PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh: Luluatu Nayiroh NIM: 109051000070

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M

ABSTRAK

Luluatu Nayiroh Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj Dakwah pada hakikatnya mengajak manusia kepada kebaikan, kedamaian, juga kesalehan baik secara individu maupun sosial. Selain kapasitasnya menjadi Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj adalah tokoh da’i yangmempunyai visi misi dalammenciptakan beradab dan berbudaya. Terlihat jelas pada pemikiran dakwahnya yang di aktualisasikan dalam rutinitas kesehariannya, beliau tak terhenti dari aktivitas berdakwah serta mengambil peran aktif dalam membangun Indonesia sejahtera dari berbagai sendi kehidupan. Ketokohan beliautidak bisa terlepas dari perannya di NU. Dakwahnyasangat di akui oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk menjalin baik dengan ummat non muslim sehinggabeliau dilabeli tokoh lintas agama yang kerapkali berdakwah pada semua agama. Dari uraian di atas, maka pertanyaannya adalah, bagaimana konsep dakwah menurut Prof. Dr. KH. Said aqil Siroj? Apa saja aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia? Terdapat beberapa unsur-unsur yang menjadi landasan utama teori dakwah yang membahas pemikiran dakwah. Unsur-unsur dakwah tersebut terdiri dari: Subjek Dakwah (Da’i), Objek Dakwah (Mad’u), Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media Dakwah, Visi dan Misi Dakwah, serta Tujuan Dakwah. Kesemuanya dapatdi korelasikan dalam aktivitas dakwah yakni meliputi dakwah bil-Lisan, bil-Qalam, bil- Haal. Penelitian ini kualitatif deskriptif analisis berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Studi ini dilakukan berdasarkan pada: pertama, penelitian kepustakaan (Library Research), kedua, wawancara mendalam bersama KH. Said Aqil Siradj dan orang-orang terdekatnya.Bingkai penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana pemikiran dan aktivitas dakwah Said Aqil Siroj di Indonesia dengan berbagai pendekatan. Hal demikian dilakukan agar mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemikiran dakwah KH. Said Aqil Siroj ini sangatlah kompleks, baginya seorang da’i harus bisa merangkap menjadi umara’ yang berkontribusi penuh dalam membangunnegara Indonesia sebagai negara baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Dakwah yang ideal adalah menjadikan Rasulullah sebagai referensi sentral dalam menyampaikan risalah. Pemikirannya dituangkan dalam aktivitas yang selama inidiimplementasikan melalui kegiatan dakwah dalam forum formal maupun informal guna terciptanya tujuan dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah. Aktivitas Dakwah KH. Said Aqil Siroj ini tidak terlepas dari pemikiran dakwahnya yang berkhidmah di NU organisasi kemasyarakatan berhaluan Islam yakni khidmah kemasyarakatan, khidmah keagamaan, serta khidmah kenegaraan.

Keyword : Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, Dakwah, Indonesia

i

KATA PENGANTAR

. .

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayahNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H.

Mahmud Jalal, MA, Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA.

2. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, MA, selaku Ketua Jurusan dan

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs. Masran, MA

selalu pembimbing akademik, kami haturkan terima kasih karena telah

banyak memotivasi dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Jumroni, M.Si, selaku pembimbing penulis. Kami ucapkan terima

kasih yang sebesar-besanya untuk meluangkan waktu di tengah-tengah

ii kesibukannya, guna memberikan arahan, masukan, diskusi, dan

membimbing kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, selaku narasumber. Terimakasih yang

sebesar-besarnya, atas kesediaan waktu ditengah kesibukan dan ilmu-ilmu

yang telah di berikan selama masa penelitian.

5. Kedua Orang Tuaku tercinta, H. Ubang Asy’ari dan Hj. E. Kholisoh yang

memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, serta terima kasih

pula kepada Ayu, Aa Bari, Iqlima, Najma, Shofi yang telah memberikan

do’a tulus ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan

materil kepada peneliti untuk tetap semangat.

6. Teman-teman KPI B anggkatan 2009, terutama kepada Teri, Didi, Ruhi,

Kiki, terima kasih atas motivasi, kasih sayang, do’a, dan semangat yang

kalian berikan untuk penulis.

7. Rasa terima kasih pula kami haturkan kepada ka Ashif terutama kepada ka

Idris yang telah banyak memberikan bimbingan selama dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Umi dan Abi Daar El-Hikam selaku guru serta orang tua bagi penulis,

terimakasih atas bimbingannya selama ini.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan terkasih di Daar El-hikam khususnya Ummul,

Bunda Dina, Mpah, Elis terima kasih atas motivasi dan kebersamaan

kalian selama ini.

10. Berbagai Pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam kelancaran penulis skrisi ini, terima kasih atas

dukungannya.

iii Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua Amin.

Dan Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, September 2013

Luluatu Nayiroh

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i

KATA PENGANTAR ...... ii

DAFTAR ISI ...... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 8 D. Metodologi Penelitian ...... 9 E. Sistematika Penulisan ...... 11 F. Tinjauan Pustaka ...... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Dakwah dan Unsur-unsurnya ...... 14 1. Pengertian Dakwah...... 14 2. Unsur-unsur Dakwah ...... 16 B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas ...... 30 1. Pengertian Pemikiran ...... 29 2. Pengertian Aktivitas Dakwah ...... 31

BAB III BIOGRAFI PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ DAN DAKWAH DI INDONESIA

A. Latar Belakang Keluarga Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj .... 35 B. Riwayat Pendidikan Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj ...... 38 C. Perjalanan Karir Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ...... 41 D. Perjalanan Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ...... 44 E. Karya Tulis Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ...... 48

v

BAB IV PEMIKIRAN & AKTIVITAS DAKWAH PROF. KH. DR. SAID AQIL SIROJ

A. Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ...... 49 1. Pengertian Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj ...... 49 2. Unsur-unsur Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj ...... 51

B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia.. 67 1. Dakwah Bil-lisan ...... 67 2. Dakwah Bil-hal...... 72 3. Dakwah Bil-qalam ...... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 79 B. Saran ...... 80

DAFTAR PUSTAKA ...... 81

LAMPIRAN ...... 84

vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju

mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan

dakwah yang dilakukan, karena itu Al-Qur’an menyebut kegiatan dakwah dengan

Ahsan Qaulaa. Dengan kata lain dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia

dalam kemajuan agama Islam.1

Islam masuk ke Indonesia melalui jalan dakwah yang panjang yang

dilakukan oleh pada da’i dari beberapa negara, seperti bangsa Arab dan Gujarat.

Dakwah Islam yang dilakukan para da’i di masa awal-awal Islam masuk ke

Indonesia berhasil menaklukkan hati masyarakat Indonesia yang pada waktu itu

menganut agama kepercayaan, Hindu dan Budha. Keberhasilan para da’i di abad

ke 16 itu lebih banyak disebabkan oleh cara dakwah mereka yang menunjukkan

hubungan yang dialogis, akomodatif, dan adaptif terhadap masyarakat setempat.

Inilah yang kemudian menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat

Indonesia. Dakwah adalah segala usaha untuk mengajak manusia mendorong

orang untuk memahami, meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.2

Mengajak dan menyeru orang lain untuk menerima Islam dan meyakini ajaran

1 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010) h. 1 2 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya, (Yogyakarta, PLPM, 1995) Cet ke-1, h. 12

1 2

Islam memerlukan cara sendiri. Cara penyampaian tersebut haruslah sesuai dengan mad’unya dan cara tersebut disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kebutuhannya. Adanya variasi dalam metode dakwah memberikan peluang bagi da’i untuk memilih alternatif penggunaan dakwah yang tepat bagi mereka.Selain itu juga dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat baik dalam bentuk individu maupun kelompok yang mengerti, memahami, bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain mereka yang benar-benar profesional di bidang dakwah dan mengetahui data tata cara penyampaian dakwah yang baik.

Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.3

Dalam sejarah, pada awalnya da’i menjadi cultural broker atau makelar budaya (Clifford Greertz). Bahkan berdasarkan penelitiannya di Garut, Hiroko

Horikoshi memberi penegasan peran sekaligus da’i tidak sekadar makelar budaya, tetapi sebagai kekuatan perantara (intermediary forces), sekaligus sebagai agen yang mampu menyeleksi dan mengarahkan nilai-nilai budaya yang akan memberdayakan masyarakat. Fungsi mediator ini dapat juga diperankan untuk membentengi titik-titik rawan dalam jalinan yang menghubungkan sistem lokal dengan keseluruhan sistem yang lebih luas, dan sering bertindak sebagai penyangga atau penengah kelompok-kelompok yang saling bertentangan, menjaga terpeliharanya daya pendorong dinamika masyarakat yang diperlukan.4

Banyak ayat-ayat Al-qur’an dan juga hadist-hadist Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang pentingnya dakwah atau mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam.

3 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) h. 27 4 Abdullah Cholis Hafidz,dkk, Dakwah Transformatif, (Jakarta: PP Lakpesdam NU, 2006) h. 3 3

Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah penting, sebab tanpa da’i ajaran

Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Walau bagaimanapun sesungguhnya ideologi Islam itu harus disebarkan di masyarakat.

Ia tetap hanya sebagai ide, ia akan tetap hanya sebagai cita-cita yang tidak akan pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan amar ma‟ruf nahi munkar, karena berdakwah adalah tugas muslim untuk memberikan nasihat-nasihat atau fatwa-fatwa yang baik, guna menghindarkan manusia dari berbuat munkar. Demikian pula pada pemikiran dakwah Islam harus mampu memberikan alternatif pemikiran konsepsi dakwah yang bisa memberikan solusi terhadap problem-problem baru bagi masyarakat.

Dalam masyarakat, Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayom, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Dan dalam masyarakat, ulama memang memiliki peran yang sangat besar dan universal. Ia nyaris memiliki andil di setiap lini dan detik dalam perubahan masyarakat (social angineering) yang bermuara pada kesadaran kolektif masyarakat untuk melakukan perubahan. Maka ulama dinyatakan sebagai sumber dan inspirasi perubahan.5

5Fathiy Syamsuddin, Menguatkan Peran dan Fungsi, Majalah Al-Wa‟ie, No. 80 (April 2007), h. 13. 4

Seperti firman Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran

ayat 110 :

               

              

      

Artinya : “Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.6

Berdasar pada ayat diatas KH. Said Aqil Siroj berdakwah bertujuan untuk menciptakan khairul ummah, umat yang sebaik-baiknya. Ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa langkah pertama yang harus ditempuh guna mewujudkan atribut “khairul ummah” haruslah ber-iqamatul ma‟ruf

(menegakkan kebajikan), Iqamatul ma‟ruf disini dalam arti yang luas sekali, termasuk perbaikan bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, teknologi, ilmu pengetahuan, dan aspek kehidupan lainnya yang akan mengangkat kemaslahatan bersama. Langkah kedua, nahi al-munkar (mencegah kemunkaran). Kemunkaran di sini termasuk kemiskinan, kebodohan, kemaslahatan, dalam berbuat baik, maupun al-akhlaq al-madzmumah lainnya.7

Sekembalinya ke tanah air, Kyai Said cukup mencuat dan cepat dikenal luas sebagai moderat baik dalam pemikiran ataupun sikap. Hal itu berdampak

6Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: SYGMA PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 64. 7 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006) h. 223 5

positif dan dan dapat dilihat dari pergaulannya yang sangat plural untuk seorang kyai NU. Pergaulan beliau terjalin lintas profesi, lintas agama, lintas ideolog, dan bahkan lintas generasi. Tidak mengherankan jika oleh banyak pihak beliau dianggap sebagai tokoh pemimpin Islam masa depan.8

Kyai said adalah figur setelah Gus Dur yang dalam batasan lebih kecil mampu memotret dan meniru sisi kehidupan Gus Dur untuk dijalankan di tengah- tengah masyarakat Indonesia. Bergaul dengan banyak komunitas. Dengan keterlibatan perwakilan umat Islam di kelompok non muslim, paling tidak banyak sisi positif yang pasti akan teraih untuk kepentingan bangsa yang lebih luas.

Sebagai bentuk penguatan hubungan kemanusiaan, untuk meredam konflik etnis dan agama. Pilihan kyai Said kembali ke tanah air untuk mengabdi kepada bangsa, tentunya memiliki implikasi yang lebih luas. Seolah, ia mengambil resiko dan pilihannya sebagai agen perubahan sosial dalam batas tertentu. Pilihan yang mengandung konsekuensi tidak ringan, merancang program ber-visi ke-

Indonesiaan, mampu memberi warna kontribusi positif pada komunitas lain, sebagai bentuk dakwah dan memperkuat misi dan spirit Islam. Itulah menurutnya model dakwah yang aplikatif.9

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj memanfaatkan ilmu dan pemikirannya untuk masyarakat. Terlihat khidmah beliau di PBNU, organisasi dakwah kepada masyarakat serta mengajar di beberapa Universitas terkemuka di Indonesia. Dan di usianya yang ke-60 tahun ini beliau mendirikan mendirikan pondok

8Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado buat kyai Said), (Jakarta, SAS Center, 2010), h. 70 9 Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado buat kyai Said), h. 80 6

luhur (Said Aqil Siroj) Al-Tsaqafah yang bertempat di Ciganjur, bertujuan untuk berdakwah dalam menciptakan generasi unggul baik secara ilmu pengetahuan serta akhlak karimah .10

Bagi KH. Said Aqil Siroj, dakwah bisa dilakukan melalui lisan (bil lisan) seperti menyampaikan tausiah, seminar ataupun mengajar dan mendidik para , tulisan (bil qalam) menulis beberapa karya ilmiah, maupun perbuatan (bil hal) mendirikan lembaga pendidikan Islam. Masing-masing cara ini memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri sebagai sebuah pendekatan dalam aktivitas berdakwah.11

Menurut dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa dakwah pun bisa di lakukan dengan hati sebagaimana hadistnya:

عَهْ أَبٌِ سَعَِْد الْخُدْرًِ رَضٌَِ اهللُ عَىًُْ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اهللِ صلي اهلل علًَ وسلم ٍَقُوْلُ : مَهْ رَأَى مِىْكُمْ مُىْكَراً فَلَُْغََِرْيُ بََِدِيِ، فَإِنْ لَمْ ٍَسْتَطِعْ فَبِلِسَاوًِِ، فَإِنْ لَمْ ٍَسْتَطِعْ فَبِقَلْبًِِ وَذَلِكَ أَضْعَ فُ اْإلٍِْمَانِ فُ اْإلٍِْمَانِ

Artinya: “Dari Abu Sa‟id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu „alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim). Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, sosok laki laki religius ini biasa dipanggil dengan panggilan Kang Said, kelahiran 03 Juli 1953 dengan latar belakang agama yang kuat, dan berkeinginan memperjuangkan Islam di berbagai aspek. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj juga mempunyai latar belakang akademis

10 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013 11 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 7

yang luas dalam keilmuan Islam. Alumni S3 University of Umm Al-qura dengan

jurusan / Filsafat Islam ini lulus pada tahun 1994 yang sebelumnya

mengambil S2 di Universitas yang sama jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987

dan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus

1982.12

Dengan latar belakang ilmu pendidikan Agama yang kuat dijadikan

modalnya dalam dakwah dan memperjuangkan islam di era baru ini sehingga

memberikan dampak positif bagi perkembangan keislaman pada masyarakat

Indonesia. Kegiatan dakwahnya yang istiqomah dan selalu memberikan inovasi

dalam setiap dakwahnya sehingga masyarakat selalu tertarik untuk mengikuti dan

mengkaji setiap kegiatan dakwahnya.13

Dengan berpijak pada latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini

pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terfokus, maka penulis membatasi

pembahasan pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj

di Indonesia pada tahun 2013 sesuai tahun penelitian.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulis hanya memfokuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

12 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 09 Juni 2013 13 Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado buat kyai Said), h. 64 8

a. Bagaimana Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj?

b. Apa saja Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pemikiran dakwah yang mencakup definisi serta unsur-

unsur dakwah.

b. Untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Said Aqil Siroj

meliputi dakwah billisan, bil-hal, dan bil qolam

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai acuan untuk Pemikiran dan Aktivitas

Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia :

a. Secara Akademis, dengan tulisan ini diharapkan memberi tambahan

informasi tentang pemikiran dan aktivitas dakwah sosok da’i berkaliber

nasional dan internasional.

b. Secara Praktis, penulis berharap dengan tulisan ini menambah

pengetahuan dan wawasan pengetahuan tentang disiplin ilmu dakwah

terutama informasi bagaimana Pemikiran dan Aktivitas Dakwah yang di

realisasikan oleh Ketua Umum PBNU ini. Penelitian ini diharapkan bisa

memberikan wawasan konsep pemikiran dan kiprah dakwah yang lebih

nyata dalam tatanan kehidupan.

9

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena

pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih

mendalam, baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan

(wawancara).14

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Field Researech).

Dalam penelitian lapangan (Field Researech) peneliti menggunakan metode

deskriptif (menggunakan data kualitatif), yang dimaksud dengan deskriptif

adalah peneliti berusaha menjelaskan Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof.

Dr. KH. Said Aqil Siroj.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

sedangkan yang menjadi objek Penelitian ini adalah Pemikiran dan Aktivitas

Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk megumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan

permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung

dan tidak langsung, dengan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data

sebagai berikut :

14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005) h. 3 10

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah sebuah pengumpulan data dengan cara

mengadakan tanya jawab secara langsung antara pewawancara

(interviewer) dengan terwawancara (interviewee).15 Adapun jenis

wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan jenis wawancara

semitestruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Hal ini

dilakukan oleh peneliti agar dapat menggali informasi dan mendapatkan

data yang akurat dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj dan orang terdekatnya

yakni Muhammad Idris Mas’udi (sekretaris pribadi KH. Said Aqil Siroj).

b. Observasi atau Pengamatan Langsung

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan

secara sistematis dari fenomena yang diteliti.16 Dalam hal ini peneliti

langsung ke tempat penelitian yaitu di kediaman beliau Jalan Sadar Raya

No. 3A Ciganjur Jakarta Selatan untuk mengetahui dan mengamati

bagaimana Pemikiran dan Aktivitas dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang

diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat

informasi.17 Dalam hal ini peneliti melakukan penelusuran data dengan

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) h. 145 16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, h. 117 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, h. 110 11

menelaah buku, majalah, surat kabar, internet. Tujuannnya untuk

mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.

4. Waktu dan Tempat Penelian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2013 .

Adapun Tempat penelitian ini bertempat di kediaman KH. Saiq Aqil Siroj

Jalan Sadar Raya No. 3A Ciganjur Jakarta Selatan.

5. Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisis data.

Dalam menganalisis, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu suatu

metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.18 Tujuan dari

deskriptif ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian sesuai

dengan kenyataan yang ada.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Dalam Bab I ini terdiri dari Pendahuluan yang meliputi Latar

Belakang Masalah, Fokus dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Membahas mengenai Landasan Teoritis tentang Pengertian

Pemikiran dan Aktivitas, Macam-macam Aktivitas Dakwah, Konsep Dakwah

serta Unsur-unsur Dakwah.

18 M. Natsir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indo, 1998) h. 63 12

BAB III : Membahas mengenai Gambaran Umum dari profil Prof. Dr.

