Makna Tudung Manto Bagi Orang Melayu Daik the Meaning of Tudung Manto for the Malays Daik

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Makna Tudung Manto Bagi Orang Melayu Daik the Meaning of Tudung Manto for the Malays Daik MAKNA TUDUNG MANTO BAGI ORANG MELAYU DAIK THE MEANING OF TUDUNG MANTO FOR THE MALAYS DAIK Febby Febriyandi. Y.S. BPSNT Tanjungpinang Jln. Pramuka No. 7, Tanjungpinang E-mail: [email protected] ABSTRACT Tudung Manto is one of the main items for Malay women traditional clothing in the village of Daik Malay, Linga District, Riau Islands Province. This research tries to understand the meaning contained in the Tudung Manto by using qualitative method and the interpretivisme symbolic paradigm. This study shows that motif of tu- dung manto is a vehicle used by the Malays Daik to bring the concept of value altruistic, glory, unity, and integrity, obedience to God, Sincerity and honesty, brotherhood, orderly, harmonious, abstinence give up, to maintained the reputation, keep the peace, wealth and prosperity, the concept of human, social stratification, as well as the concept of Malay identity. Keywords: Tudung manto, The Malays daik, Meaning, Symbols ABSTRAK Tudung manto merupakan salah satu kelengkapan pakaian adat bagi perempuan Melayu di Kelurahan Daik, Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini berupaya memahami jaringan makna yang terkan- dung dalam kain tudung manto dengan menggunakan paradigma interpretivisme simbolik dan metode kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa kain tudung manto dan motif hiasnya merupakan wahana yang digunakan oleh orang Melayu Daik untuk membawakan konsep nilai kerendahan hati, keagungan, mempertahankan persatuan dan keutuhan, kepatuhan kepada Tuhan, ketulusan dan kejujuran, persaudaraan, tertib, rukun, pantang menyerah, menjaga nama baik, menjaga kedamaian, kekayaan dan kemakmuran, konsep manusia, stratifikasi sosial serta konsep identitas Melayu. Kata Kunci: Tudung manto, Orang Melayu daik, Makna, Simbol PENDAHULUAN (sulam) yang dikenal dengan istilah tekat tanah, Daik merupakan suatu wilayah yang menjadi tekat timbul, dan tekat kelingkan. Pembuatan bagian penting dalam perjalanan sejarah suku berbagai jenis kain tenun dan kelengkapan bangsa Melayu di wilayah Kepulauan Riau. Daik pakaian tradisional mendapat perhatian yang pernah menjadi Ibu Kota Kerajaan Lingga-Riau serius dari kalangan istana maupun rakyat biasa.2 yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Melayu Dukungan ini tidak hanya didasari oleh faktor Melaka yang pernah menjadi poros kekuatan ekonomi (untuk diperdagangkan), namun lebih politik di wilayah pesisir Timur Sumatera dan kuat didorong oleh nilai budaya Melayu yang semenanjung Malaka.1 menjadikan pakaian sebagai salah satu indikator Pada masa kerajaan Melayu Lingga-Riau penilaian bagi harga diri seseorang yang dikenal (1787–1911), Daik tidak hanya berperan sebagai dengan istilah marwah. Konsep marwah inilah Ibu Kota kerajaan, namun juga menjadi pusat yang dijadikan sebagai acuan dalam menciptakan kebudayaan suku bangsa Melayu. Pada masa itu, bentuk-bentuk pakaian adat bagi perempuan dan di Daik berkembang berbagai bentuk kesenian laki-laki Melayu. tradisional, pengolahan besi dan logam serta Effendi, dkk.3 mengatakan bahwa pakaian kerajinan kain tenun dengan berbagai teknik tekat adat Melayu dapat dibedakan dalam dua kategori. | 101 Pertama, berdasarkan konteks pemakaiannya, kehidupan orang-orang Melayu Daik. Untuk dapat pakaian tradisional Melayu dibedakan antara memahami makna itu, dirumuskan pertanyaan pakaian sehari-hari dengan pakaian untuk upacara penelitian: makna apa yang terkandung dalam adat. Kedua, berdasarkan jenis kelamin, pakaian kain tudung manto? tradisional Melayu dibedakan antara pakaian Penelitian ini bertujuan untuk memahami perempuan dan laki-laki. Pakaian sehari-hari jaringan makna