Analisis Potensi Produksi Air Pada Beberapa Skenario Penggunaan Lahan Di Daerah Aliran Sungai Paninggahan-Singkarak
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Analisis Potensi Produksi Air pada Beberapa Skenario Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Paninggahan-Singkarak Analysis of Water Production Potencial under Various Scenario in Paninggahan-Singkarak Watershed N. PUJILESTARI1, S.D. TARIGAN2, DAN K. SUBAGYONO3 ABSTRAK air bagi pusat pembangkit listrik tenaga air untuk memenuhi kebutuhan listrik Sumatera Barat dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Paninggahan merupakan bagian dari DAS Danau Singkarak. Wilayah ini memiliki proporsi Riau, rumah bagi pelestarian warisan adat luas hutan budidaya terluas dibandingkan dengan sub DAS lain di Minangkabau. Selain itu, Danau Singkarak merupakan Singkarak. Laju konversi hutan menjadi kebun campuran di hulu DAS Paninggahan berlangsung cepat. Penelitian ini bertujuan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera dengan untuk menganalisis perubahan debit sungai terkait dengan perubahan penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan kekayaan berbagai jenis ikan endemik, serta memiliki bahwa karakteristik hidrologi DAS Paninggahan masih baik, bentang alam yang indah yang dapat dikembangkan kondisi penggunaan lahan yang didominasi oleh hutan (53%) dan sedikit pemukiman (2.5%), menyebabkan kapasitas simpan air di untuk kegiatan ekoturisme yang menarik. Oleh DAS masih besar. Antara tahun 1984 sampai dengan tahun 2007 karena itu, ketersediaan sumberdaya air menjadi telah terjadi penyusutan luas wilayah hutan dengan laju 66 ha tahun-1, dan pertambahan luas kebun campuran yang mencapai faktor utama pendukung semua kegiatan di wilayah 39 ha tahun-1. Hasil analisis debit menunjukkan bahwa degradasi ini. hutan akan meningkatkan debit total sampai 1,3 m3 det-1 dan menurunkan debit minimum sampai 0,2 m3 det-1. Informasi Penelitian dilakukan di DAS Paninggahan yang dampak perubahan komposisi penggunaan lahan terhadap produksi debit di suatu DAS dapat dijadikan acuan untuk memberikan kontribusi aliran ke Danau Singkarak. pengembangan DAS secara berkelanjutan untuk mengantisipasi Wilayah ini memiliki struktur batuan kombinasi granit penurunan debit sungai di DAS. dan kapur dan saat ini memiliki rasio penutupan Kata kunci : DAS, Perubahan penggunaan lahan, Debit hutan tertinggi dibandingkan dengan sub DAS lain di ABSTRACT Singkarak (Subagyono, 2006). Wilayah tersebut sebenarnya telah ditanami kopi pada masa Paninggahan watershed is the sub watershed of the Singkarak Lake watershed. It has a largest part of managed pendudukan Belanda, namun sejak perkebunan kopi forest in the upstream and the change of landuse from forest to tersebut diabaikan pada tahun 1958 saat ini wilayah mixture garden increasing rapidly. The study on the change of discharge related to the landuse change is the main focus of this tersebut berubah menjadi hutan sekunder. Pada research. The result shows that hydrological characteristic of tahun 1976 Pemerintah Indonesia telah melaksana- Paninggahan watershed is still good, with the domination of secondary forest covering 53% of the watershed. Therefore this kan program penghijauan di wilayah ini, termasuk watershed still has large amount of water reserve. The result of untuk lahan-lahan yang dikuasai Nagari di hulu DAS. monitoring landuse change from year 1984-2007, indicating that the rate of forest decreasing was 66 ha year-1 and the increasing Namun penduduk setempat merasakan bahwa -1 of mixture garden was 39 ha year . The result of characteristic program penghijauan tersebut mengurangi peng- simulation discharge showed that forest degradation will increase total volume of discharge to 1.3 m3 s-1, whereas minimum debit hasilan mereka. Penduduk setempat merencanakan will progressively decrease till 0.2 m3 s-1. The knowledge of the influence of landuse change due to decreasing of debit in the wilayah tersebut untuk ditanami tanaman buah, watershed becomes guidance for the continous watershed cengkeh dan kemiri. Akhirnya pada tahun 2004, development. melalui program penghijauan kembali yang didukung Keywords : Watershed, Landuse change, Discharge oleh Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis PENDAHULUAN 1. Peneliti pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor. DAS Paninggahan merupakan bagian dari DAS 2. Staf pengajar pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Danau Singkarak di Sumatera Barat. DAS Singkarak 3. Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi merupakan daerah penting penghasil padi, sumber Pertanian, Bogor. ISSN 1410 – 7244 13 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 33/2011 (GNRHLK) rencana tersebut mulai terwujud (Farida 3. Peta penggunaan lahan Rupa Bumi Indonesia et al., 2005). skala 1:50.000. Jantop TNI AD, Jakarta tahun Untuk meningkatkan produktivitas lahan di 1984. wilayah hulu, diperlukan dasar pengelolaan lahan 4. Peta satuan lahan dan tanah lembar Padang dan yang tepat, terkait dengan fungsi hidrologi DAS. Solok, Sumatera Barat skala 1:250.000, Pusat Berdasarkan fakta tersebut maka informasi Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 1990. karakteristik produksi air terkait dengan penggunaan 5. Citra Landsat dengan path/row 127/060, akuisisi lahan menjadi penting untuk diketahui. Agar tahun 1992, 2002, dan 2007. pendekatan ini dapat terlaksana, maka pengetahuan dan pemahaman proses hidrologi pada tiap-tiap Metode penelitian penggunaan lahan sangat diperlukan. Penelitian tentang karakteristik DAS Singkarak sebelumnya Analisis perubahan penggunaan lahan telah dilakukan untuk menghitung neraca air DAS (Peranginangin et al., 2004). Farida et al. (2005) Peta Rupa Bumi (RBI) yang dikeluarkan oleh telah menganalisis pengaruh program penghijauan Direktorat Topografi (Jantop) TNI-AD, Jakarta tahun terhadap karakteristik hidrologi DAS Paninggahan 1998 lembar Talawi dan Lubuk Alung skala dengan menggunakan data hipotetik dari model 1:50.000 digunakan sebagai referensi dasar GenRiver 1,1. Subagyono (2006) melakukan perubahan penggunaan untuk tahun-tahun pemantauan kondisi hidrologi dan iklim di DAS berikutnya. Peta tersebut diregistrasi dan di-cropping Paninggahan melalui pemasangan stasiun iklim untuk wilayah DAS Paninggahan. Kegiatan digitasi (AWS) dan pemantau tinggi muka air otomatis peta dilakukan untuk mendapatkan data penggunaan (AWLR), sehingga memungkinkan didapatkannya lahan tahun 1984. Peta ini kemudian dijadikan data primer dengan resolusi waktu yang tinggi. standar baku interpretasi untuk menentukan jumlah Berdasarkan data hasil pemantauan AWS dan AWLR kelas klasifikasi. tersebut dilakukan perhitungan produksi air di DAS Tahap selanjutnya peta tersebut ditumpang- Paninggahan. tepatkan dengan peta, perubahan penggunaan lahan Tujuan dari penelitian ini adalah 1) tahun 1992 yang didelineasi dengan menggunakan menganalisis pola perubahan penggunaan lahan di citra satelit secara manual berdasarkan rona dan DAS Paninggahan, 2) menganalisis pengaruh bentuk. Peta topografi dan tanah digunakan sebagai pengelolaan lahan terhadap debit, dan 3) data pendukung ketepatan delineasi. Dengan menganalisis dan menghitung produksi air DAS pada standar yang sama, dilakukan klasifikasi untuk citra berbagai skenario penggunaan lahan tahun 2001 dan 2007. Hasil klasifikasi penggunaan lahan ketiga METODOLOGI PENELITIAN tahun tersebut, kemudian ditumpang-tepatkan satu dengan lainnya sehingga dapat diketahui luas dan Bahan dan alat pola perubahan penggunaan lahan. Bahan yang digunakan terdiri atas data sebagai berikut : Perhitungan potensi produksi air 1. Data iklim dari AWS dan debit dari AWLR di DAS Prediksi produksi air harian dikaitkan dengan Paninggahan periode Maret 2006 sampai dengan penggunaan lahan menggunakan program simulasi Desember 2008. debit Model Debit Daerah Aliran Sungai (MODDAS) 2. Data iklim stasiun Saning Bakar dan Sumani (Kartiwa, 2008) yang merupakan model simulasi periode tahun 1975-1998. debit harian yang dikembangkan berdasarkan integrasi 14 N. PUJILESTARI ET AL. : ANALISIS POTENSI PRODUKSI AIR PADA BEBERAPA SKENARIO PENGGUNAAN LAHAN Model SCS Curve Number (SCS-USDA, 1972 dalam Untuk mengevaluasi kualitas hasil simulasi, Chow, 1988) dengan Model Aliran Air Bawah Tanah dilakukan uji perbandingan antara debit pengukuran (ground water flow). Model ini pertama kali dengan debit simulasi menggunakan koefisien dikembangkan oleh Kartiwa (2008), untuk kemiripan F (Nash dan Sutcliffe dalam Kartiwa, mempelajari perubahan karakteristik hidrologi akibat 2004) : n perubahan penggunaan lahan di DAS Aih Tripe, 2 ∑ ()Qobs (t) − Qsim(t) i=1 Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Diagram alir F = 1− n 2 Q (t) − Q MODDAS disajikan pada Gambar 1. ∑ ()obs obs i=1 Kalibrasi parameter model MODDAS dilakukan dimana : untuk menyesuaikan parameter DAS Paninggahan. F = koefisien kemiripan (F ≤ 1 ; F=1, Setelah itu dilakukan validasi untuk menguji kualitas simulasi sempurna) 3 hasil prediksi. Data yang digunakan untuk kalibrasi Qobs (t) = debit pengukuran pada waktu ke- t (m adalah data luas penggunaan lahan di DAS det-1) 3 Paninggahan hasil dari analisis citra Landsat tahun Qsim (t) = debit simulasi pada waktu ke- t (m -1 2007 dan jenis tanah dari peta tanah skala det ) 3 -1 1:250.000 untuk menentukan grup tanah. MODDAS Qobs = debit pengukuran rata-rata (m det ) yang telah divalidasi kemudian digunakan untuk memprediksi debit setahun untuk berbagai tipe Karakteristik debit akibat pengaruh pengolahan penggunaan lahan dengan menggunakan data curah lahan dianalisis berdasarkan pola debit sesaat pada hujan tahun 2006 dan 2007. empat periode pengelolaan lahan yaitu saat tanam, P = Presipitasi P RO = Aliran permukaan ETP = Evapotranspirasi