KH. Said Aqil Siroj. Latar belakang keluarga, karir, pendidikan, dan perjalanan

dakwahnya di Indonesia.

BAB IV : Hasil Analisis Data mengenai Pemikiran dan Aktivitas Dakwah

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia, aktivitas dakwah apa saja yang

dilakukan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia.

BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan saran serta dilengkapi

dengan lampiran-lampiran berisi data-data dari berbagai sumber tentang penelitian

ini.

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah

terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Penulis tidak menemukan satu pun

yang mengkaji secara spesifik tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr.

KH. Said Aqil Siroj. Namun, penulis menemukan ada beberapa skripsi yang

pernah membahas permasalahan seputar Pemikiran dan Aktivitas Dakwah seperti

“Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH. Syukron Ma‟mun” skripsi ini dibuat di

oleh Husnul Khotimah ZA dengan NIM 104051001905 Tahun 2008.“Pemikiran

dan Kiprah Dakwah Bacharuddin Jusuf Habibi di ICMI (Ikatan Cendekiawan

Muslim se-Indonesia)” oleh Hadi Saiful Rizal dengan NIM 102051025590 Tahun

2006.“Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA.” Oleh

Riki Efenedi NIM 105051001948 Tahun 2009. “Pemikiran dan Kiprah Dakwah 13

Ustadz Saiful Islam Al-Payage” di buat oleh Pathiyatul Wirdiyah dengan NIM

108051000040.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada saat ini diberi judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj”. Adapun pedoman penulisan skripsi ini menggunakan CeQda. BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Dakwah dan Unsur-unsurnya

1. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk isim

yang artinya )دَعْوَةً( da’watan - )يَدْعُوْا( yad’u - (دَعَا) masdar dari kata da’a

menyeru, memanggil, mangajak dan menjamu.1 Berdasarkan Ensiklopedi Islam,

dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da’a – yad’u yang berarti

panggilan, seruan, ajakan. Jadi, dakwah menurut arti kebahasaan adalah seruan

kepada jalan yang benar. Orang yang menyeru, memanggil atau melaksanakan

dakwah dinamakan da‟i atau juru dakwah dalam istilah keseharian.2

Secara terminologis Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah

adalah menangajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3

Quraish Shihab berpendapat dakwah adalah seruan atau ajakan kepada

jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kuang baik menjadi lebih baik dan

sempurna, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakat.4

M. Arifin dalam buku Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi

menyatakan dakwah adalah sebagai suatu kebijakan dalam seruan, baik dengan

1Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, 1973), h. 127 2 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Ponorogo PRESS, 2010) h. 22 3 Ahmad Wason, Al-Munawwir, (Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir, 1984) h. 483 4 Quraish shihab, Membumikan Al-qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999) h. 194

14

15

lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.5

Berbeda dengan pendapat Syaikh Muhammad Al-Ghazali yang melihat dari sudut pandang ilmu, dakwah adalah sebuah program pelengkap yang di dalamnya meliputi segala pengetahuan yang dibutuhkan manusia, dan keberadaannya guna memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menggunakan rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi seorang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana daerah yang dilarang.6

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang bersifat condition sine quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupannya. Dakwah melekat erat bersamanya dengan pengakuan diri sebagai seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai muslim. Sehingga orang yang mengaku dirinya seorang muslim, maka secara otomatis menjadi juru dakwah.7

5 M. arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 6 6Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 4 7 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987) Cet-1, h. 32 16

2. Unsur-unsur Dakwah a. Subjek Dakwah (Da’i)

Pada dasarnya da‟i (subjek dakwah) merupakan orang atau sekelompok orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah baik lisan (bi al-lisan), tulisan

(bi al-qalam) maupun perbuatan (bi al-hal). Subjek dakwah sebagai pelaksana dakwah, biasanya lebih terkenal dengan nama da‟i atau mubaligh / mubalighah

(orang yang menyempurnakan ajaran Islam). Dengan demikian wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syari‟ah maupun dari akhlak.8

Seorang da‟i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah.

Kepandaian dan keahlian seorang da‟i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da‟i mempunyai kekhasan masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kehidupannya. Da‟i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Da‟i di tengah masyarakat mempunyai kedudukan yang penting sebab ia adalah seorang pemuka

(pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat. Perbuatan dan tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakatnya. Kemunculan da‟i sebagai pemimpin adalah atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.9

Adapun kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh da‟i adalah :

1) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar

2) Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah

88Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 101. 9 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 69 17

3) Memiliki akhlak karimah

4) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas

5) Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas

6) Mengenal kondisi dengan baik.10

Adapun menurut Toto Tasmara dalam buku Komunikasi dakwah, persyaratan yang harus dimiliki oleh da‟i, yaitu :

1) Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam

dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat

sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam.

2) Selalu berkomunikasi dengan Allah dengan cara beribadah baik fardhu

maupun sunnat.11

Faktor seorang da‟i sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah.

Maka subjek dakwah dalam hal ini da‟i atau lembaga dakwah hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah yang profesional. Disamping profesional, kesiapan subjek dakwah baik penguasaan terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media, dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilannya.

Demikianlah seorang da‟i mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita- cita dan tujuan dakwah, yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT, dengan jalan

10Abdul Munir Mulkham, Idilogi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996) h. 237- 239. 11 Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987) h. 25

18

menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. b. Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah (Mad‟u) adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da‟i. Mad‟u (penerima dakwah) sebagai objek dakwah, perlu diklasifikasi oleh da‟i dalam aktivitas dakwahnya, baik ideologi, pendidikan, ataupun status sosial. Sehingga dengan klasifikasi tersebut, akan memudahkan da‟i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.

Klasifikasi objek dakwah ini penting agar pesan-pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad‟u.12

Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih terarah karena tidak disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka mad‟u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh subjek dakwah.13

Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosial, ekonomi dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai dengan Q.S Saba‟ ayat : 28 :

               

 

12 Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 107. 13Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH, Januari 2008), h. 28 19

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.14

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan

da‟i kepada mad‟u, yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber

utama yang meliputi akidah, syari‟ah dan akhlak. Hal yang perlu diperhatikan

ialah bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan

eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran

mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syari‟ah, dan akhlak dalam

ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. 15

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok,

yaitu:

1. Masalah Akidah (Keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah.

Aspek aqidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Yaitu cakrawala

pandangan yang luas antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.

Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan

dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan

kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya.16

14Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 431. 15Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 109. 16 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 25 20

2. Masalah Syariah

Syari‟ah Islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang

meliputi segenap kehidupan manusia. Materi dakwah yang menyajikan unsur

syari‟at harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di

bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah

(dibolehkan), mandub (dianjurkan), makruh (dianjurkan untuk ditinggalkan), dan

haram (dilarang).17

3. Masalah Akhlak

Ilmu akhlak tidak terlepas dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan

yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu

kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat

merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut.18

Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat

“saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran”

(Q.S. Al-„Ashr ayat: 3):

                 Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Apabila kita memperhatikan Al-Qur‟an dan hadist maka akan diketahui,

sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, menentukan

keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman. Baik dalam

sejarah maupun dalam praktiknya sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah.

17 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 27 18 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 29 21

Di sisi lain, dengan adanya perkembangan teknologi dan kemajuan pengetahuan, maka materi dakwah perlu dimuati dasar-dasar kehidupan dalam masyarakat global yang senantiasa dilandasi paham keislaman. Sehingga tidak hanya sekedar bagaimana shalat yang benar, puasa yang sah, zakat yang tepat, dan kegiatan ritual lainnya, melainkan juga perlu diperkenalkan pola kehidupan kontemporer, seperti bagaimana meningkatkan ekonomi yang berwawasan keislaman atau bagaimana dakwah dapat merambah dunia teknologi informasi, internet, dan sebagainya.19 d. Media Dakwah

Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.20 Dengan demikian dapat di rumuskan bahwa media dakwah ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.

Seorang da‟i atau juru dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media. Kepandaian untuk memilih media atau sarana yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.

Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman saat ini dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan kecanggihan teknologi. Ketertinggalan umat Islam dan ketertutupan dari dunia luar, sedikit banyak menjadi salah satu penyebab ketidak berhasilan dakwah.21

19Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 110. 20Ali Yafie, Teologi Sosial telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, (Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997), h. 91-92. 21Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 157. 22

Menurut Hamzah Ya‟qub media dakwah di klasifikasikan menjadi lima

jenis, yaitu : a. Lisan, adalah media yang paling mudah dengan mempergunakan lidah dan suara. b. Tulisan, media ini berfungsi menggantikan keberadaan da‟i dalam proses dakwah.

Tulisan dapat menjadi alat komunikasi da‟i dan mad‟u. c. Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik mad‟u. d. Audio visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran

mad‟u. e. Akhlak, cara yang langsung di manifestasikan dalam tindakan dan tingkah laku

da‟i.22

Sementara ini, dilihat dari segi sifatnya media dakwah dapat digolongkan

menjadi dua kategori : media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni dan

media dakwah modern. Media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni

dan peretunjukan tradisional, dipentaskan secara umum terutama hiburan yang

bersifat komunikatif. Sedangkan media dakwah yang modern diistilahkan pula

dengan media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti ;

televisi, radio, pers, internet dan sebagainya.23

e. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan

“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian, kita dapat artikan bahwa metode adalah

cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain

menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodicay artinya ajaran

22Hamzah Yaqub, Publisistik Islam Dakwah dan Leadership,(Bandung: CV Diponegoro, 1982), h. 13 23Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Sinar Grafika Mediacita, 2009), h. 115. 23

tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.24

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian

“Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.25

Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sisematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.26

Meode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat An-Nahl ayat 125:27

                      

              

Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.” Secara garis besar, ayat di atas menjelaskan bahwa metode dakwah ada tiga, yaitu : bi al hikmah, mauidzatul hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.

24 Wahidin saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h. 52 25M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 160 26 Soeleman Yusuf, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 38 27M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 33 24

Macam-macam metode Dakwah 1. Metode bi al- Hikmah Metode bi al-hikmah yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka

sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi

merasa terpaksa atau keberatan.28

Prof. DR. Toha Yahya Umar, MA., menyatakan bahwa hikmah berarti

meletakkan sesuatu meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha

menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan keadaan zaman dengan

tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.29

Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat

sehingga menjadi sempurna. Sebagai metode dakwah, Al-Hikmah diartikan

bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik

perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad

Mahmud An nasafi, arti hikmah yaitu :

“Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan”.30

2. Metode Al-Mau‟idza Al-hasanah

Secara bahasa, mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau‟idzah

dan hasanah. Kata mau’idzah yang berrati nasihat, bimbingan, pendidikan dan

28 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34 29 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 135 30 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 246 25

peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya kebaikan lawan dari kejelekan.31

Adapun pengertian secara istilah, Mauidzatul hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.32

Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa mauidzal hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh da‟i.33

Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi, kata tersebut mengandung arti:

“Al-mau’idzal hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur’an”.34

Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau‟idzal hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasehati

31 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251 32 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34 33 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 100 34 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251 26

sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar; ia

lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.35

3. Metode Al-Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala”

yang bemakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang

mengikuti wazan Faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah”

perdebatan.36

Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah

manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf

berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki

bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al-qur‟an juga

telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat

dengan mereka kecuali kecuali dengan cara terbaik.37

Firman Allah dalam QS. Al-„ankabut ayat 46:

                    

Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka”.

Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-mujadalah

merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang

tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang

35 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253 36 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253 37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 100 27

diajukan dengan memberikan argumentasi satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak-pihak lain dan ikhlas menerima hukuman tersebut.38 f. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Serta terwujudnya kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhai Allah. Tujuan utama ini, masih bersifat umum memerlukan penjabaran agar kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat ini bisa tercapai dan terwujud.39

Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan. Di sinilah dakwah berfungsi memberikan peringatan kepadanya, melalui amar ma’ruf nahi munkar kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat tercapai.

Itulah tujuan dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah Islam. Seperti Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al – Maidah ayat 2 :

                  

   

Artinya : “Dan menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kewajiban dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya berat siksaannya bagi orang-orang yang tolong menolong dalam kejahatan.40

38 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265 39 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 65 40Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 106. 28

Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan, yakni : a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah. b. Menunjukkan larangan-larangan yang bersifat perbuatan dan pekataan. c. Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang bertaqwa kepada

Allah SWT. d. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada Allah.41

Jadi, dari berbagai macam tujuan dakwah di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah itu adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang di ridhai Allah SWT, agar bahagia hidup di dunia dan akhirat. Dan jika dilihat dari sasaran aktivitasnya, tujuan dakwah dapat dilkasifikasikan menjadi:

1. Mengajak orang yang belum masuk Isla untuk menerima Islam, hal ini dapat

dipahami dalam firman Allah SWT.

2. Amar ma‟ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat. Amar ma‟ruf disini,

diartikan sebagai usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia agar

menerima dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

3. Nahi munkar, muatan dakwah yang berarti usaha mendorong dan

menggerakkan umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal

mungkar.42

41Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.51-53. 42 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) h. 88-91 29

g. Efek Dakwah

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial. Seluruh komponen sistem

(unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Para da‟i harus memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan, di samping bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif

(corrective action).43

Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi apabila ada perubahan apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral adalah merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.44 Efek behavioral ini merupakan bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan afektif. Dengan demikian seseorang akan bertindak dan bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami apa yang telah diketahui itu kemudian masuk ke dalam perasaannya dan kemudian timbullah keinginan untuk bertindak atau bertingkah laku. Jika pesan dakwah telah

43 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h.35 44 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982), h. 35 30

menyentuh aspek behavioral yaitu telah dapat mendorong manusia melakukan

secara nyata ajaran-ajaran Islam yang telah dipesankan dalam dakwah.45

B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas

1. Pengertian Pemikiran

Pemikiran adalah proses, cara perbuatan berfikir. Pemikiran berasal dari

kata piker yang artinya akal budi, ingatan, angan-angan. Ahli, sedangkan berpikir

yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu

problem yang memerlukan pemecahan. Sedangkan pemikir adalah orang yang

cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat dimanfaatkan orang banyak,

seperti filosof.46

Secara terminology, ada beberapa perbedaan pendapat yang dikemukakan

oleh para ahli tentang pemikiran, di antaranya ialah :

1. Nur Cholis Majid (Cak Nur) dalam bukunya khazanah intelektual Islam yaitu : “Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pengetahuan dan industri. Akal kecendrungan untuk memperoleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya. Karena itu ia pun mempelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pengetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang pada akhirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia”.47 2. Samsul Nizar berpendapat bahwa pemikiran adalah upaya cerdas (ijtihady) dari proses kerja dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana.48

45 Khusniati Rofiah, Dakwah Jama’ah Tabhligh & Eksistensinya di Mata Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010), h. 38-39 46Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 872-873. 47Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 307- 308 . 48Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 6. 31

3. Thoha Jabir Alwani berpendapat bahwa pemikiran atau berpikir adalah kata benda dari aktivitas akal yang ada di dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, ruh, atau dengan pengamatan atau pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui untuk sampai pada hukum atau hubungan atar sesuatu.49

Dari beberapa makna dan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa

pemikiran adalah sebuah pendayagunaan otak untuk memecahkan persoalan,

mengambil keputusan dan melahirkan sesuatu yang baru. Apabila pemikiran

dikaitkan dengan dakwah, maka pemikiran dakwah Islam ialah proses

memfungsikan akal yang merupakan kemampuan rasional manusia untuk

mentela‟ah apa itu dakwah sebenarnya dan sebagai upaya asimilasi nilai-nilai

Islam dalam kehidupan sehari-hari kaum muslimin baik yang bersifat individual

maupun koleksi guna membentuk konsepsi masyarakat yang Islami.50

2. Pengertian Aktivitas Dakwah

Menurut ilmu sosiologi aktivitas diartikan dengan segala bentuk kegiatan

yang ada di masyarakat, seperti gotong-royong atau kerja bakti disebut aktivitas-

aktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan

kekerabatan.51

Sedangkan menurut kamus besar ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal

dari ling: activitus: aktif bertindak yaitu bertindak pada setiap eksistensi atau

makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai

49Thoha Jabir Alwani, Krisis Pemikiran Modern Diagnosisi dan Resep Pengobatannya, (Jakarta: LKPSI, 1989), h. 67. 50Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 185 51 Sojokyo dan Piji Wajit Sojogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan (Yogyakarta: Gajah Mada Uiversity Press. 1999, editan 1982), h. 19-21 32

bahwa hubungan khusus manusia dengan manusia. Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek. Manusia mengalih wujudkan dalam mengelola alam.

Berkat aktivitas atau kerjanya manusia mengangkat dirinya dari dunia yang bersifat khas sesuai ciri dan kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun berarti atau tidaknya kegiatan tersebut tergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.52

Sedangkan aktivitas dakwah adalah suatu aktivitas keberagamaan yang sangat urgent dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan. Di dalamnya terdapat seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha untuk mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang baik dan sempurna, baik secara individu atau masyarakat. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.53

Aktivitas dakwah dan bentuk-bentuknya

Kemajuan Islam dewasa ini tergantung pada kepada umatnya, seberapa gencar melakukan upaya-upaya dakwah dalam segala bentuk aktivitasnya dan bentuk-bentuk dakwahnya, maka ada beberapa bentuk aktivitas dakwah, antara lain:

52 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982) cet ke-1, h. 52 53 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 135 33

1. Aktivitas dakwah dalam bentuk lisan (bi al-lisan)

Allah berfirman dalam Al-qur‟an dengan tegas mengenai hal ini dengan

menitik beratkan kepada kata: ahsana Qaulan (ucapan yang baik). Sebagaimana

dalam Surat Fhussilat ayat 33:

                  

Artinya:“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Maksud dari ayat di atas adalah menjelaskan bahwa aktivitas dakwah bil

lisan itu lebih pada perkataan yang baik, santun yang mengedepankan keteladanan

dalam berbicara yang menyeru pada jalan Allah SWT.

2. Aktivitas dakwah dalam bentuk perbuatan (bil-hal)

Dakwah bil-Hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan

sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-

nilai ajaran Islam. Dakwah bil-hal merupakan usaha merintis dan mempraktekan

ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah dalam bentuk ini dapat

dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apapun.54

3. Aktivitas dakwah dalam bentuk Bil Qalam Dakwah bil Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah

melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, internet dan

lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan

tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf nahi munkar.

54 Umi Musyarofah, Dakwah KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan, (Jakarta: UIN Press, 2009), h. 20-21 34

Dakwah bil Qalam sebenarnya sudah dikembangkan oleh Rasulullah SAW. Sejak awal kelahiran dan kebangkitan umat Islam melalui pengiriman surat-surat dakwah kepada para kaisar, raja, dan para pemuka masyarakat. Menyangkut dakwah bil Qalam, Rasulullah SAW, bersabda : “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”. BAB III

BIOGRAFI PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ

A. Latar Belakang Keluarga KH. Said Aqil Siroj

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA terlah terlahir pada tanggal 03 Juli 1953

dari pasangan KH. Aqil Siroj dan Hj. Afifah Harun. Dari sejak lahir beliau tinggal

di Kempek, Palimanan, Cirebon. Namun, sejak tahun 1991 karena tuntutan profesi

dan karir mengharuskan beliau untuk berdomisili di daerah Jalan Sadar Raya No.

