan sendirian di atas kayu Interaksionisme Simbolik Mead sangat salib?” Pertanyaan ini adalah sebuah terkait dengan aktivitas pelukis dalam pergumulan batin yang menggetarkan dan berkarya. Apa yang pelukis rasakan dan mengusiknya. Ia tidak bisa hanya diam hayati dalam imannya dapat dan terus-menerus diusik oleh pertanyaan dikomunikasikan dalam bentuk-bentuk yang mendasar itu. simbolis melalui lukisan abstrak. Bagi kedua pelukis, iman itu inspiratif dan

17

Jurnal Maharsi, Volume 2. No. 1 2020 e-ISSN 2684-8686 , p-ISSN 2656-2499 https://doi.org/10.33503/maharsi.v2i1.691

personal. Tidak masalah jika orang tidak Kusrianto, Adi dan Made Arini. 2011. History of Art. Jakarta: PT Elex Media mengerti apa pesan iman dalam lukisan Komputindo. mereka sebab iman itu pertama-tama unik Mead, George H. 1972. Mind, Self, and dan personal. Lukisan abstrak pertama- Society: From The Standpoint of A tema bukan untuk dijelaskan, tetapi untuk Social Behaviorist. The University of Chicago Press. dipandang, dirasakan dan dihayati.

Gagasan interksionisme simbolik Pareira, Berthold Anton, O. Carm. 2012. Mari Berteologi: Sebuah Pengantar mendukung hasil temuan penulis dalam Teologi. Yogyakarta: Kanisius. riset ini. Konsep-konsep iman yang Paulus II, Yohanes. 2000. Letter of His mereka bangun dalam dirinya Holiness Pope John II to Artist. terekspresikan dalam lukisannya dan Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Departemen itulah yang mereka sampaikan kepada Dokumentasi dan Penerangan KWI. masyarakat. Kedua pelukis abstrak Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. mengekspresikan diri pertama-tama 2011. Teori Sosiologi Modern. Edisi berdasarkan apa yang diyakini atau yang ke-6. Jakarta: Kencana. diimaninya, bukan berdasarkan pada apa Yudosukmono P.S., Michael R. Emut. yang secara objektif benar. 2005. Seni Menurut Susane K. Langer. Skripsi. STFT Widya Sasana

Malang.

DAFTAR RUJUKAN

Bandung: Seni Lukis, Bentuk Abstrak.” 2002. Indonesian Heritage: Seni Rupa. VII. Jakarta: Buku Antar Bangsa untuk Grolier International, Inc.

Dharsono (Sony Kartika). 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.

Firmanto, Antonius Denny dan Adi Saptowidodo. (eds.). 2018. Iman dan Seni Religius. Malang: Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana.

Heuken, A., SJ. 1954. “Seni Kristiani.” Ensiklopedi Gereja, IV Ph-To (pp. 207-215). Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka..

18