yang terkandung dalam kain untuk laki-laki terdiri dari baju gunting cine tudung manto yang merupakan bagian dari yang dilengkapi dengan seluar (celana) dan bangunan kebudayaan suku bangsa Melayu Daik, kopiah. Pakaian adat untuk laki-laki terdiri atas Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi baju teluk belanga dan baju cekak musang yang Kepulauan Riau. dilengkapi seluar, kain samping, dan tanjak Kerangka pemikiran penelitian ini didasari atau kopiah sebagai penutup kepala. Pakaian oleh paradigma interpretivisme simbolik (antro- harian perempuan Melayu terdiri dari baju kebaya pologi interpretif) yang dibangun atas asumsi labuh, dan baju kurung, sedangkan pakaian adat bahwa manusia adalah hewan pencari makna. untuk perempuan terdiri dari baju kurung atau Paradigma ini berupaya mengungkap cara-cara kebaya yang dilengkapi dengan kain pinggang simbolik manusia, baik secara individual, maupun (kain tenun berbentuk kain sarung) dan tudung secara kelompok kebudayaan, memberikan (selendang) untuk menutupi kepala. makna kepada kehidupannya.5 Perempuan Melayu di Daik mengenakan “Manusia adalah hewan pencari makna” yang kain penutup kepala yang disebut tudung manto. dapat dilihat dari cara khas manusia memahami Kain penutup kepala ini memiliki hiasan yang lingkungan alam maupun sosialnya, yaitu dengan khas dan berbeda dengan penutup kepala yang melekatkan dan memahami makna pada segala dikenakan oleh perempuan Melayu di daerah sesuatu yang ada dalam kehidupannya, seperti lain di Kepulauan Riau. Perempuan Melayu di keberadaan manusia lain, benda-benda, tindakan- Kelurahan Daik Kabupaten Lingga telah menge- tindakan, dan bahkan keberadaan dirinya sendiri nal tudung manto sejak tahun 1700-an, dengan yang tak luput dari pelekatan makna. Pemberian berkembangnya pengetahuan serta keterampilan makna terhadap segala sesuatu dalam kehidupan bertenun di daerah Kampung Mentok, Siak, manusia, menjadikannya makhluk yang memiliki 4 Sepincan, Tanda, dan Gelam. kemampuan memproduksi simbol.6 Sekarang kurang lebih 200 tahun telah ber- Menggunakan paradigma interpretivisme lalu, tudung manto masih diproduksi dan dipakai simbolik berarti mendefinisikan budaya sebagai oleh perempuan Melayu di sana. Kemampuan sistem makna dan simbol. Dengan makna dan tudung manto bertahan sebagai pakaian adat simbol itu masyarakat mendefinisikan dunia yang menunjukkan bahwa ia mengandung makna mereka, mengekspresikan perasaan mereka, dan tertentu. Ia merupakan wahana bagi serangkaian membuat penilaian mereka. Pola-pola makna makna yang penting bagi orang Melayu Daik. tersebut—yang terkandung dalam sistem simbol Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami —ditransmisikan secara historis, dan dengan rangkaian makna tersebut. simbol itu manusia berkomunikasi, memantapkan Jika dilihat sepintas, tudung manto hanya dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang terlihat sebagai sehelai kain yang merupakan bersikap dalam kehidupan. Karena kebudayaan bagian dari pakaian adat bagi perempuan Melayu adalah pola makna yang terwujud sebagai sistem Daik. Namun jika dikaji lebih dalam, tudung simbol maka proses kebudayaan harus dipahami, manto mengandung serangkaian makna yang dan diterjemahkan.5 dipahami bersama oleh suku bangsa Melayu Dalam kajian ini tudung manto tidak dilihat Daik. Rangkaian makna tersebut merupakan sebagai wujud materiil kebudayaan, melainkan bagian dari sistem makna yang membangun ke- dilihat sebagai fenomena simbolik kebudayaan. budayaan mereka. Dengan mengkaji makna Mengikuti Geertz yang mendefinisikan simbol yang terkandung dalam tudung manto, kita bisa sebagai an object/act/quality/or relation which memahami nilai-nilai budaya yang mendasari serves as vehicle for a conception7, serta Achmad 102 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011 Fedyani Saifuddin yang mendefinisikan simbol informan terus