3-A Rt 08 Rw 04 Ciganjur Jakarta Selatan 12630. Kang Said begitulah sapaan

akrabnya tumbuh berkembang dari keluarga yang memilki religius tinggi dan

terlahir dari keluarga kyai karena ayahnya sendiri adalah pengasuh Pondok

Pesantren yang juga sebagai tokoh masyarakat terkemuka di daerahnya.

Sejak masa kecil, beliau sudah berada di lingkungan pesantren yaitu

Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadi‟ien yang dikenal dengan sebutan pesantren

“Kempek” karena lokasinya bertepatan di daerah Kempek Palimanan Cirebon

Jawa Barat. Pesantren ini dirintis sekitar tahun 1908 oleh kakek beliau KH. Harun

yaitu seorang ulama terkemuka di daerah Cirebon. Sejarah Pesantren Kempek ini,

perjuangannya diteruskan oleh ayah beliau yaitu KH. Aqil Siroj yang awalnya

Kiai Aqil adalah salah satu santri di pondok pesantren Kempek itu sendiri.

kecerdasan dan kearifaan yang dimiliki oleh KH. Aqil membuat KH. Harun

memilih untuk menikahkan dengan salah satu putrinya yaitu Nyai Afifah Harun.

Semenjak menikah dengan keluarga Kempek, Kiai Aqil mulai ikut serta

mengefektifkan seluruh kegiatan pesantren dan pada tahun 1960-an sampai

sekarang pondok ini masih tetap eksis dalam mempertahankan kesalafiannya

35

36

dengan berfokus pada (klasik) khususnya Nahwu Shorof juga konsentrasi Al-Qur'an. Dan sekarang pesantren Kempek ini menjadi pesantren terbesar di wilayah Tiga Cirebon.1

Kang Said adalah anak kedua dari lima bersaudara. Beliau memiliki satu kakak dan tiga adik putra. Kakaknya bernama KH. Ja‟far Shodiq Aqil Siroj yang sekarang menjadi pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadi‟ien Pesantren Kempek dan sekaligus menjabat sebagai ketua umum MUI kabupaten Cirebon. KH. Ja‟far dikenal sebagai sosok yang paling tegas, cerdas dan teguh pendirian. Adik pertamanya yaitu KH. Musthofa Aqil Siroj seorang mubaligh kondang yang professional dikenal sebagai da‟i dengan tutur kata lembut serta bersahaja. Adik keduanya yaitu KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj sosok ulama yang alim cerdas dan

Istiqomah dalam mengajar santri-santri Majlis Tarbiyatul Mubtadi‟ien. Yang terakhir adalah KH. Ni‟amillah Aqil Siroj dikenal dengan sosok yang cerdas, gaul, sopan santun, tegas, bijaksana dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dari kelima putra KH. Aqil Siroj hanya Kang Said lah yang berlama-lama menerpa ilmu di kota Mekkah Al-Mukarromah sampai berkeluarga pun beliau masih tinggal di kota kelahiran Nabi itu. Barulah pada tahun 1994 beliau memutuskan tinggal di

Indonesia untuk mengabdi pada negrinya sendiri. pilihan Kang Said kembali ke tanah air tentunya memiliki implikasi yang lebih luas. Seolah, ia mengambil resiko dari pilihannya sebagai agen perubahan sosial dalam batas tertentu. Pilihan yang mengandung konsekuensi tidak ringan, setiap berbaur bersama masyarakat, merancang program bervisi ke-Indonesian, melakukan identifikasi, konseling,

1 Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010) 37

bimbingan, dan motivasi. Dalam partisipasi aktif-transformatif ini, berbagai cercaan, hinaan dan fitnah sering kali ia temukan. Namun semuanya itu, harus dilalui dengan penuh keyakinan, optimisme, konsistensi dan komitmen guna menghamparkan risalah Islam dalam kanvas realitas, bernama Indonesia. Dasar itulah yang menginspirasi Kang Said kembali ke tanah air. Harapan dan tantangan seperti inilah, yang diperankan Kang Said berkhidmah di PBNU untuk kemaslahatan umat Indonesia.2

Dalam pernikahannya dengan ibu Hj. Nurhayati Abdul Qodir beliau telah dikaruniai 4 orang anak. 2 Putra yaitu Muhammad Said Aqil , Aqil Said Aqil dan dua putri yaitu Nisrin Said Aqil dan Rihab Said Aqil. Kesemuanya dilahirkan di kota perantauan beliau yaitu Mekkah Al Mukarromah. Dalam kesehariannya

Kang Said lebih banyak meluangkan waktu untuk Membaca dan Bersilaturrahmi.

Namun, beliau juga mempunyai hobi berwisata beserta keluarganya terutama disaat terhenti sejenak dari aktifitas dakwahnya yang super sibuk dan sangat padat karena jabatan beliau sekarang sebagai ketua PBNU yang setiap hari mengharuskan Kang Said beraktivitas di kantor PBNU Jalan kramat Raya No. 164

Jakarta Pusat 10430.

Kang Said hidup dalam keluarga yang ta‟at beragama, meskipun terlahir dari keluarga yang mapan dan serba berkecukupan, pendidikan baginya hal paling istimewa yang selalu di prioritaskan. Hidup dalam keluarga yang bersahaja dan memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan terutama pendidikan agama.3

2 Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Said), Jakarta: SAS Center, 2010) 3 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 38

B. Riwayat Pendidikan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA, putra kedua dari KH. Aqil Siroj (Al-

maghfurlah) pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadi‟in Kempek

Palimanan Cirebon. Pendidikannya di awali “ngaji” di pesantren ayahnya yang

masih mengacu pola tradisional, sambil Sekolah Rakyat (SR); yang tamat pada

tahun 1965 kemudian melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi‟ien Lirboyo Kediri mulai dari Madrasah Tsanawiyah (Mts) hingga

menyelesaikan tingkat menengah atas (SLTA) pada tahun 1965 sampai 1970 dan

pernah mengenyam perkuliahan beberapa semester saja di UIT (Univeritas Islam

Tri Bakti). Selepas dari pesantren salaf berpola tradisional asuhan pamannya,

KH. Mahrus Ali (Al-maghfurlah) tersebut, Kang Said mengayunkan langkah ke

kota Gudeg Yogyakarta untuk menimba ilmu dari KH. Ali ma‟shum (Al-

maghfurlah) di pondok pesantren Krapyak dari tahun 1972 sampai tahun 1975,

yang pada waktu itu beliau sambil studi di Fakultas Adab IAIN

Yogyakarta. Merasa belum puas dengan pengkajian di kota Gudeg, Kang Said

berketetapan untuk mencari ilmu ke Timur Tengah. Niat kuat juga tekad bulat

sehingga dapat menghantarkan Kang Said untuk bisa mewujudkan keinginannya

menerpa ilmu selama 14 Tahun di Timur Tengah. Hal tersebut rupanya

perjuangan tinggi dan kegigihan yang tak mengenal lelah dan akhirnya menjadi

washilah menghantarkan beliau pada kesuksesan seperti sekarang ini. Beliau

terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas King Abdul Aziz cabang Mekkah

Bidang pendidikan Usuluddin dan Dakwah dan tamat tahun 1982. Lalu beliau

mengejar program Magisternya di tempat kelahiran Rasulullah SAW Mekkah Al- 39

Mukarromah Universitas Ummu Al-Qura jurusan Perbandingan Agama tamat pada tahun 1987 hingga menyabet gelar doktor pada Universitas Ummul Qura pada tahun 1994. Dan saat ini menjadi professor juga direktur pasca sarjana

Unisma Malang.4

Kepiawaiannya nampak pada saat puncak studi S-3, tatkala ujian munaqasyah (promosi) doktor. Disertasi yang bertitel “shillatullahi bil-kalam fit- tashawwuf al-falsafi” (Relasi Tuhan dengan Alam Kosmos: Perspektif Tasawuf

Filosofis) benar-benar menggemparkan Ummul Qura yang notabene mengharamkan diskursus tasawuf filosofis. Anehnya, justru Kang Said mampu mempertahankan dengan predikat terpuji (mumtaz, cumlaude).5

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ini meskipun pemikirannya moderat namun, beliau kembali masuk dalam tokoh muslim paling berpengaruh di dunia dengan menduduki urutan ke-19 untuk tahun 2012 versi The Royal Islamic

Strategic Studies Centre Yordania. Sejak menjabat sebagai ketua umum PBNU sejak 2010, ia telah masuk dalam jajaran tokoh elit muslim dunia. Tahun 2010, menduduki peringkat ke19, 2011, peringkat ke-17 dan tahun 2012 peringkat ke-

19. Pengaruhnya ini dinilai tak lepas dari besarnya dengan pengikut lebih dari 70 juta dan terus melakukan perluasan jaringan. NU memiliki jaringan dari pusat sampai ke tingkat ranting atau desa serta melakukan perluasan

4 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) 5 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, h. iv 40

cabang di luar negeri dimana banyak anak NU yang belajar di berbagai universitas atau bekerja di berbagai institusi.6

NU dinilai memiliki layanan sosial yang memberi kontribusi sangat besar pada masyarakat Indonesia di bidang pendidikan, kesehatan dan pengurangan kemiskinan. Dalam bidang politik kebangsaan, NU turut serta dalam gerakan anti korupsi, reformasi sosial yang berakar pada nilai-nilai Islam. NU juga memiliki perhatian besar dalam menjaga harmoni sosial di Kiai Said juga mendirikan Said

Aqil Center (SAS), sebuah pusat studi di Mesir yang berfokus pada pengembangan wacana keislaman, khususnya di dunia Arab.7 Dalam ketokohannya di Indonesia, Republika menganugarahi beliau sebagai tokoh pembaharu atau tokoh perubahan karena mempunya misi dalam menciptakan kekuatan bangsa (ukhwah wathoniyah) terlebih dahulu diatas kekuatan agama ukhwah Islamiyah.8

Sekembalinya di Indonesia setelah menamatkan studi di Ummul Quro

Mekkah, beliau langsung di angkat menjadi wakil katib „Aam Syuriah di PBNU.

Namun, belum genap tiga bulan memangku jabatan sebagai Wakil Katib „Aam

Syuriah PBNU, di tengah goncangan kelompok tak puas atas hasil muktamar

Cipasung, Kang Said menjadi sasaran tembak sebagai agen “Syi‟ah”. Orasinya dihadapan PMII seputar latar belakang lahirnya ahlussunnah wal-jama‟ah mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak, sampai muncul pengkafiran pada

6 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41148-lang,id-c,nasional- t,Kang+Said+Jadi+Tokoh+Muslim+Berpengaruh+Dunia-.phpx 7 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41148-lang,id-c,nasional- t,Kang+Said+Jadi+Tokoh+Muslim+Berpengaruh+Dunia-.phpx 8 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,44152-lang,id-c,taushiyah- t,Sambutan+pada+Malam+Penganugerahan++Tokoh+Perubahan+Republika+2012+-.phpx 41

dirinya dari 12 orang kyai. Meskipun demikian, saat diadakan tabayyun

(klarifikasi) oleh para kyai, justru disitu nampak kecerdasan kyai muda tersebut

dalam memahami Islam. PBNU pun akhirnya menggelar halaqah khusus untuk

merekonstruksi ASWAJA, suatu doktrin yang selama ini disakralkan.9

C. Perjalanan Karir Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Kesuksesan karir KH. Said Aqil Siroj tidak terlepas dari peran terbesar

kedua orang tuanya. Kesuksesan beliau yang saat ini menjabat sebagai Ketua

PBNU juga dilatar belakangi dari pengalaman organisasi yang luar biasa.

Memulai organisasi tahun 1972 beliau menjadi aktivis PMII dan langsung terpilih

sebagai sekretaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta. Kesetiaan dan kecintaannya

pada PMII menghantarkan Kang Said di tunjuk sebagai ketua Keluarga

Mahasiswa Nahdhatul Ulama (KMNU) Mekkah Pada tahun 1998 yang

sebelumnya di tahun 1991 Kang Said di percaya sebagai Tiem Ahli Bahasa

Indonesia di harian koran Al-nadwah Mekkah yang pada saat itu masih menjadi

pelajar Pasca Sarjana di Universitas Ummu Al-qura‟ Mekkah Al-mukarromah.

Sepulang di Indonesia, namanya semakin dikenal saat diberi amanah untuk

memangku jabatan Wakil Katib ‟Aam Syuriyah PBNU hasil Muktamar Cipasung

1994. Dan pada tahun 1998, beliau langsung terpilih menjadi Katib „Aam

sekaligus dipercaya menjadi Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam

Universitas Indonesia.

9 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. iv 42

Tepatnya Sabtu malam KH. Said Aqil Siroj menerima undangan dari A.

Kurdo Irianto Pr. (Romo Paroki Algon) dan pertama kalinya berkhotbah di depan altar Gereja Katolik Aloysius Gonzaga (Algon) Surabaya. Ia menjadi sorotan publik kembali, setelah berkhotbah di Gereja tersebut. Seperti pada kasus sebelumnya, tidak sedikit para kyai yang memberi stempel “kafir” padanya.

Polemik itu pun akhirnya justru semakin meyakinkan kedalaman dan keluasan ilmu Kang Said. Tidak hanya warga NU atau umat Islam saja yang merasa perlu mengaji padanya, tapi orang-orang non muslim pun sangat membutuhkan petuah- petuahnya untuk menjadi pemeluk agama yang baik dan benar.10

Karenanya itu, pada tahun 1999 beliau ditunjuk dalam jajaran anggota

Kehormatan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Praksis kesibukan Direktur Pasca Sarjana UNISMA pada tahun 1999 sampai 2003 ini semakin meningkat frekuensinya ketika harus tetap diminta menjadi dosen dan guru besar di beberapa perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia. Memulai pada tahun 1995 menjadi dosen Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-qur‟an (PTIQ) yang berlangsung sampai tahun 1997 dan sampai saat ini KH. Said Aqil Siroj adalah

Guru Besar Pascasarjana di Universitas Islam Malang, dosen pascasarjana IAIN

Syarif Hidayatullah, dosen Pasca Sarjana Universitas Nahdhatul Ulama UNU

Solo, dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Maqdum Ibrahim (STMI) Tuban serta menjadi penasehat dosen Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) Universitas

Surabaya (UBAYA). Terlebih lagi beliau menjadi dosen Luar Biasa di Institut

Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri. Meskipun segudang aktivitas dirasakannya

10 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. iv 43

namun, sampai sekarang pun beliau masih tetap mengajar secara konsisten.

Karena itu, tak berlebihan jika banyak beberapa Perguruan Tinggi untuk meminta beliau tetap mengajar karena kualitas keilmuannya yang luar biasa juga profesional dalam segala disiplin ilmu.11

Di pentas Nasional, aktivitas Kang Said mulai nampak saat dipercaya sebagai wakil ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan medio Mei

1998 sekaligus ketua Tim Investigasi pembantaian Kasus Dukun Santet

Banyuwangi, hingga akhirnya diangkat sebagai salah seorang anggota Komnas

HAM. Pada tahun yang sama beliau juga diangkat juga menjadi Wakil Ketua

Konseptor Tim Lima Perumus Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(ADART) PKB dan menjadi anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan dari NU.

Karir ayah empat anak ini benar-benar dan terhitung “super sukses” jika dilihat dari masa domisili di tanah air selepas studi yang baru menginjak tahun ke-5.12

Dari tahun 1999 Kang Said tetap di percaya sebagai Penasehat dari sebuah organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik (PMKRI) sampai sekarang.

Keaktifan dan komitmennya pada PBNU menjadikan beliau terpilih sebagai

Ketua PBNU yang mengalahkan dua kandidat lainnya KH Solahudin Wahid dan

KH. Slamet Effendy Indonesia Yusuf. Sebelumnya Kang Said menduduki jabatan menjadi Rais Syuriah pada tahun 1999 hingga tahun 2010. Semua tugas dan

11Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi (Sekretaris KH. Said Aqil Siroj), Jakarta 9 Juni 2013 12 KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) 44

amanat yang di alamatkan kepada beliau, dengan penuh rasa tanggung jawab

semua itu dilakukan semata-mata untuk ber khidmah bagi agama dan negara.13

D. Perjalanan Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Nama Said Aqil Siroj, ramai diperbincangkan baik di media masa,

masyarakat atau di pengurus NU. Kiprahnya di NU semata-mata hanya untuk

berkhidmah lillahi ta‟ala. Ia mendapat kesempatan rasa simpatik di banyak

koleganya sehingga dapat diterima luas oleh kalangan seniman, artis, budayawan,

pengusaha, birokrat, politisi, militer, mahasiswa, LSM, Intelektual, bahkan pada

kelompok non muslim.14

Aktivitas dakwah KH. Said Aqil Siroj sangat di apresiasi oleh masyarakat

luas. Komitmennya pada dunia dakwah sangat luar biasa, terbukti sampai saat ini

Kang Said masih menekuni mengajar ngaji di pesantren yang sekarang di asuh

oleh keluarga besarnya yaitu pesantren Tarbiyatul Mubtadi‟ien Kempek, Cirebon.

Kepercayaan masyarakat Indonesia pada aktivitas dakwah Kang Said juga terlihat

ketika seringkali Kang Said di minta menjadi pembicara tingkat nasional dan

internasional dalam forum formal maupun informal.15

Pada tanggal 08 September di tahun 1995 beliau menjadi pembicara

dengan tema “Transplantasi Ginjal” dalam Simposium Nasional di Jakarta. Dan di

Tahun 1996 beliau di undang menjadi pembicara dalam seminar nasional di

Bengkulu dalam tema “Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari‟at: Perspektif Sejarah”

13 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 14 Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010) 15 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi (Sekretaris KH. Said Aqil Siroj), Jakarta 9 Juni 2013 45

dan “Transmigrasi Pesantren” bentuk forum Lokakarya Nasional Departemen

Transmigrasi. Lalu di Palembang tepatnya pada tanggal 16 sampai 19 Juni 1997 dalam pentas nasional beliau menjadi narasumber utama dalam Temu Tahunan

Jaringan Penelitian IAIN se-Indonesia. Dan masih di tahun yang sama beliau juga diminta untuk menjadi pembicara utama dalam seminar Buku Aksi Cinta di

Jakarta dan “Dialog Nasional antar Generasi” di UGM Yogyakarta pada tanggal

25 November. Lalu, dua hari setelah itu beliau menjadi penceramah yang di undang langsung oleh Menteri Pendidikan dalam memperingati hari AIDS se-

Dunia yang di adakan oleh Pendidikan Kebudayaan RI di Jakarta tepatnya pada tanggal 29 November. Berselang waktu dua minggu setelah itu, lalu Kang Said diminta menjadi pembicara dalam seminar WANHANKAMNAS dalam tema

“Strategi Pembangunan Nasional” berlangsung tiga hari dari tanggal 17 sampai 20

Desember di Yogyakarta.16

Menginjak tahun 1998, aktivitas dakwahnya semakin padat. Tercatat sebagai pembicara dalam Sarasehan Paroki Santa Anna dalam tema “Umat

Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Kebenaran, Kasih dan Kebebasan. Selain itu beliau diminta untuk mengisi seminar Badan Musyawarah Antar Gereja dalam tema “Wawasan Kebangsaan II dan III” di Malang pada tanggal 4 sampai 6

Agustus. Masih di bulan Agutus para civitas akademisi IAIN Syarif Hidayatullah meminta beliau mengisi acara dalam rangka seminar sehari dengan tema

“Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia”. Dan masih di tahun 1998 beliau juga menjadi tamu utama dalam pelatihan VIHARA DHARMA MITRA dalam

16 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 46

tema “Pelatihan Pemuda Therevada” yang terselenggara di Bogor berlangsung pada tanggal 15 sampai 17 Agustus.

