Nilai Femininitas Indonesia Dalam Desain Busana Kebaya Ibu Negara
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
52 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 NILAI FEMININITAS INDONESIA DALAM DESAIN BUSANA KEBAYA IBU NEGARA S u c i a t i 1, Agus Sachari2, Kahfiati Kahdar1 1Dosen Program Studi Tata Busana, FPTK UPI 2Dosen Program Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB 3Dosen Program Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB Abstrak Busana Kebaya Ibu Negara, salah satu costume yang merepresentasikan jatidiri (nilai femininitas) perempuan Indonesia. Tugas Ibu Negara bersama istri para menteri di antaranya menjalankan kegiatan pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan lingkungan hidup, mendampingi Presiden/suaminya (dalam dan luar negeri), dan kegiatan sosial. Busana Ibu Negara mengikuti beberapa aturan khusus, di antaranya Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1987 tentang protokol yang salahsatunya mengatur penataan Busana Nasional (pada acara resmi dan nonresmi). Busana Kebaya Ibu Negara dewasa ini dipengaruhi peran fashion stylist atau personal stylist, dan cenderung di dominasi busana bergaya Eropa dan Timur Tengah. Busana Kebaya Ibu Negara diharapkan dapat menjadi pengendali dan panutan bagi perempuan Indonesia dalam berbusana yang mempertahankan nilai femininitas perempuan Indonesia. Busana Kebaya adalah penanda yang merepresentasikan petanda identitas kolektif dari tata nilai dan prilaku sosio-kultural komunitas pemakainya, di samping model dan bentuk serta fungsinya yang mencerminkan nilai-nilai femininitas perempuan Indonesia. Dewasa ini busana perempuan Indonesia telah berkembang mengikuti tren busana global dan lebih banyak menampilkan sisi sensualitas, selera pasar, dan kepentingan industri fashion tanpa memperhatikan nilai-nilai edukasi dan budaya Indonesia khususnya nilai femininitas perempuan. Kajian ini menggunakan kajian transformasi budaya dan perubahan system nilai pada Busana Kebaya Ibu Negara Indonesia Negara. Busana Kebaya sebagai salah satu identitas`nasional dalam era globalisasi dewasa ini berkembang menjadi special costume dengan citarasa lokal (meprepresentasikan budaya etnik Nusantara). Kata kunci: Nilai femininitas, special costume, Busana Kebaya, Ibu Negara 53 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 PENDAHULUAN (1) tidak mencerminkan kedaerahan, (2) bisa Busana nasional perempuan Indonesia dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat, (3) adalah Busana Kebaya dan Baju Kurung dengan mudah didapat, mudah perawatan, dan harganya padanan kain panjang batik dan songket. terjangkau, dan (4) tidak lepas dari unsur etika Eksistensi busana nasional sangat bermakna saat dan estetika berbusana. Pertimbangan busana tampil pada tingkat internasional. Kenyataan kebaya menjadi pilihan adalah karena apabila yang ada pada umumnya busana nasional dipilih baju kurung, jenis ini tidak hanya dipakai perempuan beberapa negara memiliki di Indonesia, tapi juga jadi ciri khas Malaysia, konsistensi yang jelas saat tampil secara Brunei, Thailand, Kamboja, dan Myanmar internasional, sedangkan busana nasional sehingga kurang istimewa bila berada di perempuan Indonesia mengalami hegemonitas komunitas mereka, sedangkan apabila dipilih yang cukup mencolok. Salah satu busana yang Baju Bodo, atau Baju Cele selain tidak mendapat mencerminkan kepribadian perempuan respon besar dari peserta lokakarya, demikian Indonesia khususnya adalah busana kebaya juga kebaya panjang dianggap terlalu banyak (pada bagian bawah adalah kain panjang, bagian memerlukan kain dan bila dipakai oleh ibu-ibu atas adalah blouse berbentuk kebaya, dan pejabat maka bagian bokong akan kusut dan tatanan rambut bersanggul). tidak rapi, sehingga diambil kesimpulan bahwa kebaya pendek menjadi pilihan sebagai busana Kebaya merupakan kostum perempuan nasional perempuan Indonesia. Indonesia pada tingkat internasional, di samping kedudukannya sebagai busana yang Keindahan dari model yang ditetapkan, antara mencerminkan kepribadian perempuan lain: Indonesia. Beberapa peristilahan yang terkait dengan kebaya sebagai benda pakai, yaitu istilah 1. Model kebaya bagian depan (memiliki beff dalam bahasa Indonesia yang umum digunakan atau tanpa beff /belahan langsung dalam bidang busana yaitu pakaian, busana dan berdampingan). baju, sementara istilah dalam bahasa Inggris 2. Kain batik panjang (2,30m-2,50m) dengan yaitu fashion, costum, dress, dan wear. Istilah pemakaiannya dengan cara dililitkan dan costume (kostum) lebih tepat untuk kedudukan memakai hiasan yang disebut wiron atau kebaya sebagai busana nasional, hal ini wiru atau lipit-lipit selebar 3cm-5cm pada dikarenakan istilah costume cenderung terkait akhir lilitan kain (motif batik dapat pada jenis busana seperti national costume dipergunakan motif dari daerah manapun). (busana nasional), west costume (busana barat), 3. Millineries/pelengkap busana yaitu selendang