dilakukan sampai mendapatkan sebagai objek, kejadian, bunyi bicara, dan bentuk “data jenuh” mengenai makna tudung manto. tertulis yang diberi makna oleh manusia5 maka Dengan teknik itu, telah diperoleh informan yang dalam penelitian ini simbol didefinisikan sebagai berlatar belakang sebagai pengrajin tudung manto, segala sesuatu yang disepakati oleh suatu kolektif tokoh adat dan sejarah di Daik serta perempuan manusia sebagai wahana bagi suatu konsepsi. yang memakai kain tudung manto. Penjaringan Dengan melihat tudung manto sebagai informan berdasarkan pengetahuannya mengenai fenomena simbolik maka yang harus dilakukan tudung manto dipandang sangat penting, seb- 12 adalah membaca dan kemudian menafsirkan agaimana dijelaskan oleh James Spradley bahwa makna tudung manto bagi suku bangsa Melayu seorang informan haruslah orang yang memahami Daik. Memahami tudung manto sebagai sebuah fenomena budaya yang sedang diteliti. simbol dan menginterpretasi makna yang dikan- Dalam penelitian ini penulis melakukan dungnya akan mengantarkan kita pada jaringan beberapa teknik pengumpulan data yang bertujuan makna yang lebih luas dalam pikiran orang untuk memberikan kemudahan untuk mendapat- Melayu Daik, seperti identitas mereka sebagai kan data yang dibutuhkan. Adapun teknik orang Melayu, status sosial, dan nilai-nilai ideal pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dalam budaya mereka sehingga dapat diketahui teknik wawancara mendalam dan pengamatan bangunan kebudayaan masyarakat Melayu Daik. berperan serta dalam kehidupan sosial masyarakat di Daik Lingga, khususnya dalam konteks di mana METODE PENELITIAN tudung manto sebagai simbol dimunculkan. Dalam penelitian ini digunakan metode Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Daik analisis budaya Geertz yang disebut “model of” , Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga, Provinsi yaitu menafsirkan realitas fenomena kebudayaan. Kepulauan Riau. Pemilihan Daik sebagai Penafsiran ini dilakukan dengan pendekatan lokasi penelitian dikarenakan tudung manto hanya emik, yakni penafsiran yang mengacu kepada diproduksi oleh masyarakat Melayu Daik sebagai pengategorian pemilik kebudayaan tersebut.11
Recommended publications
  • Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu Di Malaysia
    Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta BAJU KURUNG SEBAGAI PAKAIAN ADAT SUKU MELAYU DI MALAYSIA Selfa Nur Insani 1702732 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Baju Kurung Sebagai Pakaian Adat Suku Melayu di Malaysia. 1. PENDAHULUAN Penulis adalah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM) semester VII jenjang Strata I jurusan Hospitality (ilmu kepariwisataan). Tujuan penulis berkunjung ke Malaysia adalah mengikuti Internship Program yang dilakukan oleh STIPRAM dengan Hotel The Royal Bintang Seremban Malaysia yang dimulai pada 15 September 2015 sampai dengan 11 Maret 2016 [1]. Selain bertujuan untuk Internship Program, penulis juga telah melakukan Program Foreign Case Study (FCS) selama berada di negari itu.Program FCS merupakan salah program wajib untuk mahasiswa Strata 1 sebagai standar kualifikasi menjadi sarjana pariwisata. Program ini meliputi kunjungan kebeberapa atau salah satu negara untuk mengkomparasi potensi wisata yang ada di luar negeri baik itu potensi alam ataupun budaya dengan potensi yang ada di Indoensia. Berbagai kunjungan daya tarik dan potensi budaya negeri malaysia telah penulis amati dan pelajari seperti Batu Cave, China Town, KLCC, Putra Jaya, Genting Highland, Pantai di Port Dikson Negeri Sembilan, Seremban, Arena Bermain I-City Shah Alam, pantai cempedak Kuantan pahang serta mempelajari kuliner khas negeri malaysia yaitu kue cara berlauk dan pakaian tradisional malasyia yaitu baju kurung. Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibu kotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan.