Menginjak tahun 1999 Kang Said masih mengisi banyak seminar yang tak lain beliau niatkan adalah salah satu bentuk dakwahnya di pentas nasional. Tepat pada tanggal 17 Februari di Jakarta dalam rangka Dialog Nasional Forum

Mahasiswa Syari‟ah dengan tema “Formasi Hukum dan Pluralisme Politik” yang sengaja beliau mengundang mahasiswa Fakultas Syari‟ah se-Indonesia. Lalu di bulan April dalam Forum Seminar Nasional Jakarta LEMHANAS dalam tema

“Pendidikan Tinggi dalam rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”. Mengingat beliau termasuk dalam jajaran anggota Komnas HAM di tahun 1998 sampai 1999 seringkali beliau di daulat untuk mengisi beragam pengarahan materi dalam acara langsung oleh KOMNAS HAM. 17

Karena kepiawaiannya masuk dalam jajaran cendekiawan muslim, di tahun 2000 beliau tercatat tiga kali mengisi seminar Nasional di Jakarta dalam tiga kali acara dan tema yang berbeda. Pertama, di tanggal 8 September

Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya meminta beliau untuk menjadi pembicara tunggal dalam seminar sehari dalam tema “Wali songo, Islam di

Indonesia dan Prospek Wisata Ziarah”. Kedua, acara Dialog Kerukunan Antar

Umat Beragama dalam tema “Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka” pada tanggal 27 Februari. Ketiga, dalam acara yang diselenggarakan oleh Departemen

Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) bertema “Reformasi Pendidikan Nasional” di Yogyakarta pada tanggal 16 sampai 17 Maret. Lanjut di tahun 2001 untuk

17 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Isdris Mas‟idi, Jakarta 9 Juni 2013 47

pertama kalinya, beliau menjadi narasumber dalam forum yang diselenggarakan oleh LIPI dalam tema “Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk

Menyongsong Indonesia Baru” tanggal 23 Januari di Jakarta. Lalu pada tanggal

25 April Kepolisian Negara RI mengadakan dialog interaktif dalam tema

“Antisipasi Kepolisian Menghadapi Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat” dalam forum ini beliau menjadi Pembina untuk pengarahan MABES kepolisian RI kala itu.

Beliau juga pernah mengadakan seminar dengan tema “Implementasi

Akhlaq Qur‟ani” yang pada waktu itu dalam acara Mutsabaqoh Al-qur‟an dan

Halaqoh Nasional Departemen Agama dengan tema “Musyawarah Kerja Ulama- ulama Ahli Al-qur‟an berlangsung empat hari berturut-turut dari tanggal 27 sampai 30 April 2003 di Jakarta.

Bukan hanya dalam kancah nasional, beberapa kali KH. Said Aqil Siroj tercatat sebagai pembicara tingkat Internasional. Dalam forum yang berbeda beliau menjadi undangan pembicara dalam bentuk Al-Taqrib baina Al-madzahib dalam tema ”Al-islam Din al-Tasamuh wa Huquq Al-insan fi Al-Islam” di

Teheran Iran. Selanjutnya, di Manila beliau di undang dalam forum Konferensi

Internasional dalam tema “Asian Gathering of Muslim Ulama and Christian

Bishops” berlangsung selama empat hari berturut dari tanggal 18 sampai 21

Agustus. Dan dalam dua tahun yang berbeda di Jakarta beliau tetap di minta menjadi pembicara dalam forum Internasional Conference of Islamic Scholar ke-I dan ke-II dengan tema Daur al-Ma‟ahid al-Islamiyah fi bina‟I Hadhoroh al- 48

Syu‟bi Indonesiya dan tema Al-Mujtama‟ Al-Islami wa masuliyyatiha al

hadhoriyyah.

Itulah perjalanan aktivitas dakwah KH. Said Aqil Siroj secara umum di

Indonesia yang kesemuanya beliau tujukan untuk syiar meskipun dalam forum

yang bervariasi dan tidak harus selalu dalam forum yang bersifat keagamaan,

sebagaimana komunikannya pun bercorak dan beragam tapi kesempatan itulah

yang menghantarkan beliau dapat menyebarkan pesan-pesan keislaman dalam

berbagai event dan kegiatan.18 Itulah Islam lebih meluas dan dapat lebih di

pahami oleh berbagai lapisan dan lebih membuka paradigma arti dari Islam yaitu

rahmatan lil‟alamiin.

E. Karya Tulis KH. Said Aqil Siroj

a. Rasail al-Rusul fi al-„Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah

(Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan

Agama Kristen), thesis dengan nilai memuaskan, (1987).

b. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan

Antara Allah dan Alam Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan

nilai Cum Laude di promotori Prof. Dr. Mahmud Khofaji (1994)

c. Ahlussunah wal jama‟ah; Lintas Sejarah (1997)

d. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik kaum Santri (1999)

e. Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said (1999)

f. Ma‟rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003) g. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi

bukan Aspirasi (2006).

18 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 BAB IV

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ

A. Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

1. Pengertian Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj

Menurut KH. Said Aqil Siroj, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a

- yad‟u - da‟watan yakni mengajak atau menyeru kepada jalan Allah SWT.

Dakwah secara luasnya yaitu menyebarkan, memperkuat, memasyarakatkan

ajaran Islam secara komprehensif dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan para

walisongo yakni mengedepankan perilaku baik, santun, budi pekerti mulia, akhlak

terpuji serta kuat dalam menghadapai tantangan apapun.1

Dari hasil wawancara, konsep dakwah yang di ungkapkan KH. Said Aqil

Siroj yaitu bertujuan untuk membentuk khairul ummah yakni menuntun umat

Islam untuk menjadi uswah atau contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya.

Sebagaimana dalam Q.S. Al-„Imron ayat 110:

                

     Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

Menurutnya, berdakwah haruslah mengedepankan pola uswah al-hasanah

sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah yakni berdasarkan pada moralitas

1 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 3013

49 50

luhur dan contoh teladan yang baik. Dalam berdakwah haruslah menjadikan

Rasulullah sebagai referensi sentral juga teladan utama dalam menyampaikan risalah kepada umatnya. Pengabdian Rasulullah kepada agama tanpa batas.

Menurut KH. Said Aqil Siroj Rasulullah senantiasa mencontohkan cara berdakwah secara bijaksana (hikmah) yaitu memberikan nasihat secara baik dan santun serta diskusi atau musyawarah secara berkualitas.2 Sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 125:

                

 Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

2. Unsur-unsur Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj a. Tentang Da‟i menurut KH. Said Aqil Siroj

Menurut KH. Said Aqil Siroj da‟i adalah orang yang mempunyai visi dan misi yang kuat dalam menyampaikan ajaran haq yaitu ajaran Islam. Seorang da‟i haruslah memiliki sifat-sifat yang bisa menjadi suri tauladan untuk para mad‟unya yaitu memiliki akhlakul karimah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Menjadi seorang da‟i adalah aktivitas yang sangat mulia tidak untuk memperkaya diri sendiri tapi semata-mata lillahi ta‟ala atau karena Allah SWT. 3

2 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta, 14 Mei 2013. 3 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta, 14 Mei 2013.

51

Bagi KH. Said Aqil Siroj, pilar utama bagi seorang da‟i yaitu:

1) Ash-Shidqu wal Amanah

Artinya da‟i harus jujur dan tanggung jawab terhadap mandat yang dipikul oleh seorang juga seorang da‟i. Prinsip ini ditegaskan dalam ayat ke-8 surat Al- mu‟minun:

       Artinya: “ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”.

Dan juga pada surat Al-baqarah ayat 283 :

                 

Da‟i harus faham betul mengenai tanggung jawab dalam mengemban tugasnya untuk mensyi‟arkan amar ma‟ruf nahi munkar. Sebagaimana kisah

Sayyidina Umar ibn Khattab tatkala memangku jabatan sebagai „ulama dimana beliau selalu amanah dalam mengedepankan tanggung jawab dalam memperjuangkan umatnya.4

2) Asy-Syura (Permusyawaratan)

Pada urgensinya prinsip ini disampaikan Nabi Muhammad SAW, meskipun beliau dalam kapasitas sebagai seorang yang ma‟shum, ternyata masih diperintah oleh Allah untuk bermusyawarah dengan baik. Untuk itu sebagai seorang da‟i perlu mengedepankan asas Asy-syura dalam strategi dakwahnya.

4KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 40

52

Antara da‟i dan mad‟u disini harus selalu sama-sama mencari titik terang dalam setiap permasalahan. Musyawarah secara baik dan berkualitas. Karenanya, bukanlah pada tempatnya, seseorang yang mengaku muslim, tetapi selalu mengedepankan arogansi kekuasaan.5

3) Al-musawamah (Egalitarian)

Nabi Muhammad saw dan para khulafa‟ ar-Rasyidin telah memberikan contoh sikap egalitarian dalam semua sektor kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Sebagaimana dalam Al-baqarah ayat 256:

                   

                    Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha 6 mengetahui”.

4) Yatafaqqahu fiddin dan Liyundiru qaoumahum

Menurut KH. Said Aqil Siroj Yatafaqqahu fiddin yaitu seorang da‟i harus memahami, mendalami dan menguasai agama Islam secara sempurna dan keseluruhan (Kaffah). Namun pada prinsipnya, aktivitas da‟i atau mubaligh bukan hanya memahami Islam tetapi juga harus mampu mengaktualisasikan pemahaman keislamannya dalam kehidupan sehari-hari. KH. Said Aqil Siroj mencontohkan

5 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 40 6 6 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 41

53

kepada KH. Amin Siradj (paman beliau pengasuh pondok pesantren Gedongan,

Cirebon, Jawa Barat) yang mampu menghafal Al-qur‟an, Uqudul Juman, Al- fiyah, Qawaid Al-Fiqhiyyah dan beberapa kitab lain yang juga mampu mengaktualisasikan dan mensosialisasikan kepada publik, menurut beliau sosok da‟i yang seperti itulah selain memahami keagamaan secara utuh serta mampu mentransformasikan ilmu-ilmu kepada masyarakat luas, mengkontekstualisasikan dalam realitas hari ini.7

Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj seorang da‟i harus dapat menjadi pemikir transformatoris dan mitra dialog yang baik bagi gagasan- gagasan Islam di Indonesia. Mampu menerapkan metode dakwah yang sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi sekarang serta tuntutan era di masa mendatang. Keberadaannya tidak hanya mengurusi masalah spiritual, tetapi mampu melakukan perubahan nyata di masyarakat.8

b. Mad‟u menurut KH. Said Aqil Siroj

Mad‟u yakni orang-orang yang menerima materi dakwah yang disampaikan. KH. Said Aqil Siroj mengartikan mad‟u adalah “ummat” Allah yang akan diajak melangkah bersama untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Baik umat muslim ataupun non muslim.9

Menurut KH. Said Aqil Siroj Term “ummat” bukanlah hak paten satu golongan tertentu, semisal ummat Islam, ummat kristiani, ummat Hindu, ummat

Konghuchu dan sebagainya. Al-qur‟an sendiri menyebut kata tersebut sebanyak

7Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 8Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 9Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

54

64 kali dalam pengertian yang bervariasi. Adakalanya berarti umat manusia, makhluk hidup secara keseluruhan. Dari sekian pemakaian tersebut paling tidak ada satu benang merah yang bisa ditarik dari “ummat” yakni tatkala Nabi

Muhammad membangun pemerintahan di Madinah di bawah payung “Piagam

Madinah”, di mana seluruh warga bangsa (muslim, yahudi, nasrani, musyrikin) di anggap satu ummat oleh Rasulullah. Ketika berdakwah Rasul pun selalu berusaha bersikap „arif dalam mengenali tipologi mad‟unya.10

Untuk itu, bagi KH. Said Aqil berdakwah itu harus kepada siapapun tanpa mengenal golongan, rasa ataupun kelompok tertentu.11 Sebagaimana kutipan wawancara beliau:

“Dakwah bagi saya kepada siapapun, agama apapun baik muslim maupun non muslim, Mad‟u adalah orang yang mau menerima pesan atau substansi isi dakwah. Mad‟u saya ada pemerintah, mahasiswa, masyarakat awam, yah pokoknya kalangan akademis maupun non akademis. Berbeda mulai dari profesi, agama, variatif lah pokoknya, materi harus disesuaikan”.

Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj yang terpenting dalam mengemban misi dakwah, da‟i haruslah lebih jeli dalam mengenal tipologi mad‟unya. Karena keberadaan mad‟u sangat beragam mulai dari pengetahuan, kecerdasan intelektual, pengalaman, profesi, pendidikan juga perbedaan keyakinan. Dalam hal ini tipologi dakwah khusus beliau adalah kalangan akademisi yang materinya di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan juga pada kondisi yang tepat sasaran.12

10KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta: Pustaka Ciganjur: 2000) h. 113 11 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 12 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

55

KH. Said Aqil Siroj lebih memprioritaskan mad‟u yang terkonsentrasi dalam masyarakat awam ataupun mahasiswa. Menurutnya, jika mad‟u di pesantren itu sudah ada yang mengendalikan dan itu lebih tercover secara sempurna, baik itu secara keilmuan islam maupun implementasinya.13

Alasannya menurut KH. Said Aqil Siroj, berdakwah kepada masyarakat umum seperti mahasiswa kita lebih terbuka dalam menemukan figur-figur kreatif, inovatif, dan berfikir secara kritis dalam menghadapi persoalan yang berkembang.

Dalam beberapa kesempatan seringkali beliau mengisi ceramah di Gereja.

Seperti Gereja Algonz Surabaya dan acara Global Peace yang notabene mad‟unya adalah umat non muslim.

Surabaya, sabtu malam tepatnya pada tanggal 1998. Dr. Said Aqil Siroj untuk pertama kalinya berkhotbah di depan altar Gereja Katolik Aloysius

Gonzaga (algon), Surabaya. Doktor lulusan Ummul Quro, Mekkah ini mendapat undangan dari dari A. Kurdo Irianto Pr. (Romo Paroki Algon). Di depan sekitar

4000 umat katolik, Kang Said membawa Injil Johanes 1 ayat 1. Khotbah ini dia bawakan 20 menit sebelum misa dilaksanakan. Dalam khotbahnya Kang Said menyampaikan bahwa pada intinya musuh umat beragama adalah hawa nafsu dan harus segera benar-banar taubat. Menurutnya, Ceramah atau menyampaikan ajaran Islam bisa dimana saja dan kapan saja. Siapa pun yang mengundang itu tidak bisa dipermasalahkan yang terpenting kita menyampaikan ajaran kita yaitu ajaran Allah dan Rasulullah. Pada abad IV hijriah dulu, berkhotbah di gereja sudah biasa dilakukan oleh para ulama dan sebaliknya pastor atau pendeta

13Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

56

berkhotbah di mesjid. Dalam sejarah Islam pemikiran klasik itu harus dihilangkan.

Ketika menjadi seorang da‟i kita harus punya pandangan yang tidak sama dengan yang lain karena pada prinsipnya skala berdakwah kita berbeda.

Berikut ini kutipan pernyataan beliau saat di tanya mengenai dakwahnya di Gereja dan label yang diberikan pada beliau yaitu Tokoh Lintas Agama:

“Saya sering di undang ceramah yang mad‟unya non muslim seperti saya diundang ceramah ke Atlanta dalam acara “Global Peace” Islamnya ada tapi mayoritas Yahudi dan Kristen. Saya juga sering di undang ceramah ke gereja-gereja, tepatnya pada tanggal 1 Maret 1998 di Gereja Katolik Aloysius Gonzaga kawasan Darmo Satelit Surabaya saya ceramah di depan ribuan umat kristiani. Bahwa kita harus saling menghormati, menghargai agama mereka, nah, dengan menghormati itu kita berdakwah. Dengan menunjukkan sikap yang toleran itu, kita tunjukkan bahwa kita dewasa, umat yang berbudaya, mengerti sopan santun, berakhlakul karimah, mereka akan simpati. Itulah dakwah kita. Justru ini kesempatan yang baik, kita tunjukkan perilaku yang kongkrit. Bukan hanya ngomong, bukan hanya tertulis di buku tapi kita kongkritkan dan realisasikan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah. Justru dengan seperti itu kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar, mereka semua mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya waktu itu.”.

Menurutnya, Pendekatan dakwah untuk mad‟u yang non muslim lebih kepada Akhlakul Karimah. Terlebih dahulu kita berprilaku santun, berbudi luhur, menghormati antar sesama dan menjalin persaudaraan baik dengan siapapun.

Seperti dakwah yang dicontohkan Rasulullah selama 13 tahun di Mekkah tidak pernah memerintahkan sahabat untuk memecahkan berhala. Padahal pada waktu itu ada 360 berhala di Mekkah dan puluhan berhala di Masjidil Haram. Karena pendekatan dakwah Rasulullah lebih kepada budaya dan mengedepankan

Akhlakul karimah, maka umat yahudi dan nasrani menerima Islam dengan baik

57

yang akhirnya berbondong-bondong masuk Islam dengan kemauannya sendiri tanpa terpaksa atau dengan cara kekerasan.14

Sebagaimana dalam Q.S. An-Nashr :

                

 .           Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”.

Dari pengertian diatas, pemikiran dakwah KH. Said Aqil Siroj ini, dalam dakwahnya tetap prioritas mad‟u umat Islam baik kalangan akademis maupun non akademis. Namun lebih luasnya berdakwah pula umat pada non muslim. Sehingga materi keislaman dapat diketahui dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.

c. Materi Dakwah

Menurut KH. Said Aqil Siroj materi dakwah adalah substansi isi pesan dakwah yang di sampaikan kepada mad‟u.15 Dalam bukunya yang berjudul

Tasawuf Sebagai Kritik Sosial (2006) terdapat suatu hadist, menjelang baginda

Nabi SAW wafat (pada tahun 11 H/632 M), beliau telah memberikan wejangan kaum muslimin, agar tidak terperosok dalam jurang kesesatan, hendaklah selalu menempatkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sebagai referensi utama dalam setiap langkah hidupnya. Kitabullah, dimaksudkan sebagai firman-firman Allah yang tertuang dalam Al-qur‟an, sedangkan al-Sunnah (tradisi) adalah keseluruhan

14 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 15 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

58

perilaku Nabi SAW semasa hidupnya sebagai Rasulullah, karena sering pula dipandang sebagai penjelas dan pelengkap Al-qur‟an. Dalam hal ini KH. Said

Aqil siroj menepatkan Al-hadist sebagai pedoman untuk berdakwah setelah Al- qur‟an.16

Menurut KH. Said Aqil Siroj, dalam pesan Nabi SAW di atas, sepintas memberikan suatu ilustrasi akan cakupan Al-qur‟an terhadap semua persoalan kehidupan. Tidaklah berlebihan jika kemudian sebagian orang, terutama kalangan mubaligh/da‟i sering bersuara lantang, “Al-Qur‟an itu mencakup segala-galanya”.