dan moslem costume (busana muslimah). sebagai pemanis penampilan karena terbukti bahwa selendang adalah bagian tak Adanya busana nasional Indonesia terpisahkan dari perempuan Indonesia sejak bermula dari lokakarya di tahun 1978 di Jakarta dulu, baik sebagai alat menggendong anak, yang diikuti 28 (dua puluh delapan) Provinsi di dan alat untuk membawa barang. tanah air (seluruh provinsi pada waktu itu), dan 4. Alas kaki disarankan mengenakan selop baik didapatkan bahwa busana kebaya panjang yang tertutup maupun terbuka bagian ditetapkan sebagai busana penutup badan bagian depannya dan yang memakai tumit. atas dan kain panjang yang di wiru sebagai 5. Make-up (tata rias wajah) disesuaikan dengan busana penutup badan bagian bawah. Model bentuk wajah. busana nasional Indonesia adalah model busana 6. Hair-do (tata rambut berbentuk sanggul) kebaya yang dikenakan oleh Ibu Kepala Negara dipilih Ukel Konde yakni sanggul model Republik Indonesia,yaitu Raden Ayu Siti Ukel Jawa dengan tiga tusuk konde yaitu Hartinah (Ny. Tien Soeharto) disetiap acara dibagian kiri dan kanan masing-masing satu resmi nasional maupun internasional. Ada empat tusuk konde serta satu tusuk konde kecil kriteria yang ditentukan pihak tim perumus yang juga disebut sindik, di tengah atas untuk menjadi busana nasional Indonesia, yaitu sanggul. Sunggar atau rambut di atas telinga 54 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 yang dibentuk tidak merupakan keharusan negeri. Selain itu, Ibu Negara mempunyai tugas karena memakai gaya Jawa Barat pun boleh lainnya bersama dengan para istri menteri saja (tanpa sunggar), seperti tatanan rambut kabinet yang dipimpinnya. Pada Kabinet dan tata rias Ibu Karlinah (Ny. Umar Indonesia Bersatu II yang tergabung ke dalam Wirahadikusumah/istri Wakil Presiden Solidaritas Isteri-isteri Kabinet Indonesia Republik Indonesia). Bersatu (SIKIB), program-program yang dijalankan Ibu Negara bersama SIKIB, antara Perempuan Indonesia telah sejak dari dulu lain: Indonesia Sehat, Indonesia Pintar, memilih dan mempergunakan busana kebaya Indonesia Peduli, Indonesia Hijau, dan Indonesia dalam berpenampilan. Busana ini dinilai sesuai Kreatif. Kesemua program ini diberi nama dengan karakter budaya Indonesia yang Menuju Indonesia Sejahtera. mengedepankan kesopanan terutama dalam berbusana. Busana nasional dan busana daerah Dalam menjalankan tugasnya, Ibu Negara mempunyai fungsi dan makna lain yaitu tidak akan berbusana menurut beberapa aturan hanya untuk kegunaan saja. Pada busana ini, khusus, di antaranya Peraturan Pemerintah No. 8 mempunyai makna dan nilai estetik yang Tahun 1987 tentang protokol yang salahsatunya difahami oleh budaya Indonesia. Pemakaian mengatur penataan Busana Nasional yang harus busana kebaya yang sejak dahulu dipakai dipakai pada acara resmi dan non resmi. perempuan Indonesia, pada sekitar tahun Penampilan Ibu Negara khususnya pada 1940an, kebaya terpredikatkan sebagai busana kesempatan berbusana kebaya dipengaruhi identitas nasional Indonesia. Pada masa ini yaitu adanya peran fashion stylist atau personal stylist. tahun 1900-1942 merupakan masa konsepsi Namun dewasa ini penampilan busana Ibu Indonesia, salah satunya munculnya busana Negara cenderung di dominasi busana bergaya nasional. Busana kebaya tumbuh dan Eropa dan Timur Tengah. Simbol-simbol dan berkembang sebagai identitas dari satu bangsa karakter pada gaya busana nasional Indonesia yang mendiami wilayah tertentu yang memiliki menjadi hilang makna dan eksistensinya, satu ide pandangan hidup, satu sejarah dan satu sehingga telaah terhadap peranan penata busana cita-cita hidup. Ibu Negara sangat penting. Ditinjau dari perspektif semiotika sosial, busana nasional Ibu Negara adalah kata benda untuk adalah penanda (simbol) yang menunjukkan istri kepala negara atau istri merepresentasikan petanda-petanda identitas presiden (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 416). kolektif dari tata nilai dan prilaku sosio-kultural Negara Indonesia mengalami beberapa komunitas pemakainya. kepemimpinan kepala negara atau presiden yaitu: Soekarno, Soeharto, Baharudin Jusuf Masalah yang cukup mendesak berkenaan Habibie, Abdul Rahman Wahid, Megawati dengan citra penampilan diri perempuan Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Indonesia adalah dinamika desain Busana Yudhoyono. Berdasarkan periodisasi masa Kebaya Ibu Negara di masa globalisasi yang jabatan presiden periode tahun 1945-2014, maka desainnya telah berkembang dari pakem dan Ibu Negara Indonesia adalah Fatmawati, Siti banyak didominasi pengaruh desain busana Hartinah, Hasri Ainun, Sinta Nuriyah dan moderen. Perkembangan busana kebaya dan Kristiani Herrawati. pemakaiannya dapat mempengaruhi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam desain busana Tugas Ibu Negara, bersama-sama istri kebaya itu sendiri. Upaya pelestarian nilai-nilai para menteri, adalah menjalankan kegiatan di luhur tersebut dapat di kaji melalui Busana bidang