    [Show full text]
  • Shifting of Batik Clothing Style As Response to Fashion Trends in Indonesia Tyar Ratuannisa¹, Imam Santosa², Kahfiati Kahdar3, Achmad Syarief4
    MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 35, Nomor 2, Mei 2020 p 133 - 138 P- ISSN 0854-3461, E-ISSN 2541-0407 Shifting of Batik Clothing Style as Response to Fashion Trends in Indonesia Tyar Ratuannisa¹, Imam Santosa², Kahfiati Kahdar3, Achmad Syarief4 ¹Doctoral Study Program of Visual Arts and Design, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung, Indonesia 2,3,4Faculty of Visual Arts and Design, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung, Indonesia. [email protected] Fashion style refers to the way of wearing certain categories of clothing related to the concept of taste that refers to a person’s preferences or tendencies towards a particular style. In Indonesia, clothing does not only function as a body covering but also as a person’s style. One way is to use traditional cloth is by wearing batik. Batik clothing, which initially took the form of non -sewn cloth, such as a long cloth, became a sewn cloth like a sarong that functions as a subordinate, evolved with the changing fashion trends prevailing in Indonesia. At the beginning of the development of batik in Indonesia, in the 18th century, batik as a women’s main clothing was limited to the form of kain panjang and sarong. However, in the following century, the use of batik cloth- ing became increasingly diverse as material for dresses, tunics, and blouses.This research uses a historical approach in observing batik fashion by utilizing documentation of fashion magazines and women’s magazines in Indonesia. The change and diversity of batik clothing in Indonesian women’s clothing styles are influenced by changes and developments in the role of Indonesian women themselves, ranging from those that are only doing domestic activities, but also going to school, and working in the public.
    [Show full text]
  • An Analysis of the Characteristics of Balinese Costume - Focus On The Legong Dance Costume
    Print ISSN 1229-6880 Journal of the Korean Society of Costume Online ISSN 2287-7827 Vol. 67, No. 4 (June 2017) pp. 38-57 https://doi.org/10.7233/jksc.2017.67.4.038 An Analysis of the Characteristics of Balinese Costume - Focus on the Legong Dance Costume - Langi, Kezia-Clarissa · Park, Shinmi⁺ Master Candidate, Dept. of Clothing & Textiles, Andong National University Associate Professor, Dept. of Clothing & Textiles, Andong National University⁺ (received date: 2017. 1. 12, revised date: 2017. 4. 11, accepted date: 2017. 6. 16) ABSTRACT1) Traditional costume in Indonesia represents identity of a person and it displays the origin and the status of the person. Where culture and religion are fused, the traditional costume serves one of the most functions in rituals in Bali. This research aims to analyze the charac- teristics of Balinese costumes by focusing on the Legong dance costume. Quantitative re- search was performed using 332 images of Indonesian costumes and 210 images of Balinese ceremonial costumes. Qualitative research was performed by doing field research in Puri Saba, Gianyar and SMKN 3 SUKAWATI(Traditional Art Middle School). The paper illus- trates the influence and structure of Indonesian traditional costume. As the result, focusing on the upper wear costume showed that the ancient era costumes were influenced by animism. They consist of tube(kemben), shawl(syal), corset, dress(terusan), body painting and tattoo, jewelry(perhiasan), and cross. The Modern era, which was shaped by religion, consists of baju kurung(tunic) and kebaya(kaftan). The Balinese costume consists of the costume of participants and the costume of performers.