Bahkan yang lebih ekstrim lagi, melihat Al-Qur‟an itu laksana Ensiklopedi atau kamus yang sangat lengkap dan komprehensif bagi perjalanan hidup manusia, sehingga semua aspek kehidupan itu; baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun lainnya sudah tersedia di sana. Pendapat semacam ini semakin mantap lagi jika dikaitkan dengan beberapa firman Allah SWT, seperti dalam ayat ke-38

Surat Al-an‟am :17

  .                

          Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung- burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan (tinggalkan) sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.

Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam

16 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. 37 17 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. 37

59

Lauhul mahfudz. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum- hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.18

Begitupun seorang da‟i seperti dalam aktivitas dakwah KH. Said Aqil

Siroj ini cakupan semua materi dakwah adalah Al-qur‟an dan hadist lalu, di interpretasikan dalam beberapa materi dakwah. Materi dakwah paling tidak aqidah, syari‟ah, akhlak, dan tasawuf. 19

1) Materi aqidah

Sebagai sosok da‟i berkewajiban menanamkan dalam benak setiap mad‟u adalah persoalan aqidah. Dimana masyarakat bukan hanya bisa mengucap “laa ilaaha illallah”. Persoalan aqidah tidaklah bisa diyakini „spekulatif” tidak taqlid atau ikut-ikutan. Setiap orang harus memiliki sense of belonging dari hati sanubari yang paling dalam atas essensi persaksian kita bahwa tidak ada Tuhan selain

Allah (Laa ilaaha illallah) dan Muhammad itu utusan-Nya. Keyakinan ini kemudian dikuatkan dalam bentuk ucapan dan dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Materi Syari‟ah

Syari‟ah disini peribadahan secara vertikal ataupun horizontal. Syari‟ah merupakan salah satu pilar dalam ajaran Islam selain aqidah dan akhlak. Untuk itu, para da‟i semestinya memperlebar dalam materi syari‟at ini. Bentuk-bentuk

18 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. 37 19 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

60

fiqih atau pemahaman para fuqaha harus memotivasi untuk diaktualisasikan secara cerdas. Artinya bukan hanya persoalan materi ceramah.

3) Materi Tasawuf dan hadlarah

Tasawuf atau sufisme perlu disinggung dalam materi ceramah. Karena tasawuf atau sufisme tidak dapat dipisahkan dari dalam Islam, sebagaimana halnya nurani dan kesadaran tertinggi juga tidak dapat dipisahkan dari Islam.

Islam merupakan suatu kesadaran abadi yang bermakna penyerahan diru dan ketertundukan seperti halnya kata Islam itu sendiri yang berarti ketundukan dan kepasrahan. Disini, tasawuf adalah intisari ajaran Islam yang membawa pada kesadaran manusia seperti itu. Karena sejarah mencatat Rasulullah dalam menyampaikan dakwahnya melalui pendekatan sufistik. Seorang sufi adalah penegak dan penjunjung tinggi pesan-pesan Islam.20

Hakikat tasawuf tidak lepas dari jati diri manusia yang terdiri dari dua unsur. Pertama, manusia sebagai Khalq, sebagai ciptaan Tuhan yang bersifat materi, jasmani. Kedua, manusia sebagai khuluq (bentuk tunggal dari akhlak, etika) yakni sebagai kreasi Tuhan yang bersifat immateri, ruhani. Bertasawuf, dengan demikian merupakan upaya penyempurnaan wujud keruhanian manusia.

Dalam bahasa agama, itmamul akhlaq, sesuai dengan hadist nabi Innama bu‟itstu liutammima makaarimal akhlaq yaitu tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia.21

20 KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2010) h. 33 21 KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2010) h. 33

61

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara penyampaian dakwah. Bagi KH. Said Aqil

Siroj metode bisa dikatakatan strategi dalam berdakwah. Bahkan metode lebih urgen daripada materi dakwah yang disampaikan. Jika metode dakwahnya tepat maka kemungkinan besar materi dakwah yang disampaikan akan mudah diterima oleh mad‟u atau jama‟ah. Pendapat KH. Said Aqil Siroj untuk para da‟i sekarang lebih banyak menarik mad‟u dalam pembawaan metode humor tapi substansi isi pesan dakwah itu sendiri tidak tersampaikan. jika seperti itu menjadi da‟i yang ideal jauh tercermin. Berikut kutipan wawancara KH. Said Aqil Siroj:

“Dalam pembawaan ceramah da‟i jangan terlalu mengedepankan humor padahal bagi saya pembawaan serius pun jika materi nya berkualitas itu jauh lebih baik dan kemungkinan besar lebih diterima. Bisa lah pake humor tapi sedikit diminimalisir sekedarnya saja jangan berlebihan, yang terpenting metodenya harus kontekstual”.

Untuk itu, sebaiknya para da‟i harus bisa memposisikan kebutuhan konten masyarakat Indonesia dalam hal ini. Materinya perlu berkualitas, dan metode nya pun harus kontekstual.22

Al-Qur‟an telah menjelaskan dalam surat An-Nahl: 125, bahwa terdapat tiga bentuk metode dakwah yang tepat, yakni :

1) Hikmah

Hikmah disini wisdom, cakupannya luas sekali. Menurut KH. Said Aqil

Siroj hikmah adalah sikap-sikap santun yang di lakukan oleh seorang da‟i selain sosok da‟i harus membangun relasi yang baik dengan siapapun, Hikmah juga bisa dikatakan titik puncak kesempurnaan beragama seseorang terletak pada

22 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

62

kemampuan memahami ajaran Islam dan menyelaminya sehingga bersifat arif dan bijaksana (al-hikmah) dalam segenap pemahaman dan penafsiran itu.23

Sebagaimana kutipan wawancara berikut ini:

“Hikmah disini wisdom, cakupannya luas sekali. Metode dakwah yang paling efektif itu metode dakwah bil hikmah, Seperti dalam surat al- jumu‟ah ayat 2 bahwa Allah mengutus berdakwah kepada kaum ummiyin (buta huruf) dengan apa? dengan hikmah yaitu kebijakan-kebijakan, pergaulan yang baik, santun, sikap-sikap santun itu semua hikmah”.

Menurutnya, Al-qur‟an telah menggariskan, dakwah yang ideal adalah menggunakan hikmah kebijaksanaan dan kearifan termasuk dengan ilmu pengetahuan, dengan pendekatan kemanusiaan itu sendiri, Karena berdakwah itu untuk ummat manusia. Misalnya, dalam dakwah Rasulullah yang paling pertama kali ditawarkan adalah masalah keadilan, masalah kebersamaan, kebersamaan hak maupun kebersamaan di muka hukum. Istilah yang digunakan adalah ukhuwah atau sahabat. Rasulullah sendiri sering memanggil anak buahnya dengan panggilan sahabat. Tidak pernah memanggil dengan sebutan anak buahku. Seperti metode hikmah yang di implementasikan oleh Rasulullah saat membuat “Piagam

Madinah”, tidak ada satu yang menyebut Islam. Piagam itu memuat kesepakatan antara nabi Muhammad, kaum musyrik, dan Yahudi. Itu salahsatu cara metode hikmah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.24

2) Mau‟idzah Hasanah

KH. Said Aqil Siroj menyampaikan dakwahnya kepada semua lapisan masyarakat tanpa mengenal ras, suku, golngan tertentu. Hendaknya materi dakwah yang diberikan adalah materi yang mudah dipahami dan harus

23 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 24 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

63

disampaikan dengan bahasa yang sesuai latar belakang mad‟unya sehingga mudah diterima. Yang terpenting da‟i juga harus bisa mengambil ketertarikan menyentuh hati mereka, agar dakwah kita dapat diterima olehnya.

“Metode ini mempunyai arti berdakwah dengan cara memberikan nasihat, sehingga dapat menyentuh hati mereka lebih pada pendekatan emosional.”

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Menurut KH. Said Aqil Siroj Mujadalah yaitu berdakwah dengan bertukar pikiran, discuss dengan baik dan berkualitas dalam membahas persoalan klasik ataupun kontemporer. Metode ini adalah metode diskusi yang dilandasi dengan argumen berbeda, sehingga para da‟i harus menguasai dalil-dalil yang ada untuk menjawab persoalan. Hal ini jelas menuntut para da‟i untuk pandai mengambil sikap secara sabar dan hati-hati.25

KH. Said Aqil Siroj sering berdiskusi dengan jama‟ahnya. Hal ini dilakukan agar pola pikir mad‟unya dapat lebih kritis lagi dan wawasan mereka dapat bertambah. Sehingga antara da‟i dan mad‟u dapat komunikatif26

e. Media Dakwah

KH. Said Aqil Siroj berpendapat bahwa media dakwah adalah alat yang dilalui oleh saluran pesan yang menghubungkan antara da‟i dan mad‟u. Menurut

KH. Said Aqil Siroj, dunia digitalisasi dan internet saat ini tepat digunakan dalam mengemban misi dakwah.27 Dalam kegiatan dakwahnya KH. Said Aqil Siroj tetap menggunakan bantuan media untuk penyampaian materi dakwah agar dapat diterima masyarakat lebih luas. Kesibukan masyarakat saat ini sangat beragam,

25 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013 26Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 27 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013

64

sehingga diperlukan media yang tepat, guna mencapai tujuan dakwah yang menyeluruh.

Selain dakwahnya sering di tuangkan dalam media cetak seperti di koran, majalah, terjemah, ataupun jurnal, beliau pun sering mengisi kajian keislaman di website NU Online, mendirikan KangSaid.net dari NU untuk Ummat juga website kajian tasawuf yang disebut Pusat Studi Tsaqafah-Said Aqil Siradj (PST-SAS) yang lebih dikenal dengan SAS Foundation. Dan mendirikan pula website SAS

Center yaitu situs resmi dalam media dakwah dalam menggali lebih dalam pemikiran sosial keagamaan dan kebudayaan KH. Said Aqil Siroj yang kemudian diformulasikan dalam SAS CENTER. Situs ini sekaligus untuk menampung pemikiran-pemikiran tokoh yang sejalan dengan visi misi Islam rahmatan lil‟alamin. Hal tersebut adalah salah satu media dakwah yang membantu dalam penyampaian dakwahnya.

Namun menurutnya, meskipun dakwah dapat dilakukan beragam cara, yang paling tepat dan efisien yaitu dengan cara tatap muka (face to face) atau ceramah seperti khutbah shalat jum‟at. Karena dengan seperti itu antara pesan dakwah yang disampaikan cenderung lebih substansif.

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah pada hakikatnya menyampaikan serta mengamalkan apa yang memang sedah menjadi kewajiban berupa syari‟at Islam, disamping memiliki kewajiban dalam memberikan ilmu-ilmu pengetahuan Islam secara keseluruhan, tetapi tujuan utama dakwah itu adalah pengamalannya Islam dalam kesalehan sosial.

65

Bagi KH. Said Aqil Siroj, pengamalan disini mengaktualisasikan keilmuan dengan pengamalan kongrit dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk diri sendiri, keluarga, terlebih masyarakat secara luasnya. Berusaha lebih baik dan menjadi contoh dalam segi pengamalan ilmu dan kualitas „ubudiyah. Selanjutnya, mengajak lingkungan masyarakat pendekatan secara kognitif, afektif lalu behavioral untuk ikut menjalankan syari‟at Islam. Dakwah harus murni Lillahi ta‟ala tidak usah pandang bulu siapapun mad‟unya mau itu muslim ataupun non muslim. Semata-mata menyampaikan agama yang haq dan amar ma‟ruf nahi munkar. Agar terciptanya khairul ummah.28

g. Visi dan Misi dakwah KH. Said Aqil Siroj

Visi dan misi dakwah KH. Said Aqil Siroj adalah ingin menciptakan

Indonesia yang beradab dan berkarakter. Beliau selalu berusaha untuk selalu berintegrasi dengan pemerintah dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat Indonesia melalui organisasi kemasyarakatan Islam. Hal ini tercermin langkah kongkrit beliau dalam mengemban visi dan misi dakwah yaitu mendirikan lembaga keagamaan, misalnya Madrasah, masjid, pesantren, majlis dzikir bertujuan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara akhlak dan kelilmuan.29

Berdasarkan hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj Jika di atas kekuatan bangsa kita dapat memperkokoh pondasi keagamaan, kesempatan untuk bisa melihat Indonesia yang beradab, Indonesia yang berbudaya, Indonesia yang

28 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 29 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

66

berkarakter itu lambat laun akan terwujud. Beliau memiliki visi dakwah yang sedikit berbeda dengan dai-dai lain. Menurutnya, terlebih dahulu mewujudkan dan mengedepankan kekuatan bangsa (ukhuwah wathoniyah) lalu kekuatan agama

(ukhuwah islamiyah). Gagasannya ini mendapat apresiasi dari Republika sebagai

Tokoh Perubahan. Bagi KH. Said Aqil Siroj ini kekuatan bangsa itu sangat penting dalam mengukuhkan semua syari‟at Islam.

Misi Islam juga tercermin dalam firman-Nya, wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil „alamin, dan Aku tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Cakupan rahmat bagi alam seisi-Nya memberikan ruang gerak bagi tumbuhnya masyarakat plural (majemuk) yang senantiasa cinta damai yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan peradaban.

Hal ini dijelaskan pula dalam satu sabda Nabi Muhammad, “inna maa bu‟isttu li- utammimaa makaarimal-akhlaq”, Aku (Muhammad) hanya diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak (moralitas) yang mulia. Melalui misi tadi, dalam lintas sejarah umat Islam mampu menapaki kehidupan yang semakin cemerlang dari hari ke hari. Di awali pada periode Mekkah yang masih mengedepankan paradigma “ukhuwah islmiyah”, persaudaraan internal muslim, kemudian berlanjut pada periode Madinah yang menekankan “ukhuwwah wathaniyyah”, persaudaraan lintas agama (kebangsaan) dan dipungkasi dengan peristiwa haji wada‟ yang menjunjung tinggi “ukhuwwah basyariyyah”, persaudaraan lintas etnis.30

30 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 224

67

Seperti pada masa Nabi Sulaiman, ada negeri yang diabadikan sebagai

salah satu negeri yang diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-qur‟an

yang dikenal “baldatun thayyibatun waa rabbun ghafur” yaitu negeri yang adil,

makmur, aman dan sentosa yaitu negeri Saba‟. Negeri ini ternyata di pimpin oleh

penguasa wanita, yaitu Ratu Bilqist.31

B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj di Indonesia

Berangkat dari pemikiran dakwah Langkah inilah yang menjadi motivasi

KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah, mulai dari dakwah bil-lisan, bil-haal,

ataupun bil-Qolam.

1. Dakwah Bil-lisan

Menurut KH. Said Aqil Siroj metode dakwah bil-lisan yaitu bentuk

dakwah yang mengedepankan “qaulan kariman” (perkataan yang mulia), “qaulan

ma‟rufa” (perkataan yang baik), “qaulan maitsura” (perkataan yang pantas),

“qaulan layyinan” (perkataan yang lemah lembut), “qaulan baligha” (perkataan

yang berbekas pada jiwa), dan “qaulan tsaqila” (perkataan yang berkualitas)-

sebagaimana diamanatkan dalam Al-qur‟an dalam surat Fhussilat ayat 33:

                  

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?".32

31 KH. Said Aqil Siroj, Islam kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 9 32 Said Aqiel Siradj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2010), h. 33

68

Dakwah bil-lisan yang direalisasikan oleh KH. Said Aqil Siroj adalah bentuk dakwah seperti pengajian, kajian diskusi, atau acara seminar di berbagai lembaga akademis maupun non akademis. Beliau paparkan secara terperinci dan referentatif dari berbagai sumber kitab disertai dalil aqli-qath‟i sehingga pemaparannya sangat jelas dan sempurna. Terlebih menjadi penceramah/mubaligh yang tak terhitung jumlahnya di beberapa kabupaten, kecamatan, desa, bahkan perkampungan sekalipun, beliau mengupayakan untuk selalu datang demi kepentingan syi‟ar kepada umat.33

“Walau di undang ke kampung pelosok bagaimanapun saya pasti datang untuk berdakwah. Saya pernah ke pulau burung, dari sini ke Batam pesawat dari Batam ke Pulau Guntur bagus, dari Pulau Guntur ke Pulau Burung jelek sekali jalannya, dari tepi pulau ke tempat ceramah, saya naik getek.”

Pengajian yang diisi oleh KH. Said Aqil Siroj secara garis besar membahas materi Tafsir, sejarah, fiqh, akhlak namun, beliau lebih terkonsentrasi membahas pada kajian tasawuf, baik itu tasawuf Falsafi ataupun tasawuf Sunni.34

Berikut dakwah bil-lisan yang dilakukan oleh KH. Said Aqil Siroj: a. Pengajian

Pengajian rutin minggu malam di Pusat Tsudi Tsaqafah (PST-SAS) bertempat di Aula Ciganjur yaitu tempat kediaman beliau yang sekaligus menjadi pendiri PST-SAS. Pengajian rutin ini menerjemahkan disertasi beliau yang berjudul Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan

Antara Allah dan Alam Kosmos: Perspektif Tasawwuf Falsafi) pengajian ini lebih banyak diikuti oleh kalangan mahasiswa. Dewan Penasehat di Said Aqil Siroj

33 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013 34 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013

69

(SAS) Foundation ini juga seringkali hadir pada acara bahtsul masail, atau seminar „Keislaman Nusantara‟ di pesantren Hidayatul Mubtadi‟ien Lirboyo.

Terlebih menjadi ketua PBNU yang mengatur segala kegiatan dakwah di PBNU khususnya di PWNU, PCNU, IPNU, IPPNU, STAINU, dll.35

Secara rutin dwi mingguan beliau membuka open house untuk semua masyarakat sekitar yakni pengajian kitab Tafsir al-kabiir, dan Mafaatihu al- ghaib setiap malam rabu hingga sekarang. Dan pada Rabu malam Kamis beliau mengadakan diskusi atau sharing seputar wacana Islam kekinian biasanya dihadiri oleh para senior yang kebanyakannya adalah santri-santri alumni Lirboyo, khatib, ustadz, dosen, pengajar, mahasiswa, pejabat, dsb. Pengajian tersebut pengganti pengajian hari jum‟at pagi yang dibuka sepanjang tahun 1995 hingga kisaran tahun 1999. Karena animo permintaan masyarakat yang begitu antusias biasanya disela-sela pengajian, juga dikupas persoalan-persoalan aktual up to date kemasyarakatan.36 b. Mengadakan pengajian kilat setiap Ramadhan

Setiap tahun di bulan ramadhan beliau mengadakan pengajian kilat yang disebut dengan pasaran terbuka bagi siapapun yang ingin mengikutinya di pesantren Al-Tsaqafah yang didirikan beliau di Ciganjur. Pasaran ini yang dipandu langsung oleh KH. Said Aqil Siroj dengan mengambil kitab safinatunnaja dan karya-karyanya Imam Ghazali.37

35 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013 36 Mohammad Dawam Sukardi, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), (Jakarta: SAA Center, 2010), h. 24 37Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013

70

c. Menjadi pembicara atau pemateri dalam kegiatan dakwah, antara lain38:

1) Pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema: Rekonsiliasi Tasawuf dan

Syari‟at: Perspektif Sejarah di Bengkulu pada tanggal 3-4 Desember 1996.

