Makna Tudung Manto Bagi Orang Melayu Daik the Meaning of Tudung Manto for the Malays Daik
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MAKNA TUDUNG MANTO BAGI ORANG MELAYU DAIK THE MEANING OF TUDUNG MANTO FOR THE MALAYS DAIK Febby Febriyandi. Y.S. BPSNT Tanjungpinang Jln. Pramuka No. 7, Tanjungpinang E-mail: [email protected] ABSTRACT Tudung Manto is one of the main items for Malay women traditional clothing in the village of Daik Malay, Linga District, Riau Islands Province. This research tries to understand the meaning contained in the Tudung Manto by using qualitative method and the interpretivisme symbolic paradigm. This study shows that motif of tu- dung manto is a vehicle used by the Malays Daik to bring the concept of value altruistic, glory, unity, and integrity, obedience to God, Sincerity and honesty, brotherhood, orderly, harmonious, abstinence give up, to maintained the reputation, keep the peace, wealth and prosperity, the concept of human, social stratification, as well as the concept of Malay identity. Keywords: Tudung manto, The Malays daik, Meaning, Symbols ABSTRAK Tudung manto merupakan salah satu kelengkapan pakaian adat bagi perempuan Melayu di Kelurahan Daik, Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini berupaya memahami jaringan makna yang terkan- dung dalam kain tudung manto dengan menggunakan paradigma interpretivisme simbolik dan metode kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa kain tudung manto dan motif hiasnya merupakan wahana yang digunakan oleh orang Melayu Daik untuk membawakan konsep nilai kerendahan hati, keagungan, mempertahankan persatuan dan keutuhan, kepatuhan kepada Tuhan, ketulusan dan kejujuran, persaudaraan, tertib, rukun, pantang menyerah, menjaga nama baik, menjaga kedamaian, kekayaan dan kemakmuran, konsep manusia, stratifikasi sosial serta konsep identitas Melayu. Kata Kunci: Tudung manto, Orang Melayu daik, Makna, Simbol PENDAHULUAN (sulam) yang dikenal dengan istilah tekat tanah, Daik merupakan suatu wilayah yang menjadi tekat timbul, dan tekat kelingkan. Pembuatan bagian penting dalam perjalanan sejarah suku berbagai jenis kain tenun dan kelengkapan bangsa Melayu di wilayah Kepulauan Riau. Daik pakaian tradisional mendapat perhatian yang pernah menjadi Ibu Kota Kerajaan Lingga-Riau serius dari kalangan istana maupun rakyat biasa.2 yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Melayu Dukungan ini tidak hanya didasari oleh faktor Melaka yang pernah menjadi poros kekuatan ekonomi (untuk diperdagangkan), namun lebih politik di wilayah pesisir Timur Sumatera dan kuat didorong oleh nilai budaya Melayu yang semenanjung Malaka.1 menjadikan pakaian sebagai salah satu indikator Pada masa kerajaan Melayu Lingga-Riau penilaian bagi harga diri seseorang yang dikenal (1787–1911), Daik tidak hanya berperan sebagai dengan istilah marwah. Konsep marwah inilah Ibu Kota kerajaan, namun juga menjadi pusat yang dijadikan sebagai acuan dalam menciptakan kebudayaan suku bangsa Melayu. Pada masa itu, bentuk-bentuk pakaian adat bagi perempuan dan di Daik berkembang berbagai bentuk kesenian laki-laki Melayu. tradisional, pengolahan besi dan logam serta Effendi, dkk.3 mengatakan bahwa pakaian kerajinan kain tenun dengan berbagai teknik tekat adat Melayu dapat dibedakan dalam dua kategori. | 101 Pertama, berdasarkan konteks pemakaiannya, kehidupan orang-orang Melayu Daik. Untuk dapat pakaian tradisional Melayu dibedakan antara memahami makna itu, dirumuskan pertanyaan pakaian sehari-hari dengan pakaian untuk upacara penelitian: makna apa yang terkandung dalam adat. Kedua, berdasarkan jenis kelamin, pakaian kain tudung manto? tradisional Melayu dibedakan antara pakaian Penelitian ini bertujuan untuk memahami perempuan dan laki-laki. Pakaian sehari-hari jaringan makna yang terkandung dalam kain untuk laki-laki terdiri dari baju gunting cine tudung manto yang merupakan bagian dari yang dilengkapi dengan seluar (celana) dan bangunan kebudayaan suku bangsa Melayu Daik, kopiah. Pakaian adat untuk laki-laki terdiri atas Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi baju teluk belanga dan baju cekak musang yang Kepulauan Riau. dilengkapi seluar, kain samping, dan tanjak Kerangka pemikiran penelitian ini didasari atau kopiah sebagai penutup kepala. Pakaian oleh paradigma interpretivisme simbolik (antro- harian perempuan Melayu terdiri dari baju kebaya pologi interpretif) yang dibangun atas asumsi labuh, dan baju kurung, sedangkan pakaian adat bahwa manusia adalah hewan pencari makna. untuk perempuan terdiri dari baju kurung atau Paradigma ini berupaya mengungkap cara-cara kebaya yang dilengkapi dengan kain pinggang simbolik manusia, baik secara individual, maupun (kain tenun berbentuk kain sarung) dan tudung secara kelompok kebudayaan, memberikan (selendang) untuk menutupi kepala. makna kepada kehidupannya.5 Perempuan Melayu di Daik mengenakan “Manusia adalah hewan pencari makna” yang