    [Show full text]
  • Panduan Pengurusan Asrama
    1. PERATURAN PAKAIAN 1.1 PELAJAR LELAKI a. Baju Kemeja/Baju T i. Baju kemeja berkolar potongan biasa sama ada berlengan panjang atau pendek dibenarkan. Lain-lain jenis baju seperti baju T berkolar, baju T sukan atau seumpamanya dibenarkan untuk aktiviti riadah sahaja. Baju T TIDAK BERKOLAR TIDAK DIBENARKAN. ii. Baju hendaklah disisipkan ke dalam seluar. iii. Baju kemeja berlengan panjang hendaklah dibutangkan di pergelangan tangan dan tidak dibenarkan dilipat. iv. Pemakaian semua jenis jaket tidak dibenarkan ke kelas akademik. Baju panas (sweater) dibenarkan dalam keadaan tertentu saja. b. Seluar i. Kain seluar slack yang dibenarkan ialah daripada jenis cotton dan synthetic material (PVC atau Polyster). ii. Selain daripada jenis kain di atas TIDAK DIBENARKAN. iii. Fesyen seluar slack hendaklah tidak terlalu longgar baggy, slim fit, terlalu ketat dan berkaki singkat tidak dibenarkan. Paras kaki seluar hendaklah melepasi bawah buku lali dan ukur lilit seluar di antara 36cm – 45cm / 14 inci - 18 inci. (adakah ulur lilit ini terpakai untuk semua tingkatan dan saiz pelajar) c. Tali Pinggang i. Tali pinggang hendaklah dari jenis kulit atau PVC. ii. Lebar tali pinggang hendaklah di antara 2.5cm – 3.0cm dan berwarna hitam atau coklat tua. Tali pinggang yang berwarna-warni dan berbelang tidak dibenarkan. iii. Kepala tali pinggang hendaklah tidak terlalu besar (3cm x 3.5cm) dan tidak berlambang seperti lambang binatang, lambang keagamaan atau tulisan yang tidak sesuai dan tidak bermoral. d. Kasut dan Stoking i. Kasut sekolah hendaklah dari jenis kulit atau PVC berwarna hitam. ii. Pemakaian kasut bersama stoking adalah DIWAJIBKAN. Stoking hendaklah melepasi buku lali. iii. Stoking hendaklah berwarna HITAM SAHAJA.
    [Show full text]
  • IEEE Paper Template in A4 (V1)
    49 M. Hamidi, Desain dan Aplikasi Busana Baju Melayu Riau Kekinian untuk Penjahit Tradisional DESAIN DAN APLIKASI BUSANA BAJU MELAYU RIAU KEKINIAN UNTUK PENJAHIT TRADISIONAL M.Hamidi1, Hutomo Atman Maulana2 1Sarjana Terapan Administrasi Bisnis Internasional, Politeknik Negeri Bengkalis, [email protected] 2Sarjana Terapan Administrasi Bisnis Internasional, [email protected] ABSTRAK Abstrak: Desain dan aplikasi busana melayu Riau kekinian ini memilik target yang ingin dicapai terutama dari segi produksi yaitu desain busana melayu Riau yang kekinian dan aplikasi desain serta busana pelengkap yang siap pakai serta pemilihan bahan yang digunakan. Dalam pengabdian ini fasilitas yang didapatkan mitra adalah mendesain busana atau pakaian melayu yang kekinian, pelatihan dan pemahaman untuk mengenal macam-macam dan cara membuat tanjak serta kain sampin yang ready to wear (siap pakai) dan pemahaman bagaimana memilih bahan yang digunakan untuk mengaplikasikan busana atau pakaian melayu yang kekinian. Metode yang akan digunakan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui pelatihan dan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mitra. Desain dan aplikasi busana melayu Riau kekinian ini didukung tim pakar dengan kepakaran dan keahlian dibidangnya masing-masin. Keluaran dari pengabdian ini adalah desain busana melayu yang kekinian serta aplikasi dari desain tersebut dan pelengkap busana Kata Kunci: desain,melayu, busana/pakaian,busana pelengkap, kekinian Abstract: The current Riau Malay clothing design and application has
    [Show full text]
  • Tudung Keringkam