2) Pembicara dalam forum Simposisium DIKBUD RI dengan tema Peringatan

hari AIDS se-Dunia di Jakarta pada tanggal 29 November 1997.

3) Pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema Temu Tahunan Jaringan

Penelitian IAIN se-Indonesia di Palembang pada tanggal 17 sampai 19 Juni

1997.

4) Pembicara dalam Seminar Badan Musyawarah Antar Gereja dengan tema

Wawasan Kebangsaan II dan III di Malang pada tanggal 6 sampai 7 Agustus

1997 dan 4 sampai 6 Agustus 1998.

5) Pemateri dalam Dialog Nasional Forum Mahasiswa Syari‟ah se-Indonesia

dengan tema Formasi Hukum dan Pluralisme Politik di Jakarta pada tanggal

17 Februari 1999.

6) Pembicara dalam Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama dengan tema

Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka di Jakarta pada tanggal 27

Februari 2000.

7) Pembicara dalam Seminar Nasional Depdiknas dengan tema Reformasi

Pendidikan Nasional di Yogjakarta 16 sampai 17 Maret 2001.

8) Pembicara dalam Musabaqoh Al-Qur‟an tingkat V TELKOM dengan tema

Implementasi Akhlaq Qur‟ani di Jakarta 23 April 2002.

38Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013 yang dimuat pada curriculum vitae KH. Said Aqil Siroj

71

9) Pembicara dalam Halaqoh Nasional Departemen Agama dengan tema

Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Alhi Qur‟an di Jakarta pada tanggal 28

sampai 30 April 2003.

10) Pembicara dalam Simposium Nasional PATRIA dengan tema Nasionalisme,

Profesionalisme, Pers Indonesia di Jakarta pada tanggal 25 sampai 27

Februari 2004.

11) Pembicara dalam Konferensi Internasional dengan tema Asian Gathering of

Muslim Ulama and Christian Bishops di Manila pada tanggal 18 sampai 21

Agustus 2003.

12) Pembicara dalam forum International Conference of Islamic Scholar I dengan

tema Daur al-Ma‟ahid al-Islamiyah fi bina‟i Hadhoroh al-Syu‟bi Indonesiya

di Jakarta pada tanggal 23 sampai 25 Februari 2004.

13) Pembicara dalam forum International Conference of Islamic Scholar II

dengan tema Al Mujatama‟ al-Islami wa masuliyyatiha alhadhoriyyah di

Jakarta pada tanggal 19 sampai 22 Juni 2006.

Aktivitas dakwah bil-lisan KH. Said Aqil Siroj tersebut, menggambarkan bahwa beliau telah memberikan kontribusi yang cukup luar biasa bagi perkembangan umat Islam di Indonesia saat ini. Sosok beliau yang moderat, terbuka, toleran, komunikatif dan adaptip menjadikan mad‟u sebagai saudaranya sendiri, membuat dakwahnya mudah diterima di semua kalangan.39

39 Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi (Sekretaris Pribadi KH. Said Aqil Siroj), Jakarta 14 Juni 2013

72

2. Dakwah Bil-hal

Menurut KH. Said Aqil Siroj dakwah bil-hal yaitu dakwah itmamul khuluq yang berarti tindakan nyata dalam memiliki moralitas luhur dan di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dakwah yang di contohkan nabi Muhammad dalam sosok kepribadian serta tingkah lakunya. Sebagai contoh menurut KH. Said Aqil Siroj nabi Muhammad pernah beranjak dari tempat duduknya saat jenazah non-Muslim diusung melintas dihadapannya. Sikap ini merupakan satu bentuk penghormatan kepada non-Muslim meski sudah meninggal. Praksis dakwah Islam seperti ini merupakan bagian dari proses pembangunan image, yakni untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi moralitas.40

Urgensi akhlakul karimah harus hadir pada karakter setiap da‟i karena akhlakul karimah merupakan karakteristik ketuhanan yang melekat pada diri manusia. Akhlak yang mulia atau moralitas merupakan sesuatu yang dilakukan bukan hanya di ucapakan, tindakan bukan tulisan, pelaksanaan bukan kekuasaan, pengamalan bukan hafalan, kenyataan bukan penataran, essensi bukan teori, realitas bukan identitas, afektif bukan kognitif, aplikatif bukan normatif, amaliyah bukan ilmiyah.41. Berikut paparan wawancara KH. Said Aqil Siroj:

“Ya bil hal itmamul khuluq perilaku para kiai para ulama perilaku sehari- harinya merupakan dakwah bil-hal, amal nyata, karena memberikan contoh yang baik. Dakwah secara akhlak mahmudah, akhlak terpuji. Atau syi‟ar mendirikan lembaga-lembaga Islam memberantas kebodohan, disitu kita lebih leluasa dalam berdakwah membina generasi muda dalam ber akhlak karimah.”

40 KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006), h. 28 41 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. 2

73

Dakwah bil-hal dilakukan sebagai solusi kebutuhan umat Islam sehingga dakwah ini berupa tindakan nyata. Menurut KH. Said Aqil Siroj Dakwah bil hal ini adalah tidakan para ulama, para kyai. Dakwah bil-hal yaitu terjun langsung mengubah jalannya sejarah kehidupan sosial masyarakat menuju kondisi yang diharapkan, diidealkan, dicita-citakan sesuai dengan bangunan pikirannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Namun, untuk lebih luasnya peran beliau dalam dakwah bil hal diantaranya: a. Mendirikan Pondok Pesantren Luhur Said Aqil Siroj (SAS) Al-Tsaqafah

Yayasan Islam ini terdiri dari Madrasah Aliyah (MA) yang didirikan langsung oleh KH. Said Aqil Siroj beserta keluarga, merupakan sekolah yang berkhas Islam. Sangat berbeda dengan sekolah umum lainya. Yayasan ini didirikan dengan mengacu pola pesantren salafi yang dipadu padankan dengan keilmuan umum. Yayasan ini diperuntukkan bagi semua santri ataupun murid dari penjuru Indonesia, semata-mata untuk investasi akhirat beliau dan keluarga.

Bertujuan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara kelimuan dan akhlakul karimah. Karena, Islam mengajarkan kita bagaimana memberikan pencerahan kepada umat Islam agar kreatif dan produktif.42 b. Mendirikan Pusat Studi Tsaqafah (PST-SAS)

Pusat Studi Tsaqafah atau kita lebih familiar dengan sebutan kajian

Tasawuf ini dikhususkan untuk kalangan akademisi baik mahasiswa ataupun dosen. Mereka akan diberikan paparan materi tasawuf falsafi secara referentif sehingga dapat memahami penguasaan ilmu tasawuf secara komprehensif. PST-

42 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta: 14 Juni, 2013

74

SAS ini didirikan di dekat kediaman beliau tepatnya di daerah Ciganjur Jakarta

Selatan.43 c. Mendirikan Said Aqil Siroj Center (SAS CENTER)

SAS CENTER lahir pada tanggal 09 Septermber 2009 yaitu roda organisasi Islam basis perjuangan sekaligus model dakwah yang didirikan sebagai wujud kepedulian dari semangat para aktivis Islam, seniman, budayawan, serta para pemerhati kaum Nahdhiyyin yang memiliki harapan, mimpi, cita-cita, Islam ideal ke depan untuk memecahkan persoalan umat. SAS CENTER merupakan wadah wadah bagi para kaum santri, kaum akademisi, kaum profesi perkotaan, birokrat, sipil dan militer serta kelompok-kelompok lainnya. Berikut ini agenda kegiatan SAS CENTER44 :

1) SAS PEDULI

Adalah aksi kemanusiaan terhadap perbaikan sarana dan tempat ibadah, perbaikan lingkungan, tata transportasi, kebijakan tata ruang public, pemberian santunan bagi yatim piatu, faqir miskin, dhuafa, janda, gelandangan, pengangguran, korban gempa, dll.

2) SAS AWARD

Adalah wujud apresiasi dan penghargaan bagi para tokoh Islam dan tokoh moderat Indonesia lintas profesi budayawan, seniman, actor film, penulis.

3) SAS DIALOG ISLAM MODERAT ON AIR

Adalah gerakan dakwah melalui media televisi dan radio seluruh

Indonesia yang berwawasan Islam kebangsaan Rahmatan Lil‟alamin. Materi yang

43 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta: 14 Juni, 2013 44 SAS Center, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), h. 165

75

tersajikan, di desaign untuk memenuhi kebutuhan riil keumatan di Indonesia khususnya, sekaligus sebagai program konseling bagi masyarakat umum.45

4) SAS DISKUSI TEMATIK

Adalah kegiatan dialog dan diskusi menyangkut permasalahan aktual yang terjadi di negeri ini, yang diselenggarakan di wilayah Indonesia koordinasi dengan

PCNU dan PWNU se-Indonesia. Fokus kegiatan diutamakan di kantor NU seluruh Indonesia sekaligus berfungsi sebagai gerakan silaturrahmi antar elemen warga NU. Hasil diskusi tersebut, secara berkala akan diterbitkan dalam bentuk compact disk, bulletin, majalah, dan disebarluaskan kepada masyarakat luas.

5) SAS PENERBITAN

Adalah kegiatan penerbitan karya Tokoh-tokoh NU baik di dalam maupun luar negeri, terutama karya-karya klasik dan penerbitan bografi/autobiografi

Ulama-ulama Nusantara.

Bagi KH. Said Aqil Siroj ini, langkah berdakwah melalui pendidikan pesantren dan pendidikan umum berbasis Islam adalah untuk pengembangan

Sumber Daya Manusia (SDM) generasi Islam saat ini. Agar dapat berkualitas secara pribadi dan memberikan perubahan sosial di masyarakatnya kelak.

Terutama agar mereka dapat bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.46

Menurut KH. Said Aqil Siroj dakwah bil hal dalam tindakan nyata merupakan langkah konkret dalam berdakwah. Aktivitas dakwah seperti ini merupakan dakwah yang bertujuan untuk memberantas kebodohan, kemiskinan,

45 SAS Center, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), h. 166 46 SAS Center, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), h. 167

76

dengan bentuk amal nyata terhadap sasaran masyarakat tertentu. Dan menjadikan masyarakat Indonesia yang berbudaya, berkarakter dan berpengetahuan luas.47

Di samping itu, misi utama Islam adalah “rahmatan lili‟alamin”, menjadi rahmat bagi bumi seisinya. Misi ini dalam aplikasinya ditopang oleh lima prinsip universal (kulliyatul khams) yang dijadikan acuan dalam penetapan judisprudensi hukum Islam serta menjadi kristalisasi semua perundang-undangan. Kelima prinsip tersebut adalah pertama, menjadi kebebasan beragama (hifdz al din); kedua memelihara nyawa (hifdz al- nafs); ketiga, menjaga keturunan dan profesi

(hifdz al-nasl wal-„irdl); keempat, menjamin kebebasan ber ekspresi dan berserikat (hifdz al-„aql); dan kelima, memelihara harta benda (hifdz al-mal).

Kelima prinsip tersebut, dewasa ini sangat relevan dengan prinsip-prinsip HAM yang menjadi pilar demokrasi yang berlaku di Indonesia.48

3. Dakwah bil- Qalam

Menurut KH. Said Aqil Siroj, Dakwah bil Qalam yaitu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, internet dan lain-lain. Seperti yang di contohkan „ulama salafusshahih seperti Imam Syafi‟i, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam

Maliki yang mengarang dan menulis kitab-kitab salafi 49

47 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 48 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 31 49 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013

77

Berikut kutipan wawancara dengan KH. Said Aqil Siroj:

“Yaa pokoknya isi pesan dakwah di tuangkan dituliskan dalam tulisan. Seperti karya-karyanya ‟ulama salafusshahih Imam Syafi‟I, , hanafi, hambali yang mengarang kitab… karya-karyanya kan subhanallah masih bisa di nikmati sampai saat ini tidak terbatas waktu. Atau kita menulis materi wacana ke Islaman dalam bentuk buku.” Berikut ini aktivitas dakwah bi Al-Qolam yang dilakukan oleh KH. Said

Aqil Siroj yang dipublikasikan melalui buku cetak, diantaranya: a. Rasail al-Rusul fi al-„Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah (Pengaruh

Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan Agama Kristen),

thesis dengan nilai memuaskan, (1987). b. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Antara

Allah dan Alam Kosmos: Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan nilai

Cum Laude di promotori Prof. Dr. Mahmud Khofaji (1994). c. Ahlussunah wal jama‟ah; Lintas Sejarah (1997) d. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik kaum Santri (Jakarta: FATMA Press,

1999). Buku ini kompilasi dari berbagai makalah yang dipresentasikan dalam

forum ilmiah. Buku ini diharapkan menjadi salah satu rujukan teori politik

umat Islam (fiqh siyasi), dimana sapai saat ini masih banyak wilayah kajian

yang belum dijamah para „ulama. e. Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said (Jakarta: Pustaka Ciganjur,

1999). Buku ini adalah hasil wawancara kontroversial yang dimuat di media

massa yang mendokumentasikan pikiran, gagasan, serta tindakan KH. Said

Aqil Siroj. f. Ma‟rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003)

78

g. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan

Aspirasi (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006). Buku ini adalah refleksi dari upaya

memperkuat pola pikir tawassuth (moderat), tawazun (keseimangan), I‟tidal

(jalan tengah), dan tasamuh (toleran) dalam Islam. h. International Journal of Pesantren Studies dalam Pusat Studi Pengambangan

Pesantren (PSPP) dengan judul “Pesantren di masa sekarang dari segi sejarah

dan Perkembangannya” (2000).

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemikiran dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj adalah aktivitas mengajak

atau menyeru kepada jalan Allah SWT. Dakwah secara luasnya yaitu

menyebarkan, memperkuat, memasyarakatkan ajaran Islam secara

komprehensif dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan para walisongo

yakni mengedepankan perilaku baik, santun, budi pekerti mulia, akhlak

terpuji serta kuat dalam menghadapai tantangan apapun. Dalam berdakwah

harus siap dalam menghadapi tantangan apapun. Pemikiran KH. Said Aqil

Siroj adalah pemikiran yang terpengaruh oleh bacaan tasawuf. Menurut

KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah harus tahan kritik, tahan dihina

karena hal itu merupakan proses dalam berdakwah. Bacaan tasawuf sangat

berpengaruh dalam perjalanan dakwah beliau karena dengan bacaan

tasawuf KH. Said Aqil Siroj berusaha untuk menyikapi bebagai tantangan

dalam berdakwah secara toleran dan terbuka.

2. Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh KH. Said Aqil Siroj ini tata cara

dakwah yang dilakukan walisongo, karena basis NU sendiri model dakwah

walisongo. Aktivitas dakwahnya sangat di apresiasi oleh masyarakat

Indonesia dahulu dan sampai saat ini. Khidmahnya pada Indonesia tidak

terlepas dari tujuan dalam ikut menciptakan negara baldatun thayyibatun

wa rabbun ghofur. Negara yang berbudaya dan beradab.

79 80

Menurut hemat saya, Kiai Said adalah figur generasi setelah Gus

Dur, yang dalam batasan kecil mampu memotret dan meniru sisi

kehidupan Gus Dur untuk dijalankan di tengah-tengah masyarakat

Indonesia. Bergaul dengan banyak komunitas. Dan memperbanyak relasi

dengan non-Muslim. Kesemuanya itu, baginya adalah berdakwah semata-

mata diniatkan untuk memasyarakatkan agama Islam yang santun.

B. Saran

1. Untuk KH. Said Aqil Siroj. Indonesia sangat masih ketergantungan sosok

da’i seperti KH. Said Aqil Siroj. Untuk itu, tetap istiqomah berdakwah

kepada seluruh lapisan masyarakat. Tetap pada misi dakwah yaitu

menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dan menjadikan Indonesia negara

baldataun thayyibatun wa rabbun ghofur.

2. Untuk masyarakat. Tetap mengikuti kegiatan dakwah beliau karena secara

kognitif kita dapat pengetahuan Islam lebih luas, secara afektif dapat lebih

mengenal sosok beliau pemahaman agamanya begitu luas pendekatan

dakwah melalui kajian tasawuf dan secara behavioral bisa merefleksikan

pemahaman agama dalam kehidupan nyata.