kain penutup kepala yang disebut tudung manto. dapat dilihat dari cara khas manusia memahami Kain penutup kepala ini memiliki hiasan yang lingkungan alam maupun sosialnya, yaitu dengan khas dan berbeda dengan penutup kepala yang melekatkan dan memahami makna pada segala dikenakan oleh perempuan Melayu di daerah sesuatu yang ada dalam kehidupannya, seperti lain di Kepulauan Riau. Perempuan Melayu di keberadaan manusia lain, benda-benda, tindakan- Kelurahan Daik Kabupaten Lingga telah menge- tindakan, dan bahkan keberadaan dirinya sendiri nal tudung manto sejak tahun 1700-an, dengan yang tak luput dari pelekatan makna. Pemberian berkembangnya pengetahuan serta keterampilan makna terhadap segala sesuatu dalam kehidupan bertenun di daerah Kampung Mentok, Siak, manusia, menjadikannya makhluk yang memiliki 4 Sepincan, Tanda, dan Gelam. kemampuan memproduksi simbol.6 Sekarang kurang lebih 200 tahun telah ber- Menggunakan paradigma interpretivisme lalu, tudung manto masih diproduksi dan dipakai simbolik berarti mendefinisikan budaya sebagai oleh perempuan Melayu di sana. Kemampuan sistem makna dan simbol. Dengan makna dan tudung manto bertahan sebagai pakaian adat simbol itu masyarakat mendefinisikan dunia yang menunjukkan bahwa ia mengandung makna mereka, mengekspresikan perasaan mereka, dan tertentu. Ia merupakan wahana bagi serangkaian membuat penilaian mereka. Pola-pola makna makna yang penting bagi orang Melayu Daik. tersebut—yang terkandung dalam sistem simbol Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami —ditransmisikan secara historis, dan dengan rangkaian makna tersebut. simbol itu manusia berkomunikasi, memantapkan Jika dilihat sepintas, tudung manto hanya dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang terlihat sebagai sehelai kain yang merupakan bersikap dalam kehidupan. Karena kebudayaan bagian dari pakaian adat bagi perempuan Melayu adalah pola makna yang terwujud sebagai sistem Daik. Namun jika dikaji lebih dalam, tudung simbol maka proses kebudayaan harus dipahami, manto mengandung serangkaian makna yang dan diterjemahkan.5 dipahami bersama oleh suku bangsa Melayu Dalam kajian ini tudung manto tidak dilihat Daik. Rangkaian makna tersebut merupakan sebagai wujud materiil kebudayaan, melainkan bagian dari sistem makna yang membangun ke- dilihat sebagai fenomena simbolik kebudayaan. budayaan mereka. Dengan mengkaji makna Mengikuti Geertz yang mendefinisikan simbol yang terkandung dalam tudung manto, kita bisa sebagai an object/act/quality/or relation which memahami nilai-nilai budaya yang mendasari serves as vehicle for a conception7, serta Achmad 102 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011 Fedyani Saifuddin yang mendefinisikan simbol informan terus dilakukan sampai mendapatkan sebagai objek, kejadian, bunyi bicara, dan bentuk “data jenuh” mengenai makna tudung manto. tertulis yang diberi makna oleh manusia5 maka Dengan teknik itu, telah diperoleh informan yang dalam penelitian ini simbol didefinisikan sebagai berlatar belakang sebagai pengrajin tudung manto, segala sesuatu yang disepakati oleh suatu kolektif tokoh adat dan sejarah di Daik serta perempuan manusia sebagai wahana bagi suatu konsepsi. yang memakai kain tudung manto. Penjaringan Dengan melihat tudung manto sebagai informan berdasarkan pengetahuannya mengenai fenomena simbolik maka yang harus dilakukan tudung manto dipandang sangat penting, seb- 12 adalah membaca dan kemudian menafsirkan agaimana dijelaskan oleh James Spradley bahwa makna tudung manto bagi suku bangsa Melayu seorang informan haruslah orang yang memahami Daik. Memahami tudung manto sebagai sebuah fenomena budaya yang sedang diteliti. simbol dan menginterpretasi makna yang dikan- Dalam penelitian ini penulis melakukan dungnya akan mengantarkan kita pada jaringan beberapa teknik pengumpulan data yang bertujuan makna yang lebih luas dalam pikiran orang untuk memberikan kemudahan untuk mendapat- Melayu Daik, seperti identitas mereka sebagai kan data yang dibutuhkan. Adapun teknik orang Melayu, status sosial, dan nilai-nilai ideal pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dalam budaya mereka sehingga dapat diketahui teknik wawancara mendalam dan pengamatan bangunan kebudayaan masyarakat Melayu Daik. berperan serta dalam kehidupan sosial masyarakat di Daik Lingga, khususnya dalam konteks di mana METODE PENELITIAN tudung manto sebagai simbol dimunculkan. Dalam penelitian ini digunakan metode Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Daik analisis budaya Geertz yang disebut “model of” , Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga, Provinsi yaitu menafsirkan realitas fenomena kebudayaan. Kepulauan Riau. Pemilihan Daik sebagai Penafsiran ini dilakukan dengan pendekatan lokasi penelitian dikarenakan tudung manto hanya emik, yakni penafsiran yang mengacu kepada diproduksi oleh masyarakat Melayu Daik sebagai pengategorian pemilik kebudayaan tersebut.11