    The Sarawakiana Series Malay Culture Tudung Keringkam The Sarawakiana Series Tudung Keringkam Kamil Salem Pustaka Negeri Sarawak Kuching 2006 Foreword 'Keringkam Sarawak' is an extraordinary intricate handicraft of Sarawak Malays that combines beautiful patterns into informative culture presentation. This publication hopes to draw attention of everyone, from school children to researchers, likewise, to an almost forgotten, yet, precious handicraft. Culture grows on the shoulders of the community. Its development and sustainability is not a placid travel but an awesome awakening that endures millenniums. Pustaka will continue to collaborate with our partners in the documentation of local and indigenous knowledge as one of the ways to preserve our culture and heritage for future generations. Rashidah Haji Bolhassan Chief Executive Officer Pustaka Negeri Sarawak Introduction 'Tudung Keringkam' is a traditional headscarf One may also wonder whether there is a of Sarawak, and is widely worn by the local possibility of the word 'keringkam' originating Malay women. Handcrafted with fine from the combination of two words, namely, embroidery work, using gold and silver- 'keling' and 'torn'. 'Keling' is a widely-used term coloured coarse threads, tudung keringkam' to describe Indians who originally came from can be classified into two types: 'selayah' (veil) southern India (Kamus Dewan). They came as and 'selendang' (shawl). traders and settled down in South East Asian countries such as Malaysia, Brunei Darussalam 'Selayah Keringkam' is generally worn as a and Indonesia. veil which covers the head right down to the shoulder. Although serving the same function The term 'keling' has been used by the Malays as the former, 'Selendang Keringkam' is (Star 2006) for a long time, even before the relatively longer and is worn right to the waist arrival of the Portuguese, Dutch ana British in level.
    [Show full text]
  • Catharsis: Journal of Arts Education the Aesthetic Usage Response Of
    CATHARSIS 9 (1) 2020 Halaman: 38-49 p-ISSN 2252-6900 I e-ISSN 2502-4531 Catharsis: Journal of Arts Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chatarsis The Aesthetic Usage Response of Baju Kurung in Palembang City Government Tourism Office in Emphasizing Regional Identity Efriyeni Chaniago1, Tjetjep Rohendi Rohidi 2, Triyanto Triyanto2 E-mail: [email protected] 1. SMP Negeri 54 Palembang, Indonesia 2. Universitas Negeri Semarang, Indonesia Received 23 December 2019, Accepted 20 February 2020, Published 31 May 2020 Abstract BajuKurung is a traditional dress of the Malay community in several countries namely Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, and southern Thailand. The traditional clothes worn by Palembang women including in the form of bajukurung. In the development era of bajukurung replaced by modern clothes. The modification of bajukurung is now made according to the tastes of customers with a variety of shapes and accessories. This study aims to analyze the aesthetic response to the rules of wearing Palembang's traditional clothing in service in the form of patterns, motifs, textures, and colors of clothes worn by employees. Through this interdisciplinary approach by using qualitative method. The data is presented in the descriptive form. The object of study was the employee's bajukurung in Palembang Government Tourism office. The research data sources are primary and secondary data. The data collection techniques are conducted by observation, interview, and document study. The analysis procedure is conducted by data reduction, data presentation, and data verification. The analysis was conducted with the aesthetic formalism theory, the validity of the data by triangulation of data sources.