3. Untuk pemerintah. Senantiasa mendukung dan berusaha selalu berintegrasi

dengan PBNU khususnya kepada KH. Said Aqil Siroj dalam menjalankan

roda pemerintahan agar menjadikan Indonesia berkarakter dan sejahtera

lambat laun senantiasa terwujud. DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi Buku

Abu Azmi Azizah, Bagaimana Berpikir Islami, (Solo: Era Intermedia, 2001) Ali Aziz, Moh, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004) Alwani, Thoha Jabir, Krisis Pemikiran Modern Diagnosisi dan Resep Pengobatannya, (Jakarta: LKPSI, 1989) Amin, Samsul Munir, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH, Januari 2008) Arifin, M, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) Badruttamam, Nurul, Dakwah kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005) Choliz Hafidz, Abdullah, Dakwah Transformatif (Jakarta: PP Lakpesdam NU, 2006) Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)

Madjid, Nurcholis Khazanah Intelektual Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1985) Mulkham, Abdul Munir, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996) Musyarofah, Umi, Dakwah KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan, (Jakarta: UIN Press, 2009) Nashir, M, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indo, 1998) Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001) Pustaka Ciganjur, Kyai Menggugat Mengadili Pemikiran Kang Said (Jakarta: FATMA Press, 1999)

Rofiah, Khusniati, Dakwah Jamaah Tabhligh dan Eksistensinya di Mata , (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010)

81

Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembag Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010) Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011) Shihab, Quraish, Membumikan Al-qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999) Siroj, Said Aqil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006)

Siroj, Said Aqil, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999)

Siroj, Said Aqil, Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999)

Sukardi, Mohammad Dawam, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bnagsa; Kado Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010)

Syamsuddin, Fathiy. Menguatkan Peran dan Fungsi, Majalah Al-Wa’ie, No. 80 (April 2007) Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983) Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987) Yafie, Alie, Teologi Sosial telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, (Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997) Yaqub, Hamzah, Publisistik Islam Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV Diponegoro, 1982)

82

B. Referensi Internet

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41148-lang,id- c,nasional-t,Kang+Said+Jadi+Tokoh+Muslim+Berpengaruh+Dunia-.phpx

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,44152-lang,id- c,taushiyah,Sambutan+pada+Malam+Penganugerahan++Tokoh+Perubahan+Repu blika+2012+-.phpx

83

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SAID AQIL SIROJ

Ringkasan Profesionalisme (Memuat latar belakang pendidikan formal dan non formal serta profesionalisme termasuk aktifitas organisasi)

Pendidikan Formal: Lulus S1 dari Universitass King Abdul Aziz cabang Mekkah, Fakultas Syari’ah, tahun 1982, lulus S2 dari Universitas Umm al-Qura Mekkah, Fakultas Ushuluddin, tahun 1987, dan S3 dari Universitas Umm al-Qura Mekkah, Fakultas Ushuluddin, tahun 1994. Pendidikan non formal: (1) Pondok Pesantren Lirboyo Kediri tahun, 1965-1970 (2) Pondok Pesantren Krapyak Jogjakarta, tahun 1972-1975. Profesionalisme: (1) Dosen Pasca Sarjana UI dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1995- skrg (2) Penasehat dosen matakuliah MKDU UBAYA Surabaya, tahun 1998-skr (3) Direktur Pasca Sarjana Unversitas Islam Malang (UNISMA), tahun 1999-2003 (4) Anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan, tahun 1999-2004 (5) Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia tahun 2012-skrg. Pengalaman Organisasi: (1) Ketua KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama) Mekkah, tahun 1983-1987, (2) Wakil Katib ‘Am PBNU, tahun 1994-1998, (3) Katib ‘Aam PBNU, tahun 1998-1999, Rais Syuriyah PBNU, tahun 1999-2004, Ketua PBNU 2004-2010, Ketua Umum PBNU 2010-sekarang

A. IDENTIFIKASI

A.1 Pribadi

1. Nama Lengkap & Gelar : Said Aqil Siroj (Doktor, Magister) 2. Jenis Kelamin ( L/P ) : Laki-laki 3. Tempat Lahir : Cirebon tanggal lahir: 03 Juli 1953 4. Alamat Rumah : Jl. Sadar Raya No. 3-A Rt. 08 Rw. 04 Ciganjur, Kota: Jakarta – Selatan Kode Pos: 12630 Telp; 021-7865178 Fax: 021-78886942 HP: 0811834960 Email: [email protected]

5. No. KTP : 09.5309. 030753. 0379

6. Agama : Islam

7. Status Perkawinan : Nikah 8. Aktivitas Sekarang : Ketua Umum PBNU 9. Alamat Kantor : Gedung PBNU Jl. Kramat Raya No. 164 Kota: Jakarta Pusat Kode Pos: 10430 Telp. 021-31923033 Hand Phone : 08161802999

10. Penguasaan Bahasa : Bahasa Indonesia – Aktif Aktif/ Pasif

Bahasa Inggis – Pasif Aktif/ Pasif

Bahasa Arab – Aktif Aktif / Pasif 11. Hobby : Membaca dan berwisata

A.2 Keluarga 1. Nama Ayah : Aqil Siroj 2. Nama Ibu : Afifah Harun 3. Nama Isteri : Nur Hayati Abdul Qodir 4. Nama Anak : 1. Muhammad Said Aqil 2. Nisrin Said Aqil 3. Rihab Said Aqil 4. Aqil Said Aqil

B.RIWAYAT PENDIDIKAN

B.1 Pendidikan Formal JENJANG NAMA SEKOLAH BIDANG PENDIDIKAN TAHUN SD/ Sederajat SR Cirebon Agama Islam Tamat 1965 SLTP/SLTA Sederajat Hidayatul Mubtadi’en Agama Islam Tamat 1970 Enam tahun S1 Universitas King Ushuluddin dan Dakwah Tamat 1982 Abdul Aziz S2 Universitas Ummu al- Perbandingan Agama Tamat 1987 Qura S3 Universitas Ummu al- Aqidah/Filsafat Islam Tamat 1994 Qura

B.2 Pendidikan Non Formal LEMBAGA PENDIDIKAN NAMA LEMBAGA PENDIDIKAN TAHUN Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’en Lirboyo Kediri 1965-1970 Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta 1972-1975

2

C.PENGALAMAN ORGANISASI

LEMBAGA JABATAN TAHUN PMII Rayon Krapyak Jogjakarta Sekretaris 1972-1974 KMNU Mekkah Ketua 1983-1987 PBNU Wakil Katib ‘Aam 1994-1998 PBNU Katib ‘Aam 1998-1999 Gerakan Anti Diskriminasi Penasehat 1998 Indonesia (GANDI) Forum Komunkasi Kesatuan Ketua 1998-sekarang Bangsa (FKKB) Pusat Kajian Timur Tengah dan Penasehat 1998-sekarang Islam UI Tiem Gabungan Pencari fakta Wakil Ketua 1998 (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 TGPF Kasus pembantaian dukun Ketua 1998 santet Banyuwangi Panitia Muktamar NU XXX Ketua 1999 MATAKIN Anggota Kehormatan 1999-2002 PMKRI Penasehat 1999-sekarang PBNU Rais Syuriah 1999-2010 PBNU Ketua Umum 2010-sekarang

D. AKTIVITAS

LEMBAGA JABATAN TAHUN Koran Harian AL-Nadwah Mekkah Tiem Ahli Bahasa Indonesia 1991 Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al- Dosen 1995-1997 Qur’an (PTIQ) Pasca Sarjana UIN Syarif Dosen 1995-sekarang Hidayatullah Jakarta Universitas Islam Malang Wakil Derektur 1997-1999 (UNISMA) Universitas Surabaya UBAYA Penasehat dosen MKDU 1998-sekarang Konseptor Tiem Lima perumus Wakil Ketua 1998 ADART PKB KOMNAS HAM Anggota 1998-1999 Institut Agama Islam Tribakti Dosen Luar biasa 1999-sekarang Lirboyo Kediri MPR RI Fraksi Utusan Golongan Anggota 1999-2004 dari NU Pasca Sarjana UNISMA Direktur 1999-2003 Masyarakat Pariwisata Indonesia Penasehat 2001-sekarang (MPI) Pasca Sarjana ST Maqdum Ibrahim Dosen 2003-sekarang Tuban Pasca Sarjana Universitas Nahdlatul Dosen 2003-sekarang Ulama UNU Solo Pasca Sarjana UNISMA Dosen 2003-sekarang

3 Universitas Indonesia Ketua Majelis Wali Amanat 2012-skrg

E. FORUM ILMIAH

E.1 Pembicara Tingkat Nasional TEMA BENTUK FORUM TEMPAT DAN TAHUN Transplantasi Ginjal Simposium Nasional Jakarta, 08 September 1995 Pola keterkaitan Pesantren, Perguruan Tinggi Diskusi Panel ITB Bandung, 13-14 dan LSM dalam pendidikan dan April 1996 Pengembangan Ekonomi Masyarakat Rekonsiliasi Tasawuf dan syari’at:Perspektif Seminar Nasional Bengkulu, 3-4 Desember Sejarah 1996 Transmigrasi Pesantren Lokakarya Nasional Sukabumi, 16-17 Dep. Transmigrasi Desember 1996 Seminar Nasional SDES Seminar NAsional Cipayung, 1-2 April 1997 Temu Tahunan Jaringan Penelitian IAIN se- Seminar Nasional Palembang, 16-19 Juni Indonesia 1997 Seminar Buku Aksi Cinta Sminar HIKMAH Jakarta, 11 Oktober 1997 BUDHI-KMB Dialog Nasional antar Generasi Dialog UGM, Yogjakarta, 25 November 1997 Peringatan Hari AIDS se-Dunia Simposium DIKBUD Jakarta, 29 November RI 1997 Setrategi Pembangunan Nasional Seminar Yogyakarta, 17-20 WANHANKAMNAS Desember 1997 Reformasi Politik, Ekonomi, Hukum, Moral Lokakarya dan Seminar Surabaya 25-27 Mei dan Budaya Nasional 1998 Umat Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Sarasehan Paroki Santa 7 Juni 1998 Kebenaran, Kasih dan Kebebasan Anna Umat Islam dalam Dinamika Politik Bangsa Seminar Nasional Jogjakarta, 4 Juli 1998 di Era Reformasi Universitas Yogyakarta Wawasan Kebangsaan II dan III Seminar Bamus antar Malang, 6-7 Agustus Gereja 1997, dan 4-6 Agustus 1998 Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia Seminar Sehari IAIN Jakarta, 20 Agustus 1998 Jakarta Pelatihan Pemuda Therevada Pelatihan VIHARA Malang, 15-17 Agustus DHARMA MITRA 1998 Konferensi Kerja Kerabat Pelayanan Konferensi Bogor, 25-28 Januari GKD,GKRI,YMPI,JRC 1999 APOSTOLOS,KOS, YMBI,CLR Formasi Hukum dan Pluralisme Politik Dialog Nasional Forum Jakarta, 17 Februari 1999 Mahasiswa Syari’ah Se-Indonesia

4 Pemilu dan Masalah Integritas Bangsa Seminar setengah hari Jakarta, 4 Maret 1999 UKI, ATMAJAYA Pendidikan Tinggi dalam rangka Seminar Nasional Jakarta April 1999 Mewujudkan Masyarakat Madani LEMHANAS Pelatihan bagi Pelatih HAM untuk kalangan Pelatihan KOMNAS Bogor, 26-30 Juli 1999 Rohaniawan HAM Temu Nasional Kebangsaan II Seminar Semarang, 5 Agustus 1999 Wali Songo, Islam di Indonesia dan Prospek Seminar Sehari Jakarta, 8 September Wisata Ziarah Departemen Pariwisata, 1999 Seni dan Budaya Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka Dialog Kerukunan Jakrta, 27 Februari 2000 Antar Umat Beragama Sarasehan Lintas Iman dan Wawasan Sarasehan ISCS Denpasar, 25 Desember Kebangsaan 2000 Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Seminar Nasional LIPI Jakarta, 23 Januari 2001 Baru untuk Menyongsong Indonesia Baru Reformasi Pendidikan Nasional Seminar Nasional Jogjakarta, 16-17 Maret Depdiknas 2001 Antisipasi Kepolisisan Menghadapi Dialog Interaktif Jakarta, 25 April 2001 Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat MABES Kepolisian Negara RI Transformasi Kultural dalam Tubuh POLRI Seminar Sekolah Jakarta, 14 Juni 2001 Menuju Profesionalisme Lanjutan Perwira POLRI Implementasi Akhlaq Qur’ani Musabaqoh Al-Qur’an 23 April 2002 tingkat V TELKOM Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Ahli Al- Halaqoh Nasional Jakarta, 28-30 April 2003 Qur’an DEPAG Kerukunan Umat Beragama Propinsi DKI Pemda DKI Dinas Jakarta 3-4 September Jakarta Bintal dan Kesos 2003 Nasionalisme, Profesionalisme, Pers Simposium Nasional Jakarta, 25-27 Februari Indonesia PATRIA 2004 Muzakaroh dan Muhasabah Perwira Rohani Muzakaroh MABES Jakarta, 24-27 Mei 2004 Islam TNI TNI Dan lain-lain

E.2 Pembicara Tingkat Internasional TEMA BENTUK FORUM TEMPAT DAN TAHUN Al-islam Din al-Tasamuh AL-Taqrib baina al- Teheran, Iran 1999 madzahib Huquq al-insan fi al-Islam AL-Taqrib baina al- Teheran, Iran 2000 madzahib Asian Gathering of Muslim Ulama and Konferensi Internasional Manila, 18-21 Agustus Christian Bishops 2003 Daur al-Ma’ahid al-Islamiyah fi bina’I Internasional Conference Jakarta, 23-25 Februari

5 Hadhoroh al-Syu’bi Indonesiya of Islamic Scholar 2004 Al Mujatama’ al-Islami wa masuliyyatiha Internasional Conference Jakarta, 19- 22 Juni alhadhoriyyah of Islamic Scholar II 2006

F. KARYA ILMIAH

JUDUL BENTUK KARYA NILAI TAHUN Rasail al-Rusul fi al-‘Ahdi al-jadid Tesis Memuaskan 1987 wa Atsaruha Fi al-Masihiyah (Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan Agama Kristen) Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi Desertasi Cum Laude 1994 al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Promotor; Antara Allah dan Alam Perspektif Prof. Dr. Tasawwuf falsafi) Mahmud Khofaji Ahlussunah wal Jama’ah; Lintas Buku --- 1997 Sejarah Islam Kebangsaan; Fiqih Buku --- 1999 Demokratik Kaum Santri Kyai Menggugat Buku --- 1999 Ma’rifatullah; Pandangan Agama- Buku --- 2003 Agama, Tradisi dan Filsafat Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Buku --- 2006 Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan Aspirasi Beberapa tulisan di media cetak Artikel --- 1995-sekarang

Jakarta, 23 Februari 2011

DR. KH. SAID AQIL SIROJ MA

6 Lampiran 3 : Daftar Pedoman Wawancara

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ

A. Dakwah dan unsur-unsurnya menurut KH. Said Aqil Siroj

1.Apa yang dimaksud dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?

2.Unsur-unsur dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj a. Bagaimana definisi da’i menurut KH. Said Aqil Siroj?

- Apa saja sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i? b. Bagaimana mad’u menurut KH. Said Aqil siroj? Tipologi mad’u KH. Said

Aqil Siroj? c. Bagaimana materi dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?

- Apa saja materi dakwah yang sering di bawakan untuk dalam

berdakwah? d. Bagaimana metode dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj? e. Bagaimana media dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?

- Media apa saja yang digunakan KH. Said Aqil dalam berdakwah?

(bentuk apa) f. Apa tujuan dalam berdakwah menurut KH. Said Aqil Siroj? g. Apa visi dan misi dalam berdakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?

DRAF WAWANCARA TERTULIS DENGAN

PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ

Nama : Prof. Dr. KH. Said Aqil siroj

Jabatan : Ketua Umum PBNU

Waktu Wawancara :14 Mei 2013

Tempat Wawancara : Di gedung PBNU Jalan Krama Raya, Jakarta Pusat

1. Bagaimana latar belakang keluarga pak kyai ? Jawaban :

Saya dilahirkan dari keluarga kiai meskipun kiai selevel kabupaten, ya aktivitas ayah saya adalah dakwah kemana-mana meskipun jalannya jelek, transportasi dokar ga seperti ini, tapi beliau tidak pernah surut tidak pernah kendor dalam berdakwah dan itu barangkali saya dan adik saya Mustofa Aqil Siroj mewarisi semangat juang dakwah dari ayah saya. Mudah-mudahan dakwah itu merupakan deposite amal shaleh yang sama sekali tidak bertujuan untuk memperkaya diri semata-mata karena Allah. Kalau memperkaya diri saya milih-milih-milih dong. Walaupun di undang ke kampung pelosok bagaimanapun saya pasti datang untuk berdakwah. Saya pernah ke pulau burung, dari sini ke Batam pesawat dari Batam ke Pulau Guntur bagus, dari Pulau Guntur ke Pulau Burung jelek sekali jalannya, dari tepi pulau ke acara saya naik getek.

2. Apa definisi dakwah menurut pak kyai ? Jawaban : Dakwah dalam arti kita mengajak, menyeru, ke jalan yang benar. Secara luasnya ingin menyebarkan, memperkuat, memasyarakatkan ajaran Islam sebagai agama yang haq, saya tidak bosan-bosan dan tidak henti-henti karena

1 ini sangat penting sekali. Nah semangat dakwah itu kita warisi juga dari orang tua kita, orang tua kita dari gurunya, gurunya mewarisi dari para wali songo berdakwah secara santun, berbudi pekerti mulia, walisongo berhasil menyebarkan Islam sampai kepada kerajaan Majapahit, Padjajaran, Sriwijaya, hilang (hanya dalam kurun waktu 50 tahun). Padahal Islam datang ke Indonesia pada abad ke 8 dari sejak khalifah ustman, ratusan tahun tidak pernah berkembang tapi, ketika dakwah dipegang secara sistemik yang dilakukan oleh wali songo Majapahit Bubar tanpa ada kekerasan, tanpa ada darah yang mengalir, tanpa peperangan tapi tetap dengan musyawarah dengan baik, discuss dengan berbobot dan berkualitas, tutur kata yang baik dan sopan itulah yang berhasil, berkualitas secara akhlak, berdakwah yaitu dengan :

                 

  

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Seperti nabi Muhammad selama 13 tahun di Mekkah tidak pernah memerintahkan sahabat untuk memecahkan berhala padahal ada 360 berhala di Mekkah dan ada puluhan berhala di Masjidil Haram. Tapi, tidak pernah memerintahkan sahabat untuk memecah berhala, baru setelah Nabi hijrah ke Madinah kemudian menguasai Fathu Makkah (kota Mekah) tahun 8 H orang Mekkah masuk Islam semua sebagaimana dalam Q.S. Al-Nashr:

                  

  .          

Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-

2

bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”.

Berbondong-bondong masuk Islam dengan kemauan sendiri, kehendak sendiri. Masyarakat Mekkah setelah masuk Islam menghancurkan atau membersihkan masjidil haram Mekkah dari berhala-berhala. Jadi apa? Cara dakwah Rasul itu Pendekatannya budaya dulu, kepribadian dulu, pendekatan Akhlaqul Karimah, setelah mereka masuk Islam atau menerima agama kita baru mereka akan menjalankan agama Islam itu sendiri dengan benar dan tidak usah dipaksa atau dengan cara kekerasan. Nah, wali songo itu meniru metode dakwahnya Rasulullah. Ko ada perang ? saat itu Rasulullah sangat-sangat terpaksa, keadaan Darurat, Emergency, perang Rasul itu yaitu perang mempertahanakan pertahanan (Difensif) nah, itu yang harus kita lestarikan dan wariskan kepada generasi di bawah saya.

Jadi, menurut saya, dakwah yang dibangun oleh Islam sejak awal berupa dinamisasi yang mengedepankan pola uswah hasanah, yakni berdasarkan pada moralitas dan contoh teladan yang baik. Menjadikan Rasulullah sebagai referensi sentral dalam berdakwah mengedepankan akhlak terpuji. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Aku diutus untuk menyempurnakan moralitas kemanusiaan yang luhur”. Pendekatan moralitas ini menuntut umat Islam untuk selalu menjadi khairul ummah dan yang baik bagi lingkungan sekitarnya.

3. Bagaimana definisi da’i menurut KH. Said Aqil Siroj: Jawaban: Dai adalah orang yang mempunyai visi dan misi yang kuat dalam menyampaikan ajaran yang benar yaitu ajaran Islam sebagaimana yang di contohkan Rasulullah. seorang da‟i harus dapat menjadi pemikir

3

transformatoris dan mitra dialog yang baik bagi gagasan-gagasan Islam di Indonesia. 4. Sifat yang harus dimiliki da’i / sosok da’i yang ideal menurut KH. Said Aqil Siroj?

Jika melihat ayat Al-qur‟an mengatakan :

                 

              

  

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

Maksud dari ayat di atas tidak harus semua aktivitas orang mukmin itu mobile (aktivitasnya keluar dari rumah) harus ada sekelompok orang mukmin yang memahami, mendalami, menguasai ilmu agama, harus ada ini. Dia bukan TNI, PNS, Birokrat, DPR, tapi menekuni agama, kalo sudah betul-betul faham “waliyundiruu qoumahum” (mengajak, atau menyampaikan dakwah kepada ummat). Kata yatafaqqahuu dan yundiruu itu fiil mudhori kata kerja yang zamannya sekarang dan akan datang artinya, memahami agama yatafaqqahu, waliyundiruu dakwahnya harus kontekstual, artinya harus nyambung, harus muqtadhol haal harus ”muthobaqoh lil waqi wazzaman” harus nyambung dengan keadaan yang ada dan tuntutan era yang sekarang ini makanya Al-qur‟an menggunakan fiil mudhori’ (dakwahnya tetap pada prinsip-prinsip Islam tapi, cara metode dakwahnya itu harus kontekstual).