    [Show full text]
  • Traditional Costumes
    MALAY TRADITIONAL COSTUMES BAJU KURUNC Baju kurung is used to refer to both the male and #1 female outfit. It is the traditional costume for the Malay community. Wore for formal occasions or as an everyday wear. #2 During Hari Raya Puasa, Malay families wear the baju kurung when visiting their relatives and friends. #3 2 popular styles: Telok Belangah & Cekak Musang 1 Telok Cekak Belangah Musang style style Photograph courtesy of Nuraini Othman BAJU WRUNG (Female) A loose-fitting blouse with long sleeves and is paired with a waistcloth known as a sarong Photograph of a lady wearing baju kurung telok belangah. Ministry of Information and the Arts Collection, courtesy of the National Archives of Singapore TUDUNC Headscarf worn by Muslim women Photograph of a lady wearing a tudung.Courtesy of National Archives of Singapore BAJU KURUNC/BAJU MELAYU(MALE) Men wear the baju kurung as a shirt top with pants, and a kain samping that can be worn over the trousers Example of a baju melayu. Photograph courtesy of Jamal Mohammed SONCKOK A traditional headgear worn by Malay males Photograph from the Arthur B Reich Collection, courtesy of National Archives of Singapore KAIN SONCKET 1 1/111 A woven cloth that is often decorated with either gold or silver threads Photo adapted from flickr TIME! Instructions: - Colour / decorate the picture of the mosque below after you are done with your paper dolls - Stick your paper dolls on this colouring template after you are done DONE BY: TASHLYN, REESE, WEN XIN, MATTHEW,JOSHUA, LEROY FROM RIVER VALLEY HIGH SCHOOL Pg4.
    [Show full text]
  • The Complete Costume Dictionary
    The Complete Costume Dictionary Elizabeth J. Lewandowski The Scarecrow Press, Inc. Lanham • Toronto • Plymouth, UK 2011 Published by Scarecrow Press, Inc. A wholly owned subsidiary of The Rowman & Littlefield Publishing Group, Inc. 4501 Forbes Boulevard, Suite 200, Lanham, Maryland 20706 http://www.scarecrowpress.com Estover Road, Plymouth PL6 7PY, United Kingdom Copyright © 2011 by Elizabeth J. Lewandowski Unless otherwise noted, all illustrations created by Elizabeth and Dan Lewandowski. All rights reserved. No part of this book may be reproduced in any form or by any electronic or mechanical means, including information storage and retrieval systems, without written permission from the publisher, except by a reviewer who may quote passages in a review. British Library Cataloguing in Publication Information Available Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Lewandowski, Elizabeth J., 1960– The complete costume dictionary / Elizabeth J. Lewandowski ; illustrations by Dan Lewandowski. p. cm. Includes bibliographical references. ISBN 978-0-8108-4004-1 (cloth : alk. paper) — ISBN 978-0-8108-7785-6 (ebook) 1. Clothing and dress—Dictionaries. I. Title. GT507.L49 2011 391.003—dc22 2010051944 ϱ ™ The paper used in this publication meets the minimum requirements of American National Standard for Information Sciences—Permanence of Paper for Printed Library Materials, ANSI/NISO Z39.48-1992. Printed in the United States of America For Dan. Without him, I would be a lesser person. It is the fate of those who toil at the lower employments of life, to be rather driven by the fear of evil, than attracted by the prospect of good; to be exposed to censure, without hope of praise; to be disgraced by miscarriage or punished for neglect, where success would have been without applause and diligence without reward.
    [Show full text]
  • Photo Gallery
    I00 Everyday Objects from Southeast Asia and Korea reetings from the Asia-Pacific Centre of Education for International Understanding (APCEIU), G the Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Archaeology and Fine Arts (SEAMEO SPAFA) and the Southeast Asian Ministers of Education Organization Secretariat (SEAMEO Secretariat). Our three organizations, which strive to develop education, mutual understanding and intercultural appreciation throughout the Southeast Asian and Asia-Pacific region, are pleased to collaborate once again on this exciting new project, “100 Everyday Objects from Southeast Asia and Korea”, which was developed within the framework of the “SEAMEO-APCEIU Collaboration on Educational Material Development for Cultural Understanding”. Since 2005, our organizations have collaborated on various projects related to multicultural education, including the educational card game “O’oh”, the digital game “SEA Journey”, as well as reading and audio-visual materials on folktales from Southeast Asia and Korea (the latter can be accessed at http://asianfolktales.unescoapceiu.org). Last year, we developed an educational book representing paintings from Southeast Asia and Korea that depict some of the local festivities and rituals shaped by our ancestors over centuries of cultural and historical development (the digital publication is available for download from the organizers’ respective websites: www.unescoapceiu.org, www.seameo-spafa.org and www.seameo.org). This year, thanks to the support of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) and the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Korea, we sought the expertise of museum professionals and anthropology researchers to collect ‘everyday objects’ from Southeast Asia and Korea with the aim of developing an educational reference book that presents information on objects used in our homes and communities for our everyday lives.
    [Show full text]
  • 1 Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
    JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Bahan Ajar Mata Kuliah/ Kode MK : Dasar Busana / KB 112 Pokok bahasan : Perkembangan Busana Tradisional Sub Pokok Bahasan : - Pengelompokan Bentuk Dasar Busana Daerah - Perkembangan Bentuk Busana Tradisional Pertemuan : Satu kali pertemuan Waktu : 2 x 50 menit A. Kompetensi: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan empat kelompok bentuk dasar busana daerah. 2. Mahasiswa dapat menerangkan 6 busana daerah yang bentuk dasarnya baju kurung. 3. Mahasiswa dapat menerangkan 6 busana daerah yang bentuk dasarnya baju kebaya. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan kain panjang. 5. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan kutang. 6. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan kemben. 7. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan kebaya. 8. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan baju kurung. 9. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan selendang. B. Materi I. Pengelompokan Bentuk Dasar Busana Daerah Tiap bangsa mempunyai busana Nasional yang menjadi kebanggaannya. Busana itu menjadi kekhasan dan menjadi identitas bangsa itu. Oleh karena itu, 1 busana perlu dipelihara dengan baik. Di samping busana Nasional, dipakai pula busana yang berasal dari negara lain, misalnya busana Barat. Bangsa Indonesia juga memiliki busana Nasional yaitu Kebaya bagi wanita dan Peci merupakan pelengkap busana pria. Bahkan, tiap daerah mempunyai busana khas. Bentuk-bentuk busana daerah itu aneka ragam. Keaneka ragaman itu disebabkan oleh negara kita terdiri dari pulau-pulau
    [Show full text]
  • Blngema 2018
    2018 BLNGema MD’s Message Dear all, As 2018 comes to a close, I would like to thank everyone for their hardwork through- out the year. The success of Brunei LNG is built on the efforts of all employees and business partners. On behalf of Brunei LNG, please allow me to extend my person- al and genuine appreciation to each and every one of you for your valuable contri- butions to the company. Brunei LNG has enjoyed some significant successes in 2018. To name a few we have exceeded our LNG production and sales plan, we have achieved a record number of unit shutdowns, we have started to recover on availability of equipments, we are meeting our target of punctuality of delivery to customers, and last but not least we have contributed close to B$1.5 billion to the Nation’s economy, proudly helping to boost Brunei’s GDP in 2018. None of this would have been possible without the strong teamwork, dedication and commitment of everyone. I am also pleased to say that we are reaching 92% Bruneianisation, in line with the directive issued by the Ministry of Energy, Manpower and Industry. We will con- tinue to support the development of our local talents through various opportuni- ties in-house and abroad. But we also faced setbacks in 2018, the most important one on safety. A business partner was severely scalded in March and then three other persons suffered signif- icant injuries. Also we experienced four potentially high risk gas leaks, fortunately without consequences. And a couple of unsatisfactory audits have highlighted that we are not complying with our own rules and take undue risks.
    [Show full text]