4

5. Mad’u itu seperti apa menurut KH. Said Aqil Siroj? Jawaban : Mad‟u adalah ummat Allah yang sama ingin ke jalan Allah. Mad‟u saya sangat variatif, semua kalangan saya ajak berdakwah demi sama-sama mempunyai cita-cita menjadi insan kamil. Mad‟u saya ada kalangan pemerintah, mahasiswa, masyarakat awam, yah pokoknya kalangan akademis maupun non akademis. Mulai dari profesi, latar belakang agama, bervariasi lah pokoknya. Ketika di undang untuk ceramah ke manapun saya usahakan datang, ketika disuruh mengisi seminar saya datang, undangan kajian, kalo santri di pesantren itu mereka lebih tercover dengan baik, ada yang mengendalikan, di Pesantren kan sudah di tekankan Akhlaqul Karimah disamping pelajaran Aqidah diajarkan, Syari‟ah dijalankan, juga Akhlaqul Karimah. Sehingga dapat bermasyarakat dengan baik, bergaul dengan siapapun, dengan akhlaqul karimah. Pernah saya beberapa kali saya ceramah di gereja yang mad‟unya umat Kristen, yahudi, nasrani itu saya berikan paparan materi Islam. Mereka nerima saja. Asal kita kedepankan sikap yang santun, etika keislamannya dipakai. Islam sangat menjungjung tinggi moralitas. Saya pernah di undang ceramah yang mad‟unya non muslim seperti saya diundang ceramah ke Atlanta dalam acara “Global Peace” Islamnya ada tapi mayoritas Yahudi dan Kristen. Saya juga sering di undang ceramah ke gereja-gereja, tepatnya pada tanggal 1 Maret 1998 di Gereja Katolik Aloysius Gonzaga kawasan Darmo Satelit Surabaya saya ceramah di depan ribuan umat kristiani. Bahwa kita harus saling menghormati, menghargai agama mereka, nah, dengan menghormati itu kita berdakwah. Dengan menunjukkan sikap yang toleran itu, kita tunjukkan bahwa kita dewasa, umat yang berbudaya, mengerti sopan santun, berakhlakul karimah, mereka akan simpati. Itulah dakwah kita. Justru ini kesempatan yang baik, kita tunjukkan perilaku yang kongkrit. Bukan hanya ngomong,

5

bukan hanya tertulis di buku tapi kita kongkritkan dan realisasikan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah. Justru dengan seperti itu kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar, mereka semua mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya waktu itu. Itu juga ajaran Al-qur‟an dan ajaran Rasulullah, dalam Q.S. Al- „Imron ayat 159 mengatakan:

                  

           

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.” Maksudnya: karena sikapmu yang santun Muhammad, mereka berbondong-bondong simpati kepada-mu, seandainya kamu Muhammad congkak, sombong, kasar, niscaya orang-orang lari dari kamu, oleh karena itu Muhammad “fa’fu’anhum” (maafkanlah, yang dulu memusuhi kamu dan sekarang masuk Islam, maafkanlah) “wastaghfirlahum” (mintakan ampun dari Allah untuk mereka) “wasyaawirhum fil’amr” (ajaklah mereka musyawarah, diskusi untuk masa depan yang lebih baik) itulah cara berdakwahnya Rasulullah dan dakwahnya pesantren ala walisongo. 6. Apa materi dakwah menurut KH. Said Aqil dan materi dakwah apa yang sering disampaikan dalam berdakwah? Jawaban: Materi adalah isi pesan dakwah. Materinya Akhlak ya Akhlak, tasawuf juga, syari‟ah dan aqidah. Tapi lebih kepada akhlak. kalau orang pesantren aqidahnya sudah selesai. Redaksi nya tetap pada Al-qur‟an dan hadist. 7. Bagaimana metode dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj? Jawaban:

6

Metode dakwah adalah cara penyampaian dakwah dan ini harus kontekstual. Dalam pembawaan ceramah da‟i jangan terlalu mengedepankan humor padahal bagi saya, pembawaan serius pun jika materi nya berkualitas itu jauh lebih baik dan kemungkinan besar lebih diterima. Bisa lah pake humor tapi sedikit diminimalisir sekedarnya saja jangan berlebihan, yang terpenting metodenya harus kontekstual”. 8. Dalam surat An-Nahl ayat 125, Metode dakwah yang paling efektif menurut bapak apa ? Jawaban : Metode yang paling efektif itu metode Al-hikmah, hikmah itu wisdom arti hikmah itu hebat, umum, besar, atau ayat lain deh, dalam surat al-jumu‟ah ayat 2:

              

                 

  Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah. dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar- benar dalam kesesatan yang nyata.”

Allah mengutus Nabi Muhammad berdakwah kepada kaum yang masih ummiyyin (masih jahiliyyah) buta huruf, dengan apa ? untuk apa? 1. Wayu’allimuhumul kitaab secara resmi tekstual Qur‟an dibacakan 2. Walhikmah ini yang dibelakang tersurat yang tidak verbal ini dakwah yang tidak verbal, yaitu kebijakan-kebijakan, pergaulan yang baik, santun, sikap-sikap santun itu semua hikmah.

Kalau mauidzah hasanah memberikan nasihat-nasihat yang dapat menyentuh hati mad‟u. Disampaikan secara baik secara santun agar isi pesan dakwah tersampaikan secara mudah. Satu lagi, mujadalah yaitu

7

diskusi secara berkualitas, sharing membahas persoalan keislaman klasik ataupun kontemporer.

9. Apa media dakwah itu apa? apa yang paling efektif untuk berdakwah ? Jawaban : Media dakwah yaitu alat yang dilalui oleh saluran pesan dakwah yang menghubungkan antara da‟i dan mad‟u. Internet, website yang paling efektif, media cetak, tapi tetap dakwah billisan (ceramah) sebagian dari khutbah harus tetap di prioritaskan. artinya dakwah dengan lisan tetap di prioritaskan dan jangan ditinggalkan. 10. Tujuan Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj? Jawaban: Tujuan dakwah saya ingin menciptakan khairul ummah, tujuannya untuk menyampaikan ajaran islam sebenar-benarnya agar dapat diterima dan di dengar oleh masyarakat luas. Sehingga ada atsar atau efek baik secara kognitif, afektif, terutama behavioral. Terlihat dari perubahan sosial di masyarakat ketika kita berdakwah. 11. Visi dan Misi KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah? Jawaban: Saya ingin melihat Indonesia yang beradab, Indonesia yang berbudaya, berkarakter, kemaren waktu saya mendapatkan penghargaan dari republika. Katanya saya sebagai „tokoh perubahan tokoh pembaharu‟ karena saya punya ide “ukhwah wathoniyah dulu baru ke islamiyah” kalau selama ini kan kiai-kiai islamiyah dulu, kalo saya wathoniyah nggak, wathoniyah dulu. Kekuatan bangsa dulu baru kita bicara tentang Islam, kalau bangsa kuat kemudian diatas kekuatan bangsa itu kita bangun Islam. Kalau Afghanistan kan 99% itu lho muslim semua tapi, morat-marit negaranya. Irak juga, somal juga. Gimana dan dimana kita mau dakwah Islam. Kita juga begitu, mari kita perkuat tanah air dulu, bangsa dulu, baru diatas bangsa yang kuat itu mari kita bangun Masjid, madrasah, pesantren,

8

majlis ta‟lim, majliss dzikir, yayasan Islam. Jadi, baru saya yang pertama bilang dari kelompok kiai yang memiliki visi ukhwah wathoniyah baru ke islamiyah. Jadi, intinya saya ingin melihat Indonesia yang beradab, berbudaya, artinya beriman dan berakhlak.

12. Aktifitas dakwah yang sudah terealisasi? 1. Bil-lisan Metode dakwah bil-lisan yaitu bentuk dakwah yang mengedepankan “qaulan kariman” (perkataan yang mulia), “qaulan ma‟rufa” (perkataan yang baik), “qaulan maitsura” (perkataan yang pantas), “qaulan layyinan” (perkataan yang lemah lembut), “qaulan baligha” (perkataan yang berbekas pada jiwa), dan “qaulan tsaqila” (perkataan yang berkualitas)- sebagaimana diamanatkan dalam Al-qur‟an. Disamping ceramah saya di Atlanta undangan acara “Global Peace” wahabinya ada Islam, mayoritas Yahudi dan Kristen, Alhamdulillah ceramah saya diterima, saya juga pernah ke Yutah (dialog-dialog) jadi, kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar, mereka semua mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya waktu itu, kemudian saya ke Turki belum lama ini dengan sekjen mempertemuakan 9 fraksi di Afghanistan, di luar Taliban, Al-qaedah, di luar pemerintah masih ada 9 partai yang perang satu sama lain padahal mereka madzhabnya hanafi dan Tariqatnya sama yaitu Naqsabandiyah tapi, perang gak karu- karuan, di luar lagi Alhamdulillah kemaren saya menjadi penengah diantara mereka. Bukan hanya ceramah bukan hanya pidato saya ingin selalu berbuat untuk bangsa. Oh iya seandainya Afghanistan bisa menyatu luar biasa. Imam Baqilani dari Afghanistan, Imam Ahmad bin hanbal dari sana, Jalaluddin Al-afghani juga. Kalo Afghanistan solid gitu kekuatan Islam ada disana, sayang sampe sekarang hampir setiap hari bom meledak.

9

2. Bil hal

Ya bil hal itmamul khuluq perilaku para kiai para ulama perilaku sehari- harinya merupakan dakwah bil-hal, karena memberikan contoh yang baik. Dakwah secara akhlak mahmudah, akhlak terpuji. Atau syi‟ar mendirikan lembaga-lembaga Islam disitu kita lebih leluasa dalam berdakwah membina generasi muda dalam ber akhlak karimah.

3. Bil Qolam

Yaa pokoknya isi pesan dakwah di tuangkan dituliskan dalam tulisan. Seperti karya-karyanya ‟ulama salafusshahih Imam Syafi‟I, Maliki, hanafi, hambali yang mengarang kitab… karya-karyanya kan subhanallah masih bisa di nikmati sampai saat ini tidak terbatas waktu. Atau kita menulis materi wacana ke Islaman dalam bentuk buku.

13. Tantangan berdakwah? Jawaban: Jika ada tantangan atau ada yang menghalangi dalam berdakwah di sepanjang sejarah dan dimanapun bukan hanya berdakwah di Indonesia itu tantangan pasti ada. Kita jangan minder, jangan berkecil hati, jangan surut, ketika ada tantangan justru dengan tantangan kita semakin menyiapkan diri dengan persiapan-persiapan yang lebih sempurna dan maksimal. Kita kesempatan usia yang baik dan normal itu paling 20 tahun. Dari usia yang yang normal dan produktif itu 30 sampai 50 tahun. Kalau lewat 50 itu biasanya mulai sakit-sakitan. Kurang dari 30 biasanya belum mateng. Nah, orang di usia 30-50 usia yang ideal dalam menyebarkan islam, harus semangat dalam berdakwah.

14. Korelasi antara Pemikiran dan Aktivitas Dakwah? Jawaban: Pemikiran saya biasa-biasa saja gak cemerlang kaya GusDur, pemikiran saya yaitu pemikiran yang terpengaruh oleh bacaan. Karena bacaan saya

10

tasawuf, baik sedikit atau banyaknya saat terpengaruh yang digeluti yang di ulek-ulek selama 4 tahun. Tasawuf itu toleransi, terbuka, tahan kritik, tahan dihina. Itu pemikiran terpen garuh dari bacaan saya tasawuf. Dan berusaha diimplemantasikan dalam kehidupan nyata.

Jakarta, 14 Mei 2013 (Pewawancara) (Narasumber)

Luluatu Nayiroh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

11

LAMPIRAN WAWANCARA

Nama : Muhammad Idris Mas’udi

Status : Asisten Pribadi KH. Said Aqil Siroj & ketua PST-SAS

Waktu wawancara : 9 Juni 2013

Tempat Wawancara : Kampus UIN Ciputat

1. Nama lengkap anda? Jawaban: Muhammad Idris Mas’udi lahir di Cirebon 05 Mei 1984 2. Dari sejak kapan anda kenal dengan kyai Said? Jawaban: Dari sejak saya mondok di Lirboyo, sering kali kyai Said memonitori bahtsul Masail di Lirboyo. Dan semenjak saya sudah kuliah di Jakarta tahun 2008 saya aktif mengikuti kegiatan atau kajian rutin yang diadakan di Ciganjur (tempat kediaman beliau). Mungkin dari keaktifan saya tadi beliau mempercayai saya sebagai ketua kootdinator PST-SAS sekaligus beliau menunjuk saya sebagai sekretaris pondok pesantrennya beliau di Ciganjur. Dan saat ini menjadikan saya sebagai asisten pribadinya beliau. 3. Tolong ceritakan latar belakang pendidikan Kyai Said yang anda ketahui? Jawaban: Beliau lahir di Cirebon 03 Juli 1953 terlahir dari keluarga kiai beliau pun mempunyai latar belakang akademis yang luas dalam keilmuan Islam. Alumni S3 University of Umm Al-qura dengan jurusan Aqidah / Filsafat Islam ini lulus pada tahun 1994 yang sebelumnya mengambil S2 di Universitas yang sama jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987 dan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan

1

Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982. Kang Said hidup dalam keluarga yang ta’at beragama, meskipun terlahir dari keluarga yang mapan dan serba berkecukupan, pendidikan baginya hal terpenting.

4. Bisa anda ceritakan perkembangan karir beliau? Jawaban:

Dari tahun 1999 Kang Said di percaya sebagai Penasehat dari sebuah organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik (PMKRI) sampai sekarang. Keaktifan dan komitmennya pada PBNU menjadikan beliau terpilih sebagai Ketua PBNU yang mengalahkan dua kandidat lainnya KH Solahudin Wahid dan KH. Slamet Effendy Indonesia Yusuf. Sebelumnya Kang Said menduduki jabatan menjadi Rais Syuriah pada tahun 1999 hingga tahun 2010. Semua tugas dan amanat yang di alamatkan kepada beliau, dengan penuh rasa tanggung jawab semua itu dilakukan semata-mata untuk ber khidmah bagi agama dan negara. 5. Menurut anda bagaimana metode dan materi dakwah KH. Said? Jawaban: Menurut saya, metode berdakwah beliau sangat kontekstual. Sangat tau kondisi dan situasi para mad’unya termasuk beliau seringkali tepat dalam memberikan materi dakwah yang disampaikannya dalam setiap event dakwah. Dalam ruang lingkup manapun beliau bisa masuk. Percaya deh. Makanya saya tidak pernah merasa bosan untuk mengikuti kegiatan dakwah beliau. Materi dakwah apapun beliau kuasai tapi keseringan beliau lebih suka pada materi tasawuf falsafi tapi itupun tergantung sering juga tafsir, fiqh, akhlak, syariah ya campur-campur lah beliau sering menyampaikan beberapa materi dala satu kali ceramah. Ga terfokus itu-itu aja.

2

6. Metode apa yang sering di lakukan oleh beliau? Jawaban: Billisan tapi, KH. Said Aqil Siroj sering berdiskusi dengan jama’ahnya. Hal ini dilakukan agar pola pikir mad’unya dapat lebih kritis lagi dan wawasan mereka dapat bertambah. Ya mungkin inginnya Kognitif afektif ataupun pengamalan berjalan secara bersamaan.

7. Media dakwah apa saja yang sering digunakan oleh Kyai Said? Jawaban:

Ya, beliau sering mengisi pemaparan dakwah di internet seperti situs kangsaid.net lalu nu online ataupun terbit di majalah, Koran, jurnal,dll

8. Apa saja dakwah billisan Kyai Said dalam hal ini? Jawaban: Pengajian rutin minggu malam di Pusat Tsudi Tsaqafah (PST-SAS) bertempat di Aula Ciganjur yaitu tempat kediaman beliau yang sekaligus menjadi pendiri PST- SAS. Pengajian rutin ini menerjemahkan disertasi beliau yang berjudul Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi. Dan beberapa kali memonitori bahtsul masail, atau seminar di pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo. Terlebih menjadi ketua PBNU yang mengatur segala kegiatan dakwah di PBNU. Setiap ramadhan beliau mengadakan pasaran di pesantren Al-tsaqafah Ciganjur. 9. Paparan materi apa saja yang sering disampaikan ketika beliau berdakwah? Jawaban: secara garis besar membahas materi Tafsir, sejarah, fiqh, akhlak namun, beliau lebih terkonsentrasi membahas pada kajian tasawuf, tasawuf Falsafi ataupun tasawuf Sunni. Tapi lebih ke falsafi.

3

10. Langkah kongkrit bil hal beliau dalam berdakwah? Jawaban: Ya, seperti mendirikan PST-SAS, jika pa lutfi punya PKH, Pa quraisy punya PSQ, nah kita punya PST-SAS yah pokoknya beliau dalam syi’ar pasti harus berlomba- lomba dalam berintergarasi dengan pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang berkarakter itu yang sering beliau sampaikan. Seperti mendirikan yayasan sekaligus pesantren SAS Al-Tsaqafah, atau mendirikan SAS Center ya itu semua langkah beliau dalam menjadikan sarana dakwah. Beliau dedikasikan untuk bangsa ini. Mendirikan pesantren luhur (SAS) Al-tsaqafah ini terdiri dari Madrasah Aliyah yang didirikan langsung oleh KH. Said Aqil Siroj beserta keluarga, merupakan sekolah yang bercirikan khas Islam. Sangat berbeda dengan sekolah umum lainya. Yayasan ini didirikan dengan mengacu pola pesantren salafi yang dipadu padankan dengan keilmuan umum. Yayasan ini didirikan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara kelimuan dan akhlakul karimah.

11. Bagaimana pandangan anda mengenai pemikiran dakwah beliau? Jawaban: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj memanfaatkan ilmu dan pemikirannya untuk masyarakat. Terlihat khidmah beliau di PBNU, organisasi dakwah kepada masyarakat serta mengajar di beberapa Universitas terkemuka di Indonesia. Dan di usianya yang ke-60 tahun ini beliau mendirikan mendirikan pondok pesantren luhur (Said Aqil Siroj) Al-Tsaqafah yang bertempat di Ciganjur, bertujuan untuk berdakwah dalam menciptakan generasi unggul baik secara ilmu pengetahuan serta akhlak karimah.

4

12. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai aktivitas dakwah beliau menurut anda? Jawaban: Menurut hemat saya, aktivitas dakwah beliau sangat di apresiasi oleh masyarakat luas. Komitmennya pada dunia dakwah sangat luar biasa, terbukti sampai saat ini Kang Said masih menekuni mengajar ngaji di pesantren yang sekarang di asuh oleh keluarga besarnya yaitu pesantren Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek, Cirebon. Kepercayaan masyarakat Indonesia pada aktivitas dakwah beliau juga terlihat ketika seringkali di minta menjadi pembicara tingkat nasional dan internasional dalam forum formal maupun informal.

Jakarta, 09 Juni 2013 (Pewawancara) (Narasumber)

Luluatu Nayiroh Muhammad Idris Mas’udi

5